ABSTRACT
THE EFFECT OF APPLICATION Trichoderma spp. TO THE SEVERITY TOBACCO LEAF SPOT (Cercospora nicotianae Ell. et Ev.,)
By
SELVI HELINA
Tobacco leaf spot (Cercospora nicotianae) is one of the important disease in tobacco cultivation. One of the biological agents are effective and efficient and safe for consumers and is environmentally friendly in disease control is Trichoderma. This study aims to determine the effect of Trichoderma applications to the severity of tobacco leaf spot. The hypothesis is Trichoderma spp. as biological control agents capable of suppressing the severity tobacco leaf spot .The research was carried out in the Land of Department of Plant Protection Faculty of Agriculture, University of Lampung began from June 2011 until January 2012. The treatment in this experiment were arranged in a completely randomized design (CRD) with four replications. The treatments consisted of plants without application of Trichoderma as a control (co), application of T.harzianum (Th), application of T. viride (Tv) and application of T.koningii (Tk). Observed variable is the severity tobacco leaf spot, rate of infection, and area under disease progression curve (AUDPC). Data were analyzed using the analysis of variance and the mean differences between treatments were tested with LSD in the real level 5%. The results of the experiment showed that the use of Trichoderma can inhibit the severity tobacco leaf spot at the observation of 14 days after application. This is showed that Trichoderma spp. have capable to control tobacco leaf spot.
ABSTRAK
PENGARUH APLIKASI Trichoderma spp. TERHADAP KEPARAHAN PENYAKIT PATIK (Cercospora nicotianae Ell. et Ev.,) PADA TANAMAN
TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.)
Oleh SELVI HELINA
Penyakit patik (Cercospora nicotianae) merupakan penyakit penting pada tanaman tembakau. Salah satu agensia hayati yang efektif dan efesien serta aman bagi konsumen dan ramah lingkungan dalam pengendalian penyakit adalah
Trichoderma. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh aplikasi Trichoderma
spp. terhadap keparahan penyakit patik pada tanaman tembakau. Hipotesis yang diajukan adalah bahwa aplikasi Trichoderma spp. mampu menekan keparahan penyakit patik pada tanaman tembakau. Penelitian dilaksanakan di Lahan Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Juni 2011 sampai Januari 2012. Perlakuan disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat ulangan. Perlakuan terdiri atas tanaman tanpa aplikasi Trichoderma sebagai kontrol (ko), aplikasi T. harzianum (Th), aplikasi T. viride (Tv), dan aplikasi T. koningii (Tk). Peubah yang diamati adalah keparahan penyakit patik pada tanaman tembakau. Dari data keparahan penyakit, dihitung laju infeksi dan daerah di bawah kurva perkembangan penyakit (AUDPC). Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam dan perbedaan nilai tengah antar perlakuan diuji dengan uji BNT pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi Trichoderma dapat menekan perkembangan penyakit patik pada tanaman tembakau pada pengamatan 14 hari setelah aplikasi (hsa). Hal ini menunjukkan bahwa Trichoderma spp. memiliki potensi untuk mengendalikan penyakit patik pada tanaman tembakau.
PENGARUH APLIKASI Trichoderma spp. TERHADAP KEPARAHAN PENYAKIT PATIK (Cercospora nicotianae Ell. et Ev.,) PADA TANAMAN
TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.) (Skripsi)
Oleh Selvi Helina
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Cara peletakkan tanaman tembakau yang terdapat gejala patik
di areal pertanaman ... 15
2. Bercak patik pada daun tembakau dengan bagian tengah yang berlubang ... 18
3. Perkembangan bercak patik pada daun tembakau ... 19
4. Konidiofor Cercospora nicotianae ... 32
5. Tanaman tembakau pada saat aplikasi Trichoderma spp ... 33
DAFTAR ISI
2.2Penyakit patik pada tanaman tembakau ... 7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Gejala penyakit patik pada tanaman tembakau. ... 18
4.2Keparahan penyakit patik tanaman tembakau. ... 19
4.3Laju infeksi C. nicotianau dan AUDPC. ... 22
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan. ... 25
5.2 Saran. ... 25
DAFTAR PUSTAKA. ………. 26
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Skor gejala penyakit patik pada tembakau ... 16
