• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRADISI CHENG BENG PADA ETNIS TIONGHOA DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TRADISI CHENG BENG PADA ETNIS TIONGHOA DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

TRADISI CHENG BENG PADA ETNIS TIONGHOA DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH:

BANGUN YEREMIA NIM. 3133322036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Bangun Yeremia, NIM : 3133322036, Tradisi Cheng Beng Pada Etnis Tionghoa di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, Skripsi. Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan 2017.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tujuan pelaksanaan tradisi Cheng Beng, mengetahui proses pelaksanaannya, serta fungsi dari setiap benda-benda suci / peralatan yang digunakan dalam tradisi Cheng Beng ini. Latar yang diteliti berupa laporan yang sebenar-benarnya, apa adanya dan catatan di lapangan yang benar. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dengan melakukan pengamatan langsung ke lokasi penelitian, wawacara mendalam (indepth interview) dan melakukan diskusi terarah dengan etnis Tionghoa. Intinya ialah adanya usaha untuk melihat Tradisi Cheng Beng dapat menjadi bagian dari Etnis Tionghoa yang tidak dapat dihilangkan, proses dalam upacaranya, fungsi dari setiap peralatan yang digunakan dalam Sembahyang Cheng Beng tersebut. Tradisi ini meliputi kegiatan membersihkan kuburan, menghias kuburan, memberikan sesajian berupa makanan dan minuman dan membakar kertas (cua) yang merupakan duplikasi dari benda aslinya dengan ragam jenisnya untuk dipersembahkan kepada leluhur untuk memenuhi kebutuhannya dialam baka. Kemudian tradisi ini diakhiri dengan berdoa kepada leluhur untuk meminta keselamatan di depan kuburan. Tradisi Cheng Beng sendiri selain bertujuan sebagai penghormatan leluhur serta bentuk pengabdian seseorang kepada arwah yang telah meninggal dapat juga memberikan fungsi sosial dimana dapat menghimpun seluruh keluarga yang dari jauh untuk berkumpul dan melakukan sembahyang yang dilakukan sekali dalam setahun ini. Secara bersamaan, tradisi ini juga dapat mempererat tali persaudaraan antara keluarga dengan melepas rindu sembari sembahyang secara bersama-sama. Untuk melestarikan Tradisi Cheng Beng ini, penulis mengharapkan kepada seluruh generasi muda Tionghoa di Kecamatan Tanjung Morawa agar tetap ikut serta menjalankan tradisi ini sebagai bakti atau penghormatan terhadap leluhur dan dapat mewarisinya sampai kepada generasi selanjutnya. Sehingga kebudayaan ini menjadi sebuah tradisi yang dapat menjadi panutan, tidak hanya bagi etnis Tionghoa sendiri namun juga bagi etnis lain.

Kata Kunci : Tradisi, Cheng Beng,Penghormatan Leluhur,Fungsi Sosial

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa, karena kasih dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tradisi Cheng Beng pada Etnis Tionghoa di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli

Serdang” ini dengan baik. Tulisan ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Sebagai manusia biasa tentunya penulis tidak terlepas dari kekurangan dan

kelemahan, sehingga skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, hal ini tentunya

disebabkan karena segala keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Penulis

berharap tulisan ini dapat memperkaya literatur Antropologi dalam kajian

Identitas Budaya, menambah referensi peneilitian dan dapat menjadi bahan

rujukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya terkhusus pada penelitian yang

mengkaji tentang kebudayaan pada Etnis Tionghoa.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini tentunya telah melibatkan banyak

pihak yang telah memberikan waktu serta tenaga untuk membantu penulis. Maka

dari itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Dr. Deny Setiawan, M.Si, selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

4. Ibu Dr. Rosramadhana, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Antropologi yang sangat banyak memberikan masukan serta semangat kepada penulis untuk terus berkarya.

(7)

iii

6. Bapak Drs.Waston Malau, M.SP sebagai Dosen Pembimbing Akademik sekaligus dosen penguji dalam skripsi ini yang selalu memberi arahan yang baik serta mendorong penulis untuk selalu ligat dalam menyelesaikan pekerjaan.

7. Bapak/Ibu Dosen Prodi Pendidikan Antropologi Universitas Negeri Medan yang telah membekali serta memimbing selama proses perkuliahan hingga skripsi ini selesai.

8. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Camat Tanjung Morawa yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis, dan juga seluruh masyarakat Tanjung Morawa yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Terimakasih juga kepada kak Ayu Febriyani S.Pd, M.Si yang selalu membantu penulis dalam segala hal, terkhusus dalam penyusunan berkas-berkas, yang sangat rumit.

10. Terimakasih juga kepada kak Lesstari Chen dan Kak Sri Nurjannah Saragih yang menginspirasi penelitian ini, serta kepada rekan-rekan Stambuk 2013 yang menemani penulis ± 4 tahun di kampus, juga kepada adik- adi stambuk 2014, 2015, dan 2016.

11. Tidak lupa juga penulis ucapkan terimakasih untuk seluruh personil PPLT UNIMED 2016 di SMA Negeri 12 Medan yang menjadi team selama 3 bulan dengan suka duka didalamnya. Kalian yang terbaik Tirta Geogtavya Aritonang, Putri Tarigan, Fitriyani Banjarnahor, David R. Lumban Gaol, Frans Pasaribu, Ricky Dwi Handika, Roberto Sitepu, Kitaman Hutapea Iyeyen Pakpahan,Melati Suci, Junita Yolanda Harianja dan semuanya yang tidak bisa penulis tuliskan. Keep it Up kawan-kawan.

(8)

iv

13. Kemudian juga buat Toga Nainggolan Boru/Bere se Antropologi Unimed, Appara Sahat Nainggolan, Last Marangkup Nainggolan dan Nita Insani Nainggolan dan seluruh marga Nainggolan di Unimed.

14. Tak terlupakan juga untuk Team Agent Of Culture (AOC) Program Kreatifitas Mahasiswa Bidang Penelitian Kemenristek Dikti (PKM-P) Tumbuh Sahata Simbolon, Jop Rehito Purba, Dodor Arnida Sidabutar, Masta Riana Uli Sianipar dan saya sendiri, terimakasih atau petualangan kita di tahun 2016 yang lalu yang super keren. Semoga Band kita tetap jaya, dan unforgettable guys !!

15.Terimakasih juga untuk Kesendirian selama 4 tahun ini, yang membuat penulis bisa menyelesaikan Studi dengan baik. Semoga kesendirian ini segera berakhir. Dan penulis segera menemukan kamu. Amin

Teristimewa untuk Bapak dan Mamak penulis, Pdt.Manahan Nainggolan,

SE,S.Th dan Rosliana Simanjuntak yang tidak pernah lelah berdoa dan bekerja,

serta untuk adik-adikku tersayang Dewi Nurhayati Nainggolan & Cristina Natalia

Nainggolan, yang selalu memberikanku semangat untuk begadang.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Medan, 10 April 2017

(9)

v

(10)

vi BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 20

3.2 Lokasi Penelitian ... 21

3.3 Subjek dan Objek Penelitian ... 21

3.3.1 Subjek Penelitian ... 21

3.3.2 Objek Penelitian ... 22

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.4.1 Studi Lapangan ... 23

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Tanjung Morawa... 28

4.1.1 Sejarah Kecamatan Tanjung Morawa ... 28

(11)

vii

4.2. Tradisi Cheng Beng Etnis Tionghoa ... 49

4.2.1 Sejarah Tradisi Cheng Beng ... 49

4.2.2 Tujuan Pelaksanaan Tradisi Cheng Beng ... 51

4.3. Proses Pelaksanaan Cheng Beng ... 58

4.3.1 Proses Awal (Persiapan) ... 59

4.3.2 Membersihkan Kuburan ... 60

4.3.3. Menyusun Hio dan Makanan Persembahan ... 62

4.3.4 Menebarkan Kertas Lima Warna (Go Sek Cua) ... 62

4.3.5 Proses Sembahyang ... 63

4.3.6 Pembakaran Barang-Barang Persembahan ... 64

4.3.7 Tahap Penutup ... 66

4.4 Perlengkapan dalam Tradisi Cheng Beng ... 67

4.4.1 Fungsi Dupa (hio) dalam Tradisi Cheng Beng ... 69

4.4.2 Fungsi Tempat Hio (hiolo) dalam Tradisi Cheng Beng ... 69

4.4.3 Fungsi Lilin (lak cek) dalam Tradisi Cheng Beng ... 69

4.4.4 Fungsi Kertas Lima Warna (go sek cua) dalam Cheng Beng ... 69

4.4.5 Fungsi Makanan, Minuman & Buah-buahan dalam Cheng Beng ... 70

4.4.6 Fungsi Uang Akhirat dalam Tradisi Cheng Beng ... 71

4.4.7 Fungsi Barang-barang Persembahan dalam Tradisi Cheng Beng ... 71

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 72

5.2 Saran ... 74

(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Dusun, RT/RW di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2016 ... 31

