• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kanker Payudara dan SADARI dengan Perilaku SADARI pada Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kanker Payudara dan SADARI dengan Perilaku SADARI pada Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kanker Payudara dan SADARI

dengan Perilaku SADARI pada Mahasiswi Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008

Oleh :

AZMEILIA SYAFITRI LUBIS

080100385

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil penelitian dengan Judul :

Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Payudara dengan Perilaku SADARI pada

Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008

Yang dipersiapkan oleh:

AZMEILIA SYAFITRI LUBIS 080100385

Hasil penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk dilanjutkan ke sidang hasil.

Medan, 15 Desember 2011

Disetujui, Dosen Pembimbing

Tanda Tangan

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kanker Payudara dan SADARI dengan

Perilaku SADARI pada Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

Angkatan 2008

Nama : Azmeilia Syafitri Lubis

NIM : 080100385

Pembimbing Penguji

Tanda Tangan Tanda Tangan

(dr. Jessy Chrestella, Sp.PA) (dr. Hemma Yulfi, DAP&E,

M.Med.Ed)

Tanda Tangan

(4)

ABSTRAK

Latar Belakang : Angka kejadian kanker payudara di Indonesia masih terbilang tinggi, yaitu sekitar 11,9%. Sebagian besar kasus kanker payudara terdeteksi pada stadium lanjut. Padahal kanker ini dapat dideteksi secara dini. Salah satunya dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah mengetahui adanya hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dan SADARI dengan perilaku SADARI.

Metode : Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling dengan subjek penelitian sejumlah 90 mahasiswi yang terdiri dari mahasiswi angkatan 2008 Fakultas Psikologi USU. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dan analisis uji statistik yang digunakan adalah Spearman’s Rankdengan bantuan program komputer SPSS.

Hasil : Dari 79 responden menunjukkan bahwa terdapat responden dengan tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dan SADARI tinggi sejumlah 54 orang (68,4%), tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dan SADARI sedang sejumlah 23 orang (29,1%) dan tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dan SADARI rendah sejumlah 2 orang (2,5%). Sedangkan responden dengan perilaku SADARI yang baik sejumlah 19 orang (24,1%), perilaku SADARI yang cukup baik sejumlah 41 (51,9%) dan perilaku SADARI

yang kurang baik sejumlah 19 orang (24,1%). Hasil uji statistik adalah π = 0,332 dengan

signifikansi P= 0,003 (P < 0,05).

(5)

ABSTRACT

Background : Breast cancer incidence rate in Indonesia is still fairly high, around 11,9%. Most cases of breast cancer was detected at an advanced stage, although this cancer can be detected early. One of the early detection ways is doing breast self-examination (BSE).

Objective : The purpose of this study was to determine the correlation between the knowledge level of breast cancer and BSE with BSE behavior.

Method : This research uses an analytic observational study design with cross sectional approach. The sampling technique used is total sampling with a number of research subjects consisted of 90 female college students from Faculty of Psychology of USU in class of 2008. Measuring instruments used are questionnaires and statistical analysis used was Spearman's Rank with the aid of a computer program SPSS

Result : The results of the 79 respondents indicated that there were 54 people (68,4%) had a high knowledge level of breast cancer and BSE, 23 people (29.1%) had an average knowledge level of breast cancer and BSE and two people (2.5%) had low knowledge level of breast cancer and BSE. While there were 19 people (24.1%) had a good BSE behavior, 41 people (51.9%) had a good enough BSE behavior and 19 people (24.1%) had an unfavorable BSE behavior. The statistical result is π = 0,332 with a significance of 0.003 (P < 0.05).

Conclusion : there is a positive and significant relationship between knowledge level of breast cancer and BSE with BSE behavior with the weak correlation level.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa diberikan nikmat berupa kesehatan, kesempatan, kekuatan lahir dan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kanker Payudara dan SADARI dengan Perilaku SADARI sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara pada Mahasiswi Psikologi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008”, untuk memenuhi persyaratan mendapat gelar Sarjana.

Proposal karya tulis ilmiah ini dapat disusun dengan lancar dan tidak lepas dari bantuan yang diberikan oleh semua pihak baik secara moril maupun material. Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr.Jessy Chrestella Sp.PA, selaku dosen pembimbing, terima kasih atas bimbingan, ilmu dan waktu yang telah diluangkan untuk membimbing penulis.

3. dr.Hemma Yulfi, DAP&E, M.Med.Ed dan dr.Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes, selaku dosen penguji yang telah bersedia menjadi penguji dan memberi pengarahan dalam penelitian ini.

4. Kedua orang tua tercinta, dr. H. Azwarto Lubis, Sp.B dan Hj. Nurbaiti AR, serta adik-adik tersayang, Nurul Khairunnisa & Hanifa Syafiqah, terima kasih sebesar – besarnya untuk dukungan, kasih sayang dan doa yang tiada hentinya.

5. Kurniawan Pratama, terima kasih untuk dukungan, bantuan dan doa dalam proses penulisan karya tulis ilmiah ini.

6. Astri Pratiwi dan Ira Arindhini Sitepu, terima kasih atas segala bantuannya sehingga mempermudah penulis dalam pengambilan data.

(7)

8. Kepada seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, teristimewa kepada dosen dan staf departemen IKK serta staf Medical Education Unit ( MEU ).

9. Instansi terkait, yaitu Fakultas Psikologi yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data untuk karya tulis ini.

10. Mahasiswi – mahasiswi Fakultas Psikologi Angkatan 2008 yang telah ikut berpartisipasi sebagai responden dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini, maka penulis mengharap kritik dan saran yang membangun agar dapat memperbaiki ke arah sempurna. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Medan, 10 Desember 2011 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker Payudara ... 4

(9)

2.2.1. Pengertian SADARI... 18

2.3.3. Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan ... 22

2.4. Prilaku ... 23

2.4.1. Pengertian ... 23

2.4.2. Klasifikasi Prilaku ... 23

2.4.3. Prilaku Kesehatan ... 24

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 26

3.2. Defenisi Operasional... 26

3.3. Hipotesis……….. 28

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian ... 29

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 30

4.5. Instrumentasi Penelitian ... 30

4.6. Pengolahan dan Analisis Data ... 32

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 33

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian……….. . 33

5.1.2. Karakteristik Responden………... 33

5.1.3. Tingkat Pengetahuan tentang SADARI……… 34

5.1.4. Perilaku SADARI………. . 36

(10)

5.2. Pembahasan………... 39

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……… 40

6.1. Kesimpulan………. 40

6.2. Saran………... 41

DAFTAR PUSTAKA... 42

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Faktor risiko kanker payudara……… 9 Tabel 2.2. Histologi kanker payudara……….. 10 Tabel 2.3. Klasifikasi kanker payudara berdasarkan T,N,M………… 13 Tabel 2.4. Harapan hidup pasien kanker payudara dalam lima

tahun……… 17

Tabel 4.1. Skor penilaian pengetahuan tentang kanker payudara dan

SADARI……… ……. 32

Tabel 4.2. Skor penilaian perilaku SADARI……… 32 Tabel 5.1. Proporsi usia responden penelitian………. 33 Tabel 5.2. Distribusi tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dan

SADARI……… 34

Tabel 5.3. Distribusi tingkat pengetahuan berdasarkan jawaban responden 35 Tabel 5.4. Distribusi perilaku SADARI……….. 36 Tabel 5.5 Distribusi perilaku berdasarkan jawaban responden……….. 37 Tabel 5.6. Hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dan

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1.

Anatomi Payudara... 5

Gambar 2.2

Memijat dan Meraba Payudara... 19

Gambar 2.3.

Cara melakukan SADARI... 20

Gambar 3.1

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

Lampiran 1 Riwayat hidup

Lampiran 2 Kuesioner

Lampiran 3 Surat permohonan menjadi responden

Lampiran 4 Informed Consent

Lampiran 5 Data induk

Lampiran 6 Master data

(14)

ABSTRAK

Latar Belakang : Angka kejadian kanker payudara di Indonesia masih terbilang tinggi, yaitu sekitar 11,9%. Sebagian besar kasus kanker payudara terdeteksi pada stadium lanjut. Padahal kanker ini dapat dideteksi secara dini. Salah satunya dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah mengetahui adanya hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dan SADARI dengan perilaku SADARI.

