• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN IMUNOGENISITAS VAKSIN INAKTIF WHOLE CELL Aeromonas salmonicida DENGAN PENAMBAHAN JENIS ADJUVANT YANG BERBEDA PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio L)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN IMUNOGENISITAS VAKSIN INAKTIF WHOLE CELL Aeromonas salmonicida DENGAN PENAMBAHAN JENIS ADJUVANT YANG BERBEDA PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio L)"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

INCREASING OF IMUNOGENISITAS INACTIVE VACCINNE WHOLE CELL Aeromonas salmonicida BY ADDING DIFFERENT KINDS OF

ADJUVANT TO THE COMMON CARP (Cyprinus carpio L)

By

RIA HINDRA SARI

Carp erytrodermatitis disease cause by Aeromonas salmonicida has been recognized in common carp (Cyprinus carpio). One of the methods to prevent this disease is vaccination. Adjuvant has known able to enhaced immunogenicity of vaccine in application. Purpose of this research is to find out the level of immunogenicity of inactive vaccine A. salmonicida with additional of different adjuvants. The vaccine was inactivated by formaline 1%. This research consisted of five treatments that was no vaccination, vaccination without adjuvant, and vaccination with adding 3 different adjuvants (6 ppm aluminum hydroxide (Al(OH)3); 6 ppm aluminum potassium sulfate (KAl(SO4)2); Freud’s Incomplete adjuvant (FIA) (1:1 v/v)). Vaccine are administrated to common carp (±30 g body weight) each treatment by intra peritoneal injection of dosage 107 CFU/fish. Booster was conducted by same both method and dosage with first vaccination in 7 days post vaccination (dpv). Titer antibody each fish treatments was measured by microaglutination method at before vaccination (-1 dpv); 7 dpv; 14 dpv (7 days after booster), and 30 dpv. Results of this research showed that added of adjuvants enhaced immunogenicity of inactive vaccine of A. salmonicida in which showed by titer antibody of 25 for FIA and (KAl(SO4)2 , 24 for Al(OH)3 and vaccine without adjuvant, while 23 for no vaccine and adjuvant.

(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN IMUNOGENISITAS VAKSIN INAKTIF WHOLE CELL Aeromonas salmonicida DENGAN PENAMBAHAN JENIS ADJUVANT

YANG BERBEDA PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio L)

Oleh

RIA HINDRA SARI

Bakteri Aeromonas salmonicida dapat menyebabkan penyakit carp erytrodermatitis pada ikan mas (Cyprinus carpio). Salah satu cara untuk mencegah penyakit ini adalah dengan vaksinasi. Adjuvant diketahui dapat meningkatkan imunogenisitas vaksin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat imunogenesitas vaksin inaktif A. salmonicida dengan penambahan beberapa jenis adjuvant yang berbeda. Vaksin diinaktifasi dengan formalin 1% dan diinkubasikan selama 24 jam pada suhu ruang. Penelitian ini terdiri dari 5 perlakuan yaitu tanpa vaksinasi, vaksinasi tanpa adjuvant , dan vaksinasi dengan penambahan 3 jenis adjuvant yang berbeda (6 ppm Aluminum Hidroksida (Al(OH)3), 6 ppm Alumunium Potasium Sulfat (KAl(SO4)2), dan

Freud’s Incomplete Adjuvant (FIA) (1:1 v/v)). Vaksin diujikan pada 10 ekor ikan mas/perlakuan (berat ±30 gr) dengan cara suntik melalui intra peritoneal (107 sel/ikan). Booster dilakukan dengan metode dan dosis yang sama dengan vaksinasi pertama pada 7 hari setelah vaksinasi (hsv). Pengamatan titer antibodi setiap perlakuan diukur dengan metode mikroaglutinasi pada saat sebelum vaksinasi, 7 (hsv), 14 (hsv) (7 hari setelah booster), dan 30 (hsv). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan adjuvant mampu meningkatkan imunogenisitas vaksin inaktif A. salmonicida yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata titer antibodi yaitu 25 untuk FIA dan KAl(SO4)2, 24 untuk Al(OH)3 dan vaksin tanpa adjuvant, sedangkan hasil titer antibodi terendah pada perlakuan tanpa pemberian vaksin maupun adjuvant sebesar 23.

(3)
(4)

PENINGKATAN IMUNOGENISITAS VAKSIN INAKTIF WHOLE CELL Aeromonas salmonicida DENGAN PENAMBAHAN JENIS ADJUVANT

YANG BERBEDA PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio L)

(Skripsi)

Oleh

RIA HINDRA SARI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)

PENINGKATAN IMUNOGENISITAS VAKSIN INAKTIF WHOLE CELL Aeromonas salmonicida DENGAN PENAMBAHAN JENIS ADJUVANT

YANG BERBEDA PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio L)

Oleh

RIA HINDRA SARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN

Pada

Jurusan Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)
(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 7

2 Ikan Mas (Cuprinus carpio L) ... 8

3. Aeromonas salmonicida ... 11

4. Ikan Mas yang Terserang Bakteri A. salmonicida ... 13

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 5

1.3 Kerangka Pikir ... 5

1.4 Hipotesis ... 7

1.5 Manfaat dan Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Mas (Cyprinus carpio L) ... 8

2.1.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas (Cyprinus carpio L) ... 8

2.1.2 Habitat Hidup Ikan Mas (Cyprinus carpio L)... 10

2.2 Aeromonas salmonicida ... 10

2.2.1 Klasifikasi dan Karakteristik... 10

2.2.2 Penyebaran A. salmonicida ... 12

2.2.3 Patogenitas ... 13

2.3 Vaksinasi ... 13

2.3.1 Pengertian Vaksinasi ... 13

2.3.2 Metode Pemberian Vaksin ... 14

2.3.3 Tipe-Tipe Vaksin ... 14

2.4 Adjuvant ... 15

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

3.2 Alat dan Bahan ... 19

3.2.1 Penelitian Pendahuluan ... 19

(10)

3.2.1.2 Pembuatan Vaksin A. salmonicida dengan Penambahan

Adjuvant ... 20

3.2.1.3 Persiapan Penelitian ... 20

3.2.2 Uji Penambahan Adjuvant pada Vaksin A. salmonicida ... 20

3.2.3 Pengamatan ... 21

3.2.3.1 Titer Antibodi ... 21

3.2.3.2 Analisis Kualitas Air ... 21

3.3 Rancangan Penelitian ... 21

3.4 Metode Penelitian ... 23

3.4.1 Penelitian Pendahuluan ... 23

3.4.1.1 Pembuatan Media ... 23

3.4.1.2 Pembuatan Vaksin A. salmonicida dengan Penambahan Adjuvant ... 24

3.4.1.3 Persiapan Penelitian ... 25

3.4.2 Uji Penambahan Adjuvant pada Vaksin A. salmonicida ... 25

3.4.3 Pengamatan ... 25

3.4.3.1 Titer Antibodi ... 25

3.4.3.2 Anaisis Kualitas Air ... 27

3.5 Paramater Uji ... 27

3.6 Analisis Data ... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 28

4.1.1 Titer Antibodi Vaksin Inaktif Whole Cell A. salmonicida dengan Penambahan Jenis Adjuvant yang Berbeda ... 28

4.1.2 Parameter Kualitas air ... 30

4.1.3 Hasil Analisis Data ... 31

4.2 Pembahasan ... 31

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 36

5.2 Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

DAFTAR ISTILAH ... 42

(11)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 5

1.3 Kerangka Pikir ... 5

1.4 Hipotesis ... 7

1.5 Manfaat dan Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Mas (Cyprinus carpio L) ... 8

2.1.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas (Cyprinus carpio L) ... 8

2.1.2 Habitat Hidup Ikan Mas (Cyprinus carpio L)... 10

2.2 Aeromonas salmonicida ... 10

2.2.1 Klasifikasi dan Karakteristik... 10

2.2.2 Penyebaran A. salmonicida ... 12

2.2.3 Patogenitas ... 13

2.3 Vaksinasi ... 13

2.3.1 Pengertian Vaksinasi ... 13

2.3.2 Metode Pemberian Vaksin ... 14

2.3.3 Tipe-Tipe Vaksin ... 14

2.4 Adjuvant ... 15

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

3.2 Alat dan Bahan ... 19

3.2.1 Penelitian Pendahuluan ... 19

(12)

ii

3.2.1.2 Pembuatan Vaksin A. salmonicida dengan Penambahan

Adjuvant ... 20

3.2.1.3 Persiapan Penelitian ... 20

3.2.2 Uji Penambahan Adjuvant pada Vaksin A. salmonicida ... 20

3.2.3 Pengamatan ... 21

3.2.3.1 Titer Antibodi ... 21

3.2.3.2 Analisis Kualitas Air ... 21

3.3 Rancangan Penelitian ... 21

3.4 Metode Penelitian ... 23

3.4.1 Penelitian Pendahuluan ... 23

3.4.1.1 Pembuatan Media ... 23

3.4.1.2 Pembuatan Vaksin A. salmonicida dengan Penambahan Adjuvant ... 24

3.4.1.3 Persiapan Penelitian ... 25

3.4.2 Uji Penambahan Adjuvant pada Vaksin A. salmonicida ... 25

3.4.3 Pengamatan ... 25

3.4.3.1 Titer Antibodi ... 25

3.4.3.2 Anaisis Kualitas Air ... 27

3.5 Paramater Uji ... 27

3.6 Analisis Data ... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 28

4.1.1 Titer Antibodi Vaksin Inaktif Whole Cell A. salmonicida dengan Penambahan Jenis Adjuvant yang Berbeda ... 28

4.1.2 Parameter Kualitas air ... 30

4.1.3 Hasil Analisis Data ... 31

4.2 Pembahasan ... 31

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 36

5.2 Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

DAFTAR ISTILAH ... 42

(13)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(14)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 7

