• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Problem Based Learning dengan M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Problem Based Learning dengan M"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

Terbit empat kali setahun pada bulan Maret, Juni, September dan Desember. Berisi artikel konseptual hasil kajian analitis kritis dan atau artikel hasil penelitian di bidang kependidikan. (ISSN 1412-6087)

Pelindung dan Penasihat

Prof. Drs. H. Toho Cholik Mutohir. MA., Ph.D Rektor IKIP Mataram

Dr. Jamaluddin, M.Pd Wakil Rektor I IKIP Mataram Penanggung Jawab

Dr. Gunawan, M.Pd Ketua LPPM IKIP Mataram Ketua Penyunting

Any Fatmawati, M.Pd Sekretaris Penyunting

M. Arief Rizka, M.Pd Anggota

Ahmadi, S.Pd., M.Pkim

Ni Wayan Prami Wahyudiantari, M.Pd Rudi Hariawan, M.Pd

Mujriah, M.Pd

Penyunting Ahli (Mitra Bestari)

Prof. Dr. I Wayan Maba Univ. Mahasaraswati, Denpasar Prof. Dr. I Wayan Pastika Universitas Udayana, Denpasar Prof. Dr. Liliasari, M.Pd Universitas Pendidikan Indonesia Dr. H. A. Hari Witono, M.Pd Universitas Mataram

Pangesti Wiedarti, Ph.D Universitas Negeri Yogyakarta Dr. H.Wildan, M.Pd Universitas Mataram

Dr. Ahmad Hardjono, S.Si., M.Pd Universitas Mataram Dr. I Ketut Warta, MS IKIP Mataram

Dr. Jumailyah, MM IKIP Mataram

Pelaksana Ketatalaksanaan

M. Fuaddunnazmi, S.T., M.Pd L. Ashadi Cahyadi, SH Zainul Anwar, S.Pd Fathoroni, S.Pd Bendahara

Supratman, S.E Alamat Redaksi

Redaksi Jurnal Kependidikan LPPM IKIP Mataram

Jl.Pemuda No59 A Mataram NTB 83125 Tlp/Fax (0370)632082 E-mail: lppmikip.mtr@gmail.com

Jurnal Kependidikan diterbitkan sejak tanggal 2 Mei 2002 oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IKIP Mataram. Sejak Mei 2009, Jurnal Kependidikan diterbitkan melalui kerjasama dengan Ikatan Sarjana Pendidikan IKIP Mataram.

Jurnal Kependidikan menerima naskah tulisan otentik (hasil karya penulis) dan original (belum pernah diterbitkan sebelumnya) dengan format sesuai dengan pedoman penulisan jurnal ini.

(2)
(3)

Jurnal Kependidikan

Desember 2014, Volume 13 Nomor 4 Halaman 329 - 435

--- Daftar Isi

1. Pengembangan Media Animasi Berbasis Macromedia Flash pada Materi Fisika

Alat Optik ………...

Bq Azmi Syukroyantidan Harsano Jayadi

329-336

2. Pengembangan Bahan Ajar Matakuliah Genetika Populasi Berbasis Penelitian Keragaman Genetik Kerbau Lokal Tana Toraja dan Lombok ………... Indah Rakhmawati Afrida, Mohamad Amin, dan Abdul Ghofur

337-347

3. Pengaruh Problem Based Learning dengan Metode Seven Jumps terhadap Daya Pikir Kritis Mahasiswa dalam Perancangan Alat Penilaian Matematika …………... Ita Chairun Nissa

349-357

4. The Identification of Students’ Learning Strategies in Reading Class……….. Kamarudin

359-367

5. Evaluasi Implementasi Program Kursus Wirausaha Desa (KWD) untuk Mengatasi

Pengangguran ……….

M. Arief Rizka

369-381

6. Pengembangan Multi Media Pembelajaran Menulis dan Membaca Permulaan Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar ………. Mujiburrahmandan Yayan Heryana

383-391

7. Pendidikan Inklusi di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini ………. Nuraeni

393-400

8. Analisis Kemampuan Komunikasi Lisan dan Tulis Mahasiswa Calon Guru pada Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Mataram ……… Nur Hardiani

401-406

9. Pengembangan Media Kartu Koloid untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa ... Ratna Azizah Mashami, Yayuk Andayani, dan Baiq Fara Dwirani Sofia

407-414

10. Implementasi Parenting Education in School pada Jenjang Pendidikan Dasar di

Lombok Tengah ……….

Rudi Hariawan dan Muhammad Faqih

415-420

11. Analisis Penalaran Mahasiswa Calon Guru dalam Pemecahan Masalah Matematika

Sekolah ………...

Sanapiah

(4)
(5)

Pengembangan Media Animasi Berbasis Macromedia Flash pada Materi Fisika Alat Optik

Bq Azmi Syukroyanti 1) dan Harsano Jayadi 2) 1)

Pendidikan Fisika FPMIPA IKIP Mataram 2)

Pendidikan Fisika FKIP Universitas Mataram E-mail: sbqazmi@yahoo.com

Abstract: Media plays an important role in the learning process which will give effect to the understanding of the concepts and learning outcomes of students. It is expected that with the development of Macromedia Flash-based animation medium containing music and image features can provide a learning environment that is different from the usual. The purpose of this study is to design and develop optical media animation tool based on Macromedia Flash Optical Physics subjects. This research is a research & development (R & D) developed by Dick and Carry, includes 5 stages: (1) Conduct a preliminary study; (2) Development of instructional media; (3) Validation of the expert; (4) Revision; (5) The test of the final product. Subject test consists of three subject matter experts physics developed with the result that the media is very good and interesting. 10 students into a large group of test subjects with a variety of inputs and improvements have been made. and five students for test results in a small group peerbaikan next stage. The results show the development of the Macromedia Flash-based animation media creativity is needed so that the resulting media interest. Fill material in the media based on the assessment of three experts declare optical media content animation tool has been very good and fit for use.

Abstrak: Media memegang peranan penting dalam proses pembelajaran yang nantinya akan memberi pengaruh pada pemahaman konsep dan hasil belajar peserta didik. Diharapkan dengan pengembangan media animasi berbasis macromedia flash yang mengandung fitur musik dan gambar dapat memberikan suasana belajar yang berbeda dari biasanya. Tujuan dari penelitian ini adalah mendesain dan mengembangkan media berbasis Macromedia Flash pada mata pelajaran Fisika Alat Optik. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research & Development) yang dikembangkan oleh Dick and Carry, meliputi 5 tahapan: (1) Melakukan penelitian pendahuluan; (2) Pengembangan media pembelajaran; (3) Validasi ahli; (4) Revisi; (5) Uji coba produk akhir. Subjek uji coba terdiri dari tiga orang ahli materi pelajaran fisika dengan hasil media yang dikembangkan sangat baik dan menarik. 10 orang siswa dan 5 orang guru fisika menjadi subjek uji kelompok besar dengan berbagai masukan dan telah dilakukan perbaikan. dan lima orang siswa untuk uji coba kelompok kecil dengan hasil berupa perbaikan tahap selanjutnya. Hasil penelitian menunjukkan pengembangan media animasi berbasis Macromedia Flash sangat dibutuhkan kreatifitas sehingga media yang dihasilkan menarik. Isi materi dalam media berdasarkan penilaian dari tiga ahli menyatakan isi media animasi alat optik sudah sangat baik dan layak digunakan.

Kata Kunci: Pengembangan Media animasi, materi alat optik, R & D

Pendahuluan

Selama ini pembelajaran fisika dilakukan dengan metode ceramah tanpa menggunakan metode yang sesuai (Mayubi: 2005), Guru menjelaskan dan siswa mencatat. Hal ini berakibat siswa tidak berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Selain itu, tidak semua materi fisika dapat dijelaskan dengan alat-alat praktikum, misalnya pada Materi Alat Optik, salah satunya alat optik mata. Materi ini tidak dapat dijelaskan secara

langsung misalnya bagian-bagian dalam mata, proses jalannya cahaya pada mata, proses jalannya cahaya pada orang yang mengalami cacat mata dan lain-lain.

(6)

media power point belum bisa menampilkan animasi bergerak. Sehingga pada beberapa materi yang membutuhkan animasi bergerak sangat diperlukan media yang mampu menampilkan animasi-animasi sehingga materi dapat tersampaikan dengan lebih cepat dan lebih dimengerti oleh siswa.

Salah satu media yang mampu dikembangkan adalah dengan menggunakan media Macromedia Flash. Pada materi alat optik, penggunaan macromedia flash sangat diperlukan karena di dalam materi alat optik terdapat materi-materi yang sulit dijelaskan jika hanya menggunakan media ceramah, maupun power point, contohnya materi alat optik mata.

