• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indeks Keragaman Jenis Serangga pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) di Kebun Rambutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Indeks Keragaman Jenis Serangga pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) di Kebun Rambutan"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

INDEKS KERAGAMAN JENIS SERANGGA PADA

PERTANAMAN KELAPA SAWIT (Elais guinensis Jacq.)

DI KEBUN RAMBUTAN

SKRIPSI

OLEH :

JOHAN STAFENZER 060302002

HPT

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

INDEKS KERAGAMAN JENIS SERANGGA PADA

PERTANAMAN KELAPA SAWIT (Elais guinensis Jacq.) DI

KEBUN RAMBUTAN

SKRIPSI

OLEH :

JOHAN STAFENZER 060302002

HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

(Ir.Marheni MP)

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

(Ir.Fatimah Zahra) Ketua Anggota

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRACT

Johan Stafenzer, Index Diversity of Insect on Oilpalm (Elais guinensis

Jacq.) Plantation in Kebun Rambutan, it was under supervised by

Ir.Marheni,MP. and Ir.Fatimah Zahra. This research was done in Kebun Rambutan PTPN III, Tebing Tinggi. This research done in two location,in produced plant and not yet produced plant and have 10 point of trap for each location. The trap which used is light trap, pitt fall trap, and next the identification done in Laboratory of Pest, Departement of Plant Pest and Disease, Agriculture Faculty, North Sumatera University.

(4)

ABSTRAK

Johan Stafenzer, Indeks Keragaman Jenis Serangga pada Pertanaman

Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) di Kebun Rambutan, dibawah bimbingan

ibu Ir.Marheni, MP. dan Ibu Ir. Fatimah Zahra. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Rambutan PTPN III, Tebing Tinggi. Penelitian ini dilaksanakan di dua (2) lokasi yaitu tanaman menghasilkan dan tanaman belum menghasilkan dan masing-masing 10 titik pada tiap lokasi. Perangkap yang digunakan adalah perangkap cahaya, perangkap lubang dan pengamatan dilanjutkan di laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Johan Stafenzer, dilahirkan pada tanggal 11 November 1988 di Pancurbatu, Deli Serdang, merupakan anak pertama dari lima bersaudara dari Ayahanda Maidin Damanik SP. dan Ibunda tercinta Gustaria Elisabeth br. Sitepu. Pendidikan yang ditempuh :

 Tahun 2000 lulus dari Sekolah Dasar Negeri 104220 Pancurbatu

 Tahun 2003 lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pancurbatu  Tahun 2006 lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pancurbatu

 Tahun 2006 diterima di Universitas Sumatera Utara Fakultas Pertanian Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan melalui jalur SPMB

Aktifitas yang diikuti selama mengikuti perkuliahan :

 Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Kebun Rambutan PTPN III, Tebing Tinggi pada tahun 2010.

 Sebagai peserta pada seminar nasional “Tindak Lanjut Pembangunan Pertanian Pasca Swasembada Beras 2008” di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

 Asisten Laboratorium Ilmu Hama Tumbuhan (2008/2009)  Asisten Laboratorium Hama Hutan (2009/2010)

 Asisten Laboratorium Dasar Perlindungan Hutan sub Hama (2009/2010)  Asisten Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman sub Hama

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Adapun judul skripsi ini adalah “Indeks Keragaman Jenis Serangga

pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) di Kebun Rambutan”

yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Pada kesempatan ini , penulis mengucapkan terimakasih kepada komisi pembimbing saya Ir.Marheni MP selaku Ketua dan Ir.Fatimah Zahra selaku Anggota yang telah banyak memberi saran dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan di masa mendatang.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Desember 2010

(7)

Ekologi Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.)...…... 4

Keanekaragaman Serangga (Insect Diversity)... 5

Faktor-faktor yang mempengaruhi keanekaragaman Serangga... 7

BAHAN DAN METODA Kelimpahan Serangga Pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)…… 17

Kelimpahan Serangga Pada Tanaman Menghasilkan (TBM) ………… . 20

Nilai Indeks Keanekaragaman Serangga ……….. 23

Nilai Indeks Keseragaman Serangga………. 24

Nilai Kerapatan Mutlak dan Kerapatan Relatif pit fall trap……… 25

(8)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 29 Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

(10)

DAFTAR TABEL

TABEL Hal

Kelimpahan Serangga Pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)…… 17

Kelimpahan Serangga Pada Tanaman Menghasilkan (TBM) …………. 20

Nilai Indeks Keanekaragaman Serangga ……….. 23

Nilai Indeks Keseragaman Serangga………... 24

Nilai Kerapatan Mutlak dan Kerapatan Relatif pit fall trap……… 25

(11)

