• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Supplementasi Metionin Cair dalam Air Minum terhadap Performa, Persentase Karkas dan Organ Dalam Ayam Broiler Periode Finisher.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Supplementasi Metionin Cair dalam Air Minum terhadap Performa, Persentase Karkas dan Organ Dalam Ayam Broiler Periode Finisher."

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH SUPPLEMENTASI METIONIN CAIR DALAM AIR

MINUM TERHADAP PERFORMA, PERSENTASE KARKAS

DAN ORGAN DALAM AYAM BROILER

PERIODE FINISHER

SKRIPSI DANIEL

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

ii RINGKASAN

DANIEL. D24052109. 2011. Pengaruh Supplementasi Metionin Cair dalam Air Minum Terhadap Performa, Persentase Karkas dan Organ Dalam Ayam Broiler Periode Finisher. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. M. Ridla, M.Agr. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr.

Ayam broiler dibudidayakan karena memiliki sifat produski yang relatif cepat. Produksi ayam broiler ditentukan oleh berbagai faktor termasuk kualitas pakan. Umumnya nutrien dalam pakan komersil sudah mencukupi kebutuhan ayam broiler meskipun memiliki standard kebutuhan yang berbeda. Pakan komersil yang dipakai peternak kualitas nutriennya bisa menurun karena proses transportasi dan penyimpanan yang kurang baik. Penambahan metionin cair dalam air minum diharapkan dapat mengatasi penurunan kualitas metionin karena masalah diatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan metionin cair sebanyak 0,05% dan 0,1% terhadap performa, persentase karkas dan organ dalam ayam broiler periode finisher.

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli hingga Agustus 2008 di kandang panggung peternak komersil di Desa Pamijahan, Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan ayam broiler umur sehari (DOC) strain Cobb sebanyak 3600 ekor yang dibagi ke dalam sembilan petak. Ransum yang digunakan adalah ransum periode finisher dari tiga pabrik yang berbeda. Penambahan metionin cair dalam air minum dengan konsentrasi 0%, 0,05% dan 0,1%. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Peubah yang diukur adalah konsumsi ransum, konsumsi air minum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, bobot hidup, bobot karkas, bobot hati, jantung, limpa, ginjal, lemak abdomen, pankreas, gizzard dan panjang usus halus. Pengambilan data untuk mengukur bobot badan menggunakan sampel sebanyak 10% dari populasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA), jika berpengaruh nyata dilakukan uji kontras ortogonal.

Penambahan metionin cair sebanyak 0,05% dan 0,1% dalam air minum tidak berpengaruh terhadap performa, persentase karkas dan organ dalam ayam broiler periode finisher, hal ini disebabkan karena kualitas pakan sama baik dan tidak terjadi perubahan kandungan mentionin dalam ransum akibat pengiriman dan penyimpanan. Kata kunci: broiler finisher, metionin cair, performa, persentase karkas, organ

(3)

iii ABSTRACT

Influence of Liquid Methionine Supplementation in Drinking Water to Performance, Carcass Percentage and Viscera of Broiler Finisher Periods

Daniel, M. Ridla and R. Mutia

Commercial feed generally are suitable for broiler chickens. But the feed used commercial breeders may decline because the process of transportation and poor storage. That is why methionine supplementation need to be added to the diet to resolve the issue, either it is from the natural resource or made by synthetic mechanism. This reseacrh was conducted to study of the effect of liquid methionine (Methionine Hydroxy Analgoue/MHA) supplementation and to found optimum level if treated with commercial feed to performance, carcass percentage, and viscera of broiler finisher period. The design used was randomized block design with three treatments methionine and three groupings according to the type of ransum. All parameters data were analysed with Analysis of Variance (ANOVA) and if there was any significant difference the data was further tested using orthogonal contras. The results showed that the treatments did not influence to performance, carcass percentage and viscera. Implisitly, supplementation methionine in drinking water has not give negative impact because consumption of chicken not down and let be or innoxious of viscera.

(4)

iv

PENGARUH SUPPLEMENTASI METIONIN CAIR DALAM AIR

MINUM TERHADAP PERFORMA, PERSENTASE KARKAS

DAN ORGAN DALAM AYAM BROILER

PERIODE FINISHER

DANIEL D24052109

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

v Judul Skripsi : Pengaruh Supplementasi Metionin Cair dalam Air Minum terhadap Performa, Persentase Karkas dan Organ Dalam Ayam Broiler Periode Finisher.

Nama : Daniel NIM : D24052109

Menyetujui :

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Ir. M. Ridla, M.Agr Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr NIP. 19631206 198903 1 003 NIP. 19630917 198803 2 001

Mengetahui: Ketua Departemen

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

Dr. Ir. Idat G. Permana, M. Sc. Agr NIP. 19670506 199103 1 001

(6)

vi RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir dari pasangan Ayah A. Situmeang dan Ibu Kartini Sihombing di Kota DKI Jakarta pada 07 November 1987. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar hingga menengah atas di kota Bekasi. Mengawali pendidikan pada tahun 1993 di Sekolah Dasar Negeri Bumi Bekasi Baru V. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 16 dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2005 di Sekolah Menengah Atas Negeri 2. Setelah lulus SMA tahun 2005, penulis diterima di program Tingkat Persiapan Bersama (TPB), Institut Pertanian Bogor (IPB), melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Kemudian, pada tahun 2006 penulis terdaftar di program mayor Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (Fakultas Peternakan) dan minor Ilmu Gizi (Fakultas Ekologi Manusia), Institut Pertanian Bogor.

(7)

vii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas kasih, berkat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Supplementasi Metionin Cair dalam Air Minum Terhadap Performa, Persentase Karkas dan Organ Dalam Ayam Broiler Periode Finisher disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan di Desa Pamijahan, Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Sedangkan analisis persentase karkas dan organ dalam dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2008. Tahapan penelitian meliputi persiapan yang dimulai dari penulisan proposal dilanjutkan dengan pencarian bahan dan alat yang digunakan pada penelitian, pelaksanaan penelitian, dan dokumentasi atau penulisan hasil.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai manfaat dari pemberian metionin cair sebesar 0%, 0,05%, dan 0,1% dalam air minum terhadap performa, persentase karkas, dan organ dalam jika diberi ransum pakan komersil yang berbeda.

Penulis memahami bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran-saran membangun berupa kontribusi pemikiran dari berbagai kalangan untuk perbaikan skripsi ini. Penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan.

Bogor, November 2011

(8)
(9)

ix

Prosedur ... 19

Manajemen Pemeliharaan ... 19

Pengukuran Persentase Karkas dan Organ Dalam ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

Keadaan Umum di dalam Kandang ... 21

Konsumsi Air Minum ... 22

Konsumsi Ransum ... 24

Pertambahan Bobot Badan ... 27

Konversi Ransum ... 29

Persentase Karkas dan Organ Dalam ... 31

Organ Dalam ... 32

KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

Kesimpulan ... 34

Saran ... 34

UCAPAN TERIMA KASIH ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(10)

x DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kebutuhan Nutrien Broiler Periode Finisher (3-6 minggu)... 3

2. Asam Amino Metionin Sintetik ... 5

3. Kebutuhan Protein dan Asam Amino Ayam Broiler ... 6

4. Konsumsi Air Minum pada Ayam Broiler ... 7

5. Hasil Analisis Kimia Pakan Komersil ... 16

6. Perlakuan Penelitian ... 17

7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama Periode Finisher ... 21

8. Rataan Konsumsi Air Minum (ml/ekor) Selama Periode Finisher (umur 4-6 minggu) ... 22

9. Rataan pH Air Minum Selama Periode Finisher (umur 4-6 minggu) ... 24

10. Rataan Konsumsi Ransum (g/ekor) Selama Periode Finisher (umur 4-6 minggu) ... 25

11. Rataan Pertambahan Bobot Badan (g/ekor) Selama Periode Finisher (umur 4-6 minggu) ... 27

12. Rataan Konversi Ransum Selama Periode Finisher (umur 4-6 minggu) ... 29

(11)

xi DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Struktur Asam Amino Metionin ... 4 2. Pembagian Petak Dalam Kandang Selama Penelitian ... 16 3. Grafik Rataan Konsumsi Air Minum Ayam Broiler Selama

Periode Finisher ... 23 4. Grafik Rataan Konsumsi Ransum Ayam Broiler Selama

Periode Finisher ... 27 5. Grafik Rataan Bobot Badan Ayam Broiler Selama Periode

(12)

xii DAFTAR LAMPIRAN

(13)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan peternakan unggas khususnya ayam di Indonesia, pada saat ini mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini sejalan dengan usaha pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat sehingga masalah kekurangan gizi dapat ditanggulangi. Peranan komoditi unggas, khususnya ayam pedaging semakin penting karena produksinya yang tinggi dalam waktu yang singkat.

