• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Determinan Indeks Pembangunan Manusia Dikaitkan Dengan Pembangunan Wilayah Pada Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Determinan Indeks Pembangunan Manusia Dikaitkan Dengan Pembangunan Wilayah Pada Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH DETERMINAN INDEKS

PEMBANGUNAN MANUSIA DIKAITKAN DENGAN

PEMBANGUNAN WILAYAH PADA KABUPATEN/KOTA

DI SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

DINA ROSIANA SIHOMBING

087003004/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2010

S

E K

O L

A

H P

A

S C

A S A R JA N

(2)

ANALISIS PENGARUH DETERMINAN INDEKS

PEMBANGUNAN MANUSIA DIKAITKAN DENGAN

PEMBANGUNAN WILAYAH PADA KABUPATEN/KOTA

DI SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

DINA ROSIANA SIHOMBING

087003004/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc. Ph.D) Ketua

(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) Anggota

(Kasyful Mahalli, SE, MS) Anggota

Ketua Program Studi

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza)

Direktur

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)

Tanggal lulus: 09 Februari 2010

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH DETERMINAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DIKAITKAN DENGAN PEMBANGUNAN WILAYAH PADA KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA

Nama Mahasiswa : Dina Rosiana Sihombing

Nomor Pokok : 087003004

(4)

Telah diuji pada

Tanggal: 09 Februari 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc. Ph.D

Anggota : 1. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE

2. Kasyful Mahalli, SE, M.Si

3. Dr. Ir. Rahmanta, M.Si

(5)

ABSTRAK

Dina Rosiana Sihombing, 2010. Analisis Pengaruh Determinan Indeks Pembangunan Manusia Dikaitkan dengan Pembangunan Wilayah pada Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara, dengan Komisi Pembimbing: Zulkifli Nasution, Sirojuzilam dan Kasyful Mahalli.

Tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan menganalisa apakah terdapat pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, pengujian metode Generalized Linier Regression dengan analisis regresi berganda random effect dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum mendapatkan model penelitian yang terbaik. Variabel dalam penelitian ini adalah Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Pertumbuhan Ekonomi sebagai variabel independen dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai variabel dependen. Jumlah sampel 23 Pemerintah Kabupaten/Kota dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan terdapat pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dengan variasi yang terjelaskan yang dinyatakan dalam Adjusted

R2 sebesar 33,09% variabel IPM dapat dijelaskan oleh variabel independen yang ada yaitu Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus dan Pertumbuhan Ekonomi. Sisanya sebesar 66,91% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. Secara parsial Pertumbuhan Ekonomi yang diproksikan oleh PDRB harga berlaku yang berpengaruh signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, sedangkan variabel Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya Indeks Pembangunan Manusia.

(6)

ABSTRACT

Dina Rosiana Sihombing, 2010. Analysis of Influance of the Human Development Index Determinant in Town/Regency in North Sumatra, with counsellor commission: Zulkifli Nasution, Sirojuzilam and Kasyful Mahalli.

This purpose of this research is to explore and analyze the influence of General Allocation Fund (DAU), Specific Purpose Fund (DAK) and Economic Growth on Human Development Index in Citys/Town/Regency within North Sumatera Province.

The analyze method that is used in this research is quantitative method with generalized linier regression is used to estimate the model and random effect method bring about classical assumption test before rushing up to best linier model. The use variable is General Allocation Fund, Specific Purpose Fund, Economic Growth and Economic Growth as independend variable and the Human Development Index as dependend variable. The sample are 23 of Regency/Cities in North Sumatera Province the year 2003 up to year 2007.

The result of this research finding of General Allocation Fund, Specific Purpose Fund and Economic Growth as independend influence to the Human Development Index. Explained by the independent variabel variation influence the expressed in Adjusted R2 equal to 33,09% is while the rest equal to 66,91% influenced by other variable which is explained by this research model. Partially show while of Economic Growth with PDRB with actual price only, has significant to the Human Development Index and then General Allocation Fund and Specific Purpose Fund variabel has not significant to the Human Development Index.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji yang tidak terhingga kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga

penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini berjudul “Analisis Pengaruh

Determinan Indeks Pembangunan Manusia Dikaitkan dengan Pembangunan

Wilayah pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara” yang dikaji dengan beberapa

pendekatan/analisis sebagai aplikasi pengetahuan yang didapat oleh penulis selama

mengikuti perkuliahan pada Program Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah

dan Pedesaan Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih dan

penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga

penulisan tesis ini dapat diselesaikan, terutama kepada:

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A.(K), selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc, Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, Selaku Ketua Program Studi Magister

Perencanaan Pembangunan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara.

4. Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc. Ph.D, selaku Pembimbing I, yang telah

(8)

5. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku Pembimbing II, yang telah

banyak membantu/membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.

6. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si selaku Pembimbing III, yang telah banyak

membantu/membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.

7. Bapak/Ibu Dosen Penguji, Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si dan Drs. Rudjiman,

M.Si yang telah banyak memberikan masukan dalam penyelesaian tesis ini.

8. Bapak Bupati Dairi yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengikuti ijin belajar pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

9. Bapak Inspektur Kabupaten Dairi dan seluruh rekan kerja pada Inspektorat

Kabupaten Dairi yang memberikan dukungan pada penulis.

10. Bapak Ediman Gultom, SH dan Bapak E.G Siagian, SE, MM yang memberikan

banyak dukungan dan masukan pada penulis.

11. Suami tercinta Ipda Ricky Ricardo Sibarani, SH, terima kasih atas dukungan doa

dan cinta kasihnya.

12. Seluruh rekan angkatan 2008 Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister

Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan atas kebersamaan yang indah

dan saling membantu.

13. Orang tua tercinta dan mertua penulis yang telah memberikan doa dukungan

yang luar biasa.

14. Drg. Hasudungan Silaban dan dr. Tiar Lusiana Sihombing kakak penulis atas doa

(9)

15. Adik-adik penulis dan keponakan yang selalu memberikan doa dan semangat

sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan.

Dengan segala kerendahan hati, Penulis memohon maaf kepada Bapak/Ibu

Dosen serta segenap Civitas Akademika Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara maupun rekan-rekan.

Medan, 28 Januari 2010

(10)

RIWAYAT HIDUP

1. N a m a : Dina Rosiana Sihombing

2. Tempat/Tanggal lahir : Sidikalang, 09 Mei 1981

3. Pekerjaan : PNS

4. Agama : Kristen Protestan

5. Orang tua

a. Ayah : Gotuk Pintar Sihombing

b. Ibu : Nortini Wasti Lubis

6. Suami : Ipda Ricky Ricardo Sibarani , SH

7. Anak : ---

8. Alamat : Villa Malina Indah Jl. Permata Hijau No. 1 Medan

Jl. Taut Sukaria No. 134 Medan

9. Pendidikan

a. SD : SD ST. Josef Sidikalang. Selesai tahun 1993

b. SLTP : SLTP ST Paulus Sidikalang. Selesai tahun 1996

c. SMU : SMU Methodist I Medan. Selesai tahun 1999

d. Universitas/Fakultas : Fakultas Ekonomi USU Medan. Selesai tahun 2006

e. Sekolah Pascasarjana Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I : PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA... 10

2.1. RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah)... 10

2.2. Alokasi Anggaran Pembangunan ... 14

2.2.1 Pengertian Anggaran ... 14

2.2.2 Perencanaan Keuangan ... 16

2.2.3 Perencanaan Fisik... 18

2.3. Dana Alokasi Umum... 21

2.4. Dana Alokasi Khusus ... 22

2.5. Pertumbuhan Ekonomi... 24

2.6. Produk Domestik Regional Bruto ... 26

2.7. Definisi Pembangunan Manusia ... 29

2.8. Indeks Pembangunan Manusia... 31

2.8.1 Indeks Harapan Hidup ... 32

2.8.2 Indeks Pendidikan ... 32

2.8.3 Purchasing Power Parity/Paritas Daya Beli (PPP) . 34 2.9. Penelitian Terdahulu ... 37

2.10. Kerangka Pemikiran... 41

(12)