Metode : Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling dengan subjek penelitian sejumlah 90 mahasiswi yang terdiri dari mahasiswi angkatan 2008 Fakultas Psikologi USU. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dan analisis uji statistik yang digunakan adalah Spearman’s Rankdengan bantuan program komputer SPSS.

Hasil : Dari 79 responden menunjukkan bahwa terdapat responden dengan tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dan SADARI tinggi sejumlah 54 orang (68,4%), tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dan SADARI sedang sejumlah 23 orang (29,1%) dan tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dan SADARI rendah sejumlah 2 orang (2,5%). Sedangkan responden dengan perilaku SADARI yang baik sejumlah 19 orang (24,1%), perilaku SADARI yang cukup baik sejumlah 41 (51,9%) dan perilaku SADARI

yang kurang baik sejumlah 19 orang (24,1%). Hasil uji statistik adalah π = 0,332 dengan

signifikansi P= 0,003 (P < 0,05).

(15)

ABSTRACT

Background : Breast cancer incidence rate in Indonesia is still fairly high, around 11,9%. Most cases of breast cancer was detected at an advanced stage, although this cancer can be detected early. One of the early detection ways is doing breast self-examination (BSE).

Objective : The purpose of this study was to determine the correlation between the knowledge level of breast cancer and BSE with BSE behavior.

Method : This research uses an analytic observational study design with cross sectional approach. The sampling technique used is total sampling with a number of research subjects consisted of 90 female college students from Faculty of Psychology of USU in class of 2008. Measuring instruments used are questionnaires and statistical analysis used was Spearman's Rank with the aid of a computer program SPSS

Result : The results of the 79 respondents indicated that there were 54 people (68,4%) had a high knowledge level of breast cancer and BSE, 23 people (29.1%) had an average knowledge level of breast cancer and BSE and two people (2.5%) had low knowledge level of breast cancer and BSE. While there were 19 people (24.1%) had a good BSE behavior, 41 people (51.9%) had a good enough BSE behavior and 19 people (24.1%) had an unfavorable BSE behavior. The statistical result is π = 0,332 with a significance of 0.003 (P < 0.05).

Conclusion : there is a positive and significant relationship between knowledge level of breast cancer and BSE with BSE behavior with the weak correlation level.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kanker adalah suatu keganasan yang terjadi karena adanya sel dalam tubuh yang berkembang secara tidak terkendali sehingga pertumbuhannya menyebabkan kerusakan bentuk dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh (Sjamsuhidajat dan De Jong, 2004).

Kanker masih menjadi momok bagi masyarakat karena selalu diidentikkan dengan kematian. Faktanya, jika kanker ditangani dengan baik pada stadium dini, angka kesembuhannya mencapai 90%. Sayangnya sangat sedikit penyakit kanker yang terdeteksi pada stadium dini sehingga angka kematian akibat kanker masih tergolong tinggi. Setiap tahun, diperkirakan 190.000 penderita kanker baru di dunia dan seperlimanya akan meninggal akibat penyakit tersebut. (Dinkes Bone, 2007)

Kasus kanker payudara di negara berkembang telah mencapai lebih dari 580.000 kasus pada setiap tahunnya dan kurang lebih 372.000 pasien atau 64% dari jumlah kasus tersebut meninggal karena penyakit ini. Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi pada wanita usia 50 tahun ke atas, sedangkan 6% diantaranya kurang dari 40 tahun. (Suryaningsih, 2009).

Insidensi kanker berbeda-beda di setiap negara, baik insidensi keseluruhan maupun insidensi spesifik. Insidensi kanker di Indonesia diperkirakan 180 per 100.000 penduduk (Sjamsuhidajat dan De Jong, 2004).

Dalam perkembangan teknologi dunia kedokteran, ada berbagai macam cara untuk mendeteksi secara dini adanya kelainan pada payudara, diantaranya dengan thermography, mammography, ductography, biopsi dan USG payudara. Disamping itu ada juga cara yang

lebih mudah dan efisien untuk dapat mendeteksi kelainan payudara oleh diri sendiri yang dikenal dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan salah satu langkah deteksi dini untuk mencegah terjadinya kanker payudara yang akan lebih efektif jika dilakukan sedini mungkin ketika wanita mencapai usia reproduksi (Suryaningsih, 2009).

(17)

payudaranya sendiri setiap bulan atau setiap tiga bulan sekali untuk dapat mendeteksi secara dini jika terdapat kelainan dan segera mendapatkan penanganan yang tepat (Setiati, 2009).

Bertolak dari pemikiran tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan tentang Kanker Payudara dan SADARI dengan Perilaku SADARI sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi Fakultas Psikologi USU Angkatan 2008” yang diharapkan tahu dan mampu melakukan pemeriksaan tersebut sebagai salah satu usaha deteksi dini kanker payudara.

Fakultas Psikologi USU 2008 dipilih karena jumlah sampel memadai yaitu mahasiswi usia subur dewasa muda dan rata-rata berusia 20 tahun, sampel mudah didapat dan diharapkan memiliki ilmu pengetahuan yang memadai.

1.2. Perumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang Kanker Payudara dengan perilaku SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara?

1.3. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya hubungan tingkat pengetahuan tentang Kanker Payudara dan SADARI dengan perilaku SADARI pada mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara angkatan 2008.

2. Tujuan Khusus

a) U

ntuk mengetahui distribusi tingkat pengetahuan tentang kanker payudara & SADARI pada mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara angkatan 2008.

(18)

1.4. Manfaat

1. Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan atau masukan untuk menambah wawasan tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang Kanker Payudara dan SADARI dengan prilaku SADARI pada mahasiswi.

2. Aplikatif a) Bagi profesi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi profesi dokter agar lebih meningkatkan perhatian terhadap pendidikan kesehatan wanita khususnya tentang kanker payudara dan tindakan preventif serta promotif dengan SADARI.

b) Bagi institusi

Mengembangkan kurikulum dan meningkatkan peran pendidik dalam menyampaikan pengetahuan kanker payudara dan SADARI bagi mahasiswa secara lebih menarik sehingga mampu mengaplikasikan sebagai usaha preventif.

c) Bagi masyarakat

Meningkatkan tindakan preventif terjadinya kanker payudara secara dini dengan cara meningkatkan pengetahuan tentang kanker payudara dan SADARI serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

d) Bagi peneliti lain

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Payudara

2.1.1 Anatomi Payudara

Payudara merupakan suatu kelenjar yang terdiri atas lemak, kelenjar, dan jaringan ikat, yang terdapat di bawah kulit dan di atas otot dada. Pria dan wanita memiliki payudara yang memiliki sifat yang sama sampai saat pubertas. Pada saat pubertas terjadi perubahan pada payudara wanita, dimana payudara wanita mengalami perkembangan dan berfungsi untuk memproduksi susu sebagai nutrisi bagi bayi. (Faiz, O., dan Moffat, D., 2003).

Payudara terletak di dinding anterior dada dan meluas dari sisi lateral sternum menuju garis mid-aksilaris di lateral. Secara umum payudara dibagi atas korpus, areola dan puting. Korpus adalah bagian yang membesar. Di dalamnya terdapat alveolus (penghasil ASI), lobulus, dan lobus. Areola merupakan bagian yang kecokelatan atau kehitaman di sekitar puting. Puting (papilla) merupakan bagian yang menonjol di puncak payudara dan tempat keluarnya ASI. (Faiz, O., dan Moffat, D.,2003).

(20)

Gambar 2.1. Anatomi Payudara (Trialsightmedicalmedia.com, 2008)

2.1.2 Defenisi Kanker Payudara

(21)

2.1.3 Epidemiologi Kanker Payudara

Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan (Tjahjadi, 1995).

Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang yang didiagnosis setiap tahunnya, sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang (Moningkey, 2000).

Kanker payudara di Indonesia menempati urutan kedua setelah kanker leher rahim. Diperkirakan 10 dari 100.000 penduduk terkena kanker payudara dan 70% dari penderita memeriksakan dirinya pada keadaan stadium lanjut (Ana, 2007).