2 Ikan Mas (Cuprinus carpio L) ... 8

3. Aeromonas salmonicida ... 11

4. Ikan Mas yang Terserang Bakteri A. salmonicida ... 13

5. Grafik Hasil Rata-Rata Titer Antibodi dalam 2Log2 ... 29

(15)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pembuatan Media TSA ... 47

2. Pembuatan Media TSB ... 48

3. Pembuatan Media GSP dan PBS ... 49

4. Pembuatan Vaksin ... 50

5. Pengenceran Vaksin dan Penambahan Adjuvant ... 51

6. Penyuntikan Vaksin dengan Penambahan Adjuvant ... 52

7. Pengamatan Titer Antibodi ... 53

8. Data Ikan Mas Uji yang Digunakan ... 54

9. Foto-Foto Alat yang Digunakan Saat Penelitian ... 55

10. Foto-Foto Bahan yang Digunakan Saat Penelitian ... 60

(16)
(17)

DAFTAR PUSTAKA

Alifuddin, M. 2002. Imunostimulasi pada Hewan Akuatik. Jurnal Akuakultur Indonesia. 1(2): 87–92.

Anderson, D.P. 1997. Adjuvant and Immunostimulants for Enhancing Vaccine Potency in Fish. Hal 257-256 In: Fish Vaccinolgy. Gudding, R., Lillehaug, A., Midtlyng, P.J., and Brown, F.Leds. Der Bid Stand. Basel. Kager. 484 (90): 257-265.

Anonim. 2007. Metode Standar Pemeriksaan HPIK Golongan Bakteri. Pusat Karantina Ikan.66 Hal.

Astuti, P., G. Alam, S.U.T. Pratiwi, T. Hertiani, dan S. Wahyuono. 2003. Skrining Senyawa Anti Infeksi dari Spons yang Dikoleksi dari Bunaken, Manado. Biota 127(8): 47-52.

Azhar, F. 2011. Vibriosis pada Pendederan Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) di Pulau Payung Kepulauan Seribu. (Skripsi). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.43 Hal.

Baratawidjaya, K.G. 2006. Imonulogi Dasar. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penerbit Gaya Baru, Jakarta. 88 Hal.

Cholik, F., Artati dan R. Arifudin. 1986. Pengelolaan Kualitas Air Kolam. INFIS Manual Seri Nomor 36. Dirjen Perikanan. Jakarta. 52 Hal.

Cipriano, R.C and G.L.Bullock. 2001. Carp erytrodermatitis and Other

Diseases Caused By Aeromonas salmonicida. Fish Diseases Leaflet 66. West Virginia. 33: 2-8.

(18)

Firdaus, A. 2004. Pengaruh Pemberian Vitamin C dalam Percobaan

Imunoprofilaksis Terhadap Infeksi Bakteri Streptococcus iniae pada Ikan Nila (Oreocromis niloticus Linne). Program Studi Teknologi dan Managemen Akuakultur. Departemen Budidaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 47 Hal.

Hadie, W., A.M. Lusiastuti, Sularto, dan E. Tahapari. 2010. Imunitas Maternak Terhadap Aeromonal hydrophila: Peng aruhnya Terhadap Fekunditas dan Daya Tetas Ikan Patin Siam (Pangasionodon hypophthalmus). Pusat Riset Perikanan Budidaya: Jakarta Selatan. J. Ris. Akuakultur 2(5): 229-235. Hem, S.L and H. Hogenesch. 2007. Alumunium-Containing Adjuvants:

Properties Formulation, and Use. Hal 81-114 In: Vaccine Adjuvant s and Delivery Systems. Monmohan Singh (ed). Novartis Vaccines Emeryville, California. 470 Hal.

Ibrahem, M.D., R.M.H. Arab, M.M. Mostafa and M.A. Rezk. 2008. Evaluation of Different Vaccination Strategies for Control of (Mas) in Nile Tilapia (O. Niloticus) in Egypt. 8th International Symposium on Tilapia in Aquacultur. Hal 1157-1175.

Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Tolestei. Gadjah Mada University Press. Yogyakkarta. 256 Hal.

Isnansetyo, A. 1996. Penambahan Vitamin C pada Pakan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) untuk Meningkatkan Tanggap Kebal Terhadap Vaksin

Aeromonas hydrophila. Jurnal Perikanan UGM (GMU J. Fish. S.Ci.). 1(1):35-41.

Johnny, F., D. Roza dan Zafran. 2008. Aplikasi dan Efektivitas Vaksin Anti Parasit pada Pembenihan Ikan Kerapu Pasir (Epinephelus corallicola) di Hatcheri. J.Ris. Akuakultur. 2(3): 233-240.

Kamiso, H. N., A. Isnansetyo, Triyanto, M. Murdjani dan L. Sholichah. 2005. Efektifitas Vaksin Polivalen untuk Pengendalian Vibriosis pada Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis). Jurnal Perikanan (J.Fishm Sci).7(2): 95-100. Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2009. Laporan Statistik Perikanan.

Kementrian Perikanan dan Kelautan. 173 Hal.

Khairuman. S. Dodi dan G. Bambang. 2008. Budidaya Ikan Mas Secara Intensif. Pt Agromedia Pustaka. Jakarta. 358 Hal.

(19)

Lembar Informasi Pertanian (Liptan) Ip2tp Mataram. 2000. Ikan Mas Rajadanu. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Mataram No. 06/Liptan/2000. Diterbitkan Nopember 2000 Agdex : 442. 4 Hal.

Lindblad, E. B. 2007. Safety Evaluation of Vaccine Adjuvant. Hal 421-444 In: Vaccine Adjuvant s and Delivery Systems. Monmohan Singh (ed). Novartis Vaccines Emeryville, California. 470 Hal.

Mattjik, A. A,. I.M. Sumertajaya. 2002. Perencanaan Percobaan. IPB Press. Bogor. 282 Hal.

Mones, R. A. 2008. Gambaran Darah pada Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn) Strain Majalaya yang Berasal dari Daerah Ciampea Bogor. (Skripsi). Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. 35 Hal.

Nur. Sukenda dan D. Dana. 2004. Ketahanan Benih Ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus Linn.) dari Hasil Induk yang Diberi Vaksin Terhadap Infeksi Buatan Streptococcus iniae. Jurnal Akuakultur Indonesia. 3(1): 37-43. Radji, M. 2010. Imunologi dan Virologi. PT. Isfi Penerbitan: Jakarta Barat. 323 Hal.

Rajput, Z.I, H.U. Song-hua. X.Chen-wen dan A. Abdullah. 2007. Adjuvant Effects of Saponins on Animal Immune Responses. Journal of Zhejiang University Science B. 8(3):153-161

Retmonojati, K. 2007. Penyimpanan Vaksin Polivalen Vibrio dengan

Penambahan Adjuvant dan Gliserol. (Skripsi). Jurusan Perikanan. Fakultas Pertanian. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 29 Hal.

Roberson, B.S. 1990. Bacterial Agglutination. In: Techniques in Fish Immunology J. S. Stolen, T. C. Fletcher, D. P. Anderson, B. S. Roberson, and W. B. Van Muiswinkel (eds). SOS Publication, Fair Haven, New Jersey. Hal 81-86 Santoso, R. H. 2011. Uji Coba Penggunaan Pelet yang Mengandung

Imunoglobulin-Y (Ig-Y) Anti Koi herpesvirus Sebagai Pencegah Penyakit pada Ikan Mas (Cyprinus carpio). (Skripsi). Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. 51 Hal.

Singh, M., M. Ugozzoli, J. Kazzaz, J. Chesko, E. Soenawan, D. Mannuci, F. Titta, M. Contorni, G. Volpini, G.D. Guidice and D.T. Hagan. 2006. A Preliminary Evaluation of Alternative Adjuvant s to Alum Using A Range of Established and New Generation Vaccine Antigens. Vaccine. 24.: 1680 – 1686.

(20)

Soeripto.2002. Pendekatan Konsep Kesehatan Hewan Melalui Vaksinasi. Jurnal Litbang Pertanian, 21(2). Hal:55.

