• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE TEPE STUDENS TEAMS ACHIEVEMENS DEVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV A SD XAVERIUS METRO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL COOPERATIVE TEPE STUDENS TEAMS ACHIEVEMENS DEVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV A SD XAVERIUS METRO TAHUN PELAJARAN 2011/2012"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE TEPE STUDENS TEAMS ACHIEVEMENS DEVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV A SD XAVERIUS METRO

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

V. EKO WINARSIH

Kegiatan belajar mengajar di kelas IV A SD Xaverius Metro, khususnya pada pelajaran metematika kurang berjalan maksimal. Hasil observasi menunjukkan bahwa kualitas hasil belajar matematika masih di bawah KKM (65), untuk itu diperlukan adanya upaya pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika. Salah satu media yang dianggap tepat untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika dengan menggunakan penerapan model cooperative tipe STAD dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Dan setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data aktivitas siswa, menggunakan lembar observasi dan data hasil belajar siswa menggunakan tes.

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan penting dalam memajukan suatu bangsa, di Indonesia pendidikan berdasarka Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, dalam rangka mencerdaskan bangsa. Tujuan pendidikan secara menyeluruh meliputi aspek pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional, pasal 3 dijelaskan tujuan pendidikan nasional ádalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(3)

memahami konsep matemátika, mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. Mampu menggunakan penalaran, melakukan manipulasi matemátika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, merancang model matemátika, mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, serta memiliki sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Dari hasil pengamatan, yang dilakukan di SD Xaverius Metro khususnya kelas IV.A nampak bahwa pembelajaran matemátika yang dilakukan selama ini maíh bersifat teacher oriented (dominan guru). Dalam pembelajaran guru cenderung masíh banyak menggunakan metode ceramah, siswa hanya sekedar mendengarkan penjelasan guru, tanpa melakukan aktivitas yang berarti, akibatnya dalam pembelajaran siswa cenderung pasif, jika hal ini dibiarkan akan berdampak negatif pada hasil belajar atau prestasi siswa. Berdasarkan dokumen yang ada, ditemukan bahwa hasil belajar matemátika pada ulangan bersama dan hasil ulangan mid semester ganjil masíh belum mencapai KKM sebagaimana yang telah ditetapkan sekolah, yakni 65. Siswa yang mendapat nilai sama dengan atau di atas KKM kurang dari 50 %

(4)

Pembelajaran dengan penggunaan model cooperative tipe STAD diharapkan mampu meningkatkan aktivitas belajar. Dengan meningkatnya aktivitas belajar, dapat meningkatkan kerjasama positif antar siswa sehingga siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dan secara tidak langsung siswa tersebut dapat memahami materi sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa.

Dalam proses belajar mengajar banyak metode yang dapat digunakan oleh seorang guru dalam menyampaikan materi ajar. Hendaknya seorang guru tidak hanya menggunakan satu metode dalam mengajar, tetapi bisa lebih dari satu metode dan disesuaikan dengan materi yang diajarkan supaya siswa tertarik dan pelajaran tidak terkesan membosankan.

Bertitik tolak dari masalah tersebut maka dilakukan penelitian tindakan kelas

yang berjudul Penerapan Model Cooperative tipe Student Teams Achievement

Devisions (STAD) untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa kelas IV A SD Xaverius Metro.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Guru dalam pembelajaran masih menggunakan metode ceramah 2. Peserta didik terlihat pasif dalam menerima pelajaran

(5)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.Apakah penerapan model cooperative tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas IV.A SD Xaverius Metro?

2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa di kelas IV.A SD Xaverius Metro, dari siklus 1 ke siklus 2 setelah pembelajaran dengan penerapan model cooperative tipe STAD?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Meningkatnya aktivitas belajar siswa kelas IV A SD Xaverius Metro

dengan menggunakan model coperative tipe STAD.

(6)

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, manfaat penelitian ini berguna 1. Bagi siswa, dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi.

2. Bagi guru, dapat membantu memperbaiki pembelajaran, membantu guru berkembang secara profesional, meningkatkan rasa percaya diri, dan memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan

3. Bagi sekolah membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan pada diri guru, dan meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut.

