DINAMIKA KANDUNGAN BAHAN ORGANIK (BOD)
DI KALIMALANG BEKASI
PIONIUS DIPTA DIRGAYUSA
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Dinamika Kandungan Bahan Organik (BOD) di Kalimalang Bekasi” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing Dr. Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc. dan Ir. Agustinus M Samosir, M.Phil belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
ABSTRAK
Kalimalang merupakan bagian hilir dari Saluran Tarum Barat yang melintasi wilayah Kabupaten Karawang, Bekasi, dan DKI Jakarta (Jakarta Timur). Perairan Kalimalang telah mengalami pencemaran akibat berbagai kegiatan, terutama pencemaran organik di bagian hulunya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika bahan organik (BOD) tiap musimnya serta parameter pendukung seperti suhu, DO, TSS, pH, coliform, dan juga debit air. Selain itu, Indeks STORET juga digunakan untuk menentukan status mutu kualitas air. Bahan organik tertinggi terdapat pada musim kemarau dengan nilai BOD sebesar 15.6 mg/l dan terendah pada musim hujan dengan nilai BOD 4.89 mg/l. Tingginya nilai BOD menandakan bahwa perairan Kalimalang sudah tercemar. Hal ini juga didukung oleh nilai indeks STORET yang bernilai lebih dari -21 yang berarti bahwa perairan ini sudah tercemar berat sehingga tidak cocok untuk status golongan B.
Kata kunci : Dinamika bahan organik (BOD), Kalimalang, Indeks STORET
ABSTRACT
Kalimalang is downstream such as from the West Tarum Canal, crosses Karawang, Bekasi, and DKI Jakarta (East Jakarta) regional. Kalimalang has suffered from pollution, especially the organic pollution upstream. This study aims to determine the dynamic of organic matter (BOD) each season, and its related the supporting parameters such as temperature, DO, TSS, pH, coliform, and debit water. In addition, STORET index is also used to determine the status of water quality. Organic matter highest in the dry season with a BOD value of 15.6 mg / l and lowest in rainy season with a BOD value of 4.89 mg / l. The high BOD value indicates that the waters are polluted It is also supported by STORET index value that is worth more than -21, which means that these waters are heavily polluted so it is not suitable for class status B.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan
DINAMIKA KANDUNGAN BAHAN ORGANIK (BOD)
DI KALIMALANG BEKASI
PIONIUS DIPTA DIRGAYUSA
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Judul Skripsi : Dinamika Kandungan Bahan Organik (BOD) di Kalimalang Bekasi
Nama : Pionius Dipta Dirgayusa
NIM : C24080085
Program Studi : Manajemen Sumber Daya Perairan
Disetujui oleh
Dr. Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc Pembimbing I
Ir. Agustinus M Samosir, M.Phil Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc Ketua Departemen
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Dinamika Kandungan Bahan Organik (BOD) Di Kalimalang Bekasi” ini dapat diselesaikan. Skripsi disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan Skripsi ini, terutama kepada:
1. Dr. Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc selaku dosen pembimbing pertama. 2. Ir. Agustinus M Samosir, M.Phil selaku dosen pembimbing kedua. 3. Ir. Isdrajat Setyobudiandi, MSc selaku dosen penguji
4. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta.
5. Orangtua serta kakak dan adik di rumah yang selalu menyemangati Penulis baik moril maupun materil.
6. Teman teman kosan sejak TPB (Arik, Agung. Ato, Enjoy, Andre)
7. Teman bermain dan belajar di kampus (Pardi, Ibad, Obed, Uul, Ojan, Tile, Gentha, Aang, Eka, Dina, Icha, Bale, Mima, Keloy,Eel Yona, Ami).