Alasan peneliti mendesain media dalam bentuk animasi program makromedia flash adalah karena siswa sangat jarang memperoleh sajian materi dengan animasi. Selain itu juga menurut (Supriyatna, 2005) suatu media yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa harus di sajikan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar dalam penyampainnya siswa tidak terkesan hanya main-main dan terfokus hanya pada apa yang mereka lihat, tetapi mampu merespon apa yang telah mereka pelajari dengan kemampuan men-jawab pertanyaan dengan tepat.

Arief (2010) menjelaskan bahwa makromadia flash adalah sebuah program animasi yang telah banyak digunakan oleh para desainer untuk menghasilkan desain yang professional. Macromedia flash dengan keunggulannya dapat digunakan untuk membuat berbagai animasi yang menarik sehingga dengan program ini pembelajaran fisika dapat dikemas menjadi lebih menarik bagi siswa.

Program ini cukup fleksibel dan lebih unggul dibandingkan program animasi lain yang sejenis, sehingga banyak animator yang mulai menggunakan program ini untuk membuat animasi. Dengan menggunakan program inipun dapat juga dibuat animasi yang bagus. Hal ini sangat bergantung pada daya kreativitas dan selera seni programer.

Pengembangan media pembelajaran menggunakan media Macromedia Flash ini masih jarang dilakukan. Sehingga diperlu-kan pengembangan dalam mendesain sebuah media animasi berbasis macromedia flash dengan teknik dan metode pengembangan yang sesuai, mulai dari tahap perencanaan (persiapan), desain media pembelajaran, Review (pengecekan desain), dan pengujian desain media pembelajaran Materi Alat Optik.

Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian pengem-bangan yang dikembangkan oleh Dick and Carry meliputi 5 tahapan: (1) Melakukan penelitian pendahuluan; (2) Pengembangan media pembelajaran; (3) Validasi ahli; (4) Revisi; (5) Uji coba produk akhir.

(7)

setempat. Tahap pengumpuan data berupa data hasil belajar siswa materi alat optik pada tahun ajaran sebelumnya.

Tahap pengembangan media terdiri atas tahap desain produk, validasi desain, revisi desain, uji coba produk, revisi produk, uji coba pemakaian, dan revisi produk. Pada penelitian ini, media yang dikembangkan berupa media animasi alat optik dengan program macromedia flash. Media yang dihasilkan selanjutnya divalidasi oleh ahli.

Validasi dilakukan pada media yang dihasilkan serta validasi konten materi yang terdapat didalam media, validasi dilakukan masing-masing oleh 3 orang ahli. Selanjut-nya dilakukan uji coba awal dengan melibatkan 10 orang siswa dan 5 orang guru fisika untuk menguji dan menyempurnakan produk yang sudah dibuat. Beberapa masukan dari 3 orang ahli (pakar), kemudian dilakukan perbaikan untuk menyempurna-kan isi dari media dan konten materi yang terdapat didalamnya.

Pada tahap ini dilakukan pengujian media animasi dalam pembelajaran fisika materi alat optik Beberapa masukan selama uji kelompok besar yang terdiri dari 10 orang siswa dan 5 orang guru fisika di-gunakan untuk melakukan evaluasi dan revisi media. Hasil uji coba awal yang sudah direvisi dan di evaluasi selanjutnya dilakukan uji coba terbatas. Uji coba terbatas ini melibatkan 5 orang siswa. Uji coba terbatas ini dilakukan pada siswa yang berbeda dengan yang mengikuti uji coba awal. Masukan yang diberikan siswa umumnya berkaitan dengan fitur-fitur yang digunakan dalam media animasi, ukuran huruf, suara, warna latar, serta waktu yang disediakan.

Hasil Penelitian

Pada tahap studi pendahuluan dilakukan beberapa kegiatan untuk menilai kegiatan pembelajaran fisika materi alat optik. Kegiatan studi pendahuluan yang dilakukan berupa: 1) studi dokumentasi pada instrumen dan hasil belajar fisika materi alat optik, 2) studi literatur tentang materi alat optik, dan 3) evaluasi hasil observasi yang telah dilakukan tersebut. Berbagai inovasi pembelajaran dengan upaya perluasan bahan ajar telah memposisikan komputer sebagai alat yang memberikan kontribusi yang positif dalam proses pembelajaran, khu-susnya pembelajaran fisika. Suatu produk media animasi jika ingin digunakan dengan layak oleh konsumen harus sudah berupa produk jadi dan menarik untuk ditayangkan. Berdasarkan beberapa temuan pada tahap studi pendahuluan selanjutnya dibuat draft rancangan model media animasi alat optik, rancangan draft model media animasi alat optik dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

Tabel 1 Rancangan Model Media Animasi Alat optik

Menu

Program Penjelasan

SK

Memuat standar kompetensi yang harus dicapai siswa sesuai dengan yang ada pada silabus kurikulum

KD

Memuat kompetensi disar materi alat optik yang di turunkan dari standar kompetensi yang sudah ada

Materi

Memuat materi esensial yang berkaitan dengan penerapan alat-alat optik dalam kehidupan sehari-hari yakni mata, lup, kamera, mikroskop dan teleskop

Evaluasi

(8)

buat untuk mengukur sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi yang sudah disajikan sebelumnya.

Profil

Memuat profil peneliti untuk memperkenalkan data diri peneliti kepada siapapun yang akan menggunakan produk ini selanjutnya

Tahap selanjutnya adalah validasi ahli, yang meliputi validasi media dan validasi isi. Hasil validasi media terlihat seperti yang ditampilkan pada tabel 2.

Tabel 2 Hasil Validasi Media Animasi Alat optik

No Aspek yang dinilai Skor*

Rata-rata Kriteria** A1 A2 A3

1 Tampilan media yang dapat menarik minat peserta didik

4 4 4 4 Sangat baik

2 Kemudahan untuk memahami tampilan menu program

4 4 4 4 Sangat baik

3 Kejelasan deskripsi media 4 4 4 4 Sangat baik

4 Kecepatan dalam mengakses materi. 4 4 4 4 Sangat baik 5 Ketersediaan animasi yang mendukung materi 4 4 4 4 Sangat baik 6 Tampilan animasi yang dapat menarik

perhatian peserta didik.

4 4 4 4 Sangat baik

7 Kesesuaian ukuran huruf yang digunakan dalam program

4 3 3 3,33 Baik

8 Kesesuaian warna latar dengan huruf, simbol, dan sejenisnya.

4 4 4 4 Sangat baik

9 Kejelasan fungsi fitur-fitur. 4 4 4 4 Sangat baik

10 Pertimbangan terhadap Keterbatasan ruang dan waktu

4 4 4 4 Sangat baik

Keterangan

 * Skor pada interval 1-4, dengan A1, A2, A3, : Ahli 1. Ahli 2, Ahli 3  ** Kriteria

bobot skor (1) = jelek, (2) = kurang, (3) = baik, dan (4) = sangat baik Berdasarkan Tabel 2 di atas

menun-jukkan bahwa penilaian yang diberikan oleh tiga orang pakar memberikan skor sangat baik pada semua aspek peniliaan kecuali pada aspek kesesuaian ukuran huruf yang digunakan dalam program dengan skor Baik. Hal ini disebabkan ukuran huruf yang digunakan terlalu kecil sehingga tidak begitu jelas terlihat pada media yang didesain.

Setelah itu dilakukan validasi isi materi dalam media yang bertujuan untuk mengetahui kesesuaian isi materi dengan apa yang tercantum di dalam standar

(9)

Tabel 3 Hasil Validasi Isi Materi dalam Media Animasi Alat optik

No Aspek yang dinilai Skor*

Rata-rata Kriteria** A1 A2 A3

1 Kesesuaian media animasi dengan pendekatan pembelajaran

4 4 4 4 Sangat baik

2 Kesesuaian antara materi dengan tujuan pembelajaran

4 4 4 4 Sangat baik

3 Cakupan dan kedalaman materi 4 4 4 4 Sangat baik

4 Urutan dan sistematika penyajian materi untuk mencapai kompetensi

4 4 4 4 Sangat baik

5 Ketersediaan visualisasi dan ilustrasi yang mendukung materi.

4 4 4 4 Sangat baik

6 Kesesuaian antara animasi dengan konsep alat-alat optic

4 4 4 4 Sangat baik

7 Kesesuaian antara visualisasi alat-alat optik dengan prinsip kerja alat optic

4 4 4 4 Sangat baik

8 Kesesuaian cakupan materi dengan alokasi waktu yang tersedia.

4 4 4 4 Sangat baik

9 Kemudahan peserta didik memahami penjelasan dan konsep yang diberikan

4 4 4 4 Sangat baik

secara konseptual materi yang terdapat pada media animasi alat optik sudah sesuai, baik dalam hal kedalaman materi maupun kesediaan visualisasi dan evaluasinya. Berdasarkan hasil validasi media dan isi materi pada media yang telah didesain menunjukkan bahwa media yang di desain sudah layak untuk diuji cobakan dan diterapkan pada kelas penelitian.

