ABSTRAK
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE TEPE STUDENS TEAMS ACHIEVEMENS DEVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN
AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV A SD XAVERIUS METRO
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh
V. EKO WINARSIH
Kegiatan belajar mengajar di kelas IV A SD Xaverius Metro, khususnya pada pelajaran metematika kurang berjalan maksimal. Hasil observasi menunjukkan bahwa kualitas hasil belajar matematika masih di bawah KKM (65), untuk itu diperlukan adanya upaya pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika. Salah satu media yang dianggap tepat untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika dengan menggunakan penerapan model cooperative tipe STAD dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Dan setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data aktivitas siswa, menggunakan lembar observasi dan data hasil belajar siswa menggunakan tes.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan memegang peranan penting dalam memajukan suatu bangsa, di Indonesia pendidikan berdasarka Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, dalam rangka mencerdaskan bangsa. Tujuan pendidikan secara menyeluruh meliputi aspek pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional, pasal 3 dijelaskan tujuan pendidikan nasional ádalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
memahami konsep matemátika, mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. Mampu menggunakan penalaran, melakukan manipulasi matemátika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, merancang model matemátika, mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, serta memiliki sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Dari hasil pengamatan, yang dilakukan di SD Xaverius Metro khususnya kelas IV.A nampak bahwa pembelajaran matemátika yang dilakukan selama ini maíh bersifat teacher oriented (dominan guru). Dalam pembelajaran guru cenderung masíh banyak menggunakan metode ceramah, siswa hanya sekedar mendengarkan penjelasan guru, tanpa melakukan aktivitas yang berarti, akibatnya dalam pembelajaran siswa cenderung pasif, jika hal ini dibiarkan akan berdampak negatif pada hasil belajar atau prestasi siswa. Berdasarkan dokumen yang ada, ditemukan bahwa hasil belajar matemátika pada ulangan bersama dan hasil ulangan mid semester ganjil masíh belum mencapai KKM sebagaimana yang telah ditetapkan sekolah, yakni 65. Siswa yang mendapat nilai sama dengan atau di atas KKM kurang dari 50 %
Pembelajaran dengan penggunaan model cooperative tipe STAD diharapkan mampu meningkatkan aktivitas belajar. Dengan meningkatnya aktivitas belajar, dapat meningkatkan kerjasama positif antar siswa sehingga siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dan secara tidak langsung siswa tersebut dapat memahami materi sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa.
Dalam proses belajar mengajar banyak metode yang dapat digunakan oleh seorang guru dalam menyampaikan materi ajar. Hendaknya seorang guru tidak hanya menggunakan satu metode dalam mengajar, tetapi bisa lebih dari satu metode dan disesuaikan dengan materi yang diajarkan supaya siswa tertarik dan pelajaran tidak terkesan membosankan.
Bertitik tolak dari masalah tersebut maka dilakukan penelitian tindakan kelas
yang berjudul Penerapan Model Cooperative tipe Student Teams Achievement
Devisions (STAD) untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa kelas IV A SD Xaverius Metro.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Guru dalam pembelajaran masih menggunakan metode ceramah 2. Peserta didik terlihat pasif dalam menerima pelajaran
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.Apakah penerapan model cooperative tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas IV.A SD Xaverius Metro?
2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa di kelas IV.A SD Xaverius Metro, dari siklus 1 ke siklus 2 setelah pembelajaran dengan penerapan model cooperative tipe STAD?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Meningkatnya aktivitas belajar siswa kelas IV A SD Xaverius Metro
dengan menggunakan model coperative tipe STAD.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, manfaat penelitian ini berguna 1. Bagi siswa, dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi.
2. Bagi guru, dapat membantu memperbaiki pembelajaran, membantu guru berkembang secara profesional, meningkatkan rasa percaya diri, dan memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan
3. Bagi sekolah membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan pada diri guru, dan meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar
Pengertian belajar menurut Margaret E. Bell Gredler (1994 : 1), proses
seseorang memperoleh kecakapan, ketrampilan, dan sikap. Belajar adalah
modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Oemar Hamalik
2008 : 36), sedang menurut Sardiman (1994 : 95) belajar adalah berbuat
mengubah tingkah laku melalui kegiatan. Belajar adalah perubahan yang
menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan secara genetis,
menurut Morris L Bigge yang dikutip oleh Darsono, dkk (2003 :3)
Menurut Slameto (1995 : 81) belajar adalah sebagai suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Dapat disimpulkan belajar adalah suatu usaha yang dilakukan secara terus
menerus oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, dari hasil pengalaman yang didapat lewat
B. Aktivitas Belajar.
Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses
interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar, Pidarta
(2007 : 197), sedang menurut Sardiman (2010 : 100) aktivitas belajar adalah
aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua
aktivitas itu harus selalu terkait. Menurut Meyer (2002 : 90), aktivitas belajar
adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk mengubah prilakunya
melalui pengalaman yang diperoleh secara langsung. Menurut Kunandar
(2010 : 277), aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap,
pikiran, perbuatan, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna
menunjang keberhasilan dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.
Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan, aktivitas belajar adalah
kegiatan untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan melalui interaksi
antara guru dan murid serta interaksi dengan lingkungan sehingga mampu
C. Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Konstruksivisme merupakan aliran filsafah pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri ( Von
Glaserfeld dalam Pannen dkk, 2001:3). Konstruksivisme sebagai aliran
filsafat, banyak mempengaruhi konsep ilmu pengetahuan, teori belajar dan
pembelajaran. Sebagai landasan paradigma pembelajaran, konstruksivisme
menyerukan perlunya partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran,
perlunya pengembangan siswa belajar mandiri, dan perlunya siswa memiliki
kemampuan untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri.
Akibatnya, orientasi pembelajaran di kelas mengalami pergeseran. Orientasi
pembelajaran bergeser dari berpusat pada guru mengajar ke pembelajaran
berpusat pada siswa.
Bagi aliran konstruksivisme, guru tidak lagi menduduki tempat sebagai
pemberi ilmu. Tidak lagi sebagai satu-satunya sumber belajar. Namun guru
lebih diposisikan sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa untuk dapat
belajar dan mengkonstruksi pengetahuanya sendiri (Hudojo, 1998:5-6). Aliran
ini lebih menekankan bagaimana siswa belajar bukan bagaimana guru
mengajar.
Sebagai fasilitator guru bertanggung jawab terhadap kegiatan pembelajaran di
kelas. Diantara tangung jawab guru dalam pembelajaran adalah menstimulasi
dan memotivasi siswa. Mendiagnosa dan mengatasi kesulitan siswa serta
membutuhkan pengalaman untuk menumbuhkan pemahaman siswa
Oleh karena itu, guru harus menyediakan waktu dan memberikan kesempatan
sebanyak mungkin kepada siswa untuk belajara secara aktif, sehingga para
siswa dapat menciptakan, membangun, mendiskusikan, bekerja sama, dan
melakukan eksperimentasi dalam kegiatan belajarnya (Setyosari, 1997:53).
D. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah standar tes untuk mengukur kecakapan atau
pengetahuan bagi seseorang di dalam satu atau lebih garis-garis pekerjaan
(Websters New Internasional Dictionary, 1951 : 20). Prestasi belajar adalah
hasil sesuatu yang telah dicapai seseorang menurut kamus populer
(Purwodarminto, 1979 : 251). Menurut Drs. H. Abu Ahmadi ( 1979 : 151)
secara teori bila sesuatu kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuhan, maka
ada kecenderungan besar untuk mengulanginya. Sumber penguat belajar dapat
secara ekstrinsik (nilai, pengakuan, penghargaan) dan dapat secara intrinsik
(kegairahan untuk menyelidiki, mengartikan situasi), siswa harus menerima
umpan balik secara langsung derajat sukses pelaksanaan tugas yang terdapat
dalam nilai rapor atau nilai tes.
Jadi dapat disimpulkan, prestasi belajar adalah hasil usaha belajar yang
menunjukkan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai dari
E. Pembelajaran Cooperative Tipe STAD
Pembelajaran cooperative tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin di Universitas John Hopkin ( 1995) merupakan :
pembelajaran cooperative yang paling sederhana, dan merupakan
pembelajaran cooperative yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai
menggunakan pembelajaran cooperative. Pembelajaran cooperative tipe
STAD terdiri dari 5 tahapan utama, yaitu:
1. Presentasi kelas
Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunkan metode
pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagi
persiapan mengikuti tes berikutnya.
2. Kerja kelompok
Kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa
bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan
jawaban atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerjama
sebaik- baiknya dan saling membantu dalam memahami pelajaran.
3. Tes
Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan
tes secara individu. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan
4. Peningkatan skor individu
Setiap anggota kelompok diharapkan mencari skor yang tinggi, karena
skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata
kelompok.
5. Penghargaan kelompok
Kelompok yang mencapai skor rata-rata tertinggi, diberikan penghargaan.
F. Pembelajaran Matematika SD
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. ( M. Khafid Kasri, 2007 : 2)
Pitadjeng (2006 : 1) mengungkapkan bahwa banyak orang tidak menyukai matematika termasuk anak-anak yang masih duduk di bangku SD/MI, karena anggapan matematika sulit dipelajari, gurunya tidak menyenangkan, membosankan, menakutkan, angker dan sebagainya.