8. Teman sepermainan (Rani, Lodi, Nimas, dan Fitri) terimakasih atas kebersamaannya sejak semester 3 hingga kini.
9. Serta teman teman MSP 45, 46 ,47, 48 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Bogor, Agustus 2013
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ... VIII DAFTAR GAMBAR ... VIII DAFTAR LAMPIRAN ... VIII
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 1
Tujuan Penelitian ... 2
METODE ... 2
Waktu dan Lokasi ... 2
Alat dan Bahan ... 3
Metode Pengambilan Contoh ... 3
Metode Pengumpulan Data ... 4
Data Primer ... 4
Data Sekunder ... 4
Analisis Data ... 4
Analisis Deskriptif ... 5
Analisis Indeks STORET ... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5
Hasil dan Pembahasan ... 5
Evaluasi kualitas perairan Kalimalang dengan indeks STORET ... 9
Strategi Pengelolaan Kalimalang... 11
KESIMPULAN DAN SARAN ... 11
Kesimpulan ... 11
Saran ... 12
DAFTAR PUSTAKA ... 12
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Titik Koordinat Stasiun Pengambilan Contoh ... 3
Tabel 2 Parameter Fisika, Kimia, serta analisis yang digunakan. ... 4
Tabel 3 Penentuan sistem nilai skor metode STORET ... 5
Tabel 4 Penentuan Status Mutu Air Berdasarkan Indeks STORET ... 10
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka pemikiran... 2Gambar 2 Lokasi Pengambilan Contoh ... 3
Gambar 3 Rata-rata kualitas air dan debit air Kalimalang tahun 2007 - 2012 ... 6
Gambar 4 Peta industri yang berkontribusi dalam pencemaran BOD... 9
Gambar 5 Indeks STRORET Kalimalang (2007-2012) ... 10
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 Tahun 2001 ... 14Lampiran 2 Perhitungan Indesks STORET ... 14
Lampiran 3 Daftar industri yang memberikan kontribusi BOD di STB ... 15
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saluran Tarum Barat merupakan daerah aliran sungai yang berasal dari Bendungan Jatiluhur Purwakarta yang digunakan untuk memasok air ke Perusahaan Air Minum (PAM). Selain untuk mengairi areal pertanian, sungai Kalimalang alirannya mengalir melewati beberapa wilayah dari Cikampek, Cikarang, Cibitung, Tambun sampai dengan Bekasi dan digunakan pula oleh masyarakat sekitarnya sebagai sarana kepentingan rumah tangga seperti mandi, mencuci, dan kakus (MCK). Lingkungan perairan sering tercemar oleh beban masukan berupa bahan organik dan anorganik. Bahan organik dalam jumlah tertentu akan berguna bagi perairan, tetapi apabila jumlah yang masuk melebihi daya dukung perairan maka akan menggangu perairan itu sendiri.
Menurut Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) 2011 Provinsi Jakarta, Saluran Tarum Barat telah mengalami pencemaran yang cukup parah karena perairan ini menerima masukan dari berbagai macam limbah sepanjang DAS Citarum. Sumber pencemar ini berasal dari buangan limbah domestik, kegiatan industri, dan limpasan (run off) dari lahan pertanian. Pencemaran tersebut mengakibatkan antara lain meningkatnya kandungan bahan organik di perairan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian terhadap dinamika kandungan bahan organik di bagian hilir dari Saluran Tarum Barat yaitu di Kalimalang Bekasi yang juga berbatasan dengan Jakarta Timur.
Perumusan Masalah
Kalimalang merupakan bagian hilir dari Saluran Tarum Barat yang digunakan penduduk sekitar untuk kepentingan kehidupan sehari-hari seperti MCK. Banyaknya kegiatan di sekitar badan sungai tersebut, mengakibatkan penurunan kualitas air, sehingga kesehatan sungai menjadi terganggu. Semakin pesatnya pembangunan pemukiman di sekitar sungai dan kesadaran masyarakat setempat yang masih rendah juga berpengaruh terhadap penurunan kondisi kualitas perairan.
Pemanfaatan lahan atau ruang yang sesuai untuk daerah aliran sungai tepatnya di daerah bantaran sungai dan sempadan sungai berdasarkan PP No.35/1991 adalah sebagai ruang terbuka hijau. Namun kenyataannya di sepanjang bantaran Sub DAS Saluran Tarum Barat penggunaan lahannya diantaranya dijadikan tempat permukiman penduduk, lahan untuk pertanian dan juga perindustrian.
