• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh kelompok teman sebaya dan media massa terhadap keterampilan sosial atlet muda di SMA Negeri Ragunan Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh kelompok teman sebaya dan media massa terhadap keterampilan sosial atlet muda di SMA Negeri Ragunan Jakarta"

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN MEDIA MASSA

TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL ATLET MUDA DI

SMA NEGERI RAGUNAN JAKARTA

Oleh

LAURA FLORENSIA GHOZALY

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian dan penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Pengaruh Kelompok Teman Sebaya dan Media Massa terhadap Keterampilan Sosial Atlet Muda di SMA Negeri Ragunan Jakarta adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

(4)

ABSTRACT

LAURA FLORENSIA GHOZALY. The Influence of Peer Group and Mass Media toward Social Intelligence of Young Athletes in SMA Negeri Ragunan Jakarta. Supervised by DIAH KRISNATUTI and ALFIASARI.

The influence of peer group and mass media were increased in adolescent prompt youth to have a good social intelligence. The aim of this research is to investigate the influence of peer group and mass media on social skills young athletes in SMA Ragunan Jakarta. This study used cross-sectional study with cluster random sampling study design. Participants in this study were 85 people which is an eleventh grade student of SMA Ragunan Jakarta. Result revealed that there is a relationship between maternal age, number of peers in school, the quality of the friendship with the peer group, and the utilization of mass media with social intelligence. There is the influence of maternal age, parental status, quality of friendships with peer group, and utilization of mass media on social intelligence.

Key words: young athletes, peer group, mass media, and social intelligence.

ABSTRAK

LAURA FLORENSIA GHOZALY. Pengaruh Teman Sebaya dan Media Massa terhadap Keterampilan Sosial Atlet Muda di SMA Negeri Ragunan Jakarta. Dibimbing oleh DIAH KRISNATUTI dan ALFIASARI.

Pengaruh teman sebaya dan media massa semakin meningkat pada usia remaja menyebabkan remaja harus memiliki keterampilan sosial yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh teman sebaya dan media massa terhadap keterampilan sosial atlet muda di SMA Negeri Ragunan Jakarta. Metode penelitian menggunakancross-sectional study dengan desain penelitian cluster random sampling. Jumlah contoh penelitian ini adalah 85 orang yang merupakan siswa kelas XI SMA Negeri Ragunan Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan usia ibu, jumlah teman sebaya di sekolah, kualitas hubungan pertemanan dengan teman sebaya, dan pemanfaatan media massa dan keterampilan sosial. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa usia ibu, status orangtua, kualitas hubungan pertemanan dengan teman sebaya, dan pemanfaatan media massa terhadap keterampilan sosial.

(5)

RINGKASAN

LAURA FLORENSIA GHOZALY. Pengaruh Kelompok Teman Sebaya dan Media Massa terhadap Keterampilan Sosial Atlet Muda di SMA Negeri Ragunan Jakarta (Di bawah bimbingan DIAH KRISNATUTI dan ALFIASARI).

Penelitian secara umum bertujuan untuk menganalisis pengaruh kelompok teman sebaya dan media massa terhadap keterampilan sosial atlet muda di SMA Negeri Ragunan Jakarta. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi karakteristik contoh dan keluarga contoh, (2) mengidentifikasi karakteristik lingkungan kelompok teman sebaya dan kualitas hubungan pertemanan contoh dengan teman sebaya, (3) mengidentifikasi karakteristik lingkungan media massa dan pemanfaatan media massa oleh contoh, (4) mengidentifikasi keterampilan sosial yang dimiliki oleh contoh, (5) menganalisis perbedaan keterampilan sosial antara contoh laki-laki dan perempuan, (6) menganalisis hubungan antar variabel penelitian, (7) menganalisis pengaruh karakteristik contoh, karakteristik keluarga contoh, lingkungan kelompok teman sebaya, kualitas hubungan pertemanan dengan teman sebaya, lingkungan media massa dan pemanfaatan media massa terhadap keterampilan sosial contoh.

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri Ragunan Jakarta yang merupakan sekolah lanjutan atas khusus untuk atlet. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Pengambilan contoh dilakukan secara cluster random sampling. Syaratnya contoh merupakan siswa kelas XI SMA Negeri Ragunan dan dipilih secara acak di masing-masing kelas. Contoh penelitian menggunakan formula Slovin sehingga di dapatkan jumlah contoh sebanyak 85 orang.

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui self-report dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya. Data sekunder diperoleh langsung dari SMA Negeri Ragunan Jakarta. Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry data, dan cleaningdata. Analisis data yang digunakan adalah uji beda t-test, uji korelasi Chi square dan Pearson, dan regresi linear berganda dengan menggunakan program Microsoft Excel dan Statistical Package for Social Science(SPSS) versi 16.0.

Siswa SMA Negeri Ragunan yang diteliti termasuk dalam kategori remaja tengah dan akhir (15-19 tahun). Sebagian besar contoh menggeluti olahraga sedang dan tipe olahraga individu. Sebesar 37.6 persen merupakan anak tengah dan sebagian besar berasal dari keluarga utuh. Proporsi terbesar usia orangtua contoh berada pada kategori dewasa madya (41-60 tahun) dan merupakan suku Jawa. Berdasarkan pendidikan orangtua, lebih dari separuh ayah (50.6%) dan ibu (52.9%) tamat SMA/sederajat. Proporsi terbesar pekerjaan ayah adalah wiraswasta, PNS, dan pegawai swasta. Sementara itu, lebih dari separuh pekerjaan ibu contoh adalah ibu rumah tangga. Pendapatan orangtua contoh berkisar antara Rp 2 500 000-5 000 000.

(6)

Jenis media massa yang paling banyak digunakan adalah internet yang diakses melaluihandphonedanblackberry.Penggunaan media massa tergolong sangat sering karena digunakan 4-5 jam per hari. Berdasarkan sebarannya, hampir sebagian besar (77.6%) pemanfaatan media massa termasuk dalam kategori tinggi.

Jika dilihat dari sebarannya, lebih dari separuh siswa (67.1%) memiliki kesadaran sosial pada kategori tinggi. Sementara itu, lebih dari separuh siswa (61.2%) memiliki fasilitas sosial pada kategori cukup. Secara keseluruhan, keterampilan sosial siswa termasuk dalam kategori cukup (56.4%). Hasil uji beda t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal keterampilan sosial. Namun, berdasarkan persentasenya perempuan memiliki keterampilan sosial yang lebih baik dari laki-laki.

Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara cabang olahraga dengan pemanfaatan media massa serta hubungan yang positif antara tipe olahraga dengan frekuensi penggunaan media massa. Status orangtua berhubungan negatif dengan kualitas hubungan pertemanan contoh dengan teman sebaya dan pemanfaatan media massa. Sementara itu, usia ibu berhubungan positif dengan jumlah teman sebaya di sekolah dan di asrama. Selain itu juga, terdapat hubungan yang positif antara usia ibu, jumlah teman sebaya di sekolah, kualitas hubungan pertemanan dengan teman sebaya, dan pemanfaatan media massa dengan keterampilan sosial.

Dalam model regresi yang disusun menunjukkan bahwa usia ibu (β=0.328, p<0.1), status orangtua (β=-16.370, p<0.05), kualitas hubungan pertemanan dengan teman sebaya (β=0.644, p<0.05), dan pemanfaatan media massa (β=0.674, p<0.05) berpengaruh terhadap keterampilan sosial atlet muda. Berdasarkan model regresi yang dihasilkan dari penelitian ini diperoleh adjusted R2 sebesar 0.273. Artinya, 27.3 persen keterampilan social atlet muda dipengaruhi oleh variabel yang diinput sementara 72.7 persen lainnya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Siswa yang berprofesi sebagai atlet muda diharapkan dapat mengasah keterampilan sosialnya dengan membangun hubungan pertemanan yang lebih banyak dengan teman sebaya di luar sekolah dan asrama, membangun komunikasi yang lebih baik dengan orangtua, dan membentuk konsep diri yang baik. Perlu adanya kegiatan-kegiatan yang dapat mengakrabkan para atlet remaja seperti makan bersama, out bound, social gathering pada hari-hari tertentu. Pemerintah juga perlu merumuskan kebijakan yang optimal bagi peningkatan keterampilan sosial remaja yang berprofesi sebagai atlet. Disamping itu, perlu adanya penyesuaian kuesioner dengan bahasa yang lebih mudah dipahami dan penelitian lanjutan mengenai pengaruh konsep diri, gaya pengasuhan dan popularitas remaja terhadap keterampilan sosial

(7)

PENGARUH KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN MEDIA MASSA TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL ATLET MUDA DI

SMA NEGERI RAGUNAN JAKARTA

LAURA FLORENSIA GHOZALY

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(8)

Judul :Pengaruh Kelompok Teman Sebaya dan Media Massa terhadap

Keterampilan Sosial Atlet Muda di SMA Negeri Ragunan Jakarta. Nama : Laura Florensia Ghozaly

NRP : I24060084

Disetujui,

Dr. Ir. Diah Krisnatuti, MS Alfiasari, S.P., M.Si

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui,

Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc

Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria karena atas berkat, kuasa dan Roh Kudus-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Diah Krisnatuti, MS dan Alfiasari, S.P., M.Si atas semua bimbingannya selama proses penyelesaian skripsi ini.

