• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION ( CIRC ) DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 LUBUK PAKAM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION ( CIRC ) DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 LUBUK PAKAM."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MAT E M AT I KA S I S WA DE N G AN PE NE RA PAN MO DE L

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)

DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 LUBUK PAKAM T A H U N A J A R A N 2 0 1 5 / 2 0 1 6

Oleh :

DEVI HANDAYANI NIM : 4111111005

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

(4)

iii

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION ( CIRC ) DI KELAS VIII SMP

NEGERI 3 LUBUK PAKAM

Devi Handayani (NIM 4111111005)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-B SMP Negeri 3 Lubuk Pakam T.A 2015/2016 yang berjumlah 36 orang. Objek penelitian ini adalah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi kubus dan balok.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada setiap akhir siklus diberikan tes untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Dari analisis data diperoleh nilai rata-rata siswa pada siklus 1 adalah 54,93 atau tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa termasuk dalam kriteria rendah dengan 25 siswa atau 69,44% dari keseluruhan siswa telah mencapai ketuntasan belajar dan pada siklus 2 nilai rata-rata siswa adalah 78,54 atau tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa termasuk dalam kriteria sedang dimana banyak siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 31 orang atau 86,11% dari seluruh siswa. Berdasarkan nilai rata-rata siswa pada siklus 2 disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa mengalami peningkatan. Dari hasil pengamatan, pembelajaran matematika pada materi kubus dan balok dengan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition di kelas VIII SMP Negeri 3 Lubuk Pakam terlaksana dengan baik.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah menitipkan setitik ilmu serta melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated

Reading and Composition di Kelas VIII SMP Negeri 3 Lubuk Pakam TA

2015/ 2016”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini, Bapak Dr. Edy Surya, Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M. Si, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Bapak Drs.Waminton Rajagukguk, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan.

(6)

v

selaku guru bidang studi Matematika kelas VIII-B yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

Teristimewa rasa terima kasih penulis sampaikan kepada (Alm) Legiono dan Ibunda tercinta Ngadiyem orangtua penulis yang telah mengasuh, membimbing, mendoakan, senantiasa memberi kasih sayang, semangat serta dukungan moral dan materi yang tak ternilai harganya hingga skripsi ini selesai. Semoga Allah memberikan kebaikan dunia dan akhirat kepada Ayahanda dan Ibunda, Aamiin. Terima kasih untuk sahabat seperjuangan yang selalu membantu dan memberi motivasi Alfreda, Rokaya, Sarifah, Aulia, dan Desi. Terima kasih juga untuk teman-teman PPLT SMP Negeri 1 Sei Rampah, keluarga posko , terutama kepada sahabat saya Rokaya Maria Nainggolan yang telah banyak memberikan bantuan, semangat, dan motivasi. Tak lupa terima kasih spesial kepada teman-teman seperjuangan Mat Dik B 2011 yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu namanya yang telah membantu, membangkitkan semangat dan memotivasi untuk sukses bersama.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan kita.

Medan, Juni 2016 Penulis,

(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar xi

Daftar Lampiran xiii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 10

1.3 Batasan Masalah 10

1.4 Rumusan Masalah 10

1.5 Tujuan Penelitian 11

1.6 Manfaat Penelitian 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12

2.1 Kerangka Teoritis 12

2.1.1 Pengertian Belajar Pembelajaran Matematika 12

2.1.1.1 Pengertian Belajar 12

2.1.1.2 Pembelajaran Matematika 14

2.1.2 Masalah Dalam Matematika 15

2.1.3 Pemecahan Masalah Matematika 17

2.1.4 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 18

2.1.5 Pengertian Model Pembelajaran 22

(8)

vii

Kooperatif Tipe CIRC 24

2.1.6.3 Kegiatan pokok Pembelajaran CIRC dalam

memecahkan masalah 25

2.1.6.4 Penerapan model pembelajaran CIRC 26 2.1.6.5 Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran CIRC 27

2.2 Kerangka Konseptual 27

2.3 Hipotesis Tindakan 28

BAB III METODE PENELITIAN 29

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 29

3.1.1 Lokasi Penelitian 29

3.1.2 Waktu Penelitian 29

3.2 Subjek dan Objek Penelitian 29

3.2.1 Subjek Penelitian 29

3.2.2 Objek Penelitian 29

3.3 Jenis Penelitian 29

3.4 Prosedur Penelitian 30

3.5 Alat Pengumpul Data 37

3.5.1 Obsevasi 37

3.5.2 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 37

3.6 Teknik Analisis Data 38

3.6.1 Reduksi Data 38

3.6.2 Paparan Data 39

3.6.3 Penarikan Kesimpulan 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 44

4.1 Hasil Penelitian 44

4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I 44

4.1.1.1 Permasalahan I 44

(9)

