• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Kemampuan Menyebar Kumbang Tanduk (Oryctes Rhinoceros L.) Pada Musim Hujan Di Kebun Rambutan PTPN III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Kemampuan Menyebar Kumbang Tanduk (Oryctes Rhinoceros L.) Pada Musim Hujan Di Kebun Rambutan PTPN III"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KEMAMPUAN MENYEBAR KUMBANG TANDUK

(Oryctes rhinoceros L.) PADA MUSIM HUJAN

DI KEBUN RAMBUTAN PTPN III

SKRIPSI

RYAN ANUGRAH 060302039

HPT

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KAJIAN KEMAMPUAN MENYEBAR KUMBANG TANDUK

(Oryctes rhinoceros L.) PADA MUSIM HUJAN

DI KEBUN RAMBUTAN PTPN III

SKRIPSI

RYAN ANUGRAH 060302039

HPT

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ir. Maheni, MP Ir. Fatimah Zahara Ketua Anggota

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRACT

Ryan anugrah, Study of Spreading Ability of Oryctes rhinoceros beetle on Raining season at Kebun Rambutan PTPN III, with the conseling Ir. Marheni, MP and Ir. Fatimah Zahara. Spreading of Oryctes rhinoceros is influenced by environment factor. Researched aimed to know the spreading ability of oryctes rhinoceros on raining season at kebun Rambutan PTPN III. This research was held in Afdeling VII, Kebun Rambutan PTPN III Tebing Tinggi, Since July to September 2011. The research using Linier regration to find spreading influence with environment factor X1 (temperature), X2

(moisturize), X3 ( rain fall), X4 (wind). The result showed that X4 ( wind ) is the most

(4)

ABSTRAK

Ryan anugrah, KAJIAN KEMAMPUAN MENYEBAR KUMBANG TANDUK (Oryctes rhinoceros) PADA MUSIM HUJAN DI KEBUN RAMBUTAN PTPN III. Di bawah bimbingan Ir. Marheni, Mp dan Ir. Fatimah Zahara. Penyebaran oryctes rhinoceros di lapangan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui oryctes rhinoceros menyebar pada musim hujan di kebun Rambutan PTPN III Tebing Tinggi. Penelitian dilaksanakan di afdeling VII, Kebun Rambutan PTPN III Tebing Tinggi, mulai bulan Juli- September 2011. Penelitian ini menggunakan regresi linier berganda untuk mencari pengaruh penyebaran dengan faktor lingkungan X1 ( suhu

), X2 ( kelembaban), X3 (curah hujan) dan X4 ( angin ). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa X4 ( Angin ) merupakan faktor yang berpengaruh dalam penyebaran. Dengan

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari Skripsi ini yaitu “KAJIAN KEMAMPUAN MENYEBAR KUMBANG TANDUK (Oryctes rhinoceros L.) PADA MUSIM HUJAN DI KEBUN RAMBUTAN PTPN III” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh

gelar sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Ir.Marheni, MP Selaku Ketua Komisi Pebimbing dan Ibu Ir. Fatimah Zahara selaku Anggota Pebimbing yang telah memberikan bimbingannya dan memberikan saran dalam menyelesaikan skripsi ini sehingga Skripsi ini dapat disusun dengan baik. Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan Skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, November 2011

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRACT………... i

ABSTRAK………. ii

RIWAYAT HIDUP……… iii

KATA PENGANTAR………... iv

DAFTAR ISI………... v

DAFTAR GAMBAR ……….. vii

DAFTAR TABEL……….. viii

DAFTAR LAMPIRAN……….. ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penilitian ... 5

Hipotesa Penelitian ... 5

Kegunaan Penilitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Oryctes rhinoceros ... 6

Gejala Serangan ... 8

Pengendalian ... 10

Perangkap Feromon ... 10

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Penyebaran ... 10

Faktor-faktor yang Mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan Populasi ... 12

METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

Bahan dan Alat Penelitian ... 16

(7)

Pelaksanaan Penelitian ... 17

Survey Lahan ... 17

Periringan Serangga .... ... 17

Pemasangan Perangkap... 18

Penempatan Perangkap ... 19

Pelepasan Kumbang ... 19

Pengamatan... 20

Peubah amatan... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh penyebaran terhadap faktor lingkungan... 21

Perbedaan antara kumbang jantan dan betina... 24

Pengaruh areal tanaman terhadapa populasi kumbang... 25

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 27

Saran... 27

(8)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Telur O.rhinoceros ... 6

2. Larva O.rhinoceros ... 7

3. Pupa O.rhinoceros ... 7

4. Imago O.rhinoceros ... 8

5. Ferotrap ... 17

(9)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Faktor yang mempengaruhi penyebaran serangga ... 21

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Hal

1. Data regresi untuk S 200 ... ...28 2. Data regresi untuk S 400 ...

...30 3. Data regresi untuk T 200 ...

...32 4. Data regresi untuk T 400 ...

...34 5. Data regresi untuk B 200 ...

...36 6. Data regresi untuk B 400 ...

...38 7. Data regresi untuk U 200 ...

...40 8. Data regresi untuk U 400 ...

...42 9. Titik pemasangan perangkap ...