BAB III : METODE PENELITIAN... 44

3.1. Ruang Lingkup Penelitian... 44

3.2. Populasi dan Sampel ... 44

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 46

3.4. Model Analisis ... 46

3.5. Uji Asumsi Klasik ... 49

3.6. Definisi Operasional... 51

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 53

4.1. Deskripsi Data Penelitian ... 53

4.1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)... 53

4.1.2. Dana Alokasi Umum (DAU) ... 56

4.1.3. Dana Alokasi Khusus (DAK)... 56

4.1.4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 57

4.2. Analisis Data ... 59

4.2.1. Uji Asumsi Klasik ... 59

4.2.1.1. Uji normalitas ... 59

4.2.1.2. Uji multikolinearitas ... 60

4.2.1.3. Uji heteroskedastisitas ... 61

4.2.1.4. Uji autokorelasi ... 62

4.3. Hasil Analisis ... 63

4.4. Model Uji Hipotesis ... 67

4.4.1. Uji Signifikan Simultan (Uji F) ... 67

4.4.2. Uji Signifikan Parsial (Uji t) ... 67

4.5. Pembahasan ... 69

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN... 77

5.1. Kesimpulan ... 77

5.2. Keterbatasan Penelitian... 78

5.3. Saran ………... 78

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Sampel Penelitian... 45

4.1. Statistik Deskriptif ... 58

4.2. Uji Normalitas Jarque-Bera... 60

4.3. Uji Multikolinearitas ... 61

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kerangka Pemikiran... 42

4.1. IPM Tahun 2003 ... 53

4.2. IPM Tahun 2004 ... 54

4.3. IPM Tahun 2005 ... 54

4.4. IPM Tahun 2006 ... 55

4.5. IPM Tahun 2007 ... 55

4.6. DAU Tahun 2003-2007... 56

4.7. DAK Tahun 2003-2007... 57

4.8. PDRB Harga Berlaku Tahun 2003-2007 ... 58

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 : Data IPM, DAU, DAK dan PDRB Tahun 2003... ... 83

2 : Data IPM, DAU, DAK dan PDRB Tahun 2004... ... 84

3 : Data IPM, DAU, DAK dan PDRB Tahun 2005... ... 85

4 : Data IPM, DAU, DAK dan PDRB Tahun 2006... ... 86

5 : Data IPM, DAU, DAK dan PDRB Tahun 2007... ... 87

6 : Hasil Pengujian Eviews... ... 88

(16)

ABSTRAK

Dina Rosiana Sihombing, 2010. Analisis Pengaruh Determinan Indeks Pembangunan Manusia Dikaitkan dengan Pembangunan Wilayah pada Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara, dengan Komisi Pembimbing: Zulkifli Nasution, Sirojuzilam dan Kasyful Mahalli.

Tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan menganalisa apakah terdapat pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, pengujian metode Generalized Linier Regression dengan analisis regresi berganda random effect dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum mendapatkan model penelitian yang terbaik. Variabel dalam penelitian ini adalah Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Pertumbuhan Ekonomi sebagai variabel independen dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai variabel dependen. Jumlah sampel 23 Pemerintah Kabupaten/Kota dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan terdapat pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dengan variasi yang terjelaskan yang dinyatakan dalam Adjusted

R2 sebesar 33,09% variabel IPM dapat dijelaskan oleh variabel independen yang ada yaitu Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus dan Pertumbuhan Ekonomi. Sisanya sebesar 66,91% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. Secara parsial Pertumbuhan Ekonomi yang diproksikan oleh PDRB harga berlaku yang berpengaruh signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, sedangkan variabel Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya Indeks Pembangunan Manusia.

(17)

ABSTRACT

Dina Rosiana Sihombing, 2010. Analysis of Influance of the Human Development Index Determinant in Town/Regency in North Sumatra, with counsellor commission: Zulkifli Nasution, Sirojuzilam and Kasyful Mahalli.

This purpose of this research is to explore and analyze the influence of General Allocation Fund (DAU), Specific Purpose Fund (DAK) and Economic Growth on Human Development Index in Citys/Town/Regency within North Sumatera Province.

The analyze method that is used in this research is quantitative method with generalized linier regression is used to estimate the model and random effect method bring about classical assumption test before rushing up to best linier model. The use variable is General Allocation Fund, Specific Purpose Fund, Economic Growth and Economic Growth as independend variable and the Human Development Index as dependend variable. The sample are 23 of Regency/Cities in North Sumatera Province the year 2003 up to year 2007.

The result of this research finding of General Allocation Fund, Specific Purpose Fund and Economic Growth as independend influence to the Human Development Index. Explained by the independent variabel variation influence the expressed in Adjusted R2 equal to 33,09% is while the rest equal to 66,91% influenced by other variable which is explained by this research model. Partially show while of Economic Growth with PDRB with actual price only, has significant to the Human Development Index and then General Allocation Fund and Specific Purpose Fund variabel has not significant to the Human Development Index.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Manusia adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar

pembangunan. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang

memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati hidup sehat, umur panjang dan

menjalankan kehidupan yang produktif. Untuk menciptakan ketiga unsur tersebut

dilakukan upaya konkrit dan berkesinambungan. Misalnya untuk mencapai umur

yang panjang ataupun angka harapan hidup yang tinggi, harus didukung oleh tingkat

kesehatan yang baik, status gizi yang baik dan semua prasarana lingkungan yang

baik. Untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan, manusia harus meningkatkan

kualitas pendidikannya, pembangunan pendidikan harus diutamakan di mana angka

melek huruf ditingkatkan. Untuk itu rata-rata lama bersekolah harus di atas 12 tahun

atau setingkat tamat SLTA.

Di samping itu penduduk harus mempunyai kesempatan untuk merealisasi

pengetahuan dan keterampilan dengan tersedianya lapangan pekerjaan, sehingga

dapat direfleksikannya dalam kegiatan produktif yang menghasilkan pendapatan bagi

manusia. Dengan pendapatan tersebut, manusia dapat memenuhi kebutuhannya

dengan cara meningkatkan daya beli. Akhirnya dengan ketiga unsur di atas

diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kualitas hidupnya dan mencapai standar

(19)

luas mengandung konsep teori pembangunan ekonomi yang konvensional termasuk

model pertumbuhan ekonomi, pembangunan sumber daya manusia (SDM),

pendekatan kesejahteraan, dan pendekatan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia.

Model pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan pendapatan dan produksi

nasional (GNP). Pembangunan SDM menempatkan manusia terutama sebagai input

dari proses produksi (sebagai suatu sarana bukan tujuan). Pendekatan kesejahteraan

melihat manusia sebagai pemanfaatan (beneficiares) bukan sebagai objek perubahan

dasar memfokuskan pada penyediaan barang dan jasa kebutuhan hidup. Manusia

sebagai subjek dan objek pembangunan dalam kehidupannya harus mampu

meningkatkan kualitas hidupnya sebagai insan pembangunan. Pembangunan sumber

daya manusia secara fisik dan mental mengandung makna peningkatan kapasitas

dasar penduduk yang kemudian akan memperbesar kesempatan untuk dapat

berpartisipasi dalam proses pembangunan. Konsep peembangunan manusia

memenuhi dimensi yang sangat luas dan banyak pilihan, hanya mungkin tercapai jika

penduduk tersebut memiliki peluang angka harapan hidup yang tinggi atau umur

panjang dan sehat, memiliki pengetahuan dan keterampilan atau keahlian serta

mempunyai peluang atau kesempatan untuk merealisasikan pengetahuan tersebut

dalam kegiatan yang produktif sehingga penduduk memiliki daya beli. Dengan kata

lain manusia itu harus berkualitas, serta berproduktivitas tinggi. Sehingga dapat

mewujudkan kehidupannya yang mencapai standar hidup yang layak.

