• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh masyarakat desa sekitar hutan di IUPHHK-HA PT. RATAH TIMBER Samarinda, Kalimantan Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh masyarakat desa sekitar hutan di IUPHHK-HA PT. RATAH TIMBER Samarinda, Kalimantan Timur"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

1

PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK)

OLEH MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN

DI IUPHHK HA PT. RATAH TIMBER

SAMARINDA, KALIMANTAN TIMUR

JULIANA A. SIHOMBING

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(2)

i

RINGKASAN

JULIANA ANGGRAINI SIHOMBING. E14070027. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan di IUPHHK$HA PT. Ratah Timber Kabupaten Samarinda, Kalimantan Timur. Dibimbing oleh SUDARYANTO.

Hasil hutan bersifat multi komoditas yang berupa barang, yaitu: hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu (HHBK) serta jasa lingkungan. Hasil hutan bukan kayu telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan. Selain karena HHBK mudah diperoleh dan tidak membutuhkan teknologi yang rumit untuk mendapatkannya juga karena HHBK dapat diperoleh gratis dan mempunyai nilai ekonomi yang penting. Hal ini menjelaskan bahwa keberadaan HHBK diyakini paling bersinggungan dengan kepentingan masyarakat terutama masyarakat sekitar hutan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis$jenis hasil hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat, mengetahui tingkat pemanfaatannya terhadap hasil hutan, dan mengetahui tingkat pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan sumber daya hutan yang lestari. Metode pengambilan dilakukan dengan dengan kriteria responden yang dipilih adalah responden yang langsung memanfaatkan HHBK. Responden yang dipilih berasal dari 2 desa, yaitu: Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan masing$masing berjumlah 30 responden. Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, studi literatur, dan data statistik. Analisis data yang digunakan adalah analisis tabulasi secara kualitatif, metode penilaian berdasarkan harga dan untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat dilakukan dengan persentase dan skala likert.

Jenis$jenis HHBK yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan adalah HHBK nabati, meliputi: rotan, getah karet, pasak bumi, akar kuning, anggrek, gingseng, sarang semut, jamur dan HHBK hewani, seperti: babi hutan, rusa, kijang, kancil, landak,lebah madu, dan monyet beruk. Nilai manfaat HHBK yang diperoleh responden di Desa Mamahak Teboq sebesar Rp. 1.834.800.000,$ /tahun dan di Desa Lutan nilai manfaat yang diperoleh adalah sebesar Rp. 744.690.000,$ /tahun. Kontribusi pemanfaatan HHBK terhadap pendapatan total Rumah Tangga yang diperoleh responden Desa Mamahak Teboq sebesar 86,1%, sedangkan responden di Desa Lutan 76,3%. Besarnya kontribusi pemanfaatan HHBK tersebut menunjukkan bahwa masih besarnya tingkat pemanfaatan dan ketergantungan mayarakat terhadap HHBK.

Pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan sumber daya hutan yang lestari berdasarkan skala likert tergolong tinggi dengan rata$rata skor sebesar 2,78. Masyarakat memahami bahwa dengan memanfaatkan sumber daya hutan secara terus$menerus dapat mempengaruhi ketersediaan sumber daya yang dimanfaatkan. Untuk itu, perlu dilakukannya pemanfaatan sumber daya hutan yang lestari dengan mengikuti kaidah atau peraturan$peraturan yang berlaku dan mencari alternatif lain untuk menambah pendapatan.

(3)

SUMMARY

JULIANA ANGGRAINI SIHOMBING. E14070027. Non Timber Forest Products (NTFPs) Utilization by village society around forest in IUPHHK$HA PT. Ratah Timber, Samarinda, East Borneo. Supervised by SUDARYANTO.

Forest products in the form of multi$commodity goods namely timber forest products, non$timber forest products (NTFPs), and services. Non$timber forest products have been used by communities around the forest. Besides NTFPs being readily available and does not require complicated technology to get it also because of NTFPs can be obtained free of charge and has an important economic value. This explains the existence of most NTFPs are believed to intersect with the interests of forest communities to fulfil their alive need.

The objectives of this research are: to determine the types of forest products is utilized by the people, to know the level of public utilization of forest products, and to know the level of understanding of rural communities around the forests about sustainable utilization of forest resources. Sampling method was performed using purposive sampling method. Respondents were selected two villages namely Mamahak Teboq Village and Lutan Village each number 30 respondents. Data collection is obtained from interviews, literature studies, field observation, and statistical data. Data calculation on value of forest product by tabulated in a qualitative analysis, based on the price, and community understanding using percentage and Likert scale.

The types of non$timber forest products (NTFPs) are utilized by people living around forest are the plant NTFPs, include: rattan, rubber, earth peg, yellow root, orchid, ginseng, ant nests, fungal, and the animal NTFPs, such as: wild boar, deer, antelope, deer, porcupines, monkeys, and honey. The value of the benefits of non$timber forest products (NTFPs) obtained by the respondents in the Village Mamahak Teboq Rp. 1.8348 billion, $ / year and in the Village Lutan Rp. 744.69 million, $/tahun. Contribution of NTFP utilization of total revenue earned Household respondents Mamahak Teboq Village for 86.1% and respondents in the Lutan Village for 76.3%. The amount of the contribution of NTFPs indicate the level utilization of NTFPs still high and sustain community still dependence on NTFPs.

People's understanding of the utilization of forest resources liqueur based Likert scale is high which is an average score of 2.78. People understand that by utilizing forest resources can constantly affect the availability of resources utilized. For that, the utilization of the resources needed to do sustainable forest by following the rules or regulations and seek other alternatives to increase revenue.

(4)

i

PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK)

OLEH MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN

DI IUPHHK HA PT. RATAH TIMBER

SAMARINDA, KALIMANTAN TIMUR

JULIANA A. SIHOMBING

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTAN

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Skripsi berjudul Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) oleh masyarakat Desa Sekitar Hutan di IUPHHK$ HA PT. Ratah Timber, Samarinda, Kalimantan Timur adalah benar$benar hasil karya penulis sendiri dengan Dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Bogor, September 2011

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) oleh Masyarakat Desa sekitar Hutan di IUPHHK$HA PT. RATAH TIMBER Samarinda, Kalimantan Timur Nama Mahasiswa : Juliana A. Sihombing

NIM : E14070027

Menyetujui, Pembimbing Akademik

Ir. Sudaryanto NIP 194803101980031001

Mengetahui,

Ketua Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP 196304011994031001

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih sayang dan bimbingan$Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan di IUPHHK$HA PT. Ratah Timber, Samarinda, Kalimantan Timur” ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan Skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Skripsi ini. Penulis juga berharap semoga penelitian ini dapat menjadi sumbangan informasi yang bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Bogor, September 2011

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Siborongborong, Tapanuli Utara pada tanggal 17 Juli 1989 sebagai anak kedua dari tujuh bersaudara pasangan Bapak S. Sihombing dan Ibu E. Simamora. Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 2 No. 173271 Siborongborong pada Tahun 1995$2001, SMP Negeri 1 Siborongborong Tahun 2001$2004. Pada Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Siborongborong dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Mayor Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.

Selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Kehutana IPB, penulis telah melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Cikeong$ Burangrang pada Tahun 2009 dan Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada Tahun 2010. Pada Tahun 2011 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK$HA PT. Ratah Timber Kalimantan Timur.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif dalam beberapa organisasi diantaranya menjadi Anggota Komisi Pelayanan Anak UKM PMK$IPB, Seksi Kerohanian di Persekutuan Fakultas Kehutanan dan Ketua Organisasi Mahasiswa Daerah GAMASINTAN serta ikut menjadi panitia di beberapa acara yang diadakan di lingkungan kampus.

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kasih karunia$Nya sehingga penulisan Skripsi ini telah berhasil diselesaikan. Keberhasilan penulis tentunya tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak yang telah membantu proses penulisan Skripsi ini. pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan kepada terima kasih kepada:

1. Orang tuaku tersayang S. Sihombing dan E. Simamora atas segala kasih sayang, dukungan spiritual dan material, perhatian, dan doa yang diberikan kepada penulis. Skripsi ini dipersembahkan untuk Mama dan Bapak. 2. Ir. Sudaryanto selaku dosen Pembimbing yang telah baik dan sabar

membimbing penulis mulai dari penyusunan Proposal penelitian hingga Skripsi ini dapat selesai. Terimakasih untuk arahan dan dukungan yang telah diberikan.

3. Kakak tercinta Indra Hayati Sihombing dan adik$adikku tersayang Nora Waty, Henny Berlianti, Lucky Boy, Ranapan Alex, dan Reinaldi untuk perhatian dan semangat yang telah diberikan.

