i
ASAL-USUL DAN MAKNA PERAYAAN PERAHU NAGA BAGI
MASYARAKAT TIONGHOA
印尼华人端午节龙舟的来源与意义
Yìnní huárén du
ānw
ǔ
jié lóngzhōu de láiyuán y
ǔ
yìy
ì
SKRIPSI
OLEH
RENI EVAULINA SIHALOHO
080710002
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
SASTRA CINA
ii
ASAL-USUL DAN MAKNA PERAYAAN PERAHU NAGABAGI MASYARAKAT TIONGHOA
印尼华人端午节龙舟的来源与意义
Yìnní huárén duānwǔjié lóngzhōu de láiyuán yǔ yìyì
Skripksi ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Studi Sastra Cina Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu
syarat Ujian Sarjana dalam bidang ilmu Sastra Cina.
Oleh:
RENI EVAULINA SIHALOHO 080710002
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Dra.Nur Cahaya Bangun, M.Si Niza Ayuningtias, S.S.,MTCSOL
PROGRAM STUDI SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
iii
Disetujui Oleh:
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan
Program Studi S-1 Sastra Cina
Ketua,
i
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu
perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh Negara lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan
yang saya buat ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi berupa
pembatalan gelar sarjana yang saya peroleh.
Medan, Februari 2015
ii
ABSTRACT
Judul skripsi ini adalah "Asal-Usul Dan Makna Perayaan Perahu Naga Bagi Masyarakat Tionghoa”. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui asal-asul perayaan perahu naga dan juga makna perayaan perahu naga bagi masyarakat Tionghoa. Metode yang digunakan peneliti dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teori yang digunakan dalam tulisan ini adalah teori Historycal. Alasan peneliti mengambil judul ini karena perayaan perahu naga bukan hanya sekedar perayaan tahunan saja tetapi juga mempunyai makna dan arti yang khusus bagi masyarakat Tionghoa itu sendiri yaitu dengan melakukan perayaan perahu naga yang di tujukan untuk mengenang seorang menteri yang bernama Qu Yuan.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya
yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi iniyang berjudul “Asal-Usul Dan Makna Perayaan
Perahu Naga Bagi Masyarakat Tionghoa” sebagai salah satu syarat kelulusan
dalam menyelesaikan studi Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara untuk
memperoleh gelar Sarjana Sastra.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi yang penulis
sajikan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang mebangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya penulis mengharapkan agar nantinya skripsi ini bermanfaat bagi semua
pihak di kemudian hari, khususnya diri pribadi.
Dengan segala kerendahan hati, penulis juga mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A, selaku Ketua Program Studi Sastra
Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi
Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
iv
masa studi saya di Sastra Cina telah memberikan bimbingan,
pengarahan, nasehat, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
4. IbuYang Yang, M.A atau 杨杨老师, selaku Dosen Pembimbing II yang
telah memberi arahan serta dengan tabah dan ikhlas membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi yang menggunakan bahasa mandarin
5. Bapak Peng Pai, M.A atau澎湃老师, selaku Dosen pengajar yang telah
memberikan ilmunya dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi yang menggunakan bahasa mandarin.
6. Kepada Niza Ayuningtias, S.S. MTCSOL selaku Dosen Pembimbing II
yang juga banyak memberi bimbingan, pengarahan, masukan, kritik dan
motivasi kepada penulis selama berlangsungnya proses penyusunan
skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Staf pengajar Program Studi Sastra Cina Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah banyak
memberikan bimbingan dan pengajaran selama penulis mengikuti
perkuliahan.
8. Seluruh narasumber yang telah membantu penulis dalam proses
penelitian sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
9. Ayahanda dan Ibunda tercinta,yang banyak memberikan pertolongan
v
10. Kepada seluruh teman-teman mahasiswa Stambuk 2008 di Program
Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera
Utara.Lasma Darnica J. Hutabarat, Dedi, Roney, Wilton, Joy Sefri,
Caca, Nelly, Tere, Lia, Cicilia, Dameria, dll yang tidak bisa disebutkan
satu persatu. Terima kasih atas persahabatan yang telah terbina selama
empat tahun menuntut ilmu di sini dan memberikan dorongan bagi
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Kepada keluarga besar penulis di Sastra Cina mulai dari stambuk
2007, 2009, 2011, 2012, 2013 dan 2014. Terutama buat adik-adik Joy,
Devi, Dona, Bernardsyah, Paska, Yati, Ade, Amel, Jems, Iring, Grace,
Romel, Daniel, dll. Terimakasih atas semangat dan motivasi yang telah
diberikan bagi penulis.
12. Kepada teman-teman sepermainan, Martina Hutagaol, Ferry Hutagaol,
Alexander Tuahta Sihombing, dll. Terima kasih telah membantu,
memberi semangat dan motivasi kepada penulis.
vi
yang telah diberikan kepada penulis. Penulis hanya bisa mendoakan dan
memohon kepada Tuhan agar diberikan balasan yang jauh melebihi dari bantuan
yang telah diberikan. Amin.
Medan, Februari Penulis
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Batasan Masalah... 8
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Konsep ... 10
BAB III METODE PENELITIAN ... 19
3.1 Metode Penelitian... 19
3.1.1 Data dan Sumber Data ... 20
BAB IV PEMBAHASAN ... 24
4.1.1 Latar Belakang Munculnya Perahu Naga ... 24
4.1.2 Jenis-jenis Perahu Naga ... 26
4.1.3Asal-usul Perayaan Parahu Naga ... 29
viii
4.1.4.1 Perahu ... 30
4.1.4.2 Genderang Besar ... 32
4.1.4.3 Dayung ... 33
4.1.5 Tempat Pelaksanaan Upacara Perayaan Perahu Naga... 33
4.2 Makna Perayaan Perahu Naga Dalam Kehidupan Budaya Masyarakat Tionghoa ... 34
4.2.1Pelaksanaan Perayaan Upacara Perahu Naga ... 35
4.2.2 Pandangan Masyarakat Tionghoa Terhadap Upacara Perayaan Perahu Naga ... 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 40
5.1 Kesimpulan ... 41
5.2 Saran ... 42
DAFTAR PERTANYAAN ... 43
ii
ABSTRACT
Judul skripsi ini adalah "Asal-Usul Dan Makna Perayaan Perahu Naga Bagi Masyarakat Tionghoa”. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui asal-asul perayaan perahu naga dan juga makna perayaan perahu naga bagi masyarakat Tionghoa. Metode yang digunakan peneliti dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teori yang digunakan dalam tulisan ini adalah teori Historycal. Alasan peneliti mengambil judul ini karena perayaan perahu naga bukan hanya sekedar perayaan tahunan saja tetapi juga mempunyai makna dan arti yang khusus bagi masyarakat Tionghoa itu sendiri yaitu dengan melakukan perayaan perahu naga yang di tujukan untuk mengenang seorang menteri yang bernama Qu Yuan.
