HUBUNGAN DIMENSI VERTIKAL TULANG
VERTEBRA SERVIKALIS DAN WAJAH
PADA MAHASISWA FKG USU
RAS DEUTRO-MELAYU
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
DEA PHILIA SWASTIKA
NIM : 100600003
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ortodonsia
Tahun 2014
Dea Philia Swastika
Hubungan Dimensi Vertikal Tulang Vertebra Servikalis dan Wajah Pada Mahasiswa FKG USU Ras Deutro-Melayu
ix + 36 halaman
Pertumbuhan tulang vertebra servikalis mempengaruhi pola wajah individu.
Penelitian terdahulu menunjukkan pada individu dengan tulang vertebra servikalis
yang panjang memiliki tipe wajah yang panjang dan individu dengan tulang vertebra
servikalis yang pendek ditemukan tipe wajah yang pendek. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk melihat hubungan antara dimensi tulang vertebra servikalis dan pola
wajah pada mahasiswa FKG USU Ras Deutro-Melayu.
Penelitian ini menggunakan 50 foto sefalometri lateral yang diperoleh dari
mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu yang sesuai dengan kriteria inklusi. Metode
yang digunakan dalam pengukuran dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dan
wajah adalah metode Karlsen.
Hasil pengukuran diperoleh korelasi yang tidak signifikan dan bernilai positif
antara dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dan dimensi vertikal wajah. Artinya,
semakin besar nilai dimensi vertikal tulang vertebra servikalis maka semakin besar
Kesimpulannya adalah individu dengan leher yang panjang cenderung
memiliki tipe wajah yang panjang dan individu dengan leher pendek cenderung
memiliki tipe wajah yang pendek.
Daftar Rujukan : 28 (1963 - 2013)
HUBUNGAN DIMENSI VERTIKAL TULANG
VERTEBRA SERVIKALIS DAN WAJAH
PADA MAHASISWA FKG USU
RAS DEUTRO-MELAYU
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
DEA PHILIA SWASTIKA
NIM : 100600003
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 17 Januari 2014
Pembimbing: Tanda Tangan
Siti Bahirrah, drg., Sp. Ort. ...
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 21 Januari 2014
TIM PENGUJI
KETUA : Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort
ANGGOTA : 1. Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort (K)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan semesta alam karena atas segala rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada kedua orangtua tercinta Drs. Heri Samodra dan Winarsih atas doa, nasihat dan dukungan yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dan kepada Adik tercinta Rama Putra Samudra yang selalu memberikan semangat kepada penulis.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K) selaku Ketua Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan memberikan masukan serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort (K) dan Ervina Sofyanti, drg., Sp.Ort selaku dosen penguji yang telah menyediakan waktu dan masukan kepada penulis.
5. Maya Fitria, SKM., M.Kes selaku dosen FKM yang telah memberikan bimbingan dalam pengolahan data statistik.
6. Seluruh staf pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara khususnya staf dan pegawai di Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
8. Para sahabat tersayang yaitu, Silverry Ayeesha, Nurul Yunita, Cynthia Anggraini Putri, Natasya Claudia, Joseph Dede Hartanta, Gusnella Iswardhani, Anisya Selvia, Dodi Iswandi dan Utama Dianda atas dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis.
9. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Ortodonsia FKG USU khususnya Fajri Akbar yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis dalam penulisan ini.
10. Seluruh teman-teman angkatan 2010, senior dan junior yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas kedokteran Gigi khususnya Departemen Ortodonsia.
Medan, 20 Desember 2013 Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
2.1.2 Pertumbuhan Tulang Vertebra Servikalis... 8
2.1.2.1 Dimensi Vertikal Tulang Vertebra Servikalis.... 9
2.1.2.2 Dimensi Vertikal Wajah... 10
2.1.3 Maturitas Tulang Vertebra Servikalis... 12
2.1.4 Hubungan Dimensi Vertikal Tulang Vertebra Servikalis denganWajah... 14
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian... 18
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 18
3.3 Populasi Penelitian... 18
3.4 Sampel Penelitian... 18
3.4.1 Besar Sampel ... 18
3.4.2 Kriteria Inklusi... 19
3.4.3 Kriteria Ekslusi... 20
3.5 Variabel Penelitian... 20
3.5.1 Variabel Bebas... 20
3.5.2 Variabel Tergantung... 20
3.6 Definisi Operasional... 20
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Rerata ukuran dimensi vertikal tulang vertebra servikalis pada
mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu... 26
2. Rerata ukuran dimensi vertikal tulang vertebra servikalis pada
mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu berdasarkan jenis kelamin... 26
3. Rerata ukuran dimensi vertikal wajah pada mahasiswa FKG USU
ras Deutro-Melayu... 27
4. Rerata ukuran dimensi vertikal wajah pada mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu berdasarkan jenis kelamin... 27
5. Hubungan dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dengan wajah
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Anatomi atlas... 6
2. Anatomi axis... 6
3. Anatomi CV3-CV6... 7
4. Vertebra prominens... 8
5. Pertumbuhan tulang vertebra servikalis... 9
6.Dimensi vertikal tulang vertebra servikalis ... 10
7. Pengukuran dimensi vertikal wajah berdasarkan penilaian proporsi wajah ... 11
8. Garis-garis referensi untuk mengukur pertumbuhan wajah dalam arah vertikal... 12
9. Maturasi tulang vertebra servikalis menggunakan indikator CV3... 13
10. Jarak vertikal Go dan CV2... 16
11. Dimensi tulang vertebra servikalis BaCV4... 21
12. Dimensi vertikal wajah berdasarkan sudut MP-SN... 22
13. Alat dan bahan... 23
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kerangka teori
2. Kerangka konsep
3. Ethical clearance
4. Kuesioner
5. Surat pernyataan persetujuan
6. Hasil pengukuran dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dan pola wajah pada mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ortodonsia
Tahun 2014
Dea Philia Swastika
Hubungan Dimensi Vertikal Tulang Vertebra Servikalis dan Wajah Pada Mahasiswa FKG USU Ras Deutro-Melayu
ix + 36 halaman
Pertumbuhan tulang vertebra servikalis mempengaruhi pola wajah individu.
Penelitian terdahulu menunjukkan pada individu dengan tulang vertebra servikalis
yang panjang memiliki tipe wajah yang panjang dan individu dengan tulang vertebra
servikalis yang pendek ditemukan tipe wajah yang pendek. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk melihat hubungan antara dimensi tulang vertebra servikalis dan pola
wajah pada mahasiswa FKG USU Ras Deutro-Melayu.