Rancangan media animasi alat optik telah divalidasi dan diperbaiki sesuai saran dan masukan pakar, selanjutnya di uji coba awal pada 10 siswa dan 5 orang guru fisika. Uji coba awal ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keterbacaan dan kemudahan akses materi, hal ini penting dalam rangka perbaikan media animasi yang didasarkan pada persepsi siswa sebagai

pengguna. Pada tahap ini diperoleh beberapa informasi penting untuk perbaikan media

Uji Coba Produk Akhir

Hasil uji coba awal dan dampaknya terhadap media dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 Hasil Uji Coba Awal dan Dampaknya Terhadap Media materi harus diperbesar, karena ketika terlihat pada slide sangat kecil Tambahan Pada

Slide Awal

(10)

Setelah melakukan perbaikan pada media animasi dari masukan pada uji coba awal selanjutnya dilakukan uji coba terbatas pada 5 orang siswa. Uji coba terbatas ini dimaksudkan untuk mendapatkan sejumlah informasi tambahan yang berkaitan dengan penggunaan media animasi dalam pembelajaran fisika. Hasil uji coba terbatas dan dampaknya terhadap media animasi adalah terlihat pada tabel 5.

Tabel 5 Hasil Uji Coba Terbatas dan Dampaknya Pada Media Animasi Komponen Yang

Perlu Perbaikan

Substansi Perbaikan Pada Media

Tambahan materi

Pada awalnya materi yang disajikan hanya memuat gambar dan perumusan langsung setelah mendapatkan masukan maka perbaikan dilakukan pada pengantar sebelum rumus dan Keterangannya Waktu

pembelajaran yang terbatas

Perlu mempertimbangkan untuk memadukan sesi tampilan media, model kooperatif, diskusi dan penjelasan materi dengan evaluasi siswa agar waktu yang tersedia dapat dioptimalkan

Dari hasil uji coba awal maupun uji coba terbatas, selanjutnya digunakan untuk menyempurnakan media animasi dan mempersiapkan desain pembelajaran yang tepat. Media yang telah disempurnakan kemudian diujicobakan di skala pengujian yang lebih luas pada tahap pengujian media di kelas penelitian.

Pembahasan

Dalam penelitian ini digunakan media animasi materi alat optik yang di desain sebelumnya dengan tahap pengembangan

sesuai dengan langkah research and development (R&D). Salah satu hal yang perlu dilakukan dalam menyusun media animasi pada materi fisika adalah melakukan analisis konsep pada materi tersebut. Hal ini dilakukan untuk membantu dalam perencanaan urutan-urutan pembe-lajaran bagi pencapaian konsep. Berdasar-kan hasil analisis konsep diketahui bahwa konsep alat optik terdiri dari konsep abstrak dengan contoh kongkrit.

Software pembelajaran yang dibuat selain dilengkapi dengan materi, juga dilengkapi dengan gambar, animasi dan simulasi yang relevan. Penyertaan gambar, animasi dan simulasi diharapkan dapat membantu peserta didik memahami konsep fisika materi alat optik dengan lebih baik. Software pembelajaran ini juga dilengkapi dengan alat evaluasi yang dapat ditayangkan langsung agar peserta didik dapat meng-evaluasi kemapuannya langsung setelah mengikuti proses pembelajaran. Dengan adanya evaluasi langsung diharapkan dapat memotivasi siswa untuk mengukur kemam-puan dirinya dan menemukan kesalahan-kesalahannya dalam memahami materi selama proses belajar berlangsung.

(11)

bermanfaat untuk menggambarkan dimensi-dimensi yang abstrak dapat memperlancar pemahaman dan ingatan.

Dalam proses pengembangan media animasi ini telah dilakukan perbaikan-perbaikan pada media dengan uji validasi oleh tiga orang ahli dengan hasil penilaian sangat baik kecuali pada satu poin yaitu kesesuaian ukuran huruf yang digunakan dalam program, pada awalnya media animasi yang di desain memang ukuran huruf dalam materi terlalu kecil karena peneliti kurang memperhatikan tentang hal ini, karena biasanya suatu kekurangan dalam rancangan apapun akan diketahui jika dilakukan penilaian oleh orang lain. Dari masukan tiga ahli ini kemudian dilakukan perbaikan-perbaikan. Selain itu juga dilakukan penilaian terhadap isi materi dalam media, penilaian dari tiga ahli menyatakan isi media animasi alat optik sudah sangat baik dan layak digunakan.

Beberapa catatan penting dari pakar media antara lain berkaitan dengan fitur petunjuk mulai masuk menu dengan simbol yang sesuai, pemilihan warna, penyertaan gambar yang menarik, pemilihan instrumen yang mendukung, selain itu peneliti diharapkan mempertimbangkan kemungki-nan agar media animasi ini dapat di akses secara online.

Pada tahap pengembangan media animasi ini pertama kali di uji cobakan pada 10 orang siswa dan 5 orang guru fisika untuk menilai kekurangan dari media yang akan digunakan. Pada tahap ini didapatkan beberapa hal antara lain ukuran huruf pada materi harus diperbesar, karena ketika terlihat pada selait sangat kecil, ditambahkan kata media animasi fisika, nama peneliti,

dan keterangan lembaga, Pada menu evaluasi ditambahkan tampilan selait yang lebih menarik dan berwarna. Kesemua masukan tersebut menjadi dasar peneliti untuk kembali melakukan perbaikan pada media.

Selanjutnya setelah media diperbaiki maka dilakukan uji coba terbatas pada 5 orang siswa yang berbeda untuk kembali melakukan penilaian kelayakan media yang telah diperbaiki setelah mendapat masukan pada uji coba terbatas dari siswa antara lain pada awalnya materi yang disajikan hanya memuat gambar dan perumusan langsung setelah mendapatkan masukan maka per-baikan dilakukan pada pengantar sebelum rumus dan keterangannya, perlu mem-pertimbangkan untuk memadukan sesi tampilan media, model kooperatif, diskusi dan penjelasan materi dengan evaluasi siswa agar waktu yang tersedia dapat dioptimal-kan. Dari masukan pada uji coba terbatas ini dilakukan perbaikan kembali sehingga didapatkan media yang baik dan layak untuk diterapkan pada kelas penelitian pada peneltian berikutnya.

Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pada pengembangan media animasi berbasis Macromedia Flash sangat dibutuhkan kreatifitas sehingga media yang dihasilkan menarik.

(12)

Daftar Pustaka

Arief. 2010. Media Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Dahar. 2006. Belajar Komputer Animasi Macromedia Flash. Bandung: CV.Yrama Widya.

Mayubi. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Raras. 2012. Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas

Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian .Bandung: Alfabeta.

(13)

Pengembangan Bahan Ajar Matakuliah Genetika Populasi Berbasis Penelitian Keragaman Genetik Kerbau Lokal Tana Toraja dan Lombok

Indah Rakhmawati Afrida1), Mohamad Amin2), Abdul Ghofur2) 1)

Program Studi Pendidikan Biologi FPIEK IKIP Budi Utomo Malang 2)

Universitas Negeri Malang E-mail: rakhma_afrida@yahoo.com

Abstract:The present study aimsat developing instructional materials systematically by following the steps of design introduced by Dick & Carey. The study establishes 7 steps design which is adapted from 10 steps design developed by Dick & Carey. This adapted version design comprises (1) identifying objective; (2) conducting instructional analysis; (3) identifying entry behavior and learners’ characteristics; (4) formulating objective of performance; (5) developing criterion-referenced test ; (6) developing instructional strategy; (7) developing and selecting instructional materiala. Inspecting from the characteristics and the principles, this 7 steps design is supposed to be analogous to 10 steps model introduced by Dick & Carey. Based on the result of the expertise validation, the instructional material (87.69 %) and the practical work manual (92.50 %) are categorized very good and can be used by both the lecturer and the students of Biology education program in comprehending the underlying principles of Genetics particularly Population Genetics appropriately.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar yang disusun berdasarkan model Dick & Carey. Pengembangan bahan ajar meliputi tujuh tahapan yang diadopsi berdasarkan sepuluh langkah pengembangan bahan ajar, yaitu (1) identifikasi tujuan, (2) melakukan analisis pembelajaran, (3) mengidentifikasi perilaku awal dan karakteristik pebelajar, (4) menulis tujuan pembelajaran khusus, (5) mengembangkan butir-butir tes acuan patokan, (6) mengembangkan strategi pembelajaran, dan (7) mengembangkan dan memilih materi pembelajaran. Berdsasarkan hasil validasi ahli, kualifikasi materi bahan ajar sebesar 87,69% dan berada pada kualifikasi sangat baik, sedangkan untuk petunjuk praktikum sebesar 92,50% dan berada pada kategori sangat baik. Hasil ini mengindikasikan bahwa bahan ajar layak digunakan dalam perkuliahan dalam memahami prinsip-prinsip genetik khususnya tentang genetika populasi.

