• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Media Tanam dan Pupuk Majemuk Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Pre Nursery

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Media Tanam dan Pupuk Majemuk Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Pre Nursery"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PUPUK MAJEMUK

TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.) DI PRE NURSERY

SKRIPSI

BALDEEP SINGH

050301052 / BDP - AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PUPUK MAJEMUK

TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.) DI PRE NURSERY

SKRIPSI

Oleh:

BALDEEP SINGH

050301052 / BDP – AGRONOMI

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing :

(Ir. Irsal, MP) (Ir. Gembira Sinuraya, MS Ketua Anggota

)

NIP : 1963 0131 1989 03 1004 NIP : 130 318 070

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

BALDEEP SINGH: Pengaruh Media Tanam dan Pupuk Majemuk Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Pre Nursery, dibimbing oleh IRSAL dan GEMBIRA SINURAYA.

Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak paling tinggi produktivitasnya. Keberhasilan dalam pembibitan kelapa sawit tergantung pada jenis media tanam dan pemberian pupuk secara teratur yang dimulai dari tahap pembibitan awal. Untuk itu suatu penelitian dilakukan di jalan Berdikari Ujung Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Selayang (± 25 m dpl) pada Januari-April 2010 menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 2 faktor yaitu media tanam (top soil, kompos, pasir) dan pupuk majemuk NPKMg (0, 5, 10, 15 g/liter air). Parameter yang diamati adalah tinggi bibit, diameter batang, panjang daun, total luas daun, berat basah akar, berat basah bagian atas, berat kering akar, berat kering bagian atas.

Hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit 8 MST. Pemberian pupuk majemuk NPKMg berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit 6 dan 8 MST. Sedangkan interaksi antara media tanam dan pupuk majemuk NPKMg berpengaruh nyata terhadap tinggi Bibit 8 MST.

(4)

ABSTRACT

Baldeep Singh: The Influence of Planting Media and Compound Fertilizer on the Growth of Palm Seed (Elaeis guineensis Jacq.) In The Pre Nursery, supervised by IRSAL and GEMBIRA SINURAYA.

Palm is the highest oil producing crop. The product in the palm seedling depend on the type of planting media and fertilizer on a regular basis starting from early seedling stage. Therefore, a reseach had been conducted at Berdikari street Medan Selayang district (± 25 m asl.) in January – April 2010, using factorial randomized block design with two factor, i.e. growing media (top soil, compost, sand) and NPKMg compound fertilizer (0, 5, 10, 15 g / litre of water). Parameter measured were plant’s height, steem diameter, leaf length, total leaf area fresh, root weight, upper part fresh weight, dry root weight, upper part dry weight.

The result showed that treatment of growing media had significant effect on plant’s height at 8 weeks after planting, NPKMg compound fertilizer had significant on plant’s height at 6 and 8 weeks after planting. While the interaction between the growing media and fertilizer had significant effect on plant’s height at 8 weeks after planting.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Baldeep Singh dilahirkan di Medan pada tanggal 16 Agustus 1986 dari

Bapak dr. Charanjit Singh dan Ibu Naranjit Kaur. Penulis merupakan anak kedua

dari tiga bersaudara.

Adapun pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah

SD Santo Yoseph Medan lulus tahun 1998, SLTP Santa Maria Medan lulus tahun

2001, SMA Santa Maria Medan lulus tahun 2004. Terdaftar sebagai mahasiswa

Agronomi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara pada tahun 2005 melalui jalur SPMB.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis melaksanakan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) di PTPN II Kebun Tanjung Garbus-Pagar Merbau pada bulan

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Media Tanam Dan Pupuk Majemuk Terhadap

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Pre Nursery”.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada Bapak

Ir. Irsal, MP dan Bapak Ir. Gembira Sinuraya, MS selaku komisi pembimbing

yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam menyusun dan

menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada

orang tua tercinta, ayahanda dr. Charanjit Singh dan Ibunda Naranjit Kaur atas

segala kasih sayang, perhatian, nasehat, motivasi serta do’anya. Tak lupa juga

ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada “Pak Joul” yang telah banyak

membantu penulis di lapangan selama penelitian ini berlangsung serta teman

teman dan adik-adik saya Ainul, Syahril, Pozi, Nico, Artha, There, Herta, Junita,

Esra, Jannes, Pahala, Azi, Wilson, Wanto, Ajo, Maylin, Sonia, Sukhwin, Harprit,

Bowo, Onzy, Haikal, Endi, Ony, Nelson, Ebet, Paian, Ilham, Derry, Agus, Ikhsan,

Zulfi, Gregori, Darwin, Sugi, Harry, Christian, Natasya, Fristi, teman-teman

Armyplant”05 dan adik-adik BDP’08 lainnya yang tak mungkin penulis sebutkan

satu persatu namanya.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.

Medan, Juli 2010

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian... 3

Hipotesa Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Pembibitan Kelapa Sawit ... 5

Pupuk Majemuk NPKMg ... 6

Media Tanam ... 9

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ... 11

Bahan dan Alat ... 11

Metode Penelitian ... 11

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Areal Pembibitan ... 14

Pembuatan Naungan ... 14

Persiapan Media Tanam ... 14

Penanaman Bibit ... 14

Aplikasi Pupuk Majemuk NPKMg ... 15

Pemeliharaan Penyiraman ... 15

Penyiangan ... 15

(8)

Diameter Batang (mm) ... 16

Panjang Daun (cm) ... 16

Total Luas Daun (cm2) ... 16

Bobot Basah Akar (g) ... 16

Bobot Basah Bagian Atas (g) ... 17

Bobot Kering Akar (g) ... 17

Bobot Kering Bagian Atas (g) ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 18

Pembahasan... 33

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 39

Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

(9)

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Rataan Tinggi Bibit Akibat Perlakuan Media Tanam Dan

Pupuk Majemuk NPKMg Pada Umur 6-14 MST ... 18

2. Pengaruh Interaksi Perlakuan Media Tanam Dan Pupuk Majemuk NPKMg Terhadap Tinggi Bibit Umur 6-14 MST ... 19

3. Rataan Diameter Batang Akibat Perlakuan Media Tanam Dan

Pupuk Majemuk NPKMg Pada Umur 12-14 MST... 23

4. Pengaruh Interaksi Perlakuan Media Tanam Dan Pupuk Majemuk NPKMg Terhadap Diameter Batang Umur 12-14 MST ... 24

5. Rataan Panjang Daun Akibat Perlakuan Media Tanam Dan

Pupuk Majemuk NPKMg Pada Umur 14 MST ... 25

6. Rataan Total Luas Daun Akibat Perlakuan Media Tanam Dan

Pupuk Majemuk NPKMg Pada Umur 14 MST ... 26

7. Rataan Bobot Basah Akar Akibat Perlakuan Media Tanam Dan

Pupuk Majemuk NPKMg Pada Umur 14 MST ... 27

8. Rataan Bobot Basah Bagian Atas Akibat Perlakuan Media Tanam Dan Pupuk Majemuk NPKMg Pada Umur 14 MST ... 29

9. Rataan Bobot Kering Akar Akibat Perlakuan Media Tanam Dan

Pupuk Majemuk NPKMg Pada Umur 14 MST ... 30

10.Rataan Bobot Kering Bagian Atas Akibat Perlakuan Media Tanam Dan Pupuk Majemuk NPKMg Pada Umur 14 MST ... 32

(10)

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Hubungan Tinggi Bibit 8 MST Dengan Media Tanam ... 20

2. Hubungan Tinggi Bibit 6 MST Dengan Pupuk Majemuk NPKMg .... 21

3. Hubungan Tinggi Bibit 8 MST Dengan Pupuk Majemuk NPKMg .... 21

4. Hubungan Tinggi Bibit 8 MST Dengan Interaksi Antara Media Tanam Dan Pupuk Majemuk NPKMg ... 22

5. Hubungan Diameter Batang 14 MST Dengan Media Tanam... 23

6. Hubungan Panjang Daun 14 MST Dengan Media Tanam ... 25

7. Hubungan Total Luas Daun 14 MST Dengan Media Tanam ... 27

8. Hubungan Bobot Basah Akar 14 MST Dengan Media Tanam ... 28

9. Hubungan Bobot Basah Bagian Atas 14 MST Dengan Media Tanam ... 30

10.Hubungan Bobot Kering Akar 14 MST Dengan Media Tanam ... 31

11.Hubungan Bobot Kering Bagian Atas 14 MST Dengan Media Tanam ... 33

12.Areal Penelitian ... 56

13.Bibit Kelapa Sawit Umur 12 MST ... 56

14.Pengukuran Tinggi Bibit ... 57

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1. Data Pengamatan Tinggi Bibit 6 MST ... 42