4. Bapak Wahyul, Bapak Djatmiko, Bapak Wasis, Bapak Wahyudi dan kepada seluruh pihak PT. Ratah Timber yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di PT. Ratah Timber dan menyediakan segala keperluan penelitian selama di lapangan. 5. Karyawan di PT. Ratah Timber khususnya Bapak Hajang, Pak Kurnia, Pak

Samusi, Mas Adi, Mas Muji, Ka Irvan, Om Paulus, Pak Ading, Pak Huvat, Pak Koko atas bantuan yang diberikan selama penelitian di lapangan. 6. Teman$teman tersayang di Istana BILO, Yusenda Sitompul, Tio Panta

Sihombing, Lisbet Girsang, Renatalia Parhusip, Jenny Sianipar, Anette Sihombing atas semangat, dukungan, dan bantuannya.

7. Untuk yang terkasih Ribkha Sinaga untuk semangat dan bantuannya, untuk Johan, Jimmy, Adi, Christa, Marisa, Kristi, Grace, Nia, Monika dan teman$teman MNH 44 yang tidak dapat saya sebutkan satu$persatu.

(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ...Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan ... 4

1.4 Manfaat ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) ... 5

2.2 Karakteristik Masyarakat ... 10

2.3 Pemberdayaan Masyarakat ... 11

2.4 ... 14

BAB III METODE PENELITIAN... 15

3.1 Kerangka Pemikiran ... 15

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

3.3 Objek Penelitian ... 18

3.4 Ruang Lingkup ... 18

3.5 Metode Penelitian ... 18

3.5.1 Metode Pengambilan Contoh ... 18

3.5.2 Metode Pengumpulan Data ... 19

3.5.3 Metode Analisis Data ... 19

(11)

BAB IV KONDISI UMUM ... 22

4.1 Kondisi Biofisik ... 22

4.2 Kondisi Sosial dan Ekonomi ... 32

4.3 Gambaran Umum Desa Penelitian ... 37

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

5.1 Karakteristik Reponden ... 41

5.2 Pemanfaatan Hasil hutan Bukan Kayu ... 51

5.2.1 Pemanfaatan Hasil hutan Bukan Kayu Nabati ... 53

5.2.2 Pemanfaatan Hasil hutan Bukan Kayu Hewani ... 59

5.3 Pendapatan dari Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu ... 66

5.4 Pendapatan di Luar Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu ... 67

5.5 Pengeluaran Rumah Tangga untuk Berbagai Kebutuhan ... 69

5.6 Kontribusi Hasil Hutan terhadap Pendapatan Total Rumah Tangga ... 70

5.7 Pemahaman Masyarakat terhadap Pemanfaatan Sumber Daya Hutan ... 71

5.8 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 83

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

6.1 Kesimpulan ... 84

6.2 Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jenis data penelitian yang diperlukan ... 21

Tabel 2 Batas$batas wilayah pengusahaan hutan IUPHHK PT.RATAH TIMBER ... 22

Tabel 3 Luas areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER berdasarkan fungsi hutan ... 23

Tabel 4 Luas Real IUPHHK PT. RATAH TIMBER berdasarkan jenis tanah .. 23

Tabel 5 Kondisi topografi areal kerja IUPHHK PT.RATAH TIMBER ... 24

Tabel 6 Data curah hujan dan hari hujan bulanan rata$rata di sekitar areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER ... 25

Tabel 7 Luas Sub DAS, Debit sungai dan kandungan sedimen dari beberapa titik sungai di areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER ... 26

Tabel 8 Sub$sub DAS di DAS PT. RATAH TIMBER ... 27

Tabel 9 Kondisi penutupan lahan di areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER .... 27

Tabel 10 Perkiraan kondisi penutupan lahan di Areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER pada akhir 2010 ... 28

Tabel 11 Sediaan Tegakan di Areal berhutan IUPHHK PT RATAH TIMBER berdasarkan hasil IHMB ... 29

Tabel 12 Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Laham dan Long Hubung 30 Tabel 13 Desa yang berada di sekitar areal IUPHHK$HA PT. RATAH TIMBER ... 32

Tabel 14 Jumlah kepadatan penduduk di sekitar areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER ... 33

Tabel 15 Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di desa sekitar areal kerja IUPHHK PT. Ratah timber ... 34

Tabel 16 Jumlah sarana pendidikan di sekitar areal PT. RATAH TIMBER ... 36

Tabel 17 Persentase responden berdasarkan kelompok umur... 42

Tabel 18 Persentase responden menurut tingkat pendidikan ... 43

Tabel 19 Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota keluarga... 44

Tabel 20 Distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan ... 45

Tabel 21 Distribusi responden berdasarkan jarak tempat tinggal dari hutan ... 47

Tabel 22 Persentase penggunaan lahan berdasarkan jenis lahan ... 48

Tabel 23 Distribusi responden berdasarkan luas kepemilikan lahan ... 49

Tabel 24 Persentase responden berdasarkan jenis tanaman ... 49

(13)

Tabel 27 Persentase responden berdasarkan tujuan pemanfaatan Sumber daya

hutan ... 53

Tabel 28 Persentase pemanfaatan tumbuhan dari hutan ... 58

Tabel 29 Persentase pemanfaatan satwa liar oleh responden... 63

Tabel 30 Pendapatan dari pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu ... 66

Tabel 31 Pendapatan di luar pemanfaatan hasil hutan bukan kayu ... 67

Tabel 32 Pengeluaran rumah tangga untuk berbagai kebutuhan ... 69

Tabel 33 Kontribusi manfaat hasil hutan ... 70

Tabel 34 Tingkat pemahaman berdasarkan interval nilai tanggapan ... 71

Tabel 35 Pemahaman responden mengenai pemanfaatan hasil hutan ... 72

Tabel 36 Pemahaman responden tentang SDH sebagai salah satu sumber pendapatan ... 74

Tabel 37 Pemahaman Responden tentang kerusakan dan kondisi hutan ... 75

Tabel 38 Pemahaman responden tentang ladang berpindah ... 78

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian. ... 17 Gambar 2 Diagram persentase jumlah keluarga pertanian di sekitar areal

IUPHHK PT. RATAH TIMBER. ... 35 Gambar 3 Rotan mentah yang dipungut dari hutan. ... 54 Gambar 4 Pemanfaatan rotan; (a) Lanjung; (b) Anjat ukuran sedang; (c) Anjat

ukuran besar. ... 55 Gambar 5 Pemanfaatan rotan yang dikombinasikan dengan daun Kajang dan

daun biru; (a) Seraung; (b) Tas gendong dan Tampi beras. ... 55 Gambar 6 Pemanfaatan getah karet; (a) Lahan masyarakat yang ditananami

Karet; (b) Getah karet yang ditores. ... 57 Gambar 7 Pohon Kempas (Koompassia excelsa) sebagai sarang madu hutan. . 60 Gambar 8 Jenis$jenis satwa liar yang dimanfaatkan dan diburu oleh masyarakat.

... 61 Gambar 9 Jerat yang dipasang di dalam hutan... 62 Gambar 10 (a) Kerusakan hutan akibat pembukaan jalan sarad (b)Kerusakan

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Peta areal konsesi PT. RATAH TIMBER ... 89

Lampiran 2 Identitas responden Desa Lutan ... 90

Lampiran 3 Identitas responden Desa Mamahak Teboq ... 92

Lampiran 4 Identitas responden Desa Mamahak Teboq Lanjutan... 93

Lampiran 5 Kepemilikan lahan responden Desa Lutan ... 94

Lampiran 6 Kepemilikan lahan responden Desa Lutan Lanjutan ... 95

Lampiran 7 Kepemilikan lahan responden Desa Mamahak Teboq ... 96

Lampiran 8 Kepemilikan lahan responden Desa Mamahak Teboq Lanjutan ... 97

Lampiran 9 Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu oleh responden Desa Lutan .. 98

Lampiran 10 Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu oleh responden Desa Mamahak Teboq ... 100

Lampiran 11 Pendapatan dari pemanfaatan hasil hutan bukan kayu oleh responden Desa Lutan ... 102

Lampiran 12 Pendapatan dari pemanfaatan hasil hutan bukan kayu oleh responden Desa Mamahak Teboq ... 104

Lampiran 13 Pengeluaran responden Desa Lutan untuk memenuhi kebutuhan sehari$hari berdasarkan BPS... 106

Lampiran 14 Pengeluaran responden Desa Mamahak Teboq untuk memenuhi kebutuhan sehari$hari berdasarkan BPS ... 108

Lampiran 15 Tingkat kesejahteraan responden Desa Lutan menurut indikator kemiskinan Sajogyo... 110

Lampiran 16 Tingkat kesejahteraan responden Desa Mamahak Teboq menurut indikator kesejahteraan Sajogyo ... 112

Lampiran 17 Pemahaman responden Desa Lutan dan Desa Mamahak Teboq mengenai pemanfaatan SDH yang lestari ... 114

Lampiran 18 Hasil uji validitas dan uji reliabilitas pemahaman pemanfaatan SDH dengan lestari ... 115

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem pada hamparan lahan yang luas yang berisi sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan yang berperan sangat penting bagi kehidupan di muka bumi ini. Paradigma baru sektor kehutanan telah memandang hutan sebagai multi fungsi, baik fungsi ekonomi, ekologi dan sosial. Selain multifungsi, sumber daya hutan juga bersifat multi komoditas berupa barang dan jasa. Adapun komoditas barang yaitu manfaat yang dapat dirasakan secara langsung berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu. Sedangkan, komoditas jasa adalah manfaat yang dirasakan secara tidak langsung.