(11)

ABSTRACT

Ryan anugrah, Study of Spreading Ability of Oryctes rhinoceros beetle on Raining season at Kebun Rambutan PTPN III, with the conseling Ir. Marheni, MP and Ir. Fatimah Zahara. Spreading of Oryctes rhinoceros is influenced by environment factor. Researched aimed to know the spreading ability of oryctes rhinoceros on raining season at kebun Rambutan PTPN III. This research was held in Afdeling VII, Kebun Rambutan PTPN III Tebing Tinggi, Since July to September 2011. The research using Linier regration to find spreading influence with environment factor X1 (temperature), X2

(moisturize), X3 ( rain fall), X4 (wind). The result showed that X4 ( wind ) is the most

(12)

ABSTRAK

Ryan anugrah, KAJIAN KEMAMPUAN MENYEBAR KUMBANG TANDUK (Oryctes rhinoceros) PADA MUSIM HUJAN DI KEBUN RAMBUTAN PTPN III. Di bawah bimbingan Ir. Marheni, Mp dan Ir. Fatimah Zahara. Penyebaran oryctes rhinoceros di lapangan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui oryctes rhinoceros menyebar pada musim hujan di kebun Rambutan PTPN III Tebing Tinggi. Penelitian dilaksanakan di afdeling VII, Kebun Rambutan PTPN III Tebing Tinggi, mulai bulan Juli- September 2011. Penelitian ini menggunakan regresi linier berganda untuk mencari pengaruh penyebaran dengan faktor lingkungan X1 ( suhu

), X2 ( kelembaban), X3 (curah hujan) dan X4 ( angin ). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa X4 ( Angin ) merupakan faktor yang berpengaruh dalam penyebaran. Dengan

(13)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacg) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari

Amerika selatan yaitu Brazil kerena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil jika dibandingkan dengan di Afrika. Pada kenyataanya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerahnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand dan Papua nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi perhektar yang lebih tinggi (Fauji dkk, 2005).

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh Pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawah dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor.

Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911 (Fauzi dkk,2005).

Berbagai faktor dapat menyebabkan produksi kalapa sawit menurun salah satu faktor tersebut adalah serangan hama tanaman. Serangan hama ini di areal kelapa sawit dapat menimbulkan kerugian apabila tidak dikelolah dengan baik (Girsang dan Daswir dalam Noprida,2009).

(14)

Kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) dikenal sebagai hama yang menyerang hampir di seluruh pertanaman kelapa di Indonesia dan merupakan salah satu hama yang paling merusak (Mahmud, 1990). Di Indonesia kerugian yang ditimbulkan akibat serangan kumbang Oryctes sp. cukup tinggi. Di Jawa saja diduga kehilangan produksi per tahun berkisar 10-20 milyar rupiah (Direktorat Jendral Perkebunan, 2008).

Areal TBM menjadi sasaran utama hama O. rhinoceros dengan pelepah-pelepah muda yang mengering diantara daun-daun tua yang masih hijau (PPKS, 2004). Imago menggerek terutama bagian sisi batang pada pangkal pelepah yang lebih rendah, mencapai langsung titik tumbuh. Imago ini juga menyerang pelepah pertama pada mahkota dengan memakan jaringan tanaman yang masih muda sehingga pertumbuhan pelepah baru akan terganggu bentuknya dan mengganggu proses fotosintesis (PPKS, 1996).

Setiap hama mempunyai musuh alami yang dapat berupa parasit, predator (pemangsa) atau penyakit. Kalau musuh-musuh alami ini tidak cukup banyak, maka hama akan mudah berkembang biak (Mahmud, 1990). O. Rhinoceros dapat dikendalikan dengan cara fisik, pengutipan langsung, kimia yaitu dengan penggunaan pestisida atau dengan biologi yaitu penggunaan Metharizium anisophilae dan Baculovirus oryctes (PPKS, 2004).

(15)

sp. sehingga hal ini akan mempersulit O. rhinoceros untuk meletakkan telur (Prawirosukarto dkk, 2003).

Tanaman sistem peremajaan tanpa bakar (zero burning) dengan kondisi tanaman tua yang banyak terserang Ganoderma boninse mengakibatkan tingginya serangan hama O. rhinoceros pada tanaman sawit muda yang mengakibatkan kematian dan kerugian

secara materi. Metode pengendalian dengan menggunakan feromon sintetik dan dikombinasikan dengan penggunaan senyawa kimia sebagai pelindung telah terbukti meminimalkan kerusakan dan serangan hama O. rhinoceros pada tanaman sawit muda (Chenon dan Pasaribu, 2005).

Feromon berperan dalam monitoring populasi hama sebagai bagian penting dalam pengendalian hama secara terpadu serta dapat digunakan dalam pengendalian hama yang berwawasan lingkungan. Penggunaan feromon dalam pengendalian hama O. rhinoceros sudah dilakukan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa feromon agregasi sintetik dapat menangkap kumbang O. rhinoceros betina lebih banyak dibanding kumbang jantan (Alouw, 2007).

(16)

Kumbang O. rhinoceros jantan dan betina yang menggerek selalu berpindah-pindah dari pohon yang satu ke pohon sekitarnya sehingga menyebabkan serangan semakin meluas (Direktorat Jendral Perkebunan, 2008). Biasanya serangan kumbang O. rhinoceros akan diikuti oleh kumbang R. ferrugineus atau bakteri ataupun

cendawan, sehingga terjadi pembusukan yang berkelanjutan. Keadaan seperti ini tanaman mungkin menjadi mati atau terus hidup dengan gejala pertumbuhan yang tidak normal (PPKS, 2004).

Kumbang terbang dari tempat persembunyiannya menjelang senja sampai agak malam (sampai dengan pukul 21.00 wib), dan jarang dijumpai pada waktu larut malam. Dari pengalaman diketahui, bahwa kumbang banyak menyerang kelapa pada malam sebelum turun hujan. Keadaan tersebut ternyata merangsang kumbang untuk keluar dari persembunyiannya (PPKS, 2004).

Pada kelapa sawit yang ditanam pada tahun-tahun pertama, seekor kumbang tanduk meyerang sebatang pohon selama 4-6 hari sebelum ia pindah menyerang pohon lain. Akibatnya walaupun populasi yang kecil saja, tetapi populasi itu dapat menyebabkan kerusakan besar pada kelapa sawit (PPKS, 1996).