2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Bibit 6 MST ... 42

3. Data Pengamatan Tinggi Bibit 8 MST ... 43

4. Daftar Sidik Ragam Tinggi Bibit 8 MST ... 43

5. Data Pengamatan Tinggi Bibit 10 MST ... 44

6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Bibit 10 MST ... 44

7. Data Pengamatan Tinggi Bibit 12 MST ... 45

8. Daftar Sidik Ragam Tinggi Bibit 12 MST ... 45

9. Data Pengamatan Tinggi Bibit 14 MST ... 46

10.Daftar Sidik Ragam Tinggi Bibit 14 MST ... 46

11.Data Pengamatan Diameter Batang 12 MST ... 47

12.Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 12 MST ... 47

13.Data Pengamatan Diameter Batang 14 MST ... 48

14.Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 14 MST ... 48

15.Data Pengamatan Panjang Daun 14 MST ... 49

16.Daftar Sidik Ragam Panjang Daun 14 MST ... 49

17.Data Pengamatan Total Luas Daun 14 MST ... 50

18.Daftar Sidik Ragam Total Luas Daun 14 MST ... 50

19.Data Pengamatan Bobot Basah Akar 14 MST ... 51

20.Daftar Sidik Ragam Bobot Basah Akar 14 MST ... 51

(12)

22.Daftar Sidik Ragam Bobot Basah Bagian Atas 14 MST ... 52

23.Data Pengamatan Bobot Kering Akar 14 MST ... 53

24.Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Akar 14 MST ... 53

25.Data Pengamatan Bobot Kering Bagian Atas 14 MST ... 54

26.Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Bagian Atas 14 MST ... 54

27.Bagan Penelitian... 55

28.Jadwal Kegiatan ... 55

(13)

ABSTRAK

BALDEEP SINGH: Pengaruh Media Tanam dan Pupuk Majemuk Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Pre Nursery, dibimbing oleh IRSAL dan GEMBIRA SINURAYA.

Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak paling tinggi produktivitasnya. Keberhasilan dalam pembibitan kelapa sawit tergantung pada jenis media tanam dan pemberian pupuk secara teratur yang dimulai dari tahap pembibitan awal. Untuk itu suatu penelitian dilakukan di jalan Berdikari Ujung Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Selayang (± 25 m dpl) pada Januari-April 2010 menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 2 faktor yaitu media tanam (top soil, kompos, pasir) dan pupuk majemuk NPKMg (0, 5, 10, 15 g/liter air). Parameter yang diamati adalah tinggi bibit, diameter batang, panjang daun, total luas daun, berat basah akar, berat basah bagian atas, berat kering akar, berat kering bagian atas.

Hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit 8 MST. Pemberian pupuk majemuk NPKMg berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit 6 dan 8 MST. Sedangkan interaksi antara media tanam dan pupuk majemuk NPKMg berpengaruh nyata terhadap tinggi Bibit 8 MST.

(14)

ABSTRACT

Baldeep Singh: The Influence of Planting Media and Compound Fertilizer on the Growth of Palm Seed (Elaeis guineensis Jacq.) In The Pre Nursery, supervised by IRSAL and GEMBIRA SINURAYA.

Palm is the highest oil producing crop. The product in the palm seedling depend on the type of planting media and fertilizer on a regular basis starting from early seedling stage. Therefore, a reseach had been conducted at Berdikari street Medan Selayang district (± 25 m asl.) in January – April 2010, using factorial randomized block design with two factor, i.e. growing media (top soil, compost, sand) and NPKMg compound fertilizer (0, 5, 10, 15 g / litre of water). Parameter measured were plant’s height, steem diameter, leaf length, total leaf area fresh, root weight, upper part fresh weight, dry root weight, upper part dry weight.

The result showed that treatment of growing media had significant effect on plant’s height at 8 weeks after planting, NPKMg compound fertilizer had significant on plant’s height at 6 and 8 weeks after planting. While the interaction between the growing media and fertilizer had significant effect on plant’s height at 8 weeks after planting.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit sangat penting artinya bagi Indonesia dalam kurun waktu 35

tahun terakhir ini sebagai komoditi andalan untuk ekspor maupun komoditi yang

diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan harkat petani pekebun serta

transmigran Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut sejak tahun 1986

Pemerintah telah menetapkan bahwa pembangunan perkebunan kelapa sawit

harus dikaitkan dengan program dibidang transmigrasi dan koperasi. Komoditi ini

telah berhasil mengatasi kekurangan minyak goreng yang berasal dari minyak

kelapa sejak tahun 1972. Jika semula bagian terbesar dari produksi dipakai untuk

ekspor maka tahun 1972 keperluan dalam negeri menjadi berbanding sama atau

kadang-kadang lebih tinggi. Komoditi ini ternyata cocok dikembangkan baik

berbentuk pola perkebunan besar maupun skala kecil untuk petani pekebun

(Lubis, 2008).

Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak paling tinggi

produktivitasnya. Dari kelapa sawit bukan hanya diperoleh minyak untuk

keperluan pangan tetapi dapat dibuat untuk keperluan industri lainnya.

Keunggulan kelapa sawit cukup banyak, biaya produksi murah, produksi per

hektar tinggi (4-6 ton minyak / ha / tahun) dan umur ekonomi panjang

(25-30 tahun) (Lubis,1994).

Dalam usaha membudidayakan kelapa sawit masalah pertama yang

dihadapi oleh pengusaha atau petani yang bersangkutan adalah tentang pengadaan

bibit. Kualitas bibit sangat menentukan produksi akhir komoditas ini

(16)

Untuk mendapatkan pertumbuhan bibit yang baik diperlukan pemeliharaan

di pembibitan dengan sempurna, pemberian pupuk yang tepat merupakan faktor

penting. Pada masa sekarang, kebutuhan akan unsur unsur hara bagi bibit kelapa

sawit belum seluruhnya diketahui. Penambahan suatu unsur hara dilakukan jika

kelihatan adanya kekahatan (Chan dan Tobing, 1982).

Kebutuhan unsur hara bagi tanaman kelapa sawit pada setiap fase

pertumbuhannya berbeda beda. Jumlah umsur hara yang ditambahkan melalui

pupuk harus memperhitungkan kehilangan hara akibat pencucian, penguapan,

penambahan hara dari tanaman penutup tanah, hara yang terikat dari udara, serta

potensi fisik dan kimia tanah. Berdasarkan penelitian di Sumatera Utara,

unsur-unsur hara yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan produksi

kelapa sawit adalah nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), magnesium (Mg), serta

unsur hara mikro boron (B) (Sastrosayono, 2005).

Pupuk NPKMg merupakan hara penting bagi tanaman. Nitrogen

merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, pada umumnya sangat

diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif

tanaman seperti daun, batang dan akar. Nitrogen merupakan komponen penyusun

dari banyak senyawa esensial bagi tumbuhan, misalnya asam asam amino. Karena

setiap molekul protein tersusun dari asam-asam amino dan setiap enzim adalah

protein maka nitrogen merupakan unsur penyusun protein dan enzim. Fosfor

berperan dalam berbagai proses fisiologis di dalam tanaman seperti fotosintesis

dan respirasi dan sangat membantu perkembangan perakaran dan mengatur

(17)

dalam reaksi – reaksi fotosintesis dan respirasi serta untuk ensim yang terkait

dalam sintesis protein dan pati (Lakitan, 1993).

Aplikasi pupuk dengan efisiensi tinggi dapat diperoleh melalui

peningkatan daya dukung tanah dan efisiensi pelepasan hara pupuk. Salah satu

cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut yaitu melalui kombinasi penggunaan

pupuk konvensional dan kompos sebagai agen pembenah tanah. Penggunaan

kompos pada medium pembibitan kelapa sawit sangat diperlukan untuk

mengatasi terbatasnya ketersediaan bahan organik pada lapisan tanah bagian

atas. (Santi dan Goenadi, 2008)

Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan penelitian dengan

judul “Pengaruh Media Tanam dan Pupuk Majemuk Terhadap Pertumbuhan Bibit

Kelapa Sawit di Pre Nursery”.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media tanam dan

pupuk majemuk terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit

(Elaeis guineensis Jacq.) di pre nursery.

Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit

(Elaeis guineensis Jacq.) di pre nursery.

2. Ada pengaruh pemberian pupuk majemuk terhadap pertumbuhan bibit

kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di pre nursery.

3. Ada interaksi media tanam dan pemberian pupuk majemuk terhadap

pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di

(18)

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan penyusun skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara Medan.

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Pembibitan Kelapa Sawit

Pada budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu

pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap, namun yang umum digunakan

saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

(double stage) adalah pembibitan dilakukan pada polibek kecil atau tahap

pembibitan awal (pre nursery) terlebih dahulu hingga bibit berumur 3 bulan.

Setelah bibit berumur 3 bulan kemudian bibit dipindah ke polibek besar atau tahap

pembibitan utama (main nursery) hingga bibit siap ditanam (umur 12 bulan).

Pembibitan satu tahap (single stage) adalah benih berupa kecambah kelapa sawit

langsung ditanam pada polibek besar dan dipelihara hingga siap tanam

(Darmosarkoro, dkk,2008).

Benih yang telah berkecambah dan berakar ditanam sedalam 2-5 cm

ditengah-tengah polibek dengan hati-hati dan dijaga agar akarnya tidak patah.

Bibit yang telah dipindahkan selama 2 minggu ditempatkan dibawah naungan dan

sedikit demi sedikit intensitas cahaya yang masuk ditingkatkan

(Satyawibawa dan Widyastuti, 1994).