Penelitian ini menggunakan 50 foto sefalometri lateral yang diperoleh dari
mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu yang sesuai dengan kriteria inklusi. Metode
yang digunakan dalam pengukuran dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dan
wajah adalah metode Karlsen.
Hasil pengukuran diperoleh korelasi yang tidak signifikan dan bernilai positif
antara dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dan dimensi vertikal wajah. Artinya,
semakin besar nilai dimensi vertikal tulang vertebra servikalis maka semakin besar
Kesimpulannya adalah individu dengan leher yang panjang cenderung
memiliki tipe wajah yang panjang dan individu dengan leher pendek cenderung
memiliki tipe wajah yang pendek.
Daftar Rujukan : 28 (1963 - 2013)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak intrauterin dan berlanjut hingga dewasa.1 Kematangan seksual, umur kronologis, perkembangan gigi-geligi, tinggi badan, berat badan dan perkembangan skeletal merupakan hal yang biasa digunakan untuk mengidentifikasi tingkatan pertumbuhan.2
Penilaian kematangan skeletal di bidang ortodonti adalah untuk mengevaluasi pertumbuhan kraniofasial.3 Dento-kraniofasial memiliki tiga arah pertumbuhan yaitu, arah antero posterior, lateral dan vertikal yang menunjukkan perbedaan dalam durasi, potensi, kecepatan maupun percepatan pertumbuhan. Pertumbuhan wajah dalam arah vertikal terbagi dalam tiga bagian besar yaitu, wajah atas, tengah dan bawah. Bagian wajah yang sangat erat kaitannya dibidang ortodonti adalah wajah bagian bawah karena melibatkan keadaan gigi dan mulut. Menurut Frankel, jika pertumbuhan mandibula berjalan secara seimbang dengan komponen penyusun wajah lainnya akan menghasilkan pertumbuhan yang harmonis.Pemeriksaan terhadap pertumbuhan wajah dalam arah vertikal berperan dalam menegakkan diagnosis dan penyusunan rencana perawatan ortodonti.4
Metode tersebut dikenal dengan Cervical Vertebral Maturation Indeks
(CVMIs).CVMIs merupakan indikator yang digunakan pada analisis radiografi vertebra servikalis melalui kecekungan tepi bawah korpus, ketinggian korpus, dan bentuk tulang vertebra servikalis sehingga didapatkan informasi mengenai tingkat pertumbuhan dan maturasi skeletal seseorang. Hasel dan Farman serta Lamparski mengembangkan metode ini kedalam enam tahap maturasi dan menganalisis perubahan bentuk dan ukuran korpus vertebra servikalis kedua, ketiga, dan keempat dalam enam tahap.1,2 Pada metode tersebut digunakan parameter pengukuran pada tulang vertebra kedua hingga keempat (CV2-CV4), disebabkan karena hanya CV2
hingga CV4 yang dapat terlihat saat pasien menggunakan alat pelindung radiasi.6
Ada beberapa laporan penelitian menunjukkan bahwa vertebra servikalis dapat digunakan dalam menilai kematangan skeletal. Mito et al. mengukur tulang vertebra servikalis ketiga dan keempat serta mengemukakan bahwa usia tulang vertebra servikalis adalah cara objektif untuk mengevaluasi kematangan skeletal.3 Baccetti et al. mengevaluasi perubahan skeletal dan dentoalveolar menggunakan sefalogram lateral berdasarkan metode Lamparski. Penelitian ini menggunakan tulang vertebra servikalis kedua hingga keempat (CV2-CV4) untuk melihat pertumbuhan
maksimum mandibula dan dilakukan pada subjek berjumlah 30 orang (18 laki-laki dan 12 perempuan) pada University of Michigan Elementary and Secondary School Growth Study. Hasil penelitian ini menunjukkan pada enam tahapan maturasi vertebra servikalis, CV1-CV2 merupakan tahap pra-puncak pertumbuhan mandibula, CV3-CV4
merupakan tahap puncak pertumbuhan mandibula. Baccetti et.al mengungkapkan metode CVMIs dapat menjadi alat diagnostik yang kuat di bidang ortodonti.9
mandibular plane yang kecil dan sebaliknya pada subjek dewasa dengan sudut kranio servikal yang besar. 10
Karlsen meneliti hubungan perkembangan vertikal dari tulang vertebra servikalis dengan pola wajah dari sefalogram lateral pada populasi Oslo Growth Material departemen Ortodonti, University of Oslo, Norwegia. Penelitian tersebut bertujuan untuk melihat pertumbuhan tulang vertebra servikalis dihubungkan dengan pola wajah dalam arah vertikal dengan subjeknya adalah individu berusia 6 sampai 15 tahun yang dibagi kedalam dua kelompok, yaitu kelompok dengan sudut MP-SN kecil (≤25o) dan kelompok dengan sudut MP-SN yang besar (≥35o). Hasil penelitian yang dilakukan Karlsen menunjukkan pada subjek yang memiliki leher panjang ditemukan tipe wajah pendek, sedangkan pada subjek dengan leher yang pendek ditemukan memiliki tipe wajah panjang pada anak usia 6 tahun, sedangkan pada usia 12-15 didapat leher yang panjang pada wajah yang panjang dan sebaliknya.11
Soli meneliti hal yang sama menggunakan metode Karlsen pada mahasiswa FKG USU tanpa dilakukan pengelompokkan ras mendapatkan hasil yang berbeda. Pada individu yang memiliki leher panjang ditemukan tipe wajah yang pendek dan pada individu leher pendek ditemukan tipe wajah yang panjang. Hasil penelitian Alifina pada mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu menggunakan metode Karlsen mendukung hasil penelitian Karlsen yang menunjukkan individu dengan leher yang panjang pada tipe wajah panjangdan leher pendek pada tipe wajah yang pendek.12,13
Indonesia terdiri atas berbagai macam ras, diantaranya ras Deutro-Melayu dan Proto-Melayu. Sebagian besar penduduk Indonesia termasuk ras Paleomongoloid
atau ras Deutro-Melayu.Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan di Sumatera Utara terdapat 12 etnis, yaitu Melayu (5,89%), Karo (5,09%), Simalungun (2,04%), Toba (25,62%), Mandailing (11,27%), Pakpak Bharat (0,73%), Nias (6,36%), Jawa (33,40%), Minang (2,66%), China (2,17%) Aceh (0,97%), dan etnis lain (3,29%).14,15
diantaranya ras dan etnis. Oleh sebab itu, penulis merasa perlu melakukan penelitian tentang hubungan dimensi vertikal tulang vertebra servikalis danwajah pada ras Deutro-Melayu menggunakan metoda Karlsen.16
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dan wajah pada mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui rerata dimensi vertikal tulang vertebra servikalis pada mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu.