(17)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kemampuan Oryctes rhinoceros menyebar pada areal tanaman kelapa sawit pada musim hujan.

Hipotesis Penelitian

1. Diduga adanya pengaruh suhu, kelembaban,curah hujan dan angin terhadap penyebaran Oryctes rhinoceros di lapangan.

2. Diduga adanya perbedaan kumbang O. rhinoceros yang betina dan jantan yang tertangkap.

3. Diduga adanya hubungan antara penyebaran kumbang tanduk O.rhinoceros dengan keadaan areal pertanaman kelapa sawit.

Kegunaan Penelitian

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Oryctes rhinoceros

Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes rhinoceros adalah sebagai berikut :

Phylum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Coleoptera Famili : Scarabaeidae Genus : Oryctes

Spesies : Oryctes rhinoceros L

Kumbang ini meletakkan telur pada tunggul-tunggul karet, kelapa dan kelapa sawit yang telah dipotong dan bahan organik lainnya (Mangunsoekarjo dan Semangun, 2003). Imago betina kumbang ini dapat bertelur 3 sampai 4 kali selama hidupnya dengan jumlah telur 30 butir dalam sekali bertelur. Telur berwarna putih, bentuk oval, diletakkan oleh imago betina 5-15 cm di bawah permukaan bahan organik. Telur yang baru diletakkan berukuran 2,3 x 3,5 mm dan lamanya stadia telur 8-12 hari (Allorerung dan Hosang, 2003).

(19)

Larva yang baru menetas berwarnah putih dan setelah dewasa berwarnah putih kekuningan, warna bagian ekornya agak gelap dengan panjang 7-10 cm. Tubuh bagian belakang lebih besar dari bagian depan. Pada permukaan tubuh larva terdapat bulu-bulu pendek dan pada bagian ekor bulu-bulu tersebut tumbuh lebih rapat. Stadium larva 4-5 bulan bahkan ada pula yang mencapai 2-4 bulan lamanya. Stadim larva terdiri dari tiga instar yaitu: Instar I selama 11-12 hari, instar II selama 12-21 hari, dan instar III 60-165 hari (Anonimus, 2010).

Gambar 2. Larva O. rhinoceros

Ukuran pupa lebih kecil dari larvanya, kerdil, bertanduk dan berwarna merah kecoklatan dan panjang 5-8 cm yang terbungkus dari kokon dari tanah yang berwarna kuning. Stadia ini terdiri atas dua fase yaitu: Fase I lamanya satu bulan yang merupakan perubah bentuk dari larva ke pupa dan fase II lamanya tiga minggu merupakan perubahan bentuk dari pupa menjadi imago, dan masih berdiam dalam kokon (Anonimus, 2010).

(20)

Kumbang Oryctes rhinoceros warnanya hitam, permukaan bagian bawah badanya berwarana hitam kecoklatan, panjang tubuh 34-45 mm dan lebarnya 20 mm. Culanya yang terdapat pada kepala menjadi ciri khas kumbang ini. Cula kumbang jantan lebih panjang dari cula kumbang betina. Selain itu kumbang ini mempunyai mandible yang kuat dan cocok untuk melubangi pohon (Borror, 1971).

Gambar 4. Imago Oryctes rhinoceros

Gejala Serangan Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros L.)

Kumbang dewasa terbang ke tajuk kelapa pada malam hari dan mulai bergerak ke bagian dalam melalui salah satu ketiak pelepah daun yang paling atas. Kumbang merusak pelepah daun yang belum terbuka dan dapat menyebabkan pelepah patah. Kerusakan pada tanaman baru terlihat jelas setelah daun membuka 1-2 bulan kemudian berupa guntingan segitiga seperti huruf “V”. Gejala ini merupakan ciri khas serangan kumbang O. rhinoceros (Direktorat Jendral Perkebunan, 2008). Kumbang ini menggerek

pucuk-pucuk atau umbut kelapa sawit sejak ditanam dan dapat berlanjut sampai umur 25 tahun. Pelepah di atas bagian yang diserang akan putus dan mengering atau busuk dan tunas baru keluar dari samping (Lubis, 1992).

(21)

seekor kumbang menggerek selama 4-6 hari sebelum pindah ke tanaman lain. Oleh karena itu populasi O. rhinoceros yang rendah dapat mengakibatkan kerusakan tanaman kelapa sawit yang berat (Chenon dan Pasaribu, 2005).

Kumbang tanduk O. rhinoceros umumnya menyerang tanaman kelapa sawit muda dan dapat menurunkan produksi tandan buah segar (TBS) pada tahun pertama menghasilkan hingga 69%. Di samping itu, kumbang tanduk juga mematikan tanaman muda sampai 25% (Primatani, 2006)

Pengendalian

Upaya terkini dalam mengendalikan kumbang tanduk adalah penggunaan perangkap feromon. PPKS saat ini telah berhasil mensintesa feromon agregat (dengan nama dagang Feromonas) untuk menarik kumbang jantan maupun betina. Feromon agregat ini berguna sebagai alat kendali populasi hama dan sebagai perangkap massal. Pemerangkapan kumbang O. rhinoceros dengan menggunakan ferotrap terdiri atas satu kantong feromon sintetik (PPKS, 2009). Pengendalian dengan menggunakan feromon untuk mengendalikan populasi hama O. rhinoceros sudah dilakukan oleh beberapa negara antara lain Filipina, Malaysia, Srilanka, India, Thailand dan Indonesia (APCC 2006). Hal ini dilakukan mengingat O. rhinoceros adalah hama yang berbahaya baik pada tanaman kelapa yang masih di pembibitan sampai tanaman dewasa (Singh and Rethinam, 2005).

