HUBUNGAN CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DENGAN ANGKA INSIDEN CAMPAK DI PUSKESMAS PETISAH MEDAN
TAHUN 2012
SARINAH RUTH ELFRIDA SIMANJUNTAK
NIM : 125102023
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hubungan cakupan imunisasi campak dengan angka insiden campak di Puskesmas Petisah Tahun 2012
ABSTRAK Sarinah Ruth Elfrida
Latar belakang : Upaya imunisasi di Indonesia dapat dikatakan telah mencapai tingkat yang memuaskan. Namun, dari Survei Kesehatan dan Demografi Indonesia (SKDI) tahun 2010 diketahui bahwa pada dua tahun terakhir cakupan imunisasi dan kualitas vaksinasi tampak menurun. Hal ini disebabkan oleh virus, terutama menyerang bayi dan anak apalagi penyakit campak mudah menular dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakit yang disebabkan virus morbilli ini yang sampai saat ini tidak ada obat khusus untuk penyakit ini. Respons vaksinasi campak adalah baik bila diberikan dibawah umur 1 tahun, walaupun antibodi yang timbul cepat menghilang dan hanya 52% yang masih mempunyai antibodi setelah 1 tahun imunisasi sedangkan bila diberikan imunisasi efek samping tidak ada.
Tujuan penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan cakupan imunisasi campak dengan angka insiden campak di Puskesmas Petisah tahun 2012.
Metodologi : Penelitian ini menggunakan deseskriptif korelasi dengan
pendekatan retrospektif. Dengan jumlah populasi dan jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 567 bayi. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. Analisa digunakan uji pearson product moment. Hasil Penelitian : Hasil yang diporoleh dari penelitian yaitu distribusi frekuensi cakupan imunisasi campak yang tercapai 97,17 % dan yang tidak tercapai 2,82% sedangkan distribusi frekuensi terkena campak 0,35% dan yang tidak terkena campak 97,17%, dimana ada hubungan yang signifikan antara cakupan imunisasi campak dengan angka insiden campak (nilai p = 0,000)
Kesimpulan dan saran : Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan cakupan imunisasi campak dengan angka insiden campak. Sebaiknya ibu agar memberikan imunisasi campak kepada anaknya karena jika anak tidak di imunisasi, maka anak akan terkena campak.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmatNya peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Hubungan Cakupan Imunisasi Campak dengan Angka Insiden
Campak di Wilayah Kerja Puskesmas Petisah Medan Tahun 2012”.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti banyak menerima bantuan
moril maupun materil dari berbagai pihak, untuk itu peneliti ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, Selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.
2. Nur Asnah Sitohang, S,Kep, Ns, M.Kep. selaku ketua program studi D-IV
Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU dan dosen pembimbing dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah yang telah memberi arahan dan bimbingan.
3. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program D-IV Bidan
Pendidik Fakultas Keperawatan USU.
4. Kepala Puskesmas Petisah Medan yang telah memberikan izin kepada
peneliti.
5. Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan dukungan, motivasi dan
doa.
6. Teman- teman satu bimbingan yang selalu bersama dalam suka dan duka
selama menyelesaikan karya tulis ilmiah.
7. Teman- teman D-IV Bidan Pendidik yang telah memberikan dukungan,
dan semua pihak yang telah mendukung dalam menyelesaikan karya tulis
Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini sehingga bermanfaat
bagi pembaca untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
Medan, Juli 2013
Penulis
DAFTAR SKEMA
Skema 1 : Kerangka Konsep……….
15
Skema 2 : Desain Penelitian………..
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 : Distribusi cakupan imunisasi campak di Puskesmas Petisah
Medan Tahun2012………..……… 23
Tabel 5.2 : Distribusi insiden campak di Puskesmas Petisah
Tahun 2012……….………….…..… 24
Tabel 5.3 : Hubungan cakupan imunisasi campak dengan angka insiden
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran :
1. Surat Izin Survei Pendahuluan
2. Balasan Surat Izin Pelaksanaan Penelitian
3. Balasan Surat Selesai Melaksanakan Penelitian
4. Master Tabel Penelitian
Hubungan cakupan imunisasi campak dengan angka insiden campak di Puskesmas Petisah Tahun 2012
ABSTRAK Sarinah Ruth Elfrida
Latar belakang : Upaya imunisasi di Indonesia dapat dikatakan telah mencapai tingkat yang memuaskan. Namun, dari Survei Kesehatan dan Demografi Indonesia (SKDI) tahun 2010 diketahui bahwa pada dua tahun terakhir cakupan imunisasi dan kualitas vaksinasi tampak menurun. Hal ini disebabkan oleh virus, terutama menyerang bayi dan anak apalagi penyakit campak mudah menular dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakit yang disebabkan virus morbilli ini yang sampai saat ini tidak ada obat khusus untuk penyakit ini. Respons vaksinasi campak adalah baik bila diberikan dibawah umur 1 tahun, walaupun antibodi yang timbul cepat menghilang dan hanya 52% yang masih mempunyai antibodi setelah 1 tahun imunisasi sedangkan bila diberikan imunisasi efek samping tidak ada.
Tujuan penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan cakupan imunisasi campak dengan angka insiden campak di Puskesmas Petisah tahun 2012.