ABSTRACT

Johan Stafenzer, Index Diversity of Insect on Oilpalm (Elais guinensis

Jacq.) Plantation in Kebun Rambutan, it was under supervised by

Ir.Marheni,MP. and Ir.Fatimah Zahra. This research was done in Kebun Rambutan PTPN III, Tebing Tinggi. This research done in two location,in produced plant and not yet produced plant and have 10 point of trap for each location. The trap which used is light trap, pitt fall trap, and next the identification done in Laboratory of Pest, Departement of Plant Pest and Disease, Agriculture Faculty, North Sumatera University.

(12)

ABSTRAK

Johan Stafenzer, Indeks Keragaman Jenis Serangga pada Pertanaman

Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) di Kebun Rambutan, dibawah bimbingan

ibu Ir.Marheni, MP. dan Ibu Ir. Fatimah Zahra. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Rambutan PTPN III, Tebing Tinggi. Penelitian ini dilaksanakan di dua (2) lokasi yaitu tanaman menghasilkan dan tanaman belum menghasilkan dan masing-masing 10 titik pada tiap lokasi. Perangkap yang digunakan adalah perangkap cahaya, perangkap lubang dan pengamatan dilanjutkan di laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya penduduk dunia, kebutuhan akan minyak sawit semakin meningkat, untuk ini perlu pula dipikirkan usaha untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas produksi kelapa sawit (Ginting, 1975).

Berbagai jenis minyak nabati dan lemak yang ada di pasaran dunia mempunyai sifat yang dapat saling menggantikan (barang substitusi ) oleh karenanya penawaran dan permintaan prodik kelapa sawit harus dibicarakan dalam konteks ekonomi minyak nabati dan lemak dunia(Iyung, 2006)

Kelapa sawit telah menjadi komoditi subsektor perkebunan yang memiliki peranan penting bagi perekonomian indonesia. Prospek usaha yang cerah, harga yang kompetitif, dan industri berbasis kelapa sawit yang beragamdengan skala usaha yang fleksibel, telah menjadikan banyak perusahaan dalam berbagai skala maupun petani yang berminat membangun industri kelapa sawit mulai dari kebun hingga hilir (Hanum, 2009)

(14)

Tanaman kelapa sawit tergolong tanaman kuat. Walaupun begitu tanaman ini tiudak luput dari serangan hama dan penyakit, baik yang kurang membahayakan maupun yang membahayakan. Sebagian besar hama yang menyerang adalah golongan insekata atau serangga. Sedangkan penyakit yang menyerang tanaman sawit umumnya disebabkan oleh jamur, bakteri dan virus (Kiswanto, 2008)

Berkembangnya subsektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif. Terutama kemudahan dalam hal perizinan dan bantuan subsidi infestasi untuk pembangunan perkebunan rakyat dengan pola PIR dan dalam perizinan pembukaan wilayah baru untuk wilayah perkebunan-perkebunan besar swasta (Manurung, 2001).

Serangga dapat berperan sebagai pemakan tumbuhan, sebagai parasitoid (hidup secara parasit pada serangga lain), sebagai predator (pemangsa), sebagai pemakan bangkai, sebagai penyerbuk dan sebagai penular (vector) bibit penyakit tertentu (Putra, 1994).

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui indeks keragaman jenis serangga pada perkebunan kelapa sawit pada tanaman belum menghasilkan dan sudah menghasilkan serta pada tanaman yang diberi perlakuan tandan kosong dan tanpa tandan kosong di Kebun Rambutan.

(15)

Hipotesa Penelitian

1. Diduga adanya perbedaan indeks keragaman serangga pada perkebunan kelapa sawit pada tanaman dengan tanaman belum menghasilkan dan sudah menghasilkan serta pada tanaman yang diberi perlakuan tandan kosong sawit dan tanpa tandan kosong sawit di Kebun Rambutan.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan untiuk mengidentifikasi jenis- jenis serangga pada tanaman kelapa sawit

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

I. Ekologi Tanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.)

Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan memperngaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit (Anonimous, 2010)

Meskipun tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang tergolong tanaman kuat, namun tanaman ini juga tidak luput dari serangan hama dan penyakit, baik yang kurang membahayakan maupun yang sangat membahayakan. Sebagian besar hama yang menyerang adalah golongan insekta atau serangga dan beberapa jenis hewan dari kelompok mamalia yang biasa menyebabkan kerugian (Tim penulis PS, 1997).