The American Cancer Society memperkirakan hampir 1,4 juta kasus baru kanker

payudara invasif pada tahun 2008. Selama 25 tahun terakhir, tingkat insidensi kanker payudara telah meningkat secara global, dengan tingkat tertinggi di negara-negara barat. Selain kanker payudara invasif, 62.280 kasus baru pada kanker payudara in situ terjadi di kalangan wanita di tahun 2009. Sekitar 85% di antaranya karsinoma duktal in situ (DCIS). (Swart, 2010)

(22)

2.1.4 Etiologi Kanker Payudara

Etiologi dan penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan. Namun, banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan resiko atau kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara. Faktor-faktor resiko tersebut adalah :

a) Jenis kelamin

Berdasarkan penelitian, wanita lebih beresiko menderita kanker payudara daripada pria. Prevalensi kanker payudara pada pria hanya 1% dari seluruh kanker payudara.

b) Faktor usia

Resiko kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia. Setiap sepuluh tahun, resiko kanker meningkat dua kali lipat. Kejadian puncak kanker payudara terjadi pada usia 40-50 tahun

c) Riwayat keluarga

Adanya riwayat kanker payudara dalam keluarga merupakan faktor resiko terjadinya kanker payudara.

d) Riwayat adanya tumor jinak payudara sebelumnya

Beberapa tumor jinak pada payudara dapat bermutasi menjadi ganas.

e) Faktor genetik

Pada suatu studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Bila terdapat mutasi gen BRCA1 dan BRCA2, yaitu gen suseptibilitas kanker payudara, maka probabilitas untuk terjadi kanker payudara adalah sebesar 80%.

f) Faktor hormonal

Kadar hormon estrogen yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak diselingi perubahan hormon pada saat kehamilan, dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

(23)

Berdasarkan penelitian, menarche dini dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Ini dikarenakan terlalu cepat mendapat paparan dari estrogen.

h) Menopause

Menopause yang terlambat juga dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Untuk setiap tahun usia menopause yang terlambat, akan meningkatkan resiko kanker payudara 3 %.

i) Usia pada saat kehamilan pertama >30 tahun.

Resiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring dengan peningkatan usia wanita saat kehamilan pertamanya.

j) Nullipara/belum pernah melahirkan

Berdasarkan penelitian, wanita nulipara mempunyai resiko kanker payudara sebesar 30 % dibandingkan dengan wanita yang multipara.

k) Tidak menyusui

Berdasarkan penelitian, waktu menyusui yang lebih lama mempunyai efek yang lebih kuat dalam menurunkan resiko kanker payudara. Ini dikarenakan adanya penurunan level estrogen dan sekresi bahan-bahan karsinogenik selama menyusui.

l) Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama, diet tinggi lemak, alkohol, dan obesitas.

(24)

2.1.5 Faktor Resiko

Tabel 2.1 : Faktor Resiko Kanker Payudara

Faktor Resiko

Perkiraan Resiko

Relatif

Riwayat Keluarga

- Relatif dua atau lebih (ibu, saudara kandung) - Relatif satu tingkat pertama

- Riwayat keluarga perempuan dengan kanker ovarium usia >50th

- Mutasi BRCA1/BRCA2 positif

- Biopsi payudara dengan hyperplasia atipikal - Biopsi payudara dengan LCIS atau DCIS

3 – 4 >4 4 – 5 8 – 1 Riwayat Reproduksi

- Menarche usia dini (>12 tahun) - Menopouse terlambat

- Usia kehamilan pertama cukup tua (>30 tahun) / nulliparitas

- Penggunaan kombinasi esterogen/ progesterone - Sedang atau pernah menggunakan kontrasepsi oral

2

- Peningkatan berat badan usia dewasa - Gaya hidup menetap

- Konsumsi Alkohol

1,5 – 2 1,3 – 1,5 1,5 Sumber : Swart, Rachel MD, PhD. 2010.Breast Cancer.

(25)

2.1.6 Klasifikasi Kanker Payudara

1. Klasifikasi patologik meliputi kanker puting payudara, kanker ductus lactiferous dan kanker dari lobules

2. Klasifikasi Histologi Kanker Payudara (Klasifikasi WHO 2010) :

Tabel 2.2: Histologi Kanker Payudara

Sumber :

1. Non-invasif a. Karsinoma duktus in situ b. Karsinoma lobulus in situ

2. Invasif

a. Karsinoma invasif duktal

b. Karsinoma invasif duktal dengan

komponen intraduktal yang

predominant

c. Karsinoma invasif lobular

d. Karsinoma mucinous

e. Karsinoma medullary

f. Karsinoma papillary

g. Karsinoma tubular

h. Karsinoma adenoid cystic

i. Karsinoma sekretori (juvenile)

j. Karsinoma apocrine

k. Karsinoma dengan metaplasia

i. Tipe squamous

ii. Tipe spindle-cell

iii. Tipe cartilaginous dan osseous

iv. Mixed type

l. Lain-Lain

(26)

3. Klasifikasi klinik meliputi 4 stadium, sebagai berikut :

a) I, merupakan kanker payudara dengan besar sampai 2 cm dan/ tidak memiliki anak sebar.

b) II (a dan b), merupakan kanker payudara yang besarnya sampai 2 cm atau lebih dengan memiliki anak sebar di kelenjar ketiak.

c) III (a, b dan c), merupakan kanker payudara yang besarnya sampai 2 cm atau lebih dengan anak sebar di kelenjar ketiak, infra dan supraklavikular, infiltrasi ke fasia pektoralis atau ke kulit atau kanker payudara yang apert (memecah ke kulit).

d) IV, merupakan kanker payudara dengan metastasis yang sudah jauh, misalnya ke tengkorak, tulang punggung, paru-paru, hati atau panggul. (Wiknjosastro, 2006)

4. Stadium Kanker Payudara

Stadium kanker payudara dinilai berdasarkan sistem TNM dari UICC/AJC. T pada sistem TNM merupakan kategori untuk tumor primer, N kategori untuk nodul regional ataupun yang bermetastase ke kelenjar limfe regional, dan M merupakan kategori untuk metastase jauh. Masing-masing kategori TNM tersebut di subkategorikan lagi untuk menggambarkan keadaan masing-masing kategori tersebut, yaitu:

a) Kategori T = Tumor Primer

- Tx : ukuran tumor primer tidak dapat diperkirakan - Tis : tumor insitu, yaitu tumor yang belum invasif. - T0 : tidak ditemukan adanya tumor primer

- T1 : ukuran tumor 2cm atau kurang

• T1a : ukuran tumor 0,1-0,5 cm dan tidak ditemukan adanya perlekatan ke fasia pektoralis

• T1b : ukuran tumor 0,5-1cm dan ditemukan adanya perlekatan ke fasia pektoralis

• T1c : ukuran tumor 1-2 cm - T2 : ukuran tumor 2-5 cm

• T2a : tidak ditemukan adanya perlekatan ke fasia pektoralis • T2b : ditemukan adanya perlekatan ke fasia pektoralis - T3 : ukuran tumor lebih dari 5 cm

(27)

- T4 : tumor dengan ukuran berapa saja dengan infiltrasi ke dinding toraks atau kulit • T4a : tumor dengan infiltrasi ke dinding toraks

T4b : tumor disertai edema (peau d’orange), ulkus pada kulit • payudara, ataupun satelit nodul di kulit payudara

• T4c : tumor dengan gambaran berupa gabungan dari T4a dan T4b • T4d : inflamasi karsinoma

b) Kategori N = Nodul, metastase ke kelenjar limfe regional

- Nx : nodul pada kelenjar limfe regional tidak dapat diperkirakan - N0 : tidak ada metastase ke kelenjar limfe regional

- N1 : ada metastase nodul ke kelenjar limfe dan belum terjadi perlekatan

- N2 : ada metastase nodul ke kelenjar limfe aksila dan sudah terjadi perlekatan satu sama lain atau ke jaringan disetarnya

- N2a : ada metastase nodul ke kelenjar limfe aksila dan sudah terjadi perlekatan antara satu nodul dengan nodul lainnya

- N2b : ada metastase nodul ke kelenjar limfe aksila dan sudah terjadi perlekatan nodul ke jaringan disekitarnya

- N3 : ada metastase ke kelenjar limfe infra dan supraklavikular dengan atau tanpa disertai metastase ke kelenjar limfe aksila ataupun mammary internal