2
dari besaran nilai BOD. Nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya diperairan, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan bahan buangan tersebut. Beban cemaran suatu sungai dapat diidentifikasi berdasarkan kadar BOD dalam air, di mana semakin tinggi BOD maka air sungai semakin tercemar. Akumulasi bahan organik dari sumber pencemar akan menimbulkan beban cemaran terhadap kemampuan sungai untuk pulih kembali (Nugraha dan Cahyorini 2007). Dengan mengetahui dinamika BOD di Kalimalang selama 2007 – 2012 yang dilihat dari pola musiman serta parameter terkait seperti DO, suhu, TSS, pH, coliform dan debit diharapkan mampu menjelaskan tingginya BOD di musim tertentu sehingga dapat memberikan solusi pemulihan kembali sungai Kalimalang.
Limbah industri dan rumah tangga yang dibuang ke Kalimalang akan mengakibatkan terjadinya perubahan fisika kimia perairan. Dengan melakukan penelitian ini diharapkan pengetahuan mengenai kandungan bahan organik di Kalimalang dapat menjadi rujukan dalam pengelolaan perairan tersebut agar kualitas mutu Saluran Tarum Barat yang berstatus golongan B dapat terjaga.
Gambar 1 Kerangka pemikiran
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika kandungan bahan organik (BOD) dan status mutu air Kalimalang berdasarkan beberapa parameter penting kualitas air serta mengusulkan alternatif strategi pengendalian pencemaran di perairan Kalimalang.
METODE
Waktu dan Lokasi
Penelitian dilaksanakan di bagian hilir dari Saluran Tarum Barat yaitu Kalimalang Bekasi, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada bulan November 2012. Pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 2 minggu setiap
Hidrologi
Sungai Industri
3 pengambilan sampelnya, yaitu sampling pertama pada 1 November 2012, sampling kedua pada tanggal 14 November 2012 dan yang ketiga pada 29 November 2012. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Stasiun pengamatan dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 2.
Tabel 1 Titik Koordinat Stasiun Pengambilan Contoh
Stasiun Koordinat titik sampling Lokasi
S E
1 6014’58.06” 106059’15.45” hulu
2 6014’52.57” 106055’11.49” tengah
3 6014’23.50” 106052’51.83” Hilir
Gambar 2 Lokasi Pengambilan Contoh
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, botol contoh plastik polyetilen 250ml dan 500ml, botol BOD 125ml, gelas ukur, syiringe, erlenmeyer, inkubator, desikator, pipet, bulb, pH stick, GPS (Global Positioning System),
coolbox, kertas label, termometer. Bahan yang digunakan adalah contoh air Kalimalang, aquades, pengawet sampel HNO3, dan tissue.
Metode Pengambilan Contoh
4
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dibagi menjadi dua yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. Pengambilan data primer yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengamatan langsung (pengukuran parameter fisika dan kimia) dilapangan dan analisis di laboratorium. Data yang diambil pada penelitian ini adalah berupa data fisika (suhu, debit air dan TSS), kimia (pH, DO dan, BOD), dan biologi (coliform).
Data Primer
Pengukuran temperatur dilakukan dengan cara mencelupkan termometer kedalam permukaan air lalu catat nilai suhu yang tertera. Oksigen terlarut diukur di lapangan dengan metode titrasi Winkler, pH diukur dengan kertas pH indikator MERCK (ketelitian 0,5 unit). Debit air dihitung dengan cara mengukur kedalaman sungai, lebar sungai, dan arus perairan.
Contoh air untuk pengamatan kualitas air seperti TSS, BOD, dan coliform dimasukan ke dalam botol sampel dan dibawa ke laboratorium untuk analisis lebih lanjut. TSS dianalisis dengan metode gravimetrik, BOD menggunakan botol gelap dan botol terang dengan metode iodometri. Analisis coliform menggunakan metode MPN (APHA 1989).
Tabel 2 Parameter Fisika, Kimia, serta analisis yang digunakan.
Parameter Satuan Alat/Metode Pengukuran
Fisika Air
Suhu 0Celcius Termometer insitu
TSS mg/l Gravimetri Laboratorium
Debit Air m3/detik insitu
Kimia Air
pH Kertas Indikator insitu
DO mg/l Winkler insitu
BOD5 mg/l Iodometri Laboratorium
Biologi Air
Coliform ind/100ml MPN Laboratorium
Data Sekunder
Data sekunder berupa data pemantauan kualitas air Kalimalang tahun 2007 - 2011 yang dilakukan oleh BPLHD Provinsi DKI Jakarta. Dari data sekunder yang ada, dipilih parameter yang sama dengan parameter yang diambil secara primer yaitu parameter suhu, TSS, debit air, pH, DO, BOD5, dan coliform. Data yang
digunakan adalah data pemantauan tahun 2007 (Juli dan September), 2008 (Agustus), 2009 (April, Juli, dan Oktober), 2010 (Maret, Mei, Agustus, Oktober dan November), dan 2011 (April, Juli, September, Oktober, dan Desember).
