PENGARUH PERBANDINGAN BIJI NANGKA DAN AIR DAN KONSENTRASI CARBOXY METHYL CELLULOSE (CMC)
TERHADAP MUTU YOGHURT SARI BIJI NANGKA
SKRIPSI
Oleh:
SRI MARLENA KETAREN
080305013/ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN
PENGARUH PERBANDINGAN BIJI NANGKA DAN AIR DAN KONSENTRASI CARBOXY METHYL CELLULOSE (CMC)
TERHADAP MUTU YOGHURT SARI BIJI NANGKA
SKRIPSI
Oleh:
SRI MARLENA KETAREN
080305013/ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Disetujui oleh: Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MP Ir. Setyohadi, M.Sc
Ketua Anggota
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN
ABSTRAK
SRI MARLENA KETAREN: Pengaruh Perbandingan Biji Nangka dan Air Dan Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose (CMC) terhadap Mutu Yoghurt Sari Biji Nangka. Dibimbing oleh Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MP. dan Ir. Setyohadi, M.Sc.
Penelitian dilakukan pada April-Mei 2012 di Laboratorium Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan perlakuan perbandingan biji nangka dan air (1:1, 1:2, 1:3, dan 1:4) dan konsentrasi carboxy methyl cellulose (0,1%; 0,2%; 0,3%; 0,4%). Parameter yang dianalisa adalah kadar total padatan, kadar protein, kadar total asam laktat, pH, total mikroba, uji organoleptik aroma, uji organoleptik rasa, uji organoleptik tekstur.
Hasil penelitian menunjukkan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar total padatan, kadar protein, kadar total asam laktat, pH, total mikroba, uji organoleptik rasa, uji organoleptik tekstur dan pengaruh berbeda nyata terhadap uji organoleptik aroma.
Kata kunci : Yoghurt sari biji nangka, biji nangka, konsentrasi carboxy methyl cellulose
ABSTRACT
SRI MARLENA KETAREN: The Effect of Ratio of Jackfruit Seed and Water and Carboxy Methyl Cellulose Concentration on the Quality of jackfruit seed extract yoghurt. Supervised by Herla Rusmarilin and Setyohadi.
The research was conducted on April to Mei 2012 in the Laboratory of Food Technology, Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara, Medan, using factorial completely randomised used design with ratio of jackfruit seed and water (1:1, 1:2, 1:3, and 1:4) and carboxy methyl cellulose concentration (0,1%; 0,2%; 0,3%, and 0,4%). Parameters analysed were total solid content, protein content, total lactid acid content, pH, total microbe, organoleptic value of flavour, taste, and texture.
The results indicated that the ratio of jackfruit seed and water and carboxy methyl cellulose concentration had highly significant effect on total solid content, protein content, total lactid acid content, pH, total microbe, organoleptic value of taste and texture, and had significant effect on organoleptic value of flavor.
Keywords : Jackfruit seed extract yoghurt, jackfruit seed, carboxy methyl cellulose concentration
RIWAYAT HIDUP
SRI MARLENA KETAREN dilahirkan di Tanjung Balai pada tanggal 14 Februari 1990. Anak bungsu dari tiga bersaudara dari Bapak Rahlan Ketaren
dan Ibu Asni Manurung.
Pada tahun 2002 penulis lulus dari SD Negeri No. 165737 Tebingtinggi.
Pada tahun 2005 lulus dari SLTP Negeri 2 Tebingtinggi, dan pada tahun 2008
lulus dari SMA Negeri 1 Tebingtinggi. Dan Pada tahun 2008 diterima di program
studi Ilmu dan Teknologi, Pangan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
melalui jalur UMB (Ujian Masuk Bersama).
Penulis telah mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Deli Sari
Murni Tapioka, di Kec. Tebingsyahbandar, Kab. Serdang Bedagai pada tanggal
Juni-Juli 2011.
Selama mengikuti kuliah, penulis aktif menjadi pengurus Ikatan
Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (IMITP) dan Badan Kenaziran Musholla
Al-Mukhlisin Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penulis juga pernah
menjadi asisten praktikum di Laboratorium Teknologi Pangan mulai tahun
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan nikmatNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Perbandingan Biji Nangka dan Air dan Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose (CMC) terhadap Mutu Yoghurt Sari Biji Nangka”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ayah, ibu,
dan kedua abang tercinta atas dukungan berupa moril dan materiil. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir.Herla Rusmarilin, MP dan Bapak
Ir. Setyohadi, M.Sc selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan berbagai masukan yang sangat berharga kepada
penulis.
Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf
pengajar dan pegawai di program studi Ilmu dan Teknologi Pangan, teman-teman
ITP 2008, teman-teman seperjuangan di BKM Al Mukhlisin, rekan-rekan asisten
Laboratorium Teknologi Pangan, dan beberapa senior THP 2007 yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini
bermanfaat.
Medan, Juni 2012
DAFTAR ISI
Pembuatan yoghurt sari biji nangka... 12
Pembuatan sari biji nangka ... 12
Bahan-Bahan Tambahan... 13
Susu bubuk ... 13
Gula ... 14
Carboxy methyl cellulose (CMC)... 16
BAHAN DAN METODE
Pelaksanaan Penelitian... 21
Pembuatan starter yoghurt ... 22
Pengamatan dan Pengukuran Data ... 22
Penentuan uji organoleptik aroma (numerik) ... 25
Penentuan uji organoleptik rasa (numerik)... 25
Penentuan uji organoleptik tekstur (numerik) ... 26
Skema Penelitian ... 27
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perbandingan Biji Nangka dan Air terhadap Parameter yang Diamati ... 29
Pengaruh Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose terhadap Parameter yang Diamati ... 30
Kadar Total Padatan Pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap kadar total padatan yoghurt sari biji nangka... 30
Pengaruh konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap kadar total padatan yoghurt sari biji nangka... 32
Pengaruh interaksi perbandingan biji nangka dan air dan konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap kadar total padatan yoghurt sari biji nangka ... 34
Kadar Protein Pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap kadar protein yoghurt sari biji nangka ... 34
Pengaruh konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap kadar protein yoghurt sari biji nangka ... 36
Pengaruh interaksi perbandingan biji nangka dan air dan konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap kadar protein yoghurt sari biji nangka ... 37
Kadar Total Asam Laktat Pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap kadar total asam laktat yoghurt sari biji nangka... 40
Pengaruh konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap kadar total asam laktat yoghurt sari biji nangka... 41
Pengaruh interaksi perbandingan biji nangka dan air dan konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap kadar total asam laktat yoghurt sari biji nangka... 42
pH Pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap pH yoghurt sari biji nangka ... 42
Pengaruh konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap pH yoghurt sari biji nangka ... 43
Total Mikroba
Pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap
total mikroba yoghurt sari biji nangka ... 46
Pengaruh konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap total mikroba yoghurt sari biji nangka ... 47
Pengaruh interaksi perbandingan biji nangka dan air dan konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap total mikroba yoghurt sari biji nangka ... 49
Uji Organoleptik Aroma Pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap uji organoleptik aroma yoghurt sari biji nangka ... 49
Pengaruh konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap uji organoleptik aroma yoghurt sari biji nangka ... 51
Pengaruh interaksi perbandingan biji nangka dan air dan konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap uji organoleptik aroma yoghurt sari biji nangka ... 51
Uji Organoleptik Rasa Pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap uji organoleptik rasa yoghurt sari biji nangka ... 52
Pengaruh konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap uji organoleptik rasa yoghurt sari biji nangka ... 53
Pengaruh interaksi perbandingan biji nangka dan air dan konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap uji organoleptik rasa yoghurt sari biji nangka ... 55
Uji Organoleptik Tekstur Pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap uji organoleptik tekstur yoghurt sari biji nangka ... 55
Pengaruh konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap uji organoleptik tekstur yoghurt sari biji nangka ... 57
Pengaruh interaksi perbandingan biji nangka dan air dan konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap uji organoleptik tekstur yoghurt sari biji nangka ... 59