Pakan memiliki peran yang sangat besar dalam suatu proses produksi karena 60-80% biaya produksi dikeluarkan untuk biaya pakan. Oleh karena itu kualitas pakan sangat penting diperhatikan untuk mencapai produktivitas yang optimal. Pakan yang diproduksi pabrik-pabrik umumnya sudah memenuhi kebutuhan nutrien ayam broiler. Pakan yang telah jadi di pabrik pakan tidak semuanya langsung ke tangan konsumen untuk langsung dipakai. Pakan jadi biasanya disimpan terlebih dahulu sebelum didistribusikan ke tangan peternak. Sebagian masih disimpan lagi oleh peternak karena tidak semua pakan yang dibeli langsung digunakan seluruhnya. Pendistribusian yang lama dan adanya gangguan seperti hujan dan cuaca yang panas akan menurunkan kualitas pakan. Begitu pula dengan penyimpanan yang dilakukan oleh peternak dan agen pakan yang tidak memperhatikan kelembaban dan temperatur gudang atau tempat penyimpanan lainnya. Keadaan diatas akan mengakibatkan terjadinya kemungkinan penurunan kualitas pakan.

(14)

2 produksi rendah. Asam amino metionin diperlukan untuk pertumbuhan yang cepat dan untuk hidup pokok semua hewan sehingga penambahan metionin cair diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan selama temperatur lingkungan tinggi.

Berbagai cara dapat dilakukan agar peternak dapat menggunakan pakan yang berkualitas. Salah satunya adalah dengan cara menambahkan nutrien yang diduga kurang atau hilang selama proses penyimpanan, distribusi dan cuaca panas. Asam amino metionin merupakan asam amino essensial atau tidak dapat disintesa oleh tubuh sehingga perlu penambahan dari luar. Penambahan asam amino metionin biasanya menggunakan bentuk sintetiknya. Terdapat dua jenis asam amino metionin sintetik yaitu dalam bentuk powder (DL-Methionine), dan liquid (Methionine Hidroxy Analogue/MHA). Mitchell dan Benevenga (1978) mengemukakan bahwa transaminasi merupakan langkah awal perombakan sejumlah asam amino. Dengan demikian metionin dapat diganti oleh analognya dalam bentuk garam kalsium dengan nama Methionine Hidroxy Analogue (MHA).

Metionin, tirosin, triptophan dan histidin diketahui sebagai asam amino yang bersifat racun bila dikomsumsi berlebihan. Metionin dikatakan bersifat racun karena metabolisnya dapat menempuh berbagai jalur, yaitu glikoketogenik (menghasilkan glukosa maupun ketosa pada waktu proses metabolisme terjadi) sehingga produk atau sisa metabolismenya sangat banyak. Oleh karena itu perlu diketahui level penggunan metionin yang tepat yang dapat meningkatkan performan dan tidak bersifat racun bagi ternak.

Tujuan

(15)

3 TINJAUAN PUSTAKA

Ayam Broiler

Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus

Gallus, dan spesies Gallus domesticus. Bangsa ayam ini berbulu putih dan seleksi diteruskan hingga dihasilkan ayam broiler seperti sekarang ini (Amrullah, 2004). Ayam broiler merupakan ayam-ayam muda jantan atau betina, umumnya dipanen pada umur sekitar 35-45 hari dengan bobot badan antara 1,2-1,9 kg/ekor (Priyatno, 2000). Ayam broiler merupakan ayam tipe berat pedaging yang lebih muda dan berukuran lebih kecil, dapat tumbuh sangat cepat sehingga dapat dipanen pada umur 6-7 minggu yang ditujukan untuk menghasilkan daging dan menguntungkan secara ekonomis jika dibesarkan (Amrullah, 2004). Kebutuhan nutrien untuk ayam broiler periode finisher

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan Nutrien Broiler Periode Finisher (3-6 minggu)

Zat Pakan NRC (1994) Leeson dan Summers (2005)

Protein Kasar 20,00 18,00

Energi Metabolis 3200 3150

Ca (%) 0,90 0,89

Strain Cobb merupakan bibit broiler yang dirancang untuk memuaskan

(16)

4

baik, nilai konversi pakan yang rendah dan dapat meminimalkan biaya produksi sehingga meningkatkan pendapatan peternak.

Asam Amino Metionin

Protein dari hewan umumnya berkualitas tinggi, sedangkan protein dari tumbuh-tumbuhan umumnya berkualitas rendah. Kualitas protein dalam bahan pakan dinyatakan tinggi atau rendah tergantung dari kandungan asam amino esensial dalam bahan pakan tersebut dengan keseimbangan yang baik. Menurut Cheeke (2005) asam amino dapat dibedakan menjadi dua yaitu asam amino esensial dan asam amino non esensial. Asam amino esensial yaitu asam amino yang harus ada di dalam bahan pakan, karena tidak dapat disintesis dalam tubuh ternak, sedangkan asam amino non esensial yaitu asam amino yang dapat disintesis guna mencukupi kebutuhan pertumbuhan normal. Metionin adalah asam amino mengandung sulfur dan essensial (undispensable) bagi manusia dan ternak monogastrik sehingga metionin harus tersedia di dalam ransum ternak.

Sigit (1995) menyatakan bahwa asam amino metionin juga merupakan salah satu kerangka yang membentuk protein tubuh. Protein pada tiap jaringan tubuh berbeda kandungan asam aminonya, dengan kata lain asam amino menentukan corak dan fungsi jaringan tubuh. Pembentukan daging bagian dada broiler sangat sensitif dipengaruhi oleh metionin dalam ransum (Huygherbaert et al.,1994). Wahju (2004) menyatakan bahwa dengan penambahan metionin kedalam ransum broiler dan petelur telah menghasilkan perbaikan dalam pertumbuhan, produksi dan terutama efisiensi penggunaan makanan.

Struktur asam amino metionin dapat dilihat pada Gambar 1.

OH

CH3 – S – CH2 – CH2 – C – COOH

H

Gambar 1. Struktur Asam Amino Metionin Cair

Sumber : Lewis (2001) …...

(17)

5 (DL-Metionin) dan liquid (Methionine Hydroxy Analogue/MHA) (Vázquez-Añón et al., 2006). Sejalan dengan itu, Amrullah (2004) menyatakan bahwa terdapat setidaknya tiga asam amino sintetik, dengan didalamnya terdapat dua jenis asam amino metionin sintetik, yaitu DL-Metionin dan Methioninehydroxy Analogue. Adapun aktivitas relatif dan persentase kesetaraan dengan protein kasar dari kedua asam amino metionin sintetik tersebut terdapat pada Tabel 2.

Tabel 2. Asam Amino Metionin Sintetik

Asam Amino Sintetik Aktifitas Relatif (%) Setara Protein Kasar (%)

DL-Methionine 100 59

Methioninehydroxy analogue 88 0

Sumber : Amrullah (2004)

Metionin diketahui sebagai asam amino yang bersifat racun bila berlebihan, disamping tirosin, triptofan dan histidin. Asam amino yang bersifat racun adalah asam amino yang metabolismenya dapat menempuh berbagai jalur, yaitu glikoketogenik (menghasilkan glukosa maupun ketosa pada waktu proses metabolisme terjadi) sehingga produk atau sisa metabolismenya sangat banyak. Kelebihan pemberian metionin akan berakibat buruk pada penambahan berat badan. Terjadinya penurunan selera makan atau penurunan laju pertumbuhan dapat disebabkan oleh antagonisme asam-asam amino yaitu antara metionin dengan leusin, alanin, isoleusin, phenilalanin, tirosin dan treonin walaupun efeknya dapat dikoreksi dengan asam amino pembatas (metionin, lysin dan triptophan) (Pesti et al., 2005).

Kebutuhan Asam Amino

(18)

6

Tabel 3. Kebutuhan Protein dan Asam Amino Ayam Broiler

Zat Makanan Satuan Umur

Menurut Wahju (2004), faktor yang mempengaruhi konsumsi air minum pada ternak antara lain adalah tingkat garam natrium dan kalium dalam ransum, enzim-enzim, bau ransum, makanan tambahan pelengkap, temperatur air, penyakit, jenis bahan makanan, kelembaban, angin, komposisi pakan, bentuk pakan, umur, produksi telur, jenis kelamin, dan jenis tempat air minum.

Menurut Pokphand (2007), fungsi air adalah : (1) mempertahankan kelembaban organ-organ tubuh dimana jika organ tubuh kekurangan air bentuknya akan mengempis karena kehilangan kelembaban, (2) mempertahankan volume dan kekentalan darah dan getah bening, (3) mengatur suhu tubuh, (4) mengatur struktur dan fungsi kulit, dan (5) sebagai mediator dan saluran dari berbagai reaksi kimia didalam tubuh serta fungsi lainnya seperti sebagai pencuci, pelarut zat-zat gizi dan lainnya.

(19)

7

Tabel 4. Konsumsi Air Minum pada Ayam Broiler

Umur (minggu) Konsumsi Air konsumsi air minum bertambah sekitar 7% setiap peningkatan suhu 1OC diatas suhu 21OC. Kehilangan air tubuh 10% dapat menyebabkan kerusakan yang sangat hebat dan kehilangan air tubuh 29% akan menyebabkan kematian (Wahju,2004).