2. Perkembangan keparahan penyakit patik pada tanaman
Tembakau ... 20
3. Keparahan penyakit (Xt), laju perkembangan penyakit (r),
dan AUDPC penyakit patik pada tanaman tembakau ... 22
4. Data keparahan penyakit patik pada tanaman tembakau pada pengamatan 7 hari setelah aplikasi T. harzianum, T. viride,
dan T. koningii ... 29
5. Analisis ragam keparahan penyakit patik (ANARA) pada tembakau pada pengamatan 7 hari setelah aplikasi T.
harzianum, T. viride, dan T. koningii ... 29
6. Data keparahan penyakit patik pada tanaman tembakau pada pengamatan 14 hari setelah aplikasi T. harzianum, T. viride,
dan T. koningii ... 29
7. Analisis ragam keparahan penyakit patik (ANARA) pada tembakau pada pengamatan 14 hari setelah aplikasi T.
harzianum, T. viride, dan T. koningii ... 30
8. Data keparahan penyakit patik pada tanaman tembakau pada pengamatan 21 hari setelah aplikasi T. harzianum, T. viride,
dan T. koningii ... 30
9. Analisis ragam keparahan penyakit patik (ANARA) pada tembakau pada pengamatan 21 hari setelah aplikasi T.
harzianum, T. viride, dan T. koningii ... 30
10. Data keparahan penyakit patik pada tanaman tembakau pada pengamatan 28 hari setelah aplikasi T. harzianum, T. viride,
11. Analisis ragam keparahan penyakit patik (ANARA) pada tembakau pada pengamatan 28 hari setelah aplikasi T.
harzianum, T. viride, dan T. koningii ... 31
12. Data keparahan penyakit patik pada tanaman tembakau pada pengamatan 35 hari setelah aplikasi T. harzianum, T. viride,
dan T. koningii ... 31
13. Analisis ragam keparahan penyakit patik (ANARA) pada tembakau pada pengamatan 35 hari setelah aplikasi T.
harzianum, T. viride, dan T. koningii ... 32
14. Nilai BNT pada masing-masing pengamatan tanaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Cara peletakkan tanaman tembakau yang terdapat gejala patik
di areal pertanaman ... 15
2. Bercak patik pada daun tembakau dengan bagian tengah yang berlubang ... 18
3. Perkembangan bercak patik pada daun tembakau ... 19
4. Konidiofor Cercospora nicotianae ... 32
5. Tanaman tembakau pada saat aplikasi Trichoderma spp ... 33
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A dan Soedarmanto. 1982. Budidaya Tembakau. CV Yasaguna. Jakarta. 170 hlm.
Agrios, G. N. 1995. Plant Pathology. 3th edition. Academic Press. Florida.
Diterjemahkan oleh Munzir Busnia. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan, Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 713 hlm.
Alexopoulos, C.J dan C.W. Mims. 1979. Introductory Mycology. John Willey and Sons. New York. 386 pp.
Anonim. 2010a. Budidaya Tanaman Tembakau.
http://budidaya-id.blogspot.com/2010/01/teknik-budidaya-tembakau.html. Diakses Rabu 2 Maret 2011 pukul 11.00 WIB.
Anonim. 2010b. Komoditi Tanaman Tembakau.
http://budidaya-id.blogspot.com/2010/01/komoditi-tanaman-tembakau.html Diakses Jumat 2 Maret 2012 pukul 20.00 WIB.
Anonim. 2010c. Jamur Cercospora nicotianae.
http://www.digilib.unej.ac.id/gdl42/gdl.php?mod=browse&op=read&id=g dlhub-gdl-grey-2008-mayarohmaw-793.html. Diakses pada tanggal 2 Maret 2011 pukul 16.00 WIB.
Badan Pusat Statistik [BPS]. 2009. Perkebunan Tembakau.
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=54 ¬ab=1. Diakses pada tanggal 3 Maret 2011 pukul 16.00 WIB.
Cook, R.J dan K.F. Baker. 1983. The Natural and Practice of Biological Control of Plant Pathogens. APS Press. Minnesota.
Bankole, S.A dan A. Adebanjo. 1996. Biocontrol of brown blotch of cowpea caused by Colletrotichum truncatum with Trichoderma viride. Crop Protection. 15: 633-636.
Chet, I (Ed.). 1987. Innovative Approaches to Plant Diseases Control. John Wiley and Sons, A Wiley-Interscience Publication, USA. Pp. 11-201.
Dalmadiyo, G. 1999. Pengendalian penyakit tembakau secara terpadu, di dalam: Prosiding semiloka teknologi tembakau. Tirtosastro S, Rahman A, Isdijoso SH, Ghotama AAA, Dalmadiyo G & Mukani (eds)..Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat. Malang.
Djojosumarto, P. 2000.Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. 211 hlm
Efri, Prasetyo, J dan R. Suharjo. 2009. Skrining dan uji antagonisme jamur
Trichoderma harzianum yang mampu bertahan di filosfer tanaman jagung. Jurnal Hama Penyakit Tanaman Tropika, Vol. 9, No. 2:121-129.
Erwin. 2009. Pedoman Tekhnis HPT Tembakau. Balai Penelitian Tembakau Deli PTPN II. Medan.
FAO STAT Agriculture Data Base:
http://apps.fao.org/page/colection?subset=agriculture. Diakses 12 Maret 2011 pukul 20.00 WIB.
Istikorini, Y. 2002. Pengendalian penyakit tumbuhan secara hayati yang ekologis dan berkelanjutan. Makalah Falsafah Sains Program Pascasarjana. Bogor. 9 hlm.
Komisi Pestisida. 1989. Metode Standar Percobaan Efikasi Pestisida. Departemen Pertanian Jakarta.
Lo, C.T., Nelson, E.B dan G.E. Harman. 1997. Improved biocontrol efficacy of
Trichoderma harzianum strain 1295.22 for foliar phases of turf diseases by use of spray application. Plant Disease. 81: 1132-1138.
Maketon, M., Apisitsantikul, J dan C. Siriraweekul. 2008. Greenhouse Evaluation Of Bacillus subtilis AP-01 and Trichoderma harzianum AP-001 In
Controlling Tobacco Diseases. Brazilian Journal of Microbiology. 39:296-300.