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 60
Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 62
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
1. Perbandingan kandungan nutrisi biji nangka per 100 gram ... 6
2. Komposisi kimia tepung dan pati biji nangka ... 6
3. Syarat mutu yoghurt ... 10
4. Skala uji hedonik terhadap aroma ... 24
5. Skala uji hedonik terhadap rasa... 25
6. Skala uji hedonik terhadap tekstur ... 25
7. Pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap parameter yang diamati ... 28
8. Pengaruh konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap parameter yang diamati ... 29
9. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap kadar total padatan ... 30
10. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap kadar total padatan ... 31
11. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap kadar protein ... 33
12. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap kadar protein ... 35
13. Uji SLR efek utama pengaruh interaksi perbandingan biji nangka dan air dan konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap kadar protein ... 37
14. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap kadar total asam laktat ... 39
15. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap pH ... 41
17. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan biji nangka dan air
terhadap total mikroba ... 45
18. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi carboxy methyl cellulose total mikroba ... 47
19. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap uji organoleptik aroma ... 49
20. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap uji organoleptik rasa ... 51
21. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi carboxy methyl cellulose
terhadap uji organoleptik rasa ... 53
22. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan biji nangka dan
air terhadap uji organoleptik tekstur ... 55
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal
1. Struktur carboxy methyl cellulose ... 17 2. Skema pembuatan starter yoghurt ... 27
3. Skema pembuatan yoghurt sari biji nangka ... 28
4. Hubungan pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap
kadar total padatan ... 31
5. Hubungan konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap kadar total padatan ... 33
6. Hubungan pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap
kadar protein ... 35
7. Hubungan pengaruh konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap kadar protein ... 37
8. Hubungan interaksi antara perbandingan biji nangka dan air dan
konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap kadar protein ... 39 9. Hubungan pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap kadar
total asam laktat... 41
10. Hubungan pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap
kadar pH ... 43
11. Hubungan pengaruh konsentrasi carboxy methyl cellulose
terhadap kadar pH ... 45
12. Hubungan pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap
total mikroba ... 47
13. Hubungan pengaruh konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap total mikroba ... 48
14. Hubungan pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap
uji organoleptik aroma ... 50
15. Hubungan pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap
16. Hubungan pengaruh konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap
uji organoleptik rasa... 54
17. Hubungan pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap
uji organoleptik tekstur ... 56
18. Hubungan pengaruh konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap
ABSTRAK
SRI MARLENA KETAREN: Pengaruh Perbandingan Biji Nangka dan Air Dan Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose (CMC) terhadap Mutu Yoghurt Sari Biji Nangka. Dibimbing oleh Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MP. dan Ir. Setyohadi, M.Sc.
Penelitian dilakukan pada April-Mei 2012 di Laboratorium Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan perlakuan perbandingan biji nangka dan air (1:1, 1:2, 1:3, dan 1:4) dan konsentrasi carboxy methyl cellulose (0,1%; 0,2%; 0,3%; 0,4%). Parameter yang dianalisa adalah kadar total padatan, kadar protein, kadar total asam laktat, pH, total mikroba, uji organoleptik aroma, uji organoleptik rasa, uji organoleptik tekstur.
Hasil penelitian menunjukkan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar total padatan, kadar protein, kadar total asam laktat, pH, total mikroba, uji organoleptik rasa, uji organoleptik tekstur dan pengaruh berbeda nyata terhadap uji organoleptik aroma.
Kata kunci : Yoghurt sari biji nangka, biji nangka, konsentrasi carboxy methyl cellulose
ABSTRACT
SRI MARLENA KETAREN: The Effect of Ratio of Jackfruit Seed and Water and Carboxy Methyl Cellulose Concentration on the Quality of jackfruit seed extract yoghurt. Supervised by Herla Rusmarilin and Setyohadi.
The research was conducted on April to Mei 2012 in the Laboratory of Food Technology, Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara, Medan, using factorial completely randomised used design with ratio of jackfruit seed and water (1:1, 1:2, 1:3, and 1:4) and carboxy methyl cellulose concentration (0,1%; 0,2%; 0,3%, and 0,4%). Parameters analysed were total solid content, protein content, total lactid acid content, pH, total microbe, organoleptic value of flavour, taste, and texture.
The results indicated that the ratio of jackfruit seed and water and carboxy methyl cellulose concentration had highly significant effect on total solid content, protein content, total lactid acid content, pH, total microbe, organoleptic value of taste and texture, and had significant effect on organoleptic value of flavor.
Keywords : Jackfruit seed extract yoghurt, jackfruit seed, carboxy methyl cellulose concentration
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Yoghurtadalah produk
Fermentasi dari laktosa menghasilkan asam laktat yang bekerja pada protein susu
sehingga membuat yoghurt lebih padat serta memiliki tekstur, citarasa, dan aroma
yang khas. Umumnya yoghurt dibuat menggunakan susu sapi, namun ada
beberapa yoghurt juga yang berasal dari nabati, misalnya soyghurt dari kacang kedelai dan cocoghurt dari santan kelapa. Santan kelapa dapat dijadikan minuman fermentasi karena memiliki kandungan karbohidrat yang berupa sukrosa, fruktosa,
dan glukosa yang dapat difermentasi oleh L. bulgaricus dan S. thermophilus menjadi senyawa-senyawa asam organik. Yoghurt santan kelapa (cocoghurt) mempunyai kandungan zat gizi yang berbeda dibanding yoghurt pada umumnya.
Cocoghurt biasanya memiliki kandungan lemak yang cukup tinggi.
Yoghurt memiliki dua kelebihan dibanding susu segar sebagai bahan
pangan. Pertama, karena selama fermentasi kandungan laktosa turun, maka
yoghurt lebih mudah dicerna oleh orang yang alergi laktosa. Jika susu rata-rata
bisa 90% dicerna dalam waktu tiga jam, maka yoghurt hanya dibutuhkan waktu
satu jam. Sebagai tambahan, bakteri hidup dalam yoghurt juga menghasilkan
enzim laktasenya. Enzim ini diperlukan untuk mendegdradasi laktosa yang ada
dalam yoghurt. Dengan demikian sebagian besar penderita alergi laktosa tak perlu
khawatir mengalami gejala alergi setelah memakan yoghurt. Kedua, yoghurt lebih
awet dibanding susu segar. Lemak susu merupakan media yang mengandung
nutrisi yang mudah rusak oleh mikroba kontaminan. Dalam beberapa jam, susu
bertahan hingga beberapa hari, bahkan jika dimasukkan ke lemari pendingin
yoghurt dapat disimpan hingga beberapa minggu lamanya. Hal ini disebabkan
asam laktat pada yoghurt berfungsi seperti pengawet alami.
Nangka adalah salah satu jenis buah yang paling banyak ditanam di
daerah tropis. Buah nangka cukup terkenal di seluruh dunia. Tanaman ini diduga
berasal dari India bagian selatan yang kemudian menyebar ke daerah tropis
lainnya, termasuk Indonesia. Di Indonesia, pohon nangka dapat tumbuh hampir di
setiap daerah.
Bagian dari buah nangka yang umum dikonsumsi adalah nangka muda,
nangka masak, dan bijinya. Buah nangka memiliki beragam manfaat untuk
kesehatan, diantaranya : memperkuat sistem kekebalan tubuh karena mengandung
vitamin C yang merupakan antioksidan yang sangat baik, kaya akan kalium untuk
mengontrol tekanan darah dan bisa mengurangi resiko terkena penyakit jantung,
stroke, dan juga baik untuk menjaga keseimbangan elektrolit, mengandung
fitonutrien seperti lignan, isoflavon, dan saponin yang membentuk proteksi tubuh
melawan timbulnya sel kanker, kandungan vitamin A da
baik untuk menjaga dan memelihara kesehatan kulit, dan mengandung mineral
seperti mangan, zat besi, vitamin B6, niasin, asam folat yang berfungsi untuk
mengoptimalkan fungsi tubuh.
