• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING DI SMK GEMA BUWANA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING DI SMK GEMA BUWANA."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN

MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING DI SMK SWASTA GEMA BUWANA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Prasyarat dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

OLEH : MARYUNAH NIM : 8146172041

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

MARYUNAH. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching di SMK Gema Buwana. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2017.

Kata Kunci: Kemampuan Komunikasi Matematis, Kemandirian Belajar Siswa, Model Pembelajaran Reciprocal Teaching.

(7)

ii ABSTRACT

MARYUNAH. Improving on Students’ Mathematical Communication Ability and Self Regulated Learning with Reciprocal Teaching Model in SMK Gema Buwana. A Thesis: Medan: Postgraduate Program, State University of Medan, 2017.

Keywords: Mathematical Commmunication, Ability and Self Regulatid Learning, Reciprocal Teaching Model.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan

Karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching di SMK Swasta Gema Buwana”. Dalam penyusunan tesis ini masih terdapat beberapa kendala dan keterbatasan, namun dapat teratasi karena bimbingan, arahan,

motivasi, dan dukungan dari berbagai pihak.

Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya

kepada yang berjasa dalam penyelesaian tesis ini, yaitu:

1. Teristimewa suami dan anak-anak tercinta.

2. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Dr. Kms. M. Amin Fauzi,

M. Pd selaku dosen pembimbing.

3. Sekali lagi kepada Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku ketua

prodi, Bapak Dr. Mulyono, M. Si selaku sekretaris prodi, dan Bapak

Dapot Tua Manullang, S.E., M. Si selaku staf di Program Pendidikan

Matematika Pascasarjana UNIMED.

4. Bapak Gendro Yudo Buwono, S.E., M.M, selaku Kepala SMK Gema

Buwana beserta seluruh pihak sekolah (Yayasan Pendidikan Gema

(9)

iv

5. Teman-teman mahasiswa Pascasarjana UNIMED khususnya kelas B-2

angkatan XXIII (2014).

Kiranya Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada

penulis. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan

umumnya, dan bermanfaat untuk pendidikan matematika khususnya.

Untuk itu penulis masih mengharapkan kritik dan saran yang membangun

demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, 2017

Penulis,

(10)

v

2.1.1.Belajar dan Pembelajaran Matematika……… ... 17

2.1.2.Komunikasi Matematis ... 20

2.1.3.Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 26

2.1.4.Kemandirian Belajar Siswa ... 33

2.1.5. Pengertian Model Pembelajaran ... 42

2.1.6. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching ... 44

2.1.7. Pembelajaran Konvensional ... 51

(11)

vi

3. 6. Defenisi Operasional ... 73

3. 7. Teknik Pengumpul Data ... 75

3.7.1. Tes Kemampuan Awal Matematika ... 75

3.7.2. Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 76

3.7.2. Observasi Kemandirian Belajar Siswa ... 80

3. 8. Analisis Data ... 92

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1. Hasil Penelitian ... 103

4.1.1. Hasil Tes Kemampuan Awal Matematika (KAM) Siswa ... 103

4.1.2. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 107

4.1.3. Deskripsi Kemandirian Belajar Matematika Siswa ... 126

4.1.3.1. Deskripsi Hasil Pretes Kemandirian Belajar Matematika... 128

4.1.3.2. Deskripsi Hasil Postes Kemandirian Belajar Matematika... 131

4.1.4. Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika Berdasarkan Faktor Pendekatan Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematika ... 135

4.1.5 Analisis Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika Berdasarkan Faktor Pendekatan Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematika ... 141

4. 2. Temuan Penelitian ... 145

4.2.1 Faktor Pembelajaran ... 148

4.2.2 Faktor Kemampuan Awal Matematika (KAM) Siswa ... 150

4.2.3 Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa .... 151

(12)

vii

4.2.5. Interaksi Antara Pendekatan Pembelajaran dengan Kemampuan Awal Matematika Siswa terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis

dan Kemandirian Belajar Matematika Siswa ... 154

4.2.6. Keterbatasan Penelitian ... 155

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 158

5.2. Implikasi ... 159

5.3. Saran ... 160

(13)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Langkah-Langkah Pembelajaran Reciprocal Teaching dan

Konvensional ... 55

Tabel 3.1 : Desain Penelitian ... 71

Tabel 3.2 : Tabel Weiner Tentang Keterkaitan Antara Variabel Dalam Penelitian ... 72

Tabel 3.3 : Kriteria Pengelompokan Kemampuan SiswaBerdasarkan KAM ... 76

Tabel 3.4 : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 78

Tabel 3.5 : Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis ... 78

Tabel 3.6 : Kategori Lembar Observasi dan Angket Kemandirian ... 81

Tabel 3.7 : Skor Item Kemandirian Belajar Siswa ... 82

Tabel 3.8 : Rangkuman Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran Oleh Ahli ... 83

Tabel 3.9 : Hasil Validasi Para Validator Tes Kemampuan Awal Matematika ... 83

Tabel 3.10 : Hasil Validasi Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 84

Tabel 3.11 : Hasil Validasi Postes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 84

