STRATEGI KAMPANYE PDI PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA KOTA MEDAN PADA PUTARAN PERTAMA TAHUN 2010
(Mengusung Pasangan Calon dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 (S1)
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
HAIKAL FAHMI HASIBUAN NIM: 060906045
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
HAIKAL FAHMI HASIBUAN (060906045)
STRATEGI KAMPANYE PDI PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA KOTA MEDAN PADA PUTARAN PERTAMA TAHUN 2010
(Mengusung Pasangan Calon dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP). Rincian isi Skripsi, 107 halaman, 14 tabel, 1 skema, 11 buku, 5 situs internet, 3 arsip data, 1 AD/ART Organisasi, serta 2 Wawancara.
ABSTRAK
Penelitian ini mencoba memberikan gambaran tentang strategi kampanye dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) pada pemilukada kota Medan tahun 2010 putaran pertama, ketika saat itu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mengusung pasangan calon walikota dan wakil walikota Medan, dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP. Berdasarkan hasil dari perolehan suara pada pemilukada kota Medan tahun 2010 putaran pertama lalu menunjukkan, dr Sofyan Tan, yang notabene adalah satu – satunya calon walikota yang berasal dari etnis non – pribumi dan merupakan kader dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, memperoleh banyak suara sehingga calon yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tersebut maju ke pemilukada kota Medan putaran kedua tahun 2010 menghadapi pasangan calon yang diusung oleh gabungan koalisi Partai Golongan Karya Dan Partai Demokrat, Drs. Rahudman Harahap, MM dan Drs. H. Dzulmi Eldin S, M.Si. Dengan melihat fenomena tersebut, maka penelitian ini akan menjawab dua hal. Pertama, bagaimana perencanaan dan strategi kampanye yang dijalankan. Dan kedua, faktor yang membuat pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP. MSP memperoleh banyak suara pada pemilukada kota Medan Tahun 2010 putaran pertama.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi kampanye apa yang diterapkan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pada pemilukada kota Medan tahun 2010 putaran pertama. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, yaitu dengan menggunakan metode wawancara dan studi kepustakaan untuk mengeksplorasi tentang strategi kampanye Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan seputar pemilikada kota Medan tahun 2010 putaran pertama.
Salah satu hal yang menjadi kunci keberhasilan suatu partai politik, yaitu strategi kampanye yang dipakai pada pemilukada kota Medan tahun 2010 putaran pertama. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menggunakan beberapa strategi kampanye, yaitu membangun infrastuktur internal partai, pendekatan tokoh, dan bantuan sosial kemasyarakatan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Halaman Persetujuan
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh
Nama : Haikal Fahmi Hasibuan
NIM : 060906045
Departemen : Ilmu Politik
Judul : Strategi Kampanye PDI Perjuangan Dalam Pemilukada Kota
Medan Pada Putaran Pertama Tahun 2010 (Mengusung Pasangan Calon dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP)
Menyetujui: Ketua
Departemen Ilmu Politik,
Dra. T. Irmayani, M.Si NIP: 1968806301994032001
Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca,
(Dra. Evi Novida Ginting, MSP) (Husnul Isa Harahap, S.Sos, MS.i)
NIP: 196611111994032004 NIP: 198212312010121001
Mengetahui, Dekan FISIP USU,
Skripsi ini dipersembahkan untuk yml;
Hai Daud! Sesungguhnya Kami menjadikan engkau khalifah
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Skripsi ini merupakan karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan. Skripsi ini berjudul “Strategi Kampanye PDI Perjuangan Dalam Pemilukada Kota Medan Pada Putaran Pertama Tahun 2010 (Mengusung Pasangan Calon dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP)”, yang menjelaskan tentang bagaimana sebenarnya strategi kampanye yang dijalankan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Sumatera Utara pada pemilukada kota Medan tahun 2010 putaran pertama, dengan menggunakan pendekatan marketing politik.
Dalam skripsi ini diuraikan bahwa kegiatan yang terkait strategi kampanye yang dijalankan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Sumatera Utara tersebut digunakan dalam rangka merebut simpati masyarakat agar mau memilih calon walikota Medan pada pemilukada kota Medan tahun 2010 putaran pertama, dengan pasangan calon dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP.
Pada penelitian sebagai dasar penulisan skripsi, penulis berusaha bertemu dengan narasumber untuk memperoleh data akurat melalui wawancara mendalam, di samping data lain berupa studi pustaka, dan lain sebagainya. Karena penulis masih dalam tahap belajar, dan menyadari dengan keterbatasan segala sesuatunya, maka penelitian ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis berharap saran dan kritik yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini sehingga lebih bermanfaat bagi penelitian selanjutnya.
Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya kepada Allah Swt Rabb semesta alam, yang telah memberi hidayah dan petunjuk kepada penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Saw beserta keluarga dan para sahabatnya, yang telah membawa umatnya dari masa kegelapan ke masa pencerahan terang berilmu yang bermanfaat. Semoga syafa’at Beliau senantiasa kita peroleh. Amin Ya Rabbal ‘Aalamiin.
Dengan setulus hati, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada:
1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik USU, Prof. Dr.
Badaruddin, M.Si.
2. Ibu Ketua Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik USU, Dra. T. Irmayani, M.Si.
3. Bapak Sekretaris Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik USU, Drs. P. Antonius Sitepu, M.Si.
4. Ibu Dosen Pembimbing Skripsi sekaligus Dosen Pembimbing Akademik
Penulis, Dra. Evi Novida Ginting, MSP.
6. Seluruh dosen pengajar Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik USU yang selama ini telah membimbing penulis selama masa studi penulis.
7. Seluruh staf administrasi di Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik USU.
8. Bapak Wakil Sekretaris Bidang Internal Partai, Drs. Soetarto, M.Si dan Bapak Wakil Sekretaris Bidang Program Partai, Ir Akhyar Nasution, M.Si, dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan DPD Provinsi Sumatera Utara, yang bersedia meluangkan waktunya menjadi narasumber penulis.
9. Seluruh teman – teman dari keluarga besar mahasiswa/i Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik USU, yang saling memberikan semangat dalam menimba ilmu, sungguh semua kenangan yang tidak terlupakan.
10.Doa dan dorongan semangat dari penulis untuk teman – teman di UKMI
As – Siyasah FISIP USU, tempat penulis menimba ilmu kerohanian Islam di kampus.
11.Seluruh sivitas akademika di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik USU.
12.Terima kasih khusus kepada para ilmuan dan para perintis ilmu politik yang telah membuka cakrawala berpikir khusus bagi mahasiswa/i Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik USU, untuk bisa belajar, memahami, dan pada akhirnya berguna.
Sekali lagi penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, amat sangat mengharapkan saran dan kritik membangun dari berbagai pihak demi penyempurnaan karya ilmiah ini.
Medan, Juli 2012
Penulis
DAFTAR ISI
I. 8. Sistematika Penulisan 30
BAB II PROFIL PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN
II. 1. Sejarah Dan Visi Misi Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan 31
II. 2. Susunan Kepengurusan Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan 36
II. 3. Dinamika Sosial Kota Medan 41
II. 4. Hasil Perolehan Suara Pada Pemilukada Kota Medan
BAB III STRATEGI KAMPANYE PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN
III. 1. Alasan Mengapa dr. Sofyan Tan Dan Nelly Armayanti, SP, MSP Dipilih
Sebagai Pasangan Calon 76
III. 2. Kebijakan Dan Strategi Umum Partai 82
III. 3. Langkah – Langkah Melibatkan Struktur Partai
Dalam Kampanye 91
III. 4. Faktor – Faktor Kemenangan 97
BAB IV PENUTUP
IV. 1. Kesimpulan 102
IV. 2. Saran 104
DAFTAR TABEL
Tabel II. 1. Susunan Kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan Masa Bakti 2010 – 2015 37 Tabel II. 2. Susunan Kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi
Sumatera Utara 40
Tabel II. 3. Walikota Medan Dari Masa Ke Masa 44
Tabel II. 4. Demografi Penduduk Di Kota Medan 45
Tabel II. 5. Perbandingan Etnis di Kota Medan Pada Tahun
1930, 1980, dan 2000 48
Tabel II. 6. Komposisi Etnis Berdasarkan Okupasi Profesional 50
Tabel II. 7. Hasil Perolehan Suara Pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 Putaran Pertama
Di Kecamatan Medan Amplas, Medan Area,
Dan Medan Kota 53
Tabel II. 8. Hasil Perolehan Suara Pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 Putaran Pertama
Di Kecamatan Medan Denai, Medan Johor,
Dan Medan Tuntungan 56
Tabel II. 9. Hasil Perolehan Suara Pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 Putaran Pertama
Di Kecamatan Medan Baru, Medan Selayang,
Dan Medan Maimun 59
Tabel II. 10. Hasil Perolehan Suara Pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 Putaran Pertama
Di Kecamatan Medan Polonia, Medan Sunggal,
Dan Medan Petisah 62
Tabel II. 11. Hasil Perolehan Suara Pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 Putaran Pertama
Di Kecamatan Medan Helvetia, Medan Barat,
Dan Medan Timur 65
Tabel II. 12. Hasil Perolehan Suara Pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 Putaran Pertama
Di Kecamatan Medan Perjuangan, Medan Tembung,
Dan Medan Deli 68
Tabel II. 13. Hasil Perolehan Suara Pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 Putaran Pertama
Di Kecamatan Medan Labuhan, Medan Marelan,
Dan Medan Belawan 71
Tabel II. 14. Hasil Perolehan Suara Pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 Putaran Pertama
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
HAIKAL FAHMI HASIBUAN (060906045)
STRATEGI KAMPANYE PDI PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA KOTA MEDAN PADA PUTARAN PERTAMA TAHUN 2010
(Mengusung Pasangan Calon dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP). Rincian isi Skripsi, 107 halaman, 14 tabel, 1 skema, 11 buku, 5 situs internet, 3 arsip data, 1 AD/ART Organisasi, serta 2 Wawancara.
