ABSTRAK
PELAKSANAAN PELAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI SMA NEGERI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh Dian Novita Sari
Masalah dalam penelitian ini adalah terdapat konselor sekolah yang tidak melaksanakan Layanan Bimbingan Belajar. Adapun permasalahanya adalah ” Bagaimanakah pelaksanaan pelayanan bimbingan belajar di SMA Negeri Bandar Lampung?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pelayanan bimbingan belajar di SMA Negeri Bandar Lampung.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif, dengan teknik pengumpulan data menggunakan angket dan wawancara. Penelitian ini menggunakan sampel populasi seluruh guru pembimbing SMA Negeri Bandar Lampung yang berlatar belakang pendidikan bimbingan dan konseling sebanyak 68 orang.
Hasil penelitian menunjukan bahwa layanan bimbingan belajar di SMA Negeri Bandar Lampung sudah terlaksana dengan nilai prosentase 78,96%. Hal ini dapat dilihat dari layanan yang sudah terlaksana seperti pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar, upaya membantu siswa yang mengalami masalah belajar, kerjasama dengan guru bidang studi dalam mendiagnosis kesulitan belajar, kerjasama dengan guru bidang studi dalam penyelenggaraan pengajaran perbaikan dan program pengayaan, pelaksanaan bimbingan kelompok belajar. Dari ke lima kegiatan tersebut hanya dalam kerjasama dengan guru bidang studi dalam penyelenggaraan pengajaran perbaikan dan program pengayaan saja yang terlaksana dengan nilai prosentase 50%. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah layanan bimbingan belajar di SMA Negeri Bandar Lampung sudah terlaksana, hanya dalam kerjasama dengan guru bidang studi dalam penyelenggaraan pengajaran perbaikan dan program pengayaan saja yang terlaksana dengan nilai prosentase 50%.
Saran yang diajukan dari hasil penelitian ini diberikan kepada: (1) Konselor diharapkan dapat meningkatkan kerjasama dengan guru bidang studi dalam penyeleggaraan pengajaran perbaikan dan program pengayaan agar siswa yang mengalami keterlmbatan dan ketercepatan dalam belajar dapat teratasi sehingga layanan bimingan belajar dimasa yang akan datang lebih baik lagi. (2) peneliti diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan yang berkenaan dengan layanan bimbingan belajar, agar dapat mendukung dan dapat membawa perbaikan penelitian ini serta memperkaya dirinya dengan teori-teori bimbingan belajar, sebagai bekal dalam pelaksanaan layanan bimbingan belajar disekolah.
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-Uundang No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk terwujudnya suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.
Lebih lanjut, mengenai fungsi pendidikan dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokatis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan dua batasan diatas, maka pendidikan di Indonesia tidak hanya memprioritaskan
perkembangan aspek kognitif atau pengetahuan peserta didik, namun juga perkembangan pribadi
siswa yang unik secara utuh. Oleh karena itu setiap satuan pendidikan harus memberikan layanan
yang dapat memfasilitasi perkembangan pribadi siswa secara optimal sesuai dengan bakat dan
kemampuan yang dimiliki berupa bimbingan dan konseling.
Bimbingan dan Konseling merupakan suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan
kepada individu pada umumnya dan siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka
meningkatkan mutu individu atau siswa tersebut. Tanpa adanya bimbingan dan konseling
Masing-masing siswa mempunyai masalah atau kendala yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya
yang akan menghambat langkah hidupnya dalam meraih cita-citanya. Dalam dunia pendidikan
Bimbingan dan Konseling sangat diperlukan, guna membantu siswa menemukan jati dirinya,
mengenal dirinya, dan mampu merencanakan masa depannya.
Tujuan umum dari layanan bimbingan dan konseling adalah terwujudnya manusia Indonesia
seutuhnya yang cerdas yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur. Agar memiliki pengetahuan, keterampilan, kepribadian yang mantap dan mandiri,
serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Sesuai pengertian diatas maka pelayanan bimbingan dan konseling semestinya dapat
menyediakan berbagai jenis layanan bimbingan dan konseling yang dapat memberikan bantuan
kepada siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya salah satunya yakni layanan
bimbingan belajar.
Layanan bimbingan belajar merupakan layanan yang memberikan bantuan kepada individu atau
siswa dalam memecahkan kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah belajar, baik
disekolah maupun diluar sekolah. dengan tujuan membantu peserta didik mengenal,
menumbuhkan dan mengembangkan diri , sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk
menguasai pengetahuan dan keterampilan , sesuai dengan program belajar dalam rangka
menyiapkanyamelanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi dan berperan serta dalam
kehidupan masyarakat (Dewa Ketut Sukardi, 2008:56).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Tanpa adanya pelayanan bimbingan belajar kedalam
pemahaman materi pelajaran atau dengan kata lain tujuan yang ingin dicapi oleh siswa dalam
pembalajaran tidak akan tercapai secara maksimal. Hal itu juga akan sangat mengganggu
jalannya kegiatan belajar mengajar dikelas. Misalnya ada siswa yang mengalami kesulitan untuk
memahami sebuah materi palajaran atau mata pelajaran, dengan bimbingan guru pembimbing
maka perlahan-lahan kesulitan yang dihadapinya semakin hari semakin hilang. Dengan bantuan
layanan bimbingan belajar setiap masalah yang dihadapi siswa yang dapat mengganggu kegiatan
belajar akan terselesaikan, dan usaha untuk mencapai tujuan kedepanpun akan lebih mudah.
Dengan adanya layanan bimbingan belajar maka diharapkan tidak akan ada siswa atau peserta
didik yang terbelenggu dalam kesulitan belajar disekolah. Dengan begitu kegiatan pembelajaran
dikelaspun akan berjalan dengan lancar karena siswanya sudah tidak ada yang mengalami
kesulitan atau masalah. Oleh karena itulah peran layanan bimbingan belajar sangat diperlukan.
Agar tercipta manusia yang benar-benar berkemampuan tinggi dalam bidang faknya, agar kelak
menjadi manusia yang berguna bagi dirinya sendiri serta orang lain, benar-banar menjadi
seorang yang professional sesuai dengan bidang yang dipelajarinya,sehinggabiaya yang
dikeluarkan dengan hasil yang didapat untuk memperoleh pendidikan tidak percuma.
