PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING DI SMK SWASTA GEMA BUWANA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Prasyarat dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
OLEH : MARYUNAH NIM : 8146172041
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
MARYUNAH. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching di SMK Gema Buwana. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2017.
Kata Kunci: Kemampuan Komunikasi Matematis, Kemandirian Belajar Siswa, Model Pembelajaran Reciprocal Teaching.
ii ABSTRACT
MARYUNAH. Improving on Students’ Mathematical Communication Ability and Self Regulated Learning with Reciprocal Teaching Model in SMK Gema Buwana. A Thesis: Medan: Postgraduate Program, State University of Medan, 2017.
Keywords: Mathematical Commmunication, Ability and Self Regulatid Learning, Reciprocal Teaching Model.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan
Karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching di SMK Swasta Gema Buwana”. Dalam penyusunan tesis ini masih terdapat beberapa kendala dan keterbatasan, namun dapat teratasi karena bimbingan, arahan,
motivasi, dan dukungan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya
kepada yang berjasa dalam penyelesaian tesis ini, yaitu:
1. Teristimewa suami dan anak-anak tercinta.
2. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Dr. Kms. M. Amin Fauzi,
M. Pd selaku dosen pembimbing.
3. Sekali lagi kepada Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku ketua
prodi, Bapak Dr. Mulyono, M. Si selaku sekretaris prodi, dan Bapak
Dapot Tua Manullang, S.E., M. Si selaku staf di Program Pendidikan
Matematika Pascasarjana UNIMED.
4. Bapak Gendro Yudo Buwono, S.E., M.M, selaku Kepala SMK Gema
Buwana beserta seluruh pihak sekolah (Yayasan Pendidikan Gema
iv
5. Teman-teman mahasiswa Pascasarjana UNIMED khususnya kelas B-2
angkatan XXIII (2014).
Kiranya Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan
umumnya, dan bermanfaat untuk pendidikan matematika khususnya.
Untuk itu penulis masih mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan tesis ini.
Medan, 2017
Penulis,
v
2.1.1.Belajar dan Pembelajaran Matematika……… ... 17
2.1.2.Komunikasi Matematis ... 20
2.1.3.Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 26
2.1.4.Kemandirian Belajar Siswa ... 33
2.1.5. Pengertian Model Pembelajaran ... 42
2.1.6. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching ... 44
2.1.7. Pembelajaran Konvensional ... 51
vi
3. 6. Defenisi Operasional ... 73
3. 7. Teknik Pengumpul Data ... 75
3.7.1. Tes Kemampuan Awal Matematika ... 75
3.7.2. Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 76
3.7.2. Observasi Kemandirian Belajar Siswa ... 80
3. 8. Analisis Data ... 92
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1. Hasil Penelitian ... 103
4.1.1. Hasil Tes Kemampuan Awal Matematika (KAM) Siswa ... 103
4.1.2. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 107
4.1.3. Deskripsi Kemandirian Belajar Matematika Siswa ... 126
4.1.3.1. Deskripsi Hasil Pretes Kemandirian Belajar Matematika... 128
4.1.3.2. Deskripsi Hasil Postes Kemandirian Belajar Matematika... 131
4.1.4. Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika Berdasarkan Faktor Pendekatan Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematika ... 135
4.1.5 Analisis Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika Berdasarkan Faktor Pendekatan Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematika ... 141
4. 2. Temuan Penelitian ... 145
4.2.1 Faktor Pembelajaran ... 148
4.2.2 Faktor Kemampuan Awal Matematika (KAM) Siswa ... 150
4.2.3 Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa .... 151
vii
4.2.5. Interaksi Antara Pendekatan Pembelajaran dengan Kemampuan Awal Matematika Siswa terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis
dan Kemandirian Belajar Matematika Siswa ... 154
4.2.6. Keterbatasan Penelitian ... 155
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 158
5.2. Implikasi ... 159
5.3. Saran ... 160
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Langkah-Langkah Pembelajaran Reciprocal Teaching dan
Konvensional ... 55
Tabel 3.1 : Desain Penelitian ... 71
Tabel 3.2 : Tabel Weiner Tentang Keterkaitan Antara Variabel Dalam Penelitian ... 72
Tabel 3.3 : Kriteria Pengelompokan Kemampuan SiswaBerdasarkan KAM ... 76
Tabel 3.4 : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 78
Tabel 3.5 : Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis ... 78
Tabel 3.6 : Kategori Lembar Observasi dan Angket Kemandirian ... 81
Tabel 3.7 : Skor Item Kemandirian Belajar Siswa ... 82
Tabel 3.8 : Rangkuman Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran Oleh Ahli ... 83
Tabel 3.9 : Hasil Validasi Para Validator Tes Kemampuan Awal Matematika ... 83
Tabel 3.10 : Hasil Validasi Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 84
Tabel 3.11 : Hasil Validasi Postes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 84