2. Tien Herawati, SP, M.Si selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang diberikan.

3. Semua dosen dan tenaga kependidikan Departeman Ilmu Keluarga dan Konsumen atas semua ilmu yang telah diberikan.

4. Semua staf pengajar dan siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta yang telah membantu selama proses penelitian.

5. Papa dan Mama atas semua dorongan, semangat, nasihat, cinta, dan doa yang tiada putusnya. Koko, Cece, Pipin, Jessie, yang selalu memberi motivasi untuk selalu menjadi yang terbaik.

6. Om Welly, Tante Lily, Devina dan Julian atas semua doa, nasehat dan cinta yang begitu besar.

7. Alvern Sulang atas semua bantuan dan kasih sayang yang tak terhingga dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman IKK 43 (Ade, Fatma, Husni, Rusni, Lia, Yurita, Junita) atas dukungan dan kerja sama yang telah diberikan.

9. Winda dan Andre yang selalu bersedia mendengarkan keluh kesah penulis dan memberi dukungan doa serta moral selama kuliah dan proses penyelesaian skripsi.

10. Sylvia atas kesedian dan bantuan selama proses pengambilan data dan penyebaran kuesioner serta dukungan dalam menyelesaikan skripsi. 11. Kepada semua pihak yang belum disebutkan namanya yang telah

memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun semua pihak yang memerlukannya.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 7

Remaja ... 7

Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)... 9

Media Massa dan Perkembangan Remaja... 12

Keterampilan Sosial ... 14

Keterkaitan antara Teman Sebaya dan Media dengan Keterampilan Sosial . 18 KERANGKA PEMIKIRAN ... 21

Definisi Operasional ... 24

METODE PENELITIAN... 27

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ... 27

Teknik Penarikan Contoh ... 27

Jenis, Cara Pengumpulan Data, dan Cara Pengukuran Variabel ... 28

Pengolahan dan Analisis Data ... 31

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

Keadaan Umum Lokasi Penelitian... 35

Karakteristik Contoh ... 36

Karakteristik Keluarga ... 39

Karakteristik Teman Sebaya ... 42

Pola Pertemanan dengan Teman Sebaya... 45

Kualitas Hubungan Pertemanan Contoh dengan Teman Sebaya... 46

Karakteristik dan Pola Hubungan dengan Media Massa ... 48

Pemanfaatan Media Massa... 50

(11)

Hubungan antara Karakteristik Contoh, Karakteristik Keluarga, Teman

Sebaya dan Media Massa ... 57

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keterampilan Sosial ... 59

Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Keterampilan Sosial ... 64

DAFTAR PUSTAKA... 69

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Jenis dan cara pengumpulan data ...29

2 Sebaran siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta berdasarkan jenis kelamin ..35

3 Beban belajar per minggu siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta ...36

4 Sebaran contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin, rata-rata, dan standar deviasi usia contoh...36

5 Sebaran contoh berdasarkan cabang olahraga dan tipe olahraga ...38

6 Sebaran contoh berdasarkan kategori usia orangtua...39

7 Sebaran contoh berdasarkan suku bangsa ...40

8 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orangtua ...41

9 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orangtua ...41

10 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orangtua ...42

11 Sebaran contoh berdasarkan kategori jumlah teman sebaya dan jenis kelamin, rata-rata, dan standar deviasi jumlah teman sebaya ...43

12 Sebaran contoh berdasarkan usia teman sebaya menurut lokasi pertemanan ...44

13 Sebaran contoh berdasarkan ciri utama dan alasan pertemanan ...45

14 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi pertemuan dan lama usia pertemanan dengan teman sebaya menurut lokasi pertemanan...46

15 Sebaran contoh berdasarkan kategori kualitas hubungan pertemanan dan jenis kelamin, rata-rata skor serta atandar deviasi ...47

16 Sebaran contoh berdasarkan jawaban tehadap pertanyaan kualitas hubungan pertemanan contoh dengan teman sebaya ...48

17 Sebaran contoh bedasarkan jenis, lama penggunaan dan frekuensi penggunaan media massa ...49

18 Sebaran contoh berdasarkan kategori pemanfaatan media massa dan jenis kelamin, rata-rata skor serta standar deviasi ...50

19 Sebaran contoh berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan contoh mengenai pemanfaatan media massa ...51

20 Sebaran contoh berdasarkan kategori keterampilan sosial dan jenis kelamin, rata-rata skor serta standar deviasi ...53

21 Sebaran contoh berdasarkan kategori dimensi kesadaran sosial dan jenis kelamin, rata-rata skor serta standar deviasi ...54

22 Sebaran contoh berdasarkan beberapa pertanyaan dimensi kesadaran sosial ...55

(13)

24 Sebaran contoh berdasarkan jawaban pada beberapa pertanyaan

dimensi fasilitas sosial ... 56 25 Sebaran contoh berdasarkan usia ibu dan keterampilan sosial ... 60 26 Sebaran contoh berdasarkan jumlah teman sebaya di sekolah dan

keterampilan sosial... 60 27 Sebaran contoh berdasarkan kualitas hubungan pertemanan dengan

teman sebaya dan keterampilan sosial ... 61 28 Sebaran contoh berdasarkan pemanfaatan media massa dan

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kerangka pemikiran penelitian ...23

2 Teknik pengambilan contoh ...28

3 Sebaran contoh berdasarkan urutan kelahiran...37

4 Sebaran contoh berdasarkan status orangtua...39

DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Hasil uji kuesioner teman sebaya...75

2 Hasil uji kuesioner media massa...77

3 Hasil uji kuesioner keterampilan sosial...79

4 Hasil uji korelasiChi-square...81

5 Hasil uji korelasi Pearson karakteristik contoh, keluarga, teman sebaya dan media massa...83

6 Hasil uji korelasi Pearson karakteristik contoh, keluarga dan keterampilan sosial ...85

7 Hasil uji korelasi Pearson pola hubungan dengan teman sebaya, kualitas hubungan pertemanan, dan keterampilan sosial ...87

8 Hasil uji korelasi Pearson pola hubungan dengan media massa, pemanfaatan media massa, dan keterampilan sosial ...89

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Remaja adalah generasi penerus suatu bangsa dan merupakan ujung tombak yang akan berperan dalam pembangunan di masa mendatang. Oleh karena itu, suatu bangsa membutuhkan remaja sebagai cikal-bakal sumberdaya manusia berkualitas yang akan membawa bangsa tersebut masuk dalam persaingan global.

Menurut sensus yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik DKI Jakarta1, jumlah remaja di DKI Jakarta yang berusia 15-19 tahun berkisar 785.272 jiwa dengan jumlah remaja laki-laki sekitar 358.987 jiwa dan jumlah remaja perempuan sekitar 426.285 jiwa. Jika dipersentasekan, jumlah ini kira-kira 8,8% dari jumlah penduduk di DKI Jakarta. Jumlah yang cukup besar ini membuat remaja memiliki potensi besar untuk melakukan perubahan suatu bangsa. Namun, jumlah besar ini tidak diiringi dengan angka partisipasi pendidikan yang besar pula. Hanya sekitar 66,31% remaja laki-laki dan 56,69% remaja perempuan pada rentang usia 16-18 tahun yang bersekolah2. Padahal, pendidikan adalah salah satu aspek yang dapat meningkatkan Human Development Index(HDI) suatu bangsa.

Kualitas generasi muda Indonesia yang tergolong rendah juga dapat dilihat dari tingginya angka kenakalan remaja di Indonesia. Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebutkan jumlah pengguna narkoba di lingkungan pelajar SMA pada tahun 2006 mencapai 10.326 anak3. Pada tahun 1998 saja ada 97 sekolah di Jakarta yang terlibat tawuran dan sekitar 2000 remaja ditahan dari 230 kasus tawuran yang terjadi (Megawangi 2004).

Pada umumnya, hal-hal negatif seperti kenakalan remaja disebabkan oleh keadaan psikologis remaja yang labil akibat pengaruh teman sebaya dan media massa yang semakin kuat. Seperti yang diungkapkan oleh Bronfenbrenner (1981) dalam Puspitawati (2009) bahwa proses sosialisasi anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang berada disekitarnya, seperti lingkungan

1 Badan Pusat Statistik. 2009. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, 2008. [terhubung berkala]. http://bps.go.id.html [3 April 2009].