Untuk mewujudkan tujuan kegiatan layanan bimbingan belajar agar dapat tercapai tujuan yang
optimal dan tepat sasaran, maka peran konselor dalam kegiatan layanan bimbingan belajar
sangatlah penting. Menurut Prayitno (2004:279) Agar layanan bimbingan belajar dapat berjalan
dengan baik maka dalam pelaksanaanya konselor melaksanakan tahap-tahap antara lain
pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar, pengungkapan sebab-sebab timbulnya
masalah belajar, dan pemberian bantuan pengentasan masalah belajar. Selain itu konselor juga
harus menjalin kerjasama dengan guru untuk saling membantu mengisi dan menunjang. Guru
sebagai arsitek, penasihat dan penyumbang data, masukan dan pertimbangan bagi ditetapkannya
layanan bimbingan belajar, kerjasama tersebut antara lain membantu guru bidang studi dalam
mendiagnosis kesulitan belajar siswa, membantu guru bidang studi dalam penyelenggaraan
pengajaran perbaikan dan program pengayaan, serta menyelenggarakan bimbingan kelompok
belajar.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti melakukan wawancara dengan konselor yang ada di
SMA Negeri Bandar Lampung mengenai pelaksanaan kegiatan layanan Bimbingan belajar di
sekolah tersebut. Dari hasil wawancara terdapat konselor sekolah yang belum melaksanakan
tahap-tahap dalam pelaksanaan layanan bimbingan belajar seperti halnya mengenali siswa yang
mengalami masalah belajar. Selain itu konselor sekolah kurang berpartisipasi dan bekerja sama
dengan guru bidang studi dalam mendiagnosis kesulitan belajar siswa, penyelenggaraan
pengajaran perbaikan dan program pengayaan, misalnya jika ada salah satu saja siswa
mengalami kesulitan dalam belajar maka, guru mata pelajaran akan terus mengulang materi yang
sama sampai anak tersebut banar-benar memahami materi tersebut. Dengan begitu kegiatan
belajar akan menyita waktu yang lama, padahal siswa yang lain sudah bosan dengan materi
tersebut. Dengan begitu sangat penting sekali adanya unjuk kerja konselor dalam layanan
bimbingan belajar dalam peningkatan kualitas proses belajar. Dengan adanya layanan bimbingan
belajar maka proses belajar akan berjalan dengan lancar dan mencapai hasil yang sesuai dengan
tujuan.
Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk melakukan kajian lebih dalam untuk mengetahui
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Pelaksanaan
Pelayanan Bimbingan Belajar di SMA Negeri Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012”.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Terdapat konselor sekolah yang tidak kerjasama dengan guru bidang studi dalam
mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
2. Terdapat konselor sekolah yang tidak melaksanakan tahap-tahap dalam pelaksanaan
layanan bimbingan belajar.
3. Terdapat siswa yang tidak mendapatkan pelayanan program pengayaan dalam
memenuhi kebutuhan belajar yang sangat cepat.
4. Terdapat konselor sekolah yang kurang partisipasi untuk membantu guru bidang studi
dalam penyelenggaraan pengajaran perbaikan.
2. Batasan Masalah
Untuk lebih memperjelas arah dalam penelitian ini, dan karena keterbatasan waktu,dan
kemampuan peneliti. Maka dalam penelitian ini hanya terbatas pada Pelaksanaan
Pelayanan Bimbingan Belajar di SMA Negeri Bandar Lampung.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah di kemukakan di
atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan, yaitu “Bagaimanakah
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun secara umum tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui
gambaran Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan Belajar di SMA Negeri Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Kegunaan penelitian a. Kegunaan teoritis
Secara teoritis penelitian ini berguna untuk pengambangan konsep-konsep ilmu
pengetahuan, yang berkaitan dengan Bimbingan dan Konseling khususnya layanan
bimbingan belajar. Selain itu juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi penulis
tentang pelaksanakan layanan bimbingan belajar yang semestinya.
b. Kegunaan Praktis
Secara praktis penelitian ini berguna untuk memberikan bahan masukan atau
sumbangan pemikiran kepada kepala sekolah ,guru bidang studi, guru pembimbing dan
tenaga kependidikan lainnya dalam melaksanakan layanan bimbingan Belajar ,dan
sebagai bahan masukan bagi mahasiswa bimbingan konseling, serta dapat juga sebagai
informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk mendapatkan berbagai
informasi.
Supaya lebih jelas dan penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan
maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut:
1. Ruang Lingkup Ilmu
Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu bimbingan dan konseling khususnya
tentang layanan bimbingan belajar di sekolah
2. Ruang Lingkup Objek
Ruang Lingkup Objek dalam penelitian ini adalah Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan
Belajar di SMA Negeri Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.
a. Ruang Lingkup Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah Konselor sekolah yang ada di SMA Negeri
Bandar Lampung.
b. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang Lingkup Wilayah dalam penelitian ini adalah SMA-SMA
Negeri yang ada di Bandar Lampung.
c. Ruang Lingkup Waktu
Ruang Lingkup waktu dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan surat penelitian
pendahuluan yaitu Tahun Pelajaran 2011/2012.
Kerangka Pikir adalah dasar dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta,observasi dan
telah kepustakaan yang memuat mengenai teori, dalil, atau konsep-konsep yang akan dijadikan
dasar dalam penelitian. Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada penjelasn
dibawah ini.
Konselor adalah tenaga profesional yang memperoleh pendidikan khusus di Perguruan Tinggi
dam mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan (W.S. Winkel 1991).
Perwujudan tugas dan peran tersebut berupa pelaksanaan pelayanan bimbingan belajar.
Pelaksanaan itulah yang menjadi ukuran apakah guru pembimbing benar-benar telah melakukan
sesuatu yang berharga dan yang diharapkan oleh masyarakat yang selalu dinamis dan
berkembang.
Pelaksanaan Layanan bimbingan belajar akan berjalan dengan baik bila konselor sekolah
melaksanakan tahap-tahap dalam pemberian layanan bimbingan belajar, yang mencakup
pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar, pengungkapan sebab-sebab timbulnya
masalah belajar, dan pemberian bantuan pengentasan masalah belajar. Karena dengan bimbingan
belajar atau layanan pembelajaran memungkinkan peserta didik mengembangkan diri dengan
sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar dengan kecepatan dan kesulitan belajar,
serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya. Selain itu konselor benar-benar
melaksanakan unjuk kerja dalam layanan bimbingan belajar seperti halnya ikut serta membantu
guru bidang studi dalam mendiagnosis kesulitan belajar siswa, menyelenggarakan pengajaran
perbaikan dan program pengayaan, menyelenggarakan bimbingan kelompk belajar.
Pelaksanaan pelayanan tersebut merupakan kegiatan yang harus ditampilkan oleh konselor
layanan bimbingan belajar yang didasaran pada teori keilmuan, teknik-teknik khusus, sarana
serta perlengkapan pendukungnya. Sehingga unjuk kerja tersebut dapat terlaksana secara
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia. Dari manusia artinya pelayanan ini diselenggarakan berdasarkan hakikat keberadaan manusia dengan segenap dimensi kemanusiaannya. Bimbingan secara umum dapat diartikan berada dalam bentuk pendidikan,bimbingan mengandung layanan kepada siapa saja yang membutuhkan bantuan siapa saja yang dapat dibantu,bimbingan tegasnya merupakan bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain sehungan dengan membuat dan memutuskan pilihan.
Sehubungan dengan kegiatan menyesuaikan diri dapat pula sehubungan dengan jalan memecahkan masalah atau kesulitan,tujuannya supaya orang yang dibantu atau dibimbing dapat meningkatkan derajat kemandiriannya dan meningkatkan kecapakan. Pada ungkapan tujuan tadi terkandung makna bahwa hal itu tidak dapat dicapai jika hanya sepintas saja bantuannya, melainkan harus jangka panjang serta dengan perencanaan program yang sistematis, dengan kata lain bahwa bimbingan harus melalui proses, telah banyak pengertian yang dirumuskan oleh para ahli tentang bimbingan dan konseling diantaranya adalah:
“Bantuan yang diberikan oleh seseorang,laki-laki atau perempuan,yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri,mengembangkan pandangan hidupnya sendiri,dan menanggungnya sendiri”.
