LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Perbedaan Sifat Fisik Tanah pada Daerah Hutan Dan Daerah Perkotaan
Nama : Suwartomo Padang
NIM : 101201026
Program Studi : Budidaya Hutan
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
Dr. Budi Utomo, SP., MP Afifuddin Dalimunte, SP., MP
Ketua Anggota
Mengetahui:
Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph.D
ABSTRAK
SUWARTOMO PADANG: Perbedaan Sifat Fisik Tanah pada Daerah Hutan dan Daerah Perkotaan, dibimbing oleh BUDI UTOMO dan AFIFUDDIN DALIMUNTHE.
Sifat-sifat tanah bervariasi menurut tempat dan waktu, yang dapat disebabkan oleh hasil akhir dari proses yang terjadi secara internal atau alami dan pengaruh dari luar. Banyak faktor yang dapat mnyebabkan perubahan sifat fisik tanah. Pengolahan tanah, drainase, penutupan tajuk tanaman, dan bahan pembenah tanah dapat secara nyata mempengaruhi sifat fisik tanah. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di Hutan Lindung Lae Pondom dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian USU pada bulan Mei-Juli 2014 dengan parameter tekstur tanah, permeabilitas tanah, porositas tanah, dan lapisan tanah.
Hasil penelitian menunjukkan tanah hutan dan perkotaan memiliki sifat fisik tanah yang berbeda baik dari testur tanah, permeabilitas tanah, porositas tanah dan lapisan tanahnya.
ABSTRACT
SUWARTOMO PADANG Differences in Soil Physical Properties in Forests and Urban Areas, guided by BUDI UTOMO and AFIFUDDIN DALIMUNTHE.
Soil properties vary according to place and time, which can be caused by the end result of a process that occurs naturally and internal or external influences. Many factors can change the physical properties of soil mnyebabkan. Tillage, drainage, closure of the plant canopy, and soil pembenah materials can significantly affect the physical properties of the soil. For that a study has been conducted in Hutan Lindung Lae Podom and Lahan Percobaan Fakultas Pertanian USU in May-July 2014, with the parameters of soil texture, soil permeability, porosity of the soil, and the soil layer.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian
ini. Judul penelitian ini adalah Perbedaan Sifat Fisik Tanah Hutan Pada Hutan
Lindung Lae Pondom Dan Daerah Perkotaan yang bertujuan untuk mengetahui
perbedaan sifat fisik tanah hutan pada hutan lindung Lae Pondom dan daerah
perkotaan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Budi Utomo, SP. MPsebagai
ketua komisi pembimbing dan Afiffuddin Dalimunthe, SP. MPsebagai anggota
pembimbingatas bimbingan serta masukan dalam penulisan hasil penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih kurang sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
penulisan hasil seminar dan skripsi nantinya.
Penulis berharap semoga hasil penelitianini bermanfaat dalam pelaksanaan
DAFTAR ISI
Tujuan Penelitian ... 2
Manfaat Penelitian ... 2
TINJAUAN PUSTAKA
Permeabilitas Tanah ... 17
Gangguan Pada Tanah ... 19
Restorasi Sifat Fisik Tanah ... 21
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat ... 24
Bahan dan Alat ... 24
Prosedur Penelitian ... 24
ABSTRAK
SUWARTOMO PADANG: Perbedaan Sifat Fisik Tanah pada Daerah Hutan dan Daerah Perkotaan, dibimbing oleh BUDI UTOMO dan AFIFUDDIN DALIMUNTHE.
Sifat-sifat tanah bervariasi menurut tempat dan waktu, yang dapat disebabkan oleh hasil akhir dari proses yang terjadi secara internal atau alami dan pengaruh dari luar. Banyak faktor yang dapat mnyebabkan perubahan sifat fisik tanah. Pengolahan tanah, drainase, penutupan tajuk tanaman, dan bahan pembenah tanah dapat secara nyata mempengaruhi sifat fisik tanah. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di Hutan Lindung Lae Pondom dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian USU pada bulan Mei-Juli 2014 dengan parameter tekstur tanah, permeabilitas tanah, porositas tanah, dan lapisan tanah.
Hasil penelitian menunjukkan tanah hutan dan perkotaan memiliki sifat fisik tanah yang berbeda baik dari testur tanah, permeabilitas tanah, porositas tanah dan lapisan tanahnya.
ABSTRACT
SUWARTOMO PADANG Differences in Soil Physical Properties in Forests and Urban Areas, guided by BUDI UTOMO and AFIFUDDIN DALIMUNTHE.
Soil properties vary according to place and time, which can be caused by the end result of a process that occurs naturally and internal or external influences. Many factors can change the physical properties of soil mnyebabkan. Tillage, drainage, closure of the plant canopy, and soil pembenah materials can significantly affect the physical properties of the soil. For that a study has been conducted in Hutan Lindung Lae Podom and Lahan Percobaan Fakultas Pertanian USU in May-July 2014, with the parameters of soil texture, soil permeability, porosity of the soil, and the soil layer.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sifat-sifat fisik tanah sangat penting untuk diteliti dan diamati agar dapat
memberikan media tumbuh yang ideal bagi tanaman, karena dalam bidang
pertanian dan kehutanan tanah merupakan media tumbuhtanaman. Media yang
baik bagi pertumbuhan tanaman harus mampumenyediakan kebutuhan tanaman
seperti air, udara, unsur hara, danterbebas dari bahan-bahan beracun dengan
konsentrasi yang berlebihan.
Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponenpadatan
yang berinteraksi dengan cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah yang
berupa padatan, cair, dan udara jarang beradadalam kondisi kesetimbangan, selalu
berubah mengikuti perubahan yangterjadi di atas permukaan tanah yang
dipengaruhi oleh suhu udara,angin, dan sinar matahari.
Sifat-sifat tanah bervariasi menurut tempat dan waktu, yang
dapatdisebabkan oleh hasil akhir dari proses yang terjadi secara internal ataualami
dan pengaruh dari luar, misalnya intervensi manusia. Proses yangsifatnya internal
berkaitan dengan faktor-faktor geologi, hidrologi, dan biologiyang dapat
mempengaruhi pembentukan tanah. Variabilitas sifat-sifat fisiktanah akibat dari
proses alami dapat diregionalisasi dengan asumsi bahwatempat yang berdekatan
cenderung mirip atau mempunyai nilai yang tidakberbeda jauh, yang kemudian
didelineasi menjadi satu poligon. Namundemikian, tingkat kemiripan tersebut
sangat tergantung pada skalapengamatan, misalnya negara, km, atau hanya
Banyak faktor yang dapat mnyebabkan perubahan sifat fisik tanah.
Pengolahan tanah, drainase, penutupan tajuk tanaman, dan bahanpembenah tanah
dapat secara nyata mempengaruhi sifat fisik tanah. Sebagai contoh,pengolahan
tanah adalah mencampur tanah, yang berarti cenderungmengurangi variasi berat
isi tanah menurut ruang, namun, pengaruhnyaberubah menurut waktu akibat
proses pemadatan dan hal ini juga akan berpengaruh tehadap sifat fisik tanahnya.
