• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Promosi Penjualan dan Store Atmosphere terhadap Shopping Emotion dan Dampaknya terhadap Impulse Buying

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Promosi Penjualan dan Store Atmosphere terhadap Shopping Emotion dan Dampaknya terhadap Impulse Buying"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH PROMOSI PENJUALAN DAN STORE ATMOSPHERE TERHADAP SHOPPING EMOTION DAN DAMPAKNYA

TERHADAP IMPULSE BUYING

(Studi kasus Pada Matahari Department Store Cabang Mal Pondok Gede Bekasi) Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarja Ekonomi

Disusun Oleh : Agus Didik Setiyono NIM: 1111081000005

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Agus Didik Setiyono 2. Tempat tanggal lahir : Jakarta, 26 Juni 1993

3. Alamat : Kampung baru, Rt 02/02 No.33 Ciracas, Jakarta Timur 4. Telepon : 085714032636

5. Email : agusdidiksetiyono@yahoo.com II. PENDIDIKAN

1. SDN Ciracas 03 Pagi : Tahun 1999-2005

2. SMPN 208 Ciracas : Tahun 2005-2008

3. SMAI PB SOEDIRMAN Cijantung : Tahun 2008-2011 4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Tahun 2011-2015 III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Tim Futsal SMAI PB SOEDIRMAN

(7)

ABSTRACT

The aim of this research is to analyze the influence of sales promotion, and store atmosphere on shopping emotion and its impact on impulse buying at consumers at Matahari Department Store in Mall Pondok Gede. The data which is used in this research is premier and secondary data from 60 respondents. The sample was selected by using non-probability sampling technique with purpose sampling, and analyzed by path analysis

The result of this research show that structure I, partially there is a significant effect of sales promotion, and store atmosphere on shopping emotion. Simultaneously, there is a significant effect of sales promotion, and store atmosphere on shopping emotion was proved. And in the structure II there is a significant effect of shopping emotion on impulse buying, but there in not a significant effect of variable sales promotion, and store atmosphere on impulse buying. Determinant coeficient analysis (R2) in structure I, seen from adjusted R square is 40,5%. It means that simultaneously the effect of sales promotion and store atmosphere on shopping emotion is 40,5% and 59,5% (100% - 40,5%) is effect by another variables. Determinant coefficient analysis (R2) in the structure II, seen from adjusted R square is 24,1 %. It means that simultaneously ther is and effect of sales promotion, store atmosphere, and shopping emotion on impulse buying is 24,1% and 75,9% (100% - 24,1%) is effectd by another variables.

(8)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh promosi penjualan, dan store atmosphere terhadap shopping emotion dan dampaknya pada impulse buying pada konsumen Matahari Department Store di mall Pondok Gede. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalaha data primer dan data sekunder yang dikumpulkan dari 60 responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik non-probability sampling dengan metode purposive sampling. kemudian data di proses menggunakan analisis jalur.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dalam struktur I secara parsial promosi penjualan, dan store atmosphere berpengaruh signifikan terhadap shopping emotion. Secara simultas terbukti bahwa pengaruh promosi penjualan , dan store atmosphere berpengaruh terhadap shopping emotion. Pada struktur II variabel shopping emotion berpengaruh signifikan terhadap impulse buying, tetapi variabel promosi penjualan dan store atmosphere tidak berpengaruh secara signifikan terhadap impulse buying. Analisis koefisien determinasi (R2) pada struktur I dilihat dari adjusted R square sebesar 40,5%. Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh promosi penjualan dan store atmosphere terhadap shopping emotion secara simultan adalah 40,5% sedangkan sisanya sebesar 59,5% (100% - 40,5%) dipengaruhi oleh variabel lain. Analisis keofisien determinasi (R2) pada struktur II dilihat dari adjusted R square sebesar 24,1%. Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh promosi penjualan, store atmosphere, dan shopping emotion terhadap impulse buying secara simultan adalah 24,1%, sedangkan sisanya 75,9% (100% - 24,1%) di pengaruhi oleh variabel lain.

(9)

KATA PENGANTAR

“Bismillahirrahmanirrahim”

Assalamu’alaikum wr.wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Kedua orang tua, ayahanda tersayang Sugiono dan ibunda tersayang Rojiah yang telah memberikan dukungan baik moril maupun material serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.

2. Kedua kakak tersayang, mas Teguh dan mba Fitri yang telah memberikan dukungan dan doanya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak M. Arief Mufraini, Lc., M. Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Titi Dewi Warninda, SE. Msi, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(10)

6. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM, selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah berkenan memberikan tambahan ilmu dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini.

7. Ibu Cut Erika A.F.SE.MBA, selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia membimbing dan mengarahkan penulis selama menyusun skripsi dan memberikan banyak ilmu serta solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini.

8. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan pengetahuan dan berbagi pengalaman yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.

9. Seluruh teman-teman Manajemen angkatan 2011. Abi, Dede, Hilman, Topan, Hendi, Jumadi, Eka, Mulki, Brian, Abdul, Rudi, Yudho, Aziz, Akbar, Ari, Adit, Karim, Wiliam, Dijhe, yang selama ini selalu bersama dan berbagi suka dan duka 10.Seluruh temen-teman Marketing angkatan 2011. Ina, Nia, Hendi, Brian, Monika,

Lila, Dimas, Cahyo, Judo, yang selama ini selalu berbagi keceriaan dalam kelas 11.Seluruh staf dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang manajemen pemasaran.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Jakarta, November 2015 Penulis,

(11)

DAFTAR ISI

COVER DALAM

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... II LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... III LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... IV LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... V DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... VI ABSTRACK ... VII ABSTRAK ... VIII KATA PENGANTAR ... IX DAFTAR ISI ... XI DAFTAR TABEL ... XV DAFTAR GAMBAR ... XVIII DAFTAR LAMPIRAN ... XIX

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Landasan Teori ... 11

1. Pemasaran ... 11

2. Retail ... 12

(12)

a. Dimensi-dimensi Promosi Penjualan ... 18

5. Store Atmosphere ... 22

a. Tujuan Penataan Atmosphere... 23

b. Dimensi-dimensi Store Atmosphere ... 23

6. Shopping Emotion ... 25

a. Sifat-sifat Motivasi ... 26

b. Dimensi-dimensi Shoping Emotion ... 27

7. Impulse Buying ... 27

a. Dimensi-dimensi Impulse Buying ... 29

B. Hubungan Antar Variabel ... 30

C. Penelitian Terdahulu ... 32

D. Kerangka Pemikiran ... 35

E. Hipotesis Penelitian ... 37

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 40

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 40

B. Metode Penentuan Sampel ... 40

1. Populasi ... 40

2. Sampel ... 41

C. Metode Pengumpulan Data ... 42

1. Data Primer ... 42

2. Data Sekunder... 44

D. Metode Analisis Data ... 44

(13)

a. Uji Validitas ... 44

b. Uji Reliabiltas ... 45

2. Analisis Jalur (Path Analysis) ... 46

3. Pengujian Hipotesis Analisis Jalur ... 48

a. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ... 48

b. Uji Parsial ... 49

c. Uji Simultan ... 50

4. Analisis Korelasi... 51

5. Model Triming ... 52

E. Operasional Variabel ... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 56

1. Sejarah Matahari Department Store ... 56

2. Struktur Organisasi ... 58

3. Visi dan Misi Matahari Department Store ... 59

B. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 60

C. Karakteristik Responden ... 65

D. Hasil dan Pembahasan ... 66

E. Pengujian Hipotesis ... 81

1. Menguji dan Memahami Sub Struktural I ... 81

2. Menguji dan Memahami Sub Struktural II ... 88

3. Analisis Korelasi... 96

(14)

