• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD NEGERI 064036 MEDANKOTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD NEGERI 064036 MEDANKOTA."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS

MASALAH KELAS V SD NEGERI 064036 MEDANKOTA T.A 2014/2015

TESIS

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Dasar

Oleh: Sukriadi Hasibuan

NIM: 8136181030

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Peningkatan Kemampuan Pemecahan

Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah

Kelas V SD Negeri 064036 Medankota T.A 2014/2015”. Salawat dan salam penulis

sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah ummat.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu

penulis. Dengan keikhlasan dan ketulusan baik langsung maupun tidak langsung sampai

terselesainya tesis ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas

kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khususnya peneliti sampaikan kepada:

1. Teristimewa kepada Ayahanda tercinta Eddi Qarnadi Hasibuan dan Ibunda

tersayang Siti Aminah Pulungan sebagai motivator terkuat dan terhebat dengan

kasih sayang dan doanya diberikan kepada ananda sehingga penulis tetap

termotivasi serta kakak dan abang tercinta Emmi Hairani/Suami, Ahmadi Hasibuan,

S.Pd,/Isteri, Ilma Sahrani/Suami, dan yang paling terkhusus kepada abanganda

Agus Saleh., M.Pd yang telah memberikan motivasi, do’a dan dukungan baik moril

maupun materil yang begitu kuat dalam penyelesaian studi penulis dan juga adikku

tersayang Balyan Habibi Hasibuan, Eli Jusniati Hasibuan, Nur Azizah Hasibuan,

(5)

iv

2. Bapak Dr. Deny Setiawan, M.Si dan Ibu Dr. Anita Yus, M.Pd selaku Ketua dan

Sekretaris Program Studi Pendidikan Dasar Pascasarjana UNIMED sekaligus

Narasumber yang yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun untuk

menjadikan Tesis ini menjadi lebih baik serta Bapak Hizrah Saputra Harahap, S.Pd,

selaku Staf Program Studi Pendidikan Dasar.

3. Bapak Prof. Dian Armanto, M.Pd., M.A., M.Sc., Ph.D selaku Pembimbing I dan

Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan

bimbingan serta motivasi yang kuat dalam penyusunan tesis ini.

4. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku

Narasumber yang telah banyak memberikan saran dan masukan-masukan dalam

penyempurnaan tesis ini.

5. Direktur, Asisten I, II dan III beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED yang

telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan tesis ini.

6. Kepala Sekolah SD Negeri 064036 Medankota yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan.

7. Kepada adinda tersayang Almiyanti, Am.Keb., SKM yang telah setia menemani penulis dalam proses penyelesaian studi sampai akhir untuk mendapatkan gelar

M.Pd. Hadirmu, sungguh memberi semangat dalam menyelesaikan TESIS ini,

melupakan segala lelah yang telah dilalui.

8. Semua pihak serta rekan-rekan satu angkatan dari Program Studi Pendidikan Dasar

(6)

v

Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga tesis ini dapat

memberikan sumbangan dan manfaat bagi para pembaca, sehingga dapat memperkaya

khasanan penelitian-penelitian sebelumnya, dan dapat memberi inspirasi untuk

penelitian lebih lanjut.

Medan, 31 Maret 2015 Penulis,

(7)

v

1.2 Identifikasi Masalah ... 13

1.3 Pembatasan Masalah ... 14

1.4 Rumusan Masalah ... 14

1.5 Tujuan Penelitian ... 15

1.6 Manfaat Penelitian ... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 18

2.1 Kemampuan Pemecahan Masalah ... 18

2.2 Kemampuan Komunikasi Matematik ... 24

2.3 Pengertian Model Pembelajaran ... 28

2.4 Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 29

2.4.1 Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah ... 33

2.4.2 Langkah-Langkah Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah ... 36

2.4.3 Keunggulan Dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 38

2.4.4 Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 40

2.5 Pembelajaran Biasa ... 41

2.6 Perbedaan Model (PBM) dengan Pembelajaran Biasa ... 43

2.7 Teori yang Mendasari Pembelajaran Berbasis Masalah ... 44

2.8 Penelitian Yang Relevan ... 47

2.9 Kerangka Konseptual ... 49

(8)

vi

2.9.2 Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa antara Siswa

yang diajar Dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Lebih Baik

daripada Siswa Yang Diajarkan dengan Model Pembelajaran Biasa 51

2.9.3 Interaksi antara Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematik

Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 53

2.9.4 Interaksi antara Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematik Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa . 54 2.9.5 Proses Penyelesaian Jawaban yang Dibuat Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Terkait dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dan Komunikasi Matematik Siswa pada Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Biasa ... 55

2.10 Hipotesis Penelitian ... 57

BAB III METODE PENELITIAN ... 58

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 58

3.2 Penentuan Populasi dan Sampel ... 58

3.3 Variabel Penelitian ... 59

3.4 Desain dan Prosedur Penelitian ... 60

3.5 Pengontrolan Perlakuan ... 63

3.6 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 65

3.6.1 Tes Kemampuan Awal Siswa ... 65

3.6.2 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah... 67

3.6.3 Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 70

3.6.4 Uji Instrument ... 72

3.6.5 Validasi Instrument ... 72

3.6.6 Analisis Validitas Tes ... 73

3.6.7 Analisis Kesukaran Tes ... 74

3.6.8 Analisis Realibilitas Tes ... 74

3.6.9 Analisis Daya Pembeda ... 75

3.7 Prasyarat Analisis... 76

(9)

