• Tidak ada hasil yang ditemukan

Statistical Downscaling dengan Analisis Komponen Utama Fungsional untuk Memprediksi Curah Hujan (Studi Kasus: Stasiun Bondan Kabupaten Indramayu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Statistical Downscaling dengan Analisis Komponen Utama Fungsional untuk Memprediksi Curah Hujan (Studi Kasus: Stasiun Bondan Kabupaten Indramayu)"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PEMODELAN

STATISTICAL DOWNSCALING

DENGAN

ANALISIS KOMPONEN UTAMA FUNGSIONAL UNTUK

PREDIKSI CURAH HUJAN

(

Studi Kasus: Stasiun Klimatologi Bondan Kabupaten Indramayu)

DWI NABILAH LESTARI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK

CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pemodelan

Statistical

Downscaling

dengan Analisis Komponen Utama Fungsional untuk Memprediksi

Curah Hujan (Studi Kasus: Stasiun Klimatologi Bondan Kabupaten Indramayu)

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014

Dwi Nabilah Lestari

(3)
(4)

RINGKASAN

DWI NABILAH LESTARI. Pemodelan Statistical Downscaling dengan Analisis Komponen Utama Fungsional untuk Memprediksi Curah Hujan (Studi Kasus: Stasiun Klimatologi Bondan Kabupaten Indramayu). Dibimbing oleh AJI HAMIM WIGENA dan KUSMAN SADIK.

Hasil prediksi curah hujan memberikan kontribusi positif terhadap berbagai bidang kehidupan. Prediksi curah hujan dapat dilakukan berdasarkan data global circulation model (GCM). Namun data GCM berskala global sehingga diperlukan teknik statistical downscaling (SD) untuk memprediksi curah hujan berskala lokal. Masalah pada data GCM adalah multikolinieritas antar grid dan otokorelasi merupakan data deret waktu.

Metode regresi komponen utama (RKU) yang selama ini digunakan pada data GCM hanya untuk mengatasi masalah multikolinieritas namun tidak mengatasi masalah otokorelasi. Masalah otokorelasi dapat diatasi dengan metode analisis komponen utama fungsi transfer (AKU-FT) dan regresi komponen utama fungsional (RKUF) dengan basis Fourier. Penelitian ini bertujuan menerapkan dan membandingkan metode RKU, AKU-FT dan RKUF untuk memprediksi curah hujan.

Data dalam penelitian ini adalah data GCM yaitu data tekanan udara untuk peubah prediktor dan data curah hujan bulanan stasiun Bondan di Kabupaten Indramayu sebagai peubah respon. Periode datanya adalah dari tahun 1979 sampai dengan 2008. Pemodelan untuk penduga curah hujan dengan ketiga metode menggunakan data periode tahun 1979-2007 dan untuk validasi model menggunakan data tahun 2008.

Metode RKU menghasilkan skor komponen utama, yang kemudian dimodelkan untuk memprediksi curah hujan dengan peubah respon data curah hujan. Metode AKU-FT menggunakan data skor komponen utama sebagai deret input dan data curah hujan sebagai deret output, kemudian dimodelkan dengan metode fungsi transfer untuk memprediksi curah hujan. AKUF merupakan metode menggunakan data fungsional, dimana data prediktor yang telah di transformasi menggunakan fungsi Fourier memperoleh skor komponen utama fungsional sebagai peubah prediktor. Skor komponen utama fungsional dan data curah hujan kemudian dimodelkan dengan metode RKUF untuk memprediksi curah hujan.

Hasil dari ketiga metode menunjukkan bahwa metode RKU kurang baik dalam memprediksi curah hujan. Metode AKU-FT pada kasus ini baik dalam memprediksi curah hujan dalam jangka waktu satu tahun saja, sedangkan untuk memprediksi jangka panjang cenderung tidak baik. Metode RKUF memberikan hasil predksi yang cukup konsisten untuk memprediksi curah hujan jangka waktu pendek maupun panjang. Kesimpulan tersebut didapat berdasarkan nilai root mean square error prediction (RMSEP) dan korelasi (r) antara nilai prediksi dan data aslinya dari ketiga metode.

(5)

SUMMARY

Dwi Nabilah Lestari. Statistical Downscaling Model with Functional Principal Component Analysis to Predict Rainfall (Case study: Bondan Climatology Station in Indramayu District). Supervised by AJI HAMIM WIGENA and KUSMAN SADIK.

The result of rainfall prediction provide a positive contribution to various spheres of life. Rainfall predictions can be made based on data global circulation model (GCM). GCM data is global dimensional scale. So, it’s unable to resolve local scale requirement to predict the rainfall at particular region. A significant dimensional GCM data can be transformed to be small-scale by statistical downscaling (SD) method application. GCM data have problem multicollinearity and autocorrelation.

Principal component regression (PCR) method which has been used on the data GCM only to solve the problem of multicollinearity and does not solve autocorrelation problem. Autocorrelation problem can be solved by methods principal component analysis-transfer function (AKU-FT) and functional principal component regression (FPCR) with fourier basis function. This study aims to apply and compare the methods PCR, PCA-FT and FPCR to predict rainfall.

The data used were GCM as predictor variable and monthly rainfall bondan station in Indramayu District as respon variable. Periode used were 1979 until 2008. Modeling for prediction rainfall using data of 1979 until 2007 and the data in 2008 are used for validation.

PCR method in principal component was GCM data resulting score principal component, after that regressed with rainfall data. PCA-TF method used score principal component data as input variable and rainfall data as output variable, and than use transfer function to predict rainfall. FPCA method was used predictor data which has been transformed using Fourier function. FPCA method producing score functional principal component as predictor variable. Finally regressed FC data and rainfall data to predict rainfall.

The result of the three methods show that PCR method less suitable to predict rainfall. PCA-FT suitable method for predicting rainfall in a short period of time while the long term does not fit. FPCR method is more consistent in predicting rainfall. The conclusions are based on RMSEP value and correlation (r) between real data and prediction data rainfall.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Statistika

STATISTICAL DOWNSCALING

DENGAN ANALISIS

KOMPONEN UTAMA FUNGSIONAL UNTUK

MEMPREDIKSI CURAH HUJAN

(

Studi Kasus: Stasiun Bondan Kabupaten Indramayu)

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(8)
(9)

Judul Tesis : Statistical Downscaling dengan Analisis Komponen Utama

Fungsional untuk Memprediksi Curah Hujan (Studi Kasus: Stasiun Bondan Kabupaten Indramayu)

Nama : Dwi Nabilah Lestari NIM : G151110121

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Aji Hamim Wigena, MSc Ketua

Dr Kusman Sadik, MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Statistika

Dr Anik Djuraidah, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Statistical Downscaling dengan Analisis Komponen Utama Fungsional untuk Memprediksi Curah Hujan (Studi Kasus: Stasiun Bondan Kabupaten Indramayu). Keberhasilan penulisan tesis ini tidak lepas dari dukungan, bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak.

Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Kedua orang tua, kakak, adik, serta seluruh keluarga besar atas doa, dukungan dan kasih sayangnya.

2. Bapak Dr. Aji Hamim Wigena dan Bapak Dr. Kusman Sadik selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. 3. Ibu Dr. Anik Djuraidah selaku penguji luar komisi dan Ketua Program Studi

Statistika S2 atas kritik dan sarannya dalam penyusunan karya ilmiah ini. 4. Seluruh dosen dan staf di Program Studi Statistika IPB atas ilmu dan bantuan

yang telah diberikan selama masa perkuliahan penulis.

5. Teman-teman Program Studi Statistika (S1, S2 dan S3) dan Statistika Terapan S2 atas bantuan dan kerjasamanya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan tesis ini dan karya ilmiah secara utuh. Semoga tesis ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

2 TINJAUAN PUSTAKA 2

Statistical Downscaling 2

Regresi Komponen Utama 2

Analisis Data Fungsional 3

Fungsi Transfer 5

3 METODE 6

Data 6

Prosedur Analisis Data 6

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Eksplorasi Data 9

Regresi Komponen Utama 10

Analisis Komponen Utama - Fungsi Transfer 11

Regresi Komponen Utama Fungsional 14

Prediksi Curah Hujan 15

Konsistensi Prediksi 16

5 KESIMPULAN 17

6 SARAN 17

DAFTAR PUSTAKA 18

LAMPIRAN 19

(12)

DAFTAR TABEL

1. Nilai keragaman dan metode RKU 10

2. Penduga parameter dan statistik ujinya 10

3. Nilai AIC dan SBC peubah untuk kandidat model prewhitening 12 4. Nilai AIC dan SBC peubah untuk kandidat model prewhitening 13 5. Hasil identifikasi model awal nilai b, s, r 14

6. Proporsi keragaman setiap komponen 15

7. Penduga parameter dan statistik ujinya 15

8. Hasil prediksi cuah hujan 15

9. Konsistensi prediksi 17

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan alir metode yang digunakan 8

2 Plot peubah prediktor: (a) Data asli, (b) Data transformasi Fourier 9 3 Plot peubah z1 setelah pembedaan sebanyak 12 kali: (a) ACF, (b) PACF 11

4 Plot peubah z2 setelah pembedaan 12 kali: (a) ACF, (b) PACF 12

5 Plot korelasi silang deret input dengan deret output: (a) z1, (b) z2 13

6 Penentuan basis dalam metode AKUF 14

7 Grafik hasil prediksi curah hujan tahun 2008 metode RKU, AKU-FT

dan RKUF 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Nilai VIF data GCM 19

2 Uji stasioner metode RKU-FT (Dicky Fuller) 20

3 Plot ACF dan PACF awal deret input z1 20

4 Plot ACF dan PACF awal deret input z2 21

5 Plot ACF dan PACF awal deret output y 22

6 Identifikasi model awal deret input z1 23

7 Identifikasi model awal deret input z2 24

8 Identifikasi model akhir metode AKU-FT 25

(13)

1

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia secara geografis merupakan negara yang berada di antara dua benua yaitu Asia dan Australia dan di antara dua samudra yaitu Hindia dan Pasifik. Indonesia terletak pada 6°.08′LU – 11°.15′LS dan 95°.45′BT – 141°.05‘BT dan dilalui oleh garis khatulistiwa sehingga Indonesia memiliki iklim tropis. Karakteristik iklim tropis memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Setiap musim memiliki pengaruh yang berbeda terhadap kondisi lingkungan setempat. Khususnya pada musim penghujan, di mana informasi mengenai prediksi curah hujan sangat dibutuhkan oleh berbagai bidang. Salah satu cara untuk melakukan prediksi curah hujan yaitu dengan memanfaatkan data global circulation model (GCM).

Data GCM merupakan alat prediksi utama iklim dan cuaca secara numerik dan sebagai sumber informasi primer untuk menilai pengaruh perubahan iklim (Wigena 2006). Informasi penting yang terdapat dalam GCM masih berskala global sehingga sulit untuk memperoleh langsung informasi berskala lokal dari GCM yang dibutuhkan untuk memprediksi curah hujan. Zorita dan Von Storch (1999) menyebutkan bahwa metode Statistical Downscaling (SD) merupakan pendekatan yang dapat menangani permasalahan rendahnya akurasi prediksi curah hujan. Metode ini membuat Informasi data GCM dari skala global diproyeksikan terhadap informasi skala lokal di stasiun klimatologi.

Data GCM terdiri dari berbagai macam data untuk memprediksi curah hujan, berdasarkan artikel yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa tekanan udara merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi curah hujan di Indonesia sehingga data yang digunakan pada penelitian ini adalah tekanan udara. Dalam data GCM yang berupa grid-grid diduga terdapat multikolinieritas dan otokorelasi sehingga diperlukan suatu metode khusus untuk mengatasi masalah tersebut.

Analisis komponen utama (AKU) selama ini sering digunakan untuk menganalisis data GCM. Penelitian yang dilakukan Subimal dan Mujumdar (2005) menggunakan regresi komponen utama (RKU) untuk mereduksi dimensi data GCM dan memprediksi curah hujan, namun metode ini mengabaikan keberadaan otokorelasi. Francisca dan Adriano (2012) menggunakan metode AKU-Arima pada data deret waktu sehingga tidak mengabaikan keberadaan otokorelasi. Pada penelitian ini untuk memprediksi curah hujan dengan data GCM menggunakan metode analisis komponen utama – fungsi transfer (AKU-FT).

(14)

2

Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah menerapkan dan membandingkan metode RKU, AKU-FT, dan RKUF untuk memprediksi curah hujan.

2

TINJAUAN PUSTAKA

Statistical Downscaling

GCM merupakan suatu penggambaran matematis dari sejumlah interaksi fisika, kimia, dan dinamika atmosfer bumi (Zorita & Storch 1999). SD merupakan suatu teknik yang menggunakan model statistika untuk melihat hubungan antara suatu data yang berskala global dengan data yang berskala lokal. Setelah mengetahui hubungan kedua gugus data tersebut, data GCM yang berskala besar digunakan untuk memprediksi data peubah iklim berskala lokal.