Sedangkan pengertian Konseling menurut pengertian Jones,dalam Prayitno & Erman Amti,1999 Konseling adalah:
“Kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalh tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung memecahkan masalh itu. Konselor tidak memecahkan masalah untuk klien. Konseling harus ditunjukkan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan”.
Dari pendapat-pendapat dan berbagai pandangan diatas maka jelas bahwa bimbingan dan konseling di sekolah adalah proses pemberi bantuan yang diberikan oleh konselor atau pembimbing kepada seorang klien atau siswa terus menerus, agar dapat menentukan pilihan-pilihan menyesuaikan diri, memahami dirinya mencapai kemampuan yang optimal memikul tanggung jawab.
2. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi hendak dipenuhi melalui pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling fungsi-fungsi itu timbul harus diwujudkan melalui diselenggarakannya berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana yang terkandung didalam masing-masing fungsi. Setiap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan harus secara langsung mengacu kepada satu atau lebih fungsi bimbingan, agar hasil yang dicapai sacara jelas dapat di identifikasi dan dievaluasi.
Bimbingan merupakan suatu usaha bantuan yang diberikan secara terus-menerus dan sistematis oleh seorang pembimbing kepada siswa atau peserta didik. Pembimbing harus dapat memahami berbagai aspek yang menunjang dan dapat membantu perkembangan secara didik sesuai dengan kemampuan yang dimiliki serta kepribadian yang ada.
b. Fungsi pencegahan
Usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah dalam fungsi ini layanan yang diberikan berupa bantuan bagi para siswa agar terhindar dari barbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya. Hal tersebut dapat ditembuh melalui program bimbingan yang sitematis,sehingga hal-hal yang dapat menghambat seperti kesulitan belajar,masalah sosial,kekurangan informasi dan sebagainya dapat terhindar.
c. Fungsi pengentasan
Dalam kenyataan tidaklah mungkin anak terbatas dan masalah kadang-kadang ia mengalami masalah atau kesulitan ringan atau berat. Dalam berbagai masalah itu anak belum tentu dapat memecahkan permasalahan yang ia hadapi walaupun itu hanya masalah ringan apabila masalah yang sangat berat dan
komplit permasalahannya. Dalam hal ini membantu memecahkan masalah yang dihadapi. d. Fungsi peeliharaan dan pengenbangan
Seluruh potensi yang dimiliki seseorang itu perlu dikembangkan agar petensi itu dapat berkembang sesuai yang diharapkan dan seoptimal mungkin seseorang perlu mendapatkan beberapa hal,diantaranya ada dorongan atau motivasi dari pihak lain,seperti dari keluarga, fasilitas maupun dari guru pembimbing.
3. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling
1) Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran layanan
a. Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi.
b. Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi tingkah laku individu yang unik dan dinamis.
c. Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek perkembangan individu.
d. Bimbingan kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.
2) Prinsip berkenaan dengan maslah individu
a. Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental/fisik individu tehadap penyesuai diri di rumah,di sekolah,serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan,dan sebaliknya pengaryh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.
b. Kesenjangan sosial,ekonomi dan kebudayaan merupakan factor timbulnya masalah pada individu yang semuanya menjadi perhatian utama palayanan bimbingan dan konseling. 3) Prinsip-prinsip berkenaan dengan program layanan
a. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari upaya pendidikan dan perkembangan induvidu. Oleh karena itu program Bimbingan dan konseling harus diselarakan dan dipadukan dengan program pendidikan serta perkembangan peserta didik. b. Program Bimbingan dan konseling harus fleksibel, sesuai dengan kebutuhan individu,
c. Program Bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan dari yang terendah sampai yang tertinggi.
d. Tahap isi dan pelaksaan program Bimbingan dan konseling perlu diadakan penilaian yang teratur dan terarah.
4) Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan layanan
a. Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi masalahnya.
b. Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh individu hendaknya atas kemampuan individu itu sendiri, bukan kerena kemauan atau desakan dari pembimbing atau pihak lain.
c. Permasalahan individu harus ditangani oleh ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dhadapi.
d. Kerja sama antara guru pembimbing,guru-guru lain, dan orang lain menentukan hasil pelayanan bimbingan.
e. Perkembangan program-program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang efektif maksimal dari hasil pengukuran dan penelitian terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan program bimbingan dan konseling itu sendiri (Prayitno & Erman Amti,1999:219).
4. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa, dirinya sendiri agar para siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan dalam memahami.
a. Tujuan Umum program Bimbingan
Setelah siswa memperoleh bimbingan di sekolah,maka tujuan yang ingin dicapai adalah: 1) Mengikuti kemauan-kemauan/saran-saran konselor.
2) Mengadakan perubahan tingkah laku secara positif. 3) Melakukan pemecahan masalah.
4) Melakukan mengambil keputusan, pengembangan kesadaran, dan pengembangan pribadi. b. Tujuan khusus program bimbingan
Setelah siswa memperoleh layanan bimbingan di sekolah,maka tujuan khusus yang ingin dicapai di antaranya:
1) Agar para siswa memiliki kemamuan untuk mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya termasuk lingkungan sekolah, keluarga dan kehidupan masyarakat yang lebih luas.
2) Agar siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang dihadapinya.
3) Agar para siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi dan menyalurkan potensi-potensi yang dimilikinya dalam pendidikan dalam lapangan kerja.
5.Jenis- Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
a) Layanan orientasi yaitu memberikan pengenalan kepada siswa tentang kegiatan dan situasi pendidikan yang akan ditempuhnya agar siswa memperoleh penyesuaian diri dalam situasi pendidikan yang dihadapinya.
b) Layanan informasi yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dan pihak-pihak lain menerima dan memahami informasi (seperti informasi pendidikan, jabatan, dan informasi sosial) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan.
c) Layanan penempatan dan penyaluran
Layanan yang memungkinkan siswa memperoleh penempatan dan penyaluran secara tepat (penempatan/penyaluran didalam kelas, kelompok belajar, juusan/program khusus kegiatan ko/ekstrakulikuler) sesuai dengan potensi, bakat, dan minat, serta kondisi pribadinya .
d) Layanan bimbingan belajar yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa berkenaan dengan mengembangkan diri sikap dan kebiasaan belajar yang baik, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainya.
e) Layanan konseling individual yaitu layanan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada seoran siswa dengan tujuan berkembangnya potensi siswa, mampu mengatasi masalah sendiri, dandapat menyesuaikan diri secara positif .
g) Layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok.
6. Azas-Azas Bimbingan dan Konseling
Penyelenggaraan layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling selain dimuati oleh fungsi dan didasarkan pada prinsip-prinsip bimbingan, juga dituntut untuk memenuhi sejumlah asas bimbingan. Pemenuhan atas asas-asas itu akan memperlancar pelaksanaan dan menjaminkeberhasilan layanan/kegiatan, sedangkan pengingkaranya akan dapat menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanaan serta mengurangi atau mengaburkan hasil layanan /kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri.
Menurut prayitno(2004:114)Azas-azas bimbingan dan konseling antara lain: 1. Asas kerahasiaan
Yaitu mengandung arti bahwa segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh disampaikan kepada orang lain, atau lebih-lebih hal atau keterangan yang tidak boleh atau tidak layak diketahui orang lain.