viii

4.1.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 49

4.1.1.4 Observasi I 50

4.1.1.5 Analisis Data I 55

4.1.1.6 Refleksi I 58

4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II 60

4.1.2.1 Permasalahan II 60

4.1.2.2 Rencana Tindakan Siklus II 60

4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan II 62

4.1.2.4 Observasi II 63

4.1.2.5 Analisis Data II 70

4.1.2.6 Refleksi II 73

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 80

5.1 Kesimpulan 80

5.2 Saran 80

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Nilai Rata-rata Matematika Siswa Kelas VII-B 4 Tabel 1.2 Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

pada Tes Diagnostik 5

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan 6 Tahap Pemecahan Masalah Oleh Polya

Tabel 2.2 Tahap Pelaksanaan Metode TAPPS 21

Tabel 3.1 Pemberian Skor Kemampuan Pemecahan Masalah 39 Tabel 3.2 Kategori Kemampuan Pemecahan Masalah 41 Tabel 3.3 Pedoman Untuk Melihat Lembar Observasi 42 Tabel 4.1 Deskripsi banyak siswa yang tuntas pada

Tes Diagnostik 44

Tabel 4.2 Persentase Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

pada Tes Diagnostik 45

Tabel 4.3 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah

Siswa pada Tes Diagnostik 46

Tabel 4.4 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I 50 Tabel 4.5 Deskripsi banyak siswa yang tuntas pada TKPM I 55 Tabel 4.6 Persentase Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

pada TKPM I 56

Tabel 4.7 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

pada TKPM I 57

Tabel 4.8 Alternatif Penyelesaian Siklus II berdasarkan kesulitan siswa

pada siklus I 60

Tabel 4.9 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I 66 Tabel 4.10 Deskripsi banyak siswa yang tuntas pada TKPM II 70 Tabel 4.11 Persentase Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

pada TKPM II 71

Tabel 4.12 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

(11)

x

Tabel 4.13 Perbandingan Hasil Penelitian pada Siklus 1 dan Siklus 2 74 Tabel 4.14 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 31 Gambar 4.1 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Tes

Diagnostik 46

Gambar 4.2 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada

TKPM I 57

Gambar 4.11 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada

TKPM II 72

Gambar 4.12 Deskripsi Perubahan Nilai Rata-rata kelas tiap Siklus 73 Gambar 4.21 Tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa pada tes kemampuan pemecahan maslah siklus I

dan siklus II 75

Gambar 4.22 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

(13)
(14)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 (Siklus I) 84 Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (Siklus I) 90 Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 (Siklus II) 96 Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (Siklus II) 102 Lampiran 5 : Lembar Aktivitas Siswa 1 108

Lampiran 6 : Lembar Aktivitas Siswa 2 113

Lampiran 7 : Lembar Aktivitas Siswa 3 117

Lampiran 8 : Lembar Aktivitas Siswa 4 122

Lampiran 9 : Kisi-Kisi Tes Diagnostik 126

Lampiran 10 : Tes Diagnostik 127

Lampiran 11 : Alternatif Penyelesaian Tes Diagnostik 128 Lampiran 12 : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 130 Lampiran 13 : Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 131 Lampiran 14 : Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah I 133

Lampiran 15 : Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah I 134

Lampiran 16 : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 137 Lampiran 17 : Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 138 Lampiran 18 : Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah II 140

Lampiran 19 : Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah II 141

Lampiran 20 : Lembar Observasi Guru Siklus I

( Pertemuan 1) 144

Lampiran 21 : Lembar Observasi Guru Siklus I

( Pertemuan 2) 145

Lampiran 22 : Lembar Observasi Guru Siklus II

( Pertemuan 1) 146

(15)

xiii

( Pertemuan 2) 147

Lampiran 24 : Skor kemampuan pemecahan masalah siswa 148

Lampiran 25 : Hasil Tes Diagnostik 149

Lampiran 26 : Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 150 Lampiran 27 : Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 151 Lampiran 28 : Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I 152 Lampiran 29 : Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II 153

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.

Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Pendidikan berperan dalam menjamin kelangsungan hidup dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan pendidikan, seseorang akan mendapatkan ilmu pengetahuan dan menuju kepada keberhasilan.

Pentingnya pendidikan tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU RI tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 No.20 tahun 2003.

Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasarkan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan, hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih banyak dibandingkan pelajaran lain. Matematika juga memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena matematika sebagai salah satu sarana berfikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan sistematis.

Seperti yang dikemukakan Abdurrahman (2010:253) bahwa :

(17)

2

Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Menurut Cockroft (dalam Abdurrahman, 2010:253) mengemukakan bahwa:

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Selain itu, Paling (dalam Abdurrahman, 2010:252) juga menyatakan bahwa: Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.

Berbagai alasan perlunya sekolah mengajarkan matematika kepada siswa pada hakikatnya dapat diringkaskan karena masalah kehidupan sehari-hari. Menurut Liebeck dalam Abdurrahman (2010:253) “ada dua macam hasil belajar matematika yang harus dikuasai oleh siswa, perhitungan matematis (mathematics calculation) dan penalaran matematis (mathematics reasoning)”. Berdasarkan hasil belajar matematika semacam itu maka Lerner dalam Abdurrahman (2010:253) mengemukakan bahwa kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup tiga elemen “(1) konsep, (2) keterampilan, dan (3) pemecahan masalah”.

(18)

3

proses secara bersama-sama merupakan keterampilan dan pemahaman dasar yang sangat dibutuhkan para siswa pada abad ke-21 ini. NCTM juga menegaskan bahwa pemecahan masalah merupakan integrasi dalam pembelajaran matematika, sehingga hal tersebut tidak boleh lepas dari pembelajaran matematika.

Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah. Karena dengan pengetahuan yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah matematika maka akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. Pemecahan masalah matematika merupakan salah satu kegiatan matematika yang dianggap penting baik oleh para guru di semua tingkatan mulai dari SD sampai SMU. Namun hal tersebut dianggap bagian yang paling sulit dalam mempelajarinya maupun bagi guru dalam mengajarkannya.

Pentingnya kemampuan pemecahan masalah ini juga dikemukakan oleh Hudojo (2005:133) yang menyatakan bahwa:

Pemecahan masalah merupakan suatu hal yang esensial dalam pembelajaran matematika di sekolah, disebabkan antara lain: (1) Siswa menjadi trampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian menganalisanya dan kemudian meneliti hasilnya; (2) Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam, yang merupakan masalah instrinsik; (3) Potensi intelektual siswa meningkat; (4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.

(19)

4

operasional (dapat dipecahkan), 2) Devising a plan (merencanakan penyelesaian), yaitu dengan mencoba mencari atau mengingat masalah yang pernah diselesaikan yang memiliki kemiripan dengan masalah yang akan dipecahkan, mencari pola atau aturan, menyusun prosedur penyelesaian (membuat konjektur), 3) Carrying out the plan (melaksanakan rencana), yaitu menjalankan prosedur yang telah dibuat untuk mendapatkan penyelesaian, dan 4) Looking back (memeriksa hasil yang diperoleh), yaitu memeriksa bagaimana hasil itu diperoleh, mencari hasil itu dengan cara yang lain, dan memeriksa apakah hasil atau cara itu dapat digunakan untuk soal-soal lainnya.

Kenyataan menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa Indonesia tergolong rendah berdasarkan hasil survei pada pemeringkatan Programme for International Student Assessment (PISA) terakhir, kemampuan siswa Indonesia sangat rendah, Indonesia menempati peringkat ke-61 dari 65 negara peserta pemeringkatan. Hasil belajar yang ditunjukkan Indonesia juga belum memuaskan. Hasil studi Trends in International Mathematics and Science Study (TIMMS) pada tahun 2011, nilai rata-rata siswa untuk matematika 386 dengan rata-rata skor internasional 500. Dengan nilai itu, Indonesia berada diposisi ke-38 dari 63 negara. Nilai tersebut mengalami penurunan 11 angka dari hasil pada tahun 2007. Tentu saja nilai matematika siswa Indonesia secara signifikan berada di bawah nilai rata-rata internasional dan belum mencapai hasil yang diharapkan.

Kondisi secara umum tentang hasil belajar matematika yang masih rendah ini juga terjadi pada siswa kelas VIII-B SMP Negeri 3 Lubuk Pakam. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan diperoleh nilai rata-rata matematika untuk kelas VIII-B sebagai berikut.