GCM dalam teknik SD merupakan data dalam bentuk grid, sehingga ketelitian dalam menentukan domain grid yang sesuai sangat penting untuk menghasilkan penduga curah hujan yang akurat. Ukuran domain yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu seluas grid dengan posisi domain tepat berada di atas target penduganya.

GCM memiliki karakteristik hanya dapat merepresentasikan iklim dalam skala global tidak dalam skala lokal sehingga untuk dapat menjelaskan informasi dalam skala lokal dapat menggunakan metode SD. Pengertian dari SD adalah suatu fungsi transfer yang menggambarkan hubungan fungsional skala global hasil GCM (peubah prediktor) dengan unsur-unsur iklim lokal (peubah respon). Hasil dari model SD dapat memberikan prediksi deret waktu yang panjang untuk mempelajari dampak iklim. Bentuk unum model SD adalah sebagai berikut:

( )

dengan :

= peubah-peubah iklim lokal (curah hujan lokal)

= peubah-peubah sirkulasi atmosfir global(hasil GCM)

t = banyaknya waktu (seperti: bulanan, harian) g = banyaknya grid GCM

Regresi Komponen Utama

(15)

3 baru yang dihasilkan dari metode AKU disebut dengan skor komponen utama. Skor komponen utama kemudian dianalisis dengan menggunakan metode RKU.

Menurut Jolliffe (2002), jika didefinisikan bahwa peubah acak memiiliki matriks ragam peragam dengan akar ciri , maka rumus rumus persamaan ciri sebagai berikut:

(1)

dengan vektor ciri ( ) memenuhi ‖ ‖ untuk memaksimumkan ragam komponen utama dan menjamin keunikan nilai vektor ciri tersebut. Banyaknya komponen utama yang digunakan ditentukan berdasarkan proporsi keragaman yang dapat dinyatakan sebagai berikut:

i

t 1 i

Nilai skor komponen utama untuk setiap pengamatan diperoleh dengan menggunakan rumus berikut:

dengan elemen ke-(i,k) dari z adalah skor komponen utama ke-k untuk

pengamatan ke-i, dan A adalah matriks berukuran dengan

( ). Matriks A memiliki sifat ortogonal sehingga dapat dinyatakan sebagai dengan dan hubungan antara peubah respon y terhadap skor komponen utama dinyatakan dalam persamaan regresi komponen utama (RKU) berikut:

. (2)

Analisis Data Fungsional

Analisis data fungsional (ADF) pertama kali diperkenalkan oleh Ramsay pada tahun 1982. ADF pada umumnya digunakan pada data deret waktu, lokasi (spasial) dan panjang gelombang (Ingrassia & Costanzo 2005). Fungsi basis yang sering digunakan untuk data deret waktu adalah Fourier. Kelebihan data yang telah ditransformasi dengan Fourier dibandingkan dengan data yang belum ditransformasi adalah data yang ditransformasi tidak mengabaikan keberadaan otokorelasi pada data deret waktu dan memiliki pola lebih halus.

Transformasi Fourier

(16)

4

∑ ( ) ( )

(3)

∑ (

)

, untuk k=0 dan k= jika n genap

∑ ( )

, untuk k 1, , ,

∑ , untuk k= 1, , ,

dengan:

: bilangan bulat terbesar yang lebih kecil dari c

: output transformasi fourier : data awal

: jumlah data : basis

: banyaknya peubah : 1, ,p

: 1, ,n

Regresi Komponen Utama Fungsional

Model dan metode untuk menganalisis data fungsional mirip dengan data peubah ganda. Salah satu analisis yang banyak dilakukan dalam ADF adalah AKUF. AKUF digunakan untuk menganalisis data fungsional dengan cara kerja sama dengan AKU. Perbedaan antara metode AKU dan AKUF pada dasarnya adalah metode AKU yang digunakan untuk analisis peubah ganda (x) sedangkan

AKUF untuk analis data fungsional (x(s)) (Ramsay & Silverman 2005).

Misalkan terdapat peubah acak 1, , , yang akan direduksi. Unit contoh yang digunakan sebanyak n, sehingga kombinasi linier peubah fungsional yang diperoleh adalah [ ]. Metode AKUF sendiri merupakan kombinasi linier dari [ 1 ] Elemen matriks ragam peragam untuk data fungsional ( ) dapat dituliskan sebagai berikut:

( ) ( )

untuk ; dan jk.

Persamaan (1) merupakan rumus persamaan ciri yang digunakan untuk menentukan akar ciri dan vektor ciri pada metode AKU. Pada data fungsional rumus umum mencari nilai akar ciri dan vektor ciri dapat dituliskan sebagai berikut:

(17)

5

dengan adalah vektor ciri fungsional, adalah akar ciri fungsional dan

adalah matriks ragam peragam. Nilai vektor ciri fungsional memenuhi

untuk memaksimumkan ragam komponen utama dan

menjamin keunikan nilai vektor ciri fungsional. Nilai skor komponen utama fungsional (kf) pertama dapat notasikan sebagai berikut:

∫ .

Fungsi Transfer

Metode fungsi transfer menggabungkan beberapa karakteristik dari metode ARIMA univariat dan beberapa karakteristik analisis regresi berganda. Fungsi transfer terdiri dari dua peubah (bivariate) yang masing-masing peubah mempunyai model ARIMA sendiri. Model fungsi transfer terbentuk melalui fungsi autokorelasi dan korelasi silang sehingga dapat digunakan untuk meramal suatu peubah berdasarkan informasi dari peubah lainnya.

Pemodelan fungsi transfer memiliki tujuan untuk menetapkan model sederhana yang menghubungkan deret output ( t) dengan deret input dan galatnya (Makridakis et al. 1989). Pemodelan ini memiliki sistem menetapkan deret input untuk menentukan deret output. Pada fungsi transfer multi input terdapat beberapa peubah input pada pemodelan. Bentuk umum model fungsi transfer menurut Wei (2006) adalah sebagai berikut:

t t

t

(5)

dengan:

: deret data output yang telah stasioner pada saat t

: deret data input ke-i yang telah stasioner pada saat t

: parameter MA ke-i ordo l : parameter AR ke-i ordo m : parameter MA

: parameter AR : operator backshift

: nilai gangguan acak pada saat t

(18)

6

3

METODE

Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data curah hujan dan data GCM tekanan udara. Data Curah hujan diperoleh dari BMKG Stasiun Klimatologi Bondan Kabupaten Indramayu, dan data GCM dikeluarkan oleh NOAA/OAR/ESRL PSD, Boulder Colorado, USA dari situs web http://www.esrl.noaa.gov.psd/ yang terletak pada 1.25°LU – 16.25°LS dan 98.75°BT – 116.25°BT dengan domain 8 8.