(17)

II. Keanekaragaman Serangga (Insect Diversity)

Keragaman jenis adalah sifat komunitas yang memperlihatkan tingkat keanekaragaman jenis organisme yang ada di dalamnya. Untuk memperoleh keanekaragaman jenis cukup diperlukan kemampuan mengenal dan membedakan jenis meskipun tidak dapat mengidentifikasi jenis hama (Krebs, 1978)

Serangga memiliki keanekaragaman yang begitu besar dan pengklasifikasiannya menimbulkan banyak masalah. Agar dapat dimengerti dan digunakan, sebuah klasifikasi harus berdasarkan pada pola evolusi yang sejauh ini dapat dibuktikan dari fakta yang tersedia. Klasifikasi adalah sebuah sistem informasi untuk informasi tentang organisme dan juga informasi untuk memperbaharui sistem itu lagi (Evans, 1984)

Jumlah spesies serangga, sama dengan semua hewan dan tanaman, dengan bermacam – macam tipe komunitas dan tahap suksesi ekologi. Hutan hujan tropis memiliki jumlah spesies yang paling besar, diperkirakan sedikitnya 50 persen dari seluruhnya, dan rantai makanan menjadi sangat kompleks. Areal yang baru diganggu atau areal yang baru diolah manusia berada pada spekrum yang berbeda. Disini, sedikit spesies ditemukan, rantai makanan menjadi sederhana, dan ketidakstabilan komunitas yang besar (Elzinga, 1981)

(18)

Beberapa faktor yang saling berkaitan untuk menentukan derajat naik turunnya keanekaragaman jenis, adalah:

1. Waktu, keanekaragaman komunitas bertambah sejalan waktu.

2. Heterogenitas ruang, semakin heterogen keadaan suatu lingkungan fisik maka semakin tinggi keragamannya

3. Kompetisi, terjadi apabila sejumlah organisme membutuhkan sumber yang sama yang ketersediaanya terbatas.

4. Pemasangan, yang mempertahankan komunitas populasi dari jenis bersaing yang berbeda di bawah daya dukung masing-masing selalu memperbesar kemungkinan hidup berdampingan sehingga mempertinggi keragaman, apabla intensitas dari pemasangan terlalu tinggi atau rendah dapat menurunkan keragaman.

5. Kestabilan iklim, makin stabil iklim akan lebih mendukung bagi keberlangsungan evolusi.

6. Produktivitas, merupakan syarat mutlak untuk keanekaragaman yang tinggi (Michael, 1995).

Pola penyebaran dan kepadatan serangga di suatu tempat akan berbeda-beda. Penyebaran dan kepadatan serangga sangat dipengaruhi oleh banyak sedikitnya populasi serangga, prilaku serangga dan tempat hidup (keadaan tofografi) atau habitatnya (Gallangher dan Lilies, 1991).

(19)

Dalam ekosistem alami semua makhluk hidup berada dalam keadaan seimbang, dan saling mengendalikan sehingga tidak terjadi hama. Di ekosistem alamiah keragaman jenis sangat tinggi yang berarti dalam setiap kesatuan ruang terdapat flora dan fauna tanah yang beragam. Sistem pertanaman yang beranekaragam berpengaruh kepada populasi spesies hama (Oka, 1995).

Kita mengetahui bahwa makanan merupakan sumber gizi yang diperlukan oleh serangga untuk hidup dan berkembang. Jika makanan tersedia dengan kualiatas yang cocok dan kuantitas yang cukup, maka populasi serangga akan naik dengan cepat. Sebaliknya jika keadaan makanan kurang maka populasi serangga juga akan menurun (Jumar, 2000)

Perkembangan dan reproduksi serangga sangat terpengaruh oleh beragam faktor abiotik. Faktor ini mungkin menunjukkan pengaruhnya pada serangga baik secara langsung maupun tidak langsung. (Melalui pengaruhnya pada organisme lain) dan pada batas pendek atau jauh (cahaya, sebagai contoh, mungkin menimbulkan efek yang cepat pada orientasi serangga saat mencari makanan, dan banyak menyebabkan perubahan pada fisiologi serangga dalam antisipasi kondisi yang merugikan pada beberapa bulan kedepannya) (Gillot, 1982)