Sebagai negara , Indonesia memiliki kekayaan hayati yang sangat beragam sekitar 30.000 $ 40.000 jenis tumbuhan yang tersebar di hutan tropis di tiap pulau. Dari jenis tersebut yang tersebar di hutan tropis, 5% diantaranya memberikan hasil hutan berupa kayu dan selainnya justru memiliki potensi memberikan hasil hutan bukan kayu. Selain itu, Indonesia memiliki fauna berupa satwa liar yang juga sangat beranekaragam.

Hasil hutan bukan kayu yang selanjutnya disebut dengan HHBK adalah hasil yang bersumber dari hutan selain kayu baik berupa benda$benda nabati seperti rotan, nipah, sagu, bambu, getah$getahan, biji$bijian, daun$daunan, obat$ obatan dan lain$lain maupun berupa hewani seperti satwa liar dan bagian$bagian satwa liar tersebut (tanduk, kulit, dan lain$lain).

Pemanfaatan sumber daya hutan dengan tujuan utama ekstraksi kayu ( ) masih mendominasi. Meski demikian, HHBK juga tidak dapat diabaikan begitu saja karena HHBK menjadi salah satu peluang yang tepat untuk dikembangkan dan hal ini tentu saja dapat mengurangi tingkat ketergantungan masyarakat terhadap hasil hutan kayu.

(17)

dapat diperoleh gratis dan mempunyai nilai ekonomi yang penting. Hal ini menjelaskan bahwa keberadaan HHBK diyakini paling bersinggungan dengan kepentingan masyarakat sekitar hutan dalam memenuhi kebutuhan pangan, papan maupun ritual dan lain$lain.

Tingkat pemanfaatan masyarakat yang tinggi terhadap hasil hutan diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran memelihara kawasan hutan. Tentu saja dengan bantuan tindakan pengelolaan sosial oleh perusahaan untuk memberikan jaminan akses pemanfaatan sumber daya hutan bagi kehidupan masyarakat.

Supaya hutan tetap memberikan manfaat yang optimal bagi perusahaan maupun masyarakat di sekitarnya maka dibutuhkan pengelolaan hutan lestari untuk pemanfaatan yang berkelanjutan. Pengelolaan hutan lestari tersebut dapat terwujud dengan adanya kesadaran masyarakat yang diikuti dengan pemahaman mereka terhadap pemanfaatan sumber daya hutan.

Dalam rangka mewujudkan pengelolaan hutan lestari dan memperhatikan kondisi sosial masyarakat sekitar hutan maka IUPHHK diwajibkan mengadakan program kelola sosial yang salah satunya adalah Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH). Program ini merupakan salah satu program yang dilakukan oleh IUPHHK untuk memberdayakan masyarakat yang hidup dan bertempat tinggal di dalam dan di sekitar hutan.

1.2 Perumusan Masalah

Secara sosiologis, keberadaan HHBK diyakini sepenuhnya paling bersinggungan dengan kepentingan masyarakat di sekitar hutan. HHBK terbukti menjadi penopang kelangsungan hidup masyarakat secara lintas generasi, sekaligus memberi dampak pada peningkatan penghasilan masyarakat sekitar hutan.

(18)

Keberadaan perusahaan Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) sebagai penghasil produksi kayu melalui kegiatan penebangan serta kegiatan lainnya akan berperan negatif terhadap ketersediaan hasil hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat dan mengancam kelestarian sumber daya hutan. Selain oleh IUPHHK, pemanfaatan HHBK oleh masyarakat yang tidak diikuti dengan pengelolaan secara berkelanjutan juga akan mempengaruhi ketersediaan HHBK yang ada. Pengurangan hasil hutan yang disebabkan oleh kegiatan tersebut tentu akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat yang masih mengandalkan HHBK sebagai sumber pendapatannya.

Dari permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan kajian mengenai tingkat pemanfaatan dan pemahaman masyarakat terhadap sumber daya hutan sehingga dapat merupakan dasar penentuan kebijakan pengembangan HHBK selanjutnya. Jika tingkat pemanfaatan masyarakat terhadap sumber daya hutan cukup tinggi maka dibutuhkan tindakan pengembangan HHBK yang sesuai dengan sumber daya yang dimiliki.

Adanya pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan dan pelestarian sumber daya hutan juga sangat dibutuhkan demi terwujudnya sumber daya hutan yang lestari. Hal ini karena pelestarian hutan tidak hanya berkaitan dengan kegiatan penebanganan, pemeliharaan, dan pemulihan ekosistem hutan tetapi juga menyangkut kehidupan masyarakat tradisional yang secara alamiah diakui sebagai faktor penentu dalam pelestarian hutan. Masyarakat yang menyadari pentingnya fungsi hutan bagi keseimbangan ekosistem akan selalu berusaha mempertahankan keberadaan dan peran serta sumber daya hutan bagi kehidupannya.

(19)

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui jenis$jenis hasil hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar hutan

2. Mengetahui tingkat pemanfaatan masyarakat desa sekitar hutan terhadap hasil hutan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya

3. Mengetahui tingkat pemahaman masyarakat desa sekitar hutan terhadap pemanfaatan sumber daya hutan yang lestari.

1.4 Manfaat

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

Menurut Peraturan Menteri No. P35/ Menhut$II/ 2007, hasil hutan bukan kayu yang selanjutnya disingkat HHBK adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu sebagai segala sesuatu yang bersifat material (bukan kayu) yang dimanfatkan bagi kegiatan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Dalam upaya mengubah haluan pengelolaan hutan dari

menuju , hasil hutan bukan kayu (HHBK) atau

(NTFP) memiliki nilai yang sangat strategis. Hasil hutan bukan kayu (HHBK) merupakan salah satu sumber daya hutan yang memiliki keunggulan komparatif dan bersinggungan langsung dengan masyarakat sekitar hutan. Sehingga, tidak dipungkiri lagi bahwa masyarakat di dalam maupun di sekitar kawasan hutan berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan hasil hutan bukan kayu.

Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan berupa bukan kayu dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK) yang tertuang pada Pasal 1 (13) dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 3 Tahun 2008 yang merupakan revisi dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 Tahun 2007, adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan bukan kayu dalam hutan alam pada hutan produksi melalui kegiatan pemanenan atau penebangan, pengayaan, pemeliharaan, dan pemasaran.

Klasifikasi dan Jenis jenis Hasil Hutan bukan Kayu (HHBK)

(21)

Kayu, maka dalam rangka pengembangan budidaya maupun pemanfaatannya HHBK dibedakan dalam HHBK nabati dan HHBK hewani.

1. Kelompok Hasil Hutan dan Tanaman

a. Kelompok Resin: agatis, damar, embalau, kapur barus, kemenyan, kesambi, rotan jernang, tusam.

b. Kelompok minyak atsiri: akar wangi, cantigi, cendana, ekaliptus, gaharu, kamper, kayu manis, kayu putih.

c. Kelompok minyak lemak: balam, bintaro, buah merah, croton, kelor, kemiri, kenari, ketapang, tengkawang.

d. Kelompok karbohidrat : aren, bambu, gadung, iles$iles, jamur, sagu, terubus, suweg.

e. Kelompok buah$buahan: aren, asam jawa, cempedak, duku, durian, gandaria, jengkol, kesemek, lengkeng, manggis, matoa, melinjo, pala, mengkudu, nangka, sawo, sarikaya, sirsak, sukun.

f. Kelompok tannin: akasia, bruguiera, gambir, nyiri, kesambi, ketapang, pinang, rizopora, pilang.

g. Bahan pewarna: angsana, alpokat, bulian, jambal, jati, kesumba, mahoni, jernang, nila, secang, soga, suren.

h. Kelompok getah: balam, gemor, getah merah, hangkang, jelutung, karet hutan, ketiau, kiteja, perca, pulai, sundik.

i. Kelompok tumbuhan obat: adhas, ajag, ajerar, burahol, cariyu, akar binasa, akar gambir, akar kuning, cempaka putih, dadap ayam, cereme.

j. Kelompok tanaman hias: angrek hutan, beringin, bunga bangkai, cemara gunung, cemara irian, kantong semar, pakis, palem, pinang merah.

k. Kelompok palma dan bambu: rotan ( , ,

), bambu ( , ,

, ), agel, lontar, nibung. l. Kelompok alkaloid: kina, dll.