Penelitian ini menggunakan data tekanan udara GCM sebagai peubah prediktor dan data curah hujan stasiun Bondan sebagai peubah respon. Periode data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahun 1979 sampai dengan 2008 (panjang data 360 bulan). Data dibagi menjadi dua bagian, yaitu data dari tahun 1979 sampai dengan 2007 untuk pemodelan dan tahun 2008 untuk validasi

Prosedur Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode RKU, AKU-FT, dan RKUF. Metode RKU dan RKUF menggunakan software R versi 3.02, sedangkan metode AKU-FT menggunakan software R versi 3.02 untuk tahap analisis metode AKU dan software SAS 9.3 untuk analisis fungsi transfer. Langkah awal tahapan dalam penelitian ini adalah melakukan eksplorasi data curah hujan dan tekanan yang dilakukan untuk melihat pola data, multikolinieritas, otokorelasi dan data pencilan. Langkah selanjutnya pada ketiga metode adalah sebagai berikut:

Regresi Komponen Utama

1. Membentuk matriks ragam peragam data tekanan udara untuk analisis komponen utama.

2. Menentukan nilai akar ciri dan vektor ciri dengan rumus pada Persamaan 1. 3. Menghitung nilai skor komponen utama.

4. Memprediksi curah hujan dengan menggunakan peubah prediktor nilai skor komponen utama dengan rumus pada Persamaan 2.

Analisis Komponen Utama – Fungsi Transfer

1. Mempersiapkan skor komponen utama (deret input) yang diperoleh dari metode RKU dan data curah hujan (deret output) sampai dengan stasioner. 2. Melakukan prewhitening deret input dan output agar whitenoise. Deret input

(19)

7 3. Menghitung korelasi silang dan otokorelasi deret input dan output yang telah

whitenoise.

4. Penetapan nilai ( ) untuk model fungsi transfer dengan:

a. Nilai menunjukkan bahwa deret output ( ) tidak dipengaruhi oleh deret input ( ) sampai lag waktu ke-b.

b. Nilai menunjukkan bahwa lamanya waktu deret output secara terus menerus dipengaruhi oleh nilai-nilai baru deret input atau dengan kata lain ( ) dipengaruhi oleh .

c. Nilai menujukkan bahwa nilai deret output dipengaruhi dengan nilai masa lalunya, atau dengan kata lain dipengaruhi oleh

.

5. Menduga parameter model fungsi transfer

 Penduga awal

Penduga awal parameter ditaksir dengan menggunakan metode kemungkinan maksimum likelihood.

 Penduga akhir

Pada tahap ini, dilakukan iterasi untuk mendapatkan taksiran parameter yang lebih baik dengan algoritma Marquardt.

6. Menghitung korelasi silang antara deret input yang sudah whitenoise.

7. Memprediksi menggunakan metode fungsi transfer dengan rumus pada Persamaan 5.

8. Melakukan over fitting untuk menentukan model yang terbaik. Nilai Akaike information criterion (AIC) dan Nilai Schwarz’s Ba es an cr ter on (SBC) digunakan untuk pemilihan model terbaik.

Regresi Komponen Utama Fungsional

1. Mentransformasi data tekanan udara dengan menggunakan deret fourier pada Persamaan 3.

2. Menentukan nilai akar ciri fungsional dan vektor ciri fungsional. 3. Mencari skor komponen utama fungsional.

4. Memprediksi curah hujan dengan menggunakan peubah prediktor sebagai nilai skor komponen utama fungsional dengan rumus pada Persamaan 4. Selanjutnya menghitung nilai RMSEP untuk mengetahui kebaikan model dari ketiga metode dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

√∑ ̂

dengan adalah data asli, ̂ adalah hasil prediksi. Tahapan selanjutnya adalah menghitung korelasi (r) antara data asli dengan data prediksinya untuk membandingkan pola hasil prediksi dan data aslinya dengan rumus berikut:

̂ ∑ ̂ ∑ ∑ ̂

(20)

8

Konsistensi ketiga mode dilakukan untuk melihat model baik atau tidak dalam memprediksi curah hujan. Prosedur analisis data tercantum pada Gambar 1.

Gambar 1 Bagan alir analisis data Selesai

Skor Komponen

(z)

Skor Komponen Fungsional

(kf) Mulai

Data GCM & data curah hujan

Mereduksi dimensi data GCM dengan metode AKUF Mereduksi dimensi data GCM

dengan metode AKU

Eksplorasi data

Menggunakan data

awal Menggunakan data

transformasi Fourier

Memprediksi curah hujan

dengan menggunakan

metode RKU

Memprediksi curah hujan

dengan menggunakan metode AKU-FT

Memprediksi curah hujan

dengan menggunakan metode RKUF

Validasi

Melakukan perbandingan metode dengan nilai RMSEP, korelasi dan

konsistensi model

(21)

9

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas hasil prediksi curah hujan dengan metode RKU, AKU-FT dan RKUF. Ketiga metode tersebut kemudian dibandingkan untuk menentukan metode yang lebih baik digunakan untuk memprediksi curah hujan di stasiun Bondan Kabupaten Indramayu. Kebaikan ketiga metode tersebut diukur berdasarkan nilai kebaikan model yaitu RMSEP dan korelasi antara data prediksi dengan data aktual.

Eksplorasi Data

Gambar 2(a) menunjukkan data GCM untuk peubah prediktor awal dan Gambar 2(b) menunjukkan data GCM yang telah ditransformasi dengan transformasi fourier menjadi data deret waktu yang lebih halus dibandingkan dengan yang tidak ditransformasi. Data GCM diduga memiliki multikolinieritas dan otokolerasi untuk itu perlu dilakukan uji Durbin Watson dan menghitung nilai variance inflation factor (VIF).

Uji Durbin-Watson pada data GCM menghasilkan nilai d (2.12477), du (1.83) dan dl (1.819), sehingga diperoleh nilai du < d < (4-dl). Kondisi tersebut menunjukkan adanya otokorelasi pada data GCM.Indikasi terjadi multikolinieritas pada data GCM diperkuat oleh hasil nilai VIF yang terdapat pada Lampiran 1.

(a)

(b)

(22)

10

Lampiran 1 memberikan informasi bahwa semua peubah mempunyai nilai VIF yang lebih dari 10. Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson dan VIF dapat disimpulkan bahwa peubah prediktor GCM memiliki masalah multikolinieritas dan otokorelasi, sehingga untuk mengatasi masalah tersebut dapat digunakan metode RKU, AKU-FT, dan RKUF.

Data yang digunakan dalam analisis dibagi menjadi dua, yaitu data GCM awal akan langsung dianalisis menggunakan metode RKU dan AKU-FT, sedangkan data GCM yang telah ditransformasi menjadi data fungsional dianalisis dengan menggunakan metode RKUF.