1
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Penelitian
Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, kebudayaan
meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah
alam. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang
berjudul ilmu Budaya Dasar (2004) bahwa,” arti kebudayaan sangat luas, yang
meluputi kelakuan dan hasil kelakuan manusia, yang teratur oleh tata kelakuan
yang harus didapatkan dengan belajar dan semuanya tersusun dalam kehidupan
masyarakat.”
Kebudayaan memiliki defenisi yang sangat banyak. Dua orang antropolog,
yaitu Kroeber dan Kluckhohn mencoba mengumpulkan sebanyak mungkin
defenisi tentang kebudayaan. Pengertian kebudayaan juga didefenisikan oleh
Taylor (dalam Mintargo, 1993:83)sebagai, “keseluruhan yang kompleks yang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat (custom),
dan kemampuan-kemampuan lainnya serta kebiasaan (habit) yang didapat
manusia sebagai anggota masyarakat”.
Ditinjau dari asal kata, kebudayaan berasal dari bahasa latin colere yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan, terutama
mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture
2
Koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul Ilmu Antropologi (2009 :
353) mengemukakan bahwa, Indonesia juga memiliki kebudayaan etnis yang
berasal dari luar negara Indonesia itu sendiri. Misalnya seperti etnis Tionghoa,
India, Arab, dan lain-lain.Berdasarkan catatan sejarah, orang Tionghoa yang ada
di Indonesia sebenarnya tidak merupakan satu kelompok yang berasal dari satu
daerah di negara China, tetapi terdiri dari beberapa suku yang berasal dari dua
provinsi yaitu Fukien dan Kwangtung.
Para imigran Tionghoa yang terbesar masuk ke Indonesia mulai abad ke-16
sampai kira-kira pertengahan abad ke-19, berasal dari suku Hokkien. Mereka
berasal dari provinsi Fukien bagian selatan. Imigran Tionghoa lain yang datang ke
Indonesia adalah suku Hakka (Khek). Mereka pada umumnya berprofesi sebagai
buruh ataupun “kuli” perkebunaan dan pertambangan di Indonesia. Suku-bangsa
Hakka ini berasal dari pedalaman provinsi Kwangtung yang terutama terdiri dari
daerah gunung-gunung kapur yang tandus. Mereka merantau karena terpaksa atas
kebutuhan mata pencarian hidup.
Etnis Tionghoa yang telah tinggal dan menetap di Indonesia tetap
menjunggung tinggi kebudayaan asal. Hal ini diturunkan dari generasi ke
generasi. Kebudayaan etnis Tionghoa tersebut meliputi perayaan tahun baru China
(Imlek), upacara perkawinan, upacara kematian, perayaan Cheng Beng, tradisi
3
dan sangat menarik untuk dipelajari. Dalam penelitian ini penulis merasa tertarik
untuk meneliti makna dari perayaan perahu naga.
Perahu naga adalah satu tradisi penting yang ada pada etnis Tionghoa
karena perahu naga merupakan perayaan yang dilakukan untuk mengenang atau
memperingati menteri Qu Yuan yang hidup pada zaman dinasti Chu. Perayaan
perahu naga ini merupakan simbol semangat kebudayaan bangsa Tionghoa.
Perayaan perahu naga ini biasanya diadakan pada saat “lima dari lima”, yaitu
kelima dari bulan kelima penanggalan cina. Di dalam perayaan perahu naga,
warna merah mendominasi warna perahu yang digunakan karena warna merah
merupakan lambang dari angka lima dan simbol dari panas, musim panas,dan api.
Perayaan perahu naga adalah sebuah upacara perayaan yang dilakukan
oleh etnis Tionghoa untuk menghormati kematian Qu Yuan. Menurut tradisi,
masyarakat Tionghoa melakukan tradisi makan bakcang, menggantungkan rumput
Ai, Changpu, dan mandi tengah hari.
Di sini bakcang adalah makanan tradisional masyarakat tionghoa yang
memiliki fungsi sebagai sajian atau sesajen dalam upacara tradisional masyarakat
tionghoa. Bakcang itu sendiri pertama kali muncul pada zaman dinasti chu yang
berkaitan dengan simpati rakyat kepada Qu Yuan yang bunuh diri dengan
melompat ke sungai MiLuo. Pada saat itu, bakcang dilemparkan rakyat sekitar ke
dalam sungai untuk mengalihkan perhatian makhluk-makhluk di dalamnya supaya
4
mengalami perubahan. Masyarakat tionghoa tidak lagi melemparkan kue bakcang
ke dalam sungai, tetapi menjadi tradisi makan bakcang secara resmi disajikan
sebagai salah satu makanan tradisional yang selalu disajikan pada saat perayaan
berlangsung. Bakcang ini biasanya hanya kita temukan pada perayaan perahu
naga.
Menggantungkan rumput Ai dan Changpu adalah tradisi yang dilakukan
masyarakat tionghoa pada saat perayaan perahu naga yang jatuh pada musim
panas yang biasanya dianggap sebagai bulan-bulan yang banyak penyakitnya.
Sehingga rumah-rumah biasanya melakukan pembersihan, lalu menggantungkan
rumput Ai dan Changpu di depan rumah untuk mengusir dan mencegah datangnya
penyakit. Jadi, perayaan ini juga erat kaitannya dengan tradisi menjaga kesehatan
dalam masyarakattionghoa.