Konsumsi Ransum

Konsumsi adalah jumlah makanan yang terkonsumsi oleh hewan bila diberikan secara ad libitum (Parakkasi, 1999). Sedangkan menurut Tillman et al. (1991), konsumsi diperhitungkan sebagai jumlah makanan yang dimakan oleh ternak, dimana zat makanan yang dikandungnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk biaya produksi hewan tersebut.

Menurut National Research Council (1994) yang dapat mempengaruhi konsumsi adalah bobot tubuh ayam, jenis kelamin, aktivitas, suhu lingkungan, kualitas dan kuantitas pakan. Sedangkan menurut Wahju (2004) menyatakan bahwa besar dan bangsa ayam, temperatur lingkungan, tahap produksi dan energi dalam ransum dapat mempengaruhi konsumsi. Selanjutnya Syamsuhaidi (1997) menyatakan bahwa temperatur lingkungan yang panas disertai kelembaban yang tinggi disamping dapat menurunkan konsumsi ransum yang berakibat terjadinya defisiensi zat-zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan produksi, juga dapat mengganggu proses metabolisme.

(20)

8 (1) kadar glukosa dalam darah, (2) jumlah kuantitas ingesta dalam perut dan suhu lingkungan (Campbell et al., 2003).

Dalam dunia peternakan, tingkat konsumsi dapat disamakan dengan palatabilitas atau menggambarkan palatabilitas (Parakkasi, 1999). Palatabilitas didefinisikan sebagai daya tarik suatu pakan atau bahan pakan untuk menimbulkan selera makan dan langsung dimakan ternak. Secara umum palatabilitas ditentukan oleh rasa, bau dan warna (Pond et al., 2005). Konsumsi ransum ayam broiler dapat juga dipengaruhi oleh ketersediaan asam amino. Menurut Wahju (2004), jika pola konsentrasi asam amino menyimpang dari pola yang dibutuhkan tubuh, selera makan akan menurun.

Pertambahan Bobot Badan

Pertumbuhan ternak dapat diidentifikasi dengan adanya peningkatan ukuran dan berat. Pertumbuhan dapat diukur dari bobot bagian-bagian tubuh, jaringan dan organ (McDonald et al., 2002). Ternak ayam akan mengalami pertambahan bobot badan karena pembesaran dan pembelahan sel. Pertambahan bobot badan diartikan sebagai kemampuan untuk mengubah zat-zat nutrien yang terdapat dalam pakan menjadi daging.

Pertumbuhan mencakup 4 komponen utama yaitu peningkatan berat otot yang terdiri dari protein dan air, peningkatan ukuran tulang, peningkatan lemak tubuh total di jaringan lemak dan peningkatan ukuran bulu, kulit, dan organ dalam (Rose, 1997). Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ayam broiler antara lain genetik, nutrisi ransum, kontrol penyakit, kandang dan manajemen produksi (Pond et al., 2005). Sedangkan menurut Wahju (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah jenis kelamin, energi metabolis ransum, kandungan protein ransum dan lingkungan. Menurut Amrullah (2004), laju pertumbuhan yang cepat diimbangi dengan konsumsi makanan yang banyak.

(21)

9 perubahan bobot badan membentuk kurva sigmoid yaitu meningkat perlahan-lahan kemudian cepat dan perlahan lagi atau berhenti. Pertambahan bobot badan dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot badan dengan melakukan berulang dalam waktu tertentu misalnya tiap hari, tiap minggu, tiap bulan atau tiap tahun (Tillman et al., 1991).

Konversi Ransum

Menurut Amrullah (2004), konversi ransum yang baik berkisar 1,75-2,00. Angka konversi ransum dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kualitas ransum, teknik pemberian pakan dan angka mortalitas. Sedangkan menurut Gillespie (2004), konversi ransum dipengaruhi oleh litter, panjang dan intensitas cahaya, luas lantai per ekor, uap amonia kandang, penyakit dan bangsa ayam, selain itu kualitas pakan, jenis ransum, penggunaan zat aditif, kualitas air, dan manajemen pemeliharaan. faktor pemberian pakan dan penerangan juga turut mempengaruhi konversi ransum (Lacy dan Vest, 2004).

Konversi ransum berguna untuk mengukur produktivitas ternak (Lacy danVest, 2004). Sedangkan menurut Wahju (2004), konversi ransum dapat digunakan untuk mengukur keefisienan penggunaan ransum. Semakin tinggi nilai konversi ransum menunjukkan semakin banyak ransum yang dibutuhkan untuk meningkatkan bobot badan per satuan berat dan semakin rendah nilai konversi berarti kualitas ransum semakin baik. Konversi ransum mencerminkan keberhasilan dalam memilih atau menyusun ransum yang berkualitas (Amrullah, 2004).

Menurut Wahju (2004) semakin rendah kandungan energi dan protein ransum pada ayam broiler maka semakin tinggi konversi ransumnya. Amrullah (2004) juga menyatakan bahwa penurunan kandungan energi ransum memperburuk konversi ransum.

Persentase Karkas

(22)

10 Persentase karkas broiler yang mendapat ransum dengan kandungan protein 23% akan lebih tinggi dibandingkan dengan ayam yang mendapat ransum dengan protein lebih rendah (Lubis, 1992).

Persentase karkas tidak dipengaruhi oleh berat hidup ayam. Lubis (1992) dalam penelitiannya melaporkan bahwa persentase karkas sebagai perbandingan antara berat karkas terhadap berat hidup tidak selalu memperlihatkan bahwa dengan rendahnya berat hidup akan menghasilkan persentase berat karkas yang semakin rendah pula.

Organ Dalam Unggas

Hati

Hati merupakan jaringan berwarna coklat kemerahan, terdiri dari dua lobus (gelambir) besar, terletak pada lengkungan duodenum dan rempela (Jull, 1979). Pada ayam kedua lobus tersebut hampir sama ukurannya (Mc Lelland, 1990). Hati memiliki fungsi yang kompleks, karena hati berfungsi dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein, zat besi, berperan dalam sekresi empedu, detoksifikasi, pembentukan sel darah merah serta metabolisme dan penyerapan vitamin (Ressang, 1993).

Warna hati tergantung pada status nutrisi unggas. Hati yang normal berwarna coklat kemerahan atau bisa coklat terang dan apabila makannya berlemak tinggi, warnanya menjadi kuning (Mc Lelland, 1990). Gejala-gejala klinis gangguan pada jaringan hati tidak selalu teramati karena kemampuan regenerasi jaringan hati yang tinggi, tetapi kelainan-kelainan hati secara fisik biasanya ditandai dengan adanya perubahan warna hati, pembengkakan dan pengecilan pada salah satu lobi (Subronto, 2001).

(23)

11 Ginjal

Sistem pengeluaran urin unggas didasari oleh sepasang ginjal yang terletak di belakang peritoneum pada dinding posterior abdomen (Berne dan Levy, 1990). Setiap ginjal dihubungkan ke kloaka oleh ureter tunggal. Ukuran ginjal ayam berkisar antara 0,21 – 0,28% dari berat hidupnya (Nickel et al., 1977).

Fungsi ginjal adalah mempertahankan keseimbangan susunan darah dengan mengelurkan zat-zat seperti air yang berlebihan, ampas-ampas metabolisme, garam-garam anorganik dan bahan-bahan asing yang terlarut dalam darah seperti pigmen darah atau pigmen-pigmen yang terbentuk dalam darah (Ressang, 1993). Kelainan pada ginjal biasanya disebabkan oleh gangguan metabolisme asam urat yang dicirakan dengan deposisi garam-garam urat dalam ginjal (Spector dan Spector, 1993).

Jantung

Jantung adalah organ otot yang memegang peranan penting di dalam peredaran darah dan mempunyai empat ruang yaitu dua atrium dan dua ventrikel (North dan Bell, 1990). Bobot relatif jantung terhadap bobot karkas dipengaruhi oleh umur, genotipe, pola pemberian pakan, tetapi tidak hanya dipengaruhi oleh densitas nutrisi ransum (Boa Amponsem et al., 1991). Menurut Ressang (1993), pembesaran jantung biasanya disebabkan oleh adanya penambahan jaringan otot jantung.

Ukuran jantung bervariasi pada setiap jenis unggas. Menurut Nickel et al. (1977), ukuran jantung berkisar antara 0,5 – 1,42% dari berat hidup, sedangkan Putnam (1991) menyatakan bahwa berat jantung berkisar antara 0,42 – 0,7% dari berat hidup. Sturkie (2000) melaporkan bahwa ukuran jantung relatif lebih besar pada unggas yang kecil dan rata-rata berat jantung ayam adalah 0,44% dari berat hidup.

Limpa

(24)

12 dimanfaatkan kembali dalam sintesis hemoglobin (Dellman dan Brown, 1989). Menurut Ressang (1993), selain menyimpan darah, limpa bersama hati ikut serta dalam metabolisme nitrogen terutama dalam pembentukan asam urat dan membentuk sel limfosit yang berhubungan dengan pembentukan antibodi.