Key words: developing instructional materials, population genetics

Pendahuluan

Perkembangan ilmu pengetahuan jauh lebih cepat daripada perkembangan ilmu pen-didikan, termasuk didalamnya perkemba-ngan metodologi pendidikan dan sejenisnya. Kenyataan ini menuntut peningkatan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan terutama bagi pendidik. Dengan tidak mengikuti perkembangan ilmu, sudah dipastikan bahwa mereka akan tidak masuk dalam sistem dan pusaran pertumbuhan masyarakat ilmu pengetahuan tersebut. Disinilah letak pentingnya hasil-hasil penelitian yang kekinian dalam memberikan wawasan dan titik tumpu pengembangan pendidikan (Amin, 2010).

(14)

Usaha mempertahankan kemurnian genetik dan kelestarian ternak kerbau lokal khususnya di daerah Tana Toraja dan di daerah Lombok, pemerintah tampaknya belum membuat program pengembangan strategis sebagaimana ternak yang lain. Kalaupun ada upaya-upaya ke arah pengem-bangan strategis untuk ternak kerbau ini, baru dilakukan secara regional. Dari informasi tersebut diduga telah terjadi inbreeding di dalam populasi kerbau. Inbreeding merupakan suatu perkawinan yang mempunyai hubungan keluarga yang dekat. Perkawinan semacam ini apabila berlangsung secara terus-menerus akan dapat meningkatkan jumlah individu homozigot di dalam populasi tersebut (Klug & Cumming, 2002). Selain itu, inbreeding diduga sering menyebabkan menurunnya sifat fenotip, misalnya ukuran tubuh, fertilitas dan daya tahan tubuh (Tamarin, 2002). Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka untuk menunjang keberhasilan upaya pelestarian dan konservasi serta pembibitan kerbau lokal Tana Toraja dan kerbau lokal Lombok sangat perlu segera dilakukannya identifikasi variasi genetik karena diduga telah terjadi inbreeding di dalam populasi kerbau-kerbau tersebut.

Terkait dengan kualitas pembelaja-ran, Degeng (tanpa tahun) menyebutkan bahwa suatu matakuliah dapat kehilangan daya tarik karena kualitas pembelajaran yang rendah. Kualitas pembelajaran sangat berhubungan dengan penggunaan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran di bawah kondisi tertentu. Sebagai hasil pembelajaran, kecenderungan mahasiswa untuk tetap belajar adalah tanggung jawab

pembelaja-ran, bukan tanggung jawab matakuliah. Oleh karena itu, peran dosen sangat penting dalam menciptakan kondisi pembelajaran yang baik dan menarik, salah satunya adalah dengan mengembangkan bahan ajar yang disusun berdasarkan karakteristik dan kebutuhan mahasiswa (Newby, 2000).

Merujuk pada penelitian Saenab (2009), dan didukung oleh hasil penelitian Afrida (2011), bahwa terjadi persilangan antara dua macam kerbau yaitu kerbau lokal Tana Toraja dan Lombok karena adanya pasokan kerbau luar daerah. Pengamatan keragaman genetik melalui molekuler dapat memberikan informasi yang sangat penting, karena pengamatan yang dilakukan secara fenotip seringkali mendapatkan hasil yang tidak konsisten karena keragaman genetik sangat ditentukan oleh faktor genetik, sehingga data pengamatan fenotip di-gunakan sebagai data pendukung. Secara molekuler, keragaman genetik dapat diamati dengan menggunakan teknik microsatellite-DNA atau sering juga disebut dengan VNTRs (Variable Number Tandem Repeats) atau SSRs (Simple Sequence Repeats).

Identifikasi variasi genetik ini melalui pendekatan molekuler akan mem-punyai efisiensi waktu dan efektivitas pelaksanaan karena seleksi bisa dilakukan pada saat ternak belum mencapai usia dewasa. Hasil penelitian Afrida (2011) mengungkap keragaman genetik kerbau lokal Tana Toraja, Sulawesi Selatan dan kerbau lokal Lombok, NTB yang merupakan strategi awal dari konservasi, membuktikan adanya proses breeding di antara kedua populasi kerbau tersebut.

(15)

di Perguruan Tinggi terutama dalam matakuliah Genetika Populasi dalam bentuk pengembangan bahan ajar. Merujuk pada kurikulum genetika perguruan tinggi, ada satu pokok bahasan yang membahas tentang genetika populasi. Penelitian ini adalah penelitian tentang genetika populasi yang menerapkan teknik dan prosedurnya. Oleh karena itu, sangat tepat apabila hasil penelitian ini digunakan dalam pengem-bangan bahan ajar genetika populasi.

Metode Penelitian

Pengembangangan bahan ajar berdasarkan model Dick & Carey (1985). Model pengembangan Dick & Carey memiliki kemiripan dengan model yang dikem-bangkan Kemp, tetapi ditambah dengan komponen melaksanakan analisis pem-belajaran. Model pengembangan bahan ajar matakuliah genetika ditampilkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Model Perancangan dan Pengembangan Pengajaran menurut Dick dan Carey dalam Mursid (1997)

Dari model di atas dapat digambarkan sebagai berikut.

(16)

agar mahasiswa dapat melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan program pengajaran. Definisi tujuan pengajaran mungkin mengacu pada kurikulum tertentu atau mungkin juga berasal dari daftar tujuan sebagai hasil need assessment, atau dari pengalaman praktek dengan kesulitan belajar mahasiswa di dalam kelas.

2. Melakukan Analisis Instruksional (Con-ducting a Goal Analysis). Setelah mengidentifikasi tujuan pembelajaran, maka akan ditentukan apa tipe belajar yang dibutuhkan mahasiswa. Tujuan yang dianalisis untuk mengidentifikasi keterampilan yang lebih khusus lagi yang harus dipelajari. Analisis ini akan menghasilkan carta atau diagram tentang keterampilan-keterampilan/ konsep dan menunjukkan keterkaitan antara keterampilan konsep tersebut. 3. Mengidentifikasi Tingkah Laku

Awal/Karakteristik Mahasiswa (Identity Entry Behaviours/Learner Characteris-tic). Ketika melakukan analisis terhadap keterampilan-keterampilan yang perlu dilatihkan dan tahapan prosedur yang perlu dilewati, juga harus dipertimbang-kan keterampilan apa yang telah di-miliki mahasiswa saat mulai mengikuti pengajaran. Yang penting juga untuk diidentifikasi adalah karakteristik khusus mahasiswa yang mungkin ada hubungannya dengan rancangan akti-vitas-aktivitas pengajaran

4. Merumuskan Tujuan Kinerja (Write Performance Objectives). Berdasarkan analisis instruksional dan pernyataan tentang tingkah laku awal mahasiswa, selanjutnya akan dirumuskan

pernya-taan khusus tentang apa yang harus dilakukan mahasiswa setelah menyele-saikan pembelajaran.

5. Pengembangan Tes Acuan Patokan (Developing Criterian-Referenced Test Items). Pengembangan Tes Acuan Patokan didasarkan pada tujuan yang telah dirumuskan, pengembangan butir asesmen untuk mengukur kemampuan mahasiswa seperti yang diperkirakan dalam tujuan

6. Pengembangan Strategi Pengajaran (Develop Instructional Strategy). Infor-masi dari lima tahap sebelumnya, maka selanjutnya akan mengidentifikasi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan akhir. Strategi akan meliputi aktivitas preinstruksional, penyampaian infor-masi, praktek dan balikan, testing, yang dilakukan lewat aktivitas.

7. Pengembangan atau Pemilihan Bahan Pengajaran (Develop and Select Instructional Materials). Tahap ini akan digunakan strategi pengajaran untuk menghasilkan pengajaran yang meliputi petunjuk untuk mahasiswa, bahan pelajaran, tes dan panduan dosen. 8. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi

Formatif (Design and Conduct For-mative Evaluation). Evaluasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana meningkatkan pengajaran. 9. Menulis Perangkat (Design and

(17)

10. Revisi Pengajaran (Instructional Revi-tions). Tahap ini mengulangi siklus pengembangan perangkat pengajaran. Data dari evaluasi sumatif yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya diringkas dan dianalisis serta di-interpretasikan untuk diidentifikasi kesulitan yang dialami oleh mahasiswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Begitu pula masukan dari hasil implementasi dari pakar/validator.

Pada penelitian ini hanya meng-gunakan 7 tahapan saja dari 10 tahapan yang telah dikembangkan oleh Dick dan Carey, yaitu: 1) mengidentifikasi tujuan; 2) mela-kukan analisis instruksional; 3) meng-identifikasi tingkah laku awal dan karak-teristik siswa; 4) merumuskan tujuan kinerja; 5) pengembangan tes acuan patokan; 6) pengembangan strategi pengajaran; dan 7) pengembangan dan memilih bahan pengajaran. Hal ini didasarkan bahwa ketujuh tahapan tersebut telah mencakup isi dari kesepuluh langkah/tahapan yang telah dikembangkan oleh Dick & Carey.