• N3a : metastase ke kelenjar limfe infraklavikular

N3b : metastase ke kelejar limfe aksila dan mammary internal • N3c : metastase ke kelenjar limfe supraklavikular

c) Kategori M = Metastase jauh

- Mx : jauh metastase tidak dapat diperkirakan - M0 : tidak ada metastase jauh

(28)

Tabel 2.3. : Klasifikasi Kanker Payudara Berdasarkan T,N,M

Breast Cancer of Surgical Staging

T Stage Stage Grouping

Tis In situ 0 Tis N0 M0

T1 ≤ 2 cm I T1 N1 M0

T2 > 2 cm tapi ≤ 5 cm IIA T0 N1 M0

T3 > 5 cm T1 N1 M0

T4 Involvement of skin or chest wall or inflammatory cancer

(29)

2.1.7 Tanda dan Gejala Kanker Payudara

a) Benjolan

Adanya benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan. Semakin lama benjolan tersebut semakin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.

b) Perubahan kulit pada payudara - Kulit tertarik (skin dimpling)

- Benjolan yang dapat dilihat (visible lump) - Gambaran kulit jeruk (peu d’orange) - Eritema

- Ulkus

c) Kelainan pada puting

- Puting tertarik (nipple retraction) - Eksema

- Cairan padaputing (nipple discharge) ( Suryaningsih, 2009)

2.1.8 Diagnosis

Diagnosis dari kanker payudara dapat ditegakkan dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan tambahan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.

a) Anamnesa

Pada anamnesa ditanyakan keluhan di payudara atau daerah aksila dan riwayat penyakitnya. Keluhan dapat berupa adanya benjolan, rasa nyeri, nipple discharge, nipple retraction, krusta pada areola, kelainan kulit berupa penebalan seperti kulit

jeruk, ulserasi, dan perubahan warna kulit.

(30)

c) Riwayat penyakit yang pernah diderita pasien, serta obat-obat yang digunakan dan jenis pengobatan yang didapat, serta faktor resiko kanker payudara pada pasien juga ditanyakan dalam anamnesa (Gleadle, 2007).

d) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan ini terdiri atas inspeksi dan palpasi. Pada inspeksi dilakukan pengamatan ukuran dan bentuk kedua payudara pasien, serta kelainan pada kulit, antara lain : benjolan, perubahan warna kulit (eritema), tarikan pada kulit (skin dimpling), luka/ulkus, gambaran kulit jeruk (peau de orange), nodul satelit, kelainan pada areola dan puting, seperti puting susu tertarik (nipple retraction), eksema dan keluar cairan dari puting. Ada atau tidaknya benjolan pada aksila atau tanda-tanda radang serta benjolan infra dan supra klavikula juga diperhatikan (Gleadle, 2007).

e) Pada palpasi dilakukan perabaan dengan menggunakan kedua tangan bagian polar distal jari 2, 3, dan 4, dimana penderita dalam posisi berbaring dengan pundak diganjal bantal kecil dan lengan di atas kepala. Palpasi harus mencakup 5 regio, terutama daerah lateral atas dan subareola, karena merupakan tempat lesi tersering. Cara melakukan palpasi ada 3 cara, yaitu sirkular, radier dan dilakukan dari pinggir payudara menuju ke areola dan meraba seluruh bagian payudara bertahap. Hal yang harus diamati bila didapati benjolan adalah lokasi benjolan (5 regio payudara, aksila, infra dan supra klavikula), konsistensi (keras, kenyal, lunak/fluktuasi), permukaan (licin rata, berbenjol-benjol), mobilitas (dapat digerakkan, terfiksir jaringan sekitarnya), batas (tegas atau tidak tegas), nyeri (ada atau tidak ada), ukuran (Gleadle, 2007).

(31)

g) Pemeriksaan Tambahan : - Mamografi payudara - CT & MRI pada payudara - Ultrasonografi (USG) - Skrining tulang

h) Pemeriksaan biopsi jarum halus

Pada pemeriksaan ini dilakukan sitologi pada lesi atau luka yang secara klinis dan radiologik dicurigai merupakan suatu keganasan (Davey, 2006).

i) Pemeriksaan Laboratorium dan Histopatologik

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa pemeriksaan darah rutin dan kimia darah yang sesuai dengan perkiraan metastase. Pemeriksaan reseptor ER dan PR juga perlu dilakukan. Pemeriksaan tumor marker juga harus dilakukan untuk follow up (Davey, 2006).

Jika pada pemeriksaan-pemeriksaan tersebut di atas dijumpai adanya kelainan, baik berupa benjolan atau gambaran radiologi yang abnormal, maka perlu dilakukan biopsi untuk mendapatkan contoh jaringan yang akan diperiksa di bawah mikroskop dan dipastikan ada atau tidaknya sel kanker.

2.1.9 Penatalaksanaan

(32)

2.1.10 Prognosis

Kelangsungan hidup pasien kanker payudara dipengaruhi oleh banyak hal seperti karakteristik tumor, status kesehatan, factor genetik, level stress, imunitas, keinginan untuk hidup, dan lain-lain. Stadium klinis dari kanker payudara merupakan indikator terbaik untuk menentukan prognosis penyakit ini. Harapan hidup pasien kanker payudara dalam lima tahun digambarkan dalam five-year survivak rate (Imaginis, 2009).

Tabel 2.4. : Harapan hidup pasien kanker payudara dalam lima tahun

Stadium Five-Year Survival Rate

0 100%

Sumber : Imaginis, 2009

2.2 Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

2.2.1 Pengertian SADARI

Periksa payudara sendiri (SADARI) merupakan langkah awal untuk mendeteksi adanya kelainan pada payudara. Dimana Periksa Payudara Sendiri (SADARI) sebaiknya dilakukan seminggu setelah selesai haid. Periksa Payudara Sendiri (SADARI) dilakukan pada usia 20-30 tahun, minimal tiap tiga bulan sekali, tetapi akan lebih baik dilakukan sebulan sekali setelah selesai haid.

(33)

Periksa Payudara Sendiri (SADARI) sebaiknya dilakukan seminggu setelah menstruasi, karena pada saat selesai menstruasi kondisi payudara lunak dan longgar, sehingga dapat memudahkan perabaan. Periksa Payudara Sendiri (SADARI) dilakukan pada. usia 20-30 tahun, minimal dilakukan tiga tahun sekali. Pada usia 30-40 tahun sebaiknya dilakukan 1-2 tahun sekali. Pada usia 40-50 tahun sebaiknya dilakukan tiap tahun ditambah dengan pemeriksaan mamografi. (Suryaningsih, 2009).

2.2.2 Manfaat SADARI

Manfaat periksa payudara sendiri (SADARI) adalah untuk mendeteksi sedini mungkin adanya kelainan pada payudara karena kanker payudara pada hakikatnya dapat diketahui secara dini oleh para wanita usia subur. Setiap wanita mempunyai bentuk dan ukuran payudara yang berbeda, bila wanita memeriksa payudara sendri secara teratur, setiap bulan setelah haid, wanita dapat merasakan bagaimana payudara wanita yang normal. Bila ada perubahan tentu wanita dapat mengetahuinya dengan mudah. (Suryaningsih, 2009).

2.2.3 Cara Melakukan SADARI

Berikut merupakan langkah-langkah pada SADARI : 1) Melihat

Meliputi bentuk dan ukuran, puting lurus ke depan atau tertarik ke dalam, puting atau kulit ada yang lecet atau tidak, warna kulit tampak kemerahan atau tidak, tekstur kulit tampak menebal dengan pori-pori melebar atau mulus, tampak adanya kerutan, cekungan atau tidak (payudara yang normal adalah payudara dengan bentuk sempurna tanpa perubahan warna, tekstur dan pembengkakan). (Suryaningsih, 2009).