Dengan kata lain asas ini merupakan kuci dalam usaha bimbingan konseling apabila asas ini benar-benar dilaksanakan maka penyelenggaraan bimbingan akan mendapat kepercayaan dari semua pihak sehingga proses pemberian layanan akan berjalan dengan lancar, begitu sebaliknya.
2. Asas kesukarelaan
dihadapinya, serta mengungkapkan segenap fakta, data, dan seluk beluk berkenaan dengan masalahnya itu kepada konselor; dan konselor juga hendak dapat memberikan bantuan dengan tidak terpaksa, atau dengan kata lain konselor memberikan bantuan dengan ikhlas.
3. Asas keterbukaan
Dalam pelaksanaan bimbingan konseling sangat diperlukan suasana keterbukaan, baik keterbukaan konselor maupun keterbukaan dari klien.
Jadi dalam hal ini masing-masing pihak yang bersangkutan diharapkan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah.
4. Asas kekinian
Masalah individu yang ditanggulangi ialah masalah-masalah yang sedang dirasakan bukan masalah yang sudah lampau, dan bukan masalah yang mungkin akan dialami dimasa yang akan datang.
5. Asas kemandirian
Pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan menjadikan si terbimbing dapat berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain atau tergantung pada konselor.
6. Asas kegiatan
Usaha bimbingan dan konseling tidak akan memberikan buah yang berarti bila klien tidak melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai tujuan bimbingan dan konseling.
7. Asas kedinamisan
Usaha pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri klien, yaitu perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik.
Yakni pelayanan bimbingan dan konseling berusaha memadukan sebagai aspek kepribadian klien. Sebagaimana diketahui individu memiliki berbagai aspek kepribadian yang kalau keadaanya tidak seimbang, serasi dan terpadu justru akan menimbulkan masalah.
9. Asas kenormatifan
Bahwa usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat, norma hokum Negara, norma ilmu ataupun kebiassaan sehari-hari.
10. Asas keahlian
Usaha bimbingan konseling perlu dilakukan asas keahlian secara teratur dan sistematik dengan menggunakan prosedur, teknik dan alat (instrumentasi bimbingan dan konseling) yang memadai.
11. Asas alih tangan
Dalam pemberi layanan bimbingan dan konseling,asas ahli tangan jika konselor sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu individu, namun individu yang bersangkutan belum dapat terbantu sebagaimana diharapkan, makakonselor dapat mengirim individu tersebut kepada petugas atau badan yang lebih ahli.
12. Asas tutwuri handayani
hubungan proses bantuan bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan adanyadan manfaatnya pelayanan bimbingan dan konseling itu.
B. Konselor Sekolah
1. Definisi Konselor Sekolah.
Menurut W.S. Winkel (1991). Konselor adalah tenaga profesional yang memperoleh pendidikan khusus di Perguruan Tinggi dam mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan.
Istilah konselor secara resmidigunakan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (dalam Peraturan Perundang-Undangan (Kompilasi Dasar Hukum Untuk Guru), 2008) yang menyebutkan :
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa konselor merupakan salah satu jenis tenaga pendidik. Selanjutnya, dalam Pasal 39 Ayat 2 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (juga dalam Peraturan Perundang-Undangan (Kompilasi Dasar Hukum Untuk Guru), 2008) menyebutkan:
Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
maka konselor adalah tenaga profesional yang bertugas: 1) merencanakan dan menyelenggarakan proses pembelajaran, 2) menilai hasil pembelajaraan, 3) melakukan pembimbingan dan pelatihan. Sebagai tenaga profesional artinya konselor sekolah memiliki kualifikasi akademik melalui jenjang pendidikan formal yang berlaku dan diakui oleh pihak yang berwenang misalnya Program Diploma Empat (D. IV), Program Sarjana Strata I (S. I), Program Magister Strata Dua (S. 2) dan Program Doktor Strata Tiga (S. 3).
Jadi yang dimaksud dengan konselor adalah tenaga profesional yang memperoleh pendidikan khusus di Perguruan Tinggi melakukan kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, penilaian, pembimbingan dan pelatihan dengan berbagai muatan dalam ranah belajar kognitif, afektif, psikomotor serta keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
1. Tugas Konselor Sekolah
Konteks tugas konselor berada dalam kawasan pelayanan yang bertujuan mengembangkan potensi dan memandirikan konseli dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan peduli kemaslahatan umum. Pelayanan yang dimaksud adalah bimbingan dan konseling. Konselor adalah pengampu pelayanan ahli bimbingan dan konseling, terutama dalam jalur pendidikan formal dan non formal.
Dalam menyelenggaraan pelayanan ahli bimbingan dan konseling senantiasa digerakan oleh motif alturistik, sikap empatik, menghormati keragaman, serta mengutamakan kepentingan konseli, dengan selalu mencermati dampak jangka panjang dari pelayanan yang diberikan.
Sosok utuh kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik dan professional sebagai satu keutuhan. Kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah dari kiat pelaksanaan pelayanan professional bimbingan dan konseling. Kompetensi akademik merupakan landasan bagi pengembangan kompetensi professional,yang meliputi:
1. Memahami secara mendalam konseli yang dilayani
2. Menguasai landasan dankerangka teoritik bimbingan dan konseling
3. Menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling yang memandirikan
4. Mengembangkan pribadi dan profesionalitas konselor secara berkelanjutan.
Unjuk kerja konselor sangat dipengaruhi oleh kualitas penguasaan keempat kompetensi diatas yang dilandasi oleh sikap, nilai, dan kecendrungan pribadi yang mendukung. Kompetensi akademik dan professional konselor secara terintegrasi membangun keutuhan kompetensi pedagogic, kepribadian, sosial, dan professional. Pembentukan kompetensi akademik konselor ini merupakan proses pendidikan formal jenjang strata satu(S-1) bisang bimbingn dan konseling.
3. Standar Kompetensi Konselor
rumusan kompetensi akademik dan profesionl konselor dapat dipetakan dan dirumuskan kedalam kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesioanl.
Kompetensi pedagogic konselor meliputi:
2. Menguasai teori dan praktis pendidikan
a. menguasai ilmu pendidikan dan landasan keilmuanya
b. mengimplementasikan prinsip-prinsip pendidikan dan proses pembelajaran
c. menguasai landasan budaya dalam praksis pendidikan
3. Mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku konseli
a. Mengaplikasikan kaidah-kaidah prilaku manusia, perkembangan fisik dan psikologis individu terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan
b. Mengaplikasikan kaidah-kaidah kepribadian individualitas, dan perbedaan konseli terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan.
c. Mengaplikasikan kaidah-kaidah belajar terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan.
e. Mengaplikasikan kaidah-kaidah kesehatan mental terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan
4. Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikan
a. Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan formal, nonformal dan informal.
b. Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jenis pendidikan umum, kejuruan, keagamaan, dan khusus
c. Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jenjang pendidikan usia dini, dasar, dan menengah,serta tinggi.