(7)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Pengertian belajar menurut Margaret E. Bell Gredler (1994 : 1), proses

seseorang memperoleh kecakapan, ketrampilan, dan sikap. Belajar adalah

modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Oemar Hamalik

2008 : 36), sedang menurut Sardiman (1994 : 95) belajar adalah berbuat

mengubah tingkah laku melalui kegiatan. Belajar adalah perubahan yang

menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan secara genetis,

menurut Morris L Bigge yang dikutip oleh Darsono, dkk (2003 :3)

Menurut Slameto (1995 : 81) belajar adalah sebagai suatu proses usaha yang

dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara

keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Dapat disimpulkan belajar adalah suatu usaha yang dilakukan secara terus

menerus oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, dari hasil pengalaman yang didapat lewat

(8)

B. Aktivitas Belajar.

Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses

interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar, Pidarta

(2007 : 197), sedang menurut Sardiman (2010 : 100) aktivitas belajar adalah

aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua

aktivitas itu harus selalu terkait. Menurut Meyer (2002 : 90), aktivitas belajar

adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk mengubah prilakunya

melalui pengalaman yang diperoleh secara langsung. Menurut Kunandar

(2010 : 277), aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap,

pikiran, perbuatan, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna

menunjang keberhasilan dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan, aktivitas belajar adalah

kegiatan untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan melalui interaksi

antara guru dan murid serta interaksi dengan lingkungan sehingga mampu

(9)

C. Konstruktivisme dalam Pembelajaran

Konstruksivisme merupakan aliran filsafah pengetahuan yang menekankan

bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri ( Von

Glaserfeld dalam Pannen dkk, 2001:3). Konstruksivisme sebagai aliran

filsafat, banyak mempengaruhi konsep ilmu pengetahuan, teori belajar dan

pembelajaran. Sebagai landasan paradigma pembelajaran, konstruksivisme

menyerukan perlunya partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran,

perlunya pengembangan siswa belajar mandiri, dan perlunya siswa memiliki

kemampuan untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri.

Akibatnya, orientasi pembelajaran di kelas mengalami pergeseran. Orientasi

pembelajaran bergeser dari berpusat pada guru mengajar ke pembelajaran

berpusat pada siswa.

Bagi aliran konstruksivisme, guru tidak lagi menduduki tempat sebagai

pemberi ilmu. Tidak lagi sebagai satu-satunya sumber belajar. Namun guru

lebih diposisikan sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa untuk dapat

belajar dan mengkonstruksi pengetahuanya sendiri (Hudojo, 1998:5-6). Aliran

ini lebih menekankan bagaimana siswa belajar bukan bagaimana guru

mengajar.

Sebagai fasilitator guru bertanggung jawab terhadap kegiatan pembelajaran di

kelas. Diantara tangung jawab guru dalam pembelajaran adalah menstimulasi

dan memotivasi siswa. Mendiagnosa dan mengatasi kesulitan siswa serta

membutuhkan pengalaman untuk menumbuhkan pemahaman siswa

(10)

Oleh karena itu, guru harus menyediakan waktu dan memberikan kesempatan

sebanyak mungkin kepada siswa untuk belajara secara aktif, sehingga para

siswa dapat menciptakan, membangun, mendiskusikan, bekerja sama, dan

melakukan eksperimentasi dalam kegiatan belajarnya (Setyosari, 1997:53).

D. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah standar tes untuk mengukur kecakapan atau

pengetahuan bagi seseorang di dalam satu atau lebih garis-garis pekerjaan

(Websters New Internasional Dictionary, 1951 : 20). Prestasi belajar adalah

hasil sesuatu yang telah dicapai seseorang menurut kamus populer

(Purwodarminto, 1979 : 251). Menurut Drs. H. Abu Ahmadi ( 1979 : 151)

secara teori bila sesuatu kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuhan, maka

ada kecenderungan besar untuk mengulanginya. Sumber penguat belajar dapat

secara ekstrinsik (nilai, pengakuan, penghargaan) dan dapat secara intrinsik

(kegairahan untuk menyelidiki, mengartikan situasi), siswa harus menerima

umpan balik secara langsung derajat sukses pelaksanaan tugas yang terdapat

dalam nilai rapor atau nilai tes.