2. Untuk mengetahui rerata dimensi vertikal wajah pada mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu.
3. Untuk mengetahui hubungan dimensi vertikal tulang vertebra servikalis danwajah pada mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu.
1.4 Hipotesis
Ada hubungan antara dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dan wajah pada mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu parameter dalam penegakkandiagnosis untuk menyusun rencana perawatan pasien ortodonti khususnya ras Deutro-Melayu.
2. Sebagai informasi ilmiah bagi praktisi ortodonti.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tulang Vertebra Servikalis
Tulang vertebra servikalis merupakan bagian dari tulang belakang yang terdiri atas tujuh bagian (CV1-CV7). Tulang vertebra servikalis merupakan tulang pendek
yang berbentuk silindris kecil sebagai badan vertebra yang terletak di depan sumsum tulang belakang dan bekerja sama dengan otot, sendi, ligamen dan tendon untuk memberikan dukungan, struktur serta stabilisasi dari leher. Tulang ini merupakan bagian yang paling kecil dari tulang belakang, kecuali ruas tulang pertama dan kedua. Mempunyai ciri-ciri yaitu, korpus yang kecil dan persegi panjang, lebih panjang kesamping dibandingkan kebelakang. Lengkungnya besar mengakibatkan prosesus spinosus diujungnya memecah menjadi dua atau bifida. Prosesus tranversusnya berlubang-lubang karena terdapat banyak foramina sebagai jalur lewat arteri vertebralis.3,6,17-19
2.1.1 Anatomi Vertebra Servikalis
Secara anatomis, tulang vertebra servikalis terbagi atas dua bagian yaitu bagian atas (CV1 dan CV2) dan bagian bawah (CV3-CV7). Ada tiga tulang vertebra
servikalis yang memiliki struktur anatomi yang unik dan memiliki nama khusus. Vertebra servikalis yang pertama disebut dengan atlas, yang kedua disebut axis dan yang ketujuh disebut vertebra prominens. Berikut ini adalah ketujuh ruas tulang vertebra servikalis, yaitu.2,3,17
1.Atlas
prosessus spinosus, namun mempunyai tuberkulum anterior dan tuberkulum posterior (Gambar 1).
Gambar 1. Anatomi Atlas15
2. Axis
Tulang vertebra servikalis yang kedua disebut dengan axis atau epistripheus karena membentuk poros diatasnya dan kepala berputar disekitar tulang axis. Axis merupakan bagian yang paling besar dari tulang vertebra servikalis. Ciri khas dari tulang ini adalah prosesus odontoid yang kuat dan tegak lurus dari permukaan atas korpus (dens), (Gambar 2).
3. Vertebra Servikalis Tipikal (CV3-CV6)
Anatomi tulang vertebra servikal ketiga hingga keenam dianggap memiliki ciri yang sama, yaitu memiliki prosesus spinosus yang bercabang (bifida), pada prosesus transversus terdapat foramen transversarium pada setiap sisi yang dilewati oleh pembuluh arteri dan vena serta pleksus saraf simpatik. Prosesus transversus terdiri atas bagian anterior dan posterior yang bergabung diluar foramen (Gambar 3).
Gambar 3. Anatomi CV3-CV6 15
4. Vertebra Servikalis 7 (Vertebra Prominens)
Gambar 4. Vertebra Prominens15
2.1.2 Pertumbuhan Tulang Vertebra Servikalis
Pada penelitian Bench mengenai pertumbuhan tulang vertebra servikalis pada berbagai kelompok umur yang dihubungkan terhadap lidah, wajah dan perkembangan gigi menggunakan porion sebagai titik patokan untuk menentukan panjang tulang vertebra servikalis. Bench menemukan bahwa pada masa gigi desidui, terjadi peningkatan jarak porion ke tulang vertebra servikalis kedua sebesar 2,1 mm per tahun, 2,9 mm per tahun untuk CV3, 3,5 mm pertahun untuk CV4 dan 4,00 mm
pertahun untuk CV5. Basion tumbuh kebawah dan mundur sejauh 0,9 mm per tahun
dari porion.20
Gambar 5. Pertumbuhan tulang vertebra servikalis20
2.1.2.1 Dimensi Vertikal Tulang Vertebra Servikalis
Penelitian Karlsen mengenai hubungan perkembangan vertebra servikalis dalam arah vertikal dengan pola wajah vertikal. Populasi penelitian ialah pasien anak-anak di Oslo Growth Material departemen ortodonti, University of Oslo, Norwegia. Karlsen membandingkan perkembangan tulang vertebra servikalis dan pertumbuhan wajah dalam arah vertikal pada usia 6, 12 dan 15 tahun.11
Karlsen menggunakan titik referensi pada sefalometri lateral untuk mengukur pertumbuhan vertikal tulang vertebra servikalis pada sefalometri lateral yaitu,tulang vertebra servikalis kedua hingga keempat (CV2-CV4), Sella (S), Basion (Ba)dan
menggunakan garis referensi untuk mengukur pertumbuhan vertikal tulang vertebra servikalis yaitu BaCV4 (total dimensi vertebra servikalis atas), SCV2 (posisi vertikal
vertebra servikalis 2 relatif terhadap basis kranial), SCV3 (posisi vertikal vertebra
servikalis 3 relatif terhadap basis kranial) dan SCV4 (posisi vertikal vertebra
Gambar 6. Dimensi tulang vertebra servikalis11
2.1.2.2 Dimensi Vertikal Wajah
Dimensi vertikal wajah dapat diukur berdasarkan penilaian proporsi wajah. Penilaian proporsi wajah dikelompokkan menjadi tinggi wajah anterior bagian atas dan bagian bawah.7 Berdasarkan Frakas dan Munro penilaian proporsi wajah dibagi kedalam tiga bagian sejajar dengan garis horizontal dari garis rambut, jembatan hidung, alanasi dan pangkal dagu (menton). Tinggi wajah anterior bagian atas merupakan jarak dari dasar hidung (subnasal) ke titik diantara kedua alis (glabella). Titik wajah anterior bagian bawah merupakan jarak dari pangkal dagu (menton) ke dasar hidung (subnasal). Tinggi wajah anterior bagian atas dan bawah biasanya hampir sama (Gambar 6). Dimensi ini dapat diukur dengan penggaris. Apabila tinggi wajah anterior bagian atas lebih besar dibandingkan bagian bawah akan menghasilkan deep overbite. Jika tinggi wajah anterior bagian bawah lebih besar 50% dari total tinggi wajah anterior maka akan menghasilkan openbite anterior.7,1
kebelakang. Hal tersebut menyebabkan dagu semakin kebelakang, tinggi wajah anterior meningkat serta pada kasus yang berat dapat terjadi openbite anterior.21,22
Gambar 7. Pengukuran dimensi vertikal wajah berdasarkan penilaian proporsi wajah7