2 Badan Pusat Statistik. 2008. Angka Partisipasi Sekolah. [terhubung berkala]. http://bps.go.id.html [3 April 2009].

(16)

mikrosistem, mesosistem, eksosistem, dan makrosistem. Lingkungan mikrosistem merupakan lingkungan dimana anak berinteraksi langsung dengan lingkungan yang ada disekitarnya seperti keluarga, sekolah, teman sebaya, media, dan tetangga.

Menurut Santrock (2007), fungsi utama dari teman sebaya adalah memberikan sumber informasi dan perbandingan tentang dunia di luar keluarga, sehingga hubungan dengan teman sebaya yang buruk dapat membawa anak ke perilaku yang buruk dan begitu sebaliknya. Remaja yang sekaligus berprofesi sebagai atlet muda dan bersekolah di asrama, akan menghabiskan waktunya untuk bergaul dengan teman sebaya dengan bidang yang sama dengannya. Atlet muda biasanya akan memanfaatkan waktu berlatih untuk bergaul dengan teman sebaya dan menghayati masa mudanya (Monks et al. 2006). Pemanfaatan media massa di tengah aktivitas yang padat juga merupakan salah satu alternatif yang dipilih oleh remaja yang berprofesi sebagai atlet muda. Pemanfaatan kecanggihan teknologi yang ada saat ini seperti handphone, internet maupun televisi digunakan remaja untuk membangun hubungan sosial.

Dampak negatif dari kelompok teman sebaya dan media massa yaitu dapat membawa remaja terlibat dalam kenakalan remaja seperti terlibat narkoba, free sex, tawuran serta ketidakmampuan untuk membina hubungan yang baik dengan orang lain (Santrock 2007; Goleman 2007). Pengaruh negatif dari teman sebaya dan media massa yang besar menuntut setiap individu agar dapat menguasai keterampilan-keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Kebutuhan akan keterampilan sosial ini juga menjadi sangat penting pada masa remaja karena individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan dalam pemberian fungsi-fungsi sosiologis dan psikologis (Desmita 2009).

(17)

Menurut penelitian Bester (2007), kurangnya waktu remaja dalam bersosialisasi dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan sosial dan kepribadian remaja karena kelompok teman sebaya akan menciptakan lingkungan sosial yang mengajar dan mengasah tanggung jawab sosial. Meijset al. (2010) juga menyebutkan bahwa interaksi yang positif dengan teman sebaya dapat membantu remaja membangun perasaan menjadi anak populer dan kemudian berdampak pada tindakan prososial seperti kemampuan memecahkan masalah sosial, membangun hubungan pertemanan, dan memiliki perilaku sosial yang positif. Hasil penelitian White et al. (2010) menyebutkan bahwa remaja yang memiliki tingkat agresivitas tinggi dengan teman sebaya akan lebih mudah terlibat dalam perilaku seksual. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2009) pada remaja fase akhir, menyebutkan bahwa keterampilan sosial yang dimiliki oleh seseorang sangat dipengaruhi oleh keikutsertaannya dalam organisasi. Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Ruhidawati (2005) menunjukkan bahwa sebagian besar remaja lebih memilih menghabiskan waktunya dengan kelompok teman sebayanya dan menceritakan masalah yang dihadapi dengan kelompok teman sebaya daripada dengan orang tua.

Berdasarkan hasil penelitian Kenneavyet al.(2006), media massa adalah sumber informasi yang sangat penting dalam memberikan informasi mengenai perilaku seksual kepada remaja. Pengaruh yang kuat antara media massa dan perkembangan remaja juga telah dijelaskan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Baumgardner et al. (2004) yaitu, perilaku kekerasan yang diperoleh dari media massa (video game, televisi, film dan internet) merupakan kontributor utama dalam menciptakan sikap agresif dan perilaku kekerasan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat bagaimana pengaruh teman sebaya dan media massa terhadap keterampilan sosial atlet muda yang memiliki waktu yang terbatas untuk bersosialisasi.

Perumusan Masalah

(18)

Kepadatan aktivitas yang harus dijalani oleh siswa SMA Negeri Ragunan dalam menjalani peran ganda sebagai atlet dan pelajar mengakibatkan siswa tidak memiliki banyak waktu untuk bersosialisasi dengan teman sebaya seperti layaknya remaja biasa. Oleh karena itu, pemanfaatan media massa dilakukan sebagai langkah mudah dalam menciptakan kesempatan untuk melakukan proses sosialisasi dengan teman sebaya.

Selain merupakan sekolah khusus untuk membina para atlet muda, keunikan lain dari SMA Negeri Ragunan terletak pada sistem boarding (asrama) yang diwajibkan bagi semua siswanya. Keadaan ini semakin meningkatkan interaksi remaja dengan teman sebaya dan sekaligus mengurangi interaksi remaja dengan orangtua dan keluarga. Oleh karena itu, proses interaksi dengan lingkungan yang baru ini menuntut remaja untuk dapat memiliki dan menguasai keterampilan sosial yang baik agar dapat beradaptasi. Pemanfaatan media massa dan pergaulan yang positif dengan teman sebaya dapat membantu remaja yang berprofesi sebagai atlet dalam membangun keterampilan sosialnya.

Pada remaja yang berprofesi sebagai atlet muda, kemampuan sosial yang baik dapat membantu remaja membangun kepercayaan diri yang tinggi dalam mengikuti pertandingan-pertandingan olahraga. Kepercayaan diri ini penting untuk membantu atlet muda tetap dapat berperilaku baik dalam berbagai situasi seperti misalnya tetap rendah hati saat memenangkan pertandingan atau tidak emosi saat kalah dalam pertandingan.

Besarnya pengaruh kelompok teman sebaya dengan beragam latar belakang sosial serta ketersediaan dan keterpaparan media yang semakin meluas di kalangan remaja menimbulkan banyak dampak negatif seperti perilaku seks bebas, agresivitas, tawuran, perilaku kekerasan, bullying dan jenis kenakalan remaja lainnya. Meskipun begitu, pengaruh positif ketersediaan dan keterpaparan media massa ini juga tidak dapat dinafikkan. Memperluas pergaulan dan juga menjaga kualitas hubungan dengan orang lain dapat menjadi dampak yang positif dari keberadaan media massa. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah disusun, pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah karakteristik siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta dan keluarga?

(19)

3. Bagaimanakah karakteristik lingkungan media massa dan pemanfaatanya pada siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta?

4. Bagaimanakah keterampilan sosial siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta? Apakah ada perbedaan keterampilan sosial antara siswa laki-laki dan perempuan?

5. Bagaimanakah hubungan dan pengaruh antar variabel penelitian? Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kelompok teman sebaya dan media massa terhadap keterampilan sosial atlet muda di SMA Negeri Ragunan Jakarta.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi karakteristik contoh dan keluarga contoh.

2. Mengidentifikasi karakteristik lingkungan kelompok teman sebaya contoh dan kualitas hubungan pertemanan dengan teman sebaya.

3. Mengidentifikasi karakteristik lingkungan media massa contoh dan pemanfaatannya

4. Mengidentifikasi keterampilan sosial yang dimiliki oleh contoh.

5. Menganalisis perbedaan keterampilan sosial antara contoh laki-laki dan perempuan

6. Menganalisis hubungan antar variabel penelitian.

7. Menganalisis pengaruh antara karakteristik contoh, karakteristik keluarga contoh, lingkungan kelompok teman sebaya, kualitas hubungan pertemanan dengan teman sebaya, lingkungan media massa dan pemanfaatan media massa terhadap keterampilan sosial contoh.

Kegunaan Penelitian

Beberapa kegunaan dari hasil penelitian ini adalah:

(20)

dengan pembentukan keterampilan sosial atlet muda yang menjadi siswanya.

2. Bagi siswa remaja yang berprofesi sebagai atlet muda, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu remaja dalam mengasah keterampilan sosial melalui interaksi yang positif dengan kelompok teman sebaya dan pemanfaatan media massa.

3. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan kepada Kementrian dan pihak terkait lainnya seperti Kemenpora, Kemendiknas dan, KONI untuk merumuskan kebijakan yang optimal bagi peningkatan kualitas atlet muda, khususnya yang tinggal dan bersekolah di sekolah atlet.

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Remaja

Istilah remaja dikenal dengan ”adolescence” yang berasal dari bahasa Latin “adolescere” (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Periode masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu masa remaja awal pada umur 10 atau 12 tahun sampai 13 atau 14 tahun, masa remaja tengah pada umur 13 atau 14 tahun sampai 17 tahun, dan masa remaja akhir pada umur 17-21 tahun (Hurlock 1980). Menurut Papaliaet al (2008), masa remaja dimulai pada usia 11 atau 12 sampai masa remaja akhir atau awal usia dua puluhan. Desmita (2009) menyebutkan batasan usia remaja yang umum digunakan para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.

Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang mengandung perubahan besar baik fisik, kognitif, dan psikososial yang saling bertautan dalam semua ranah perkembangan. Pada fase ini, remaja mengalami perubahan dalam sistem kerja hormon dalam tubuhnya dan hal ini memberikan dampak baik pada bentuk fisik maupun psikis (Hurlock 1980).

Perubahan-perubahan fisik yang secara hebat dialami oleh anak ketika mulai memasuki masa remaja menimbulkan permasalahan yang sangat majemuk, salah satunya adalah perubahan pada psikologisnya. Perubahan fisik yang terjadi sangat mengganggu remaja sehingga menyebabkan remaja selalu memperhatikan penampilannya dan membangun citranya sendiri mengenai bagaimana tubuh mereka tampaknya (body image). Hal ini sering menimbulkan masalah-masalah bagi orangtua atau orang dewasa lainnya yang berhubungan dengan kehidupan remaja, misalnya di sekolah, asrama, atau tempat perkumpulan lainnya. Oleh karena itu, pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari lingkungan yang ada di sekitar remaja (Santrock 2007; Hurlock 1980).

(22)

a. Identity diffusion, yaitu individu yang belum mengalami krisis, dan belum membuat komitmen. Mereka juga belum memutuskan mengenai pilihan pekerjaan atau ideologis tetapi mereka juga tidak menunjukan minat terhadap masalah tersebut.

b. Identity moratorium, yaitu individu yang tengah berada pada masa krisis tetapi belum memiliki komitmen atau kalaupun ada masih sangat kabur. c. Identity foreclosure, yaitu individu yang sudah membuat komitmen, tetapi

belum mengalami krisis. Hal ini paling sering terjadi ketika orangtua memaksa komitmen tertentu pada anak remaja mereka, biasanya dengan cara otoriter, sebelum remaja memiliki kesempatan mengeksplorasi berbagai pendekatan, ideologi, atau karir.

d. Identity achievement, yaitu individu yang sudah melalui masa krisis dan sudah sampai pada sebuah komitmen.

Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja. Oleh karena itu, masa remaja dikenal dengan masa storm and stress dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi pertumbuhan fisik yang pesat dan petumbuhan psikis yang bervariasi (Hurlock 1980).

Steinberg (2001) menyebutkan bahwa masa remaja merupakan suatu masa yang menyenangkan dalam rentang kehidupan manusia. Mereka menjadi individu yang telah dapat membuat keputusan-keputusan yang baik bagi dirinya sendiri dan remaja dipandang telah mampu untuk bekerja serta mempersiapkan perkawinan. Santrock (2007) mengemukakan bahwa bersamaan dengan berkembangnya aspek kognitif, sering muncul perbedaan pendapat dengan orang tuanya atau orang dewasa lainnya. Mereka tidak lagi memandang orang tua sebagai sosok manusia yang mengetahui segalanya, sehingga banyak orang berpikir bahwa masa remaja merupakan masa yang penuh dengan pertentangan dan menolak nilai-nilai yang digariskan oleh orang tuanya.

(23)

atau petualangan, (6) banyaknya fantasi atau khalayan dan bualan, dan (7) kecenderungan membentuk kelompok dan melakukan kegiatan berkelompok. Sementara itu, Hurlock (1980) menyebutkan tentang tugas perkembangan pada masa remaja, yaitu:

1. Mencapai hubungan yang baru dan yang lebih matang dengan teman sebya baik pria maupun wanita.

2. Mencapai peran sosial pria dan wanita

3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif 4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab 5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya 6. Mempersiapkan karier ekonomi

7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan teknologi.

Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)

Perkembangan kehidupan sosial remaja ditandai dengan meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam hidup mereka. Sebagian besar waktu remaja dihabiskan untuk melakukan interaksi sosial dengan teman-teman sebayanya (Desmita 2009). Teman sebaya adalah orang dengan tingkat umur dan kedewasaan yang kira-kira sama (Santrock 2007). Menurut Steinberg (2001), remaja pada umumnya sudah mampu menunjukkan pergaulan yang sebenarnya dengan ditandai oleh pergaulan yang tidak hanya berjenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan yang berbeda jenis kelaminnya (heteroseksual). Pada fase ini, remaja sudah mulai keluar dari lingkungan keluarganya dan memasuki lingkungan pergaulan sosial dalam masyarakat yang lebih luas dan di dalam lingkungan yang baru inilah para remaja membentuk kelompok-kelompok (Gunarsa S & Gunasa Y 2003).

(24)

ekonomi, latar belakang keluarga, persamaan sekolah, tempat tinggal, agama, dan juga ras (Surya dalam Ruhidawati 2005).

Menurut Berk dalam Ruhidawati (2005), kelompok teman sebaya merupakan bentuk-bentuk kelompok sosial yang memiliki nilai-nilai unik dan memiliki standar perilaku dengan struktur sosial serta terdapat pemimpin dan yang dipimpin. Bentuk-bentuk kelompok teman sebaya menurut Martin dan Stendler dalam Ruhidawati (2005) yaitu:

1. BentukGood Kidatau dikenal dengan sebutan remaja kutu buku, remaja yang termasuk kepada kelompok ini adalah remaja yang datang ke sekolah hanya untuk belajar.

2. Bentuk Elite, merupakan bentuk kelompok teman sebaya yang dipimpin oleh orang dewasa. Pada kelompok ini, selain melakukan kegiatan sekolah, remaja juga melakukan kegiatan di luar sekolah.

3. Bentuk Gank,merupakan bentuk kelompok teman sebaya yang dibentuk dan dipimpin oleh remaja itu sendiri, biasanya pada kelompok ini remaja tidak menyenangi aktivitas yang berkaitan dengan sekolah sehingga mereka kadang-kadang melakukan aktivitas yang bertentangan dengan kepentingan umum/sosial.

Kelompok teman sebaya memiliki peranan yang sangat penting dalam penyesuaian diri remaja dan sebagai persiapan bagi kehidupan di masa yang akan datang, serta berpengaruh pula pada pandangan dan perilaku. Hal ini disebabkan remaja sedang berusaha untuk membebaskan diri dari keluarganya dan tidak tergantung kepada orang tuanya (Drajat dalam Ruhidawati 2005). Jean Piaget dan Harry Stack Sullivan dalam Desmita (2009), menekankan bahwa melalui hubungan teman sebaya, remaja belajar tentang hubungan timbal balik yang simetris. Remaja mempelajari prinsip-prinsip kejujuran dan keadilan melalui peristiwa pertentangan dengan teman sebaya. Remaja juga mempelajari secara aktif kepentingan-kepentingan dan perspektif teman sebaya dalam rangka memuluskan integrasi dirinya dalam aktivitas teman sebaya yang berkelanjutan. Manfaat Kelompok Teman Sebaya

(25)

masuknya remaja pada kelompok teman sebaya menjadikannya lebih mandiri atau lebih bertangung jawab, tetapi teman sebaya ini dapat pula membawa pengaruh yang negatif, hal ini tergantung kepada pribadi remajanya itu sendiri (Steinberg 2001; Santrock 2007)

Pada masa remaja, teman sebaya tidak hanya berfungsi sebagai pemberi rasa aman secara emosional, tetapi juga sebagai guru yang dapat membentuk perilaku sosial seperti bagaimana bekerja sama dengan orang lain, mendengarkan, dan bertoleransi terhadap pandangan yang berbeda. Pada masa remaja hampir tidak ada pengalaman yang lebih menyakitkan individu daripada ditolak dan diasingkan oleh kelompok teman sebaya dan sedikit pengalaman yang dapat memperkuat diri selain dapat diterima oleh kelompok teman sebayanya (Surya dalam Ruhidawati 2005).

Studi-studi kontemporer tentang remaja juga menunjukkan bahwa interaksi yang positif dengan teman sebaya diasosiasikan dengan penyesuaian sosial yang positif (Santrock 2007). Hartup dalam Desmita (2009) mencatat bahwa pengaruh teman sebaya memberikan fungsi-fungsi sosial dan psikologis yang penting bagi remaja. Kelly dan Hansen dalam Desmita (2009) menyebutkan enam fungsi positif dari teman sebaya, yaitu:

1. Mengontrol impuls-impuls agresif, yaitu melalui interaksi dengan teman sebaya, remaja belajar bagaimana memecahkan pertentangan-pertentangan dengan cara-cara yang lain selain dengan tindakan agresi langsung.

2. Memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih independen. Teman-teman dan kelompok teman sebaya memberikan dorongan bagi remaja untuk mengambil peran dan tanggung jawab baru mereka. Dorongan yang diperoleh remaja dari teman-teman sebaya mereka ini akan menyebabkan berkurangnya ketergantungan remaja pada dorongan keluarga mereka.