Stills, H. F. 2005. Adjuvant s and Antibodi Production: Dispelling The Myths Associated With Freund’s Complete and Other Adjuvant’s. ILAR Journal. 293(46): 280-293.

Syawal, H dan Y.I. Siregar. 2010. Imunisasi Ikan Jambal Siam dengan Vaksin Ichtyophthirius multifiliis. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Universitas Riau Pekanbaru. Jurnal Veteriner. Vol.11 No.3 : 163-167. Vonti, O. 2008. Gambaran Darah Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn) Strain Sinyonya yang Berasal dari Daerah Ciampea-Bogor. (Skripsi). Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. 60 Hal.

Wiralis. 2008. Pengaruh Pemberian Jus Jambu Biji (Psidium guajava L) Terhadap Kadar Ion Nitrit dan Gambaran Histopatologik Panus Sendi Adjuvant Induced Arthritis Tikus Wistar. Universitas Diponegoro. Semarang. 102 Hal.

Yusman, D.A. 2006. Hubungan Antara Aktivitas Antibakteri Kitosan dan Ciri Permukaan Dinding Sel Bakteri. (Skripsi). Departemen Kimia

(21)

DAFTAR ISTILAH

Aerob : Organisme yang melakukan metabolisme dengan bantuan oksigen yang dalam prosesnya dikenal sebagai respirasi

sel, menggunakan oksigen untuk mengoksidasi substrat

(sebagai contoh gula dan lemak) untuk memperoleh energi.

Adjuvant : Agen yang dapat merangsang sistem kekebalan tubuh dan

meningkatkan respon terhadap vaksin , tanpa memiliki spesifik antigen efek dalam dirinya sendiri yang bertindak untuk mempercepat, memperpanjang, atau meningkatkan tanggapan kekebalan bila digunakan dalam kombinasi dengan antigen vaksin tertentu

Aglutinasi : Penyatuan partikel atau sel yang terdapat dalam cairan (seperti aglutinasi sel darah merah apabila darah berbagai golongan dicampur atau aglutinasi bakteri dalam kondisi tertentu)

Antibodi : Glikoprotein dengan struktur tertentu yang disekresi dari limfosit-B yang telah teraktivasi menjadi sel plasma sebagai respon dari antigen tertentu dan reaktif terhadap antigen tersebut.

(22)

Carp

erytrodermatitis

: Penyakit yang disebabkan oleh A. salmonicida yang menyerang ikan mas.

Fagosit : Sel darah putih yang melindungi tubuh dengan menelan

partikel asing berbahaya, bakteri, dan sel-sel mati atau sekarat

Fagositosis : Pencaplokan partikel seperti bakteri atau mikroorganisme lain, sel darah merah yang menua, benda asing, dll oleh fagosit, yaitu jenis-jenis leukosit seperti neutrofil dan monosit.

Furunculosis : Penyakit yang disebabkan oleh A. salmonicida yang awalnya menyerang ikan salmon dan menyebar ke ikan air tawar seperti ikan mas.

Indol : Senyawa heterosiklik aromatic organic yang memiliki

struktur bisiklik, terdiri dari cincin benzena beranggota enam menyatu dengan sebuah cincin beranggota lima pirol yang mengandung nitrogen.

Injeksi IP : Suntikan zat ke dalam peritoneum (rongga tubuh) ikan.

Katalase : Jenis enzim yang mampu memecah ikatan karbon dan

ikatan karbon-nitrogen.

Laktosa : Bentuk disakarida dari karbohidrat yang dapat dipecah

menjadi bentuk lebih sederhana yaitu galaktosa dan glukosa.

Limfosit : Sejenis sel darah putih pada sistem kekebalan vertebrata, limfosit memiliki peranan penting dalam sistem

(23)

Makrofag : Sel darah putih dalam jaringan, yang dihasilkan oleh pembagian monosit Major Histocompatibility Complex atau MHC

: Sekumpulan gen yang ditemukan pada semua jenis vertebrata. Protein MHC yang disandikan berperan dalam

mengikat dan mempresentasikan antigen peptida ke sel T.

Memori imunologis

: Bagian dari sistem kekebalan tiruan yang memberikan perlindungan kepada inangnya dengan melakukan respon yang lebih cepat dan lebih efektif terhadap infeksi yang ditimbulkan oleh antigen dari jenis yang sebelumnya pernah melakukan infeksi akut.

Monosit : Sebuah leukosit berinti sel tunggal (mononuklear) yang relatif besar yang biasanya berkisar pada 3-7% dari leukosit dalam sirkulasi darah dan umumnya ditemukan pada kelenjar getah bening/limfa, sumsum tulang, dan jaringan ikat.

Mutasi : Perubahan yang terjadi pada bahan genetik (DNA maupun RNA), baik pada taraf urutan gen (disebut mutasi titik)

maupun pada taraf kromosom.

Neutrofil : Satu jenis sel darah putih, khususnya yang berbentuk granulosit, yang berisi pewarnaan butiran netral, kantung-kantung kecil enzim yang membantu sel untuk membunuh dan mencerna mikroorganisme setelah ditelan oleh

fagositosis.

Patogen : Agen biologis yang menyebabkan penyakit pada inangnya

Residu : Sisa bahan yang tidak terpakai (ampas).

(24)

penyakit ke dalam tubuh atau mencegah terjadinya kerusakan jaringan yang diakibatkan oleh racun yang dikelurkan oleh bibit penyakit.

Sel dendrite : Sel-sel kekebalan yang berfungsi dalam presentasi antigen dan aktivasi limfosit T.

Sel Plasma : Benda bersifat hidup yang terdapat di dalam sel, berbentuk cairan yang agak kental.

Sel B : Limfosit yang memainkan peran penting pada respon imun humoral yang berbalik pada imunitas selular yang diperintah oleh sel T.

Sel memori : Sekelompok sel yang membantu tubuh mempertahankan diri terhadap penyakit dengan mengingat paparan

sebelumnya dari organisme tertentu (misalnya virus atau bakteri).

Sel T : Sel di dalam salah satu grup sel darah putih yang diketahui sebagai limfosit dan memainkan peran utama pada

kekebalan selular.

Vaksin : Suatu antigen yang biasanya berasal dari jasad patogen yang telah dilemahkan atau dimatikan yang berfungsi untuk meningkatkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit tertentu

(25)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan komoditas perikanan yang sangat populer dan termasuk jenis ikan konsumsi yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia karena mudah didapatkan, dagingnya empuk, dan rasanya yang gurih (Mones, 2008). Produksi ikan mas di Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya permintaan. Produksi ikan mas selalu meningkat yaitu berturut-turut dari tahun 2005-2009 yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Produksi Ikan Mas

No Tahun Jumlah (ton)

1 2005 216,920

2 2006 247,633

3 2007 285,100

4 2008 375,000

5 2009 446,800

Sumber : Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2009

(26)

khususnya dari segi ekonomi. Timbulnya penyakit pada ikan merupakan interaksi antara jasad patogen (parasit), ikan (inang) dan lingkungan. Penyakit pada ikan dapat disebabkan oleh jamur, parasit, bakteri, dan virus. Salah satu jenis penyakit yang disebabkan bakteri Aeromonas salmonicida dan dapat menjadi masalah serius pada kegiatan budidaya khususnya pada budidaya ikan Salmon Atlantik disebut dengan penyakit furunculosis (Anonim, 2007).

Bakteri A. salmonicida ini dapat juga mengginfeksi ikan air tawar, contohnya ikan mas yang disebut dengan penyakit carp erytrodermatitis. A. salmonicida banyak terdapat di daerah budidaya salmonid Amerika Serikat, Jepang, Eropa, Australia kecuali di Tasmania dan Selandia Baru. Sedangkan di Indonesia dijumpai di Jawa, Aceh Tengah, dan Kalimantan Barat (Anonim, 2007).

Upaya yang dilakukan dalam pengendalian penyakit yang disebabkan oleh bakteri A. salmonicida umumnya menggunakan antibiotik. Antibiotik dapat diberikan melalui penyuntikan, perendaman, atau dicampur dengan pakan. Di Norwegia pada tahun 1990, untuk mengontrol A. salmonicida pada ikan digunakan 30 ton antibiotik (Sorum, 2000 dalam Soeripto, 2002). Penggunaan antibiotik dapat mengobati ikan yang terinfeksi dengan cepat, namun penggunaan dalam jangka panjang dapat menyebabkan timbulnya resistensi dan bersifat residu pada ikan (Astuti, dkk., 2003).

Oleh sebab itu untuk pengendalian penyakit tersebut diperlukan adanya

(27)

dua macam, yaitu vaksin hidup (vaksin aktif) dan vaksin mati (vaksin inaktif). Pada penelitian kali ini jenis vaksin yang digunakan adalah vaksin inaktif. Vaksin Inaktif adalah vaksin yang berasal dari mikroorganisme yang telah

dimatikan untuk merangsang agar tubuh memproduksi antibodi sendiri. Beberapa keuntungan dari vaksin inaktif antara lain dapat memberikan respon imun

humoral jika diberikan vaksinasi ulang (booster), dan tidak menyebabkan mutasi atau reverse yang akan menimbulkan virulen kembali pada ikan (Radji, 2010). Pemberian vaksin dapat meningkatkan kekebalan ikan terhadap antigen yang diberikan dan tidak menimbulkan pencemaran di lingkungan perairan (Syawal dan Siregar, 2010).