(22)

hektar dapat mematikan setengah dari tanaman yang baru ditanam (Balitka, 1989). Oleh sebab itu penggunaan feromon dapat menyelamatkan tanaman kelapa dari ancaman kehilangan produksi bahkan kematian tanaman. Penggunaan perangkap feromon dapat menurunkan populasi hama dan tingkat kerusakan hama sampai batas tidak merugikan serta menurunkan penggunaan insektisida dan kerusakan lingkungan (Roelofs, 1978). Di samping itu, feromon dapat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan penggunaan virus di lokasi-lokasi pelepasan virus untuk mengendalikan O. rhinoceros (APCC, 2006).

Perangkap Feromon

Feromon adalah substansi kimia yang dilepaskan oleh suatu organisme ke lingkungannya yang memampukan organisme tersebut mengadakan komunikasi secara intraspesifik dengan individu lain. Feromon bermanfaat dalam monitoring populasi maupun pengendalian hama (Nation, 2002). Di samping itu feromon bermanfaat juga dalam proses reproduksi dan kelangsungan hidup suatu serangga. Keberhasilan penggunaan feromon dipengaruhi oleh kepekaan penerima, jumlah dan bahan kimia yang dihasilkan dan dibebaskan per satuan waktu, penguapan bahan kimia, kecepatan angin dan temperatur (Klowden, 2002).

Feromon ini mempunyai bahan aktif Ethyl-4 methyloctanoate dimana bahan aktif ini 10 kali lipat lebih efektif dibandingkan feromon terdahulu yang bahan aktifnya Ethyl chrysanthemumate. Feromon diletakkan dalam ferotrap yaitu menggunakan ember plastik

(23)

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penyebaran Serangga

Jika lingkungan cocok dan pakan cukup, kumbang badak terbang dalam jarak yang dekat saja. Namun jika pakan kurang baik kumbang bisa terbang sampai sejauh 10 km (Pracaya, 2007).

a. Angin

Angin berpengaruh terhadap perkembangan hama, terutama dalam proses penyebaran hama tanaman. Misalnya kutu daun dapat terbang terbawa angin sejauh 1.300 km. Kutu loncat (Heteropsylla cubana), penyebarannya dipengaruhi oleh angin. Seperti halnya pada tahun 1986, pernah terjadi letusan hama (outbreak atau explosive) kutu loncat lamtoro pada daerah yang luas dalam waktu relatif singkat. Belalang kayu (Valanga nigricornis Zehntneri Krauss), bila ada angin dapat terbang sejauh 3-4 km. Selain mendukung penyebaran hama, angin kencang bisa menghambat bertelurnya kupu-kupu, bahkan sering menimbulkan kematian (Arantha, 2010).

b. Cahaya

(24)

C. Suhu

Serangga memiliki kisaran suhu tertentu dimana dia dapat hidup. Diluar kisaran suhu tersebut serangga akan mati kedinginan atau kepanasan. Pengaruh suhu ini jelas terlihat pada proses fisiologi serangga. Pada waktu Tertentu aktivitas serangga tinggi, akan tetapi pada suhu yang lain akan berkurang ( menurun ). Pada umumnya kisaran suhu yang efektif adalah suhu minimum 15 C, suhu optimum 25 C dan suhu maksimum 45 C. Pada suhu optimum kemampuan serangga untuk melahirkan keturunan besar dan kematian ( mortalitas ) sebelum batas umur akan sedikit ( Jumar, 2000).

d. Kelembaban / Hujan

Kelembaban atau curah hujan merupakan faktor penting yang mempengaruhi distribusi, kegiatan, dan perkembangan serangga. Dalam kelembaban yang sesuai serangga biasanya lebih tahan terhadap suhu ekstrem. Pada umumnya serangga lebih tahan terhadap lebih banyak air, bahkan beberapa serangga yang bukan serangga air dapat tersebar karena hanyut bersama air. Akan tetapi, kebanyakan air seperti banjir dan hujan deras merupakan bahaya bagi beberapa serangga ( Jumar, 2000).

e. Makanan

(25)

suatu jenis serangga hama. Dalam hubungannya dengan makanan , masing – masing jenis serangga memiliki kisaran makanan ( inang ) dari satu sampai banyak makanan ( inang ) ( Jumar, 2000)

Faktor-Faktor yang Pempengarui Pertumbuhan dan Perkembangan Populasi

Menurut Andrewartha dan Birch (1954 ) menyatakan bahwa kelangsungan hidup, perkembangan dan kerapatan populasi di lapangan ditentukan oleh : 1. Tersedianya sumberdaya makanan seperti makanan dan ruang tempat hidup.

2. Aksesibilitas sumberdaya dan kemampuan individu-individu populasi untuk mencapai dan memperoleh sumberdaya (antara lain sifat penyebaran, pemencaran dan kemampuan mencari).

3. Waktu atau kesempatan yang memanfaatkan laju pertumbuhan (r) yang tinggi misalnya pada keadaan iklim yang menguntungkan untuk pertumbuhan.

(Tarumingkeng, 1994).

Bila sejumlah kecil populasi tertentu menyerbu suatu habitat baru dan disukai, jumlah mereka akan semakin bertambah sampai mencapai suatu maksimum yang dapat didukung oleh lingkungan. Kelompok individu yang menyerbu suatu habitat yang disukai tidak segera bertambah jumlahnya. Hal itu memerlukan waktu bagi individu-individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya yang baru, menemukan pasangan dan menghasilkan individu muda (Michael, 1995).

(26)

populasi sedangkan dua kejadian yang terakhir menyebabkan pengurangan rapatan populasi ( Michael, 1995).