Metodologi : Penelitian ini menggunakan deseskriptif korelasi dengan
pendekatan retrospektif. Dengan jumlah populasi dan jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 567 bayi. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. Analisa digunakan uji pearson product moment. Hasil Penelitian : Hasil yang diporoleh dari penelitian yaitu distribusi frekuensi cakupan imunisasi campak yang tercapai 97,17 % dan yang tidak tercapai 2,82% sedangkan distribusi frekuensi terkena campak 0,35% dan yang tidak terkena campak 97,17%, dimana ada hubungan yang signifikan antara cakupan imunisasi campak dengan angka insiden campak (nilai p = 0,000)
Kesimpulan dan saran : Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan cakupan imunisasi campak dengan angka insiden campak. Sebaiknya ibu agar memberikan imunisasi campak kepada anaknya karena jika anak tidak di imunisasi, maka anak akan terkena campak.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sehat adalah suatu gambaran kondisi Indonesia di masa
depan, yakni masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduknya
hidup dalam lingkungan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Visi Depkes 2010-2014 adalah masyarakat sehat
yang mandiri dan berkeadilan (Depkes, 2009, ¶ 2).
Upaya imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Upaya ini
merupakan upaya kesehatan masyarakat yang terbukti paling cost effective.
Dengan upaya imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan
Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun
1997, upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi
dalam rangka pencegahan penulran terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu, tuberculosis, difteri, pertusis, campak, polio,
tetanus serta hepatitis B (Dep.Kes, 2006).
Imunisasi merupakan salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat
efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Berbagai
macam penyakit menular seperti penyakit difteri, pertusis,campak, tetanus, dan
bayi adan anak. Bahkan di Indonesia telah dinyatakan bebas penyakit cacar sejak
tahun 1972 (Maryunani,2002).
Pemberian imunisasi sebelum waktunya tidak dibenarkan karena bayi
masih mendapat kekebalan dari ibunya. Apabila pemberian imunisasi berikutnya
kurang dari jarak yang ditentukan akan menyebabkan reaksi vaksin kurang
maksimal karena konsentrasi vaksin dalam tubuh masih tinggi, demikian juga bila
pemberian imunisasi berikutnya mundur konsentrasi vaksin masih di bawah
ambang batas bahkan memungkinkan kuman sudah masuk, sehingga pada saat
diberikan imunisasi berikutnya reaksinya tidak maksimal. Perlu diketahui bahwa
istilah imunisasi dan vaksinasi sering diartikan sama, meskipun arti yang
sebenarnya adalah berbeda. Imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer
antibody secara pasif, sedangkan vaksinasi adalah pemberian vaksin (antigen)
yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibody) dari system imun dalam
tubuh (Muslihatun, 2011).
Imunisasi yang diberikan untuk memperoleh kekebalan pasif disebut
imunisasi pasif dengan memberikan antibodi atau faktor kekebalan pada
seseorang yang membutuhkan. Contohnya adalah pemberian imunologi spesifik
untuk penyakit tertentu misalnya imunologi antitetanus untuk penderita penyakit
tetanus. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh
tubuh, seperti misalnya pada kekebalan pasif alamia antibodi yang diperoleh janin
dari ibu akan perlahan menurun dan habis.
(SKDI) diketahui bahwa pada dua tahun terakhir cakupan imunisasi dan kualitas
vaksinasi tampak menurun. Penurunan cakupan imunisasi sangat dirasakan
dengan ditemukannya kembali kasus polio dan difteria di Negara kita. Tiga ratus
enam orana anak menderita poliomyelitis pada periode Mei 2005 sampai dengan
Februari 2006 sebagai akibat cakupan vaksinasi yang menurun. Keadaaan yang
memprihatinkan ini ditambah lagi dengan meraknya kampanye anti vaksin yang
disuarakan oleh kelompok tertentu. Pandangan negative terhadap vaksinasi bukan
saja dikemukakan oleh masyarakat awam namun juga oleh sebagian petugas
kesehatan (IDAI, 2011).
Penyakit infeksi merupakan masalah kesehatan yang terbesar di
Indonesia. Hal ini disebabkan Negara Indonesia terletak di daerah khatulistiwa
yang sering disebut Negara tropis. Sebagian besar penyakit yang ditangani dokter
oleh parasit, jamur, bakteri dan virus yang masing-masing mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda dan spesifik. Salah satu penyakit infeksi yang
menjadi masalah di Indonesia adalah campak. Penyakit ini disebabkan oleh virus
terutama menyerang bayi dan anak yang sampai saat ini tidak ada obat khusus
untuk penyakit ini. Penyakit ini dapat menyebabkan penekanan system imun
sehingga mengakibatkan komplikasi penyakit yang berat sebagai infeksi sekunder
sehingga perlu mendapat perawatan di rumah sakit (Setiawan, 2008).
Campak adalah penyakit infeksi yang cukup serius. Campak dapat mengakibatkan berbagai komplikasi seperti radang paru-paru atau pneumia dan
telinga tengah. Adakalanya, beberapa tahun setelah terkena campak, anak meurun
kecerdasannya, lumpuh atau kejang-kejang tubuhnya (Muslihatun, 2011).