ABSTRAK
Penelitian ini mencoba memberikan gambaran tentang strategi kampanye dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) pada pemilukada kota Medan tahun 2010 putaran pertama, ketika saat itu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mengusung pasangan calon walikota dan wakil walikota Medan, dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP. Berdasarkan hasil dari perolehan suara pada pemilukada kota Medan tahun 2010 putaran pertama lalu menunjukkan, dr Sofyan Tan, yang notabene adalah satu – satunya calon walikota yang berasal dari etnis non – pribumi dan merupakan kader dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, memperoleh banyak suara sehingga calon yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tersebut maju ke pemilukada kota Medan putaran kedua tahun 2010 menghadapi pasangan calon yang diusung oleh gabungan koalisi Partai Golongan Karya Dan Partai Demokrat, Drs. Rahudman Harahap, MM dan Drs. H. Dzulmi Eldin S, M.Si. Dengan melihat fenomena tersebut, maka penelitian ini akan menjawab dua hal. Pertama, bagaimana perencanaan dan strategi kampanye yang dijalankan. Dan kedua, faktor yang membuat pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP. MSP memperoleh banyak suara pada pemilukada kota Medan Tahun 2010 putaran pertama.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi kampanye apa yang diterapkan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pada pemilukada kota Medan tahun 2010 putaran pertama. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, yaitu dengan menggunakan metode wawancara dan studi kepustakaan untuk mengeksplorasi tentang strategi kampanye Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan seputar pemilikada kota Medan tahun 2010 putaran pertama.
Salah satu hal yang menjadi kunci keberhasilan suatu partai politik, yaitu strategi kampanye yang dipakai pada pemilukada kota Medan tahun 2010 putaran pertama. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menggunakan beberapa strategi kampanye, yaitu membangun infrastuktur internal partai, pendekatan tokoh, dan bantuan sosial kemasyarakatan.
BAB I PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang Masalah
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu
negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara)
atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Demokrasi dapat
juga diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, sesuai dengan asal dari
arti istilah katanya, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan. Dalam bidang ilmu politik, konsep demokrasi merupakan
sebuah kata kunci tersendiri. Hal tersebut menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini
disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.
Wujud dari partisipasi masyarakat di dalam demokrasi biasanya dilekatkan
langsung dengan pelaksanaan pemilihan umum, atau pemilu. Pemilu merupakan
suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari lembaga perwakilan dan partai politik.
Pemilu sebagai salah satu cara pelaksanaan demokrasi, walaupun tidak
sepenuhnya pendapat demokrasi bakal terwujud di dalam negara yang
melaksanakan proses pemilu tersebut. Sebagaimana yang diketahui pada zaman
yang modern ini dapat dikatakan tidak ada satu negara pun yang dapat
melaksanakan demokrasinya secara langsung. Hal ini disebabkan karena terlalu
luasnya wilayah dan begitu besarnya jumlah penduduk. Oleh karena itu, adapun
demokrasi yang digunakan adalah demokrasi perwakilan, dimana hak-hak rakyat
untuk dapat ikut dalam menentukan haluan negara dilakukan oleh sebagian kecil
dari seluruh rakyat menempati lembaga perwakilan yang disebut parlemen, yang
dipilih melalui proses pemilihan umum.
Semenjak tahun 1999, pemilihan umum di Indonesia mengalami banyak
Dibukanya keran partisipasi peserta pemilu seluas-luasnya dimanfaatkan oleh
berbagai partai untuk mengikuti proses pesta demokrasi tersebut. Selain
dibukannya keran untuk multi partai, semenjak itu pula pemilihan umum
memberikan kesempatan kepada perseorangan atau individu untuk maju dalam
pemilihan kepala daerah secara langsung yang dipilih oleh rakyat, bukan melalui
lembaga legislatif lagi. Salah satu partai yang mendapatkan titik balik dalam
pelaksanaan demokrasi pada tahun 1999 adalah Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau yang dahulu bernama Partai
Demokrasi Indonesia adalah sebuah partai politik yang lahir sejak masa Orde
Baru, yang ditandai dengan membaurnya tiga partai yang berasaskan nasional dan
dua partai agama. Partai ini berkarakter kebangsaan dan berwawasan nasional.
Sepanjang sejarah perjalanannya, partai ini sudah melalui berbagai macam
masalah yang dikarenakan oleh intervensi rezim Orde Baru pada saat itu. Namun
peristiwa di Medan tahun 1996 menjadi titik awal bangkitnya partai yang
mengusung slogan membela wong cilik ini yang diawali dengan terpilihnya
Megawati Soekarno Putri sebagai ketua umum Partai Demokrasi Indonesia pada
kongres di Medan tahun 1996 ketika itu. Rezim Orde Baru tidak menyukai hasil
kongres tersebut dan mengintervensi agar dipilih tokoh lain menjadi ketua umum
Partai Demokrasi Indonesia, sehingga timbullah pertikaian tersebut. Akhirnya
pada 1999, Partai Demokrasi Indonesia atas prakarsa dari Megawati Soekarno
Putri saat itu diganti namanya menjadi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
yang tetap berdiri hingga saat ini.
Pemilukada Kota Medan tahun 2010 lalu berlangsung dalam dua putaran,
yang saat itu menyisakan antara dua pasangan Calon Walikota dan Wakil
Walikota Medan, pasangan Rahudman Harahap dan Dzulmi Eldin yang diusung
oleh Partai Golongan Karya dan Partai Demokrat serta pasangan dr. Sofyan Tan
(yang notabene adalah kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) dan Nelly
Armayanti, SP. MSP yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Calon walikota Medan yang diusung adalah dr. Sofyan Tan yang notabene
adalah satu – satunya calon yang berasal dari etnis Tionghoa. Berlatar belakang
seorang dokter, dr. Sofyan Tan justru berkiprah di bidang sosial kemasyarakatan.
Beliau membuat sekolah pembauran, Yayasan Sultan Iskandar Muda, dengan
tujuan agar membaur antara etnis Tionghoa dan non – Tionghoa. Seperti diketahui
bahwasanya ketika zaman Orde Baru, etnis Tionghoa didiskriminasi dalam hal
apapun dalam masyarakat, seperti dilarang merayakan Imlek, dilarang
berkecimpung dalam politik, dan sebagainya. Maka dari hal tersebut itulah, dr.
Sofyan Tan berusaha menghapus stigma buruk tersebut. Sudah banyak kegiatan
sosial yang dilakukan oleh dr. Sofyan Tan jauh sebelum menjadi kader Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan, terutama pada kegiatan sosial yang berfokus
pada pendidikan murah bagi masyarakat mampu. Sejak saat itulah, dr. Sofyan Tan
dikenal masyarakat karena kedermawanannya. Dan dr. Sofyan Tan juga sangat
dekat dengan berbagai tokoh masyarakat. Makanya Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan melihat fenomena tersebut sebagai peluang untuk meraih banyak suara
pada pemilukada kota Medan Tahun 2010. Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan pun melihat bahwa dr. Sofyan Tan adalah seorang kader yang
memiliki kualitas, terutama dalam hal pengetahuan tentang permasalahan di kota
Medan saat ini.