Biji nangka merupakan sumber karbohidrat (36,7 g/100 g), protein
(4,2 g/100 g), dan energi (165 kkal/100 g) yang cukup tinggi sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang potensial. Umumnya biji nangka
dikonsumsi setelah direbus, dibakar, atau digoreng. Biji nangka juga merupakan
sumber mineral yang baik. Kandungan mineral per 100 gram biji nangka adalah
Biji nangka memiliki kandungan gizi yang tinggi, namun sebaiknya tidak
berlebihan dalam mengkonsumsinya, karena didalam biji nangka terdapat
senyawa oligosakarida yang sulit diserap dalam proses pencernaan sehingga dapat
menyebabkan terjadinya fermentasi (digunakan sebagai sumber energi) oleh
bakteri-bakteri yang terdapat dalam saluran pencernaan. Akibatnya akan terbentuk
gas-gas seperti karbondioksida, hidrogen dan sejumlah kecil metana. Gas-gas
inilah yang akhirnya menumpuk dalam lambung dan menimbulkan flatulensi.
Carboxy methyl cellulose (CMC) adalah salah satu bahan tambahan
makanan berupa bahan penstabil yang berfungsi sebagai pengikat air dan
pembentuk gel. CMC bisa ditambahkan pada proses pembuatan yoghurt. Level
penggunaan CMC pada produk makanan seperti yoghurt atau ice cream harus kurang dari 1% dan pada umumnya hanya 0,1% - 0,5%. Penggunaan bahan
penstabil berguna untuk meningkatkan viskositas dan mencegah terjadinya
sineresis pada yoghurt. Tetapi penggunaan bahan penstabil yang berlebihan dapat
menyebabkan efek pada tekstur serta penampakan yoghurt yang kasar.
Pengolahan biji nangka menjadi yoghurt dapat menurunkan kadar
oligosakarida sehingga terjadinya flatulensi dapat dicegah. Senyawa oligosakarida
yang tidak dapat dicerna oleh tubuh merupakan substrat yang baik bagi
pertumbuhan mikroorganisme. Yoghurt sari biji nangka juga merupakan salah
satu alternatif untuk meningkatkan keanekaragaman produk pangan, serta untuk
meningkatkan nilai ekonomi biji nangka yang selama ini sering dibuang,
walaupun ada sebagian kecil masyarakat yang mengolahnya untuk dijadikan
makanan misalnya dibakar atau direbus. Selain itu, merupakan alternatif
pengganti dari yoghurt susu hewani atau bahan nabati yang umumnya berasal
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mencoba melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Perbandingan Biji Nangka dan Air dan Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose (CMC) Terhadap Mutu Yoghurt Sari Biji Nangka”.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh perbandingan biji nangka dan air dan
konsentrasi carboxy methyl cellulose (CMC) yang sesuai terhadap mutu yoghurt sari biji nangka.
Kegunaan Penelitian
Sebagai sumber data dalam penyusunan skripsi di Program Studi Ilmu dan
Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sebagai informasi ilmiah bagi masyarakat dalam pembuatan yoghurt sari biji
nangka dengan mutu yang baik. Sebagai bahan rujukan bagi penelitian
selanjutnya.
Hipotesis Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Biji Nangka
Biji nangka diketahui banyak mengandung karbohidrat, protein, dan
energi yang tidak kalah besar dibanding buahnya, begitu juga kandungan
mineralnya seperti kalsium dan fosfor yang cukup banyak. Hal ini mendorong
pengolahan biji nangka dalam berbagai bentuk olahan (Anneahira, 2010).
Biji nangka merupakan sumber karbohidrat (36,7 g/100 g), protein (4,2
g/100 g), dan energi (165 kkal/100 g), sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pangan yang potensial. Biji nangka juga merupakan sumber mineral yang baik.
Kandungan mineral per 100 gram biji nangka adalah fosfor (200 mg), kalsium (33
mg), dan besi (1,0 mg). Selain dapat dimakan dalam bentuk utuh, biji nangka juga
dapat diolah menjadi tepung. Selanjutnya dari tepungnya dapat dihasilkan
berbagai makanan olahan (Astawan, 2007).
Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa kandungan oligosakarida
tertinggi diperoleh dari daging kelapa, embrio kelapa, daging nangka, dan biji
nangka. Dua diantaranya yaitu daging nangka dan biji nangka telah dikonfirmasi
merupakan prebiotik yang selektif dalam fermentasi mikroflora dalam suatu
sistem usus buatan (Wichienchot, dkk., 2011). Oligosakarida adalah jenis
karbohidrat yang merupakan polimer dari dua sampai sepuluh monosakarida yang
berhubungan dengan timbulnya flatulensi, yaitu menumpuknya gas-gas dalam
perut. Pada umumnya terdapat tiga senyawa oligosakarida yang meyebabkan
flatulensi, yaitu rafinosa, stakiosa, dan verbakosa. Ketiga jenis oligosakarida di
atas tidak dapat dicerna, karena mukosa usus mamalia (termasuk manusia) tidak
oligosakarida tersebut tidak dapat diserap oleh tubuh. Banyak usaha yang telah
dikerjakan untuk menghilangkan oligosakarida, yang paling umum adalah
perendaman yang diikuti proses perkecambahan, dan fermentasi (Uransyah,
2011). Hasil pemecahan oligosakarida rafinosa, stakiosa, dan verbakosa oleh
bakteri dalam usus besar akan menghasilkan gas. Mikroba juga dapat
memanfaatkan oligosakarida tersebut, yaitu kelompok bakteri asam laktat
(misalnya Lactobacillus casei dan bifidobacterium longum) yang dapat tumbuh dalam usus besar manusia dan dapat menekan pertumbuhan mikroba patogen.
Oligosakarida yang dapat digunakan untuk mendukung pertumbuhan mikroba
probiotik disebut dengan prebiotik (Kusnandar, 2010).
Perbandingan kandungan biji nangka dengan gandum, beras giling,
jagung segar, dan singkong dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan kandungan nutrisi biji nangka per 100 gram
Komposisi Biji nangka Gandum Beras
giling
Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Indonesia (2009)
Sari biji nangka dapat digunakan sebagai alternatif pengganti susu sapi dan
sari kedelai. Berdasar uji laboratorium, kandungan fosfor dan kalsium susu biji
nangka lebih tinggi daripada susu kedelai. Sementara kadar lemaknya justru lebih
rendah. Biji nangka ternyata punya banyak manfaat. Ampas saringan biji nangka
pun bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuat kue (Liputan6, 2009). Komposisi
Tabel 2. Komposisi kimia tepung dan pati biji nangka
Sumber: Mukprasirt dan Sajjaanantakul (2003)
Yoghurt
Yoghurt adalah produk susu fermentasi berbentuk semi solid yang
dihasilkan melalui proses fermentasi susu dengan menggunakan bakteri asam
laktat. Melalui perubahan kimiawi yang terjadi selama proses fermentasi
dihasilkan suatu produk yang mempunyai tekstur, flavor, dan rasa yang khas
selain itu juga mengandung nilai nutrisi yang lebih baik dibandingkan susu segar.
Secara tradisional, pada pembuatan yoghurt digunakan kultur starter campuran
Lactobacilus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus dengan perbandingan 1:1 (Hidayat, dkk., 2006).
Produk susu fermentasi seperti yoghurt dan kefir telah dikonsumsi oleh
banyak orang diseluruh penjuru dunia dan seperti semua makanan fermentasi
lainnya susu fermentasi mengandung banyak jenis bakteri menguntungkan yang
penting untuk sistem pencernaan. Lebih dari itu susu fermentasi sangat
berpengaruh baik bagi keseluruhan kesehatan manusia sebagai makanan
fungsional yang kini dianggap sebagai probiotik (Wahyudi dan Samsundari,
2008).
Proses fermentasi dilakukan sampai pH mencapai 4,4-4,5 yang diikuti
dengan terbentuknya flavor asam yang khas karena terbentuknya
pH rendah (asam), protein susu akan mengalami koagulasi sehingga terbentuk
koagulan, yang makin lama makin banyak (Wahyudi dan Samsundari, 2008).
Yoghurt dibuat dengan mengasamkan susu, menggunakan biakan murni
bakteri. Terdapat dua spesies bakteri yang umum dipakai, yaitu
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus. Bakteri tersebut mengubah laktosa susu menjadi asam laktat, yang bersama-sama dengan berbagai
hasil lain membentuk flavor yoghurt yang khas. Asam juga menyebabkan
koagulasi protein susu dan membantu mengawetkan yoghurt
(Gaman dan Sherrington, 1997).