Meskipun imunisasi menurunkan jumlah kematian, namun di negara
berkembang manifestasi penyakir campak seringkali lebih berat, dengan case
fatality rate sebesar 25%, serta merupakan penyebab kematian pada 800.000 anak
setiap tahunnya. Laporan dari WHO menyebutkan bahwa selama tahun
1990-1997 di daerah Asia Tenggara (meliputi Banglades, Bhutan, Republik
Korea,India, Indonesia, Maldives, Myanmar, Nepal, Sri Lanka dan Thailand)
jumlah kasus campak yang dilaporkan dan insiden campak menurun 48% dan
53%. Pada negara dengan cakupan imunisasi tinggi, yaitu Bhutan, Indonesia,
Maldives, Sri Lanka dan Thailand lebih 50% kasus terjadi pada anak berusia lebih
dari 5 tahun. Amerika serikat pada tahun 1978 mempunyai inisiatif untuk
memulai program eliminasi campak dengan 3 komponen pada programnya yaitu
mempertahankan tingkat imunitas yang tinggi dengan vaksinasi campak dosis
tunggal, memperkuat surveilan dan melakukan kontrol agresif kejadian luar biasa
(KLB) campak. Hasil dari program ini terjadi penurunan kasus campak, tetapi
60% dari kasus yang ada terjadi pada anak yang berumur lebih dari 10 tahun. Dari
hasil ini, maka kemudian direkomendasikan pemberian dua dosis vaksin yang
mengandung campak, dengan pemberian dosis kedua sebelum awal masuk
sekolan. Pada tahun 1989-1991 terjadi resurgence campak besar-besaran di
Amerika Serikat, yang disertai dengan kematian yang tinggi di antara anak usia
prasekolah yang tidak mendapat imunisasi. Dilakukan berbagai usaha, sarnpai
akhirnya tahun 1996 hanya 508 kasus campak yang dilaporkan dengan 65 kasus
Imunisasi dapat dilakukan pada orang dewasa ataupun anak-anak, pada
anak-anak karena sistem imun yang belum sempurna. Sedangkan pada usia 60
tahun terjadi penurunan sistem imun nonspesifik seperti reproduksi air mata
menurun, mekanisme batuk tidak efektif, gangguan pengaturan suhu, dan
perubahan fungsi sel sistem imun, baik selular maupun humoral. Dengan
demikian usia lanjut lebih rentan terhadap infeksi, penyakit autoimun dan
keganasan. Namun usia lanjut masih menunjukkan respon yang baik terhadap
polisakarida bakteri, sehingga pemberian vaksin dapat meningkatkan antibody
dengan efektif (Proverawati,2010).
Campak adalah penyakit infeksi yang cukup serius. Campak dapat
mengakibatkan berbagai komplikasi seperti radang paru-paru atau pneumia dan
radang otak atau ensefalitis. Komplikasi campak juga bisa mengakibatkan radang
telinga tengah. Adakalanya, beberapa tahun setelah terkena campak, anak meurun
kecerdasannya, lumpuh atau kejang-kejang tubuhnya (Muslihatun, 2011).
Penelitian Wulan (2012) yang bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian campak di wilayah kerja puskesmas dengan
menggunakan rancangan case control didapatkan bahwa ada hubungan antara
status imunisasi campak dengan kejadian campak, ada hubungan antara status gizi
dengan kejadian campak dan ada hubungan antara kondisi ventilasi dengan
kejadian campak. Faktor yang tidak berhubungan dengan kejadian campak antara
lain ASI Eksklusif status social ekonomi dan kepadatan hunian rumah.
Respons vaksinasi campak adalah baik bila diberikan dibawah umur 1
tahun, walaupun antibodi yang timbul cepat menghilang dan hanya 52% yang
imunisasi efek samping tidak ada (Asril,2002).Dari kenyataan tersebut, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan cakupan imunisasi
campak dengan angka insiden campak di Puskesmas Petisah Medan Tahun 2012.
Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang dapat menggambarkan permasalahan
sesuai dengan tujuan penelitian dan cara mengatasi masalah tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarakan konsep dan hasil penelitian di atas dan hasil survei
pendahuluan penelitian, maka peneliti merumuskan masalah penelitian bagaimana
hubungan cakupan antara imunisasi campak dan angka insiden campak di
Puskesmas Petisah Medan.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan cakupan antara imunisasi campak
dengan angka insiden campak di Puskesmas Petisah.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui cakupan imunisasi campak di Puskesmas Petisah
b. Untuk mengetahui angka insiden campak di Puskesmas Petisah Medan
c. Untuk mengidentifikasi Hubungan Cakupan Imunisasi Campak dengan
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Praktek Kebidanan
Hasil penelitian untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam
imunisasi campak dan sebagai masukan bagi tenaga kesehatan
2. Bagi pendidikan kebidanan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu
pada mata kuliah ilmu kesehatan anak khususnya imunisasi
3. Bagi penelitian kebidanan
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberi data bagi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Imunisasi
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu. Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang
pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan, seperti
vaksin BCG, DPT, campak dan melalui mulut seperti vaksin polio (Hidayat,
2005).
Imunitas secara pasif dapat diperoleh melalui dua bentuk pemberian, yaitu
imunoglobulin non spesifik dan imunoglonulin spesifik, berasal dari plasma donor
yang sudah sembuh atau baru saja mendapatkan vaksinasi penyakit tertentu.
Imunoglobulin non spesifik diberikan pada anak dengan defesiensi imunoglobulin
sehingga memberikan perlindungan dengan sengaja dan cepat dan anak dapat
terhindar dari kematian. Perlindungan ini tidak permanen, hanya berlangsung
beberapa minggu saja dan relatif mahal. Imunoglubulin spesifik diberikan pada
anak yang belum terlindung karena belum pernah mendapatkan vaksinasi
kemudian terserang, misalnya penyakit difteri, tetanus, hepatitis A dan B
(Ranuh,2005).
2. Tujuan Imunisasi
Ada tiga tujuan utama pemberian imunisasi pada seseorang yaitu
mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, menghilangkan penyakit
tertentu dari dunia (misalnya cacar), hanya mungkin pada penyakit yang
ditularkan melalui manusia (misalnya difteria). Untuk mencegah terjadinya
penyakit tertentu pada seseorang, ditempuh dengan cara memberikan infeksi
ringan yang tidak berbahaya namun cukup untuk menyiapkan respon imun apabila
terjangkit penyakit tersebut, anak tidak sakit karena tubuh cepat membentuk
antibodi dan mematikan antigen yang masuk tesebut (Muslihatun, 2011).