2. Kelompok Hasil Hewan a. Kelompok hewan buru :

(22)

2. Kelas reptilia: buaya, bunglon, cicak, kadal, londok, tokek, jenis ular 3. Kelas amfibia: bebagai jenis katak

4. Kelas aves: alap$alap, beo, betet, kakatua, kasuari, kuntul merak, nuri perkici, serindit

b. Kelompok hasil penangkaran: arwana irian, buaya, kupu$kupu, rusa c. Kelompok hasil hewan: burung wallet, kutu lak, lebah, ulat sutera

HHBK dalam pemanfaatannya memiliki keunggulan dibanding hasil kayu, sehingga HHBK memiliki prospek yang besar dalam pengembangannya. Adapun keunggulan HHBK dibandingkan dengan hasil kayu adalah sebagai berikut:

1. Pemanfaatan HHBK tidak menimbulkan kerusakan yang besar terhadap hutan dibandingkan dengan pemanfaatan kayu. Karena pemanenannya tidak dilakukan dengan menebang pohon, tetapi dengan penyadapan, pemetikan, pemangkasan, pemungutan, perabutan dll.

2. Beberapa HHBK memiliki nilai ekonomi yang besar per satuan volume (gaharu).

3. Pemanfaatan HHBK dilakukan oleh masyarakat secara luas dan membutuhkan modal kecil sampai menengah. Dengan demikian pemanfaatannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan usaha pemanfaatannya dapat dilakukan oleh banyak kalangan masyarakat.

4. Teknologi yang digunakan untuk memanfaatkan dan mengolah HHBK adalah teknologi sederhana sampai menengah.

5. Bagian yang dimanfaatkan, yaitu: daun, kulit, getah, bunga, biji, kayu, batang, buah, dan akar cabutan. Dengan demikian pemanfaatan HHBK tidak menimbulkan kerusakan ekosistem hutan.

Walaupun HHBK memiliki keunggulan dibandingkan dengan hasil kayu, tetapi pemanfaatan HHBK belum dilaksanakan secara optimal. Beberapa permasalahan yang terkait dengan pemanfaatan HHBK adalah sebagai berikut:

(23)

2. Pemanfaatan HHBK hanya terfokus pada HHBK yang memiliki nilai ekonomi tinggi sehingga mengancam kelimpahan populasi HHBK.

3. Budidaya HHBK belum seluruhnya diketahui secara pasti. Karena selama ini pemanfaatan HHBK berasal dari hutan alam dan upaya untuk melakukan budidaya belum dilakukan. Sehingga perlu dilakukan upaya mendapatkan teknologi budidaya HHBK.

4. Pemanfaatan HHBK hanya dilakukan secara tradisional. Karena sifatnya tradisional maka kualitas produk masih rendah.

5. Tata niaga HHBK masih banyak yang tersembunyi dan ketiadaan akses informasi pasar sehingga tidak memberikan margin pemasaran yang besar pada petani/pengambil HHBK. Untuk itu perlu dilakukan analisis pemasaran untuk memberikan margin pemasaran yang besar bagi petani. 6. Pemerintah kurang memberikan kebijakan yang bersifat insentif baik pada

aspek pemanfaatan HHBK maupun pengembangannya. Pengembangan HHBK

Meskipun potensi hasil hutan bukan kayu cukup berlimpah tidak semua hasil hutan bukan kayu tersebut dapat dikembangkan. Ada beberapa strategi pengembangan yang harus dilakukan untuk memilih jenis prioritas hasil hutan bukan kayu yang diunggulkan dan layak untuk dikembangkan. Strategi pengembangan yang harus dilakukan harus sesuai dengan kriteria, indikator, dan standar yang ditetapkan. Tersedianya jenis komoditas HHBK unggulan maka usaha dan pemanfaatannya dan dapat dilakukan lebih terencana sehingga pengembangan HHBK dapat berjalan dengan baik, terarah, dan berkelanjutan.

(24)

arahan dalam mengembangkan jenis HHBK di tingkat pusat dan daerah. Sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. P 21/Menhut$II/2009 kriteria dan indikator HHBK unggulan adalah sebagai berikut:

1. Kriteria ekonomi

Kriteria ekonomi adalah aspek yang mengukur besaran ekonomi dari jenis HHBK yang sedang dievaluasi. Parameter ekonomi mempunyai bobot terbesar (35%) dalam pemilihan komoditas unggulan HHBK mengingat pengembangan HHBK diarahkan untuk pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Besaran ekonomi meliputi 7 (tujuh) indikator sebagai berikut:

a. Nilai perdagangan ekspor b. Nilai perdagangan dalam negeri c. Lingkup pasar

d. Potensi pasar internasional e. Mata rantai pasar

f. Cakupan pengusahaan g. Investasi usaha

2. Kriteria biofisik dan lingkungan

Biofisik dan lingkungan merupakan aspek yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan suatu jenis HHBK. Indikator$indikator pada kriteria biofisik dan lingkungan adalah sebagai berikut:

a. Potensi tanaman b. Penyebaran c. Status konservasi d. Budidaya

e. Aksesbilitas ke sumber HHBK 3. Kriteria kelembagaan

Kelembagaan merupakan aspek penting dalam penentuan tingkat keunggulan suatu komoditas HHBK karena menyangkut unsur pelaku dan tata aturan produksi dan perdagangan HHBK tersebut. Enam indikator pada kriteria kelembagaan yang dipergunakan dalam penentuan tingkat keunggulan suatu komoditas HHBK adalah sebagai berikut:

(25)

b. Asosiasi kelompok usaha

c. Aturan tentang komoditas bersangkutan d. Peran institusi

e. Standar komoditas bersangkutan

f. Sarana/fasilitas pengembangan bersangkutan 4. Kriteria sosial

Dipilihnya aspek sosial sebagai salah satu kriteria dalam penentuan tingkat keunggulan komoditas HHBK merupakan keberpihakan kepada masyarakat lokal dalam pengusahaan HHBK. Indikator yang dipilih berupa keterlibatan dan kepemilikan masyarakat dalam usaha HHBK adalah sebagai berikut:

a. Pelibatan masyarakat b. Kepemilikan usaha 5. Kriteria teknologi

Aspek teknologi dipilih sebagai kriteria penentuan unggulan komoditas HHBK karena memiliki peran dalam pengembangan HHBK tersebut baik dalam menjamin pasokan HHBK sebagai bahan baku maupun dalam peningkatan nilai tambah HHBK tersebut. Indikatornya adalah sebagai berikut:

a. Teknologi budidaya

b. Teknologi pengolahan hasil

Berdasarkan pengelompokannya HHBK terdiri dari 9 kelompok yang terdiri dari 557 spesies tumbuhan dan hewan. Namun, saat ini hanya terdapat 5 jenis HHBK yang ditetapkan pemerintah yang mendapat prioritas pengembangannya. Kelima komoditas HHBK unggulan tersebut,yaitu: rotan, bambu, lebah, sutera, dan gaharu.

2.2 Karakteristik Masyarakat

(26)

hutan adalah masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan, kesejahteraan, inisiasi, dan daya kreasi yang relatif rendah.

Pengelolaan sumber daya hutan dan komponen masyarakat sekitarnya merupakan hal penting dalam menjaga kelastarian hutan. Masyarakat lokal yang tinggal, hidup, dan mencari makan di sekitar hutan, kehidupannya telah menyatu dengan alam lingkungan yang saling mempengaruhi. Disisi lain, kehidupan masyarakat lokal sekitar hutan belum juga terangkat secara ekonomi dan masih tetap miskin.

Masyarakat lokal sekitar hutan tidak hanya memandang hutan sebagai penghasil produksi atau ekonomi saja, tetapi juga memandang sebagai sumber manfaat lain baik dari aspek ekologis maupun dari aspek cultural. Kepentingan masyarakat lokal sekitar hutan yang menyangkut sendi kehidupannya itu menimbulkan komitmen yang kuat guna memanfaatkan sumber daya hutan sebaik$baiknya yang tentunya, dengan kearifan lokal yang mereka punyai dalam pengelolaan hutan. Dengan demikian kelestarian hutan dan manfaat hutuan, kehidupan mereka secara individu dan kelompok serta dapat menjaga hubungan baik mereka dengan alam.

2.3 Pemberdayaan Masyarakat

Subejo dan Supriyanto (2004) memaknai pemberdayaan masyarakat sebagai upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui

dan " # sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial. Dalam pengertian yang lebih luas, pemberdayaan masyarakat merupakan proses untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu menempatkan diri secara proporsional dan menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk mencapai suatu keberlanjutan dalam jangka panjang.

(27)

saja bertujuan untuk mendapatkan manfaat yang optimal. Sesuai perkembangan paradigma pengelolaan kawasan hutan dalam Peraturan pemerintah RI No. 3 Tahun 2008 yang merupakan revisi dari Peraturan pemerintah RI No. 6 Tahun 2007 cenderung melibatkan masyarakat melalui pemberdayaan sehingga okupasi dan dapat diselesaikan. Pemberdayaan dapat dilakukan melalui pembentukan hutan desa, hutan kemasyarakatan, dan atau hutan kemitraan. Pada hutan lindung dan produksi pemberdayaan masyarakat dilaksanakan dengan membangun hutan desa.