Tabel 3.12 : Hasil Validasi Angket Kemandirian Belajar ... 85

Tabel 3.13 : Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi rxy ... 88

Tabel 3.14 : Interpretasi Koefisien Reabilitas ... 90

Tabel 3.15 : Interpretasi Daya Pembeda ... 91

Tabel 3.16 : Interpretasi Indeks Kesukaran ... 92

Tabel 3.17 : Keterkaitan Antara Rumusan Masalah, Hipotesis dan jenis Uji Statistik yang digunakan ... 93

Tabel 3.18 : Anava Dua Jalur ... 97

Tabel 3.19 : Keterkaitan permasalahan, Hipotesis, dan Jenis uji statistik yang digunakan ... 99

Tabel 4.1 : Deskripsi Kemampuan Awal Matematika Siswa Berdasarkan Pembelajaran ... 104

Tabel 4.2 : Hasil Uji Normalitas Nilai Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 105

Tabel 4.3 : Hasil Uji Homogenitas Nilai Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 106

Tabel 4.4 : Sebaran Sampel Penelitian ... 107

Tabel 4.5 : Deskripsi Pretest Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Berdasarkan Pembelajaran ... 108

Tabel 4.6 : Hasil Uji Normalitas Skor Pretest Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 110

Tabel 4.7 : Hasil Uji Homogenitas Skor Pretest Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 111

Tabel 4.8 : Deskripsi Posttest Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Berdasarkan Pembelajaran ... 112

Tabel 4.9 : Hasil Uji Normalitas Skor Posttest Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 113

Tabel 4.10 : Hasil Uji Homogenitas Skor Posttest Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 115

Tabel 4.11 : Deskripsi Data N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Kedua Kelompok Pembelajaran Untuk Kategori KAM ... 116

Tabel 4.12 : Deskripsi Data untuk Indikator Ke-1 ... 118

Tabel 4.13 : Deskripsi Data untuk Indikator Ke-2 ... 118

(14)

ix

Tabel 4.15 : Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa ... 120 Tabel 4.16 : Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa ... 122 Tabel 4.17 : Hasil Uji ANAVA Dua Jalur ... 123 Tabel 4.18 : Rangkuman Hasil Hipotesis Penelitian Kemampuan Komunikasi

Matematika Pada Taraf Signifikansi 0,05 ... 126 Tabel 4.19 : Deskripsi Pretes Kemandirian Belajar Matematika Siswa

Berdasarkan Pembelajaran ... 128 Tabel 4.20. : Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pretes Kemandirian Belajar

Matematika Siswa ... 129 Tabel 4.21 : Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretes ... 131 Tabel 4.22 : Deskripsi Postes Kemandirian Belajar Matematika Siswa

Berdasarkan Pembelajaran ... 131 Tabel 4.23 : Hasil Perhitungan Uji Normalitas Postes Kemandirian Belajar

Matematika Siswa ... 133 Tabel 4.24 : Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Postes Kemandirian Belajar

Matematia Siswa ... 135 Tabel 4.25 : Deskripsi N-Gain Kemandirian Belajar Matematika Kedua

Kelompok Pembelajaran untuk Kategori KAM ... 136 Tabel 4.26 : Hasil Perhitungan Uji Normalitas N-Gain Kemandirian Belajar

Matematika Siswa ... 139 Tabel 4.27 : Hasil Perhitungan Uji Homogenitas N-Gain Kemandirian Belajar

Matematika Siswa ... 140 Tabel 4.28 : Rangkuman Hasil Uji ANAVA Dua Jalur N-Gain Kemandirian

Belajar Matematika ... 141 Tabel 4.29 : Rangkuman Hasil Hipotesis Penelitian Kemandirian Belajar

(15)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 : Jawaban Salah Satu Siswa ... 4 Gambar 1.2 : Slogan SMK ... 7 Gambar 3.1 : Rangkuman Alur Penelitian ... 102 Gambar 4.1 : Peningkatan N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Berdasarkan

Kategori KAM ... 117 Gambar 4.2 : Data Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis

Untuk Setiap Indikator ... 119 Gambar 4.3 : Interaksi Antara Pendekatan Pembelajaran dan KAM Terhadap

PeningkatanKemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 126 Gambar 4.4 : Diagram Rerata N-Gain Kemandirian Belajar Matematika Berdasarkan

Kategori KAM ... 137 Gambar 4.5 : Interaksi Antara Pendekatan Pembelajaran dan KAM Terhadap

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

pembentukan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia dalam

menghadapi kemajuan zaman. Fungsi pendidikan adalah membimbing anak ke

arah suatu tujuan yang kita nilai tinggi. Pendidikan yang baik adalah usaha yang

berhasil membawa semua anak didik kepada tujuan itu. Apa yang diajarkan

hendaknya dipahami sepenuhnya oleh semua anak (Nasution: 1982).

Trianto (2009) mengemukakan bahwa pendidikan adalah salah satu bentuk

perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh

karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam

arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan

sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Tidak terkecuali pendidikan

matematika yang memiliki peranan dalam mengembangkan budaya yang di

dalamnya mengembangkan kreativitas dan inovasi serta kemampuan untuk

berargumentasi atau mengemukakan ide-ide matematika.

Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik

mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan

bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki

kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk

(17)

2

bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif

(BSNP: 2006).