Untuk mengidentifikasi tingkah laku awal mahasiswa, peneliti telah melakukan survei dan pengamatan di Jurusan Pendidikan Biologi IKIP Budi Utomo Malang, serta didukung dengan deskripsi matakuliah Genetika. Dari deskripsi matakuliah Genetika tersebut terlihat bahwa untuk materi molekuler belum pernah dibahas, sehingga hasil penelitian ini dapat diberikan kepada mahasiswa. Selain itu, penelitian ini menitikberatkan pada pengembangan bahan ajar dan tidak sampai pada pengembangan evaluasi.

Pengem-bangan bahan ajar ini difokuskan pada materi genetika populasi yang meliputi studi terhadap berbagai faktor yang membentuk struktur genetik suatu populasi dan menyebabkan perubahan-perubahan evolu-sioner suatu spesies sepanjang waktu. Terdapat beberapa faktor yang sangat berperan dalam kejadian evolusi pada suatu populasi, yaitu mutasi, rekombinasi, seleksi alam, genetic drift, gene flow, dan perkawinan yang tidak acak. Faktor-faktor tersebut akan memepengaruhi keragaman genetik pada suatu populasi.

Permasalahan mendasar dalam genetika populasi evolusionis adalah menentukan bagaimana frekuensi dari mutan alel bisa berubah pada waktunya dibawah efek/pengaruh dari berbagai kekuatan evolusiner. sebagai tambahan, dari segi pandangan yang jangka panjang, adalah suatu yang penting untuk menentukan kemungkinan dari mutan-mutan baru dari varian yang akan dengan sepenuhnya menggantikan populasi yang lama, serta untuk menaksir seberapa cepat dan bagaimana sering proses penggantian itu terjadi nantinya.

(18)

Tabel 1. Nilai Frekuensi Alel Setiap Lokus Mikrosatelit pada Populasi Kerbau Tana

Toraja dan Lombok

Lokus Alela Populasi

Tana Toraja Lombok

INRA 032 150 0,64 0,38

190 0,36 0,63

ETH 225 149 0,57 0,64

275 0,43 0,36

Berdasarkan Tabel 1 di atas, didapatkan nilai frekuensi alel kedua lokus mikrosatelit dari wilayah Tana Toraja berkisar antara 0,36 sampai dengan 0,64; sedangkan nilai frekuensi alel kedua lokus mikrosatelit dari wilayah Lombok berkisar antara 0,36 sampai dengan 0,64. Nilai frekuensi alel ini kemudian digunakan untuk menghitung nilai heterozigositas.

Satu cara yang paling sederhana untuk mengukur luas dari polimorfik dalam sebuah populasi adalah dengan menghitung proporsi rata-rata dari polimorfik loci (P) dengan membagi jumlah dari polimorfik loci dengan jumlah total dari loci yang dijadikan contoh. Namun, pengukuran ini bergantung pada jumlah individu yang dipelajari, karena semakin kecil ukuran contoh atau sampel, semakin sulit untuk mengidentifikasi polimorfik loci. Untuk mengetahui nilai polimorfisme dalam lokus maka dapat dilakukan perhitungan nilai PIC (Polymorphisme Information Content). Sebagai contohnya adalah Nilai uji PIC antara populasi kerbau di Tana Toraja dan Lombok disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2. Hasil Uji PIC Populasi Kerbau Tana Toraja

Lokus PIC %

INRA 032 35,46%

ETH 225 37,01%

Rata- rata 36,24%

Berdasarkan Tabel 2 di atas, nilai informasi polimorfik pada populasi kerbau Tana Toraja yang tertinggi adalah pada lokus ETH 225 yaitu sebesar 37,01%; sedangkan nilai informasi polimorfik terendah adalah pada lokus INRA 032 yaitu sebesar 35,46%. Hal ini berarti bahwa lokus ETH 225 lebih polimorfik dibandingkan dengan lokus INRA 032. Untuk rata-rata nilai informasi polimorfik pada populasi kerbau Tana Toraja adalah sebesar 36,24%.

Tabel 3. Hasil Uji PIC Populasi Kerbau Lombok

Lokus PIC %

INRA 032 34,41%

ETH 225 35,46%

Rata- rata 34,94%

(19)

Tabel 4. Nilai Heterozigositas dan Rataan Heterozigositas Populasi Kerbau Tana Toraja

Lokus Heterozigositas (h)% Observed Expected INRA 032 35,71% 24,71%

ETH 225 42,86% 26,36%

Rata-rata 39,29% 25,54%

Berdasarkan Tabel 4 di atas menun-jukkan adanya variasi nilai observed heterozigosity alel dalam populasi kerbau di Tana Toraja. Nilai observed heterozigosity lokus INRA 032 memiliki nilai hetero-zigositas tertinggi yaitu sebesar 42,86%; sedangkan lokus ETH 225 memiliki nilai observed heterozigosity terendah yaitu sebesar 35,71%. Untuk nilai rata-rata observed heterozigosity dari kedua lokus tersebut adalah sebesar 39,29%; sedangkan nilai rata-rata expected heterozigosity dari kedua lokus tersebut adalah sebesar 25,54%.

Tabel 5 Nilai Heterozigositas dan Rataan Heterozigositas Populasi Kerbau Lombok

Lokus Heterozigositas (h)% Observed Expected

INRA 032 37,50% 26,75%

ETH 225 35,71% 24,71%

Rata-rata 36,61% 25,73%

Berdasarkan Tabel 5 di atas menunjukkan adanya variasi nilai observed heterozigosity alel dalam populasi kerbau di Lombok. Nilai observed heterozigosity lokus INRA 032 memiliki nilai heterosigositas tertinggi yaitu sebesar 37,50%; sedangkan lokus ETH 225 memiliki nilai observed heterozigosity terendah yaitu sebesar 35,71%. Untuk nilai rata-rata observed heterozigosity dari kedua lokus tersebut adalah sebesar 36,61%; sedangkan nilai rata-rata expected heterozigosity dari kedua lokus tersebut adalah sebesar 25,73%. Dengan demikian keragaman genetik populasi

kerbau lokal pada dua daerah tersebut adalah sangat tinggi.

Prinsip utama dalam genetik populasi adalah prinsip Hardy-Weinberg, menduga bahwa dalam kondisi tertentu, frekuensi alel dan genotipe akan tetap konstan dalam suatu populasi dan keduanya saling berhubungan satu sama lain. Kondisi-kondisi tertentu yang dimaksud dalam prinsip Hardy-Weinberg ini meliputi: 1) kawin secara seksual dan acak, 2) tidak ada seleksi alam, 3) kejadian mutasi diabaikan, 4) tidak ada individu yang masuk atau keluar dari suatu populasi, dan 5) ukuran populasi yang cukup besar. Jika kondisi-kondisi ini terpenuhi oleh suatu populasi, maka populasi tersebut berada dalam kese-imbangan Hardy-Weinberg (Hardy-Weinberg Equilibrium). Penyimpangan dari keseimbangan Hardy-Weinberg ini merupa-kan dasar untuk mendeteksi kejadian inbreeding, fragmentasi populasi, migrasi, dan seleksi.

Memahami dan mempertahankan keragaman genetik suatu populasi sangat penting dalam konservasi karena keragaman genetik yang tinggi akan sangat membantu suatu populasi beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya, termasuk mampu beradaptasi terhadap penyakit-penyakit yang ada di alam.

(20)

memasukkan darah baru atau darah segar ke dalam suatu populasi) untuk menghindari kejadian inbreeding. Atau tindakan-tindakan konservasi lainnya seperti menjadikan wilayah yang dihuni oleh populasi spesies dengan keragaman genetik yang tinggi sebagai taman nasional? (Ahli manajemen konservasi tentu lebih paham tentang hal ini). Segala usaha yang dilakukan tetap memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mempertahankan keragaman genetik pada suatu populasi spesies untuk memper-tahankan keberadaannya di alam di masa yang akan datang (Arsyadi, 2007).

Hasil Penelitian

Bahan ajar yang dikembangkan disusun berdasarkan hasil penelitian ini. Bahan ajar sebagai produk pengembangan juga dilengkapi dengan petunjuk praktikum. Bahan ajar yang dicoba dikembangkan melalui penelitian ini berupa bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan mengikuti beberapa tahapan dalam model Dick & Carey agar mudah dipelajari oleh mahasiswa.