Wilayah hutan dan perkotaanmerupakan dua wilayah yang berbeda,
perbedaan tersebut meliputi ketinggian tempat, tutupan vegetasinya, maupun cara
penggunaan lahannya. Hal inilah yang menjadi landasan untuk meneliti perbedaan
sifat fisik tanah pada ketiga wilayah tersebut.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan sifat fisik tanah pada wiayah hutan dan
perkotaan.
Mamfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi kepada
kalanganakademisi serta masyarakat maupun pihak-pihak yang berkepentingan
dalam penggunaan lahan sesuai keberaan lahan tersebut, agar kelestarian tanah
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah
Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi
tempat tumbuh berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman
dan penyuplai kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang
dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa porganik dan anorganik sederhana dan
unsur-unsur esensial seperti N, P,K,Ca, Mg, S, CU, Zn, Fe, Mn, B, Cl dan
lain-lain), dan secara biologis berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang
berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu
tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu
menunjang produktifitas tanah untuk mengehasilkan biomassa dan produksi baik
tanaman pangan, obat-obatan, industry perkebunan, maupun kehutanan
(Hanafiah, 2007).
Menurut Jenny(1941) 5 Faktor yang mempengaruhi Proses Pembentukan
Tanah (Genesis) dan Perkembangan Tanah (Differensiasi Horison), yaitu:
1. Bahan Induk (b) = Batuan Beku, B.Sedimen, B.Metamorf, Bhn.Organik;
(mempengaruhi perbedaan dari sifat kimia dan sifat fisik tanah)
2. Iklim (i) = curah hujan dan suhu (temperatur)
3. Organisme (o) atau Jasad Hidup (h) = Tumbuhan & Hewan
4. Relief (r ) atau Topografi (t) : Kecuraman Lereng
5. Waktu (w) = Tingkat Perkembangan (muda, dewasa, tua) dan Umur
Tidak semua faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang sama dalam proses
pembentukan tanah, kadang-kadang satu atau dua faktor berpengaruh lebih
dominan sementara faktor yang lain mempunyai pengaruh yang minimum.
Keragaman faktor-faktor lingkungan pembentukan tanah ini akan menyebabkan
sifat-sifat tanah bervariasi baik ke arah vertikal maupun horizontal.
Pelapukan adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material tanah
pada dan/atau dekat permukaan bumi yang disebabkan karena proses fisik, kimia
dan biologi. Hasil dari pelapukan ini merupakan asal (source) dari batuan sedimen
dan tanah (soil). Kiranya penting untuk ketahui bahwa proses pelapukan akan
menghacurkan batuan atau bahkan melarutkan sebagian dari mineraluntuk
kemudian menjadi tanah atau diangkut dan diendapkan sebagai batuan sedimen
klastik. Sebagian dari mineral mungkin larut secara menyeluruh dan membentuk
mineral baru (Graha, 1987)
Komposisi tanah tidak hanya tergantung pada batuan induk (asal) nya,
tetapi juga dipengaruhi oleh alam, intensitas, dan lama (duration) pelapukan dan
proses jenis pembentukan tanah itu sendiri.Pelapukan dipengaruhi oleh faktor
iklim yang bersifat merusak. Faktor-faktor iklim yang turut menentukan adalah
sinar matahari, perbedaan temperatur antara siang dan malam, keadaan musim
kemarau dan musim penghujan. Pada awalnya batuan pecah dalam bentuk
pecahan-pecahan batuan dan mineral-mineral penyusunnya. Selanjutnya oleh
adanya air, asam dan senyawa-senyawa yang larut dalam air, pecahan-pecahan
bantuan dan mineral ini menjadi lunak dan terurai ke dalam unsur-unsur
penyusunnya. Dari bahan-bahan sisa penguraian dan senyawa kembali
Sifat Fisik Tanah
Profil Tanah
Profil tanah merupakan suatu iris dan melintang pada tubuh tanah, dibuat
dengan cara membuat lubang dengan ukuran panjang, dan lebar serta kedalam
tertentu sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tanah
merupakan tubuh alam yang terbentuk dan berkembang akibat terkena gaya-gaya
alam (natural forces) Terhadap proses pembentukan mineral, serta pembentukan
dan pelapukan bahan-bahan koloid (Hakim, 1982).
Pengenalan profil tanah secara lengkap meliputi sifat fisik, kimia dan
biologi tanah. Pengenalan ini penting dalam hal mempelajari pembentukan dan
klasifikasi tanah dengan pertumbuhan tanaman serta kemungkinan pengolahan
tanah yang lebih tepat. Adapun faktor-faktor pembentuk tanah, maka potensi
untuk membentuk berbagai jenis tanah yang berbeda amat besar, (Foth. 1999).
Dalam rangka penelitian tanah, kadang-kadang diperlukan deskripsi
(penguatan) profil tanah. Dari pengamatan sifat-sifat tanah di lapangan serta di
sokong oleh analisis contoh tanah di laboratorium yang di ambil dari tiap horizon,
di dalam profil, maka dapat ditentukan jenis tanahnya. Tiap jenis tanah dan tipe
tanah memiliki ciri yang khas di pandang dari tiap horizon di dalam profil atau
dari sifat-sifat fisik dan kimianya. Profil tanah ialah penampang tegak/vertikal
tanah di mulai dari permukaan tanah sampai lapisan induk bawah tanah. Solum
tanah adalah penampang tanah di mulai dari horizon A hingga horizon
B. Terdapat horizon-horizon pada tanah-tanah yang memiliki perkembangan
genetis menyugestikanbahwa beberapa proses tertentu, umumnya terdapat dalam
Pembentukan lapisan atau perkembangan horizon dapat membangun tubuh
alam yang di sebut tanah. Tiap tanah di cirikan oleh susunan horizon
tertentu. Secara umum dapat di sebutkan bahwa setiap profil tanah terdiri atas dua
atau lebih horizon utama. Tiap horizon dapat dibedakan berdasarkan warna,
tekstur, struktur dan sifat morfologis lainnya, (Pairunan,1985).
Dilihat dari dekat susunan tanah itu terdiri dari beberapa lapisan yang
kira-kira paralel dengan permukaan tanah dan disebut horizon-horizon, yaitu horizon
A, B, C. Lapisan yang paling atas biasanya berwarna lebih gelap atau kehitaman,
lebih subur, gembur, merupakan tempet pengolahan tanah dan disebut lapisan
tanah atas (top soil) atau lapisan olah. Tebal lapisan ini 0-25 cm. Lapisan tanah
yang langsung dibawahnya dan langsung di atas lapisan bahan induk (horizon C)
disebut lapisan tanah bawah (sub soil). Lapisan ini lebih tebal dari lapisan tanah
atas dan biasanya dibagi lagi ke dalam beberapa lapisan. Warnanya lebih muda
dan lebih terang, lebih padat, sedang kandungan bahan organiknya lebih sedikit
(Buckman dan Brady, 1982).