Jadi dapat disimpulkan, prestasi belajar adalah hasil usaha belajar yang

menunjukkan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai dari

(11)

E. Pembelajaran Cooperative Tipe STAD

Pembelajaran cooperative tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin di Universitas John Hopkin ( 1995) merupakan :

pembelajaran cooperative yang paling sederhana, dan merupakan

pembelajaran cooperative yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai

menggunakan pembelajaran cooperative. Pembelajaran cooperative tipe

STAD terdiri dari 5 tahapan utama, yaitu:

1. Presentasi kelas

Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunkan metode

pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagi

persiapan mengikuti tes berikutnya.

2. Kerja kelompok

Kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa

bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan

jawaban atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerjama

sebaik- baiknya dan saling membantu dalam memahami pelajaran.

3. Tes

Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan

tes secara individu. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan

(12)

4. Peningkatan skor individu

Setiap anggota kelompok diharapkan mencari skor yang tinggi, karena

skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata

kelompok.

5. Penghargaan kelompok

Kelompok yang mencapai skor rata-rata tertinggi, diberikan penghargaan.

F. Pembelajaran Matematika SD

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. ( M. Khafid Kasri, 2007 : 2)

Pitadjeng (2006 : 1) mengungkapkan bahwa banyak orang tidak menyukai matematika termasuk anak-anak yang masih duduk di bangku SD/MI, karena anggapan matematika sulit dipelajari, gurunya tidak menyenangkan, membosankan, menakutkan, angker dan sebagainya.

Berdasarkan Kurikulum 2006, dalam ruang lingkup Standar Kopetensi dan

Kopetensi Dasar, pada pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar kon

sep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan

(13)

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masa

lah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan

menafsirkan solusi yang diperoleh

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika, serta sikap ulet

dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Dapat disimpulkan, meskipun pelajaran matematika dianggap sulit, sangat

perlu diajarkan, karena matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

perkembangan tehnologi modern dan mempunyai peran penting diberbagai

disiplin ilmu.

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas hipotesis penelitian ini adalah jika pembelajaran

matematika menggunakan model cooperative tipe

STAD, dengan benar

dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika kelas IV.A SD

(14)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang

langkah – langkahnya diadaptasi dari rancangan penelitian tindakan kelas

oleh Hopkins (1993) dan Elliot (1993). Penelitian dilakukan dengan

menggunakan daur/siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,

observasi, dan refleksi. Adapun langkah – langkah penelitian ditunjukkan

dalam bagan berikut :

(15)

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan dari Kemmis dan Taggart dalam Hopkins (1993).

B. Subjek Penelitian.

Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah guru dan siswa kelas IV.A.

SD Xaverius Metro yang berjumlah 35 siswa, pada pelajaran matematika di

tahun ajaran 2011/2012

Perencanaan Pelaksanaan

Observasi SIKLUS I

Observasi

Refleksi

Perencanaan

Pelaksanaan SIKLUS II

(16)

C. Seting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Xaverius Metro Jl Tulang

Bawang No 9 Metro Pusat, pada pelajaran matematika kelas IV A semester

1, tahun pelajaran 2011/2012 selama  4 bulan dari bulan Nopember 2011

sampai bulan Februari 2012.

D. Prosedur Penelitian

1. Siklus I

Kegiatan pada siklus pertama dengan pembuatan rencana pelaksanaan

pembelajaran secara kolaboratif partisipatif antara peneliti dan teman

sejawat dengan materi pelajaran keliling dan luas bangun datar segitiga,

kemudian rencana kegiatan pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran cooperative tipe STAD agar efisien

dan efektif, guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Perencanaan.

Peneliti merancang proses pembelajaran di kelas dalam bentuk

skenario pembelajaran, proses perencanaan siklus 1 dilakukan dengan

langkah :

(17)

2. Menetapkan dan mendiskusikan rencana pembelajaran yang akan

diterapkan di kelas. Seperti menentukan materi mencari keliling

dan luas bangun segitiga sesuai kompetensi dasar yang akan

dipelajari dan menyiapkan sumber belajar dan alat pembelajaran.

3. Membuat rencana pembelajaran berupa jadwal perencanaan

tindakan untuk menentukan materi pokok yang diajarkan sesuai

dengan SK dan KD.

4. Menyusun lembar kegiatan yang akan diberikan kepada siswa pada

saat diskusi berlangsung.

5. Mempersiapkan alat evaluasi berupa lembar pengamatan untuk

mengetahui hasil belajar siswa.

6. Menyiapkan instrumen tes.

7. Menentukan skor dasar.

b. Pelaksanaan.