Tujuan dari pembelajaran matematika menurut BSNP (2006) yaitu: (1)

Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,

dalam pemecahan masalah; (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat,

melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti,

atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) Memecahkan masalah

yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,

menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4)

Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) Memiliki sikap menghargai

kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian,

dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam

pemecahan masalah. Tujuan pembelajaran matematika harus dipahami dengan

baik oleh guru agar proses pembelajaran sesuai dengan apa yang diharapkan.

Adapun salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam

pembelajaran matematika adalah kemampuan komunikasi. Menurut Sulthani

(2014) bahwa matematika adalah merupakan bahasa yang berupa/melambangkan

serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Kemampuan

komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam mengemukakan ide

matematika dengan cara menghubungkan dengan gambar, tabel, diagram, dan

simbol. Kemampuan berkomunikasi menjadi salah satu syarat yang memegang

(18)

3

menghubungkan gagasan dengan gagasan lain sehingga dapat mengisi hal-hal

yang kurang dalam seluruh jaringan gagasan siswa. Komunikasi siswa tentang

matematika dapat berhasil jika melibatkan guru dan siswa lain, yang mungkin

memerlukan negosiasi makna dari symbol dan kata-kata pada beberapa tingkatan

(Karnasih: 2015). Sejalan dengan itu Sulthani (2014) berpendapat jika kita sepakat

bahwa matematika itu merupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai

bahasa terbalik dalam komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi

merupakan esensi dari mengajar, belajar, dan mengakses matematika.

Menurut Sumarmo (2003) indikator yang menunjukkan kemampuan

komunikasi matematika adalah:

1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika;

2. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematik, secara lisan atau tulisan dengan

benda nyata, gambar, grafik dan aljabar;

3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematik;

4. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.

Jika siswa telah memenuhi salah satu dari pemahaman komunikasi diatas,

maka dapat dipastikan siswa mampu menyelesaikan permasalahan dengan mudah,

serta siswa akan lebih memahami maksud dan konsep matematika yang lebih baik

lagi dengan cara yang efektif.

Kemampuan komunikasi matematis menunjang kemampuan-kemampuan

matematis yang lain. Dengan kemampuan komunikasi yang baik maka suatu

masalah akan lebih cepat bisa direpresentasikan dengan benar dan hal ini akan

mendukung untuk penyelesaian masalah. Kemampuan komunikasi matematis

(19)

4

berkomunikasi dengan baik memaknai permasalahan maupun konsep matematika,

maka ia tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan baik.

(Hasratuddin:2015).

Dari uraian di atas menyatakan betapa pentingnya kemampuan komunikasi

matematis yang harus dikuasai oleh siswa, akan tetapi kenyataannya di lapangan

sangat berlawanan dengan apa yang diharapkan. Kemampuan komunikasi

matematis siswa masih tergolong rendah dan bermasalah. Salah satu bukti

menunjukkan rendahnya kemampuan komunikasi matematis dilihat pada soal

berikut:

Gambarlah daerah penyelesaian dari sistem pertidaksamaan linier berikut untuk x,

y anggota bilangan real dengan x

{

Salah satu dari hasil penyelesaian oleh siswa dapat dilihat pada gambar

1.1 berikut ini :

(20)

5

Gambar 1.1 adalah jawaban salah satu dari siswa yang menjawab

permasalahan soal yang diberikan. Jawaban tersebut belum dapat menggambarkan

permasalahan pada soal. Kendala yang dihadapi oleh siswa ini disebabkan oleh

kemampuan komunikasi matematis siswa yang masih tergolong rendah, yaitu

siswa belum dapat merefleksikan situasi nyata, gambar, atau ide yang disajikan

dalam bentuk soal cerita ke dalam bentuk grafik. Soal tersebut merupakan salah

satu soal yang diujikan kepada 30 orang siswa yang hadir pada saat tes

berlangsung, jumlah siswa yang mampu menyelesaikan soal dengan benar sesuai

dengan indikator yang dicapai ada 8 orang atau 27% dan siswa yang tidak dapat

menyelesaikan soal dengan benar dan sesuai dengan indikator yang dicapai ada 22

orang atau 73%. Dari data tersebut terlihat bahwa siswa belum mengusai materi

persamaan linier dua variabel, kemampuan komunikasi matematis siswa masih

tergolong rendah serta proses penyelesaian jawaban siswa masih sangat kurang

bervariasi dan cenderung sama.

Kemampuan komunikasi matematis dan kemandirian belajar dalam

matematika merupakan dua kompetensi penting yang perlu dikuasai siswa.

Komunikasi matematis memainkan peranan penting, baik dalam hal memahami

matematika maupun dalam hal menyampaikan matematika (Izzati: 2012). Dengan

sikap yang demikian, siswa diharapkan dapat terus mengembangkan kemampuan

matematika dan dapat menyelesaikan semua persoalan matematika secara mandiri

tanpa adanya ketergantungan dari orang lain.

Kemandirian dalam belajar sangat diperlukan dalam mata pelajaran

matematika dan mata pelajaran yang lain. Siswa yang memiliki kemandirian yang

(21)

6

memahami dan dapat menyelesaikan persoalan. (Yuningrum: 2016).

Kualitas kemandirian adalah ciri yang sangat dibutuhkan manusia dimasa depan.