Berat limpa broiler berkisar antara 0,18 – 0,23% dari berat hidup (Putnam, 1991) atau 1,5 – 4,5 gram (Nickel et al., 1977). Ukuran limpa bervariasi dari waktu ke waktu dan dari species ke species tergantung pada banyaknya darah yang ada dalam tubuh (Frandson, 1996).

Usus Halus

Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu duodenum, jejenum dan illeum (Sturkie, 2000). Usus halus merupakan tempat terjadinya pencernaan dan penyerapan makanan. Selaput lendir usus halus mempunyai jonjot yang lembut dan menonjol seperti jari. Fungsi usus halus selain sebagai penggerak aliran pakan dalam usus juga untuk meningkatkan penyerapan sari makanan (Akoso, 1993).

(25)

13 Pankreas

Pankreas terletak di tengah lengkungan duodenum pada usus halus yang bertanggun jawab pada sekresi enzim pencernaan dan sekresi hormon (Mc Donald et al., 2002). Blakely dan Bade (1991) menyatakan bahwa pankreas dan hati membantu

menghasilkan sekresi untuk pencernaan. Pankreas ini mensekresikan enzim (amilase, protease dan lipase) untuk membantu pencernaan karbohidrat, protein dan lemak. Berat pankreas berkisar antara 2,5 – 4,0 gram pada ayam dewasa (Sturkie, 2000).

Menurut Widodo (2002), ransum unggas mengandung tripsin cenderung akan membentuk perluasan pankreas. Perluasan pankreas tersebut akan memperbesar sekresi tripsin. Hasil penelitian Hernandez et al (2004) menunjukkan bahwa persentase bobot pankreas ayam broiler umur 42 hari pada perlakuan kontrol adalah 0,15% dan Toghyani et al.(2006) adalah 0,189%.

Lemak Abdomen

Lemak abdomen merupakan salah satu komponen lemak tubuh yang terletak pada rongga perut. Menurut Piliang dan Djojosoebagio (2006), salah satu tempat penyimpanan lemak adalah rongga perut (abdomen dimana jaringan adiposa berperan dalam proses penyimpanan lemak tersebut. Menurut Amrullah (2004) bobot lemak abdomen ayam broiler jantan umur enam minggu adalah 3,3% bobot karkas dan bobot lemak abdomen ayam broiler betina adalah 3,4% bobot karkas. Hasil penelitian Syukron (2006) menunjukkan bahwa persentase lemak abdomen ayam broiler umur enam minggu berkisar 1,44-2,26% dari bobot hidup.

(26)

14 Gizzard

Gizzard atau rempela merupakan organ yang terpenting dalam sistem pencernaan unggas yang terletak diantara proventikulus dengan batas atas usus halus. Rempela memiliki dua pasang otot yang kuat dan sebuah mukosa. Otot rempela akan berkontraksi bila ada makanan yang masuk kedalamnya (North dan Bell, 1990).

(27)

15 MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2008 di Desa Pamijahan, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, menggunakan kandang panggung peternak komersil. Analisis pakan, persentase karkas dan organ dalam dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Materi

Ternak Percobaan

Penelitian ini menggunakan DOC ayam broiler strain Cobb sebanyak 3600 ekor yang diperoleh dari PT. Wonokoyo. Ternak percobaan kemudian dibagi ke dalam sembilan petak kandang dengan jumlah ayam tiap petak adalah sama. Ayam tersebut dipelihara sampai umur 42 hari secara intensif dengan pengambilan data dari minggu ke tiga.

Kandang dan Perlengkapan

Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang berbentuk panggung dengan kapasitas 5000 ekor. Kandang tersebut terbuat dari bambu, memiliki tirai dan letaknya berada di tengah sawah. Penelitian ini menggunakan petak-petak untuk membagi dan membedakan ayam dengan perlakuannya yaitu sebanyak 9 petak sehingga setiap petak akan diisi 400 ekor ayam. Luas tiap petak kandang adalah 6 x 8 m2. Kandang disekat dengan menggunakan seng setinggi ±1 m. Penerangan kandang menggunakan lampu neon.

(28)

16

Gambar 2. Pembagian Petak Dalam Kandang Selama Penelitian Pakan

Penelitian ini menggunakan tiga jenis pakan broiler komersil fase finisher yang berbeda kandungan nutriennya. Metionin cair dalam air minum diberikan dengan konsentrasi 0%; 0,05% dan 0,1% dengan kualitas air yang diberikan bebas dari kontaminasi mikroorganisme. Hasil analisa kimia ketiga jenis ransum komersil yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Analisis Kimia Pakan Komersil

Kandungan Nutrien Jenis Pakan

Sumber : Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB, 2008.

Vaksin dan Vitamin

(29)

17 Metode

Perlakuan Penelitian

Perlakuan terdiri atas faktor suplementasi metionin cair (0%; 0,05% dan 0,1%) dalam air minum dan tiga jenis ransum komersil periode finisher dari pabrik yang berbeda. Pemberian air minum dilakukan secara ad libitum setiap pagi dan sore hari. Perlakuan penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Perlakuan Penelitian

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok 3x3 dengan tiga perlakuan metionin dan tiga pengelompokkan menurut jenis ransum. Model matematikanya adalah sebagai berikut :

Yij = µ + τi+ βj + εij Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan pada perlakukan metionin ke-i dan kelompok ransum ke-j µ = Nilai rataan umum

τi = Efek perlakuan metionin ke-i

βj = Efek kelompok ransum ke-j

εij = Pengaruh galat percobaan

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA), jika berpengaruh nyata, maka dilakukan uji kontras ortogonal (Steel dan Torrie, 1991).

Peubah yang Diukur

(30)

18 dalam (bobot hati, jantung, limpa, ginjal, lemak abdomen, pankreas, gizzard) dan panjang usus halus.

1. Konsumsi ransum (g/ekor)

Ransum diberikan ad libitum setiap pagi dan sore. Rataan konsumsi ransum dihitung dari selisih antara ransum yang diberikan dengan sisa, dibagi jumlah ayam yang ada dalam satu petak. Pengukuran sisa dilakukan seminggu sekali pada pagi hari.

Rataan Konsumsi Ransum =

2. Konsumsi air minum (ml/ekor)

Air minum diberikan ad libitum setiap dua kali sehari. Sisa air dihitung saat pergantian air minum. Rataan konsumsi air minum dihitung dari selisih antara air minum yang diberikan dengan sisa, dibagi jumlah ayam yang ada dalam satu petak.

Rataan Konsumsi Air =

3. Pertambahan Bobot Badan (g/ekor/minggu)

Pertambahan bobot badan diperoleh dari hasil perhitungan antara bobot badan akhir (pada saat penimbangan) dikurangi bobot badan awal (seminggu sebelum penimbangan). Bobot badan diukur seminggu sekali dan ayam tidak dipuasakan sebelum dilakukan penimbangan ransum. Pengukuran bobot badan dengan menggunakan sampel 10% dari jumlah populasi ayam dan pengambilan sampel dilakukan secara acak bebas. Data yang diambil adalah rataan dari jumlah ayam yang ditimbang.

Pertambahan Bobot Badan =

4. Konversi Ransum

Konversi Ransum dihitung dari perbandingan hasil antara rataan konsumsi ransum dengan rataan pertambahan bobot badan.

(31)

19

5. Bobot hidup (g/ekor)

Sebanyak 5 ekor ayam tiap petak diambil kemudian ditimbang masing-masing bobotnya untuk mendapatkan bobot hidup.

6. Persentase bobot karkas (%)

Persentase bobot karkas diperoleh dari pembagian antara bobot karkas ayam (ayam tanpa bulu, jeroan, kepala dan kaki) dengan bobot badan akhir ayam dikalikan 100%.

Persentase Bobot Karkas = x 100%

7. Persentase bobot organ dalam (%)

Bobot tiap organ dalam (bobot hati, jantung, limpa, ginjal, lemak abdomen, pankreas, gizzard) ditimbang kemudian dibandingkan terhadap bobot hidup ayam dikalikan 100%

Persentase Bobot Organ Dalam = x 100%

8. Panjang Relatif Usus Halus

Usus halus diukur panjangnya (cm) kemudian dibandingkan dengan 100g bobot hidup ayam.

Panjang Relatif Usus Halus =

Prosedur

Manajemen Pemeliharaan

(32)

20 pada sisi kandang. Sekam dan tirai sudah dilepas atau tidak dipakai lagi pada saat ayam berumur 3 minggu.