Dalam upaya pencegahan kita dapat mengendalikan faktor penjamu.
Melalui imunisasi dapat diupayakan mempertinggi kekebalan penjamu terhadap
penyakit tertentu sehingga dapat melawan mikroorganisme penyebab penyakit,
tanpa harus mengalami sakit terlebih dahulu. Mengingat pemberian antibiotik
tidak menyelesaikan semua masalah penyakit infeksi, maka lebih bijak apabila
kita dapat mencegah terjangkitnya penyakit infreksi. Dalam sepuluh tahun
terakhir, dunia sudah mengubah paradigma kuratif ke arah prenventif, yang lebih
murah dan efektif
( IDAI, 2011).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan imunisasi
a. Status Imun Penjamu
Terjadinya antibodi spesifik penjamu terhadap vaksin yang diberikan
akan mempengaruhi keberhasilan imunisasi. Pada bayi semasa fetus mendapat
antibodi maternal spesifik terhadap virus campak. Apabila vaksinasi campak
diberikan pada saat kadar antibodi spesifik campak masih tinggi, maka akan
memberikan efek yang kurang memuaskan. Demikian pula ASI yang
keberhasilan vaksinasi polio yang diberikan secara oral. Meskipun demikian,
umumnya kadar sIgA terhadap virus polio pada ASI sudah rendah pada waktu
bayi berumur beberapa bulan (Muslihatun, 2011).
b. Faktor Genetik Penjamu
Interaksi sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas genetik. Secara
genetik, respon imun manusia terbagi menjadi respon baik, cukup rendah terhadap
antigen tertentu, tetapi terhadap antigen lain dapat sangat tinggi respon imunnya.
Oleh karena itu sering ditemukan keberhasilan vaksinasi tidak sampai 100%
(Muslihatun, 2010).
c. Kualitas dan Kuantitas Vaksin
Cara pemberian vaksin akan mempengaruhi respon imun. Dosis yang
terlalu tinggi menghambat respon imun yang diharapkan, sedangkan dosis terlalu
rendah tidak merangsang sel-sel imunokompeten. Dosis yang tepat dapat
diketahui dari hasil uji klinis, karena itu dosis vaksin harus sesuai dengan dosis
yang direkomendasikan (Muslihatun, 2011).
B. Penyakit Campak
a. Defenisi Campak
Penyakit campak disebabkan oleh karena virus campak. Virus campak
termasuk di dalam famili paramyxovirus. Virus campak sangat sensitif terhadap
panas, sangat mudah rusak pada suhu 370C. Toleransi terhadap perubahan PH
baik sekali. Bersifat sensitif terhadap eteran cahaya. Virus mempunyai jangka
waktu hidup yang pendek yaitu kurang dari 2 jam. Apabila disimpan pada
merupakan penyakit akut akibat virus anggota keluarga Paramyxovirus. Virus itu
ditularkan lewat udara. Gejala campak antara lain demam, batuk, pilek, dan mata
merah. Ruam khas campak muncul tiga hari sejak demam. Ruam mulai timbul di
leher, belakang telinga, serta perbatasan rambut di kepala dan dahi. Ruam
kemudian menyebar ke seluruh muka, leher, perut, dada, punggung dan kaki.
Campak kerap kali dianggap biasa dan remeh. Padahal, virus campak dapat
menimbulkan komplikasi akibat infeksi saluran pernapasan, telinga tengah, otak,
dan gangguan kekebalan tubuh yang memudahkan penularan penyakit lain
(IDAI,2011).
Berdasarkan laporan Dirjen PP & PL DepKes RI tahun 2009, pada tahun
2008 masih terdapat banyak kasus campak di seluruh Provinsi di Indonesia
(Dirjen PP & PL DepKes RI). Demikian juga, KLB campak masih sering terjadi
di Indonesia. Pada Tahun 2008, beberapa KLB terjadi terutama pada daerah
dengan cakupan imunisasi campak yang rendah, misalnya di Bangka Belitung
terjadi 6x KLB, di Jawa Barat 31, Jawa Tengah 12x dan Jawa Timur 32x.
b. Tanda dan Gejala
Gejala campak memang sulit dideteksi sejak dini dan hampir sama dengan
penyakit flu biasa. Diawali dengan gejala batuk, demam pilek, lesu dan rewel
karena suhu tubuh terus meninggi. Pada hari kedua timbul bintik putih (Koplik’s
Spot) di sebelah dalam mulut, biasanya di depan gigi geraham lokasi timbulnya
bercak umumnya di sekitar muka atau di belakang telinga. Kemudian menyusul
ke depan telinga, muka dan kemudian menjalar ke leher sampai dada. Bercak
menyebar ke seluruh tubuh. Mata anak merah dan berair. Saat ruam campak sudah
keluar, panas anak mulai turun. Bila sudah berubah menjadi bercak kecoklatan
bararti anak sudah akan sembuh (Kasdu, dkk, 2002).