Pemberian hak pengelolaan hutan desa baik oleh pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota sesuai kewenangannya memberikan fasilitas sebagai berikut:

1. Pengembangan kelembagaan dan Pengembangan usaha (Pembentukan kelompok tani dan fasilitasi)

2. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas SDM (Bimbingan teknologi, pendidikan, magang, dan latihan)

3. Peningkatan akses dan asset sosial(regulasi)

Terdapat 2 (dua) cakupan pada kelola sosial atau pemberdayaan masyarakat yaitu program pengembangan masyarakat yang terdiri dari PMDH (Pembinaan

Masyarakat Desa Hutan), CSR ( ! $ ), dan CD

( ) serta pengelolaan dan pemantauan dampak

lingkungan.

PMDH merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh pemegang HPH/HPHTI dengan menyumbang dan menyisihkan sebagian keuntungannya (sebagai biaya sosial) untuk membantu kesejahteraan masyarakat yang hidup di dalam dan sekitar hutan yang berdekatan dengan areal kerja HPH mereka. Sesuai dengan Kepmenhut No. 69/Kpts$II/1995 tentang kewajiban HPH dan HPHTI, Pembinaan Masyarakat di dalam dan di sekitar hutan bertujuan untuk :

1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan 2. Meningkatkan kualitas sumber daya hutan

(28)

unsur ekonomi dan sosial. Perusahaan dituntut tidak saja mengejar keuntungan ekonomi namun disisi lain perusahaan dituntun untuk memperhatikan kesejahteraan terhadap kondisi lingkungan.

Giarci (2001) memandang sebagai suatu hal yang memiliki pusat perhatian dalam membantu masyarakat pada berbagai tingkatan umur untuk tumbuh dan berkembang melalui berbagai fasilitasi dan dukungan agar mereka mampu memutuskan, merencanakan, dan mengambil tindakan untuk mengelola dan mengembangkan lingkungan fisiknya serta kesejahteraan sosialnya. Proses ini berlangsung dengan dukungan dan

" # yang dikembangkan masyarakat. Program

memiliki tiga karakter utama yaitu berbasis masyarakat ( ), berbasis sumber daya setempat ( ) dan berkelanjutan ( ). Setidaknya ada tiga alasan penting mengapa perusahaan melakukan

kegiatan , antara lain adalah:

1. Izin lokal untuk beroperasinya perusahaan dalam mengembangkan hubungan dengan masyarakat lokal.

2. Mengetahui sosial budaya masyarakat lokal.

3. Mengatur dan menciptakan strategi ke depan melalui program

% Reputasi hubungan baik antara perusahaan dengan

masyarakat lokal dan dapat menciptakan

kesempatan usaha yang baru.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Menjamin keseimbangan ekologis, ekonomi, maupun sosial budaya , serta kelestarian hutan Dan kawasan hutan.

2. Mengaktualisasikan akses masyarakat terhadap hutan dan kawasan hutan dalam rangka peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. 3. Melibatkan masyarakat desa setempat dalam pengelolaan hutan, sejak

tahap perencanaan, pelaksanaan hingga monev, khususnya PMDH.

(29)

2.4 Focus Group Discussion

FGD ( ) adalah suatu proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok. FGD merupakan bentuk penelitian kualitatif, dimana sekelompok orang yang bertanya tentang sikap mereka terhadap suatau permasalahan. Pertanyaan diminta dalam # dimana peserta bebas untuk bicara dengan anggota kelompoknya.

Menurut Irwanto (2006) keberhasilan FGD ditentukan oleh peranan moderator. Adapun prinsip$prinsip pada FGD adalah:

1. FGD merupakan kelompok diskusi interaktif, hidup, dan dinamis 2. FGD adalah bukan individu

3. FGD adalah diskusi terfokus bukan diskusi bebas

Beberapa kelebihan dalam pengumpulan informasi dengan menggunakan metode FGD adalah sebagai berikut:

1. Interaksi anggota kelompok bermanfaat menggali tanggapan, pendapat, dan saran selama diskusi

2. Prosedur penelitian berorientasi sosial

3. Biaya lebih rendah dan " (wawancara mendalam)

4. tinggi

5. Responden bisa bersikap lebih tinggi

Adapun kelemahan dalam pengumpulan informasi dengan metode FGD adalah sebagai berikut:

1. Efek dari peserta/anggota yang kemungkinan mendominasi diskusi

2. Sulitnya mengelompokkan responden yang pertanyaan atau pendapatnya ingin digali lebih dalam

3. Datanya bersifat kualitatif sehingga sangat tergantung kepada daya tafsir moderator

(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Pada awalnya, kegiatan pengelolaan hutan Indonesia didominasi oleh ekstraksi hutan berupa hasil hutan kayu. Pemanfaatan hutan dengan ekstraksi kayu telah mengakibatkan degradasi hutan sehingga menyebabkan kerusakan habitat hutan yang berdampak negatif terhadap ketersediaan HHBK. Namun paradigma tersebut telah bergeser menjadi sebuah paradigma pengelolaan hutan yang baru. Paradigma pengelolaan hutan yang semula terpusat pada ekstraksi kayu ( ) kini telah berubah menjadi pengelolaan hutan sebagai

sebuah ekosistem ( ) yang bersifat multi fungsi,

multi guna dan memuat multi kepentingan serta pemanfaatannya diarahkan untuk mewujudkan sebesar$besarnya kemakmuran rakyat.

Paradigma baru sektor kehutanan berorientasi pada dimensi ekologi yang bertujuan mempertahankan sumber daya, dimensi ekonomi yang mencakup komoditi dan jasa serta dimensi sosial yang mencakup manusia yang membuat proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pengelolaan hutan. Adanya pandangan tersebut maka diharapkan pengembangan pengelolaan hutan dilakukan dengan berbasiskan pengelolaan sumber daya hutan yang

berkesinambungan (! & ).

(31)

Menurut Sumadiwangsa dan Gusmailina (2006), pengembangan sumber daya hutan yang berkesinambungan membuka peluang pengembangan produk hasil hutan bukan kayu (HHBK) karena memiliki keunggulan yang komparatif serta sangat bersentuhan langsung dengan masyarakat sekitar hutan. Hasil hutan bukan kayu (HHBK) mampu memberikan dampak pada peningkatan penghasilan masyarakat sekitar hutan dan memberikan kontribusi yang berarti bagi penambahan devisa negara. Karena pada kenyataannya, keanekaragaman hayati yang terkandung di dalam ekosistem hutan hanya sekitar 5% saja yang memberikan hasil hutan berupa kayu dan bagian terbesar yakni 95% justru memiliki potensi memberikan hasil hutan bukan kayu. Dalam pengelolaan HHBK sebaiknya melibatkan pemberdayaan masyarakat. Sehingga dengan adanya pemberdayaan masyarakat terhadap pengembangan HHBK tentu saja akan membuka lapangan kerja baru dan hal tersebut tidak hanya bermanfaat bagi pihak pemerintah saja namun juga ikut menguntungkan masyarakat dan terutama terhadap kelestarian sumber daya hutan.

(32)

Keterangan

: Penggolongan kesadaran manusia menurut Freire : Batasan penelitian

: Pengaruh langsung : Pengaruh tidak langsung

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian.

Pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan SDH yang lestari

Pemanfaatan HHBK oleh masyarakat

Peningkatan pendapatan masyarakat dari

pemanfaatan HHBK

Kontribusi pemanfaatan HHBK terhadap pendapatan RT dan

kesejahteraan masyarakat

PENGELOLAAN HUTAN

Multi fungsi Multi guna Multi kepentingan

Kesadaran Kritis Kesadaran Naif Kesadaran magis

Pemberdayaan masyarakat

Pengembangan HHBK

Kriteria ekonomi

Kriteria kelembagaan Kriteria sosial

(33)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian tentang Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) oleh masyarakat desa sekitar hutan dilakukan di desa$desa sekitar kawasan hutan PT. RATAH TIMBER Kabupaten Samarinda, Kalimantan Timur. Penelitian dilakukan selama 2 bulan, mulai Bulan April sampai Bulan Mei 2011.

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah masyarakat desa sekitar kawasan hutan PT. RATAH TIMBER, yaitu: Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan yang berada di Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Samarinda, Kalimantan Timur.

3.4 Ruang Lingkup

1. Penelitian ini difokuskan pada tingkat pemanfaatan hasil hutan bukan kayu oleh masyarakat desa hutan di wilayah kerja IUPHHK$HA PT. RATAH TIMBER Samarinda, Kalimantan Timur.

2. Responden yang dipilih adalah masyarakat desa yang bertempat tinggal di sekitar hutan PT. RATAH TIMBER yaitu masyarakat Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan.

3. Hasil hutan bukan kayu adalah hasil yang bersumber dari hutan selain kayu baik berupa benda$benda nabati seperti rotan, nipah, sagu, bambu, getah$ getahan, biji$bijian, madu, daun$daunan, obat$obatan dan lain$lain maupun berupa hewani seperti satwa liar dan bagian$bagian satwa liar tersebut (tanduk, kulit, dan lain$lain).

3.5 Metode Penelitian

3.5.1 Metode pengambilan contoh

(34)

yang mudah menuju desa tersebut. Setiap desa dipilih 30 responden sehingga total responden kedua desa berjumlah 60 responden.