Pada hari ayam didatangkan diberi air minum mengandung larutan gula untuk mengembalikan kondisi DOC akibat perjalanan. Vitamin diberikan pada hari berikutnya sampai ayam berumur 7 hari serta pada waktu sebelum dan sesudah vaksinasi. Tempat pakan dan air minum diletakkan cukup tinggi agar tidak kotor dan tumpah. Pemberian pakan dan air minum diberikan ad libitum setiap pagi dan sore hari. Lampu neon dinyalakan setiap malam untuk membantu penglihatan di malam hari. Penimbangan sisa pakan dilakukan pada pagi hari setiap seminggu sekali. Sedangkan penimbangan sisa air minum dilakukan tiap pergantian air minum yaitu pagi dan sore hari. Sebelum air minum diberikan, dilakukan pengukuran pH dan suhu air menggunakan pH meter digital dan termometer. Pengontrolan pakan dan air minum dilakukan setiap saat untuk menjaga pakan dan air minum agar tidak sampai habis. Jika terdapat pakan atau air minum yang mendekati habis maka penambahan dilakukan pada saat itu juga. Pengukuran suhu dan kelembaban kandang dilakukan pada pagi hari, siang dan sore hari dengan menggunakan higrotermometer yang dipasang ditengah-tengah kandang.

Pengukuran Persentase Karkas dan Organ Dalam

(33)

21 HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum di dalam Kandang

Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama Periode Finisher

Minggu Suhu º C Kelembaban %

Suhu dalam kandang selama peneltitian berkisar antara 22,3-30,7oC. Menurut Amrullah (2004), laju pertumbuhan broiler yang optimum pada umur 3-7 minggu adalah pada suhu 20-24oC. Pada suhu lingkungan diatas 27oC, ayam mulai menggunakan energi lebih banyak sebagai usaha menjaga kondisi tubuh tetap nyaman. Suhu di lingkungan kandang selama penelitian cukup nyaman bagi pertumbuhan ayam, kecuali pada siang hari dengan rataan suhu 30,6oC. Dengan demikian energi yang didapatkan ayam tidak hanya untuk pertumbuhannya tetapi juga untuk membuat tubuhnya dalam keadaan nyaman terutama pada siang hari.

Konsumsi pakan menurun pada suhu lingkungan yang tinggi dan meningkat pada suhu lingkungan yang rendah. Konsumsi pakan akan berubah sekitar 1,5% untuk setiap 1oC diatas atau dibawah 20-21oC (Gillespie, 2004). Suhu lingkungan yang tinggi turut mempengaruhi konsumsi air minum. Suhu yang tiggi akan mengakibatkan evaporasi semakin meningkat dengan tujuan panas di dalam tubuh akan keluar melalui penguapan (Piliang dan Djojoseobagio, 2006). Oleh karena itu ayam akan berusaha menyeimbangkan persentase cairan tubuh yang hilang dengan cara meningkatkan konsumsi air minum dan menurunkan konsumsi ransum.

(34)

22 Konsumsi Air Minum

Air merupakan senyawa penting dalam kehidupan. Dua per tiga bagian dari tubuh hewan adalah air dengan berbagai peranan untuk kehidupan (Parakkasi, 1999). Kehilangan air tubuh 10% dapat menyebabkan kerusakan yang hebat dan kehilangan air tubuh 20% akan menyebabkan kematian (Wahju, 2004).

Tabel 8. Rataan Konsumsi Air Minum (ml/ekor) Selama Periode Finisher

(umur 4-6 minggu)

Ket : M0: Suplementasi 0% metionin M1: Suplementasi 0,05% metionin M2: Suplementasi 0,1% metionin R1 : Ransum pabrik 1

R2 : Ransum pabrik 2 R3 : Ransum pabrik 3

Berdasarkan hasil sidik ragam (ANOVA), pemberian metionin cair dalam air minum tidak mempengaruhi konsumsi air minum. Pemberian metionin cair tidak menjadi faktor bagi ayam untuk mengkonsumsi air minum lebih banyak atau lebih sedikit. Pemberian ransum formulasi pabrik diduga telah mencukupi kebutuhan nutrient bagi ternak, termasuk cukup untuk memenuhi kebutuhan akan metionin. Konsumsi air minum tidak meningkat karena ayam tidak perlu mengambil metionin dari dalam air minumnya. Konsumsi air minum memiliki perbandingan yang normal dengan konsumsi ransum yaitu 2,4:1. Pada umumnya ayam mengkonsumsi air minum dua kali dari bobot pakan yang dikonsumsi (Ensminger et al., 1991). Namun perbandingannya akan meningkat seiring meningkatnya suhu lingkungan atau kandang. Cobb-Vantress (2010) menyatakan rasio konsumsi air dan pakan pada suhu 26oC adalah 2,5:1.

(35)

23 kecil namun konsumsi air minumnya tergolong normal karena sudah sesuai dengan perbandingan antara konsumsi air dengan konsumsi pakan.

Semakin besar bobot badan atau umur ternak maka semakin tinggi panas yang dihasilkan, untuk itu konsumsi air yang digunakan untuk menyerap panas semakin tinggi (Wahju, 2004). Hal ini juga sesuai dengan hasil rataan konsumsi air minum selama penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik Rataan Konsumsi Air Minum Ayam Broiler Selama Periode Finisher

(36)

24 mengandung bakteri patogen sehingga faktor kualitas air diduga tidak mempengaruhi konsumsi air minum selama penelitian.

Tabel 9. Rataan pH Air Minum Selama Periode Finisher (umur 4-6 minggu)

Suplementasi Metionin Cair

Ket : M0: Suplementasi 0% metionin M1: Suplementasi 0,05% metionin M2: Suplementasi 0,1% metionin

Penambahan metionin cair dalam air minum akan menyebabkan air menjadi asam. Data pada Tabel 9 ditunjukkan bahwa pH air akan semakin menurun sejalan dengan besarnya persentase metionin yang diberikan ke dalam air minum. Pemberian metionin sebesar 0,05% akan menurnkan pH air sampai rataan 3,21 dan jika diberikan metionin sebesar 0,1% akan menurunkan pH air sampai rataan 3,02.

Penambahan metionin cair dalam air minum ini juga diharapkan dapat memperbaiki kualitas air minum yang dikonsumsi. Menurut Pokphand (2006) bahwa jika menggunakan acidifier pada air minum, target keasaman biasanya pH 4. Pada pH ini, bakteri patogen tidak berkembang dan konsumsi air tidak terganggu. Menurut Appleby et al. (2004), ayam broiler tidak suka terhadap air minum dengan pH yang rendah. Data hasil penelitian selama tiga minggu, konsumsi air minum normal dan tidak ada tanda-tanda ayam tidak menyukai air minum dengan pH yang rendah. Hal ini mungkin dikarenakan sejak awal (masa starter) ayam sudah mendapat perlakuan dengan pH air yang rendah sehingga sudah mampu beradaptasi. Hal ini mungkin disebabkan tidak adanya pilihan air minum yang tersedia bagi ayam sehingga ayam tetap mengkonsumsi air minum guna mempertahankan hidupnya.

Konsumsi Ransum

(37)

25

Ket : M0: Suplementasi 0% metionin M1: Suplementasi 0,05% metionin M2: Suplementasi 0,1% metionin R1 : Ransum pabrik 1

R2 : Ransum pabrik 2 R3 : Ransum pabrik 3

Pemberian metionin cair dalam air minum berdasarkan hasil sidik ragam (ANOVA) tidak mempengaruhi konsumsi ransum ayam selama periode finisher. Hal ini memperlihatkan bahwa penambahan metionin cair melalui air minum tidak menjadi faktor menaikkan atau menurunkan konsumsi ransum. Hal ini sesuai dengan penelitian bahwa nutrien dalam ransum sudah mencukupi kebutuhan ayam broiler periode finisher. Data pada Tabel 10 menunjukkan bahwa kelompok pakan mempengaruhi konsumsi pakan. Menurut hasil uji lanjut Duncan, kelompok pakan R2 memiliki rataan yang paling kecil dan berbeda nyata terhadap kelompok pakan yang lain tetapi kelompok pakan R1 dan R3 tidak berbeda nyata. Hal ini dikarenakan perbedaan bahan baku sehingga menyebabkan perbedaan tingkat palatabilitas. Rataan konsumsi pakan kelompok pakan R2 lebih rendah bila dibandingkan dengan yang lain namun hal ini masih normal dan tidak berarti kelompok pakan R2 lebih jelek karena jika dikoreksi terhadap konsumsi air, perbandingannya sama dengan perbandingan dengan kelompok pakan lain.

(38)

26 dapat mempengaruhi konsumsi adalah bobot tubuh ayam, jenis kelamin, aktivitas, suhu lingkungan, kualitas dan kuantitas pakan. Aktivitas, suhu lingkungan, kuantitas pakan dan jenis kelamin diasumsikan sama tiap petaknya, maka yang menjadi faktor perbedaan konsumsi ransum dari setiap perlakuan adalah bobot tubuh ayam dan kualitas pakan.

Konsumsi pakan yang diberi metionin cair baik 0,05% dan 0,1% tidak lebih rendah jika dibandingkan dengan konsumsi pakan tanpa diberi metionin cair dalam air minum. Sehingga dapat dikatakan pula, pemberian metionin cair sampai level 0,1% tidak menyebabkan keracunan karena tidak adanya tanda-tanda ayam kelebihan metionin yang dapat mengakibatkan berkurangnya konsumsi pakan. Menurut Leeson dan Summers (2005), asam amino metionin akan bersifat racun apabila diberikan dua kali lebih banyak dari kebutuhan. Asam amino yang bersifat racun adalah asam amino yang metabolisnya dapat menempuh berbagai jalur, yaitu glikoketogenik (menghasilkan glukosa maupun ketosa pada waktu proses metabolisme terjadi) sehingga produk atau sisa metabolismenya sangat banyak.