c. Diagnosis Campak
Gejala klinik yang sangat khas dari penyakit campak adalah
demam, ruam makulopapuler pada kulit, coryza/pilek, batuk, konjungtivitis dan
adanya spot koplik pada mukosa pipi. Umumnya dengan menemukan
gejala-gejala ini sudah cukup untuk menegakkan diagnosis, terutama pada saat terjadinya
wabah di masyarakat. Tetapi tidak semua tanda dan gejala ini dapat ditemukan
pada setiap penderita penyakit campak. Disamping itu, beberapa dari gejala
tersebut ditemukan pada penyakit lain. Manifestasi klinik sering mengalami
modifikasi yaitu tanpa adanya demam atau ruam pada kulit. Hal ini sering
ditemukan terutama terutama pada bayi yang sangat muda, penderita dengan
imunocompromised, anak dengan malnutrisi dan seseorang yang sebelumnya
telah mendapat imunisasi. Penyakit ini harus dibedakan dengan penyakit lain
seperti scarlet fever,rubella, infeksi parvovirus B19, meningococcemia, penyakit
Kawasaki, sindrom shock toksik, dengue dan mungkin penyakit infeksi lain yang
belum teridentifikasi. Ruam kulit yang khas pada penyakit berat mungkin sulit
dibedakan dengan penyakit meningococcemia, atau scarlet fever (Setiawan,
d. Patogenesis Campak
Penyakit campak adalah penyakit pada manusia, terutama
menyerang anak-anak melalui saluran nafas. Penyakit ini mempunyai masa
inkubasi 10-14 hari dan masa prodromal 2-3 hari,dengan gejala batuk, pilek,
demam, dan konjungtivitis diikuti dengan munculnya ruam makulopopular yang
khas pada kulit. Terjadinya ruam pada kulit bersamaan dengan munculnya
responsium imun, dan selanjutnya diikuti dengan pemberantasan virus. Bila
sembuh dari penyakit maka penderita mempunyai imunitas terhadap infeksi ulang
virus campak dalam rentang waktu yang panjang. Bila monyet dipapar dengan
orang yang terinfeksi virus campak tipe liar akan berkembang penyakit yang
sama. Banyak pengetahuan kita tentang pathogenesis dan lokasi replikasi virus
yang lebih mendetail berasal dari studi binatang menyusui bukan manusia
(Setiawan, 2008).
C. Imunisasi Campak
1. Fungsi
Imunisasi campak ditujukan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit campak. Campak,measles atau rubella adalah penyakit virus akut yang
disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, menular sejak awal
masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam.infeksi
disebabkan lewat udara (Proverawati,dkk 2010).
Word Health Organization (WHO) dengan programnya telah
mencanangkan target global untuk mereduksi insidens campak sampai 90,5 % dan
untuk penanggulangan penyakit campak adalah melaksanakan program imunisasi
lebih efektif.
2. Gejala Klinis
Demam timbul secara bertahap dan meningkat sampai hari kelima atau
keenam pada puncak timbulnya ruam. Kadang-kadang kurva suhu menunjukkan
gambaran bifasik, ruam awam pada 24 sampai 48 jam pertama diikuti dengan
turunnya suhu tubuh sampai normal selama periode satu hari dan kemudian
diikuti dengan kenaikan suhu tubuh yang cepat mencapai 400C pada waktu ruam
sudah timbul di seluruh tubuh mengalami lisis dan kemudian turun mencapai suhu
tubuh yang normal. Gejala awal yang lainnya yang sering ditemukan adalah
batuk, pilek, mata merah (IDAI,2011).
3. Vaksin Campak
Vaksin campak merupakan virus hidup yang dilemahkan. Efikasi
vaksin campak 90 %, tidak semua orang atau sasaran yang mendapatkan
imunisasi campak menjadi kebal, yang menjadi kebal hanya 90 %. Sebagian besar
vaksin disuntikkan ke otot ( Muslihatum, 2011 ).
4. Kemasan
Dipasaran terdapat 3 kemasan sekaligus, dalam bentuk kemasan tunggal
bagi tetanus, dalam bentuk kombinasi DT ( difteri dan tetanus ) dan kombinasi
berisi 10 dosis,1 box pelarut berisi 10 ampul @ 5 ml. Vaksin ini berbentuk beku
kering ( Proverawati,dkk 2010 ).
5. Cara pemberian dan dosis
Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat diberikan pada
umur 9-11 bulan, dengan dosis 0,5 CC. Sebelum disuntikkan, vaksin campak
terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5
ml cairan pelarut. Kemudian suntikan diberikan pada lengan kiri atas secara
subcutan. Cara pemberian :
a. Atur bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan seluruh
lengan telanjang
b. Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi dan gunakan jaro-jari tangan
untuk menekan ke atas lengan bayi.
c. Cepat tekan jarum ke dalam kulit yang menonjol ke atas dengan sudut 45
derajat.
d. Usakan kestabilan posisi jarum (Proverawati dkk, 2010).
6. Efek Samping
Hingga 15% dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3
7. Kontra indikasi
Kontra indikasi pemberian imunisasi campak antara lain demam
tinggi, sedang pengobatan imunosupresi, hamil, memiliki riwayat alergi, sedang
pengobatan imunoglobulin atau bahan-bahan dari darah.
8. Faktor Resiko Kejadian Campak
Adapun faktor resiko kejadian campak menurut WHO,1994 (FKUI,
1997) adalah antara lain :
a. Sanitasi Lingkungan
Adalah suatu upaya yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap
berbagai faktor lingkungan fisik yang berpengaruh pada manusia, terutama hal-hal
yang mempunyai efek merusak perkembangn fisik, kesehatan dan kelangsungan
hidup dan merupakan faktor penentu derajat kesehatan masyarakat.
b. Hygiene Prorangan
Adalah suatu upaya yang menitik beratkan pada kesehatan individu
dilakukan untuk menjaga kebesihan dan kesehatan individu yaitu kebersihan diri
sendiri yang merupakan faktor untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
c. Status Gizi
Suatu keadaan dari akibat keseimbangan antara komsumsi dari
penyebaran zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik
akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh. Sedangkan faktor resiko
terjadinya mortalitas atau kematian akibat campak disebabkan karena adanya
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antar variabel yang ingin
diamati dan diukur melalui penelitian yang telah dilakukan. Variabel independen
dalam penelitian ini adalah cakupan imunisasi campak dan variabel dependen
angka insiden campak.