Andrewartha and Birch (1954) mengartikan bahwa hubungan antara empat komponen yaitu iklim, makanan, patogen dan tempat tinggal sebagai lingkungan untuk suatu organisme. Contohnya di Brazil, populasi serangga kadang-kadang berubah-ubah pada awal musim, terutama oleh faktor lingkungan yang mendukung seperti curah hujan, temperatur, dan kelembaban. Coleoptera dan serangga lainnya akan melimpah setelah hujan. Di hutan alami, kelimpahan dan perkembangan spesies kumbang scarabid sangat dipengaruhi oleh ph tanah, tanaman penutup dan kepadatan makanan mereka (kamarudin dkk, 2005).

(27)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada areal tanaman belum menghasilkan di afdeling VII, kebun Rambutan PTPN III Tebing. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - September 2011.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah imago O. rhinoceros, feromon,batang sawit busuk dan tandan sawit kosong.

Alat yang digunakan adalah 28 ferotrap, thermometer, hygrometer, tinta india, kawat dan alat tulis lainya.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan hubungan antara Korelasi dan Regresi dengan pelepasan kumbang arah timur, barat, utara, dan selatan.

Metoda linear yang digunakan adalah:

= a + ax1 + ax2 + ax3 + ax4 + Σx1x2x3x4

Ý = Hubungan antara korelasi dan regresi a = Konstanta

x1 = Suhu

x2 = kelembaban

x3 = cuaca

(28)

Metoda Pelaksanaan 1. Survey lahan

Penelitian dilakukan pada areal tanaman belum menghasilkan seluas 18,45 ha tahun tanam 2007 di blok 35 afdeling VII kebun Rambutan.

2.Periringan Serangga

Periringan dilakukan di rumah kasa dan laboratorium dengan banyak larva instar tiga yang diriring berjumlah 300 ekor. Media riringan menggunakan batang kelapa sawit yang telah membusuk. Batang kelapa sawit dibor agar membentuk lubang kemudian memasukkan larva kedalam lubang.Tujuanya agar konidisi lingkungan riringan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

3. Pemasangan perangkap.

(29)

Gambar 6. Perangkap

4. Penempatan perangkap.

(30)

Gambar 7 : Denah Lokasi Pemasangan Perangkap dan pelepasan kumbang

5. Pelepasan Oryctes rhinoceros.

Kumbang O. rhinoceros yang dilepaskan sebanyak 120 ekor (60 ekor betina dan 60 ekor jantan) merupakan kumbang yang baru muncul dari hasil pembiakan massal. Kumbang diberi tanda warna dengan memberikan cat kuku yang tahan air pada benang dan, benang diikat melingkar di bagian pleural suture atau di persambungan kepala dan

toraks. Pemberian tanda warna bertujuan untuk menandakan posisi pelepasan O. rhinoceros sesuai arah mata angin ( Utara, Selatan, Timur, Barat). Warna putih

menunjukkan arah pelepasan barat, hijau ke arah timur, kuning ke arah utara, dan warna hijau pelepasan ke arah selatan.

(31)

6. Pengamatan.

Kumbang yang masuk ke dalam perangkap pada tiap jarak diamati pukul 07.00 Wib, dan kemudian dilepaskan kembali pada sore hari hingga diketahui kemampuan dispersal terjauh. Pengamatan dilakukan setiap hari pada pukul 07.00WIB selama lima minggu sesuai umur stadia kumbang

Peubah Amatan

1. Oryctes rhinoceros yang tertangkap pada setiap jarak diamati dan dilepaskan kembali hingga diketahui kemampun dispersal terjauh

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengaruh Penyebaran Kumbang terhadap Faktor – Faktor Lingkungan (Suhu, Kelembaban, Curah hujan dan Angin).

Dari analisis regresi antara jumlah kumbang yang tertangkap dengan faktor – faktor lingkungan menunjukkan adanya hubungan antara penyebaran dengan faktor lingkungan. Menurut Schowalter (1996) menyatakan serangga sangat sensitive terhadap variasi lingkungan, dan serangga dapat merubah kelakuan mereka dalam merespon naik turunnya kondisi lingkungan atau perubahan lingkungan. Adapun pengaruh faktor tersebut dapat dilihat dari table regresi tiap jarak sebagai berikut:

Tabel 1. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penyebaran Serangga pada Setiap jarak Pelepasan

Jarak Model Koefisien regresi Sig

Barat-B1 (200) Angin Kelembaban Timur-T1 (200) Angin

(33)

Pada tabel 1 pada jarak B1 200 m faktor yang berpengaruh terhadap penyebaran adalah angin dan kelembaban dengan koefiesien regresi masing-masing 0.404 dan 0.066. Pada jarak B2 400 m faktor yang mempengaruhi adalah angin dengan koefisien regresi 0.286. Kelembaban dan curah hujan merupakan faktor penting yang mempengaruhi distribusi, kegiatan, dan perkembangan serangga. Menurut Jumar (2000) dalam kelembaban yang sesuai serangga dapat lebih tahan terhadap suhu ekstrem.

Pada tabel 1 pada jarak U1 200 m faktor yang berpengaruh adalah angin dan curah hujan dengan koefisien regresi masing-masing 0.286 dan 0.121. Pada jarak U2 400 m faktor yang berpengaruh adalah angin dengan koefisien regresi 0.414.

Pada jarak T1 200 m faktor yang berpengaruh terhadap penyebaran kumbang oryctes rhinoceros adalah angin dan suhu dengan koefisien regresi masing-masing 0.307

dan 0.290. Menurut Jumar (2000) pada waktu tertentu aktivitas serangga tinggi dan pada umumnya kisaran suhu yang efektif adalah minimum 15C suhu optimum 25C dan maksimum 40C. pada jarak T2 400 m faktor yang mempengaruhi adalah angin dengan koefisien regresi 0.400.