Pada serangga poikilothermal, pada dasarnya metabolisme mereka sangat dipengaruhi oleh temperatur lingkungan yaitu dengan interval temperatur yang mengijinkan untuk dapat bertahan hidup, temperatur lingkungan tertinggi, rata- rata tinggi produksi panas dan konsumsi oksigen (Rockstein, 1973)

(20)
(21)

BAHAN DAN METODA

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di areal perkebunan PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, Sumatera Utara dengan ketinggian tempat 75m diatas permukaan laut dan Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini berlangsung mulai bulan April 2010 sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah imago serangga yang tertangkap, air bersih, detergen, plastik transparan, kertas kuning , formalin dan alkohol 70%

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah stoples, botol kecil, kain kasa, light trap, fit fall trap dengan menggungkan baskom, mikroskop, selotip, pinset,kalkulator, kamera, killing bottle, jarum suntik, buku kunci identifikasi serangga yaitu Kalshoven (1981) & Borror (1992) dan alat- alat lainnya yang dibutuhkan selama penelitian.

Metode Analisa Data

(22)

langsung dan juga dilaboratorium, kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus- rumus sebagai berikut :

-Frekuensi Mutlak (FM) suatu jenis serangga :

Frekuensi mutlak menunjukkan jumlah individu serangga tertentu yang ditemukan pada habitat yang dinyatakan secara mutlak.

-Frekuensi Relatif(FR) suatu serangga

FR = x100%

FM FM

Frekuensi relatif menunjukkan keseringhadiran suatu serangga pada habitat dan dapat menggambarkan penyebaran jenis serangga tersebut.

- kerapatan mutlak(KM ) suatu serangga

Kerapatan mutlak menunjukkan jumlah serangga yang ditemukan pada habitat yang dinyatakan secara mutlak

-Kerapatan Relatif(KR) suatu jenis serangga

(23)

-Indeks keanekaragaman jenis serangga

Untuk membandingkan tinggi rendahnya keanekaragaman jenis serangga digunakan indeks Shanon-Weiner (H`) dengan rumus :

H` = -Σ pi In pi (Michael, 1995).

Dimana : pi = perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis.

pi = ni/N

ni = jumlah individu jenis ke-i

N = jumlah total individu semua jenis

Dengan kriteria indeks keanekaragaman (H`) sebagai berikut :

Keragaman jenis rendah bila H = < 1 (kondisi lingkungan tidak stabil) Keragaman jenis sedang bila H = 1-3 (Kondisi lingkungan sedang) Keragaman jenis tinggi bila H = > 3 (Kondisi lingkungan stabil)

-Indeks keseragaman serangga

Untuk menghitung indeks keseragaman serangga yang dikemukakan oleh Magurran(1982) sebagai berikut:

Hmaks H E =

dimana:

E : Indeks keseragaman H : Indeks keanekaragaman Hmaks: Ln S

(24)

Indeks keseragaman berkisar antara 0 – 1. apabila nilai mendekati 1 sebaran individu antar jenis merata. Nilai E mendekati nol apabila sebaran individu antar jenis tidak merata atau ada jenis tertentu yang dominan.

Pelaksanaan penelitian

Pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil serangga dengan perangkap pada daerah perkebunan kelapa sawit baik yang menghasilkan (TM) maupun belum menghasilkan (TBM) serta yang diberi tandan kosong dan tanpa tandan kosong kemudian dan mengumpulkan semua serangga yang terangkap. Lokasi pengamatan dilakukan di Kebun Rambutan Afdelin I dan Afdelin II, Tebing Tinggi, PT.Perkebunan Nusantara III, lokasi pengambilan sampel dipilih berdasarkan intensitas serangan dan dibedakan atas tanaman yang belum dan sudah menghasilkan. Sampel serangga yang diambil yaitu berupa imago dari serangga yang ada. Penangkapan serangga dilakukan dengan menggunakan berbagai perangkap, yaitu :

1. Perangkap cahaya (light trap)

(25)

alat penerang penarik serangga. Serangga yang datang akan menabrak kain yang diolesi dengan vaselin ataupun terjatuh ke air yang telah disediakan dibawah kain. Pada Pemasangan perangkap dilakukan pukul 18.00 dan diambil pukul 21.00 WIB. serangga yang telah didapat kemudian diidentifikasi di laboratorium.

Gambar 1. Perangkap Cahaya (Light Trap)

2. Perangkap jatuh (pitfall trap)

(26)

laboratorium untuk kemudian diidentifikasi. Lokasi peletakan perangkap berjarak 4-5m dari perangkap cahaya.