Dimensi vertikal wajah pada sefalometri lateral diukur berdasarkan sudut MP-SN. Pada individu yang memiliki sudut MP-SN yang kecil (≤25 o) cenderung memiliki wajah yang lebih pendek, sedangkan pada individu yang memiliki sudut MP-SN yang besar (≥35o) cenderung memiliki wajah yang lebih panjang.11,23
Penelitian yang dilakukan Karlsen menggunakan sudut MP-SN sebagai pedoman mengukur pertumbuhan wajah dalam arah vertikal. Sudut MP-SN disebut besar apabila nilai lebih besar atau sama dengan 35o dan disebut kecil jika nilainya lebih kecil atau sama dengan 25o. Maka, semakin besar sudut MP-SN semakin besar pertumbuhan vertikal wajah individu dan semakin kecil sudut MP-SN maka semakin kecil pertumbuhan vertikal wajah.11
Wajah individu yang panjang ditemukan pada kelompok dengan sudut MP-SN yang besar. Karakteristiknya berupa total tinggi wajah anterior (NGn), tinggi wajah anterior bawah (SpGn) yang berlebihan dan total tinggi wajah posterior (SGo) yang kecil. Sebaliknya, karakteristik sudut MP-SN yang kecil yaitu, total tinggi wajah posterior (SGo), tinggi wajah posterior bawah (PmGo) yang berlebihan dan total tinggi wajah anterior (NGn) yang kecil (Gambar 8).11
Gambar 8. Garis-garis referensi untuk mengukur
pertumbuhan wajah dalam arah vertikal11
2.1.3 Maturitas Tulang Vertebra Servikalis
Berdasarkan Hassel dan Farman yang mengembangkan indeks maturasi tulang vertebra servikalis, mereka menggunakan tulang vertebra servikalis kedua hingga keempat dalam mengamati tahapan maturitas tulang. Berikut ini adalah tahapan maturitas tulang vertebra servikalis menurut Hassel dan Farman (Gambar 7).2
a. Initiation
Pada tahap ini batas bawah badan tulang CV2, CV3, CV4 datar sedangkan
b. Acceleration
Perkembangan konkavitas tulang meningkat pada batas bawah tulang CV2
dan CV3, batas bawah badan tulang CV4 datar serta anatomi tulang CV3 dan CV4
menjadi lebih persegi panjang. c. Transition
Konkavitas tulang meningkat pada batas bawah CV2 dan CV3. Terjadi
perkembangan konkavitas batas bawah badan tulang CV4. Tulang CV3 dan CV4
menjadi lebih persegi panjang. d. Deceleration
Meningkatnya konkavitas pada batas bawah tulang CV2,CV3, dan CV4. Pada
tahap ini anatomi dari CV3 dan CV4 hampir menyerupai persegi.
e. Maturation
Konkavitas tulang semakin dalam pada batas bawah badan tulang CV2, CV3,
dan CV4. Tulang CV3 dan CV4 sudah berbentuk persegi pada tahap ini.
f. Completion
Pada tahap ini pertumbuhan sudah selesai. Terlihat konkavitas tulang yang dalam pada batas bawah badan tulang CV2, CV3 dan CV4, serta tinggi tulang CV3 dan
CV4 lebih besar dibandingkan lebarnya.
Gambar 9. Maturasi tulang vertebra servikalis menggunakan indikator CV3
2.1.4 Hubungan Dimensi Vertikal Tulang Vertebra Servikalis dengan Wajah
Beni Solow dan Andrew Sandham melakukan penelitian mengenai postur kranioservikal yang mempengaruhi perkembangan dan fungsi dari struktur dentofasial. Postur kranioservikal adalah melihat hubungan postur kepala terhadap
cervical column. Penelitian tersebut menggunakan subjek anak-anak, remaja dan dewasa dengan tujuan penelitian untuk melihat hubungan postur kranioservikal dalam mempengaruhi perkembangan dan fungsi dari struktur dentofasial. Hasil penelitian tersebut pada subjek dewasa menunjukkan bahwa sudut kranioservikal memiliki hubungandengan pembentukan kraniofasial. Pada individu yang memiliki sudut kranioservikal yang kecil pada umumnya mempunyai tinggi wajah anterior yang kecil dan inklinasi mandibular plane yang kecil. Sebaliknya pada individu dengan sudut kranioservikal yang besar pada umumnya memiliki tinggi wajah anterior yang lebih besar, inklinasi mandibular plane yang lebih besar.10
Pada subjek anak-anak dan remaja menunjukkan adanya perbedaan postur kranioservikal yang menghasilkan perbedaan tipe dari perkembangan wajah. Individu yang memiliki sudut kranioservikal yang kecil diikuti dengan pertumbuhan maksila dan mandibula yang kedepan (prognathism), sedangkan pada individu dengan sudut kranioservikal yang besar diikuti dengan pertumbuhan maksila dan mandibula yang kebelakang (retrognathism).10
Penelitian Bench menemukan pada individu dengan leher panjang jarang ditemukan tipe wajah pendek, sebaliknya leher pendek pada individu dengan tipe wajah panjang. Hal tersebut diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Karlsen terhadap kelompok usia 12 – 15 tahun, namun tidak untuk kelompok usia 6 – 12 tahun.11,20
Penelitian Karlsen menggunakan garis referensi pada sefalogram untuk mengukur hubungan perkembangan vertikal dari tulang vertebra servikalis dan wajah terhadap berbagai pola wajah yaitu GoCV2 (jarak vertikal antara sudut gonion dan
maksila dan vertebra servikalis kedua). Garis-garis referensi tersebut diproyeksikan tegak lurus terhadap garis FHe (Frankort Horizontal estimated) untuk mengukur hubungan antara perkembangan vertikal dari tulang vertebra servikalis dan wajah terhadap berbagai pola wajah vertikal.11
Tulang vertebra servikalis kedua (axis) merupakan vertebra servikalis yang paling tinggi dan paling lebar. Karlsen menemukan bahwa individu dengan sudut MP-SN yang kecil, rata-rata jarak GoCV2 adalah 2,4 mm pada usia 6 tahun, 2,6 mm
pada usia 12 tahun dan 1,4 mm pada usia 15 tahun. Sedangkan, pada individu yang memiliki sudut MP-SN besar, secara signifikan jaraknya lebih panjang dengan rata-rata 8,2 mm pada usia 6 tahun, 9,4 mm pada usia 12 tahun dan 7,1 mm pada usia 15 tahun.11
Posisi vertikal Go memegang peranan pada perkembangan wajah dalam arah vertikal, terutama perkembangan wajah bagian bawah. Hubungan antara Go dan CV2
sangat kuat yaitu hubungan antara pertumbuhan servikalis dan pertumbuhan wajah, khususnya hubungan antara vertebra servikalis dan pertumbuhan mandibula. Hubungan pertumbuhan antara Go dengan CV2 terlihat pada usia 12-15 tahun,
dimana pertumbuhan vertikal dari vertebra servikalis dan wajah sangat erat. Individu dengan sudut MP-SN yang kecil memiliki jarak GoCV2yang lebih pendek.