Pada jarak S1 200 m faktor yang berpengaruh terhadap penyebaran kumbang oryctes rhinoceros adalah angin dan curah hujan dengan koefisien regresi masing-masing

(34)

Dari hasil tabel regresi di atas dapat dilihat bahwa pada B1, B2, U1, U2, T1, T2, S1, dan S2 dengan ketetapan 0.05% angin memiliki pengaruh terhadap penyebaran kumbang. Hal ini sesuai dengan literature Arantha (2010) yang menyatakan bahwa angin berpengaruh terhadap perkembangan hama tanaman, terutama dalam proses penyebaran hama tanaman.

Dari hasil pengamatan didapat bahwa kumbang sampel yang dilepas hanya mampu terbang sampai pada ferotrap kedua atau pada jarak 400 m. Menurut Pracaya (2007) jika lingkungan cocok dan pakan cukup, kumbang badak terbang dalam jarak yang dekat saja. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan PPKS (2004) bahwa areal TBM menjadi sasaran utama hama oryctes rhinoceros dengan pelepah-pelepah muda yang mongering diantara daun-daun tua yang masih hijau. Kumbang badak lebih menyenangi areal TBM dibandingkan dengan areal TM dan kumbang badak tidak akan terbang jauh bila areal yang ditempatinya tersedia makanan yang cukup. Menurut Utomo, dkk (2007) kumbang oryctes rhinoceros menyerang tanaman kelapa sawit yang baru ditanam di lapangan sampai berumur 2,5 tahun. Kumbang ini jarang sekali ditemui menyerang kelapa sawit yang sudah menghasilkan.

(35)

2. Perbedaan antara kumbang jantan dan betina yang tertangkap

Menurut hasil penelitian yang dilakukan terdapat perbedaan antara kumbang sampel jantan dan betina yang tertangkap. Hasil nya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kumbang yang tertangkap

Jarak Jumlah yang tertangkap Total Lokasi Betina Jantan

Barat 200 m

Dari data tabel di atas didapat bahwa lebih banyak kumbang betina yang tertangkap dibandingkan dengan kumbang jantan. Didapat persentase kumbang betina yang tertangkap 61% sedangkan kumbang jantan yang tertangkap 39%. Perbedaan ini dikarenakan feromon yang digunakan adalah feromon agregasi. Menurut Jumar (2007) yang menyatakan bahwa dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa feromon agregasi sintetik dapat menangkap kumbang O. rhinoceros betina lebih banyak daripada kumbang jantan. Feromon berperan dalam monitoring populasi hama secara terpadu serta dapat digunakan dalam pengendalian hama yang berwawasan lingkungan.

(36)

Keberhasilan penggunaan feromon dipengaruhi oleh kepekaan penerima, jumlah dan bahan kimia yang dihasilkan dan dibebaskan per satuan waktu, penguapan bahan kimia, kecepatan angin dan temperatur. Hal yang sama juga dilaporkan oleh PPKS (2004) bahwa feromon adalah bahan yang disekresikan oleh organism dan berguna untuk berkomunikasi secara kimia dengan sesamanya dalam spesies yang sama.

Populasi kumbang yang paling banyak tertangkap terdapat pada S1 sebanyak 32 ekor dan jumlah populasi kumbang terendah terdapat pada U2 sebanyak 3 ekor. Populasi kumbang betina yang paling banyak tertangkap terdapat pada S1 sebanyak 20 ekor . Sedangkan populasi kumbang betina yang terendah terdapat pada U2 sebanyak 3 ekor . Populasi kumbang jantan yang paling banyak tertangkap terdapat pada S1 sebanyak 12 ekor. Sedangkan populasi kumbang jantan yang terendah terdapat pada U2 sebanyak 0 ekor.

Dari tabel juga didapat perbedaan jumlah kumbang betina dan jantan yang tertangkap dengan total 65 ekor kumbang betina dan 41 ekor kumbang jantan. Total kumbang yang tertangkap sebanyak 106 ekor. Persentase kumbang betina yang tertangkap adalah 61% dan persentase kumbang jantan yang tertangkap adalah 39%.

3. Pengaruh Keadaan Areal Pertanaman Kelapa Sawit terhadap Penyebaran Kumbang

(37)

perangkap yang terletak di TBM jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan areal lain. Hal ini sesuai dengan literature PPKS (2004) yang menyatakan bahwa areal TBM menjadi sasaran utama hama O.rhinoceros dengan pelepah-pelepah muda yang mongering diantara daun-daun tua yang masih hijau.

Menurut Primatani (2006) bahwa kumbang tanduk I O.rhinoceros umumnya menyerang tanaman sawit muda dan dapat menurunkan produksi TBS (tandan buah segar) pada tahun pertama menghasilkan hingga 69% di samping itu kumbang ini mematikan tanaman muda sampai 25%. Hal ini diperkuat oleh PPKS (1996) yang menyatakan bahwa kumbang ini menggerek bagian sisi batang pada pangkal pelepah yang lebih rendah, mencapai langsung titik tumbuh.

Banyaknya kumbang O.rhinoceros yang tertangkap pada areal TBM menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit muda merupakan sasaran kumbang O.rhinoceros. Kumbang ini juga menyukai tanaman muda. Sesuai dengan literature

Utomo, dkk (2007) yang menyatakan bahwa kumbang Oryctes rhinoceros menyerang tanaman kelapa sawit yang baru ditanam sampai berumur 2,5 tahun. Kumbang ini jarang sekali ditemui menyerang tanaman kelapa sawit yang sudah menghasilkan.