Salah satu cara untuk mengukur keberhasilan atau kinerja (performance) suatu

(20)

Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). Hubungan

pembangunan manusia dengan pertumbuhan ekonomi sangat erat sekali dan

merupakan prasyarat tercapainya pembangunan manusia, karena peningkatan

pembangunan ekonomi akan mendukung peningkatan produktivitas melalui pengisian

kesempatan kerja dengan usaha-usaha produktif sehingga tercipta peningkatan

pendapatan (UNDP, 1996). Namun perlu dicatat bahwa konsep pembangunan

manusia berbeda dengan pembangunan yang memberikan perhatian utama pada

pertumbuhan ekonomi, dengan asumsi bahwa pertumbuhan ekonomi pada akhirnya

akan menguntungkan manusia. Pembangunan manusia memperkenalkan konsep yang

lebih luas dan lebih konferensif yang mencakup semua pilihan yang dimiliki oleh

manusia pada semua golongan masyarakat dan semua tahap pembangunan.

Pembangunan manusia merupakan perwujudan tujuan jangka panjang dari suatu

masyarakat dan meletakkan pembangunan di sekeliling manusia, bukan manusia

di sekeliling pembangunan.

Sumatera Utara memiliki 33 jumlah kabupaten/kota, yang terdiri atas Medan,

Siantar, Binjai, Tobasa, Tebing, Sibolga, Sidempuan, Karo, Deli Serdang, Samosir,

Taput, Tapsel, Labuhan Batu, Labuhan Batu Utara, Labuhan Batu Selatan, Padang

Lawas, Padang Lawas Selatan, Kota Gunung Sitoli, Tanjung Balai, Simalungun,

Langkat, Serdang Bedagai, Dairi, Asahan, Humbahas, Batubara, Tapanuli Tengah,

Madina, Pakpak Bharat, Nias, dan Nias Selatan. Masing-masing kabupaten/kota ini

memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan namun di samping itu tergambar

(21)

maupun dari masyarakat. Untuk mengatasi permasalahan yang menghambat

pencapaian tingkat kesejahteraan masyarakat, Pemerintah (Daerah) sebagai

penyelenggara pembangunan dan sekaligus abdi masyarakat, harus dapat

merencanakan pembangunan, kini dan di masa yang akan datang. Sehingga untuk

mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan, mengoptimalkan partisipasi

masyarakat, menjamin tercapainya sumber daya secara efisien dan berkeadilan serta

menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergis diperlukan suatu dokumen

perencanaan, yaitu melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang

sesuai dengan amanah Pasal 3 dalam UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) ini disusun dengan maksud

menyediakan sebuah dokumen perencanaan komprehensif lima tahunan (2006-2010),

yang akan digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Strategis Satuan

Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) sesuai dengan UU

No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, UU No. 17

Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah. Selain itu, RPJM ini juga disusun dengan memperhatikan

statistik regional dan lokal seperti (1) statistik berbagai fungsi pemerintahan di bidang

ekonomi, seperti lapangan pekerjaan utama dan tingkat pendapatan rata-rata

masyarakat, keberadaan potensi sektor unggulan daerah yang dapat dikembangkan

(22)

keberadaan sektor informal dan kandungan potensi sumber daya daerah; (2) statistik

fungsi-fungsi pemerintahan di bidang sosial budaya, seperti kondisi tingkat kesehatan

rata-rata masyarakat, angka kemiskinan, tingkat pengangguran, angka partisipasi

kasar dan angka partisipasi murni pendidikan dasar dan menengah; (3) statistik

bidang fisik prasarana, seperti pola-pola penataan ruang dan kawasan andalan,

kantong-kantong kemiskinan dan kawasan tertinggal serta kondisi ekologi dan

lingkungan hidup daerah dan (4) kapasitas fiskal dan keuangan daerah. RPJM pada

periode 2006-2010 disusun dengan maksud menyediakan acuan resmi bagi

Pemerintah Daerah (berupa RKPD) dan DPRD dalam menyusun Renstra SKPD,

Renja SKPD sekaligus merupakan acuan pilihan-pilihan program kegiatan tahunan

daerah yang akan dibahas dalam rangkaian forum Musyawarah Perencanaan

Pembangunan (Musrenbang) Daerah secara berjenjang, yaitu mulai dari desa,

kecamatan sampai tingkat kabupaten. Oleh karena itu isi dan substansinya mencakup

indikasi rencana program dan kegiatan secara lintas sumber pembiayaan dari APBN,

APBD Provinsi dan APBD Kabupaten. Alokasi sumber pembiayaan dari APBN,

APBD Provinsi dan APBD Kabupaten yang tertuang dalam RPJM tersebut

diperkirakan belum menunjukkan kontribusi pengaruh yang bermanfaat dalam upaya

menanggulangi tingkat kemiskinan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat,

karena itu diharapkan alokasi sumber pembiayaan tersebut mampu memberikan

kontribusi pengaruh yang berarti dalam mewujudkan pembangunan manusia agar

dapat diperoleh gambaran yang integralistik tentang hasil pembangunan manusia

(23)

yang merupakan komponen-kompenen yang dijadikan indikator dalam penghitungan

IPM. Untuk mengukur pemenuhan ketiga unsur tersebut di atas, Badan dunia yang

menangani program-program pembangunan, yaitu United Nation Development

Program (UNDP) telah menyusun indeks komposit berdasarkan 3 (tiga) indikator.

Ketiga indikator tersebut adalah sebagai berikut:

1. Angka Harapan Hidup (life expectancy at age: eo).

2. Indikator Pendidikan, yang terdiri dari:

a. Angka Melek Huruf (adult literacy rate: lit).

b. Rata-rata Lama Sekolah (means year schooling: MYS).

3. Purchasing Power Parity (PPP) yang merupakan ukuran pendapatan yang

telah disesuaikan dengan paritas daya beli.

Indikator pertama mengukur umur panjang dan kesehatan, kemudian dua

indikator berikutnya mengukur tingkat pengetahuan (knowledge) dan keterampilan

(skill), sedang indikator ketiga mengukur kemampuan mengakses sumber daya

ekonomi dalam arti luas. Ketiga indikator inilah yang digunakan sebagai komponen

dasar dalam penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Misalnya Medan

Kota pada tahun 2007, mempunyai IPM tertinggi yaitu sebesar 86,0 sejalan dengan

indikator seperti melek huruf, rata-rata lama sekolah, kelangsungan hidup, dan daya

beli yang Kecamatan Medan Kota selalu berada pada urutan pertama. Sekitar 1,0

persen penduduk yang berusia 15 tahun ke atas di Medan tergolong buta huruf pada

tahun 2006 dan selain itu pada tahun yang sama rata-rata lama sekolah penduduk

(24)

adalah 10,7 tahun. Selain itu angka harapan hidup penduduk Kota Medan pada tahun

2006 tercatat 71,1 tahun yang berarti penduduk yang baru lahir mempunyai harapan

yang besar untuk mencapai umur 71 tahun. Angka harapan hidup tersebut meningkat

dari tahun 2002 sebesar 69,4 tahun menjadi 69,9 tahun pada tahun 2004 sedangkan

pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan atau daya beli Kota Medan meningkat

dari 579,8 ribu pada tahun 2002 menjadi 619,0 ribu rupiah pada tahun 2004 dan pada

akhirnya menjadi 620,7 pada tahun 2006. Berdasarkan fenomena yang terjadi, maka

penulis ingin mengkaji masalah yang terjadi di Kota Medan, penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian tentang judul Analisis Pengaruh Determinan Indeks

Pembangunan Manusia Dikaitkan dengan Pembangunan Wilayah pada

Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a. Apakah Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh terhadap Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara?

b. Apakah Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh terhadap Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara?

c. Apakah pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan

(25)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk:

a. Untuk mengetahui pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.

b. Untuk mengetahui pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.

c. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian, diharapkan penelitian ini nantinya menjadi sumbang

saran yang dapat memberikan manfaat kepada:

a. Masukan bagi pemerintah sebagai alat bantu perencanaan (planning tool)

pembangunan yang lebih mengakomodasi dimensi pembangunan manusia.