Keberhasilan vaksinasi pada ikan dapat dibuktikan pada tahun 1993 di Norwegia, vaksin A.salmonicida memberikan dampak yang luar biasa dengan menurunnya wabah penyakit furunculosis dan penggunaan antibiotik yang semula mencapai puluhan ton per tahun menjadi hanya beberapa ratus kilogram saja (Soeripto, 2002).

Vaksinasi telah banyak dilakukan di Indonesia khususnya untuk mencegah beragam penyakit yang menyerang ikan. Contohnya saja pemberian vaksin polivalen untuk pengendalian vibriosis pada kerapu tikus (Cromileptes altivelis) (Kamiso, dkk., 2005), aplikasi dan efektivitas vaksin anti parasit pada pembenihan ikan kerapu pasir (Epinephelus corallicola) di hatchery (Johnny, dkk., 2008), dan Imunisasi Ikan Jambal Siam (Pangasius hypophthalmus) dengan Vaksin

(28)

Vaksin yang baik harus efektif dalam merangsang sistem imun sehingga dapat mempertahankan tubuh dari serangan mikroorganisme patogen. Vaksin juga harus stabil dan imunogenisitasnya tidak mudah berkurang, selain itu vaksin harus mudah didapat dengan harga yang terjangkau serta memenuhi persyaratan kualitas mutu yang baik dan aman untuk digunakan (Radji, 2010). Agar respon kekebalan yang disebabkan oleh vaksin semakin meningkat dan tahan lama, maka

diperlukan penambahan adjuvant ke dalam vaksin untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh ikan.

Pada penelitian ini, vaksin disuntikan pada benih ikan dengan bobot ±30 gram atau berukuran panjang 12-15 cm (Liptan Mataram, 2000). Pemberian vaksin

pada ukuran benih dikarenakan vaksin digunakan untuk pencegahan penyakit bukan mengobatinya. Ikan pada ukuran benih merupakan titik rawan untuk terserang infeksi bakteri (Azhar, 2011).

Adjuvant seringkali ditambahkan ke dalam vaksin untuk meningkatkan

imunogenisitas vaksin. Baratawidjaya (2006) menyebutkan bahwa adjuvant yang baik harus mempunyai sifat dapat melepas antigen secara perlahan sehingga memperpanjang paparan antigen dengan sistem imun, mempertahankan integritas antigen, dan memacu respon imun dengan afinitas tinggi. Rajput, dkk., (2007) menyatakan bahwa vaksin dengan penambahan adjuvant dapat meningkatkan potensi sistem imun serta menambah lamanya perlindungan terhadap suatu infeksi penyakit pada hewan dan manusia.

(29)

dipergunakan adalah vaksin polivalen vibrio yang ditambahkan jenis adjuvant alumunium hidroksida (Al(OH)3) dan alumunium potasium sulfat (KAl(SO4)2) yang disuntikan pada mencit. Hasil yang didapatkan berdasarkan grafik titer antibodi menunjukkan hasil tertinggi pada dosis 6 ppm. Penggunaan adjuvant KAl(SO4)2 dan Al(OH)3 memberikan pengaruh terhadap hasil titer antibodi yang hampir sama, yaitu sekitar 29.

Saat ini sedang dikembangkan vaksin A. salmonicida, untuk itu perlu dilakukan penelitian penambahan adjuvant pada vaksin A. salmonicida untuk mengetahui tingkat imunogenisitas vaksin inaktif A. salmonicida dengan penambahan jenis adjuvant yang berbeda pada ikan mas (Cyprinus carpio L). Pengamatan tingkat imunogenisitas vaksin dengan penambahan adjuvant dilakukan secara in vitro skala laboratorium dengan menggunakan titer antibodi.

1.2Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat imunogenisitas vaksin inaktif A. salmonicida dengan penambahan jenis adjuvant yang berbeda pada ikan mas (Cyprinus carpio L).

1.3Kerangka Pikir

(30)

satunya dengan menggunakan antibiotik. Namun, pemakaian antibiotik yang terus-menerus dapat menyebabkan resistensi dan residu bagi ikan.

Oleh karena itu diperlukan pencegahan penyakit yang aman bagi ikan, manusia dan lingkungan. Salah satunya dengan menggunakan vaksin. Vaksin yang digunakan pada penelitian ini adalah vaksin inaktif. Keuntungan dari vaksin inaktif antara lain dapat memberikan respon imun humoral jika diberikan

vaksinasi ulang (booster), dan tidak menyebabkan mutasi atau reverse yang akan menimbulkan virulen kembali pada ikan (Radji, 2010).

Vaksinasi sudah menjadi cara yang paling efektif untuk menanggulangi penyakit

(Lindblad, 2007). Soeripto (2002) menyatakan bahwa vaksin Aeromonas yang

digunakan untuk mencegah penyakit berhasil menurunkan penggunaan antibakteria secara drastis.

Vaksin yang baik digunakan adalah vaksin yang stabil dan imunogenisitasnya tidak mudah berkurang (Radji, 2010). Salah satu cara untuk memperkuat sistem imunogenisitas vaksin adalah dengan penambahan adjuvant. Adjuvant dapat memperlambat proses penghancuran antigen dalam tubuh serta merangsang pembentukan kekebalan, sehingga akan terjadi kontak yang lebih lama dengan makrofag dan limposit.

(31)
[image:31.595.207.407.234.432.2]

tingkat imunogenisitas vaksin inaktif A. salmonicida dengan penambahan jenis adjuvant yang berbeda pada ikan mas (Cyprinus carpio L). Pengamatan tingkat imunogenisitas vaksin dengan penambahan adjuvant dilakukan secara in vitro skala laboratorium dengan menggunakan titer antibodi. Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

1.4Hipotesis

(1) H0 = σi = 0 (Tidak ada satupun jenis adjuvant yang dapat meningkatkan imunogenisitas vaksin inaktif A. salmonicida).

(2) H1 = σi ≠ 0 (Minimal ada satu jenis adjuvant yang dapat meningkatkan imunogenisitas vaksin inaktif A. salmonicida).

1.5Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan baru tentang pengaruh penambahan adjuvant untuk meningkatkan imunogenisitas vaksin, sehingga nantinya penggunaan vaksin ini akan menjadi lebih optimal.

Adjuvant

Vaksin inaktif A.salmonicida

Peningkatan imunogenisitas vaksin

Ikan Mas (Cyprinus carpio L)

(32)
(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Mas (Cyprinus carpio L)

2.1.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas (Cyprinus carpio L)

Klasifikasi ikan mas menurut Khairuman, dkk (2008) adalah sebagai berikut: Filum : Cordata

Kelas : Pisces

Ordo : Cypriniformes Famili : Cyprinidae Genus : Cyprinus

[image:33.595.163.464.486.635.2]

Spesies : Cyprinus carpio L

Gambar 2. Ikan Mas (Cyprinus carpio L) (Sumber: Santoso, 2011)

(34)

sepasang lubang hidung terletak di bagian kepala, dan tutup insang terletak di bagian belakang kepala. Seluruh bagian tubuh ikan mas ditutupi dengan sisik yang besar, dan berjenis cycloid yaitu sisik halus yang berbentuk lingkaran. Ikan Mas memiliki lima buah sirip, yaitu sirip punggung yang terletak di bagian punggung (dorsal fin), sirip dada yang terletak di belakang tutup insang (pectoral fin), sirip perut yang terletak pada perut (pelvic fin), sirip dubur yang terletak di belakang dubur (anal fin) dan sirip ekor yang terletak di belakang tubuh dengan bentuk cagak (caudal fin) (Santoso, 2011).

(35)

gerakan lebih gesit dan aktif, perbandingan panjang dengan tinggi badan 3,5:1(Sutanmuda 2007 dalam Vonti, 2008).

2.1.2 Habitat Hidup Ikan Mas (Cyprinus carpio L)

Ikan mas biasa hidup di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan deras seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 15O-600 meter di atas permukaan air laut, pada suhu 25-30° C DO >3, salinitas 0 dan pH air antara 7-8 (Khairuman, dkk., 2008). Menurut Vonti (2008) Semakin tinggi suhu air, maka kandungan oksigen terlarut akan semakin sedikit. Sebaliknya jika suhu air semakin rendah maka kandungan oksigen terlarut akan semakin besar.