Pasangan Calon Walikota Dan Calon Walikota Medan Tahun 2010 saat
itu, dr. Sofyan Tan dan pasangannya Nelly Armayanti, SP. MSP beserta tim
kampanye mereka berhasil maju ke putaran kedua pada Pemilukada Kota Medan
Tahun 2010 melawan pasangan calon lain yang diusung Partai Demokrat dan
Partai Golongan Karya, Rahudman Harahap dan Dzulmi Eldin, dengan
menyingkirkan delapan pasangan calon yang lain yang juga memiliki catatan karir
dan prestasi yang tidak kalah hebatnya, yaitu pasangan Indra Sakti Harahap dan
Delyuzar, pasangan Maulana Pohan dan Ahmad Arif, pasangan Sigit Pramono
Asri dan Nurlisa Ginting, pasangan Bahdin Nur Tanjung dan Kasim Siyo,
pasangan Joko Susilo dan Amir Mirza Hutagalung, dan pasangan H. M. Arif
Nasution dan Supratikno.
Berdasarkan data resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Medan
mengenai hasil perolehan suara Pemilukada Kota Medan tahun 2010 putaran
pertama, pasangan Sofyan Tan-Nelly Armayanti berada di urutan kedua dengan
memperoleh 140676 suara atau 20.72 % dari total jumlah pemilih di kota Medan,
unggul di kawasan pusat Kota Medan, dimana warganya cenderung memilih
pasangan yang diusung koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai
Damai Sejahtera ini. Kemenangan pasangan ini di Kecamatan Medan Kota,
Medan Area, Medan Tuntungan, Medan Perjuangan, Medan Baru, Medan Barat,
Medan Petisah, Medan Sunggal, Medan Timur, Medan Maimun dan Medan
Polonia. Sedangkan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin berada di urutan pertama
dengan memperoleh 150671 suara atau 22.20 % dari total jumlah pemilih di kota
Medan. Pasangan yang diusung oleh Partai Demokrat Dan Partai Golongan Karya
ini lebih menguasai daerah pinggiran kota seperti di Kawasan Medan Utara yakni,
Kecamatan Medan Marelan, Medan Deli dan Medan Labuhan. Selain itu,
pasangan ini juga unggul di Medan Amplas, Medan Denai, Medan Johor, Medan
Tembung, Medan Selayang dan Medan Helvetia. Khusus untuk daerah Medan
Belawan, hanya daerah kecamatan Medan Belawan yang dimenangkan oleh
pasangan Ajib Shah dan Binsar Situmorang.
Menarik membaca suatu pendapat dari Muhammad Rizal selaku Ketua
Lembaga Riset Publik (Larispa) Medan yang tertulis dari sumber lain di internet,
yang mengatakan bahwa “Selama ini diketahui kaum Tionghoa sangat tertutup
dengan pribumi, ini yang mengakibatkan masyarakat Medan kurang memilih
Sofyan Tan untuk menjadi walikota Medan ini”1
1
http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=124813:larispa-softan-tan-tak-bisa-satukan-minoritas-dengan-mayoritas&catid=165:pilkada-medan&Itemid=94. Larispa: Softan Tan tak bisa satukan minoritas dengan mayoritas. Diambil Tanggal 1 Juli 2011
. Rizal bahkan mengatakan,
“Kekalahan Sofyan Tan ini memang sudah diprediksi sebelumnya. Dari riset yang
popularitas mereka lebih baik dari Softan Tan-Nelly”2. Selain itu menurut Rizal,
“Faktor kekalahan yang paling tampak yaitu, Softan Tan dinilai gagal
menyatukan kaum minoritas yaitu etnis Tionghoa dengan pribumi”.3
2 ibi
3
http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=124813:larispa-softan-tan-tak-bisa-satukan-minoritas-dengan-mayoritas&catid=165:pilkada-medan&Itemid=94. Larispa: Softan Tan tak bisa satukan minoritas dengan mayoritas. Diambil Tanggal 1 Juli 2011
Sebagian
pendapat dari Rizal sangat benar dan masuk akal, namun sebagian yang lain tidak
sepenuhnya benar. Mengapa? Kalau ternyata benar kekalahan pasangan dr.
Sofyan Tan dan Nelly Armayanti pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2010
putaran kedua tersebut disebabkan oleh faktor-faktor yang diutarakan oleh Rizal
di atas, mengapa pada Pemilukada Kota Medan putaran pertama tahun 2010 dr.
Sofyan Tan sebagai satu-satunya calon Walikota Medan yang non-pribumi
mampu menyingkirkan delapan pasangan calon lain yang memiliki massa
pendukung yang tidak kalah banyak pula. Pasti ada faktor-faktor lain yang
menyebabkan dr. pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP. MSP kalah
pada Pilkada Kota Medan Tahun 2010 putaran kedua tersebut. Namun, fokus
penelitian kali ini tidak akan berbicara mengenai faktor-faktor kekalahan
pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP. MSP kalah pada Pemilukada
Kota Medan Tahun 2010 putaran kedua tersebut. Akan tetapi, fokus penelitian
kali ini adalah mengamati dan melihat faktor-faktor kesuksesan pasangan dr.
Sofyan Tan dan Nelly Armayanti yang berhasil menyingkirkan delapan pasangan
calon lain dan maju ke putaran kedua Pemilukada Kota Medan Tahun 2010
melawan pasangan Rahudman Harahap dan Dzulmi Eldin.
I. 2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka
• Bagaimana perencanaan dan strategi kampanye yang dijalankan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Sumatera Utara dalam mengusung
pasangan Calon Walikota Dan Calon Wakil Walikota Medan, dr. Sofyan
Tan – Nelly Armayanti pada Pilkada Kota Medan Tahun 2010 Putaran
Pertama.
• Apa saja faktor yang membuat pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly
Armayanti, SP. MSP memperoleh banyak suara, sehingga pasangan calon
tersebut berhasil maju ke putaran kedua Pemilukada Kota Medan tahun
2010 melawan pasangan Rahudman Harahap dan Dzulmi Eldin.
I. 3. Pembatasan Masalah
Sebuah penelitian membutuhkan ruang pembatasan masalah agar tidak
melebar dan meluas, sehingga kiranya dapat memberikan hasil yang memuaskan
sesuai dengan maksud tujuan penelitian. Maka penelitian ini mempunyai batasan
masalah:
• Difokuskan hanya pada kasus Pemilukada Kota Medan tahun 2010
putaran pertama saja.
• Difokuskan pada inti dari penelitian ini, yaitu strategi kampanye pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP. MSP beserta Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan yang berkoalisi dengan Partai Damai Sejahtera
sebagai tim kampanye kendaraan politik pasangan tersebut, dan faktor –
faktor yang membuat dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP. MSP
meraih banyak suara pada Pemilukada Kota Medan Putaran Pertama
I. 4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
• Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya perencanaan dan strategi
kampanye yang dijalankan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Kota Medan dalam mengusung pasangan Calon Walikota Dan Calon
Wakil Walikota Medan, dr. Sofyan Tan – Nelly Armayanti pada
Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 putaran pertama.
• Untuk mengetahui apa sajakah faktor yang membuat pasangan dr. Sofyan
Tan dan Nelly Armayanti, SP. MSP memperoleh banyak suara sehingga
pasangan Calon Walikota Dan Calon Wakil Walikota Medan, dr. Sofyan
Tan – Nelly Armayanti pada Pilkada Kota Medan Tahun 2010 tersebut
maju ke Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 putaran kedua dengan
menyingkirkan delapan pasangan calon yang lain yang juga tidak kalah
hebatnya.
I. 5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
• Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kreatifitas dan
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis serta sebagai
media bagi penulis untuk menghasilkan karya-karya ilmiah penulis
berikutnya. Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan baru
terutama yang berkaitan dengan objek penelitian seperti proses kampanye
dan partai politik. Setelah melaksanakan penelitian ini, diharapkan dapat
membuka hal-hal yang dapat memberikan masukan bahwa kenyataan dan
dalam berbagai masalah yang sangat sulit. Oleh karena itu, penelitian ini
dapat memberikan pengalaman untuk mengantisipasi dan mengeliminasi
berbagai masalah yang akan timbul di luar dunia akademik.
• Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi bidang keilmuan yang sedang
ditempuh, yaitu bidang Ilmu Politik. Selain itu, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan sumbangsih pemikiran baru tentang kampanye partai
politik.
• Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi lembaga institusi dalam hal ini adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kota Medan, dalam
merumuskan cara-cara kampanye yang tepat untuk memenangkan yang
pemilu.