3. Meningkatkan keterampilan sosial, mengembangkan kemampuan penalaran, dan belajar untuk mengekspresikan perasaan-perasaan dengan cara-cara yang lebih matang. Percakapan dan perdebatan dengan teman sebaya akan membantu remaja untuk belajar mengekspresikan ide-ide dan perasaan-perasaan serta mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah. 4. Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran

(26)

5. Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai. Pergaulan dengan kelompok teman sebaya akan membantu remaja untuk mencoba mengambil keputusan atas diri mereka sendiri. Remaja mengevaluasi nilai-nilai yang dimilikinya dan yang dimiliki oleh teman sebayanya, serta memutuskan mana yang benar. 6. Meningkatkan harga diri (self-estem).

Media Massa dan Perkembangan Remaja

Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara masal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula. Informasi massa adalah informasi yang diperuntukkan kepada masyarakat secara massal, bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi oleh pribadi (Bungin 2009).

Menurut Bungin (2009) media massa memiliki lima fungsi, yaitu: 1. Fungsi pengawasan

Fungsi pengawasan dapat berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti pemberitaan bahaya narkoba.

2. FungsiSocial Learning

Fungsi utama dari media massa adalah untuk melakukan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat.

3. Fungsi Penyampaian Informasi

Informasi yang disampaikan melalui media massa dapat diterima pada saat yang cepat kepada masyarakat luas.

4. Fungsi Transformasi Budaya 5. Fungsi Hiburan

Fungsi hiburan pada media massa berkaitan erat dengan fungsi-fungsi lainnya. Informasi yang disampaikan melalui media massa sering disampaikan dengan cara menghibur agar lebih dapat diterima oleh masyarakat. Penyampaian yang seperti ini menuntut kemampuan untuk mengemas pesan/informasi yang menarik dan tidak melenceng dari tujuan sebenarnya.

(27)

kecerdasan. Menurut sebuah penelitian, anak dan remaja menghabiskan waktu lebih banyak dan membentuk interaksi sosial dengan menonton televisi dan menggunakan media elektronik lainnya seperti internet (Santrock 2007).

Televisi

Televisi memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan anak. Televisi bisa memberikan pengaruh positif pada perkembangan anak dengan meningkatkan informasi mereka tentang dunia melampaui lingkungan mereka dan dengan memberikan model bagi perilaku prososial (Clifford, Gunter, & McAleer dalam Santrock 2007). Jadi, jika anak diberikan tontonan yang bersifat hubungan sosial positif, secara tidak langsung hal tersebut dapat mengajarkan anak mengenai cara menggunakan keterampilan sosialnya.

Menurut Hurlock (1980), pada fase remaja, anak mulai memiliki pola perilaku akan hasrat penerimaan sosial yang tinggi. Sementara itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh Baumgardner et al. (2004) menunjukkan bahwa semakin sering remaja menonton kekerasan televisi maka kemungkinan remaja memiliki perilaku agresif juga akan semakin tinggi.

Internet

Perubahan revolusi teknologi yang ditandai dengan kehadiran komputer dan internet dalam kehidupan anak dan remaja mengakibatkan ketergantungan pada beberapa kompetensi nonteknologi dasar, misalnya keterampilan komunikasi yang baik, sikap positif, dan kemampuan untuk memecahkan masalah serta berpikir mendalam dan kreatif. Anak dan remaja menggunakan komputer untuk berinteraksi dan berkomunikasi menggantikan pena, kartu pos, dan telepon (Santrock 2007).

(28)

komputer dan menyediakan jumlah informasi yang luar biasa banyaknya (Donnerstein dalam Santrock 2007).

Internet dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap perkembangan remaja. Dampak positif internet adalah menyediakan jaringan komunikasi tanpa mengenal batas serta memberikan kesempatan untuk bersosialisasi bagi remaja pemalu, remaja kaum marginal dan remaja yang mengalami masalah sosial. Kebebasan dalam melakukan interaksi sosial yang ditawarkan oleh internet juga dapat membantu remaja dalam membangun kepercayaan diri dalam melakukan interaksi dalam dunia sosial yang sebenarnya. Namun, internet juga merupakan sumber informasi negatif yang paling mudah diakses oleh remaja (Louge 2006).

Penggunaan internet semakin dipermudah seiring dengan perkembangan jaman. Kini internet tidak hanya bisa diakses melalui komputer atau notebook saja, melainkan juga dapat diakses melaluihandphonedanblackberryyang saat ini menjadi alat komunikasi yang sedang trend disemua kalangan termasuk remaja. Internet saat ini juga menawarkan berbagi fitur menarik bagi para remaja dan kawula muda, seperti situs jejaring sosial (facebook, Friendster, twitter), blog, dan lain sebagainya. Facebook, salah satunya menjadi salah satu layanan internet yang sedang populer saat ini. Penggunanya bukan hanya orang dewasa. Anak dan remaja juga tampak memanfaatkan fasilitas ini. Facebook adalah website jaringan sosial dimana para pengguna dapat bergabung dalam komunitas seperti kota, kerja, sekolah, dan daerah untuk melakukan koneksi dan berinteraksi dengan orang lain. Melalui layanan ini seseorang juga dapat menambahkan teman-teman mereka, mengirim pesan, dan memperbarui profil pribadi agar orang lain dapat melihat tentang dirinya.

Interaksi sosial yang tinggi dengan teknologi seperti televisi dan internet menyebabkan remaja mengisolasi diri dari lingkungan sosial disekitarnya. Hal ini disebabkan waktu mereka dihabiskan lebih banyak di depan televisi dan internet (Goleman 2007).

Keterampilan Sosial

(29)

sosial/social intelligence) adalah kemampuan untuk mengerti orang lain dan bagaimana interaksi terhadap situasi sosial yang bebeda. Keterampilan sosial menjadi modal dalam bergaul dan berinteraksi dengan lingkungan sosial agar dapat diterima di dalam lingkungan sosial tersebut.

Goleman (2007) menyebutkan bahwa terdapat dua unsur keterampilan sosial, yaitu kesadaran sosial dan fasilitas sosial. Kesadaran sosial adalah kemampuan untuk dapat merasakan keadaaan batiniah seseorang sampai memahami perasaan dan pikirannya. Kemampuan kesadaran sosial meliputi:

Empati dasar, yaitu berhubungan dengan perasaan dengan orang lain dan merasakan isyarat-isyarat emosi nonverbal.

Penyelarasan, yaitu kemampuan untuk mendengarkan dengan penuh reseptivitas, menyelaraskan diri pada seseorang.

Ketepatan empatik, yaitu kemampuan untuk memahami pikiran, perasaan, dan maksud orang lain.

Pengertiansosial, yaitu kemampuan untuk mengetahui bagaimana dunia sosial bekerja.

Sementara itu, fasilitas sosial adalah kemampuan yang bertumpu pada kesadaran sosial untuk memungkinkan interaksi yang mulus dan efektif. Fasilitas sosial meliputi:

Sinkroni, yaitu kemampuan yang ditunjukkan seseorang dalam berinteraksi secara mulus pada tingkat nonverbal.

Presentasi diri, yaitu berhubungan dengan cara seseorang mempresentasikan diri sendiri secara efektif.

Pengaruh. Pengaruh seseorang akan membentuk hasil interaksi sosial.  Kepedulian, yaitu berhubungan dengan kemampuan untuk peduli akan

kebutuhan orang lain dan melakukan tindakan yang sesuai dengan hal itu.

(30)

keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa remaja tersebut mampu mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal.

Menurut Goleman (2006), setiap hubungan berasal dari kemampuan untuk berempati. Keterampilan sosial seseorang akan matang apabila memiliki kemampuan empati dan manajemen diri yang baik. Tidak dimilikinya keterampilan sosial inilah yang menyebabkan orang yang pintar dalam bidang akademik dapat gagal dalam membina hubungan mereka. Kemampuan sosial ini memungkinkan seseorang membentuk hubungan, menggerakkan dan mengilhami orang lain, membina kedekatakan hubungan, meyakinkan dan mempengaruhi, serta membuat orang lain merasa nyaman.

Kemampuan untuk mendapat perhatian melalui cara yang secara sosial diterima merupakan keterampilan sosial sebagai prestasi perkembangan sosialnya. Kemampuan untuk bersama-sama dalam suatu pertemanan dan kelompok merupakan manifestasi keterampilan sosial dan emosional. Hal ini merupakan hasil dari serangkaian keterampilan mengetahui dan memenuhi harapan-harapan sosial yang diembankan kepadanya, disertai dengan kemampuan mengelola emosi, serta memberikan respon emosi yang tepat kepada orang-orang disekitarnya (Sunarti 2004).