3.5.2 Metode pengumpulan data 1. Pendekatan

Untuk pengambilan data penelitian dilakukan dengan pendekatan FGD 2. Metode pengambilan data dan ragam data

a. Wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur/bebas pada responden

b. Observasi lapang

c. Studi literatur untuk menambah kelengkapan data yang diperoleh dengan cara mempelajari, mengutip buku dan laporan yang berkaitan dengan penelitian

d. Pengumpulan data statistik yang ikut membantu dalam penelitian 3.5.3 Metode analisis data

1. Karakteristik pemanfaatan sumber daya hutan dan non pemanfaatan sumber daya hutan

Pengolahan data mengenai karakteristik pemanfaatan sumber daya hutan dan non pemanfaatan sumber daya hutan dianalisis tabulasi secara kualitatif. Analisis kualitatif digunakan dalam menghubungkan karakteristik masyarakat, meliputi: nama, umur, jumlah keluarga, tingkat pendidikan, jenis kelamin, agama, dan mata pencaharian.

2. Penentuan jenis jenis pemanfaatan sumber daya hutan dan kontribusinya Pengolahan data pemanfaatan sumber daya hutan dilakukan dengan analisa data kuantitatif analisis tabulasi dengan menggunakan perhitungan statistik sederhana.

a. Nilai manfaat hasil hutan oleh masyarakat HKB = │V X Hk X f│

dan

Total pendapatan = ∑ HKBi Dimana:

HKB : Nilai hutan yang diambil masyarakat dari hutan (Rp/tahun)

(35)

Hk : harga hasil hutan (Rp/ikat, Rp/kg, Rp/m3, Rp/batang) F : frekuensi pengambilan hasil hutan (tahun)

I : jenis hasil hutan (1,2,..., n)

b. Kontribusi sumber daya hutan terhadap pendapatan total rumah tangga Pendapatan rumah tangga adalah pendapatan dari pekerjaan pokok maupun sampingan berupa pemanfaatan hasil hutan non kayu dan pendapatan non pemanfaatan sumber daya hutan. Persentase pendapatan masyarakat dari kegiatan pemanfaatan hasil hutan terhadap total pendapatan dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

k = dh/ (dh+dl) x 100% Dimana:

K = persentase pendapatan dari manfaat hasil hutan Dh = pendapatan dari manfaat hasil hutan

Dl = pendapatan dari luar manfaat hasil hutan

Pengeluaran perkapita (Rp/bulan/orang) =

Total pengeluaran Rumah tangga Rp Bulan Jumlah tanggungan keluarga orang

c. Metode penilaian pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan sumber daya hutan

(36)

3.5.4 Jenis Data yang Diperlukan

Tabel 1 Jenis data penelitian yang diperlukan No Jenis

data Klasifikasi Rincian data Sumber data

1 Data

Primer Data identitas responden Nama responden Alamat (desa, Kec, dusun) Umur

RT Sumber pendapatan Jumlah pendapatan Responden Pemanfaatan

HHBK Jenis HHBK yang dimanfaatkan Tujuan pemanfaatan HHBK (konsumsi,kayu bakar,dijual)

Rumah tangga Biaya kebutuhan sehari$hari (kebutuhan makan, kesehatan, transportasi, dll)

(37)

BAB IV

KONDISI UMUM

4.1 Kondisi Biofisik

1. Letak dan luas IUPHHK

Secara geografis areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER terletak pada 114o55’ – 115o30’ Bujur Timur dan 0o2’LS – 0o15’LU. Berdasarkan letak administrasi pemerintahan, areal tersebut berada dalam wilayah Kecamatan Long Hubung dan Kecamatan Laham, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan wilayah pemangkuan hutan IUPHHK PT. RATAH TIMBER termasuk dalam wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Mamahak Besar, Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai Barat, Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur.

Menurut pembagian wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS), areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER berada dalam wilayah DAS Mahakam yang tersebar pada Sub DAS Ratah. Adapun batas$batas areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2 Batas$batas wilayah pengusahaan hutan IUPHHK PT.RATAH TIMBER No Lokasi Berbatasan dengan

1 Utara Areal Penggunaan Lain (APL) dan IUPHHK$HA PT Seroja Universum Narwastu

2 Timur APL dan IUPHHK PT. Kedap Sayaaq

3 Selatan Hutan Negara (Non IUPHHK) dan Hutan Lindung Batu Buring Ayok

4 Barat Hutan Negara (Non IUPHHK) dan IUPHHK Agro City Kaltim

Sumber: RKUPHHK PT. RATAH TIMBER 2010

(38)

Tabel 3 Luas areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER berdasarkan fungsi

Sumber: 1. Peta penunjukan kawasan hutan dan perairan provinsi Kalimantan Timur 1:250.000 2. Peta lampiran perpanjangan IUPHHK PT. Ratah Timber

2. Jenis tanah dan geologi

Berdasarkan peta tanah tinjau Kalimantan skala 1:250.000 tahun 1976, areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER , memiliki tiga jenis tanah, yaitu podsolik merah kuning, latosol, dan aluvial. Luas masing$masing jenis tanah secara rinci disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4 Luas Real IUPHHK PT. RATAH TIMBER berdasarkan jenis tanah

No Jenis tanah

Sumber: Pengukuran Planimetris Peta Tanah Tinjau, skala 1:250.000 (Badan Pertahanan Nasional Unit Kalimantan Timur)

(39)

Tanah Podsolik merah kuning terbentuk di areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER sbagian besar adalah formasi Ujoh Bilang, yaitu mencakup areal seluas 76.418 Ha atau 81,8%.

3. Topografi

Hasil analisis kelas lereng berdasarkan peta garis bentuk dari potret udara skala 1:25.000 menunjukkan bahwa sebagian besar areal kerja (±71,9%) tergolong datar hingga landai. Di samping itu juga terdapat areal dengan kelerengan > 40% (sangat curam) seluas 496 ha. Kondisi topografi areal kerja selengkapnya disajikan pada tabel di bawah.

Tabel 5 Kondisi topografi areal kerja IUPHHK PT.RATAH TIMBER

Klasifikasi Kelas Lereng

Blok I (ha)

Blok II (ha) Jumlah

HP HPT HP Ha %

A : 0 – 8 % Datar 37.348 4.553 2.125 44.026 47,1 B : 9 – 15 % Landai 16.992 4.685 1.498 23.175 24,8 C : 16 – 25 % Agak curam 8.446 4.303 2.186 14.935 16,0

D : 26 – 40 % Curam 2.785 3.347 885 7.017 7,5

E : > 40 % Sangat curam 380 116 496 0,5

Tidak ada data 1. 039 2.737 3.776 4,0

Jumlah 20.005 6.810 93.425 100,0

Sumber: Pengukuran Digitasi Peta Kelas Lereng IUPHHK PT.RATAH TIMBER yang didasarkan pada peta garis bentuk skala 1:25.000

4. Iklim

a. Curah hujan

Menurut sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim, di areal IUPHHK PT.RATAH TIMBER termasuk iklim sangat basah atau tipe A dengan jumlah bulan basah adalah 12 bulan dengan nilai Q = 0% ( tidak ada bulan kering dengan curah hujan < 60 mm ). Curah hujan tahunan di wilayah ini sebesar 3.748 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 123 hari, dan suhu udara rata$rata 26, 7oC.

(40)

Tabel 6 Data curah hujan dan hari hujan bulanan rata$rata di sekitar areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER

No Bulan Curah hujan (mm) Hari hujan

1 Januari 399 11

2 Februari 147 4

3 Maret 348 6

4 April 372 11

5 Mei 310 9

6 Juni 159 8

7 Juli 170 9

8 Agustus 80 5

9 September 404 17

10 Oktober 407 12

11 November 552 17

12 Desember 400 14

Jumlah 3.748 123

Rata$rata 312 10

Sumber : Cabang Dinas Pertanian Kecamatan Long Iram Tahun 1999, dikutip dari RKUPHHK PT. RATAH TIMBER 2010

b. Suhu dan kelembapan udara

Kecepatan angin tertinggi tercatat sebesar 17 – 22 knot dengan frekuensi rata$rata 23 kali setahun, bertiup dari arah Timu Laut dan umumnya berlangsung antara bulan Januari – Maret. Selain bulan$bulan tersebut, angin bertiup dengan kecepatan antara 4 – 6 knot dari arah Utara ke Timur Laut atau Barat Laut.

5. Hidrologi

Areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER berada di dalam satu Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan beberapa Sub DAS, yaitu: Sub DAS Mahakam Ulu, Sub DAS Ratah, Sub DAS Hubung, Sub DAS Long Gelawang, Sub DAS Benturak, Sub DAS Nyerubungan, Sub DAS Pari dan Sub DAS Jerumai.