Susunan bahan ajar terdiri dari komponen-komponen pembelajaran yang meliputi: 1) judul bab dan konsep-konsep kunci, 2) petunjuk, 3) tujuan pembelajaran umum, 4) tujuan pembelajaran khusus, 5) uraian materi, 6) rangkuman, 7) soal latihan dan akhir bab, dan 8) sumber pendukung. Bahan ajar ini juga dilengkapi dengan petunjuk praktikum sebagai bagian yang tidak terlepas dan saling melengkapi dengan bahan ajar tersebut. Komponen-komponen pembelajaran yang tertuang dalam petunjuk praktikum adalah: 1) pendahuluan, 2) tujuan, 3) alat dan bahan, 4) prosedur kerja, dan 5)

bahan diskusi. Bahan ajar matakuliah genetika ini ditujukan kepada mahasiswa yang sedang menempuh matakuliah Genetika.

Materi coba dikembangkan dalam bahan ajar merupakan materi yang terkait dengan hasil penelitian. Cakupan materi difokuskan pada DNA sebagai materi genetik. Materi bahan ajar ini terdiri dari 3 bab, yaitu: 1) materi genetik. 2) penanda molekuler, dan 3) genetika populasi. Setiap bab ini yang dipelajari memiliki tujuan pembelajaran umum dan khusus. Dengan demikian uraian materi yang dicoba dipaparkan mengarah kepada pencapaian kedua tujuan pembelajaran ini.

(21)

FMIPA Universitas Negeri Malang. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode kuisioner. Hasil penilaian oleh ahli isi matakuliah disajikan pada Tabel 6 dan Tabel 7.

Tabel 6. Hasil Penilaian Ahli Isi Matakuliah terhadap Bahan Ajar melalui Angket

No. Kriteria Skor

1. Ketepatan judul bab dengan isi materi dalam setiap bab

5 2. Kejelasan petunjuk pada bahan

ajar

4 3. Kejelasan konsep-konsep kunci 4 4. Kesesuaian antara TPK dan 9. Kejelasan soal latihan akhir bab

yang diberikan

4 10. Keseuaian antara soal latihan

akhir bab dengan materi

4 11. Ketepatan isi rangkuman 4 12. Kesesuaian antara tes akhir bab

dengan tujuan pembelajaran

4 13. Ketepatan sumber pendukung

yang dapat dijadikan acuan dihasilkan dalam penelitian ini sudah sangat baik dan dapat digunakan untuk mempelajari Genetika berbasis molekuler. Adapun saran yang diberikan oleh ahli isi matakuliah adalah materi yang telah disajikan sudah cukup bagus.

Tabel 7. Hasil Penilaian Ahli Isi Matakuliah terhadap Petunjuk Praktikum melalui

Angket

No. Kriteria Skor

1. Kejelasan petunjuk umum praktikum (larangan, kewajiban, peringatan)

5 2. Kejelasan pengenalan alat dan

bahan praktikum

4 3. Kesesuaian antara pendahuluan

dengan materi praktikum

5 4. Kesesuaian antara tujuan

praktikum dengan materi praktikum

5 5. Keoperasionalan tujuan

pembelajaran khusus

5 6. Ketepatan langkah-langkah

(prosedur) praktikum

5 7. Kejelasan petunjuk umum 4 8. Kejelasan tugas dan latihan 4

Jumlah 37

Langkah berikut yang dilakukan setelah data disajikan adalah menganalisis data.

a. Bahan Ajar

Berdasarkan hasil penilaian ahli isi matakuliah sebagaimana dicantumkan pada Tabel 6, maka dapat dihitung persentase tingkat pencapaian bahan ajar sebagai berikut: karena bobot setiap pilihan adalah 1, dengan demikian persentase = 57: (13x5) x 100% = 87,69%. Setelah dikonversikan dengan tabel konversi, persentase 87,69% berada pada kualifikasi sangat baik, sehingga bahan ajar ini tidak perlu direvisi lagi dan dapat digunakan sebagai bahan penunjang dalam pembelajaran matakuliah Genetika.

b. Petunjuk Praktikum

(22)

(8x5) x 100% = 92,5%. Setelah dikon-versikan dengan tabel konversi, persentase 92,5% berada pada kualifikasi sangat baik, sehingga petunjuk praktikum ini tidak perlu direvisi lagi dan dapat digunakan sebagai bahan penunjang dalam pembelajaran matakuliah Genetika berbasis molekuler.

Pembahasan

Bahan ajar matakuliah Genetika ini disusun berdasarkan hasil temuan dari penelitian Afrida (2011). Penyusunan bahan ajar ini sebagai langkah awal untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa mengenai bahasan DNA sebagai materi genetik dan teknik analisis molekulernya. Dengan mempelajari materi genetik dan teknik analisis molekulernya dapat menjadi terobosan dalam pembelajaran Genetika yang selama ini kurang diminati dan dianggap sukar oleh mahasiswa.

Pembelajaran yang berbasis peneli-tian akan merangsang siswa/mahasiswa untuk terus mengikuti perkembangan ilmu dan dilakukan secara kontekstual karena berdasarkan data konkrit hasil penelitian (Amin, 2010). Hal ini sejalan dengan konsep pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) di mana guru/dosen menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa/ mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat (Nurhadi dkk., 2004).

Bahan ajar yang coba dikembangkan melalui penelitian ini berupa bahan ajar

yang disusun secara sistematis dengan mengikuti beberapa tahapan dalam model Dick & Carey agar mudah dipelajari oleh mahasiswa. Penyusunan bahan ajar juga dilengkapi dengan petunjuk praktikum yang merupakan panduan bagi mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan praktikum setelah mempelajari bahan ajar yang ada. Dengan demikian, diharapkan mahasiswa mampu mengikuti dengan baik keseluruhan topik praktikum yang ada, sehingga mereka memiliki penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang utuh terhadap materi genetika dan teknik analisis molekulernya.

Simpulan dan Saran Simpulan

Penelitian ini menghasilkan dua produk pembelajaran, yaitu berupa hand-out matakuliah Genetika berbasis molekuler dan petunjuk praktikum Biologi Molekuler. Secara umum, bahan ajar yang dihasilkan dalam penelitian ini sudah sangat baik dan dapat digunakan untuk mempelajari Genetika berbasis molekuler. Adapun hasil validasi ahli menyatakan bahwa isi materi yang disajikan sudah cukup bagus.

Saran

(23)

Daftar Rujukan

Afrida, I. R. 2011. Identifikasi Variasi Genetik Kerbau Lokal Tana Toraja dan Lombok Berbasis Mikrosatelit sebagai Bahan Pengembangan Materi Ajar Genetika Populasi. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

Amin, M. 2010. Implementasi Hasil-Hasil Penelitian Bidang Biologi dalam Pembelajaran. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional VII Pendidikan Biologi FKIP UNS: Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya, Surakarta, 31 Juli 2010.

Arsyad, A. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Degeng, N.S. Tanpa Tahun. Teori

Pembelajaran I: Taksonomi Variabel. Program Magister Manajemen Pendidikan Universitas Terbuka.

Klug W.S. and Cumming M.R. 2002. Essentials of Genetics. Fourth Edition. New Jersey: Prentice Hall. Mursid, R. 1997. Pengembangan Buu Ajar

Gambar Teknik Perguruan Tinggi

Menggunakan Rancangan

Pembelajaran Model Dick dan Carey. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

Newby, T.J., Stepich, D.A., Lehman, J.D and Russel, J. 2000. Instructional technology for Teaching and Learning Secon Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Saenab, S. 2009. Pemetaan Variasi Genetik Kerbau Lokal Tana Toraja Berbasis Restriction Fragment Lenght Polymorphism-DNA (RFLP-DNA) sebagai Sumber Belajar di Sekolah Menengah Atas dan Perguruan Tinggi. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

(24)
(25)

Ita Chairun Nissa

Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram Email: chairunnissaita@yahoo.co.id

Abstract: This research is motivated by the problems of the poor quality of the mathematics assessment tool that can be produced by a student who is working on a final project for a scientific paper, although that has been conducting Field Experience, where most of the problem lies in the inaccuracy tool assessment is designed with aspects of mathematics assessment to be measured, so this affects the validity of the results obtained by the student assessment. Therefore, the students of the fifth semester who are taking courses of mathematics learning evaluation will be given treatment through the implementation of Problem Based Learning with Seven Jumps method that aims to improve students' critical thinking in designing the mathematics assessment tool. This research is experimental research with research subjects are students of the fifth semester of Teachers' Training College majoring in mathematics education Mataram. The data in this study were obtained by testing techniques, portfolio, and interview. Test data and portfolio assessment tool produced by the students, were analyzed quantitatively, while the interview data were analyzed qualitatively. The results showed that students in the experimental class were given treatment by the method of Problem Based Learning Seven Jumps demonstrate critical thinking higher than students in the control class that uses conventional learning.

Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan rendahnya kualitas alat penilaian matematika yang mampu dihasilkan oleh mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir karya ilmiah untuk jenjang strata-1 (skripsi) walaupun yang telah melaksanakan kegiatan Pengalaman Praktek Lapangan (PPL), dimana sebagian besar permasalahan terletak pada ketidaktepatan alat penilaian yang dirancang dengan aspek penilaian matematika yang akan diukur, sehingga hal ini berdampak pada kevalidan hasil penilaian yang diperoleh mahasiswa tersebut. Oleh karena itu, pada mahasiswa semester V (lima) yang sedang menempuh mata kuliah evaluasi pembelajaran matematika akan diberikan perlakuan melalui penerapan Problem Based Learning

dengan metode Seven Jumps yang bertujuan untuk meningkatkan daya pikir kritis mahasiswa dalam melakukan perancangan alat penilaian matematika. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan subjek penelitian adalah mahasiswa semester V (lima) jurusan pendidikan matematika IKIP Mataram. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik tes, portofolio, dan wawancara. Data tes dan portofolio alat penilaian yang dihasilkan oleh mahasiswa, dianalisis secara kuantitatif, sedangkan data wawancara dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa pada kelas eksperimen yang diberikan perlakuan Problem Based Learning dengan metode Seven Jumps menunjukkan daya pikir kritis yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Kata kunci : daya pikir kritis, problem based learning, alat penilaian

Pendahuluan

Penilaian merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dari kegiatan pembelajaran matematika. Banyak hal yang harus dilakukan guru dalam mengumpulkan informasi mengenai tingkat penguasaan matematika siswa, seperti memberikan tes, memberikan tugas, mengajukan pertanyaan, mengobservasi aktivitas dan partisipasi siswa, dan membuat portofolio. Semua itu

(26)

prinsip utama yang melandasi penilaian dalam pembelajaran matematika, kelima prinsip tersebut adalah (1) penilaian harus ditujukan untuk meningkatkan kualitas belajar dan pembelajaran, (2) metode penilaian harus dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan siswa mampu menunjukkan apa yang mereka ketahui bukan mengungkap apa yang tidak diketahui, (3) penilaian harus bersifat operasional untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika, (4) kualitas alat penilaian tidak ditentukan oleh mudahnya pemberian skor secara objektif, dan (5) alat penilaian hendaknya bersifat praktis (Lange, 1997 dalam Herman, 2001).

Seiring dengan perubahan konsepsi kurikulum, teori belajar dan kebutuhan ekonomi global mengenai apa yang penting dibutuhkan dari penguasaan matematika, maka pandangan mengenai penilaian matematika juga mengalami perkembangan. Suatu program tiga-tahunan yang diseleng-garakan oleh OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development) yaitu PISA (Programme for International Student Assessment) telah mengkonsepsi mengenai penilaian matematika yang dibutuhkan oleh masyarakat ekonomi global yang disebut dengan literasi matematika yaitu kemampuan siswa untuk melakukan analisis, penalaran dan komunikasi secara efektif pada saat mereka mengajukan, memecahkan dan menafsirkan masalah matematika dalam berbagai situasi. Data PISA tahun 2012, menyebutkan bahwa Indonesia berada pada ranking 64 dari 65 negara, dan kenyataan inilah yang menjadi salah satu alasan harus diimplementasikan-nya kurikulum 2013 yang bermuatan

pendidikan karakter dan pemecahan masalah untuk memberikan kecakapan hidup bagi siswa dalam menghadapi tantangan masa depan.

Sesuai dengan tuntutan kebutuhan kompetensi matematika di masyarakat global, maka seyogyanya mahasiswa calon guru matematika juga harus memiliki kesadaran dan membuka pikiran terhadap perkembangan penilaian matematika baik dalam aspek konsep, teknik menilai, bentuk alat penilaian, maupun cara melakukan penilaiannya. Untuk dapat mengikuti tuntutan tersebut, maka mahasiswa harus memiliki pola pikir yang terbuka dan kritis sehingga mampu melakukan penalaran dalam merancang alat penilaian matematika yang tepat dan sesuai untuk menilai proses dan hasil belajar matematika siswa. Berpikir kritis merupakan proses berpikir secara tepat, terarah, beralasan, dan reflektif dalam pengambilan keputusan yang dapat dipercaya. Untuk mengetahui bagaimana mengembangkan berpikir kritis pada diri seseorang, Robert H. Ennis (2000) menyebutkan bahwa pemikir kritis idealnya mempunyai 12 kemampuan berpikir kritis yang dikelompokkan menjadi 5 aspek kemampuan berpikir kritis, antara lain:

Tabel 1. Indikator Daya Pikir Kritis Aspek berpikir

a. Fokus pada pertanyaan (dapat mengidentifikasi pertanyaan/masalah, dapat mengidentifikasi jawaban yang mungkin, dan apa yang dipikirkan tidak keluar dari masalah itu.

(27)

kesimpulan dari masalah

karakter yang lain dalam penentuan keputusan. Penggunaan konteks matematika memegang peranan penting dalam penilaian, sehingga aspek tersebut tidak mungkin terlewatkan. Hal ini tampaknya sangat sederhana, akan tetapi jika kita lihat volume kerja yang harus dilakukan maka kesederhanaan tersebut berubah jadi sesuatu

yang berat. Untuk itu diperlukan suatu strategi agar calon guru tidak kehabisan stok permasalahan kontekstual yang sesuai. Apabila kumpulan permasalahan konteks-tual telah tersedia, masalah selanjutnya muncul adalah bagaimana cara mendesain suatu masalah yang dapat digunakan secara fair dan berimbang untuk semua siswa. Selain itu bagaimana pula caranya memberikan penilaian (grading) kepada siswa sebagai hasil belajar mereka. Dengan demikian, secara umum terdapat tiga permasalahan utama menyangkut asesmen hasil pembelajaran yaitu: (1) bagaimana memperoleh situasi kontekstual orisinil sebagai bahan utama untuk melaksanakan asesmen? (2) bagaimana cara mendesain alat asesmen yang mampu merefleksikan hasil belajar siswa? dan (3) Bagaimana mengases hasil pekerjaan siswa? (Herman, 2001)

(28)

baru dengan pengetahuan dan keterampilan yang sudah diperoleh sebelumnya. Dengan demikian, mahasiswa diharapkan memiliki pemahaman yang utuh dari sebuah materi pelajaran yang diformulasikan dalam masalah, penguasaan sikap positif, dan

keterampilan secara bertahap dan ber-kesinambungan (Roh, 2003). Proses peran-cangan alat penilaian matematika yang akan dilaksanakan dalam desain problem based learning dengan metode seven jumps diuraikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. Langkah Problem Based Learning Dengan Metode Seven Jumps Tahapan Problem Based

Learning Metode Seven Jumps

Tahap 1 :

Orientasi siswa pada masalah

(1) Clarifying Terms and Concepts

Mahasiswa dikenalkan dengan beberapa istilah dan konsep yang terkait dengan penilaian matematika, antara lain : a. Teknik penilaian : tes (uraian, pilihan ganda) dan non-tes

(angket, observasi, wawancara, catatan harian, portofolio, b. Aspek penilaian matematika : menilai pemahaman konsep

matematika/ pengetahuan konseptual, menilai

keterampilan matematika/pengetahuan prosedural, menilai pemecahan masalah matematika/problem solving, dan menilai sikap siswa terhadap matematika

c. Jenis rubrik penilaian : rubrik holistik dan rubrik analitik (2) Defining the Problem

Mahasiswa merumuskan masalah yang akan dipecahkan melalui kerja perancangan alat penilaian matematika, antara lain :

a. Apa yang menjadi indikator aspek penilaian terhadap pemahaman konsep, keterampilan matematika, pemecahan masalah dan sikap siswa terhadap matematika ?

b. Jenis alat penilaian apa yang tepat digunakan untuk menilai pemahaman konsep, keterampilan matematika, pemecahan masalah dan sikap siswa terhadap matematika ?

c. Bagaimana cara merancang alat penilaian yang sesuai dengan indikator ?

d. Bagaimana cara merancang rubrik penilaian yang sesuai dengan indikator ?

e. Bagaimana cara menjamin bahwa alat penilaian yang telah dirancang memang tepat untuk mengukur aspek penilaian yang diinginkan ?

(3)Analyzing the problem/Brainstorming

Dari semua rumusan masalah di atas, kemudian melalui kegiatan tanya jawab dosen menganalisis menurut prior

knowledge (pengetahuan yang sudah dimiliki) oleh

(29)

Tahap 2 :

Mengorganisasi siswa belajar memecahkan masalah

(4) Categorizing

Mahasiswa mengklasifikasikan apa saja hal-hal yang sudah maupun belum jelas mereka pahami

Mengenal saja Belum memahami

Sudah memahami

………. ………. ……….

………. ………. ……….

………. ………. ……….

Tahap 3 : Membimbing pemecahan masalah secara individu maupun kelompok

(5) Formulating Learning Issues

Dosen membantu mahasiswa membuat daftar (list) apa saja pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menjawab beberapa hal terkait penilaian yang masih belum jelas

Aspek belum jelas

Hal yang harus dicari

Referensi pendukung

………. ………. ……….