Menurut hasil studi Davis dan Forsythe dalam Mu’tadin (2002), dalam kehidupan remaja terdapat delapan faktor yang membentuk keterampilan sosial remaja(social skills)yaitu:

1. Keluarga.

Keluarga merupakan tempat yang pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan. Kepuasan psikis yang diperoleh seorang anak dalam keluarga akan sangat menentukan reaksi anak terhadap lingkungan. 2. Lingkungan

Sejak dini anak-anak harus sudah diperkenalkan dengan lingkungan. Lingkungan dalam batasan ini meliputi lingkungan fisik (rumah, pekarangan), lingkungan sosial (tetangga), lingkungan keluarga (keluarga primer dan sekunder), lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat luas. Pengenalan lingkungan sejak dini akan mengajarkan anak mengenai keseluruhan lingkungan sosialnya.

(31)

Penampilan tidak dapat diidentikkan dengan manifestasi dari kepribadian seseorang yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya). Dalam hal ini, penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata.

4. Rekreasi

Rekreasi merupakan kebutuhan sekunder yang sebaiknya dapat terpenuhi. Dengan rekreasi seseorang akan merasa mendapat kesegaran baik fisik maupun psikis, sehingga terlepas dari rasa capai, bosan, monoton, serta mendapatkan semangat baru.

5. Pergaulan dengan lawan jenis

Untuk dapat menjalankan peran menurut jenis kelamin, maka anak dan remaja seharusnya tidak dibatasi pergaulannya hanya dengan teman-teman yang memiliki jenis kelamin yang sama. Pergaulan dengan lawan jenis akan memudahkan anak dalam mengidentifikasi sex role behavior yang menjadi sangat penting dalam persiapan berkeluarga maupun berkeluarga.

6. Pendidikan/sekolah

Pada dasarnya, sekolah mengajarkan berbagai keterampilan kepada anak. Salah satu keterampilan tersebut adalah keterampilan-keterampilan sosial yang dikaitkan dengan cara-cara belajar yang efisien dan berbagai teknik belajar sesuai dengan jenis pelajarannya. Dalam hal ini peran orangtua adalah menjaga agar keterampilan-keterampilan tersebut tetap dimiliki oleh anak atau remaja dan dikembangkan terus-menerus sesuai tahap perkembangannya.

7. Persahabatan dan solidaritas kelompok

Pada masa remaja peran kelompok dan teman-teman sangat besar. Remaja sering lebih mementingkan urusan kelompok dibandingkan urusan dengan keluarganya. Hal tersebut merupakan suatu yang normal sejauh kegiatan yang dilakukan remaja dan kelompoknya bertujuan positif dan tidak merugikan orang lain.

8. Lapangan kerja

(32)

Keterkaitan antara Teman Sebaya dan Media dengan Keterampilan Sosial

Kebutuhan untuk dapat diterima oleh lingkungan bagi setiap individu atau remaja merupakan suatu hal yang sangat mutlak sebagai makhluk sosial. Oleh karena itu, keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin penting dan krusial manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan. Kegagalan remaja dalam menguasai keterampilan-keterampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial ataupun anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dan sebagainya (Mu’tadin 2002).

Studi-studi kontemporer tentang remaja menunjukkan hubungan yang positif dengan teman sebaya diasosiasikan dengan penyesuaian sosial yang positif. Sejumlah teori lain menekankan pengaruh negatif dari teman sebaya terhadap perkembangan anak dan remaja. Bagi sebagaian remaja ditolak atau diabaikan oleh teman sebaya menyebabkan munculnya perasaan kesepian atau permusuhan (Santrock 2007).

Menurut White et al. (2010), pengaruh kelompok teman sebaya dalam pencarian pasangan (pacaran) pada anak usia remaja di Amerika dapat dilihat dari agresivitasnya. Remaja yang terlibat dalam interaksi yang bersifat agresif dengan peer groupnya akan lebih mudah terpengaruh ke dalam perilaku seks yang lebih cepat daripada remaja yang menghindari hal ini. Nansel et al.(2004) dalam White et al. (2010) agresivitas anak usia sekolah hingga remaja sangat dipengaruhi oleh kelompok teman sebaya atau menjadi korban agresivitas kelompok teman sebaya atau bisa keduanya.

(33)

pada kelompok teman sebayanya akan lebih jelas terlihat. Jika orang tua melarang anak bergaul dengan kelompok teman sebayanya maka akan memberikan dampak yang negatif terhadap perkembangan sosial dan kepribadian karena kelompok teman sebaya akan mengajarkan anak untuk dapat bertanggung jawab secara sosial terhadap lingkungannya. Hal ini didukung pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Meijs et al. (2010) mengenai keterampilan sosial dan prestasi akademik sebagai prediktor popularitas remaja, yang menunjukkan bahwa keterlibatan remaja dalam aktivitas peer group dan dapat diterima di dalamnya akan membantu remaja dalam membangun perasaan menjadi anak yang populer. Menjadi anak yang populer dapat membantu anak dalam melakukan tindakan prososial dan menciptakan kebiasaan membantu kelompok teman sebayanya. Tindakan prososial yang dimaksud seperti kemampuan untuk memecahkan masalah sosial, perilaku sosial yang positif, dan membantu mereka dalam menjalin hubungan pertemanan.

Menurut Goleman (2006), ketika teknologi atau media menawarkan komunikasi, sesungguhnya itu adalah sebuah isolasi karena manusia akan terkungkung dalam suatu autisme sosial. Media dapat memungkinkan jutaan orang mendengarkan cerita lucu yang sama, namun mereka tetap kesepian. Media seperti internet dan televisi akan memunculkan pola baru dalam hubungan antar manusia, yaitu cara manusia membina hubungan dan memutuskan hubungan.

(34)
(35)

KERANGKA PEMIKIRAN

Keterampilan sosial adalah kunci sukses dalam membina hubungan dengan orang lain. Seni membina hubungan meliputi keterampilan mengelola emosi orang lain dan menunjukkan emosi diri secara tepat. Keterampilan ini juga merupakan keterampilan yang menunjang kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi. Oleh karena itu, tanpa memiliki keterampilan sosial, seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial dan sering dianggap angkuh serta tidak berperasaan (Goleman 2006).

Menurut hasil studi Davis dan Forsythe dalam Mu’tadin (2002), ada delapan aspek dalam kehidupan remaja yang menuntut keterampilan sosial, dua diantaranya adalah lingkungan dan persahabatan atau solidaritas kelompok. Hal ini sejalan dengan teori ekologis Bronfenbrenner yang menyebutkan bahwa ada empat lingkungan yang mempengaruhi proses sosialisasi anak, seperti lingkungan mikrosistem, mesosistem, eksosistem, dan makrosistem Puspitawati (2009). Dalam penelitian ini, teman sebaya dan media massa termasuk dalam lingkungan mikrosistem, yaitu lingkungan yang langsung berinteraksi dengan anak.

Pada masa remaja, pengaruh teman sebaya sangat kuat pada diri remaja. Hurlock (1980) mengungkapkan bahwa remaja cenderung membentuk kelompok dan sebagian waktu akan dihabiskan dengan melakukan interaksi bersama teman kelompoknya tersebut. Teman sebaya tidak hanya harus berasal dari etnis ataupun ras yang sama melainkan cenderung memiliki sikap dan performa akademis yang sama serta memiliki status yang mirip (Papalia et al. 2008).

(36)

dapat mengakibatkan ketidakmampuan remaja dalam mengolah kemampuan sosialnya.

(37)

Keterangan:

: variabel yang diteliti

: hubungan variabel yang diteliti

: pengaruh variabel yang diteliti terhadap keterampilan sosial

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian Karakteristik keluarga contoh:

 Pendidikan orang tua

 Pekerjaan orang tua

 Pendapatan orang tua

 Usia orang tua

 Status orang tua

 Etnis

Karakteristik contoh:

 Usia

 Jenis kelamin

 Urutan kelahiran anak

 Cabang olahraga

 Tipe olahraga

Kelompok teman sebaya (peer group):

 Karakteristik

 Pola Hubungan

 Kualitas pertemanan

Media massa:

 Karakteristik

 Pola Hubungan

 Pemanfaatan media massa

Keterampilan Sosial:

Kesadaran sosial

(38)

Definisi Operasional

Remaja adalah individu yang berusia 15-19 tahun yaitu siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas.

Contoh adalah siswa kelas XI SMA Negeri Ragunan Jakarta yang menjadi responden penelitian ini

Karakteristik contoh adalah ciri individu yang meliputi usia, jenis kelamin, urutan kelahiran anak, dan cabang olahraga.

Karakteristik keluarga contoh adalah keadaan keluarga yang meliputi usia orangtua, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga, dan besar keluarga.

Kelompok teman sebaya adalah suatu bentuk kelompok sosial dengan usia yang relatif sama dan antar anggota kelompok merasa memiliki keterkaitan secara emosional.