Kegiatan ini berupa penerapan kegiatan pembelajaran yang telah

disusun dalam perencanaan penelitian. Prosesnya mengikuti urutan

kegiatan yang terdapat dalam skenario pembelajaran yang telah dibuat.

Urutan – urutan kegiatan secara garis besar adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan Awal

a. Guru mengadakan apersepsi.

b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin

(18)

2. Kegiatan Inti

Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok bejumlah

antara 4-5 anak. Kelompok harus heterogen dari kemampuan

akademik, suku, jenis kelamin dan lain-lain.

a. Guru menyajikan materi secara garis besar dengan alat

peraga yang ada.

b. Guru memberi LKS pada setiap anak untuk dikerjakan

dalam kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti, dapat

menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota

kelompok itu mengerti.

c. Hasil pekerjaan siswa saling dicocokkan, setelah itu

dilaksanakan presentasi dari hasil diskusi kelompok.

d. Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa.

Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.

3. Kegiatan Akhir

a. Guru mengulas kembali materi yang telah dipelajari untuk

memantapkan pemahaman siswa.

b. Guru melakukan evaluasi hasil belajar siswa dengan

memberikan soal tertulis untuk mengetahui sejauh mana

kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran.

c. Pengamatan ( observasi )

Pengamatan adalah kegiatan mendokumentasikan segala sesuatu yang

(19)

oleh observer, yaitu guru mitra, dimana siswa dan guru (peneliti)

sebagai objek, dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah

dipersiapkan oleh peneliti.

d. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan menganalisis, memahami dan membuat

kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan. Refleksi dilakukan oleh

peneliti atau guru dan observer untuk merinci dan menganalisa kendala

– kendala yang dihadapi siswa serta hasil dari implementasi

pemecahan masalah untuk menentukan perkembangan, kemajuan, dan

kelemahan yang terjadi, sebagai dasar perbaikan perencanaan dan

tindakan pada siklus 2 sehingga mencapai hasil yang lebih baik dari

siklus 1.

2. Siklus II

Pada siklus 1 telah dilakukan beberapa metode untuk mengkaji proses

pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebagai acuan dalam pelaksanaan

siklus 2.

Adapun pelaksanaan pada siklus 2 ini meliputi :

a. Perencanaan.

1. Mendata masalah dan kendala yang dihadapi dalam proses

pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus 1.

2. Merencanakan perbaikan untuk pembelajaran pada siklus 2

(20)

3. Menyiapkan perangkap pembelajaran yang akan digunakan

selama proses pembelajaran pada siklus 2

4. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ) yang

mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP )

sesuai materi yang telah ditetapkan.

5. Menentukan kompetensi dasar yang akan digunakan dalam

pembelajaran pada siklus 2.

6. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegatan siswa

selama pembelajaran matematika berlangsung.

b. Pelaksanaan

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai, oleh

siswa, dan mengadakan apersepsi.

2. Membagi siswa ke dalam kelompok kecil, tiap kelompok

terdiri dari 5 orang yang hiterogen.

3. Menyapaikan LKS yang harus dikerjakan oleh setiap anak

dalam kelompok.

4. Siswa berdiskusi dalam kelompok membahas materi yang telah

diberikan, dan guru berkeliling selama kerja kelompok itu

berlangsung, bila diperlukan memberikan saran dan

pertanyaan.

5. Siswa menyampaikan hasil kerja kelompok kepada kelompok

lain dalam presentasi kelas.

(21)

c. Pengamatan

1. Menganalisis kerja siswa dalam kelompok, kemudian dicatat

tentang kesulitan-kesulitan yang didapati siswa dalam proses

pembelajaran.

2. Melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa,

aktivitas kinerja guru, dan hasil belajar siswa.

d. Refleksi

1. Menganilis temuan yang didapatkan pada saat melakukan

tahap observasi.

2. Menganalisis kelebihan dan kekurangan pembelajaran dengan

menggunakan metode kerja kelompok.

3. Melakukan refleksi terhadap tes hasil belajar siswa.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan selama pelaksanaan penelitian adalah :

1. Lembar pengamatan aktivitas siswa untuk mengumpulkan data

tentang aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.