Oka, I.N. 1993. Pengantar Epidemiologi Penyakit Tanaman. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
Oktasari, E. 2009. Pengaruh kombinasi Trichoderma spp. dengan fungisida nabati terhadap keparahan penyakit busuk pangkal batang lada
Papavizas, G.C. 1985. Trichoderma and Gliocladium: Biology, Ecology, and Potential for Biocontrol. US Departement of Agriculture. Maryland 23: 23-54 pp.
Prakash, M. 2007. Studies on frog eye leaf spot of bidi tobacco caused by
Cercospora nicotianae EII.& Eve. Department of plant pathology college of agriculture, Dharwad University of Agricultural Sciences. Dharwad.
Purwantisari, S dan B.S. Rini. 2009. Uji antagonisme jamur patogen
Phytophthora infestans penyebab penyakit busuk daun dan umbi tanaman kentang dengan menggunakan Trichoderma spp. Isolat Lokal.
Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Dipenogoro.
Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 835 hlm.
Soesanto, L. 2006. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman, Suplemen ke Gulma dan Nematoda. Rajawali Press. Jakarta.
Tim Penulis PS. 1993. Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran Tembakau. Penebar Swadaya. Jakarta. 178 hlm.
Tindaon, H. 2008. Pengaruh jamur antagonis Trichoderma harzianum dan pupuk organik untuk mengendalikan patogen tular tanah Sclerotium rolfsii
I. METODE PENELITIAN
1.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Lahan sekitar laboratorium Jurusan Proteksi Tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Juni 2011 sampai Januari 2012.
1.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah cawan petri, jarum ose,
gelas kimia, otoklaf, plastik pembungkus, alumunium foil, plastik tahan panas,
bunsen burner, tabung Erlenmeyer, kaca preparat, kaca penutup, mikroskop,
spatula, gelas ukur, kapas, tissue, laminar air flow, oven, timbangan, nampan, alat
perajang, kertas label, dan alat tulis.
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman tembakau
Virginia, kentang, agar batang, gula pasir, asam laktat, tanah, pupuk kandang,
aquades, alkohol 70%, dan air.
1.3 Rancangan Percobaan
Perlakuan dalam percobaan ini disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL).
Perlakuan terdiri atas tanaman tembakau tanpa aplikasi Trichoderma sebagai
2
koningii (Tk). Setiap perlakuan diulang empat kali. Data hasil pengamatan
dianalisis menggunakan sidik ragam dan perbedaan nilai tengah antarperlakuan
diuji dengan uji BNT dengan taraf nyata 5%.
1.4 Pelaksanaan Penelitian
1.4.1 Penyiapan tanaman tembakau
Tanaman tembakau yang digunakan adalah jenis Virginia berumur 50 hari.
Penanaman bibit tembakau dilakukan dalam polybag berukuran 5 kg dengan
media tanam berupa tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 3:1. Pupuk
kandang yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari kotoran kambing.
Pemeliharaan tanaman berupa penyiraman dilakukan setiap hari.
1.4.2 Penyiapan biakan Trichoderma spp.
1.4.2.1Penyiapan suspensi Trichoderma spp.
Spesies Trichoderma yang digunakan adalah T. harzianum, T. viride, dan T.
koningii koleksi Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Suspensi spora Trichoderma disiapkan
dengan cara: spora jamur Trichoderma spp. dipanen dengan menambahkan 10 ml
aquades steril ke biakan Trichoderma spp. pada cawan petri lalu dikeruk dengan
spatula steril dan disuspensikan. Suspensi Trichoderma spp. selanjutnya
diencerkan sampai didapatkan kerapatan spora 106 spora/ml.
3
Aplikasi Trichoderma spp. dilakukan dua kali yaitu pada saat tanaman berumur 3
bulan setelah tanam dan 7 hari setelah inokulasi (hsi) C. nicotianae yang kedua.
Aplikasi Trichoderma dilakukan dengan cara menyemprotkan suspensi
masing-masing spesies Trichoderma pada setiap tanaman tembakau hingga membasahi
bagian atas dan bagian bawah daun pada masing-masing polybag. Suspensi
Trichoderma yang disemprotkan pada aplikasi pertama sebanyak 20 ml/tanaman,
sedangkan pada aplikasi kedua 50 ml/tanaman. Aplikasi dilakukan sore hari
dengan tujuan kelembapan daun tembakau dapat terjaga.
1.4.3 Inokulasi Cercospora nicotianae
Inokulasi C. nicotianae dilakukan dengan dua cara, yaitu inokulasi alami dan
buatan. Inokulasi secara alami dilakukan dengan cara meletakkan tanaman
tembakau yang bergejala patik pada tengah-tengah tanaman tembakau uji
sebanyak 3 polybag (gambar 1). Tanaman tembakau sakit yang digunakan
berumur 140 hari setelah tanam (hst). Inokulasi buatan dilakukan dengan cara
menyemprotkan suspensi/larutan dari daun tembakau yang bergejala patik pada
permukaan atas dan bawah daun tembakau sebanyak 50 ml secara merata pada
masing-masing polybag.