Bibit yang ditanam di pre nursery maupun main nursery perlu dipelihara

dengan baik agar pertumbuhannya sehat dan subur. Kegiatan pemeliharaan

meliputi penyiraman, penyiangan, pengawasan dan seleksi serta yang paling

penting adalah pemupukan (Setyamidjaja, 1991).

Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah air,

unsur hara dan mineral tanah, jenis tanah, iklim, cahaya matahari. Faktor-faktor

(20)

generatif tanaman. Jika salah satu faktor tersebut tidak sesuai dan tidak tersedia

dalam jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman maka pertumbuhan tanaman pasti

akan terhambat dan bisa saja tanaman tersebut mati (Salisbury dan Ross, 1995).

Turner dan Gilbanks (1974), menilai perlunya pembibitan kelapa sawit

ditinjau dari dua aspek, yaitu :

- Untuk memperoleh pertumbuhan dan hasil maksimal pada bibit

kelapa sawit diperlukan perhatian yang konstan pada satu sampai

setengah tahun pertama

- Adanya korelasi erat antara luas daun pada periode tanaman belum

menghasilkan dengan produksi awal di lapangan.

Tujuan pemupukan bibit ialah untuk memperoleh bibit jagur serta seragam

pertumbuhannya. Bibit yang tumbuh jagur lebih cepat beradaptasi dengan

lingkungan baru. Jenis pupuk yang digunakan dalam pembibitan adalah pupuk

majemuk atau compound fertilizer (Martoyo dan Siahaan, 1995).

Pupuk NPKMg (15-15-6-4)

Keberhasilan bercocok tanam dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

satunya adalah pemupukan, baik cara, dosis maupun waktu pemberiannya.

Hal-hal yang menyangkut pupuk tidak asing bagi petani atau masyarakat. Namun,

yang mereka kerjakan belum tentu sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman

sehingga usaha budidayanya tidak berhasil dengan baik. Dengan mengetahui

kebutuhan tanaman akan unsur hara, diharapkan kita dapat melakukan pemupukan

yang tepat. Jenis pupuk (unsur hara) yang diberikan dapat disesuaikan dengan

unsur yang dibutuhkan tanaman. Biasanya tanaman fase tumbuhnya berbeda

(21)

sesuai dengan takaran yang ada, umumnya disesuaikan dengan umur tanaman.

Selain itu, cara pemberian pupuk perlu diperhatikan agar pupuk dapat diserap

tanaman secara efisien. Demikian pula, waktu pemberian harus diperhatikan agar

tidak banyak pupuk yang terbuang percuma (Prihmantoro, 1997).

Nitrogen (N) merupakan unsur utama pembentuk protoplasma sel, asam

amino, protein, amida, alkaloid, dan klorofil. Kekurangan nitrogen akan

menurunkan aktifitas metabolisme tanaman yang dapat menimbulkan klorosis.

Pemupukan nitrogen berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi buah.

Fosfor (P) berperan dalam setiap proses fisiologis tanaman, baik yang

menyangkut pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Fungsi lain unsur ini

adalah membentuk ikatan fosfolipid dalam minyak. Kekurangan unsur ini akan

memperlambat proses fisiologis. Kebutuhan unsur P lebih sedikit dibandingkan

dengan N dan K. Untuk menambah produksi tandan buah, unsur P tidak dapat

bekerja sendiri, tetapi akan berkombinasi dengan unsur unsur lainnya. Kalium (K)

merupakan unsur hara terpenting untuk kelapa sawit, karena unsur ini paling

banyak ditransfer ke tandan buah. Unsur ini juga berperan sebagai katalisator

dalam setiap proses biokimia dan sebagai regulator dalam proses pembentukan

minyak. Pada tanaman muda, unsur kalium nyata memperbesar perkembangan

batang dan mempercepat panen pertama. Pemupukan kalium pada tanah yang

kandungan pasirnya tinggi bisa meningkatkan produksi tandan kelapa sawit.

Magnesium (Mg) merupakan unsur utama pembentuk klorofil dan berperan dalam

sistem kerja enzim. Magnesium memiliki pengaruh yang besar terhadap

pertumbuhan tanaman. Sementara itu, pengaruhnya terhadap produksi tandan

(22)

Pada masa vegetatif tanaman membentuk tubuhnya agar menjadi tanaman

yang sehat dan kuat sehingga ia menyerap nutrien atau makanan

sebanyak-banyaknya. Pertumbuhan ukuran lingkar batang, panjang dan jumlah

tunas batang baru berlangsung dengan cepat. Dalam masa pertumbuhan tanaman,

sepeti juga pada manusia dan hewan, membutuhkan protein untuk membangun

tubuhnya. Protein diambil dari unsur nitrogen. Pupuk yang banyak dibutuhkan

untuk masa vegetatif adalah urea, NPKMg (15-15-6-4), pupuk kandang dan

humus (Prihmantoro, 1997).

Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung dua atau tiga unsur hara

primer. Pupuk majemuk diciptakan dengan tujuan untuk memudahkan petani atau

pemulia tanaman lainnya mendapatkan pupuk yang sesuai dengan kebutuhan

tanaman. `Masing-masing pupuk tersebut memiliki fase dan kegunaan yang

berbeda, Pupuk majemuk dipakai pada semua fase pertumbuhan tanaman. Adapun

kelebihan dari pupuk majemuk adalah tersedianya kandungan hara cukup tinggi

dan mudah diserap oleh tanaman (Agromedia, 2007).

Ada beberapa alasan atau pertimbangan mengapa kita harus melakukan

pemupukan yang biasa kita sebut dengan dasar pertimbangan pemupukan yaitu,

(1) Ketersediaan unsur hara yang rendah di dalam tanah (2) Mengganti unsur

unsur hara yang hilang dari tanah oleh karena panenan, pencucian hara dan

tererosi. (3) Penggunaan tanaman-tanaman varietas unggul dan (4) Peningkatan

produksi tanaman. Pupuk majemuk lengkap NPKMg disebut juga dengan nama

Complete Fertilizar. Sebelum perang dunia kedua pupuk ini dibuat dengan kadar

(23)

pupuk majemuk ini diperdagangkan dengan kadar hara yang jauh lebih tinggi,

antara 30 % - 60 % (Hasibuan, 2008).

Media Tanam

Lapisan atas tanah atau top soil cukup banyak mengandung bahan organik

dan biasanya berwarna gelap karena penimbunan bahan organik. Sedangkan tanah

sub soil adalah tanah yang mengalami cukup pelapukan, mengandung lebih

sedikit bahan organik. Produktifitasnya sedikit karena ditentukan oleh keadaan

subsoil tersebut (Buckman dan Brady,1982).

Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan

tanah, baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organik

adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Sekitar setengah dari

kapasitas tukar kation berasal dari bahan organik. Ia merupakan sumber hara

tanaman. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi dari sebagian besar

organisme tanah (Hakim dkk, 1986).

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran

bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai

macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau

anaerobik. Kompos ibarat multivitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan

meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos

memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik

tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan

kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan

meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu

(24)

dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui

dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.

Tanah yang subur yaitu tanah yang mempunyai profil yang dalam

melebihi 150 cm, strukturnya gembur remah, pH sekitar 6 - 6,5, mempunyai

aktivitas jasad renik yang tinggi. Kandungan unsur haranya yang tersedia bagi

tanaman adalah cukup dan tidak terdapat pembatasan tanah untuk pertumbuhan

tanaman. Pupuk adalah bahan yang diberikan kedalam tanah baik yang organik

maupun yang anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur hara

dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam

(25)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Berdikari, Kelurahan Padang Bulan,

Kecamatan Medan Selayang, Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ± 25 m

diatas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari sampai

dengan bulan April 2010.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kecambah

kelapa sawit varietas Avros dari PPKS RISPA Medan, top soil, kompos, pasir,

pupuk majemuk NPKMg (15 15 6 4), polibek berukuran 15 cm x 20 cm, pelepah

sawit, insektisida Sevin 85 SP, air dan bahan-bahan lain yang mendukung

penelitian ini.

Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, meteran, jangka sorong, gembor,

handsprayer, pisau, spidol, gunting, ayakan, alat tulis, kalkulator, oven, timbangan

dan alat-alat lain yang mendukung terlaksananya penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial,

dengan dua faktor perlakuan, yaitu:

Faktor I : Media tanam terdiri dari 3 taraf yaitu :

M1 : Top Soil (Kontrol)

M2 : 600 g Top Soil + 300 g Kompos

(26)

Faktor II : Pupuk Majemuk NPKMg (15 15 6 4) terdiri dari 4 taraf yaitu :

N0 : 0 g / Liter air (Kontrol)

N1 : 5 g / Liter air

N2 :10 g / Liter air

N3 : 15 g / Liter air

Sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan, yaitu :

M1N0 M2N0 M3N0

M1N1 M2N1 M3N1

M1N2 M2N2 M3N2

M1N3 M2N3 M3N3

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah plot : 36 plot

Jumlah tanaman / plot : 5 tanaman

Jumlah tanaman sampel / Plot : 3 tanaman

Jumlah tanaman sampel seluruhnya : 108 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 180 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linier

sebagai berikut:

ijk

jk

k

j

i

Yijk

=

µ

+

ρ

+

α

+

β

+

(

αβ

)

+

ε

Dimana

Yijk = Hasil pengamatan pada unit percobaan dalam blok ke-i dengan

perlakuan faktor media tanam taraf ke-j dan perlakuan pupuk majemuk

taraf ke-k

(27)

i

ρ

= Pengaruh dari blok ke-i

j

α

= Pengaruh perlakuan media tanam pada taraf ke-j

k

β

= Pengaruh perlakuan pupuk majemuk pada taraf ke-k

jk

)

(

αβ

= Pengaruh interaksi antara perlakuan media tanam pada taraf ke-j dan

perlakuan pupuk majemuk pada taraf ke-k

ij

ε

= Pengaruh galat percobaan pada blok ke-i yang mendapat perlakuan

media tanam pada taraf ke-j dan perlakuan pupuk majemuk pada taraf ke-k

Hasil penelitian yang menunjukkan pengaruh nyata akan dilanjutkan dengan uji

(28)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Areal Pembibitan

Areal pembibitan dipilih dekat sumber air, drainasenya baik, tidak

tergenang. Areal dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman yang masih ada.