Regresi Komponen Utama

Metode RKU menggunakan data GCM tekanan udara sebagai peubah prediktor dan data curah hujan stasiun Bondan sebagai peubah respon. Hasil analisis metode RKU pada Tabel 1, menunjukkan bahwa komponen utama pertama (z1) mampu menerangkan 75% dari keragaman yang ada dan komponen

kedua (z2) mampu menerangkan 20,5% dari keragaman, sedangkan komponen

ketiga (z3) hanya mampu menerangkan 2,7% dari keragaman.

Komponen z1 dan z2 mampu menerangkan keragaman pada data GCM

sebesar 95.6% sehingga peubah yang digunakan untuk analisis pada metode RKU adalah z1 dan z2. Pengecekan otokorelasi pada model RKU dilakukan dengan Uji

Durbin-Watson pada peubah z1 dan z2. Hasil yang diperoleh adalah nilai

d(2.0074), du (1.919), dl (2.031) dan (4-dl) 2.081, sehingga diperoleh nilai du < d < (4-dl). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa terdapat otokorelasi antar peubah z. Penduga parameter dan statistic ujinya terdapat pada Tabel 2.

Tabel 2 menunjukkan pendugaan parameter dan statistik ujinya dan terdapat dua komponen berpengaruh terhadap curah hujan. Model RKU menghasilkan nilai kebaikan model sebesar 60.4% yang berarti bahwa peubah z1

dan z2mampu menerangkan total keragaman curah hujan sebesar 60.4%. Model

akhir metode RKU dituliskan sebagai berikut:

.

Tabel 1 Keragaman setiap komponen dan model RKU Komponen

z1 z2 z3

Proporsi keragaman 0.750 0.205 0,027 Proporsi komulatif 0.750 0.956 0,983 0.120 0.604 0.604

Tabel 2 Penduga parameter dan statistik ujinya Parameter Penduga Galat Baku t-hitung Nilai-p

Intersep 139.331 4.523 30.77 <2e-16 ***

z1 6.705 0.653 10.26 <2e-16 ***

(23)

11 Analisis Komponen Utama - Fungsi Transfer

Analisis AKU-FT menggunakan data dan yang diperoleh pada metode RKU sebagai peubah prediktor. Peubah dan tersebut dianalisis dengan menggunakan metode fungsi transfer. Langkah awal melakukan metode fungsi

transfer adalah mempersiakan deret input dan output agar stasioner. Uji Dicky-Fuller dilakukan untuk melihat apakah data telah stasioner terhadap

varians. Lampiran 2 memberikan informasi bahwa deret input dan output telah stasioner terhadap ragam.

Plot ACF dan PACF data awal deret input dan deret output dapat dilihat pada Lampiran 3,4 dan 5. Hasil plot Lampiran 3,4 dan 5 mengidentifikasikan bahwa deret input dan output merupakan data musiman 12 bulan dan stasioner terhadap ragam namun tidak stationer dalam rataan. Mengatisipasi hal tersebut dapat dilakukan pembedaan sebanyak 12 kali (z(12)) Gambar 3 menunjukkan bahwa data telah stasioner setelah dilakukan pembedaan 12 kali.

Prewhitening deret input untuk mendapatkan model terbaik dapat dilihat dari nilai statistik SBC dan AIC. Gambar 3 juga mengidentifikasikan kandidat model awal yang terbentuk. Plot ACF tail off dan plot PACF cut off pada lag (ke-1, 2, 12, 24), sehingga dugaan model awal adalah ARIMA . Parameter yang diperoleh pada model awal tidak nyata, sehingga dilakukan over fitting untuk menentukan model yang akan dipilih. Model yang akan di analisis terdapat pada Tabel 3.

24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 Lag A C F (a) 24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 Lag P A C F (b)

(24)

12

Informasi yang diperoleh dari Tabel 3 menunjukkan bahwa model untuk deret yang terbaik adalah ARIMA . Penduga model awal fungsi transfer terdapat yang telah whitenoise terdapat pada Lampiran 6. Prewhitening deret dilakukan dengan cara yang sama dengan peubah . Plot ACF dan PACF dengan pembedaan 12 kali terlihat pada Gambar 4. Pada Gambar 4 data telah stasioner terhadap rata-rata.

Gambar 4 memberikan informasi plot ACF cut off pada lag (ke-1,2,12) sedangkan plot PACF cut off pada lag (ke-1,2) dan tail off pada lag musiman sehingga, diperoleh dugaan model awal adalah ARIMA . Parameter pada model awal tidak nyata, maka langkah selanjutnya adalah melakukan over fitting untuk menentukan model yang akan dipilih. Model yang akan di analisis terdapat pada Tabel 4.

24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0.2 0.0 -0.2 -0.4 Lag A C F (a) 24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0.2 0.0 -0.2 -0.4 Lag P A C F (b)

Gambar 4 Plot (a) ACF dan (b) PACF untuk peubah setelah pembedaan 12 kali Tabel 3 Nilai AIC dan SBC peubah untuk kandidat model

Model AIC SBC

ARIMA 2076.424 2087.875

ARIMA 2074.226 2089.494

ARIMA 2076.137 2095.222

ARIMA 2075.750 2094.836

(25)

13

Hasil dari Tabel 4 menunjukkan bahwa model terbaik adalah model ARIMA

dengan nilai AIC dan SBC terkecil. Nilai model awal fungsi

transfer deret z2 yang telah whitenoise terdapat pada Lampiran 7. Tahapan

selanjutnya adalah menghitung korelasi silang antara deret output ( ) dengan masing-masing deret input ( ) dan ( ) yang telah whitenoise. Plot korelasi silang antara peubah input dan output terdapat pada Gambar 5.

Plot korelasi silang menentukan nilai b, s dan r untuk identifikasi model awal fungsi transfer. Gambar 5 memberikan informasi nilai dugaan awal peubah bagi , yaitu b= 1 karena korelasi silang berbeda nyata pertama kalinya pada lag ke-1, s=0 karena korelasi silang cut off setelah berbeda nyata pertama kali dan nilai r= 0 karena deret output tidak berhubungan dengan nilai yang terdahulu

(a)

(b)

Gambar 5 Plot (a) dan (b) korelasi silang deret input dengan deret output Tabel 4 Nilai AIC dan SBC peubah untuk kandidat model

Model AIC SBC

ARIMA 1283.565 1295.017

ARIMA 1338.676 1353.945

ARIMA 1283.840 1298.108

ARIMA 1283.495 1298.763

(26)

14

dari deret output itu sendiri. Penentu nilai b, s dan r dengan cara yang sama pada peubah diperoleh nilai dugaan awal peubah adalah b=0, s=1,2, r=0. Langkah selanjutnya adalah melakukan over fitting dengan melihat nilai AIC dan SBC yang lebih kecil.