Tabel 3.12 : Hasil Validasi Angket Kemandirian Belajar ... 85
Tabel 3.13 : Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi rxy ... 88
Tabel 3.14 : Interpretasi Koefisien Reabilitas ... 90
Tabel 3.15 : Interpretasi Daya Pembeda ... 91
Tabel 3.16 : Interpretasi Indeks Kesukaran ... 92
Tabel 3.17 : Keterkaitan Antara Rumusan Masalah, Hipotesis dan jenis Uji Statistik yang digunakan ... 93
Tabel 3.18 : Anava Dua Jalur ... 97
Tabel 3.19 : Keterkaitan permasalahan, Hipotesis, dan Jenis uji statistik yang digunakan ... 99
Tabel 4.1 : Deskripsi Kemampuan Awal Matematika Siswa Berdasarkan Pembelajaran ... 104
Tabel 4.2 : Hasil Uji Normalitas Nilai Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 105
Tabel 4.3 : Hasil Uji Homogenitas Nilai Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 106
Tabel 4.4 : Sebaran Sampel Penelitian ... 107
Tabel 4.5 : Deskripsi Pretest Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Berdasarkan Pembelajaran ... 108
Tabel 4.6 : Hasil Uji Normalitas Skor Pretest Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 110
Tabel 4.7 : Hasil Uji Homogenitas Skor Pretest Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 111
Tabel 4.8 : Deskripsi Posttest Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Berdasarkan Pembelajaran ... 112
Tabel 4.9 : Hasil Uji Normalitas Skor Posttest Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 113
Tabel 4.10 : Hasil Uji Homogenitas Skor Posttest Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 115
Tabel 4.11 : Deskripsi Data N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Kedua Kelompok Pembelajaran Untuk Kategori KAM ... 116
Tabel 4.12 : Deskripsi Data untuk Indikator Ke-1 ... 118
Tabel 4.13 : Deskripsi Data untuk Indikator Ke-2 ... 118
ix
Tabel 4.15 : Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa ... 120 Tabel 4.16 : Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa ... 122 Tabel 4.17 : Hasil Uji ANAVA Dua Jalur ... 123 Tabel 4.18 : Rangkuman Hasil Hipotesis Penelitian Kemampuan Komunikasi
Matematika Pada Taraf Signifikansi 0,05 ... 126 Tabel 4.19 : Deskripsi Pretes Kemandirian Belajar Matematika Siswa
Berdasarkan Pembelajaran ... 128 Tabel 4.20. : Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pretes Kemandirian Belajar
Matematika Siswa ... 129 Tabel 4.21 : Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretes ... 131 Tabel 4.22 : Deskripsi Postes Kemandirian Belajar Matematika Siswa
Berdasarkan Pembelajaran ... 131 Tabel 4.23 : Hasil Perhitungan Uji Normalitas Postes Kemandirian Belajar
Matematika Siswa ... 133 Tabel 4.24 : Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Postes Kemandirian Belajar
Matematia Siswa ... 135 Tabel 4.25 : Deskripsi N-Gain Kemandirian Belajar Matematika Kedua
Kelompok Pembelajaran untuk Kategori KAM ... 136 Tabel 4.26 : Hasil Perhitungan Uji Normalitas N-Gain Kemandirian Belajar
Matematika Siswa ... 139 Tabel 4.27 : Hasil Perhitungan Uji Homogenitas N-Gain Kemandirian Belajar
Matematika Siswa ... 140 Tabel 4.28 : Rangkuman Hasil Uji ANAVA Dua Jalur N-Gain Kemandirian
Belajar Matematika ... 141 Tabel 4.29 : Rangkuman Hasil Hipotesis Penelitian Kemandirian Belajar
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 : Jawaban Salah Satu Siswa ... 4 Gambar 1.2 : Slogan SMK ... 7 Gambar 3.1 : Rangkuman Alur Penelitian ... 102 Gambar 4.1 : Peningkatan N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Berdasarkan
Kategori KAM ... 117 Gambar 4.2 : Data Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis
Untuk Setiap Indikator ... 119 Gambar 4.3 : Interaksi Antara Pendekatan Pembelajaran dan KAM Terhadap
PeningkatanKemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 126 Gambar 4.4 : Diagram Rerata N-Gain Kemandirian Belajar Matematika Berdasarkan
Kategori KAM ... 137 Gambar 4.5 : Interaksi Antara Pendekatan Pembelajaran dan KAM Terhadap
1
BAB I PENDAHULUAN
1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
pembentukan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia dalam
menghadapi kemajuan zaman. Fungsi pendidikan adalah membimbing anak ke
arah suatu tujuan yang kita nilai tinggi. Pendidikan yang baik adalah usaha yang
berhasil membawa semua anak didik kepada tujuan itu. Apa yang diajarkan
hendaknya dipahami sepenuhnya oleh semua anak (Nasution: 1982).
Trianto (2009) mengemukakan bahwa pendidikan adalah salah satu bentuk
perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh
karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang
seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam
arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan
sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Tidak terkecuali pendidikan
matematika yang memiliki peranan dalam mengembangkan budaya yang di
dalamnya mengembangkan kreativitas dan inovasi serta kemampuan untuk
berargumentasi atau mengemukakan ide-ide matematika.