2.2Aeromonas salmonicida

2.2.1 Klasifikasi dan Karakteristik

Klasifikasi ilmiah A. salmonicida menurut Anonim (2007) adalah sebagai berikut: Superkingdom : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Class : Gammaproteobacteria

Order : Aeromonadales

Family : Aeromonadaceae

Genus : Aeromonas

(36)
[image:36.595.198.426.84.248.2]

Gambar 3. Aeromonas salmonicida (Sumber: Cipriano and Bullock, 2001)

Keterangan gambar : A : A-layer (lapisan A),

OM : Outer membrane (membran luar), R : Rigid layer (lapisan kaku),

PM : Plasma membrane (membran plasma),

B : Pili like appendages (alat gerak menyerupai pili) (Gambar 3).

A. salmonicida memiliki lapisan tambahan yang dinamai lapisan A (A- layer) yang menempel pada permukaaan membran luar (OM). Membran luar

mengandung polisakarida yang memegang peranan dalam virulensi dan patogenesis bakteri (Cipriano and Bullock, 2001). A. salmonicida memilki alat gerak yang menyerupai rambut dan berbentuk batang disebut dengan pili (B). Pili merupakan bagian membran luar yang berhubungan dengan patogenisitas bakteri yang sangat berperan dalam penempelan (adhesi) pada sel mukosa dan

(37)

A. salmonicida merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk bulat (circulair) dengan permukaan cembung (convex), tidak motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif, okidase positif, tidak menghasilkan indol dan laktosa, menghasilkan enzim galatinase, tampak seperti rantai berpasangan, berwarna putih (Anonim, 2007).

A. salmonicida tidak mampu bertahan lama di luar tubuh inang, Aktivitas optimal terjadi pada suhu 22-280 C, sedangkan pada suhu 350 C pertumbuhannya

terhambat. Bakteri ini dapat dijumpai di lingkungan air tawar maupun air laut (Anonim, 2007).

2.2.2 Penyebaran A. salmonicida

Bakteri A. salmonicida merupakan penyebab penyakit infeksi yang biasa dikenal dengan nama penyakit furunculosis. Penyakit ini biasa menyerang ikan air laut khususnya ikan salmon, namun penyakit ini juga dapat menyerang ikan air tawar khususnya ikan mas dan dikenal dengan penyakit carp erytrodermatitis.

A. salmonicida banyak terdapat di daerah budidaya salmonid Amerika Serikat, Jepang, Eropa, Australia kecuali di Tasmania dan Selandia Baru. Sedangkan di Indonesia dijumpai di pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan (Anonim, 2007).

(38)

2.2.3 Patogenitas

Ciri-ciri ikan yang terserang bakteri A. salmonicida menunjukkan gejala

[image:38.595.178.447.313.467.2]

warna tubuh berubah menjadi agak gelap, kemampuan berenang menurun, sirip menjadi geripis, ikan kehilangan nafsu makan, kulit melepuh, insang terlihat pucat keputih-putihan, mata ikan menjadi agak menonjol, dan terjadi pendarahan pada kulit dan insang (Gambar 4). Bila dibedah, maka organ-organ dalam seperti usus, ginjal, hati dan limpa akan terlihat mengalami pendarahan (Kordi dan Ghufran, 2004).

Gambar 4. Ikan Mas yang Terserang Bakteri A. salmonicida (Sumber: Cipriano and Bullock, 2001)

2.3 Vaksinasi

2.3.1 Pengertian Vaksin dan Vaksinasi

Vaksin adalah suatu antigen yang biasanya berasal dari jasad patogen yang telah dilemahkan atau dimatikan yang berfungsi untuk meningkatkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit tertentu (Kordi dan Ghufran, 2004). Sedangkan

(39)

Ciri-ciri vaksin yang baik yaitu vaksin harus efektif dalam merangsang sistem imun sehingga dapat mempertahankan tubuh dari serangan mikroorganisme patogen, vaksin juga harus stabil sehingga imunogenisitasnya tidak mudah berkurang, mudah didapat dengan harga yang terjangkau, memenuhi persyaratan kualitas mutu yang baik dan aman untuk digunakan (Radji, 2010).

2.3.2 Metode Pemberian Vaksin

Metode Pemberian vaksin biasanya mealui suntikan, oral, dan perendaman. Vaksinasi melalui perendaman merupakan cara yang praktis dan efisien karena dapat dipakai untuk ikan ukuran kecil (benih) dan dalam jumlah besar, tidak menimbulkan stres, dan pelaksanaannya cukup mudah. Vaksinasi melalui

suntikan biasanya digunakan untuk ikan yang ukurannya besar. Vaksinasi melalui oral dapat diberikan dengan cara mencampur terlebih dahulu vaksin dengan bahan pengikat (binder), kemudian dilekatkan pada permukaan pelet atau dengan

memasukkan vaksin dengan konsentrasi tertentu ke dalam mulut ikan (Kordi dan Ghufran, 2004).

2.3.3 Tipe-Tipe Vaksin

Vaksin terdiri dari dua macam, yaitu vaksin hidup (vaksin aktif) dan vaksin mati (vaksin inaktif). Vaksin hidup yaitu vaksin yang telah berisi mikroorganisme yang telah dilemahkan, sedangkan vaksin mati adalah vaksin yang berisi

(40)

Beberapa keuntungan dari vaksin yang dilemahkan antara lain dapat

meningkatkan respon imun untuk melindungi tubuh terhadap antigen, kekebalan tubuh dapat berlangsung lebih lama, dapat menimbulkan respon imun yang lebih cepat, biaya pembuatan vaksin lebih murah, dan vaksin lebih mudah digunakan dan didistribusikan. Sedangkan kelemahan vaksin yang dilemahkan antara lain dapat terjadi mutasi sehingga kembali menimbulkan virulen, terkadang tidak dapat berfungsi secara optimal pada daerah tropis, dan penyebaran vaksin yang tidak terstandarisasi dengan baik sehingga memungkinkan terjadinya mutasi (Radji, 2010).

Beberapa keuntungan dari vaksin yang dimatikan antara lain dapat memberikan respon imun humoral jika diberikan vaksinasi ulang (booster), dapat berfungsi optimal pada daerah tropis, dan tidak terjadi mutasi atau reverse yang akan menimbulkan virulen kembali pada ikan. Sedangkan kelemahan vaksin yang dimatikan antara lain vaksin terkadang tidak dapat merangsang kekebalan tubuh ikan, memerlukan pengulangan vaksinasi (booster), kurang efisien dalam

meningkatkan respon imun lokal, dan biaya pembuatan vaksin yang mahal (Radji, 2010).

2.4 Adjuvant

(41)

Menurut Hadie, dkk (2010) Adjuvant adalah substansi yang apabila ditambahkan ke dalam vaksin akan meningkatkan respon imun dan meningkatkan efektifitas vaksin serta dapat melipatgandakan produksi sel-sel imun yang terutama berperan dalam sistem kekebalan non spesifik. Adjuvant yang digunakan akan

mempengaruhi keberhasilan vaksin, baik terhadap tingkat kekebalan yang dihasilkan maupun pengaruh langsung dari adjuvant tersebut terhadap kondisi ikan secara fisik. Adjuvant dapat memperlambat proses penghancuran antigen dalam tubuh serta merangsang pembentukan kekebalan, sehingga akan terjadi kontak lebih lama dengan makrofag dan limfosit. Hal ini meningkatkan kualitas respon imun dari kekebaan spesifik (antobodi) yang dihasilkan.

Adjuvant yang baik harus stabil, menimbulkan reaksi, dan immunogenik. Contoh adjuvant yang sering ditambahkan ke dalam vaksin sejak tahun 1926 adalah Alumunium potasium sulfat yang biasa disingkat dengan Alum dengan rumus kimia KAl(SO4)2dan Alumunium hidroksida dengan rumus kimia Al(OH)3 (dianjurkan oleh WHO). Ada pula jenis adjuvant lainnya, yaitu Freud’s Complete Adjuvant (FCA) dan Freud’s Incomplete Adjuvant (FIA)

Adjuvant jenis Al(OH)3 berbentuk kristal amorf dengan permukaan yang luas. Al(OH)3 ini akan berikatan dengan antigen, antigen akan dilepaskan secara perlahan-lahan seiring dengan adanya perubahan pH. Adjuvant ini dapat

(42)

Adjuvant jenis KAl(SO4)2 dan Al(OH)3 merupakan bahan yang cukup baik dan banyak digunakan pada vaksin hewan maupun manusia (Singh, dkk,. 2006).

Alasan utama menggunakan adjuvant dalam vaksin adalah untuk menghasilkan titer antibodi yang tinggi. Kedua jenis freud adjuvant baik FCA maupun FIA adalah adjuvant sangat efisien dalam meningkatkan titer antibodi (Stills, 2005). FCA mengandung bakteri heat-killed Mycobacterium tuberculosis yang

disusespensikan dalam minyak mineral (Wiralis, 2008). Berbeda dengan FCA, FIA tidak mengandung heat-killed atau sel mikrobakteri yang telah mati (Stills, 2005). FCA merupakan adjuvant yang mengandung minyak pengelmusi dan mikobakteria sehingga bersifat sebagai adjuvant yang kuat dalam merangsang respon antibodi dalam waktu lama dengan cara melepaskan tetes-tetes emulsi secara perlahan dan merangsang fungsi makrofag (Baratawidjaja, 2006). FIA disusun oleh emulsifikasi antigen dalam minyak mineral. Pembentukan emulsi air dalam minyak yang stabil penting untuk efektivitas FIA sebagai adjuvant. FIA dan FCA merupakan emulsi adjuvant yang sangat stabil dan tidak akan terpisah menjadi minyak dan air selama penyimpanan dalam suhu dingin secara terus menerus.