Tabel 2. Jumlah Penduduk Tanjung Morawa tahun 2002 – 2015 ... 35

Tabel 3. Klasifikasi Mata Pencaharian Masyarakat Tanjung Morawa... 37

Tabel 4. Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa/ Etnis ... 39

(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Setiap kebudayaan memiliki sistem religi atau sistem kepercayaan,

termasuk dalam kebudayaan etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa selalu melestarikan

kebudayaan dari leluhur mereka yang terdahulu. Etnis Tionghoa membangun

sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

kepercayaan tersebut akan mempengaruhi kebiasaan (usage), pandangan terhadap

hidup dan menjalani kehidupan dalam kebudayaan termasuk salah satu di

diantaranya adalah menghormati leluhur atau nenek moyangnya.

Penghormatan kepada leluhur merupakan sebuah fenomena budaya yang

bersifat universal dan terdapat dalam sebahagian besar etnis di dunia, termasuk di

Indonesia. Dalam kebudayaan etnis Tionghoa sendiri terdapat salah satu cara

dalam memberi penghormatan kepada leluhur atau nenek moyang mereka yang

sudah meninggal. Salah satu tradisi penghormatan tersebut dikenal dengan

sebutan Cheng Beng. Dimana dalam tradisi ini, etnis Tionghoa memberikan

penghormatan kepada leluhur dengan membersihkan kuburan, menghias kuburan

dan membakar kertas (cua) yang beragam jenisnya dan berdoa kepada leluhur

untuk meminta keselamatan . Doa – doa yang mereka sampaikan tidak hanya

sembarang doa, perkataan yang mereka sampaikan dalam bentuk doa memiliki

makna dalam sembahyang tersebut.

(15)

2

Syafrida (2012) menyatakan bahwa penghormatan leluhur pada etnis Tionghoa dilakukan berdasarkan beberapa tujuan yaitu:

(a) Kelestarian dengan masa lampau.

(b) Penghormatan terhadap kebijaksanaan orang-orang tua.

(c) Harapan akan berkat yang diberikan oleh orang-orang yang telah meninggal.

(d) Meredakan kesedihan, dengan cara merawat dan memelihara roh leluhur dengan memberikan sesajian dan doa bagi kebahagiaan mereka.

(e) Ketakutan akan kutukan roh jahat.

Markus (2014 : 301) menjelaskan bahwa dalam bahasa Mandarin, Cheng

Beng disebut dengan “Qing Ming”. Secara etimologi Cheng Beng terdiri dari dua

suku kata, yaitu Cheng dan Beng. Cheng = “cerah” dan “Beng” = Terang. Jadi

Maret sampai tanggal 5 April. Penganggalan tersebut berdasarkan pada

penanggalan kalender Cina yang disesuaikan dengan mengikuti kaidah – kaidah

tertentu. Biasanya etnis Tionghoa yang merantau jauh dari kampung halamannya

akan berusaha untuk dapat pulang agar dapat melakukan tradisi Cheng Beng

kepada para leluhur mereka.

Etnis Tionghoa percaya dalam tradisi Cheng Beng, apabila mereka pergi

beramai - ramai bersama sanak saudara menziarahi makam leluhur maka mereka

(16)

3

dilakukan. Tidak hanya para leluhur saja yang diziarahi namun juga dapat

berziarah ke kuburan keluarga dekat yang telah meninggal, seperti ayah, ibu, adik,

kakak, maupun nenek atau kakek. Ketika perayaan Cheng Beng berlangsung,

setiap makam keluarga dibersihkan dan diperbaiki agar tampak elok karena

mereka percaya bahwa apabila makam seseorang terlihat indah, maka rumah

leluhur mereka di langit juga akan terlihat indah, dalam artian makam di bumi

mencerminkan tempat tinggal mereka di alam langit.