Karakteristik kelompok teman sebaya adalah ciri kelompok sosial yang meliputi usia teman sebaya, jumlah teman sebaya, ciri utama kelompok teman sebaya, dan alasan pertemanan.

Pola hubungan dengan kelompok teman sebaya adalah cara berinteraksi antara contoh dengan teman sebaya yang meliputi frekuensi bertemu dan lama waktu bertemu.

Ciri utama kelompok teman sebaya adalah bentuk kelompok teman sebaya yang membedakannya dengan bentuk kelompok teman sebaya lainnya. Kualitas pertemanan dengan kelompok teman sebaya adalah hubungan

sosial yang terjadi antara individu dengan kelompok sosialnya hingga pengaruh yang terjadi.

Media massa adalah teknologi yang menunjang kegiatan sehari-hari seperti televisi dan internet.

Karakteristik media massa adalah ciri teknologi yang digunakan contoh, meliputi jenis media massa.

Pola hubungan dengan media massaadalah cara berinteraksi dengan media massa meliputi lama penggunaan dalam sehari dan frekuensi penggunaan.

(39)

Keterampilan sosial adalah kemampuan untuk mengerti orang lain dan bagaimana bereaksi terhadap situasi sosial yang berbeda yang terdiri dari kesadaran sosial dan fasilitas sosial.

Kesadaran sosialadalah kemampuan contoh untuk memahami diri sendiri dan perasaan orang lain.

(40)

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan metode survei. Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari objek riset dalam satu waktu tertentu saja (Umar 2003). Sementara itu, penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun dan Effendy 1989).

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Ragunan Jakarta. Lokasi penelitian dipilih secara purposive dengan pertimbangan SMA Negeri Ragunan adalah sekolah khusus untuk mendidik para atlet muda Indonesia dan berasal dari beragam budaya (suku bangsa). Waktu penelitian termasuk pengumpulan data, pengolahan, analisis data dilakukan selama delapan bulan mulai Juni 2010-Januari 2011.

Teknik Penarikan Contoh

Populasi dari penelitian adalah siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta yang berjumlah 323 orang. Sementara itu, kerangka contoh penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri Ragunan Jakarta dan terdiri dari satu kelas IPA (38 siswa) dan dua kelas IPS (79 siswa). Dasar pemilihan contoh adalah siswa kelas XI dikarenakan siswa pada tingkat tersebut telah memiliki pengalaman belajar di SMA relatif cukup lama dibandingkan dengan kelas X dan tidak disibukkan dengan persiapan Ujian Akhir Nasional seperti kelas XII.

Contoh penelitian dihitung menggunakan formula Slovin (1960), diacu dalam Umar (2003) sebagai berikut:

n = N 1+ Ne2

N = populasi penelitian n = jumlah contoh penelitian

(41)

Dengan menggunakan rumus dan margin error 0.1 didapatkan jumlah contoh

Berdasarkan perhitungan, jumlah minimal contoh penelitian ini adalah 76 orang. Jumlah contoh yang diambil untuk penelitian ini adalah 85 orang dengan pertimbangan penambahan 10 persen dari jumlah minimal contoh. Pengambilan contoh dilakukan secaracluster random sampling. Pertama, ketiga kelas di kelas XI ditentukan sebagai kerangka contoh. Berikutnya berdasarkan kerangka contoh tersebut dipilih secara acak untuk memperoleh siswa yang akan dijadikan contoh. Dalam pelaksanaannya ada beberapa yang tidak ada (10 orang) sehingga dicari contoh pengganti. Contoh pengganti ini dipilih secara purposive. Penetapan contoh pengganti ini harus memenuhi syarat sebagai siswa kelas XI yang berada dikelas saat penelitian berlangsung dan belum ditetapkan menjadi contoh. Teknik pengambilan contoh disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Teknik pengambilan contoh

Jenis, Cara Pengumpulan Data, dan Cara Pengukuran Variabel

(42)

Tabel 1 Variabel penelitian, jenis serta skala data, dan sumber informasi Jumlah siswa Sekunder Rasio Data sekolah Keadaan Umum Sekolah Sekunder Ordinal Data sekolah

Cara pengukuran data adalah sebagai berikut:

(43)

menggunakan skala Likert (1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=setuju, 4=sangat setuju), namun pada pertanyaan negatif sistem skor dibalik. Skor maksimal adalah 64 dan skor minimal adalah 16. Pernyataan disusun berdasarkan Ruhidawati (2005) dan Desmita (2009) yang telah dimodifikasi oleh peneliti.

2) Media massa. Variabel ini terdiri atas tiga sub variabel yaitu, karakteristik, pola hubungan dan pemanfaatan media massa. Karakteristik media massa terdiri atas jenis media massa. Pola hubungan media massa (lama penggunaan dalam sehari dan frekuensi penggunaan) terdiri atas masing-masing 3 pertanyaan untuk media televisi dan internet. Sementara itu, pemanfaatan media massa terdiri atas 17 pernyataan yang dua diantaranya adalah pertanyaan negatif. Sistem skor menggunakan skala Likert (1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=setuju, 4=sangat setuju), namun pada pertanyaan negatif sistem skor dibalik. Skor maksimal adalah 68 dan skor minimal adalah 17. Pernyataan merujuk pada Bungin (2009) dan Santrock (2007).

3) Keterampilan Sosial. Variabel ini terdiri atas 40 pernyataan dengan 11 pertanyaan negatif. Sistem skor menggunakan skala Likert (1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=setuju, 4=sangat setuju), namun pada pertanyaan negatif skor dibalik. Skor maksimal adalah 160 dan skor minimal adalah 40. Pernyataan disusun berdasarkan Wulandari (2009) dan Goleman (2007) mengenai keterampilan sosial yang terdiri dari kesadaran sosial dan fasilitas sosial yang telah dimodifikasi oleh peneliti.

4) Pengambilan data yang digunakan berupa self-report. Untuk mengurangi bias ketika melakukan wawancara peneliti menyebar kuesioner dalam kelas dan mendampingi contoh selama pengisian kuesioner.

Manajemen dan Kontrol Kualitas Data

(44)

Interval kelas (A) = Skor maksimum (NT)-skor minimum(NR)

Jumlah kategori

dijawab, pilihan jawaban yang dimungkinkan, serta lama maksimal pengisian kuesioner. Dari hasil uji coba diperoleh bahwa lama waktu maksimal pengisian kuesioner adalah 25 menit.

2) Uji reliabilitas instrumen penelitian. Realibilitas instrumen kualitas hubungan pertemanan adalah 0.825, pemanfaatan media massa adalah 0.740, dan keterampilan sosial 0.886. Realibilitas instrumen keterampilan sosial ini lebih besar daripada realibilitas instrumen Wulandari (2009), yaitu sebesar 0.861. 3) Penyusunancode booksebagai panduan entri dan pengolahan data.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah melalui prosesediting, coding,scoring, entry data, cleaning data, dan analisis data. Data dianalisis secara statistik dan deskriptif dengan menggunakan programMicrosoft ExceldanStatistical package for Social Science (SPSS) versi 16.0. Analisis data yang digunakan meliputi uji beda T-test, uji korelasi Chi-square, uji korelasi Pearson dan regresi linear berganda.

Sistem skoring dibuat konsisten yaitu semakin tinggi skor maka semakin positif nilai variabelnya. Setelah itu dijumlahkan dan selanjutnya dikategorikan dengan menggunakan teknik skoring secara normatif dengan menggunakan interval kelas.

Pengelompokkan kualitas hubungan pertemanan contoh dengan teman sebaya menggunakan tiga ketegori, yaitu rendah (16-32), cukup (33-48), dan tinggi (49-64). Pengelompokkan pemanfaatan media massa juga menggunakan tiga kategori, yaitu rendah (17-34), sedang (35-51), dan tinggi (52-68). Sementara itu, pengelompokkan keterampilan sosial remaja menggunakan tiga kategori, yaitu rendah (40-80), cukup (81-120), dan tinggi (121-160).

