EMINAR NASIONAL PERI NAN DAN KELAUTAN
•
SEMINAR NASIONAL
PERI
AN DAN KELAUTAN
2014
Pengarah dan Penanggung Jawab
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Redaktur
Sulaeni
Adi Susanto Saifullah
Sakinah Haryati Dodi Hermawan
Redaktur Pe1aksana
Achmad Noerkhaerin Purra Forcep Rio Indaryanto
Teknologi Informasi
Abid Mohamad A rif
Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian U niversitas Sultan Ageng Tirtayasa JI. Raya Jakarta Km. 4 Pakupatan Serang Banten. Telp. (0254) 280330
Fax. (025 4) 281254
DAFTARISI
Kandungan Komponen Bioaktif dan Aktivitas Antimiktoba Ekstrak Bintang Laut
(Cllieita S chmideliana )
11
HANA NURULLITA PRESTISIA, KUSTIARIYAH TARMAN, IRIANI SETYANINGSIH
Pengembangan Industri Petikanan Rakyat Betbasis Sistem Keamanan Pangan
23
FIA SRI MUMPUNI*, MULYANA*, SAWARNI HASIBUAN *
Kataktetistik Kamaboko Ikan Payus
(Elops Hawaiensis)
dengan Penambaban Konsentrasi
Tepung Tapioka yang Betbeda
29
NENI NURAENI I
>,
SAKINAH HARYATI
2>,
ARIS MUNANDAR
2)Kataktetistik Mutu Surimi Ikan Payus
(Elops Hawaiensis)
dengan Ftekuensi Pencucian
yang Betbeda
39
RANY WIDARYANTI
E ffect of Addition Rosella in Feed on the Growth and Stress Giant Gouramy
(pengatuh Penambahan Rosella dalam Pakan Tethadap Pettumbuhan dan Stres Ikan Gurame)
49
ROSMAWATI, MUARIF, Y.SUHERMAN, R.HARJA*
Penambahan Ptebiotik dalam Pakan Untuk Meningkatkan Pettumbuhan Ikan Mas
(0prillllS Carpio)
57
ACHMAD NOERKHAERIN PUTRA I
Aplikasi Petbedaan Padat Tebat Tethadap Pettumbuhan dan Kelangsungan Hidup Polychaeta
(Nereis Sp.)
63
TB ANSOR NASRULLAHI
>,
DOm HERMAWAN
2>,
SAIFULLAH
2)Performa Genetik 3 Populasi Sepat Siam Asal Kalimantan dengan Metode Rapd
(Gemtic Peiformance Between
3
Poplliation OJ Siamese GOllramy From Kalimantan Based On
Ropd)
69
ISKANDARIAH*l, DINAR TRI SULISTYOWATI**), RUDHY GUSTIANO***),
IRIN IRIANA KUSMINI***l, GLENI HASAN HUWOYON***)
Genetik dan Biologi Ikan Kembung Perempuan
(Rostrelliger Bracbysoma)
(Gemtic alld Morpbometric
oj
Sbort Body Mackerel (Rostrelliger Brachysoma»
77 FORCEP RIO INDARYANTO ", YUSLI WARDIATNO', HIDEYUKI IMA1'Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Patin
(Pangasionodon Hypophthalmlls)
yang Diberi Vaksin
Edwardsiella Ictalllri
Dengan Metode BerbedaMELASARI JULYANI', MUSTAHAL', ACHMAD NOERKHAERIN P UTRA',
SOFI HANIF', AYI SANTIKA'
85
Kemampuan Kompos Tumbuban Alang Alang
(Imperata cyilindrica)
daIam Menurunkan KandunganLogam Berat dan Menaikan pH Air Kolong Berusia Muda Bagi Kegiatan Akuakultur
(Tbe Ability
oj
Alang-alallg (Imperato cyilindrica) Compost to Decrease Heavy Metal COlltwt alld Ilicrease the Il7ater
pH
oj
YollngAged 'Kolong'for AqllaC/lltllre Activities)
95
EVA PRASETIYONO ', UMROH', GUPRON'
Evaluasi Status Mutu Air Perairan Situ Cipondoh Menggunakan Metode STORET
(Evaillation
oj
Water Qllality Statlls
oj
Sitll Cipondob Usillg STORET Metbods)
SAIFULLAH',JUWARIN PANCAWATI'
Sebaran Dimensi Utama Kapal Jaring Rampus cli Pangkalan Pendaratan Ikan Binuangeun
Kabupaten Lebak Provinsi Banten
MUMUN MUNAWATI') RIRIN IRNAWATI2) ADI SUSANTO')
Hubungan Morfometrik dan Bobot Kepiting Bakau
(Scylla Serrata)
cli Desa MuaraKabupaten Tangerang Provinsi Banten
NURMALA SARI'), ADI SUSANT02
1,
RIRIN IRNAWATI')Strukrur Komwlitas Mangrove cli Desa Banten Kecamatan Kasemen Kota Serang
Provinsi Banten
SUl\I.ARl
N )
RIRIN IRNAWATI') ADI SUSANTO')Pengelolaan Perikanan Hiu cli Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Provinsi
111
107
125
135
Kepulauan Bangka Belitung
(Shark Management ill Tanjllng Palldan, District Belitllllg, Ballgka BelitllngJ 145
I APRILL-\ZMI 1, ADITYA N DAN ARDIANSYAH. K
Pengembangan Pakan Ikan Alternatif Sebagai Substitusi Pakan KomersiaI Pada Perikanan Buclidaya
cli Kabupaten Gunungkidul 153
BUDIWARDO 0
Peningkatan Produksi Garam Melalui Penerapan Teknologi Tepat Guna (ITG) Garam Rakyat
eli
Lamongan
161
BUD! WARDONO DAN RISNA YUSUF
Persepsi Konsumen dan Prod us en Terhadap Atribut Produk Sate Bandeng
169
SUHERNA', SRI MULYATI " WEKSI BUD!AJI', ASIH MULYANINGSIH ' , MEUTIA'
•
Kumpulan makalah Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan 2014
Tanggal: 5 November 2014
Tempat : Hotel Mahadria
1.
Bidang Teknologi Hasil Perikanan
Nama Penulis Judul makalah Asal instansi
Desniar, Kustiariyah Produksi Antibakteri Dari Bakteri Asam Departemen Tekonologi Hasil Perairan, Tannan dan Yulianti Laktat Asal Bekasam Ikan Sepat Fakultas Perikanan dan
Sri Rejeki (Trichogasters Sp.) Pada Kondisi Kultivasi IImu Kelautan, Institut Pertanian Bogor Yang Berbeda
Ella Salamah, Penyamakan Khrom Kulit Ikan Kakap Putih Departemen Teknologi Hasil Perairan, Bustami Ibrahim, (Lates calcafifer) Dikornbinasi Dengan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan , Nurul Hak dan Ade Ekstrak Biji Pi nang Terhadap Karakteristik Institut Pertanian Bogor
Komalasari Fisik Kulit Balai Besar Penelitian dan
Pengeil,bangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan Dan Perikanan
Pipih Suptijah, Enkapsulasi Nanokitosan Pada Komponen Departemen Teknologi Hasil Perairan,
Kustiariyah Tannan Bioaktif Antihiperglikemia Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan,
dan Nia Kurniawati Institut Pertanian Bogor
Rita Sahara, lriani Aktivitas Antihiperglikernik Ekstrak Kapang Departemen Teknologi Hasil Perairan, Setyaningsih, Endofit Dari Tumbuhan Pesisir Sarang Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan,
Kustiariyah Tannan Semut (Hydnophytum formicarum) Institut Pertanian Bogor
Tati Nurhayati, Kemunduran Mutu Udang Vaname Departemen Teknologi Hasil Perairan,
Kustiariyah dan Laela (Lilopenaeus vanname/) Yang Disimpan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan , Hidayatul Azizah Pada Suhu Chilling: Analisis Kimiawi Dan Institut Pertanian Bogor
Mikrobiologis
Nurjanah, Asadatun Karakteristik Mineral Dan Vitamin B12 Departemen Teknologi Hasil Perairan, Abdullah, Indah Keong Macan (Babylonia spirata L.), Fakultas Perikanan Dan IImu Kelautan, Yulianti dan Taufik Kerang Salju (pholas dactylus L.), Dan Institut Pertanian Bogor
Hidayat Kerang Tahu (Meretrix meretrix L)
Hana Nurullita Kandungan Kornponen Bioaktif Dan Departernen Teknologi Hasil Perairan, Prestisia, Kustiariyah Aktivitas Antimikroba Ekstrak Bintang Laut Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan,
Tannan dan lriani Culcila schmidefiana Institut Pertanian Bogor
Setyaningsih
lriani Setyaningsih, Antioksidan Dan Inhibisi A-Glukosidase Departemen Teknologi Hasil Perairan, Kustiariyah Tannan Dari Spirulina platensis Pada Umur Kultur Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan ,
dan Trinita Riahna Berbeda Institut Pertanian Bogor
Surbakti
Safrina Dyah Deskripsi Histologi, Karakteristik Kimia dan Departemen Teknologi Hasil Perairan , Hardiningtyasl, Sri Aktivitas Antioksidan Daun Mangrove Api- Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan, Purwaningsih, Agoes Api Putih (Avicennia marina) Institut Pertanian Bogor
M. Jacob, Rinto
Sri Purwaningsih , Profil Kandungan Gizi : Mineral Keong Departemen Teknologi Hasil Perairan , Ella Salamah dan Ipong-lpong (Fasciolaria sa/mo) Pada Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan,
Siska Septiani Berbagai Metode Pengolahan Institut Pertanian Bogor,
Fia Sri Mumpuni, Pengembangan Industri Perikanan Rakyat Fakultas Pertanian Universitas Djuanda
Mulyana dan Sawarni Berbasis Sistern Keamanan Pangan Bogor
Hasibuan
Wini Trilaksani, Iriani Pengayaan Protein Dan Antioksidan Departemen Teknologi Hasil Perairan, Setyaningsih dan Spirufina, Karaginan Sebagai Texlurizer Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan, Indra Yusuf Pratama Dalam Fonnulasi Mi Sagu Kering Institut Pertanian Bogor
Neni Nuraeni, Karakteristik Kamaboko Ikan Payus (E/ops Jurusan Perikanan
Sakinah Haryati, Ans hawaiensis) dengan Penambahan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Munandar Konsentrasi Tepung Tapioka yang Berbeda •
Uju, Tati Nurhayati, Pengkayaan Flavor Limbah Cair Rajungan Departemen Teknologi Hasil Perairan,
Jamaludin Secara Enzimatis Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor Rany Widaryanti, Karakteristik Mutu Surimi Ikan Payus Jurusan Perikanan
Sakinah Haryati, Aris (Elops hawaiensis) Dengan Frekuensi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Munandar Pencucian yang Berbeda.