Kemudian dibuat plot-plot dengan ukuran 1 m x 1,5 m dengan jarak antar plot

masing-masing 30 cm, dan jarak antar ulangan 50 cm.

Pembuatan Naungan

Naungan dibuat ukuran 20 m x 6 m untuk seluruh plot. Konstruksi

naungan dibuat dari bambu dengan atap dari pelepah daun kelapa sawit. Naungan

berfungsi untuk mencegah bibit kelapa sawit terkena sinar matahari secara

langsung.

Persiapan Media Tanam

Media tanam adalah campuran top soil, kompos dan pasir. Pengisian

media tanam kedalam polibek terlebih dahulu mencampur tanah top soil dengan

kompos dan kemudian dengan pasir sesuai dengan taraf perlakuan masing masing.

Untuk pembibitan digunakan polibek berukuran 15 cm x 20 cm, total berat 1 kg.

Penanaman Bibit

Kecambah yang digunakan varietas Avros berasal dari hasil persilangan

D x P dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit RISPA Medan. Sebelum penanaman

kecambah dilakukan, tanah dalam polibek disiram terlebih dahulu.

Polibek disusun dalam plot percobaan sesuai dengan perlakuan. Jarak

antar polibek 10 cm x 10 cm, jarak antar plot 30 cm, jarak antar ulangan 50 cm

(29)

Aplikasi Pupuk NPKMg ( 15-15-6-4)

Aplikasi pupuk NPKMg dilakukan setelah bibit berumur 4 MST. Aplikasi

dilakukan dengan cara menyemprotkan pupuk NPKMg yang telah dilarutkan

dalam satu liter air sesuai taraf perlakuan masing-masing ke seluruh bagian daun

tanaman secara merata dengan interval setiap minggu, selama sembilan minggu.

Pemeliharaan

Penyiraman

Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Bila hari

hujan maka penyiraman cukup dilakukan satu kali saja dan tergantung kondisi

tanah dalam polibek.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan cara manual ataupun dengan menggunakan

cangkul untuk menekan pertumbuhan gulma di polibek dan di areal pembibitan,

interval penyiangan disesuaikan dengan keadaan gulma di pembibitan.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan Sevin

85 SP dan Dithane M-45 2 g / l air. Pengendalian ini dilakukan 2 minggu sekali

atau tergantung pada tingkat serangan hama dan penyakit.

Parameter Yang Diamati

Tinggi Bibit (cm)

Pengamatan tinggi bibit dilakukan setelah bibit berumur 6 MST dengan

interval 2 minggu sampai bibit berumur 14 MST. Tinggi bibit ini di ukur dari

(30)

dibuat patok dengan tinggi 2 cm dari permukaan tanah. Dilakukan pada seluruh

tanaman yang menjadi tanaman sampel.

Diameter Batang (mm)

Pengamatan diameter batang dilakukan pada saat bibit berumur 12 MST

dengan interval 2 minggu sampai bibit berumur 14 MST. Pengukuran dilakukan

pada ketinggian 2 cm dari pangkal batang bibit dengan menggunakan jangka

sorong dengan dua arah yang berlawanan dan saling tegak lurus kemudian

dirata-ratakan. Dilakukan pada seluruh tanaman yang menjadi tanaman sampel.

Panjang Daun (cm)

Panjang daun diukur dengan menggunakan meteran mulai dari batas

pangkal pelepah sampai ujung daun dan daun yang diukur adalah daun yang

terpanjang, pengukuran dilakukan pada akhir penelitian yaitu setelah bibit

berumur 14 MST. Dilakukan pada seluruh tanaman yang menjadi tanaman

sampel.

Total Luas Daun (cm2)

Pengukuaran total luas daun dilakukan pada akhir penelitian yaitu setelah

bibit berumur 14 MST. Pengukuran total luas daun dilakukan dengan

menggunakan alat Leaf Area Meter. Daun yang diukur adalah semua daun yang

terdapat pada bibit yang telah terbuka dengan sempurna. Dilakukan pada seluruh

tanaman yang menjadi tanaman sampel.

Bobot Basah Akar (g)

Pengukuran bobot basah akar dilakukan pada akhir penelitian yaitu setelah

bibit berumur 14 MST. Perhitungan dilakukan dengan cara membersihkan bahan

(31)

dengan timbangan analitik. Dilakukan pada seluruh tanaman yang menjadi

tanaman sampel.

Bobot Basah Bagian Atas (g)

Pengukuran bobot basah bagian atas dilakukan pada akhir penelitian yaitu

setelah bibit berumur 14 MST. Perhitungan dilakukan dengan cara membersihkan

bahan tanaman dengan air, kemudian dikering anginkan terlebih dahulu, lalu

ditimbang dengan timbangan analitik. Dilakukan pada seluruh tanaman yang

menjadi tanaman sampel.

Bobot Kering Akar (g)

Pengukuran bobot kering akar dilakukan pada akhir penelitian yaitu

setelah bibit berumur 14 MST. Perhitungan dilakukan dengan cara

mengeringovenkan akar tanaman yang telah dihitung bobot basahnya pada suhu

700C, selama 48 jam kemudian ditimbang dengan timbangan analitik sehingga

diperoleh bobot kering yang konstan. Dilakukan pada seluruh tanaman yang

menjadi tanaman sampel.

Bobot Kering Bagian Atas (g)

Perhitungan bobot kering bagian atas dilakukan pada akhir penelitian yaitu

setelah bibit berumur 14 MST. Perhitungan dilakukan dengan cara

mengeringovenkan bagian atas tanaman yang telah dihitung bobot basahnya pada

suhu 700C, selama 48 jam kemudian ditimbang dengan timbangan analitik

sehingga diperoleh bobot kering yang konstan. Dilakukan pada seluruh tanaman

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi Bibit

Hasil pengamatan tinggi bibit umur 6-14 MST akibat pengaruh perlakuan

media tanam dan pupuk majemuk NPKMg (15 15 6 4) dapat dilihat pada

Lampiran 1,3,5,7,9 dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran

2,4,6,8,10.

Dari daftar sidik ragam terlihat bahwa perlakuan media tanam bepengaruh

nyata terhadap tinggi bibit 8 MST, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi

bibit 6, 10, 12, 14 MST. Perlakuan pupuk majemuk berpengaruh nyata terhadap

tinggi bibit umur 6 dan 8 MST, tetapi berpengaruh tidak nyata pada umur 10, 12,

14 MST. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit

umur 8 MST.

Data rataan tinggi bibit pada umur 6-14 MST akibat perlakuan media

[image:32.595.113.512.545.683.2]

tanam dan pupuk majemuk NPKMg (15 15 6 4) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Tinggi Bibit (cm) Akibat Perlakuan Media Tanam dan Pupuk Majemuk NPKMg pada Umur 6-14 MST.

Perlakuan Rataan Tinggi Bibit Umur (MST)

Media 6 8 10 12 14

M1 11,11 14,64ab 17,41 19,69 22,79

M2 10,53 14,82a 17,43 20,25 22,84

M3 9,92 13,47bc 16,47 18,96 21,49

Pupuk

N0 10,99a 14,73a 17,33 20,06 22,74

N1 11,08a 14,71a 17,59 19,84 22,64

N2 11,07a 14,91a 17,66 20,34 23,09

N3 8,95b 12,48b 15,83 18,30 21,02

(33)

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada umur bibit 8 MST pada perlakuan

media tanam terlihat bahwa perlakuan M2 berbeda tidak nyata dengan perlakuan

M1 tetapi berbeda sangat nyata dengan perlakuan M3. Demikian juga pada

perlakuan pupuk majemuk, pada umur bibit 6 MST terlihat bahwa perlakuan N1

berbeda tidak nyata dengan perlakuan N0 dan N2 tetapi berbeda nyata dengan

perlakuan N3. Sedangkan pada saat umur bibit 8 MST perlakuan N2 berbeda

nyata dengan perlakuan N3 tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan

N0 dan N1.