Beberapa manfaat yoghurt bagi kesehatan antara lain : dapat membuat
pencernaan lebih sehat, mampu mengatasi
berguna untuk mencega
Bakteri asam laktat dalam produk fermentasi mempunyai berbagai
manfaat untuk kesehatan karena mikroba-mikroba probiotik yang digunakan dapat
memperbaiki keseimbangan mikroflora saluran pencernaan. Salah satu
mekanismenya adalah sebagai probiotik yang dapat menekan pertumbuhan bakteri
penyebab penyakit saluran pencernaan, karena bakteri asam laktat memproduksi
senyawa antimikroba, antara lain bakteriosin, hidrogen peroksida, dan berbagai
antibiotik. Bakteri asam laktat membentuk koloni dan menciptakan lingkungan
dalam saluran pencernaan sedemikian rupa sehingga terjadi kompetisi dalam
pemenuhan nutrisi, disamping juga tempat perlekatan yang kemudian
mengakibatkan pertumbuhan bakteri patogen yang masuk ke tubuh terhambat
Manfaat yoghurt yang diuraikan oleh dr. Carmen. M. Siagian (Shvoong,
2009) yaitu :
1. Membantu penderita lactose intolerance.
Penyebabnya adalah defisiensi atau kekurangan enzim pencerna laktosa. Sehingga
setiap kali minum susu, butiran laktosanya akan tertinggal dipermukaan lubang
usus halus dan menyerap air dari sekitarnya yang kemudian memunculkan diare.
Dalam yoghurt, laktosa susu sudah dipecah oleh bakteri Lactobacillus bulgaricus melalui proses fermentasi, hingga mudah diserap tubuh.
2. Degradasi kolesterol
Penelitian pada beberapa orang yang mengkonsumsi yoghurt secara teratur dalam
jumlah dan waktu tertentu ternyata menunjukkan jumlah kolesterol dalam serum
darahnya menurun. Mekanisme penurunan kolesterol ini bisa terjadi karena
bakteri asam laktat yang ada dalam yoghurt dapat mendegradasi kolesterol
menjadi coprostanol. Coprostanol ini merupakan zat yang tak dapat diserap oleh
usus. Sebuah laporan mengenai hal ini memaparkan bahwa penurunan kolesterol
oleh bakteri Lactobacillus dapat mencapai kisaran 27-38%. 3. Menghambat mikroba patogen
Flora usus pengkonsumsi yoghurt terbukti sulit ditumbuhi kuman-kuman patogen
atau kuman yang dapat menyebabkan penyakit. Dengan terhambatnya
pertumbuhan sekaligus matinya mikroba patogen dalam lambung dan usus halus
bisa menghindari munculnya berbagai penyakit akibat infeksi atau intoksikasi
4. Antikanker saluran cerna
Bakteri-bakteri yang berperan dalam yoghurt dapat mengubah zat-zat
prekarsinogenik (zat-zat pemicu kanker) yang ada dalam saluran pencernaan,
hingga mampu menghambat terjadinya kanker.
5. Mencegah jantung koroner
Bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus yang terdapat dalam yoghurt, akan menghasilkan asam folat dan vitamin B kompleks, kedua vitamin ini
berguna mencegah munculnya penyakit jantung koroner.
Kultur yoghurt mempunyai peran penting dalam proses asidifikasi dan
fermentasi susu. Kualitas hasil akhir yoghurt sangat dipengaruhi oleh komposisi
dan preparasi kultur starter. yang umum digunakan adalah L. bulgaricus dengan suhu optimum 42-45oC dan Streptococcus thermophilus dengan suhu optimum 38-42oC. Selama pertumbuhan terjadi simbiosis antara kedua jenis bakteri.
S. thermophilus akan berkembang lebih cepat mengawali pembentukan asam laktat melalui fermentasi laktosa. Aktivitas enzim proteolitik dari L. bulgaricus menyebabkan terurainya protein susu, menghasilkan asam-asam amino dan
peptide-peptide yang akan menstimulasi pertumbuhan Streptococcus. Lactobacillus juga akan menguraikan lemak, menghasilkan asam-asam lemak yang memberikan flavor khas produk akhir yoghurt (Hidayat, dkk., 2006).
Fermentasi susu menjadi yoghurt dilakukan dengan bantuan bakteri asam laktat yaitu Lactobacilus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. L. bulgaricus adalah bakteri gram positif berbentuk batang dan tidak membentuk endospora. Dalam susu, L. bulgaricus akan mengubah laktosa menjadi asam laktat. Bakteri asam laktat bersifat termodurik dan homofermentatif, dengan suhu
optimum untuk pertumbuhannya sekitar 450C. Kondisi optimum untuk
bakteri gram positif berbentuk bulat, sering pertumbuhanya berbentuk rantai.
Bakteri ini dapat diklasifikasikan sebagai bakteri homofermentatif dan termodurik
dengan pH optimum untuk pertumbuhannya sekitar 6,5 (Helferich, dkk., 1980).
Syarat mutu yoghurt dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Syarat mutu yoghurt (SNI Yoghurt 2981)
No. Kriteria
* sesuai dengan Pasal 2 (istilah dan definisi)
Pembuatan Yoghurt Sari Biji Nangka Pembuatan sari biji nangka
Dibuat sari biji nangka dengan cara merebus biji nangka dalam waktu
sepuluh menit, hingga sedikit empuk. Namun jangan sampai mendidih karena
dapat merusak protein yang ada dalam biji nangka. Kulit biji nangka dikupas dan
diblender sampai halus dengan mencampurkan air dengan perbandingan 1:1.
Setelah biji nangka halus, kemudian disaring untuk memperoleh sari biji nangka.
(Indonesiaberprestasi, 2009).
Pemanasan
Pemanasan bertujuan untuk mematikan organisme patogen sehingga
memacu pertumbuhan bakteri asam laktat, memecah beberapa zat, dan memacu
perubahan kimiawi yang menghasilkan faktor-faktor untuk pertumbuhan mikroba.
Perlakuan ini akan menambah bahan kering dan kekentalan yoghurt. Pemanasan
dilakukan pada suhu 90oC selama 15 menit (Luthana, 2008).
Homogenisasi
Homogenisasi campuran bahan-bahan setelah pasteurisasi sangat
diperlukan untuk mendapatkan campuran yang benar-benar homogen sehingga
tidak dapat terjadi pemisahan cream selama inkubasi dan penyimpanan, juga untuk memperoleh konsistensi yang stabil. Homogenisasi juga dapat
meningkatkan partikel-partikel kasein sehingga dapat memperbaiki konsistensi
gel selama proses koagulasi (Hidayat, dkk., 2006).
Inokulasi starter
Inokulasi starter dilakukan pada suhu 40-45oC. Starter yang ditambahkan
S. thermophillus dan L. bulgaricus termasuk kedalam golongan homofermentatif yaitu golongan bakteri asam laktat yang merombak glukosa menjadi asam laktat
sebagai produk utamanya (Luthana, 2008).
Inkubasi
Inkubasi bertujuan untuk memberikan kondisi yang sesuai dengan kondisi
pertumbuhan bakteri. Inkubasi dilakukan pada suhu 43oC selama 4 – 6 jam.
Kriteria selesainya pemeraman sebenarnya lebih baik mengacu bila keasaman
sudah mencapai 0,85 – 0,95% atau pH 4 – 4,5 sebagai asam laktat. Selama
pemeraman akan timbul senyawa-senyawa asam laktat, asetaldehida, diasetil,
asam asetat, dan senyawa-senyawa yang mudah menguap yang dihasilkan oleh
bakteri-bakteri starter. Senyawa-senyawa tersebut akan memberikan cita rasa
spesifik pada yoghurt (Luthana, 2008).
Pendinginan
Pendinginan harus segera dilakukan setelah fermentasi supaya tidak terjadi
asidifikasi lanjut. Diusahakan penurunan suhu menjadi 15-20°C dapat tercapai
dalam waktu 1-1,5 jam, pada tahap ini masih terjadi pembentukan flavor.
Selanjutnya yoghurt yang sudah jadi disimpan pada suhu 5-6°C
(Hidayat, dkk., 2006).