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik
mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan
bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk
2
bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif
(BSNP: 2006).
Tujuan dari pembelajaran matematika menurut BSNP (2006) yaitu: (1)
Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,
dalam pemecahan masalah; (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti,
atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) Memecahkan masalah
yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4)
Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) Memiliki sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian,
dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah. Tujuan pembelajaran matematika harus dipahami dengan
baik oleh guru agar proses pembelajaran sesuai dengan apa yang diharapkan.
Adapun salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam
pembelajaran matematika adalah kemampuan komunikasi. Menurut Sulthani
(2014) bahwa matematika adalah merupakan bahasa yang berupa/melambangkan
serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Kemampuan
komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam mengemukakan ide
matematika dengan cara menghubungkan dengan gambar, tabel, diagram, dan
simbol. Kemampuan berkomunikasi menjadi salah satu syarat yang memegang
3
menghubungkan gagasan dengan gagasan lain sehingga dapat mengisi hal-hal
yang kurang dalam seluruh jaringan gagasan siswa. Komunikasi siswa tentang
matematika dapat berhasil jika melibatkan guru dan siswa lain, yang mungkin
memerlukan negosiasi makna dari symbol dan kata-kata pada beberapa tingkatan
(Karnasih: 2015). Sejalan dengan itu Sulthani (2014) berpendapat jika kita sepakat
bahwa matematika itu merupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai
bahasa terbalik dalam komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi
merupakan esensi dari mengajar, belajar, dan mengakses matematika.
Menurut Sumarmo (2003) indikator yang menunjukkan kemampuan
komunikasi matematika adalah:
1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika;
2. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematik, secara lisan atau tulisan dengan
benda nyata, gambar, grafik dan aljabar;
3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematik;
4. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.
Jika siswa telah memenuhi salah satu dari pemahaman komunikasi diatas,
maka dapat dipastikan siswa mampu menyelesaikan permasalahan dengan mudah,
serta siswa akan lebih memahami maksud dan konsep matematika yang lebih baik
lagi dengan cara yang efektif.
Kemampuan komunikasi matematis menunjang kemampuan-kemampuan
matematis yang lain. Dengan kemampuan komunikasi yang baik maka suatu
masalah akan lebih cepat bisa direpresentasikan dengan benar dan hal ini akan
mendukung untuk penyelesaian masalah. Kemampuan komunikasi matematis
4
berkomunikasi dengan baik memaknai permasalahan maupun konsep matematika,
maka ia tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan baik.
(Hasratuddin:2015).
Dari uraian di atas menyatakan betapa pentingnya kemampuan komunikasi
matematis yang harus dikuasai oleh siswa, akan tetapi kenyataannya di lapangan
sangat berlawanan dengan apa yang diharapkan. Kemampuan komunikasi
matematis siswa masih tergolong rendah dan bermasalah. Salah satu bukti
menunjukkan rendahnya kemampuan komunikasi matematis dilihat pada soal
berikut:
Gambarlah daerah penyelesaian dari sistem pertidaksamaan linier berikut untuk x,
y anggota bilangan real dengan x
{
Salah satu dari hasil penyelesaian oleh siswa dapat dilihat pada gambar
1.1 berikut ini :
5
Gambar 1.1 adalah jawaban salah satu dari siswa yang menjawab
permasalahan soal yang diberikan. Jawaban tersebut belum dapat menggambarkan
permasalahan pada soal. Kendala yang dihadapi oleh siswa ini disebabkan oleh
kemampuan komunikasi matematis siswa yang masih tergolong rendah, yaitu
siswa belum dapat merefleksikan situasi nyata, gambar, atau ide yang disajikan
dalam bentuk soal cerita ke dalam bentuk grafik. Soal tersebut merupakan salah
satu soal yang diujikan kepada 30 orang siswa yang hadir pada saat tes
berlangsung, jumlah siswa yang mampu menyelesaikan soal dengan benar sesuai
dengan indikator yang dicapai ada 8 orang atau 27% dan siswa yang tidak dapat
menyelesaikan soal dengan benar dan sesuai dengan indikator yang dicapai ada 22
orang atau 73%. Dari data tersebut terlihat bahwa siswa belum mengusai materi
persamaan linier dua variabel, kemampuan komunikasi matematis siswa masih
tergolong rendah serta proses penyelesaian jawaban siswa masih sangat kurang
bervariasi dan cenderung sama.
Kemampuan komunikasi matematis dan kemandirian belajar dalam
matematika merupakan dua kompetensi penting yang perlu dikuasai siswa.
Komunikasi matematis memainkan peranan penting, baik dalam hal memahami
matematika maupun dalam hal menyampaikan matematika (Izzati: 2012). Dengan
sikap yang demikian, siswa diharapkan dapat terus mengembangkan kemampuan
matematika dan dapat menyelesaikan semua persoalan matematika secara mandiri
tanpa adanya ketergantungan dari orang lain.