Gambar 2.Perangkap jatuh (Pitfall trap)

Identifikasi Serangga

(27)

Koleksi Serangga

Serangga – serangga yang telah tertangkap dilapangan dan telah diidentifikasi kemudian dikoleksi kering untuk serangga – serangga berukuran besar dan koleksi basah untuk serangga – serangga kecil. Aadapun cara untuk membuat koleksi serangga adalah sebagai berikut:

1. Koleksi kering

Koleksi kering dibuat untuk serangga-serangga yang berukuran besar. Adapun cara yang digunakan untuk membuat koleksi kering, yaitu :

- Dikumpulkan serangga yang tertangkap ke dalam killing bottle - Ditutup rapat dan dibiarkan sampai serangga tersebut lemas.

- Diambil formalin dan disuntikkan ke bagian abdomen serangga yang telah lemas

- Diletakkan ditempat koleksi

- Diatur letak tungkai dan sayapnya bagi serangga yang dapat terbang. - Diberi pelekat pada serangga ke media koleksi.

- Diberi label keterangan identifikasi pada media koleksi 2. Koleksi basah

Koleksi basah dibuat untuk serangga-serangga yang berukuran kecil. Adapun cara yang digunakan untuk membuat koleksi basah, yaitu :

- Disediakan botol koleksi yang transparan.

- Dimasukkan formalin, dan air bersih dengan perbandingan 1::10

- Dimasukkan serangga yang berukuran kecil ke dalam botol koleksi sesuai dengan ciri morfologinya masing-masing

(28)

Peubah Amatan

1. Indeks keanekaragaman serangga

- Jumlah serangga dan jenis serangga yang tertangkap pada perangkap tiap pengamatan.

- Nilai frekuensi mutlak, frekuensi relatif, kerapatan mutlak, kerapatan relatif pada setiap pengamatan.

- Nilai indeks keanekaragaman jenis serangga yang tertangkap pada ke dua areal.

(29)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kelimpahan Serangga Pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Kelimpahan serangga pada tanaman belum menghasilkan (TBM) yang diperoleh dari perangkap cahaya (light trap) dan perangkap lubang(pit fall trap) dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

(30)

Dari Tabel 1. dapat diketahui bahwa jumlah keseluruhan serangga yang tertangkap dengan menggunakan berbagai perangkap ( perangkap lubang dan perangkap cahaya) pada tanaman belum menghasilkan cukup beranekaragam yaitu sebanyak 1565 ekor populasi serangga, yang terdiri dari 9 ordo dan 27 famili.

Dari Tabel juga dapat diketahui bahwa nilai Kerapatan Mutlak (KM) tertinggi adalah ordo Lepidoptera (Noctuidae) yaitu berjumlah 149 ekor dengan nilai Kerapatan Relatif (KR) sebesar 9,52% dan nilai KM yang paling rendah adalah ordo Odonata (Coenagrioidae) yaitu hanya 10 ekor dengan nilai KR sebesar 0,638 %. Nilai Frekuensi Mutlak (FM) yang paling rendah dari seluruh penangkapan yaitu ordo Odonata (Coenagrioidae) sebanyak 5 kali dengan nilai Frekuensi Relatif (FR) hanya sebesar 2,008 %.

Serangga yang banyak diperoleh adalah dari ordo Lepidoptera family Noctuidae yang diperoleh dari perangkap cahaya. Bahkan banyak juga serangga ini yang masuk ke perangkap lubang, hal ini di duga karena air pada pit fall trap memantulkan cahaya dari light trap pada malam hari. Hal ini mengakibatkan beberapa serangga tertatik masuk ke perankap lubang juga.

(31)

keanekaragaman seranggga di suatu tempat dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan yaitu: umur tanaman, keadaan cuaca saat pengambilan sampel dan keadaan habitat di sekitar tanaman (penggunaan tanaman penutup tanah).

(32)

Kelimpahan Serangga Pada Tanaman Menghasilkan (TM)

Kelimpahan serangga pada tanaman menghasilkan (TM) yang diperoleh dari perangkap cahaya (light trap) dan perangkap lubang(pit fall trap) dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

Serangga Pengamatan KM KR FM FR

(33)

Jumlah keseluruhan serangga yang tertangkap dengan menggunakan berbagai perangkap ( perangkap lubang dan perangkap cahaya) pada tanaman menghasilkan adalah sebanyak 1743 ekor populasi serangga, yang terdiri dari 8 ordo dan 26 famili (Tabel 2).