Bahan-Bahan Tambahan Susu bubuk
Susu bubuk ada yang dibuat dari susu penuh atau susu skim. Banyak pula
yang ditambahkan beberapa zat gizi, seperti vitamin A, D, dan kalsium. Susu
Susu yang dihilangkan zat lemaknya terkenal dengan skim milk atau susu nonfat (Tarwotjo, 1998).
Komposisi susu bubuk bervariasi tergantung bahan bakunya, karena
sebagian besar airnya dihilangkan maka bahan keringnya naik kira-kira dengan
proporsi yang sama. Komposisi susu bubuk dari bahan baku susu penuh (whole milk), kadar air 3,5%, protein, 25,2%, lemak 26,2%, laktosa 38,1% dan mineral sebesar 7% (Belitzdan Grosch, 1987).
Susu murni (full cream) mengandung kadar lemak yang tinggi sekitar 3.5%. Segelas susu murni (250 ml) memenuhi 40% kebutuhan vitamin D dan 20%
kalsium. sedangkan susu skim kandungan lemaknya hanya 0,3%, dengan kadar kasium yang lebih tinggi dari susu full cream. Dalam setiap 250 ml susu skim terdapat 301 mg kalsium dan dalam susu full cream hanya 276 mg kalsium (Herawati, 2011).
Gula
Gula adalah suatu
dan komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam
bentuk
dan keadaan makanan atau
diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam), menyimpa
yang akan digunakan ole
Jenis-jenis gula (dekstrosa, sukrosa, sirup glukosa) digunakan sebagai
formulasi untuk menghasilkan flavour, tekstur dan karakteristik akhir yang
diinginkan. Gula-gula tersebut juga menyediakan substrat yang diperlukan selama
Gula disamping sebagai sumber rasa (manis) juga merupakan sebagai
sumber energi yang baik untuk mikroorganisme. Semakin besar jumlah gula
ditambahkan maka substrat yang tersedia bagi mikroba semakin banyak dan
pertumbuhannya semakin banyak dan cepat sehingga aktivitas mendegradasi
laktosa dan bahan organik lainnya menjadi asam organik semakin tinggi pula
(Scribd, 2011).
Penambahan gula juga berpengaruh pada kekentalan gel yang terbentuk.
Gula akan menurunkan kekentalan, hal ini disebabkan gula akan mengikat air,
sehingga pembengkakan butir-butir pati terjadi lebih lambat, akibatnya suhu
gelatinisasi lebih tinggi. Adanya gula akan menyebabkan gel lebih tahan terhadap
kerusakan mekanik (Winarno, 1992).
Sumber gula yang dapat ditambahkan adalah sukrosa, laktosa, glukosa
atau fruktosa. Jenis gula yang berbeda akan menghasilkan asam-asam organik
yang berbeda yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya perbedaan
kualitas yoghurt. Hasil metabolisme karbohidrat (gula) berupa asam-asam organik
akan mempengaruhi citarasa dan ikut menentukan kualitas yoghurt
(Rahman, dkk., 1992).
Sukrosa atau gula pasir biasa terdapat dalam jumlah besar dalam banyak
tumbuhan dan secara niaga diperoleh dari tebu. Karena ikatan-ikatan karbonil ke
karbonil yang unik, sukrosa sangat labil dalam medium asam, dan hidrolisis asam
terjadi lebih cepat daripada hidrolisis oligosakarida lain (deMan, 1997).
Bermacam-macam substrat dapat dipakai untuk melangsungkan fermentasi
yaitu serealia, pati, laktosa, glukosa, dan sukrosa sebagai sumber karbon,
sedangkan asam amino, protein, nitrat, garam amonium, dan sisa fermentasi
pembentukan produk fermentasi, medium yang digunakan akan berpengaruh
terhadap pH (Kunaepah, 2008).
Carboxy methyl cellulose (CMC)
Turunan selulosa yang dikenal sebagai yang dikenal sebagai carboxy
methyl cellulose (CMC) sering dipakai dalam industri makanan untuk
mendapatkan tekstur yang baik. Misalnya pada pembuatan es krim, pemakaian
CMC akan memperbaiki tekstur dan kristal laktosa yang terbentuk akan lebih
halus. CMC juga sering dipakai dalam bahan makanan untuk mencegah terjadinya
retrogradasi. Pembuatan CMC ini adalah dengan cara mereaksikan NaOH dengan
selulosa murni, kemudian ditambahkan Na kloroasetat
ROH + NaOH R-ONa + HOH
R-ONa + ClCH2COONa R-CH2COONa + NaCl
Karena CMC mempunyai gugus karboksil, maka viskositas larutan CMC
dipengaruhi oleh pH larutan, pH optimum adalah 5, dan bila pH terlalu rendah
(<3), CMC akan mengendap (Winarno, 1992).
Carboxy methyl cellulose bersifat biodegradable, tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun, butiran atau bubuk yang larut dalam air namun tidak larut
dalam larutan organik, stabil pada rentang pH 2 – 10, bereaksi dengan garam,
logam berat membentuk film yang tidak larut dalam air, transparan, serta tidak
bereaksi dengan senyawa organik (Wayan, 2009).
CMC dapat membentuk sistem dispersi koloid dan meningkatkan
viskositas sehingga partikel-partikel yang tersuspensi akan tertangkap dalam
sistem tersebut dan tidak mengendap oleh pengaruh gaya gravitasi
CMC dapat mencegah pengendapan protein pada titik isoelektrik dan
meningkatkan kekentalan, disebabkan bergabungnya gugus karboksil CMC
dengan gugus muatan positif dari protein (Fardiaz, 1986).
Na-CMC akan terdispersi dalam air, kemudian butir-butir Na-CMC yang
bersifat hidrofilik akan menyerap air dan terjadi pembengkakan. Air yang
sebelumnya ada di luar granula dan bebas bergerak, tidak dapat bergerak lagi
dengan bebas sehingga keadaan larutan lebih mantap dan terjadi peningkatan
viskositas (Fennema, dkk., 1996).
Mekanisme bahan pengental dari Na-CMC mengikuti bentuk konformasi
extended atau streched Ribbon (tipe pita). Tipe tersebut terbentuk dari 1,4 –D glukopiranosil yaitu dari rantai selulosa. Bentuk konformasi pita tersebut
karena bergabungnya ikatan geometri zig-zag monomer dengan jembatan
hidrogen dengan 1,4 - D glukopiranosil lain, sehingga menyebabkan susunannya
menjadi stabil. Na-CMC yang merupakan derivat dari selulosa memberikan
kestabilan pada produk dengan memerangkap air dengan membentuk jembatan
hidrogen dengan molekul Na-CMC yang lain (Belitz dan Grosch, 1987). Rumus
struktur dari carboxy methyl cellulose (Laskowski, 2001) dapat dilihat pada Gambar 1.
Na-CMC akan terdispersi dalam air, kemudian butir-butir Na-CMC yang
bersifat hidrofilik akan menyerap air dan terjadi pembengkakan. Air yang
sebelumnya ada di luar granula dan bebas bergerak, tidak dapat bergerak lagi
dengan bebas sehingga keadaan larutan lebih mantap dan terjadi peningkatan
viskositas (Fennema, dkk., 1996).
CMC merupakan molekul anionik yang mampu mencegah terjadinya
pengendapan protein pada titik isoelektrik dan meningkatkan viskositas produk
pangan, disebabkan bergabungnya gugus karboksil CMC dengan gugus muatan
positif dari protein (Fardiaz, 1986). Menurut Ganz (1997) CMC merupakan gum
hidrokoloid yang banyak mengandung gugus karboksil dan mudah terhidrolisis,
sehingga akan meningkatkan nilai pH pada bahan. Selanjutnya dikatakan bahwa
semakin tinggi konsentrasi CMC pada bahan maka semakin tinggi gugus
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan April - Mei 2012 di Laboratorium
Teknologi Pangan program studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji nangka dari buah
nangka morfologis, susu bubuk full cream, gula, dan starter yoghurt Biokul Plain.
Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah CMC (carboxy methyl cellulose), K2SO4 : CuSO4, H2SO4 pekat, NaOH 40%, H2SO4 0,02N, indikator mengsel, NaOH 0,1N, indikator phenolpthalein 1%, PCA, NaOH 0,02N.
Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital,
Metode Penelitian (Bangun, 1991)
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap
(RAL), yang terdiri dari dua faktor, yaitu:
faktor I : Perbandingan biji nangka dan air (B) yang terdiri dari 4 taraf,
yaitu :
B1 = 1 : 1
B2 = 1 : 2
B3 = 1 : 3
B4 = 1 : 4
faktor II : Konsentrasi carboxy methyl cellulose (CMC) (C) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu:
C1 = 0,1 %
C2 = 0,2 %
C3 = 0,3 %
C4 = 0,4 %
Banyaknya kombinasi perlakuan atau Treatment Combination (Tc) adalah 4 x 4 = 16, maka jumlah ulangan (n) minimum adalah sebagai berikut:
Tc (n-1) ≥ 15
16 (n-1) ≥ 15
16 n ≥ 31
n ≥ 1,93...dibulatkan menjadi 2
Model Rancangan (Bangun, 1991)
Penelitian ini dilakukan dengan model rancangan acak lengkap (RAL) dua
faktorial dengan model sebagai berikut:
Ŷijk = µ + αi + βj + (αβ)ij +
ε
ijkdimana:
Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor B pada taraf ke-i dan faktor C pada taraf
ke-j dalam ulangan ke-k
µ : Efek nilai tengah
α
i : Efek faktor B pada taraf ke-iβj : Efek faktor C pada taraf ke-j
(αβ)ij : Efek interaksi faktor B pada taraf ke-i dan faktor C pada taraf ke-j
ε
ijk : Efek galat dari faktor B pada taraf ke-i dan faktor C pada taraf ke-jdalam ulangan ke-k
Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji
dilanjutkan dengan uji beda rataan, menggunakan uji Least Significant Range (LSR).
Pelaksanaan Penelitian Pembuatan starter yoghurt
Susu bubuk sebanyak 80 g ditambahkan gula pasir sebanyak 2%, kemudian
dilarutkan dengan air sebanyak 500 ml. Dipanaskan pada suhu 80oC selama 20
menit. Suhunya diturunkan sampai 45oC, kemudian ditambahkan yoghurt
Dilakukan pasasi sebanyak 3 kali. Skema pembuatan starter yoghurt dapat dilihat
pada Gambar 2.
Pembuatan yoghurt sari biji nangka
Biji nangka diblanching selama 10 menit. Dikupas kulit biji nangka.
Diblender biji nangka dengan air pada suhu 80oC dengan perbandingan 1:1, 1:2,
1:3, dan 1:4. Disaring bubur biji nangka. Lalu dididihkan. Sari biji nangka
ditambahkan carboxy methyl cellulose (CMC) dengan perbandingan 0,1%, 0,2%, 0,3%, dan 0,4%. Lalu ditambahkan gula 2% dan susu bubuk 15%. Dipasteurisasi
selama 20 menit. Didinginkan sampai suhunya 45oC. Kemudian ditambahkan
starter sebanyak 5%. Diinkubasi pada suhu 45oC selama 6 jam. Dilakukan analisis
terhadap total padatan, kadar protein, total asam, pH, total mikroba, uji
organoleptik aroma, uji organoleptik rasa, dan uji organoleptik tekstur. Skema
pembuatan yoghurt sari biji nangka dapat dilihat pada Gambar 3.
Pengamatan dan Pengukuran Data
Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisis terhadap
parameter sebagai berikut:
1. Kadar total padatan
2. Kadar protein
3. Kadar total asam laktat
4. Uji pH
5. Total mikroba
6. Uji organoleptik aroma (numerik)
7. Uji organoleptik rasa (numerik)
Penentuan total padatan (Fox, 1981)
Ditimbang cawan kosong yang sebelumnya telah dipanaskan di dalam
oven suhu 100oC selama 10 menit. Ditimbang 2 g contoh dan dimasukkan ke
dalam cawan. Diletakkan cawan di oven pada suhu 80oC selama 2 jam.
Didinginkan dalam desikator selama 15 menit. Ditimbang cawan dan isinya
sampai beratnya konstan. Dihitung total padatan dengan rumus :
Total padatan (%) = berat akhir
berat awal x 100%
Penentuan kadar protein (Sudarmadji, dkk., 1989)
Kadar protein ditetapkan dengan cara contoh dihitung dengan
menentukan nitrogen yang dikalikan dengan faktor konversi dan protein
ditetapkan secara semi makro Kjedhal. Contoh yang telah dikeringkan sebanyak 0,2 g dimasukkan kedalam tabung Kjedhal dan ditambahkan 2 g K2SO4 dan
CUSO4 (1:1) dan 3 ml H2SO4 pekat lalu didestruksi sampai cairan berwarna hijau
jernih dan dibiarkan dingin. Setelah dingin ditambahkan 10 ml aquades dan
dipindahkan ke erlenmeyer 500 ml. Ditambahkan 10 ml NaOH 40% atau lebih
sampai terbentuk warna hitam dan segera didestilasi. Hasil penyulingan
ditampung dengan erlenmeyer berisi 25 ml H2SO4 0,02 N dan 3 tetes indikator
mengsel (425 mg metil merah dan 500 mg metil biru yang dilarutkan dengan 100
ml alkohol 96%). Hasil sulingan dititrasi dengan larutan NaOH 0,02 N sampai
terjadi perubahan warna dan juga dilakukan dengan cara yang sama pada blanko
Kadar protein (%) = (b−c) x N x 0,014 x FK
a x 100%
Keterangan: a = bobot contoh (g) b = titrasi blanko (ml) c = titrasi contoh (ml)
N = Normalitas larutan NaOH yang digunakan FK = Faktor konversi
Penentuan total asam laktat (Fox, 1981)
Ditimbang contoh sebanyak 18 gram, dimasukkan ke dalam labu ukur
dan ditambahkan aquadest sampai volume 100 ml. Dihomogenkan dan diambil
filtratnya sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu ditambahkan
phenolpthalen 1% sebanyak 2-3 tetes kemudian dititrasi dengan menggunakan
NaOH 0,1 N. Titrasi dihentikan setelah timbul warna merah jambu yang stabil.
Kadar asam laktat dapat dihitung sebagai berikut:
Asam laktat (%) = ml NaOH x N NaOH x 0,09 x FP
berat awal x 100%
Keterangan: FP = Faktor Pengencer
Uji pH (Apriyantono, dkk., 1989)
Penetapan pH menggunakan pH meter yang telah dilakukan kalibrasi
dengan larutan buffer pada pH 4 dan 7. Kemudian pH meter dinyalakan dan
dibiarkan sampai stabil (15 – 30 menit). Elektroda pada pH meter dibilas dengan
alikuot sampel atau aquades (jika menggunakan aquades, keringkan elektroda
dengan kertas tissue). Setelah itu elektroda dicelupkan ke dalam larutan sampel
dan di-set pengukur pH-nya. Elektroda dibiarkan tercelup di dalam larutan selama
beberapa saat sampai diperoleh pembacaan yang stabil. Kemudian pH sampel
Penentuan total mikroba dengan metoda total plate count (Fardiaz, 1992) Bahan diambil sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan aquadest 9 ml dan diaduk sampai merata. Hasil
pengenceran ini diambil dengan pipet volume sebanyak 0,1 ml kemudian
ditambahkan aquadest 9,9 ml. Pengenceran ini dilakukan sampai 108.
Dari hasil pengenceran pada tabung reaksi yang terakhir diambil
sebanyak 1 ml dan diratakan pada medium agar PCA yang telah disiapkan di atas
cawan petridish, selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu 32oC dengan
posisi terbalik. Jumlah koloni yang ada dihitung dengan colony counter.