Berdasarkan Tabel 5 dapat disimpulkan bahwa konstanta adalah b=2 s=0

r=0 dan konstanta adalah b=0 s=0 r=0 yang akan digunakan untuk analisis

selanjutnya. Pertimbangan yang diambil dalam menentukan model akhir adalah dugaan parameter yang diperoleh pada model akhir yang telah whitenoise.

Model akhir metode AKU-FT yang telah whitenoise terdapat pada Lampiran 8. Lampiran 9 menyajikan pembuktian apakah model yang terbentuk telah whitenoise sehingga diperoleh hasil ramalan metode AKU-FT pada Tabel 8. Model akhir metode AKU-FT dapat dituliskan sebagai berikut:

.

Regresi Komponen Utama Fungsional

Metode RKUF menggunakan peubah prediktor data tekanan udara yang telah ditransformasi dengan Fourier. Penentuan basis dalam transformasi Fourier dapat menggunakan nilai RMSEP (Ramsay dan Silverman 2005). Pemilihan basis terbaik yaitu basis yang memiliki nilai RMSEP yang paling kecil yang digunakan dalam penelitian. Gambar 6 menunjukkan basis yang baik digunakan dalam metode AKUF adalah basis 21 dengan nilai RMSEP terkecil yaitu 93.64.

Gambar 6 Penentuan basis dalam metode AKUF 93.3

93.5 93.7 93.9 94.1 94.3 94.5 94.7

3 5 9 11 15 19 21 25 29 31 35 39

R

MSE

P

Basis

Tabel 5 Hasil identifikasi model awal

AIC SBC

b=1 s=0 r=0 b=0 s=(1,2) r=0 3891.801 3910.812

b=1 s=0 r=0 b=0 s=1 r=0 3903.378 3918.599

b=1 s=0 r=0 b=0 s=0 r=0 3901.861 3913.277

b=2 s=0 r=0 b=0 s=0 r=0 3896.784 3908.190

(27)

15

Tabel 6 menunjukkan keragaman setiap komponen utama fungsional (kf). Tabel 6 memberikan informasi bahwa metode AKUF mempertahankan keragaman data, dilihat dari proporsi keragaman untuk yang sudah cukup tinggi diatas 80%. Namun untuk menjaga kesetaraan dalam membandingkan ketiga metode tersebut, maka skor komponen yang diambil pada RKUF sebanyak dua yaitu dan sesuai dengan jumlah komponen pada metode RKU dan AKU-FT dalam membentuk sebuah model.

Tabel penduga parameter untuk metode RKUF dengan menggunakan dua skor komponen utama fungsional terdapat pada Tabel 7 dengan proporsi keragaman sebesar 96% dan kebaikan model sebesar 59.2%. Hasil prediksi metode RKUF dapat dilihat pada Tabel 8. Rumus akhir metode RKUF sebagai berikut:

Prediksi Curah Hujan

Tabel 8 memberikan informasi hasil prediksi ketiga metode. Hasil prediksi curah hujan metode RKU diperoleh dari hasil skor komponen utama data GCM tekanan yang dimodelkan dengan data curah hujan, sedangkan metode AKU-FT diperoleh dengan menggunakan skor komponen utama kemudian dengan metode fungsi transfer digunakan untuk memprediksi curah hujan.

Tabel 7 Penduga parameter dan statistik ujinya Parameter Penduga Galat Baku t-Hitung Nilai-p Intersep 139.33 4.599 30.29 <2e-16 ***

-9.081 0.524 -17.34 <2e-16 ***

-17.77 1.238 14.35 <2e-16 *** Tabel 6 Proporsi keragaman setiap komponen

Komponen

Proporsi keragaman 0.8135 0.1457 0.0220 Proporsi kumulatif 0.8135 0.9592 0.9820

Tabel 8 Hasil prediksi curah hujan

Bulan Aktual Prediksi

Bondan RKU AKU-FT RKUF

Januari 407 410.5 377.2 286.2

Februari 232 568.1 560.8 389.2

Maret 434 348.5 215.9 237.9

April 42 226.4 193.4 139.5

Mei 20 0 14.1 31.6

Juni 34 0 48.78 26.6

Juli 0 0 0 0

Agustus 0 0 0 0

September 0 0 0 0.8

Oktober 19 18.1 43.6 63.4

November 17 207.9 78.1 132.7

(28)

16

Metode RKUF serupa dengan metode RKU, namun data yang digunakan untuk memprediksi merupakan data fungsional. Tabel 8 menunjukkan pada bulan Juli sampai dengan September (tidak terjadi hujan) mendekati nilai data sebenarnya. Hasil prediksi pada bulan April dan November memiliki galat yang cukup besar, hal ini dikarena terjadi perubahan curah hujan yang cukup tinggi dari bulan Maret sampai dengan April dan bulan Oktober sampai dengan November.

Gambar 7 adalah grafik data curah hujan di stasiun Bondan untuk melihat lebih jelas perbedaan hasil prediksi 12 bulan kedepan dari metode RKU, AKU-FT dan AKUF. Metode RKUF dan AKU-FT menghasilkan pola yang hampir sama dengan data curah hujan di stasiun Bondan.

Konsistensi Prediksi

Hasil analisis konsistensi prediksi untuk metode RKU, AKU-FT dan RKUF terdapat pada Tabel 9. Konsistensi model dilihat berdasarkan nilai simpangan baku RMSEP dan simpangan baku korelasi antara data awal dengan prediksinya pada beberapa tahun prediksi, yaitu tahun 2005 sampai dengan 2008, tahun 2006 sampai dengan 2008, tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 dan tahun 2008.

Informasi pada Tabel 9 metode RKU dalam memprediksi curah hujan memiliki nilai RMSEP dan simpangan baku yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua metode lainnya. Hal ini dikarenakan metode RKU mengabaikan keberadaan otokorelasi yang terdapat pada data GCM.

Metode AKU-FT lebih baik dalam memprediksi curah hujan satu tahun kedepan tetapi tidak lebih baik untuk periode tahun berikutnya. Namun metode AKU-FT tidak konsisten dalam memprediksi curah hujan. Hal ini berdasarkan nilai simpangan baku RMSEP dan r yang lebih besar dibandingkan dengan metode RKUF. Des Nov Okt Sept Agus Jul Jun Mei Apr Mar Feb Jan 600 500 400 300 200 100 0 Bulan C ur ah H uj an Bondan RKU AKU-FT RKUF Variable

(29)

17

Metode RKUF lebih konsisten dalam memprediksi curah hujan dibandingkan dengan metode RKU dan AKU-FT hal ini berdasarkan nilai sipangan baku RMSEP (5.102) dan simpangan baku r (0.049) lebih kecil dalam memprediksi curah hujan.