Kemandirian dalam belajar sangat diperlukan dalam mata pelajaran
matematika dan mata pelajaran yang lain. Siswa yang memiliki kemandirian yang
6
memahami dan dapat menyelesaikan persoalan. (Yuningrum: 2016).
Kualitas kemandirian adalah ciri yang sangat dibutuhkan manusia dimasa depan.
Pengajar berusaha mengembangkan belajar dengan caranya sendiri dan mereka
berusaha menemukannya sendiri sehingga dapat tumbuh kemandirian belajar
siswa. Sikap seorang pengajar dalam pembelajaran yang membuka peluang untuk
pelajar memperoleh gerak atau ruang kerja seluas-luasnya dalam waktu kerja dan
caranya, ditandai dengan tidak menonjolkan peranan mengajar dalam kelas. Jadi
kemandirian belajar adalah proses belajar yang dilakukan atas dorongan internal
dari individu tanpa bergantung pada orang lain untuk menguasai kompetensi guna
mengatasi suatu masalah. Dengan memiliki kemandirian belajar maka siswa dapat
mengerjakan tugas-tugasnya tanpa bergantung orang lain dan mampu mengatasi
masalah yang muncul pada dirinya. Sehingga dalam kemandirian belajar, seorang
siswa harus proaktif serta tidak tergantung pada guru. Jika dilihat dari aspek
kognitif maka dengan belajar secara mandiri akan didapat pemahaman konsep
pengetahuan yang awet sehingga akan mempengaruhi pada pencapaian akademik
murid. Kondisi tersebut karena murid sudah terbiasa menyelesaikan tugas yang
didapat dengan usaha sendiri serta mencari sumber-sumber belajar telah tersedia.
Kemandirian belajar siswa, akan menuntut mereka untuk aktif baik
sebelum pelajaran berlangsung dan sesudah proses belajar. Murid yang mandiri
akan mempersiapkan materi yang akan dipelajari. Sesudah proses belajar
mengajar selesai, murid akan belajar kembali mengenai materi yang sudah
disampaikan sebelumnya dengan cara membaca atau berdiskusi. Sehingga murid
yang menerapkan belajar mandiri akan mendapat prestasi lebih baik jika
7
Bab II Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. Jelaslah
bahwa kata mandiri telah muncul sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional
kita. Karena itu penanganannya memerlukan perhatian khusus semua guru,
apalagi tidak ada mata pelajaran khusus tentang kemandirian. Pentingnya
kehadiran kemandirian belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika
karena tuntutan kurikulum agar siswa dapat menghadapi persoalan di dalam kelas
maupun di luas kelas yang semakin kompleks dan mengurangi ketergantungan
siswa dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari (Fauzi : 2014).
Siswa SMK lebih dituntut untuk mandiri, karena SMK merupakan solusi
untuk mengurangi angka pengangguran. SMK membekali siswa dengan berbagai
keahlian khusus yang menunjang mereka bisa langsung bekerja usai tamat
sekolah. Sebagaimana slogan pemerintah untuk SMK seperti pada gambar di
bawah ini:
8
Slogan SMK yang santer terdengar "SMK Bisa!" mulai nampak loyo dan
kuyu melihat fakta BPS menyoal jumlah pengangguran. SMK yang sejatinya
mempersiapkan generasi sekolah menengah untuk siap terjun ke dunia kerja
nampaknya ironi semata. Sloga diatas sepertinya hanya membara saat generasi
muda menempuh di jenjang sekolah. Sedang di dunia kerja, penyerapan baik yang
diharapkan nampak belum optimal. Melihat rilisan BPS tentang jumlah
pengangguran di Indonesia, lulusan SMK masih menjadi nomor wahid
penyumbang pengangguran. Sekitar 11,19% dari total tersebut atau sekitar 814
ribu orang, merupakan tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Kepala BPS
Suryamin, mengatakan angka tersebut meningkat dibanding Agustus 2013 yang
sebesar 9,87%. Artinya tamatan SMK lebih banyak menjadi pengangguran
dibanding yang lainnya. "Tingkat penggangguran terbuka pada Agustus 2014
untuk pendidikan, SMK menempati posisi tertinggi, yaitu sebesar 11,19%, "
ungkapnya di Gedung BPS, Jakarta, Rabu (6/11/2014). (berita: finance.
detik.com).
Penelitian Sutamayang berjudul “Penerapan Teori Behavioral Dengan
Teknik Modeling Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas Ak C
SMK Negeri 1 Singaraja” menemukan bahwa sebagian besar siswa ada
menunjukan gejala harus di tunjuk dalam menjawab pertanyaan dalam sebuah
diskusi, mencotek pekerjaan orang lain, dan menyuruh orang lain dalam membuat
tugas rumah, selalu mengeluh kalau di berikan tugas tambahan oleh guru, kurang
bertanggung jawab. Dari gejala tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa
9
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti juga bahwa masih banyak
siswa yang mencontek, bertanya kepada teman dalam menjawab persoalan
matematika, menyelesaikan Pekerjaan Rumah (PR) di sekolah dengan mencontek
dari hasil pekerjaan teman, artinya siswa masih kurang percaya diri dalam
menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru. Selain itu sebagian besar siswa
bersikap pasif selama belajar matematika di kelas, kurangnya respon siswa
terhadap aktivitas dalam belajar siswa masih terlihat kaku.