Pengaruh interaksi perlakuan media tanam dan pupuk majemuk NPKMg

[image:33.595.112.513.405.603.2]

terhadap tinggi bibit dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh Interaksi Perlakuan Media Tanam dan Pupuk Majemuk NPKMg Terhadap Tinggi Bibit Umur 6-14 MST.

PERLAKUAN

RATAAN TINGGI BIBIT UMUR (MST)

6 8 10 12 14

M1NO 10,33 12,61bcd 15,44 17,76 20,36

M1N1 11,69 15,89abc 18,59 20,70 24,41

M1N2 12,76 16,68ab 19,22 21,39 24,73

M1N3 9,64 13,38abcd 16,39 18,90 21,68

M2N0 12,32 17,29a 19,17 22,63 25,51

M2N1 10,27 13,97abcd 16,84 18,87 21,20

M2N2 10,07 14,36abcd 16,73 19,72 22,22

M2N3 9,48 13,67abcd 16,97 19,79 22,41

M3N0 10,30 14,29abcd 17,39 19,80 22,36

M3N1 11,28 14,29abcd 17,32 19,94 22,31

M3N2 10,39 13,69abcd 17,03 19,90 22,32

M3N3 7,72 10,39d 14,12 16,20 18,97

Keterangan: Data yang diikuti notasi yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada umur bibit 8 MST, interaksi media

tanam dan pupuk majemuk berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit. Perlakuan

M2N0 berbeda sangat nyata dengan M1N0 dan M3N3 dan tidak berbeda nyata

(34)

Perlakuan M1N2 berbeda nyata dengan M3N3 tetapi tidak berbeda nyata dengan

perlakuan lainnya.

Hubungan antara tinggi bibit 8 MST dan media tanam dalam bentuk

diagram dapat dilihat pada Gambar 1.

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00 11,00 12,00 13,00 14,00 15,00 16,00

M1 M2 M3

[image:34.595.126.497.209.442.2]

Media Tanam T in g g i B ib it 8 M S T ( c m )

Gambar 1. Hubungan Tinggi Bibit 8 MST dengan Media Tanam

Pada Gambar 1 diatas dapat dilihat bahwa komposisi media tanam yang

menyebabkan pertumbuhan bibit tertinggi terdapat pada perlakuan M2 yaitu

14,82 cm.

Hubungan antara tinggi bibit 6 MST dan pupuk majemuk NPKMg dalam

(35)

y = -0.02x2 + 0.20x + 10.88 y m aks = 11.38 Pupuk Optim um = 4.75 g

R2 = 0.93

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00

0,00 5,00 10,00 15,00

Pupuk NPKMg (g/liter air)

[image:35.595.130.498.98.300.2]

T in g g i b ib it 6 M S T ( c m )

Gambar 2. Hubungan tinggi bibit 6 MST dengan pupuk majemuk NPKMg

Pada Gambar 2 diatas dapat dilihat bahwa dosis pupuk NPKMg optimum

sebesar 4.75 g dengan tinggi tanaman sebesar 11.38 cm.

Hubungan antara tinggi bibit 8 MST dan pupuk majemuk NPKMg dalam

bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 3.

y = -0,02x2 + 0,23x + 14,53

y maks = 15.10 Pupuk optimum = 5,00 g

R² = 0,93

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00

0,00 5,00 10,00 15,00

Pupuk NPKMg (g/liter air)

T in g g i B ib it 8 M S T ( c m )

Gambar 3. Hubungan tinggi bibit 8 MST dengan pupuk majemuk NPKMg

Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa dosis pupuk majemuk NPKMg

[image:35.595.119.510.463.658.2]
(36)

Hubungan antara tinggi bibit 8 MST dengan interaksi antara media tanam

dan pupuk majemuk NPKMg dapat dilihat pada Gambar 4.

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00 20,00

N0 N1 N2 N3

[image:36.595.121.506.159.366.2]

Pupuk NPKMg T in g g i B ib it 8 M S T ( c m ) M1 M2 M3

Gambar 4. Hubungan tinggi bibit 8 MST dengan interaksi antara media tanam dan pupuk majemuk NPKMg

Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa interaksi antara media tanam dan

pupuk majemuk yang menunjukkan tinggi bibit tertinggi terdapat pada perlakuan

M2N0 yaitu sebesar 17.29 cm.

Diameter Batang

Hasil pengamatan diameter batang umur 12-14 MST akibat pengaruh

perlakuan media tanam dan pupuk majemuk NPKMg (15 15 6 4) dapat dilihat

pada Lampiran 11,13 dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran

12,14. Dari daftar sidik ragam terlihat bahwa perlakuan media tanam dan

perlakuan pupuk majemuk serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata

terhadap diameter batang.

Data rataan diameter batang pada umur 12-14 MST akibat perlakuan

(37)
[image:37.595.115.508.125.259.2]

Tabel 3. Rataan Diameter Batang (mm) Akibat Perlakuan Media Tanam dan Pupuk Majemuk NPKMg pada umur 12-14 MST.

Perlakuan Rataan Diameter Batang Umur (MST)

Media 12 14

M1 5,64 6,68

M2 5,55 6,63

M3 5,20 6,03

Pupuk

N0 5,37 6,31

N1 5,61 6,59

N2 5,59 6,69

N3 5,29 6,21

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa diameter batang terbesar akibat pengaruh

media tanam sampai pengamatan 14 MST terdapat pada perlakuan M1 yaitu

sebesar 6.68 mm, dan terkecil terdapat pada perlakuan M3 yaitu 6.03 mm.

Sedangkan akibat pengaruh pupuk majemuk diameter batang terbesar terdapat

pada perlakuan N2 yaitu 6.69 mm dan terkecil pada perlakuan N3 yaitu 6.21 mm.

Hubungan antara diameter batang 14 MST dengan media tanam dalam

bentuk diagram dapat dilihat pada Gambar 5.

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00

M1 M2 M3

Me dia Tanam

D ia m et er B at an g 1 4 M S T ( m m )

[image:37.595.129.499.494.701.2]
(38)

Pengaruh interaksi perlakuan media tanam dan pupuk majemuk NPKMg

[image:38.595.112.508.185.372.2]

terhadap tinggi bibit dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh Interaksi Perlakuan Media Tanam dan Pupuk Majemuk NPKMg Terhadap Diameter Batang (mm) Umur 12-14 MST.

PERLAKUAN

RATAAN DIMETER BATANG UMUR (MST)

12 14

M1NO 5,09 6,04

M1N1 5,74 6,89

M1N2 6,06 7,30

M1N3 5,66 6,49

M2N0 5,67 6,66

M2N1 5,57 6,54

M2N2 5,18 6,36

M2N3 5,79 6,97

M3N0 5,36 6,23

M3N1 5,52 6,32

M3N2 5,52 6,41

M3N3 4,41 5,16

Dari Tabel 4 dapat dilihat walaupun perlakuan media tanam dan pupuk

majemuk berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang sampai umur

14 MST, terlihat bahwa kombinasi perlakuan M1N2 menyebabkan diameter

batang terbesar yaitu 7,30 mm dan terkecil pada perlakuan M3N3 yaitu 5,16 mm.

Panjang Daun

Hasil pengamatan dan daftar sidik ragam panjang daun umur 14 MST

akibat pengaruh perlakuan media tanam dan pupuk majemuk NPKMg (15 15 6 4)

dapat dilihat pada Lampiran 15 dan 16.

Dari daftar sidik ragam terlihat bahwa perlakuan media tanam dan

perlakuan pupuk majemuk serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata

terhadap panjang daun.

(39)
[image:39.595.111.513.127.230.2]

Tabel 5. Rataan Panjang Daun (cm) Akibat Perlakuan Media Tanam dan Pupuk Majemuk NPKMg pada umur 14 MST.

MEDIA

PUPUK NPKMg

RATAAN

N0 N1 N2 N3

M1 15,42 18,40 18,57 16,77 17,29

M2 20,29 16,34 17,33 17,00 17,74

M3 17,86 17,94 17,29 14,67 16,94

RATAAN 17,85 17,56 17,73 16,15

Dari Tabel 5 dapat dilihat walaupun perlakuan media tanam dan pupuk

majemuk berpengaruh tidak nyata terhadap panjang daun sampai umur 14 MST,

terlihat bahwa kombinasi perlakuan M2N0 menyebabkan panjang daun terpanjang

yaitu 20,29 cm dan terpendek pada perlakuan M3N3 yaitu 14,67 cm. Tetapi akibat

pengaruh media tanam panjang daun terpanjang terdapat pada perlakuan M2 yaitu

17,74 cm dan terpendek pada M3 yaitu 16,94 cm. Sedangkan akibat pengaruh

pupuk majemuk panjang daun terpanjang terdapat pada perlakuan N0 yaitu 17,85

cm dan terpendek pada perlakuan N3 yaitu 16,15 cm.

Hubungan antara panjang daun 14 MST dengan media tanam dalam

bentuk diagram dapat dilihat pada Gambar 6.

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00 20,00

M1 M2 M3

[image:39.595.149.480.544.729.2]
(40)

Total Luas Daun

Hasil pengamatan dan daftar sidik ragam total luas daun umur 14 MST

akibat pengaruh media tanam dan pupuk majemuk NPKMg (15 15 6 4) dapat

dilihat pada Lampiran 17 dan 18. Dari daftar sidik ragam terlihat bahwa perlakuan

media tanam dan perlakuan pupuk majemuk serta interaksi keduanya berpengaruh

tidak nyata terhadap total luas daun.