Berdasarkan observasi penulis, sebagian dari etnis Tionghoa mengatakan

bahwa memperbaiki dan membersihkan makam di luar masa Cheng Beng sangat

tidak diperbolehkan karena bertentangan dengan kepercayaan leluhur mereka

karena hal tersebut sangat bertentangan dengan ajaran Dewa - dewi.

Cheng Beng sendiri dalam pelaksanaannya sarat akan simbol – simbol

yang memiliki makna dalam ritual. Dalam sembahyang Cheng Beng pada etnis

Tionghoa, selain berdoa di kuburan, mereka juga melakukan pembakaran berupa

bahan - bahan sembahyang . Jika pada umumnya etnis Tinghoa hanya membakar

dupa untuk sembahyang, namun tidak dengan sembahyang Cheng Beng. Mereka

membakar kertas – kertas yang merupakan duplikasi dari benda aslinya separti

baju, celana, uang, emas , sepatu dan masih banyak lagi lainnya.

Hal ini lah yang menarik perhatian penulis tertarik untuk mengkaji lebih

(17)

4

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah merupakan hal yang paling utama dalam penelitian, namun

sebelum itu harus dilakukan terlebih dahulu identifikasi masalah. Agar

penelitian ini menjadi terarah dan jelas tujuannya, maka perlu dirumuskan

identifikasi masalah yang diteliti. Merujuk pada uraian dari latar belakang

masalah di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Tradisi Cheng Beng di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten

Deli Serdang

2. Proses dari Tradisi Cheng Beng di Kecamatan Tanjung Morawa

Kabupaten Deli Serdang

3. Fungsi dari setiap peralatan yang digunakan dalam Tradisi Cheng Beng di

Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

1.3 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah tujuan dari Tradisi Cheng Beng pada Etnis Tionghoa di

Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang ?

2. Bagaimana Proses Tradisi Cheng Beng pada Etnis Tionghoa di Kecamatan

Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang ?

3. Apa fungsi dari setiap peralatan yang digunakan dalam Tradisi Cheng

Beng pada Etnis Tionghoa di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten

(18)

5

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini secara terperinci adalah :

1. Untuk mengetahui tujuan dari Tradisi Cheng Beng pada Etnis Tionghoa di

Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

2. Untuk mengetahui proses dalam Tradisi Cheng Beng pada Etnis Tionghoa

di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

3. Untuk mengetahui fungsi dari setiap peralatan yang digunakan dalam

Tradisi Cheng Beng pada Etnis Tionghoa di Kecamatan Tanjung Morawa

Kabupaten Deli Serdang

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian diatas, adapun manfaat yang

diharapkan terdiri dari dua bagian yaitu :

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Memberikan sebuah pengetahuan serta pemahaman baru kepada Etnis

mengenai Tradisi Cheng Beng secara detail

2. Menambah wawasan kepada penulis juga kepada pembaca tentang

kebudayaan etnis Tionghoa dalam hal ini Tradisi Cheng Beng

3. Memberikan sumbangan pemikiran Akademik

(19)

6

1.5.2 Manfaat Praktis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi peneilitian dan

dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian- penelitian selanjutnya

terkhusus penelitian yang mengkaji tentang kebudayaan pada Etnis Tionghoa.

Selain itu penelitian ini diharapkan mampu menjadi media informasi bagi

Etnis secara umum yang belum mengetahui ragam kebudayaan Etnis

(20)

72

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Tradisi perayaan Cheng Beng pada Etnis Tionghoa di Kecamatan Tanjung

Morawa Kabupaten Deli Serdang merupakan sebuah tradisi yang dilaksanakan

dengan melakukan ritual sembahyang ke makam para leluhur. Tradisi perayaan

Cheng Beng ini diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.

Dengan melakukan penelitian,serta didukung oleh hasil wawancara

penulis dengan seluruh pihak yang menjadi informan yang memahami tradisi ini,

maka penulis kemudian merumuskan beberapa hal utama yang menjadi

kesimpulan dalan penelitian ini, yakni :

1. Tujuan dari pelaksanan Tradisi Cheng Beng pada Etnis Tionghoa di

Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang selain untuk

membersihkan kuburan dan penghormatan kepada leluhur, namun juga sebagai

ajang solidaritas kepada seluruh keluarga . Secara keseluruhan tradisi ini

mempunyai fungsi sosial yaitu mendorong solidaritas di antara para anggota

suatu keluarga baik yang dekat maupun keluarga yang jauh. Tradisi ini

mengingatkan mereka bahwa mereka sebenarnya adalah kerabat yang berasal

dari leluhur yang sama harus berbakti dengan melakukan sembahyang Cheng

Beng setiap tahunnya.