Kumpulan makalah Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan 2014
Tanggal: 5 November
2014Tempat: Ho tel Mahadria
2. Bidang Budidaya Perairan
Nam a Penuli s Judul makalah Asal instansl
Rosmawati , Muarif, Pengaruh Penambahan Rosella Dalam Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian,
Y. Suherman dan Pakan Universitas Djuanda
rN h。セ。@ Terhadap Pertumbuhan Dan Stres Ikan
Gurame
Achmad Noerkhaerin Nilai Kecernaan Pakan Ikan Mas (Cyprinus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Putra carpio) Dengan Penambahan Dosis
Prebiotik Yang Berbeda .
Tb. Ansor Nasrullah Aplikasi Perbedaan Padat Tebar Terhadap Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Untirta
Polychaeta (Nereis Sp.)
Iskandariah, Dinar Tri Perform a Genetik 3 Populasi Sepat Siam Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Sulistyowati, Rudhy Asal Kalimantan Dengan Metode Rapd Perikanan dan IImu Kelautan Institut
G ustiano, lrin Iriana Pertanian Bogor
Ku smini dan Gleni
Hasan Huwoyon
Forcep Rio Genetik Dan Biologi Ikan Kembung Jurusan Perikanan, Fakuitas Pertanian
Indaryanto, Yusli Perempuan (Rastrelliger brachysoma) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Wardiatno, dan (Untirta)
Hideyuki Imai Department Manajemen Sumberdaya
Perairan , Fakultas IImu Perikanan dan
I
Kelautan Institut Pertanian Bogor Department Biology dan MarineSciences, Fakultas Science, University of The Ryukyus, Okinawa, Japan
Melasari Julyan i Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Patin Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian
(Pangasionodon hypophta/mus) yang diberi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Vaksin Edwardsiella ictaluri dengan
Metode Berbeda
Eva Prasetiyono, Kemampuan Kompos Tumbuhan Alang Jurusan Budidaya Perairan , Fakultas Umroh dan Gupron Alang (/mperata cyilindrica) Dalam Pertanian Perikanan dan Biologi,
Menurunkan Kandungan Logam Berat Dan Universitas Bangka Belitung
Menaikan pH Air Kolong Berusia Muda Jurusan Manajemen Sumberdaya
Bagi Kegiatan Akuakultur Perairan, Fakultas Pertanian Perikanan
dan Biologi Universitas Bangka Belitung Robin,Kukuh Nirmala Perbandingan Akumulasi Timbal (Pb) Pada Program Studi Budidaya Perairan,
Ikan Nila Merah (Oreochromis nilotleus) Fakultas Pertanian Perikanan dan Yang Dibudidayakan Di Kolong Tua Dan Biologi, Universitas Bangka Belitung, Kolong Muda
Provinsi Kepulauan Bangka Bangka Belitung
Saifullah , Juwarin Evaluasi Status Mutu Air Perairan Situ Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian
Pancawati Cipondoh Menggunakan Metode Storet Untirta
Jurusan Agrib isnis Fakultas Pertanian Untirta
Kumpulan makalah Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan 2014
Tanggal: 5 November 2014
Tempat: H o tel Mahadria
3. Bidang Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan dan Sosial Ekonomi Perikanan
Nama Penulis Judul makalah Asal instansi
Mumun Munawati, Sebaran Dimensi Utama Kapal Jaring Jurusan Perikanan Faperta Untirta Ririn Imawati dan Adi Rampus Di Pangkalan Pendaratan Ikan
Susanto Binuangeun Kabupaten Lebak Provinsi
Banten
NUl1l1ala Sari. Adi Hubungan Morfometrik Dan Bobot Kepiting Jurusan Perikanan Faperta Untirta Susanto. Ririn Bakau (Scylla serrata) Di Desa Muara
Irnawati Kabupaten Tangerang Provinsi Banten
Sumarna , Ririn Struktur Komunitas Mangrove Di Desa Jurusan Perikanan Faperta Untirta Imawati dan Adi Banten Kecamatan Kasernen Kota Serang
Susanto Provi nsi Banten
I Apriliazmi , Aditya N Pengelolaan Perikanan Hiu Di Tanjung Fakultas Pertanian, Perikanan dan
dan Ardiansyah . K Pandan, Biologi, Universitas Bangka Belitung
Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
M. Fajar, Ardiansyah . Pengelolaan Perikanan Hiu Di Kabupaten Jurusan Budidaya Perairan, Uni versitas
K dan Djumadi. Bangka, Kepulauan Bangka Belitung Bangka Belitung
Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut, Serang
Budi Wardono Pengembangan Pakan Ikan Altematif Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Sebagai Substitusi Pakan Komersial Kelautan Perikanan (BBPSEKP)
Pada Perikanan Budidaya Dikabupaten Gunung Kidul
Budi Wardono dan Peningkatan Produksi Garam Melalui Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi
Risna Yusuf Penerapan Teknologi Tepat Guna (Ttg) Kelautan Perikanan (BPSEKP)
Garam Rakyat Di Lamongan
Suhema, Meutia, Sri Penambahan Nilai Kemasan Sate Bandeng Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian
Mulyati, Asih dengan Sertifikasi Halal, LPPOM, Untirta
Mulyaningsih, Weksi Komposisi Gizi dan Strategi Perna saran
e-Budiadji commerce
KATAPENGANTAR
Puji dan syukw: kami panjatkan kebadirat Allab
swr
atas rabrnat dan hidayab-Nya kami dapat menyelesaikan Pro siding Seminar N asional Perikanan dan Kelautan 2014 ini. Pro siding ini merupakan tindaklanjut pelaksanaan kegiatan Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan 2014 dengan tema "Inovasi Teknologi dalarn Mendukung Industrialisasi Perikanan di Indonesia" yang dilaksanakan pada tanggal5November 2014 di Hotel Mabadria Serang. Kegiatan Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan 2014 ini dilakukan dalarn bentuk penyarnpaian makalab dengan presentasi oral. Sernoga prosiding ini dapat bermanfaat bagi kernajuan ilmu Perikanan dan Kelautan.
Prosiding ini terdiri dari 32 judul presentasi terseleksi, rnasing-masing terdiri dari 15 rnakalab dalam bidang Teknologi Hasil Perairan, 9 makalah dalarn bidang Budidaya Perairan, 5 makalah dalarn bidang Pemanfaatan Sumber Daya Perairan dan 3 makalah dalam bidang Sosial Ekonomi Perikanan. Setiap makalah yang dimuat dalarn prosiding ini telah dikoreksi oleh para ahli sesuai dengan bisangnya
masing-•
masmg.
Prosiding yang kami susun masib terasa sangat jauh dari kata sempurna. Mohon kritik, saran dan masukan para pembaca demi perbaikan penyusunan prosiding di tahun-tahun mendatang. Pada akhinya kami mengucapkan terima kasib kepada seluruh pibak yang membantu, sehingga pro siding ini dapat diterbitkan.
Serang, Januari 2015
Redaksi
GENETIK DAN BIOLOGI I
KEMBUNG
PEREMPUAN
(RASTRELLIGER BRACHYSOMA)
(GENETIC AND MORPHOMETRIC OF SHORT
BODY MACKEREL
(RASTRELLIGER BRACHYSOMA))
FORCEP RIO INDARYANTO", YUSLI WARDIATNO', HIDEYUKI lMAI'
, Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Kampus
Untirta Pakupatan, Serang, Indonesia
, Department Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan Institut
Pertanian Bogor (IPB), Kampus IPB Darmaga, Bogor, Indonesia
, Department Biology dan Marine Sciences, Fakultas Science, University of the Ryukyus, Okinawa,
Japan
'Corresponding author: email: for_cf@yahoo .com. phone: +62-81318312394
ABSTRAK
Ras/rel/iger bracJrysoma merupakan salah satu ikan pelagis kecil yang menjadi sasaran utama penangkapan perikanan. Informasi ten tang genetik dan biologi R bracJrysoma sangat diperlukan
dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis stck. Tulisan ini membahas tentang aspek
genetik dari RbracJrysoma menggunakan metode RFLPs dan aspek biologi dengan ikan contoh berasal dari daerah Pelabuhan Ratu, Bandar Lampung, Banten,] akarta dan Banyuwangi R brocJrysoma.