Setiap vertikal tanah berdiferensiasi membentuk horizon - horizon (lapisan
- lapisan) yang berbeda - beda baik dalam morfologis seperti ketebalan dan
warnanya, maupun karakteristik fisik, kimiawi, dan biologis masing - masingnya
sebagai konsekuensi bekerjanya faktor - faktor lingkungan terhadap : (1) bahan
induk asalnya maupun (2) bahan - bahan eksternal, berupa bahan - bahan organik
sisa biota yang hidup diatasnya dan mineral non bahan induk (Hanafiah, 2005).
Tanah terdiri dari lapisan berbeda horisontal, pada lapisan yang disebut
horizon. Mulai dari bahan yang kaya organik lapisan atas (humus dan tanah)
bedrock).
- Horizon O - Bagian atas, lapisan tanah organik, yang terdiri dari humus daun
dan alas (decomposed masalah organik).
- Horizon A - Juga disebut lapisan tanah, yang ditemui di bawah cakrawala O dan
E di atas cakrawala. Bibit akar tanaman tumbuh dan berkembang dalam lapisan
warna gelap. Itu terdiri dari humus (decomposed masalah organik) dicampur
dengan partikel mineral.
- Horizon E- Ini eluviation (leaching) adalah lapisan warna terang dalam hal ini
adalah lapisan bawah dan di atas A Horizon B Horizon. Hal ini terdiri dari pasir
dan lumpur, setelah kehilangan sebagian besar dari tanah liat dan mineral sebagai
bertitisan melalui air tanah (dalam proses eluviation).
- Horizon B- Juga disebut lapisan tanah sebelah bawah ini adalah lapisan bawah
dan di atas E Horizon C Horizon. Mengandung tanah liat dan mineral deposit
(seperti besi, aluminium oxides, dan calcium carbonate) yang diterima dari lapisan
di atasnya ketika mineralisasi bertitisan air dari tanah di atas.
- Horizon C - Juga disebut regolith: di lapisan bawah dan di atas Horizon B R
Horizon. Terdiri dari sedikit rusak bedrock-up. Tanaman akar tidak menembus ke
dalam lapisan ini, sangat sedikit bahan organik yang ditemukan di lapisan ini.
- Horizon R- The unweathered batuan (bedrock) yang lapisan bawah semua
lapisan lainnya.
(Darmawijaya, 1990).
Horison bawah permukaan terletak di bawah permukaan tanah, meskipun
di beberapa daerah sebagian horizon-horizon bawah permukaan tanah terbentuk
proses trunkasi dari permukaan tanah. Beberapa horizon ini dari horizon B,
sebagian lagi berasal dari horizon B yang terbentuk bukan dari pembentukan
tanah dan merupakan sebagian dari horizon A (Soil Survey Staff, 1975).
Horizon-horizon bawah penciri dalam klasifikasi tanah adalah sebagai
berikut:
- Horizon agrik : Horizon yang terdapat di bawah lapisan olah, terdapat akumulasi
debu, liat, dan humus.
- Horizon albik : Horizon berwarna pucat (horizon A2), warna dengan value
lembab › 5.
- Horizon argillik : Horizon penimbunan liat adalah horizon B yang paling sedikit
1.2 kali lebih banyak daripada liat di atasnya, terdapat selaput liat.
- Horizon kambik : Adanya argillik, lemah atau spodik, tetapi tidak memenuhi
syarat untuk kedua horizon tersebut.
- Horizon kalsik : Tebal 15 cm atau lebih, mengandung CaCo3 atau MgCo3.
- Horizon natrik : Horizon argillik yang banyak mengandung Natrium.
- Horizon gipsik : Horizon yang banyak mengadung gipsum (CaSo4).
- Horizon oksik : Tebal 30 cm atau lebih, KTK ‹ 16 me/100g liat.
- Horizon spodik : Horizon illuviasi seskuioksida bebas dan bahan organik.
- Horizon kandik : Seperti argillik tetapi KTK ‹ 16 me/100g liat.
- Horizon petrokalsik : Horizon kalsik yang mengeras.
- Horizon sombrik : Horizon berwarna gelap, sifat-sifat seperti epipedon umbrik,
terjadi iluviasi humus tanpa Al dan tidak terletak di bawah horizon albik.
- Horizon sulfurik : Horizon yang banyak mengandung sulfat masam (cat clay),
- Horizon petrogipsik : Horizon gipsik yang mengeras.
- Horizon salik : Tebal 15 cm atau lebih, banyak mengandung garam-garam
sekunder yang mudah larut.
(Hasibuan, 2006).
Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan perbandingan butir-butir pasir (diameter 2,00 -
0,05 mm), debu (0,005 - 0,02 mm) dan liat (<0,002 mm) di dalam tanah. Tekstur
tanah adalah sifat tanah yang sangat penting yang mempengaruhi sifat kimia,
fisika dan biologi tanah yang berguna bagi penetrasi akar dan kemampuan
pengikatan air oleh tanah (Arsyad. 1989).
Menurut Haridjadja (1980) tekstur tanah adalah distribusi besar butir-butir
tanah atau perbandingan secara relatif dari besar butir-butir tanah. Butir-butir
tersebut adalah pasir, debu dan liat. Gabungan dari ketiga fraksi tersebut
dinyatakan dalam persen dan disebut sebagai kelas tekstur. Pada umumnya tanah
asli merupakan campuran dari butiran-butiran yang mempunyai ukuran yang
berbeda-beda (Braja 1993).
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Kelas tekstur tanah
dikelompokkan berdasarkan perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan
liat. Tanah-tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil
sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah-tanah bertekstur liat
mempunyai luas permukaan yang besar sehingga kemampuan menahan air dan
menyediakan unsur hara tinggi (Hardjowigeno, 1985).
Dalam sistem klasifikasi tanah berdasarkan tekstur, tanah diberi nama atas
clay), lempung berlanau (silty clay), dan seterusnya (Braja 1993). Terdapat
hubungan yang erat antara tekstur tanah dengan sifat-sifat tanah yang lain, seperti
kapasitas tukar kation (KTK), porositas, kecepatan infiltrasi dan permeabilitas
(Soedarmo dan Prayoto 1985). Komposisi ketiga fraksi tanah akan menentukan
sifat-sifat fisika, fisika-kimia dan kimia tanah. Sebagai contoh, besarnya lapangan
pertukaran dari ionion di dalam tanah amat ditentukan oleh tekstur tanah
(Hakim et al, 1986).
Sifat fisik dan kesuburan tanah sanggat dipengaruhi oleh tekstur tanah.