Penyemprotan ini dilakukan 7 hari setelah inokulasi (hsi) alami C. nicotianae dan
aplikasi dilakukan pada sore hari dengan tujuan menjaga kelembapan. Penyiapan
inokulum C. nicotianae dilakukan dengan cara memblender 50-60 helai daun
tembakau yang bergejala patik dengan ditambahkan 5 liter air. Setelah halus,
4
Areal pertanaman tembakau
Tanaman tembakau yang terdapat gejala patik
Gambar 1. Cara peletakkan tanaman tembakau yang terdapat gejala patik di areal pertanaman tembakau.
1.5 Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengamatan dilakukan selama 35 hari dengan interval pengamatan 7 hari.
Pengamatan dimulai 7 hari setelah aplikasi (hsa) Trichoderma spp. yang kedua.
Setiap tanaman (perlakuan) diamati sebanyak 5 helai daun sebagai sampel.
Pengambilan sampel daun tembakau pada masing-masing perlakuan dan kontrol
dilakukan secara acak. Pengambilan sampel daun pada tanaman tembakau di
antara daun yang berada pada bawah batang hingga bagian atas tanaman
tembakau. Peubah yang diamati adalah keparahan penyakit. Keparahan penyakit
dihitung menggunakan rumus:
5
Dengan KpP adalah keparahan penyakit, n = jumlah daun pada setiap skor
serangan, v = nilai skor yang digunakan, Z = nilai skor tertinggi yang digunakan,
N = jumlah total daun yang diamati.
Nilai skoring yang digunakan dalam pengukuran keparahan penyakit merupakan
analogi dari pengujian terhadap bercak daun Cercospora sp. pada tanaman kacang
tanah yaitu sebagai berikut (Komisi Pestisida, 1989).
Tabel 1. Skor gejala penyakit patik pada tembakau
Skor Gejala Penyakit
0 Tidak ada daun terserang
1 Luas daun terserang 1-25%
2 Luas daun terserang 26-50%
3 Luas daun terserang 51-75%
4 Luas daun terserang 76-100%
Selanjutnya dari data keparahan penyakit dihitung laju perkembangan penyakit (r)
dan daerah di bawah kurva penyakit (AUDPC). Laju perkembangan penyakit (r)
dihitung dengan rumus:
( )
Dengan r adalah laju infeksi, t1 = waktu pengamatan ke 1, t2= waktu pengamatan
ke 2, x1 = proporsi penyakit pada pengamatan ke 1, x2= proporsi penyakit pada
pengamatan ke 2. Sedangkan daerah di bawah kurva penyakit (AUDPC) (de Jesus
Junior et al. 2001; Danielsen dan Ames 2004) dihitung dengan rumus :
6
Dengan AUDPC adalah daerah kurva perkembangan penyakit, Yi = intensitas
serangan pada pengamatan ke i, Y1 = intensitas serangan pada pengamatan
pertama, t1 = waktu pada pengamatan pertama, ti = waktu pada pengamatan ke i, n
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan tanaman yang memiliki nilai
ekonomi tinggi. Tembakau banyak digunakan sebagai bahan baku rokok,
kosmetik, dan obat-obatan (Anonim, 2010a). Indonesia adalah salah satu
penghasil daun tembakau dunia dengan kontribusi sekitar 15000 ton daun
tembakau atau 2,3% (FAO, 2002).
Jenis tembakau yang ditanam di Indonesia, diantaranya tembakau Voor-Oogst
(VO) yang banyak ditanam di musim kemarau, dan tembakau Na-Oogst (NO)
yang banyak ditanam di musim hujan, dan tembakau cigarillo. Selain itu juga ada
jenis tembakau hisap dan kunyah (Anonim, 2010b). Sentra tembakau Indonesia
terbesar adalah di daerah Jember, Deli, dan Temanggung. Di Lampung, luas
perkebunan tembakau mencapai 229 hektar dengan produksi sebanyak 81 ton
daun kering (Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, 2009).
Salah satu penyakit penting tanaman tembakau adalah penyakit patik. Menurut
Dalmadiyo (1999), lebih dari 60% daun tembakau besuki rusak karena penyakit
bawah naungan (TBN) kerugian karena penyakit patik mencapai 100-125 milyar
rupiah.
Pada umumnya, pengendalian yang dilakukan petani tembakau adalah sanitasi dan
penggunaan fungisida sintetik. Jenis fungisida sintetik yang umum digunakan
adalah fungisida dengan bahan aktif Mankozeb. Walaupun fungisida digunakan
secara intensif, namun penyakit patik pada tembakau masih terus berkembang.
Disamping itu, pengendalian dengan fungisida justru menimbulkan permasalahan
baru seperti patogen menjadi resisten, matinya organisme non target, pencemaran
lingkungan, dan berkurangnya keanekaragaman hayati (Djojosumarto, 2000).
Salah satu metode pengendalian yang aman dan ramah lingkungan adalah
pengendalian hayati dengan jamur antagonis. Trichoderma merupakan salah satu
jamur antagonis yang saat ini banyak diteliti sebagai agensia pengendali hayati
(Agrios, 1995). Potensi jamur Trichoderma spp. sebagai agensia pengendali
hayati sudah banyak dilaporkan. Beberapa penyakit tanaman dapat dikendalikan
dengan aplikasi jamur Trichoderma spp. seperti penyakit busuk pangkal batang
pada kedelai yang disebabkan Sclerotium rolfssi Sacc. (Tindaon, 2008) dan
penyakit layu daun pada tomat yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum
(Herlina, 2009).