Pengajar berusaha mengembangkan belajar dengan caranya sendiri dan mereka

berusaha menemukannya sendiri sehingga dapat tumbuh kemandirian belajar

siswa. Sikap seorang pengajar dalam pembelajaran yang membuka peluang untuk

pelajar memperoleh gerak atau ruang kerja seluas-luasnya dalam waktu kerja dan

caranya, ditandai dengan tidak menonjolkan peranan mengajar dalam kelas. Jadi

kemandirian belajar adalah proses belajar yang dilakukan atas dorongan internal

dari individu tanpa bergantung pada orang lain untuk menguasai kompetensi guna

mengatasi suatu masalah. Dengan memiliki kemandirian belajar maka siswa dapat

mengerjakan tugas-tugasnya tanpa bergantung orang lain dan mampu mengatasi

masalah yang muncul pada dirinya. Sehingga dalam kemandirian belajar, seorang

siswa harus proaktif serta tidak tergantung pada guru. Jika dilihat dari aspek

kognitif maka dengan belajar secara mandiri akan didapat pemahaman konsep

pengetahuan yang awet sehingga akan mempengaruhi pada pencapaian akademik

murid. Kondisi tersebut karena murid sudah terbiasa menyelesaikan tugas yang

didapat dengan usaha sendiri serta mencari sumber-sumber belajar telah tersedia.

Kemandirian belajar siswa, akan menuntut mereka untuk aktif baik

sebelum pelajaran berlangsung dan sesudah proses belajar. Murid yang mandiri

akan mempersiapkan materi yang akan dipelajari. Sesudah proses belajar

mengajar selesai, murid akan belajar kembali mengenai materi yang sudah

disampaikan sebelumnya dengan cara membaca atau berdiskusi. Sehingga murid

yang menerapkan belajar mandiri akan mendapat prestasi lebih baik jika

(22)

7

Bab II Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. Jelaslah

bahwa kata mandiri telah muncul sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional

kita. Karena itu penanganannya memerlukan perhatian khusus semua guru,

apalagi tidak ada mata pelajaran khusus tentang kemandirian. Pentingnya

kehadiran kemandirian belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika

karena tuntutan kurikulum agar siswa dapat menghadapi persoalan di dalam kelas

maupun di luas kelas yang semakin kompleks dan mengurangi ketergantungan

siswa dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari (Fauzi : 2014).

Siswa SMK lebih dituntut untuk mandiri, karena SMK merupakan solusi

untuk mengurangi angka pengangguran. SMK membekali siswa dengan berbagai

keahlian khusus yang menunjang mereka bisa langsung bekerja usai tamat

sekolah. Sebagaimana slogan pemerintah untuk SMK seperti pada gambar di

bawah ini:

(23)

8

Slogan SMK yang santer terdengar "SMK Bisa!" mulai nampak loyo dan

kuyu melihat fakta BPS menyoal jumlah pengangguran. SMK yang sejatinya

mempersiapkan generasi sekolah menengah untuk siap terjun ke dunia kerja

nampaknya ironi semata. Sloga diatas sepertinya hanya membara saat generasi

muda menempuh di jenjang sekolah. Sedang di dunia kerja, penyerapan baik yang

diharapkan nampak belum optimal. Melihat rilisan BPS tentang jumlah

pengangguran di Indonesia, lulusan SMK masih menjadi nomor wahid

penyumbang pengangguran. Sekitar 11,19% dari total tersebut atau sekitar 814

ribu orang, merupakan tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Kepala BPS

Suryamin, mengatakan angka tersebut meningkat dibanding Agustus 2013 yang

sebesar 9,87%. Artinya tamatan SMK lebih banyak menjadi pengangguran

dibanding yang lainnya. "Tingkat penggangguran terbuka pada Agustus 2014

untuk pendidikan, SMK menempati posisi tertinggi, yaitu sebesar 11,19%, "

ungkapnya di Gedung BPS, Jakarta, Rabu (6/11/2014). (berita: finance.

detik.com).

Penelitian Sutamayang berjudul “Penerapan Teori Behavioral Dengan

Teknik Modeling Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas Ak C

SMK Negeri 1 Singaraja” menemukan bahwa sebagian besar siswa ada

menunjukan gejala harus di tunjuk dalam menjawab pertanyaan dalam sebuah

diskusi, mencotek pekerjaan orang lain, dan menyuruh orang lain dalam membuat

tugas rumah, selalu mengeluh kalau di berikan tugas tambahan oleh guru, kurang

bertanggung jawab. Dari gejala tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa

(24)

9

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti juga bahwa masih banyak

siswa yang mencontek, bertanya kepada teman dalam menjawab persoalan

matematika, menyelesaikan Pekerjaan Rumah (PR) di sekolah dengan mencontek

dari hasil pekerjaan teman, artinya siswa masih kurang percaya diri dalam

menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru. Selain itu sebagian besar siswa

bersikap pasif selama belajar matematika di kelas, kurangnya respon siswa

terhadap aktivitas dalam belajar siswa masih terlihat kaku.