Misalnya melalui peningkatan anggaran pada sektor-sektor yang berhubungan

langsung dengan pembangunan manusia, seperti pendidikan, kesehatan, dan

pemberdayaan masyarakat pra sejahtera agar dapat mandiri secara ekonomi.

b. Pemerintah Daerah, khususnya Kota Medan dalam jangka panjang, analisis ini

dapat dijadikan alat evaluasi (evaluating tool) dalam kerangka penilaian arah

(26)

c. Bagi masyarakat khususnya Kota Medan, untuk mengetahui dan menambah

informasi ada atau tidaknya perubahan yang dirasakan oleh masyarakat

melalui tingkat kesejahteraan yang dialami masyarakat terhadap pelaksanaan

pembangunan manusia di pedesaan.

d. Bagi Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, akan melengkapi ragam

penelitian tentang Pembangunan Manusia yang telah dibuat oleh para

mahasiswa dan dapat menambah bahan bacaan dan referensi dari satu karya

ilmiah.

e. Bagi ilmu pengetahuan sebagai bahan masukan bagi penelitian lain yang lebih

lanjut, terutama yang berkaitan dengan penelitian bidang pembangunan

manusia yang relatif masih jarang dilakukan serta diharapkan dengan semakin

banyaknya penelitian akan semakin terbuka informasi dan cara-cara yang

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah)

Perencanaan merupakan suatu proses aktivitas yang berorientasi ke depan

dengan memperkirakan berbagai hal agar aktivitas di masa depan dapat berjalan

sesuai dengan yang diharapkan. Karena orientasinya ke masa depan, perencanaan

bersifat memperkirakan dan memprediksikan (meramalkan) berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan rasional, logis dan dapat dilaksanakan. Pemerintah

(Daerah) sebagai penyelenggara pembangunan dan sekaligus abdi masyarakat, harus

dapat merencanakan pembangunan, kini dan di masa yang akan datang. Sehingga

untuk mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan, mengoptimalkan partisipasi

masyarakat, menjamin tercapainya sumber daya secara efisien dan berkeadilan serta

menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergis diperlukan suatu dokumen

perencanaan, yaitu Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang sesuai

dengan amanah Pasal 3 dalam UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) ini disusun dengan maksud

menyediakan sebuah dokumen perencanaan komprehensif lima tahunan (2006-2010),

yang akan digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Strategis Satuan

Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

(28)

No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, UU No. 17

Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah.

Dalam menyusun RPJM ini, acuan utama yang digunakan adalah rumusan

visi, misi, arah kebijakan dan rencana program indikatif Bupati dan Wakil Bupati

yang telah disampaikan kepada masyarakat pemilih melalui Sidang Paripurna DPRD

dalam tahapan kampanye pemilihan pasangan Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala

Daerah secara langsung. Di samping itu penyusunan RPJM Daerah ini juga mengacu

kepada dokumen perencanaan nasional dan Provinsi Sumatera Utara dan berbagai

kebijakan dan prioritas program Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi. Hal ini

dimaksudkan untuk menjamin terciptanya sinergi kebijakan dan sinkronisasi program

secara vertikal antartingkat pemerintahan yang berbeda.

Selain itu, RPJM ini juga disusun dengan memperhatikan statistik regional

dan lokal seperti (1) statistik berbagai fungsi pemerintahan di bidang ekonomi, seperti

lapangan pekerjaan utama dan tingkat pendapatan rata-rata masyarakat, keberadaan

potensi sektor unggulan daerah yang dapat dikembangkan dalam rangka memacu laju

produksi lokal dan penciptaan lapangan kerja baru, keberadaan sektor informal dan

kandungan potensi sumber daya daerah; (2) statistik fungsi-fungsi pemerintahan

di bidang sosial budaya, seperti kondisi tingkat kesehatan rata-rata masyarakat, angka

kemiskinan, tingkat pengangguran, angka partisipasi kasar dan angka partisipasi

murni pendidikan dasar dan menengah; (3) statistik bidang fisik prasarana, seperti

(29)

kawasan tertinggal serta kondisi ekologi dan lingkungan hidup daerah dan

(4) kapasitas fiskal dan keuangan daerah.

Selanjutnya, karena berfungsi sebagai dokumen publik yang merangkum

daftar rencana kegiatan lima tahunan di bidang pelayanan umum pemerintahan, maka

proses penyusunan RPJM Daerah ini juga dilakukan melalui serangkaian forum

musyawarah perencanaan partisipatif, dengan melibatkan seluruh unsur pelaku

pembangunan setempat seperti Musrenbang. Karena pertimbangan itu, walaupun

RPJM ini bermula dari rumusan visi, misi, arah kebijakan dan rencana indikatif

program kerja Bupati, maka matriks rencana program dan kegiatan lima tahunan yang

diuraikan di dalam dokumen ini adalah hasil kesepakatan seluruh unsur pelaku

pembangunan daerah ini, dengan tetap memperhatikan kebijakan dan program

strategis nasional dan provinsi.

Kabupaten/Kota Sumatera Utara dengan tingkat kemiskinan yang relatif

masih tinggi dan bidang pertanian sebagai penyokong utama perekonomian

merupakan isu yang utama dalam pembangunan lima tahun kedepan.

Program-program pembangunan yang dibahas lebih mengarah kepada peningkatan pendapatan

petani melalui bidang pertanian karena lebih dari 80% penduduk Kabupaten/Kota

Sumatera Utara bermata pencaharian dari pertanian dalam arti luas.

RPJM Daerah Kabupaten/Kota Sumatera Utara periode 2006-2010 disusun

dengan maksud menyediakan acuan resmi bagi Pemerintah Daerah (berupa RKPD)

dan DPRD dalam menyusun Renstra SKPD, Renja SKPD sekaligus merupakan acuan

(30)

forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Daerah secara

berjenjang, yaitu mulai dari desa, kecamatan sampai tingkat kabupaten. Oleh karena

itu isi dan substansinya mencakup indikasi rencana program dan kegiatan secara

lintas sumber pembiayaan dari APBN, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten.

Berdasarkan pertimbangan ini, maka RPJM Daerah ini disusun dengan maksud

sebagai berikut:

1) menjadi pedoman dalam penyusunan rencana pembangunan tahunan Daerah

Kabupaten/Kota Sumatera Utara, yaitu RKPD;

2) menyediakan satu acuan resmi bagi seluruh jajaran Pemerintah Kabupaten/Kota

Sumatera Utara dan DPRD Kabupaten/Kota Sumatera Utara dalam menentukan

prioritas program dan kegiatan tahunan yang akan dibiayai APBD Kabupaten/

Kota Sumatera Utara, APBN dan sumber pembiayaan lainnya;

3) menyediakan satu tolok ukur untuk melakukan evaluasi kinerja tahunan setiap

SKPD;

4) menjabarkan gambaran tentang kondisi umum daerah sekarang dalam konstelasi

regional dan nasional sekaligus memahami arah dan tujuan yang ingin dicapai

dalam rangka mewujudkan visi dan misi Kabupaten/Kota Sumatera Utara;

5) memudahkan seluruh jajaran aparatur Pemerintah Kabupaten/Kota Sumatera

Utara dan DPRD Kabupaten/Kota Sumatera Utara dalam mencapai tujuan dengan

cara menyusun program dan kegiatan sercara terpadu, terarah dan terukur;

6) memudahkan seluruh jajaran aparatur Pemerintah Kabupaten/Kota Sumatera

(31)

arah kebijakan dan program serta kegiatan operasional tahunan dalam rentang

waktu lima tahunan.