Identifikasi genetik menggunakan RFLP DNA dengan emim HinelI tidak memotong untai
mito-chondrial-DNA ikan R bracJrysoma. Karakteristik biologi ikan ini diantaranya saringan insang berukuran panjang, bentuk tubuh pipih dan ramping, tidak memiliki atau garis hitam pada sisi
tubuhnya terlihat samar, rasio tinggi-panjang tubuh lebih kecil dari empat. Ikan yang berasal dari
Banyuwangi memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dan juga bentuk tubuhnya lebih membulat.
Tidak semua ikan kembung dapat ditentukan jenis kelaminnya terutama jenis kelamin ikan muda.
R bracJrysoma jan tan cenderung memiliki tubuh lebih pendek dan memiliki rasio tinggi-panjang tubuh lebih kecil dari pada ikan betina. Rasio kelamin R bracJrysoma di Laut ]a\Va bagian selatan relative seimbang sedangkan di Banyuwangi rasio kelaminnya didominasi oleh ikan jantan. Daerah
barat Laut
J
awa merupakan kawasan pawning ground, feeding ground maupun nursery ground bagi Rbraco/Joma sehingga sangat diperlukan pengelolaan perikanan yang bijak pad a daerah barat Laut Jaw. agar keberadaanny> berkelanjutan.
Kata Kunci: Biologi, Ikan kembung, LautJawa, RaJ/rtffiffr braco/Joma, RFLP mtDNA
ABSTRACT
RaJ/rtifiger braco/Joma is one of the small pelagic fisheries are the main target. Information about the genetic and biological R braco/Joma indispensable in the effort to stock-based fisheries
resource management. This paper discusses the genetic aspects of R brac'?J'!oma using RFLPs and biological aspects of the fish samples come from the area of Pelabuhan Ratti, Bandar Larnpung,
Banten, Jakarta and Banyuwangi. R braco/Joma. Genetic identification using DNA RFLP with the enzyme HinelI not cut mitochondrial-DNA srrand R bracI!JJoma. Biological characteristics of which this fish gills filter length, flat and slim body shape, do not have or black srripe on the side of his
body looks faint, high-body length ratio is smaller than four. Fish from Banyuwangi has a larger
body size and body shape is more rounded. Not all mackerel can be determined mainly sex young
fish. R braco/Joma males tend to have a shorter body and has a high ratio of body length is smaller than the female fish. R braci!)'Joma sex ratio in the Java Sea while the southern part is relatively equal
sex ratio in Banyuwangi is dominated by males. \Vestern area of the Java Sea is an area of spawning
ground, feeding ground and nursery ground for R bracf!Jsoma so indispensable wise management
of fisheries in the western area of the Java Sea that sustainable e.xistence.
Keywords: Biology, kembung, Jawa Sea, Ras/ITffiger braco/Joma, RFLP mtDNA
PENDAHULUAN
Sumberdaya perikanan termasuk ke dalam sumberdaya alam yang dapat diperbaharui. Akan tetapi,
bila jwnlah yang di eksploitasi lebih besar daripada kemampuan alami untuk plllih kembali, maka
sumberdaya tersebut akan berkurang atau bahkan akan habis dan musnah. Dalam menj.min kelestarian
sumberdaya yang berkelanjutan, maka perlu adanya upaya pem.nfaatan optimal sehingga meneapai
kelangsungan produktivitas yang terus menerus.
Ikan kembung
(Rostrelliger bracl!Jsoma)
merupakan salah saru ikan pelagis kecil yang menjadi sasaran utama penangkapan di Indonesia maupun dunia.R
bracl!Jsoma
merupakan komoditas dengan produksi tertinggi ke-3, yairu sebesar 291.863 ton pada tahun 2011. Nilai ini dibawah ikan layang(Scad) 405.808
ton dan ikan Cakalang
(Skipjack tll11a)
372.211 ton. Daerah Sulawesi Selatan, Sumatera Barat dan Timur,dan perairan utara Jawa merupakan daerah dengan volume produksi tertinggi
(KKP
2012). Volumeproduksi tertinggi di dunia adalah Filipina yairu sebesar 347.163 ton (FAO 2012).
Informasi ten tang genetik dan biologi
R
brachysoma
sangat diperlukan dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis stok dan merupakan dasar dinamika populasi (Muehlisinet
al. 2009; Bailey 1997). Metodarestriction fragment lengtb polymorpbism
(RFLP), cligunakan untuk mengidenti6kasi spesies ikan seeara genetik.Tulisan ini membahas tentang aspek genetik dari
Rbrachysoma
menggunakan metode RFLPs dan aspek biologi dengan ikan eontoh berasal dari daerah Pelabuhan Raru, Lampung, Banten, Jakarta danBanyuwangi. Tulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi biodiversity ikan diLaut Jawa sehingga dapat cligunakan sebagai bahan masukan bagi pengelolaan sumberdaya perikanan yang tepat.
METODOLOGI
R
brachysoma
merupakan hasil tangkapan nelayan dari lima tempat pendaratan ikan (Gambar 1)yaitu : 1) Bandar Lampung (n =
SO
ekor); 2) Banten (n =SO
ekor); 3) Jakarta (n =SO
ekor); 4) Pelabuhan Ratu ( n =SO
ekor); dan 5) Banyuwangi (n=18 ekor), ditambah dengan 2 ekorR
kallagllrta
dari Pelabuhan Ratu. Pengumpulan sampe! ikan dan identifikasi biologi dilakukan selama bulan
Sep-tember - Oktober 2012. Identifikasi biologi dilakukan di Institut Pertanian Bogor-Indonesia sedangkan
identifikasi genetik diIakukan di University of the Ryukyus -Japan pada bulan Oktober - Desember
2012.
Panjang tubuh total (TL) and tinggi tubuh total (DL) dari ikan diukur daIam saroan cm sedangkan
at tubuh \'11) daIam satuan gram. Rasio panjang-tinggi tubuh adalah panjang tubuh total dibagi
':engan tinggi tubuh total. Bentuk gonad ikan jan tan berbentuk pipih dan berwarna putih, sedangkan
gonad betina berbentuk buIat panjang dan berwarna merah atau kuning (Burnahuddin
et aL 1984).
SUMA RA
5°1
-Bandar l npung
4
anten • Jakarta |NセGMBBLLBBBL@
::':::'_, Pelabuhan Ratu
JAWA
5
8AL"/,""1
QPᄚ lMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMセMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMセ@
105
0110
0115
0Gambar 1. Lokasi sampling yaitu : 1) Bandar Lampung (TPI Bandar Lampung); 2) Banten (TPI
Karangantu); 3) Jakarta (TPI Muara Angke); 4) Pe!abuhan Ratu (TPI Pelabuhan Ratu); dan 5)
Banyuwangi (TPI Banyuwangi)
Bagian tubuh ikan
(SO
mg) dimasukan ke dalam 0,5 mI TNES-8M urea buffer pada tube steril 1,5mI. Ekstraksi DNA menggunakan prosedur proteinase K phenol-chloroform. Penentuan enzimRFLP yang akan digunakan dari
regioll cytochrome oxidase sllbllllit
I (CO l ) dengan software Enzyminase._\mplifikasi PCR untuk region COl menggunakan menggunakan KapaTAQTM DNA polymerase
1CapaBiosystems) dengan primer LC01490 and HC02198. Campuran KapaTAQTM terdiri dari
tem-plate DNA; 1 f!l untuk masing- masing primer sebesar 12,5 pmole; 10 f!l 5xKAPATaqEXtra Buffer;
1,5 f!l10nM dNTPs; 3,5 f.l125nM MgC12; dan 0,5 f.ll
KAPATaqpo!JImerase.
Kemudian diencerkanSO
f!l menggunakandistilled water
steril. Produk PCR diikubasi selama 2 jam . (38°C) setelah diIakukanpencampuran dengan Enzim dan kemudian dilakukan electrophoresed menggunakan 1 % agarose
TreviGeFM500 dan diIakukan pewamaan dengan
ethidillm bromide.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Genus
Rostrelliger
pada mulanya teridentifikasi memiliki sepuIuh spesies, namun dengan semakinmudahnya komutukasi para pakar maka diketahui ban yak spesies yang synonyms, sehingga saat ini
genus
Rastrelliger
hanya tercliri dati tiga spesies saja yaitu Rbracl!Jsoma,
Rkanagllrta
dan Rjallghni
(Burnahuddin
et al.
1984; Chee 2000). Ketiganya dapat dibedakan berdasarkan penyebarannya seearaekologi, genetik dan morfologi (Chee 2000). Seeara ekologi, R
brachysoma
hidup pada perairan dekatpantai sedangkan
Rkanagllrta
andRjat(g/lIIilebili
bersifat oseanik sehingga memiliki daerah penyebaranyang lebili luas (FAO 2000; Chee 2000; Ghazali
et aL
2012). Rbracl!Jsoma
hidup berkelompok dalamjurnlah yang besar pada perairan pantai dengan kedalaman antara 10-50 meter (FAO 2000). Habitat
ikan ini pada kedalaman 70-100 meter terutarna di perairan pantai dengan kedalaman sekitar 50 meter
(Gangga 2010) atau tersebar hingga jarak 70 mil dari pantai (Suwarso
et aL 2010).