5. Perhitungan Pengaruh ... 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 108

A. Kesimpulan ... 108

B. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 111

(15)

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu……… 32

3.1 Skala Likert………. 43

3.2 Kriteria Koefisien Korelasi………. 52

3.3 Operasional Variabel Penelitian………. 54

4.1 Hasil Uji Validitas Tryout Variabel Promosi Penjualan………. 61

4.2 Hasil Uji Reliabilitas Tryout Variabel Promosi Penjualan………. 61

4.3 Hasil Uji Validitas Tryout Variabel Store Atmosphere……….. 62

4.4 Hasil Uji Reliabilitas Tryout Variabel Store Atmosphere……….. 63

4.5 Hasil Uji Validitas Tryout Variabel Shopping Emotion………. 63

4.6 Hasil Uji Reliabilitas Tryout Variabel Shopping Emotion………. 64

4.7 Hasil Uji Validitas Tryout Variabel Impulse Buying………. 64

4.8 Hasil Uji Reliabilitas Tryout Variabel Impulse Buying……….. 65

4.9 Data Karakteristik Responden………. 66

4.10 Matahari memberikan diskon atau potongan harga pada produk yang di tawarkan……….. 67

4.11 Matahari menyediakan pengujian gratis kepada konsumen yang ingin mencoba produk……….. 67

4.12 Matahari mempromosikan produknya dengan memberikan hadiah secara gratis ( beli 3 dapat 1 / beli 2 dapat 1)………. 68

(16)

4.15 Matahari menyediakan member card untuk pelanggan……….. 69

4.16 Ruangan matahari memiliki aroma yang nyaman dan segar……….. 70

4.17 Suhu ruangan matahari terasa sejuk dan nyaman………... 70

4.18 Pembagian tata letak ruang matahari menarik dan nyaman……… 71

4.19 Musik yang di perdengarkan matahari membuat rileks pelanggan………. 71

4.20 Pencahayaan matahari terlihat baik………. 72

4.21 Desain ruangan, penempatan produk pada matahari tertata dengan baik… 72 4,22 Lokasi matahari mudah dijangkau……….. 73

4.23 Logo matahari mudah dikenali……… 73

4.24 Pintu masuk matahari terlihat luas dan menarik………. 74

4.25 Saya merasa nyaman berbelanja di matahari……….. 74

4.26 Saya merasa senang berbelanja di matahari……… 75

4.27 Saya merasa puas membeli produk matahari……….. 75

4.28 Saya tertarik untuk membeli produk matahari……… 76

4.29 Saya suka berbelanja produk matahari……… 76

4.30 Saya bersemangat saat berbelanja di matahari……… 77

4.31 Saya merasa bebas bertindak dan terkendali saat berbelanja……….. 77

4.32 Saya suka membeli produk matahari secara spontan atau tidak direncanakan sebelumnya……….. 78

4.33 Saya membeli produk matahari saat saya merasa membutuhkannya……. 78

4.34 Saya suka membeli produk matahari sesuai anjuran teman dan keluarga.. 79

4.35 Saya membeli produk matahari saat saya melihat produk………. 79

(17)

4.37 Saya suka membeli produk matahari yang ada diskon nya……… 80

4.38 Jika saya memiliki voucher dan member card matahari, akan saya gunkan untuk berbelanja………... 81

4.39 Model Summary struktur I……….. 82

4.40 Coeficients……….. 83

4.41 ANOVA……….. 86

4.42 Model Summary struktur II……… 88

4.43 Coeficients……….. 90

4.44 ANOVA……….. 94

4.45 Correlations………. 96

4.46 Model Summary struktur II setalah Triming……….. 102

4.47 ANOVA struktur II setelah Triming……….. 103

(18)

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman

1.1 Grafik Pertumbuhan Omzet Ritel Nasional... … 3

2.1 Proses Keputusan Pembelian Konsumen... … 14

2.2 Model Kerangka Pemikiran………... 36

3.1 Diagram Analisis Jalur……….. 47

3.2 Sub Struktural I………. 47

3.3 Sub Struktural II……… 48

4.1 Logo Matahari Department Store……….. 58

4.2 Struktur Organisasi Matahari cabang Mall Pondok Gede………. 59

4.3 Model Diagram Jalur Dengan Hasil Perhitungan……….. 101

4.4 Hasil Perhitungan Analisis Jalur Setelah Triming Struktural II……… 104

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era globalisasi saat ini pertumbuhan dan persaingan dalam dunia bisnis sangatlah ketat, para produsen gencar memasarkan dan mengenalkan produk mereka kepada konsumen melalui berbagai kegiatan pemasaran. Tak terkecuali dalam industri ritel.

Dewasa ini bisnis retail di Indonesia sedang mengalami kemajuan yang sangat pesat.Kemunculan perusahaan - perusahaan ritel baru dewasa ini, yang menghasilkan produk yang bervariasi membuat perusahaan semakin cepat untuk memperbaharui produk mereka. Hal ini menjadikan produk yang ditawarkan di pasar semakin banyak. Dengan demikian, kegiatan pemasaran harus dapat beradaptasi dengan keadaan tersebut. Kegiatan pemasaran saat ini tidak bisa lepas dari perilaku konsumen yang menjadi target pasar suatu perusahaan khususnya perusahan ritel. Perusahaan hanya bisa mengenali karakter konsumen yang menjadi target pasar suatu perusahaan ritel. Perusahaan ritel harus bisa mengenali karakter konsumen agar konsumen tersebut dapat menjadi konsumen potensial. Ma’ruf (2006:113) menyebutkan terdapat 6 (enam) unsur strategi bauran

(21)

Fenomena bisnis retail ini sering kali di lihat dari cermin perekonomian suatu Negara, apalagi dengan pendapatan perkapita yang terus mengalami pertumbuhan, menjadi daya serap produk ritel. Indonesia berada di peringkat 12 dunia dalam Indeks Pembangunan Retail Global (GRDI) 2015 yang dirilis AT Kearney. Ini adalah tingkat pertumbuhan retail tertinggi yang pernah dicapai Indonesia dalam indeks sejak 2001 (www.sindonews.com, 2015). Hal ini sejalan dengan penyataan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) yang memperkirakan pertumbuhan industri ritel tahun 2015 tumbuh 12% menjadi Rp 188,6 trilliun, dibanding realisasi tahun lalu yang sekitar Rp 168 trilliun. Pertumbuhan tersebut di picu atas perkembangan ekonomi Indonesia yang cukup bagus, serta bertambahnya jumlah pemduduk kelas menengah yang akan menjadi katalis peningkatan bisnis ritel tahun ini (www.radarpena.com, 2015)

(22)

oleh para produsen ritel sebagai peluang besar untuk terus mengembangkan usahanya, hal ini dapat dilihat dari grafik pertumbuhan omset ritel modern nasional.

Gambar 1.1

Grafik Pertumbuhan Omzet Ritel Nasional

(Sumber: Aprindo)

(23)

Melihat persaingan yang semakin ketat dalam bisnis ritel maka peritel dituntut untuk dapat menciptakan inovasi inovasi baru dalam berbisnis. Salah satu upaya yang dilakukan adalah membuat masyaratkat mau berkunjung kelokasi ritel. Untuk itu para peritel menerapkan strategi strategi pemasaran diantaranya adalah promosi, promosi digunakan untuk menyampaikan informasi kepada konsumen. Menurut Erwin (2011) kegiatan promosi berkaitan dengan seluruh kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam rangka mengomunikasikan kebaikan produknya dan membujuk konsumen untuk membeli produk tersebut. Promosi dibuat semenarik mungkin sehingga masyarakat benar benar mau berkunjung. Setelah berada di dalam toko konsumen akan disuguhi dengan informasi tambahan lainnya dan suasan yang nyaman sehingga mereka rela untuk berlama lama di dalam toko, penyediaan fasilitas layanan pembelanjaan seperti sistem pembayaran. melalui kartu kredit juga sangat efektif dalam membentuk pembentukan keputusan pembelian konsumen.

Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pembelian tak terencana yang dilakukan oleh konsumen (impulse buying). Impulse buying atau biasa disebut juga unplanned purchase, adalah perilaku orang dimana orang tersebut tidak merencanakan sesuatu dalam berbelanja. Utami (2010: 51)

(24)

menjadi tertarik untuk mendapatkannya, biasanya karena adanya rangsangan yang menarik dari toko tersebut

Tidak hanya promosi faktor yang juga penting dalam mempengaruhi impulse buying terhadap sebuah ritel adalah store atmosphere. Utami (2008:117) berpendapat bahwa store atmosphere atau

suasana toko merupakan kombinasi dari karakteristik fisik toko seperti arsitektur, tata letak, pencahayaan, pemajangan, warna, temperatur, musik, serta aroma yang secara menyeluruh akan menciptakan citra dalam benak konsumen. Melalui suasana toko yang sengaja diciptakan, ritel berupaya untuk mengomunikasikan informasi yang terkait dengan layanan, harga maupun ketersediaan barang dagang yang bersifat fashionable. Penciptaan suasana (Atmospherics) berarti desain lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik dan wangi-wangian untuk merancang respons emosional dan persepsi pelanggan dan untuk mempengaruhi pelanggan dalam membeli barang.

(25)

timbullah emosi positif dalam dirinya. Utami (2010:66) menyatakan manusia mengeskpresikan emosi dalam tiga dimensi. Pertama menyenangkan – tidak menyenangkan (pleasure - displeasure). Kedua mengairahkan – tidak menggairahkan (arousal - nonarousal). Ketiga dominan - patuh (dominance - submissivennes).

(26)

yang luas, bersih dan nyaman, sehingga Matahari menjadi salah satu alternatif pilihan masyarakat dalam berbelanja. Produk yang di tawarkan oleh Matahari di pastikan produk yang mengikuti perkembangan zaman yang juga di harapkan oleh pasar. Matahari tidak jenuhjenuh nya menyuguhkan program menarik untuk konsumenya, baik dalam bentuk diskon, potongan harga, harga spseial atau lainnya. (www.matahari.co.id, 2015)

Adanya perilaku impulsif memberikan dampak positif bagi para pelaku ritel. Dampak positifnya adalah pelaku ritel akan mendapatkan keuntungan atau omset yang tinggi pada toko setiap bulan nya. Akan tetapi terdapat penurunan perilaku belanja konsumen. Oleh karena itu penting bagi pelaku ritel untuk mendapatkan informasi dalam menentukan strategi bersaing yang harus dilakukan terhadap perilaku impulse buying. Mengingat impulse buying sangat memberikan manfaat bagi perilaku ritel, penelitian ini berusaha mengkaji faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konsumen meliput promosi, dan store atmosphere terhadap impulse buying melalui shoping emotion. Berdasarkan latar belakang tersbut, maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul

“ANALISIS PENGARUH PROMOSI PENUALAN DAN

STORE ATMOSPHERE TERHADAP SHOPING EMOTION DAN DAMPAKNYA TERHADAP IMPULSE BUYING” (Studi kasus Pada

(27)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah promosi penjualan berpengaruh terhadap shopping emotion konsumen Matahari Department Store cabang Mal pondok gede?

2. Apakah store atmosphere berpengaruh terhadap shopping emotion konsumen Matahari Department Store cabang Mal Pondok Gede?

3. Apakah promosi penjualan dan store atmosphere berpengaruh terhadap shopping emotion konsumen Matahari Department Store cabang Mal Pondok Gede?

4. Apakah promosi penjualan berpengaruh terhadap impulse buying konsemen Matahari Department Store cabang Mal Pondok Gede?

5. Apakah store atmosphere berpengaruh terhadap impulse buying konsumen Matahari Department Store cabang Mal Pondok Gede?

6 Apakah shopping emotion berpengaruh terhadap impulse buying konsumen Matahari Department Store cabang Mal Pondok Gede?

7. Apakah promosi penjaulan, store atmosphere, dan shopping emotion berpengaruh terhadap impulse buying konsumen Matahari Department Store cabang Mal Pondok Gede?

(28)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian skripsi ini adalah:

a. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh promosi penjualan terhadap shopping emotion

b. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh store atmosphere terhadap shopping emotion

c. Untuk menganalisi dan mengetahui pengaruh promosi penjualan dan store atmosphere terhadap shopping emotion

d. Untuk menganalisis dan mengetahui pegaruh promosi penjualan terhadap impulse buying

e. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh store atmosphere terhadap impulse buying

f. Untuk menganalisis pengaruh shopping emotion terhadap impulse buying

g. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh promosi penjualan, store atmosphere, dan shopping emotion terhadap impulse buying

(29)

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: a. Peneliti

Dapat memberikan wawasan serta pengetahuan pada peneliti serta memberikan kesempatan untuk menerapkan teori-teori yang didapat saat kuliah kemudian membandingkan dengan kondisi nyata yang ada.

b. Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapakan mampu memberikan informasi bagi perusahaan dalam menentukan langkah-langkah strategi dalam upaya mempengaruhi kosumen melakukan tindakan impulse buying, dan dapat menjadi masukan dan informasi bagi perusahaan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh berpengaruh dominan terhadap impulse buying konsumen.

c. Akademis

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Pemasaran

Definis pemasaran menurut Swastha (2005) adalah kegiatan yang digunakan oleh sebuah perusahaan dalam memproduksi barang atau jasa untuk dapat memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar, serta mendapatkan laba sehingga perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan berkembang. Untuk mendapatkan barang atau jasa tersebut, pelanggan harus menukarkannya dengan alat tukar yang disepakati bersama sehingga menimbulkan kegiatan yang memiliki nilai ekonomi. Nilai ekonomi tersebut secara langsung menunjukkan harga barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan.

Sedangkan menurut American Marketing Assocition (AMA) menyatakan pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya. (Kotler dan Keller, 2009:5).

(31)

perusahaan untuk kelangsungan hidup perusahaan dengan cara memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar mulai dari menciptakan, mengkomunikasikan dan memberikan nilai dari suatu barang kepada pelanggan dan untuk menjalin hubungan degan pelanggan.

2. Retail

Toko eceran (Retailer) adalah semua badan usaha yang volume penjualannya terutama datang dari penjualan eceran. Perdagangan eceran/pengeceran (retailing) adalah yang termasuk semua aktivitas dalam menjual barang atau jasa langsung ke komsumen akhir untuk kebutuhan pribadi atau nonbisnis, Kotler (2008).

Menurut Levy & Barton (2009), “Retailing is the set of business activities that adds value to the products and service sold to

consumers for their personal or family use”. Yang berarti retailing

adalah serangkaian kegiatan usaha yang memberikan nilai tambah terhadap produk dan jasa yang dijual kepada konsumen untuk penggunaan pribadi atau keluarga. Sedangkan menurut Berman & Evans (2010), “Retailing encompasses the business activities involved in selling goods and service to consumers for their personal, family, or

household use.” Yang berarti retailing meliputi kegiatan usaha yang

(32)

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa retail atau retailing adalah semua kegiatan atau aktivitas pemasaran yang memberikan nilai tambah pada produk barang atau jasa dan menjualnya kepada konsumen untuk penggunaan pribadi mereka, keluarga, atau rumah tangga.

3. Keputusan Pembelian

Definisi keputusan pembelian menurut Kotler dan Amstrong (2003:227), keputusan pembelian adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen benar-benar membeli. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan. Keputusan pembelian

adalah suatu proses pemecahan masalah seseorang dalam memenuhi keinginan atau kebutuhannya.