Analisis Data
5
Analisis Deskriptif
Pendekatan ini bertujuan untuk mengetahui dinamika musiman bahan organik di Kalimalang dengan membandingkan nilai konsentrasi hasil pengamatan dengan baku mutu air menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) No.82 Tahun 2001 Kelas I (untuk air baku minum). Data sekunder juga digunakan untuk membuat dinamika kualitas perairan terutama BOD yang dirata-ratakan selama 5 tahun dari tahun 2007 – 2012 ke dalam empat musim menurut Wyrtki (1961), yaitu musim peralihan 1 (Maret – Mei), musim kemarau (Juni – Agustus), musim peralihan 2 (September – November), dan musim penghujan (Desember – Februari).
Analisis Indeks STORET
Indeks STORET merupakan salah satu metode untuk menentukan status mutu air yang dihitung dengan mengikutsertakan data analisis semua parameter kualitas air yang diperoleh dan dibandingkan dengan baku mutu air menurut PPRI No.82 Tahun 2001 Kelas I (untuk air baku minum), kelas II (prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman), dan kelas III (pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman) seperti yang terlampir pada Lampiran 1.
Perhitungan indeks STORET dilakukan untuk mengetahui kualitas perairan setiap titik lokasi pengamatan sehingga akan didapatkan gambaran yang lebih komprehensif mengenai kualitas perairan tersebut. Penilaian indeks STORET mengacu pada Kepmen LH No.115 Tahun 2003 dengan penentuan nilai skor seperti pada Tabel 3.
Tabel 3 Penentuan sistem nilai skor metode STORET
Jumlah Pengamatan Nilai Parameter Kelompok Parameter Fisika Kimia Biologi
<10
Sumber : Canter 1977 dalam Kepmen LH No.115 Tahun 2003
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan Pembahasan
Wilayah Kalimalang berada diantara wilayah Bendungan Bekasi dengan
6
Gambar 3 Rata-rata kualitas air dan debit air Kalimalang tahun 2007 - 2012
-10
Peralihan 1 Musim Kemarau Peralihan 2 Musim Hujan
7 Kandungan bahan organik dalam perairan akan mengalami peningkatan yang disebabkan buangan dari rumah tangga, pertanian, industri. Pada Gambar 3 terlihat bahwa nilai BOD tertinggi berada pada musim kemarau dengan nilai rata rata sebesar 15.6 mg/l. Hal ini terjadi karena pada musim kemarau kandungan bahan organik akan meningkat sehingga akan meningkatkan pula kandungan unsur hara perairan dan sebaliknya pada musim hujan akan terjadi penurunan karena adanya proses pengenceran (Salmin 2005).
Indikator kualitas perairan bisa dilihat dari kandungan oksigen terlarutnya. Menurut Baird (2002) Kadar DO yang rendah adalah indikator dari buruknya kualitas perairan. Oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien (Baird 2002). Tingginya bahan organik diperairan juga dipengaruhi oleh debit air, semakin rendah debit air misalnya ketika saat musim kemarau nilai BOD paling tinggi yang disebabkan oleh penumpukan konsentrasi bahan bahan antropogenik yang masuk ke badan sungai karena tidak mengalami pengenceran (Effendi 2003).
Lee, et al. (1978) menerangkan bahwa tingkat pencemaran suatu perairan dapat dinilai berdasarkan kandungan nilai BOD5 dimana kandungan ≤ 2.9 mg/l
merupakan perairan yang tidak tercemar, kandungan 3.0 – 5.0 mg/l merupakan perairan yang tercemar ringan, kandungan 5.1 – 14.9 mg/l merupakan perairan yang tercemar sedang dan kandungan ≥ 15.0 mg/l merupakan perairan yang tercemar berat. Berdasarkan penelitian, pada musim hujan nilai BOD sebesar 4.89 mg/l termasuk kategori perairan tercemar ringan. Pada musim peralihan 1 dan peralihan 2 termasuk kategori tercemar sedang karena kandungan BOD diantara 5.1 – 14.9 mg/l sedangkan pada musim kemarau dengan nilai BOD 15.6 mg/l termasuk dalam kategori tercemar berat.
