• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Komposisi Media Terhadap Perkecambahan Dan Pertumbuhan Tanaman Helichrysum bracteatum dan Zinnia elegans

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Komposisi Media Terhadap Perkecambahan Dan Pertumbuhan Tanaman Helichrysum bracteatum dan Zinnia elegans"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TERHADAP

PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

Helichrysum bracteatum

DAN

Zinnia elegans

Oleh:

Eneng Susilawati A34303022

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TERHADAP PERKECAMBAHAN

DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

Helichrysum bracteatum DAN Zinnia elegans

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh: Eneng Susilawati

A34303022

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

RINGKASAN

ENENG SUSILAWATI. Pengaruh Komposisi Media terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Tanaman Helichrysum bracteatum dan

Zinnia elegans. (Dibimbing oleh SYARIFAH IIS AISYAH)

Tanaman hias merupakan komoditas hortikultura yang potensial untuk dikembangkan. Permintaan konsumen terhadap tanaman hias setiap tahunnya semakin meningkat. Introduksi tanaman hias diperlukan untuk menambah jenis tanaman hias yang sudah ada karena selera konsumen tanaman hias selalu berubah. Introduksi tanaman hias umumnya melalui benih. Benih-benih tersebut harus dapat beradaptasi dari lingkungan aslinya (sub tropis) ke lingkungan yang beriklim tropis agar pertumbuhan dan perkembangannya optimal. Media tanam yang tepat untuk perkecambahan dan pertumbuhan tanaman akan mendukung proses adaptasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi media terhadap perkecambahan dan pertumbuhan dua spesies tanaman hias introduksi yaitu: Helichrysum bracteatum dan Zinnia elegans. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Kebun Munjul desa Kayu Manis Jl. Baru, Bogor pada bulan Januari sampai Juli 2007.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan faktor tunggal yaitu komposisi media tanam untuk setiap spesies tanaman hias yang terdiri dari empat taraf komposisi media dengan yaitu; M1 = Serbuk sabut kelapa: Tanah: Kompos (3:2:1) M2 = Serbuk gergaji: Tanah: Kompos (3:2:1), M3 = Arang sekam: Tanah: Kompos (1:2:1), M4 = Pasir: Tanah: Kompos (2:2:1). Komposisi media dibedakan berdasarkan volume. Pada perkecambahan, bibit H. bracteatum yang disemai sebanyak 50 benih untuk setiap bak semai. Z. elegans yang disemai sebanyak 21 benih per bak semai. Pada pertumbuhan tanaman, terdapat 4 kombinasi perlakuan dengan 3 kali ulangan, sehingga terdapat 12 satuan percobaan. Masing-masing ulangan terdiri dari 3 tanaman, sehingga jumlah tanaman yang diamati adalah 36 tanaman untuk masing-masing tanaman hias. Total tanaman yang diamati adalah 72 tanaman.

(4)

ditunjukkan dengan daya berkecambah tertinggi yaitu 96% dan kecepatan tumbuh tercepat (0.54%/etmal). Pada Z. elegans, perlakuan media M1 menghasilkan persentase daya berkecambah tertinggi yaitu 95.24% dan perlakuan media M3 menghasilkan kecepatan tumbuh tercepat yaitu 0.39%/etmal.

Pada fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman H. bracteatum, perlakuan media M3 menghasilkan tinggi tanaman tertinggi, jumlah daun terbanyak dan jumlah bunga terbanyak. Sedangkan perlakuan media M1 menghasilkan diameter bunga terlebar.

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TERHADAP

PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

Helichrysum bracteatum DAN Zinnia elegans Nama : Eneng Susilawati

NRP : A34303022

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Syarifah Iis Aisyah, Msc. Agr NIP. 131 956 695

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr. NIP. 131 124 019

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 19 Agustus 1984. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Moch. Rosyid (Alm) dan Ibu Euis Suryati.

Penulis menyelesaikan sekolah TK sampai SMP di Ar-Rasyid Cijeruk (1990-2000). Selanjutnya penulis melanjutkan studi di SMU Negeri 6 Bogor (2000-2003). Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) pada tahun 2003 sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas izin dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Rasulullah, keluarganya, sahabatnya dan umatnya yang senantiasa setia hingga akhir jaman. Penelitian ini berjudul Pengaruh Komposisi Media terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Tanaman Helichrysum bracteatum dan Zinnia elegans. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Penyelesaian penelitian dan penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan banyak pihak. Oleh karena pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Ir. Syarifah Iis Aisyah, MSc sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

2. Dewi Sukma, SP. MSi sebagai pembimbing akademik dan juga sebagai penguji.

3. Ir. Ketty Suketi, MSi sebagai penguji.

4. Kedua orang tua, adik-adikku, dan juga nenek penulis yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil.

5. Teman-teman yang telah banyak membantu dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat di kemudian hari bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, September 2007