Tabel 1.1 Nilai Rata-rata Matematika Siswa Kelas VIII-B

No. Tahun Ajaran Nilai Rata-rata

1 2011/2012 69,69

2 2012/2013 70,12

(20)

5

Nilai rata-rata diatas menunjukkan bahwa nilai rata-rata matematika siswa kelas di VIII-B selama tiga tahun terakhir belum begitu memuaskan, belum mencapai nilai ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu 70. Mencapai kentuntasan pada tahun ajaran 2012/2013 tetapi selisihnya dengan KKM sangat kecil dan tidak selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terjadi masalah dalam pembelajaran matematika di kelas tersebut.

Didukung oleh hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 3 Lubuk Pakam pada tanggal 15 Maret 2015 juga menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih sangat rendah. Hal ini terlihat pada saat peneliti memberikan tes diagnostik kepada siswa kelas VIII-B SMP Negeri 3. Tes yang diberikan berupa tes berbentuk uraian untuk melihat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada materi Kubus dan Balok, berikut adalah hasil kemampuan siswa dalam menyelesaikan tes yang diberikan.

Tabel 1.1. Masalah Nyata yang Dialami Siswa

No

Soal Hasil Pekerjaan Siswa Analisis Kesalahan

1 1. Siswa salah dalam

menuliskan apa yang diketahui di soal. 2. Siswa salah dalam

merencanakan 3. Siswa salah dalam

menyelesaikan soal

2 1. Siswa salah dalam

merencanakan

penyelesaian masalah 2. Siswa salah dalam

(21)

6

Dari keterangan di atas ditemukan kendala pada kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Lubuk Pakam. Berikut adalah deskripsi tingkat kemampuan siswa dari indikator tes pemecahan masalah pada tes diagnostik yang disajikan pada tabel 1.2. berikut:

Tabel 1.2 Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Tes Diagnostik

Langkah-langkah Pemecahan Masalah

Banyak Siswa

Persentase Jumlah Siswa

Memahami Masalah 25 69,44 %

Merencanakan Penyelesaian Masalah 16 44,44 % Melaksanakan Penyelesaian Masalah 14 38,89 %

Memeriksa Kembali 5 13,89 %

Dalam setiap langkah kegiatan pemecahan masalah siswa dikategorikan dalam kemampuan sangat rendah, karena itu secara keseluruhan diambil kesimpulan bahwa kemampuan siswa dalam pemecahan masalah masih rendah.

(22)

7

dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung. Saat peserta didik diberi kesempatan bertanya, sedikit sekali dari peserta didik yang bertanya, akibatnya peserta didik yang belum jelas tidak dapat terdeteksi oleh guru. Diperparah lagi sebagian peserta didik hanya mencatat dan mendengarkan guru saja. Seperti yang dikemukakan oleh Slameto (2010: 65) bahwa:

Guru biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Guru yang progesif berani mencoba metode-metode yang baru yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin.

Selama ini pembelajaran matematika terkesan kurang menyentuh kepada substansi pemecahan masalah. Kebanyakan mengajarkan prosedur atau langkah pengerjaan soal. Bahkan, siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika dan sering dengan mengulang-ulang menyebutkan definisi yang diberikan guru atau yang tertulis dalam buku yang dipelajari, tanpa memahami maksud isinya. Kecenderungan semacam ini tentu saja dapat dikatakan mengabaikan kebermaknaan dari konsep-konsep matematika yang dipelajari siswa, sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat kurang. Padahal menurut Standar Isi Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs dinyatakan

bahwa ” Metode pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran

matematika. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi”.

(23)

8

kesulitan langsung bertanya kepada guru tanpa melewati hasil diskusi dalam kelompoknya. Guru melatih siswa mengerjakan soal-soal rutin dengan menggunakan rumus dan aturan-aturan yang ada dalam materi yang diajarkan, kurang mengaitkan pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya dengan materi baru yang sedang diajarkan. Pembelajaran cenderung tidak bermakna bagi siswa. Hal tersebut mengindikasikan kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Kubus dan Balok merupakan materi yang tidak hanya membutuhkan kemampuan untuk berhitung tetapi juga membutuhkan kemampuan untuk memahami soal cerita sehingga siswa mengetahui apa yang terlebih dahulu harus dikerjakan untuk menyelesaikan masalah atau soal yang ada. Akan tetapi masih banyak siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari soal-soal khususnya didalam pemecahan masalah pada materi Kubus dan Balok. Hal ini diakibatkan karena dalam pemecahan masalah biasanya melibatkan beberapa kombinasi konsep dan keterampilan siswa dalam suatu situasi baru atau situasi berbeda. Sedangkan siswa cenderung hanya menggunakan rumus-rumus yang ada tanpa memahami konsepnya terlebih dahulu. Sehingga jika diberikan soal yang berbeda dari soal yang sebelumnya siswa sulit mengerjakan soal tersebut. Soal-soal yang diberikan pada materi Aritmatika Sosial merupakan soal cerita yang dapat melatih kemampuan pemecahan masalah siswa.