Diharapkan masing-masing siswa dapat berperan aktif dalam setiap

pembelajaran berlangsung dan yakin dengan jawaban mereka. Siswa yang mandiri

dalam belajar dapat dilihat dari sikap siswa yang seharusnya percaya diri,

tanggung jawab, inisiatif, dan disiplin. Dalam penelitian ini sikap kemandirian

belajar yang dipilih adalah sikap percaya diri.

Hal ini disebabkan karena kondisi pembelajaran yang digunakan, sehingga

membuat rendahnya rasa percaya diri untuk mengeksplorasi jawaban mereka.

Rendahnya prestasi belajar matematika tersebut adalah suatu hal yang wajar

dimana selama ini fakta di lapangan menunjukkan proses pembelajaran yang

terjadi masih berpusat pada guru, suasana kelas cenderung teacher-centered, guru

masih menggunakan model pembelajaran yang lama tanpa ada model- model

pembelajaran yang inovatif sehingga siswa menjadi pasif. Siswa lebih sering

hanya diberikan rumus-rumus yang siap pakai tanpa memahami makna dari

rumus-rumus tersebut.

Kesiapan dan kemampuan siswa mengikuti pelajaran juga ditentukan oleh

kemampuan awal matematika (KAM) yang dimiliki siswa. KAM dijadikan

(25)

10

matematis siswa dan sikap siswa dalam menghargai kegunaan matematika dalam

kehidupan. Kemampuan awal matematika (KAM) siswa digolongkan ke dalam

kelompok tinggi, sedang dan rendah. Kemampuan awal matematika merupakan

prasyarat yang harus dimiliki siswa agar dapat mengikuti pelajaran dengan baik

dan lancar. Hal ini disebabkan materi pelajaran yang disusun secara struktur

sehingga apabila seseorang mengalami kesulitan pada pokok bahasan awal, maka

otomatis akan mengalami kesulitan dalam mempelajari pokok bahasan

selanjutnya. Begitu juga sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan awal

matematika tinggi (baik) dapat mengikuti pelajaran pada materi selanjutnya

dengan lancar. Sedangkan, siswa yang memiliki kemampuan awal matematika

sedang (cukup) dan rendah (kurang) maka akan membutuhkan waktu dalam

menerima ilmu baru dalam belajar matematika.

Salah satu cara yang dapat dilakukan guru sebagai tenaga pengajar yang

dapat mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis dan kemandirian belajar

siswa ialah harus bisa menggunakan pembelajaran yang mampu melibatkan siswa

secara aktif dalam proses pembelajaran dikelas. Guru tidak hanya memberi

informasi-informasi yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan semata

melainkan mendidik dan membimbing siswa dalam belajar, sedangkan orientasi

pendidikan di Indonesia pada umumnya mempunyai ciri-ciri cenderung

memperlakukan peserta didik berstatus sebagai obyek, guru berfungsi sebagai

pemegang otoritas tertinggi keilmuan sehingga menyebabkan banyak siswa

mampu menyajikan tingkat hapalan yang baik terhadap materi yang diberikan

(26)

11

Rendahnya kemampuan komunikasi dan kemandirian belajar siswa SMK

Gema Buwana disebabkan oleh: 1) pembelajaran yang berlangsung selama ini di

sekolah tersebut masih menggunakan pembelajaran yang konvensional;

2) masalah yang diberikan oleh guru tidak mendukung aktifitas kognitif siswa

sehingga siswa sulit untuk memahami dan menyelesaikan masalah tersebut;

3) kurangnya persiapan dan strategi guru dalam mengajar.

Penerapan model pembelajaran yang tepat adalah salah satu upaya yang

dapat dilakukan yaitu menerapkan suatu pembelajaran yang tepat yang dapat

memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat berperan aktif dalam

mengkomunikasikan pengetahuan yang ia miliki dan meningkatkan berpikir

kritis. Penggunaan pembelajaran langsung seperti pembelajaran konvensional yang

berpusat pada guru, sehingga siswa tidak tertarik untuk belajar dan tidak mandiri.

Salah satu model pembelajaran yang dapat menjadi solusi dalam

permasalahan diatas adalah dengan diterapkan model pembelajaran reciprocal

teaching. Reciprocal teaching merupakan strategi belajar melalui kegiatan

mengajarkan teman. Strategi ini membuat siswa berperan sebagai guru

menggantikan peran guru untuk mengajarkan teman-temanya. Model reciprocal

teaching tidak hanya membantu memahami bacaan tetapi juga memberikan

kesempatan bagi siswa untuk memantau sendiri proses belajar dan berpikir.

Tujuan model reciprocal teaching adalah memfasilitasi siswa untuk

berkomunikasi dan saling membantu dalam kelompoknya masing-masing dalam

memahami teks atau bacaan yang diberikan oleh guru.

Selain itu juga berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

(27)

12

komunikasi matematis siswa yang belajar menggunakan model reciprocal

teaching lebih baik dari kemampuan komunikasi matematis siswa dengan model

pembelajaran konvensional.

Dari penjelasan diatas sangat penting untuk meningkatkan kemampuan

komunikasi matematis dan kemandirian belajar siswa di dalam pembelajaran

reciprocal teaching hal ini dapat dilihat dari peneltian yang relevan serta

permasalahan- permasalahan yang ada di lapangan khususnya sekolah yang akan

diteliti. Dikarenakan pentingnya komunikasi matematis dan kemandirian belajar

siswa dalam belajar sehingga peneliti tertarik dalam meningkatkan komunikasi

matematis dan kemandirian belajar siswa guna untuk hasil belajar siswa yang

lebih baik lagi.