Diharapkan masing-masing siswa dapat berperan aktif dalam setiap
pembelajaran berlangsung dan yakin dengan jawaban mereka. Siswa yang mandiri
dalam belajar dapat dilihat dari sikap siswa yang seharusnya percaya diri,
tanggung jawab, inisiatif, dan disiplin. Dalam penelitian ini sikap kemandirian
belajar yang dipilih adalah sikap percaya diri.
Hal ini disebabkan karena kondisi pembelajaran yang digunakan, sehingga
membuat rendahnya rasa percaya diri untuk mengeksplorasi jawaban mereka.
Rendahnya prestasi belajar matematika tersebut adalah suatu hal yang wajar
dimana selama ini fakta di lapangan menunjukkan proses pembelajaran yang
terjadi masih berpusat pada guru, suasana kelas cenderung teacher-centered, guru
masih menggunakan model pembelajaran yang lama tanpa ada model- model
pembelajaran yang inovatif sehingga siswa menjadi pasif. Siswa lebih sering
hanya diberikan rumus-rumus yang siap pakai tanpa memahami makna dari
rumus-rumus tersebut.
Kesiapan dan kemampuan siswa mengikuti pelajaran juga ditentukan oleh
kemampuan awal matematika (KAM) yang dimiliki siswa. KAM dijadikan
10
matematis siswa dan sikap siswa dalam menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan. Kemampuan awal matematika (KAM) siswa digolongkan ke dalam
kelompok tinggi, sedang dan rendah. Kemampuan awal matematika merupakan
prasyarat yang harus dimiliki siswa agar dapat mengikuti pelajaran dengan baik
dan lancar. Hal ini disebabkan materi pelajaran yang disusun secara struktur
sehingga apabila seseorang mengalami kesulitan pada pokok bahasan awal, maka
otomatis akan mengalami kesulitan dalam mempelajari pokok bahasan
selanjutnya. Begitu juga sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan awal
matematika tinggi (baik) dapat mengikuti pelajaran pada materi selanjutnya
dengan lancar. Sedangkan, siswa yang memiliki kemampuan awal matematika
sedang (cukup) dan rendah (kurang) maka akan membutuhkan waktu dalam
menerima ilmu baru dalam belajar matematika.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru sebagai tenaga pengajar yang
dapat mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis dan kemandirian belajar
siswa ialah harus bisa menggunakan pembelajaran yang mampu melibatkan siswa
secara aktif dalam proses pembelajaran dikelas. Guru tidak hanya memberi
informasi-informasi yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan semata
melainkan mendidik dan membimbing siswa dalam belajar, sedangkan orientasi
pendidikan di Indonesia pada umumnya mempunyai ciri-ciri cenderung
memperlakukan peserta didik berstatus sebagai obyek, guru berfungsi sebagai
pemegang otoritas tertinggi keilmuan sehingga menyebabkan banyak siswa
mampu menyajikan tingkat hapalan yang baik terhadap materi yang diberikan
11
Rendahnya kemampuan komunikasi dan kemandirian belajar siswa SMK
Gema Buwana disebabkan oleh: 1) pembelajaran yang berlangsung selama ini di
sekolah tersebut masih menggunakan pembelajaran yang konvensional;
2) masalah yang diberikan oleh guru tidak mendukung aktifitas kognitif siswa
sehingga siswa sulit untuk memahami dan menyelesaikan masalah tersebut;
3) kurangnya persiapan dan strategi guru dalam mengajar.
Penerapan model pembelajaran yang tepat adalah salah satu upaya yang
dapat dilakukan yaitu menerapkan suatu pembelajaran yang tepat yang dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat berperan aktif dalam
mengkomunikasikan pengetahuan yang ia miliki dan meningkatkan berpikir
kritis. Penggunaan pembelajaran langsung seperti pembelajaran konvensional yang
berpusat pada guru, sehingga siswa tidak tertarik untuk belajar dan tidak mandiri.
Salah satu model pembelajaran yang dapat menjadi solusi dalam
permasalahan diatas adalah dengan diterapkan model pembelajaran reciprocal
teaching. Reciprocal teaching merupakan strategi belajar melalui kegiatan
mengajarkan teman. Strategi ini membuat siswa berperan sebagai guru
menggantikan peran guru untuk mengajarkan teman-temanya. Model reciprocal
teaching tidak hanya membantu memahami bacaan tetapi juga memberikan
kesempatan bagi siswa untuk memantau sendiri proses belajar dan berpikir.