Mandi tengah hari dalam masyarakat tionghoa hanya dilaksanakan oleh
kalangan Fujian ( Hokian, Hokchiu, Hakka), Guangdong ( Teochiu, Kengchiu) ,
dan Taiwan. Mereka yakin dengan mengambil dan menyimpan air pada tengah
hari perayaan perahu naga ini, dipercaya dapat digunakan untuk menyembuhkan
penyakit bila dengan mandi ataupun diminum setelah dimasak.
Biasanya perayaan perahu naga diadakan dengan cara perlombaan perahu.
Dalam perlombaan, perahu ini biasanya dihiasi dengan kepala dan ekor naga dan
diharuskan untuk membawa genderang besar dalam perahunya.
5
mengingatkan usaha mencari jenazah Qu Yuan yang terjun ke sungai. Qu Yuan
adalah seorang menteri yang sangat setia pada negara. Perayaan ini dilakukan
setidaknya sekali dalam setahun. Bagi sebagian besar masyarakat Tionghoa,
hanya mengetahui tradisi makan bakcang,tanpa mengetahui sejarah dan maknanya
yang ternyata berkaitan langsung dengan upacara perahu naga.
Perahu naga adalah perahu yang sangat panjang dan sempit yang
digerakan oleh tenaga manusia dan digunakan pada olahraga dayung dalam
perlombaan perahu naga. Panjang dari perahu naga ini antara tiga puluh sampai
seratus kaki, dan merupakan kapal yang cukup lebar untuk menampung dua orang
secara sejajar.Diluar kegiatan lomba, hiasan naga tidak digunakan, tetapi
genderang tetap berada dalam perahu dan digunakan pada saat latihan.
Sejarah awal mulanya perayaan perahu naga ini bermula sekitar 2000
tahun yang lalu ketika para penganut kepercayaan yang ada, mempercayai bahwa
pertandingan perahu dapat membawa kemakmuran dan kesuburan tanaman.
Perayaan ini mengambil waktu pada musim panas, waktu dimana terjadi bencana
dan kematian, dan dimana manusia merasa tidak berdaya atas kekuasaan alam.
Pertandingan itu menjadi simbol atas perlawanan manusia menghadapi alam dan
pertarungannya melawan musuh-musuh. Ada pun beberapa kisah yang mendasari
asal muasalnya perayaan ini adalah kisah seorang menteri yang bernama Qu Yuan.
Qu Yuan adalah seorang menteri yang penuh bakat dan dikenal sangat
6
upaya memajukan dan mempersatukan Negeri Chu dengan Negeri Qi untuk
memerangi Negeri Qin. Keluaraga sang raja tidak suka dengan menteri Qu Yuan.
Oleh karena itu, menteri tersebut di usir dari Negeri Chu. Pengusiran itu
menyebabkan sang menteri Qu Yuan menjadi sangat sedih akan masa depan
Negeri Chu. Karena frustasi, maka menteri Qu Yuan pun bunuh diri dengan cara
terjun ke sungai Mi Luo. Peristiwa ini dicatat dalam buku sejarah Shi Ji, meski
tidak diketahui secara pasti tanggalnya namun dari melompatnya menteri ke
sungai diperkirakan adalah tanggal lima bulan lima.
Kaitannya peristiwa ini dengan perayaan perahu naga adalah sesudah
melompatnya menteri Qu Yuan ke sungai MiLou banyak warga melakukan
pencarian dengan menggunakan perahu naga, sehingga aliran sungai MiLou kala
itu menjadi sangat sibuk. Adapunkeberadaan bakchang dalam tradisi perayaan
perahu naga ini juga masih ada kaitannya dengan peristiwa itu. Masyarakat
percaya bahwa bakcang yang dibuang kesungai akan dimakan oleh menteri Qu
Yuan. bakcang itu sendiri di bungkus dengan menggunakan daun bambu yang
tidak akan hancur jika terendam air sungai. Hingga saat ini, untuk membungkus
bakcang pun tetap digunakan daun bambu.
Upacara perayaan perahu naga kini cukup berbeda dengan perayaan pada
zaman dahulu. Banyak perubahan – perubahan yang terjadi, baik dilihat dari segi
fungsi, maupun makna perayaan perahu naga tersebut. Dahulu upacara perahu
7
berfungsi sebagai media hiburan. Sehingga pada saat ini, upacara perahu naga
tidak lagi diperuntukkan untuk mengusir kejahatan dan untuk mendatangkan
tahun yang baik. Tetapi untuk memberikan hiburan dan pengetahuan sejarah
kepada masyarakat Tionghoa.
Menurut informasi yang penulis peroleh pada penelitian awal, diketahui
bahwa perayaan perahu naga pernah diadakan di daerah Pangkalan Brandan
tepatnya di sungai pelawi. Namun perayaan terakhir yang dilakukan adalah sekitar
tahun 1984, dan sejak saat itu tidak pernah ada lagi masyarakat Tionghoa di
Pangkalan Brandan tepatnya disungai pelawi tersebut yang melaksanakan upacara
perayaan perahu naga. Oleh sebab itu masih banyak masyarakat Tionghoa di
Medan khususnya Pangkalan Brandan belum mengetahui asal-usul dan makna
diadakannya perayaan perahu naga tersebut.
Namun perayaan perahu naga hingga kini tetap dilaksanakan setahun
sekali danperayaan ini biasanya diadakan di sungai yang besar. Oleh karena di
Medan sulit atau tidak ada sungai yang besar yang menjadi tempat pelaksanaan
perayaan perahu tersebut,maka pada tanggal perayaan perahu naga masyarakat
Tionghoa hanya memperingatinya dengan membuat kue Cang sebagai bagian dari
perayaan perahu naga tersebut. Untuk daerah Sumatera Utara biasanya perayaan
perahu naga dilakukan di daerah Bagan Siapi-api, kabupaten rokan hilir provinsi
Riau. Untuk memperoleh data mengenai asal - usul perayaan perahu naga
8
dikarenakan lokasi penelitian yang terlalu jauh,serta keadaan penulis yang lemah
yang tidak dapat melakukan perjalanan jauh, dan keterbatasan ekonomi penulis.