(33)

Gambar 2.1

Proses Keputusan Pembelian Konsumen

Sumber: (Kotler dan Keller, 2007)

Dari gambar diatas menunjukan sebuah model secara berurutan dan bertahap mengenai proses keputusan oembelian yang dilakukan konsumen mulai dari :

a. Pengenalan Masalah

Proses membeli dimulai dengan pengenalan masalah dimana pembeli mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Kebutuhan itu dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam diri pembeli atau dari luar. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan sebenar nya dan keadaan yang diinginkan. Konsumen akan segera memahami kebutuhan yang berlum perlu harus segera di penuhi dengan yang sama sama harus segera di penuhi

b. Pencarian Informasi

Seorang konsumen yang mulai tergugah minatnya terhadap suatu produk mungkin akan mencari informasi yang lebih banyak lagi. Pada umumnya, konsumen menerima sebagian besar informasi Pengenalan

Masalah

Pencarian Informaasi

Evaluasi Alternatif

Keputusan Pembelian

(34)

pemasar. Akan tetapi, sumber yang paling efektif cenderung sumber pribadi. Sumber pribadi tanpaknya bahkan lebih penting dalam mempengaruhi pembelian jasa. Sumber komersial biasanya memberitahu pembeli, tetapi sumber pribadi membenarkan atau mengevaluasi produk bagi pembeli

c. Evaluasi Alternatif

Tahap dari proses keputusan membeli, yaitu ketika konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek alternatif dalam menentukan pilihan. konsumen mengevaluasi alternatif barang yang akan dibeli tergantung pada masing-masing individu dan situasi membeli spesifik. Dalam beberapa keadaan, menggunakan perhitungan dengan cermat dan pemikiran logis. Pada waktu lain, konsumen yang sama hanya sedikit mengevaluasi atau tidak sama sekali mereka membeli berdasarkan dorongan sesaat atau tergantung pada intuisi.

d. Keputusan Pembelian

(35)

Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak diharapkan, harga yang diharapkan dan manfaat produk yang diharapkan. Akan tetapi peristiwa-peristiwa yang tak diharapkan bisa menambah niat pembelian.

e. Perilaku Pasca Pembelian

Tahap dari proses keputusan pembeli, yaitu konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa puas atau tidak puas. Yang menentukan pembeli merasa puas atau tidak puas dengan suatu pembelian terletak pada hubungan antara harapan konsumen dengan manfaati yang diterima konsumen dari produk tersebut. Bila produk tidak memenuhi harapan, konsumen merasa tidak puas, bila memenuhi harapan konsumen merasa puas, bila melebihi harapan konsumen akan merasa puas.

4. Promosi Penjualan

Promosi merupakan salah satu elemen dari retailing marketing mix yang mempunyai peranan penting dalam pemasaran. Dalam

(36)

Promosi penjualan dirancang untuk meningkatkan ketersediaan produk dalam saluran distribusi.

Promosi penjualan adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaaan alat-alat insentif yang beragam untuk mendorong pembelian suatu produk atau jasa tertentu secara cepat dan meningkatkan jumlah barang yang dibeli konsumen (Tjiptono, 2008:229). Promosi penjualan, sebagai unsur utama dalam kampanye pemasaran, adalah berbagai kumpulan alat-alat insentif yang sebagian besar berjangka pendek, yang dirancang untuk merangsang pembelian produk atau jasa tertentu dengan lebih cepat dan lebih besar oleh konsumen atau pelanggan. Sedangkan Kotler dan Keller (2012:500) menyatakan promosi penjualan (sales promotion) adalah beragam insentif jangka pendek untuk mendorong percobaan atau penjualan suatu produk atau jasa.

Menurut Belch (2004:513) tujuan dari promosi penjualan adalah untuk mempengaruhi pembelian agar mencoba menggunakan produk atau menganjurkan agar konsumen menggunakan produk secara rutin. Tujuan dasar dari dilakukannya promosi penjualan adalah untuk mendorong pembeli agar bertindak, memulai rangkaian perilaku yang mengakibatkan aktivitas pembelian.

(37)

a. Dimensi-dimensi Promosi Penjualan

Menurut kotler dan keller (2012:543) alat promosi penjualan terbagi menjadi tiga dimensi:

1). Alat Promosi Konsumen, meliputi:

a) Sampel produk, sampel adalah penawaran untuk mencoba produk. Pemberian sampel adalah cara paling efektif untuk memperkenalkan produk yang sudah ada, meskipun biaya yang dikeluarkan untuk sampel cukup mahal.

b) Kupon, kupon adalah sertifikat yang memberikan penghematan kepada pembeli ketika mereka membeli produk tertentu. Kupon dapat mempromosikan percobaan merek baru atau mendorong penjualan merek yang sudah ada.

c) Pengembalian tunai (rebates), pengembalian tunai adalah pengurangan harga setelah pembelian dan bukan saat membeli ditoko ritel. Konsumen memberikan “bukti pembelian” kepada produsen, yang

kemudian mengembalikan secara tunai sebagain harga pembelian lewat pos.

(38)

penghematan harga dengan menandai langsung pada label atau kemasan.

e) Premi, premi atau hadiah langsung adalah barang yang ditawarkan secara gratis atau pada harga murah sebagai insentif untuk membeli produk.

f) Program frekuensi, progam frekuensi adalah program yang memberikan hadiah kepada konsumen yang membeli produk dengan frekuensi dan intensitas tertentu.

g) Kontes,undian dan permainan, Kontes,undian dan permainan program yang memberikan peluang kepada konsumen untuk memenangkan sesuatu, seperti uang tunai, perjalanan, atau barang, lewat keberuntngan atau suatu usaha.

(39)

i) Pengujian gratis, pengujian gratis mengajak prospektif konsumen untuk mencoba produk tanpa biaya dengan harapan mereka akan membeli.

j) Garansi produk adalah janji eksplisit penjual bahwa produk akan bekerja seperti yang ditentukan atau bahwa penjual akan memperbaiki atau mengembalikan uang pembeli selama periode tertentu.

k) Promosi titik pembelian, promosi titik pembelian meliputi pajangan dan demontrasi di titik penjualan, seperti penawaran percobaan gratis, pemajangan di counter atau pemajangan poster dan tanda untuk memberikan informasi mengenai lokasi produk.

2). Alat Promosi Dagang, meliputi:

a) Price-off, diskon langsung dari daftar harga pada setiap pembelian selama periode waktu yang ditentukan b) Allowance, jumlah yang ditawarkan sebagai imbalan

untuk peritel yang setuju untuk menampikan produk-produk dari produsen dalam beberapa cara

(40)

3). Alat Promosi Bisnis, meliputi:

a) Trade show and conventions, pameran dagang dan konvensi tahunan engan tujuan untuk menyediakan akses unuk penjualan yang akan datang, memperoleh pemberitaan, meningkatkan visibilitas perusahaan di dalam industry

b) Kontes Penjualan, kontes penjualan bertujauan mendorong tenaga penjualan untuk meningkatkan hasil penjualan merek selama periode yang ditentukan, dengan hadiah (uang, perjalanan wisata, hadiah, atau kupon) kepada mereka yang berhasil

c) Speciality advertisisng, barang iklan khusus atau souvenir pernaik-pernik bermanfaat yang dicetak dengan nama, lambang, atau pesan pengiklan yang diberikan sebagi hadiah kepada tenaga pejual.

(41)

5. Store Atmosphere

Semakin ketatnya persaingan di dunia bisnis, diperlukan sstrategi untuk memenangkan persaingan. Jika kita dapat mengelola dengan baik, maka store atmosphere dapat dijadikan alat untuk memenangkan persaingan untuk menarik minat konsumen melakukan pembelian di toko.