Memperhatikan uraian di atas, secara umum dapat dikatakan selain

penggunaan model pembelajaran yang sesuai dalam pembelajaran dikelas dan

menyadari akan pentingnya peningkatan kemampuan komunikasi matematis dan

kemandirian belajar siswa maka judul untuk penelitian ini adalah: “Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching di SMK Swasta Gema Buwana.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat diidentifikasikan

beberapa masalah, sebagai berikut :

1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa.

(28)

13

3. Siswa masih kesulitan dalam menjawab soal yang membutuhkan gambar

dan tabel.

4. Sikap kemandirian belajar siswa SMK masih rendah.

5. Pembelajaran matematika yang dilaksanakan masih dengan cara

konvensional.

6. Persiapan dan strategi guru dalam mengajar masih kurang.

1.3 Batasan Masalah

Masalah yang teridentifikasi di atas merupakan masalah yang cukup luas

dan kompleks, agar penelitian yang akan dilakukan lebih terfokus maka penelitian

ini membatasi masalah pada:

1. Kemampuan komunikasi matematis siswa SMK Gema Buwana masih

rendah, hal ini dapat dilihat dalam menyelesaikan soal.

2. Kemandirian belajar siswa SMK Gema Buwana masih rendah.

3. Penggunaan model pembelajaran Reciprocal Teaching belum dipahami

dan dilaksanakan oleh guru matematika SMK Gema Buwana.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah penelitian yang akan

diselidiki dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran reciprocal teaching lebih tinggi daripada

kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran

(29)

14

2. Apakah peningkatan kemandirian belajar siswa yang memperoleh

pembelajaran reciprocal teaching lebih baik daripada kemandirian belajar

siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal

matematika (tinggi, sedang, rendah) siswa terhadap peningkatan kemampuan

komunikasi matematis siswa?

4. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal

matematika (tinggi, sedang, rendah) siswa terhadap peningkatan kemandirian

belajar matematika siswa?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian berdasarkan rumusan yang telah dikemukakan di

atas adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran reciprocal teaching lebih tinggi daripada

kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran

konvensional.

2. Menganalisis peningkatan kemandirian belajar siswa yang memperoleh

pembelajaran reciprocal teaching lebih baik daripada kemandirian belajar

siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

3. Menganalisis tentang interaksi antara pendekatan pembelajaran dan

kemampuan awal matematika (tinggi, sedang, rendah) siswa terhadap

(30)

15

4. Menganalisis tentang interaksi antara pendekatan pembelajaran dan

kemampuan awal matematika (tinggi, sedang, rendah) siswa terhadap

peningkatan kemandirian belajar matematika siswa.

1.6. Manfaat Penelitian

Sebagaimana yang telah diuraikan pada latar belakang masalah, bahwa

kemampuan matematika sangat penting dan perlu dikuasai, sementara

kemampuan ini masih kurang memuaskan, maka perlu adanya upaya untuk

menanggulangi masalah ini. Penelitian ini diharapkan berguna untuk:

1. Untuk Guru

Menjadi acuan bagi guru matematika dalam menerapkan pembelajaran

reciprocal teachingdalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan

kemandirian belajar siswa. Dan juga sebagai salah satu alternatif model

pembelajaran yang dapat digunakan pada pembelajaran matematika.

2. Untuk Kepala Sekolah

Memberikan izin dan dukungan kepada setiap guru untuk mengembangkan

model-model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan komunikasi

matematis dan kemandirian belajar siswa pada khususnya dan hasil belajar

matematika siswa pada umumnya.

3. Untuk Siswa

Diharapkan melalui pembelajaran yang tepat akan terbina sikap belajar yang

baik dan tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan masalah matematika

sehingga dapat berakibat pada meningkatnya kemampuan komunikasi

matematis dan kemandirian belajar siswa khususnya dan peningkatan hasil

(31)

16

4. Untuk Peneliti

Memberikan sumbangan pemikiran kepada peneliti lain dan pengajar

tentang bagaimana meningkatkan kemampuan komunikasi dan kemandirian

(32)

163

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, L. 2012. Efektivitas Penggunaan Model Reciprocal Teaching Dengan Melakukan Fieldtrip Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal. Semarang: IAIN Walisongo.

Adiningsih, D. 2012. Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Metode Mengajar Guru Dan Kemandirian Belajar Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Program Keahlian Akuntansi SMK Batik Perbaik Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012. Jurnal. Yogyakarta: UNY.

Agustyaningrum, N. 2010. Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 5e Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Sleman. Jurnal. Yogyakarta: UNY.

Ahmad, A. 2014. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Motivasi Siswa dengan Pembelajaran Pendekatan Quantum Learning pada Siswa SMP 5 Lhokseumawe. Jurnal. Banda Aceh: PPs. Universitas Syiah Kuala.

Anggoro. 2000. Meningkatkan Keberanian Bertanya Siswa Kelas II Pada Kegiatan Belajar Mengajar di SMU II Surakarta. Jurnal. online. Surakarta: Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta.