2. Tes akhir yang berfungsi untuk mengukur tingkat pemahaman

siswa tentang materi yang diajarkan dan untuk melihat

(22)

Tabel 3. 1 Jenis data dan metode pengumpulan data

No Jenis Data Metode

1

2

3

Aktivitas siswa selama kegiatan

pembelajaran

Aktivitas guru selama kegiatan

pembelajaran

Penguasaan siswa terhadap materi pelajaran

Lembar observasi

Lembar observasi

Tes akhir

F. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data dilakukan secara induktif. Analisis induktif adalah

mengenali data spesifik dari lapangan menjadi unit-unit, kemudian

dilanjutkan dengan kategorisasi. Kategorisasi maksudnya adalah data relevan

atau bermakna yang telah dipilih disusun dalam satu kesatuan,

difokuskan/ditonjolkan dalam hal-hal penting sehingga dapat memberikan

gambaran tentang hasil observasi.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan teknik

kualitatif deskriptif. Hasil pengamatan aktivitas belajar siwa setiap siklus

akan dianalisis. Data kuantitatif diperoleh dari data penguasaan materi, dari

(23)

G. Indikator Keberhasilan

Indikator kinerja dari penelitian ini adalah:

1. Meningkatnya aktivitas siswa dari siklus 1 ke siklus 2.

2. Meningkatnya prestasi belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2 hingga

(24)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan pada bab IV

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penerapan model cooperative tipe STAD, dapat meningkatkan aktivitas

siswa dalam proses pembelajaran matematika kelas IV A. SD Xaverius

Metro. Siswa belajar berdiskusi, menjawab pertanyaan, pengajukan

pendapat, menjelaskan, berpikir kritis, berargumentasi, dan saling

berbagi pengalaman serta pengetahuan. Belajar menunmbuhkan daya

juang, serta belajar bekerjasama. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan

siswa pada siklus 1 mencapai 71,02% dan pada siklus 2 meningkat

menjadi 91,83%. Kesiapan siswa dalam menerima materi pelajaran pada

siklus 1 dan siklus 2 juga meningkat dari 94,2% menjadi 97,85%.

2. Dengan model pembelajaran cooperative tipe STAD, dapat

meningkatkan hasil atau prestasi belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari

hasil siklus 1 ke siklus 2, (lampiran 11), hingga mencapai nilai di atas

(25)

B. Saran

1. Bagi Siswa

Siswa dapat memanfaatkan model pembelajaran cooperative tipe STAD,

sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi

belajar siswa dalam proses pembelajaran.

2. Bagi Guru

Guru dapat memanfaatkan model pembelajaran cooperative tipe STAD

untuk memperbaiki cara mengajar, mendorong rasa percaya diri, dan

berkembang lebih profesional.

3. Bagi Sekolah

Kepada sekolah hendaknya memfasilitasi model pembelajaran

cooperative tipe STAD pada mata pelajaran matematika dalam upaya

Gambar

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan dari Kemmis dan Taggart dalam Hopkins (1993).
Tabel 3. 1  Jenis data dan metode pengumpulan data

Referensi

Dokumen terkait

Mahmudi (Pedagang Bandeng), Umi Komsiyah (Pedagang Kios), Setiawan (Pedagang Kelontong), Suroso (Pedagang Sembako), Sri Maryati (Pedagang sembako), Jumiyem

Audiovisual Dalam Penguasaan Keterampilan Pertolongan Persalinan Kala II” adalah proses mental yang berhubungan dengan panca indera yang terjadi pada mahasiswa Program Studi

Fenomena yang terjadi saat ini adalah jual beli atau pengalihan fung- si harta benda wakaf yang dikarena- kan sudah tidak dapat difungsikan lagi secara

Bagi para pengusaha kecil dan menengah yang memiliki keterbatasan dalam modal usaha untuk promosi dan menjual produk dapat memanfaatkan teknologi e-Commece ini, karena tidak

FEWA method is used to weight 47 different criteria from proposed technology auditing model to generate technology assessment score. There are 7 experts from

Apabila perhitungan tidak memenuhi syarat, maka dapat diperbaiki dengan cara menggeser letak muatan yang telah direncanakan sebelumnya pada gambar rencana umum

Modul terdiri dari tiga kategori yang dibagi menurut umur anak tersebut, selain itu dilengkapi juga dengan permainan yang terdiri dari tiga level yang dapat melatih ketangkasan

Mendeskripsikan perencanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (numbered head together) dan media kartu budaya pada materi keragaman suku bangsa dan