4. Bentuk-Bentuk Unjuk Kerja Konselor
Menurut Prayitno(2004)ada beberapa bentuk kegiatan yang harus dilakukan oleh guru pembimbing dalam melaksanakan Bimbingan Konseling di Sekolah, yaitu sebagai berikut: a. Menyusun program bimbingan dan konseling.
b. Mengungkapkan masalah kllien.
c. Menyelenggarakan pengumpulan data tentang minat,bakat,kemampuan dan kondisi kepribadian.
d. Menyelenggarakan konseling perorangan.
e. Menyelenggarakan bimbingan dan konseling kelompok.
g. Membantu guru bidang studi dalam penyelenggara pengajaran, perbaikan dan program pengayaan.
h. Menyelenggarakan kelompok bimbingan.
i. Menyelenggarakan pelayanan penempatan siswa.
j. Mengajar dalam bidang psikologi dan bimbingan konseling. k. Mengorganisasikan program bimbingan dan konseling. l. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling. m. Menyusun dan mengembangkan himpunan data. n. Menyelenggarakan orientasi studi siswa.
o. Menyelenggarakan kegiatan kokulikuler dan ekstrakurikuler.
p. Menyelenggarakan bimbingan karier dan pemberian informasi pendidikan/jabatan. q. Menyelenggarakan konfrensi kasus.
r. Menyelenggarakan terapi kepustakaan. s. Melakukan kunjungan rumah.
t. Menyelenggarakan konseling keluarga. u. Merangsang perubahan llingkungan klien. v. Menyelenggarakan konsultasi kasus.
w. Mengantar dan menerima alih tangan kasus. x. Menyelenggarakan diskusi profesional BK.
y. Menyelenggarakan kegiatan BK pada lembaga kerja yang berbeda. z. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan profesional Bk.
1. Pengertian Layanan bimbingan Belajar di Sekolah
Menurut Prayitno (2008:62) layanan bimbingan belajar atau disebut juga sebagai layanan pembelajaran diartikan sebagai layanan yang memberikan bantuan kepada individu atau siswa dalam memecahkan kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah belajar, baik di sekolah maupun diluar sekolah.
Dari pernyataan diatas dapat diartikan bahwa layanan bimbingan belajar merupakan layanan bimbingan dan koseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, sesuai perkembangan ilmu, teknologi dan kesenian. Dalam pengertian lain layanan bimbingan belajar atau layanan pembelajaran merupakan layanan dan bimbingan konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar dengan kecepatan dan kesulitan belajar, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.
2. Tujuan Dan Fungsi Layanan Bimbingan Belajar Tujuan layanan bimbingan belajar
a) untuk memungkinkan peserta didik memahami dan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik,
b) menumbuhkan keterampilan dan materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya,
c) tuntutan kemampuan yang berguna dalam kehidupan dan perkembangan optimal dirinya. d) membantu siswa agar dapat menyesuaikan diri dengan baik dalam situasi belajar serta
Tanpa adanya layanan bimbingan belajar sulit bagi peserta didik untuk memahami apalagi mengembangkan sikap dan kebiasaan yang berkaitan dengan pembalajaran yang nantinya akan menghambat prestasi yang dimilikinya serta menghambatcita-cita yang diimpikannya.
Fungsi layanan bimbingan belajar
a) pemeliharaan, yang dimaksud dengan fungsi pemeliharaan dan pengembangan adalah bimbingan dan konseling yang yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap dan berkelanjutan.
b) Pengembangan. Dalam fungsi ini, hal-hal yang dipandang sudah bersifat positif dijaga agar tetap baik dan dimantapkan. Dengan demikian diharapkan peserta didik dapat mencapai perkembangan kepribadian secara optimal.
3. Materi Layanan Bimbingan Belajar
Dalam memberikan layanan bimbingan belajar, seorang guru pembimbing harus menyusun program untuk meberikan layanan, agar pemberian layanan dapat terarah dan mencapai tujuan yang diinginkan secara maksimal. Dalam layanan bimbingan belajar ada materi-materi yang harus diketahui dan dipahami serta dilakukan dalam pemberian layanan bimbingan belajar. materi kegiatan tersebut berupa pengembangan pemahaman tentang diri, terutama pemahaman sikap, sifat, kebiasaan, bakat, minat, kekuatan-kekuatan dan penyalurannya, dan usaha-usaha pencapaian cita-cita atau perencanaan masa depan.
Menurut Dewa Ketut Sukardi(2008:62) materi-materi yang harus diketahui dan dipahami serta dilakukan dalam layanan bimbingan belajar adalah sebagai berikut
2) Mengambangkan sikap dan kebiasaan dalam disiplin belajar dan berlatih secara efektif dan efisien.
3) Teknik penguasaan materi pelajaran, baik ilmu pengetahuan teknologi dan kesenian 4) Membantu memantapkan pilihan karier yang hendak dikembangkan melalui orientasi
dan informasi karier, orientasi dan informasi dunia kerja, dan perguruan tinggi yang sesuai dengan karier yang hendak dikembangkan.
5) Orientasitasi belajar diperguruan tinggi dan orientasi hidup berkeluarga.
Selain materi-materi diatas ada beberapa materi lain yang dapat diangkatkan melalui layanan bimbingan belajar, yang meliputi:
a. Pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar, misalnya tentang kemampuan, motivasi, sikap dan kebiasaan belajar
b. Pengembangan motivasi, sikap dan kebiasaan belajar yang baik.
c. Pengembangan keterampilan belajar, misalnya membaca, mencatat, tanya jawab, dan menulis. d. Pengajaran perbaikan.
e. Program pengayaan.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa materi dalam layanan bimbingan belajar memuat tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah belajar yang bertujuan agar siswa dapat mengatasi masalah dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal. 4. Isi Dan Kegiatan Layanan Bimbingan Belajar
Isi kegiatan layanan bimbingan belajar merupakan butir kegiatan yang harus dialkukan oleh guru pembimbing dalam memberikan materi bimbingan belajar yang memuat berbagai kegiatan yang bersifat positif dan mengandung norma-norma yang berlaku.
Menurut Achmad Juntika (2005:31) Isi layanan bimbingan belajar yang berbasis kompetensi meliputi:
a. Kegiatan belajar menurut ajaran agama.
c. Cara-cara dan praktik pengembangan pengaruh positif hubungan teman sebaya terhadap kegiatan belajar, serta cara menghindari dan mengatasi pengaruh negatif hubungan teman sebaya terhadap kegiatan belajar.
d. Praktik mengembangkan pengaruh yang positif dan menghindari yang negatif perilaku pribadi dan sosial dalam kehidupan yang lebih luas terhadap kegiatan belajar.
e. Cara-cara dan penerapan pengembangan pengaruh positif kemampuan, bakat dan minat sendiri terhadap kegiatan belajar, serta pengembangan pengaruh. positif kecenderungan karir terhadap kegiatan belajar, dan penerapan apresiasi terhadap kegiatan belajar.
f. Mengembangkan dan menerapkan motivasi, sikap, kebiasaan dan keterampilan belajar didalam dan diluar kelas secara optimal untuk menguasai bekal bagi program pelajaran lebih lanjut.
g. Mewujudkan pengaruh positif dari gambaran kehidupan mandiri secara emosional, sosial dan ekonomi dalam kegiatan belajar serta penerapannya.
h. Mewujudkan pengaruh system etika dan nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga Negara dalam kegiatan belajar serta penerapannya. Dari uriaian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya isi kegiatan layanan bimbingan belajar dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar , menumbuhkan nilai-nilai positif, menghindari dari pengaruh prilaku negatif, sehingga siswa dapat meningkatkan motivasi belajar dan Mewujudkan pengaruh positif dari gambaran kehidupan mandiri secara emosional, sosial dan ekonomi dalam kegiatan belajar serta penerapannya.