Identifikasi seeara morfologi, ketiganya dapat dibedakan berdasarkan ukuran tapis insang, garis di
sisi tububnya dan rasio tinggi-panjang tubuhnya. Spesies R
jat(g/lIIi
dapat lebili mudah dipisahkan datiR
bracl!Jsoma
dan Rkanagllrta
karena memiliki ukuran saringan insang pendek sedangkan kedua spesieslainnya memiliki saringan insang berukuran panjang sehingga terlihat bila mulut dibuka (Burnahuddin
et aL
1984; Jamaluddin 2010). Rbrachysoma
dan Rkanagllrta
hampir memiliki karakteristik mofologiyang hamper sarna (Darlina
et al.
2011), lihat Gambar 2.R
bracl!Jsoma
memiliki bentuk tubub pipil1 dan ramping, tidak memiliki atau garis hitam pada sisitububnya terlihat samar, warna tububnya lebili putih atau
silver
namun garis tersebut akan memudarjika kesegaran ikan sudah mulai menurun (Sudjastani 1976; Burnahuddin
et aL
1984). Rbracl!Jsoma
memiliki rasio tinggi-panjang tubub lebili kecil dari empat sedangkan R
kanagllrla
lebili besar datiempat (Iabell).
Ukuran panjang tubub total (IL) ikan tersebar antara 11,1 - 28,8 em dan berat tubub tersebar
antara 15,0 - 303,9 gr. Ikan yang berasal dari Banyuwangi memiliki ukuran tubub yang lebili besar dan
juga bentuk tubuhnya lebili membulat dan mirip dengan R
kanagllrla.
Menurut Sudjastani (1976),variasi geografi bentuk tubub R
brachysoma
diantaranya adalah tinggidorsoventral,
ukuran tinggi tubub,dan jarak
interorbital.
Ikan yang berasal dari daerah Tg. Satai memiliki jarakillierorbiialyang
lebili panjang,dorsoventral
dan tinggi tubub yang lebili besar dibandingkan dengan yang berasal pantai utara Jawa, ataudengan kata lain R
bracl!Jsoma
dari utara Jawa lebili ramping dan pipili dibandingkan dengan yangberasal dati Tg. Satai. Perbedaan morfologi disebabkan adanya perbedaan relung ekologi seperti
perbedaan ketersediaan makanan, arus, subu perairan ataupun tekanan penangkapan (Suwarso
et al.
2010).
---o 6cm
RlIstrclliger braclrysoma
5 cnl
Ras/relliger kfll1flgtlrta
Gambar 4. Morfologi ikan R
bracl!Jsoma
(kiri) dan Rkallagllrta
(kanan)Tabel 1. Ukuran tubuh
R
brachysomo
dari 5 lokasi di Indonesian Panjang total linggi tubuh Berat Sex Ratio Rasio
(cm) (cm) (gr) (J : B) Panjang-tinggl
Jakarta 50 15,3-19,6 4,6 - 5,7 52,0 - 94,0 1 : 1,50 2,7 - 3,0
Lampung 50 14,8 - 17,5 3,5- 4,8 35,0 - 58,0 1: 1,17 2,7 - 3,6
Pelabuhanratu 50 14,8 -17,8 3,7 - 5,3 33,0 - 64,0 1 : 1,63 2,6 - 3,3
Banten 50 11 ,1 -1 2,0 2,8 - 3,9 15,0 - 36,0 0 2,9 - 3,5
Banyuwangl 18 22,0 - 28,8 5,5 - 6,5 134,3 - 303,9 1 : 8 33-3,9
R. kanagurta 2 13,12 -13,86 3,2 - 3,3
--
-
4,1 - 4,2Keterangan: 0
=
tidak teridentifikasi sedangkan -=
tidak diukurR
brochysomo
berjenis kelarnin jaman berjumlah 124 ekor ikan (56,9%), 44 ekor ikan (20,2%) berjenis kelarnin betina dan 50 ekor ikan (22,9%) tidak dapat teridentifikasi jenis kelarninnya. Ikan dengan panjang 16,0-18,0 sebagian dapat teridentifikasi jenis ke!arninnya dan sebagian lagi tidak. Tidak semua ikan kembung dapat ditenrukan jenis kelarninnya terutama jenis ke!arnin ikan muda (Burnahuddinet aL
1984).
R
brachysoma
di LautJawa pertama kali matang ke!arnin pada ukuran 17,3 (17,0-17,5) em atau pada umur 7,5 bulan (Sudjastani 1976) .R
brachysoma
jantan eenderung memiliki tubuh lebih pendek dan memiliki rasio tinggi-panjangtubuh lebih kecil dari pada ikan betina (data tidak ditampilkan) . Menurut Sudjastani (1976),
R
brochysomo
jaman memiliki kepaIa, badan, sirip ventral, dan sirip ekor lebih pendek. Ikan betina membutuhkan sirip yang lebih besar unruk keseimbangan tubuh terutama saat penyimpanan telur, membutuhkan ruang tubuh yang lebih luas wlruk menyimpan te!ur, dan juga membutuhkan kepala
danmoxi//ary
yang lebih panjang karena lebih aktif meneari makan dibandingkan dengan ikan jaman.Rasio kelamin ikan jantan dengan betina berkisar antara 1:1,1 7 hingga 1 :8. Rasio kelamin R
brachysoma
di Laut Jawa bagian selatan relative seimbang sedangkan di Banyuwangi rasio ke!arninnya didorninasi oleh ikan jantan. Musim pemijahan
R
brocbysomo
berlangsung pada musim timur yaitu muIai bulanMaret hingga bulan Oktober (Burnahuddin
et al.
1984; Zanuoni 2008). Pada musim timur, ikanini
bermigrasi ke daerah barat Laut Jawa mengikuti arus dan perubahan salinitas perairan (Rohfritseh dan Borsa 2005) .
Identifikasi spesies seeara genetik dengan RFLP DNA adaIah melihat polimorfisme enzim pemotong
(restriction eniYmes)
menggunakan enzim pada 211 sampe! DNAR
brachysoma
dan 2 sampe!R
konagllrta.
Berdasarkan software Enzyrninase pada amplifikasi PCR unruk
region
COl, enzim-enzim pemotong terlihat pada Gambar 3 dan kemudian digunakanlah enzim HindI dan HindU!. Karena sifatnya yang spesifik, maka enzimini
akan memo tong situs tertentu yang dikenalinya. Hasil virtualisasi RFLP DNA menggunakan enzim HindI menunjukan bahwamitocbondriol-DNA
R
konogllrta
terpotong(restricted)
sedangkan DNA
R
brachysoma
tidakrestricted
dan hasil virtualisasi RFLP DNA menggunakan enzim HindU I DNAR
konagllrta
danR
brachysomo restricted
tetapi beberapa sampe!R
brochysomo restricted
(Gambar 4) . Hasil
ini
menunjukan bahwaR
brachysoma
terbagi ke daIam dua kelompok.Berdasarkan hasil identifikasi spesies baik seeara morphologi maupun genetik, diduga dua ke!ompok tersebut adalah
R
bracbysomo
adalahR
lIeglectlls.
Menurut Burnahuddinet al.
(1984), spesiesini
masill kontroversi, beberapa ahli mengatakan bahwaR
bracbysoma
danR
neglectlls
merupakan spesies yang ;ama, namun ahli lainnya mengatakan bahwa mereka adalah spesies ya ng berbeda. Halini
diperlukan penelitian lebih Ian jut.KESIMPULAN
R
brachysoma
memiliki karakteristik hidup pada perillan dekat pantai, memiliki keragaman genetik yang rendah, RFLP DNA dengan enzim HincII tidak memo tongmitocholldrial- DNA
Rbrachysoma,
memiliki ben tuk tubuh pipih dan ramping, tidak memiliki atau garis hitam pada sisi tubuhnya terlihat samar, dan memili ki rasio tinggi-panjang tubuh lebih keci1 dari empat. Ikan yang berasal dari Banyuwangi memiliki ukuran tubuh yang lebih besar, juga bentuk tubuhnya lebih membulat, dan memiliki rasio tinggi-panjang tubuh lebih besar. Tidak semua ikan kembung dapat ditentukan jenis kelarninnya terutama jenis kelarnin ikan muda. Rasio kelamin ikan jantan dengan betina relatif seimbang. R
brachysoma
jantan dan betina memiliki perbedaan ukuran tubul1. Daerah barat Laut Jawa merupakan kawasanspawllillg
grolilld, feedillg grolilld
maupunIIlIrsery gro1llld
bagi Rbrachysoma
sehingga sangat diperlukan pengelolaanperikanan yang bijak pada daerah barat Laut Jawa agar keberadaannya berkelanjutan.