Dari segi fisis tanah, tekstur berperan pada struktur, rumah tangga, air dan udara
serta suhu tanah. Dalam segi kesuburan, tekstur memegang peranan penting dalam
pertukaran ion, sifat penyangga, kejenuhan basa dan sebagainya. Fraksi liat
merupakan fraksi yang paling aktif sedangkan kedua fraksi yang lain disebut
kurang aktif (Haridjadja 1980).
Braja (1993) menyatakan bahwa kelas tekstur dapat ditetapkan dengan
menggunakan diagram segi tiga tekstur menurut USDA dalam Gambar 1. Sistem
ini didasarkan pada ukuran batas dari butiran tanah yang meliputi:
a. Pasir : butiran dengan diameter 2.0 s.d. 0.05 mm
b. Debu : butiran dengan diameter 0.05 s.d. 0.002 mm
Gambar 1. Diagram segitiga tekstur tanah dan sebaran besaran butiran
Fraksi pasir terdiri dari pecahan-pecahan batu dengan berbagai ukuran dan
bentuk. Butiran-butiran pasir hampir selalu terdiri dari satu macam zat mineral,
terutama kwartz (Wesley 1973). Partikel-partikel pasir memiliki ukuran yang jauh
lebih besar dan memiliki luas permukaan yang kecil (dengan berat yang sama)
bandingkan dengan partikel-partikel debu dan liat. Oleh karena luas permukaan
pasir adalah kecil, maka peranannya dalam ikut mengatur sifat-sifat kimia tanah
adalah kecil sekali. Disamping itu, disebabkan fraksi pasir itu memiliki luas
permukaan yang kecil, tetapi memiliki ukuran yang besar, maka fungsiutamanya
adalah sebagai penyokong tanah dalam disekelilingnya terdapat partikel debu dan
liat yang lebih aktif. Kecuali terdapat dalam jumlah yang lebih kecil, maka jika
semakin tinggi persentase pasir dalam tanah, makin banyak ruang pori-pori
diantara partikel tanah semakin dapat memperlancar gerakan udara dan air
(Hakim et al,1986).
Debu merupakan bahan peralihan antara liat dan pasir halus. Fraksi ini
sifat dilatasi yang tidak terdapat pada liat. Luas pernukaan debu lebih besar dari
luas permukaan pasir per gram, tingkat pelapukan debu dan pembebasan
unsur-unsur hara untuk diserap akar lebih besar dari pasir. Partikel-partikel debu terasa
licin sebagai tepung dan kurang melekat. Tanah yang mengandung fraksi debu
yang tinggi dapat memegang air tersedia untuk tanaman (Hakim 1986).
Fraksi liat pada kebanyakan tanah terdiri dari mineral-mineral yang
berbeda-beda komposisi kimianya dan sifat-sifat lainnya dibandingkan dengan
debu dan pasir. Fraksi liat memiliki luas permukaan yang besar. Di dalam tanah
molekul-molekul air mengelilingi partikel-partikel liat berbentuk selaput tipis,
sehingga jumlah liat akan menentukan kapasitas memegang air dalam tanah.
Permukaan liat dapat mengadsorbsi sejumlah unsur-unsur hara dalam tanah.
Dengan denikian liat yang permukaannya bermuatan negatif dianggap sebagai
penyimpan air dan makanan tanaman. Liat terdiri dari butiran-butiran yang
sanggat kecil dan menunjukkan sifat plastisitas dan kohesi. Kohesi menunjukkan
kenyataan bahwa bagian-bagian bahan itu melekat satu sama lainnya, sedangkan
plastisitas adalah sifat yang memungkinkan bentuk bahan itu dirubah-rubah tanpa
perubahan isi atau tanpa kembali ke bentuk asalnya, dan tanpa terjadi retakan atau
terpecah-pecah (Wesley, 1973).
Dalam penetapan tekstur tanah ada tiga jenis metode yang biasa
digunakan yaitu metode feeling yang dilakukan berdasarkan kepekaan indra
perasa (kulit jari jempol dan telunjuk), metode pipet atau biasa disebut dengan
metode kurang teliti dan metode hydrometer atau disebut dengan metode lebih
teliti yang didasarkan pada perbedaan kecepatan jatuhnya partikel-partikel tanah
sama dalam suatu larutan akan meningkat secara linear apabila radius partikel
bertambah secara kuadratik (Hardjowigeno, 1985).
Struktur Tanah
Menurut Haridjadja (1980) struktur tanah adalah susunan butiran tanah
secara alami menjadi agregat dengan bentuk tertentu dan dibatasi oleh
bidang-bidang dan Hardjowigeno (1995) mendefinisikan struktur tanah sebagai gumpalan
kecil dari butiran-butiran tanah. Gumpalan struktur ini terjadi karena butir-butir
pasir, debu dan liat terikat satu sama lain olehsuatu perekat seperti bahan organik,
oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalankecil ini mempunyai
bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan
keruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain
membentuk agregat. Dalam tinjauan morfologi, struktur tanah diartikan sebagai
susunan partikel-partikel primer menjadi satu kelompok partikel (cluster) yang
disebut agregat, yang dapat dipisah-pisahkan kembali serta mempunyai sifat yang
bebeda dari sekumpulan partikel primer yang tidak teragregasi. Dalam tinjauan
edafologi, sejumlah faktor yang berkaitan dengan struktur tanah jauh lebih penting
dari sekedar bentuk dan ukuran agregat. Dalam hubungan tanah-tanaman, agihan
ukuran pori, stabilitas agregat, kemampuan teragregasi kembali saat kering, dan
kekerasan (hardness) agregat jauh lebih penting dari ukuran dan bentuk agregat itu
sendiri (Handayani dan Sudarminto, 2002).
De Boodt (1978) menyatakan bahwa struktur tanah berpengaruh terhadap
gerakan air, gerakan udara, suhu tanah, dan hambatan mekanik perkecambahan
pengukuran struktur tanah didekati dengan sejumlah parameter. Beberapa
parameter tersebut antara lain bentuk dan ukuran agregat, agihan ukuran agregat,
stabilitas agregat, persentase agregat, porositas (BV, BJ), agihan ukuran pori, dan
kemampuan menahan air.
Menurut Utomo dan Dexter (1982) menyatakan bahwa macam macam
struktur tanah adalah sebagai berikut:
1. Struktur tanah berbutir (granular): Agregat yang membulat,
biasanyadiameternya tidak lebih dari 2 cm. Umumnya terdapat pada
horizon A yang dalam keadaan lepas disebut “Crumbs” atau Spherical.
2. Kubus (Bloky): Berbentuk jika sumber horizontal sama dengan sumbu
vertikal. Jika sudutnya tajam disebut kubus (angular blocky) dan jika
sudutnya membulat maka disebut kubus membulat (sub angular blocky).
Ukuranya dapat mencapai 10 cm.
3. Lempeng (platy): Bentuknya sumbu horizontal lebih panjang dari sumbu
vertikalnya. Biasanya terjadi pada tanah liat yang baru terjadi secara
deposisi (deposited).