5. Tahap-tahap Pelaksanaan Layanan Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting diselenggarakan di sekolah pengalaman menunjukan bahwa kegagalan-kegaalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya inteligensi, sering kegagalan itu terjadi disebabkan mereka tidak mendapat layanan bimbingan belajar yang memadai. Untuk itu layanan bimbingan belajar hendaknya dilakukan melalui beberapa tahap agar terlaksana dengan terarah dan tepat sasaran.
a) Pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar
Disekolah,disamping banyakny siswa yang berhasil secara gemilang dalam belajar,sering pula dijumpai adanya siswa yang gagal seperti angka-angka rapor rendah,tidak naik kelas,tidak lulus ujian dan sebagainya.Masalah belajar memiliki bentuk yang banyak ragamnya yang pada umumnya dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Keterlambatan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapt memanfaatkannya secara optimal.
2.Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat akademik yang cukup tinggi atau memiliki IQ 130 atau lebih,tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajarnya yang amat tinggi itu.
3. Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat akademik yang kurangt memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapat pendididkan atau pengajaran khusus.
4. Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar yaitu kondisi siswa yang kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistic dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ngulur waktu,membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya.
Dari penjelasan diatas, siswa yang mengalami masalah belajar dapat dikenali melalui tes hasil balajar, tes kemampuan, skala pengungkapan sikap dan kebiasaaan belajar, dan pengamatan.
Siawa yang mengalami masalah belajar perlu mendapat bantuan agar masalahnya tidak berlarut-larut yang nantinya dapat mempengaruhi proses perkembangan siswa. Untuk itu perlu dilakukan upaya antara lain:
1. Pengajaran perbaikan, merupakan suatu bentuk bantuan yang dberikan kepada seorang atau sekelompok siswa yang mengalami masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar mereka. Dalam hal ini bentuk kesalahan yang paling pokok berupa kesalah pengertian, dan tidak menguasai konsep-konsep dasar. Apabila kesalahan-kesalahan itu diperbaiki, maka siswa mempunyai kesempatan untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
2. Kegiatan pengayaan, merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seorang atu beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam belajar.Mereka memerlukan tugas-tugas tambahan yang terencana untuk menambah memperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya dalam kegiatan belajar sebelumnya.Siswa-siswa seperti ini sering muncul dalam kegiatan pelajaran dengam menggunakan system pengajaran yang terencana secara baik.Misalnya, sistem pengajaran dengan modul,paket belajar,dan pengajaran yang berprogram lainnya. Siswa yang amat cepat belajar hampirselalu dapat mengerjakan tugas-tugas lebih cepat dari rekan-rekan mereka dalam waktu yang ditetapkan.
siswa meningkatkan motivasinya dalam belajar.Prosedur-prosedur yang dapat dilakukan adalah dengan:
1) Memperjelas tujuan-tujuan belajar. Siswa akan terdorong untuk lebih giat belajar apabila ia mengetahui tujuan atau sasaran yang hendak dicapai.
2) Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan dan minat siswa.
3) Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan menyenangkan. 4) Memberikan hadiah (penguatan) dan hukuman bilamana perlu
5) Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dan murid, serta antara murid dan murid.
6) Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu seperti suasana yang menakutkan, mengecewakan, membingungkan, menjengkelkan.
7) Melengkapi sumber dan peralatan belajar.
Dari penjelasan diatas dpat disimpulkan bahwa tahap-tahap dalam pelaksanaan layanan bimbingan belajar sangatlah penting guna membantu siswa dalam mengatasi masalah yang dihadapi secara rinci, terarah dan tepat sasaran, sehingga siswa dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dengan maksimal.
D. Pelaksanaaan Layanan Bimbingan Belajar
Menurut Prayitno(2004:366) pelaksanaan layanan bimbingan belajar antara lain Membantu guru bidang studi dalam mendiagnosis kesulitan belajar siswa, Membantu guru bidang studi dalam penyelenggaraan pengajaran perbaikan dan program pengayaan,Menyelenggarakan bimbingan kelompok belajar.
a) Membantu guru bidang studi dalam mendiagnosis kesulitan belajar siswa
1. Menjelaskan pengertian, kegunaan dan contoh-contoh diagnosis kesulitan belajar kepada personal sekolah, siswa dan orang tua.
2. Mengidentifikansikan siswa-siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. 3. Menganalisis latar belakang penyabab kesulitan belajar siswa.
4. Membantu guru bidang studi dalam menyelenggarakan tes diagnostik.
5. Bekerja sama dengan guru bidang studi untuk menemukan letak kesulitan belajar siswa. 6. Bekerja sama dengan guru bidang studi dalam menerapkan teknik dan strategi penanganan
kesulitan belajar siswa.
7. Memantau dan melaksanakan penilaian terhadap diagnosis kesulitan belajar. 8. Merancang dan melaksanakan tindak lanjut penanganan kesulitan belajar siswa.
9. Menyusun laporan kegiatan diagnosis dan penanganan kesulitan belajar dan menyampaikannya kepada pimpinan sekolah sesuai dengan kode etik BK.
Dengan hal diatas maka dapat diketahui latar belakang kesulitan belajar yang dialami siswa, dan bersama dengan guru bidang studi mencari strategi penyelesaian masalah tersebut.
1) Menjelaskan pengertian, tujuan, kegunaan dan contoh-contoh pengajaran perbaikan/program pengayaan kepada personal sekolah, siswa dan orang tua.
2) Membantu guru bidang studi dalam menyusun persiapan pengajaran perbaikan/program pengayaan.
3) Membantu guru dalam melaksanakan pengajaran perbaikan/program pengayaan. 4) Menilai pelaksanaa pengajaran perbaikan/program pengayaan.
Dalam hal ini konselor bersama-sama dengan guru bidang studi memberikan perbaikan terhadap siswa yang mengalami keterlambatan dalam belajar dan program pengayaan terhadap siswa yang cepat dalam belajarna.
c) Menyelenggarakan bimbingan kelompok belajar
1) Menjelaskan pengertian, tujuan, kegunaan dan contoh-contoh kegiatan kelompok belajar kepada personal sekolah, siswa dan orang tua.
2) Berkkonsultasi dengan pihak-pihak yang terkait dalam menyiapkan kelompok belajar, 3) Membentuk kelompok-kelompok belajar dengan memperhatikan karakteristik
kelompok.
4) Menyusun program dan jadwal kegiatan kelompok belajar. 5) Membantu dan mensupervisi kegiatan kelompok belajar.
6) Membuat catatan dan menyusun laporan kegiatan kelompok belajar serta menyampaikannya kepada pimpinan sekolah sesuai dengan kode etik BK.
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian memegang peranan yang sangat penting dalam memperoleh hasil penelitian
seperti yang diharapkan. Ketepatan pemilihan metode dalam penelitian merupakan syarat yang
sangat penting untuk mendapatkan objektivitas hasil penelitian yang optimal. Metode yang
dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan survei. Nazir
(2005:56) menyatakan pengertian metode survei yakni penyelidikan yang diadakan untuk
memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara
faktual. Metode survey mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan praktik-praktik yang
sedang berlangsung.