Kumbang menyenangi areal TBM sehingga jarak dispersal terjauh penyebaran hanya sejauh 400 meter yang berarti bahwa lingkungan tersebut cocok bagi kumbang Oryctes rhinoceros. Hal ini sesuai dengan literatur Pracaya (2007) yang menyatakan

(38)

Menurut Showalter (1996), kelakuan menggambarkan respon hewan terhadap lingkungannya. Serangga khususnya yang dapat terbang dan berpindah untuk menghindari naik turunnya temperature, kelembaban, zat kimia atau faktor abiotik lainnya untuk menhindari dari kondisi yang merugikan.

(39)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Hasil penelitian ini menunujukkan kemampuan kumbang Oryctes rhinoceros menyebar di TBM adalah sejauh 400 m.

2. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan antara kumbang jantan dan betina yang tertangkap. Kumbang betina lebih banyak tertangkap daripada kumbang jantan dengan persentase sebanyak 61% dan 39%.

3. Areal pertanaman menentukan jumlah populasi O .rhinoceros yang tertangkap. Pada areal TBM populasi O.rhinoceros lebih banyak tertangkap dibandingkan dengan areal lain

4. Angin merupakan faktor lingkungan utama yang paling berpengaruh dalam penyebaran.

Saran

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Allolerung, D dan M. L. A. Hossang. 2003. Kelapa ( Cocos nucifera L). Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain (Puslitbangtri), Jakarta.

Alouw, J. 2007. Oryctes rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae) Pheromone and its Use to Control Coconut Beetle, Oryctes rhinoceros (Coleoptera : Scarabidae). Indonesian Coconut and other Palmae Research Institute.

Andrewartha, H.G dan L.C, Birch.1954. The distribution and Abundance of Animals. The University of Chicago Press. Illinois.

Anonimous, 2010. Kumbang Kelapa.http://riostones.blogspot.com/2009/08/kumbang-kelapa-oryctes-rhinocerosl. Html. Diakses pada tanggal 1 februari 2011

Arantha 2010. Serangga Hama Tanaman. http://aranthasclubhomevision.com/2010/02/serangga-hama-tanaman.html (Diakses

Tanggal 13 Oktober 2010).

APCC 2006. Coconut Integrated Pest Management. Annual report. APCC. Jakarta. 195p Borror, Delong. 1971. An Introduction to the Study of Insects. Third Edition. The State

University of Ohio, United State.

Chenon, R. D dan H. Pasaribu. 2005. Strategi pengendalian Hama Oryctes rhinoceros di PT. Tolan Tiga Indonesia (SIPEF Group). Dalam Pertemuan Teknis Kelapa Sawit 2005.

Direktorat Perlindungan Perkebunan. 2008. Pemanfaatan Musuh Alami untuk Mengendalikan Kumbang Nyiur. Diunduh dari http://ditjenbun.deptan.go.id (28 September 2011)

Fauzi, Y, yustina, E. W, Iman, S dan Rudi. 2002. Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Girsang, P dalam Nofrida, 2009. Ekologi Pengendalian Hama Pada Tanaman Kelapa Sawit. Makalah Seminar dan Pameran ilmiah Himpunan Mahasiswa Hama Dan Penyakit tumbuhan. UISU. Medan.

Jumar, 2000. Entomologi Pertanian. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crop in Indonesian. P. A. Van Der Laan. PT Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta

(41)

Kamarudin, N., M. Basri, W., dan Ramle, M. 2005. Environmental factors affecting the population Density of oryctes rhinoceros in a Zero-Burn Oil Palm Replant. Journal of Oil Palm Research. 17:53-63

Lubis. A. U. 1992. Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. Pematang Siantar.

Michael, p. 1995. Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Ui press

PPKS. 1996. Pengendalian Baru Kumbang Tanduk dengan Feromon, Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan

_____, 2004. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Prawirosukarto, S., Y.P. Roerrha., U. Condro., dan Susanto. 2003. Pengenalan dan Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa Sawit. PPKS, Medan.

Pracaya.2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Primatani. 2006. Kelapa Sawit. Diunduh dari http://primatani. Litbang.deptan.go.id (28 Maret 2011).

Rahayuwati, S., R. D de Chenon dan Sudharto ps. 2002. Sistem Reproduksi Betina Oryctes rhinoceros ( Coleoptera:Scarabidae ) dari Berbagai Populasi Berbeda di Perkebunan Kelapa Sawit. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit. 10 (1) : 11-22

Risza, S. 1995. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius. Yogyakarta. Schowalter, T, D. 1996. Insect Ecology an Ecosystem Approach. Academic Press, New

York.

Singh S. P and P. Rethinam. 2005. Rhinoceros beetles. APCC. Jakarta. 126p. Sudjanan. 1983. Teknik Analisis Regresi Dan Korelasi. Tarsito. Bandung.