vii

3.7.2 Analisis Statistic Deskriptif Data Pemecahan Masalah Dan Komunikasi

Matematik ... 76

3.8 Pengolahan Data ... 79

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 83

4.1 Hasil Penelitian ... 83

4.1.1 Hasil Uji Coba Perangkat Pembelajaran dan Instrumen ... 83

4.1.2 Deskripsi Kemampuan Awal Matematika ... 86

4.1.2.1 Perhitungan Mean dan Standar Deviasi ... 87

4.1.2.2 Uji Normalitas ... 87

4.1.2.3 Uji Homogenitas ... 88

4.1.2.4 Uji Perbedaan Rata-rata ... 89

4.1.2.5 Pengelompokan Kemampuan Awal Matematika ... 90

4.2 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 91

4.2.1 Analisis Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 95

4.2.1.1 Uji Normalitas ... 95

4.2.1.2 Uji Homogenitas ... 96

4.2.1.3 Analisis Anava Dua Jalur ... 97

4.2.1.4 Faktor pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah ... 98

4.2.1.5 Interaksi antara Pembelajran dan Kemampuan Matematika siswa .. 99

4.2.1.6 Rangkuman Hipotesis Kemampuan Pemecahan Masalah ...101

4.3 Deskripsi Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis ...102

4.3.1 Analisis Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematika Siswa ...105

4.3.1.1 Uji Normalitas ...106

4.3.1.2 Uji Homogenitas ...106

4.3.1.3 Analisis Anava Dua Jalur ...107

4.3.1.4 Faktor Pembelajaran Kemampuan Komunikasi Matematis ...108

(10)

viii

4.4 Deskripsi Proses Penyelesaian Masalah untuk Setipa Kemampuan padaMasing-Masing

Pembelajaran ...112

4.4.1 Proses Penyelesaian Masalah pada Kemampuan Pemecahan Masalah pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...112

4.4.2 Proses Penyelesaian Masalah pada Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...117

4.5 Pembahasan...122

4.5.1 Kemampuan Awal Matematika ...123

4.5.2 Kemampuan Pemecahan Masalah ...124

4.5.2.1 Interaksi antara Faktor Pembelajaran dengan Kemampuan Awal Siswa terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah ...126

4.5.3 Kemampuan Komunikasi Matematis ...127

4.5.3.1 Interaksi antara Faktor Pembelajaran dengan Kemampuan Awal Siswa terhadap Peningkatan Komunikasi Matematis...128

4.5.2 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa ...129

4.6 Keterbatasan dalam Penelitian ...131

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...132

5.1 Simpulan ...132

5.2 Implikasi ...132

5.3 Saran ...133

(11)

ix

DAFTAR TABEL

2.1 Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 37

2.2 Sintaks Model Pengajaran Biasa ... 42

2.3 Perbedaan Pedagogik Pembelajaran Berbasis Masalah Dan Biasa ... 43

3.1 Desain Penelitian ... 60

3.2 Tabel Weiner Tentang Keterkaitan Antara Variable Bebas, Terikat Dan Kontrol . 61 3.3 Kriteria Pengelompokan Kemampuan Matematika Siswa ... 67

3.4 Kisi-Kisi Kemampuan Pemecahan Masalah ... 68

3.5 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah ... 69

3.6 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 70

3.7 Kriteria Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematik ... 71

3.8 Interval Kriteria Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis .. 77

3.9 Nilai Ketuntasan Pengetahuan Dan Keterampilan ... 77

3.10 Keterkaitan Antara Rumusan Masalah, Hipotesis, Data, Alat Uji dan Uji Statistik 79 4.1 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 84

4.2 Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah... 85

4.3 Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 85

4.4 Deskripsi Mean Dan Standard Deviasi Tes Kemampuan Matematika Siswa Kelompok Eksperimen Dan Kontrol ... 87

4.5 Uji Normalitas Nilai Kemampuan Awaal Matematik siswa ... 88

4.6 Uji Homogenitas Nilai Kemampuan Awal Matematik Siswa ... 89

4.7 Hasil Uji –t Tes Kemampuan Awal Matematika siswa Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 89

4.8 Pengelompokan Kemampuan Awal ... 91

4.9 Rata-rata Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Kelompok PBM dan Kelompok PMB Berdasarkan Kemampuan Matematika siswa ... 92

4.10 Uji Normalitas Gain Kemampuan Pemecahan Masalah ... 96

4.11 Uji Homogenitas Varians gain Kemampuan Pemecahan Masalah ... 97

(12)

x

4.13 Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Taraf

signifikansi 5%...101

4.14 Rata-rata Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Kelompok PBM dan Kelompok

PMB Berdasarkan Kemampuan Matematika siswa ...102

4.15 Uji Normalitas Gain Kemampuan Komunikasi Matematis ...106

4.16 Uji Homogenitas Varians gain Kemampuan Komunikasi Matematis ...107

4.17 Rangkuman Uji Anova Dua Jalur Gain Kemampuan Komunikasi Matematis ....108

4.18 Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Kemampuan Komunikasi Matematis pada Taraf

(13)
(14)

xii DAFTAR GAMBAR

1.1 Hasil Jawaban Salah Satu dari Siswa ... 5

1.2 Hasil Jawaban Salah Satu dari Siswa ... 8

3.1 Prosedur Penelitian ... 62

4.1 Diagram Mean dan Standar Deviasi Gain Ternormalisasi Kemampuan Pemecahan

Masalah Berdasarkan Faktor Pembelajaran ...93

4.2 Diagram Rata-rata Gain Ternormalisasi Kemampuan Pemecahan Masalah

Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Kemampuan Matematika ...93

4.3 Interaksi antara Faktor Pembelajaran dengan Faktor Kemampuan Matematika Siswa

terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah ...100

4.4 Diagram Rata-rata Gain Ternormalisasi Kemampuan Komunikasi Matematis

Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Kemampuan Matematika ...103

4.5 Diagram Rata-rata Gain Ternormalisasi Kemampuan Komunikasi Matematis

Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Kemampuan Matematika ...104

4.6 Interaksi antara Faktor Pembelajaran dengan Faktor Kemampuan Matematika Siswa

terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis ...110

(15)