Data rataan total luas daun akibat perlakuan media tanam dan pupuk

majemuk dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Total Luas Daun (cm2) Akibat Perlakuan Media Tanam dan Pupuk Majemuk NPKMg pada umur 14 MST.

MEDIA

PUPUK NPKMg

RATAAN

N0 N1 N2 N3

M1 78,66 134,31 126,82 95,35 108,78

M2 113,51 94,00 93,07 110,70 102,82

M3 85,81 93,70 94,12 61,16 83,7

RATAAN 92,66 107,34 104,67 89,07

Dari Tabel 6 dapat dilihat walaupun perlakuan media tanam dan pupuk

majemuk berpengaruh tidak nyata terhadap total luas daun sampai umur 14 MST,

terlihat bahwa kombinasi perlakuan M1N1 menyebabkan total luas daun terbesar

yaitu 134,31 cm dan terkecil pada perlakuan M3N3 yaitu 61,16 cm. Tetapi akibat

pengaruh media tanam total luas daun terbesar terdapat pada perlakuan M1 yaitu

108,78 cm dan terkecil pada M3 yaitu 83,7 cm. Sedangkan akibat pengaruh pupuk

majemuk total luas daun terbesar terdapat pada perlakuan N1 yaitu 107,34 cm dan

terendah pada perlakuan N3 yaitu 89,07 cm.

Hubungan antara total luas daun 14 MST dengan media tanam dalam

[image:40.595.110.513.349.458.2]
(41)

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00 110,00

M1 M2 M3

[image:41.595.127.500.97.301.2]

Media Tanam T o ta l L u a s D a u n ! 4 M S T ( c m )

Gambar 7. Hubungan total luas daun 14 MST dengan media tanam

Bobot Basah Akar

Hasil pengamatan dan daftar sidik ragam bobot basah akar umur 14 MST

akibat pengaruh media tanam dan pupuk majemuk NPKMg (15 15 6 4) dapat

dilihat pada Lampiran 19 dan 20.

Dari daftar sidik ragam terlihat bahwa perlakuan media tanam dan

perlakuan pupuk majemuk serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata

terhadap bobot basah akar.

Data rataan Bobot basah akar akibat perlakuan media tanam dan pupuk

majemuk dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Bobot Basah Akar (g) Akibat Perlakuan Media Tanam dan Pupuk Majemuk NPKMg pada umur 14 MST.

MEDIA

PUPUK NPKMg

RATAAN

N0 N1 N2 N3

M1 0,51 1,17 1,03 0,81 0,88

M2 0,99 1,46 0,75 1,15 1,09

M3 0,83 1,01 0,66 0,37 0,72

[image:41.595.111.513.643.751.2]
(42)

Dari Tabel 7 dapat dilihat walaupun perlakuan media tanam dan pupuk

majemuk berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar sampai umur 14

MST, terlihat bahwa kombinasi perlakuan M2N1 menyebabkan bobot basah akar

terbesar yaitu 1,46 g dan terkecil pada perlakuan M3N3 yaitu 0,37 g. Tetapi akibat

pengaruh media tanam bobot basah akar terbesar terdapat pada perlakuan M2 yaitu

1,09 g dan terkecil pada M3 yaitu 0,72 g. Sedangkan akibat pengaruh pupuk

majemuk bobot basah akar terbesar terdapat pada perlakuan N1 yaitu 1,21 g dan

terendah pada perlakuan dan N3 yaitu 0,78 g.

Hubungan antara bobot basah akar 14 MST dengan media tanam dalam

bentuk diagram dapat dilihat pada Gambar 8.

0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20

M1 M2 M3

[image:42.595.122.502.374.547.2]

Media Tanam B e ra t B a s a h A k a r 1 4 M S T ( g )

Gambar 8. Hubungan bobot basah akar 14 MST dengan media tanam

Bobot Basah Bagian Atas

Hasil pengamatan dan daftar sidik ragam bobot basah bagian atas umur

14 MST akibat pengaruh media tanam dan pupuk majemuk NPKMg (15 15 6 4)

(43)

Dari daftar sidik ragam terlihat bahwa perlakuan media tanam dan

perlakuan pupuk majemuk serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata

terhadap bobot basah bagian atas.

Data rataan bobot basah bagian atas akibat perlakuan media tanam dan

[image:43.595.112.513.264.370.2]

pupuk majemuk dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Bobot Basah Bagian atas (g) Akibat Perlakuan Media Tanam dan Pupuk Majemuk NPKMg pada umur 14 MST.

MEDIA

PUPUK NPKMg

RATAAN

N0 N1 N2 N3

M1 2,37 3,74 4,06 3,25 3,36

M2 3,64 3,09 2,87 3,58 3,29

M3 2,67 3,03 3,04 1,92 2,66

RATAAN 2,89 3,29 3,33 2,91

Dari Tabel 8 dapat dilihat walaupun perlakuan media tanam dan pupuk

majemuk berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah bagian atas sampai umur

14 MST, terlihat bahwa kombinasi perlakuan M1N2 menyebabkan bobot basah

bagian atas terbesar yaitu 4,06 g dan terkecil pada perlakuan M3N3 yaitu 1,92 g.

Tetapi akibat pengaruh media tanam bobot basah bagian atas terbesar terdapat

pada perlakuan M1 yaitu 3,36 g dan terkecil pada M3 yaitu 2,66 g. Sedangkan

akibat pengaruh pupuk majemuk bobot basah bagian atas terbesar terdapat pada

perlakuan N2 yaitu 3,33 g dan terendah pada perlakuan N3 yaitu 2,91 g.

Hubungan antara bobot basah bagian atas 14 MST dengan media tanam

(44)

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00

M1 M2 M3

Media Tanam B e ra t B a s a h B a g ia n A ta s 1 4 ( g )

Gambar 9. Hubungan bobot basah bagian atas 14 MST dengan media tanam

Bobot Kering Akar

Hasil pengamatan dan daftar sidik ragam bobot kering akar umur 14 MST

akibat pengaruh media tanam dan pupuk majemuk NPKMg (15 15 6 4) dapat

dilihat pada Lampiran 23 dan 24.

Dari daftar sidik ragam terlihat bahwa perlakuan media tanam dan

perlakuan pupuk majemuk serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata

terhadapBobot kering akar.

Data rataan bobot kering akar akibat perlakuan media tanam dan pupuk

[image:44.595.128.494.98.310.2]

majemuk dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan Bobot Kering Akar (g) Akibat Perlakuan Media Tanam dan Pupuk Majemuk NPKMg pada umur 14 MST.

MEDIA

PUPUK NPKMg

RATAAN

N0 N1 N2 N3

M1 0,24 0,35 0,36 0,29 0,31

M2 0,37 0,32 0,27 0,65 0,40

M3 0,31 0,37 0,27 0,18 0,28

(45)

Dari Tabel 9 dapat dilihat walaupun perlakuan media tanam dan pupuk

majemuk berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar sampai umur

14 MST, terlihat bahwa kombinasi perlakuan M2N3 menyebabkan bobot kering

akar terbesar yaitu 0,65 g dan terkecil pada perlakuan M3N3 yaitu 0,18 g. Tetapi

akibat pengaruh media tanam bobot kering akar terbesar terdapat pada perlakuan

M2 yaitu 0,40 g dan terkecil pada M3 yaitu 0,28 g. Sedangkan akibat pengaruh

pupuk majemuk bobot kering akar terbesar terdapat pada perlakuan N3 yaitu

0,37 g dan terendah pada perlakuan N2 yaitu 0,30 g.

Hubungan antara bobot kering akar 14 MST dengan media tanam dalam

bentuk diagram dapat dilihat pada Gambar 10.

0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 0,40 0,45

M1 M2 M3

[image:45.595.131.494.384.596.2]

Media Tanam B e ra t K e ri n g A k a r 1 4 M S T ( g )

Gambar 10. Hubungan bobot kering akar 14 MST dengan media tanam

Bobot Kering Bagian atas

Hasil pengamatan dan daftar sidik ragam bobot kering bagian atas umur

14 MST akibat pengaruh media tanam dan pupuk majemuk NPKMg (15 15 6 4)

(46)

Dari daftar sidik ragam terlihat bahwa perlakuan media tanam dan

perlakuan pupuk majemuk serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata

terhadap bobot kering bagian atas.

Data rataan Bobot kering bagian atas akibat perlakuan media tanam dan

[image:46.595.112.512.264.370.2]

pupuk majemuk dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan Bobot Kering bagian atas (g) Akibat Perlakuan Media Tanam dan Pupuk Majemuk NPKMg pada umur 14 MST.