(45)

Yi = α + β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ β6X6+ β7X7+ β8X8+ β9X9+ β10X10+ β11X1+

β12X12+ β13X13+ β14X14+ β15X15+ β16X16+ β17X17+ β18X18+ β19X19+ β20X20+β21D1

+ β22D2+ β23D3+ β24D4+ β25D5+ε

Keterangan:

Yi = keterampilan sosial remaja α = konstanta

βn = koefisien regresi

X1 = usia

X2 = cabang olahraga

X3 = usia ayah

X4 = usia ibu

X5 = pendidikan ayah

X6 = pendidikan ibu

X7 = pendapatan orangtua

X8 = jumlah teman sebaya di sekolah

X9 = frekuensi pertemuan di sekolah

X10 = usia pertemanan di sekolah

X11 = jumlah teman sebaya di asrama

X12 = frekuensi pertemuan di asrama

X13 = usia pertemanan di asrama

X14 = jumlah teman sebaya di tempat lain

X15 = frekuensi pertemuan di tempat lain

X16 = usia pertemanan di tempat lain

X17 = lama penggunaan media massa

X18 = frekuensi penggunaan media massa

X19 = pemanfaatan media massa

X20 = kualitas pertemanan dengan kelompok teman sebaya

D1 = jenis kelamin

D2 = tipe olahraga

D3 = status orang tua

D4 = status kerja ayah

D5 = status kerja ibu

(46)
(47)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Sekolah Ragunan adalah satu dari lima sekolah khusus atlet di Indonesia yang didirikan pada tanggal 15 Januari 1977. Sekolah Ragunan ini sebenarnya terdiri atas SMP Negeri dan SMA Negeri Ragunan. SMP/SMA Negeri Ragunan atau yang lebih dikenal dengan Sekolah Atlet, berada di dalam area Gelanggang Olahraga Ragunan, Jalan H.M. Harsono, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. SMA Negeri Ragunan dikepalai oleh Drs. Didih Hartaya dengan staf dan guru berjumlah 20 orang. Jumlah siswa di SMA Negeri Ragunan sebanyak 323 orang. Tabel 2 menunjukkan bahwa lebih dari separuh jumlah siswa berjenis kelamin laki-laki (55.1%) dan siswa perempuan sekitar 44.9 persen.

Tabel 2 Sebaran siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin n %

Laki-laki 178 55.1

Perempuan 145 44.9

Total 323 100.0

Sumber: Profil SMA Negeri Ragunan. 2009/2010.

Luas kompleks SMP/SMA Ragunan dan fasilitas olahraga mencapai 17 hektar yang merupakan aset Pemda DKI. Kompleks SMP/SMA Ragunan terdiri dari gedung sekolah, gedung asrama putra dan putri, ruang makan dan dapur, ruang fitnes, dan perumahan guru serta pelatih. Secara keseluruhan, SMA Negeri Ragunan terdiri dari delapan kelas, yaitu dua kelas untuk kelas X dan untuk kelas XI, XII masing-masing tiga kelas (IPA, IPS1 dan IPS2). Fasilitas olahraga mencakup lapangan bulutangkis, tenis meja, bola voli, gulat dan judo, kolam renang, gedung senam, lapangan basket, sepak bola, lapangan tenis, angkat besi, panahan, dan track atau lapangan untuk cabang atletik. Fasilitas lain yang berada di komplek Gelanggang Olahraga Ragunan berupa gedung serbaguna, gedung auditorium, poliklinik, masjid, aula, kantin, wisma tamu, serta perkantoran dan Graha Wisma Pemuda.

(48)

pelajaran adalah 40 menit. Pengembangan diri adalah pelajaran utama bagi siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta, sedangkan pelajaran inti dan muatan lokal merupakan pelajaran tambahan. Hal ini menyebabkan SMA Negeri Ragunan berbeda dengan SMA pada umumnya. Pelajaran inti di SMA Ragunan tidak jauh berbeda dengan SMA pada umumnya. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang materinya tidak dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Mata pelajaran muatan lokal kelas X, XI dan XII adalah English for Special Purpose. Pengembangan diri adalah beban belajar terjadwal utama yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minatnya. Dengan kata lain, pengembangan diri adalah jadwal latihan terpadu sesuai dengan cabang olahraga yang digeluti siswa. Rincian alokasi waktu pembelajaran dan beban pelajaran yang diberikan oleh SMAN Ragunan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Beban belajar per minggu siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta Kelas Beban Belajar (jam)

Inti Muatan Lokal Pengembangan diri Jumlah

X 36 2 34 72

XI 37 2 34 73

XII 41 2 34 77

Sumber: Profil SMA Negeri Ragunan. 2009/2010.

Karakteristik Contoh

Usia dan Jenis Kelamin

Contoh dalam penelitian ini berjumlah 85 orang. Persentase terbesar contoh berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 50,6 persen dan sisanya adalah laki-laki sebesar 49,4 persen (Tabel 5).

(49)

Menurut Hurlock usia contoh laki-laki dan laki-laki lebih tinggi daripada

ock (1980), periode masa remaja dibagi menjadi ti pada umur (10-14 tahun), remaja tengah (14-17 tah

mur 17-21 tahun. Secara keseluruhan usia cont kategorikan sebagai remaja tengah dan akhir, yai tase terbesar adalah usia 17 dan 18 tahun, masi

. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persen ki adalah 17 dan 18 tahun (16.5% dan 27.1%). S ertinggi contoh perempuan adalah 16 dan 17 tahun

. Hasil uji beda t-test menunjukkan bahwa ada per dan perempuan (p<0.05) yang mana rata-rata u

ripada contoh perempuan.

hadap anak-anak, remaja, dan orang dewasa dar enunjukkan urutan kelahiran dapat menjadi faktor enis penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial y epanjang rentang kehidupan (Hurlock 1980). Schi urutan kelahiran berhubungan erat dengan k menunjukkan bahwa persentase terbesar cont anak sulung (37.6% dan 32.9%), sedangkan pe ukan oleh Schiller (2006) menunjukkan bahwa anak

(50)

cenderung lebih tenang, lebih mudah bersosialisasi dan lebih sedikit mengalami masalah dibandingkan anak sulung dan bungsu. Namun, anak kedua juga memiliki rasa iri yang lebih besar terhadap saudaranya.

Anak sulung sering dikenal sebagai ”experimental child” yang disebabkan kurangnya pengetahuan dan pengalaman orangtua dalam merawat anak sehingga mengakibatkan orangtua cenderung terlalu cemas dan melindungi berlebihan (Gunarsa S & Gunarsa Y 2009). Menurut Santrock (2007), orangtua memiliki harapan yang besar kepada anak pertama dibanding adik-adiknya, tuntutan orangtua dan standar yang tinggi membuat anak pertama diliputi kecemasan dan rasa bersalah. Berdasarkan beberapa literatur yang telah dibahas tersebut, dapat digambarkan bahwa sebagian besar contoh penelitian ini merupakan kelompok anak-anak yang lebih mudah bersosialisasi (anak kedua).

Cabang olahraga dan Tipe olahraga

Menurut Moelok (1984), cabang olahraga dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu cabang olahraga ringan, sedang, berat, dan berat sekali. Cabang olahraga yang paling banyak digeluti oleh contoh adalah olahraga sedang yang terdiri dari bulutangkis, senam, atletik, selancar, squash, tenis lapangan, tenis meja, sepak takraw, dan sepak bola. Sementara itu, jenis olahraga individu yang paling banyak digeluti oleh contoh penelitian adalah renang, bulu tangkis, squash, dan senam.

Tabel 5 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh menggeluti cabang olahraga sedang (70.6%) dan hanya sekitar 1,2 persen contoh yang menggeluti olahraga berat sekali, yaitu jenis olahraga angkat besi. Sementara itu, sebagian besar contoh menggeluti tipe olahraga individu (88.2%) seperti tenis meja, tenis lapangan,squash, bulutangkis, senam, dan atletik.

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan cabang olahraga dan tipe olahraga

Karakteristik n %

Cabang Olahraga

Olahraga ringan 5 5.9

Olahraga sedang 60 70.6

Olahraga berat 19 22.3

Olahraga berat sekali 1 1.2

Total 85 100.0

Tipe Olahraga

Individu 75 88.2

Beregu 10 11.8

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Tabel 1Variabel  penelitian, jenis serta skala data, dan sumber informasi
Tabel 4Sebaran contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin, rata-rata, danstandar deviasi usia contoh
Gambar 3 SSebaran contoh berdasarkan urutan kelahiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Wawancara merupakan suatu bentuk komunikasi semacam tanya jawab secara langsung antara penyelidik dengan subjek berupa percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi

Perdana Menteri Malaysia sendiri pula memperagakan wajah kepelbagaian sebagai satu wajah idaman melalui konsep 1Malaysia beliau dengan slogan “rakyat didahulukan

Ekstrak pekat metanol selajutnya dipartisi dengan etil asetat.Ekstrak pekat metanol dilarutkan dengan metanol-air (1:9) yang kemudian dipartisi dengan etil asetat.Fraksi

Untuk hasil uji reliabilitas instrumen dapat dilihat pada tabel berikut ini:..

Apakah terdapat pengaruh kepemilikan institusional terhadap pengaturan laba (earnings management) yang dilakukan perusahaan ditinjau dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Dalam studi kebudayaan, Tilaar (2009: 126-129) mengungkapkan praksis pendidikan dapat dibedakan menjadi antara pendidikan informal, pendidikan formal, dan pendidikan

Tabel 4.7 (lihat lampiran) menyajikan penggunaan informasi akuntansi dilihat dari aspek pelatihan akuntansi. Analisis penggunaan informasi akuntansi pada usaha kecil

[r]