Dari Tabel juga dapat diketahui bahwa nilai Kerapatan Mutlak (KM) tertinggi adalah ordo Hymenoptera (Formicidae) yaitu berjumlah 171 ekor dengan nilai Kerapatan Relatif (KR) sebesar 9,810% dan nilai KM yang paling rendah adalah ordo Coleoptera (Scarabeidae) yaitu hanya 13 ekor dengan nilai KR sebesar 0,745 %. Nilai FM terendah dari seluruh penangkapan adalah ordo Diptera (Lauxanidae) yang hanya terdiri dari 5 penangkapan dengan nilai FR sebesar 1,47%.

Pada tanaman menghasilkan ini serangga terbanyak adalah dari Hymenoptera (Formicidae). Hal ini karena pada perangkap yang digunakan terutama pada pit fall trap semut saring sekali masuk ke dalam perangkap. Hal ini karena serangga semakin tertarik karena ada pantulan cahaya lampu pada air di pit fall trap.

(34)

tanaman mempengaruhi keanekaragaman serangga. Pada tanaman belum menghasilkan, lingkungan jauh dari penduduk dan tanaman kelapa sawit dikelilingi oleh Mucuna yang merupakan tanaman penutup tanah (cover crop).

Bila diamati kembali kondisi dilapangan, ada perbedaan diantara keduanya. Pada tanaman belum menghasilkan di Afdelin I lokasi jauh dari pemukiman dan keadaan lingkungan yang stabil. Pertanaman kelapa sawit di Afdelin I juga merupakan lahan konversi bekas pertanaman karet. Hal ini menyebabkan beberapa hama khusus kelapa sawit kurang diperoleh kehadirannya, misalkan kehadiran hama Oryctes rhinoceros yang merupakan hama utama kelapa sawit.

Pada kondisi pertanaman Afdelin II terdiri dari kelapa sawit dan karet. Umur tanaman kelapa sawit juga beragam, terdapat tahun tanam 1994, 1997, dan 2003. Pada afdelin ini juga terdapat buangan tandan kosong dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Rambutan. Sisa-sisa tandan kosong ini juga akan menjadi tempat yang baik untuk bertelurnya hama, terutama hama Oryctes rhinoceros yang merupakan hama utama tanaman kelapa sawit. Hama ini juga diperoleh pada saat pengambilan data light trap di lapangan.

(35)

Nilai Indeks Keanekaragaman Serangga

Hasil perhitungan indeks keanekaragaman jenis serangga dari beberapa lokasi Pengkajian di areal PTPN III unit Kebun Rambutan pada jenis perangkap cahaya (light trap) dan perangkap lubang (pit fall trap) pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM) disajikan dalam tabel 3 berikut ini :

Tabel 3. Nilai Indeks Keanekaragaman Serangga

Menurut Michael (1995), ada 3 kriteria keanekaragaman jenis serangga yaitu, bila H’<1 berarti keanekaragaman serangga tergolong rendah., bila H’ 1-3 berarti keanekaragaman serangga tergolong sedang, bila H’>3 berarti keanekaragaman serangga tergolong tinggi.

(36)

Indeks Keseragaman Serangga pada Tanaman Belum Menghasilkan(TBM)

Indeks keseragaman serangga yang terdapat pada ekosistem tanaman belum Menghasilkan berdasarkan Magguran dapat kita lihat pada table 6. berikut:

No. Lokasi Indeks Keseragaman Keterangan

Tabel 4. Nilai indeks keseragaman Serangga pada TBM

Pada indeks keseragaman serangga dapat kita lihat bahwa nilai indeks keseragaman pada tanaman belum menghasilkan adalah 0,917 dan pada tanaman menghasilkan adalah 0,922. Berdasarkan Magguran (1982), indeks keseragaman berkisar antara 0 – 1 apabila nilai mendekati 1 maka sebaran individu antar jenis pada suatu daerah merata. Nilai indeks keseragaman (E) mendekati nol apabila sebaran individu antar jenis tidak merata atau ada jenis tertentu yang dominan pada suatu daerah. Dari data tesebut, dapat kita lihat bahwa nilai Indeks keseragaman mendekati 1 maka kemerataan atau sebaran keseragaman serangga pada kedua daerah termasuk dalam kategori merata.