RPJM Daerah disusun mengacu kepada RPJM Nasional dan RPJM Sumatera

Utara. Selanjutnya RPJM Daerah digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan

Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) dan Rencana

Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Renstra SKPD adalah berfungsi sebagai dokumen

perencanaan teknis operasional yang merupakan penjabaran teknis RPJM Daerah

untuk setiap unit kerja daerah yang memuat visi, misi, arah kebijakan teknis

pemerintahan untuk jangka waktu lima tahunan dan disusun oleh setiap satuan kerja

perangkat daerah. Dokumen Renstra SKPD selanjutnya dijadikan sebagai acuan

langsung dalam menyusun Rencana Kerja (Renja) SKPD, yaitu dokumen

perencanaan tahunan setiap unit kerja daerah dan disusun sebagai turunan Renstra

SKPD yang juga memuat rencana kegiatan pembangunan tahun berikutnya.

Dokumen perencanaan RKPD seperti disebut di atas disusun sebagai dokumen

perencanaan tahunan dan merupakan kompilasi kritis atas Renja SKPD setiap tahun

anggaran dan merupakan bahan utama dalam pelaksanaan Musrenbang Daerah.

2.2. Alokasi Anggaran Pembangunan

2.2.1. Pengertian Anggaran

Suparmoko (2000) memberikan pengertian anggaran (Budget) yakni, suatu

daftar atau pernyataan yang terperinci tentang penerimaan dan pengeluaran negara

(32)

Dalam Budget atau anggaran dari pengertian tersebut di atas, dapat dilihat dari

dua sisi yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran. Pada sisi penerimaan terdapat

sumber penerimaan rutin atau penerimaan dalam negeri dan sumber penerimaan

pembangunan, penerimaan rutin terdiri dari penerimaan pajak langsung, pajak tidak

langsung dan penerimaan bukan dari pajak (non tax revenues).

Menurut Suparmoko (2000), menjelaskan bahwa penerimaan pembangunan

terdiri dari bantuan program dan bantuan proyek. Bantuan program adalah bantuan

yang tidak berkaitan pada proyek-proyek tertentu, yang berperan sebagai sumber

tambahan bagi pembiayaan import, barang modal, bahan baku, bahan pangan guna

memantapkan pembangunan. Sedangkan dari sisi pengeluaran atau belanja negara

dibedakan menjadi pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, pengeluaran

rutin terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, subsidi daerah otonom serta

pembayaran bungan cicilan utang, sedangkan pengeluaran pembangunan diperinci

menjadi pengeluaran untuk program pengembangan untuk program pembangunan

dan pengeluaran bantuan proyek.

Pada konteks lain Suparmoko (2000) memberi pemahaman bahwa, pada

pokoknya budget harus mencerminkan politik pengeluaran pemerintah yang rasional

baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif sehingga akan terlihat bahwa:

1. Ada pertanggungjawaban atas pemungutan pajak dan pungutan lainnya oleh

pemerintah, misalnya untuk memperlancar proses pembangunan.

2. Adanya hubungan yang erat antara fasilitas penggunaan dana dan

(33)

3. Adanya pola pengeluaran pemerintah yang dapat dipakai sebagai

pertimbangan di dalam menentukan pola penerimaan pemerintah yang pada

akhirnya menentukan pula tingkat distribusi penghasilan dalam

perekonomian.

Melalui anggaran (budget) umumnya dapat dipakai sebagai untuk

mempengaruhi kecepatan peningkatan penghasilan nasional. Adapun mengenai

budget yang dipakai tergantung pada keadaan perekonomian yang dihadapi. Dalam

keadaan deflasi biasanya dipergunakan budget yang defisit, dalam keadaan inflasi

yang dipergunakan budget yang surplus dan dalam keadaan normal dipergunakan

budget yang seimbang, jadi jelasnya budget di sini dapat dipergunakan sebagai alat

politik fiskal (Suparmoko, 2000).

2.2.2. Perencanaan Keuangan

Alokasi anggaran untuk pembangunan sektoral yang tersusun dalam

Anggaran Belanja Daerah merupakan perencanaan keuangan yang berlaku untuk

masa satu tahun anggaran. Perencanaan keuangan ini dimaksudkan untuk membiayai

proyek-proyek Pemerintahan Daerah yang telah direncanakan sebelumnya.

Menurut Arsyad (1999), dalam perencanaan keuangan, pembiayaan

ditetapkan bentuk dan perkiraan dimuat di atas dasar berbagai hipotesis yang

mencakup pertumbuhan pendapatan nasional, konsumsi, impor, dan sebagainya.

Untuk menutupi pembiayaan tersebut melalui perpajakan, tabungan dan peningkatan

penguasaan uang kontan. Hal ini dapat dicapai dengan menciptakan keseimbangan

(34)

jumlah barang konsumsi yang akan tersedia bagi masyarakat. Selanjutnya

perencanaan ini juga harus menciptakan keseimbangan antara bagian dari pendapatan

masyarakat yang akan dipakai untuk investasi swasta dengan jumlah barang investasi

barang yang disediakan bagi sektor swasta.

Untuk mewujudkan keseimbangan yang dimaksud, pemerintah perlu

melakukan berbagai upaya dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan barang-barang

yang bersifat sosial yang dapat menjadi faktor pendukung bagi kelancaran aktivitas

perekonomian masyarakat.

Dalam konteks itu, menurut Arsyad (1999), pada sektor pemerintah

keseimbangan harus diciptakan antara dan keuangan yang disediakan bagi tujuan

investasi dengan jumlah barang investasi yang akan diproduksi atau diimpor.

Di samping keseimbangan yang demikian itu, perlu juga diciptakan keseimbangan

antara pengeluaran dan penerimaan pemerintah. Perencanaan keuangan dengan

demikian dianggap menjamin keseimbangan antara permintaan dengan penawaran,

menghindari inflasi menghasilkan stabilitas ekonomi.

Namun demikian, menurut Arsyad (1999) pendangan di atas nampaknya

berlebihan bagi NSB, karena di NSB perencanaan keuangan ini mempunyai beberapa

keterbatasan yaitu:

1. Kebijakan mobilitas sumber keuangan melalui perpajakan dapat berpengaruh pada kecenderungan menabung.

(35)

3. Ada kemungkinan penawaran dapat ditingkatkan melalui impor, tetapi hal demikian akan mempersulit neraca pembayaran NSB.

4. Agar berhasil perencanaan keuangan harus bebas dari segala kemacetan, khususnya kondisi yang inflasioner. Perencanaan seperti ini lebih tepat dipergunakan pada perencanaan sektoral daripada perencanaan menyeluruh. 5. Perencanaan keuangan tidak sesuai untuk NSB, yang berarti tidak saja

kehilangan pendapatan potensial tetapi juga merupakan ancaman bagi sifat pembangunan sosial yang berimbang. Perencanaan ini tidak dapat menyediakan lapangan kerja yang memadai pada tingkat upah rata-rata dengan kenaikan penduduk dan dengan demikian dapat meningkatkan ketimpangan antara mereka yang beruntung memperoleh pekerjaan dengan mereka yang belum mendapatkan pekerjaan.

Memperhatikan pendapat di atas, mestinya alokasi anggaran untuk

pembangunan sektoral yang direncanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota Sumatera

Utara, terutama untuk memperluas lapangan kerja, telah memperhitungkan berbagai

sektor yang dapat mempengaruhi nila-nilai output dan outcomes alokasi anggaran

tersebut.

Dengan demikian, perencanaan alokasi anggaran untuk pembangunan sektoral

dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah tidak hanya berfungsi menumbuhkan

pendapatan masyarakat melalui berbagai usaha dan perluasan lapangan kerja, tetapi

dapat meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah.

2.2.3. Perencanaan Fisik

Diterimanya suatu pengajuan anggaran pembangunan sektoral menjadi

kebijakan keuangan Daerah tentu telah didasarkan pada suatu konsep perencanaan

program yang mencakup berbagai aspek perencanaan fisik.