Ansari, B. I. 2004. Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik melalui Strategi Think-Talk-Write (Eksperimen di SMUN Kelas I Bandung). Disertasi. Bandung: UPI. Tidak diterbitkan.

Ansari, B. 2009. Komunikasi Matematik Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh: Yayasan Pena.

Ansari, B.I. 2014. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Dengan Menggunakan Model Investigasi Kelompok. Jurnal. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.

Arifiyandi, R.G. 2013. Peningkatan hasil Belajar Matematika Melalui Model Recipprocal Teaching Pokok Bahasan Teorema Pythagoras Siswa Kelas VIII Semester 1 SMP Negeri 2 Porong.Tesis. Malang Peraturan Menteri Pendidikan. Malang: IKIP Budi Utomo Malang.

Arikunto, S. 2007. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. jakarta: Rineka Aksara

Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 6. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta.

(33)

164

Seminar Nasional RME di Universitas Sanata Dharma.

Baroody, A.J. 1993. Problem Solving, Reosoning, and Communicating, K-8. Helping Children Think Mathematically. New York: Merril, an inprint of Macmillan Publishing, Company.

BSNP. 2006. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah (Nasional No.22 dan No.23 Th.2006) . Jakarta: PT. Binatama Raya.

Chabib, T. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dahar, R.W. 2002. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Efendi, N. 2013. Pendekatan Pengajaran Recipprocal Teaching Berpotensi Meningkatkan Ketuntasan Hasil Belajar Biologi Siswa. Jurnal. Sidoarjo: Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

Ellianawati, S. 2012. Pengembangan Bahan Ajar Fisika Matematika Berbasis Self Regulated Learning Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Belajar Mandiri. Jurnal. FMIPA UNNES: Semarang.

Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal. Bandung: UPI.

Fahradina, N. 2014. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kemandirian

Belajar Siswa SMP dengan Menggunakan Model Investigasi Kelompok. Jurnal.

Banda Aceh: Unsyiah.

Fatimah, S. 2013. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (Tps). Jurnal. Banda Aceh: PPs.Unsyiah.

Fauzi, M. A. 2011. Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa dengan Pendekatan Pembelajaran Metakognitif Di Sekolah Menengah Pertama. Proceeding Building the Nation Character through Humanistic Mathematics Education. Department of Mathematics Education, Yogyakarta State University.

Fitriani, A. 2013. Peningkatan Kemandirian Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Strategi Metakognitif Berbasis Tutor Sebaya Bagi Siswa SMP. Artikel Publikasi. Surakarta:FKIP UMS.

Fraenkel, Jack R. dan Norman E.Wallen. 1993. How to Design and

(34)

165

Hake, R. 1999. Analizing Change/Gain Scores. (online). Tersedia: htt://www.physics.Indiana.edu/~sdi/Analyzing Change-Gain.pdf [18 Nopember 2015].

Hambali. 2013. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Komunikasi Matematis Siswa SMP Dengan Pendekatan Kontekstual (CTL). Tesis. Medan: PPs UNIMED.

Hasanah, S. dkk, 2011. Pembelajaran Model Reciprocal Teaching Bernuansa Pendidikan Karakter Untuk Meningkatkan Kemampuan Komuniasi Matematis. Unnes Journal of Mathematics Education Research.

Hasratuddin. 2015. Mengapa Harus Belajar Matematika? Medan: Perdana Publishing.

Husna. 2013. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (Tps). Jurnal. Banda Aceh: PPs.Unsyiah.

Hudojo, H. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang. IKIP Malang.

Huggins, B. 1999. Communication in Mathematics. Master’s Action Research Project, St. Xavier University & IRI/Skylight.

Hulukati, E. 2005. Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematika SMP Melalui Model Pembelajaran Generatif. Disertasi. Pascasarjana UPI: Tidak Diterbitkan.

Husna. 2013. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS). Jurnal. Bandung: UPI

Izzati, N. 2012. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistis. Disertasi. Bandung: UPI.

Kadir, A. 2015. Pengertian Mysql. Buku Pintar Programer Pemula PHP. Yogyakarta: Mediakom.

Karnasih, I. 2015. Pengajaran dan Pembelajaran Matematika. (Terjemahan: Teaching and Learning Mathematics: Bergeson). Medan: UNIMED Press.

Markaban. 2004. Logika Matematika. Yogyakarta: Depdiknas.

(35)

166

Elektronika Digital Di SMK Sunan Drajat Lamongan. Jurnal. Surabaya: UNS

Nasution, S. 1982. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bandung: Bumi Aksara

NCTM. 2000. Principles and Standards for School mathematics. Reston: Virginia.

Nuridawani, 2012. Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Banda Aceh: Program Studi Magister Pendidikan Matematika Universitas Syiah Kuala.

Palincar, A dan Brown,A. 1984. Reciprocal Teaching of Comprehention-Forestering and Comprehention-Monitoring Activities. Cognition and Instruction. Avaiable at: http://people.usac.ed/Palincsar reprocicalTeaching. Diunduh September 2015.

Pannen,. 2001. Kontrukvisme dalam Pembelajaran. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Jakarta.