I. 6. Kerangka Teori
I. 6. 1. Partai Politik
Partai Politik menurut Inu Kencana Syafi’I adalah “sekelompok
orang-orang yang memiliki ideologi yang sama, berniat merebut dan mempertahankan
kekuasaan dengan tujuan untuk memperjuangkan kebenaran, dalam suatu level
Negara.”4
A Group of citizen more or less organized, who act as a political unit and who by the use of their voting power, aim to control the government and carry out their general policies (partai politik adalah sekelompok warga yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai satu kesatuan politik dan yang dengan memanfaatkan kekuasaan untuk memilih, bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijakan umum mereka)
. Pendapat ini tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh R. H.
Soltau yang dikutip Miriam Budiardjo dalam Dasar-Dasar Ilmu Politik,
dikemukakan bahwa,
5
4 Inu Kencana Sjafii. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung: CV. Bandar Madju. 1994. Hal 58 5 Miriam Budiardjo. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 1966. Hal 160-161
Melihat uraian di atas dapat dibatasi bahwa partai politik merupakan
sekelompok warga Negara yang mempunyai kesamaan persepsi dan kepentingan
di mana tujuannya untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan dalam
negara. Partai politik juga dapat dikatakan sebagai perantara antara pemerintahan
dan masyarakat.
I. 6. 2. Fungsi Partai Politik
Selain mempertahankan kekuasaan partai politik juga mempunyai
beberapa fungsi lain seperti yang dikemukakan oleh Ramlan Surbakti dalam buku
Memahami Ilmu Politik, yaitu: 6
• Partai politik sebagai sarana sosialisasi politik
Partai politik sebagai sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap
dan orientasi politik para anggota masyarakat. Proses ini berlangsung
seumur hidup yang diperoleh secara sengaja melalui pendidikan formal,
non-formal, dan informal maupun secara tidak sengaja melalui kontak dan
pengalaman sehari-hari, baik dalam kehidupan keluarga dan tetangga
maupun dalam kehidupan masyarakat.
• Partai politik sebagai sarana rekrutmen politik
Partai politik sebagai rekrutmen politik adalah seleksi, pemilihan, dan
pengangkatan seseorang dan sekelompok orang, untuk melaksanakan
peranan pada umumnya dan pengangkatan pada khususnya.
• Partai politik sebagai sarana partisipasi politik
Partai politik sebagai partisipasi politik adalah kegiatan warga negara biasa
dalam mempengaruhi proses dan pelaksanaan pembuatan kebijakan umum
yang ikut menentukan pemimpin pemerintah.
• Partai politik sebagai sarana pemandu kepentingan
Partai politik sebagai pemandu kepentingan adalah kepentingan
menampung, menganalisis, dan memadukan berbagai kepentingan yang
berbeda dan bahkan bertentangan menjadi berbagai alternatif kebijakan
umum, kemudian diperjuangkan menjadi proses pembuatan dan
pelaksanaan keputusan politik.
• Partai politik sebagai sarana komunikasi politik
Partai politik sebagai komunikasi politik adalah proses penyampaian
informasi mengenai politik dan pemerintahan kepada masyarakat dan dari
masyarakat kepada pemerintah.
• Partai politik sebagai sarana pengatur konflik
Partai politik sebagai pengatur konflik adalah dengan cara berdialog
dengan pihak-pihak yang berkonflik, menampung dan memadukan
berbagai aspirasi dan kepentingan dari pihak-pihak yang berkonflik.
Kemudian membawa permasalahan ke dalam musyawarah badan
perwakilan rakyat untuk mendapatkan penyelesaian berupa keputusan
• Partai politik sebagai sarana kontrol politik
Partai politik sebagai kontrol politik adalah kegiatan untuk menunjukkan
kesalahan, kelemahan, dan penyimpangan dalam suatu isi kebijakan atau
dalam pelaksanaan kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh
pemerintah.
Fungsi partai politik sebagaimana telah disebutkan di atas pada intinya
adalah sebagai penghubung antara masyarakat dan pemerintah dalam segala hal.
Selain itu partai berfungsi untuk membuat kondisi yang terjadi di masyarakat dan
di pemerintahan menjadi lebih baik. Partai politik dalam upaya untuk menarik
simpati dari masyarakat harus melakukan kampanye.
I. 6. 3. Kampanye
1. 6. 3. 1. Sistem Kampanye
Menurut Wicipto Setiadi dalam bukunya, Peran Partai Politik Dalam
Penyelenggaraan Pemilu Yang Aspiratif, Dalam Dirjen Perundang-Undangan Departemen Hukum Dan HAM, Jurnal Legislasi Indonesia,
Pemilu dapat dikatakan aspiratif dan demokratis apabila memenuhi beberapa persyaratan. Pertama, harus bersifat kompetitif, dalam artian pemilu bebas dan otonom. Kedua, pemilu diselenggarakan secara teratur dengan jarak waktu yang jelas. Ketiga, pemilu harus inklusif, artinya semua kelompok masyarakat harus memiliki peluang yang sama untuk berpartisipasi dalam pemilu. Keempat, pemilih harus diberi keleluasaan untuk mempertimbangkan dan mendiskusikan alternatif pilihannya dalam suasana bebas tidak di bawah tekanan dan akses informasi yang luas. Kelima, penyelenggara Pemilu yang tidak memihak dan independen.7
7 Wicipto Setiadi. Peran Partai Politik Dalam Penyelenggaraan Pemilu Yang Aspiratif, Dalam Dirjen
Menurut isi Undang-Undang No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan
Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
dan Dewan Perwakilan Daerah Pasal 76 serta pasal 77,
Mengamanatkan kampanye Pemilu 2009 akan dilaksanakan oleh pelaksana kampanye yang terdiri atas pengurus partai politik, calon anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, juru kampanye, orang-seorang, dan organisasi yang ditunjuk oleh Peserta Pemilu anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Pelaksanaan kampanye Pemilu 2009 juga diikuti oleh peserta kampanye dan didukung oleh petugas kampanye.8
Pengaturan mengenai materi kampanye yang dilaksanakan oleh calon anggota DPR, anggota DPRD Provinsi, anggota DPRD Kabupaten/Kota meliputi visi, misi, dan program partai politik. Sedangkan metode yang dapat dipergunakan dalam pelaksanaan kampanye Pemilu 2009 meliputi pertemuan terbatas; pertemuan tatap muka; media cetak dan media massa elektronik; penyebaran bahan kampanye kepada umum; pemasangan alat peraga ditempat umum; rapat umum; dan kegiatan lain yang tidak melanggar larangan kampanye dan peraturan perundang-undangan.
Kemudian, menurut isi Undang-Undang No. 10 Tahun 2008 Pasal 80 Ayat
(1) dan Pasal 8,
9
Agar penyampaian pesan politik pada bagian kampanye Pemilu 2009 dapat diketahui oleh banyak orang pada tempat yang berbeda-beda, maka diperlukan upaya yang maksimal dalam rangka penyampaian pesan kampanye oleh Peserta Pemilu kepada masyarakat. Penggunaan media massa dalam bentuk pemberitaan, penyiaran, dan iklan kampanye adalah solusi efektif untuk memaksimalkan upaya penyampaian pesan politik pada tahapan kegiatan kampanye tersebut. Pesan kampanye itu sendiri dapat berupa tulisan, suara, gambar, tulisan dan gambar, atau suara dan
Lalu, pada Pasal 89 Ayat (2), Ayat (3), Pasal 91 Ayat (1) dalam
Undang-Undang No. 10 Tahun 2008 dikatakan bahwa,
8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, dan Dewan Perwakilan Daerah, Pasal 76, Pasal 77
gambar, yang bersifat naratif, grafis, karakter, interaktif atau tidak interaktif, serta yang dapat diterima melalui perangkat penerima pesan.10
Menurut Arnold Steinberg, kampanye politik adalah cara yang digunakan warga negara dalam demokrasi untuk menentukan siapa yang akan memerintah mereka, kampanye politik merupakan usaha yang terkelola, terorganisir untuk mengikhtiarkan orang dicalonkan, dipilih, dan dipilih kembali dalam suatu jabatan resmi. Setiap kampanye politik adalah suatu usaha hubungan masyarakat.