(37)

Nilai Kerapatan Mutlak dan Kerapatan Relatif pada perangkap Pit Fall Trap

Pada table berikut ini akan disajikan data tentang kerapatan mutlak dan kerapatan relative pada perangkap lubang (pit fall trap). Data ini menyajikan jumlah serangga yang tertangkap pada perangkap lubang (Pit fall trap) dari dua daerah penangkapan yaitu tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Cincidellidae 81 5,70 Carabidae 47 3,31 Gryllotalpidae 39 2,74 Dermaptera Furficulidae 74 5,20 Hymenoptera Hemiptera Pentatomidae 64 4,50 Homoptera Cicadellidae 30 2,11

Total 1421 100

Tabel 5. Kerapatan Mutlak dan Kerapatan Relatif Serangga pada perangkap lubang (Pit Fall Trap)

.

(38)

adalah dari family Formicidae dari ordo Hymenoptera. Dengan nilai Kerapatan Relatif dari seluruh penangkapan adalah 20,05%. Jumlah dari serangga yang tertangkap juga cukup bervariasi dan banyak. Hal ini membuktikan bahwa perangkap lubang cukup efektif dan efisien digunakan sebagai alat untuk menduga keanekaragaman serangga di suatu tempat, terutama yang aktif di permukaan tanah.

(39)

Kerapatan Mutlak dan Kerapatan Relatif Serangga pada perangkap Cahaya (Light Trap).

Pada table berikut ini akan disajikan data kerapatan mutlak dan kerapatan relative pada perangkap cahaya (light trap). Data ini menyajikan jumlah serangga yang tertangkap pada perangkap cahaya (light trap) dari dua daerah penangkapan yaitu tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM).

Serangga KM KR(%)

(40)

Dari Tabel 6. diketahui bahwa jumlah serangga yang tertangkap dengan menggunakan perangkap cahaya adalah 1895 ekor, yang terdiri dari 8 ordo dan 29 famili. Serangga yang paling banyak tertangkap adalah ordo Lepidoptera (Noctuidae) yaitu sebayak 174 ekor dengan nilai KR sebesar 9,18%.

Dibandingkan dengan semua perangkap, perangkap cahaya memiliki jumlah serangga yang berada diantara Hand picking dan pitt fall trap, hal ini karena pengambilan data hanya dilaksanakan pada pukul 18.00-21.00. Disamping itu perekat yang digunakan yaitu Vaseline kurang efektif untuk perekat serangga. Namun perangkap cahaya cukup efektif untuk mengamati serangga yang aktif di malam hari, karena cahaya begitu mencolok dimalam hari.

(41)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pada tanaman belum menghasilkan(TBM) serangga dari ordo Lepidoptera (Noctuidae)adalah yang tertinggi populasinya sebesar 149 ekor dan pada tanaman menghasilkan (TM) serangga yang tertinggi populasinya adalah dari Ordo Hymenoptera (Formicidae) sebesar 171 ekor.

2. Indeks keanekaragaman serangga pada TBM adalah 3,068 dan pada TM adalah 3,045 dan tergolong tinggi.

3. Pada perangkap lubang (pitt fall trap) jumlah serangga yang tertangkap adalah 1421 ekor yang terdiri dari 7 ordo dan 18 family.

4. Pada perangkap cahaya (light trap) jumlah serangga yang tertangkap adalah 1895 ekor yang terdiri dari 8 ordo dan 29 family.

5. Indeks keseragaman serangga pada TBM adalah 0,917 dan pada TM adalah 0,922 dan tergolong merata.

Saran

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous,2005.Budidaya Kelapa Sawit.http://www.agroindonesia.com/. (03 April 2010)

Anonimous,2010.Kelapa Sawit. April 2010)

Elzinga,R.J.1981.Fundamentals of Entomology.Departement of Entomology Kansas State University.Prentice hall inc.Englewood Cliffs.New Jersey Evans, H.E.1984. Insect Biology A text Book of Entomology. Colorado State

University.Addison Wesley Publishing Company. London.

Gallangher, D. K dan S. Lilies, Ch., 1991. Metode Ekologi Lapangan. Program Nasional Pelatihan dan Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu. Jakarta.