Atmosphere (suasana toko) adalah suasan terencana yang

(42)

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa store atmosphere adalah keadaan atau suasana terencanakan yang disesuaikan pasar sasaran. Melalui karakteristik toko seperti arsitektur, tata letak, pencahayan, warna, musik, tempreatur, aroma. untuk dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam berbelanja

a. Tujuan Penataan Atmosphere

Menurut Levi dan Weitz (2001), Ketika peritel hendak menata atau mendekorasi ulang sebuah toko, manajer harus memperhatikan tiga tujuan dari atmosphere berikut:

1). Atmosphere harus konsisten dengan citra toko dan strategi secara keseluruhan.

2). Membantu konsumen dalam menentukan keputusan pembelian.

3). Ketika membuat suatu keputusan mengenai desain, manajer harus mengingat mengenai biaya yang diperlukan dengan desain tertentu yang sebaik-baikanya sesuai dengan dana yang dianggarkan.

b. Dimensi-dimensi Store Atmosphere

(43)

Levi dan Weitz (2001) menyatakan, store atmosphere terdiri dari dua dimensi, yaitu instore atmosphere dan outstore atmosphere.

1). Instore atmosphere

Instore atmosphere adalah pengaturan-pengaturan di

dalam ruangan yang menyangkut:

a). Internal Layout merupakan pengaturan dari berbagai fasilitas dalam ruangan yang terdiri dari tata letak meja kursi pengunjung, tata letak meja kasir, dan tata letak lampu, pendingin ruangan, sound.

b). Suara merupakan keseluruhan alunan suara yang dihadirkan dalam ruangan untuk menciptakan kesan rileks yang terdiri dari live musik yang disajikan restoran dan alunan suara musik dari sound system.

c). Bau merupakan aroma-aroma yang dihadirkan dalam ruangan untuk meniptakan selera makan yang timbul dari aroma makanan dan menuman dan aroma yang ditimbulkan oleh pewangi ruangan.

(44)

e). Desain interior bangunan adalah penataan ruang-ruang dalam restoran kesesuaian meliputi kesesuaian luas ruang pengunjung dengan ruas jalan yang memberikan kenyamanan, desain bar counter, penataan meja, penataan lukisan-lukisan, dan sistem pencahayaan dalam ruangan.

2). Outstore atmosphere

Outstore atmosphere adalah pengaturan–pengaturan di luar ruangan yang menyangkut :

a). External Layout yaitu pengaturan tata letak berbagai fasilitas restoran di luar ruangan yang meliputi tata letak parker pengunjung, tata letak papan nama, dan lokasi yang strategis. b). Tekstur merupakan tampilan fisik dari bahan-bahan yang digunakan bangunan maupun fasilitas di luar ruangan yang meliputi tekstur dinding bangunan luar ruangan dan tekstur papan nama luar ruangan.

c). Desain eksterior bangunan merupakan penataan ruangan-ruangan luar restoran meliputi desain papan nama luar ruangan-ruangan, penempatan pintu masuk, bentuk bangunan dilihat dari luar, dan sistem pencahayaan luar ruangan.

6. Shopping Emotion

(45)

perasaan yang kuat, dan relatif tidak terkendali yang mempengaruhi perilaku kita. Emosi umumnya dipicu oleh peristiwa lingkungan. Kemarahan, kegembiraan dan kesedihan adalah yang paling sering merupakan respon terhadap serangkaian peristiwa eksternal. Namun, reaksi emosional dapat diawali dengan reaksi internal

Solomon (2007) menyatakan, suasana hati seseorang atau kondisi psikologis pada saat pembelian dapat memiliki dampak besar pada apa yang dia beli atau bagaimana ia menilai pembeliannya. Seseorang dapat menikmati situasi, dan mereka bisa merasakan distimulasi atau tidak. Suasana hati dapat di pengaruhi oleh desain toko, cuaca, atau faktor spesifik lainnya bagi konsumen

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa shoping emotion adalah perasaan yang tidak terkendali yang dapat mempengaruhi seseorang dalam proses pembelian yang terbentuk dari lingkungan eksternal dan internal seseorang.

a. Sifat-sifat Motivasi

Menurut Ma’ruf (2005) setiap konsumen memiliki dua sifat motivasi pembelian yang saling timpang tindih dalam dirinya, yaitu:

1). Emosional

(46)

atau bagus dan faktor gengsi akan lebih banyak pengaruhnya saat berbelanja.

2). Rasional

Sikap belanja rasional dipengaruhi oleh alasan rasional dalam pemikiran seorang konsumen. Cara berfikir seorang konsumen bisa begitu kuat sehingga membuat perasaan seperti gengsi menjadi amat kecil atau bahkan hilang.

b. Dimensi-Dimensi Shoping Emotion

Menurut Utami (2010:166) manusia mengekspresikan emosi dalam tiga dimensi :

1). Pleasure

Kegembiraan menggambarkan sejauh mana seseorang merasa nyaman, ceria, atau puas di dalam suatu lingkungan

2). Arousal

Kegairahan berkaitan dengan sejauh mana seseorang merasa tertarik atau terstimulasi waspada atau aktif dalam situasi 3). Dominance

Dominance menggambarkan sejauh mana seseorang merasa terkendali atau bebas untuk bertindak.

7. Impulse Buying

(47)

membuat prioritas saat memasuki toko (Hawkins et al 2000:610). Menurut Sutisna (2002: 17), purchase impulse terjadi ketika konsumen mengambil keputusan pembelian yang mendadak.

Dorongan untuk melakukan pembelian begitu kuat, sehingga konsumen tidak lagi berpikir rasional dalam pembeliannya. Dengan demikian pembelian yang dilakukan terjadi akibat letupan-letupan emosi yang bersifat kompleks. Purchase impulse termasuk dalam jenis pembelian ditinjau dari perspektif eksperiental. Perspektif eksperiental adalah suatu perspektif dalam proses pengambilan keputusan pembelian dimana tindakan yang dihasilkan tersebut dihasilkan dari adanya kebutuhan manusia pada perasaan dan emosinya.

Sedangkan Mowen & Minor (2002:10) definisi pembelian impulsif (impulse buying) adalah tindakan membeli yang dilakukan

(48)

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa impulse buying atau pembelian tak terencana adalah pembelian yang dilakukan secara spontanitas atau tidak direncanankan sebelumnya ketika konsumen memasuki toko dan melihat suatu barang, impulse buying terjadi karena adanya emosi positif atau penilaian positif konsumen terhadap suatu barang.

a. Dimensi-dimensi Impulse Buying

Loudon & Della (dalam kurniawan 2013), menyatakan terdapat 4 tipe dimensi dari pembelian tak terencana, yaitu:

1). Pure Impulse, adalah pembelian yang memang benar-benar murni secara spontan.

2). Suggestion Impulse, adalah ketika calon pembeli tidak mempunyai pengetahuan sebelumnya atas produk tersebut dan baru pertama kali melihat dan merasa membutuhkan produk tersebut dan membeli sesuai saran dan anjuran produk terkait.

3). Reminder Impulse, adalah ketika calon pembeli mengingat pengalaman sebelumnya dalam pemakaian produk tersebut dan atau mengingat barang tersebut setelah melihat atau mendengarkan lewat iklan.

4. Planned Impulse, dalah ketika calon pembeli memasuki toko dengan harapan untuk mencari barang dengan harga special,

(49)

B. Hubungan Antar Variabel

1. Pengaruh Promosi Penjualan Terhadap Shoping Emotion

Pada penelitian promosi penjualan dan shoping emotion yang dilakukan oleh Kurniawan dan Kunto (2013) menunjukan hasil penelitian yang dilakukan pada Matahari department store cabang mall Surabaya , bahwa sales promotion berpengaruh positif dan signifikan terhadap shoppping emotion. Hal ini berarti jika promosi ditingkatkan maka shopping emotion juga akan meningkat.

2. Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Shoping Emotion

Pada penelitian store atmosphere dan shoping emotion yang dilakukan oleh Mowen dan Minor (2002) meyatakan bahwa atmosfir (suasana) mempengaruhi sejauh mana konsumen menghabaiskan uang di luar tingkat yang direncanaka di sebuah toko. Store atmosphere dalam penelitian ini terdiri dari ( eksterior, general interior, store layout, dan interior display) mampu mampu mempengaruhi keadaan

emosional saat berbelanja.

3. Pengaruh Promisi Penjualan Terhadap Impulse Buying

(50)

membeli lebih banyak dan dapat meningkatkan pembelian tidak terencana (impulse buying).

4. Pengaruh Store Atmosfer Terhadap Impulse Buying

Pada penelitian store atmosfer dan impulse buying yan dilakukan oleh kurniawati (2014) menunjukan hasil store atmosfer berpengaruh positif terhadap impulse buying namun tidak signifikan. Artinya semakin bagus store atmosfer maka impulse buying dari pelanggan semakin meningkat. Akan tetapi dari hasil analisis kuantitatif memperlihatkan bahwa store atmosfer akan mengalami pengingkatan signifikansi terhadap impulse buying secara tidak langsung jika di moderati oleh shopping emotion.

5. Pengaruh Shoping Emotion Terhadap Impulse Buying.

Pada penelitian shopping emotion dan impulse buying yang dilakukan oleh winawati dan saino (2014) menunjukan bahwa variabel shoping emotion sebagai variabel intervening berpengaruh positif

terhadap impulse buying. Hasil penelitian ini menunjukan apabila shoping emotion ditingkatkan maka impulse buying juga akan

(51)
(52)
(53)
(54)

No

(55)

Gambar 2.2

Model Kerangka Pemikiran

Sumber : Peneliti, 2015 Promosi

(X1)

Store Atmosphere (X2)

Shopping Emotion (Y)

Impulse Buying (Z)

Uji Kualitas Data:

1. Uji Validitas 2. Uji Reliabilitas 3. Uji Normalitas

Path Analysis

1. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) 2. Uji Parsial (Uji t)

3. Uji Simultan (Uji F) 4. Korelasi

5. Penghitungan Pengaruh

Hasil

(56)

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka dirumuskan beberapa hipotesis sebagai berikut:

1. Sub Struktural I

Y =

ρ

yx1 X1 +

ρ

yx2 X2 +

ρ

y Є1

Hipotesis 1 :

Ho : Tidak ada pengaruh antara promosi terhadap shopping emotion.

Ha1: Ada pengaruh antara promosi terhadap shopping emotoin.

Hipotesis 2:

Ho : Tidak ada pengaruh antara store atmosphere terhadap shopping emotion

Ha2 : Ada pengaruh antara store atmosphere terhadap shopping emotion

Hipotesis 3:

Ho : Tidak ada pengaruh antara promosi, store atmosphere terhadap shopping emotion

(57)

2. Sub Struktural 2:

Y =

ρ

zx1 X1 +

ρ

zy Y +

ρ

zx2 X2 +

ρ

z Є2

Hipotesis 4:

Ho : Tidak ada pengaruh antara promosi terhadap impulse buying

Ha4 : Ada pengaruh antara promosi terhadap impulse buying

Hipotesis 5:

Ho : Tidak ada pengaruh antara store atmosphere terhadap impulse buying

Ha5 : Ada pengaruh antara store atmosphere terhadap impulse buying

Hipotesis 6:

Ho : Tidak ada pengaruh antara shopping emotion terhadap impulse buying

Ha6 : Ada pengaruh antara shopping emotion terhadap impulse buying

Hipotesisi 7:

Ho : Tidak ada pengaruh antara promosi, store atmosphere, dan shopping emotion terhadap impulse buying

(58)

Hipotesis 8:

Ho : Tidak ada pengaruh antara promosi, store atmosphere terhadap impulse buying melaui shopping emotion Ha8 : Ada pengaruh antara promosi, store atmosphere

(59)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah perusahaan ritel yang bergerak dibidang fashion, Matahari Departmen Store. Penelitian ini berfokus pada pengaruh promosi dan store atmosphere terhadap shoping emotion dan dampanya terhadap impulse buying di Matahari Departmet Store yang terletak di kawasan Mal Pondok Gede Bekasi. Penelitian ini dilakukan dari bulan agustus sampai november 2015 dan objek dalam penelitian ini adalah konsumen yang pernah berbelanja atau sedang berbelanja di Matahari Departmen Store cabang Mal Pondok Gede Bekasi.

B. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi

(60)

penelitian ini adalah konsumen Matahari Department Store cabang Mal Pondok Gede.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2010:62). Menurut Malhotra (2009:364) sampel adalah subkelompok populasi yang terpilih untuk berpartisipasi dalam penelitian. Adapun teknik penarikan sampel pada penelitian ini menggunkan teknik nonprobability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan tidak memberikan kesempaan yang sama bagi setiap unsur anggota populasi untuk di pilih menjadi sampel.

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2010:68). Pertimbangan yang digunakan dalam memilih responden adalah:

a. Responden dalam penelitian ini adalah konsumen yang datang dan berkunjung atau sudah pernah berkunjung ke Matahari Departmen Store cabang Mal Pondok Gede Bekasi

(61)

Dikarenakan jumlah populasi dalam penelitian ini tidak diketahui secara pasti, maka untuk mengetahui besarnya sampel yaitu menggunakan rumus teknik sampling kemudahan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti menyeleksi dengan menyaring kuesioner yang ada, apabila orang-orang tersebut diketahui misalnya (pengunjung dan pembeli pada Matahari Departmen Store).

Menurut Roscue dalam Sugiyono (2010:74) ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara30 sampai dengan 500. Jadi dalam penelitian ini akan menggunakan 60 responden yang akan dijadikan sampel penelitian.

C. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Penjelasan mengenai data primer dan sekunder sebagai berikut:

1. Data Primer (Primery Data)

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya. Menurut Suliyanto (2005:6) menjelaskan data primer adalah data yang dikumpulkam dan diolah suatu organisasi atau peneliti langsung dari objeknya. Sedangkan menurut Malhotra (2009:120) data primer dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditangani.

(62)

tentang shoping emotion dan impulse buying berdasarkan promosi dan store atmosphere yang diterapkan pada Matahari Departmen Store cabang Mal Pondok Gede.

Metode pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penyebaran kuesioner pada konsumen Matahari Department Store cabang Mal Pondok Gede. Kuesioner pada penelitian ini terdiri dari pernyataan-pernyataan yang bersumber dari tiap-tiap indikator variabel penelitian. Pernyataan-pernyataan pada kuesioner dibuat dengan skala Likert. Skala likert adalah pengukuran dengan lima kategori respon yang berkisar antara “sangat setuju” dan ”sangat tidak setuju” yang mengharuskan responden menentukan derajat persetujuan

atau ketidaksetujuan responden terhadap masing-masing dari serangkaian pertanyaan mengenai objek stimulus (Malhotra, 2009:298). Skala 1-5 untuk memperoleh data yang bersifat numerical dan diberi skor atau nilai. Untuk kategori pertanyaan dengan jawaban sangat tidak setuju atau sangat setuju.

Tabel 3.1 Skala Likert

No Jawaban Nilai

1. Sangat Setuju (SS) 5

2. Setuju (S) 4

3. Netral (N) 3

4. Tidak Setuju (ST) 2

(63)

2. Data Sekunder (Secondary Data)

Menurut Suliyanto (2006:6) data sekunder (Secondary data) adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi seperti jurnal, buku, majalah dll. Sedangkan menurut Malhotra (2009:121) data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain untuk menyelesaikan suatu masalah penelitian yang sedang dihadapi, data ini dapat ditemukan dengan cepat serta tidak mahal.