Selain dapat mengendalikan patogen tular tanah, Trichoderma spp. juga
dilaporkan dapat mengendalikan patogen tular udara (air borne). Efri et al.,
(2009) melaporkan bahwa aplikasi T. harzianum pada daun jagung dapat
mengendalikan penyakit bulai yang disebabkan oleh Peronosclerospora maydis.
mengendalikan penyakit brown blotch pada kacang polong yang disebabkan oleh
Colletotrichum truncatum.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi Trichoderma spp.
terhadap keparahan penyakit patik pada tanaman tembakau.
1.3 Kerangka Pemikiran
Penyakit patik yang disebabkan oleh jamur Cercospora nicotianae Ell. merupakan
salah satu penyakit penting pada tanaman tembakau. Penyakit ini penting karena
mengurangi mutu daun tembakau terutama pada tembakau cerutu (Semangun,
2000). Pengendalian penyakit patik umumnya dengan sanitasi lapangan dan
penggunaan fungisida. Namun, penggunaan fungisida menimbulkan dampak
negatif bagi manusia, organisme non target, dan lingkungan (Djojosumarto,
2000). Pemanfaatan Trichoderma spp. sebagai agensia pengendali hayati
merupakan salah satu alternatif pengendalian yang perlu dicoba untuk
mengendalikan penyakit patik pada tembakau.
C. nicotianae merupakan patogen tular udara yang berasosiasi pada daerah filosfer
(permukaan daun). Beberapa penelitian melaporkan bahwa Trichoderma selain
dapat bertahan pada filosfer tanaman juga efektif mengendalikan penyakit pada
Lo et al., (1997) melaporkan bahwa T. harzianum Strain 1295-22 mampu
mengendalikan penyakit brown patch dan dollar spot pada daun tanaman jenis
rerumputan dengan aplikasi penyemprotan di daun pada percobaan rumah kaca
dan percobaan lapangan. Sedangkan Efri et al., (2009) melaporkan bahwa T.
harzianum mampu bertahan hidup di daerah filosfer tanaman jagung sampai 22
hari setelah aplikasi dan masih memiliki antagonisme yang baik dalam
mengendalikan penyakit bulai yang disebabkan oleh jamur Peronosclerospora
maydis.
Bankole dan Adebanjo (1996), melaporkan bahwa T. viride mampu
mengendalikan penyakit brown blotch pada kacang polong yang disebabkan oleh
Colletotrichum truncatum. Selain itu, T. viride juga dilaporkan mampu menekan
penyakit tanaman kacang-kacangan lainnya seperti web blight dan bercak daun
(Bankole dan Adebanjo 1996).Mekanisme pengendalian yang dimiliki
Trichoderma diantaranya adalah antibiosis, ketahanan terimbas, kompetisi bahan
makanan, enzim dan toksin (Soesanto, 2006).
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang diiajukan dalam penelitian ini adalah aplikasi Trichoderma spp.
PENGARUH APLIKASI Trichoderma spp. TERHADAP KEPARAHAN PENYAKIT PATIK (Cercospora nicotianae Ell. Et Ev.,) PADA TANAMAN
TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.)
Oleh
SELVI HELINA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PERTANIAN
pada
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : PENGARUH APLIKASI Trichoderma spp. TERHADAP KEPARAHAN PENYAKIT PATIK (Cercospora nicotianae Ell. et Ev.,) PADA TANAMAN TEMBAKAU
(Nicotiana tabacum L.)
Nama Mahasiswa :
SELVI HELINA
Nomor Pokok Mahasiswa : 0714041053 Program Studi : Agroteknologi
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI,
1. Komisi Pembimbing
Ir. Joko Prasetyo, M.P Tri Maryono, SP., M.Si. NIP 195902141989021001 NIP 198002082005011002
2. Ketua Program Studi Agroteknologi
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Ir. Joko Prasetyo, M.P. ………..
Sekretaris : Tri Maryono, S.P., M. Si. ….………
Penguji
Bukan Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Cipta Ginting, M. Sc ……….
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001
Sesungguhnya setelah kesulitan itu pasti ada
kemudahan
(Qs. Al-insyirah:6)
“
Anda tak akan bisa menghargai waktu sampai anda
menghargai diri sendiri. Jika anda tak menghargai waktu,
anda tak akan bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat”
(M. Scott Peck, Psikologis)
“
Syukuri apa yang ada hidup adalah anugerah, tetap
jalani hidup ini melakukan yang terbaik
”
(D’masiv
)
Jangan pernah meremehkan kemampuanmu. Jika
kamu menyadari betapa kuatnya pikiranmu, kamu
tak akan pernah berpikir untuk menyerah.