Variabel Independen Variabel Dependen
Skema 1. Kerangka Konsep
B. Hipotesis
Hipotesa dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha) yaitu
ada hubungan cakupan imunisasi campak dengan angka insiden campak di
wilayah kerja Puskesmas Petisah Medan tahun 2012. Cakupan
Imunisasi
C k
Angka
C. Defenisi Operasional
No
Variabel Defenisi Operasional Alat
Ukur
diimunisasi campak
dibandingkan dengan
jumlah sasaran imunisasi campak di
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
korelasi deskriptif yaitu untuk mengetahui hubungan cakupan imunisasi campak dengan angka insiden campak di Puskesmas Petisah Medan Tahun 2012.
Riwayat
imunisasi campak (+)
Riwayat
imunisai campak (-)
Skema 2. Rancangan Desain Penelitian
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Petisah Medan yaitu dari
bulan September tahun 2012 sampai dengan bulan Juni 2013. Dimana wilayah
kerja Puskesmas ini mencakup kelurahan Petisah Tengah, kelurahan Sekip, dan
kelurahan Petisah Timur. Terdapat insiden pada wilayah ini karena keadaan
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh anak yang terkena
penyakit campak di wilayah kerja Puskesmas Petisah Medan. Dari data yang
diperoleh, sasaran anak yang terkena penyakit campak di wilayah kerja
Puskesmas Petisah Medan dari Januari sampai Desember 2012 sebanyak 567
orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan total sampling yaitu seluruh jumlah yang ada pada populasi yakni sebanyak 567 orang.
D. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari insitusi
pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatra Utara dan surat izin dari kepala dinas kesehatan kota Medan
serta izin dari pimpinan Puskesmas Petisah Medan. Dalam penelitian ini terdapat
beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu :memberikan
penjelasan kepada petugas puskesmas tentang tujuan dan prosedur penelitian.
Kerahasian catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan
nama responden pada instrumen, tetapi mengunakan inisial. Data-data yang
E. Alat Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa lembar observasi yaitu
dengan menggunakan data sekunder dari kohort bayi yang dikembangkan oleh
peniliti berpedoman pada kerangka konsep dan tinjauan pustaka.
F. Validitas dan Reabilitas
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa lembar
observasi yang disusun berdasarkan literatur dan dikonsultasikan kepada dosen
pembimbing serta melihat data terlebih dahulu sebelum dilakukan peneltian. Jadi
tidak perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
G. Prosedur Pengambilan Data
Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin penelitian
dari program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra
Utara dan telah mendapat izin dari kepala Puskesmas Petisah Medan.
Setelah mendapat izin dari pendidikan dan peneliti pergi ke Dinas
Kesehatan Kota Medan setelah itu peneliti pergi ke Puskesmas Petisah Medan
dan menjumpai petugas rekam peneliti menjelaskan kepada petugas rekam medik
untuk mengambil data dan setelah petugas rekam medik menyetujui peneliti dapat
mengambil data dimana peneliti didampingi oleh petugas rekam medik. Data
diambil dengan cara data sekunder yaitu peneliti hanya mengambil data yaitu
kohort bayi. Setelah itu peneliti memberikan penjelasan tentang prosedur
pengambilan data, kemudian peneliti memeriksa kelengkapan data dan data yang
masing-masing ruangan yang bekerja di Puskesmas tersebut dalam hal pengumpulan data
guna penelitian, dan setelah melakukan observasi peneliti mencatat hasil observasi
dari lembar observasi yang didapat dari data. Peneliti melakukan observasi di
puskesmas Petisah. Setelah melakukan observasi peneliti mencatat hasil observasi
di lembar observasi yang didapat dari data.
H. Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul, peneliti
melakukan analisa data melalui beberapa tahap. Pertama, editing untuk melakukan pengecekan kelengkapan data. Kemudian data yang diukur diberi coding untuk
memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data. Selanjutnya tabuling untuk mempermudah analisa data yang dimasukkan ke dalam bentuk table. Setelah itu
mengentri data ke dalam computer dan dilakukan dalam pengolahan data dengan
menggunakan teknik komputerisasi.
Tahap terakhir dilakukan cleaning dan entry yaitu pemeriksaan semua
data ke dalam program computer guna menghinadri terjadinya kesalahan.
Analisis data dilakukan menggunakan bantuan program yang disesuaikan
dengan langkah sebagai berikut :
1. Analisis Univariat
Analisa ini digunakan untuk mendapatkan distribusi frekuensi atau
besarnya proporsi dari variable independen dan variable dependen sehingga dapat
diketahui variasi dari masing-masing variabel. Data tersebut dilihat dari distribusi
2. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk menerangkan keeratan hubungan antara dua
variabel yaitu hubungan cakupan imunisasi campak dengan angka insiden campak
di Puskesmas Petisah Medan Tahun 2012.
Dalam menganalisa data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan
menggunakan uju statistik korelasi person product moment dengan tarif
signifikan α = 0,05. Pedoman dalam menerima hipotesis : Hipotesa nol (Ho)
ditolak jika p < 0,05 maka hasil statistic dinilai bermakna, yang berarti terdapat
hubungan antara cakupan imunisasi campak dengan angka insiden campak (Ha)
diterima.
Hipotesa nol (Ho) gagal ditolak jika p > 0,05 maka hasil statistik dinilai
tidak bermakna, yang berarti tidak ada hubungan antara cakupan imunisasi
campak dengan angka insiden campak.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai Hubungan
Cakupan Imunisasi Campak Dengan Angka Insiden Campak Puskesmas Petisah
Medan Tahun 2012.