2) Memijat

(34)

Gambar 2.2 : Memijat & Meraba Payudara (Atlas Anatomi ADAM, 2007)

3) Meraba

Dilakukan dengan gerakan memutar mulai dari tepi payudara hingga ke puting, masing-masing gerakan memutar dilakukan dengan kekuatan tekanan berbeda-beda, yaitu:

a) tekanan ringan untuk meraba ada tidaknya benjolan di dekat permukaan kulit

b) tekanan sedang untuk meraba ada tidaknya benjolan di tengah – tengah jaringan payudara

c) tekanan cukup kuat untuk merasakan adanya benjolan di dasar payudara, dekat dengan tulang dada.

d) Meraba ketiak

Raba ketiak dan area di sekitar payudara untuk mengetahui ada tidaknya benjolan (Suryaningsih, 2009).

(35)

2.3 Pengetahuan

2.3.1 Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan pengalaman dan penelitian, perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

(Notoatmodjo, 2007).

2.3.2 Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu :

a) Tahu (know)

Tahu dapat diperhatikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali suatu spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari meliputi pengetahuan terhadap fakta, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, rumus, teori dan kesimpulan. Oleh karena itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, mendatakan dan lain sebagainya.

b) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c) Aplikasi (application)

(36)

sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, prinsip dan sebagainya dalam konteks lain.

d) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian didasarkan pada kriteria tertentu.

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

1. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Semakin banyak pengalaman, semakin banyak pengetahuan seseorang.

2. Tingkat Pendidikan

Orang yang berpendidikan tinggi memiliki ilmu yang lebih banyak dan luas daripada orang yang berpendidikan rendah.

3. Keyakinan

Seringnya keyakinan didapatkan secara turun temurun tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

4. Fasilitas

(37)

5. Penghasilan

Secara tidak langsung penghasilan menyokong tingginya pengetahuan melalui pemenuhan fasilitas yang lebih baik.

6. Sosial budaya

Kebudayaan serta kebiasaan baik dalam lingkungan keluarga maupun sosial dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.4 Perilaku

2.4.1. Pengertian

Menurut Skinner, seorang ahli psikologi dalam Notoatmodjo (2007) merumuskan bahwa perilaku merupakan reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), maka teori Skinner ini disebut teori : S – O – R atau Stimulus – Organisme – Respon.

Skinner membedakan jenis perilaku menjadi dua bagian, yaitu :

a) Perilaku alami ( innate behavior ) yaitu perilaku yang dibawa sejak lahir berupa refleks dan insting. Contoh dari perilaku ini adalah gerakan refleks atau spontan ketika tangan terkena panas api, kedipan mata bila kena cahaya yang kuat. Perilaku ini secara otomatis digerakkan tanpa melalui pusat susunan syaraf. Jadi respon akan timbul seketika setiap mendapatkan stimulus secara otomatis.

b) Perilaku operan (operant behavior) adalah perilaku yang dibentuk melalui proses belajar. Jenis perilaku ini dikendalikan oleh pusat syaraf atau kesadaran otak. Pada kaitan ini, setelah stimulus diterima kemudian dilanjutkan ke otak. Jenis perilaku ini lebih dominan dibanding perilaku alami (Sosiawan, 2009).

2.4.2. Klasifikasi perilaku

Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2007) berdasarkan respon, perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Perilaku tertutup

(38)

2. Perilaku terbuka

Respon terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

2.4.3. Perilaku kesehatan

Perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor keturunan dan lingkungan yang bermula dari pemikiran atas dasar pengetahuan hingga pada akhirnya muncul dalam perilaku (Purwanto, 2009).

Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2007), klasifikasi perilaku kesehatan antara lain : 1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)

Merupakan perilaku seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan ketika sakit.

Perilaku pemeliharaan kesehatan terdiri dari 3 aspek :

a) Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta pemulihan kesehatan bila telah sembuh dari penyakit

b) Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat.

c) Perilaku gizi (makanan dan minuman). Makanan dan minuman dapat memelihara kesehatan seseorang tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya derajat kesehatan seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior). Merupakan upaya atau tindakan seseorang pada saatmenderita penyakit dan atau kecelakaan. Perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri sampai mencari pengobatan ke luar negeri.

3. Perilaku kesehatan lingkungan

Merupakan bagaimana seseorang merespon lingkungan sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Perilaku kesehatan lingkungan menurut Becker dalam Notoatmodjo (2007) diklasifikasikan menjadi :

(39)

Merupakan perilaku yang berkaitan dengan upaya seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya (makan dengan menu seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, istirahat cukup, mengendalikan stress dan perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan).

b) Perilaku sakit

Perilaku sakit ini mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit serta pengobatan penyakit.

c) Perilaku peran sakit

(40)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN, DEFENISI OPERASIONAL & HIPOTESA

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independent Variabel Dependent

Gambar 3.1 : Kerangka Konsep

3.2 Defenisi Operasional

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Perilaku adalah reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Kanker payudara adalah sekelompok sel yang tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berlipat ganda.

SADARI adalah langkah awal untuk mendeteksi adanya kelainan pada payudara dengan cara melihat & meraba payudara sendiri.

Variabel independent pada penelitian ini adalah tingkat pengetahuan tentang kanker payudara pada mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara angkatan 2008 dan sebagai variabel dependent adalah perilaku SADARI pada mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara angkatan 2008.

Populasi : mahasiswi angkatan 2008 di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara angkatan 2008.

Sampel : 90 orang.

Tingkat Pengetahuan tentang Kanker Payudara dan

(41)

Cara ukur : dengan menggunakan angket.

Alat ukur : Kuesioner.

Terdapat 2 jenis kuesioner yang digunakan:

1. K

uesioner untuk mengidentifikasi pengetahuan responden tentang kanker payudara dan SADARI yang terdiri dari 20 pertanyaan dengan kategori “Benar, Salah & Tidak Tahu”. Sesuai dengan Nursalam (2003), skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal meliputi :

Jawaban Positif Negatif

Benar 3 2

Salah 2 3

Tidak tahu 1 1

a. Tinggi : 77 – 100 b. Sedang : 52 – 76 c. Rendah : < 52

2. Kuesioner untuk mengidentifikasi perilaku responden tentang SADARI terdiri dari 13 pertanyaan pilihan ganda. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal meliputi :

Skala Selalu Kadang Tidak Pernah

Positif (+) 3 2 1

Negatif (-) 1 2 3

(42)

3.3 Hipotesis

(43)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu peneliti mencoba untuk mencari hubungan antar variabel faktor risiko dan efek yang analisisnya untuk menentukan ada tidaknya hubungan antar variabel tersebut sehingga perlu disusun hipotesisnya dan diobservasi pada saat yang sama (Taufiqurrahman, 2008).

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan sejak pencarian dan penentuan judul (Februari 2011) dan akhir hingga pembuatan

laporan hasil penelitian (Desember 2011). Terpilihnya lokasi ini dengan pertimbangan kemudahan untuk mendapatkan data & mahasiswi yang memenuhi syarat memadai.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Berdasarkan penjajakan awal, telah didapati populasi wanita usia produktif yang berada di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara angkatan 2008 sebanyak 90 orang.

4.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswi Fakultas Psikologi USU stambuk 2008 yang ada pada saat penelitian serta memenuhi kriteria intrinsik. Jumlah sampel yang akan diteliti adalah 90 orang.

(44)

4.3.3 Kriteria Sampel

1. Kriteria inklusi :

a. Subjek berusia ≥ 18 tahun

b. Bersedia menjadi subyek penelitian

2. Kriteria ekslusi :

Subjek sedang cuti kuliah

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh atau diambil oleh peneliti dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Selanjutnya peneliti juga akan mendapatkan data observasi sebagai kelengkapan data primer.

Sedangkan data sekunder didapat melalui instansi terkait berupa data-data pendukung dari data kemhahasiswaan Fakultas Psikologi USU.