5

KESIMPULAN

Secara umum metode RKUF lebih baik dan konsisten dibandingkan dengan metode RKU dan RKU-FT dalam memprediksi curah hujan. Metode RKUF lebih baik dan konsisten dari pada metode AKU-FT, meskipun metode AKU-FT lebih baik untuk memprediksi satu tahun ke depan.

Pada aplikasinya metode AKU-FT cenderung lebih rumit dibandingkan kedua metode lainnya karena hasil model yang diperoleh berdasarkan percobaan model yang dilakukan peneliti secara berulang ntuk mendapatkan model yang whitenoise. Metode RKUF cenderung lebih mudah aplikasinya dibandingkan metode AKU-FT karena menggunakan komputasi yang lebih objektif.

6

SARAN

Penerapan metode RKUF pada penelitian ini tidak memperhatikan data pencilan yang sering terjadi pada data curah hujan, sehingga penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperhatikan data pencilan yang sering terjadi pada data curah hujan.

Tabel 9 Konsistensi prediksi

Metode Tahun Tahun

Prediksi RMSEP r

Simpangan Baku

RMSEP r

RKU

1979-2004 2005-2008 126.67 0.773

8.29 0.07 1979-2005 2006-2008 117.07 0.874

1979-2006 2007-2008 137.33 0.694

1979-2007 2008 128.05 0.793

AKU-FT

1979-2004 2005-2008 279.11 0.460

103.402 0.231 1979-2005 2006-2008 225.74 0.630

1979-2006 2007-2008 165.79 0.560

1979-2007 2008 38.62 0.990

RKUF

1979-2004 2005-2008 84.39 0.883

5.102 0.049 1979-2005 2006-2008 82.71 0.902

1979-2006 2007-2008 90.33 0.819

(30)

18

DAFTAR PUSTAKA

Bergant K, Lucka KB, Zalika C. 2002. Statistical downscaling of general-circulation-model-simulated average monthly air temperature to the beginning of flowering of the dandelion (Taraxacum officinale). Slovenia. Journal of Biometeorol 46(1):22-32.

Bowe man BL, Richa d T.O’Connell. 1993. Forecasting and Time Series : an

applied approach third edition. California : Wadsworth.

Francizca S, Adriano S. 2012. Study on the number of electricity in Rio Grandes Do Sul using principal components and forecasting models. Spanyol: Campus de Fuentenueva.

Ingrassia S, Costanzo GD. 2005. Functional Principal Component Analysis of Financial timeseries, Springer-Verlag, Inc., Berlin.

Johnson RA, Wichern DW. 1998. Applied Multivariate Statistical Analysis. United States of Amaerica: Prentice Hall International. Inc.

Jolliffe IT. 2002. Principal component Analysis Second Edition, New York: Springer.

Makridakis S, Wheelwright S, McGee V. 1983. Forcasting Methods and Application Second Edition, New York: John Wiley.

Ramsay OJ, Silverman WB. 2005. Applied Functional Data Analysis, New York: Springer.

Shang HL. 2011. A survey of functional principal component analysis. Department of econometrics and Business Statistics Monash University, (working papers, 06/11).

Subimal G, PP Mujumdar. 2005. Future rainfall scenario over orissa with GCM pjojections by statistical downscalling. India. Journal of Curent Sience Vol 90(3): 396-404.

Wigena AH. 2006. Pemodelan statistical downscaling dengan regresi projection pursuit untuk peramalan curah hujan bulanan: kasus curah hujan bulanan di indramayu [Disertasi]. Bogor (ID): ProgramPascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Wei SWW. 2006. Time Series Analysis : Univariate and Multivariate Methods. Redwood City: Addison-Wesley Pub. co. Inc.

Wilby RL, Troni J, Biot Y, Tedd L, Hewitson CB, Smithe MD, Suttonf TR. 2009. A review of climate risk information for adaptation and development planning. Journal of Climatology 29: 1193-1215.

(31)

19 Lampiran 1 Nilai VIF data GCM

Prediktor VIF Prediktor VIF x1 1436.585 x33 9238.150 x2 4418.343 x34 17956.570 x3 6487.146 x35 19661.170 x4 7672.475 x36 20149.330 x5 5407.921 x37 20427.170 x6 3679.373 x38 32231.800 x7 2005.497 x39 27865.560 x8 831.072 x40 11647.660 x9 3780.754 x41 15028.890 x10 9542.797 x42 33542.830 x11 12498.300 x43 42627.360 x12 13705.800 x44 52036.090 x13 10783.260 x45 50856.630 x14 8107.671 x46 55258.700 x15 4068.902 x47 43889.950 x16 3011.758 x48 15564.090 x17 3764.698 x49 15142.920 x18 7360.900 x50 47770.140 x19 7653.179 x51 65300.980 x20 10030.82 x52 77516.180 x21 13967.540 x53 86260.310 x22 14126.210 x54 88381.470 x23 8393.883 x55 63297.170 x24 4882.347 x56 16675.490 x25 4736.844 x57 7505.657 x26 8714.306 x58 43440.720 x27 8692.458 x59 76709.370 x28 11913.060 x60 81958.520 x29 16260.870 x61 74550.840 x30 21533.010 x62 69931.200 x31 16168.570 x63 43495.720 x32 7655.766 x64 7639.223

Keterangan :

(32)

20

Lampiran 2 Uji stasioner metode RKU-FT (Dicky Fuller)

Yt z1 z2

t-Hitung Nilai-p t-Hitung Nilai-p t-Hitung Nilai-p

Nilai Augmented

Dickey-Fuller -3.485 0.009 -5.199 0.000 -7.203 0.000

Nilai Tes

Kritikal : Taraf 1% -3.450 -3.450 -3.450

Taraf 5% -2.870 -2.870 -2.870

Taraf 10% -2.571 -2.571 -2.571

Lampiran 3 Plot ACF dan PACF awal deret input z1

(33)

21 Lampiran 4 Plot ACF dan PACF awal deret input z2

24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

-0.2

-0.4

-0.6

-0.8

Lag

A

C

F

24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0.6

0.4

0.2

0.0

-0.2

-0.4

Lag

P

A

C

(34)