Perencanaan fisik adalah suatu usaha untuk menjabarkan usaha pembangunan

(36)

memaksimalkan pandapatan dan pekerjaan. Keseimbangan fisik hanya dapat dicapai

perkiraan yang tepat terhadap hubungan antara investasi dengan output (Arsyad,

1999).

Oleh karena itu, koefisien investasi dapat dihitung. Koefisien ini menunjukkan

jumlah investasi dan juga komposisi investasi tersebut dapat artian berbagai barang

yang dibutuhkan dalam rangka memperoleh kenaikan output suatu produk dengan

jumlah tertentu. Sebagai contoh, berapa banyak besi, berapa banyak batu bara, berapa

tenaga listrik yang diperlukan untuk memproduksi satu ton tambahan baja. Atas dasar

ini, kenaikan output yang direncanakan untuk berbagai produk tersebut disesuaikan

dengan jumlah dan jenis investasi. Output dari berbagai produk tersebut disesuaikan

dengan jumlah dan jenis investasi. Output dari berbagai sektor perekonomian juga

perlu diseimbangkan, karena output dari suatu cabang perekonomian merupakan

input untuk memproduksi output cabang lainnya. Perencanaan keuangan hanyalah

alat untuk mencapai tujuan ini. Kurangnya dan untuk melaksanakan proyek investasi

di NSB biasanya tidak menggambarkan kurangnya sumber daya fisik, tetapi karena

kegagalan menggunakan sumber daya riil dengan cara yang benar (Arsyad, 1999).

Di dalam perencanaan fisik, taksiran menyeluruh dibuat berdasarkan sumber

daya nyata yang tersedia seperti bahan mentah tenaga kerja, dan sebagainya, dan

bagaimana sumber daya tersebut diperoleh sehingga tidak muncul kemacetan selama

pelaksanaan rencana tersebut. Perencanaan fisik memerlukan penetapan fisik yang

menyangkut produksi pertanian dan industri, jasa angkutan, investasi perekonomian.

(37)

tepat. Lebih dari itu, perencanaan fisik harus dilihat sebagai perencana jangka

panjang yang menyeluruh dan bukan perencanaan jangka pendek secara pasial.

Namun demikian, menurut Arsyad (1999), di NSB perencanaan fisik

mempunyai beberapa kelemahan yaitu:

1. Sebagian besar masalah ekonomi terletak pada lengkapnya data statistik dan informasi sumber tentang sumber daya fisik yang tersedia, jika sasaran fisik yang ditetapkan melebihi tersedianya sumber daya karena data yang tidak akurat, perencanaan akan berakhir dengan kegagalan.

2. Masalah lain adalah bagaimana membuat keseimbangan antara berbagai bagian perekonomian. Mencapai konsistensi internal bertaraf tinggi di NSB adalah tidak mungkin karena adanya kesulitan strukrual yang inheren. Negara mungkin belum mencapai tingkat teknologi yang diperlukan guna mencapai sasaran yang telah ditentukan. Mungkin saja panen tiba-tiba gagal sehingga persediaan barang-barang pertanian menjadi terbatas. Atau, produksi industri mungkin jatuh karena langkanya cadangan tenaga listrik. Untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan seperti itu. Lange menyarankan konsumsi dilengkapi dengan persediaan cadangan tertentu.

3. Kelangkaan sasaran fisik seperti itu, pasti mengakibatkan tekanan inflasioner. Bagi perekonomian yang masih terbelakang dengan tingkat pendapatan dan hubungan yang sangat rendah tekanan inflasioner sangat berbahaya. Dalam situasi seperti itu, dianjurkan diadakannya pengawasan dan alokasi fisik. Menyadari beratnya beban dan kesukaran yang terkandung di dalam pengawasan dan pendistribusian tersebut, perlu pula ditekankan bahwa pengawasan ini jangan dianggap dengan sendiri memadai dan karena itu harus serentak dibarengi dengan langkah-langkah untuk meningkatkan penawaran. 4. Bagi NSB perencanaan fisik tanpa perencanaan keuangan selalu merupakan

negasi bagi perencanaan jika rencana disusun atas dasar sumber daya fisik tanpa memperhatikan tersedianya sumber daya keuangan, sasaran rencana tak pernah dapat terpenuhi.

Beranjak dari uraian pendapat di atas, maka keberhasilan pembangunan

ekonomi Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara tidak hanya ditentukan kekayaan

sumber daya alam, tetapi lebih banyak ditentukan oleh kemampuan Pemerintah.

(38)

2.3. Dana Alokasi Umum

Menurut Saragih (2003), kebijakan DAU merupakan instrumen penyeimbang

fiskal antardaerah. Sebab tidak semua daerah mempunyai struktur dan kemampuan

fiskal yang sama (horizontal fiscal imbalance). DAU sebagai bagian dari kebijakan

transfer fiskal dari pusat ke daerah (intergovernmental transfer) berfungsi sebagai

faktor pemerataan fiskal antara daerah-daerah serta memperkecil kesenjangan

kemampuan fiskal atau keuangan antardaerah.

Menurut Halim (2004), “Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari

APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-

daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi”. Dari penjelasan di atas, terlihat Dana Alokasi Umum (DAU) memiliki

jumlah yang sangat signifikan sehingga semua pemerintah daerah menjadikannya

sebagai sumber penerimaan terpenting dalam anggaran penerimaannya dalam APBN.

Oleh karena itu, Dana Alokasi Umum (DAU) dapat dilihat sebagai respons

pemerintah terhadap aspirasi daerah untuk mendapatkan sebahagian kontrol yang

lebih besar terhadap keuangan negara.

“Bagi daerah yang relatif minim Sumber Daya Alam (SDA), DAU merupakan

sumber pendapatan penting guna mendukung operasional pemerintah sehari-hari serta

sebagai sumber pembiayaan pembangunan” (Saragih, 2003). “Distribusi DAU kepada

daerah-daerah yang memiliki kemampuan relatif besar akan lebih kecil dan

sebaliknya daerah-daerah yang mempunyai kemampuan keuangan relatif kecil akan

(39)

Alokasi Umum merupakan block grant yang diberikan kepada semua kabupaten dan

kota untuk tujuan mengisi kesenjangan antara kapasitas dan kebutuhan fiskalnya, dan

didistribusikan dengan formula berdasarkan prinsip-prinsip tertentu yang secara

umum mengindikasikan bahwa daerah miskin dan terbelakang harus menerima lebih

banyak daripada daerah kaya. Dengan kata lain, tujuan penting alokasi Dana Alokasi

Umum adalah dalam kerangka pemerataan kemampuan penyediaan pelayanan publik

antara Pemerintah Daerah di Indonesia.

2.4. Dana Alokasi Khusus

Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan

APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu

mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas

nasional.

Adapun fungsi DAK meliputi: (Depkeu, 2009)

1. Diprioritaskan untuk membantu daerah-daerah dengan kemampuan keuangan

di bawah rata-rata nasional, dalam rangka mendanai kegiatan penyediaan sarana

dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat yang telah merupakan urusan

daerah;

2. Menunjang percepatan pembangunan sarana dan prasarana di daerah pesisir dan

pulau-pulau kecil, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah tertinggal/

terpencil, daerah rawan banjir/longsor, serta termasuk kategori daerah ketahanan

(40)

3. Mendorong peningkatan produktivitas perluasan kesempatan kerja dan

diversifikasi ekonomi terutama di pedesaan, melalui kegiatan khusus di bidang

pertanian, kelautan dan perikanan, serta infrastruktur;

4. Meningkatkan akses penduduk miskin terhadap pelayanan dasar dan prasarana

dasar melalui kegiatan khusus di bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur;

5. Menjaga dan meningkatkan kualitas hidup, serta mencegah kerusakan lingkungan

hidup, dan mengurangi risiko bencana melalui kegiatan khusus di bidang

lingkungan hidup, mempercepat penyediaan serta meningkatkan cakupan dan

kehandalan pelayanan prasarana dan sarana dasar dalam satu kesatuan sistem

yang terpadu melalui kegiatan khusus di bidang infrastruktur;

6. Mendukung penyediaan prasarana di daerah yang terkena dampak pemekaran

pemerintah kabupaten, kota, dan provinsi melalui kegiatan khusus di bidang

prasarana pemerintahan;

7. Meningkatkan keterpaduan dan sinkronisasi kegiatan yang didanai dari DAK

dengan kegiatan yang didanai dari anggaran Kementerian/Lembaga dan kegiatan

yang didanai dari APBD;

8. Mengalihkan secara bertahap dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang

digunakan untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang telah menjadi urusan daerah

ke DAK.