MEDIA

PUPUK NPKMg

RATAAN

N0 N1 N2 N3

M1 0,72 1,08 1,18 0,93 0,99

M2 1,12 0,88 0,93 1,09 1,01

M3 0,83 0,96 0,93 0,60 0,83

RATAAN 0,89 0,97 1,01 0,89

Dari Tabel 10 dapat dilihat walaupun perlakuan media tanam dan pupuk

majemuk berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering bagian atas sampai umur

14 MST, terlihat bahwa kombinasi perlakuan M2N2 menyebabkan bobot kering

bagian atas terbesar yaitu 1,18 g dan terkecil pada perlakuan M3N3 yaitu 0,60 g.

Tetapi akibat pengaruh media tanam bobot kering bagian atas terbesar terdapat

pada perlakuan M2 yaitu 1,01 g dan terkecil pada M3 yaitu 0,83 g. Sedangkan

akibat pengaruh pupuk majemuk bobot kering bagian atas terbesar terdapat pada

perlakuan N2 yaitu 1,01 g dan terendah pada perlakuan dan N3 yaitu 0,89 g.

Hubungan antara bobot kering bagian atas 14 MST dengan media tanam

(47)

0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20

M1 M2 M3

M e dia Tanam

[image:47.595.132.492.98.310.2]

B er at K er in g b ag ia n A ta s 14 M S T ( g )

Gambar 11. Hubungan bobot kering bagian atas 14 MST dengan media tanam

Pembahasan

Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Pre Nursery

Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan media tanam

berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit umur 8 MST, tetapi berpengaruh tidak

nyata terhadap diameter batang, panjang daun, total luas daun, bobot basah akar,

bobot basah bagian atas, bobot kering akar serta bobot kering bagian atas.

Dari Tabel rataan tinggi bibit 8 MST diperoleh bahwa tinggi bibit tertinggi

diperoleh pada perlakuan M2 (600g top soil + 300g kompos) yaitu 14,82 cm dan

terendah pada perlakuan M3 (300g top soil + 300g kompos + 300g pasir) yaitu

13,47 cm. Hal ini disebabkan media tanam yang diberikan yang terdiri dari

campuran top soil dan kompos dapat meningkatkan dan memperbaiki sifat fisik

tanah seperti tekstur dan struktur tanah yang menyebabkan akar tanaman dapat

menyerap hara dan air yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya dengan

(48)

juga baik sehingga unsur hara tersedia untuk memacu pertumbuhan dan

pertambahan tanaman. Adanya pengaruh ini disebabkan oleh kompos yang

mengandung bahan organik untuk meningkatkan kesuburan tanah secara fisik dan

kimia yang sangat dibutuhkan tanaman untuk memacu pertumbuhan tinggi

tanaman. Dengan adanya bahan organik tersebut akan memacu pembesaran dan

perkembangan sel tanaman sehingga tinggi tanaman akan bertambah. Menurut

Sutedjo (2002), bahan organik sangat penting bagi penyangga sifat fisik dan kimia

tanah. Perannya bukan hanya meningkatkan agregat tetapi juga akan memperbaiki

struktur tanah bagian atas.

Dari hasil analisis didapat bahwa media tanam yang diberikan

berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang, panjang daun, total luas daun,

bobot basah serta bobot kering bibit diduga disebabkan karena media yang terlalu

padat sehingga ruang pori yang berisi udara dan air menjadi sedikit akibatnya

berpengaruh pada pertumbuhan bibit kelapa sawit. Hal ini didukung oleh

Hakim, dkk (1986) yang menyatakan bahwa pada keadaan tanah yang memadat,

kondisi yang memungkinkan untuk penyerapan air dan unsur hara sangat buruk,

kandungan oksigen yang sangat dibutuhkan untuk respirasi akar kurang karena

pori-pori mengecil. Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan

kesuburan tanah baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi. Sekitar

setengah dari kapasitas tukar kation bersal dari bahan organik dan ia merupakan

sumber hara tanaman.

Hasil penelitian yang tidak berbeda nyata dapat juga disebabkan karena

banyaknya kompos yang diaplikasikan mungkin masih kurang sehingga

(49)

tumbuh dengan baik, hal ini didukung dengan pernyataan

Santi dan Goenadi (2008) bahwa penelitian mengenai manfaat kompos telah

banyak dilakukan. Namun demikian, karena kandungan unsur hara N, P, dan K di

dalam kompos sangat rendah, maka jumlah kompos yang diperlukan untuk

pemupukan akan sangat banyak. Oleh karena itu, penggunaan kompos untuk

pemupukan masih dinilai tidak efisien dalam hal aplikasinya.

Pengaruh Pupuk Majemuk NPKMg Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Pre Nursery

Dari hasil analisis secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan pupuk

majemuk NPKMg berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit 6 dan 8 MST, tetapi

berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang, panjang daun, total luas daun,

bobot basah akar, bobot basah bagian atas, bobot kering akar serta bobot kering

bagian atas.

Dari Tabel rataan tinggi bibit 6 MST diperoleh bahwa tinggi bibit tertinggi

terdapat pada perlakuan N1 (5g/liter air) yaitu 11.08 cm dan terendah pada

perlakuan N3 (15g/liter air) yaitu 8.95 cm. Perlakuan N1 berbeda nyata dengan N3

tetapi berbeda tidak nyata dengan N0 dan N2. Sedangkan pada pengamatan 8 MST

tinggi bibit tertinggi diperoleh pada perlakuan N2 (10g/ltr air) yaitu 14,97 cm dan

terendah pada perlakuan N3 (15g/liter air) yaitu 12,48 cm. Perlakuan N2 berbeda

nyata dengan N3 tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap perlakuan N0 dan N1.

Adanya pengaruh nyata terhadap bibit diawal pertumbuhan diduga

disebabkan karena adanya unsur hara essensial seperti nitrogen, fosfor, kalium,

serta magnesium yang terkandung didalam pupuk yang digunakan, yang sangat

diperlukan tanaman pada awal pertumbuhan. Namun apabila diberikan dalam

(50)

sesuai dengan pernyataan Lubis (2008) yang menyatakan pemberian pupuk pada

bibit sangat jelas memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan namun jika

pemberian berlebihan akan berpengaruh menekan pertumbuhan. Interaksi antara

unsur N, P, K, Mg sangat nyata berbeda dan bibit sangat peka terhadap perubahan

perimbangan antara unsur-unsur hara tersebut.

Adanya pengaruh nyata di usia bibit 8 MST atau di awal pertumbuhan

disebabkan karena pada umur ini pertumbuhan sel pada tanaman sangat cepat

terjadi, baik pertumbuhan sel akar maupun pertumbuhan lainnya sehingga akar

tanaman dapat menyerap unsur hara yang diberikan secara maksimal dan

memperlihatkan pengaruh yang nyata bagi pertumbuhan. Pertumbuhan tanaman

dipandang sebagai suatu siklus dan perilaku unsur-unsur dan proses

pendukungnya khususnya dianalisis. Untuk tumbuhan tingkat tinggi, pengukuran

tinggi tanaman sulit ditentukan karena pengukuran kadar CO2, unsur hara dan air

pada umur yang berbeda sulit ditentukan.

Adanya pengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan tanaman mungkin

disebabkan bahwa aplikasi pupuk yang dilakukan melalui daun tidak terlalu

nampak hasilnya apabila dilakukan pada tahap pre nursery karena tanaman masih

memiliki cadangan makanan yang dipakainya dalam proses pertumbuhan dan

perkembangan. Pernyataan ini didukung oleh Lubis (2008) yang menyatakan

bahwa pada saat mulai tumbuh sampai bibit berumur 1 bulan sejak kecambah

ditanam masih belum perlu dipupuk karena masih mendapat makanan dari

endosperm biji. Tetapi setelah bibit berumur lebih dari 1 bulan atau setelah bibit

berdaun dua, bibit sudah memiliki kemampuan untuk menyerap hara baik dari

(51)

Adanya pengaruh yang tidak nyata pada pertumbuhan bibit diduga

disebabkan oleh faktor lingkungan yang kurang mendukung seperti intensitas

sinar matahari yang tinggi pada bulan Januari sampai April dan juga curah hujan

yang tinggi pada bulan yang sama, menyebabkan pupuk yang diplikasikan ke

daun menguap. Ini didukung oleh pernyataan Darmosarkoro dkk (2008) yang

mengatakan bahwa waktu pemupukan merupakan hal yang sangat penting. Pada

cuaca yang cerah dengan sinar matahari yang terik dan suhu udara tinggi, foliar

application tidak dapat dilakukan karena dapat mengakibatkan daun bibit terbakar

dan pupuk yang diaplikasikan menguap.

Interaksi Antara Perlakuan Media Tanam dan Pupuk Majemuk NPKMg Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Pre Nursery

Dari hasil analisis secara statistik diperoleh bahwa interaksi antara

perlakuan media tanam dan pupuk majemuk NPKMg berpengaruh nyata terhadap

tinggi tanaman 8 MST.

Dari Tabel rataan tinggi tanaman umur 8 MST diperoleh bahwa kombinasi

yang memberikan pengaruh tertinggi terdapat pada perlakuan M2N0 dengan rataan

sebesar 17.21 cm. Ini berarti komposisi media tanam yang diberikan dan dosis

pupuk majemuk diduga optimal, sehingga pengaruhnya terhadap pertumbuhan

lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya. Tampaknya unsur hara yang

terkandung dalam perlakuan dapat diserap tanaman secara optimal.