Hal tersebut sejalan dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru bidang studi matematika kelas VIII-B SMP Negeri 3 yang mengatakan bahwa:

(24)

9

Selain kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa itu sendiri, rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa juga disebabkan oleh metode pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Dan berdasarkan observasi tersebut juga diketahui bahwa metode pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada guru. Seperti yang dikemukakan oleh Abdurrahman (2010:38) bahwa:

Yang menjadi faktor penyebab rendahnya atau kurangnya pemecahan peserta didik terhadap konsep matematika, salah satu diantaranya adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh pengajar, misalnya pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan konvensional yang menempatkan peserta didik dalam proses belajar mengajar sebagai pendengar.

Oleh karena itu, seorang guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh pengetahuan secara utuh sehingga hasil belajar pun meningkat. Disamping itu metode pembelajaran yang digunakan harus dapat membuat siswa aktif, karena keaktifan siswa mampu mempengaruhi pengetahuan mereka. Sebagaimana dinyatakan Slameto (2010:36) bahwa:

Penerimaan penalaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif maka ia memiliki ilmu/ pengetahuan itu dengan baik.

Dengan demikian, kemampuan guru dalam memilih metode penyajian materi merupakan hal penting dalam kegiatan belajar mengajar. Agar pembelajaran matematika lebih berhasil, maka guru harus bisa mengkondisikan siswanya untuk belajar aktif. Karena pembelajaran yang menyebabkan siswa belajar aktif akan lebih dapat menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman siswa dibandingkan dengan belajar pasif (mengingat dan latihan) sehingga kemampuan pemecahan masalah siswa pun meningkat.

(25)

10

memecahkan masalah adalah model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Readding and Composition). CIRC merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif, yaitu siswa belajar secara berkelompok dan guru memberikan materi untuk dipahami siswa, setelah itu guru memberikan kartu masalah kemudian siswa membacakn masalah sementara anggota kelompok lain memikirkan cara penyelesaiannya,mendiskusikannya,kemudia mempresentasikannya di depan kelas.

Dengan kata lain model pembelajaran kooperatif tipe CIRC ini diasumsikan dapat mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari matematika dan siswa dapat menemukan sendiri penyelesaian masalah dari masalah di dalam kehidupan sehari-hari pada materi kubus dan balok. Sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar matematika dan mampu mengembangkan ide dan gagasan mereka dalam menyelesaikan permasalahan matematika.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik mengadakan penelitian dengan judul:“Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Cooperative Integrated Reading and Composition di Kelas VIII SMP Negeri

3 Lubuk Pakam TA 2015/ 2016”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas dapat diidentifikasi beberapa masalah antara lain:

1. Masih rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

2. Siswa menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit.

3. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga kurang mendukung siswa untuk aktif.

4. Guru jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah.

(26)

11

1.3Batasan Masalah

Melihat luasnya cakupan identifikasi masalah di atas maka peneliti membatasi masalah agar penelitian ini terarah. Batasan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi kubus dan balok Kelas VIII SMP Negeri 3 Lubuk Pakam T.A 2014 / 2015.

1.4 Rumusan Masalah

1. Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah Penerapan Model Pembelajaran kooperatif tipe CIRC Dapat Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Lubuk Pakam T.A 2015 / 2016?

1.5 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC Kelas VIII SMP Negeri 3 Lubuk Pakam.

1.6 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian yang diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

Penelitian ini sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan

pengalaman dalam pembelajaran sebagai calon guru.

2. Bagi guru

(27)

12

3. Bagi siswa

Penelitian ini dapat menjadi pengalaman belajar untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah.