FCA dan FIA memiliki 3 mekanisme yaitu menstabilkan antigen dengan

memperlambat penghancurannya, transportasi antigen ke sel-sel efektor kekebalan tubuh, dan berinteraksi dengan antigen, fagosit, makrofag, dan sel dendritik (Stills, 2005).

(43)

meningkatkan kekuatan vaksin dan mengurangi jumlah antigen atau jumlah imunisasi yang digunakan. Dibandingkan dengan pemberian antigen tanpa adjuvant, pemberian antigen yang ditambahkan adjuvant memiliki tingkat titer antibodi yang lebih tinggi dan juga menghemat pemakaian dosis antigen sehingga akan mengurangi biaya (Rajput, dkk., 2007).

Fungsi adjuvant menurut Singh dan Hagan (2003) antara lain untuk

meningkatkan imunogenisitas dari antigen; meningkatkan kecepatan dan durasi dari sistem kekebalan; merangsang imunitas sel; mempromosikan tanggapan antibodi pada permukaan mukosa; meningkatkan respon kekebalan pada imunologis individu (baik respon seluler dan humoral); mengurangi jumlah antigen yang diperlukan dalam vaksin yang efektif untuk memperoleh kekebalan respon atau memungkinkan untuk pengurangan jumlah dosis vaksin yang

(44)

III. METODOLOGI

3.1Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2012 di Laboratorium Budidaya Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3.2Alat dan Bahan

3.2.1 Penelitian Pendahuluan 3.2.1.1Pembuatan Media

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan media adalah sebagai berikut:

(1) Alat : Petridish (Normax®), tabung reaksi (Iwaki glassTM), erlenmeyer (Pyrex®), hot stirrer plate (Stuart CB162TM), corong (Iwaki glassTM), lampu bunsen, autoclave, sprayer, alumunium foil, timbangan digital (BOECO Germany d=0,001 gr), kapas, karet, plastik dan refrigerator.

(45)

3.2.1.2Pembuatan Vaksin A. salmonicida dengan Penambahan Adjuvant

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan vaksin A. salmonicida dengan penambahan adjuvant adalah sebagai berikut:

(1) Alat : Jarum ose (Pyrex®), spektrofotometer (Genesys-20, Thermospectronic), mikropipet (Nesco®), dan sentrifuge(80–2).

(2) Bahan : Formaln 1%, isolat bakteri A. salmonicida (koleksi stasiun karantina ikan kelas I Panjang, Lampung), PBS (phospat buffer saline), Al(OH)3, KAl(SO4)2, dan FIA.

3.2.1.3Persiapan Penelitian

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam persiapan penelitian adalah sebagai berikut:

(1) Alat : Akuarium ukuran 60x40x40 cm3 15 buah (5 perlakuan dengan 3 kali ulangan), aerator, selang aerasi, dan batu aerasi.

(2) Bahan : Ikan mas (Cyprinus carpio L) ukuran ± 30 gr sebanyak 200 ekor (berasal dari petani ikan, Pringsewu, Lampung), dan pakan ikan komersil dengan kadar protein 30–32% .

3.2.2 Uji Pengaruh Penambahan Adjuvant pada Vaksin A. salmonicida

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam uji pengaruh penambahan adjuvant pada vaksin A. salmonicida adalah sebagai berikut:

(46)

(2) Bahan : Ikan uji, vaksin inaktif A. salmonicida, vaksin inaktif A. salmonicida dengan penambahan Al(OH)3, vaksin inaktif A. salmonicida dengan

penambahan KAl(SO4)2, dan vaksin inaktif A. salmonicida dengan penambahan FIA.

3.2.3 Pengamatan 3.2.3.1Titer Antibodi

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pengamatan titer antibodi adalah sebagai berikut:

(1) Alat : Needle/spuit 26 G ukuran 1 ml, refrigerator, botol falcon, micrdilution plate (REF. 650101, Greiner bio–oneTM; PS–microplate–96 well),

mikropipet, tabung eppendorf (Pyrex®. Under lic), plastik, dan sentrifuge. (2) Bahan : Minyak cengkeh, larutan EDTA (Ethylen Diamine Tetracetic Acid)

(LT-BakerTM), Sampel darah ikan mas per ulangan (tanpa vaksin dan adjuvant, tanpa adjuvant, vaksin dengan penambahan Al(OH)3, vaksin dengan penambahan KAl(SO4)2, dan vaksin dengan penambahan penambahan FIA).

3.2.3.2Analisis Kualitas Air

Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk pengukuran kualitas air adalah sebagai berikut:

(47)

3.3 Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini adjuvant ditambahkan ke dalam vaksin inaktif A. salmonicida dengan 5 perlakuan (3 perlakuan penambahan adjuvant dan 2 perlakuan sebagai kontrol). Pada setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Perlakuannya adalah sebagai berikut :

Perlakuan A : Kontrol (-) tanpa pemberian vaksin maupun adjuvant (3 ulangan) Perlakuan B : Kontrol (+) pemberian vaksin tanpa penambahan adjuvant (3

ulangan)

Perlakuan C : Pemberian vaksin dengan penambahan Al(OH)3 sebanyak 6 ppm (3 ulangan)

Perlakuan D : Pemberian vaksin dengan penambahan KAl(SO4)2 sebanyak 6 ppm (3 ulangan)

Perlakuan E : Pemberian vaksin dengan penambahan FIA, perbandingan vaksin dan FIA sebesar 1:1 (3 ulangan)

Dosis pemberian Al(OH)3 dan KAl(SO4)2 sebanyak 6 ppm mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Retmonojati (2007), dan dosis Penambahan FIA dengan perbandingan vaksin dan FIA sebesar 1:1 mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Fikri, dkk (2002).

Model Rancangan Acak Lengkap dengan uji Annova yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yij = µ + τi + ∑ij

Keterangan:

(48)

j : Ulangan 1, 2, dan 3

Yij : Nilai pengamatan dari penambahan jenis adjuvant yang berbeda ke-i terhadap imunogenisitas vaksin inaktif whole cell A. salmonicida pada ikan mas ulangan ke-j

µ : Nilai tengah umum

τi : Pengaruh pemberian jenis adjuvant yang berbeda ke-I terhadap

imunogenisitas vaksin inaktif whole cell A. salmonicida pada ikan mas.

∑ij : Pengaruh Galat Percobaan pada penambahan jenis adjuvant yang

berbeda ke-i terhadap imunogenisitas vaksin inaktif whole cell A. salmonicida pada ikan mas ulangan ke-j (Mattjik dan Sumertajaya, 2002).

Rancangan acak lengkap (RAL) digunakan untuk menguji perbedaan antar perlakuan pada taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji Dunnet jika perlakuan berbeda nyata.

3.4 Metode Penelitian

3.4.1 Penelitian Pendahuluan 3.4.1.1Pembuatan Media

Adapun metode pembuatan media pada penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Disterilisasi alat dan bahan yang akan digunakan.

(2) Disiapkan media-media yang akan digunakan (TSB, TSA, GSP).

(49)

(4) Ditambahkan aquadest kemudian dihomogenisasi menggunakan hor stirrer plate.

(5) Media TSB dituangkan ke dalam tabung reaksi, media TSA dan GSP dituangkan ke dalam cawan petri. Proses penuangan dilakukan di dekat bunsen agar bakteri yang tidak dibutuhkan tidak tumbuh pada media tersebut. (6) Media kemudian disterilisasi dengan autoklaf.

(7) Media disimpan dalam refrigerator dan siap digunakan.

3.4.1.2Pembuatan Vaksin A. salmonicida dengan Penambahan Adjuvant

Adapun metode pembuatan vaksin A. salmonicida dengan penambahan adjuvant adalah sebagai berikut:

(1) Isolat bakteri A. salmonicida dikultur pada media cair TSB, lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang.

(2) Dilakukan pengkayaan dengan cara inokulum A. salmonicida dipindahkan dari media TSB ke media TSA lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang.

(3) Kemudian dilakukan pemanenan bakteri A. salmonicida dengan cara

dikumpulkan dengan batang spreader dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer menggunakan corong.

(4) Vaksin diinaktifasi dengan penambahan formalin 1% kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang.

(5) Dilakukan uji viabilitas bakteri pada medium spesifik GSP dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang.

(50)

dengan kecepatan 3500 rpm selama 30 menit. Pencucian formalin dilakukan sebanyak 3 kali, setiap kali dilakukan pencucian formalin, cairan atau supernatant dibuang.