Penghitungan alokasi DAK dialkukan melalui 2 tahapan, yaitu:

1. Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK, dan

(41)

Adapun penentuan daerah tertentu tersebut harus memenuhi kriteria umum,

kriteria khusus, dan kriteria teknis. Selanjutnya besaran alokasi untuk masing-masing

daerah ditentukan dengan perhitungan indeks berdasarkan kriteria umum, kriteria

khusus, dan kriteria teknis.

2.5. Pertumbuhan Ekonomi

Pengertian pertumbuhan ekonomi seringkali dibedakan dengan pembangunan

ekonomi. Pertumbuhan ekonomi bersangkut-paut dengan proses peningkatan

produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat, sementara

pembangunan mengandung arti yang lebih luas. Proses pembangunan mencakup

perubahan pada komposisi produksi, perubahan pada pola penggunaan (alokasi)

sumber daya produksi diantara sektor-sektor kegiatan ekonomi, perubahan pada pola

distribusi kekayaan dan pendapatan diantara berbagai golongan pelaku ekonomi,

perubahan pada kerangka kelembagaan dalam kehidupan masyarakat secara

menyeluruh.

Namun demikian pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ciri pokok

dalam proses pembangunan, hal ini diperlukan berhubungan dengan kenyataan

adanya pertambahan penduduk. Bertambahnya penduduk dengan sendirinya

menambah kebutuhannya akan pangan, sandang, pemukiman, pendidikan dan

(42)

Adanya keterkaitan yang erat antara pertumbuhan dan pembangunan

ekonomi, ditunjukkan pula dalam sejarah munculnya teori-teori pembangunan

ekonomi. Menurut Todaro (1998) dalam kepustakaan pembangunan ekonomi pasca

Perang Dunia II terdapat lima pendekatan utama dalam aliran pemikiran tentang

teori-teori pembangunan, yaitu model pertumbuhan bertahap linier, model

pembangunan struktural, model ketergantungan internasional, kontrarevolusi pasar

bebas neoklasik dan model pertumbuhan endogen.

Model pertumbuhan bertahap linier menekankan pada pemahaman bahwa

proses pembangunan merupakan serangkaian tahapan pertumbuhan ekonomi yang

berurutan, dan juga menyoroti pembangunan sebagai perpaduan dari tabungan,

penanaman modal dan bantuan asing. Salah satu tahapan yang harus dilalui adalah

tahapan tinggal landas, yang ditandai dengan adanya pengerahan atau mobilisasi

tabungan yang dijelaskan oleh model pertumbuhan Harrod-Domar. Model yang

berkembang selanjutnya adalah perubahan struktural dan ketergantungan

internasional yang perbedaan diantara keduanya lebih pada perbedaan secara

ideologis.

Model pertumbuhan yang berkembang pada tahapan berikutnya adalah model

pertumbuhan neoklasik, di mana model pertumbuhan Solow menjadi pilarnya. Solow

berpendapat bahwa pertumbuhan output bersumber dari tiga faktor: kenaikan

kuantitas dan kualitas tenaga kerja (melalui pertumbuhan jumlah penduduk dan

perbaikan pendidikan), penambahan modal (melalui tabungan dan investasi) serta

(43)

hal-hal yang bersifat eksogen atau proses-proses kemajuan teknologi yang bersifat

independen (Todaro, 1998).

Kelemahan yang terdapat pada teori neo klasik adalah bahwa pengaruh

teknologi tidak sepenuhnya dapat dikendalikan oleh faktor-faktor ekonomi,

mengakibatkan munculnya model pertumbuhan yang baru yaitu pertumbuhan

endogen. Model ini tetap berdasarkan pada model yang dikembangkan oleh kaum

neoklasik, namun berkebalikan dengan pendapat kaum neo klasik, model

pertumbuhan endogen mengakui dan menganjurkan keikutsertaan pemerintah secara

aktif dalam pengelolaan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi daerah diproksikan

dengan PDRB harga berlaku.

2.6. Produk Domestik Regional Bruto

Tujuan dan kegunaan Produk Domestik Regional Bruto adalah untuk

memperoleh gambaran secara umum maupun rinci (sektoral) tentang keadaan

perekonomian suatu daerah. Penyajian yang berkesinambungan dari tahun ke tahun

akan memberikan gambaran tentang tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat

kemakmuran, tingkat inflasi, maupun deflasi gambaran struktur perekonomian suatu

daerah.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), PDRB dapat diartikan ke dalam tiga

(44)

a. Menurut pengertian produksi, PDRB adalah sejumlah nilai produk barang dan

jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di dalam suatu wilayah (region)

dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).

b. Menurut pengertian pendapatan, PDRB adalah sejumlah balas jasa yang diterima

oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu

wilayah atau daerah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Balas jasa faktor

produksi meliputi upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan,

semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak tidak langsung lainnya.

Domestik Regional Bruto, kecuali faktor pendapatan di atas, termasuk pula

komponen penyusutan barang modal tetap dan pajak tak langsung netto. Semua

komponen pendapatan ini secara sektoral disebut Nilai Tambah Bruto, sehingga

Produk Domestik Regional Bruto adalah nilai penjumlahan pada nilai tambah dari

seluruh sektor (lapangan usaha).

c. Menurut pengertian pengeluaran, PDRB adalah jumlah pengeluaran yang

dilakukan untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari

untung, konsumsi Pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stock

dan ekspor netto (ekspor dikurangi impor).

Dari uraian di atas dapat ditarik suatu hubungan bahwa jumlah barang dan

jasa akhirnya yang dihasilkan dan harus sama juga dengan jumlah pendapatan untuk

faktor-faktor produksinya. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar,

karena tercakup di dalamnya dokumen pajak tak langsung netto. Pajak tak langsung

(45)

PDRB menurut harga berlaku artinya nilai barang dan jasa dihitung

berdasarkan harga pada tahun yang bersangkutan yang berarti termasuk kenaikan

harga, sedangkan PDRB menurut harga konstan, nilai barang dan jasa yang

dihasilkan dihitung berdasarkan tahun dasar. Cara penghitungan PDRB atas dasar

harga konstan telah menghitungkan pengaruh harga atau inflasi, dapat menunjukkan

nilai yang sebenarnya (Widodo, 1990).

Dengan mempedomani dan menghitung PDRB tersebut baik berdasarkan

harga berlaku mampu berdasarkan harga konstan, dapat dilihat pertumbuhan

ekonomi serta tingkat kemakmuran penduduk di suatu daerah, di mana tinggi

rendahnya tingkat kemakmuran di suatu daerah biasanya diukur dengan besar

kecilnya angka pendapatan per kapita yang diperoleh dari pembagian antara

pendapatan regional dengan jumlah penduduk pertengahan tahunnya diukur dengan

besar kecilnya angka pendapatan per kapita yang diperoleh dari pembagian antara

pendapatan regional dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.