xiii

4.13 Jawaban Butir Soal Nomor 4 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas

Eksperimen ...116

4.14 Jawaban Butir Soal Nomor 4 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol

117

4.15 Jawaban Butir Soal Nomor 1 Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas

Eksperimen ...118

4.16 Jawaban Butir Soal Nomor 1 Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Kontrol

118

4.17 Jawaban Butir Soal Nomor 2 Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas

Eksperimen ...119

4.18 Jawaban Butir Soal Nomor 2 Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas

Kontrol ...119

4.19 Jawaban Butir Soal Nomor 3 Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas

Eksperimen ...120

4.20 Jawaban Butir Soal Nomor 3 Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Kontrol

120

4.21 Jawaban Butir Soal Nomor 4 Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas

Eksperimen ...121

4.22 Jawaban Butir Soal Nomor 4 Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Kontrol

(16)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 140

1.2 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 166

1.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol... 191

2.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 200

2.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 201

2.3 Butir Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik (PreTes) ... 202

2.4 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik (PreTes)... 205

2.5 Butir Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik (PosTes) ... 207

2.6 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik (PosTes) ... 210

2.7 Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 212

2.8 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematik... 213

2.9 Butir Tes Kemampuan Komunikasi Matematik (PreTes) ... 215

2.10 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Komunikasi Matematik (PreTes) ... 217

2.11 Butir Tes Kemampuan Komunikasi Matematik (PosTes) ... 218

2.12 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Komunikasi Matematik (PosTes) ... 220

3.1 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 229

3.2 Hasil Validasi Lembar Kerja Siswa... 230

3.3 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 231

3.4 Hasil Validasi Tes Komunikasi Matematis ... 232

4.1 Data Nilai Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik, Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran ... 236

4.2 Proses Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 236

4.3 Proses Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik menggunakan SPSS Windows ... 241

(17)

xv

4.5 Proses Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Tes Kemampuan Komunikasi

Matematik ... 245

4.6 Proses Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Tes Kemampuan Komunikasi

Matematik menggunakan SPSS Windows ... 250

5.1 Hasil Kemampuan Awal Matematika... 252

5.2 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen

dengan Menggunakan Microsoft Excel 2007 ... 260

5.3 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol

dengan Menggunakan Microsoft Excel 2007 ... 261

5.4 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi

Matematis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Dengan Menggunakan SPSS

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

yang dinamis dan sarat perkembangan. Konsep pendidikan tersebut semakin

terasa ketika seseorang harus memasuki masyarakat dan dunia kerja, karena yang

bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk

menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun

yang akan datang. Trianto (2009:1) mengatakan pendidikan merupakan bentuk

perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh

karena itu, perubahan perkembangan pendidikan adalah hal yang seharusnya

terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti

perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai

antisipasi kepentingan masa depan.

Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang

adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik sehingga

mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.

Pemikiran ini mengandung konsekuensi bahwa penyempurnaan atau perbaikan

pendidikan formal (sekolah) untuk mengantisipasi kebutuhan dan tantangan masa

depan perlu terus menerus dilakukan, diselaraskan dengan perkembangan

kebutuhan dunia usaha, perkembangan dunia kerja serta perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan bahwa Matematika merupakan

(19)

2

ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai

peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini

dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar,

analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan

teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Oleh karena itu mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta

didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan

berpikir logis, menalar dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan

memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada

keadaan yang selalu berubah-ubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Tujuan pembelajaran matematika dipaparkan oleh Pusat Pengembangan

Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan (P4TK Matematika,

2013) pada buku standar kompetensi mata pelajaran matematika sebagai berikut:

1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi, 2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba, 3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, 4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.

Implikasi dari tujuan di atas, menuntut guru mampu memilih strategi atau

pendekatan pembelajaran yang efektif sedemikian sehingga proses pembelajaran

(20)

3

kemampuannya agar lebih meningkatkan hasil belajarnya. Sebagaimana NCTM

(2000) dalam Van de Walle (2007) merekomendasikan bahwa mengajar

matematika yang efektif memerlukan pemahaman tentang apa yang siswa ketahui

dan perlukan untuk belajar dan kemudian memberi tantangan dan mendukung

mereka untuk mempelajarinya dengan baik.

Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran

matematik. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya

dimulai dari pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem).

Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika merupakan

pengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan

masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol,

tabel, diagram, dan media lainnya. Menurut E. Elvis Napitupuluh (2008)

menegaskan bahwa pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran

matematika dan menghendaki dalam setiap kesempatan pembelajaran matematika

hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai (contextual problem).

Dalam hal kemampuan pemecahan masalah Bruner (dalam Trianto, 2009 :

91) mengatakan bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta

pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar

bermakna.

Mutu pendidikan matematika belum menunjukkan perbaikan yang

signifikan. Dalam skala daerah. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh

peneliti kepada kepala sekolah di SD Negeri 064036 Kecamatan Medan Kota,

(21)

4

sebagian besar siswa. Hal ini disebabkan proses pembelajaran yang dilakukan

guru sampai saat ini belum memenuhi harapan. Guru belum memberikan ruang

bagi siswa dalam pemecahan masalah matematika dan kurang melatih siswa

mengungkapkan gagasannya tentang matematika yang dipelajarinya.

Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Edi Surya dkk (2014) Salah

satu penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan

komunikasi matematis siswa dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang

digunakan guru. Pembelajaran yang selama ini digunakan guru belum mampu

mengaktifkan siswa dalam belajar, memotivasi siswa untuk mengemukakan ide

dan pendapat mereka, dan bahkan para siswa masih enggan untuk bertanya pada

guru jika meraka belum paham terhadap materi yang disajikan guru. Di samping

itu juga, guru senantiasa di kejar oleh target waktu untuk menyelesaikan setiap

pokok bahasan tanpa memperhatikan kompetensi yang dimiliki siswanya

akibatnya pembelajaran bermakna yang diharapkan tidak terjadi. Siswa hanya

belajar dengan cara menghapal, mengingat materi, rumus-rumus, defenisi,

unsur-unsur dan sebagainya. Guru yang tidak lain merupakan penyampai informasi yang

lebih aktif sementara siswa pasif mendengarkan dan menyalin, sesekali guru

bertanya dan sesekali siswa menjawab, guru memberikan contoh soal dilanjutkan

dengan memberikan latihan yang sifatnya rutin kurang melatih daya nalar.

Kemamapuan pemecahan masalah masih rendah juga nampak berdasarkan

observasi yang dilakukan peneliti pada (5 Nopember 2014) yang dilakukan di

(22)

5

keranjang terdapat kwintal Rambutan. Jika kamu mengambil kwintal, maka berapa

kwintal Rambutan yang tersisa dalam keranjang?

Soal tersebut diberikan kepada 43 siswa, 14 diantaranya tidak menjawab

soal tersebut, 22 orang menjawab dengan jawaban yang salah dan 7 orang

menjawab yang benar, dari hasilnya menunjukkan kemampuan pemecahan

masalah rendah, dapat dilihat dari salah satu jawaban dibuat siswa sebagai

berikut:

Gambar 1.1 Hasil Jawaban Salah Satu dari Siswa

Berdasarkan jawaban siswa tersebut menunjukkan banyak siswa

mengalami kesulitan untuk memahami maksud soal tersebut, merumuskan apa

yang diketahui serta yang ditanyakan dari soal tersebut, merencanakan

penyelesaian soal tersebut serta proses perhitungan atau strategi penyelesain dari

jawaban yang dibuat siswa tidak benar. Kenyataan lain juga menunjukkan

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah, berdasarkan

dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Kenyataan lain juga

menunjukkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah.

Berdasarkan dari hasil penelitian Atun dalam (sakinah, 2012:9)

mengatakan perolehan pretes untuk kemampuan pemecahan masalah matematika

(23)

6

begitu juga hasil penelitian Agustina (2011) mengungkapkan bahwa perolehan

pretes untuk kemampuan pemecahan belajar dari 32 siswa hanya 18 siswa saja

yang tuntas belajar atau 56,25% dari jumlah siswa. Ketidakmampuan siswa

menyelesaikan masalah seperti di atas dipengaruhi oleh rendahnya kemampuan

pemecahan masalah siswa. Karena itu kemampuan pemecahan masalah dalam

matematika perlu dilatih dan dibiasakan kepada siswa. Kemampuan ini diperlukan

siswa sebagai bekal dalam memecahkan masalah matematika dan masalah yang

ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi

matematik juga perlu dikuasi siswa karena dalam dunia pendidikan tidak terlepas

dari peran komunikasi. Kemampuan komunikasi matematik adalah kemampuan

untuk menyatakan ide matematika melalui ucapan, tulisan, demonstrasi, dan

melukiskan secara visual dalam tipe yang berbeda, memahami, menafsirkan, dan

menilai ide yang disajikan dalam tulisan, lisan atau dalam bentuk visual,

mengkontruksikan dan menghubungkan bermacam-macam representasi ide dan

hubungannya. Menurut Husna, dkk (Ansari, 2009) bahwa sedikitnya ada dua alasan

penting mengapa komunikasi dalam pembelajaran matematika perlu

ditumbuhkembangkan di sekolah, pertama adalah matematika tidak hanya sekedar alat

bantu berpikir, alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil

keputusan tetapi matematika juga sebagai alat untuk mengkomunikasikan berbagai ide

dengan jelas, tepat dan ringkas, kedua adalah sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran

matematika di sekolah, matematika juga sebagai wahana interaksi antarsiswa dan juga

(24)

7

Selanjutnya Saragih (2007) mengungkapkan bahwa kemampuan komunikasi

dalam pembelajaran matematika perlu untuk diperhatikan, ini disebabkan

komunikasi matematika dapat mengorganisasi dan mengkonsolidasi berpikir

matematis siswa baik secara lisan maupun tulisan. Apabila siswa mempunyai

kemampuan komunikasi tentunya akan membawa siswa kepada pemahaman

matematika kepada konsep matematika yang dipelajari.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi

matematik siswa memegang peran penting serta perlu ditingkatkan di dalam

pembelajaran matematika. Baroody (1993) menjelaskan ada dua alasan mengapa

komunikasi dalam matematika siswa peranan penting dan perlu ditingkatkan di

dalam pembelajaran matematika. pertama mathematics as languange, artinya

matematika tidak hanya sebagai alat untuk menemukan pola, menyelesaikan

masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai alat yang

berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat.

Kedua, mathematics learningas social activity, artinya matematika sebagai

aktivitas sosial dalam pembelajaran, matematika juga sebagai wahana interaksi

antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa.

Hasil survei yang dilakukan peneliti di lapangan juga menunjukkan bahwa

kemampuan komunikasi matematik siswa masih rendah, yaitu berdasarkan soal

yang diberikan kepada siswa sebagai berikut:

a. Berapakah besarnya bagian yang diarsir pada persegi panjang di atas?