Pugalee, D. A. 2001. Using Communication to Develop Student’s Literacy. Journal Research of Mathematics Education 6(5), 296-299.

Purnamasari, Y. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (Tgt) Terhadap Kemandirian Belajar Dan Peningkatan Kemampuan Penalaran Dan Koneksi Matematik Peserta Didik SMPN 1 Kota Tasikmalaya. Jurnal. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Terbuka

Rachmayani, D. 2014. Penerapan Pembelajaran Reciprocal Teaching Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Dan Kemandirian Belajar Matematika Siswa. Jurnal. Jakarta: Unv. Muhammadiyah Jakarta.

Rahayu, S. Windayana, H. 2015. Model Kooperatif Tipe Learning Together Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Antologi. Bandung: UPI.

Razis, R. 2014. Peningkatan Kemandirian Belajar Dalam Penyelesaian Soal Matematika Dengan Strategi Cooperative Group Investigation. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ruseffendi. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

(36)

167

Saleh. 2007. Pembelajaran Matematika Realistik Untuk Topik Persegi Panjang Dan Persegi Di Kelas VII SMP Negeri 9 Kendari. Jurnal. Surabaya: UNS

Sanjaya, W. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Bandung: Prenada Media Group.

Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi Pascasarjana UPI: Tidak Diterbitkan.

Sardiman, A.M. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sariyasa. 2014. Pengaruh Model Reciprocal Teaching Terhadap Pemahaman Konsep Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SD. Jurnal. Singaraja: PPs Universitas Pendidikan Ganesha.

Slavin. 2008. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Slavin.

Soviawati, E. 2011. Pendekatan Matematika Realistik (PMR) untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Siswa di Tingkat Sekolah Dasar. Jurnal. online. Tersedia: http://jurnal.upi.edu/file/9-Evi_Soviawatiedit.pdf (diakses pada tanggal 15 Desember 2013)

Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : CV Alfabeta.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. R & D. Bandung : CV Alfabeta.

Suherman, E. dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Tim MKBPM JICA UPI Bandung.

Sulthani, Z. 2014. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Unggulan dan Siswa Kelas Reguler Kelas X SMA Panjura Malang pada Materi Logika Matematika. Jurnal. Online. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sumardoyo. 2004. Karakteristik Matematika Dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Depdiknas.

Sumarmo, U. 2000. Pengembangan Model Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Intelektual Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Dasar. Laporan Penelitian FMIPA UP. Tidak diterbitkan.

(37)

168

Sumarmo, U. (2005). Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Tahun 2002 Sekolah Menengah. Makalah pada Seminar Pendidikan Matematika di FMIPA. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.

Suranto, E. 2011. Matematika 2 SMK Kelas XI. Bogor: Yudhistira.

Suryabrata. 2000. Pengertian Belajar Menurut Ahli. Online. Tersedia: htt://belajarpsikologi. Com/ teori belajar/ (14 September 2015).

Syahputra, E. 2013. Statistika Matematika. Medan: Unimed Press.

Tegeh, I.M. 2014. Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Self Regulated Learning Dengan Model Addie Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Seni Budaya Bagi Siswa Kelas Vii Smp Negeri 3 Mendoyo. Jurnal. Singaraja: PPs Universitas Pendidikan Ganesha.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Trianto. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Umar, W. 2012. Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal. Bandung: STKIP Siliwangi Bandung.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wijaya. A. 2012. Pengaruh Perbandingan Yoghurt Dengan Ekstrak Buah Jambu Biji Merah dan Perbandingan Zat Penstabil Terhadap Mutu Permen Jelly. Disertasi. USU, Medan

Yunigrum, D. 2016. Meningkatkan Kemandirian Belajar Matematika Melalui Metode Jigsaw Bagi Siswa Kelas XII AP Semester Gasal SMK Negeri 1 Jogonalan Klaten Tahun Pelajaran 2015 / 2016. Jurnal. Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 2 Nomor 5 Juni Tahun 2016

Gambar

Gambar 1.1 : Jawaban Salah Satu Siswa  ....................................................................
Gambarlah daerah penyelesaian dari sistem pertidaksamaan linier berikut untuk x,
Gambar 1.1 adalah jawaban salah satu dari siswa yang menjawab
Gambar 1.2: Slogan SMK

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan pengajaran melalui metode insersi atau lampiran ini dilihat dari segi waktu pelaksanaannya, tidaklah terlalu memakan banyak waktu, sebab disaat

[r]

premenstrual syndrome sedang dan berat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan remaja putri tentang menstruasi dengan.. kejadian

Dalam hal pelaksanaan komunikasi SBAR seorang perawat yang menunjukkan respon sikap yang positif cenderung akan melaksanakan seluruh aspek komunikasi SBAR pada saat

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. © Faisal

Berdasarkan evaluasi terhadap perhitungan PPh Pasal 21 atas karyawan pada tahun 2006 yang dipotong oleh PT Loka Mampang Indah Realty hanya sebagian kecil yang telah sesuai dengan

“Pengaruh Kepemimpinan, Komitmen Organisasi dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Penyadapan Perkebunan Nusantara IX (Persero) Balong Beji Kalitelo Kabupaten

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa harga yang ditawarkan kepada pelanggan, biaya yang sebenarnya terjadi, laba kotor yang dapat diakui sebagai laba yang