Oleh karena itu, penulis hanya membahas secara umum saja dengan memperoleh
data melalui buku-buku, jurnal, artikel, dan melakukan wawancara dengan
masyarakat tionghoa yang masih memahami sejarah dan makna perayaan perahu
naga tersebut di daerah medan.
Sesuai dengan fenomena – fenomena yang telah dipaparkan di atas, maka
peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai makna perayaan
perahu naga dengan judul, “Asal-usul dan Makna Perayaan Perahu Naga Bagi
Masyarakat Tionghoa.”
1.2 Batasan Masalah
Untuk menghindari batasan yang terlalu luas, maka penulis membatasi
ruang lingkup ini hanya pada “asal-usul perayaan perahu naga dan juga makna
dari upacara perayaan naga tersebut.”
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan diatas, beberapa
masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana asal-usul terjadinya perayaan perahu naga ?
2. Apakah makna upacara perayaan perahu naga bagi masayarakat
9
1.4 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah penelitian yang telah diuraikan terlebih dahulu,
maka penelitian ini bertujuan :
1. Mendeskripsikan asal usul terjadinya perayaan perahu naga.
2. Mendeskripsikan makna perayaan perahu naga bagi masyarakat Tionghoa.
1.5 Manfaat Penelitian
Sesuai latar belakang,rumusan masalah, dan tujuan penelitian yang telah
penulis uraikan sebelumnya maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.5.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
konstribusi positif dalam pengembangan keilmuan serta pemahaman tentang
asal-usul dan makna perayaan perahu naga bagi masyarakat luas. Penelitian ini juga
diharapkan dapat menjadi referensi ataupun dapat menjadi informasi bagi
masyarakat secara umum maupun mahasiswa yang ingin mengkaji lebih lanjut
tentang makna perayaan perahu naga. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
sumber dan pengetahuan bagi penulis pada bidang kebudayaan dan memberi
10
1.5.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian asal-usul dan
makna perayaan perahu naga bagi masyarakat Tionghoa adalah memberikan
pengetahuan bagi masyarakat luas yang pada umumnya belum mengetahui
asal-usul dan makna perayaan perahu naga sehingga diharapkan mereka dapat lebih
memahami asal-usul dan makna perayaan perahu naga secara mendalam.
BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1Konsep
Konsep merupakan rancangan ide pemikirian yang akan dituangkan secara
konkret melalui pemahaman dan pengertian dari para ahli. Konsep merupakan
11
gambaran mental dari objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan
oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI, 1990 : 456).
Konsep merupakan peta perencanaan untuk masa depan sehingga dapat
dijadikan pedoman dalam melangkah kedepan. Konsep biasanya dipakai untuk
mendekripsikan dunia empiris yang diamati oleh peneliti, baik merupakan gejala
sosial tertentu yang sifatnya abstrak. Untuk memahami hal-hal yang ada dalam
penelitian ini perlu dipaparkan beberapa konsep yaitu:
2.1.1 Asal-usul
Untuk mengetahui asal usul dari perayaan perahu naga ini masih banyak
yang kurang mengetahuinya. Bahkan banyak orang hanya mengatakan asal
usulnya adalah “pada zaman dulu kala”. Sebenarnya asal usul perayaan perahu
naga ini bermula dari sekitar 2000 tahun yang lalu ketika para penganut
kepercayaan yang ada mempercayai bahwa pertandingan perahu dapat membawa
kemakmuran dan kesuburan tanaman. Perayaan mengambil waktu pada saat
musim panas, waktu dimana banyak terjadi bencana dan kematian, dan dimana
manusia merasa tidak berdaya atas kekuasaan alam. Pertandingan itu menjadi
simbol atas perlawanan manusia menghadapi alam dan pertarungannya melawan
musuh-musuh. Ada pun beberapa kisah yang mendasari asal muasal perayaan ini
adalah kisah seorang menteri yang bernama Qu Yuan. Qu Yuan adalah seorang
12
kerajaan tidak menyukai sang menteri. Oleh karena itu menteri di usir dari negeri
Chu. Pengusiran itu membuat menteri Qu Yuan sangat sedih sehingga dia pun
memutuskan untuk melompat ke sungai MiLou. Hal ini membuat warga sangat
kehilangan Qu Yuan. oleh karena itu lah warga memutuskan bersama-sama untuk
mencari menteri Qu Yuan dengan menggunakan perahu naga. Namun pada saat itu
jasat dari Qu Yuan tidak ditemukan,sehingga membuat para warga menjadi sedih.
akan tetapi mereka tidak berputus asa, mereka terus mencari jasat dari Qu Yuan.
2.1.2 Makna
Menurut Boediono dalam KBBI (2009 : 348), “Makna adalah arti atau
maksud yang penting di dalamnya”. Lebih lanjut Nursyrid (2002 : 109)
mengemukakan :
“Ada 6 pola makna esensial yang melekat dalam kehidupan masyarakat
dan budaya manusia, yaitu : simbol, empirik, estetika, sinoetik (perasaan yang
halus), etik dan sinoptik (hubungan agama dan filsafat). Makna Simbolik meliputi
bahasa, matematika, termasuk juga isyarat-isyarat, upacara-upacara, tanda-tanda
kebesaran dan sebagainya. Makna Empirik mengembangkan kemampuan teoritis,
generalisasi berdasarkan fakta-fakta dan kenyataan yang biasa diamati. Makna
Estetik meliputi seni musik, tari, sastra, dan lain-lain, berkenaan dengan
keindahan dan kehalusan serta keunikan berdasarkan persepsi subyektif berjiwa
seni. Makna Sinoetik berkenaan dengan perasaan, kesan, penghayatan dan
13
akhlak, perilaku yang luhur, dan tanggung jawab. Makna Sinoptik berkenaan
dengan pengertian-pengertian yang terpadu dan mendalam seperti agama, filsafat,
pengetahuan alam yang menuntut nalar masa lampau dan hal-hal yang bernuansa
spiritual”.