Baku mutu PPRI no. 82 tahun 2001 kelas I nilai yang diperbolehkan untuk BOD yaitu ≤ 2 mg/l. Sehingga nilai rataan sebaran BOD yang dilihat dari rata rata pada musim kemarau hingga musim hujan selama 5 tahun terakhir sudah melebihi nilai BOD yang diperbolehkan untuk air baku air minum.
Pada musim peralihan 1 tingkat kekeruhan (TSS) adalah yang paling tinggi dengan nilai 160.5 mg/l. Tingginya kekeruhan mengakibatkan penetrasi cahaya berkurang dan proses fotosintesis terganggu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fardiaz (1992) dimana padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi cahaya matahari ke dalam air, sehingga mempengaruhi asupan oksigen melalui proses fotosintesis dan meningkatnya kekeruhan air. Besarnya kandungan tersuspensi di badan sungai dapat mempengaruhi ekosistem perairan, terutama berkaitan dengan proses fotosintesis (Weiner 2000). Pada kondisi ekosistem yang baik, seyogyanya kandungan oksigen perairan, yang menggambarkan kandungan oksigen sisa setelah terpakai oleh dekomposisi dan respirasi biota, tidak kurang dari 4 mg/L (NTAC in Nemerow, 1991; Clark, 1996 dalam Hariyadi 2010).
Nilai kandungan TSS dpengaruhi karena adanya erosi yang berasal dari hulu. Erosi dapat disebabkan oleh adanya pukulan air hujan yang langsung mengenai permukaan tanah, sehingga partikel tanah yang tererosi ditransportasikan oleh air melalui run-off dan masuk ke badan air.
8
nilai rataan dari ke empat musim parameter TSS ini sudah melewati batas baku mutu kelas I yang menandakan bahwa perairan Kalimalang sudah tercemar kecuali pada musim hujan. Nilai TSS pada musim hujan kecil karena pada musim hujan memiliki debit yang besar sehingga perairan mengalami pengenceran.
Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa nilai pH dari keempat musim relatif sama. Menurut Boyd (1988) proses dekomposisi bahan organik berlangsung lebih cepat pada kondisi pH netral dan alkalis. Bakteri dapat tumbuh dengan baik pada pH netral dan alkalis, sedangkan jamur dapat tumbuh dengan baik dan menyukai pH rendah (kondisi asam). Limbah atau sampah tersebut mengandung berbagai macam senyawa kimia yang bersifat asam seperti buangan limbah organik, industri rumah tangga, limbah domestik. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Mahida (1993) menyatakan bahwa limbah buangan industri dan rumah tangga dapat mempengaruhi nilai pH perairan.
Air di Kalimalang masuk ke dalam kelas I menurut PPRI No.82 Tahun 2001 jika ditinjau dari derajat kemasamannya. Menurut peraturan tersebut agar air baik untuk diminum kadar pH-nya harus berkisar antara 6 – 9. Parameter pH kondisi kualitas air di Kalimalang masih didalam rentang batasan baku mutu yang tergolong baik dan aman.
Masyarakat sekitar juga menjadikan Sub DAS Saluran Tarum Barat sebagai tempat pembuangan limbah manusia (feses/tinja). Pada saat pengamatan setidaknya ditemukan belasan bangunan tidak tetap berupa bilik yang dijadikan sebagai tempat buang hajat. Sastrawijaya (2000) menyatakan bakteri coli yang berasal dari kotoran manusia dan hewan mamalia bisa masuk ke perairan bila ada buangan feses yang masuk ke dalam badan air. Terdeteksinya bakteri colifekal di dalam air yang melebihi baku mutu menyebabkan tidak bisa dijadikan sumber air minum (Doyle 2006 dan Pracoyo 2006). Bakteri colifekal dapat menyebabkan penyakit kolera dan penyakit tifus pada manusia.