1. Analisis Univariat
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi Cakupan Imunisasi Campak di Puskesmas Petisah
Tahun 2012. ( n = 567 )
No.
Cakupan Imunisasi
Frekuensi (f) Persentase (%)
1
Tercapai 551 97,17
2
Dari tabel 5.1 di atas dapat diketahui jumlah sasaran cakupan imunisasi
campak selama bulan Januari sampai bulan Desember yaitu sebanyak 567 (100%)
sementara yang tercapai sebanyak 551 (97,17%) dan yang tidak tercapai sebanyak
16 (2,82%).
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi angka insiden campak di Puskesmas
Petisah Tahun 2012. ( n = 567 )
No.
Angka Insiden Frekuensi (f) Persentase (%)
1.
Terkena Campak 2 0,35
2.
Tidak Terkena
Campak
551 97,17
Dari tabel 5.2 di atas diperoleh jumlah insiden campak di Puskesmas
Petisah tahun 2012 adalah 2 (0,35%) sementara yang tidak terkena campak adalah
sebanyak 551 (97,17%).
2. Analisa Bivariat
Dari hasil analisa data didapat nilai r = -0,503 yang berarti bahwa ada
hubungan yang sangat kuat, artinya bila cakupan imunisasi campak tinggi, maka
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara cakupan imunisasi
campak dengan angka insiden campak di Puskesmas Petisah Tahun 2012.
Tabel 5.3
Hubungan Cakupan Imunisasi Campak dengan angka insiden campak Puskesmas Petisah Tahun 2012. (n = 567)
Variabel Nilai r Nilai p
Cakupan Imunisasi Campak
-0,503 0,000
3. Pembahasan
Dari data penelitian yang diperoleh di atas, pembahasan dilakukan untuk
mengetahui apakah ada hubungan antara Cakupan Imunisasi Campak dengan
Angka Insiden Campak di Puskesmas Petisah Medan Tahun 2012.
1. Cakupan Imunisasi Campak
Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa
rata-rata cakupan imunisasi campak di Puskesmas Petisah telah baik. Hal ini
dikarenakan Puskesmas tersebut masih memperhatikan keadaan masyarakat di
Berdasarkan penelitian Arfiyan (2012) cakupan imunisasi campak
di Puskesmas Nusa Tenggara Barat tidak tercapai dari sasaran 550 orang.
Keadaan ini dipengaruhi oleh pengetahuan ibu yang kurang memahami tentang
imunisasi dan anggapan bahwa anak akan demam atau sakit jika di imunisasi.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh distribusi frekuensi cakupan
imunisasi campak yang tercapai adalah 551 (97,17%) dan yang tidak tercapai
adalah 16 (2,82%) dimana sasarannya sebanyak 567 (100%), yang distribusi
frekuensi cakupan imunisasi campak di Peskesmas Petisah adalah baik. Dimana
cakupan baik karena wabah pada daerah tersebut rendah.
2. Angka Insiden Campak
Angka insiden campak adalah Perbandingan jumlah kasus baru campak
dengan jumlah populasi yang beresiko terkena penyakit campak (Halifa,2010).
Dari hasil penelitian didapatkan distribusi frekuensi angka insiden campak
di Puskesmas Petisah adalah 2 (0,35%) sementara yang tidak terkena campak
adalah 551 (97,17%), yang berarti distribusi frekuensi insiden campak di
Puskesmas Petisah adalah rendah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulakan bahwa rata-rata insiden
campak di Puskesmas Petisah rendah. Hal ini dikarenakan karena pada saat itu
terjadi wabah, sehingga anak mengalami campak sebelum anak mendapatkan
imunisasi campak pada usia sembilan bulan. Wabah adalah kejadian berjangkitnya
suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat
tertentu serta dapat menimbulkan mala petaka. Suatu wabah dapat terbatas pada
lingkup kecil tertentu (disebut outbreak, yaitu serangan penyakit) lingkup yang
lebih luas (epidemi) atau bahkan lingkup global (pandemi). Sehingga karena
terjadi wabah anak mengalami penyakit campak, dimana campak yang dialami
anak tersebut terjadi sebelum usia sembilan bulan. Sehingga anak yang sudah
terkena campak tidak akan diberi imunisasi campak lagi karena sudah ada
antibodi dari tubuhnya sendiri. Dimana setiap orang hanya mengalami penyakit
campak sekali seumur hidupnya. Tetapi orang yang sudah mendapat imunisasi
campak pada usia sembilan bulan tidak akan mendapatkan campak lagi.
Menurut Arfiyan, insiden campak dipengaruhi karena wabah dan efikasi
vaksin rendah sehingga populasi kelompok ini rentan untuk terserang campak.
Campak merupakan salah satu penyakit PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi) dengan status imunisasi campak yang mencapai lebih dari 80
%, kasus campak diharapkan dapat menurun oleh karena terjadi kekebalan pada
kelompok masyarakat, yang meningkatkan daya tahan tubuh. Dalam rangka
mencapai target global imunisasi salah satunya adalah reduksi campak, oleh sebab
itu diharapkan statusnya tetap tinggi baik secara kuantitas maupun kualitas,
sehingga dapat menekan terjadinya campak merupakan indikator penilaian
pelaksanaan imunisasi dan surveilans di suatu daerah.