Dapat disimpulkan bahwa metode penelitian survei merupakan suatu bentuk metode penelitian
yang didalamnya terdapat kegiatan penyelidikan dan pengumpulan terhadap fakta suatu keadaan
atau masalah yang sedang berlangsung, yang kemudian dianalisis, ditafsirkan dan dievalusi
sehingga menghasilkan suatu bentuk informasi.
Sedangkan jika disebutkan dalam bentuk yang lebih khusus, penelitian ini menggunakan a census of in tangibles (bentuk sensus data tidak nyata). Arikunto (2005:237) menyatakan sensus data tidak nyata yaitu sensus untuk hal-hal yang tidak dapat diamati dengan mata secara
langsung, misalnya penelitian tentang disiplin pegawai, pendapat pegawai tentang tatakrama,
Dikemukakan juga oleh Furchan (2007: 452-453), berdasarkan ruang lingkup dan subjeknya
menjadi empat bentuk yang salah satunya yakni bentuk sensus tentang hal-hal yang tidak nyata
misalnya sensus tentang prestasi atau aspirasi siswa, moral guru, atau sikap orang tua terhadap
sekolahnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa metode sensus tidak nyata (a census of in
tangibles) merupakan suatu kegiatan penyelidikan dan pengumpulan terhadap fakta suatu keadaan atau masalah atau hal-hal yang sedang berlangsung yang sifatnya abstrak (tidak dapat
diamati dengan mata secara langsung), dimana akan menghasilkan suatu bentuk informasi
setelah data tersebut dianalisis, ditafsirkan dan dievalusi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri Se Bandar Lampung pada Tahun Ajaran 2011/2012.
C. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konselor sekolah yang ada di SMA Negeri Bandar
Lampung.Berdasarkan data yang diperoleh dari 17 SMA negeri yang berada di Bandar
Lampung, terdapat 68 guru BK.
Menurut Suharsimi Arikunto (2006;134), apabila subyek penelitian kurang dari 100 orang,lebih baik diambil semua sehingga penelitianya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau lebih setidak-tidaknya dari:
a. Kemampuan penelitian dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
b. Sempit atau luasnya wilayah pengamatan dari setiap obyek , karena hal ini akan menyangkut banyak sedikitnya data.
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka penelitian ini merupakan penelitian populasi karena
jumlah populasi kurang dari 100 yaitu 68 orang. Berikut ini adalah keterangan dari jumlah
populasi yang akan diteliti :
Tabel 3.1 Jumlah populasi yang akan diteliti
No. Nama Sekolah Jumlah Guru BK(orang)
1. SMAN 1 5 orang
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel penelitian dapat dinyatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau
gejala yang akan diteliti. Berdasarkan pengertian variabel di atas, maka penelitian ini mempunyai
variabel tunggal yaitu unjuk kerja konselor sekolah dalam kegiatan layanan bimbingan belajar.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional berisi pengertian variabel yang akan dikembangkan. Pada penelitian ini
terdapat satu variabel penelitian yaitu unjuk kerja konselor sekolah dalam pelaksanaan layanan
bimbingan belajar. Maka yang dimaksud dengan unjuk kerja konselor sekolah dalam kegiatan
layanan bimbingan belajar adalah tampilan kerja atau peformance konselor sekolah dalam
melaksanakan tugas dan peranannya dalam layanan bimbingan belajar bagi siswa yang meliputi :
1. Pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar
2. Upaya membantu siswa yang mengalami masalah belajar
3. Membantu guru bidang studi dalam mendiagnosis kesulian belajar siswa
4. Membantu guru bidang studi dalam penyelenggaraan pengajaranperbaikan dan
program pengayaan
5.Menyelenggarakan bimbingan kelompok belajar
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yakni teknik pokok (angket atau
kuesioner) dan teknik pelengkap (wawancara).
1. Angket
Alasan peneliti menggunakan angket atau kuesioner adalah karena responden tersebar di
karena tidak memakan banyak waktu mengingat terbatasnya kemampuan peneliti. Selain itu,
teknik ini adalah teknik yang sering digunakan dalam penelitian survey, seperti yang
dinyatakan oleh Danim (2004:162) bahwa kuesioner atau angket paling umum dipakai dalam
metode-metode penelitian survey, dimana peneliti mengajukan pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada sekelompok populasi atau representatifnya.
Selanjutnya didefinisikan oleh Arikunto (2006:151) bahwa angket atau kuesioner adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Dari angket atau kuesioner
ini peneliti bermaksud untuk mengumpulkan data-data tentang apakah konselor sekolah
melakukan unjuk kerja dalam kegiatan layanan bimbingan belajar di SMA Negeri Bandar
Lampung.
Jenis angket yang digunakan adalah check list. Jenis angket ini digunakan oleh peneliti untuk
mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan, yakni apakah
konselor sekolah melaksanakan butir-butir unjuk kerja layanan bimbingan belajar atau tidak.
2. Wawancara
Teknik pelengkap dalam pengumpulan data ini, yaitu wawancara. Wawancara merupakan
metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara berdialog dengan sumber data.
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya
jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau
responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara)
Wawancara digunakan untuk menilai keadaan seseorang. Alasan peneliti menggunakan teknik
pelengkap wawancara adalah sebagai bahan untuk merecek dari hasil angket yang telah
disebarkan.
Tabel 3.2 Kisi-kisi angket pelaksanaan layanan bimbingan belajar di SMA Negeri Bandar Lampung
Variabel Indikator Deskriptor Item
Unjuk kerja
F. Uji Persyaratan instrumen
Dalam suatu penelitian, hendaknya harus dilakukan terlebih dahulu pengujian terhadap
instrumen yang akan digunakan. Pengujian tersebut diantaranya adalah pengujian validitas dan
reliabilitas. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data,
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen. Arikunto (2006:168) menyebutkan bahwa sebuah instrumen dikatakan valid apabila
mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap
data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Validitas instrumen dilakukan secara eksternal dengan pengujian validitas konstrak. Dalam
pengujian terhadap validitas konstrak dapat digunakan pendapat ahli (judgmen experts). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan
berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli untuk meminta
pendapatnya jika dirasa instumen tersebut sudah benar, setelah konsultasi dengan ahli
selanjutnya diteruskan dengan uji coba instrumen. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian
validitas konstrak dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan megkorelasikan antara sekor
item isntrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total dengan
menggunakan rumus product moment yang dikemukakan oleh Pearson.
rxy : koefisien korelasi
∑Y : jumlah skor total
N : jumlah responden (Arikunto, 2006: 170).
a. Hasil Uji Validitas
Melalui hasil perhitungan instrumen dengan menggunakan rumus product moment dengan bantuan computer melalui program SPSS, setelah dilakukan perhitungan maka instrument
tersebut dinyatakan valid dengan hasil yang terdapat dalam tabel.