Berdasarkan Kurikulum 2006, dalam ruang lingkup Standar Kopetensi dan
Kopetensi Dasar, pada pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar kon
sep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masa
lah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika, serta sikap ulet
dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Dapat disimpulkan, meskipun pelajaran matematika dianggap sulit, sangat
perlu diajarkan, karena matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan tehnologi modern dan mempunyai peran penting diberbagai
disiplin ilmu.
G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas hipotesis penelitian ini adalah jika pembelajaran
matematika menggunakan model cooperative tipe
STAD, dengan benar
dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika kelas IV.A SD
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang
langkah – langkahnya diadaptasi dari rancangan penelitian tindakan kelas
oleh Hopkins (1993) dan Elliot (1993). Penelitian dilakukan dengan
menggunakan daur/siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Adapun langkah – langkah penelitian ditunjukkan
dalam bagan berikut :
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan dari Kemmis dan Taggart dalam Hopkins (1993).
B. Subjek Penelitian.
Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah guru dan siswa kelas IV.A.
SD Xaverius Metro yang berjumlah 35 siswa, pada pelajaran matematika di
tahun ajaran 2011/2012
Perencanaan Pelaksanaan
Observasi SIKLUS I
Observasi
Refleksi
Perencanaan
Pelaksanaan SIKLUS II
C. Seting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Xaverius Metro Jl Tulang
Bawang No 9 Metro Pusat, pada pelajaran matematika kelas IV A semester
1, tahun pelajaran 2011/2012 selama 4 bulan dari bulan Nopember 2011
sampai bulan Februari 2012.
D. Prosedur Penelitian
1. Siklus I
Kegiatan pada siklus pertama dengan pembuatan rencana pelaksanaan
pembelajaran secara kolaboratif partisipatif antara peneliti dan teman
sejawat dengan materi pelajaran keliling dan luas bangun datar segitiga,
kemudian rencana kegiatan pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran cooperative tipe STAD agar efisien
dan efektif, guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Perencanaan.
Peneliti merancang proses pembelajaran di kelas dalam bentuk
skenario pembelajaran, proses perencanaan siklus 1 dilakukan dengan
langkah :
2. Menetapkan dan mendiskusikan rencana pembelajaran yang akan
diterapkan di kelas. Seperti menentukan materi mencari keliling
dan luas bangun segitiga sesuai kompetensi dasar yang akan
dipelajari dan menyiapkan sumber belajar dan alat pembelajaran.
3. Membuat rencana pembelajaran berupa jadwal perencanaan
tindakan untuk menentukan materi pokok yang diajarkan sesuai
dengan SK dan KD.
4. Menyusun lembar kegiatan yang akan diberikan kepada siswa pada
saat diskusi berlangsung.
5. Mempersiapkan alat evaluasi berupa lembar pengamatan untuk
mengetahui hasil belajar siswa.
6. Menyiapkan instrumen tes.
7. Menentukan skor dasar.
b. Pelaksanaan.
Kegiatan ini berupa penerapan kegiatan pembelajaran yang telah
disusun dalam perencanaan penelitian. Prosesnya mengikuti urutan
kegiatan yang terdapat dalam skenario pembelajaran yang telah dibuat.
Urutan – urutan kegiatan secara garis besar adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan Awal
a. Guru mengadakan apersepsi.
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin
2. Kegiatan Inti
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok bejumlah
antara 4-5 anak. Kelompok harus heterogen dari kemampuan
akademik, suku, jenis kelamin dan lain-lain.
a. Guru menyajikan materi secara garis besar dengan alat
peraga yang ada.
b. Guru memberi LKS pada setiap anak untuk dikerjakan
dalam kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti, dapat
menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota
kelompok itu mengerti.
c. Hasil pekerjaan siswa saling dicocokkan, setelah itu
dilaksanakan presentasi dari hasil diskusi kelompok.
d. Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa.
Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
3. Kegiatan Akhir
a. Guru mengulas kembali materi yang telah dipelajari untuk
memantapkan pemahaman siswa.
b. Guru melakukan evaluasi hasil belajar siswa dengan
memberikan soal tertulis untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran.
c. Pengamatan ( observasi )
Pengamatan adalah kegiatan mendokumentasikan segala sesuatu yang
oleh observer, yaitu guru mitra, dimana siswa dan guru (peneliti)
sebagai objek, dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah
dipersiapkan oleh peneliti.
d. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan menganalisis, memahami dan membuat
kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan. Refleksi dilakukan oleh
peneliti atau guru dan observer untuk merinci dan menganalisa kendala
– kendala yang dihadapi siswa serta hasil dari implementasi
pemecahan masalah untuk menentukan perkembangan, kemajuan, dan
kelemahan yang terjadi, sebagai dasar perbaikan perencanaan dan
tindakan pada siklus 2 sehingga mencapai hasil yang lebih baik dari
siklus 1.
2. Siklus II
Pada siklus 1 telah dilakukan beberapa metode untuk mengkaji proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebagai acuan dalam pelaksanaan
siklus 2.