(25)

8

Soal tersebut diberikan kepada 43 siswa, 16 diantaranya tidak menjawab

soal tersebut, 21 orang menjawab dengan jawaban yang salah dan 6 orang

menjawab yang benar, hal ini dapat dilihat dari salah satu jawaban yang dibuat

oleh siswa sebagai berikut :

Gambar 1.2 Hasil Jawaban Salah Satu dari Siswa

Berdasarkan jawaban siswa tersebut menunjukkan siswa mengalami

kesulitan dalam mengemukakan ide matematikanya secara tertulis serta

menjelaskan ide matematika ke dalam kata-kata sendiri sehingga jawaban yang

diberikan tidak sesuai yang ditanyakan, jawaban siswa tersebut nampak

kemampuan komunikasi siswa masih sangat rendah sekali.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diteliti terlebih dahulu juga

menunjukkan kemampuan komunikasi matematik siswa masih rendah yaitu hasil

penelitian dari Saragih (2007) juga menemukan bahwa siswa kelas VII di kota

Bandung mengalami kesulitan dalam kemampuan mengajukan argumentasi serta

menemukan pola dan pengajaran bentuk umumnya. Hal ini juga diperkuat oleh

hasil laporan TIMSS menyebutkan bahwa kemampuan siswa indonesia dalam

(26)

9

untuk permasalahan matematika yang menyangkut komunikasi matematika, siswa

indonesia berhasil menjawab benar hanya 5% dan jauh tertinggal dari negara

seperti Singapura, Korea, dan Taiwan yang mancapai lebih dari 50%. Kenyataan

ini masih belum sesuai dengan apa yang diinginkan serta diharapkan seperti yang

tercantum dalam kurikulum.

Faktor penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah dan

komunikasi matematik siswa salah satunya dipengaruhi oleh pembelajaran yang

digunakan oleh pengajar. Pembelajaran yang selama ini digunakan guru belum

mampu mengaktifkan siswa dalam belajar, memotivasi siswa untuk belajar dan

memacu siswa untuk belajar, belum mampu membantu siswa dalam

menyelesaikan soal-soal berbentuk masalah, siswa enggan bertanya kepada guru

atau sesamanya apabila belum paham terhadap materi yang dijelaskan sehingga

kurangnya interaksi antara guru dengan siswa pada saat proses pembelajaran. Hal

ini ditekankan oleh Saragih (2009) yang mengatakan bahwa rendahnya

kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika adalah wajar

jika dilihat dari proses pembelajaran yang dilakukan, kebanyakan guru

mengajarkan matematika dengan menerangkan konsep matematika, memberikan

contoh cara pengerjaan soal, sedikit tanya jawab (jika ada), dilanjutkan dengan

meminta siswa mengerjakan soal yang sejenis dengan soal yang diberikan guru.

Kegiatan belajar semacam itu jelas tidak memberikan kompetensi

matematis siswa sebagaimana dituntut dalam Kurikulum Permendiknas No. 22

(Depdiknas 2006) bahwa pembelajaran matematika yang diharapkan adalah

(27)

10

adalah kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik yang

merupakan dua kemampuan yang sangat penting dalam mencapai hasil belajar

matematika yang optimal.

Fenomena proses pembelajaran guru di lapangan selama ini juga diperkuat

oleh Somerset dan Suryanto (dalam Asikin, 2002) yang mengemukakan bahwa

pembelajaran matematika yang selama ini dilaksanakan oleh guru adalah

pembelajaran biasa yaitu ceramah, tanya jawab, pemberian tugas atau berdasarkan

kepada behaviourist dan structuralist. Guru hanya memilih cara yang paling

mudah dan praktis bagi dirinya, bukan memilih cara bagaimana membuat siswa

belajar, sehingga siswa kurang menggunakan kemampuannya dalam

menyelesaikan masalah. Ruseffendi (1991) mengatakan sebagaimana

pembelajaran matematika yang terjadi di sekolah sekarang ini kurang ditekankan

kepada penanaman konsep. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Hadi

(2005) sebagai berikut:

“Beberapa hal yang menjadi ciri pembelajaran matematika di Indonesia selama ini adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru menyampaikan pelajaran dengan menggunakan metode ceramah sementara siswa mencatatnya dibuku catatan. Guru dianggap berhasil apabila dapat mengelola kelas sedemikian rupa sehingga siswa-siswa tertib dan tenang mengikuti pelajaran yang disampaikan guru, pegajaran dianggap sebagai proses penyampain fakta-fakta kepada para siswa. Siswa dianggap berhasil dalam belajar apabila mampu mengingat banyak fakta, dan mampu menyampaikan kembali fakta tersebut kepada orang lain, atau menggunakannya untuk menjawab soal-soal dalam ujian. Guru sendiri merasa belum mengajar kalau tidak menjelaskan materi pelajaran kepada siswa “.

Oleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi

matematika merupakan kemampuan mendasar yang harus dimiliki siswa dalam

(28)

11

harus diletakkan sebagai tujuan utama dan metode utama pembelajaran

matematika. NCTM (2000 : 67) merekomendasikan ada 5 kompetensi standar

matematika (doing math) yang utama, yaitu: kemampuan pemecahan masalah

(problem solving), Komunikasi (Commmunication), Koneksi (Connection),

Penalaran (Reasoning), Representase (Representation).

Untuk mengantisipasi kondisi yang demikian, strategi atau pendekatan

pembelajaran di kelas perlu direformasi. Hal ini dikemukakan oleh Sinaga (2006 :

54) mengatakan beberapa penekanan pergeseran paradigma pembelajaran untuk

mencapai keefektifan pembelajaran adalah:

1) Dari peran pengajar sebagai transmitter ke fasilitator, pembimbing dan konsultan, (2) dari peran pengajar sebagai sumber pengetahuan menjadi panutan belajar, (3) dari belajar diarahkan kurikulum menjadi belajar diarahkan oleh pebelajar sendiri, (4) dari belajar berbasis teori menuju dunia dan tindakan nyata serta refleksi, (5) dari kebiasaan pengulangan dan latihan menuju perancangan dan penyelidikan, (6) dari taat aturan dan prosedur menjadi penemuan dan penciptaan, (7) dari kompetitif menuju kolaboratif, (8) dari hasil yang ditentukan sebelumnya menuju hasil yang terbuka.