2.1.3 Perayaan
Perayaan merupakan suatu peristiwa yang disambut secara besar-besaran
bagi suatu kaum, bangsa, agama atau negara. Perayaan sendiri umumnya
dilangsungkan untuk menyambut peristiwa-peristiwa penting, seperti perayaan
agama, budaya, hari-hari dan tanggal yang bersejarah bagi yang merayakannya.
Etnis tionghoa sendiri dalam kehidupan budayanya memiliki banyak hari
perayaanseperti perayaan tahun baru China (Imlek), upacara perkawinan, upacara
kematian, perayaan Cheng Beng, tradisi minum teh, dan masih banyak lagi.
Masing-masing dari perayaan etnis Tionghoa tersebut memiliki makna yang
penting dan sangat menarik untuk dipelajari. Dalam penelitian ini penulis merasa
tertarik untuk meneliti makna dari perayaan Perahu Naga.
2.1.4 Masyarakat Tionghoa
Kata masyarakat berasal dari akar kata bahasa Arab syaraka, yang
artinya”ikut serta, berperan serta”. Menurut koentjaraningrat dalam Pengantar
Ilmu Antropologi ( 2005 : 122) , “Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia
14
berkesinambungan, dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama”. Cohen dalam
Sosiologi Suatu Pengantar (1992 : 49), “masyarakat ialah sekelompok manusia
yang hidup bersama dalam suatu priode waktu tertentu, mendiami suatu daerah
dan akhirnya mulai mengatur diri mereka sendiri menjadi suatu unit sosial yang
berbeda dari kelompok-kelompok lain.
Masyarakat Tionghoa di Indonesia adalah salah satu etnik di Indonesia.
Biasanya mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang (hokkien), Tengnang (Tiochiu), atau Thongyin (hakka). Dalam bahasa mandarin mereka disebut Tang
ren (orang tang). Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa orang Tionghoa di
Indonesia mayaritas berasal dari China selatan yang menyebut diri mereka sebagai
orang Tang, sementara yang berasal dari China utara menyebut diri mereka
sebagai Han ren (orang han).
Masyarakat Tionghoa datang ke Sumatera Utara sekitar abad ke-16 sampai
kira-kira pertengahan abad ke-19 pada zaman penjajahan Belanda. Imigran dari
Cina ini mayoritas berasal dari dua daerah yang berbeda yaitu berasal dari
Provinsi Fukien bagian selatan dan provinsi Guandong. Masyarakat Tionghoa di Medan terdiri atas berbagai kelompok suku bangsa dan satu hal yang dapat
membedakan kesukuan mereka adalah bahasa pergaulan yang mereka gunakan.
Ada beberapa suku bangsa Tionghoayang ada di Medan, diantaranya adalah suku
15
Awal kedatangan masyarakat Tionghoa ke Sumatera Utara adalah menjadi
kuli kontrak, dan buruh kebun bagi orang Belanda melalui penyalur yang berasal
di Cina dan disalurkan ke Indonesia khususnya kota Medan. Hingga akhir bangsa
Belanda mengakui kekalahannya dan meninggalkan Indonesia, maka masyarakat
Tionghoamengambil alih perkebunan Belanda dan menjadikan kebun menjadi
ladang untuk mereka mencari nafkah.
2.2 Landasan Teori
Teori adalah landasan dasar keilmuan untuk mengkaji maupun
menganalisis berbagai fenomena dan juga sebagai rujukan utama dalam
memecahkan masalah penelitian didalam ilmu pengetahuan. Sejalan dengan hal
tersebut maka dalam sebuah penelitian membutuhkan landasan teori yang
mendasarinya, karena landasan teori merupakan kerangka dasar sebuah penelitian.
Untuk mendukung penulis dalam mengkaji asal usul perahu naga dalam
melakukan penelitian maka penulis juga menggunakan Teori Historycal yang
dikemukan oleh Marx .
Dalam hal ini penulis penulis tidak menggunakan teori pendekatan atau
pun semiotik, disebabkan dalam penelitian ini penulis tidak membahas mengenai
lambang-lambang atau tanda-tanda dari setiap objek tersebut. Dalam hasil
penelitian ini penulis mendapatkan banyak dari masyarakat Tionghoa yang tidak
memahami akan makna dari setiap ornamen dari arsitektur perahu naga, oleh
16
2.2.1 Historycal
Untuk menganalisis rumusan masalah didalam penelitian ini, yaitu
bagaimana asal-usul terjadinya perayaan perahu naga, maka penulis
menggunakan teori historycal yang dikemukan oleh Marx, dalam tahun 1844 telah
sampai pada suatu ide sentralnya, ketika menulis sejumlah catatan atau
naskah-naskah kasar yang dikenal sebagai “Manuskrip Ekonomi dan Filsafat” atau
Manuskrip Paris. Disinilah untuk pertama kalinya ia memusatkan sesuatu yang
kemudian muncullah ide mengembangkan sebuah teori .
Ditingkat ini perkembangan pikiran marx sangatlah kuat dipengaruhi
Ludwig Feuerbach, seorang filosof materialis dan pengkritik Hegel. Marx, secara
khusus mempergunakan ide Feurbach tentang esensi manusia atau jenis makhluk.
Produksi manusia secara alamiah adalah perbuatan kreatif. Dan menempatkan
takluk kepada hukum-hukum kapital yang imfersonal – tak menyangkut orang
berarti menghancurkan hubungan alamiah antara produsen dan produk. Seberapa
jauh konsepsi ini bertahan dalam karya-karyanya yang kemudian menjadi
berbeda, namun ide-ide dari tahun 1844 tetap dapat dibaca didalamnya bagi
mereka yang mau.
17
sederhana. Untuk hidup, manusia harus memproduksi alat-alat penyambung
hidupnya (makanan dan lain sebaginya). Untuk melakukannya mereka harus
berekerjasama didalam suatu pembagian kerja (disini terlihat betapa konsep
tentang esensi manusiadilibatkan).Setiap tingkat perkembangan produksi itu
sendiri adalah hasil perkembangan sejarah dan hasil pencapaian generasi manusia
sebelumnya. Perkembangan produksi mengharuskan keterlibatan bentuk-bentuk
kerjasama, pembagian kerja dan karenanya juga organisasi kemasyarakatan.