………. ………. ……….

………. ………. ……….

(6) Self Study

Mahasiswa mempelajari buku-buku, mencari sumber di internet, jurnal penelitian, maupun berkonsultasi dengan narasumber/ahli mengenai ketepatan alat penilaian matematika yang sedang mereka rancang

Tahap 4 : Menyajikan hasil pemecahan masalah

Mahasiswa menyajikan alat penilaian matematika yang telah dirancang

Tahap 5: Mengevaluasi dan menganalisis proses pemecahan masalah

(7) Discussion of newly acquired knowledge

Dosen dan mahasiswa melakukan refleksi terhadap alat penilaian matematika yang telah dirancang, mengevaluasi proses perancangan, melakukan cross check dengan indikator, memeriksa kebenaran rubrik penilaian, dan sejauh mana alat tersebut dapat mengukur hasil belajar matematika. Melalui diskusi ini, mahasiswa dapat mengetahui sejauhmana mereka sudah belajar, sedalam apa, seluas apa dibanding dengan teman-temannya. Mahasiswa dapat saling melengkapi pengetahuan yang diperoleh, dan mereka merasa puas karena telah memiliki pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan sasaran belajarnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan rancangan kuasi eksperimen dengan desain randomized pretest-posttest control group design. Model rancangan penelitian menggunakan randomized pretest-posttest

control group design ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rancangan Penelitian Kelompok Pretes Perlakuan Posttes

Eksperimen O1 X1 O2

(30)

Keterangan

X1 : problem based learning dengan metode

seven jumps

X2 : pembelajaran konvensional

O1 : tes awal sebelum problem based learning dengan metode seven jumps

O2 : tes akhir setelah problem based learning dengan metode seven jumps

O3 : tes awal sebelum pembelajaran konvensional

O4 : tes akhir setelah pembelajaran konvensional Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

H0: XEXK (rata-rata nilai kelas

eksperimen sama dengan kelas kontrol)

Ha: XEXK (rata-rata nilai kelas

eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol)

dimana t tabel = t (1- ) ( db ), dengan kriteria pengujiannya adalah :

tolak H0 jika t hitung > t tabel , dalam hal lain Ha diterima (Subana, 2005)

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik tes, portofolio, dan wawancara. Tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes uraian dengan soal terbuka yang menyajikan kasus-kasus dalam pembelajaran matematika dan mahasiswa diminta untuk menentukan teknik, alat, dan rubrik penilaian yang tepat sesuai konteks masalah yang diberikan, data tes kemudian dianalisis secara kuantitatif dalam bentuk rata-rata nilai kelas.

Hasil kerja mahasiswa dalam tugas perancangan alat penilaian matematika selama proses pembelajaran berlangsung didokumentasikan dalam bentuk portofolio yang kemudian dianalisis secara kualitatif untuk mendeskripsikan sejauh mana pemahaman mahasiswa mengenai konsep-konsep dalam penilaian, keluwesan berpikir

dalam memandang permasalahan yang diberikan, kelancaran berpikir yang berkaitan dengan solusi variatif yang diberikan, serta ketepatan alat penilaian dengan indikatornya. Data wawancara juga dianalisis secara kualitatif sebagai teknik pemeriksanaan keabsahan data, agar data yang diperoleh dalam penelitian adalah valid dan benar-benar mencerminkan jawaban mahasiswa yang sebenarnya. Subjek wawancara dipilih secara purposive random sampling dengan pertimbangan nilai tes yang diperoleh dan pemilihan subjek yang komunikatif.

Hasil dan Pembahasan 1. Pengujian hipotesis

Data rata-rata nilai tes dari kedua kelas eskperimen dan kelas kontrol dapat ditampilkan pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Data pretes-posttes Statistik Ekperimen Kontrol

Pretes 37,28 37,44 Prottes 77,44 58,40

Beda 40,16 20,96

Sebelum pengujian hipotesis, dilakukan pengujian normalitas data. Hasil pengujian normalitas data ditampilkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil uji normalitas data Kelompok 2hitung

2

 tabel Keterangan

Eksperimen 1,833885 9,488 0,05 Berdistibusi normal Kontrol 2,209399 9,488 0,05 Berdistibusi

normal Selanjutnya data tersebut dianalisis menggunakan uji-t dan didapati nilai thitung

(31)

hitung

t dan nilai ttabel (derajat kebebasan 48

dan taraf signifikan 5%), dimana nilai ttabel

yang didapat adalah 1,684. Jika nilai thitung >

tabel

t maka Ha diterima dan H0 ditolak.

Berdasarkan data yang diperoleh didapati nilai thitung > ttabel yakni 4,975525507

>1,684 dimana hal ini berarti Ha diterima

dan H0 ditolak

2. Deskripsi berpikir kritis

Berdasarkan data tes, portofolio, dan wawancara maka dapat dideskripsikan daya pikir kritis mahasiswa dalam perancangan alat penilaian matematika sebagaimana yang dijelaskan berikut ini:

a. Elementary clarification (memberikan penjelasan dasar)

Pada awal perkuliahan, dosen menyampaikan permasalahan pembelajaran matematika terkini yang sedang menjadi perhatian utama dalam bidang pendidikan. Permasalahan disampaikan dalam bentuk kasus-kasus yang disajikan melalui demon-strasi, pemutaran video, maupun pengguna-an model dari suatu permasalahpengguna-an. Maha-siswa diharuskan menuliskan sebanyak-banyaknya berbagai istilah maupun konsep dalam penilaian matematika dan menjelaskannya melalui kajian berbagai pustaka dan belajar mandiri. Portofolio mahasiswa menunjukkan mahasiswa mampu mendaftar banyak istilah maupun konsep dan memberikan penjelasannya seperti yang dikutip dari pustaka yang dirujuk. Perbedaan pendapat kemudian muncul, pada saat dosen mengklarifikasi apa yang telah diperoleh mahasiswa. Hal ini dikarenakan, banyak istilah maupun konsep yang dirumuskan dan

didefinisikan menggunakan bahasa pen-didikan tingkat tinggi, sehingga menim-bulkan banyak persepsi dan perbedaan dalam memahami dan memberi makna terhadap istilah maupun konsep tersebut.

Perbedaan pandangan banyak terjadi pada saat diskusi mengenai : apa itu konsep matematika? Apa saja yang merupakan konsep dan bukan konsep dalam materi matematika? Bagaimana cara membedakan suatu objek pembicaraan dalam matematika merupakan konsep atau bukan? Bagaimana cara mengetahui siswa telah memahami konsep atau tidak? Bagaimana kriteria suatu soal yang dapat mengukur pemahaman konsep atau tidak? Bagaimana cara membedakan antara pemahaman konsep dengan pengetahuan prosedural? Bukankah pada saat siswa melakukan matematika secara prosedural, maka ia juga harus memiliki pemahaman konsep? Bagaimana cara melihat perbedaan diantara keduanya secara jelas? Hal ini juga menjadi tidak begitu jelas apabila kita ingin menilai problem solving karena pada saat siswa melakukan problem solving, maka ia harus memahami konsep, mampu melakukan matematika secara prosedural dan kemampuan matematika lainnya? Bagai-mana cara kita menilai semua hal itu? Apakah harus menilai setiap aspek tersebut satu persatu secara terpisah atau menilai semua aspek dalam satu alat penilaian? b. The basis for the decision (menentukan

dasar pengambilan keputusan)

Gambar

Tabel 1 Rancangan Model Media Animasi Alat optik
Tabel 2 Hasil Validasi Media Animasi Alat optik
Tabel 3 Hasil Validasi Isi Materi dalam Media Animasi Alat optik
gambar dan perumusan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini diberitahukan bahwa Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat-Diretorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan akan melaksanakan Penilaian Luaran /

Based on the research finding, the result can be concluded that the advantage of internet as a source of islamic education learning at Junior High School Al

Belum semua pangsa pasar dikuasai oleh Ganep’s, bahkan di Surakarta sendiri saja masih ada yang belum mengetahui adanya toko roti Ganep’s, serta menurut Ganep’s

Untuk menghubungkan tabel-tabel tersebut, klik tombol Create Relation, kemudian klik klik atribut NIM pada tabel Mahasiswa (Primary Key), setelah itu klik atribut NIM pada

Sedangkan variabel workload tidak berpengaruh terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik big four dan non big four yang berafiliasi hal ini diduga lebih

The problem could solve with problem based learning (PBL). In problem-based learning builds many interactions between teachers and students. Because of that, this

Dalam penulisan tugas akhir ini akan dibahas tentang pengaruh blower elektrik sebagai supercharger terhadap performansi mesin dua bahan bakar ( dual fuel ) pada mesin

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi nutrisi biji durian yang dijadikan tepung dan pengaruhnya jika dimanfaatkan sebagai bahan penstabil es krim susu