Melalui paradigma baru tersebut diharapkan siswa aktif dalam belajar,

aktif berdiskusi, berani menyampaikan ide-ide, memiliki kepercayaan diri yang

tinggi. Belajar tidak sekedar mempertanyakan apa yang diketahui siswa tetapi

juga apa yang dapat dilakukan siswa setelah melewati suatu proses pembelajaran.

Menyingkapi permasalahan yang timbul dalam pendidikan matematika sekolah

tersebut perlu dicari model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan

pemecahan matematika siswa. salah satu model pembelajaran yang sejalan dengan

karakteristik matematika yang berlaku pada saat ini adalah model pembelajaran

berbasis masalah. Model ini merupakan pendekatan pembelajaran peserta didik

(29)

12

pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang tinggi,

memandirikan peserta didik, dan meningkatkan kepercayaan dirinya (Arends

dalam Trianto, 2009: 92). Sedangkan barret dalam (E. Elvis Napitupuluh, 2008)

menjelaskan bahwa PBM adalah pembelajaran sebagai hasil dari kegiatan menuju

pemahaman penyelesaian suatu masalah, masalah yang pertam kali dijumpai

dalam proses itu.

Model pembelajaran berbasis masalah selain dapat meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah juga dapat meningkatkan kemampuan

komunikasi siswa. Sofyan (2008:37) menyebutkan bahwa pembelajaran berbasis

masalah merupakan suatu strategi kognitif yang dimulai dengan menghadapkan

siswa kepada suatu masalah keseharian yang nyata. Dengan kondisi ini siswa

dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman

yang telah mereka miliki sebelumnya (Priorknowledge) sehingga dari

Priorknowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Diskusi dengan kelompok kecil merupakan poin utama dalam pencapaian pembelajaran

berbasis masalah (PBM). Sinaga (2007) juga mengatakan bahwa salah satu model

pembelajaran kontruktivisme yang mengaktifkan siswa dalam berkolaborasi

dalam memecahkan masalah adalah model pembelajaran berbasis masalah.

Berdasarkan pendapat diatas, model pembelajaran berbasis masalah merupakan

pembelajaran yang sesuai dengan paradigma baru yaitu pembelajaran yang

berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator.

Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

(30)

13

sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan keterampilan

pemecahan masalah dan komunikasi matematis, serta untuk memperoleh

pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. Masalah kontekstual

yang diberikan bertujuan untuk memotivasi siswa, membangkitan gairah belajar

siswa, meningkatkan aktivitas belajar siswa, belajar terfokus pada penyelesaian

masalah sehingga siswa tertarik untuk belajar, menemukan konsep yang sesuai

dengan materi pelajaran, dan dengan adanya interaksi berbagi ilmu antara siswa

dengan siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungan siswa diajak

untuk aktif dalam pembelajaran.

Hal ini didukung oleh teori Bruner berpendapat dalam Budiningsih (2004:

30) bahwa seorang murid belajar dengan cara menemui struktur konsep-konsep

yang dipelajari. Murid membentuk konsep dengan melihat benda-benda

berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain itu, pembelajaran

didasarkan kepada merangsang siswa menemukan konsep yang baru dengan

menghubungkan kepada konsep yang lama melalui pembelajaran penemuan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan mengkaji masalah ini

melalui penelitian eksperimen dengan judul “Peningkatan Kemampuan

Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa melalui Pembelajaran

Berbasis Masalah Kelas V SD Negeri 064036 Medankota”.

1.2 Identifikasi Masalah

Setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memahami

matematika. Sejalan dengan paparan pada latar belakang masalah dapat

(31)

14

1. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika masih rendah

2. Kemampuan komunikasi matematika siswa masih rendah

3. Banyak siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaiakaan permasalahan

matematika, yang berakibatkan hasil belajar siswa rendah.

4. Pembelajaran yang digunakan oleh guru belum mampu mengaktifkan siswa

dalam belajar, memotivasi dan memacu siswa untuk belajar serta belum

mampu membantu siswa dalam menyelesaikan soal-soal dalam matematika

5. Pendekatan pembelajaran yang digunakan guru belum sepenuhnya diberikan

dalam mengembangkan kemampuan matematika siswa.

6. Kurangnya interaksi siswa dan guru pada saat pembelajaran berlangsung

7. Proses penyelesaian soal-soal dikelas belum bervariasi

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan dan identifikasi

permasalahan, agar penelitian ini lebih terarah maka perlu dibuat batasan terhadap

masalah yang ingin dicari penyelesaiannya, Peneliti hanya meneliti tentang

penggunaan model pembelajaran berbasis masalah untuk peningkatan kemampuan

pemecahan masalah, komunikasi matematis siswa, untuk mengetahui apakah

terdapat interaksi selama proses pembelajaran berlangsung dan proses

penyelesaian masalah.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah maka rumusan masalah yang dikemukakan pada penelitian

(32)

15

1. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa antara

siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik

daripada siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran biasa?

2. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa antara siswa

yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari pada

siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran biasa?

3. Apakah terdapat interaksi antara Pembelajaran Berbasis Masalah dan

kemampuan awal matematik terhadap peningkatan kemampuan pemecahan

masalah siswa?

4. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran Berbasis Masalah dan

kemampuan awal matematik terhadap peningkatan kemampuan komunikasi

matematik siswa?