Alhamdulillahirobbil’alamin
Puji dan syukur kuhaturkan kepadaMu, Allah SWT
Kupersembahkan karya kecil ini
kepada :
Ibu, ayah dan Makwo tercinta yang memberi
dukungan moril dan materiil (Ibu Rubana,
Bapak Umar Sani, Ibu Sanal Miana)
&
Orang-orang yang selalu mendoakan kebaikan
kepadaku
Serta keluarga besar, para pendidik dan
Almamater tercinta
PENGARUH APLIKASI Trichoderma spp. TERHADAP KEPARAHAN PENYAKIT PATIK (Cercospora nicotianae Ell. Et Ev.,) PADA TANAMAN
TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.)
(Skripsi)
Oleh SELVI HELINA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 28 September 1989 di Desa Srimenanti
Kecamatan Banding Agung Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumatra Selatan,
Penulis merupakan anak Pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Khutip dan
Ibu Rubana.
Pada tahun 2001 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar SDN 2
Kemiling Bandar Lampung; Sekolah Menengah Pertama SMPN 8 Bandar
Lampung pada tahun 2004; dan Sekolah Menengah Atas SMAN 5 Bandar
Lampung pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa
Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) dan tahun 2008 diintegrasikan pada Program Studi
Agroteknologi.
Pada tahun akademik 2010-2011 penulis melaksanakan Praktik Umum di
Perusahaan Perseroan PTPN VII Karang Sari Kecamatan Muara Enim Provinsi
Sumatra Selatan. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten
dosen beberapa mata kuliah tahun akademik 2010-2011 yaitu Jamur Patogen
SAN WACANA
Alhamdulillahi rabbi’alamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan taufik, hidayah, serta rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Aplikasi Trichoderma
terhadap Keparahan Penyakit Patik (Cercospora nicotianae Ell. et Ev.,) pada
Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum L.)” yang merupakan proyek kerjasama
antara PT. Export Leaf Indonesia dengan Klinik Tanaman Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini,
yaitu:
1. Ibu (Rubana) dan Makwo (Sanal Miana) tercinta yang telah memberikan kasih
sayang, motivasi, nasihat dan semangat yang tiada henti serta doa yang tulus
kepada penulis hingga terselesainya skripsi ini.
2. Bapak Ir. Joko Prasetyo, M.P. selaku pembimbing utama atas bimbingan,
gagasan, ilmu, arahan dan nasihat yang bermanfaat kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Tri Maryono, S.P.,M.Si. selaku pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan, saran, dan nasihat yang bermanfaat kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Cipta Ginting, M. Sc. selaku pembahas yang telah
memberikan pengarahan, kritik, saran dan nasihat yang bersifat membangun
kepada penulis.
5. Ibu Ir. Titik Nur Aeny, M. Sc. selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan nasihat, motivasi dan semangat kepada penulis.
6. Prof. Dr. Ir. Wan Abas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian
7. Dr. Ir Kuswanta Futas Hidayat, M.P. selaku ketua Program Studi
Agroteknologi.
8. Seluruh Dosen Agroteknologi konsentrasi Ilmu Hama Penyakit Tumbuhan
khususnya, serta Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu dan
pembelajaran selama penulis mengemban ilmu di Universitas Lampung.
9. Keluarga besar ku (Kiki, Eva, Yeni, Cicek mes, Om Han, Ibung Lina, Kang
Ita, Cek Anisa, Cek Pet, Om Marqos, Rengga, Ridho, dan Suci) terimakasih
atas bantuan dan semangatnya.
10. Rekan-rekan satu tim penelitian Meri Lusiana, Riki Martinaningsih, dan Eka
Wahyu ningsih terimakasih atas kerjasama, canda tawa, dan semangat yang
diberikan.
11. Teman-teman angkatan 2007 (Ahmad Teddy Wijaya, M. Badrus Sholeh,
Suparman, Alexander Turnip, Fajri Firdaus, Jaya Saputra, M. Furqon, Ahmad
Bazawi Alwi, Yosua A A Raya, M. Edy Shabara S, Herleo Panji P, Resma
Nurmei Winda, Siti Juariyah, Septia Eka Rani, Stenia Yusticia, Uswatun
Hasanah, Teresia Clara Eka Risti, Yani Kurniawati, Wika Triwidiyanti P,
Maria Teofani, Ovy Erfandari, Lilis Nurhayati, Febriana Lestari, Oviana Suri,
Juwita Suri Maharani, Yanti Ningsih, Yulianti, Kristina Hayu, Aftecia
Agnitary, Marjuki) dan kakak tingkat 2006, 2005, dan 2004 serta
teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas semua
doa, bantuan semangat dan kebersamaan yang telah diberikan.
12. Bapak Paryadi, Mbak Uum, Mas Iwan, Mas Rahmat atas bantuannya selama
penulis menjadi mahasiswa.
Akhirnya Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, semoga
Allah SWT memberikan rahmat dan Hidayah-Nya kepada pihak yang telah
membantu hingga selesainya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
untuk kita semua. Amien.
Bandar Lampung, 2012
I. TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Tanaman Tembakau
1.1.1 Klasifikasi dan Morfologi
Tanaman tembakau dalam sistem klasifikasi tanaman masuk dalam famili
Solanaceae. Secara sistematis, klasifikasi tanaman tembakau sebagai berikut.
Klass : Dicotyledonaea
Ordo : Personatae
Famili : Solanaceae
Sub Famili : Nicotianae
Genus : Nicotianae
Spesies : Nicotiana tabacum L.