4.5. Instrumentasi Penelitian

Alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari dua macam yaitu :

1. Kuesioner untuk mengidentifikasi pengetahuan responden tentang kanker payudara dan SADARI yang terdiri dari 20 pernyataan dengan kategori “Benar, Salah & Tidak Tahu”. Sistem skoring adalah diberikan skor 3 jika jawaban responden benar, skor 2 jika jawaban responden salah dan 1 jika responden tidak mengisi/ tidak tahu, yang artinya sebagai berikut :

Tabel 4.1 Skor penilaian pengetahuan SADARI

Jawaban Positif Negatif

Benar 3 2

Salah 2 3

(45)

Poin total adalah 60. Nilai yang didapat responden akan dihitung dengan menggunakan rumus:

Skor Tingkat Pengetahuan :

Tinggi : 77 – 100 Sedang : 52 – 76 Rendah : < 52

2. Kuesioner untuk mengidentifikasi tindakan responden tentang prilaku SADARI terdiri dari 13 pertanyaan pilihan ganda dengan 4 skala penilaian yang diberikan skor sebagai berikut :

Tabel 4.2 Skor penilaian prilaku SADARI

Skala Selalu Kadang Tidak Pernah

Positif (+) 3 2 1

Negatif (-) 1 2 3

Poin total adalah 42. Nilai yang didapat responden akan dihitung dengan menggunakan rumus:

Skoring kuesioner prilaku SADARI:

a. Baik (jawaban terhadap kuesioner 76 – 100% diharapkan ) b. Cukup baik (jawaban terhadap kuesioner 56 – 75% diharapkan ) c. Kurang baik (jawaban terhadap kuesioner <56% diharapkan)

Kuesioner sudah divalidasi dan direliabilitasi di karya tulis ilmiah Tingkat Pengetahuan tentang SADARI dan Perilaku SADARI sebagai Deteksi Dini KANKER PAYUDARA pada Mahasiswi FK UNS karya Angesti Nugraheni, jadi tidak dilakukan lagi uji validitas dan reliabilitas.

Nilai= (skor total/ poin total) x 100%

(46)

4.6. Pengolahan dan Analisis Data

Proses pengolahan data penelitian menurut Budiarto (2002) adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan data (editing) yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan untuk mengecek kelengkapan dan kebenaran data.

2. Pemberian kode (coding) untuk mempermudah pengolahan dimana semua 3. variabel diberikan kode terutama data klasifikasi.

4. Menyusun data (tabulating) merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlahkan, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis. 5. Data dimasukkan (Entry data) kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS versi

17.0.

(47)

BAB V

HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, Jalan Dr. T. Mansyur No.9, Padang Bulan, Medan, Sumut.

5.1.2. Karakteristik Responden

Penelitian hubungan tingkat pengetahuan tentang Kanker Payudara & SADARI dengan perilaku SADARI ini dilakukan pada mahasiswi Psikologi USU dengan subjek penelitian yaitu mahasiswi angkatan 2008 (semester VII). Jumlah responden yang tercapai adalah 79 orang.

Berdasarkan penelitian diperoleh rentang usia responden yaitu antara 18-24 tahun yang terdiri dari ; 18 tahun (8,9%), 19 tahun (8,9%), 20 tahun (21,5 %), 21 tahun (48,1 %), 22 tahun (10,1 %), 23 tahun (1,3 %) dan 24 tahun (1,3 %) .

Tabel 5.1. Proporsi usia responden penelitian

Usia Frekuensi Persentase 18 - 20

21 - 24

31 48

39,3 60,7

(48)

5.1.3. Tingkat Pengetahuan tentang SADARI

Dari data kuesioner tingkat pengetahuan tentang SADARI diperoleh nilai terendah adalah 33 dan nilai tertinggi adalah 100. Data tersebut kemudian diklasifikasikan menjadi 3 kategori tingkat pengetahuan dengan distribusi sebagai berikut :

Tabel 5.2. Distribusi Tingkat Pengetahuan tentang Kanker Payudara & SADARI

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan tentang Kanker Payudara dan SADARI yang baik. Responden dengan tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 54 orang (68,4%), tingkat pengetahuan sedang sebanyak 23 orang (29,1%) dan tingkat pengetahuan rendah sejumlah 2 orang (2,5%).

Berdasarkan jawaban responden terhadap kuesioner tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dan SADARI didapat distribusi sebagai berikut:

Tabel 5.3. Distribusi tingkat pengetahuan berdasarkan jawaban responden

No Pertanyaan

Persentase (%)

Benar Salah Tidak tahu

1 Definisi kanker payudara 92,4 0 7,6

2 Epidemiologi kanker payudara 83,5 5,1 11,4

3 Faktor keturunan terhadap kanker payudara 55,7 27,8 16,5 4 Faktor hormon terhadap kanker payudara 45,6 26,6 27,8

5 Alkohol terhadap kanker payudara 51,9 12,7 35,4

6 Radiasi terhadap kanker payudara 72,2 5,1 22,8 7 Pengaruh usia subur terhadap kanker payudara 75,9 8,9 15,2

8 Faktor resiko kanker payudara 49,4 26,6 24,1

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase

(49)

9 Faktor resiko kanker payudara 67,1 7,6 25,3 10 Puting berdarah sebagai gejala kanker payudara 43,0 10,1 46,8 11 Kulit menebal sebagai gejala kanker payudara 49,4 12,7 38,0 12 Nyeri payudara sebagai gejala kanker payudara 83,5 11,4 5,1

13 Stadium kanker payudara 64,6 3,8 31,6

14 Pemberian ASI sebagai pencegahan 77,2 7,6 15,2

15 Pencegahan kanker payudara 91,1 1,3 7,6

16 Metastase kanker payudara 32,9 26,6 40,5

17 Definisi SADARI 59,5 5,1 35,4

18 SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara 91,1 2,5 6,3

19 Anjuran melakukan SADARI 75,9 6,3 17,7

20 Pemeriksaan SADARI 64,6 13,9 21,5

Berdasarkan jawaban responden terhadap kuesioner tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dan SADARI didapat bahwa soal yang paling banyak dijawab dengan benar adalah nomor satu, yaitu pertanyaan tentang definisi kanker payudara dengan jumlah persentase 92,4%. Soal yang paling banyak dijawab salah adalah nomor tiga, yaitu pertanyaan tentang pengaruh faktor keturunan terhadap kanker payudara dengan jumlah persentase 27,8%. Dan soal yang paling banyak dijawab tidak tahu adalah soal nomor 10, yaitu pertanyaan tentang putting payudara berdarah sebagai gejala kanker payudara dengan jumlah persentase 46,8%.

5.1.4. Perilaku SADARI

Perilaku SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara ini mencakup aktivitas, waktu dan teknik dalam melakukan SADARI.

(50)

Tabel 5.4. Distribusi Perilaku SADARI

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku yang cukup. Dari hasil penelitian diperoleh distribusi perilaku meliputi perilaku SADARI yang baik sejumlah 19 orang (24,1%), perilaku SADARI yang cukup baik sejumlah 41 orang (51,9%) dan perilaku SADARI yang kurang baik sejumlah 19 orang (24,1%).

Berdasarkan jawaban responden terhadap kuesioner perilaku SADARI didapat distribusi sebagai berikut:

Tabel 5.5. Distribusi perilaku berdasarkan jawaban responden

No Perilaku

Persentase (%)

Selalu Kadang Tidak pernah

1 Melakukan SADARI 12,7 78.5 8,9

11 Melihat perubahan warna kulit payudara 11,4 39,2 49,4

12 Memijat hingga putting 12,7 20,3 67,0

13 Meraba seluruh bagian payudara 30,4 36,7 32,9

14 Meraba hingga ketiak 21,5 50,6 27,8

(51)

Dari jawaban responden terhadap kuesioner perilaku SADARI, didapati bahwa perilaku yang paling banyak dilakukan adalah soal nomor sembilan, yaitu pertanyaan tentang melihat bentuk payudara saat melakukan SADARI dan didapati persentase 53,2%. Perilaku yang jarang dilakukan adalah soal nomor satu, yaitu pertanyaan tentang melakukan SADARI, didapati persentase 78,5%. Dan perilaku yg paling banyak tidak pernah dilakukan soal nomor tiga, yaitu pertanyaan tentang rasa malu memeriksa payudara sendiri.

5.1.5. Hasil Analisis

Berikut analisis hubungan antara tingkat pengetahuan tentang Kanker payudara & SADARI dengan perilaku SADARI

Tabel 5.6. Hubungan tingkat pengetahuan Kanker Payudara & SADARI dengan perilaku SADARI.

Hasil analisis ini menunjukkan bahwa terdapat 20,25% responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang Kanker Payudara & SADARI dengan perilaku SADARI yang baik, 37,9% responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang Kanker Payudara & SADARI dengan perilaku SADARI yang cukup baik dan 10,12% responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang Kanker Payudara & SADARI dengan perilaku SADARI yang kurang baik.