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Hipotesis ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Deskripsi Spesies ... 4

Helichrysum bracteatum... 4

Zinnia elegans ... 4

Media Tanam ... 5

Perkecambahan ... 8

Pertumbuhan dan Perkembangan... 9

BAHAN DAN METODE ... 10

Waktu dan Tempat Penelitian ... 10

Bahan dan Alat ... 10

Metode Penelitian ... 10

Pelaksanaan Penelitian... 11

Pengamatan ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

Kondisi umum Penelitian... 13

Perkecambahan ... 15

Helichrysum bracteatum... 16

Zinnia elegans... 26

KESIMPULAN DAN SARAN... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

(9)

DAFTAR

TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Kandungan Nitrogen, Fosfor, Kalium, pH, EC pada Berbagai Komposisi

Media ... 13 2. Rekapitulasi Daya Berkecambah Kedua Tanaman yang Diamati ... 15 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Media Tanam terhadap H. bracteatum pada

Seluruh Peubah yang Diamati ... 17 4. Warna Bunga H. bracteatum... 24 5. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Media Tanam terhadap Z. elegans

pada Seluruh Peubah yang Diamat ... 37 6. Warna Bunga Z. elegans... 32

Lampiran

1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Media terhadap Tinggi Tanaman

Helicrhysum bracteatum ... 40 2. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Media terhadap Jumlah Daun Tanaman

Helicrhysum bracteatum ...41 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Media terhadap Panjang Daun Tanaman

Helicrhysum bracteatum. ...43 4. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Media terhadap Lebar Daun Tanaman

Helicrhysum bracteatum... 44 5. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Media terhadap Pertumbuhan Tanaman

Helicrhysum bracteatum ...45 6. Rekapitulasi Hasil Analisis DMRT Pengaruh Media terhadap Tinggi Tanaman

dan Jumlah Daun Helicrhysum bracteatum ...47 7. Rekapitulasi Hasil Analisis DMRT Pengaruh Media terhadap Jumlah Bunga

Helicrhysum bracteatum ...48 8. Rekapitulasi Hasil Analisis DMRT Pengaruh Media terhadap Diameter Batang

Helicrhysum bracteatum ...48 9. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Media terhadap Pertumbuhan Tanaman

Zinnia elegans ...48 10. Rekapitulasi Hasil Analisis DMRT Pengaruh Media terhadap Tinggi Tanaman

dan Jumlah Daun Zinnia elegans ...51 11. Rekapitulasi Hasil Analisis DMRT Pengaruh Media terhadap Panjang dan

Lebar Daun Zinnia elegans ...52 12. Rekapitulasi Hasil Analisis DMRT Pengaruh Media terhadap Diameter Batang

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman Teks

1. Penampang akar Z. elegans pada Setiap Perlakuan Komposisi Media... 14

2. Pertumbuhan Rata-rata Tinggi Tanaman H. bracteatum pada Berbagai Komposisi Media Tanam ... 18

3. Pertumbuhan Rata-rata Jumlah Daun Tanaman H. bracteatum pada Berbagai Komposisi Media Tanam ... 19

4. Pertumbuhan Rata-rata Diameter Batang Tanaman H. bracteatum pada Berbagai Komposisi Media Tanam ... 20

5. Pertumbuhan Rata-rata panjang Daun Tanaman H. bracteatum pada Berbagai Komposisi Media Tanam ... 21

6. Pertumbuhan Rata-rata Lebar Daun Tanaman H. bracteatum pada Berbagai Komposisi Media Tanam ... 21

7. Persentase Waktu Bunga Pertama Muncul pada Setiap Perlakuan ... 23

8. Pertambahan Rata-rata Jumlah Bunga Tanaman H. bracteatum pada Berbagai Komposisi Media Tanam ... 25

9. Pertumbuhan Rata-rata Tinggi Tanaman Z. elegans pada Berbagai Komposisi Media Tanam ... 28

10. Pertumbuhan Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Z. elegans pada Berbagai Komposisi Media Tanam ... 29

11. Pertumbuhan Rata-rata Panjang dan Lebar Daun Tanaman Z. elegans pada Berbagai Komposisi Media Tanam ... 30

12. Pertumbuhan Rata-rata Diameter Batang Tanaman Z. elegans pada Berbagai Komposisi Media Tanam ... 30

13. Persentase Bunga Muncul pada Perlakuan Media Tanam ... 31

14. Persentase Jumlah Bunga pada Perlakuan Media Tanam... 33

Lampiran 1. Kemasan Benih Helichrysum bracteatum...52

2. Kemasan Benih Zinnia elegans ...52

3. Pertumbuhan H. bracteatum pada (A) Umur 7 MST (B) Umur 21 MST... 53

4 Warna Bunga H. bracteatum... 54

5 Pertumbuhan Z. elegans pada 7 MST...55

(11)