Tembakau berdasarkan morfologinya terdiri atas dua bagian yaitu vegetatif dan
generatif. Bagian vegetatif terdiri atas akar, batang, dan daun, sedangkan bagian
generatif terdiri atas bunga dan buah (Tim Penulis PS, 1993). Pada bagian bawah
batang terdapat akar tunggang yang panjangnya sekitar 50-75 cm dan mempunyai
banyak akar serabut dan bulu akar. Tanaman tembakau memiliki batang yang
tegak dengan tinggi sekitar 2,5 m. Batang tanaman ini biasanya memiliki sedikit
cabang atau bahkan tidak bercabang sama sekali. Batangnya berwarna hijau dan
Bunga tembakau termasuk bunga majemuk yang berbentuk malai. Kelopak bunga
yang berlekuk dan mahkota bunga berbentuk seperti terompet. Bakal buah terletak
di atas dasar bunga dan mempunyai ruang yang membesar serta kepala putik
terletak pada tabung bunga berdekatan dengan kepala sarinya.
Bagian terpenting dari tanaman tembakau adalah daun karena bagian inilah yang
nantinya akan dipanen. Daun tembakau berbentuk bulat panjang, ujungnya
meruncing, tepinya licin dan bertulang sirip. Satu tanaman biasanya memiliki
sekitar 24 helai daun. Ukuran daun cukup bervariasi menurut keadaan tempat
tumbuh dan jenis tembakau yang ditanam. Proses penuaan (pematangan) daun
biasanya dimulai dari bagian ujung, kemudian bagian bawahnya.
2.1.2 Syarat Tumbuh
Tanaman tembakau dapat tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah.
Tembakau yang ditanam pada ketinggian 1000-1500 m dpl, pH 5,5-6,5 daunnya
akan besar, tebal, dan kuat. Sedangkan tembakau yang ditanam di dataran rendah
daunnya besar, tipis dan elastis. Tembakau yang tipis cenderung mempunyai
kandungan nikotin yang rendah (Tim Penulis PS, 1993).
Penyinaran cahaya matahari yang kurang dapat menyebabkan pertumbuhan
tanaman kurang baik sehingga produktivitasnya rendah. Oleh karena itu lokasi
untuk tanaman tembakau sebaiknya dipilih di tempat terbuka dan waktu tanam
disesuaikan dengan jenisnya. Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan tanaman
1.2 Penyakit Patik pada Tanaman Tembakau
Penyakit patik merupakan penyakit penting pada tanaman tembakau. Bercak patik
dapat mengurangi mutu daun tembakau terutama tembakau cerutu. Gejala patik
diawali dengan adanya bercak berwarna coklat (“patik abang”), kemudian bercak
menjadi kering berwarna putih (“patik putih”) dengan tepi coklat dan dalam
waktu singkat bagian ini akan pecah dan berlubang (“patik bolong”) (Semangun,
2000).
Menurut Erwin (2009), bercak-bercak tersebut biasanya muncul pada daun-daun
bawah atau daun tua atau daun yang telah matang, karena daun-daun ini lebih
rentan daripada daun-daun yang masih muda. Bercak ini dikelilingi oleh jaringan
daun yang kuning, disebut dengan patik kuning atau ubed kuning. Namun apabila
cuaca lembab, serangan dapat terjadi pada daun-daun yang belum masak dan
daun-daun tua dari pembibitan.
Penyakit patik pada tanaman tembakau disebabkan oleh Cercospora nicotianae
Ell. et Ev atau identik dengan C. raciborskii Sacc. et Syd dan C. Solanicola Atk.
(Hill, 1936; Reitsma et al., 1947 dalam Semangun, 2000). Jamur Cercospora
nicotianae memiliki morfologi yang sangat mirip dengan C. apii penyebab
penyakit bercak daun pada seledri (Apium graveolens L.). Cercospora
mempunyai konidiofor coklat bersekat-sekat, dengan ukuran 75-100 x 4-5 µm.
Konidium agak panjang, agak bengkok, bersekat banyak, dan tidak berwarna
Menurut Jochems (1931); van Schreven (1948) dalam Semangun (2000), jamur
patik mengadakan infeksi melalui mulut kulit. Agar konidium dapat berkecambah
pada permukaan daun, maka diperlukan air pada permukaan daun. Konidium
disebarkan oleh angin atau percikan air.
Jamur C. nicotianae dapat bertahan lama pada sisa-sisa tanaman tembakau,
misalnya batang tembakau yang sudah kering. Jamur C. nicotianae juga dapat
hidup sampai satu tahun dengan cara jamur melekat pada biji tembakau. Selain
itu, penyebaran patik terutama lewat sisa-sisa tanaman, dan mungkin juga lewat
tanah (Semangun, 2000).
Menurut Hopkins (1956) dalam Semangun (2000), meluasnya penyakit patik
terjadi apabila cuaca lembap pada saat menjelang panen. Pada keadaan biasa
jamur patik hanya menyerang daun-daun yang sudah masak, namun apabila
kondisi alam mendukung untuk perkembangan jamur serta penyebaran penyakit
meluas, maka daun-daun muda akan lebih cepat terserang penyakit ini. Tetapi
pada umumnya epidemik tidak akan terjadi bila daun-daun bawah dari tanaman
relatif bersih dari patik sebelum cuaca lembap datang (Semangun, 2000).