Gillot,C.1982.Entomology.University of Saskatchewan, Saskatoon, Canada. Plennum Press.New York and London

Ginting,D.1975 Bercocok Tanam – Tanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) dan pengolahan hasilnya.SPMA Negeri Medan.Medan

Hanum,C.2008.Teknik Budidaya Tanaman.Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Krebs,1978.Ecology.The Experimental Analysis of Distribution and Abundance.Third Edition.Harper and Row Distribution.New York

Jumar,2000.Entomologi Pertanian.Rineka Cipta. Jakarta

Kiswanto,2008.Teknologi Budidaya kelapa sawit. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.Bogor

Manurung,E.G.T.2001.Analisis Valuasi Ekonomi Investasi Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia April 2010)

Michael, P., 1995. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. Terjemahan Yanti R. Koester. UI Press. Jakarta

(43)

Pahan, Iyung.2006. Panduan lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir.Penebar Swadaya. Jakarta

Putra, N.S., 1994. Serangga Di Sekitar Kita. Kanisius, Yogyakarta

Rizali, A., Bukhori, D., Triwidodo, H., 2002. Keanekaragaman Serangga pada Lahan Persawahan-tepaian Hutan indicator untuk Kesehatan Lingkungan. Jurnal Penelitian Juni 2002 Vol 9 (2).

Rockstein,M.1973.The Physiology of insecta.Academic Press.New York and London

(44)

Lampiran 1.

Tabel. Kelimpahan serangga yang tertangkap pada tanaman belum menghasilkan ( TBM ) berdasarkan jenis perangkap yang digunakan.

Perangkap Lubang (Tanaman Belum Menghasilkan)

Serangga Pengamatan KM KR(%) FM FR(%)

(45)

Perangkap Cahaya (Tanaman Belum Menghasilkan)

Serangga Pengamatan KM KR FM FR

(46)

Lampiran 2.

Tabel. Kelimpahan serangga yang tertangkap pada tanaman menghasilkan (TM) berdasarkan jenis perangkap yang digunakan.

Pitt Fall Trap (Tanaman Menghasilkan)

(47)
(48)

Lampiran 3.

Tabel Indeks keanekaragaman jenis serangga pada tanaman belum menghasilkan(TBM).

Dermaptera Furficulidae 32 0,020 -3,889 0,077

Hymenoptera

Ephemeroptera Ephemeridae 61 0,038 -3,244 0,123

Odonata Coenagrionidae 10 0,006 -5,053 0,030

(49)

Lampiran 4.

Tabel Indeks keanekaragaman jenis Serangga pada tanaman menghasilkan (TM).

Hemiptera Pentatomidae 129 0,074 -2,603 0,192

Reduviidae 20 0,011 -4,467 0,049

Hymenoptera Formicidae 171 0,098 -2,321 0,227

Anthoridae 52 0,029 -3,512 0,101

Dermaptera Furficulidae 53 0,030 -3,493 0,104

Diptera Muscidae 56 0,032 -3,438 0,110

Lauxanidae 20 0,011 -4,467 0,049

Total 1743 1 3,045

(50)

Gambar

Tabel 1. Kelimpahan serangga pada TBM
Tabel 2. Kelimpahan Serangga pada TM
Tabel 3. Nilai Indeks Keanekaragaman Serangga
Tabel 4. Nilai indeks keseragaman Serangga pada TBM
+6

Referensi

Dokumen terkait

berwirausaha siswa SMK di kota Padang dapat dijelaskan oleh variabel motivasi, self-efficacy, locus of control, dan sisanya sebesar 75.6% dipengaruhi

1980‟lerde özellikle Yeni Sağ söylemler, yönetsel ve siyasal yeniden yapılanma model arayışlarının temelini oluşturmuş, işletme veya piyasa tipi mekanizmaların

Abstrak: Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, bertujuan untuk memperoleh hasil belajar matematika siswa SMP ditinjau oleh model pembelajaran kooperatif tipe Student

Selanjutnya user dapat mengklik tombol dekripsi maka pesan akan berubah menjadi teks asli (plainteks) dan ukuran file dan waktu proses akan tampil pada form

Hasil F Jumlah ibu hamil anemia dengan kadar Hb 7-9,9 gr% sebanyak 76,9%. Kelompok usia terbanyak adalah kelompok usia reproduksi sehat sebanyak 74,4%. Kelompok gravida terbanyak

Hasil penelitian menunjukkan kondisi sanitasi DAM di Kabupaten Banyumas Tahun 2014 dengan kategori sangat baik sebanyak 57,15%, baik 21,4%, cukup 14,3% dan kurang baik 7,15%,

Dapat dikatakan ada pertumbuhan ekonomi apabila terdapat lebih banyak output, dan dikatakan terjadi pembangunan atau perkembangan ekonomi tidak hanya terdapat lebih