Tujuan model reciprocal teaching adalah memfasilitasi siswa untuk
berkomunikasi dan saling membantu dalam kelompoknya masing-masing dalam
memahami teks atau bacaan yang diberikan oleh guru.
Selain itu juga berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
12
komunikasi matematis siswa yang belajar menggunakan model reciprocal
teaching lebih baik dari kemampuan komunikasi matematis siswa dengan model
pembelajaran konvensional.
Dari penjelasan diatas sangat penting untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis dan kemandirian belajar siswa di dalam pembelajaran
reciprocal teaching hal ini dapat dilihat dari peneltian yang relevan serta
permasalahan- permasalahan yang ada di lapangan khususnya sekolah yang akan
diteliti. Dikarenakan pentingnya komunikasi matematis dan kemandirian belajar
siswa dalam belajar sehingga peneliti tertarik dalam meningkatkan komunikasi
matematis dan kemandirian belajar siswa guna untuk hasil belajar siswa yang
lebih baik lagi.
Memperhatikan uraian di atas, secara umum dapat dikatakan selain
penggunaan model pembelajaran yang sesuai dalam pembelajaran dikelas dan
menyadari akan pentingnya peningkatan kemampuan komunikasi matematis dan
kemandirian belajar siswa maka judul untuk penelitian ini adalah: “Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching di SMK Swasta Gema Buwana”.
1.2. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat diidentifikasikan
beberapa masalah, sebagai berikut :
1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa.
13
3. Siswa masih kesulitan dalam menjawab soal yang membutuhkan gambar
dan tabel.
4. Sikap kemandirian belajar siswa SMK masih rendah.
5. Pembelajaran matematika yang dilaksanakan masih dengan cara
konvensional.
6. Persiapan dan strategi guru dalam mengajar masih kurang.
1.3 Batasan Masalah
Masalah yang teridentifikasi di atas merupakan masalah yang cukup luas
dan kompleks, agar penelitian yang akan dilakukan lebih terfokus maka penelitian
ini membatasi masalah pada:
1. Kemampuan komunikasi matematis siswa SMK Gema Buwana masih
rendah, hal ini dapat dilihat dalam menyelesaikan soal.
2. Kemandirian belajar siswa SMK Gema Buwana masih rendah.
3. Penggunaan model pembelajaran Reciprocal Teaching belum dipahami
dan dilaksanakan oleh guru matematika SMK Gema Buwana.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah penelitian yang akan
diselidiki dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran reciprocal teaching lebih tinggi daripada
kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran
14
2. Apakah peningkatan kemandirian belajar siswa yang memperoleh
pembelajaran reciprocal teaching lebih baik daripada kemandirian belajar
siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?
3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal
matematika (tinggi, sedang, rendah) siswa terhadap peningkatan kemampuan
komunikasi matematis siswa?
4. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal
matematika (tinggi, sedang, rendah) siswa terhadap peningkatan kemandirian
belajar matematika siswa?
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian berdasarkan rumusan yang telah dikemukakan di
atas adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran reciprocal teaching lebih tinggi daripada
kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional.
2. Menganalisis peningkatan kemandirian belajar siswa yang memperoleh
pembelajaran reciprocal teaching lebih baik daripada kemandirian belajar
siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
3. Menganalisis tentang interaksi antara pendekatan pembelajaran dan
kemampuan awal matematika (tinggi, sedang, rendah) siswa terhadap
15
4. Menganalisis tentang interaksi antara pendekatan pembelajaran dan
kemampuan awal matematika (tinggi, sedang, rendah) siswa terhadap
peningkatan kemandirian belajar matematika siswa.
1.6. Manfaat Penelitian
Sebagaimana yang telah diuraikan pada latar belakang masalah, bahwa
kemampuan matematika sangat penting dan perlu dikuasai, sementara
kemampuan ini masih kurang memuaskan, maka perlu adanya upaya untuk
menanggulangi masalah ini. Penelitian ini diharapkan berguna untuk:
1. Untuk Guru
Menjadi acuan bagi guru matematika dalam menerapkan pembelajaran
reciprocal teachingdalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan
kemandirian belajar siswa. Dan juga sebagai salah satu alternatif model
pembelajaran yang dapat digunakan pada pembelajaran matematika.
2. Untuk Kepala Sekolah
Memberikan izin dan dukungan kepada setiap guru untuk mengembangkan
model-model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis dan kemandirian belajar siswa pada khususnya dan hasil belajar
matematika siswa pada umumnya.
3. Untuk Siswa
Diharapkan melalui pembelajaran yang tepat akan terbina sikap belajar yang
baik dan tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan masalah matematika
sehingga dapat berakibat pada meningkatnya kemampuan komunikasi
matematis dan kemandirian belajar siswa khususnya dan peningkatan hasil
16
4. Untuk Peneliti
Memberikan sumbangan pemikiran kepada peneliti lain dan pengajar
tentang bagaimana meningkatkan kemampuan komunikasi dan kemandirian
163
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, L. 2012. Efektivitas Penggunaan Model Reciprocal Teaching Dengan Melakukan Fieldtrip Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal. Semarang: IAIN Walisongo.