Didalam penelitian ini, penulis juga akan melihat bagaimana perahu naga
sebagai upaya masyarakat cina dalam memproduksi perahu naga sebagai upaya
untuk mencari menteri Qu Yuan yang hilang di sungai MiLou.
Sesuai dengan yang diuraikan dalam teori ini, maka penulis akan mencoba
menganalisis bagaimana upaya masyarakat cina untuk bersatu dalam kesadaran
yang mencoba hadapi dan sepakat untuk melakukan sesuatu,yaitu membuat
sebuah perahu yang digunakan untuk mencari sang menteri. Menurut sejarah dari
cerita tentang menteri Qu Yuan, Qu Yuan adalah seorang menteri dan sastrawan di
kerajaan Chu yang bunuh diri dengan menenggelamkan dirinya ke sungai pada
tanggal lima bulan lima penanggalan Imlek. Pada saat itu r akyat dari kerajaan
Chu mengetahui kejadian tersebut masyarakat pun beramai-ramai menuju
kesungai untuk mencari jasat dari Qu Yuan dengan cara mendayung perahu. Oleh
karena itu, setiap tanggal lima bulan lima penanggalan Imlek, mereka melakukan
18
pada waktu setahun sekali, dalam perayaan ini mereka juga melakukan tradisi
makan kue cang, adapun kaitannya kue cang ini dengan perayaan perahu naga
adalah setelah melompatnya menteri Qu Yuan. Mereka percaya dengan
membuang kue cang kedalam sungai dapat mengusir ikan-ikan dan binatang laut,
agar tidak memakan jasat dari Qu Yuan. Pada saat itu lah dalam perayaan perahu
naga kue cang menjadi salah satu tradisi yang hingga kini masih dijalankan oleh
masyarakat tionghoa.
2.2 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan hasil dari penelitian terdahulu yang
memaparkan pandangan dan analisis yang berhubungan dengan penelitian yang
akan diteliti. Kajian pustaka merupakan hasil meninjau, pandangan, pendapat
sesudah mempelajari (KBBI 1990 : 951 ).
Sepanjang sepengetahuan penulis belum ada tulisan atau penelitian yang
berniat ( menganalisis tentang perahu naga, baik secara asal usul dan budaya
perayaan sebagai satu upacara. Oleh karena itu, dalam tinjauan pustaka penelitian
ini penulis mencoba mempelajari membaca jurnal atau skripsi maupun buku-buku
yang berkaitan dengan teori budaya, dan teori tentang makna). Beberapa tulisan
terkait dengan hal ini sebagai berikut:
Sartini (2006) dalam skripsinya yang berjudul “ Tinjauan Teoritik Tentang
19
Penelitian ini sangat beguna bagi penulis untuk lebih memahami kajian yang
menggunakan pendekatan Semiotik.
Sofiani (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Fungsi dan Makna Makanan
Tradisional pada Perayaan Upacara Budaya Masyarakat Tionghoa” menjelaskan
bahwa, makanan mempunyai fungsi majemuk dalam masyarakat setiap bangsa.
Fungsi tersebut bukan hanya sebagai fungsi biologis, tetapi juga sebagai fungsi
sosial, budaya, dan agama. Makanan erat kaitannya dengan tradisi suatu
masyarakat setempat. Oleh karenya makanan memiliki fenomena lokal. Seluruh
aspek dari makanan tersebut merupakan bagian dari warisan tradisi suatu
golongan masyarakat. Makanan tradisional dapat menjadi aset atau modal bagi
suatu bangsa untuk mempertahankan nilai kebiasaan dari suatu masyarakat yang
dihasilkan oleh masyarakat itu sendiri. Dalam penelitian ini penulis juga meneliti
tentang makanan yang digunakan masyarakat Tionghoa dalam melakukan
42
kejayaan perayaan perahu naga era 1960-an.” Namun, katanya, tidak ada yang tak
mungkin jika ada upaya terus-menerus.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang peneliti lakukan dalam tradisi
perayaan perahu naga, dimana pada masyarakat tionghoa di Indonesia pada
umumnya dan khususnya di kota medan adalah merupakan sebuah tradisi yang di
turunkan secra turun menurun dari generasi ke generasi. Bagi masyarakat
tionghoa asal-usul perayan perahu naga sulit di ketahui kapan pertama kali
dilakukan. Berdasarkan dalam catatan sejarah perayaan perahu naga dilakukan
pda masa dinasti Qin (278 SM) yang bemula dari kisah seorang pedana mentri
yang bernama Qu Yuan.
Qu Yuan merupakan seorang pedana mentri yang memiliki rasa
43
adanya orang-orang yang tidak menyukainya dalam pemerintahan pada saat itu
maka Qu Yuan difitnah melakukan tindakan profokasi dan akan melakukan
pemberontakan terhadap pemerintahan, maka dia pun di asingkan oleh raja.
Setelah Qu Yuan di asingkan maka dinasti Qin mengalami kemerosotan yang
sangat parah. Banyak rakyat jelata yang hidup dalam kemiskinan dan
kesengsaraan. Melihat hal itu Qu Yuan sangat sedih sehingga dia memilih untuk
bunuh diri dengan cara terjun ke sungai Mi Lou.
Mengetahui hal itu masyarakat dari berbagai penjuru negeri mencoba
untuk mencari tahu dimana keberadaan jasat Qu Yuan, tetapi tidak ditemukan.
Oleh karena itu masyarakat menyelusuri sungai dengan menggunakan perahu dan
memukul gendering sehingga menimbulkan suara yang sangat bising di sepanjang
aliran sungai dengan maksud agar ikan-ikan tidak memakan jasat Qu Yuan. Selain
itu masyarakat juga melemparkan ketan yang di bungkus dengan daun bamboo
sebagai makanan ikan agar ikan-ikan tidak memakan jasat Qu Yuan melainkan
memakan makanan tersebut. Hal inilah yang menjadi asal-usul dari perayan
parahu naga yang dilakukan masyarakat tionghoa setiap tahunnya.