Rastrelliger kanagurta
311 Mscl311 MluNI
45 BstNI
10 AfJlI
182 HaeH 309 Eae!
181 efol 307 XセS@ Hindll
179 Narl22 Hinfl 282 Bpml 343 Hmcll
132 Rcal 214 Htndlll 280 Nael 341 Sail
436 P5t1 427 Fokl 579 Acil 5300pnl 528 Sau3AI
I
_ . . ' • . . "" . . |yNBGセBエ@ '. ' . , «,<-•• ' ',,,, . . . *"""". NセO@ B[jjNBZLNLLLLセNB@,.- ,4... .", . , >., .. スBセ@ -"':', t?', •
, ' . , LLセLLGMBNM[GON@ GセGGGLBGGGGGGLG@
-_._- - , -_._.- ----_._-
-
...._-Rastrelliger brachysoma
182 Haell
181 (for
311 Mscl 311 MluNI
309 Eael
307 Bsli 297 Accl
282 Bpml
4S BstNI
10 AnI!
179 Nat122 Hinfl
132 Real 214 Hindlll
1
Rastrelligerfaughni
181 H.ell 180 (fol136 Opn!
134 Sau3A1
45 Neil 131 Real
307 m。セ@ HindU
283 PmAi 342 Hincll
279 Nael 341 Ace!
260 Bsil 340 Sail
I
I
I
436 Pst! 427 Fold
435 Pstl
579 Acil
582
487 Pvull
578 Acil
I
_ , . •.•. " BGMセ@ " . - NZNセ@ , • . '. - • '" '1'",\ .". \' ... ,,- ._ , . : , . セGMG@ '"' .. ZAッLセBLセ@ . ... " . J セGセセ⦅BNtBLNNNBNセア^⦅@ . ... .,.... . . T,,"\ NカLBLLAイCッNM[セ@ . . . ","":A.
Nセ@ . . ' , " .,,' " ' " _ . • . 1\"'''' ;.-_ ,L • . J
. . . - _ . _ - - . .
-1 581
Gambar 3. Restriksi enzyme menggunakan software Enzyminase
Gambar 4. Sebagian vistualisasi hasiJ RFLP DNA R
bradlJsoma
dan Rkallagllrta
denganmenggunakan enzim Hinell dan HindIIl (BY
=
RbrafhysOflJa
dari Banyuwangi, P=
Rbrachysoma
dari Pelabul1an Ratu, L
=
RbracllJsoma
dari Lampung, RK=
Rkallagllrta,
M=
marker) [image:16.1466.48.1427.451.2022.2]UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Makoto Tsuchiya sebagai Program Leader
Interna-tional graduate University of the Ryukyus for Asia-Pasific Region, Dr. Achmad Farajalah atas sharing
ihnu genetika, dan EndangJuniardi, S.Pi dan seluruh nelayan yang telah membantu dalarn pengumpulan
sampel.
DAFI'AR PUSTAKA
Bailey KM. 1997.strucrural dynamics and ecology of flat fish populations.
JOllmal
of
Sea Research 37:
269-280
Burnahuddin, Martosewojo S, Adrim M, Hutomo M. 1984.
SlImber Daya Ikan Kembllng.
OceanologiInstitution - UPI. Jakarta
Chee PE. 2000.
Fish code management: SlIppiement to the report
of
a workshop on the fishery and
management
of
a short mackerel (Rastrelliger
spp.)on the lVest Coast
of
Peninslliar Malaysia.
FAO,Rome. pp 6-19
Darlina MN, Masazurah AR, Jayasankar P, Jamsari AFJ, Siti AMN. 2011. Morphometric and molecular
analysis of Mackerel
(Rastrelliger
spp) from the west coast of Peninsular Malaysia.Genetics and
Molemlar Research
10(3) : 2078-2092Food and Agriculrural Organization (FAO) 2012.
Fis/mies and Aglimltllre Department.
Tersedia pada:ww\v.fao.org/ fisher y / species / 2477 / en
Food and Agriculrural Organization (FAO). 2000.
Report: workshop on the Fishery and Management
of
Short
Mackerel (Rastrelliger
spp.)on the rJ7est Coast
of
Peninslliar Malaysia.
Food and AgriculruralOrganiza-tion. Rome
G anga U. 2010. Investigations on the biology of Indian Mackerel Rastrelliger kanagurta (Cuvier) along
the Central Kerala coast with special reference to maruration, feeding and lipid dynamics.
[The-sis]. Cochin University Of Science And Technology
G hazali
AF,
Abidin DHZ, Nor SAM, Nairn DM. 2012. Genetic Variation of Indian Mackerel(Rastrelliger
kanagllrta)
(C uvier, 1816) of Sabah Water Based on Mitochondrial D-loop region: A PreliminaryStudy.
Asian JOllrnal
of
Biology and Biotechnology
1(1): 1-10Hobbs JPA, van Herwerden L, Jerry DR, Jones GP, Munday PL. 2013. High genetic diversity in
geographically remote populations of endemic and widespread coral reef Angelfishes (genus:
Centropyge). Diversity
5(1): 39-50Jarnaluddin JAF, Ahmad AT, Basir S, Rahim
MA,
Nor SAM. 2010.Rastrelliger
systematics inferredfrom mitochondrial cytochrome b sequences.
African JOllmal
of
Biotec!Jlloiogy
9(21): 3063-3067Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). 2012.
Statistik perikanan tangkap Indonesia 2011.
KementerianKelautan dan Perikanan. Jakarta. 182p
セ{ オ」ィャゥウゥョ@ ZA, Masazurah AR, Talib A, SitiAzizah MN, Samsudin B,Jamsari AFJ. 2009.
Genetic
Identifi-cation
of
FOllr Malaysian Mackerel Species
off
Coast
of
Peninslliar Malaysia Based Oil Molemlar Marker.
Malaysia Genetics Congress 8th. Malaysia. pp. 74:77
Ro hfritsch A, Borsa
P.
2005. Genetic strucrure of Indian scad mackerelDecapterus russelli: Pleistocme
vicOliance
and secondary contact in the Central Indo-West Pacific Seas.Heredity
95: 315-326::uwarso, Hariati T, Ernawati
T.
2010. Biologi reproduksi, prefferensi habitat pemijahan dan dugaan stok pemijahan ikan kembung(Rastrelliger brachysoma,
Fam. Scombridae) di pantai utara J awa.[Laporan penelitian]. Balai Riset Perikanan Laut
KKP.
32p::udjastani
T.
1976. The Species ofRastrelliger
in The Jawa Sea, Their Taxonomy And Morphometry(perciforrnes, Scornbridae).
Manlle fusearcb ill Illdollesia
16: 1-29
Zamroni A, Suwarso, Mukhlis NA. 2008. Biologi reproduksi dan generik populasi ikan kern bung
(Ras/re/tiger bracbyso1l1a,
Famili Scornbridae) di pantai utara Jawa. Jurnal Penelitian PerikananIndo-nesia
14(2): 215-226
TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP I
PATIN
(PANGASIONODON
OPHTHALMUS)
YANG
DIBERI VAKSIN
EDWARDSIELLA ICTALURI
DENGAN METODE BERBEDA
MELASARI JULYANP, MUSTAHAL', ACHMAD NOERKHAERIN PUTRN,
SOFI HANIF', AYI SANTlKA'
1
Mahasiswa Jurusan Perikanan Faperta UNTIRTA
2
Star Pengajar Jurusan Perikanan UNTIRTA
' Sta[ Ahli Balai Besar Perikanan Benih
AirTawar (BBPBAT) Sukabumi
ABSTRACT
Bacterial diseases that pose a dueat in catfish culture is a disease Enteric Septicemia of Catfish
(ESC) caused by the bacterium Edwardsiella ictaillri. How to handle Edwardsiella ie/aillri bacterial
disea se that is the creation of vaccines. The vaccine is made from inactivated bacterial antigens or
so when the bacteria enter the body, the fish would be the antigen (antibody) specific pathogens
will not be harmful. The method used is the experimental method , which is held in May to August 2014 and the Fish Health Laboratory and Fish Quarantine, Freshwater Fisheries Aquaculture Main
Center (BBPBA 1) Sukabumi. This study used a completely randomized design (RAL), which
con-sists of 4 treatments (control. interperitonial injectio n, immersion and intramuscular injection) and
3 replications. The clinical symptoms observed from changes in behavior and morphology for 7
days. Changes in fish behavior during the challenge test wid, bacteria Edwardsiella ie/aluri namely reduced appetite fish, fish swim unbalanced (\Vhirling), fish behavior slow or sluggish and aloof
from the group. Morphological changes that occur is the presence o f white spots o n the surface of
the body, chin red, bulging white eyes, fin s blush, blush anu s and abdominal bloating. Death catfish
on rreatment A, B, C and D have a very real difference. On A fish deadlS started on day 2 to day 5,
while the rreatment of fish deaths occur days 3 to day 6. Changes in behavior are tested catfish
challenged with bacteria Edwardsiella ie/altlri ie decreased appetite, fish swim unbalanced (lI7hirlinj),
fish behavior slow or sluggish and aloof from the group. Changes in morphology dlat is the white
spots on the surface o f the body, chin flu shed, eyes bulging white, flu shed fm, anal flu shed and
abdominal bloating, the most rapid clinical symptoms occurred in treatment A. Intramu scular
injection method is the best method in Edwardsiella iela/uri vaccine against the survival rate catfish
(Palrgasionodon I;ypophlha/amlls) after challenge test with a value of SR (84.43±8.36%) and RPS
(78.72±10.22%). Use of EdlJlardsi,//a ida/llrivaccine did not significantly affect tl,e value of SGR
catfish.