Hasil analisis diatas juga menunjukkan bahwa terdapat 3,79% responden memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang Kanker Payudara & SADARI dengan perilaku SADARI yang baik, 15,18% responden memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang Kanker Payudara & SADARI dengan perilaku SADARI yang cukup baik dan 10,12% responden memiliki

(52)

tingkat pengetahuan sedang tentang Kanker Payudara & SADARI dengan perilaku SADARI yang kurang baik.

Dari hasil analisis, tidak terdapat responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah tentang Kanker Payudara & SADARI dengan perilaku SADARI yang baik & cukup. Namun, masih ada sejumlah 2,53% responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah tentang Kanker Payudara & SADARI dengan perilaku SADARI yang kurang baik. Setelah data penelitian tersebut diolah, selanjutnya dilakukan pengujian data untuk menguji hubungan antara tingkat pengetahuan tentang SADARI dengan perilaku SADARI dengan menggunakan Spearman’s rankyang hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.7. Hasil uji statistic Spearman

Pengetahuan Perilaku

Spearman’s rho

Tingkat Pengetahuan Koefisien korelasi Sig. (2-tailed) Perilaku Koefisien korelasi

Sig, (2-tailed)

pengetahuan dengan perilaku SADARI dengan korelasi yang kecil/ tidak erat (0,21 - 0,40) dengan tingkat signifikansi P= 0,003 (P < 0,05) yang membuktikan bahwa ada hubungan positif dan signifikan namun tidak begitu erat.

5.2. Pembahasan

(53)

Pada penelitian ini juga masih terdapat sebagian kecil responden yang memiliki tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dan SADARI yang rendah. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah faktor pengalaman yang mempengaruhi pengetahuan seseorang dan tergantung pada ingatan seseorang pada saat pengisian kuesioner. Sesuai dengan Notoatmodjo (2007) yang mengemukakan bahwa pengetahuan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu dan kemampuan mengingat seseorang dapat dipengaruhi oleh dimensi waktu.

Penginderaan yang baik akan meningkatkan pemahaman terhadap suatu objek atau informasi. Maka dari itu meskipun responden pernah mendapat informasi tentang kanker payudara dan SADARI tetapi responden tersebut tidak melakukan penginderaan dengan baik, hal ini mengakibatkan pemahaman responden yang kurang baik.

Tidak semua responden melakukan SADARI secara teratur meskipun telah mengetahui betapa pentingnya pemeriksaan ini. Dari hasil penelitian ini, responden menunjukkan perilaku SADARI yang cukup baik. Dalam tinjauan teori disebutkan bahwa tingginya angka kematian karena kanker payudara disebabkan sebagian besar penderita datang setelah stadium lanjut. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah penderita tidak tahu atau kurang mengerti tentang kanker payudara, kurang memperhatikan payudara, rasa takut akan operasi, percaya dukun atau tradisional dan rasa malas serta malu memperlihatkan payudara (Sutjipto, 2009). Namun, pada hasil penelitian juga diperoleh bahwa sebagian besar responden kadang merasa malas melakukannya.

Berdasarkan penelitian ini, sebagian responden telah melakukan SADARI sesuai dengan frekuensi dan waktu yang dianjurkan oleh Varney (2004), bahwa SADARI sebaiknya dilakukan secara mandiri sekali dalam satu bulan pada saat setelah menstruasi.

Dari hasil uji penelitian diperoleh hasil yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dan SADARI dengan perilaku SADARI dengan korelasi yang kurang erat. Dari hasil diatas dapat dibuktikan bahwa ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang SADARI maka semakin baik pula perilaku SADARI dan semakin rendah tingkat pengetahuan tentang SADARI maka semakin kurang baik pula perilaku SADARI.

(54)

sesuai dengan tinjauan teori bahwa perilaku SADARI yang termasuk dalam perilaku kesehatan, dipengaruhi oleh faktor keturunan dan lingkungan yang bermula dari pemikiran atas dasar pengetahuan hingga pada akhirnya muncul dalam perilaku (Purwanto, 2009).

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan tinjauan teori yang menyebutkan bahwa berdasarkan pengalaman dan penelitian, perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

Dari hasil penelitian ini terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian sebelumnya karya Angesti dengan judul Hubungan antara Pengetahuan tentang Kanker Payudara dengan Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) sebagai Deteksi Dini pada Mahasiswi DIV Kebidanan FK UNS pada tahun 2010. Hasil analisis pada penelitian tersebut diperoleh

nilai π = 0,404 dengan tingkat signifikansi 0,00 (P < 0,05) menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dengan perilaku pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dengan tingkat korelasi sedang.

(55)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dan SADARI dengan perilaku SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara pada mahasiswi Fakultas Psikologi USU angkatan 2008, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Tingkat pengetahuan tentang SADARI pada mahasiswi Fakultas Psikologi USU angkatan 2008 sudah baik. Dibuktikan dari hasil penelitian, diperoleh distribusi tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 54 orang (68,4%), tingkat pengetahuan sedang sebanyak 23 orang (29,1%) dan tingkat pengetahuan rendah sebanyak 2 orang (2,5%).

2. Perilaku SADARI pada mahasiswi Fakultas Psikologi USU angkatan 2008 sudah cukup baik. Dibuktikan dari hasil penelitian, diperoleh distribusi perilaku baik sebanyak 16 orang (24,1%), perilaku cukup baik sebanyak 30 orang (51,9%) dan perilaku kurang baik sebanyak 8 orang (24,1,%).

(56)

6.2 Saran

Dari kesimpulan hasil penelitian diatas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi profesi

Dokter dan tenaga medis lebih meningkatkan perhatian terhadap pendidikan kesehatan bagi wanita khususnya tentang kanker payudara dan tindakan preventif serta promotif yaitu dengan SADARI.

2. Bagi institusi

Mengembangkan kurikulum dan meningkatkan peran pendidik dalam menyampaikan pengetahuan tentang kanker payudara dan deteksi dini dengan SADARI bagi mahasiswa secara lebih menarik sehingga mampu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam mengaplikasikannya.

3. Bagi masyarakat

Meningkatkan tindakan preventif terjadinya kanker payudara secara dini dengan cara meningkatkan pengetahuan tentang kanker payudara dan SADARI serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat.

4. Bagi peneliti lain

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Ana, K. 2007. Panduan Lengkap kesehatan Wanita. Yogyakarta : Gala Ilmu Semesta

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Budiarto, E. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC

Cunningham, F. 2008. Williams Gynecology. USA : McGraw Hill Company

Dahlan, M. 2008. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika

Davey, P. 2006. Kanker Payudara. Dalam: Davey, Patrick, ed. At a Glance Medicine. Jakarta : Penerbit Erlangga, 341.

Kasdu. 2005 Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta : Puspa Swara

Faiz, O., dan Moffat, D. 2003. Drainase dan Limfatik Ekstremitas Atas dan Payudara. Dalam: Faiz, Omar, dan Moffat, David, ed. At a Glance Series Anatomi. Jakarta : Penerbit

Erlangga, 65.

Gleadle, 2007. Pemeriksaan Payudara. Dalam: Gleadle, Jonathan, ed. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Penerbit Erlangga, 34.

Imaginis, 2009. Breast Cancer: Statistics on Incidence, Survival, and Sreening. Available from: http://www.imaginis.com/breast-health/breast-cancer-statistics-on-incidence- survival-and-sreening-1 [Accessed: 10 April 2011].

Moningkey, S. 2000. Epidemiologi Kanker Payudara. Medika; Januari 2000. Jakarta. Available from: http://stetoskopmerah.blogspot.com/2009/04/aspek-klinis-dan-epidemiologis-penyakit.html [Accessed: 15 April 2011].