Adiningsih, D. 2012. Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Metode Mengajar Guru Dan Kemandirian Belajar Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Program Keahlian Akuntansi SMK Batik Perbaik Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012. Jurnal. Yogyakarta: UNY.
Agustyaningrum, N. 2010. Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 5e Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Sleman. Jurnal. Yogyakarta: UNY.
Ahmad, A. 2014. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Motivasi Siswa dengan Pembelajaran Pendekatan Quantum Learning pada Siswa SMP 5 Lhokseumawe. Jurnal. Banda Aceh: PPs. Universitas Syiah Kuala.
Anggoro. 2000. Meningkatkan Keberanian Bertanya Siswa Kelas II Pada Kegiatan Belajar Mengajar di SMU II Surakarta. Jurnal. online. Surakarta: Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta.
Ansari, B. I. 2004. Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik melalui Strategi Think-Talk-Write (Eksperimen di SMUN Kelas I Bandung). Disertasi. Bandung: UPI. Tidak diterbitkan.
Ansari, B. 2009. Komunikasi Matematik Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh: Yayasan Pena.
Ansari, B.I. 2014. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Dengan Menggunakan Model Investigasi Kelompok. Jurnal. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.
Arifiyandi, R.G. 2013. Peningkatan hasil Belajar Matematika Melalui Model Recipprocal Teaching Pokok Bahasan Teorema Pythagoras Siswa Kelas VIII Semester 1 SMP Negeri 2 Porong.Tesis. Malang Peraturan Menteri Pendidikan. Malang: IKIP Budi Utomo Malang.
Arikunto, S. 2007. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. jakarta: Rineka Aksara
Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 6. Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta.
164
Seminar Nasional RME di Universitas Sanata Dharma.
Baroody, A.J. 1993. Problem Solving, Reosoning, and Communicating, K-8. Helping Children Think Mathematically. New York: Merril, an inprint of Macmillan Publishing, Company.
BSNP. 2006. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah (Nasional No.22 dan No.23 Th.2006) . Jakarta: PT. Binatama Raya.
Chabib, T. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dahar, R.W. 2002. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Efendi, N. 2013. Pendekatan Pengajaran Recipprocal Teaching Berpotensi Meningkatkan Ketuntasan Hasil Belajar Biologi Siswa. Jurnal. Sidoarjo: Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Ellianawati, S. 2012. Pengembangan Bahan Ajar Fisika Matematika Berbasis Self Regulated Learning Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Belajar Mandiri. Jurnal. FMIPA UNNES: Semarang.
Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal. Bandung: UPI.
Fahradina, N. 2014. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kemandirian
Belajar Siswa SMP dengan Menggunakan Model Investigasi Kelompok. Jurnal.
Banda Aceh: Unsyiah.
Fatimah, S. 2013. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (Tps). Jurnal. Banda Aceh: PPs.Unsyiah.
Fauzi, M. A. 2011. Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa dengan Pendekatan Pembelajaran Metakognitif Di Sekolah Menengah Pertama. Proceeding Building the Nation Character through Humanistic Mathematics Education. Department of Mathematics Education, Yogyakarta State University.
Fitriani, A. 2013. Peningkatan Kemandirian Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Strategi Metakognitif Berbasis Tutor Sebaya Bagi Siswa SMP. Artikel Publikasi. Surakarta:FKIP UMS.
Fraenkel, Jack R. dan Norman E.Wallen. 1993. How to Design and
165
Hake, R. 1999. Analizing Change/Gain Scores. (online). Tersedia: htt://www.physics.Indiana.edu/~sdi/Analyzing Change-Gain.pdf [18 Nopember 2015].
Hambali. 2013. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Komunikasi Matematis Siswa SMP Dengan Pendekatan Kontekstual (CTL). Tesis. Medan: PPs UNIMED.
Hasanah, S. dkk, 2011. Pembelajaran Model Reciprocal Teaching Bernuansa Pendidikan Karakter Untuk Meningkatkan Kemampuan Komuniasi Matematis. Unnes Journal of Mathematics Education Research.
Hasratuddin. 2015. Mengapa Harus Belajar Matematika? Medan: Perdana Publishing.
Husna. 2013. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (Tps). Jurnal. Banda Aceh: PPs.Unsyiah.
Hudojo, H. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang. IKIP Malang.
Huggins, B. 1999. Communication in Mathematics. Master’s Action Research Project, St. Xavier University & IRI/Skylight.
Hulukati, E. 2005. Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematika SMP Melalui Model Pembelajaran Generatif. Disertasi. Pascasarjana UPI: Tidak Diterbitkan.
Husna. 2013. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS). Jurnal. Bandung: UPI
Izzati, N. 2012. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistis. Disertasi. Bandung: UPI.
Kadir, A. 2015. Pengertian Mysql. Buku Pintar Programer Pemula PHP. Yogyakarta: Mediakom.