(7) Dihitung kepadatan vaksin inaktif dengan spektrofotometer (λ=625 nm) mengacu pada standar McFarland.

(8) Ditambahkan adjuvant masing-masing sebanyak 6 ppm (Al(OH)3 dan KAl(SO4)2) ke dalam vaksin, dan perbandingan 1:1 untuk FIA.

3.4.1.3Persiapan Penelitian

Adapun metode persiapan penelitian adalah sebagai berikut:

(1) Dipersiapkan ikan mas (Cyprinus carpio L) ukuran ±30 gr sebanyak 200 ekor lalu diadaptasi selama 1 minggu di bak tandon yang diberi aerasi

(2) Kemudian ikan dimasukkan ke dalam akuarium ukuran (60x40x40cm3) dengan kepadatan 10 ekor per akuarium tiap ulangan

(3) Selama masa pemeliharaan atau adaptasi, ikan diberi aerasi serta diberi pakan pelet 2–3 kali sehari menggunakan pelet komersial secara adlibitum yaitu pakan diberikan sedikit demi sedikit hingga ikan tidak merespon lagi pakan yang diberikan.

(4) Dilakukan juga manajemen kualitas air dan kesehatan ikan diantaranya siphon, ganti air dan lain - lain.

3.4.2 Uji Pengaruh Penambahan Adjuvant pada Vaksin A. salmonicida

(51)

I pada awal pemeliharaan dan vaksinasi II (booster) diberikan seminggu setelah vaksinasi I.

3.4.3 Pengamatan 3.4.3.1Titer Antibodi

Pengambilan sampel darah untuk uji titer antibodi dilakukan sebelum vaksinasi, seminggu setelah vaksinasi I, seminggu setelah vaksinasi II (booster), dan 30 hari setelah pemeliharaan.

Adapun metode pengambilan darah adalah sebagai berikut:

(1) Ikan diambil dan dimasukkan ke dalam ember lalu terlebih dahulu dibius dengan minyak cengkeh.

(2) Spuit ukuran 1 ml dibilas dengan larutan EDTA, lalu darah ikan diambil menggunakan spuit pada bagian vena caudalis.

(3) Darah ikan yang telah diambil dimasukkan dalam tabung eppendorf lalu dipisahkan antara plasma darah dan endapannya dengan menggunakan sentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 15 menit untuk mendapatkan serumnya.

(4) Diambil serum darah ikan pada bagian atas hasil sentrifuge kemudian endapannya dibuang.

(5) Serum darah ikan yang diambil dapat disimpan pada refrigerator.

(52)

(1) Serum @ 25 µl dimasukkan ke dalam sumuran 1 dan 2. (2) PBS @ 25 µl dimasukkan ke dalam sumuran 2–12.

(3) Sumuran kedua direpipeting untuk mengencerkan serum, kemudian dilanjutkan ke sumuran 3-11.

(4) Ag @ 25 µl dimasukkan ke dalam sumuran 1–12.

(5) Mikrodilution plate digoyang–goyangkan selama 3 menit dengan pola membentuk angka 8.

(6) Hasil titer diinkubasi dalam refrigerator selama 1 malam.

(7) Dilakukan pengamatan reaksi aglutinasi pada masing–masing sumuran yang ditandai dengan adanya kabut berwarna putih yang menyebar ke seluruh sumuran yang berarti antibodi telah terbentuk.

3.4.3.2Analisis Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diamati adalah oksigen terlarut, pH, dan suhu. Pengukuran kualitas air dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari.

3.5 Parameter Uji

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah pengaruh penambahan adjuvant yang dilihat dari titer antibodi dan kualitas air (suhu, DO, dan pH).

3.6 Analisis Data

(53)
(54)

Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang.

(William Feather)

Cara memulai adalah dengan berhenti berbicara dan mulai

melakukan. (Walt Disney)

Perjalanan bermil-mil jauhnya harus dimulai dengan

langkah pertama. (Kahlil Gibran)

(55)

Judul Skripsi : PENINGKATAN IMUNOGENISITAS VAKSIN INAKTIF WHOLE CELL Aeromonas

salmonicida DENGAN PENAMBAHAN JENIS ADJUVANT YANG BERBEDA PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio L)

Nama Mahasiswa : Ria Hindra Sari Nomor Pokok Mahasiswa : 0814111011 Jurusan/Program Studi : Budidaya Perairan

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing

Agus Setyawan, S.Pi., M.P. Ir. Suparmono, M.T.A.

NIP. 198408052009121003 NIP.195903201985031004

2. Ketua Jurusan Budidaya Perairan

(56)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Agus Setyawan, S.Pi., M.P. ………

Sekretaris : Ir. Suparmono, M.T.A. ….….….…

Penguji

Bukan Pembimbing : Wardiyanto, S.Pi., M.P. ….….….…

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 196108261987021001

(57)

RIWAYAT HIDUP

Ria Hindra Sari lahir di Metro pada tanggal 29 November 1990. Penulis merupakan anak pertama dari dua

bersaudara. Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Kartini Bandar Lampung diselesaikan tahun 1996. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 1 Penengahan, Kedaton Bandar Lampung pada tahun 2002.

Menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 17 Bandar Lampung pada tahun 2005. Dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1 Natar Lampung Selatan pada tahun 2008.

Pada tahun 2008 penulis melanjutkan studi S1 di jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB). Selama menjadi mahasiswa penulis pernah

menjadi asisten praktikum Biologi Perikanan dan Biologi Laut. Penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi baik internal maupun eksternal di lingkungan

(58)

Duta Fakultas Pertanian tahun 2010-2011, Kepala Bidang Keperempuanan HMI Cabang Bandar Lampung Komisariat Pertanian Unila tahun 2011-2012,

Bendahara Umum Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian Unila (BEM-FP) pada tahun 2011-2012 dan anggota biasa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bandar Lampung Komisariat Pertanian Unila tahun 2009-sekarang.

Pada bulan Juli 2009 penulis melakukan Magang di Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar (LRPTBPAT) Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Pada bulan Juni 2011 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di Desa Adi Karya Mulya, Kabupaten Mesuji. Pada bulan Januari 2012 penulis melakukan Praktek Umum (PU) selama 30 hari di Balai Air Tawar Cangkringan Sleman, Yogyakarta.

Hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan pendidikan S-1 di jurusan

Budidaya Perairan pada tahun 2012 dengan judul skripsi ” Peningkatan

(59)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkat, rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Peningkatan Imunogenisitas Vaksin Inaktif Whole Cell Aeromonas

salmonicida dengan Penambahan Jenis Adjuvant yang Berbeda pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L)”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita ke jalan yang lurus yaitu jalan yang dirodhai Allah SWT.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Unila,

2. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Budidaya Perairan Unila, 3. Bapak Agus Setyawan, S.Pi., M.P., selaku pembimbing utama sekaligus

Pembimbing Akademik, yang telah membimbing, memberikan masukan dan saran kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.

4. Bapak Ir. Suparmono, M.T.A., selaku pembimbing kedua, yang telah membimbing dan memberikan saran serta kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini,

(60)

6. Seluruh dosen dan staf jurusan Budidaya Perairan Unila,

7. Orang tua tercinta dan adikku Dinda serta keluarga yang selalu memberi do’a dan dukungannya kepada penulis.

8. Teman–teman Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung angkatan 2004–2011, khususnya angkatan 2008 atas kebersamaan, bantuan serta dukunganya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi Program Sarjana di Jurusan Budidaya Perairan UNILA dengan baik.

9. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu terimakasih atas do’a

dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan dan penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, baik kata, teknik penulisan maupun tata bahasa. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini agar skripsi ini dapat diterima di masyarakat serta dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.

Bandar Lampung, November 2012

(61)

PENINGKATAN IMUNOGENISITAS VAKSIN INAKTIF WHOLE CELL Aeromonas salmonicida DENGAN PENAMBAHAN JENIS ADJUVANT

YANG BERBEDA PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio L)

(Skripsi)

Oleh

RIA HINDRA SARI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(62)

ABSTRACT

INCREASING OF IMUNOGENISITAS INACTIVE VACCINNE WHOLE CELL Aeromonas salmonicida BY ADDING DIFFERENT KINDS OF

ADJUVANT TO THE COMMON CARP (Cyprinus carpio L)

By

RIA HINDRA SARI

Carp erytrodermatitis disease cause by Aeromonas salmonicida has been recognized in common carp (Cyprinus carpio). One of the methods to prevent this disease is vaccination. Adjuvant has known able to enhaced immunogenicity of vaccine in application. Purpose of this research is to find out the level of immunogenicity of inactive vaccine A. salmonicida with additional of different adjuvants. The vaccine was inactivated by formaline 1%. This research consisted of five treatments that was no vaccination, vaccination without adjuvant, and vaccination with adding 3 different adjuvants (6 ppm aluminum hydroxide (Al(OH)3); 6 ppm aluminum potassium sulfate (KAl(SO4)2); Freud’s Incomplete adjuvant (FIA) (1:1 v/v)). Vaccine are administrated to common carp (±30 g body weight) each treatment by intra peritoneal injection of dosage 107 CFU/fish. Booster was conducted by same both method and dosage with first vaccination in 7 days post vaccination (dpv). Titer antibody each fish treatments was measured by microaglutination method at before vaccination (-1 dpv); 7 dpv; 14 dpv (7 days after booster), and 30 dpv. Results of this research showed that added of adjuvants enhaced immunogenicity of inactive vaccine of A. salmonicida in which showed by titer antibody of 25 for FIA and (KAl(SO4)2 , 24 for Al(OH)3 and vaccine without adjuvant, while 23 for no vaccine and adjuvant.