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

(58)

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Purwanto, H. 2009. Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Rasjidi, I., dan Hartanto, A. 2009. Kanker Payudara. Dalam Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker Pada Wanita. Jakarta : Sagung Seto, 51-91

Setiati, E. 2009. Waspadai Empat Kanker Ganas. Yogyakarta : Andi offset

Singh, MM., et all. 1999. Breast Self Examination for Early Detection of Breast Cancer. Indian Journal of Medical Sciences 53 (3): 120-126

Sjamsuhidajat, R., dan De Jong, W., 2004. Neoplasia. Dalam: Sjamsuhidajat, R., dan De Jong, W., ed. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC, 131 dan 138

Smith, R., Saslow, D., Sawyer, K., Burke, W., Costanza, M., et all. 2003. American Cancer Guidelines For Breast Cancer Screening. A Journal For Clinicians

http://caonline.amcanceroc.org/cgi/content/full/53/3/141.html. [Accessed: 1 Mei 2011]

Sosiawan. 2005. Konsep Manusia dan Perilakunya.

http://edwi.dosen.upnyk.ac.id/PSIKOM.2.05.doc [Accessed : 5 Mei 2011]

Suryaningsih, E. 2009. Kupas Tuntas Kanker Payudara. Yogjakarta : Paradigma Indonesia

Swart, R., et all. 2010. Breast Cancer. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/283561-overview [Accessed 12 March 2011].

Tae, I., Byung S., Bon Young, K., Jong, W., Young, A., et all. 2009. Journal of Breast Cancer [Accessed: 11 April 2011]

Taufiqurrahman, M. 2008. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan. Surakarta : UNS Press

(59)

http://stetoskopmerah.blogspot.com/2009/04/aspek-klinis-dan-epidemiologis-penyakit.html [Accessed: 15 April 2011].

Wahyuni, S. 2008. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication

William, L., John, S. 1979. Cancer Of The Breast. 2nd Edition. USA: Saunders Company.

Wiknjosastro, H. Ilmu Kandungan. 2006. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

World Health Organization, 2010. Histological Classification of Breast Cancer. Available from:

(60)

Lampiran 1

Curriculum Vitae

Nama : Azmeilia Syafitri Lubis

Tempat / Tanggal Lahir : Medan, 15 Mei 1990

Agama : Islam

Alamat : Jl. Yos Sudarso, No.27 Kel.Cengkeh Turi, Binjai, Sumut.

Riwayat Pendidikan : 1. TK Baitul Mahfuzh Binjai Tahun 1995 - 1996

2. SD Negeri 028288 Binjai Tahun 1996 - 2002

3. SMP Negeri 1 Binjai Tahun 2002 - 2005

4. SMA Negeri 3 Binjai Tahun 2005 - 2008

Riwayat Pelatihan : 1. Diklat SCORE BEM PEMA FK USU 2008

2. Workshop basic Life support TBM FK USU 2008

3. TBM camp 2008

Riwayat Organisasi : 1. Anggota TBM FK USU PEMA FK USU

(61)

Lampiran 2

A. KUESIONER PENGETAHUAN TENTANG SADARI (KANKER PAYUDARA)

a) Di bawah ini terdapat beberapa pertanyaan tentang kanker payudara dan deteksi dini/pemeriksaan payudara sendiri

b) Beri tanda chekcklist (√) pada kolom jawaban yang anda pilih & pilih jawaban yang menurut anda paling benar

No PERTANYAAN Benar Salah Tidak

Tahu 1 Kanker payudara merupakan salah satu keganasan pada sel

2 Kanker payudara merupakan penyebab kematian tertinggi kedua pada wanita akibat penyakit kanker

3 Faktor keturunan bisa menjadi penyebab kanker payudara

4 Faktor hormon bukan merupakan penyebab terjadinya kanker payudara

5 Konsumsi alkohol merupakan pemicu terjadinya kanker payudara

6 Radiasi terus menerus pada penderita kanker dapat meningkatkan risiko kanker payudara

7 Wanita usia subur tidak berisiko terkena kanker payudara

8 Anak perempuan yang ibunya menderita kanker payudara memiliki peningkatan risiko dua sampai tiga kali lipat

9 Wanita yang mandul/ belum pernah melahirkan tidak berisiko terkena kanker payudara

(62)

11 Kulit payudara yang menebal seperti kulit jeruk merupakan gejala dari kanker payudara

12 Nyeri pada payudara tidak perlu dicurigai sebagai gejala kanker payudara

13 Kanker payudara yang ditemukan stadium III mudah disembuhkan

14 Memberikan ASI merupakan salah satu cara mencegah terjadinya kanker payudara

15 Pencegahan kanker payudara adalah dengan panggunaan obat-obat hormonal harus dengan sepengetahuan dokter, lakukan SADARI setiap bulan, menjaga kesehatan dengan mengonsumsi buah dan sayuran segar, hindari makanan berkadar lemak tinggi

16 Kanker payudara dapat menyebar ke otak, paru-paru, hati atau tulang

17 SADARI disebut juga dengan Breast Self Examination

18 Salah satu cara pemeriksaan yang mudah dilakukan untuk mendeteksi dini kanker payudara adalah dengan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri)

19 SADARI dianjurkan untuk dilakukan secara rutin tiap bulan

(63)

B. KUESIONER PRILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) Berikan tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan kondisi anda!

1. Apakah anda melakukan pemeriksaan pada payudara anda sendiri?

a. Selalu b. Kadang c. Tidak pernah

2. Apakah anda merasa malas untuk memeriksa payudara anda sendiri? a. Selalu b. Kadang c. Tidak pernah 3. Apakah anda merasa malu untuk memeriksa payudara anda sendiri?

a. Selalu b. Kadang c. Tidak Pernah

4. Apakah anda melakukan SADARI untuk deteksi dini kanker payudara? a. Selalu b. Kadang c. Tidak pernah 5. Apakah anda melakukan SADARI minimal sekali satu bulan secara teratur?

a. Selalu b. Kadang c. Tidak pernah

6. Apakah anda melakukan SADARI pada waktu sekitar satu minggu setelah haid? a. Selalu b. Kadang c. Tidak pernah

7. Apakah anda melakukan SADARI di depan cermin?

a. Selalu b. Kadang c. Tidak pernah 8. Apakah anda mengangkat tangan anda ketika melakukan SADARI?

a. Selalu b. Kadang c. Tidak pernah 9. Apakah anda melihat bentuk payudara anda ketika melakukan SADARI?

a. Selalu b. Kadang c. Tidak pernah 10. Apakah anda menilai ukuran payudara anda ketika melakukan SADARI?

a. Selalu b. Kadang c. Tidak pernah

11. Apakah anda melihat perubahan warna kulit payudara ketika melakukan SADARI? a. Selalu b. Kadang c. Tidak pernah

12. Apakah anda memijat hingga putting untuk mengetahui adanya cairan yang keluar ketika melakukan SADARI?

a. Selalu b. Kadang c. Tidak pernah

13. Apakah anda meraba seluruh bagian payudara dengan variasi tekanan ketika melakukan SADARI?

a. Selalu b. Kadang c. Tidak pernah 14. Apakah anda meraba hingga ketiak ketika melakukan SADARI?

Gambar

Gambar 2.1. Anatomi Payudara (Trialsightmedicalmedia.com, 2008)
Tabel 2.1 : Faktor Resiko Kanker Payudara
Tabel 2.3. : Klasifikasi Kanker Payudara Berdasarkan T,N,M
Tabel 2.4. : Harapan hidup pasien kanker payudara dalam lima tahun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa memahami ruang lingkup, sistem, peran dan fungsi manajemen SDM dalam organisasi serta analisis berbagai kasus yang terjadi Mahasiswa mampu menganalisis

LP360 Tutorials. GIS and Decision Making in Local Government. Redlands, California, USA. Making Better Use of Acuracy Data in Land Change Studies: estimating Accuracy and

[r]

1 2011 Ketua Pelatihan Aplikasi Paket Program MS Office dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Aparatur Pemerintahan Desa Argosari, Kecamatan Sedayu, Bantul, DIY. 2

[r]

Universitas Negeri

AN PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN PENG OMPOK KERJA PEKERJAAN JALAN DAN J TENGAH PADA BALAI PELAKSANA TEKNI MAGELANG DANA APBD TAHUN ANGGAR.. Magelang,

I 5 LULUS SEMENTARA LULUS SEMENTARA LULUS SEMENTARA LULUS SEMENTARA LULUS SEMENTARA TIDAK LULUS LULUS SEMENTARA LULUS SEMENTARA LULUS SEMENTARA LULUS SEMENTARA