1. 6. 3. 2. Teori Kampanye Politik
Kampanye politik dalam suatu pemilihan umum adalah bagian dari
demokrasi, meskipun kritik yang disampaikan melalui karikatur sering
memberikan kesan tidak baik, tetapi kampanye pemilu tidak dapat dianggap
sebagai tidak legitim ataupun tidak bermoral. Kampanye pemilu merupakan
instrumen yang sah, dimana kelompok kepentingan politik berupaya menjelaskan
kebenaran tujuannya kepada masyarakat umum. Kampanye politik mendapatkan
legitimasi dari arti pemilu itu sendiri, karena pemilu adalah pondasi kebebasan
individu.
11
• Product oriented campaign (commercial campaingn atau corporate campaign), atau kampanye yang berorientasi pada produk umum yang terjadi di dunia bisnis. Motivasi yang mendasarinya adalah keuntungan
finansial. Cara yang ditempuh adalah dengan memperkenalkan produk dan
Menurut Charles U. Larson, kampanye dibagi ke dalam tiga kampanye,
yaitu:
10 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, dan Dewan Perwakilan Daerah, Pasal 89 Ayat (2), Ayat (3), Pasal 91 Ayat (1)
melipatgandakan penjualan sehingga didapatkan keuntungan yang
didapatkan.
• Candidate Oriented Campaigns atau kampanye yang berorientasi pada kandidat, umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan
politik. Karena itu jenis kampanye ini dapat juga disebut sebagai political campaigns (kampanye politik). Tujuannya antara lain adalah untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang
diajukan oleh partai politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik
yang diperebutkan melalui proses pemilihan umum.
• Ideologically Or Cause Oriented Campaigns adalah jenis kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan sering kali
berdimensi perubahan sosial.
1. 6. 3. 3. Teori Komunikasi Politik
Menurut Arifin Rahman, “Komunikasi politik merupakan salah satu input
dari sistem politik, dimana komunikasi politik ini menggambarkan proses
informasi-informasi politik”. Sedangkan menurut Alfian, “Komunikasi politik
yang diasumsikan yang menjadi sistem politik itu hidup dan dinamis. Komunikasi
politik mempersembahkan semua kegiatan dari sistem politik, sehingga aspirasi
dan kepentingan dikonversikan menjadi berbagai kebijaksanaan”.
Menurut Redi Panuju, unsur-unsur dalam komunikasi politik umumnya
terdiri dari komunikator, komunikan, pesan, media, tujuan, efek, dan sumber
komunikasi. Kesemua unsur ini berada pada dua struktur politik, yakni
infrastruktur politik. Dari kerangka di atas dapat diasumsikan bahwa komunikasi
semata-mata sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Lebih jauh ia
• Komunikasi merupakan cara dan teknik penyerahan sejumlah tuntutan dan dukungan sebagai input dalam sistem politik, misalnya dalam rangka
artikulasi kepentingan.
• Komunikasi digunakan sebagai penghubung antara pemerintah dengan
rakyat, baik dalam rangka mobilisasi sosial untuk implementasi tujuan,
memperoleh dukungan, memperoleh kepatuhan, dan integrasi politik.
Komunikasi juga digunakan sebagai bentuk feed back atas sejumlah output (kebijakan pemerintah).
• Komunikasi menjalankan fungsi sosialisasi politik kepada warga negara.
• Komunikasi menjalankan peran member ancaman (coercion) sekaligus
juga memberikan batasan-batasan mengenai hal-hal yang ditabukan untuk
membatasi ruang gerak aktivitas politik masyarakat.
• Komunikasi mengkoordinasikan tata nilai politik yang diinginkan,
sehingga mencapai tingkat hegemonitas yang reaktif. Hegemonitas
nilai-nilai politik ini sangat menentukan stabilitas politik.
• Komunikasi sebagai kekuatan kontrol sosial yang memelihara idealisasi
sosial dan keseimbangan politik.
Pendapat umum tidak dibentuk dalam isolasi, dan tidak hanya menjadi
satu bagian yang terintegrasi dari proses komunikasi politik saja, akan tetapi juga
dari proses-proses sosialisasi, partisipasi, dan perekrutan. Pendapat umum tersebut
erat terlibat dalam setiap proses, sebab apa yang diketahui orang dan diyakini
merupakan faktor penting dalam penentuan tingkah laku politik mereka.
Pendapat umum adalah hasil dari pengaruh kontak tatap muka dan media
massa, pengaruh orang tua, pendidikan, kelompok sebaya, kelompok kerja, dan
waktu senggang, dan opinion leaders di satu pihak dan dari pengaruh surat kabar media cetak. Tentunya semua pengaruh ini tidak sama pentingnya, dan dalam
banyak hal tergnatung pada evaluasi masing-masing individu.
I. 6. 3. 4. Strategi Komunikasi Kampanye
Beberapa pengertian kampanye diantaranya menurut pendapat W.B
Gudykunst dan Bella Mody di dalam salah satu karya buku mereka, Handbook Of International And Intercultural Communication, “a communication campaign in an organized communication activity, directed at a particular audience, for a particular period of time, to achieve a particular goal.”12
Mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya harus mengandung 4 hal yakni tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu, jumlah khalayak sasaran yang besar, biasanya dipusatkan dalam kurun waktu, dan melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisir. Di samping keempat hal tersebut kampanye juga memiliki karakter yaitu sumber yang jelas yang menjadi penggagas, perancang, penyampai, sekaligus penanggungjawab suatu produk kampanye, sehingga setiap individu yang menerima pesan kampanye dapat mengidentifikasi bahkan mengevaluasi kredibilitas sumber pesan tersebut setiap saat.
Sedangkan menurut
pendapat Roger dan Storey yang dikutip oleh Antar Venus dalam bukunya,
Manajemen Kampanye Panduan Teoretis Dan Praktis Dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi,
13
Persoalan untuk mengemas pesan politik dalam kampanye pemilu menjadi urusan yang sangat penting bagi partai politik dan calon anggota legislatif yang maju bersamanya, agar makna pesan dapat diterima secara efektif oleh audiensnya. Pesan sebagai elemen kampanye diartikan sebagai pernyataan ringkas yang menyebutkan mengapa pemilih harus memilih seorang kandidat tertentu. Pesan adalah salah satu aspek terpenting dalam Menurut pendapat Surya Kusuma dan Yon Hotman di dalam buku mereka,
Panduan Sukses Kampenye Pemilu 2009,
12 W.B Gudykunst and Bella Mody. Handbook Of International And Intercultural Communication. Thousands Oaks: Sage
Publications. 2002. Hal 10
13 Antar Venus. Manajemen Kampanye Panduan Teoretis Dan Praktis Dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi.
setiap kampanye politik. Dalam kampanye politik modern, pesan harus disusun dengan sangat hati-hati sebelum disebarkan dan menjadi konsumsi media dan publik.14
Setidaknya ada dua aspek penting yang harus diperhatikan berkaitan
pengaruh pesan terhadap keberhasilan kampanye, yaitu isi pesan dan struktur
pesan. Isi pesan mensyaratkan materi pendukung seperti ilustrasi dan kejadian
bersejarah sangat berpengaruh terhadap kekuatan pesan dalam mempengaruhi
sikap orang yang menerima pesan tersebut. Isi pesan juga harus menyertakan
visualisasi mengenai dampak positif atas respon tertentu yang diharapkan muncul
dari khalayak sasaran. Sedangkan struktur pesan mensyaratkannya atas sisi pesan
(message sideness), susunan penyajian (order of presentation), dan pernyataan
kesimpulan (drawing conclusion). Sisi pesan memperlihatkan bagaimana
argumentasi yang mendasari suatu pesan persuasive disajikan kepada khalayak.
Bila pelaku kampanye hanya menyajikan pesan-pesan yang mendukung posisinya
maka ia menggunakan pola pesan satu sisi (one shield fashion). Kelemahannya kekuatan posisi pihak lawan tidak pernah dinyatakan secara eksplisit. Susunan
penyajian erat kaitannya dengan cara penyusunan klimaks, antiklimaks, dan
susunan pyramidal. Pernyataan kesimpulan terkait apakah khalayak perlu
disajikan kesimpulan secara eksplisit atau membiarkannya untuk menarik
kesimpulan sendiri.15
Pengertian kampanye menurut Dan Nimmo tidak jauh berbeda dengan
yang dikemukakan oleh Rogers dan Storey yang dikutip dari Antar Venus dalam
buku Manajemen Kampanye, yaitu, “Serangkaian tindakan komunikasi yang
terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak
yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu.”
16
14 Surya Kusuma dan Yon Hotman. Panduan Sukses Kampenye Pemilu 2009. Jakarta: Pustaka Cendikia Muda. 2008. Hal
25
15 Antar Venus. Op Cit. Hal 76
16 Antar Venus. Manajemen Kampanye Panduan Teoretis Dan Praktis Dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi.
Adapun pengertian kampanye menurut Pfau dan parot, juga dikutip oleh
Antar Venus, memberikan defenisi sebagai berikut.