Sebaliknya, pada sudut MP-SN yang besar terlihat jarak GoCV2 yang lebih panjang
Gambar 10. Jarak vertikal Go dan CV211
2.2 Ras Deutro Melayu
Masyarakat Indonesia yang majemuk terdiri atas beberapa suku bangsa (etnis) yang masing-masing memiliki bahasa, adat istiadat dan budaya yang berbeda. Penelitian Hilderd Geertz menyatakan Indonesia terdiri atas 300 etnis yang berbeda-beda. Penelitian MA Jaspan, masyarakat Indonesia terdiri atas 366 etnis. Van Vollenhoven menyatakan bahwa masyarakat Indonesia terbagi menjadi sembilan belas lingkaran hukum adat dengan berbagai suku bangsa (etnis) yang ada di dalamnya.24
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan observasional dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang bertempat di Jl. Alumni No.2 USU, Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 – Desember 2013.
3.3 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa FKG USU.
3.4 Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini menggunakan sampel sekunder dari penelitian yang berjudul “Nilai Sefalometri Pada Mahasiswa FKG USU Ras Deutro-Melayu” oleh Febryana Rajagukguk berdasarkan purposive sampling.
3.4.1 Besar Sampel
Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan:
n : besar sampel
Zα : deviat baku alpha dimana α = 0,05→ Zα = 1,96
� : standar deviasi nilai sefalometri = 2,88 (dari hasil penelitian nilai sefalometri normal ras Deutro-Melayu oleh Susanti Munandar tahun 1992) e : presisi (tingkat ketepatan), bisa ditetapkan = 1,00
� ≥ �1,96.2,881,00 � 2
n ≥ 31,86
Jumlah sampel minimal yang diperlukan adalah 32. Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah 50 orang.
3.4.2 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini, antara lain: a. Mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu. b. Minimal usia 18 tahun.
c. Tahapan maturitas tulang vertebra servikalis CV2, CV3, CV4 sudah sampai
tahap completion.
d. Belum pernah mendapat perawatan ortodonti. e. Hubungan molar Klas I Angle.
f. Seluruh gigi permanen lengkap sampai M2.
g. Pergeseran midline≤2mm pada rahang atas dan rahang bawah.
h. Overjet dan overbite normal.
i. Crowded dan diastema ≤2mm masih dapat diterima.
3.4.3 Kriteria Ekslusi
Mahasiswa menolak untuk dilakukan foto sefalogram.
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah dimensi tulang vertebra servikalis, yang diukur dari Basion (Ba) ke tulang vertebra servikalis keempat (CV4).
3.5.2 Variabel Tergantung
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah dimensi vertikal wajah, yang diukur dari sudut MP-SN, yaitu garis mandibular plane (Gnation ke Gonion) yang diproyeksikan terhadap Frankort Horizontal Plane (FHP) sehingga membentuk sudut dengan garis SN (Sella-Nasion).
3.6 Definisi Operasional
a. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara adalah seluruh mahasiswa yang terdaftar dan masih aktif mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
b. Ras Deutro-Melayu adalah penduduk Indonesia keturunan Aceh, Lampung, Jawa, Sunda, Bali, Manado, Minahasa, Melayu, Minangkabau, Betawi, Madura, dan Bugis asli dua keturunan.
c. Titik-titik referensi yang digunakan dalam metode Karlsen : - Nasion (N) adalah titik paling anterior dari sutura frontonasalis. - Sella Tursika (S) adalah titik pusat geometrik dari fossa pituitary.
- Basion (Ba) adalah titik paling bawah dari foramen magnum.
- Orbita (Or) adalah titik yang paling bawah pada tepi bawah tulang orbita. - Porion (Po) adalah titik paling superior dari external auditory meatus.
- Gonion (Go) adalah titik perpotongan garis singgung margin posterior ramus assenden dan basis mandibula.
- Vertebra servikalis keempat (CV4) adalah batas bawah tulang vertebra servikalis
keempat.
d. Dimensi vertikal tulang vertebra servikalis (BaCV4) adalah tinggi leher
yang diukur dari basion (Ba)yang diproyeksikan lurus dari Sella tursica (S) ke batas bawah tulang vertebra servikalis keempat (CV4) dengan satuan dalam milimeter
(Gambar 10).
e. Dimensi vertikal wajah adalah tinggi wajah yang diukur berdasarkan sudut MP-SN.
Gambar 12. Dimensi vertikal wajah berdasarkan sudut MP-SN25
f.Mandibular Plane (MP) adalah kecuraman dataran mandibulayang dibentuk dari titik Gnation (Gn) keGonion (Go).
g. SN adalah bidang yang dibentuk dari hubungan titik sella tursika ke titik nasion, dikenal sebagai basis kranial anterior.
h. MP-SN adalah relasi mandibula terhadap basis kranial anterior dalam arah vertikal.
g. Frankurt Horizontal Plane (FHP) adalah bidang horizontal yang melalui kedua porion dan titik orbital.
3.7 Alat dan Bahan Penelitian
3.7.1 Alat
a. Tracing box
d. Penggaris besi merk Shark e. Busur merk Butterfly f. Selotip
3.7.2 Bahan
a. Foto sefalometri lateral b. Tracing Paper
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
Gambar 13. Alat dan bahan yang digunakan (a) penghapus, (b) pensil, (c) penggaris, busur, jangka (d) Sefalogram, (e) tracing paper (kertas asetat),(f)selotip
3.8 Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
2. Penapakan foto sefalometri lateral.
3. Pengukuran dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dengan metode Karlsen.
4. Menentukan titik referensi, yaitu S, N, Ba, CV4, Gn, Go, Por dan Or.
Selanjutnya penentuan garis dan bidang, yaitu garis mandibular plane (MP), sella ke nasion, porion ke orbital. Tarik garis tegak lurus dari S terhadap garis Po-Or.Proyeksikan titik Ba dan CV4 ke garis tersebut. Garis S-N diproyeksikan tegak
lurus terhadap MP sehingga membentuk sudut. Ukur sudut tersebut dengan menggunakan busur.