4. Bagi sekolah

Penelitian ini memberikan suatu alternatif pengajaran untuk

(28)

80 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan bab IV, kesimpulan pada penelitian ini adalah Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Lubuk Pakam. Hal ini dapat dilihat melalui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa secara klasikal sebesar 16,67% dari 69,44% pada siklus I menjadi 86,11% pada siklus II. Selain itu, pada siklus I jumlah siswa yang mencapai peningkatan dalam memenuhi kriteria tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sebanyak 25 siswa sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 31 siswa. Rata-rata nilai siswa pada siklus I adalah 67,98 dan meningkat pada siklus II dengan rata-rata nilai siswa adalah 78,54.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diajukan berdasarkan pembahasan dan kesimpulan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kepada guru khususnya guru matematika disarankan memperhatikan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah khususnya pada soal cerita, melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar dan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition sebagai salah satu alternatif.

2. Kepada siswa disarankan untuk lebih berani dalam menyampaikan pendapat atau ide-ide, memiliki semangat yang tinggi untuk belajar dan dapat mempergunakan seluruh potensi yang dimiliki dalam pembelajaran matematika.

(29)

81

relevan dan inovatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.

(30)

82

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2010), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, S., (2012), Penelitian Tindakan Kelas, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta Arifin, Z., (2011), Evaluasi Pembelajaran, Penerbit Remaja Rosdakarya,

Bandung.

Barkley, E., (2012), Colaborative Learning Techniques, Penerbit Nusa Media, Bandung.

Barkley, E., (2010), Student Engagement Techniques: A handbook for Collage Faculty, First Eixtion, San Fransisco.

David, J., (2004), Learning to Solve Problem An Intructional Design Guide, Pfeiffer, San Francisco.

Djamarah, S., (2006), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Dimyati, (2002), Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,

(2012), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Kependidikan, FMIPA Unimed, Medan.

Hamalik, O., (2008), Kurikulum dan Pembelajaran, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

http://abdurrazzaq.com/538/model-pembelajaran-tipe-circ.html (Diakses tanggal 19

Maret 2015)

http://muhfida.com/pembelajaran-kooperatif.tipe-circ (Diakses tanggal 19 Maret 2015)

Huda, Miftahul, (2011), Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model

Penerapan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Penerbit UM Press, Malang.

(31)

83

NCTM, (2005), Curriculum Focal Points for Prekindergarten through Grade 8 Mathematics, Reston VA, United States.

Nurwulandari, A., (2013), Pengembangan Karakter Dan Pemecahan Masalah Peserta Didik Melalui Pembelajaran Matetika Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Berbantuan Kartu Permasalahan Kelas VII Pada Materi Segiempat, UNNES, Semarang, Skripsi tidak diterbitkan.

Polya, G., (1973), How To Solve It, A New Aspect of Mathematical Method, Princeton University Press, New Jersey.

Sanjaya, W., (2011), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Penerbit Kencana Prenada Media, Bandung.

Sardiman, (2011), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo, Jakarta.

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Slavin, R. E., (2005), Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Nusa Media, Bandung

Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Suprijono, A., (2010), Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Pustaka Pelajar, Bandung.

Suryosubroto, B., (2009), Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Trianto, (2011), Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Penerbit Prenada Media, Jakarta.

Wena, M., (2009), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Bumi Aksara, Jakarta.

Gambar

Tabel 4.13  Perbandingan Hasil Penelitian pada Siklus 1 dan Siklus 2
Gambar 3.1  Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 1.1. Masalah Nyata yang Dialami Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan

Sistem JPKM ini merupakan sistem asuransi bagi keluarga mampu sehingga kedepan diharapkan akan mengurangi beban Pemerintah daerah Kabupaten Polewali Mandar di bidang kesehatan

Sinaga, Rusintong., 2004, Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi dalam Mengkaji Perubahan Penggunaan lahan Kecamatan.. Umbulharjo tahun 1993-2004 ,

BAGI WAJIB PAJAK YANG DIIZINKAN MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN DALAM MATA UANG DOLLAR AMERIKA SERIKAT.

Pada mesin diesel, hanya udara yang dikompresikan dalam ruang bakar dan. dengan sendirinya udara tersebut terpanaskan, bahan bakar disuntikan ke

Untuk mengetahui pengaruh penambahan aditif FeMo terhadap sifat fisis. serbuk BaFe 12

BAGI WAJIB PAJAK YANG DIIZINKAN MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN DALAM MATA UANG DOLLAR AMERIKA SERIKAT..

Ukuran serbuk sekecil ini diperlukan agar komponen- komponen pembentuk bahan magnet dapat saling berdeposisi (bereaksi) ketika bahan mengalami pemanasan