Total koloni =jumlah koloni hasil perhitungan × 1 FP
Keterangan: FP = Faktor Pengencer
Penentuan uji organoleptik aroma (Soekarto, 1985)
Penentuan uji organoleptik aroma dilakukan dengan uji kesukaan atau uji
hedonik. Caranya contoh diuji secara acak dengan memberikan kode pada bahan
yang akan di uji kepada 15 panelis yang melakukan penilaian. Penilaian dilakukan
berdasarkan kriteria seperti tabel berikut :
Tabel 4. Skala uji hedonik terhadap aroma
Skala hedonik Skala numerik
Sangat suka 4
Suka 3
Agak suka 2
Penentuan uji organoleptik rasa (Soekarto, 1985)
Penentuan uji organoleptik rasa dilakukan dengan uji kesukaan atau uji
hedonik. Caranya contoh diuji secara acak dengan memberikan kode pada bahan
yang akan di uji kepada 15 panelis yang melakukan penilaian. Penilaian dilakukan
berdasarkan kriteria seperti tabel berikut:
Tabel 5. Skala uji hedonik terhadap rasa
Skala hedonik Skala numerik
Sangat suka 4
Suka 3
Agak suka 2
Tidak suka 1
Penentuan uji organoleptik tekstur (Soekarto, 1985)
Penentuan uji organoleptik tekstur dilakukan dengan uji kesukaan atau
uji hedonik. Caranya contoh diuji secara acak dengan memberikan kode pada
bahan yang akan di uji kepada 15 panelis yang melakukan penilaian. Penilaian
dilakukan berdasarkan kriteria seperti tabel berikut :
Tabel 6. Skala uji hedonik terhadap tekstur
Skala hedonik Skala numerik
Sangat padat 4
Padat 3
Agak padat 2
Gambar 2. Skema pembuatan starter yoghurt Susu bubuk 80 g
Ditambahkan gula 2%
Ditambahkan air 500 ml
Dipanaskan pada suhu 80oC selama 20 menit
Suhu diturunkan sampai 45oC
Ditambahkan yoghurt komersial “Biokul” 5%
Diinkubasi pada suhu 45oC selama 6 jam
Starter yoghurt Dilakukan pasasi
Gambar 3. Skema pembuatan yoghurt sari biji nangka Biji nangka
Diblanching selama 10 menit
Dikupas kulit biji
Diblender dengan air panas 80oC Perbandingan biji
Ditambahkan gula 2% dan susu bubuk full cream 15%
Dipasteurisasi pada suhu 63oC selama 20 menit
Didinginkan sampai suhu 45oC
Ditambahkan starter 5%
Analisa:
1. Kadar total padatan 2. Kadar protein 3. Total asam laktat 4. pH
5. Total mikroba
6. Uji organoleptik aroma 7. Uji organoleptik rasa 8. Uji organoleptik tekstur
Diinkubasi pada suhu 45oC selama 6 jam
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Perbandingan Biji Nangka dan Air terhadap Parameter yang Diamati
Hasil penelitian pengaruh perbandingan biji nangka dan air pada yoghurt
sari biji nangka yang dihasilkan terhadap kadar total padatan, kadar protein, kadar
total asam laktat, pH, total mikroba, uji organoleptik aroma, uji organoleptik
warna, uji organoleptik rasa, dan uji organoleptik tekstur dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7. Pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap parameter yang diamati
Secara umum hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
perbandingan biji nangka dan air berpengaruh terhadap kadar total padatan, kadar
protein, kadar total asam laktat, pH, total mikroba, uji organoleptik aroma, uji
organoleptik rasa, dan uji organoleptik tekstur.
Pengaruh Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose Terhadap Parameter yang Diamati
protein, kadar total asam laktat, pH, total mikroba, uji organoleptik aroma, uji
organoleptik warna, uji organoleptik rasa, dan uji organoleptik tekstur dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Pengaruh konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap parameter yang diamati
Secara umum hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
konsentrasi carboxy methyl cellulose berpengaruh terhadap kadar total padatan, kadar protein, kadar total asam laktat, pH, total mikroba, uji organoleptik aroma,
uji organoleptik rasa, dan uji organoleptik tekstur.
Kadar Total Padatan
Pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap kadar total padatan yoghurt sari biji nangka
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa
perbandingan biji nangka dan air memberi pengaruh berbeda sangat nyata
(P<0,01) terhadap kadar total padatan yoghurt sari biji nangka yang dihasilkan.
Hasil uji LSR pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap kadar total
Tabel 9. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan B1 berbeda nyata dengan
perlakuan B2, dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan B3 dan B4. Perlakuan B2
berbeda sangat nyata dengan B3 dan B4. Perlakuan B3 berbeda sangat nyata
dengan perlakuan B4. Total padatan tertinggi diperoleh pada perlakuan B1 (1:1)
sebesar 22,85% sedangkan total padatan terendah diperoleh pada perlakuan B4
(1:4) sebesar 21,15%.
Hubungan perbandingan biji nangka dan air terhadap total padatan yoghurt
sari biji nangka dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Hubungan pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap kadar total padatan
Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa semakin besar perbandingan biji
nangka dan air yang ditambahkan maka total padatan yoghurt sari biji nangka 22.85 22.46
semakin rendah. Total padatan merupakan bagian padat dari bahan yang
dicampurkan, nilai nutrisi yang terkandung di dalamnya terdiri dari protein,
lemak, karbohidrat, vitamin, mineral yang tidak larut. Diduga semakin banyak
jumlah air maka semakin besar pula kemampuan untuk melarutkan kandungan
nutrisi yang ada pada yoghurt sari biji nangka, sehingga total padatan akan
semakin menurun.
Pengaruh konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap kadar total padatan yoghurt sari biji nangka
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa
konsentrasi carboxy methyl cellulose memberi pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar total padatan yoghurt sari biji nangka yang dihasilkan.
Hasil uji LSR pengaruh terhadap kadar total padatan yoghurt sari biji nangka
dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap kadar total padatan
Jarak LSR Konsentrasi CMC Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - C1 = 0,1% 19,20 d D
2 0,291 0,400 C2 = 0,2% 21,67 c C
3 0,305 0,421 C3 = 0,3% 23,03 b B
4 0,313 0,431 C4 = 0,4% 24,40 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa perlakuan C1 berbeda sangat nyata
dengan perlakuan C2, C3 dan C4. Perlakuan C2 berbeda sangat nyata dengan
perlakuan C3 dan C4. Perlakuan C3 berbeda sangat nyata dengan perlakuan C4.
Total padatan tertinggi diperoleh pada perlakuan C4 (0,4%) sebesar 24,40%
sedangkan total padatan terendah diperoleh pada perlakuan C1 (0,1%) sebesar
Hubungan konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap kadar total padatan yoghurt sari biji nangka dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Hubungan konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap kadar total padatan
Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi carboxy methyl cellulose yang ditambahkan maka total padatan yoghurt sari biji nangka semakin tinggi. Hal ini karena carboxy methyl cellulose bersifat hidrofilik yang mampu menyerap molekul air yang menyebabkan air tidak dapat bergerak lagi
dengan bebas. Sehingga semakin besar konsentrasi carboxy methyl cellulose maka kemampuan air untuk melarutkan kandungan nutrisi yang ada pada yoghurt sari
biji nangka semakin kecil dan total padatan akan tetap tinggi. Hal ini sesuai
dengan Fennema, dkk (1996) yang menyatakan Na-CMC yang bersifat hidrofilik
akan menyerap air dan terjadi pembengkakan. Air yang sebelumnya ada di luar
granula dan bebas bergerak, tidak dapat bergerak lagi dengan bebas.
ŷ = 16,96c + 17,835
Pengaruh interaksi perbandingan biji nangka dan air dan konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap kadar total padatan yoghurt sari biji nangka
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa interaksi
perbandingan biji nangka dan air dan konsentrasi carboxy methyl cellulose memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap total padatan
yoghurt sari biji nangka yang dihasilkan, sehingga uji SLR tidak dilanjutkan.
Kadar Protein
Pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap kadar protein yoghurt sari biji nangka
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa
perbandingan biji nangka dan air memberi pengaruh berbeda sangat nyata
(P<0,01) terhadap kadar protein yoghurt sari biji nangka yang dihasilkan. Hasil uji
LSR pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap kadar protein yoghurt
sari biji nangka dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap kadar protein
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa perlakuan B1 berbeda sangat nyata
dengan perlakuan B2, B3, dan B4. Perlakuan B2 berbeda sangat nyata dengan
perlakuan B3 dan B4. Perlakuan B3 berbeda sangat nyata dengan perlakuan B4.
sedangkan kadar protein terendah diperoleh pada perlakuan B4 (1:4) sebesar
5,25%.