5. Bagaimana proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa dalam

menyelesaikan masalah terkait dengan kemampuan pemecahan masalah

matematika dan komunikasi matematik siswa pada pembelajaran berbasis

masalah dan pembelajaran biasa?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik

siswa antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah

(33)

16

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa

antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih

baik dari pada siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran biasa?

3. Untuk mengetahui adanya interaksi antara pembelajaran berbasis masalah dan

kemampuan awal matematik terhadap peningkatan kemampuan pemecahan

masalah siswa?

4. Untuk mengetahui adanya interaksi antara pembelajaran berbaisis masalah dan

kemampuan awal matematik terhadap peningkatan kemampuan komunikasi

matematik siswa?

5. Untuk menetahui bagaimana proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa

dalam menyelesaikan masalah terkait dengan kemampuan pemecahan masalah

matematika dan komunikasi matematik siswa pada pembelajaran berbasis

masalah dan pembelajaran biasa?

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat dan menjadi masukan berharga

bagi pihak-pihak terkait di antaranya:

1. Untuk Peneliti

Memberi informasi tentang peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa, komunikasi matematis siswa, interaksi siswa dan peroses

jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah pada masing-masing

(34)

17

2. Untuk Siswa

Diharapkan dapat menumbuhkembangkan kemampuan memecahkan

masalah dan kemampuan komunikasi matematika

3. Untuk Guru Matematika dan Sekolah

Memberi alternatif atau variasi model pembelajaran matematika untuk

dikembangkan agar menjadi lebih baik dalam pelaksanaannya dengan cara

memperbaiki kelemahan dan kekurangannya dan mengoptimalkan

(35)

132

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan

Pembelajaran matematika baik dengan model pembelajaran berbasis masalah maupun

pembelajaran biasa dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi

matematis siswa. Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan seperti yang

telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajarkan melalui pembelajaran

berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran biasa.

2. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan melalui pembelajaran

berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran biasa.

3. Terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematik siswa terhadap

peningkatan kemampuan pemecahan masalah.

4. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematik siswa

terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis.

5. Proses penyelesaian jawaban siswa pada kelas eksperimen lebih baik dalam menyelesaikan

soal pemecahan masalah dan komunikasi matematis dibandingkan dengan siswa pada kelas

kontrol.

5.2Implikasi

Berdasarkan simpulan di atas diketahui bahwa penelitian ini berfokus pada kemampuan

pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa melalui pembelajaran berbasis masalah.

Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa yang

diajarkan dengan pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran biasa secara signifikan.

(36)

133

Beberapa implikasi yang diperhatikan bagi guru sebagai akibat dari pelaksanaan proses

pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah antara lain:

1. Dari aspek yang diukur, berdasarkan temuan di lapangan terlihat bahwa kemampuan

pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa belum memuaskan. Hal ini disebabkan

siswa terbiasa dengan selalu memperoleh soal-soal yang langsung menerapkan rumus-rumus

yang ada, sehingga ketika diminta untuk memecahkan masalah baik mengkomunikasikannya

dari soal-soal yang berbeda yang memerlukan penalaran siswa bingung dan mengalami

kesulitan untuk merencanakan cara dalam pemecahannya.

2. Peran guru sebagai fasilitator, teman belajar, mediator membawa konsekuensi keterdekatan

hubungan guru dan siswa. Hal ini berakibat guru lebih memahami kelemahan dan kekuatan

dari bahan ajar serta karakteristik kemampuan individu siswa.

3. Pembelajaran berbasis masalah tidak terdapat peningkatan secara bersama-sama yang

disumbangkan terhadap peningkatan kemampuan pemecahan maslaah dan komunikasi

matematis siswa tetapi kelompok tinggi saja yang mendapatkan keuntungan besar.

5.3Saran

Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian ini, berikut beberapa saran yang perlu

mendapat perhatian dari semua pihak yang berkepentingan terhadap penerapan model

pembelajaran berbasis masalah dalam peruses pembelajaran matematika. Ssaran-saran tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Bagi para guru matematika

Dalam pembelajaran hendaknya guru menjadikan pembelajaran berbasis masalah

sebagai alternative untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi

(37)

134

perlu dipertimbangkan untuk materi lain karena pembelajaran berbasis masalah tidak cocok

diterapkan untuk semua materi.

Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran berbasis masalah di kelas

harus guru mampu membuat siswa saling bekerja sama dalam menyelesaikan masalah yang

diberikan. Guru matematika juga diharapkan bisa menciptakan kondisi lebih harmonis

sehingga siswa mampu mengungkapkan argument dengan bahasa mereka sendiri serta lebih

berani tampil percaya diri dalam mempresantisakan gagasan mereka.

2. Bagi penelitian Selanjutnya

Untuk penelitian ini lebih lanjut hendaknya dapat dilengkapi dengan meneliti aspek

secara terperinci yang belum terjangkau dalam penelitian seperti kemampuan pemecahan

masalah dan komunikasi. Selanjutnya untuk penelitian yang serupa hendaknya para peneliti

ketika memberikan soal-soal pemecahan masalah dan komunikasi matematis diperhatikan

dan membiasakan siswa untuk merencanakan cara dalam pemecahan masalah dan

(38)

135

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (1992). Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa

Ansari, Bansu. (2009). Komunikasi Matematika, Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh: PeNA

Arends, Richard. I (2009). Learning to Teach. Buku Dua. Edisi Ketujuh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. (2009), Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta

---. (2001), Evaluasi Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta

Baroody, A.J. (1993). Problem Solving, Reasoning, and Kominicating, k-8. Healping Children Thing Mathematically. New York : Merril, an Inprint of Macmillan Publishing, Company.