“A campaign is conscious, sustained and incremental process designed to be implemented over a specified period of time for the purpose of influencing a specified audience.” (Kampanye adalah suatu proses yang dirancang secara sadar, bertahap, dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu dengan tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang telah ditetapkan).17
“A campaign is coordinated use of different method of communication aimed at focusting attendtion on a particular problem and it’s solution over a period of time.” (Kampanye dapat dikatakan sebagai pemanfaatan berbagai metode komunikasi yang berbeda secara terkoordinasi dalam waktu tertentu, yang ditunjukkan untuk mengarahkan khalayak pada masalah tertentu berikut pemecahannya).
Kampanye pada dasarnya adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mempengaruhi khalayak. Kegiatan ini dilakukan dengan terlebih dulu menentukan
khalayak sasaran yang telah disesuaikan dengan tujuan pelaksanaan kampanye.
Hal tersebut sejalan dengan pengertian kampanye menurut Rajasundaram yang
juga dikutip dari Antar Venus adalah,
18
Menurut defenisi-defenisi di atas dapat dilihat bahwa kampanye adalah
proses komunikasi yang dilakukan untuk mempengaruhi khalayak dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Kampanye juga dapat dikatakan sebagai tindakan untuk
membuat efek tertentu pada masyarakat. Sebuah kampanye yang baik adalah
kampanye yang dilakukan dengan perencanaan yang matang. Adapun masalah
tahapan perencanaan dalam sebuah kampanye menurut Gregory, dalam Venus,
adalah seperti pada skema berikut ini.19
Tahapan Proses Perencanaan Kampanye
Analisis
Analisis
Tinjauan
Tinjauan
Strategi
Pesan
Waktu
Taktik
Sumber Daya
Format penyajian rencana kampanye menurut Gregory, dalam Venus, terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut. Bagian pertama, analisis masalah. Bagian ini menyajikan keterangan seputar latar belakang program kampanye, analisis kondisi lingkungan baik yang bersifat positif maupun negatif, serta tujuan organisasi yang mengadakan kampanye. Latar belakang kampanye hendaklah bersifat narasi yang menarik karena akan mengantarkan pembaca kepada bagian selanjutnya. Pada bagian ini ditekankan juga alasan-alasan mengenai pentingnya kampanye tersebut dilaksanakan. Sedangkan analisis kondisi lingkungan dan organisasi bisa dibuat narasi ataupun menggunakan poin-poin.20
Bagian kedua, tujuan program kampanye. Bagian ini menyajikan tujuan program kampanye yang dituangkan secara spesifik dan terukur. Kemudian bagian ketiga, menentukan pesan kampanye. Bagian ini menyajikan keterangan seputar latar belakang program kampanye, analisis kondisi lingkungan baik yang positif maupun negatif, serta tujuan. Lalu bagian keempat, sasaran kampanye. Ada baiknya penulisan sasaran lengkap dengan penggolongan sasaran tersebut ke dalam lapisan-lapisan tingkat bidikan. Mulai dari lapisan utama, kedua, dan seterusnya. 21
Bagian kelima, strategi dan taktik. Penulisan strategi dan taktik ini diikuti dengan performance indikator yang membuka keterangan jelas dan terukur mengenai hasil yang diharapkan dari penggunaan taktik dan strategi tersebut. Bagian keenam, alokasi waktu dan sumber daya. Sajikan alokasi waktu dan sumber daya sejelas mungkin, namun dalam bentuk rangkuman. Karena perencanaan waktu dan sumber daya biasanya panjang dan detail, maka keterangan selengkapnya diberikan pada lampiran. Dan bagian ketujuh, metode evaluasi. Bagian ini menyediakan keterangan secara garis besar mengenai metode evaluasi yang akan digunakan, serta cara-cara pelaksanaannya.22
Berdasarkan teori di atas diterangkan bahwa di dalam kampanye dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapkan apabila proses perencanaan kampanye
haruslah memperhatikan sasaran, pesan yang sesuai dengan kondisi sasaran,
strategi yang sesuai dan waktu yang tepat supaya kampanye yang dijalankan dapat
diterima sasaran. Selain perencanaan terdapat juga beberapa hal yang sangat
20 Antar Venus. Manajemen Kampanye Panduan Teoretis Dan Praktis Dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2004. Hal 145
penting untuk penunjang keberhasilan sebuah kampanye. Menurut Mendelson,
untuk suksesnya kampanye biasanya untuk:23
• Kampanye seharusnya menetapkan tujuan yang realistis sesuai situasi
maslah dan sumber daya yang tersedia. Suksesnya sebgaian besar
kampanye periklanan, lanjut Mendelson, umumnya dikarenakan
tujuan-tujuan yang realistis.
• Semata-mata menyampaikan pesan kampanye melui media tidak cukup.
Karena itu pemanfaatan berbagai fungsi saluran komunikasi secara terpadu
perlu dilakukan terutama saluran komunikasi antar pribadi.
• Perencanaan kampanye harus mengetahui publik yang mereka hadapi
secara memadai. Dalam hal ini khalayak sasaran tidak boleh dilakukan
sebagai monolithic mass (massa yang seragam) melainkan sebagai sasaran yang beragam, baik dalam hal kebiasaan media, gaya hidup, nilai, aspek
demografis, dan cirri-ciri psikologis lainnya.
Menurut defenisi di atas, perencanaan kampanye harus disesuaikan dengan
kondisi khalayak sasaran. Perencanaan kampanye harus berpatokan dengan tujuan
kampanye sehingga pelaksanaan kampanye dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Pendapat serupa dikemukakan juga oleh Rice dan Atin yang
menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang secara nyata memberikan kontribusi
pada keberhasilan kampanye meliputi yang pertama, peran media massa. Media
massa dianggap sangat efektif dalam menciptakan kesadaran, meningkatkan
pengetahuan, dan mendorong khalayak berpartisipasi dalam proses kampanye.
Kedua adalah himbauan pesan. Dalam hal ini pesan harus dirancang secara
spesifik (bukan bersifat umum) agar mampu menghimbau nilai-nilai individual.
Dan yang ketiga adalah kesesuaian waktu, aksesibilitas, dan kecocokan. Agar
23 Antar Venus. Manajemen Kampanye Panduan Teoretis Dan Praktis Dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi.
menjadi efektif pesan-pesan kampanye harus disampaikan pada saat yang tepat,
budaya yang sesuai, dan melalui media yang tersedia di lingkungan khalayak.24
Dalam penelitian ini, penulis tidak menggunakan hipotesis karena judul
penelitian terdiri dari stau variable, sehingga digunakan proposisi. Pengertian
proposisi menurut Masri Singarimbun dalam bukunya yang berjudul Metode
Penelitian Survey sebagai berikut. Proposisi adalah merupakan hubungan yang logis antara dua konsep.
Berdasarkan dua defenisi di atas dikemukakan bahwa kampanye harus
terlebih dahulu menetapkan tujuan yang akan dicapai. Tahap selanjutnya adalah
penyampaian pesan yang harus sampai kepada masyarakat dengan berbagai cara
sesuai dengan tingkat kemampuan masyarakat dalam mengolah pesan.
Dalam penyampaian pesan, isi pesan dan kondisi sasaran harus
disesuaikan sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh masyarakat.
Selain itu penyampaian pesan haruslah tepat waktu sehingga pesan dapat diterima
oleh masyarakat.
25
• Perencanaan kampanye meliputi:
Untuk memudahkan analisis data, penulis mengajukan defenisi
operasional sebagai berikut:
Analisis masalah meliputi pemahaman partai terhadap kondisi
lingkungan dan permasalahan dalam masyarakat.
Tujuan program kampanye, yaitu hasil yang ingin dicapai dari
pelaksanaan kampanye
Pesan kampanye meliputi isu-isu aktual dan program partai dalam
bidang ekonomi, politik, sosial budaya, hukum, pertahanan
keamanan, dan pengenalan terhadap calon anggota legislatif
24 Antar Venus. Manajemen Kampanye Panduan Teoretis Dan Praktis Dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2004. Hal 138
Sasaran kampanye yaitu masyarakat yang didalamnya meliputi
kalangan akademisi, agamawan, masyarakat bawah, masyarakat
menengah, dan masyarakat tingkat atas.
Strategi dan taktik, yaitu menjalankan segala upaya untuk meraih
massa.