Menurut PPRI No.82 Tahun 2001 kandungan bakteri coliform yang diperbolehkan untuk penggunaan baku air minum adalah 1000 MPN/100ml air, Menurut hasil pengamatan seperti pada Gambar 3, nilai kandungan bakteri colifrom di Kalimalang sudah tidak layak lagi digunakan untuk bahan baku air minum karena sudah melewati batas baku mutu. Hasil analisis menunjukkan perairan Kalimalang mengandung bahan organik yang cukup tinggi sejalan dengan tingginya kadar BOD, TSS, dan yang menandakan tingginya kadar bahan organik.
Debit yang masuk ke Wilayah DKI Jakarta juga sangat tergantung dari pengaturan pintu air yang ada di Jawa Barat, sehingga kadang-kadang ada beberapa sungai di DKI Jakarta yang debitnya hampir nol, akibatnya seluruh air yang mengalir di sungai tersebut kualitasnya menjadi buruk.
9 60 industri tersebut yang diduga menghasilkan limbah BOD dan membuang ke Sub DAS Saluran Tarum Barat ada 14 industri (Gambar 4).
Gambar 4 Peta industri yang berkontribusi dalam pencemaran BOD
Industri yang memberikan kontribusi pencemaran BOD dikaterogikan menjadi 3 kategori yaitu industri tekstil yang berjumlah 5 pabrik, industri pangan berjumlah 2 pabrik, dan industri kimia dasar berjumlah 7 pabrik. Dari Gambar 4 terlihat bahwa paling banyak industri berada pada bagian tengah Saluran Tarum Barat. Banyaknya industri yang berada di Bekasi karena memang pada kawasan tersebut adalah daerah kawasan padat industri yaitu Cikarang dan Karawang.
Industri yang paling besar memberikan kontribusi BOD ke Saluran Tarum Barat adalah industri tekstil yang membuang limbah sebesar 570.000 ton/tahun. Nilai BOD yang tinggi disebabkan oleh limbah cair industri tekstil di sepanjang Saluran Tarum Barat dari proses basah yang mencakup proses penghilangan kanji (desizing), penggelantangan (bleaching), pelepasan wax (scouring), dan pencelupan (dyeing). Limbah tersebut memiliki karakteristik alkalinitas, padatan tersuspensi (TSS), suhu dan BOD dengan konsentrasi yang tinggi (Komarawidjaja 2007).
Evaluasi kualitas perairan Kalimalang dengan indeks STORET
10
Tabel 4 Penentuan Status Mutu Air Berdasarkan Indeks STORET Stasiun Indeks Status mutu
1 -35 Tercemar Berat 2 -35 Tercemar Berat 3 -35 Tercemar Berat
Berdasarkan nilai Indeks STORET di Kalimalang (Lampiran 2), tidak ada perbedaan status mutu dari sungai tersebut, ketiganya dalam kondisi tercemar berat. Hal ini diduga terjadi karena pencemaran yang masuk kedalam perairan Kalimalang sudah membuat kondisi perairan terganggu. Dari semua parameter yang diikutsertakan dalam perhitungan STORET yakni parameter BOD, DO, TSS, dan coliform sudah melewati batas baku mutu air baku minum.
Kalimalang digunakan penduduk sekitar untuk kepentingan kehidupan sehari-hari yaitu MCK. Adanya industri dibagian tengah STB juga memberikan kontrbusi pencemaran. Kegiatan yang ada di bagian hulu, tengah, dan hilir mempengaruhi kualitas air Kalimalang. Kerusakan lingkungan di DAS Citarum telah memberikan dampak yang cukup berat bagi ketersediaan sumber daya air sungai Citarum. Sungai Citarum kualitas airnya menurun drastis sehingga tidak dapat di konsumsi sebagai air minum (Ekaningdyah 2009).
Saluran Tarum Barat sebagai sumber air bersih seharusnya bebas dari pencemaran, namun dalam kenyataannya tidak demikian, pengaruh dari hulu tidak dapat dihindari. Masih banyak ditemukan banyaknya sampah yang terapung di Kalimalang seperti sampah plastik, sayur, karet ban bekas dan sebagainya. Sampah-sampah tersebut erat kaitannya dengan aktivitas masyarakat di sekitar aliran Kalimalang.