Makna perayaan tersebut adalah untuk menghormati dan mengenang
jasa-jasa serta semangat juang Qu Yuan terhadap bangsa dan negaranya. Selain itu
makna perayaan perahu naga tersebut adalah untuk mencerminkan rasa hormat
terhadap leluhur dan menjadikan simbol untuk hidup lebih sehat, baik dan
44
5.2 Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Karya ilmiah ini dapat dilanjutkan dan disempurnakan oleh peneliti
berikutnya yang berkenan dengan perayaan perahu naga.
2. Penulis berharap agar penelitian khususnya tentang kebudayaan
masyarakat tionghoa lebih banya di kembangkan dan lebih bermanfaat,
sehingga kita dapat mempelajari tentang kebudayaan masyarakat tionghoa,
tidak hanya pada perayaan perahu naga saja.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari
sempurna, oleh karenanya dengan segala kerendahan hati penulis akan menerima
dengan tangan terbuka segala kritikan maupun saran demi kesempurnaan skripsi
46
8. Ada berapa jeniskah perahu naga yg ada dalam perayaan perahu naga?
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. 1998. Metode penelitia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Billy, Graham. 1987. Facing Death And The Life After. Waco Texas: Word
Publishing
Boedicker Martia. 2011. The Philosophy of Thai Chi Chua. Jakarta: PT Alex Media Komputindo
Bruce, Milne. 1982.Knowing The TruthA Hand Book Of Christian Belief.
England: Inter-Varsity Press
Cohen, Bruce. 1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Rineka Cipta: Jakarta Erlina. 2011. Metodologi Penelitian. Medan: USU Press
Koentjaraningrat. 2009. Ilmu Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta
47
Parrinder, Geoffrey. 1971. World Re€ligions Ancient History To The Present.
New York: Facts On File Publication
Sofiani, W. 2011. Fungsi dan Makna Makanan Tradisonal Pada Perayaan
Upacara Budaya Masyarakat Tionghoa, Medan: Universitas Sumatera
Utara
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa 1990. Kamus
Besar Bahasa Indonesia
Veronica Agatha. 2010. I Ching. Tangerang: Karisma
Wiener, Paul L dan Walizer, Michael H. 1991. Metode dan analisis penelitian
mencari hubungan. Jakarta: Erlangga
http://www.tionghoa.com/categori/perayaan
48
本科生毕业论文
论文题目:
学院
文学院
印尼华人端午节龙舟的来源与意义
学系
中文系
专业
中文专业
学号
080710002
学生姓名
Reni Evaulina
指导教师姓名
温霓莎
i
摘
要
本论文讨论端午节龙舟对于印尼华人的来源与意义。印尼是一个多民族的国家,拥有 各种各样、丰富多彩的印尼文化和民俗,其中一个是传统节日端午节。赛龙舟是端午 节的一项重要活动,在中国南方十分流行和重视,它最早当应是古越族人祭水神或龙 神的一种祭祀活动,其起源有可能始于原始社会末期。赛龙舟是中国民间传统水上体 育娱乐项目,已流传两千多年,多是在喜庆节日举行,是多人集体划桨竞赛。
3
午节的文化中,反映了中华儿女的价值观、人生观、道德观和审美的标准,体现了华 夏儿女对文化的认知,体现了中华民族的社会思想,也体现了人们对国家团结和谐发 展,家庭和谐的追求,表达了中华民族对生活的热爱,也说明了社会进步。端午节的 文化是中华几千年人们对生活美好和国家富强的一致追求,现在端午节已经作为一种 国家文化和民族文化与我们的民族紧密的融合在一起,成为了中华儿女团结统一、积 极向上的文化体现。
1.4 研究方法
8
第三章印尼端午节的来源与意义
3.1 由来
东周末期战国时楚国大夫屈原含恨投江自杀。楚国人民因舍不得贤臣屈原死
去(投身于岳阳汨罗江),于是有许多人划船追赶拯救。他们争先恐后,追至
岳阳洞庭湖时不见踪迹,是为龙舟竞渡之起源,后每年五月五日划龙舟以纪
念之。借划龙舟驱散江中之鱼,以免鱼吃掉屈原的尸体。
赛龙舟是端午节的一项重要活动,在中国南方十分流行和重视,它最早当应
是古越族人祭水神或龙神的一种祭祀活动,其起源有可能始于原始社会末期
。赛龙舟是中国民间传统水上体育娱乐项目,已流传两千多年,多是在喜庆
节日举行,是多人集体划桨竞赛。史书记载,赛龙舟是为了纪念爱国诗人屈
原而兴起的。由此可见,赛龙舟不仅是一种体育娱乐活动,更体现出人们心
中的爱国主义和集体主义精神。龙舟船的大小因地而异。