Penyakit patik banyak berkembang apabila pemetikan terlambat dilakukan
sehingga daun menjadi lewat masak karena makin tua daun tembakau akan
semakin rentan (Semangun, 2000).
Pengendalian penyakit patik pada tanaman tembakau yang umum dilakukan
adalah dengan sanitasi lapangan dan penggunaan fungisida. Fungisida yang
digunakan adalah Dithane M-45 (mankozeb), Manzate 200 (mankozeb) dan
tembakau sampai 15-20 hari sebelum pemetikan dimulai. Dengan pengendalian
ini diharapkan dapat mencegah penyakit patik pada tanaman tembakau di
perkebunan (Anon, 1985 dalam Semangun, 2000).
1.3 Jamur Trichoderma spp.
Trichoderma spp. merupakan jamur dari subdivisi Deuteromycotina, kelas
Hyphomycetes, ordo Moniliaceae. Jamur Trichoderma memiliki konidiofor tegak,
bercabang banyak, spora agak berbentuk kerucut, dapat membentuk
klamidospora. Pada umumnya koloni hifa dalam biakan tumbuh dengan cepat,
dan berwarna putih sampai hijau (Cook dan Baker, 1983).
Trichoderma spp. adalah jamur tanah yang secara alami merupakan parasit yang
menyerang banyak jenis jamur penyebab penyakit tanaman (spektrum
pengendalian luas) (Purwantisari et al., 2009). Trichoderma memiliki potensi
sebagai agensia pengendali hayati dalam mengendalikan penyakit tanaman karena
memiliki kemampuan antagonis terhadap jamur lain (Chet, 1987). Mekanisme
antagonis Trichoderma terhadap jamur patogen adalah persaingan, parasitisme,
antibiosis, ketahanan terimbas, dan enzim (Soesanto, 2008).
Penggunaan Trichoderma sebagai agensia pengendali hayati sudah banyak
dilaporkan. Seperti penggunaan T. harzianum untuk mengendalikan penyakit
rebah semai pada tanaman selada yang disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani
(Soesanto, 2006). T. viride untuk mengendalikan penyakit brown blotch pada
Adebanjo, 1996) dan T. koningii dalam menghambat pertumbuhan C. nicotianae
secara in vitro (Prakash, 2007).
T. harzianum memiliki hifa bersepta, bercabang dan mempunyai dinding licin, tak
berwarna dengan hifa berdiameter 1,5-12µm. Percabangan hifa membentuk sudut
siku-siku pada cabang utama. Cabang-cabang utama konidiofor berdiameter
4-5µm dan menghasilkan banyak cabang-cabang sisi yang dapat tumbuh satu-satu
tetapi sebagian besar berbentuk dalam kelompok yang agak longgar dan kemudian
berkembang menjadi daerah-daerah seperti cincin (Rifai, 1964 dalam Tindaon,
2008).
T. harzianum adalah jamur non mikoriza yang dapat menghasilkan enzim kitinase
sehingga dapat berfungsi sebagai pengendali penyakit tanaman. Kitinase
merupakan enzim ekstraseluler yang dihasilkan oleh jamur dan bakteri serta
berperan penting dalam pemecahan kitin (Wijaya, 2002 dalam Tindaon, 2008).
Karena kemampuannya tersebut, Trichoderma digunakan sebagai agensia hayati
untuk mengendalikan patogen tular tanah Sclerotium rolfsii pada tanaman kedelai
(Tindaon, 2008).
T. koningii mempunyai hifa hialin, bersepta, tegak, dan bercabang banyak serta
berdinding licin. Koloni biasanya tumbuh cepat pada media yang sesuai (Barnett
dan Hunter, 1972). Kumpulan sporanya mula-mula berwarna putih jernih
kemudian menjadi kehijauan dan akhirnya berwarna hijau gelap. Jamur ini dapat
T. viride memiliki koloni berwarna putih, kuning, hijau muda, dan hijau tua
(Alexopoulus dan Mims, 1979). Koloni jamur umumnya berbentuk seperti cincin
berwarna hijau atau kebiru-biruan. Warna koloni ini dibentuk oleh adanya
pigmentasi dari fiolospora. Konidia berdiameter 3-5 µm (Rifai, 1969 dalam
Oktasari, 2009). Jamur ini dapat menghasilkan enzim ekstraseluler β (1,3)
glukanase dan kitinase yang dapat melarutkan dinding sel jamur parasit. Adanya
aktifitas metabolisme hifa yang tinggi pada bahan organik, membuat jamur
tersebut mampu menyerang dan menghancurkan propagul patogen yang ada di
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Trichoderma spp.
memiliki potensi untuk mengendalikan penyakit patik pada tanaman tembakau.
Pada pengamatan 14 hsa Trichoderma spp. dapat menekan keparahan penyakit
patik.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka disarankan agar melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai aplikasi Trichoderma spp. pada tanaman tembakau dengan
frekuensi atau aplikasi pada setiap minggu (pengamatan). Selain itu perlu
dilakukan tentang kemampuan bertahan hidup daya antagonisme jamur