(63)

ABSTRAK

PENINGKATAN IMUNOGENISITAS VAKSIN INAKTIF WHOLE CELL Aeromonas salmonicida DENGAN PENAMBAHAN JENIS ADJUVANT

YANG BERBEDA PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio L)

Oleh

RIA HINDRA SARI

Bakteri Aeromonas salmonicida dapat menyebabkan penyakit carp erytrodermatitis pada ikan mas (Cyprinus carpio). Salah satu cara untuk mencegah penyakit ini adalah dengan vaksinasi. Adjuvant diketahui dapat meningkatkan imunogenisitas vaksin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat imunogenesitas vaksin inaktif A. salmonicida dengan penambahan beberapa jenis adjuvant yang berbeda. Vaksin diinaktifasi dengan formalin 1% dan diinkubasikan selama 24 jam pada suhu ruang. Penelitian ini terdiri dari 5 perlakuan yaitu tanpa vaksinasi, vaksinasi tanpa adjuvant , dan vaksinasi dengan penambahan 3 jenis adjuvant yang berbeda (6 ppm Aluminum Hidroksida (Al(OH)3), 6 ppm Alumunium Potasium Sulfat (KAl(SO4)2), dan

Freud’s Incomplete Adjuvant (FIA) (1:1 v/v)). Vaksin diujikan pada 10 ekor ikan

mas/perlakuan (berat ±30 gr) dengan cara suntik melalui intra peritoneal (107 sel/ikan). Booster dilakukan dengan metode dan dosis yang sama dengan vaksinasi pertama pada 7 hari setelah vaksinasi (hsv). Pengamatan titer antibodi setiap perlakuan diukur dengan metode mikroaglutinasi pada saat sebelum vaksinasi, 7 (hsv), 14 (hsv) (7 hari setelah booster), dan 30 (hsv). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan adjuvant mampu meningkatkan imunogenisitas vaksin inaktif A. salmonicida yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata titer antibodi yaitu 25 untuk FIA dan KAl(SO4)2, 24 untuk Al(OH)3 dan vaksin tanpa adjuvant, sedangkan hasil titer antibodi terendah pada perlakuan tanpa pemberian vaksin maupun adjuvant sebesar 23.

(64)

PENINGKATAN IMUNOGENISITAS VAKSIN INAKTIF WHOLE CELL Aeromonas salmonicida DENGAN PENAMBAHAN JENIS ADJUVANT

YANG BERBEDA PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio L)

Oleh

RIA HINDRA SARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN

Pada

Jurusan Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(65)

Judul Skripsi : PENINGKATAN IMUNOGENISITAS VAKSIN INAKTIF WHOLE CELL Aeromonas

salmonicida DENGAN PENAMBAHAN JENIS ADJUVANT YANG BERBEDA PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio L)

Nama Mahasiswa : Ria Hindra Sari Nomor Pokok Mahasiswa : 0814111011 Jurusan/Program Studi : Budidaya Perairan

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing

Agus Setyawan, S.Pi., M.P. Ir. Suparmono, M.T.A.

NIP. 198408052009121003 NIP.195903201985031004

2. Ketua Jurusan Budidaya Perairan

(66)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Agus Setyawan, S.Pi., M.P. ………

Sekretaris : Ir. Suparmono, M.T.A. ….….….…

Penguji

Bukan Pembimbing : Wardiyanto, S.Pi., M.P. ….….….…

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 196108261987021001

(67)

RIWAYAT HIDUP

Ria Hindra Sari lahir di Metro pada tanggal 29 November 1990. Penulis merupakan anak pertama dari dua

bersaudara. Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Kartini Bandar Lampung diselesaikan tahun 1996. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 1 Penengahan, Kedaton Bandar Lampung pada tahun 2002.

Menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 17 Bandar Lampung pada tahun 2005. Dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1 Natar Lampung Selatan pada tahun 2008.

Pada tahun 2008 penulis melanjutkan studi S1 di jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB). Selama menjadi mahasiswa penulis pernah

menjadi asisten praktikum Biologi Perikanan dan Biologi Laut. Penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi baik internal maupun eksternal di lingkungan

(68)

Duta Fakultas Pertanian tahun 2010-2011, Kepala Bidang Keperempuanan HMI Cabang Bandar Lampung Komisariat Pertanian Unila tahun 2011-2012,

Bendahara Umum Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian Unila (BEM-FP) pada tahun 2011-2012 dan anggota biasa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bandar Lampung Komisariat Pertanian Unila tahun 2009-sekarang.

Pada bulan Juli 2009 penulis melakukan Magang di Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar (LRPTBPAT) Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Pada bulan Juni 2011 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di Desa Adi Karya Mulya, Kabupaten Mesuji. Pada bulan Januari 2012 penulis melakukan Praktek Umum (PU) selama 30 hari di Balai Air Tawar Cangkringan Sleman, Yogyakarta.

Hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan pendidikan S-1 di jurusan

Budidaya Perairan pada tahun 2012 dengan judul skripsi ” Peningkatan

(69)

Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang.

(William Feather)

Cara memulai adalah dengan berhenti berbicara dan mulai

melakukan. (Walt Disney)

Perjalanan bermil-mil jauhnya harus dimulai dengan

langkah pertama. (Kahlil Gibran)

(70)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkat, rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Peningkatan Imunogenisitas Vaksin Inaktif Whole Cell Aeromonas

salmonicida dengan Penambahan Jenis Adjuvant yang Berbeda pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L)”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita ke jalan yang lurus yaitu jalan yang dirodhai Allah SWT.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Unila,

2. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Budidaya Perairan Unila, 3. Bapak Agus Setyawan, S.Pi., M.P., selaku pembimbing utama sekaligus

Pembimbing Akademik, yang telah membimbing, memberikan masukan dan saran kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.

(71)

5. Bapak Wardiyanto, S.Pi., M.P., selaku penguji yang telah memberikan masukan dan saran-sarannya untuk perbaikan skripsi ini,

6. Seluruh dosen dan staf jurusan Budidaya Perairan Unila,

7. Orang tua tercinta dan adikku Dinda serta keluarga yang selalu memberi do’a dan dukungannya kepada penulis.

8. Teman–teman Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung angkatan 2004–2011, khususnya angkatan 2008 atas kebersamaan, bantuan serta dukunganya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi Program Sarjana di Jurusan Budidaya Perairan UNILA dengan baik.

9. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu terimakasih atas do’a

dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan dan penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, baik kata, teknik penulisan maupun tata bahasa. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini agar skripsi ini dapat diterima di masyarakat serta dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.

Bandar Lampung, November 2012

(72)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Menurut hasil statistik, penambahan adjuvant tidak dapat meningkatkan

imunogenisitas vaksin inaktif A. salmonicida walaupun demikian menurut grafik didapatkan hasil rata-rata titer antibodi tertinggi yaitu 25 untuk FIA dan

KAl(SO4)2..

5.2Saran

Berdasarkan penelitian ini ada beberapa saran yaitu:

(1) Perlunya ketelitian dan peralatan yang mendukung dalam uji vaksin secara in vitro.

Gambar

Tabel 1. Data Produksi Ikan Mas
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 2. Ikan Mas (Cyprinus carpio L)  (Sumber: Santoso, 2011)
Gambar 3. Aeromonas salmonicida  (Sumber: Cipriano and Bullock, 2001)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor keluarga, lingkungan pergaulan dan lingkungan masyarakat sekitar dapat mendorong anak petani desa Mulia

Untuk menganalisis solusi dalam menghadapi hambatan dalam pelaksanaan pemenuhan hak atas pendidikan mahasiswa dari keluarga miskin pasal 74 ayat (1) di Universitas

n-heksana dan Vinkristin (kontrol positif) Hasil yang diperoleh seperti yang terlihat pada gambar 5 menunjukkan bahwa pigmen karotenoid Halimeda discoidea tidak bersifat

SMRU: Prepares Stock Split and Right Issue GJTL: Forms Joint Venture.. TINS: Targets Production of 35,500 Million of

Menurut US Dietary Supplement Health and Education Act (DSHEA) tahun 1994, suplemen didefinisikan dengan menggunakan beberapa kriteria; yaitu (a) produk (selain tembakau)

Jenis- jenis tindak tutur yang ditemukan dalam skripsi tersebut berdasarkan fungsinya adalah tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi.. Tindak