Data sekunder merupakan jenis data yang bukan diusahakan dan dicari langsung serta dikumpulkan oleh peneliti. Data ini dapat diperoleh dari literatur-literatur, jurnal-jurnal penelitian terdahulu, majalah, maupun data dokumen yang berhubungan dan diperlukan dalam penelitian ini. D. Metode Analisis Data

1. Uji Kualitas Data

Pada tahap inilah data diolah sedemikian rupa sehingga berhasil disimpulkan kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian.

a. Uji Validitas

(64)

pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kusioner tersebut (Ghazali, 2011:52).

Validitas suatu butir pertanyaan dapat dinilai pada hasil output program SPSS pada tabel dengan judul Item-Total Statistic. Menilai validitas masing-masing butir pertanyaan dapat dilihat dari nilai correted item total correalation > r tabel atau suatu butir pertanyaan dianggap valid

jika koefisien korelasi product moment melebihi 0,3 (Suliyanto, 2005:42). Hasil analisis korelasi bivariate dengan melihat output Cronbach Alpha pada kolom Correlated Item – Total Correlation adalah identik

karena keduanya mengukur hal yang sama (Ghazali, 2011:55) a. Uji Reliabilitas

(65)

2. Analisis Jalur (Path Analysis)

Teknik analisis jalur, yang dikembangkan oleh Sewal Wright di tahun 1934, sebenarnya merupakan pengembangan korelasi yang diurai menjadi beberapa interpretasi akibat yang ditimbulkan. Lebih lanjut, analisis jalur mempunyai kedekatan dengan regresi berganda. Dengan kata lain, regresi berganda merupakan bentuk khusus dari analisis jalur (Sarwono, 2007:1).

Terdapat beberapa definisi tentang analisi jalur (path analysis) diantaranya, menurut Sugiyono (2010:297) analisis jalur digunakan untuk melukiskan dan menguji model hubungan antar variabel yang berbentuk sebab akibat. Melalui analisis jalur ini akan dapat ditemukan jalur mana yang paling tepat dan singkat suatu variabel independen menuju variabel dependen yang terakhir. Sedangkan menurut pendapat Riduwan dan Kuncoro (2008:2) path analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan

tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen).

Teknis analisis jalur ini akan digunakan dalam menguji besarnya sumbangan (kontribusi) yang ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal X1 dan X2, terhadap Y serta dampaknya kepada Z (Riduwan dan Kuncoro, 2008:129).

(66)

Gambar 3.1 X2 = Store Atmosphere Є = Standart Error Y = Shoping Emotion

Diagram jalur dalam penelitian ini terdiri atas dua persamaan struktural dimana X1, X2, dan X3 adalah variabel eksogen dan Y serta Z adalah variabel endogen. Persamaan struktural dalam Ridwan kuncoro (2008:129) dapat dilihat sebagai berikut :

(67)

Dari gambar di atas terdapat variabel endogen (Y) dan variabel

eksogen (X1, dan X2), yang memiliki persamaan struktur: Y =

ρ

yx1 X1 +

ρ

yx2 X2 +

ρ

y Є1

b. Hipotesis untuk persamaan Sub Struktural I Gambar 3.3

Sub Struktural II

ρzx1 Є2

ρzy

ρzx2

Dari gambar di atas terdapat variabel endogen (Y dan Z) dan variabel eksogen (X1 dan X2), yang memiliki persamaan struktur

Z =

ρ

zx1 X1 +

ρ

zy Y +

ρ

zx2 X2 +

ρ

z Є2

3. Pengujian Hipotesis Analisis Jalur

a. Koefisien Determinasi (Uji Kontribusi Model)

Koefisien determinasi merupakan besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel tergantungnya. Semakin tinggi koefisien determinasi,

Promosi (X1)

Store Atmosphere (X2)

Impulse Buying (Z) Shoping Emotion

(68)

semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel tergantungnya (Pardede dan manurung, 2014:28).

Hasil output SPSS pada model summary khususnya, angka yang terdapat pada kolom R Square digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen dengan cara menghitung koefisien (KD) dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sarwono, 2007:30) :

KD = r2 x 100%

Menurut Ghazali (2012:97), kelemahan mendasar dalam penggunaan koefisien determinasi adalah jumlah variabel independen yang di masukkan ke dalam model. Setiap penambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel independen. Oleh karena itu, banyak peneliti yang menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi yang terbaik. Tidak seperti nilai R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. b. Uji Parsial (Uji-t)

Uji statistik yang digunakan untuk pengujian secara individual yaitu dengan cara menghitung besarnya angka table t dengan ketentuan taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan (degree of freedom) = n – 2 (Sarwono, 2007:32). Setelah itu, menentukan kriteria uji hipotesis yaitu sebagai berikut :

(69)

Selanjutnnya untuk mengetahui signifikansi analisis jalur bandingkan dengan nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas Sig. dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut (Riduwan dan Kuncoro, 2008:118) :

1) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig. atau [0.05 ≤ Sig], maka H0 diterima dan Ha

ditolak, yang artinya tidak signifikan.

2) Jika nilai probabilitas 0.05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig. atau [0,05 ≥ Sig], maka H0 ditolak dan Ha

diterima, yang artinya signifikan. c. Uji Simultan (Uji-F)

Untuk mengetahui pengaruh secara keseluruhan (uji simultan) dapat dilakukan dengan cara membandingkan besarnya angka F hitung dengan angka F tabel. Angka F hitung didapat dari hasil outout SPSS, sedangkan F tabel didapat dari melihat daftar tabel dengan ketentuan taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan (degree of freedom) = (k-1)(n-k). Setelah itu, menentukan kriteria uji hipotesis yaitu sebagai berikut :

1) Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan Ha ditermia. 2) Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak.

(70)

1) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 ≤ Sig], maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.

2) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 ≥ Sig], maka H0 ditolak dan Ha

diterima, artinya signifikan. 4. Analisis Korelasi

Analisis korelasi adalah alat statistik yang dapat digunakan untuk mengetahui derajat hubungan linear antara satu variabel dengan variabel lain (Suliyanto, 2005:52). Pada penelitian ini skala pengukuran data yang digunakan yaitu berjenis interval, menurut Pardede dan Manurung (2014:31) untuk data yang berjenis interval dan rasio maka digunakan analisis korelasi Product Moment (Perason).

(71)

pemberian kategori koefisien korelasi maka dibuat kriteria pengukuran sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kriteria Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,80 – 1,00 Sangat Kuat

0,60 – 0,799 Kuat

0,40 – 0,599 Cukup Kuat 0,20 – 0,399 Rendah

0,00 – 1,99 Sangat Rendah Sumber: Riduwan Kuncoro (2008:62)

Korelasi dua variabel bersifat signifikan jika angka signifikansi (sig) <0,05, sebaliknya jika angka signifikansi (sig) > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak signifikan (Sarwono, 2007:23).

5. Model Trimming

(72)

model trimming yaitu dengan menghitung ulang koefisien jalur tanpa menyertakan variabel eksogen yang koefisien jalurnya tidak signifikan.