(41)

Tabel 7 Luas Sub DAS, Debit sungai dan kandungan sedimen dari beberapa titik sungai di areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER

No Stasiun Pengamatan (mDebit 3/detik) Residu total (mg/l) Sedimen (ton/th)

1 S. Mahakam *) 17,0 $

2 S. Benturak 1.290 8,0 0,89

3 S. Benturak Ilir 5.435 24,0 11,27

4 S. Nyerubungan Hilir 19.210 12,0 19,82

5 S. Ratah Hulu 26.540 7,0 17,20

6 S. Ratah Hilir 30.784 120,0 319,17

7 S. Pari 7.184 8,5 5,28

Sumber: RKUPHHK$HA PT. Ratah Timber Tahun 2010

(42)

Tabel 8 Sub$sub DAS di DAS PT. RATAH TIMBER No Nama Sub

DAS DAS (ha) Luas Sub No Nama Sub DAS DAS (ha) Luas Sub

1 Nyerubungan 80458.11 12 Muring 21378.33

2 Pari 40547.79 13 Sub DAS$sub DAS

kecil sekitar S. Ratah 28244.54

3 Jerumai 23771.07 14 S1 1202.04

Sumber: Identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi PT. Ratah Timber, Kalimantan Timur

6. Kondisi hutan

a. Penutupan lahan dan fungsi hutan

Berdasarkan hasil interpretasi citra Landsat 7 ETM+ Band 542 +$ " 117/60 liputan 11 Februari 2010 yang di$ , # dengan +$ " 118/60 liputan tanggal 2 Februari 2009, kondisi penutupan lahan areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER sebagian besar berupa hutan bekas tebangan yakni meliputi 75.123 ha (80,4 %), dan sisanya berupa hutan primer seluas 7.149 ha (7,6 %), non hutan 9.144 ha (9,8 %), dan areal tertutup awan 2.009 ha (2,2 %), sebagaimana disajikan pada tabel.

Tabel 9 Kondisi penutupan lahan di areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER

(43)

Perkiraan kondisi penutupan lahan areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER setelah dilakukan analisi dan koreksi terhadap areal yang tertutup awan serta prognosa realisasi tebangan sampai dengan akhir tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini.

Tabel 10 Perkiraan kondisi penutupan lahan di Areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER pada akhir 2010

No Penutupan lahan Fungsi dan peruntukan hutan (Ha)

HPT HP BZ HL Jumlah %

1 Hutan primer 2.487 4.330 332 7.149 7,6

2 Hutan bekas tebangan 16.431 58.269 2.432 75.123 82,6

3 Non hutan 477 8.464 233 9.144 9,8

Jumlah 17.356 73.072 2.997 93.425 1000 Sumber: Peta penafsiran citra Landsat Path/Row 117/60 liputan 11 Februari 2010 yang di$mozaick

dengan Path/Row 118/60 liputan tanggal 2 Februari 2009, dengan koreksi terhadap areal yang tertutup awan dan prognosa realisasi tebangan sampai dengan RKT 2010

Areal tidak berhutan lokasinya berada dalam satu hamparan yang relatif kompak, yang lokasinya berbatasan dengan Areal Penggunaan Lain (APL) di luar areal IUPHHK. Areal tersebut dalam kenyataanya di lapangan, sebagian besar merupakan lahan garapan masyarakat dalam bentuk ladang atau sawah tadah hujan.

b. Sediaan Tegakan Hutan

Hutan alam pada areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER merupakan hutan hujan tropika basah dengan ekologi hutan tanah kering yang ditumbuhi berbagai jenis vegetasi dari kelompok Dipterocarpaceae, antara lain: Meranti, Kapur, Bangkirai, Mersawa dan jenis Non Dipterocarpaceae, antara lain: Bintangur, Benuang, Nyatoh, dan lain$lain.

(44)

lingkungan lainnya. Tegakan yang ada pada umumnya adalah jenis$jenis pohon berdaun lebar, baik jenis komersil maupun non komersil.

Berdasarkan hasil Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) yang dilakukan pada November 2008$Januari 2009 diperoleh rata$rata sediaan tegakan (! #) per hektar pada areal berhutan jenis komersil dengan kelas diameter 10$19 cm sebanyak 209,26 batang/ha, dan kelas diameter 40 cm ke atas adalah 136,02 m3/ha dengan jumlah pohon 32,69 batang/ha.

Tabel 11 Sediaan Tegakan di Areal berhutan IUPHHK PT RATAH TIMBER berdasarkan hasil IHMB

No Kelompok

Jenis Ø 10$19 cm Ø 20$39 cm Ø >40 cm up N (Btg) N (Btg) V (M3) N (Btg) V (M3) 1 Meranti 10,368,106 3,617,947 2,345,957.39 1,597,826 7,173,354.29

2 Rimba campuran

3,504,298 1,719,463 1,131,052.48 569,201 1,877,237.70

3 Kayu indah 382,177 179,203 108,284.91 59,470 215,292.79

Jumlah 14,254,580 5,516,613 3,585,294.78 2,226,497 9,265,884.79

Rata$rata/ha 209,26 80.98 52.63 32.69 136.02

Sumber: RKUPHHK$HA PT. Ratah Timber Tahun 2010

Berdasarkan hasil IHMB tersebut diketahui bahwa di areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER masih cukup baik dan layak untuk dikelola dan diusahakan secara berkelanjutan, yaitu dengan menerapkan prinsip$prinsip pengelolaan hutan lestari, khususnya dalam hal pengaturan hasil hutan yang didasarkan pada sediaan tegakan dan kemampuan regenerasi dari hutan di areal tersebut.

c. Hasil Hutan Bukan Kayu

(45)

Tabel 12 Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Laham dan Long Hubung

Sumber: Data primer dari Studi PRA WWF Indonesia, 2010

Sebagian besar masyarakat masih memiliki ketergantungan dengan sumberdaya hutan dan sumberdaya alam. Pola perladangan (gilir balik) lahan kering untuk memenuhi kebutuhan pokok (padi, buah$buahan, sayur mayur), mencari ikan di sungai, mencari produk$produk non kayu seperti rotan dan gaharu menunjukkan mereka masih sangat kuat keterikatannya terhadap hutan. Namun sebagian masyarakat memperlakukan hutan sebagai tempat yang tidak secara langsung menyediakan karbohidrat, protein, dan obat$obatan tradisional tetapi sebagai sumber mata pencaharian yang dapat menghasilkan uang tunai.

(46)

dijumpai dan dimanfaatkan oleh masyarakat pada saat hutan baru dibuka pada kegiatan penebangan.

Selain sebagai sumber protein, masyarakat juga memanfaatkan satwa liar hasil buruan sebagai sumber pendapatan mereka. Seirng sekali mereka melakukan perburuan liar seperti pemasangan jerat. Awalnya jerat diperuntukan untuk babi namun beberapa jenis satwa lainnya ikut terjerat didalamnya seperti payau atau ayam butan. Beberapa jenis satwa liar yang terdapat dan masih ditemui di kawasan hutan PT. RATAH TIMBER, antara lain: babi hutan, rusa/payau, kijang, ayam hutan, kancil, banteng, kera, landak, musang,owa, burung enggang, burung merak, burung sempidan, burung pelatuk, beruang madu, kucing hutan, musang, bajing, tupai, dan beberapa jenis satwa liar lain.1)

Berdasarkan identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di areal konsesi PT. RATAH TIMBER, sebagian besar penduduk setempat takut ular, sekalipun dengan yang berukuran kecil. Selain spesies phyton yang mereka makan, penduduk setempat enggan untuk menangkap ular yang lain. Di antara spesies kadal, hanya biawak (- ) yang dikenal dan diburu oleh penduduk setempat. Seluruh spesies kura$kura dimakan oleh penduduk setempat, khususnya labi$labi (suku kura$kura yang berperisai lunak), yang berukuran besar, sering ditangkap dengan menggunakan pancing berumpan. Empedu labi$labi memiliki nilai yang sangat tinggi bagi masyarakat setempat karena reputasinya sebagai obat$obatan yang berkhasiat.

Sementara buaya senyulong ( ), hidup di sungai$sungai di dalam dan sekitar areal konsesi PT. RATAH TIMBER. Saat ini buaya sangat jarang ditemukan di wilayah ini, meskipun penduduk setempat menyatakan bahwa buaya masih dapat di temukan di daerah hulu Sungai Dason, Sungai Ratah dan Sungai Pariq. Sejumlah masyarakat mengungkapkan bahwa setidaknya ada satu buaya berukuran besar masih hidup di sekitar muara Sungai Pariq dan Sungai Dason.

Satwa cenderung berpindah ke tempat (migrasi) yang dirasa aman atau tempat lain yang cukup menyediakan kebutuhan hidupnya. Sebagai contoh di sungai batu sebelum dilakukan pemanenan secara besar$besaran dan merata, masih sering di jumpai kawanan banteng ( . ) berendam dan minum di

(47)

sungai tersebut. Namun pada saat ini banteng sulit ditemukan dan bahkan tidak dijumpai lagi di wilayah ini. Oleh karena itu perlu dilakukan inventarisai kawasan yang dapat mendukung konservasi keanekaragaman jenis di seluruh kawasan IUPHHK PT. RATAH TIMBER.