Keywords: Pangasionodon ftypophlha/mus, disease, bacleria Edwardsiella iela/uri, Edwardsiella iela/uri
•
vaCCtne
PENDAHULUAN
Penyakit bakterial yang menjadi aneaman dalam budidaya ikan patin yaitu penyakit
Ell/eric Septice·
mia
of
Catfish
(ESC) yang disebabkan oleh bakteriEdwardsiella ic/alllri.
Penyakit ini menyerang ikan patin pada semua ukuran mengakibatkan kemacian 80-100%. BakteriEdJvardsie//a ictaillri
dilaporkan pernah menyerangchanel catfisb
di Eropa (post 1987), di SA (Mayer dan Bullock 1973) dan bakteri ini juga pernah menyerang gurami di Jepang (Yamada dan Wakabayashi 1999)diaclI dalam
(Resryet aL
2013). Di Indonesia bakteriEdwardsie//a ic/alllri
pernah ditemukan pertama kali kasus kemacian massal pad a usaha pembesaran dan pendederan ikan patin di Jambi (Kholidin 2013). Pada ikan teleostei terdapat dua maeam sis tern imun (kekebalan) yaitu sis tern imun alami(innate)
yang bersifat non spesifik dan sis ternimWl dapatan
(odoptiVl!)
yang bersifat spesifik (Fujaya 2008). Sis tern imun alami seperti respon mekanikdan kimiawi (mukus, kulit, sisik dan insang) dan pertahanan seluler (sel makrofag, leukosit seperti monosit, netrofil, eosinofil dan basofil) (Anderson 1974). Kekebalan spesifik adalah sis tern kekebalan khusus yang membentuk antigen dan membuat limfosit sperti vaksin. Alifuddin (2002) menya takan bahwa vaksinasi merupakan eara efektif dalam upaya penanggulangan penya kit pada ikan. Vaksin ini terbuat dari antigen atau bakteri yang dilemahkan sehingga keOka bakteri itli masuk kedalam tubula ikan maka akan menjadi antigen (antibodi) spesifik bukan menjadi patogen ya ng akan membahayakan.
Tujllan penelician ini adaJah mengetahui gejala kliois ikan patin yang diuji tantang
bakteriEdwardsiello
ic/a/uri
dan metode pemberian vaksinEdwardsiella icta/uri
yang terbaik terhadap tingkat kelangsungan hldup ikan patin.METODE PENELITIAN
W aktu dan Te mpat
Penelician ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai bulan Agustus 2014 di Laboratorium Kesehatan Ikan dan Karantina Ikan Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBA1) Sukaburni,Jawa Barat.
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelician ini adalah akuarium berukuran (60x40x40) em', 。・イ。ウセ@
penggaris, timbangan digital, selang sip on, skupnet, ember, spektrofotometer, kupet, bak fiber, spuit, alat tulis dan kamera digital. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah ikan patin (panjang 7,99+0,26
em dan berat 7,38±0,22 gram), vaksin
EdJvardsiella ictalllri
(diproduksi dari PT. Caprifarmindo Labora-tories Bandung), pelet, rW31yak eengkeh (membius ikan), tisu dan bakteriEdwardsiella ictaluri.
Metode Pene litian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental menggunakan Raneangan Aeak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan (seciap ulangan chisi 30 ekor ikan). Perlakuan yang digunakan yaitu :
Perlakuan A : Kontrol (K)
Perlakuan B : Pemberian vaksin melalui m etode Injeksi Interperitonial (IP) Perlakuan C : Pemberian vaksin melalui metode Perendaman
(R)
Perlakuan D : Pemberian vaksin melalui metode Injeksi Intramuskular (IM)
Pros edur Penelitian
Prosedur penelitian dalam penelitian yaitu persiapan wadah pemeliharaan, persiapan ikan オェセ@ ,-aksinasi ikan, peningkatan virulensi bakteri
Edwardsielo icta/llri
dan uji tan tang.Persiapan vasin untuk perendaman yaitu 10 ml vaksin masukan dalam 10 liter air dalam wadah diberi aerasi cliisi dengan
90
ekor ikan. Rendam benih ikan selama30
menit pada larutan air yang mengandung vaksin. Sedangkan vaksin W1tuk injeksi yaitu 10 rnl vaksin dicampurkan dengan 240 ml pelarut vaksin steril. Lalu sUl1tikal1 0,1 mllarutanEdwardsie!la ictalllri
pada bagian interperitonial dan intramuskular. Masa waktu kekebalan setelah diberikan vaksin yaitu selama 36 hari. Peningkatan virulensi bakteri clilakukal1 sebal1yak 2kali
sebelwn digunakal1 untuk uji tan tang dengan panjang gelombal1g bakteriEdwardsie!lo iclalllri
yaitu (10') . Teknik uji tantang dilakukan melalui metode injeksi intramuslmlar (menyuntikan vaksin kedalam jaringan otot) sebanyak 0,1 mL/ ekor ikan.Pengumpulan data
Pengamatal1 gejala klinis
Pengamatan gejala klinis meliputi tingkah laku dan morfologi ikan yang dilakuakan setiap hari selama 7 luri pasca uji tantang.
T ing k a t ke lan gs ungan hidup
(Survival R ate/S R )
SR
(SlIrvival Rale)
atau presentase tingkat kelal1gsungan hidup ikan dihitung berdasarkan rwnus Effendi (199 7) sebagai berikut :TKH
=
Nt x100%
No
Keterangal1 :
TKH
=
Tingkat Kelangsungan Hidup (%)Nt
=
J un1iah ikan hidup pada akhir penelitian (ekor) No=
Jun1iah ikan pada awal penelitian (ekor)Tingkat Perlindungan Relatif
(Relative PercCIII SlIrvival/RPS)
Menghitung nilai RPS
(Re/oliw Percenl
sャiイカゥカ。セ@ berdasarkan rwnus Muliael
01. (2006) sebagai berikut:[
Persentase kematian ikan yang dlvaksln
I
RPS=l -
x
100%Persentase kematian ikae yang tidak dlvaksln
3.5.4 Laju Pertumbuhan Spesifik
(Spesijic Growth
Rate/SGR)
Laju Pe rtumbuhan Spesifik
(Spesijic Grow th
Rate/SGR)
Laju perrwnbul1an panjang dan berat spesifik ikan clihitung dengan mengunakan rwnus Effendi
(1997) sebagai berikut:
InWt-lnWo
SGR (%) = 0 x 100
Keterangan :
Wo: Bobot hewan uji pada awal pemeliharaan (gram)
Wt: Bobot hewan uji pada akhir pemelibaraan (gram)
D : Periode Pemeliharaan (hari)
Kualitas
Air
Pengamatan kualitas air pada penelitian
ini
dilakukan pada pagi hari pukull0.00 WIB. Kualitas airyang diamari adalah suhu, pH (derajat keasaman), oksigen terlarut (DO), karbondioksida (CO,) dan
am o niak Hnhセ@ (Kordi 2009).
Analisis Data
Analisis data menggunakan analisis sidik ragam
0na!Jsis
of
Varian!
ANOVA). Apabila dalam analisissidik ragam diperoleh pengaruh yang berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji
DU/lean
pada taraf Ujl5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gejala Klinis Ikan Patin Pasca Uji Tantang
Gejala klinis diamari dari perubahan tingkah laku dan morfologi ikan patin pasca uji tantang bakteri
Edwardsiel/a iela/uri
selama 7 hari. Mulia (2006) menyatakan ikan yang telah diuji tan tang dilakukanpengama tan selama
7
hari unruk mengetahui kematian ikan pada setiap perlakuan. Halini
diperkuato leh penelitian Supriyadi dan Rukyani (1990)
diaCli da/am
Suwarnoel al.
(2014) penyakit bakteri dapatmenyebabkan ringkat kematian lebih dari 60% dalam waktu
7
hari. Pemberian vaksin dilakukan padaikan patin dengan umur 2 bulan. Hal
ini
juga sesuai dengan pernyataan Tuckerel aL
(2000) bahwavaksinasi pada ikan kecillebih efekrif dibanding pada ikan besar karena jaringan pada ikan kecil lebih
cepat tumbuh dibandingakan jaringan pada ikan besar.
Pada uji tan tang penelitian tingkat kelangsungan hidup ikan parin
!pa/lgosio/lodo/l '?Ypophlbolmus)
yangdiberi vaksin
edwardsiella ietalllli
dengan metode berbeda bakteri yang diberikan melalui injeksiintramuskular unruk setiap ikan uji yaitu 0,1 mL / ikan dengan kepadatan bakteri 10' sel/ikan (Karniso
el aL
2005) . Halini
diperkuat oleh penelitian Hardiel al.
(2014) menyatakan injeksi intramuskular lebihcepat karena bakteri bersifat seprisemia yang berkembang didalam darah.