Gambar 14. Pengukuran pada tracing
sefalogram lateral
setelah pengukuran pertama selesai. Kemudian data diuji secara statistik. Data dikatakan valid apabila hasilnya tidak berbeda secara nyata.
3.9 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputerisasi.
3.10 Analisis Data
1. Dihitung rerata dan standar deviasi dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dan dimensi vertikal wajah pada semua sampel.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Sampel penelitian berjumlah 50 foto sefalometri lateral ras Deutro-Melayu, yaitu 27 sampel foto sefalometri lateral perempuan dan 23 laki-laki. Sampel diambil dari mahasiswa yang masih aktif kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memenuhi kriteria inklusi.Berdasarkan hasil pengukuran BaCV4 yaitu dimensi vertikal tulang vertebra servikalis didapat rerata sebesar 81,990
mm (Tabel 1).
Hasil pengukuran BaCV4 pada mahasiwa berjenis kelamin laki-laki didapat
rerata sebesar 85,739 mm dan pada mahasiswa perempuan didapat rerata sebesar 78,796 mm (Tabel 2).
Tabel 1. Rerata ukuran dimensi vertikal tulang vertebra servikalis pada mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu
Pengukuran Rerata (mm) Standard Deviasi
BaCV4 81,99 6,40
Tabel 2. Rerata ukuran dimensi vertikal tulang vertebra servikalis pada mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu berdasarkan jenis kelamin
BaCV4
Jenis Kelamin Rerata (mm) Standard Deviasi
Laki-laki 85,73 5,23
Tabel 3 menunjukkan hasil pengukuran MP-SN yaitu dimensi vertikal wajahpada mahasiswa FKG USU didapat rerata sebesar 33,22o.
Tabel 3. Rerata ukuran dimensi vertikal wajah pada mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu
Pengukuran Rerata (O) Standard Deviasi
MP-SN 33,22 4,54
Hasil pengukuran dimensi vertikal wajah berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa FKG USU, didapat rerata dimensi vertikal wajah pada mahasiswa laki-laki sebesar 33,522o dan pada mahasiswa perempuan didapat rerata sebesar 32,963o (Tabel 4).
Tabel 4. Rerata ukurandimensi vertikal wajah pada mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu berdasarkan jenis kelamin
MP-SN
Jenis Kelamin Rerata (O) Standard Deviasi
Laki-laki 33,52 4,15
Perempuan 32,96 4,91
Hubungan dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dengan dimensi vertikal wajah dapat diperoleh dengan menggunakan uji hipotesis korelasi Pearson’s. Hal ini disebabkan karena data yang diperoleh dari kedua kelompok terdistribusi normal.
Tabel 5. Hubungan dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dengan wajah pada oklusi normal (uji korelasi Pearson’s)
BaCV4
P R
MP-SN 0,781 0,040**
**
. Korelasi bermakna adalah signifikan pada taraf uji p ≤ 0,05 (r) = 0,0 - 0,20 → sangat lemah
BAB 5
PEMBAHASAN
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang terus terjadi hingga dewasa. Pertumbuhan vertikal tulang vertebra servikalis dan pola wajah dalam arah vertikal dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang seseorang. Tumbuh kembang merupakan hasil interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan. Hormon pertumbuhan juga memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan, seperti growth hormone, tiroksin, insulin dan kortikosteroid yang mempengaruhi laju pertumbuhan, leptin yang mempengaruhi komposisi tubuh, hormon paratiroid, 1,25-dihidroksi-vitamin D dan calsitonin yang mempengaruhi mineralisasi tulang. Peningkatan hormon paling banyak dihubungkan dalam masa pubertas. Pematangan tulang dipengaruhi oleh hormon tiroid, adrenal androgen dan steroid seks gonad terutama esterogen. Kelebihan sekresi hormon tersebut dapat menyebabkan pematangan tulang yang cepat dan pada saat pubertas apabila kekurangan hormon tersebut akan menyebabkan perlambatan dari pematangan tulang.1,2
Penelitian menunjukkan bahwa vertebra servikalis dapat digunakan dalam menilai kematangan skeletal. Penilaian kematangan skeletal di bidang ortodonti adalah untuk mengevaluasi pertumbuhan kraniofasial. Tulang vertebra servikalis dan wajah memiliki fungsi yang berbeda tetapi berdasarkan penelitian terdahulu, tulang vertebra servikalis dan wajah memiliki keterkaitan.26
Tabel 1 menunjukkan nilai rerata dimensi vertikal tulang vertebra servikalis yang didapat pada penelitian ini sebesar 81,99 mm dan Tabel 3 menunjukkan rerata dimensi vertikal wajah sebesar 33,22o.Penelitian Karlsen menunjukkan rerata BaCV4
yang digunakan minimal berusia 18 tahun saat tumbuh kembang sudah selesai sedangkan Karlsen pada anak usia 12 tahun dan 15 tahun saat masih berlangsungnya tumbuh kembang. Hasil rerata dimensi vertikal tulang vertebra servikalis tidak berbeda jauh dengan Alifina yang melakukan penelitian mengenai hubungan dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dengan lebar lengkung rahang pada mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu. Alifina memperoleh rerata BaCV4 sebesar 80,64 mm
dengan standar deviasi 2,32. Hasil rerata dimensi vertikal wajah tidak berbeda jauh dengan penelitian sebelumnya, yaitu penelitian Febryana yang memperoleh rerata sudut MP-SN pada mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu sebesar 30,80o. 11,13,27
Penelitian Bench mengenai pertumbuhan dari vertebra servikalis yang dihubungkan terhadap lidah, wajah dan perkembangan gigi menunjukkan bahwa pertumbuhan vertikal dari tulang vertebra servikalis mengalami pertumbuhan yang signifikan. Pertumbuhan tulang vertebra servikalis mengalami peningkatan setiap tahunnya, tulang vertebra servikalis kedua hingga kelima mengalami peningkatan yang konsisten setiap tahunnya yaitu rata-rata 2,1 mm, 2,2 mm, 2,9 mm, dan 3,2 mm pada usia 7-12 tahun dan pada usia 12-18 tahun tulang vertebra servikalis kedua, ketiga, keempat dan kelima mengalami peningkatan yang setiap tahunnya yaitu rata-rata 1,2 mm, 1,6 mm, 2,3 mm dan 2,5 mm pertahun.20
Tabel 2 menunjukkan perbedaan rerata dimensi vertikal tulang vertebra servikalis yang dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin. Laki-laki memiliki rerata dimensi vertikal tulang vertebra servikalis sebesar 85,73 mm lebih besar dibandingkan rerata perempuan yaitu sebesar 78,79 mm. Tabel 4 menunjukkan rerata dimensi vertikal wajah pada laki-laki sebesar 33,52o dan 32,96o pada perempuan. Hal ini sesuai dengan beberapa studi sebelumnya yang telah menunjukkan bahwa pertumbuhan kraniofasial pada laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan.28
tubuh yang lebih rendah berhubungan secara konsisten dengan puncak kecepatan pertumbuhan yang lebih cepat. Suatu penelitian menunjukkan bahwa peningkatan pertumbuhan fasial pada masa pubertas terjadi sembilan bulan setelah pertumbuhan tinggi badan, sehingga pertumbuhan fasial maksimal tercapai jika pertumbuhan tinggi badan maksimal. Bench menyatakan, mencapai usia 18 tahun pertumbuhan perempuan mulai berkurang dan bahkan berhenti dibandingkan laki-laki. Perbedaan antara laki-laki dan perermpuan yaitu, pertumbuhan leher pada laki-laki tiga kali lebih besar dibandingkan perempuan. Hal itu yang menyebabkan leher laki-laki secara keseluruhan lebih panjang dibandingkan perempuan pada ras Deutro-Melayu.1,20,28
Tabel 5 menunjukkan hasil korelasi Pearson’s antara dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dengan wajah sebesar 0,040. Hal ini menunjukkan korelasi sangat lemah dengan nilai signifikan (p) yang tidak bermakna yaitu 0,781. Tabel 5 menunjukkan korelasi yang bernilai positif yang artinya semakin besar dimensi tulang vertebra servikalis maka semakin besar dimensi vertikal wajah.