Alokasi waktu, yaitu kesesuaian penempatan waktu dalam
menjalankan aktivitas partai supaya sesuai dengan yang diinginkan
seperti waktu yang tepat dalam melaksanakan kampanye.
Sumber daya meliputi kader, simpatisan, dan massa Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Evaluasi upaya memperbaiki kelemahan kampanye yang terjadi.
• Faktor penunjang keberhasilan kampanye meliputi:
Peran media massa, yaitu media yang digunakan oleh Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan untuk menjalankan kampanye.
Himbauan pesan adalah nilai-nilai yang disampaikan kepada
khalayak.
Kesesuaian waktu, aksesibilitas, dan kecocokan, yaitu:
o Kesesuaian materi kampanye dengan waktu kampanye.
o Penerimaan masyarakat terhadap isu kampanye.
o Kecocokan materi kampanye dengan karakteristik
masyarakat.
1. 6. 4. Marketing Politik.
1. 6. 4. 1. Teori Strategi Politik Ofensif
Dalam memilih strategi, pola dasar strategi yang diperlukan harus kita
kenali agar kita dapat menetapkan pilihan yang tepat. Dalam setiap pola dasar, ada
sederetan strategi tunggal, dimana pilihan khusus mengenai kerangka persyaratan
tergantung pada citra yang diinginkan dan tujuan-tujuan organisasi.26
Yang termasuk strategi ofensif adalah strategi memperluas pasar dan strategi menembus pasar. Pertama, strategi memperluas pasar ialah strategi dalam pemilu yang bertujuan untuk membentuk kelompok pemilih baru disamping para pemilih yang telah ada. Oleh karena itu harus ada penawaran baru atau penawaran yang lebih baik bagi para pemilih yang selama ini memilih partai pesaing. Jadi, yang dibahas di sini adalah strategi persaingan yang faktual, dimana berbagai partai bertarung untuk kelompok pemilih dalam sebuah kompetisi. Strategi semacam ini perlu disiapkan melalui sebuah kampanye pengantar, untuk menjelaskan kepada publik tentang penawaran partai-partai yang lainnya. Untuk merumuskan penawaran baru ini, adalah bijak apabila memanfaatkan perubahan nilai atau perubahan struktur yang terjadi dalam masyarakat. Perluasan pasar tidak mungkin dicapai dengan tema yang tidak laku dijual.
Menurut
Peter Schroder, dalam bukunya Strategi Politik (2003), dijelaskan bahwa ada
beberapa strategi politik yang bisa digunakan dalam teori pemenangan partai
politik, yaitu strategi ofensif dan strategi defensif. Strategi ofensif selalu
dibutuhkan, misalnya apabila partai ingin meningkatkan jumlah pemilihnya atau
apabila pihak eksekutif ingin mengimplementasikan sebuah proyek. Dalam kedua
kasus tersebut harus ada lebih banyak orang yang memiliki pandangan positif
terhadap partai atau proyek tersebut, sehingga kampanye dapat berhasil.
27
Kedua, strategi menembus pasar adalah strategi pemilu yang menyangkut ditariknya pemilih lawan atau warga yang selama ini tidak aktif dengan memberikan penawaran lebih baik atau baru, melainkan penggalian potensi yang sudah ada lebih optimal, penggalian bagian yang dimiliki dalam kelompok target dimana keberhasilan telah diraih sebelumnya.
Tujuan yang dimiliki misalnya adalah diperolehnya hasil yang lebih baik dalam sebuah kelompok target. Hal ini menyangkut target pemasaran program yang dimiliki secara lebih baik dan peningkatan intensitas keselarasan antara program dan individu, seperti halnya memperbesar tekanan terhadap kelompok-kelompok target.28
Dalam hal ini strategi defensif terdiri atas dua cara, yaitu strategi mempertahankan pasar dan strategi menyerahkan pasar. Pertama, strategi mempertahankan pasar ialah strategi yang khas untuk mempertahankan mayoritas pemerintah. Dalam kasus semacam ini, partai atau calon akan memelihara pemilih tetap mereka dan memperkuat pemahaman para pemilih musiman mereka sebelumnya akan situasi yang berlangsung. Terhadap partai oposisi atau calon lain yang menyerang partai pemerintah (berkuasa) akan berusaha mengaburkan perbedaan yang ada dan membuat perbedaan tersebut tidak dapat dikenali lagi. Kedua, strategi mempertahankan pasar, terdiri atas dua cara, yang pertama ialah ketika dalam keadaan tertentu terdapat sebuah partai ingin menyerah dan melebur dengan partai lain. Kedua adalah ketika dalam kondisi tertentu terdapat
Pada dasarnya, semua strategi ofensif yang ditetapkan saat kampanye
pemilu harus menampilkan perbedaan yang jelas dan menarik antara kita dan
partai-partai pesaing yang ingin kita ambil alih pemilihnya. Dalam strategi ofensif
yang digunakan untuk mengimplementasikan politik yang harus dijual atau
ditampilkan adalah perbedaan terhadap keadaan yang berlaku saat itu serta
keuntungan-keuntungan yang dapat diharapkan dari padanya.
1. 6. 4. 2. Teori Strategi Politik Defensif
Strategi defensif menurut Peter Schroder akan muncul ke permukaan,
misalnya apabila partai pemerintah atau koalisi pemerintahan yang terdiri atas
beberapa partai ingin mempertahankan mayoritasnya atau apabila pangsa pasar
ingin dipertahankan. Selain itu strategi defensif juga dapat muncul apabila sebuah
pasar tidak akan dipertahankan lebih lanjut atau ingin ditutup, dan penutupan
pasar ini diharapkan membawa keuntungan sebanyak mungkin.
pemungutan suara kedua yang diikuti oleh kandidat-kandidat tertentu dalam pemilu tahap pertama, penyerahan pasar untuk sementara merupakan peristiwa yang sangat sering terjadi. Namun, dalam kondisi seperti ini mereka harus mempertegas ketidak ikutsertaan mereka dengan memberikan alasan yang mendasar dan mengusulkan pilihan lain. Dalam usulan ini terletak suatu tugas yang dapat dimanfaatkan secara strategis. Tentu saja kondisi-kondisi suatu alasan pemilu dapat diperdebatkan dengan para kandidat lainnya. Hal ini dapat mencakup masalah persetujuan politik hingga pembagian kekuasaan, dan disertai dengan sebuah kampanye informasi bagi multiplikator.29
Cara untuk memperoleh data yang akurat diperlukan ketelitian dan
narasumber yang tepat supaya data-data tersebut sesuai dengan yang diinginkan.
Data-data tersebut dapat berupa yang sudah jadi maupun data mentah yang harus
I. 7. Metodologi Penelitian
I. 7. 1. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian dekstiptif.
Metode penelitian dekstiptif adalah deskripsi bertujuan menggambarkan keadaan
atau status fenomena dalam hal ini peneliti hanya ingin memahami hal-hal
keadaan sesuatu.
Metode penelitian dekstiptif diambil sebagai metode penelitian dalam
pelaksanaan usulan penelitian ini, karena metode penelitian ini memberikan
gambaran tentang persoalan-persoalan yang terjadi di tempat penelitian yaitu di
kantor Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi
Sumatera Utara. Selain itu, metode penelitian dekstiptif ini ditujukan untuk
menganalisa masalah-masalah dan mendeskripsikannya dalam bentuk tulisan.
I. 7. 2. Teknik Pengumpulan Data
diolah kembali. Banyak cara untuk memperoleh data di lapangan, diantaranya
dengan cara wawancara serta studi pustaka.
• Wawancara
Untuk menemukan informasi, penulis menggunakan cara purvosive.
Dengan metode ini, informasi diperoleh secara jelas dari informan dan
kriteria informan criteria informan diangkat secara jelas. Adapun kriteria
informan dalam penelitian ini adalah orang yang terlibat langsung dalam
proses kampanye dan mengetahui tentang Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan.
Wawancara dilakukan kepada Pengurus Dewan Pimpinan Daerah Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Sumatera Utara. Adapun
informan yang diwawancarai oleh penulis untuk kebutuhan data primer
dalam karya ilmiah ini adalah bapak Drs. Soetarto MS.i dan bapak Ir.
Akhyar Nasution, MS.i. Bapak Drs. Soetarto, MS.i di Dewan Pimpinan
Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Sumatera Utara
adalah sebagai Wakil Sekretaris Bidang Internal Partai. Beliau bergabung
ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sejak 19 tahun silam. Pekerjaan
beliau sehari – hari adalah sebagai dosen di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Universitas Darma Agung, dan sekarang ini sedang menempuh
kuliah jenjang S3 di Universitas Sumatera Utara. Di dalam pemilukada
kota Medan Tahun 2010 lalu, beliau di tim pemenangan pemilukada dr.
Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP. MSP, serta yang mengurus seluruh
administrasi dan logistik di kantor DPD PDI Perjuangan Sumatera Utara.
Bapak Ir. Akhyar Nasution, MS.i di Dewan Pimpinan Daerah Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai
Wakil Sekretaris Bidang Program Partai. Beliau bergabung ke Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan sejak lahir. Dikatakan seperti itu karena
kuat dari orang tua beliau hingga sekarang. Pekerjaan sehari – hari beliau
adalah sebagai petani. Pendidikan terakhir beliau adalah S1 Teknik Sipil
USU dan S2 Perencanaan Wilayah Pascasarjana USU. Kedua orang
tersebut yang paling mengetahui tentang kampanye Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan dalam mengusung Pasangan Calon Walikota Dan
Calon Wakil Walikota Medan, dr. Sofyan Tan – Nelly Armayanti.
• Studi pustaka
Teknik pengumpulan data ini dilaksanakan untuk memperjelas apa yang
terjadi di lapangan dan disesuaikan dengan kepustakaan. Penulis
melakukan kajian studi pustaka terhadap buku-buku, literatur, peraturan
perundang-undangan, dan dokumen yang relevan dengan topik penelitian.
I. 7. 3. Teknik Analisa Data
Sesuai dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini, analisis yang
digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Secara operasional teknik analisis
data dilakukan melalui beberapa tahapan sehingga beberapa tahapan sebagaimana
model teknik analisis data yang dikemukakan.
Pertama, reduksi data sebagai proses penelitian, penyederhanaan,
klasifikasi data kasar dari hasil penggunaan teknik dan alat pengumpulan data di
lapangan. Redaksi data dilakukan sejak pengumpulan data reduksi dilaksanakan
secara bertahap dengan cara membuat ringkasan data dan menelusuri data yang
tersebar. Setiap data dipilih secara silang melalui informasi yang berbeda untuk
menggali informasi dalam wawancara.
Kedua, penyajian data merupakan suatu upaya penyusunan sekumpulan
informasi menjadi kenyataan. Data kualitatif dijadikan dalam bentuk teks yang
informasi tersebut. Kemudian data diklasifikasikan menurut pokok-pokok
permasalahan yang antara lain terkait dengan daerah.
Ketiga, menarik kesimpulan berdasarkan reduksi, interpretasi, dan
penyajian data yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya jelas dengan
mekanisme logika pemikiran induktif, maka penarikan kesimpulan akan bertolak
belakang dengan hal-hal yang khusus sampai kepada rumusan kesimpulan yang
sifatnya umum.
I. 7. 4. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Sumatera Utara, yang beralamat di
I. 8. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian yang
digunakan, dan sistematika penulisan.
BAB II : PROFIL PARTAI DEMOKRASI INDONESIA
PERJUANGAN
Bab ini berisi tentang sejarah singkat perjalanan Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan di Indonesia hingga saat
ini. Bab ini juga berisi tentang dinamika sosial kota Medan
dan data mengenai hasil perolehan suara pada pemilukada
kota Medan tahun 2010 putaran pertama di 21 kecamatan.
BAB III : STRATEGI KAMPANYE PARTAI DEMOKRASI
INDONESIA PERJUANGAN
Bab ini berisi tentang data yang diperoleh dan dianalisis
dari penelitian yang dilakukan mengenai strategi kampanye
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam Pemilukada
Kota Medan Tahun 2010 dengan mengusung pasangan
calon dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari penelitian yang
BAB II
PROFIL PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN
II. 1. Sejarah Dan Visi Misi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Bahwa PDI Perjuangan merupakan partai politik yang sebenarnya adalah
partai yang secara langsung memiliki tali kesejarahan dengan partai politik masa
orde lama. PDI Perjuangan sebenarnya kelanjutan dari Partai Demokrasi
Indonesia yang berdiri pada tanggal 10 Januari 1973. Partai Demokrasi Indonesia
itu lahir dari hasil fusi 5 (lima) partai politik. Kelima partai politik tersebut yaitu
Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Kristen Indonesia (Parkindo), Partai
Katolik, Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), Murba.30
Gagasan agar supaya fusi untuk pertama kali tahun 1970. Tepatnya 7 Januari tahun 1970. Soeharto memanggil 9 partai politik untuk melakukan konsultasi kolektif dengan para pimpinan 9 partai politik tersebut. Dalam pertemuan konsultasi tersebut, Soeharto melontarkan gagasan pengelompokan partai politik dengan maksud untuk menghasilkan sebuah masyarakat yang lebih tentram lebih damai bebas dari konflik agar pembangunan ekonomi bisa di jalankan. Partai politik dikelompokan ke dalam dua kelompok, kelompok pertama disebut kelompok materiil spirituil yang menekankan pada aspek materiil dan kedua adalah spirituil materiil yang menekankan pada aspek spiritual. Kelompok materiil
Proses fusi terjadi sebenarnya hanya untuk menjamin kemenangan
kekuatan Orde Baru. Pada saat itu penguasa Orde Baru mengaktifkan Sekretariat
Bersama (Sekber) Golongan Karya (Golkar) yang proses pembentukannya
didukung oleh militer. Tap MPRS No.XXII/MPRS/1966 tentang Kepartaian,
Keormasan, dan Kekaryaan disebutkan agar Pemerintah bersama Dewan
Perwakilan Rakyat Gotong royong (DPR-GR) segera membuat Undang-Undang
untuk mengatur kepartaian, keormasan dan kekaryaan yang menuju pada
penyederhanaan.
Katolik) serta M Siregar dan Sabam Sirait (Parkindo). Pada tanggal 24 Maret 1970 para pemimpin parpol tersebut kembali melakukan pertemuan di ruang kerja Wakil Ketua MPRS, M Siregar. Maksud pertemuan tersebut adalah untuk memperjelas keberadaan kelompok yang telah dibentuk, baik nama, sifat, pengorganisasian dan program. Hasil pertemuan tersebut akhirnya disepakati nama "Kelompok Demokrasi Pembangunan" dan dikukuhkan melalui SK No. 42/KD/1972, tanggal 24 Oktober 1972. Meskipun sebelumnya banyak muncul usulan-usulan nama yang diajukan oleh masing-masing partai, antara lain oleh Lo Ginting (Partai Katolik) yang mengusulkan nama "Kelompok Demokrasi Kesejahteraan" atau "Kelompok Kesejahteraan Kerakyatan". Maruto Nitimihardjo (Murba) mengusulkan nama "Kelompok Gotong-Royong", karena kata "gotong royong" dianggap merupakan perasaan pancasila dan dapat menghindari polarisasi. Usep Ranawidjaja (PNI) keberatan karena bisa ditafsirkan dan dikaitkan dengan Orde Lama. M Supangat (IPKI) mengusulkan dibentuk "Badan Kerjasama" sebagai sifat pengelompokan yang dinamakan "Kelompok Pembangunan". Sabam Sirait (Parkindo) mengusulkan nama "Kelompok Demokrasi dan Pembangunan" atau "Kelompok Sosial Demokrat".31
Setelah melalui proses yang panjang akhirnya pada tanggal 10 Januari
1973 tepat jam 24.00 dalam pertemuan Majelis Permusyawaratan Kelompok
Pusat (MPKP) yang mengadakan pembicaraan sejak jam 20.30 di Kantor
Sekretariat PNI di Jalan Salemba Raya 73 Jakarta, Kelompok Demokrasi dan
Pembangunan melaksanakan fusi 5 Partai Politik menjadi satu wadah Partai yang
bernama Partai Demokrasi Indonesia meskipun pada awal fusi sebenarnya muncul
3 (tiga) kemungkinan nama untuk fusi menjadi Partai Demokrasi Pancasila, Partai
Demokrasi Pembangunan, atau Partai Demokrasi Indonesia.32
Deklarasi ditandatangani oleh wakil kelima partai yaitu MH. Isnaeni dan
Abdul Madjid mewakili Partai Nasional Indonesia, A. Wenas dan Sabam Sirait
Mewakili Partai Kristen Indonesia, Beng Mang Rey Say dan FX.
Wignyosumarsono mewakili Partai Katolik, S. Murbantoko R. J. Pakan mewakili
Partai Murba dan Achmad Sukarmadidjaja dan Drs. Mh. Sadri mewakili Partai