22

Lampiran 5 Plot ACF dan PACF awal deret output y

24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0.6

0.4

0.2

0.0

-0.2

-0.4

-0.6

Lag

A

C

F

24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0.4

0.2

0.0

-0.2

-0.4

Lag

P

A

C

(35)

23 Lampiran 6 Identifikasi model awal deret input z1

Parameter Penduga Galat Baku t-Hitung Nilai-p Lag

MA1,1 0.34240 0.13875 2.47 0.0141 1

MA2,1 0.82819 0.03237 25.59 <.0001 12

AR1,1 0.61444 0.13944 4.41 <.0001 1

AR1,2 0.19540 0.09060 2.16 0.0317 2

Penduga Ragam 27.75959

Penduga Galat Baku 5.268737

AIC 2074.226

SBC 2089.494

Galat 336

Lag

Khi-kuadrat

Hitung

db Nilai-p

otokorelasi

1 2 3 4 5 6

(36)

24

Lampiran 7 Identifikasi model awal deret input z2

Parameter Penduga Galat Baku t-Hitung Nilai-p Lag

MA1,1 0.81743 0.03381 24.18 <.0001 12

AR1,1 0.14060 0.05426 2.59 0.0100 1

AR1,2 0.19653 0.05394 3.64 0.0003 2

Penduga Ragam 2.646849

Penduga Galat Baku 1.626914

AIC 1283.565

SBC 1295.017

Galat 336

Lag

Khi-kuadrat Hitung

db Nilai-p

otokorelasi

1 2 3 4 5 6

(37)

25 Lampiran 8 Identifikasi model akhir metode AKU-FT

Parameter Penduga Galat

Baku t-Hitung Nilai-p Lag Peubah Sift

MA1,1 0.965 0.076 12.69 <.0001 12 y 0

SCALE1 -2.152 0.761 2.83 0.0047 0 Z1 2

SCALE2 -8.708 2.836 3.07 0.0021 0 Z2 0

Penduga Ragam 6862.21

Penduga Galat Baku 82.83846

AIC 3896.784

SBC 3908.19

(38)

26

Lampiran 9 Pengecekan residual metode AKU-FT Otokorelasi

Lag Khi-kuadrat

Hitung db Nilai-p Otokorelasi

6 5.26 5 0.3848 0.034 0.105 0.034 0.012 0.026 0.040

12 10.62 11 0.4758 0.022 0.042 -0.055 -0.014 0.075 -0.067

18 15.41 17 0.5662 0.064 -0.051 -0.006 0.038 -0.066 -0.035

24 17.85 23 0.7655 -0.022 -0.030 0.020 0.039 0.021 0.056

30 22.73 29 0.7889 -0.074 -0.004 -0.084 -0.024 0.004 0.016

36 33.62 35 0.5346 -0.073 -0.058 0.003 0.015 0.137 0.039

42 34.79 41 0.7419 0.025 -0.007 -0.006 -0.004 -0.020 -0.044

48 36.94 47 0.8538 -0.001 -0.006 0.006 -0.012 -0.003 -0.073

Korelasi Silang

Lag Khi-kuadrat

Hitung db Nilai-p Korelasi Silang

5 3.71 5 0.5926 -0.005 0.020 0.074 0.012 0.025 0.068

11 10.96 11 0.4467 -0.009 -0.086 -0.048 0.000 0.014 -0.110

17 12.87 17 0.7448 -0.031 -0.021 0.008 -0.048 -0.038 -0.024

23 22.81 23 0.4716 0.032 -0.023 0.004 -0.057 -0.073 -0.142

29 27.58 29 0.5404 -0.040 -0.024 -0.052 -0.024 -0.066 -0.069

35 29.72 35 0.7210 -0.044 0.038 0.007 0.019 0.000 0.051

41 31.06 41 0.8699 0.004 -0.059 -0.014 0.002 0.020 -0.001

47 35.97 47 0.8791 0.017 -0.032 -0.005 -0.111 -0.012 0.034

Korelasi Silang

Lag Khi-kuadrat

Hitung db Nilai-p Korelasi Silang

5 4.16 5 0.5260 0.002 -0.070 -0.039 -0.019 -0.023 0.073

11 9.47 11 0.5790 0.020 -0.017 -0.058 0.100 -0.004 -0.046

17 16.64 17 0.4791 0.072 0.125 -0.021 -0.014 0.010 -0.004

23 25.10 23 0.3452 0.017 0.042 0.058 0.010 0.080 0.116

29 37.72 29 0.1287 0.039 0.170 0.018 0.051 0.041 0.057

35 40.02 35 0.2569 0.020 -0.041 -0.024 -0.023 -0.007 0.061

41 41.04 41 0.4689 0.012 0.008 -0.024 0.040 0.026 0.002

(39)

27

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Depok pada tanggal 4 September 1989 dari pasangan Bapak Sargatua Nasution dan Ibu Netty Herawati. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara.

Gambar

Gambar 1 Bagan alir analisis data
Gambar 2(a) menunjukkan data GCM untuk peubah prediktor awal dan
Gambar 3 Plot (a) ACF dan (b) PACF untuk peubah    setelah pembedaan 12 kali
Gambar 4 data telah stasioner terhadap rata-rata.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penentuan domain dapat dilakukan berdasarkan keeratan hubungan antara peubah lokal dengan peubah global (luaran GCM), namun pemilihan grid dalam suatu domain yang berkorelasi

3. Menentukan curah hujan ekstrim 15 stasiun dan data luaran GCM esktrim menggunakan metode blok maksima pada periode tahunan. Melakukan analisis ketergantungan

Prediksi rata-rata curah hujan bulanan tahun 2008 diperoleh menggunakan model SD dengan Regresi Linier Peubah Ganda. Ukuran kebaikan prediktor dalam memprediksi curah

Hasil model prediksi hujan dari anggota ensemble menggunakan 5 variabel prediktor (SST, CAPE, PW, U850 dan V850) menunjukkan pola curah hujan yang dapat mengikuti pola

Berdasarkan pengujian dalam prediksi curah hujan di kota Palembang menggunakan metode Fuzzy Time Series Multivariat di dapatkan hasil prediksi yang mendekati data aktual adalah

Berdasarkan hasil ujicoba terhadap model pendugaan luaran GCM dan anomali SST Nino 3.4 serta observasi 13 stasiun pemantauan curah hujan menghasilkan suatu

curah hujan stasiun Sukadana menunjukkan bahwa cukup jumlah faktor dengan akar elisih akar rataan Faktor yang digunakan 97.30% keragaman keempat data satelit TRMM Kriteria

Maka dari itu pembelajaran mesin dapat mempelajari pola data curah hujan untuk melakukan prediksi, maka penelitian ini melakukan proses data mining pada data curah hujan terbilang