Soli melakukan penelitian tentang hubungan dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dengan pola wajah pada mahasiswa FKG USU tanpa dilakukan pengelompokkan ras menunjukkan hasil penelitian yang berbeda. Pada penelitiannya menunjukkan korelasi yang berlawanan yang artinya semakin besar nilai dimensi vertikal tulang vertebra servikalis maka semakin kecil dimensi vertikal wajah terutama pada tinggi wajah anterior bagian bawah. Hasil penelitian menunjukkan rerata dimensi vertikal tulang vertebra servikalis sebesar 80,56 mm dan standar deviasi 4,97 dan rerata dimensi vertikal wajah sebesar 28o dengan standar deviasi 5,29.12
Penelitian Bench diperkuat oleh hasil penelitian Karlsen yang menunjukkan tidak terdapatnya hubungan antara pertumbuhan tulang vertebra servikalis dengan dimensi vertikal wajah pada anak usia 6 hingga 12 tahun, ditemukan tipe wajah panjang pada anak dengan tulang vertebra servikalis yang relatif pendek dan sebaliknya pada anak usia 6 tahun, sedangkan pada usia 12-15 tahun hasil penelitian Karlsen menunjukkan hubungan yang searah antara kedua variabel tesebut yang artinya pada individu dengan tulang vertebra servikalis yang panjang ditemukan tipe wajah yang panjang dan pada individu dengan tulang vertebra servikalis yang pendek ditemukan tipe wajah yang pendek. Variasi maturasi skeletal juga dipengaruhi oleh usia, etnis, iklim, sosial-ekonomi dan urbanisasi.1,11
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Rerata ukuran dimensi vertikal tulang vertebra servikalis adalah 81,99 mm dan rerata ukuran dimensi vertikal wajah adalah 33,22o. Hubungan dimensi vertikal antara tulang vertebra servikalis dengan dimensi vertikal wajah memiliki korelasi yang sangat lemah dengan nilai signifikan yang tidak bermakna dan bernilai positif. Artinya, semakin besar nilai dimensi vertikal tulang vertebra servikalis maka semakin besar dimensi vertikal wajah. Semakin kecil nilai dimensi vertikal tulang vertebra servikalis maka semakin kecil dimensi vertikal wajah.
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pengelompokkan subjek berdasarkan maloklusi, jenis kelamin dan ras yang lain.
2. Perlu dilakukan penambahan jumlah sampel yang lebih besar untuk mendapatkan validitas data yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Purbaningsih M, Chusida A, Soegeng BH. Penentuan usia growth spurtpubertal mandibula perempuan berdasarkan cervical vertebral maturation indicators. Jurnal PDGI 2012; 61(1): 15-19.
2. Hassel B, Farman AG. Skeletal maturation evaluation using cervical vertebrae. Am J Orthod. 1995; 107: 58-66.
3. Nassar AS. The relationships between cervical vertebral maturation and dental calcification among Malays. Tesis. Malaysia. Universitas Sains Malaysia. 2008. 4. Sudarso ISR. Masalah dan solusi kedokteran gigi anak dalam tindakan ortodontik
di era globalisasi. Pidato Pengukuhan Jabatan Gurur Besar FKG UGM. Universitas Gajah Mada. 2003.
5. Santiago RC, Costa LFM, Vitral RWF, et al. Cervical vertebral maturation as a biologic indicator of skeletal maturity. Angle orthodontist 2012; 82(6): 1123-1131. 6. Chen L, Xu T, Jiang J, Zhang X, Lin J. Quantitative cervical vertebral maturation
assesment in adolescents with normal occlusion: a mixed longitudinal study. Am J of Orthod. 2008; 134(6): 720.e1.
7. Harry DR, Sandy J. Orthodontic part 2: patient assessment and examination I. British Dental Journal 2003; 195(9): 489-492.
8. Mourelle R. Barberia E, Gallardo N, Lucavechi T. Correlation between dental maturation and bone growth markers in paediatric patients. European J of Paediatric Dentistry 2005; 1: 23-9.
9. Baccetti T, Franchi L, McNamara J. The cervical vertebral maturation (CVM) method for the assessment of optimal treatment timing in dentofacial orthopedics. Semin Orthod, 2005; 11: 119-129.
11. Karlsen AT. Association between vertical development of the cervical spine and the face in subjects with varying vertical facial patterns. Am J of Orthod. 2004; 125(5): 597-606.
12. Tambunan SN. Hubungan dimensi vertikal tulangvertebra servikalis dan pola wajah pada mahasiswa FKG USU. Medan: FKG USU, 2011.
13. Priandini A. Hubungan dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dengan lebar lengkung gigi pada mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu. Medan: FKG USU, 2011.