(21)

73

2. Berdasarkan wawancara dengan narasumber yang sangat memahami tradisi ini,

proses berjalanya tradisi Cheng Beng berlangsung melalui tahapan demi

tahapan,yaitu tahap awal, membersihkan kuburan,meyusun hio dan makanan

persembahan,melakukan sembahyang, pembakaran barang-barang yang akan

persembahan, dan tahap penutup dimana seluruh keluarga berpamitan di depan

makam leluhur untuk pulang.

3. Fungsi Perlengkapan-Perlengkapan dalam pelaksanaan Tradisi Cheng Beng

diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Dupa (hio), tempat dupa (hiolo) dan lilin (Lakcek) berfungsi sebagai

lambang dari penerangan dan dipercaya dapat menerangi roh para leluhur di

akhirat.

b. Kertas Lima Warna (go sek cua) berfungsi sebagai hiasan untuk

memperindah kuburan dengan menancapkannya diatas kuburan . Mereka

percaya dengan menghias kuburan, merupakan cerminan rumah leluhur dialam

baka.

c. Makanan, Minuman dan Buah-Buahan berfungsi sebagai lambang

penghormatan terhadap para leluhur sekaligus juga memberi makan leluhur

dengan makanan,minuman dan buah – buahan kesukaan almarmum semasa ia

hidup di dunia.

d. Uang Akhirat (kimcua/kertas emas dan gincua/kertas perak) adalah

(22)

74

e. Barang-Barang Persembahan berfungsi sebagai persembahan kepada

leluhur melalui media pembakaran.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti kemudian merumuskan

beberapa hal yang diharapkan dapat menjadi saran ataupun masukan, yaitu :

1. Untuk melestarikan Tradisi Cheng Beng ini, peneliti mengharapkan kepada

seluruh generasi muda Tionghoa di Kecamatan Tanjung Morawa agar tetap

ikut serta menjalankan tradisi ini sebagai bakti atau penghormatan terhadap

leluhur dan dapat mewarisinya sampai kepada generasi selanjutnya. Sehingga

kebudayaan ini menjadi sebuah tradisi yang dapat menjadi panutan, tidak

hanya bagi etnis Tionghoa sendiri namun juga bagi etnis lain.

2. Etnis Tionghoa di Kecamatan Tanjung Morawa harus berperan aktif dalam

tradisi ini dengan saling mengingatkan kepada etnis Tionghoa yang lain untuk

melakukan tradisi Cheng Beng karena berdasarkan wawancara penulis, setiap

tahunnya masih ada saja kuburan yang belum diziarahi pasa masa Cheng Beng.

3. Dalam rangka upaya pelestarian tradisi ini, penulis mengaharapkan kepada

Pemerintah Kecamatan Tanjung Morawa serta aparat keamanan agar tetap

mendukung dan berperan positif pada Tradisi ini agar Etnis Tionghoa yang

melakukan tradisi Cheng Beng setiap tahunnya merasa aman dan khusuk

(23)

75

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

A.S.Markus. 2015.Hari Raya Tionghoa. Jakarta : PT.Suara Harapan Bangsa.

Bayuadhy,Gesta.2015.Tradisi-Tradisi Adihulung Para Leluhur Jawa.

Yogyakarta: DIPTA

Basarshah-H, Luckman Sinar.2010.Kedatangan Imigran-Imigran China Ke

Pantai Timur Sumatera Pada Abad Ke-19. Forkala Sumut

Geertz,Clifford.1992. Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta : Kanisius Press

Gondomono.2013.Manusia dan Kebudayaan Han,Jakarta : PT Kompas Nusantara

Koentjaraningrat.1984.Kebudayaan Jawa, Jakarta : Balai Pustaka

.1987.Sejarah Teori Antropologi I, Jakarta : Universitas

Indonesia (UI Press).