(39)

27 Gambar 4. Grafik Rataan Konsumsi Ransum Ayam Broiler Selama Periode Finisher

Wahju (2004) menyatakan, secara umum konsumsi meningkat dengan meningkatnya umur dan bobot badan ayam karena ayam yang berbobot badan besar mempunyai kemampuan menampung makanan lebih banyak. Hal ini sesuai dengan data yang terlihat pada Gambar 4 yang memperlihatkan bahwa ayam selama penelitian bobot badannya meningkat setiap minggunya.

Pertambahan Bobot Badan

(40)

28 Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (ANOVA), pemberian metionin cair dalam air minum tidak mempengaruhi pertambahan bobot badan ayam. Hal ini diduga penambahan metionin cair kedalam air minum baik 0,05% dan 0,1% tidak mempengaruhi kualitas pakan, khususnya kandungan metionin, yang mungkin rusak akibat dari pendistribusian dan penyimpanan pakan yang kurang baik. Hasil penelitian menunjukkan rataan pertambahan bobot badan masih dibawah standar pertambahan bobot badan ayam broiler strain cobb dari umur 4-6 minggu menurut Cobb-Vantress (2008) yang sebesar 1782 g/ekor. Hal ini dikarenakan konsumsi ransum yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan konsumsi standard strain cobb menurut Cobb-Vantress. Pertambahan bobot badan perlakuan masih dikatakan normal karena hasilnya sama bila dibandingkan dengan kontrol. Kualitas metionin yang sama dan konsumsi pakan yang sama pula maka tidak ada pengaruh perlakuan terhadap pertambahan bobot badan

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa pemberian metionin dalam air minum sampai taraf 0,1% tidak mengakibatkan adanya tanda-tanda kelebihan konsumsi metionin, dimana kelebihan pemberiannya akan berakibat buruk pada pertambahan berat badan. Terjadinya penurunan selera makan atau penurunan laju pertumbuhan dapat disebabkan pula oleh antagonisme asam-asam amino, walaupun efek buruknya dapat dikoreksi dengan asam amino pembatas pertama (Pesti et al., 2005). Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ayam broiler adalah galur ayam, jenis kelamin, dan faktor lingkungan yang mendukung, dalam hal ini pakan dan manajemen (Ensminger, 1991). Sedangkan menurut Wahju (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah jenis kelamin, energi metabolis ransum, kandungan protein ransum dan lingkungan.

Setiap minggu pertumbuhan ayam broiler mengalami peningkatan hingga mencapai pertumbuhan maksimal, kemudian mengalami penurunan. Menurut Rose (1997), perubahan bobot badan membentuk kurva sigmoid yaitu meningkat perlaha-lahan kemudian cepat dan perperlaha-lahan lagi atau berhenti. Grafik pertumbuhan badan ayam tiap minggu selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.

(41)

29

Gambar 5. Grafik Rataan Bobot Badan Ayam Broiler Selama Periode Finisher

Data pertumbuhan terus meningkat dan belum ditemukannya penurunan sehingga masih bisa terjadi peningkatan ukuran sel-sel tubuh. Pertumbuhan mencakup 4 komponen utama yaitu peningkatan berat otot yang terdiri dari protein dan air, peningkatan ukuran tulang, peningkatan lemak tubuh total di jaringan lemak dan peningkatan ukuran bulu, kulit, dan organ dalam (Rose, 1997).

Konversi Ransum

Kunci keberhasilan usaha dalam budidaya ayam broiler adalah angka konversi ransum. Konversi ransum merupakan suatu ukuran yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi penggunaan serta kualitas ransum. Rataan konversi ransum selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rataan Konversi Ransum Selama Periode Finisher (umur 4-6 minggu) Suplementasi

(42)

30 Berdasarkan hasil sidik ragam (ANOVA), pemberian metionin cair dalam air minum sebesar 0,05% dan 0,1% tidak mempengaruhi konversi ransum. Hal ini juga ditunjukkan dengan konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan perlakuan tidak berbeda jika dibandingakan dengan kontrol. Hal ini terjadi karena kualitas metionin sampai taraf 0,1% tidak lebih baik dari kualitas metionin ransum kontrol.

Angka konversi ransum ayam selama penelitian normal karena tidak berbeda jika dibandingkan dengan angka konversi ransum kontrol, namun sedikit lebih besar bila dibandingkan dengan konversi ransum standar ayam broiler umur 6 minggu menurut National Research Council (1994) dan menurut Cobb-Vantress (2010) yang sebesar 1,81 dan 1,76. Konversi ransum penelitian ini (1,92-1,96) masih dianggap baik karena menurut Amrullah (2004), konversi ransum yang baik berkisar 1,75-2,00. Lebih besarnya angka konversi ransum dibandingkan dengan standar karena beberapa faktor, antra lain kondisi pemeliharaan (salah satunya adalah suhu), manajemen dan kualitas pakan yang berbeda. Data pada Tabel 12 menunjukkan bahwa kelompok pakan mempengaruhi konversi ransum.

Menurut hasil uji lanjut Duncan, kelompok pakan R2 memiliki rataan konversi lebih rendah dan berbeda nyata terhadap kelompok yang lain tetapi kelompok pakan R1 dan R3 tidak berbeda nyata. Perbedaan ini diduga karena pakan R2 memiliki kandungan protein kasar yang lebih besar dibandingkan dengan pakan R1 dan R3, yaitu sebesar 22,15% serta kandungan serat kasar yang lebih kecil yaitu 3,44%. Perbedaan bahan baku mungkin juga dapat menyebabkan mengapa pakan R2 memiliki konversi ransum yang lebih baik sehingga mungkin pula tingkat kecernaan pakan tersebut lebih baik dibandingkan pakan yang lain. Kelompok pakan R2 memiliki angka konversi yang lebih baik karena dengan pertambahan bobot badan yang sama kelompok pakan R2 mengkonsumsi pakan yang lebih sedikit bila dibandingkan kelompok pakan yang lain.

(43)

31 pakan dan penerangan juga turut mempengaruhi konversi ransum (Lacy dan Vest, 2004).

Persentase Karkas dan Organ Dalam

Rataan persentase karkas dan organ dalam dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Rataan Persentase Karkas dan Organ Dalam Ayam Broiler Finisher

Parameter Suplementasi Kelompok Pakan Rataan

(44)

32 Persentase karkas yang didapat termasuk normal karena masih berada dalam kisaran persentase karkas menurut Cahyono (2004) rata-rata berat karkas adalah sekitar 65-75% dari berat hidup. Sedangkan menurut hasil penelitian Syukron (2006), persentase karkas ayam broiler umur enam minggu berkisar antara 56,64-60,02% dari bobot hidup. Bobot karkas penelitian sekitar 67-70% atau sekitar 1494-1734,3 gram sedikit lebih besar bila dibandingkan dengan Amrullah (2004) yang melaporkan bahwa berat kerkas broiler umur 42 hari adalah sekitar 1596 gram untuk ayam jantan dan 1376 gram untuk ayam betina. Berdasarkan hasil sidik ragam (ANOVA), pemberian metionin cair dalam air minum dengan level 0,05% dan 0,1% tidak mempengaruhi persentase karkas.

Organ Dalam

Berdasarkan hasil sidik ragam (Tabel 13) menunjukkan bahwa persentase bobot hati ayam broiler tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan metionin cair dalam air minum sampai 0,1% tidak mempengaruhi persentase bobot hati ayam broiler. Persentase bobot hati yang diperoleh pada penelitian ini sebesar 2,03-2,42%. Persentase bobot hati penelitian masih dalam kisaran normal menurut Putnam (1991) yang menyatakan bahwa persentase bobot hati berkisar antara 1,7-2,8% dari bobot badan.

Data pada Tabel 13 juga menunjukkan bahwa persentase bobot jantung penelitian tidak berbeda nyata sehingga penambahan metionin cair dalam air minum sampai taraf 0,1% tidak mempengaruhi persentase bobot jantung ayam broiler dan penggunaannya tidak berbahaya bagi kesehatan ternak. Persentase bobot jantung penelitian ini sekitar 0,48-0,58% dan kisaran ini masih sesuai dengan pendapat Putnam (1991) yang menyatakan bahwa persentase bobot jantung berkisar antara 0,42-0,7% dari bobot badan.

(45)

33 broiler 42 hari pada perlakuan kontrol adalah 0,15% dan menurut Toghyani et al. (2006) adalah 0,189%.