3. Hubungan cakupan imunisasi campak dengan angka insiden campak di puskesmas petisah tahun 2012
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai r sebesar -0,503 dan nilai
antara cakupan imunisasi campak dengan angka insiden campak di Puskesmas
Petisah Medan Tahun 2012. Dimana dalam kurun waktu tersebut hanya lima
orang anak yang terkena campak. Hal ini terjadi karena sebelum mendapatkan
imunisasi pada usia sembilan bulan anak sudah mengalami campak dimana
penyebuhannya melalui antibodi anak itu sendiri. Tetapi untuk mengantisipasi hal
tersebut anak bisa juga diberi imunisasi campak pada usia enam bulan dan diberi
lagi imunisasi campak pada usia sembilan bulan. Imunisasi campak adalah upaya
yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunisasi ) pada bayi
atau anak sehingga terhindar dari penyakit. Imunisasi campak ditujukan untuk
memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak, efikasi vaksin campak 90
%, tidak semua orang atau sasaran yang mendapatkan imunisasi campak menjadi
kebal, yang menjadi kebal hanya 90 %. Pada hakekatnya tujuan dari imunisasi
campak adalah pencegahan penyakit. campak, juga teercapainya Universal Child
Immunization (UCI campak 80 %). Pemberian imunisasi campak juga dapat
mencegah diare yang sering timbul menyertai campak Dikes NTB (2011).
Sehingga penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arfiyan,
2012 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemberian
imunisasi campak dengan angka kejadian campak pada anak.
Dengan demikian jika cakupan imunisasi tinggi maka angka insiden
akan rendah sebaliknya jika cakupan imunisasi rendah maka angka insiden akan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa :
1. Sasaran Puskesmas Petisah terhadap imunisasi campak yaitu sebesar 567
(100%) yang tercapai hanya 551 (97,17%) dimana 16 orang (2,82%) tidak
tercapai.
2. Dari yang tidak tercapai 16 (2,82%) kemungkinan tidak mengetahui
jadwal imunisasi 11 (1,94 %), dan berpindah tempat (ke Puskesmas) lain
untuk imunnisasi 3 (0,52%), sedangkan yang terkena campak sebanyak 2
(0,35%).
3. Hasil uji korelasi pearson product moment diperoleh nilai r = -0,503 dan
nilai probabilitas ( p = 0,000 > 0,05 ), maka H0 ditolak, artinya ada
hubungan yang signifikan antara Cakupan Imunisasi Campak dengan
Angka Insisen Campak di Puskesmas Petisah Medan 2012.
B. Saran
1. Bagi Masyarakat
Sebaiknya ibu agar melengkapi imunisasi kepada bayinya khususnya
imunisasi campak, karena jika imunisasi campak tidak tercapai, maka dapat
mengakibatkan penyakit campak. Imunisasi campak dapat diberikan usia enam
bulan unt mencegah penyakit campak pada usia tujuh atau delapan bulan tetapi
bisa diberikan lagi imunisasi campak yang kedua kali lagi pada usia sembilan
2. Bagi Pelayanan Kebidanan
Bidan sebaiknya juga melakukan penyuluhan-penyuluhan tentang
imunisasi kepada masyarakat khususnya para ibu agar para ibu-ibu dapat lebih
paham tentang pentingya imunisasi campak yang baik pada bayi dan juga
memberi motivasi kepada para ibu agar memperhatikan dan memenuhi imunisasi
pada anaknya..
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberi data bagi penelitian
selanjutnya yang sejenis. Disampaikan kepada peneliti selanjutnya
direkomendaasikan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang lebih
mengeksplorasikan faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan cakupan
imunisasi campak dengan angka insiden campak dan hasil penelitian ini dapat
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2009). Visi Misi Indonesia Sehat. Diambil 22 November 2012, dari
Depkes RI. (2006). Visi Misi Indonesia Sehat. Diambil 22 November 2012, dari
Muslihatun, W.N. (2011). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta :
Citramaya
Ranuh, I.G.N., Suyitno, H., Hadinegoro, S.R., Kartasasmita, C.B., Ismoedijanto.,
dan
Soedjatmiko. (2011). Pedoman Imunisasi Indonesia. Ed-4. Jakarta : IDAI
Setiawan, I.M. (2008). Penyakit Campak. Jakarta : CV Sagung Seto
Proverawati, A., dan Andhini, C. S. D (2010). Imunisasi dan Vaksinasi.
Yogyakarta : Nuha Offset
Asril. (2002). Hot Topics In Pediatrics II. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI
Hidayat. (2005). Imunisasi Pada Anak. Jakarta : EGC
Lapau, B. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Yayasan
Pustaka Obor Indonesia
Maryunani. (2002). A-Z Kesehatan Anak. Jakarta : 3G Publisher
Halifa (2010). Hubungan Cakupan Imunisasi Campak dengan Kejadian Campak.
Medan : Tidak dipublikasikan
Arfiyan (2012). Hubungan Pemberian Imunisasi Campak dengan Angka Insiden
Campak. Medan : tidak dipublikasikan
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : SalembaMedika
Tim Penyusun Program D-IV USU. (2012). Panduan Penulisan Karya Tulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Sarinah Ruth Elfrida Simanjuntak
TTL : Pematangsiantar / 15 Maret 1989
Agama : Kristen Protestan
Nama Ayah : Karben Simanjuntak
Nama Ibu : Sondang Purba
Anak Ke : 6 dari 6 bersaudara
Alamat : Jln. Darussalam Gg.Turi II No. 15b, Medan
Pendidikan Formal :
Tahun 1996 - 2002 : SD N 124386 Pematangsiantar
Tahun 2002 - 2005 : SMP RK Cinta Rakyat 1 Pematangsiantar
Tahun 2005 - 2008 : SMA N 4 Pematangsiantar
Tahun 2009 - 2012 : Akademi Kebidanan Agatha Pematangsiantar