14. Hidayat AR. Kajian etnik pemilih pilkada Sumut. 17 April 2008. http://tekno.kompas.com/read/2008/04/17/18184958/kajian.etnik.pemilih.pilkada .sumut. (11 Juli 2013)
15. Daldjoeni N. Ras-ras umat manusia (biogeografis, kulturhistoris, sosiopolitis). Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1991: 189-193.
16. Basciftci FA, Uysal T, Buyukerkmen A. Craniofacial structure of Anatolian Turkish adults with normal occlusions and well balanced faces. Am J of Orthod. 2004; 125(3): 366-372.
17. Bartleby.The cervical vertebrae.
18. Windsor RE. Cervical spine anatomy. 9 April 2013. http://emedicine.medscape.com/article/1948797-overview. (4 Juli 2013).
19. Parkinson R. Anatomy of cervical vertebra.
20. Bench RW. Growth of the cervical vertebrae as related to tongue, face, and denture behaviour. Am J Orthod Dentofac 1963; 49: 183-214.
21. Vaden JL, Pearson LE. Diagnosis of the vertical dimension. Semin Orthod 2002; 8:120-9.
22. Foster TD. Buku ajar orthodonsia. Edisi 3. Jakarta: EGC, 2012: 288.
24. Yukino. Keadaan Penduduk Indonesia. 10 Oktober 2012.
(11 Juli 2013).
25. Rakosi T. An atlas and manual cephalometric radiography. Edisi 7. London: CV. Mosby Co., 1977: 42.
26. University of Southern California.
November 2013).
27.Rajagukguk F. Nilai sefalometri pada mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu. Medan: FKG USU, 2013.
LAMPIRAN 1
Seksual Biologis Kronologis Skeletal
LAMPIRAN 2
KERANGKA KONSEP
Populasi
Mahasiswa FKG USU
Sampel Ras Deutro Melayu
Sefalometri lateral
Dimensi vertikal tulang vertebra
servikalis
Dimensi vertikal wajah
Pengolahan data
Analisis data
LAMPIRAN 4
No.
KUESIONER PENELITIAN
DEPARTEMEN ORTODONTI
FKG USU
Nama :
NIM :
Umur :
No. Handphone :
Suku : - Ayah Kakek :
Nenek :
- Ibu Kakek :
Nenek :
Pekerjaan Orang tua : - Ayah :
- Ibu :
Perawatan Ortodonti : Sudah Sedang Belum
Pemeriksaan Intraoral (diisi oleh operator):
Gigi geligi sampai M2 : Lengkap Tidak Lengkap
Oklusi M1 : Klas I Klas II Klas III
Karies Aproksimal : Ada Tidak ada
Tambalan Aproksimal : Ada Tidak ada
LEMBARAN PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN
Kepada Yth: Saudara/Saudari ...
Bersama ini saya, Dea Philia Swastika (umur 21 thn), yang sedang menjalani program pendidikan sarjana di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, memohon kesediaan Saudara/i untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya yang berjudul :
HUBUNGAN DIMENSI VERTIKAL TULANG VERTEBRA SERVIKALIS DAN WAJAH PADA MAHASISWA FKG USU RAS DEUTRO-MELAYU
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dan pola wajah pada mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu dan hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu parameter dalam penegakan diagnosa untuk menyusun rencana perawatan pasien ortodonti khususnya ras Deutro-Melayu. Sefalogram merupakan salah satu radiografi ekstraoral yang diambil menggunakan alat yaitu sefalostat yang merupakan alat radiografi dengan jarak standar pengambilannya sekitar lima kaki antara sumber sinar dengan obyek.
Penelitian ini bersifat observasional. Pada penelitian ini, saudara/i sebagai subjek penelitian akan menerima kuesioner yang akan diisi oleh saudara/i sebagai subjek penelitian dan terdapat pemeriksaan rongga mulut oleh peneliti. Kemudian kuesioner tersebut akan dikumpulkan kembali ke peneliti. Identitas Saudara/i sebagai subjek penelitian akan dirahasiakan oleh peneliti.
tersebut tidak mengikat dan Saudara/i dapat mengundurkan diri dari penelitian ini bila Saudara/i merasa keberatan.
Demikian lembar penjelasan ini saya perbuat, semoga keterangan ini dapat dimengerti dan atas kesediaan Saudara/i untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.
Medan, ...2013
LAMPIRAN 5
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Menyatakan bersedia untuk turut serta secara sadar dan tanpa paksaan dalam
penelitian mengenai HUBUNGAN DIMENSI VERTIKAL TULANG
VERTEBRA SERVIKALIS DAN WAJAH PADA MAHASISWA FKG USU RAS DEUTRO-MELAYU dan tidak menyatakan keberatan maupun tuntutan dikemudian hari.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sehat dan tanpa paksaan apapun dari pihak manapun juga.
Medan,
Pembuat Pernyataan
LAMPIRAN 6
HASIL PENGUKURAN DIMENSI VERTIKAL TULANG VERTEBRA SERVIKALIS DAN POLA WAJAH PADA MAHASISWA FKG USU
32 88 30 Laki-laki
33 79 35 Perempuan
34 89 26 Laki-laki
35 74 33 Perempuan
36 92 32 Laki-laki
37 84 43 Laki-laki
38 90 35 Laki-laki
39 89 33 Perempuan
40 81 32 Perempuan
41 85 33 Perempuan
42 77 29 Perempuan
43 72 23 Perempuan
44 78 36 Perempuan
45 91 32 Laki-laki
46 81 25 Laki-laki
47 78 35 Laki-laki
48 78 39 Laki-laki
49 90 33 Laki-laki
LAMPIRAN 7
Npar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
BaCV4 MP_SN
N 50 50
Normal Parametersa,,b Mean 81.990 33.220
Std. Deviation 6.4035 4.5459
Most Extreme Differences Absolute .143 .099
Positive .082 .099
Negative -.143 -.079
Kolmogorov-Smirnov Z 1.012 .700
Asymp. Sig. (2-tailed) .052 .073
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Terdistribusi normal karena p diatas 0,05
Frequency Table
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 23 46.0 46.0 46.0
Perempuan 27 54.0 54.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Correlations
Correlations
BaCV4 MP_SN
BaCV4 Pearson Correlation 1 .040
Sig. (2-tailed) .781
N 50 50
MP_SN Pearson Correlation .040 1
Sig. (2-tailed) .781
T-Test
Group Statistics
Jeniskelamin N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
MP_SN Laki-laki 23 33.522 4.1546 .8663
Perempuan 27 32.963 4.9184 .9466
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means