Penambahan metionin cair sampai taraf 0,1% juga tidak mempengaruhi persentase ginjal ayam broiler, hal ini dapat dilihat dari data pada Tabel 13 yang menunjukkan persentase ginjal tidak berbeda nyata. Menurut Nickel et al. (1977), ukuran ginjal ayam berkisar antara 0,21-0,28% dari berat hidupnya. Hasil persentase ginjal penelitian lebih besar yaitu sekitar 0,54-0,78% namun bukan berarti mengalami kelainan karena bobot maupun persentase ginjal perlakuan dan kontrol memiliki hasil yang sama.

Limpa merupakan organ tubuh kompleks dengan banyak fungsi. Selain menyimpan darah, limpa bersama hati ikut serta dalam metabolisme nitrogen terutama dalam pembentukan asam urat dan membentuk sel limfosit yang berhubungan dengan pembentukan antibodi (Ressang, 1993). Hasil penelitian pada Tabel 13 menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh dari pemberian metionin cair dalam air minum terhadap perubahan bobot limpa. Persentase limpa selama penelitian berkisar antara 0,1-0,16% dari bobot hidup. Berat limpa broiler berkisar antara 0,18 – 0,23% dari berat hidup (Putnam, 1991) atau 1,5 – 4,5 gram (Nickel et al., 1977) sehingga bobot limpa penelitian masih dalam kisaran normal karena jika melihat bobotnya sekitar 2,23-3,93 gram.

Penambahan metionin cair dalam air minum sampai taraf 0,1% juga tidak mempengaruhi perubahan persentase lemak abdomen hal ini dapat dilihat dari Tabel 13 yang menunjukkan tidak ada pengaruh nyata antara perlakuan dengan kontrol. Bobot lemak abdomen penelitian berkisar antara 1,01-1,59% bobot hidup. Hasil penelitian Syukron (2006) menunjukkan bahwa persentase lemak abdomen ayam broiler umur enam minggu berkisar 1,44-2,26% dari bobot hidup.

(46)

34 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penambahan metionin cair dalam air minum dengan level 0,05 dan 0,1% tidak mempengaruhi performa, persentase karkas maupun organ dalam ayam broiler periode finisher (umur 4-6 minggu). Kualitas metionin pakan sama baik dan tidak ada perubahan kandungan metionin dalam ransum akibat pengiriman dan penyimpanan namun angka konversi ransum R2 sedikit lebih baik dibandingkan yang lain hal ini mungkin dikarenakan kualitas pakan R2 lebih bagus dengan kandungan protein kasar paling besar dan kandungan serat kasar terkecil dari pakan lain.

Saran

(47)

35 UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas kasih, berkat dan penyertaanNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Pertama, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua atas kasih sayang, doa, nasihat, kesabaran, pengorbanan, pengertian dan bimbingannya selama ini, serta terima kasih penulis ucapkan kepada adik dan saudara-saudara tercinta yang telah memberikan motivasi.

Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada Dr. Ir. M. Ridla, M.Agr selaku pembimbing akademik sekaligus pembimbing skripsi dan kepada Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr selaku pembimbing skripsi atas semua pengertian, pengarahan, bimbingan dan saran-saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ir. Dwi Margi Suci, MS. selaku dosen pembahas seminar dan Dr. Ir. Ibnu Katsir Amrullah, MS serta Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran-saran kepada penulis.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada mas Mul dan Mulya, sahabat satu penelitian atas bantuan, kerjasama dan arahan selama penelitian serta Pak Suki sekeluarga atas bantuannya selama penulis melakukan penelitian. Tidak lupa juga terima kasih untuk teman-teman terbaik Agus, Ririn, Greis, Mery, Yati, Ajeng, Fiqi, Faniti, “THE BUJANGERS” spesial buat Boanerges Silvanus Dearari Damanik, S.P, Lab Terpadu INTP atas bantuan dan semangat yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh dosen dan staf Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Terima kasih untuk teman-teman INTP angkatan 41, 42, 43 dan IPTP angkatan 42 atas persaudaraan dan kebersamaannya serta seluruh saudara, sahabat dan kerabat yang tak sempat terucap.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi civitas akademik dan masyarakat yang bergerak di bidang peternakan.

Bogor, November 2011

(48)

36 DAFTAR PUSTAKA

Akoso, B. T. 1993. Manual Kesehatan Unggas. Kanisius. Yogyakarta

Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan ke-2. Lembaga Satu Gunung Budi, Bogor.

Appleby, M. C., J. A. Mench & B. O. Hughes. 2004. Poultry Behaviour and Welfare. CAB International, Wallingford.

Berne, R.M. & M.N. Levy. 1990. Principles of Physiology. Wolfe Publishing. Limited, USA.

Blakely, J. & D.H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Terjemahan: B. Srigandono. Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Boa Amponsem, K.E., A.Dunhington & P.B. Siegal. 1991. Genotype, feeding regimen and diet interaction in meat chickens. I.Growth, organs size and feed utilization. Poultry Science 70: 680-688.

Cahyono, B. 2004. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (Broiler). Pustaka Nusatama. Yogyakarta.

Campbell, J.R., M.D Kenealy., & K.L. Campbell. 2003. Animal Sciences The Biology, Care, and Production of Domestic Animals. McGraw-Hill, New York.

Cheeke, P. R. 2005. Applied Animal Nutrition Feed and Feeding. 3rd Edition. Pearson Education, Inc., New Jersey.

Cobb Vantress. 2010. What is the Cobb 500 and Cobb 700?. http//www.cobbvantress.com/. [Juni 2010]

Dellman, H.D. & E.M. Brown. 1989. Buku Teks Histologi Veteriner I. Edisi ke-3. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Elfiandra. 2007. Pemberian warna lampu penerangan yang berbeda terhadap pertumbuhan badan ayam broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ensminger, M. E. 1991. Animal Science (Animal Agricultur Series). 9th Edition. Interstate Publishers, INC. Danville, Illinois.

(49)

37 Fontana, A.A., D. Weaver Jr., D.M. Denbaow & B.A. Watkins. 1993. Early feed restriction of broiler: Effect on abdominal fat pad, liver and gizzard weight, fat deposition and carcass composition. Poult Sci. 72: 243-250.

Gillespie, R. J. 2004. Modern Livestock and Poultry Production. 7th Edition. Inc. Thomson Learning United States.

Hernandez, F., J. Madrid., V. Garcia., J. Orengo & M.D. Megias. 2004. Influence of two plant extracts on broiler performance, digestibility and digestive organ size. Poult. Sci. 83: 169-174.

Huygherbaert, G., M. Pack, & g. De Groohe. 1994. Influence of protein concentration on the response of broilers to supplemental DL-methionine. Arch. Gefhegelhd 58 (1):23-29.

Jull, M.A. 1979. Poultry Husbandry. 3rd Edition. Tatu McGraw Hill Publishing. Co. Ltd. New York.

Lacy & L. R. Vest. 2004. Improving feed conversion in broiler : A. Guide for growers. http://www.ces.uga.edu/pubcd.c:793-w.html [23 Maret 2010]. Leeson, S. & J. D. Summers. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3rd Edition.

University of Books, Canada.

Lewis, A.J. 2001. Amino acid in swine nutrition. In: D’Mello. J.P.F. 2003. Amino acid in animal nutrition second edition. CABI Publishing, UK.

Lubis, A.H. 1992. Respons ayam broiler terhadap penurunan tingkat protein dalam ransum berdasarkan efisiensi penggunaan protein dan suplementasi asam amino metionin dan lisin. Disertasi. Fakultas Peternakan IPB, Bogor.

May, J. D., B. D. Lott & J. D. Simmons. 1997. Water consumption by broiler in high cyclic temperature : bell versus nipple waterers. Poult. Sci. 76:944-947. Mc Donald, P., R.A. Edwards., J.F.D. Greenhalgh and C.A. Morgan. 2002. Animal

Nutrition. 6th Edition. Longman Singapore Publisher Ltd, Singapore.

Mc Lelland, J. 1990. A Colour Atlas of Avian Anatomy. Wolte Publishing. Ltd. London.

Merryana, F. O. 2003. Pengaruh suplementasi kholin khlorida dalam ransum terhadap bobot badan akhir, persentase organ dalam, usus halus, lemak abdominal, dan lemak hati pada ayam broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

(50)

38 Moran, E.T. 1985. Digestive physiology of duck. In : Farrel, D.J. and P. Stapleton (editors). Duck Production and World Practise. University of New England. Armidale.

Nationial Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. 9th Revised Edition. National Academic Press, Washington, DC.

Nickel, R.A., Schummer, E. Seiferle., W.G. Siller & P.H.L. Wight. 1977. Anatomy of Domestic Bird. Verlag_Paul Parey. Berlin.

North, M.O. & D.D. Bell. 1990. Comercial Chicken Production Manual. 4th ed.

Pokphand, Charoen. 2006. CP-Bulletin Service. Edisi Desember 2006. Nomor 84/TahunVII.http://www.ciptapangan.com/files/downloadsmodule/@rando m4413d85398188/1169084114_Desember.pdf [18-01-2011].