Tanda-tan da perubahan tingkah laku pada ikan berbeda dimana ikan komrol mengalarni perubahan
ringka h laku pada jam ke-12, sedangkan ikan perlakuan jam ke-24. Perubahan tingkah laku terjadi
sampai dengan jam ke-168
(7
hari setelah uji tamang). Perubahan tingkah laku ikan selama masa ujitantang yaitu nafsu makan ikan berkurang, ikan berenang ridak seimbang
(1I7birli/lt;,
tingkah laku ikanlamban atau loyo dan menyendiri dari kelompok. Respon pakan yang berkurang erat kaitannya dengan
terganggunya otak yang berfungsi unruk mengatur rasa lapar (Abint 2013) . Gejala klinis seperri diatas
pernah dilaporkan oleh Hawke
et aL
(2008) ikan yang terinfeksi bak teriEdwardsiella ictaluri
seringkaliterlihat berenang berputar-putar, kepala tersebut mengejar ekornya. Keadaan tingkah laku berputar
(wbirli/(g/ kepala
mengejar ekor) merupakan tanda adanya bakteriEdwardsiel/a ie/a/uri
pada otak ikan.Ikan yang terinfeksi akan berenang mengganrung dengan kepala diatas dan ekor dibawah.
Perubahan morfologi mulai terlihat 12 jam setelah uji tan tang. Ikan perlakuan A mengalarni
perubahan morfologi lebih cepat dibandingkan ikan pada perlakuan C, B dan D. Perubahan morfologi
yang terjadi adala h adanya bin rik purih pada permukaan tubuh, dagu memerah, mata purih menonjol,
sirip memerah, anus memerah dan perut membesar. Hal
ini
sesllai dengan penelirian Koswara (2013)menyatakan perubahan makroskpis pada kulit ikan lele dimulai pada jam ke-24 terjadi bercak merah
terang. Hal ini diperkuat dengan penelitian Inglis
et al.
(1993) menyatakan gejala klinis dari seranganbakteri ini adalah adanya
patekhie hemooragik
atau peradangan pada kulit dibawah mulut dan perutmembesar. Lesio (bercak) sering kali menjadi banyak pada kulit ikan dan benvarna putih. Peradangan
dan hemoragik juga terjadi pada dasar sirip.
Tingkat KeJangs ungan Hidup
(surv i v al rate)
Pas ca Uji Tantang
Tingkat kelangsungan hidup ikan patin pada perlakuan A, B, C dan D mempunyai perbedaan yang
sangat nyata. Pada ikan perlakuan kontrol hanya memiliki sistem irnun spesifik tidak ada sistem irnun
spesifik, sehingga keUka patogen masuk kedalam tubuh ikan tidak dapat melawan patogen terse but.
Irianto (2005) menyatakan kekebalan spesifik adalah sis tern kekebalan khusus untuk membentuk
anti-gen dan membuat limfosit untuk segera menyerang dan menghancurkan organisme spesifik atau toksik. Pola kematian ikan tersaji pada Gambar 1.
セ@
-
o80.0 ,
セ@ 60.0 -I
セ@
5
:5
40.0 ...セ@
E
セ@ 20.0 セ@
.c
セ@
-
セ@ 0.0セ@
セ@
セ@
セ@
..,
1 2 3 4 5 6 7 8 9
HarlKe-• Kootrol
_ _ Injeksi IP
.. Rendam
J I lnjeksi 1M
Gambar 1 Pola kematian harian ikan patin pasca uji tantang bakteri
Edwardsiella iela/llri.
Gambar 1 menunjukan kematian terjadi pada hari ke-2 dimana hanya ikan uji dari perlakuan kontol
yang mengalami kematian. Pada hari ke-3 ikan uji perlakuan injeksi interperitonial, perendaman dan
injeksi intramuslmlar mulai mengalami kematian. Kos\vara (2013) menyatakan refleksi ikan lele terhadap
rangsangan mulai melamah pada pengamatan jam ke-12 sampai dengan jam ke- 72. Pada ikan perlakuan
kontrol kematian meningkat pada hari ke-3 sampai hari ke-S. Sedangkan pada perlakuan meningkat
dari hari ke-3 sampai dengan hari ke-6. Penyerangan bakteri
Edlvardsiella icla/llri
hanya menyerang ikanpatin sampai dengan hari ke-6. Hal ini sesuai dengan penelitian Supriyadi dan Rukyani (1990)
diaell
da/am
Suwarnoel at.
(2014) penyakit bakteri dapat menyebabkan tingkat kematian lebih dari 60% dalamwaktu 7 hari. Beda halnya dengan penelitian Keskin
el al.
(2004) menyatakan kematian ikan setelah ujitantang terlihat pada hari 4-12 hari. Jumlah
sllrvival rale
dari setiap perlakuan tersaji pada Gambar 2.100.00
;! 80.00
'-"
:r. 6O.00 -l
セ@
:I 27.80:!:10,l SC
:: 40.00 セ@
"
• •
t
20.00i
0.00 f..1
-A
76,67=6,65·
UQ N QSZZ、 N ャセ@
B Pulll.:uln C
o
Gambar 2 Tingkat kelangsung hidup ikan patin yang telah divaksinasi pasca uji tantang bakteri
EdlVardsiel/a ilia/llri.
Gambar 2 menunjukan tingkat kelangsungan hidup yang diperoleh selama penelitian yaitu perlakuan
A (27,80+1O,18%),B (76,67+6,65%), C (51,13±5,10%) dan D (84,43+8,36%). Jadi, tingkat kelangsungan
hidup tertinggi ikan patin pasea uji tantang ditunjukan pada perlakuan D (84,43+8,36%) yaitu ikan
yang diberi vaksin dengan metode injeksi intramuskular. Nuryati
el at.
(2010) menyatakan vaksin DNAyang mengandung gen penyandi glikoprotein dengan dosis 12,2 mg/ l00 mLdapat mempertahankan
kelangsungan hidup ikan sebesar 96,67% selama 30 hari setelah uji tantang. Hasil penlitian diperkuat
o leh Anderson (1974) menyatakan keuntungan eara vaksin suntik seeara intramuskular adalah difusi
vaksin kedalam tubuh berjalan konstan untuk merangsang antibodi dan atau proteksi. Hal ini diperkuat
oleh penelitian Home & Ellis (1988) menyatakan keuntungan eara vaksin suntik intramuskular adalah
jalur imwlisasi yang potensial karena seeara sistemik, melalui peredaran darah, sehingga bisa lebih
efektif.
SlIrvival rale
terendah yaitu pada perlakuan A (27,80±10,18%) karena pada perlakuan A tidakdiberi vaksin (kontrol), sehingga ketika ada organisme asing atau toksik tidak dapat menahan penyerbu
karena pada ikan kontrol hanya memiliki kekebalan non spesifik. Karniso
el al.
(2005) menyatakanbahwa ikan yang diberi vaksin memiliki kelulushidupan yang lebill baik dibandingkan dengan ikan yang
tidak diberi vaksin. Tan
el al.
(2006) menyatakan bahwa vaksinasi mampu menekan angka mortalitaspada ikan.
Tingkat Perlindungan Relatif (RPS) Pasca Uji Tantang
Hasil penelitian mengenai pengamatan tingkat perlindungan relatif (RPS) ikan patin yang telah
divaksinasi pasea uji tantang bakteri
Edwardsiella ielalllri
yaitu A (66,43+13,69%), B (30,95+14,83%) danC (78,72±10,22). Tingkat perlindungan relatif (RPS) disajikan pada Gambar 3.
100.00
SO.OO
60.00
40.00
20.00
66,43±13,69a
0.00
+--A
- S 7" 10 '" J , _= , __
30,95:14,83"
B
c
Perlllkuan
Gambar 3 Tingkat perlindungan relatif (RPS) ikan patin pasea uji tan tang bakteri
Edwardsiella ictalllri.
Perlakuan A (Injeksi Interperitonial) , B (perendaman) dan
C
(Injeksi Intramuskular) .Gambar 3 menunjukan tingkat perlindungan relatif (RPS) tertinggi ikan patin pasea uji tantang
ditunjukan pada perlakuan
C
(78,72+10,22%) yaitu ikan yang diberi perlakuan injeksi intramuskular,tingkat perlindungan relatif (RPS) terendah adalah perlakuan B (30,95±14,83%) dan diikuti oleh
perlakuan A (66,43±13,69%). Mulia
el al.
(2006) menyatakan efikasi vaksin dipengaruhi oleh earavaksinnya. Hal ini diperkuat oleh penelitian Olga
el at.
(2007) menyatakan bahwa dengan dosis optimalvaksisn protein sebanyak 8,33 mg/ ekor mampu memberikan niIai RPS sebesar 82,05% . Efektifitas
vaksin dinyatakan baik apabiala memiliki nilai RPS e" 50% (Kamiso & Triyanto 1996; Alifuddin 2002) .
Laju Pertumbuhan Spesifik
(Spesijic Growth Ratej SGR)
Hasil penelitian menunjukan laju perturnbuhan spesifik ikan patin setelah pemeliharaan 36 hari.
Perhitungan laju perturnbuhan spesifIk dilakukan setelah ikan divaksin dan sebelum uji tan tang. Seeara
keseluruhan nilai laju pertumbuhan spesifik ikan patin
(Pa/lgasionodon hipophthalmlls)
yairu A (1,56±0,49%), B (1,47±0,24%), C (1,58±0,03%) dan D (1,72+0,17%). Data laju pertumbuhan spesifik selengkapnya disajikan pada Gambar 4.セ@ 2.50 .,
セ@ 1,S6±O,49
== セ@ 2.00
-
••
:7." LSO
=
•
.=
セ@ 1.00
-E
,
';:! 0.50
•
0.