传说,很久以前,西岸没有河流,只有条又小又脏的水沟。有一天,有个
10
,并为龙头“开光”(即点晴)。然后,参加祭龙的全体人员三鞠躬,龙头即被
抬去汨罗江,奔向龙舟赛场
3.2 印尼龙舟的类型
龙舟龙舟或拼音:1óngzhōu,是一条非常长而窄的人的动力和在龙舟赛艇比
赛的体育运动使用驱动。在比赛中,船通常装饰有龙的头和尾,都必须在自
己的船上携带一个大的鼓。汉族人经常使用术语“龙的传人”作为自己的民族
身份。在华丽的龙舟竞渡活动,不能正常使用,但鼓仍携带在船上的运动的
好处。
图3-1
龙舟赛是以纪念屈原之死举行。这场比赛是唯一的运动是作为国定假日来庆
祝。根据中国的历法,这一事件在十二月五日举行,5个月通常是在六月月
日。在龙舟头的设计,有两种类型的龙的头部形状是常用的在端午节的时候
发生的。其中有:
1. Badudung龙
是一种龙木材制成的颈部直立,头扁,口大,凸出的眼睛和舌头的狭长地带
11
一个类似的雕塑至今仍在河的上游的一些群体广泛接受,并在特定的时间'
给'胀周期或治疗。龙是放在坛的新娘,安装在船载着他的新娘身上的弓,
(在bananagaan
halat,塔平banua,举行一个仪式,相信慕劳得baayun)在南部和中部的河
流的源头,龙喷水可以治病。在婚礼上,龙被认为是一种排斥巴拉,可提供
自然干扰(风暴和暴雨)和希望新娘在方舟家庭没有阻碍的象征。
图3-2:头龙Badudung
2. 龙首sampung甘比尔种植园
是对龙的头船形雕塑弓头。在语言的丛林船头头叫sampung。安装在掌船进
行特殊的丛林王国的王子或大臣弓sampung儿茶龙的头。从与蜗壳旋流形式
12
图3-3
3.3 端午节的起源
端午节的早期历史最初开始于2000年前,当信徒的信任,相信游戏船可以带
来繁荣和生育的庄稼。这一庆祝活动发生在夏天的时候,在灾难和死亡的时
间,和那里的人们感受到大自然的力量的无奈。也有一些原来的基本故事这
次庆典的起源是部长的叫屈原的故事。
屈原是一部充满天赋和已知为他的国家非常忠诚。他的许多思想都在努力推
进统一楚国与齐秦国家打了。
对于这些事件与端午节的关系后,他的大臣屈原跳河米楼。当时,许多市民
就搜索使用端午,使河的米楼的流动变得非常忙。在这种情况下蛋糕仓端午
13
除鱼和海洋动物为了不从部长屈原尸体吃。虽然可以说是苍蛋糕的端午节庆
祝活动的一个重要组成部分。
3.4 帆船龙庆典用品
3.4.1 船
图3-4:龙舟(www.perahu naga.co.id)
端午有大,中,小型。对于小型龙舟,通常有一个容量为13人(1,鼓吹者
,1拖10旗,划船,1 pengayun)尺寸如下:
长度:11.66米(38’10”)
宽度:1.06米(3’6”)
14
图3-5:龙舟尺寸
图3-6:横向龙舟
3.4.2 握桨
用木头做的龙舟庆典桨,此功能用于赛艇划船使偏差快速移动为了赢得比赛
。
握桨的尺寸
长度 :105-130厘米
叶片宽度 :18厘米
15
图3-7:尺寸龙舟桨
3.5 龙舟庆典的地方
基于作者web-tionghoa.com培养获得的数据是由brianz刘改编,在印度尼西亚华人社区已经
开展了本次龙舟赛。在一些地方,在一些城市或地区,许多河流流很为bata
nghari大举行了这场比赛(占碑),西亚克(索韦托),音乐(巨港),该
公司(轮回),宝盛(坤甸)或已在巴务巴务许多这样的海峡群岛(BRA)
,望加锡,kendiri,丹戎槟榔和巴淡(Riau),甚至到了摩鹿加群岛(班达
内拉)。
特别是在北苏门答腊棉兰地区,本节还庆祝了它的在棉兰华人社区将只做庆
功宴bakcang纪念。这是由于河流的支持进行龙舟比赛没有。
3.6 端午节在中国文化中社会影响的意义
每个仪式或节日为社区业主的意义。还有端午节,一般在印度尼西亚华人社
区的人端午节的意义是为了纪念屈原的优点。屈原是一个正式的完整的人才
和为他的国家非常忠诚。在这个中国社会永远纪念屈原端午庆祝活动举行。
龙舟本身是一个在中国历三个重要的节日,在农历新年(春节)、天虹九(
月饼)。
端午节是一个传统的统一为了荣耀的祖先,象征精神生活的更好,更健康和
17
2000,第十三次为委员会Ahok。他似乎继续是端午节传统的一部分,虽然
只有一些他的接班人,只敢出现在公共。
作为长辈,梦端午节Ahok返回原来的形式,即一个庆祝活动,涉及中国社
会的整体,完成传统艺术景点的土生华人和他们的习俗。”端午节的气氛,
艰难的60此时。Ahok说气氛是不同的。其中,目前不再船舢板和杰泰。现
在的年轻一代更喜欢当观众,并采取长端午节的复兴年代。”然而,他说,
没有那是不可能的如果有努力不断。
第四章结语
根据研究结果,研究人员做了端午节的传统,在一般在印度尼西亚华人社区
,特别是在棉兰是一个传统,缩小生活下坡代代相传。对端午起源于中国人
的盛宴是很难知道什么时候应该先做。基于历史记录的龙舟庆典进行了在秦
朝(公元前278年)的一位部长叫屈原的故事。
屈原是一个牧师,有一位民族主义对民族和国家。但由于人们不喜欢他在政
府当时那么屈原非议执行动作的和将要做的反政府叛乱。屈原秦遭受了非常
严重的低迷之后。许多人生活在贫困和苦难的百姓。看到这是屈原非常难过
,他选择了坠入河中米楼自杀。发现,来自全国各地的人都试图找出屈原尸
18
[7] Azwar, Saifuddin. 1998. Metode penelitia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
[8] Billy, Graham. 1987. Facing Death And The Life After. Waco Texas: Word Publishing [9] Boedicker Martia. 2011. The Philosophy of Thai Chi Chua. Jakarta: PT Alex Media Komputindo
[10]Koentjaraningrat. 2009. Ilmu Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta
19
[12]Parrinder, Geoffrey. 1971. World Re€ligions Ancient History To The Present. New York: Facts On File Publication
致
谢
本研究及学位论文是在我的导师杨老师的亲切关怀和悉心指导下完成的。她严肃的科 学态度,严谨的治学精神,精益求精的工作作风,深深地感染和激励着我。杨老师不 仅在学业上给我以精心指导,同时还在思想、生活上给我以无微不至关怀,在此谨向 杨老师致以诚挚的谢意和崇高的敬意。我还有感谢在一起愉快的度过毕业论文小组的 同学们,正是由于你们的帮助和支持,我才能克服一个一个的困难和疑惑,直至本文 的顺利完成。
在论文即将完成之际,我的心情无法平静,从开始进入课题到论文的顺利完成,有多 少可敬的师长、同学、朋友给了无言的帮助,在这里请接受我诚挚的谢意!最后我还 要感谢培养我长大含辛茹苦的父母,谢谢您们!