Tabel 3.3 Validitas
No Nomor Pernyataan Keterangan No Nomor Pernyataan Keterangan 1 Pernyataan 1 Valid 26 Pernyataan 26 Valid
2 Pernyataan 2 Valid 27 Pernyataan 27 Valid 3 Pernyataan 3 Valid 28 Pernyataan 28 Valid 4 Pernyataan 4 Valid 29 Pernyataan 29 Valid 5 Pernyataan 5 Valid 30 Pernyataan 30 Valid 6 Pernyataan 6 Valid 31 Pernyataan 31 Valid 7 Pernyataan 7 Valid 32 Pernyataan 32 Tidak Valid
13 Pernyataan 13 Valid 38 Pernyataan 38 Valid 25 Pernyataan 25 Valid 50 Pernyataan50 Tidak Valid
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen, cukup dapat dipercaya
untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.
Arikunto (2006: 178) menyatakan instrumen yang dapat dipercaya, yang reliabel akan
menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila data yang diambil memang sesuai dengan
kenyataannya, maka berapa kalipun diambil hasilnya akan tetap sama.
Reliabilitas instrumen dilakukan secara internal dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang
ada pada instrumen dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split half).
Keterangan :
: reliabilitas internal seluruh instrumen
: korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua
(Arikunto, 2006:180-181)
Indeks pengujian reliabilitas
0,70 - 0,90 : tinggi
0,40 - 0,70 : sedang
0,20 - 0,40 : rendah
0,00 - 0,20 : kecil
(Guilford dalam Russeffendi, 1994:144)
Koefisien reliabilitas tentang unjuk kerja konselor sekolah dalam layanan bimbingan belajar
berdasarkan uji coba diperoleh tingkat reliabilitas 0,88 Berdasarkan hasil perhitungan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa reliabilitas sangat tinggi.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data dari seluruh responden atau
sumber data telah terkumpul. Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah
metode statistik deskriptif. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2010:208) penelitian yang
dilakukan pada populasi (tanpa diambil sampelnya) jelas akan menggunakan statistik deskriptif
dalam analisisnya.
Dengan menggunakan statistik deskriptif peneliti hanya ingin mendeskripsikan data dan tidak
ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana data diambil. Hal ini seperti
yang ditegaskan oleh Sugiyono (2010:207-208) bahwa statistik deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi.
Kegiatan yang dilakukan dalam analisis data adalah :
1. mengumpulkan data yang diperoleh dari angket
2. mentabulasi data
3. mencari prosentase data dengan rumus sebagai berikut:
F : jumlah jawaban dari seluruh item
N : jumlah perkalian item dengan responden
P : prosentase
(Hartono, 2004)
4. menyajikan data dalam bentuk diagram lingkaran
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat peneliti simpulkan bahwalayanan bimbingan belajar di SMA Negeri Bandar Lampung sudah terlaksana dengan tingkat prosentase 78,96%. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan yang sudah
terlaksana seperti pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar, upaya membantu siswa yang mengalami masalah belajar, kerjasama dengan guru bidang studi dalam mendiagnosis kesulitan belajar, kerjasama dengan guru bidang studi dalam penyelenggaraan pengajaran
perbaikan dan program pengayaan, pelaksanaan bimbingan kelompok belajar. Dari ke lima kegiatan tersebut, pada kegiatan kerjasama dengan guru bidang studi dalam penyelenggaraan pengajaran perbaikan dan program pengayaan yang hanya sebesar 50%.
B. Saran
Setelah Penulis menyelesaikan penelitian, membahas dan mengambil kesimpulan, maka dengan ini penulis mengajukan saran-saran yang akan diberikan berupa anjuran maupun
konsep dan ditujukan kepada:
Guru BK diharapkan dapat meningkatkan kerjasama dengan guru bidang studi dalam penyeleggaraan pengajaran perbaikan dan program pengayaan agar siswa yang mengalami keterlmbatan dan ketercepatan dalam belajar dapat teratasi sehingga layanan
bimingan belajar dimasa yang akan datang lebih baik lagi.
2. Peneliti
peneliti diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan yang berkenaan dengan layanan
bimbingan belajar, agar dapat mendukung dan dapat membawa perbaikan penelitian ini serta memperkaya dirinya dengan teori-teori bimbingan belajar, sebagai bekal dalam pelaksanaan layanan bimbingan belajar disekolah.
PELAKSANAAN PELAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI SMA NEGERI
BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012
OLEH:
DIAN NOVITA SARI
0713052024
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
PELAKSANAAN PELAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI SMA NEGERI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh : Dian Novita sari
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Pada
Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang dan Masalah... 1
1. Identifikasi Masalah... 5
2. Batasan Masalah ... 6
3. Rumusan Masalah... 6
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6
1. Tujuan Penelitian ... 6
2. Kegunaan penelitian... 7
3. Ruang Lingkup Penelitian... 7
C. Kerangka Pikir ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA... 10
A. Bimbingan dan Konseling ... 10
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling... 10
2. Fungsi Bimbingan dan Konseling... 11
3. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling... 13
4. Tujuan Bimbingan dan Konseling ... 15
5. Jenis- Jenis layanan Bimbingan dan Konseling... 16
6. Azas- Azas Bimbingan dan Konseling ... 17
B. Konselor Sekolah ... 21
1. Definisi Konselor Sekolah ... 21
2. Tugas Konselor Sekolah ... 22
3. Ekspektasi Kinerja Konselor Sekolah ... 22
4. Standar Kompetensi Konselor Sekolah ... 23
5. Bentuk-Bentuk Unjuk Kerja Konselor... 25
C. Layanan Bimbingan Belajar... 26
1. Pengertian Layanan Bimbingan Belajar di Sekolah ... 26
2. Tujuan dan Fungsi Layanan Bimbingan Belajar... 27
3. Materi layanan Bimbingan Belajar ... 28
4. Isi dan kegiatan Layanan Bimbingan Belajar ... 30
D. Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan Belajar ... 34
III. METODE PENELITIAN ... 38
A. Metode Penelitian ... 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39
C. Populasi dan Sampel ... 39
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 41
E. Teknik Pengumpulan Data ... 41
F. Uji Persyaratan Instrumen ... 44
G. Teknik Analisis Data... 48
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50
A. Deskripsi Hasil Penelitian...50
1. Analisis Hasil Penelitian ... 50
B. Pembahasan ... 52
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 55
A. Kesimpulan ... 55
B. Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Crow & Crow dalam Prayitno dan Erman Anti. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta:Rineka Cipta
Danim, Sudarwan.2004. Metode Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Perilaku. Jakarta:Bumi Aksara. Daryanto S, S. 1998. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya: Apollo.
Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah. 2008. Peraturan
Perundang-Undangan (Kompilasi Dasar Hukum untuk Guru).
Djumhur, I, dkk. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung: CVIlmu.
Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
2004. Dasar Standardisasi Profesi Konseling. Bagian Proyek Peningkatan Tenaga
Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depertemen Pendidikan Nasional.
Furchan, Arief. 2007. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hallen A. 2002. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Press.
Hartono. 2004. Statistik untuk penelitian.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Juntika Nurihsan, Achmad, dkk. 2005. Manajemen Bimbingan dan Konseling di SD/MI
Kurikulum 2004. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Masya, Hardiyansyah. 2009. Implementasi Pengetahuan Keterampilan Konselingdalam
Pelaksanaan Layanan Konseling Individual Guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri di Bandar Lampung Tahun 2008-2009”. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Bandar Lampung: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas lampung.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Ciawi: Ghalia Indonesia.
Prayitno, dkk. 1999. Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ikrar Mandiri abadi.
Prayitno, dkk. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.