Karnasih, I. 2015. Pengajaran dan Pembelajaran Matematika. (Terjemahan: Teaching and Learning Mathematics: Bergeson). Medan: UNIMED Press.
Markaban. 2004. Logika Matematika. Yogyakarta: Depdiknas.
166
Elektronika Digital Di SMK Sunan Drajat Lamongan. Jurnal. Surabaya: UNS
Nasution, S. 1982. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bandung: Bumi Aksara
NCTM. 2000. Principles and Standards for School mathematics. Reston: Virginia.
Nuridawani, 2012. Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Banda Aceh: Program Studi Magister Pendidikan Matematika Universitas Syiah Kuala.
Palincar, A dan Brown,A. 1984. Reciprocal Teaching of Comprehention-Forestering and Comprehention-Monitoring Activities. Cognition and Instruction. Avaiable at: http://people.usac.ed/Palincsar reprocicalTeaching. Diunduh September 2015.
Pannen,. 2001. Kontrukvisme dalam Pembelajaran. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Jakarta.
Pugalee, D. A. 2001. Using Communication to Develop Student’s Literacy. Journal Research of Mathematics Education 6(5), 296-299.
Purnamasari, Y. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (Tgt) Terhadap Kemandirian Belajar Dan Peningkatan Kemampuan Penalaran Dan Koneksi Matematik Peserta Didik SMPN 1 Kota Tasikmalaya. Jurnal. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Terbuka
Rachmayani, D. 2014. Penerapan Pembelajaran Reciprocal Teaching Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Dan Kemandirian Belajar Matematika Siswa. Jurnal. Jakarta: Unv. Muhammadiyah Jakarta.
Rahayu, S. Windayana, H. 2015. Model Kooperatif Tipe Learning Together Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Antologi. Bandung: UPI.
Razis, R. 2014. Peningkatan Kemandirian Belajar Dalam Penyelesaian Soal Matematika Dengan Strategi Cooperative Group Investigation. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ruseffendi. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.
167
Saleh. 2007. Pembelajaran Matematika Realistik Untuk Topik Persegi Panjang Dan Persegi Di Kelas VII SMP Negeri 9 Kendari. Jurnal. Surabaya: UNS
Sanjaya, W. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Bandung: Prenada Media Group.
Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi Pascasarjana UPI: Tidak Diterbitkan.
Sardiman, A.M. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sariyasa. 2014. Pengaruh Model Reciprocal Teaching Terhadap Pemahaman Konsep Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SD. Jurnal. Singaraja: PPs Universitas Pendidikan Ganesha.
Slavin. 2008. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Slavin.
Soviawati, E. 2011. Pendekatan Matematika Realistik (PMR) untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Siswa di Tingkat Sekolah Dasar. Jurnal. online. Tersedia: http://jurnal.upi.edu/file/9-Evi_Soviawatiedit.pdf (diakses pada tanggal 15 Desember 2013)
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : CV Alfabeta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. R & D. Bandung : CV Alfabeta.
Suherman, E. dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Tim MKBPM JICA UPI Bandung.
Sulthani, Z. 2014. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Unggulan dan Siswa Kelas Reguler Kelas X SMA Panjura Malang pada Materi Logika Matematika. Jurnal. Online. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sumardoyo. 2004. Karakteristik Matematika Dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Depdiknas.
Sumarmo, U. 2000. Pengembangan Model Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Intelektual Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Dasar. Laporan Penelitian FMIPA UP. Tidak diterbitkan.
168
Sumarmo, U. (2005). Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Tahun 2002 Sekolah Menengah. Makalah pada Seminar Pendidikan Matematika di FMIPA. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.
Suranto, E. 2011. Matematika 2 SMK Kelas XI. Bogor: Yudhistira.
Suryabrata. 2000. Pengertian Belajar Menurut Ahli. Online. Tersedia: htt://belajarpsikologi. Com/ teori belajar/ (14 September 2015).
Syahputra, E. 2013. Statistika Matematika. Medan: Unimed Press.
Tegeh, I.M. 2014. Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Self Regulated Learning Dengan Model Addie Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Seni Budaya Bagi Siswa Kelas Vii Smp Negeri 3 Mendoyo. Jurnal. Singaraja: PPs Universitas Pendidikan Ganesha.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Trianto. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Umar, W. 2012. Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal. Bandung: STKIP Siliwangi Bandung.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wijaya. A. 2012. Pengaruh Perbandingan Yoghurt Dengan Ekstrak Buah Jambu Biji Merah dan Perbandingan Zat Penstabil Terhadap Mutu Permen Jelly. Disertasi. USU, Medan
Yunigrum, D. 2016. Meningkatkan Kemandirian Belajar Matematika Melalui Metode Jigsaw Bagi Siswa Kelas XII AP Semester Gasal SMK Negeri 1 Jogonalan Klaten Tahun Pelajaran 2015 / 2016. Jurnal. Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 2 Nomor 5 Juni Tahun 2016