Budiningsih, Asri. (2004). Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta

Permendepdiknas. (2002), Manajemen Pendidikan Mutu Berbasis Sekolah, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

Permendepdiknas. (2006), Permendiknas No. 23 tentang Standar Isi Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Depdiknas

Permendepdiknas. (2014), Permendiknas No. 104 Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Jakarta

Edi Surya, Haryati Ahda Nasution, Pargaulan Siagian. (2014). Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Siswa pada Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Langsung pada Siswa Sekolah Menengah Pertama. Medan: UNIMED. (

http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-29435-Jurnal%2064-74.pdf) diakses pada 30 Nopember 2014

Fachruraji. (2011), Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar, www.jurnal.unsyiah.ac.id (diakses 30 Nopember 2014)

(39)

136

Hudojo, H. (2001). Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud P2LPTK.

---, (2001), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang.

Hulukati, E. (2005), Mengembangkan Kemampuan Komunikaksi dan Pemecajan Masalah Matematika Siswa SMP Melalui Model Pembelajaran Generatif. Disertasi Doktor Pada PPS UPI: Tidak Dipublikasikan

Husna, M. Ikhsan, Siti Fatimah, (2013), Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-pair-share (TPS,

www.jurnal.unsyiah.ac.id (diakses 30 Nopember 2014)

Ibrahim, Muslimin dan Mohammad Nur. (2000), Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya : Unesa

John A. Van de Walle, (2007), Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, Jilid I (terjemahan). Jakarta : Penerbit Erlangga.

Napitupuluh, E. Elvis. (2008), Mengembangkan Kemampuan Menalar Dan Memecahkan Masalah Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah,Medan: Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Medan Nurhadi. (2003). Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional

Nurhadi. (2004 ). Pembelajaran Konstektual dan Penerapannya dalam KBK. Malang : UNM.

NTCM. (2000), Principles and Standarts for mathematics, Reaston, VA : NTCM

P4TK Matematika, (2013). www.p4tkmatematika.org/profil-tahun-2012.ac.id Diakses pada 30 Nopember 2104)

Polya. G. (1973) . How to Solve It A New Aspect of Mathematical Method. Princeton University Press.

(40)

137

Prasojo, Budi, (2007), Olimpiade Matematika. Bandung : Angkasa

Rasyidin, Al. Nasution, Nur, Wahyudin (2011), Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan: Perdana Mulya Sarana

Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi, E.T. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi. E. T. (2006). Pengantar Kepada Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Mengajar Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung:Tarsito.

Rusman. (2009), Model-model Pembelajaran.Surabaya : PT. Raja Grafindo Persada.

Safari , (2004), Teknik Analisis Butir Soal Instrumen Tes dan Non Tes dengan Manual, Kalkulator,, dan Komputer. Jakarta: APSI Pusat

Saragih, Sahat. (2007), Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi tidak dipublikasikan. Bandung : Program Pascasarjana UPI Bandung.

Shadiq, Fajar. (2008), Pentingnya Pemecahan Masalah, Http://Educare.e_fkipunla.net (accessed 25 Juli 2010)

Shadiq, Fajar. (2004). Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi, Widyaiswara Pppg Matematika Yogyakarta

Sinaga, Bornok, (1999), Efektifivitas Model Pembelajaran Bedasarkan Masalah (Prolem Based Instruction) Pada Kelas I SMU Dengan Bahan Kajian Fungsi Kuadrat. Tesis tidak Surabaya : PPS IKIP

Sofyan, D. (2008). “Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Mengah Pertama”. Tesis. Bandung :UPI (Tidak Dipublikasikan).

(41)

138

Sudjana, N. (1989). Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sudrajat. (2004), Metoda Statistik, Bandung : Tarsito

Sugiman dkk. (2009). Mathematical Problem Solving in Mathematics Realistic. Paradikma Jurnal Pendidikan Matematika: Medan: Program Studi Pendidikan Matematika PPS UNIMED

Sugiyono. (2006), Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung

Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: FMIPAUPI

Sumarmo, U. (2003). Daya dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa dan Bagaimana Dikembangkan pada Siswa Sekolah Dasar dan Menengah. Makalah disajikan pada Seminar Sehari di Jurusan Matematika ITB, Oktober 2003.

Sumarmo, U. (2005). Alternatif Pembelajaran Matematika dalam Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Bandung:UPI Bandung. Suparno, P. (2000). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:

Kanisius.

Suparno, P. (2002), Filsafat Krontruktivisme dalam Pendidikan, Kanisius, Yogyakarta.

Suyitno, Amin. (2004). Dasar-Dasar Dan Proses Pembelajaran Matematika.Semarang

Ubudiah, Sakinah, S. (2012), Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Membelajarkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas V MIN Pada Pokok Bahasan Pecahan. Medan: Program Studi Pendidikan Matematika PPS UNIMED.

Trianto. (2009), Mendesain Model Pebelajaran Inovatif Progresif, Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Gambar

Gambar 1.1 Hasil Jawaban Salah Satu dari Siswa
Gambar 1.2 Hasil  Jawaban Salah Satu dari Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

[r]

[r]

Judul : Tata Cara Permohonan dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.. Ketua Program Studi Diploma III Dosen Pembimbing

Adapun permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah bagaimana kedudukan hukum daftar piutang sebagai jaminan fidusia, perlindungan hukum terhadap kreditur penerima

4.1 Menurut saya SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) telah bekerja dengan baik untuk melindungi pekerja yang ada di Yayasan Pendidikan Al-Azhar di Medan. Variabel Y

model pembelajaran yang membuat siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran yang membuat siswa turut berperan aktif, yaitu

Dari kedua data tersebut dapat disimpulkan pemberian reinforcement positif dan negatif memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan keterampilan gerak peserta