. 2003.Kamus Istilah Antropologi, Jakarta : Progres

. 2007.Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Jakarta : Djambatan

. 2009.Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta : Rineka Cipta

Moleong L.J.2006.Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya

Santosa,Iwan.2012.Peranakan Tionghoa di Nusantara, Jakarta : PT Kompas

Media Nusantara

Setia,Putu.2014.Bali Menggugat, Jakarta : PT.Gramedia

(24)

76

Simanjuntak,B.A.2009.Metode Penelitian Sosial, Medan : Bina Media Perintis

Sugiyono.2008.Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R&D, Bandung :

Alfabeta

Tanggok, M.Ikhsan.2017.Agama Dan Kebudayaan Orang Hakka Di Singkawang

“Memuja Leluhur dan Menanti Datangnya Rezeki” : PT Kompas

Gramedia.

Theo R, Lie Fennie.2014.Kisah, Kultur ,dan Tradisi Tionghoa Bangka. Jakarta :

PT.Kompas Media Nusantara

Wong.E,Cheung Lie. L,Boon Siew. C,Ee Wong.S dan Chong Julie.

2014.Celebrate Chinese Culture : Chinese Auspicious Culture, Jakarta :

PT Elex Media Komputindo

Skripsi :

Reny Syafrida.2012.Kajian Fungsi Dan Makna Tradisi Penghormatan Leluhur

Dalam Sistem Kepercayaan Masyarakat Tionghoa di Medan. (Skripsi),

Program Studi Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara

Syeelwen Wilton S,2014.Struktur Dan Makna Upacara Cheng Beng Bagi

Masyarakat Tionghoa Di Berastagi.(Skripsi), Progam Studi Sastra Cina,

Universitas Sumatera Utara.

Tresna Rotua.2009.Upacara Kematian di Tana Toraja: Rambu Solo. (Skripsi),

(25)

77

Jurnal :

Fahlevi, Reza.2016.Peziarah Tradisi Sembahyang Cheng Beng Membludak di

Sumatera Utara. Jurnal Asia. Diunduh pada 27 Juli 2016.

Website :

http://www.tionghoa.info/pemujaan-leluhur-di-rumah/diakses 23 Juli 2016, pukul

18.30

http://zonachinese.blogspot.co.id/2010/05/tradisi-cheng-beng.html diakses 26 Juli

2016, pukul 22.00

http://repository.unand.ac.id/cgi/search/simple?q=cheng+beng&_action_search=S

earch&_action_search=Search&_order=bytitle&basic_srchtype=ALL&_satisfyall

Gambar

Tabel  1. Jumlah Dusun, RT/RW di Kecamatan Tanjung  Morawa Tahun 2016 ..............  31
Gambar 2. Struktur Organisasi Pemerintahan Kec.Tanjung Morawa .........................

Referensi

Dokumen terkait

Maka dapat disimpulkan bahwa latar belakang terjadinya migrasi etns Tionghoa yaitu mencari daerah baru yang cocok dijadikan tempat berdagang, proses migrasi etnis

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Nelayan Etnis Tionghoa di Bagansiapiapi memilih bekerja sebagai nelayan dikarenakan beberapa hal, yaitu karena merupakan pekerjaan

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa obesitas menjadi variabel dependen, sedangkan pola makan (jenis makanan; kecukupan gizi yang terdiri dari kecukupan energi,

Berangkat dari asumsi bahwa masalah makro sosial seperti tragedy Mei 1998 dimana melibatkan etnis Tionghoa berasal dari masalah sosial yang bersifat kecil atau mikro

Dari petani padi yang berbagai etnis tersebut, hanya terdapat 2 (dua) etnis petani padi yang masih menggunakan Sistem Kerja yang berbasis gotong royong, seperti Etnis Banjar

Berangkat dari asumsi bahwa masalah makro sosial seperti tragedy Mei 1998 dimana melibatkan etnis Tionghoa berasal dari masalah sosial yang bersifat kecil atau mikro

dengan penelitian yang akan diteliti dengan judul “ Ikatan Primordial Dalam Tradisi Sembahyang Bulan Pada Etnis Tionghoa Di Dusun Gedong Desa). Lumut

Dari hasil pembahasan yang dilakukan oleh penulis menganai faktor pendorong lahirnya kebijakan Pemerintah Republik Indonesia tentang Dwikewarganegaraan Etnis Tionghoa, maka dapat