4.2 Kondisi Sosial dan Ekonomi a. Kependudukan

Menurut administrasi pemerintah, areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER berada di kecamatan Long Hubung dan Kecamatan Laham, Kabupaten kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Kecamatan Long Hubung pada saat ini terdiri atas 10 desa (2 Desa diantaranya merupakan hasil pemekaran), sedangkan kecamatan Laham terdiri atas 5 desa (satu desa merupakan desa hasil pemekaran). Dari ke$15 desa di kedua wilayah kecamatan tersebut, 11 desa di antaranya berada di sekitar areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER, sebagai berikut:

Tabel 13 Desa yang berada di sekitar areal IUPHHK$HA PT. RATAH TIMBER Kecamatan Long Hubung Kecamatan Laham

1. Desa Mamahak Teboq 1. Desa Muara Ratah

2. Desa Sirau 1) 2. Desa Long Gelawang

3. Desa Lutan 3. Desa Danum Paroy

4. Desa Datah Bilang Ilir 4. Desa Nyerubungan3) 5. Desa Datah Bilang Ulu Catatan:

1)merupakan hasil pemekaran Desa Mamahak Teboq

2)merupakan hasil pemekaran Desa Datah Bilang Ilir dan Datah Bilang Ulu

3)merupakan hasil pemekaran dari Desa Danum Paroy

6. Desa Datah Bilang Baru2) 7. Desa Long Hubung

Sumber: RKUPHHK PT. RATAH TIMBER Tahun 2010

(48)

mendiami desa$desa di wilayah tersebut terdiri dari suku Dayak Bahau (di Desa Long Gelawang), Dayak Punan (Desa Muara Ratah dan Laham), serta suku Bakumpai (di Desa Danum Paroy dan Nyerubungan).

Suku pendatang di 11 desa yang terdapat di dalam dan di sekitar areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER terdiri dari suku Banjar (Kalimantan Selatan), suku Jawa dan Sunda (Pulau Jawa), suku Madura, suku Makasar/Bugis (Sulawesi) dan Cina. Para pendatang pada umumnya tinggal di daerah$daerah pusat perdagangan atau bekerja di IUPHHK PT. RATAH TIMBER maupun perusahaan sejenis di sekitar wilayah tersebut. Jumlah total penduduk di desa$desa yang merupakan desa binaan PT. Ratah Timber sebanyak 8.588 orang dengan 2.072 kepala rumah tangga. Untuk mengetahui situasi kependudukan di masing$masing desa kajian bisa dilihat pada Tabel 13.

Tabel 14 Jumlah kepadatan penduduk di sekitar areal IUPHHK PT. RATAH

Sumber: Kecamatan Long Hubung Dalam Angka Tahun 2010, Kecamatan Laham dalam Angka

Tahun 2010

Keterangan:* Desa$desa tersebut belum tercantum dalam data Kecamatan Long Hubung Dalam

(49)

Berdasarkan data pada Kecamatan Long Hubung dalam Angka dan Kutai Barat dalam Angka terdapat komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin. Jumlah total penduduk laki$laki sebesar 4.601 orang dan jumlah total penduduk perempuan sebesar 3.987 orang sehingga adalah 951,78. Untuk mengetahui komposisi kependudukan di masing$masing desa kajian berdasarkan jenis kelamin bisa dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di desa sekitar areal kerja IUPHHK PT. Ratah timber

Keterangan: * Desa$desa tersebut belum tercantum dalam data Kecamatan Long Hubung Dalam Angka 2010 dan Kecamatan Laham dalam Angka Tahun 2008

b. Kehidupan Sosial Ekonomi

Sebagaimana karakteristik sosial ekonomi masyarakat pedalaman di pulau Kalimantan pada umumnya, masyarakat di sekitar areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER sebagian besar (± 90%) mengggantungkan sumber kehidupan dari alam di sekitarnya yang berupa sungai dan hutan. Pola berladang berpindah, usaha mencari ikan serta mencari rotan merupakan bentuk ketergantungan masyarakat terhadap alam sekitarnya. Masuknya beberapa perusahaan industri kayu (IUPHHK) serta tenaga kerja pendatang mempengaruhi pola berpikir dan pola hidup masyarakat Dayak lokal, dan mengakibatkan cukup banyak anggota masyarakat yang menerjuni sektor mata pencaharian non pertanian seperti berdagang, penyedia jasa angkutan atau bekerja di IUPHHK.

(50)

hunian yang berada di dilakukan antar air. Rumah$rumah masyarakat kan di tepi jalan yang sejajar dengan sungai, di 2,5 meter. Rumah$rumah mereka beratap sirap inding rumah umumnya terbuat dari kayu merant

).

k membuat rumah dengan cara mengambil kayu da mendapat bantuan bahan baku dari perusahaan ER. Salah satu hak sosial masyarakat yang hingga s

dan dilestarikan keberadaannya secara non$form rkan mata pencahariannya, masyarakat desa di

sebagian besar hidup dengan matapencaharian se erusaha di bidang pertambangan emas tradisiona at dalam kecamatan Long Hubung Dalam Angka da

ngka Tahun 2009, persentase keluarga di delapan PT. RATAH TIMBER yang bermata pencahar pai 90%.

yang dilakukan penduduk setempat umumnya be erupakan kegiatan bertani secara turun temurun da ereka terdahulu. Perladangan penduduk banyak dite u kiri sungai di sekitar daerah pemukiman dengan kom

padi, jagung, ketela/singkong, sayuran dan tanam rta tanaman buah.

(51)

c. Sarana Pendidikan

Fasilitas pendidikan masyarakat di delapan desa di sekitar areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER relatif masih terbatas.

Tabel 16 Jumlah sarana pendidikan di sekitar areal PT. RATAH TIMBER

No Desa (unit) SD (unit) SMP (unit) SMA

Sumber: Kecamatan Long Hubung Dalam Angka Taun 2009, Kecamatan Laham Dalam Angka Tahun 2009

Untuk tingkat Sekolah Dasar (SD), terdapat di semua desa, sedangkan untuk tingkat SD dan SMA, belum di semua desa terdapat sarana tersebut. Untuk melanjutkan sekolah ke tingkat SMP dan SMA, anak didik harus bersekolah ke desa terdekat atau ke ibukota kecamatan, ibukota kabupaten ataupun ibukota Provinsi Kalimantan Timur (Samarinda).

d. Masalah tenurial dalam kaitannya dalam kaitannya dengan kegiatan IUPHHK

Pemilikan tanah ulayat sering kali menimbulkan konflik, khususnya antara masyarakat adat dengan perusahaan IUPHHK. Bagi masyarakat, tanah garapan/ladang/pemukiman mereka pandang sebagai tanah ulayat, namun secara administrrasi berada dalam areal IUPHHK. Selain itu, penduduk juga mempunyai kebun rotan dan buah$buahan. Pemilikan kebun lebih jelas dibanding dengan pemilikan ladang karena sistem perladangan adalah pola perladangan tidak menetap.

(52)

Meskipun data secara pasti tentang jumlah perambahan hutan tidak tercatat, tetapi kegiatan ini sangat dirasakan akibatnya oleh perusahaan, berupa berkurangnya areal yang dapat diproduksi terutama pada lokasi yang berdekatan dengan Sungai Ratah dan anak sungainya. Untuk mengendalikan perambahan hutan yang dilakukan masyarakat, PT. RATAH TIMBER telah merencanakan untuk melakukan pemetaan partisipatif, didahului dengan kegiatan pengkajian

Desa Secara Partisipatif atau $ / (PRA).

4.3 Gambaran Umum Desa Penelitian 1. Desa Mamahak Teboq

a. Posisi Desa

Mamahak Teboq adalah salah satu desa yang terletak di dalam Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur dan berada di dalam kawasan konsesi perusahaan perkayuan PT. RATAH TIMBER. Desa Mamahak Teboq juga merupakan salah satu desa binaan dari 11 desa binaan PT. RATAH TIMBER. Desa Mamahak Teboq berbatasan dengan desa$desa yang ada di sekitar kawasan PT. RATAH TIMBER yaitu di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sirau, di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Ujoh Halang, di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kelian, dan di sebelah barat berbatasan dengan arah batas Provinsi Kalimantan Tengah.

b. Topografi desa

Wilayah Desa Mamahak Teboq sebagian besar bergelombang sampai berbukit dengan kelerengan landai samapai curam.

c. Jumlah penduduk

Berdasarkan data dari Kepala Desa Mamahak Teboq, jumlah penduduk yang berdomisili di desa Mamahak Teboq adalah 371 kepala keluarga dengan rincian 752 laki$laki dan 681 perempuan atau berjumlah 1.433 jiwa penduduk dengan kepadatan penduduk 18.81 jiwa/km2.

d. Penyebaran penduduk

Gambar

Gambar 1  Kerangka pemikiran penelitian.
Tabel 1  Jenis data penelitian yang diperlukan
Tabel 5  Kondisi topografi areal kerja IUPHHK PT.RATAH TIMBER
Tabel 6  Data curah hujan dan hari hujan bulanan rata$rata di sekitar areal IUPHHK PT
+7

Referensi

Dokumen terkait