Pokphand, Charoen. 2006. CP-Bulletin Service. Edisi September 2006. Nomor 81/TahunVII.http://www.ciptapangan.com/files/downloadsmodule/@rando

m4413d85398188/1169083555_Buletin_CP_september_06.pdf

[18-01-2011].

Pokphand, Charoen. 2007. CP-Bulletin Service. Edisi Desember 2007. Nomor 96/TahunVIII.http://www.ciptapangan.com/files/downloadsmodule/@rando

m4413d85398188/1213849556_buletin_service.pdf [18-01-2011].

Pond, W.G., D.C. Church & K. R. Pond. 2005. Basic Animal Nutrition and Feeding. 5th Edition. Hoboken NJ: John Wiley and Sons, New York.

Priyatno, M. A. 2000. Mendirikan Usaha Pemotongan Ayam. Penabar Swadaya. Jakarta.

Puspitasari, D.I. 2006. Kajian pemberian tepung daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) dalam ransum sebagai bahan anti bakteri Escherichia coli terhadap organ dalam ayam broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan. Insitut Pertanian Bogor, Bogor.

(51)

39 Ressang, A.A. 1993. Patologi Khusus Veteriner. CV. Percetakan Bali. Denpasar

Rose, S. P. 1997. Principles of Poultry Science. CAB International. London.

Sigit, N. 1995. Penggunaan zeolit beramonium dan analog hidroksi metionin dalam ransum sapi perah laktasi. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Spector, W.G. & T.D. Spector. 1993. Pengantar Patologi Umum. Edisi ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Sanz, M. A. Flores, C. J. Lopez-Bete & J. M. Carmora. 2000. Effect of the inclusion time of dietary saturated and unsaturated fats before slaughter on the accumulation and composition of abdominal fat in female broiler chickens. Poultry Science, 79: 1320-1325.

Steel, R. G. D. & J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik. Terjemahan: B. Sumantri. Edisi ke-2. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sturkie, P.D. 2000. Avian Physiology. 4th ed. Spinger-Verlag, New York.

Subronto. 2001. Ilmu Penyakit Ternak II. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Syamsuhaidi. 1997. Penggunaan duckweed (famili Lemnaceae) sebagai pakan serat sumber protein dalam ransum ayam pedaging. Disertasi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Syukron, M. 2006. Kandungan lemak dan kolesterol daging serta persentase organ dalam ayam broiler yang diberi ransum finisher dengan penambahan kepala udang. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo & S. Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Edisi V. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Toghyani, M., M. Shivazad., A.A. Gheisari & S.H. Zarkesh. 2006. Performance, carcass traits and hematological parameters of heat-stressed broiler chicks in response to dietary level of chromium picolinate. Int. J. Poult. Sci. 5(1): 65-69.

(52)

40 Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-5. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

(53)
(54)

42 Lampiran 1. Sidik Ragam Performa dan Bobot Akhir Perlakuan

Sidik Ragam Konsumsi Air Minum

SK db JK KT Fhit F 0,05 F 0,01

Perlakuan 2 33128.59 16564.29 0.40 6.94 18.00

Kelompok 2 1170421.55 585210.78 13.99 6.94 18.00

Error 4 167342.49 41835.62

Total 8 1370892.63

Sidik Ragam Konsumsi Ransum

SK db JK KT Fhit F 0,05 F 0,01

Perlakuan 2 10576.360289 5288.180144 2.208662 6.9443 18 Kelompok 2 81416.750022 40708.375011 17.002263 6.9443 18

Error 4 9577.166178 2394.291544 Total 8 101570.276489

Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan

SK db JK KT Fhit F 0,05 F 0,01

Perlakuan 2 7171.215139 3585.607569 3.85518514 6.9443 18 Kelompok 2 7777.831806 3888.915903 4.18129717 6.9443 18

Error 4 3720.296 930.0740278

Total 8 18669.343

Sidik Ragam Konversi Ransum

SK db JK KT Fhit F 0,05 F 0,01

Perlakuan 2 0.002232 0.001116 0.383951 6.9443 18 Kelompok 2 0.065961 0.032981 11.344371 6.9443 18

Error 4 0.011629 0.002907

Total 8 0.079823

Sidik Ragam Bobot Akhir

SK db JK KT Fhit F 0,05 F 0,01

Perlakuan 2 12782.030972 6391.015486 6.688354 6.9443 18 Kelompok 2 13048.113472 6524.056736 6.827585 6.9443 18

Error 4 3822.175278 955.543819

(55)

43 Lampiran 2. Sidik Ragam Persentase Karkas dan Organ Dalam

Sidik Ragam Persentase Karkas

SK db JK KT Fhit F 0,05 F 0,01

Perlakuan 2 2.510489 1.255244 3.119050 6.9443 18 Kelompok 2 3.205356 1.602678 3.982358 6.9443 18

Error 4 1.609778 0.402444

Total 8 7.325622

Sidik Ragam Persentase Hati

SK db JK KT Fhit F 0,05 F 0,01

Perlakuan 2 0.029299 0.014649 0.660279 6.9443 18 Kelompok 2 0.018381 0.009190 0.414233 6.9443 18

Error 4 0.088747 0.022187

Total 8 0.136426

Sidik Ragam Persentase Jantung

SK db JK KT Fhit F 0,05 F 0,01

Perlakuan 2 0.000961 0.000480 0.767203 6.9443 18 Kelompok 2 0.006699 0.003349 5.348916 6.9443 18

Error 4 0.002505 0.000626

Total 8 0.010164

Sidik Ragam Persentase Limpa

SK db JK KT Fhit F 0,05 F 0,01

Perlakuan 2 0.001039 0.000519 0.831171 6.9443 18 Kelompok 2 0.000517 0.000258 0.413743 6.9443 18

Error 4 0.002499 0.000625

Total 8 0.004055

Sidik Ragam Persentase Ginjal

SK db JK KT Fhit F 0,05 F 0,01

Perlakuan 2 0.033130 0.016565 2.334061 6.9443 18 Kelompok 2 0.019155 0.009578 1.349526 6.9443 18

Error 4 0.028388 0.007097

(56)

44 Sidik Ragam Persentase Lemak Abdomen

SK db JK KT Fhit F 0,05 F 0,01

Perlakuan 2 0.064507 0.032253 1.625566 6.9443 18 Kelompok 2 0.102276 0.051138 2.577361 6.9443 18

Error 4 0.079365 0.019841

Total 8 0.246148

Sidik Ragam Persentase Pankreas

SK db JK KT Fhit F 0,05 F 0,01

Perlakuan 2 0.000653 0.000326 1.301773 6.9443 18 Kelompok 2 0.001281 0.000640 2.554245 6.9443 18

Error 4 0.001003 0.000251

Total 8 0.002936

Sidik Ragam Persentase Gizzard

SK db JK KT Fhit F 0,05 F 0,01

Perlakuan 2 0.005374 0.002687 0.246231 6.9443 18 Kelompok 2 0.058623 0.029312 2.686212 6.9443 18

Error 4 0.043647 0.010912

Total 8 0.107644

Sidik Ragam Panjang Relatif Usus Halus

SK db JK KT Fhit F 0,05 F 0,01

Perlakuan 2 0.000070 0.000035 3.177535 6.9443 18 Kelompok 2 0.000092 0.000046 4.184575 6.9443 18

Error 4 0.000044 0.000011

Gambar

Tabel 1. Kebutuhan Nutrien Broiler Periode Finisher (3-6 minggu)
Tabel 3. Kebutuhan Protein dan Asam Amino Ayam Broiler
Gambar 2. Pembagian Petak Dalam Kandang Selama Penelitian
Gambar 3. Grafik Rataan Konsumsi Air Minum Ayam Broiler Selama Periode
+7

Referensi

Dokumen terkait

“Pengaruh Treatment Air Minum Terhadap Performa Ayam Broiler ” sebagai.. salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Peternakan Universitas

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari penambahan asam amino metionin dan lysin dalam ransum terhadap karkas ayam broiler umur 6 minggu.. Penelitian

Persentase Karkas, - Potongan Komersial serta Kandungan Kolesterol Karkas Ayam Broiler yang Diberi Tepung Daun Salam (Sy~ygiurn poiymthrun Wighf) dalam

PERSENTASE BOBOT KARKAS, ORGAN DALAM, DAN LEMAK ABDOMEN BROILER YANG DIBERI.. IMBUHAN TEPUNG DAUN SAMBILOTO (Andrographis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kepala udang terhadap kandungan lemak dan kolesterol daging serta persentase organ dalam ayam broiler yang diberi

Penggunaan bikatein pada ransum ayam broiler pada taraf lima persen tidak berpengaruh nyata terhadap persentase bobot karkas, sedangkan sampai taraf 15% tidak

Penggunaan bikatein pada ransum ayam broiler pada taraf lima persen tidak berpengaruh nyata terhadap persentase bobot karkas, sedangkan sampai taraf 15% tidak

Pakan nabati yang diberikan pada ayam broiler dalam penelitian ini menghasilkan bobot hidup, karkas, persentase karkas, potongan komersial maupun meat bone ratio