Berdasarkan nilai Indeks STORET di Kalimalang, dari tahun ke tahun dan dibandingkan dengan baku mutu Kelas I yang ditunjukan oleh nilai Indeks I, Kelas II (Indeks II), dan Kelas III (Indeks III) nilai skor lebih dari -30 yang menandakan bahwa perairan Kalimalang sudah tercemar berat (Gambar 5). Pada tahun 2008 tidak dapat dihitung nilai Indeks STORET karena pada tahun tersebut BPLHD hanya melakukan satu kali pengambilan contoh sehingga tidak memenuhi syarat untuk perhitungan nilai Indeks STORET.
Gambar 5 Indeks STRORET Kalimalang (2007-2012)
0
Indeks I Indeks II Indeks III
11
Strategi Pengelolaan Kalimalang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa tingkat kandungan bahan organik di Kalimalang sudah melewati baku mutu kelas I. Hal ini terkait dengan buangan yang terjadi di aliran sungai mulai dari hulu hingga hilir. Buangan yang masuk ke perairan berasal dari limbah industri dan domestik. Pengendalian/penanggulangan pencemaran air di Indonesia telah diatur melalui PPRI No.82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air. Secara umum hal ini meliputi pencemaran air baik oleh instansi ataupun non-instansi. Salah satu upaya yang telah dilakukan Pemerintah dalam pengendalian pencemaran air adalah melalui Program Kali Bersih (PROKASIH). Program ini merupakan upaya untuk menurunkan beban limbah cair khususnya yang berasal dari kegiatan usaha skala menengah dan besar, serta dilakukan secara bertahap untuk mengendalikan beban pencemaran dari sumber-sumber lainnya dengan cara membersihkan sampah di sisi aliran sungai dan pengangkatan sampah yang dilakukan bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat yang peduli lingkungan (BPLHD 2011).
Meningkatnya kandungan bahan organik di Kalimalang menyebabkan kualitas perairan menjadi tercemar sehingga tidak sesuai bagi peruntukkannya. Akibat dari banyaknya buangan yang masuk ke sungai maka perlu dilakukannya pengelolaan untuk membatasi pembuangan limbah ke sungai yaitu penerapan instalasi pengelolaan air limbah dan juga pengenceran limbah sehingga pada saat dibuang ke perairan, konsentrasi bahan organik menjadi lebih rendah. Bangunan tidak tetap berupa bilik yang dijadikan sebagai tempat buang hajat yang dibuat oleh masyarakat harus disterilkan di sepanjang Kalimalang. Selain itu, perlu adanya kerjasama dari masyarakat dan pemerintah sepanjang Saluran Tarum Barat terutama di daerah tengah dan hulu yang di dominasi areal industri dan pertanian dan juga mengikuti rencana tata ruang (RTL) yang telah ditetapkan sehingga mengurangi dampak akumulasi di bagian hilir atau daerah Kalimalang. Oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan yang ketat di sepanjang aliran Kalimalang agar tidak bertambah parah tingkat pencemarannya atau bahkan bisa dikurangi hingga mencapai batas baku mutu untuk air minum yang baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
12
Saran
Perlu adanya pengelolaan limbah yang bersumber dari pabrik dan domestik dengan cara mengurangi nilai konsentrasi buangan bahan organik yang masuk ke Kalimalang. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang beban pencemaran yang masuk ke perairan baik dari industri maupun domestik.
DAFTAR PUSTAKA
APHA. 1989. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater. 20th edition. American Public Health Association. Washington DC.
Baird, Rodger. 2002. Third Century of biochemical oxygen demand. Alexandria. USA.
Boyd, CE. 1988. Water Quality in Warm Water Fish Fond, Auburn University Agricultural Experimenta. Auburn Alabama.
Doyle, M.P., Erickson, M.C. 2006. Closing The Door On The Fecal Coliform Assay. Microbe 1, hal.162-163.
Effendi H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Ekaningdyah, A. 2009. Governance Alokasi air Kanal Tarum Barat Waduk Jatiluhur.[Tesis]. Program Magister Lingkungan dan Perkotaan. Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
Garno, YS. 2000. Uji Bod, Indikator Kekuatan Limbah yang Masih Bermasalah. Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.1, No. 1 : 96-100
Hariyadi, S. et al. 2010. Produktivitas primer estuari sungai cisadane pada musim kemarau. LIMNOTEK Vol 17 (1) : 49-57
Kepmen LH . 2003. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.