(42)

Lampiran 1 (barat 200 m)

Regression

Variables Entered/removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method 1 Angin, Kelembaban,

Curah hujan, suhua

Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Barat (200 m)

Model Summaryb

Model R R.Square Adjusted R a. Predictors : (Constant), Angin, Kelembaban, Curah hujan, Suhu.

b. Dependent Variable Barat (200 m)

ANOVAb

a. Predictors : (Constant), Angin, Kelembaban, Curah hujan, Suhu. b. Dependent Variable: Barat (200 m)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients a. Dependent Variable: Barat (200 m)

Residuals Statisticsa

(43)

Lampiran 2 (barat 400 m)

Regression

Variables Entered/removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method 1 Angin, Kelembaban,

Curah hujan, suhua

Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Barat (400 m)

Model Summaryb

Model R R.Square Adjusted R a. Predictors : (Constant), Angin, Kelembaban, Curah hujan, Suhu.

b. Dependent Variable Barat (400 m)

ANOVAb

a. Predictors : (Constant), Angin, Kelembaban, Curah hujan, Suhu. b. Dependent Variable: Barat (400 m)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients a. Dependent Variable: Barat (400 m)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

(44)

Lampiran 3 (utara 200 m)

Regression

Variables Entered/removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method 1 Angin, Kelembaban,

Curah hujan, suhua

Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Utara (200 m)

Model Summaryb

Model R R.Square Adjusted R a. Predictors : (Constant), Angin, Kelembaban, Curah hujan, Suhu.

b. Dependent Variable Utara (200 m)

ANOVAb

a. Predictors : (Constant), Angin, Kelembaban, Curah hujan, Suhu. b. Dependent Variable: Utara (200 m)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients a. Dependent Variable: Utara (200 m)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

(45)

Lampiran 4 (utara 400 m)

Regression

Variables Entered/removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method 1 Angin, Kelembaban,

Curah hujan, suhua

Enter a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Utara (400 m)

Model Summaryb

Model R R.Square Adjusted R

Square the Estimate Sd. Error of Durbin-Watson 1 .424a .179 .121 .204 2.153

a. Predictors : (Constant), Angin, Kelembaban, Curah hujan, Suhu. b. Dependent Variable Utara (400 m)

ANOVAb

a. Predictors : (Constant), Angin, Kelembaban, Curah hujan, Suhu. b. Dependent Variable: Utara (400 m)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients a. Dependent Variable: Utara (400 m)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

(46)

Lampiran 5 (timur 200 m)

Regression

Variables Entered/removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method 1 Angin, Kelembaban,

Curah hujan, suhua

Enter a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Timur(200 m)

Model Summaryb

Model R R.Square Adjusted R

Square the Estimate Sd. Error of Durbin-Watson 1 .416a .173 .144 .536 1.694 a. Predictors : (Constant), Angin, Kelembaban, Curah hujan, Suhu.

b. Dependent Variable Timur (200 m)

ANOVAb

a. Predictors : (Constant), Angin, Kelembaban, Curah hujan, Suhu. b. Dependent Variable: Timur (200 m)

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. a. Dependent Variable: Timur (200 m)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

(47)

Lampiran 6 (timur 400 m)

Regression

Variables Entered/removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method 1 Angin, Kelembaban,

Curah hujan, suhua

Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Timur (400 m)

Model Summaryb

Model R R.Square Adjusted R a. Predictors : (Constant), Angin, Kelembaban, Curah hujan, Suhu.

b. Dependent Variable Timur (400 m)

ANOVAb

a. Predictors : (Constant), Angin, Kelembaban, Curah hujan, Suhu. b. Dependent Variable: Timur (400 m)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients a. Dependent Variable: Timur (400 m)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

(48)

Lampiran 7 (selatan 200 m)

Regression

Variables Entered/removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method 1 Angin, Kelembaban,

Curah hujan, suhua

Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Selatan (200 m)

Model Summaryb

Model R R.Square Adjusted R a. Predictors : (Constant), Angin, Kelembaban, Curah hujan, Suhu.

b. Dependent Variable: Selatan (200 m)

ANOVAb

a. Predictors : (Constant), Angin, Kelembaban, Curah hujan, Suhu. b. Dependent Variable: Selatan (200 m)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients a. Dependent Variable: Selatan (200 m)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

(49)

Lampiran 8 (selatan 400 m)

Regression

Variables Entered/removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method 1 Angin, Kelembaban,

Curah hujan, suhua

Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Selatan (400 m)

Model Summaryb

Model R R.Square Adjusted R a. Predictors : (Constant), Angin, Kelembaban, Curah hujan, Suhu.

b. Dependent Variable: Selatan (400 m)

ANOVAb

a. Predictors : (Constant), Angin, Kelembaban, Curah hujan, Suhu. b. Dependent Variable: Selatan (400 m)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients a. Dependent Variable: Selatan (400 m)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

(50)

Gambar

Gambar 1. Telur O. rhinoceros
Gambar 2. Larva O. rhinoceros
Gambar 4. Imago Oryctes rhinoceros
Tabel 1. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penyebaran Serangga pada Setiap
+2

Referensi

Dokumen terkait

1) Target Program Keluarga Harapan adalah Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). 2) Rekuitmen Pendampingan dan Operator. Pendamping kemudian melakukan sosialisasi kepada calon

Basis Data Terpadu untuk Program Perlindungan Sosial yang dikelola oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) adalah sebuah sistemyang dapat digunakan

1. Sejak berdirinya tahun 1995, BPTP Jawa Barat telah banyak menghasilkan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. Oleh karena itu penyebaran adopsi sudah selayaknya untuk

Sesuai dengan judul skripsi ini, maka ruang lingkup akan dibatasi pada permasalahan pengolahan data kegiatan belajar mengajar (KMB) pada kurikulum pembelajaran

Perempuan usia dewasa awal memang mengalami ketidakpuasan terhadap tubuh, tetapi mereka masih mampu menerima dirinya karena mereka memiliki cara dengan kamuflase-kamuflase

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan: 1) Langkah-langkah bimbingan belajar bagi peserta didik yang mengalami kesulitan matematika di SDN Badran Surakarta, 2)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan berpikir kritis IPA 3 SMA Laboratorium Unsyiah Banda Aceh, aktivitas guru dan peserta didik yang mencerminkan

sesuai dengan makna di dalam kamus dan menurut kaidah sintaksisnya. Tindak lokusi merupakan tindakan yang paling mudah diindentifikasi, karena dalam pengidentifikasian