セ@ 0.00
+--"
•
-
A1,47:0,24 1,58.0,03
1,72,.Q, 17
B
c
D [image:25.1465.28.1392.111.1692.2]Perlakuan
Gambar 4 Laju pertumbuhan spesifik ikan patin yang telah divaksin
Edwardsiella ictal",i.
Gambar 4 menunjukan pemberian vaksin
Edwardsiella ictalllri
tidak berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan spesifik ikan patin karena pemberian vaksin hanya memberikan kekebalan (antibodi)saja terhadap ikan. Antibodi merupakan suaru senyawa protein yang terbentuk sebagai respon pertahanan
terhadap masuknya benda asing kedalam rubuh yang dapat bereaksi dengan antigen khusus (Fujaya
2008). Kamiso
et at.
(1992) menjelaskan bahwa vaksin hanya melindungi ikan dari serangan bakteri dan jika ikan yang divaksin dapat terserang maka perlakuan vaksinasi tidak berpengaruh nyata terhadapperkembangan penyakit.
Kualitas
Air
Tabel 1 Parameter Kualitas Air Ikan Patin Selarna Penelitian
Parameter Perlakuan
A B C D
Suhu (uC) 25,3-27,5 25,7-28.2 25,5-27,8 25,2-27,4
pH 6,5-7,5 5,5-8,5 5,1-7,8 5,0-8,6
DO (mgll) 4,2-8,3 5,1-7,5 5,6-7,7 5,8-8,4
C02(mgll) 5,4-8,4 5,5-7,8 5,7-8,3 5,2-8,9
NH3(mgll) 0,01-0,02 0,01-0,Q3 0,01-0,02 0,01-0,03
Keterangan : Perlakuan A (Kontrol), B (Injeksi Interperitonial), C (perendaman) dan D (Injeksi Intrarnusklllar).
Kordi (2009) menyatakan kllalitas
air
yang digunakan untuk pemeW,araan ikan patin harus memenuhi kebutuhan optimal ikan yairu suhu 25-3Op C, pH air 6-9, DO 3-8 ppm, (COJ > 10 ppm, NH, >0,1 ppm. Suhu berpengaruh pada pembentukan antibodi (A nderson 1974). Hal ini menunjukan bahwa nilai-nilai tersebut masih mendukung untuk kehidupan ikan patin. Hasil peneltian yang diperolehmenunjukan bahwa data kematian tidak dipengaruhi oleh kualitas
air.
Kematian ikan kontrol pada saatuji taorang benar-benar disebakan karena ikan terinfeksi bakteri
Edwardsiello ictalllri.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian menyatakan perubahan tingkah laku ikan patin yang diuji tan tang dengan
menggunakan bakteri
Edwardsiella icta/llri
yaitu nafsu makan berkurang, ikan berenang tidak seimbang(Whirlini),
tingkah laku ikan lamb an atau loyo dan menyendiri dari kelompok. Perubahan morfologi yaitu adanya bintik putih pada permukaan tubuh, dagu memerah, mata putih menonjol, sirip memerah, anus memerah dan perut membesar, gejala klinis paling cepat terjadi pada perlakuanA.
Metode terbaik pemberian vaksinEdwardsie//a ie/a/llri
terhadap tingkat kelangsungan hid up ikan patin yaitu metode injeksi intramuskular dengan nilai SR (84,43+8,36%) dan RPS (78,72+ 10,22%) . Penggunaan vaksinEdwardsiella ieta/llri
tidak berpengaruh nyata terhadap nilai SGR ikan patin.Saran
Pemberian vaksin
Edwardsiella icta/llri
melalui metode injeksi intramusklllar (penyuntikan pada jaringan otot) ikan Patin(Pangasionodon hypophtha/amlls)
merupakan metode terbaik dalam upaya pencegahan penyakitbakteriEdwardsiella ie/a/llri.
Tetapi, perlu diJakukan penelitian lebih lanjut dari metode pemberian vaksin terbaik dengan menggunakan dosis vaksinEdwardsiella icta/llri
yang berbeda.DAFfAR PUSTAKA
Abint HA. 2013. Kelulushidupan dan Gambaran Histologi Ikan Nila
(Oreoehromls ni/otiells)
yang diberi Vaksin DNAStreptOCOCCIIS iniae
dan diuji Tantang denganStreptoeoeCIIs iniae
[SKRIPSI]. Semarang: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. 81 him.Alifuddin M. 2002. Imunostimulasi Pada Hewan Akuatik.
jllma/Akllakll/tllr Indonesia
1(2) : 87-92.Anderson D
P.
1974. Fish Immunology. In: Disease of fishes. Volume 4. S.F. Snieszko and H.R. Axelrod (Eds). TF.H. Publication. Inc Ltd. The British Crown Colony of Hongkong 239 p.Effendi MI. 1997.
Bi%gi Perikanan.
Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara. 163hlm.
Fujaya Y 2008.
Fisi%gi Ikan.
Jakarta: PT Rineka Cipta. 177 him.Hawke JP, Durburrow
RM,
ThuneRL
and Camus AC. 2008. ESC- Enteric Septicemia of Catfish. Revisi. SRAC Publication No. 477.Hardi EH, Pebrianto CA, Hidayanti T dan Handayani RT 2014. Infeksi
Aeromonas hydro phi/a
m elalui Jalur yang Berbeda Pada Ikan Nila(Oreocromis ni/otiCIIs)
di Loa Kulu Kutai Kartanegara KalimantanTimur. Jurnal kedokteran Hewan 8(2): 130-133.
Home MT and Ellis AE. 1988. Strategises of fish vaccination. In: fish vaccination. Academic Press Ltd. London: 55-56
Inglis V, Roberts RJ, Bromage NR. 1993. Bacterial Disease of Fish. Institute of Agriculure Blackwell Scientific Publication. Oxford. London. Hal 61-79.
Irianto
A.
2005.Pat%gi Ikan Teleostei.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Kamiso N, Triyanto H, Isnansetyo A, Murdjani M and Sholichah L. 2005. Efektifitas Vaksin Polivalen untuk Mengendalikan Vibriosis pada Kerapu Tikus
(Cromi/eptes a/tivelis). jOllma/
of
Fisheries Scieflee
7(2): 95-100.
Keskin
0,
Secer S, Izgur M, Turkyilmaz Sand Mkakosya RS. 2004.Edwardsiella icta/llri
Infection in Rainbow Trout (Oncorhynchus mykiss).TlIrkj vet aflim sci
(28) : 649-653.Kbolidin. 2013. Penyakit berbahaya pada budidaya ikan patin di sumatera http: //empangqq.com. Diakses tanggal2 September 2014.
Kordi MGHK. 2009.
Blldi Daya Perairan.
Cetakan kedua. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Hal 807-812. KoswaraAD.
2009. Kajian Patogenesis Infeksi Buatan BakteriEdwardsiella ieta/lln'
pada Ikan Lele(Claws
sp.). Bogor: Sekolah Pasca Sarjaana, Institut Pertanian Bogor. 105 him.
Mulia DS, Pratiwi R dan Triyanto. 2006. Pengaruh Cara Booster Terhadap Efikasi Vaksinasi Oral
Dengan
Debris
SelAeromonas Hydropbila
pada Lele Dumbo(Clarias
sp.).JUrI/al Perikanan
VIlI (1):36-43.
Nuryati S, Maswan NA, Alimuddin, Sukenda, Sumantadinata K, Pasaribu FH, Soejoedono RD dan
Santika A. 2010. Gambaran Darah Ikan Mas Setelah Divaksinasi dengan Vaksin DNA dan eliuji
Tantang dengan Koi Hervesvitus.
JIlrI/al Akllakllltllr Indonesia
9(1): 9-15.Olga, Rini
RK,
Akbar J, Isnansetyo A dan Sembiring L. 2007. ProteinAeromonas bydropbila
sebagai Vaksin untuk Pengendalian Mas(Motile Aeromonas Septicemia)
pada Jambal Siam(Pangasionodon
l!JPophtbalmlls). Jllrnal Perikanan
IX(1): 17-25.Resty A, Sarjito dan Prayitno SB. 2013 . Identifikasi dan Uji Posrulat Koch Agensia Penyebab Penyakit
Bakteri pada Ikan Lele
(Clarias gariepil1lls)
yang Berasal dari Demak.JOllrnal
of
Aqllacllltllre
Manage-met/t and Tee/J/lology
2(2) : 10-19.Suwarno YF, Sarjito dan Prayitno SB. 2014. Sensitivitas Bakteri yang Berasosiasi dengan Penyakit Ikan
Lele Dumbo
(Clarias gariepinlls)
terhadap Berbagai Macam Obat ikan yang Beredar eli KabupatenPatio Journal of Akuaculture Management and Technology 3(4)134-141.
Tan
Z,
Komar C and EnrightWJ.
2006. Health Managemnt Practices for Cage Akuaculture in Asia: AKey Componen for Susrainability. In: Book of Abstra. 2nd International Sirnposium on cage Akuaculture in asia (CAA2) on 3-8 July 2006. Proceeding in Press, Hangzhou, Cina, pp 5-7
Tucker C, Endo M, Hirno I, dan Aoki. 2000. Assessment of DNA Vaccine Potential for Juvenile
Japanese Flowlder
Paralichtbys olivaceus,
Through the Introduction of ReporterbGenesbombard-ment and Histtopathology. Vaccine 19: 801-809 .