Badan Pusat Statistik membagi PDRB menurut sektor/lapangan usaha terdiri

dari:

1. Sektor Pertanian;

2. Sektor Pertambangan dan Penggalian;

3. Sektor Industri Pengolahan;

4. Sektor Listrik, Gas dan Air Minum;

5. Sektor Bangunan;

(46)

7. Sektor Transportasi dan Komunikasi;

8. Sektor Keuangan, Persewaan Bangunan dan Jasa Perusahaan;

9. Sektor Jasa-Jasa.

2.7. Definisi Pembangunan Manusia

Menurut UNDP (1990), pembangunan manusia adalah suatu proses untuk

memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia (“a process of enlarging peopless

choices”). Dari definisi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa fokus pembangunan suatu

negara adalah manusia sebagai aset negara yang sangat berharga. Definisi

pembangunan manusia tersebut pada dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang

sangat luas. Definisi ini lebih luas dari definisi pembangunan yang hanya

menekankan pada pertumbuhan ekonomi. Dalam konsep pembangunan manusia,

pembangunan seharusnya dianalisis serta dipahami dari sisi manusianya, bukan hanya

dari sisi pertumbuhan ekonominya. Sebagaimana laporan UNDP (1995), dasar

pemikiran konsep pembangunan manusia meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian;

b. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk,

bukan hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka. Oleh karena itu, konsep

pembangunan manusia harus berpusat pada penduduk secara komprehensif dan

(47)

c. Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya meningkatkan

kemampuan/kapasitas manusia, tetapi juga pada upaya-upaya memanfaatkan

kemampuan/kapasitas manusia tersebut secara optimal;

d. Pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu: produktivitas,

pemerataan, kesinambungan dan pemberdayaan;

e. Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan pembangunan

dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya.

Konsep pembangunan manusia yang diprakarsai dan ditunjang oleh UNDP ini

mengembangkan suatu indikator yang dapat menggambarkan perkembangan

pembangunan manusia secara terukur dan representatif, yang dinamakan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM). IPM diperkenalkan pertama sekali pada tahun 1990.

IPM mencakup tiga komponen yang dianggap mendasar bagi manusia dan secara

operasional mudah dihitung untuk menghasilkan suatu ukuran yang merefleksikan

upaya pembangunan manusia. Ketiga komponen tersebut adalah peluang hidup

(longevity), pengetahuan (knowledge) dan hidup layak (living standards). Peluang

hidup dihitung berdasarkan angka harapan hidup ketika lahir; pengetahuan diukur

berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk berusia 15 tahun

ke atas; dan hidup layak diukur dengan pengeluaran per kapita yang didasarkan pada

(48)

2.8. Indeks Pembangunan Manusia

IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana

dari 3 (tiga) indeks yang menggambarkan kemampuan dasar manusia dalam

memperluas pilihan-pilihan, yaitu:

1. Indeks Harapan Hidup.

2. Indeks Pendidikan.

3. Indeks Standar Hidup Layak.

Rumus umum yang dipakai adalah sebagai berikut:

IPM =1/3 (X1 + X2 + X3)

di mana:

X1 = Indeks Harapan Hidup

X2 = Indeks Pendidikan

X3 = Indeks Standar Hidup Layak

Masing-masing komponen tersebut terlebih dahulu dihitung indeksnya

sehingga bernilai antara 0 (terburuk) dan 1 (terbaik). Untuk memudahkan dalam

analisa biasanya indeks ini dikalikan 100. Teknik penyusunan indeks tersebut pada

dasarnya mengikuti rumus sebagai berikut:

(49)

MaxXi = Nilai maksimum Xi

Min Xi = Nilai minimum Xi

2.8.1. Indeks Harapan Hidup

Indeks Harapan Hidup menunjukkan jumlah tahun hidup yang diharapkan

dapat dinikmati penduduk suatu wilayah. Dengan memasukkan informasi mengenai

angka kelahiran dan kematian per tahun variabel e0 diharapkan akan mencerminkan

rata-rata lama hidup sekaligus hidup sehat masyarakat. Sehubungan dengan sulitnya

mendapatkan informasi orang yang meninggal pada kurun waktu tertentu, maka

untuk menghitung angka harapan hidup digunakan metode tidak langsung (metode

Brass, varian Trussel). Data dasar yang dibutuhkan dalam metode ini adalah rata-rata

anak lahir hidup dan rata-rata anak masih hidup dari wanita pernah kawin. Secara

singkat, proses penghitungan angka harapan hidup ini disediakan oleh program

Mortpak. Untuk mendapatkan Indeks Harapan Hidup dengan cara menstandarkan

angka harapan hidup terhadap nilai maksimum dan minimumnya.

2.8.2. Indeks Pendidikan

Penghitungan Indeks Pendidikan (IP) mencakup dua indikator yaitu angka

melek huruf (Lit) dan rata-rata lama sekolah (MYS). Populasi yang digunakan adalah

penduduk berumur 15 tahun ke atas karena pada kenyataannya penduduk usia

tersebut sudah ada yang berhenti sekolah. Batasan ini diperlukan agar angkanya lebih

mencerminkan kondisi sebenarnya mengingat penduduk yang berusia kurang dari 15

tahun masih dalam proses sekolah atau akan sekolah sehingga belum pantas untuk

(50)

harapan dapat mencerminkan tingkat pengetahuan (cerminan angka Lit), di mana Lit

merupakan proporsi penduduk yang memiliki kemampuan baca tulis dalam suatu

kelompok penduduk secara keseluruhan. Sedangkan cerminan angka MYS

merupakan gambaran terhadap keterampilan yang dimiliki penduduk. MYS dihitung

secara tidak langsung, pertama-tama dengan memberikan Faktor Konversi pada

variabel “Pendidikan yang Ditamatkan”. Langkah selanjutnya adalah dengan

menghitung rata-rata tertimbang dari variabel tersebut sesuai dengan bobotnya.

MYS =

i i i

f s x f

Di mana:

MYS = Rata-rata lama sekolah

fi = Frekuensi penduduk berumur 10 tahun ke atas pada jenjang pendidikan i,

i = 1,2,…,11

si = Skor masing-masing jenjang pendidikan

Angka melek huruf pengertiannya tidak berbeda dengan definisi yang telah

secara luas dikenal masyarakat, yaitu kemampuan membaca dan menulis. Pengertian

rata-rata lama sekolah, secara sederhana dapat diilustrasikan sebagai berikut:

misalkan di Provinsi Sumatera Utara ada 5 orang tamatan SD, 5 orang tamatan SMP,

5 orang tamatan SMA, 5 orang tidak sekolah sama sekali, maka rata-rata lama

sekolah di Provinsi Sumatera Utara adalah {5 (6) + 5 (9) +5 (12) +5 (0)} : 20 = 6,25

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1. Sampel Penelitian
Gambar 4.1. IPM Tahun 2003
Gambar 4.2. IPM Tahun 2004
+7

Referensi

Dokumen terkait

panjang kantong payang berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan, hal ini dapat diartikan bahwa setiap penambahan 3 faktor produksi tersebut akan mampu

Untuk perhitungan Validitas dari Skala Kebiasaan Belajar penulis menggunakan software SPSS ( Statistical Product and Service Solution ). Setelah dilakukan perhitungan

1) Sampel dimasukkan sebanyak 5 ml ke dalam beaker glass lalu ditambahkan dengan aquadest hingga volume larutan 80 ml. 2) Beaker glass diletakkan di atas magnetic stirrer ,

Jadi, berdasarkan uraian di atas, penelitian ini merupakan penelitian yang datanya berupa kata-kata atau ujaran seperti apa adanya dari penutur untuk menjaring medan makna verba

From these results, it was concluded that weaning and yearling weight of Bali cattle can be estimated using simple linear body measurement of heart girth, body length

Proyeksi timbulan sampah pada tahun 2027 akan digunakan untuk menghitung potensi daur ulang sampah rumah tangga Kecamatan Sangkapura serta untuk mengetahui berapa

Dalam mencapai keberhasilan suatu reformasi birokrasi, dibutuhkan Keterlibatan dan Keseriusan unsur SDM melalui pencapaian output atau prestasi-prestasi gemilang para pegawai, unsur

Hasil uji statistik diperoleh mean jenis kelamin laki-laki lebih besar dari pada jenis kelamin perempuan yang artinya remaja laki-laki di Pekanbaru yang diteliti