Dari hasil analisis secara statistik diperoleh bahwa interaksi antara

perlakuan media tanam dan pupuk majemuk NPKMg tidak berpengaruh nyata

terhadap tinggi bibit 6, 10, 12, 14 MST, diameter batang, panjang daun, total luas

daun, bobot basah dan bobot kering bibit. Adanya pengaruh yang tidak nyata ini

(52)

sifat dan cara kerja yang berbeda sehingga pengaruh dari kedua perlakuan tersebut

tidak menunjukkan dalam meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit. Hal ini

sesuai literatur Sutedjo (2002) yang menyatakan bahwa apabila salah satu faktor

berpengaruh lebih kuat dari pada faktor yang lainnya maka pengaruh faktor

tersebut tertutupi dan bila masing-masing faktor mempunyai sifat yang jauh

berbeda pengaruh dan cara kerjanya akan menghasilkan hubungan yang

(53)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan media tanam dengan komposisi campuran 600 g top soil dan

300 g kompos dapat meningkatkan tinggi bibit pada umur 8 MST.

2. Perlakuan pupuk majemuk NPKMg dengan dosis 10 g/liter air dapat

meningkatkan tinggi bibit pada umur 8 MST.

3. Ada interaksi antara media tanam dan pupuk majemuk NPKMg pada

taraf M2N0 terhadap tinggi bibit 8 MST.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang penggunaan dosis pupuk

NPKMg dan campuran media yang bervariasi untuk mendapatkan pertumbuhan

bibit kelapa sawit yang bagus di pre nursery terutama dapat meningkatkan luas

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Agromedia, 2007. Petunjuk Pemupukan. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Buckman, H.O dan N.C. Brady., 1982. Ilmu Tanah, Bharata Karya Aksara, Jakarta.

Chan, F. dan E.L. Tobing, 1982. Pemupukan Bibit Kelapa Sawit. Pedoman Teknis. Buletin Pusat Penelitian Perkebunan Marihat, Pematang Siantar, Sumut.

Darmosarkoro, W., Akiyat, Sugiyono, E.S. Sutarta., 2008. Pembibitan Kelapa Sawit. PPKS RISPA, Medan.

Hasibuan, B.E., 2008. Pupuk Dan Pemupukan. Fakultas Pertanian USU, Medan.

Hakim, N. M.Y., Nyakpa, A.M., Lubis, S.G., Nugroho, M.A., Diha, G.B., Hong, H.H., Bailey, 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.

Lubis, A. U., 1994. Pengantar Manajemen Perkebunan Kelapa Sawit. PPKS RISPA, Medan.

Lubis, A. U., 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Indonesia. Edisi 2. PPKS RISPA, Medan.

Lakitan, B., 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Martoyo, K., dan M. M. Siahaan. 1995. Pemupukan Pada Tanaman Kelapa Sawit. Temu Lapang Budidaya Tanaman Kelapa Sawit, Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Prihmantoro, H. 1997. Memupuk Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Setyamidjaja, D. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius, Yogyakarta.

Salisbury, F. B and C. W. Ross, 1995. Fisiologi Tumbuhan, Edisi 4. Terjemahan Diah. R. Lukman dan Sumaryono. ITB Press, Bandung.

Satyawibawa, I. Dan Y. E. Widyastuti, 1994. Kelapa Sawit, Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek Budidaya. Penebar Swadaya, Jakarta.

(55)

Santi, L.P.,dan D.H. Goenadi, 2008. Pupuk Organo Kimia Untuk Pemupukan

Bibit Kelapa Sawit. Dikutip dari Diakses

Tanggal 7 Agustus 2009.

Sutedjo, M. M., 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT.Rineka Cipta, Jakarta.

Sastrosayono, S. 2005. Budidaya Kelapa Sawit. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.

(56)

Lampiran 1. Data Pengamatan Tinggi Bibit (cm) 6 MST

PERLAKUAN

ULANGAN

RATA - RATA

I II III

M1N0 12,47 10,20 8,33 10,33

M1N1 12,90 12,97 9,20 11,69

M1N2 12,83 10,80 14,63 12,76

M1N3 8,83 8,80 11,30 9,64

M2N0 10,07 12,90 14,00 12,32

M2N1 8,73 10,70 11,37 10,27

M2N2 9,83 10,17 10,20 10,07

M2N3 9,63 9,50 9,30 9,48

M3N0 9,80 12,37 8,73 10,30

M3N1 11,63 10,07 12,13 11,28

M3N2 10,30 12,10 8,77 10,39

M3N3 8,13 7,80 7,23 7,72

RATAAN 10,43 10,70 10,43 10,52

Lampiran 2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Bibit 6 MST

Sk db jk KT F.Hit F.05

Blok 2 0,56 0,28 0,11 3,44 tn

Perlakuan 11 60,71 5,52 2,16 - -

M 2 8,40 4,20 1,65 3,44 tn

N 3 29,71 9,90 3,88 3,05 *

Linear 1 16,85 16,85 6,60 4,30 *

Kwadratik 1 11,04 11,04 4,32 4,30 *

Sisa 1 1,83 1,83 0,72 4,30 *

Interaksi 6 22,60 3,77 1,47 2,55 tn

Error 22 56,17 2,55

Total 35 117,45

KK = 15.19 %

Keterangan =

* = nyata

(57)

Lampiran 3. Data Pengamatan Tinggi Bibit (cm) 8 MST

PERLAKUAN

ULANGAN

RATA - RATA

I II III

M1N0 14,47 11,23 12.13 12,61

M1N1 16,60 17,70 13,37 15,89

M1N2 16,63 16,50 16,90 16,68

M1N3 13,23 12,70 14,20 13,38

M2N0 15,33 17,90 18,63 17,29

M2N1 12,00 15,17 14,73 13,97

M2N2 14,60 14,83 13,63 14,36

M2N3 14,73 13,33 12,93 13,67

M3N0 14,50 15,17 13,20 14,29

M3N1 14,40 13,03 15,43 14,29

M3N2 15,10 16,17 10,80 13,69

M3N3 9,90 11,50 9,77 10,39

RATAAN 14,21 14,60 13,81 14,21

Lampiran 4. Daftar Sidik Ragam Tinggi Bibit 8 MST

SK db jk KT F.Hit F.05

Blok 2 3,76 1,88 0,84 3,44 tn

Perlakuan 11 110,69 10,06 4,51 - -

M 2 19,80 9,90 4,43 3,44 *

N 3 36,11 12,04 5,39 3,05 *

Linear 1 19,38 19,38 8,68 4,30 *

Kwadratik 1 13,12 13,12 5,88 4,30 *

Sisa 1 3,60 3,60 1,61 4,30 *

Interaksi 6 54,79 9,13 4,09 2,55 *

Error 22 49,11 2,23

Total 35 163,56

KK = 10,52 %

Keterangan =

* = nyata

(58)

Lampiran 5. Data Pengamatan Tinggi Bibit (cm) 10 MST

PERLAKUAN

ULANGAN

RATA – RATA

I II III

M1N0 17,53 15,33 13,47 15,44

M1N1 19,17 22,00 14,60 18,59

M1N2 17,93 18,67 21,07 19,22

M1N3 14,83 15,60 18,73 16,39

M2N0 16,77 21,03 19,70 19,17

M2N1 13,67 18,87 18,00 16,84

M2N2 16,10 17,27 16,83 16,73

M2N3 17,07 17,17 16,67 16,97

M3N0 16,77 20,33 15,07 17,39

M3

Gambar

Tabel 1. Rataan Tinggi Bibit (cm) Akibat Perlakuan Media Tanam dan Pupuk Majemuk NPKMg pada Umur 6-14 MST
Tabel 2. Pengaruh Interaksi Perlakuan Media Tanam dan Pupuk Majemuk NPKMg Terhadap Tinggi Bibit Umur 6-14 MST
Gambar 1. Hubungan Tinggi Bibit 8 MST dengan Media Tanam
Gambar 2. Hubungan tinggi bibit 6 MST dengan pupuk majemuk NPKMg
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berarti 56,3 persen dari variansi manajemen laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013 dijelaskan oleh variansi

Antara yang jelas dapat diperhatikan adalah amalan-amalan berikut yang kini mula menjadi norma dalam kalangan masyarakat Islam di Malaysia iaitu, amalan menyalakan api

Tesis Pondok pesantren dan perubahan ..... ADLN -

Dari hasil penelitian dalam bentuk hasil kuisioner diperoleh persepsi responden tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Dinas Pendapatan,

Jenis penelitian ini adalah eksperimental yang dibagi menjadi beberapa tahap utama, yaitu: produksi HPIL (hidrolisat protein ikan lele dumbo), formulasi bubur bayi, seleksi

Dari hasil analisis sidik ragam pada Tabel 7 menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam dan pemberian pupuk urea berpengaruh nyata dalam meningkatkan bobot kering tanaman,

Peta zona penyangga yang berpotongan dengan tutupan lahan pesisir Kabupaten Asahan

Data collection techniques that is with questionnaire spread in Sawojajar 1 Malang who happened to meet and never use Go-Jek application. Analysis of data used