4. Prisma: Bentuknya jika sumbu vertikal lebih panjang dari pada sumbu
horizontal. Jadi agregat terarah pada sumbu vertikal. Seringkali
mempunyai 6 sisi dan diameternya mencapai 16 cm. Banyak terdapat pada
horizon B tanah berliat. Jika bentuk puncaknya datar disebut prismatik dan
membulat disebut kolumner
Selanjutnya Tanah yang partikel-partikelnya belum tergabung, terutama
yang bertekstur pasir disebut tanpa struktur atau bertekstur lepas, sedangkan tanah
dan kering jika kering) atau apabila dilumat dengan air membentuk pasta. Tanah
yang bertekstur baik akan mempunyai drainase dan aerase yang baik pula,
sehingga lebih memudahkan sistem perakaran tanaman untuk berpenetrasi dan
mengapsorbsi hara dan air sehingga pertumbuhan dan produksi menjadi lebih
baik. Dilapangan struktur tanah sendiri dideskripsikan menurut:
1. Tipe, indikator bentuk dan susunan ped, yaitu bulat, lempeng, balok, dan
prisma
2. Kelas, indikator bentuk struktur yang terbentuk dari ped-ped penyusunnya
menghasilkan tujuh tipe struktur tanah.
3. Gradasi, indikator derajat agregasi, atau perkembangan struktur yang dibagi
menjadi:
a) Tanpa struktur, jika agregasi tidak terlihat atau terbatas, tidak jelas atau
berbaur dengan batas-batas alamiah
b) Lemah, jika ped sulit terbentuk tetapi terliahat
c) Sedang, jika ped dapat terbentuk dengan baik, tanah lama dan jelas,
tetapi tak jelas pada tanah utuh
d) Kuat, jika ped kuat, pada tanah utuh jelas terlihat dan antar ped terikat
lemahnamun tahan jika dipindahkan dan hanya terpisah apabila tanah
terganggu
(Hanafiah, 2005).
Umumnya tanah yang dikehendaki tanaman adalah tanah yang berstruktur
remah dengan perbandingan bahan padat dan pori seimbang. Struktur tanah,
terutama mengandung debu dan lempung. Keduanya berpengaruh pada
langsung yaitu melalui pengaruhnya terhadap pemampatan, kadar lengas, dan
temperatur tanah (Kohnke, 1968).
Warna Tanah
Hanafiah (2005) mengungkapkan bahwa warna tanah merupakan:
(1) sebagai indikator dari bahan induk untuk tanah yang beru berkembang,
(2) indikator kondisi iklim untuk tanah yang sudah berkembang lanjut, dan
(3) indikator kesuburan tanah atau kapasitas produktivitas lahan.
Secara umum dikatakan bahwa: makin gelap tanah berarti makin tinggi
produktivitasnya, selain ada berbagai pengecualian, namun secara berurutan
sebagai berikut: putih, kuning, kelabu, merah, kekelabuan,
coklat-kemerahan, coklat, dan hitam. Kondisi ini merupakan integrasi dari pengaruh:
(1) kandungan bahan organik yang berwarna gelap, makin tinggi kandungan
bahan organik suatu tanah maka tanah tersebut akan berwarna makin gelap,
(2) intensitas pelindihan (pencucian dari horison bagian atas ke horison bagian
bawah dalam tanah) dari ion-ion hara pada tanah tersebut, makin intensif
proses pelindihan menyebabkan warna tanah menjadi lebih terang, seperti
pada horison eluviasi, dan
(3) kandungan kuarsa yang tinggi menyebabkan tanah berwarna lebih terang.
Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa warna tanah berfungsi sebagai
penunjuk dari sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna
permukaan tanah umumnya dipengaruhi oleh perbedaan kandungan bahan
organik. Makin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah makin gelap.
warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe dalam
tanah. Di daerah berdrainase buruk, yaitu di daerah yang selalu tergenang air,
seluruh tanah berwarna abu-abu karena senyawa Fe terdapat dalam kondisi
reduksi (Fe2+). Pada tanah yang berdrainase baik, yaitu tanah yang tidak pernah
terendam air, Fe terdapat dalam keadaan oksidasi (Fe3+) misalnya dalam senyawa
Fe2O3 (hematit) yang berwarna merah, atau Fe2O3. 3H2O (limonit) yang berwarna
kuning cokelat. Sedangkan pada tanah yang kadang basah dan
kadang-kadang kering, maka selain berwarna abu-abu (daerah yang tereduksi) didapat
pula becak-becak karatan merah atau kuning, yaitu di tempat-tempat dimana udara
dapat masuk, sehingga terjadi oksidasi besi ditempat tersebut. Keberadaan jenis
mineral kwarsa dapat menyebabkan warna tanah menjadi lebih terang.
Menurut Hardyatmo (1992) bahwa intensitas warna tanah dipengaruhi tiga
faktor berikut: (1) jenis mineral dan jumlahnya, (2) kandungan bahan organik
tanah, dan (3) kadar air tanah dan tingkat hidratasi. Tanah yang mengandung
mineral feldspar, kaolin, kapur, kuarsa dapat menyebabkan warna putih pada
tanah. Jenis mineral feldspar menyebabkan beragam warna dari putih sampai
merah. Hematit dapat menyebabkan warna tanah menjadi merah sampai merah
tua. Makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah makin gelap
(kelam) dan sebaliknya makin sedikit kandungan bahan organik tanah maka
warna tanah akan tampak lebih terang. Tanah dengan kadar air yang lebih tinggi
atau lebih lembab hingga basah menyebabkan warna tanah menjadi lebih gelap
(kelam). Sedangkan tingkat hidratasi berkaitan dengan kedudukan terhadap
permukaan air tanah, yang ternyata mengarah ke warna reduksi (gleisasi) yaitu
Permeabilitas Tanah
Jamulya dan Suratman Woro Suprodjo (1983), mengemukakan bahwa
permeabilitas adalah cepat lambatnya airmerembes ke dalam tanah baik melalui
pori makro maupun pori mikro baik ke arah horizontal maupun vertikal.
Tanah adalah kumpulan partikel padat dengan rongga yang saling berhubungan.
Rongga ini memungkinkan air dapat mengalir di dalam partikel melalui rongga
dari satu titik yang lebih tinggi ke titik yang lebih rendah. Sifat tanah yang
memungkinkan air melewatinya pada berbagai laju alir tertentu disebut
permeabilitas tanah. Sifat ini berasal dari sifat alami granular tanah, meskipun
dapat dipengaruhi oleh faktor lain (seperti air terikat di tanah liat). Jadi, tanah
yang berbeda akan memiliki permeabilitas yang berbeda.
Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori
yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur
tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran
pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya. Berarti suatu lapisan tanah
berbutir kasar yang mengandung butiran-butiran halus memiliki harga k yang
lebih rendah dan pada tanah ini koefisien permeabilitas merupakan fungsi angka
pori. Kalau tanahnya berlapis-lapis permeabilitas untuk aliran sejajar lebih besar
dari pada permeabilitas untuk aliran tegak lurus. Lapisan permeabilitas lempung
yang bercelah lebih besar dari pada lempung yang tidak bercelah (unfissured)
Menurut N.Suharta dan B. H Prasetyo (2008) faktor-faktor yang
mempengaruhi permeabilitas adalah sebagai berikut:
1. Tekstur tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan antara pasir, liat, dan debu yang menyusun
suatu tanah. Tekstur sangat berppengaruh pada permeabilitas. Apabila teksturnya
pasir maka permeabilitas tinggi, karena pasir mempunyai pori-pori makro.
Sehingga pergerakan air dan zat-zat tertentu bergerak dengan cepat.
2. Struktur tanah
Struktur tanah adalah agregasi butiran primer menjadi butiran sekunder yang
dipisahkan oleh bidang belah alami. Tanah yang mempunyai struktur mantap
maka permeabilitasnya rendah, karena mempunyai pori-pori yang kecil.
Sedangkan tanah yang berstruktur lemah, mempunyai pori besar sehingga
permeabilitanya tinggi.(Semakin kekanan semakin rendah)
3. Porositas
Permeabilitas tergantung pada ukuran pori-pori yang dipengaruhi oleh ukuran
partikel, bentuk partikel, dan struktur tanah. Semakin kecil ukuran partikel, maka
semakin rendah permeabilitas.
4. Viskositas cairan
Viskositas merupakan kekentalandari suatu cairan. Semakin tinggi viskositas,
maka koefisien permeabilitas tanahnya akan semakin kecil.
5. Gravitas
Gaya gravitasi berpengaruh pada kemampuan tanah untuk mengikat air. Semakin
6. BI dan BJ
Jika BI tinggi, maka kepadatan tanah juga tinggi, sehingga permeabilitasnya
lambat atau rendah
Gangguan Pada Tanah
Permasalahan yang akhir-akhir ini ditemui adalah menurunnya fungsi dan
potensi hutan seiring dengan makin berkurangnya luasan yang
dapatdipertahankan. Berbagai aktivitas manusia dilakukan untuk mengubah
fungsihutan secara ekologis menjadi pemanfaatan lahan secara ekonomis.
Terdapatbeberapa faktor yang menyebabkan perusakan hutan, namun umumnya
faktor-faktor tersebut berkaitan erat dengan praktek-praktek pembangunan dengan
sistem
produksi yang tidak berkelanjutan. Kerusakan hutan pada umumnya
diakibatkanoleh penebangan besar-besaran dan pembukaan lahan untuk
perkebunan,transmigrasi maupun pertambangan. Hal ini tentu saja akan
menimbulkanfenomena baru bagi kawasan yang selama ini menggantungkan pada
keberadaanhutan (Baiquni dan Susilawardani, 2002)
Deforestasi Hutan merupakan penurunan luas hutan baik secara kualitas
dan kuantitas. Deforestasi secara kualitas berupa penurunan ekosistem flora dan
fauna yang terdapat pada hutan tersebut. Deforestasi secara kuantitas (sangat
jelas) berupa penurunan luas hutan. Dapat disebutkan bahwa Deforestasi adalah
perubahan secara permanen dari areal berhutan menjadi tidak berhutan yang
diakibatkan oleh kegiatan manusia. Sedangkan Degradasi hutan adalah penurunan
oleh kegiatan manusia. Perusakan hutan tidak sekedar berarti kehilangan
keindahan dan poduk yang dihasilkannya. Mutu air juga terpengaruh. Karena
pepohonan hilang, humus juga hilang, akibatnya air hujan tidak lagi meresap
kedalam tanah tetapi langsung mengalir, sehingga air bawah tanah tidak diganti.
Permukaan tanah juga terbawa oleh air. Tanah subur ini akhirnya mengendap di
parit dan sungai(Nawir,et.al.,2008).
Kerusakan tanah dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain sebagai
berikut:
a. Kerusakan hutan
Hutan yang rusak dapat mengakibatkan kurangnya daya serapan tanah serta
mengurangi kemampuan tanah dalam menampung air, sehingga tanah akan
mudah mengalami erosi.
b. Erosi
Pergerakan tanah dapat disebabkan oleh air hujan, misalnya tanah labil yang
ada di pinggir-pinggir sungai apabila tertimpa hujan lebat akan lepas dan jatuh
ke sungai. Erosi dapat juga di sebut pengikisan atau kelongsoran, dan
merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan kekuatan air
atau angin,baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat
tindakan/ perbuatan manusia.
c. Kehilangan unsur hara dan bahan organik dari daerah perakaran
Kehilangan hara atau bahan organik dari daerah perakaran terjadi karena
tanaman mengambil hara dan bahan organik tersebut secara berlebihan tanpa
d. Tersingkapnya unsur beracun ke daerah perakaran
Unsur hara yang mengalami proses oksidasi-reduksi dalam tanah bisa
berubah menjadi unsur yang dapat menguap ke udara. Unsur yang tidak
berbahaya bisa berubah menjadi senyawa yang mematikan
tanaman. Mineral pirit (FeS2) yang berada di lapisan bawah tanah gambut
dapat teroksidasi bila didrainase secara berlebihan, sehingga meracuni akar
tanaman.
e. Terkumpulnya garam di daerah perakaran (salinisasi).
F Penjenuhan tanah oleh air (waterlogging).
Air yang menggenang berpengaruh buruk terhadap perakaran tanaman karena
menghambat sirkulasi udara ke dalam tanah. Keadaan kekurangan udara
kemudian akan menyebabkan perubahan keseimbangan hara tanah dan
mikroba di sekitar perakaran, sehingga akan berdampak negatif
terhadap kesuburan tanah dan dapat mengubah sifat-sifat fisik tanah yang
berperan dalam menjaga stabilitas agregat tanah. Kekurangan udara akan
menurunkan kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara.
(Bachri, 1995)
Restorasi Sifat Fisik Tanah
Menurut Adinugroho (2009) tindakan perbaikan kondisi sifat fisik tanah
yang dapat dilakukan diantaranya adalah :
Apabila tanah kompak maka perlu dilakukan ripping (penggemburan)
sehingga tanah menjadi remah, atau juga dapat dengan menambahkan
Adanya genangan akan menghambat pertumbuhan tanaman, akar tanaman
menjadi busuk dan mati sehingga diperlukan pembuatan drainage sehingga
tanaman tidak tergenang.
Upaya perbaikan terhadap sifat tanah adalah dalam pemantapan agregat
tanah yang memiliki tekstur lepas dengan menggunakan polimer organik.
Polyacrilamide (PAM) berberat molekul tinggi dan bermuatan negatif sedang
mampu memantapkan permukaan tanah, menurunkan run-of dan erosi.