Komarawidjaja, W. 2007. Degradasi BOD dan COD Pada Sistem Lumpur Aktif Pengolahan Limbah Cair Tekstil. Jurnal Teknik Lingkungan. Vol 8 No 1 Hal 22- 28
13 Mahida, U.N. 1993. Pencemaran dan Pemanfaatan Limbah Industri. Rajawali
Press, Jakarta.
Nugraha, WD. Cahyorini L. 2007. Identifikasi Daya Tampung Beban Cemaran Bod Sungai Dengan Model Qual2e (Studi Kasus Sungai Gung, Tegal – Jawa Tengah). Jurnal Presipitasi. Vol. 3 No.2, ISSN 1907-187X
PPRI (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia) Nomor 82 tahun 2001. Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Jakara.
Pracoyo, N.E. 2006. Penelitian Bakteriologik Air Minum Isi Ulang di Daerah Jabotabek. Cermin Dunia Kedokteran 152, hal. 37-40.
Pradityo Teguh. 2011. Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan Dan Aktivitas Manusia Terhadap Kualitas Air Sub Das Saluran Tarum Barat.[Skripsi]. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan.
OSEANA, Volume XXX, Nomor 3: 21 – 26.
Sastrawijaya AT. 1991. Pencemaran lingkungan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Weiner, Eugene R. 2002. Applications of environmental aquatic chemistry.
United States of America. Taylor & Francis Group
14
LAMPIRAN
Lampiran 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 Tahun 2001 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas.
Parameter satuan Kelas Keterangan
Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas :
a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut;
15 Lampiran 2 Perhitungan Indeks STORET
STASIUN 1
16
Lampiran 3 Daftar industri yang memberikan kontribusi BOD di sepanjang STB
No Nama Industri Jenis Industri Alamat Kontribusi BOD
total (Ton/tahun)
industri tekstil
1 PT. Pancamega A Tekstile Jl Inspeksi Kalimalang Km 1,8 Bekasi
342000
2 PT. Samwoo Indonesia sepatu
garmen Desa Parungmulya, Kec.
Ciampel, Kab. Karawang 18500 3 PT. Lucky Print Abadi Tekstile Warung Bongkok, Desa
Sukadanau Cikarang
Tekstile Jl. HOS Cokroaminoto No. 133, KM 51 Kalijaya, Cikarang
570000
total 1.299.600
Industri Pangan
6 PT. Delta Djakarta Tbk Minuman beralkohol
Jl. Inspeksi Tarum Barat Bekasi Timur
Pelumas kendaraan Desa Gandamekar Km. 24, Cibitung ( Plant )
Kertas Jl Perjuangan 26,Marga Mulya,Bekasi Utara
0.16
14 PT. Pabrik Kertas Kertas Jl. Raya Babelan Km7 - 8 Bekasi 0.224
total 364.101
17 Lampiran 4 Data kualitas air dan debit air Kalimalang November 2012
0.00
stasiun 1 stasiun 2 stasiun 3
B
stasiun 1 stasiun 2 stasiun 3
D
stasiun 1 stasiun 2 stasiun 3
su
stasiun 1 stasiun 2 stasiun 3
pH
0.00 20.00 40.00 60.00
stasiun 1 stasiun 2 stasiun 3
T
stasiun 1 stasiun 2 stasiun 3
MP
stasiun 1 stasiun 2 stasiun 3
18
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, 11 Maret 1990 dari pasangan Yohanes Wahyudi dan Susana Eni Astuti. Penulis merupakan putra kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan formal di tempuh di SD BPS&K VI (2001), SMP Strada Bhakti Wiyata (2005), SMA Pangudi Luhur II Servatius (2008). Pada tahun 2008 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor
Selama mengikuti perkuliahan, penulis berkesempatan menjadi Asisten Mata kuliah Ikhtiologi, Biologi Perikanan dan Sumberdaya Perikanan, Penulis juga aktif dalam organsasi Himpunan Profesi Manajemen Sumberdaya Perairan sebagai Ketua Divisi bidang Kewirausahaan.