Hubungan perbandingan biji nangka dan air terhadap kadar protein
yoghurt sari biji nangka dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Hubungan pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap kadar protein
Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa semakin banyak jumlah air yang
ditambahkan maka kadar protein yoghurt sari biji nangka semakin rendah. Hal ini
disebabkan karena kandungan air yang semakin banyak pada perbandingan biji
nangka dan air, sehingga kadar proteinnya menjadi rendah. Hal ini sesuai dengan
Bryanfrandika (2012) yang menyatakan semakin banyak air yang digunakan
untuk mengencerkan susu, semakin sedikit pula kadar protein yang diperoleh. 6.27
Pengaruh konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap kadar protein yoghurt sari biji nangka
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2) diketahui bahwa konsentrasi
carboxy methyl cellulose memberi pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar protein. Hasil uji LSR pengaruh konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap kadarprotein dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap kadar protein
Jarak LSR Konsentrasi CMC Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - C1 = 0,1% 5,59 d D
2 0,054 0,074 C2 = 0,2% 5,72 c C
3 0,056 0,077 C3 = 0,3% 5,83 b B
4 0,058 0,079 C4 = 0,4% 6,07 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan C1 berbeda sangat nyata
dengan perlakuan C2, C3 dan C4. Perlakuan C2 berbeda sangat nyata dengan
perlakuan C3 dan C4. Perlakuan C3 berbeda sangat nyata dengan perlakuan C4.
Kadar protein tertinggi diperoleh pada perlakuan C4 (0,4%) sebesar 6,07%
sedangkan kadar protein terendah diperoleh pada perlakuan C1 (0,1%) sebesar
5,59%.
Gambar 7. Hubungan pengaruh konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap kadar protein
Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi carboxy methyl cellulose yang ditambahkan maka kadar protein yoghurt sari biji nangka semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena carboxy methyl cellulose dapat bergabung dengan gugus protein sehingga dapat mencegah pengendapan protein.
Protein yang terkandung dalam yoghurt selain berasal dari biji nangka juga
diperoleh dari susu bubuk yang ditambahkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Fardiaz (1986) yang menyatakan carboxy methyl cellulose dapat mencegah pengendapan protein pada titik isoelektrik dan meningkatkan kekentalan,
disebabkan bergabungnya gugus karboksil carboxy methyl cellulose dengan gugus muatan positif dari protein.
Pengaruh interaksi perbandingan biji nangka dan air dan konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap kadar protein yoghurt sari biji nangka
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa interaksi
perbandingan biji nangka dan air dengan konsentrasi carboxy methyl cellulose
ŷ = 1,55c + 5,415
memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar protein
yoghurt sari biji nangka yang dihasilkan, dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Uji SLR efek utama pengaruh interaksi perbandingan biji nangka dan air dan konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap kadar protein
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Pada Tabel 13 dapat dilihat bahwa kadar protein tertinggi terdapat
pada perlakuan B1C4 yaitu sebesar 6,58%, sedangkan nilai kadar protein terendah
terdapat pada perlakuan B4C1 sebesar 5,16%. Hubungan interaksi antara
Gambar 8. Hubungan interaksi antara perbandingan biji nangka dan air dan konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap kadar protein
Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa bahwa semakin banyak jumlah air
yang ditambahkan maka kadar protein yoghurt sari biji nangka semakin rendah.
Hal ini disebabkan karena kandungan air yang semakin banyak pada
perbandingan biji nangka dan air, sehingga kadar proteinnya menjadi rendah. Hal
ini sesuai dengan Bryanfrandika (2012) yang menyatakan semakin banyak air
yang digunakan untuk mengencerkan susu, semakin sedikit pula kadar protein
yang diperoleh.
Semakin besar konsentrasi carboxy methyl cellulose maka semakin tinggi kadar proteinnya. Hal ini disebabkan karena carboxy methyl cellulose dapat bergabung dengan gugus protein sehingga dapat mencegah pengendapan protein.
Protein yang terkandung dalam yoghurt selain berasal dari biji nangka juga
diperoleh dari susu bubuk yang ditambahkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Fardiaz (1986) yang menyatakan carboxy methyl cellulose dapat mencegah pengendapan protein pada titik isoelektrik dan meningkatkan kekentalan,
B1; ŷ = 1,51c + 5,895
Konsentrasi carboxy methyl cellulose (%)
disebabkan bergabungnya gugus karboksil carboxy methyl cellulose dengan gugus muatan positif dari protein.
Kadar Total Asam Laktat
Pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap kadar total asam laktat yoghurt sari biji nangka
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa
perbandingan biji nangka dan air memberi pengaruh berbeda sangat nyata
(P<0,01) terhadap kadar total asam laktat yoghurt sari biji nangka yang
dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap
kadar total asam laktat yoghurt sari biji nangka dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap kadar total asam laktat
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa perlakuan B1 berbeda sangat nyata
dengan perlakuan B2, B3, dan B4. Perlakuan B2 berbeda sangat nyata dengan
perlakuan B3 dan B4. Perlakuan B3 berbeda sangat nyata dengan perlakuan B4.
Kadar total asam laktat tertinggi diperoleh pada perlakuan B1 (1:1) sebesar 0,82%
sedangkan kadar total asam laktat terendah diperoleh pada perlakuan B4 (1:4)
sebesar 0,56%.
Hubungan perbandingan biji nangka dan air terhadap kadar total asam
Gambar 9. Hubungan pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap kadar total asam laktat
Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa semakin besar perbandingan biji
nangka dan air maka kadar total asam laktat yoghurt sari biji nangka semakin
menurun. Hal ini disebabkan karena jumlah air yang semakin banyak pada setiap
perbandingan biji nangka dan air, sehingga kadar total asam laktat akan rendah.
Terbentuknya asam laktat menyebabkan penurunan pH. Menurut Wahyudi dan
Samsundari (2008) dengan jumlah air yang lebih besar maka pH tidak terlalu
mengalami penurunan sehingga kadar total asam laktat lebih rendah.
Pengaruh konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap kadar total asam laktat yoghurt sari biji nangka
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 3) diketahui bahwa konsentrasi
carboxy methyl cellulose memberi pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar total asam laktat yoghurt sari biji nangka. Sehingga uji LSR tidak
dilanjutkan.
Pengaruh interaksi perbandingan biji nangka dan air dan konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap kadar total asam laktat yoghurt sari biji nangka
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa interaksi
perbandingan biji nangka dan air dan konsentrasi carboxy methyl cellulose memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar total asam
laktat yoghurt sari biji nangka yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak
dilanjutkan.
pH
Pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap pH yoghurt sari biji nangka
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa
perbandingan biji nangka dan air memberi pengaruh berbeda sangat nyata
(P<0,01) terhadap pH yoghurt sari biji nangka yang dihasilkan. Hasil uji LSR
pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap pH yoghurt sari biji nangka
dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap pH
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa perlakuan B1 berbeda sangat nyata
dengan perlakuan B2, B3 dan B4. Perlakuan B2 berbeda sangat nyata dengan
tertinggi diperoleh pada perlakuan B4 (1:4) sebesar 4,44 sedangkan pH terendah
pada perlakuan B1 (1:1) sebesar 4,34.
Hubungan perbandingan biji nangka dan air terhadap kadar pH yoghurt
sari biji nangka dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Hubungan pengaruh perbandingan biji nangka dan air terhadap kadar pH
Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa semakin besar perbandingan biji
nangka dan air maka pH yoghurt sari biji nangka semakin tinggi. Hal ini karena
kandungan air yang semakin banyak pada setiap perbandingan biji nangka dan air,
sehingga kadar total asam tidak terlalu mengalami penurunan. Rendahnya kadar
total asam menyebabkan kenaikan pH. Menurut Wahyudi dan Samsundari (2008)
dengan jumlah air yang lebih besar maka pH tidak terlalu mengalami penurunan.
Pengaruh konsentrasi carboxy methyl cellulose terhadap pH yoghurt sari biji nangka
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) diketahui bahwa konsentrasi
carboxy methyl cellulose memberi pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)
4.34 4.37 4.41 4.44