Rehabilitasi tanah terdegradasi dapat ditinjau dari sifat tanah yang mengalami
penurunan dan diupayakan dilakukan perbaikan dengan menggunakan amelioran.
Bentuk degradasi tanah yang terpenting di kawasan Asia antara lain adalah erosi
tanah, degradasi sifat kimia berupa penurunan bahan organik tanah dan pencucian
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai Juli 2014. Peneliian
sifat fisik tanah inidilakukan di hutan lindung lae pondom dan Lahan Percobaan
Fakultas pertanian, Universitas Sumatera Utara. Untuk analisis tanah dilakukan di
Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Bahan dan Alat
Bahan yang diteliti adalah tanah di kawasan Hutan lindung lae pondom,
tanah pada Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, dan
kertas label.
Alat yang digunakan meliputi cangkul, meteran, kamera digital, Alat tulis
menulis, Pipa, sekop, parang,ember, tangga, dan ring sampel.
Prosedur Penelitian
Dalam penelian ini dilakukan beberapa kegiatan di lapangan untuk
pengumpulan data. Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut.
Kegiatan dilapangan meliputi :
- Penggalian tanah dengan ukuran 3x1 meter sedalam 6 meter
- Setiap kedalaman 1 meter didokumentasikan untuk melihat profil dan
warna tanah.
- Setiap kedalaman 30 cm diambil sampel tanah dan dimasukkan ke dalam
ring sampel untuk pengamatan permeabilitas tanah.
Analisis Data
Lapisan tanah
Untuk pengamatan profil tanah dilakukan dilapangan dengan melihat
setiap lapisan yang terlihat pada galian lobang sedalam 6 meter tersebut. Setiap
lapisan dicatat terdapat pada kedalaman berapa meter.
Tekstur tanah
Untuk pengamatan tekstur tanah sampel tanah utuh dibawa ke laboatorium
untuk diambil data tekstur tanahnya. Di laboatorium akan di peroleh berapa
%pasir, %liat dan %debunya. Setelah ketiga data tersebut diperoleh maka dapat
ditentukan tekstur tanah tesebut.
Permeabilitas tanah
Untuk pengamatan permeabilitas tanah sampel tanah utuh diambil pada
setiap kedalaman 30 cm dan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis data
permeabilitasnya.
Porositas tanah
Untuk pengamatan porositas tanah ssampel tanah utuh diambil pada setiap
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian diperoleh dari pengamatan secara deskriptip dilapangan
dan juga berdasarkan analisis di laboratorium dengan parameter yang diamati
yaitu tekstur tanah, porositas tanah, permeabiltas tanah, dan lapisan tanah.
Tekstur Tanah
Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa kedua tekstur tanah
pada tanah hutan dan tanah perkotaan memiliki tekstur yang berbeda. Perbedaan
tekstur ini disebabkan tingkat komposisi bahan penyusun tanah yang berbeda
dimana pada tanah hutan tingkat %pasir lebih tinggi dibanding perkotaan dan
sebaliknya pada tanah pekotaan %liat dan %debu leih tinggi dibanding tanah
hutan.
Tabel 1. Perbandingan Tekstur tanah pada hutan lindung Lae Pondom dan lahan
percobaan Fakultas pertanian USU
No Parameter Lokasi
Hutan Lindung Lae Pondom Lahan Percobaan Fak.Pertanian
1 Pasir (%) 85,84 53,84
2 Debu (%) 7,28 21,28
3 Liat (%) 6,88 24,88
4 Testur Pasir berlempung Lempung liat berpasir
P8 240 0,93 1,51
Hasil analisis laboratorium menunjukkan perbedaan permeabilitas antara
tanah hutan dan tanah perkotaan baik dari permeablitas dan juga kriteria cepat
atau tidaknya menyerap air. Tanah hutan cenderung memiliki permeabilitas yang
jauh lebih tinggi dibanding tanah perkotan dan menunjukan kecepatan penyerapan
pada tiap kedalaman yang agak cepat disbanding tanah perkotaan.
Tabel 3. Perbandingan permeabilitas daerah hutan pada Hutan Lindung Lae
Pondom dan Perkotaan pada Lahan Percobaan Fak. Pertanian USU.
Serap Horizontal
Dari data deskriptip yang diperoleh dilapangan dengan mengunakan pipa
yang telah dilobangi permukaannya menunjukkan daya serap air kesamping pada
tanah hutan lebih cepat dibanding tanah perkotaan pada setiap kedalaman 1 meter
pengamatan.
Tabel 4. Pebandingan kecepatan serap air tanah hutan pada Hutan Lindung Lae Pondom dan tanah perkotaan pada Lahan Percobaan Fak. Pertanian USU.
Kedalaman (m)
Hutan Perkotaan
Serap Horizontal Serap Horizontal
Kanan Kiri Kanan Kiri
1 10.5 10 7.2 7.3
2 9.5 8.5 5.5 6.2
3 12.5 11.5 8.5 8
4 10 9
(3) (4)
(7)
Ket. Gambar: Pipa yang sudah diobangi (3); tanah yang sudah dikoak tempat pipa
ditempelkan di dinding tanah (4); Penempelan pipa ke tanah yang sudah
dikoak (5); Titik serap air pada bidang horizontal (6); Pengukuran serap air
horizontal mengunakan meteran kayu (7).
Serap Diagonal
Dari data yang diperoleh secara lagsung dilapangan dengan mengunakan
pipa yang telah dilobangi permukaannya menunjukkan daya serap air diagonal
yang tejauh penyerapannya terdapat pada kedalaman 3 meter baik di hutan
maupun di perkotaan. Dari data serap diagonal tanah hutan memiliki nilai
penyerapan lebih tinggi pada setiap kedalaman.
Tabel 5. Perbandingan daya serap diagonal air, pada tanah hutan pada Hutan Lindung Lae Pondom Dan tanah perkotaan pada Lahan Percobaan Fak. Pertanian USU
Kedalaman (M)
Hutan Perkotaan
Serap Diagonal (Cm) Serap Diagonal (Cm)
Atas Bawah Atas Bawah
1 0.9 6.9 0,4 5.1
2 0.6 5.2 0.2 3.6
3 1.1 8.1 0.7 6.2
(8) (9)
Ket. Gambar : proses pengoakan dinding tanah untuk pegukuran penyerapan
diagonal (8); Penempelan pipa pada dinding tanah untuk pengukuran serap
diagonal (9).
Lapisan Tanah
Dari data yang diperoleh dilapangan lapisantanah pada tanah hutan dan
tanah perkotaan memiliki perbedaan ketebalan lapisan. Disamping pebedaan
ketebalan lapisan tanah hutan dan tanah perkotaan pada lapisan B dan C
menunjukkan peredaan warna yan mencolok.
Tabel 6. Profil Tanah hutan pada Hutan Lindung Lae Pondom dan tanah perkotaan pada Lahan Percobaan Fak. Pertanian USU.