Adapun pelaksanaan pada siklus 2 ini meliputi :
a. Perencanaan.
1. Mendata masalah dan kendala yang dihadapi dalam proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus 1.
2. Merencanakan perbaikan untuk pembelajaran pada siklus 2
3. Menyiapkan perangkap pembelajaran yang akan digunakan
selama proses pembelajaran pada siklus 2
4. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ) yang
mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP )
sesuai materi yang telah ditetapkan.
5. Menentukan kompetensi dasar yang akan digunakan dalam
pembelajaran pada siklus 2.
6. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegatan siswa
selama pembelajaran matematika berlangsung.
b. Pelaksanaan
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai, oleh
siswa, dan mengadakan apersepsi.
2. Membagi siswa ke dalam kelompok kecil, tiap kelompok
terdiri dari 5 orang yang hiterogen.
3. Menyapaikan LKS yang harus dikerjakan oleh setiap anak
dalam kelompok.
4. Siswa berdiskusi dalam kelompok membahas materi yang telah
diberikan, dan guru berkeliling selama kerja kelompok itu
berlangsung, bila diperlukan memberikan saran dan
pertanyaan.
5. Siswa menyampaikan hasil kerja kelompok kepada kelompok
lain dalam presentasi kelas.
c. Pengamatan
1. Menganalisis kerja siswa dalam kelompok, kemudian dicatat
tentang kesulitan-kesulitan yang didapati siswa dalam proses
pembelajaran.
2. Melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa,
aktivitas kinerja guru, dan hasil belajar siswa.
d. Refleksi
1. Menganilis temuan yang didapatkan pada saat melakukan
tahap observasi.
2. Menganalisis kelebihan dan kekurangan pembelajaran dengan
menggunakan metode kerja kelompok.
3. Melakukan refleksi terhadap tes hasil belajar siswa.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan selama pelaksanaan penelitian adalah :
1. Lembar pengamatan aktivitas siswa untuk mengumpulkan data
tentang aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.
2. Tes akhir yang berfungsi untuk mengukur tingkat pemahaman
siswa tentang materi yang diajarkan dan untuk melihat
Tabel 3. 1 Jenis data dan metode pengumpulan data
No Jenis Data Metode
1
2
3
Aktivitas siswa selama kegiatan
pembelajaran
Aktivitas guru selama kegiatan
pembelajaran
Penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
Lembar observasi
Lembar observasi
Tes akhir
F. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data dilakukan secara induktif. Analisis induktif adalah
mengenali data spesifik dari lapangan menjadi unit-unit, kemudian
dilanjutkan dengan kategorisasi. Kategorisasi maksudnya adalah data relevan
atau bermakna yang telah dipilih disusun dalam satu kesatuan,
difokuskan/ditonjolkan dalam hal-hal penting sehingga dapat memberikan
gambaran tentang hasil observasi.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan teknik
kualitatif deskriptif. Hasil pengamatan aktivitas belajar siwa setiap siklus
akan dianalisis. Data kuantitatif diperoleh dari data penguasaan materi, dari
G. Indikator Keberhasilan
Indikator kinerja dari penelitian ini adalah:
1. Meningkatnya aktivitas siswa dari siklus 1 ke siklus 2.
2. Meningkatnya prestasi belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2 hingga
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan pada bab IV
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan model cooperative tipe STAD, dapat meningkatkan aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran matematika kelas IV A. SD Xaverius
Metro. Siswa belajar berdiskusi, menjawab pertanyaan, pengajukan
pendapat, menjelaskan, berpikir kritis, berargumentasi, dan saling
berbagi pengalaman serta pengetahuan. Belajar menunmbuhkan daya
juang, serta belajar bekerjasama. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan
siswa pada siklus 1 mencapai 71,02% dan pada siklus 2 meningkat
menjadi 91,83%. Kesiapan siswa dalam menerima materi pelajaran pada
siklus 1 dan siklus 2 juga meningkat dari 94,2% menjadi 97,85%.
2. Dengan model pembelajaran cooperative tipe STAD, dapat
meningkatkan hasil atau prestasi belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari
hasil siklus 1 ke siklus 2, (lampiran 11), hingga mencapai nilai di atas
B. Saran
1. Bagi Siswa
Siswa dapat memanfaatkan model pembelajaran cooperative tipe STAD,
sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi
belajar siswa dalam proses pembelajaran.
2. Bagi Guru
Guru dapat memanfaatkan model pembelajaran cooperative tipe STAD
untuk memperbaiki cara mengajar, mendorong rasa percaya diri, dan
berkembang lebih profesional.
3. Bagi Sekolah
Kepada sekolah hendaknya memfasilitasi model pembelajaran
cooperative tipe STAD pada mata pelajaran matematika dalam upaya