E. Operasional Variabel

(73)

Table 3.3

Operasional Variabel Penelitian

Variabel Dimensi Indikator Skala

Promosi

1. Diskon yang ditawarkan

2. Program uji coba gratis produk

3. Promosi barang yang ditawarkan secara gratis 4. Promosi kupon atau voucher

belanja yang ditawarkan 5. Pemajangan poster dan tanda

lokasi produk

6. Ketersediaan member card untuk berbelanja

7. Aroma ruang toko 8. Suhu ruang toko

9. Pembagian tata letak ruang toko

10. Musik yang diperdengarkan 11. Pencahayaan dalam toko 12. Desain ruangan

13. Lokasi toko 14. Logo toko

15. Pintu masuk toko 16. Perasaan nyaman saat

berbelanja

17. Perasan senang saat berbelanja

18. Perasaan puas saat berbelanja

Interval

Interval

(74)

Variabel 19. Merasa tertarik untuk

berbelanja

20. Merasa suka saat berbelanja 21. Merasa bersemangat saat

berbelanja

22. Merasa bebas dan terkendali saat bebelanja

23. Pembelian secara spontan

24. Pembelian saat merasa membutuhkan produk 25. pembelian saat mendapatkan

saran atau anjuran 26. Pembelian saat melihat

produk

27. Pembelian saat mengingat tentang produk

28. Mencari barang dengan harga special (diskon) 29. Pembelian menggunakan

member card atau voucher belanja

Skala

(75)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Matahari Departement Store

PT Matahari Department Store Departmen Store Tbk (“Matahari” atau “perseroan) adalah salah satu perusahaan ritel terkemuka di Indonesia yang menyediakan perlengkapan pakaian, aksesoris, produk-produk kecantikan dan rumah tangga dengan harga terjangkau. Matahari bermitra dengan pemasok terpercaya di Indonesia dan luar negri untuk menyediakan kombinasi barang-barang fashion berkualitas tinggi yang dapat diterima oleh konsumen yang sadar akan nilai suatu produk. Gerai gerai Matahari yang modern dan luas menyajikan penglaman berbelanja dinamis dan inspiratif yang membuat konsumen datang kembali dan membantu menjadikan Matahari sebagai department store pilihan dikalangan kelas menengah Indonesia yang tumbuh pesat.

(76)

toko yang tersebar di Indonesia, dan didukung oleh tim beranggotakan 50.000 orang dan lebih dari 1.200 pemasok lokal serta lebih dari 90% pembelian langsung dari sumber-sumber di seluruh Indonesia. Merek eksklusif Matahari yang elah memenangkan penghargaan hanya dijual di gerai-gerai milik sendiri dan secara konsisiten berada pada peringkat atas di kelasnya dalam hal gaya fashion, keterjangkauan dan bernilai istimewa sehingga membantu mewujudkan posisi Matahari sebagai department store terpilih di Indonesia

Matahari berubah nama menjadi PT Matahri Departmen Store Tbk (Matahari) sesudah menjadi entitas terpisah dari PT Matahri Putra Prima Tbk (MPP) pada tahun 2009. Pada bulan April tahun 2010 Asia Color Company Limited menjadi pemegang saham mayoritas Matahari, saham Matahari ditawarkan kepublik oleh Asia Color Company Limited dan PT Multipolar Tbk pada tahun 2013, hal ini menarik perhatian dunia dan meningkatkan kepemilikan public atas perseroan dari 1,85% menjadi 47,35% sejak 28 Maret 2013. Pada tanggal 3 Maret 2014 dan 7 Maret 2014, Asia Color Company Limited menjual kepemilikian saham perseroan secara berturut-turut. Hingga pada 28 Februari 2015, Asia Color Company Limited tercatat memiliki 2,00% saham perseroan, PT Multipolar Tbk memiliki 20,48% saham perseroan, dan kepemilikan public sebesar 77,52%.

(77)

yang telah disandang sejak puluhan tahun lampau. Aneka warna cerah tersebut kini telah hilang, dan berubah dalam dominasi warna merah dan abu-abu tua. Tidak cuma itu , font tulisan Matahari pun berubah menjadi deretan huruf-huruf besar. Danny Kojongian Direktur PT Matahri Putra prima tempat Matahari Department Store bernaung mengatakan “Kami memang bergeser ke konsep baru yang lebih matang dan elegan”. Warna putih dan merah pada font dan symbol Matahari melambangkan nasionalisme, dan yang tak kalah penting warna tersendiri tersebut melambangkan ciri-ciri urban style yang enerjik dan tangguh (merah) namun tetap simple.

Gambar 4.1

Logo Matahari Department Store

2. Struktur Organisasi

(78)

Gambar 4.2 Struktur Organisasi

3. Visi dan Misi Matahari Departmen Store

Visi dari Matahari adalah “Menjadi peritel pilihan utama di

Indonesia”. sedangkan Misi dari Matahari untuk “Secara konsisten

(79)

menyediakan beragam produk fashion yang tepat serta layanan terbaik untuk meningkatkan kualitas hidup konsumen”

B. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Validitas suatu butir pertanyaan dapat dinilai pada hasil output program SPSS pada tabel dengan judul Item-Total Statistic. Menilai validitas masing-masing butir pertanyaan dapat dilihat dari nilai correted item total correalation > r tabel atau suatu butir pertanyaan dianggap valid jika koefisien korelasi product moment melebihi 0,3 (Suliyanto, 2005:42).

Dan salah satu ukuran reliabilitas adalah dengan nilai koefisien

Cronbach’s Alpha > 0,7 menunjukan instrumen tersebut reliabel (Ghozali, 2011:48). Penghitungan uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan dengan software SPSS 20.

(80)

variabel shopping emotion (Y) dengan 7 pernyataan, variabel impulse buying (Z) dengan 7 pernyataan,. Berikut ini adalah hasil tryout yang diberikan kepada 20 responden dengan 29 pernyataan yang dibagi menjadi 4 variabel utama, yaitu Promosi penjualan, Store Atmosphere, Shopping Emotion, dan Impulse buying. 1. Promosi Penjualan (X1)

Dalam variabel Promosi Penjualan terdapat 6 butir pernyataan yang akan diuji validitasnya, berikut adalah hasil dari uji validitas variabel Promosi Penjualan.

Tabel 4.1

Hasil Uji Validitas Tryout Variabel Promosi Penjualan Item

Dari hasil output di atas dapat dilihat bahwa seluruh pernyataan pada variabel Promosi Penjualan, memiliki nilai r hitung lebih besar dari 0,3 dan dinyatakan seluruh pernyataan valid.

Tabel 4.2

Hasil Uji Reliabilitas Tryout Variabel Promosi Penjualan

Cronbach’s Alpha N of Item

0,735 6

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Tabel 3.1 Skala Likert
Gambar 3.2 Sub Struktural 1
Gambar 3.3 Sub Struktural II
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian passing ability dengan alat J-Ring Test pada beton segar yang ditunjukkan pada Tabel 3 dan Gambar 7, memperlihatkan bahwa semakin bertam-bahnya

Melalui hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari parameter prestasi, mesin diesel yang menggunakan bahan bakar minyak nabati murni (PPO) yaitu minyak kelapa murni (PCO)

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI).. e -Journal S1

peneliti merupakan definisi dari Ryff &amp; Keyes (1995) sehingga dapat diambil kesimpulan, psychological well-being sebagai sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap positif

Dengan ukuran batch lebih besar dari ukuran kritis, maka waktu proses batch meningkat, sementara bila ukuran batch lebih kecil dari ukuran kritis, maka terdapat kapasitas

Teori ini dikembangkan oleh Robinson 1952 (Rama, 2013) yang menyatakan bahwa sector keuangan mengikuti pertumbuhan wirausaha. Jika perekonomian mengalami pertumbuhan

Lebih dari separuh remaja awal di SMP Negeri Kota Yogyakarta memiliki perilaku sehat dalam kategori tinggi, Sikap terhadap kesehatan, keluarga dan komunitas pada

 Bimbingan ialah suatu proses bantuan yang disediakan kepada individu yang memerlukan panduan ke arah pemahaman, pengetahuan dan kemahiran dengan menentukan matlamat jangka