No. Lokasi Kedalaman (cm)
Lapisan tanah Warna
1 Hutan 0-35 O dan A Hitam
35-100 B Hitam sampai coklat
100dst C Abu-abu
2 Perkotaan 0-25 O dan A Hitam
25-80 B Hitam keabu-abuan
(10) (11)
(12) (13)
Pembahasan
Pengamatan sifat fisik tanah yang dilakukan pada tanah hutan dan
perkotaan menunjukkan perbedaan pada setiap perameter yang dileliti. Perbedaan
pada setiap parameter yang diamati ini pada umumnyadipengaruhi oleh tutupan
lahan. Tutupan lahan pada kedua lokasi ini sangat berbeda dimana pada tanah
hutan dominan ditutupi oleh pohon sedangkan pada tanah perkotaan hanya
ditutupi oleh tumbuhan semak. Tanah hutan yang ditutupi vegetasi pohon akan
menghasikan serasah yang banyak yang akan menutupi pemukaan tanah. Serasah
yang berada dipemukaan tanah ini akan memperbanyak orgaisme pengurai pada
tanah. Berbeda pada tanah perkotaan yang didominasi tumbuhan semak yang
menghasilkan sedikit serasah akan menghasilan organime pengurai tanahyang siit
pula.
Oganisme pengurai tanah akan berpengaruh terhadap dekomposisi tanah.
Semakin banyak bahan tanah seperti serasah yang akan didekomposisi maka akan
meperbanyak kandungan bahan organik didalam tanah. Semakin banyak bahan
organik dalam tanah maka struktur tanah akan semakin bagus.
Tekstur tanah pada tanah hutan berbeda dengan tanah perkotaan pada
setiap komposisi penyusun tekstur tanah. Komponen pasir pada tanah hutan lebih
tinggi dibanding tanah perkotaan yang akan berpengaruh juga terhadap
permeabilitas tanah. Permeabilitas tanah pada hutan lebih baik dibandingkan
tanah perkotaan. Berdasakan analisis tanah yang diuji penyerapan air pada tanah
hutan lebih cepat di banding tanah pekotaan. Hal ini juga dikarenakan kandungan
liat pada tanah hutan yang lebih sedikit dibanding tanah perkotaan. Kandungan
dengan kandungan kandungan pasir yang tinggi. Sehingga penyusun tekstur tanah
akan berpengaruh juga terhadap daya serap air tanah. hal ini sesuai dengan
pernyataan Hardjowigeno (1985) yang menyatakan bahwa tekstur tanah
menunjukkan kasar halusnya tanah. Kelas tekstur tanah dikelompokkan
berdasarkan perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat. Tanah-tanah
yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil sehingga sulit
menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah-tanah bertekstur liat mempunyai
luas permukaan yang besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan
unsur hara tinggi.
Pada lapisan tanah yang diperoleh dari pengamatan dilapangan tanah hutan
pada lapisan C nampak jelas perbedaannya dengan tanah perkotaan. Pada tanah
hutan warnanya lebih gelap dan kandungan pasirnya tinggi sedangkan pada tanah
perkotaan pada lapisan C lebih terang dan cenderung mengandung karat. Hal ini
pada tanah perkotaan sering mengalami penggenangan. Hal ini juga dipengaruhi
perbedaan topografi kedua lokasi, tanah hutan lebih tinggi diatas permukaan laut
daripada tanah perkotaaan. Sehingga tanah perkotaan cenderung mengalami
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sifat fisik tanah pada tanah hutan dan tanah perkotaan berbeda dari
tekstur, permeabilitas, porositas, dan lapisan tanahnya.
Saran
Sebaiknya kelestarian hutan tetap dijaga agar fungsi penyerapan air oleh
tanah tetap terjaga sehingga dapat mengurangi penggenangan air diatas
DAFTAR PUSTAKA
Adinugroho, W. C. 2009. Perbaikan Kondisi Tanah. Report Ekologi Restorasi. IPB
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB, Bogor
Bachri, Moch. 1995. Geologi Lingkungan. CV. Aksara, Malang. 112 hal.
Baiquni, M dan Susilawardani, 2002, Pembangunan yang tidak Berkelanjutan, Refleksi Kritis Pembangunan Indonesia, Yogyakarta, Transmedia Global Wacana
Braja MD, Endah N, Mochtar IB. 1993. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid I. Jakarta : Penerbit Airlangga.
Buckman, H. O dan N. C. Brady., 1982. Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara, Jakarta
Darmawijaya, M. I. 1990. Klasifikasi Tanah. Gdajah Mada University Press, Yogyakarta.
De Boodt, M. 1978. Soil Physics. State University of Ghent, Belgia.
Firmansyah, M. A. 2003. Resiliensi tanah terdegradasi. Makalah pengantar falsapah sains. IPB
Foth,HD dan L.N.Turk . 1999. Fundamental of soils science. New York:fifth Ed. John. Waley & soil.
Gobahong, prof. Dr. 1994Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.
Graha, D. S., 1987. Batuan Dan Mineral. Nova, Bandung.
Hakim, N.1982. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung
Hakim N, Nyakpa MY, Lubis AM, Nugroho SG, Diha MA, Hong GM, Bailey HH. 1986. Dasardasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.
Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Handayani, S. dan B.H. Sunarminto. 2002. Kajian struktur tanah lapis olah: I. pengaruh pembasahan dan pelarutan selektif terhadap agihan ukuran agregat dan dispersitas agregat. Agrosains 16 :10-17.
Hardjowigeno, S. 1985. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademik Persindo
………... 1987. Ilmu Tanah. Bogor: Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
……… 1992. Ilmu Tanah. Edisi ketiga. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. 233 halaman.
Hasibuan, B. E. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Hardiyatmo ,H. C. 1992. Mekanika Tanah I. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Haridjadja, O. 1980. Pengantar Fisika Tanah. Bogor: Staf Dept Ilmu Tanah IPB.
Jenny, H., 1941. Factor of Soil Formation. McGraw-Hill Book Company, Inc. New York And London.
Kohnke, H. 1986. Soil Physics. Tata Mc Graw Hill Rubl Co.Ltd, New Delhi. Mahfuz. 2003. Peningkatan produktivitas lahan kritis untuk pemenuhan pangan
melalui usaha tani konservasi. Makalah Falsafah Sains. IPB
Nawir, A.A., Muniarti dan Lukas Rumboko. 2008. Rehabilitasi Hutan di Indonesia. CIFOR. Bogor
Pairunan. A. K. dkk. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Ujung Pandang: BKPT INTIM
Suharta, N. dan B.H. Prasetyo. 2008. Susunanmineral dan sifat fisiko-kimia tanah bervegetasi hutan dari batuan sedimen masam di Provinsi Riau. Jurnal Tanah dan Iklim 28: 1−14.
Sunggono, Kh.1984. Mekanika Tanah. Bandung