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TERHADAP

PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

Helichrysum bracteatum

DAN

Zinnia elegans

Oleh:

Eneng Susilawati A34303022

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TERHADAP PERKECAMBAHAN

DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

Helichrysum bracteatum DAN Zinnia elegans

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh: Eneng Susilawati

A34303022

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(13)

RINGKASAN

ENENG SUSILAWATI. Pengaruh Komposisi Media terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Tanaman Helichrysum bracteatum dan

Zinnia elegans. (Dibimbing oleh SYARIFAH IIS AISYAH)

Tanaman hias merupakan komoditas hortikultura yang potensial untuk dikembangkan. Permintaan konsumen terhadap tanaman hias setiap tahunnya semakin meningkat. Introduksi tanaman hias diperlukan untuk menambah jenis tanaman hias yang sudah ada karena selera konsumen tanaman hias selalu berubah. Introduksi tanaman hias umumnya melalui benih. Benih-benih tersebut harus dapat beradaptasi dari lingkungan aslinya (sub tropis) ke lingkungan yang beriklim tropis agar pertumbuhan dan perkembangannya optimal. Media tanam yang tepat untuk perkecambahan dan pertumbuhan tanaman akan mendukung proses adaptasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi media terhadap perkecambahan dan pertumbuhan dua spesies tanaman hias introduksi yaitu: Helichrysum bracteatum dan Zinnia elegans. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Kebun Munjul desa Kayu Manis Jl. Baru, Bogor pada bulan Januari sampai Juli 2007.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan faktor tunggal yaitu komposisi media tanam untuk setiap spesies tanaman hias yang terdiri dari empat taraf komposisi media dengan yaitu; M1 = Serbuk sabut kelapa: Tanah: Kompos (3:2:1) M2 = Serbuk gergaji: Tanah: Kompos (3:2:1), M3 = Arang sekam: Tanah: Kompos (1:2:1), M4 = Pasir: Tanah: Kompos (2:2:1). Komposisi media dibedakan berdasarkan volume. Pada perkecambahan, bibit H. bracteatum yang disemai sebanyak 50 benih untuk setiap bak semai. Z. elegans yang disemai sebanyak 21 benih per bak semai. Pada pertumbuhan tanaman, terdapat 4 kombinasi perlakuan dengan 3 kali ulangan, sehingga terdapat 12 satuan percobaan. Masing-masing ulangan terdiri dari 3 tanaman, sehingga jumlah tanaman yang diamati adalah 36 tanaman untuk masing-masing tanaman hias. Total tanaman yang diamati adalah 72 tanaman.

(14)

ditunjukkan dengan daya berkecambah tertinggi yaitu 96% dan kecepatan tumbuh tercepat (0.54%/etmal). Pada Z. elegans, perlakuan media M1 menghasilkan persentase daya berkecambah tertinggi yaitu 95.24% dan perlakuan media M3 menghasilkan kecepatan tumbuh tercepat yaitu 0.39%/etmal.

Pada fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman H. bracteatum, perlakuan media M3 menghasilkan tinggi tanaman tertinggi, jumlah daun terbanyak dan jumlah bunga terbanyak. Sedangkan perlakuan media M1 menghasilkan diameter bunga terlebar.

(15)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TERHADAP

PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

Helichrysum bracteatum DAN Zinnia elegans Nama : Eneng Susilawati

NRP : A34303022

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Syarifah Iis Aisyah, Msc. Agr NIP. 131 956 695

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr. NIP. 131 124 019

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 19 Agustus 1984. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Moch. Rosyid (Alm) dan Ibu Euis Suryati.

Penulis menyelesaikan sekolah TK sampai SMP di Ar-Rasyid Cijeruk (1990-2000). Selanjutnya penulis melanjutkan studi di SMU Negeri 6 Bogor (2000-2003). Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) pada tahun 2003 sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura.

(17)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas izin dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Rasulullah, keluarganya, sahabatnya dan umatnya yang senantiasa setia hingga akhir jaman. Penelitian ini berjudul Pengaruh Komposisi Media terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Tanaman Helichrysum bracteatum dan Zinnia elegans. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Penyelesaian penelitian dan penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan banyak pihak. Oleh karena pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Ir. Syarifah Iis Aisyah, MSc sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

2. Dewi Sukma, SP. MSi sebagai pembimbing akademik dan juga sebagai penguji.

3. Ir. Ketty Suketi, MSi sebagai penguji.

4. Kedua orang tua, adik-adikku, dan juga nenek penulis yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil.

5. Teman-teman yang telah banyak membantu dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat di kemudian hari bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, September 2007

(18)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Hipotesis ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Deskripsi Spesies ... 4

Helichrysum bracteatum... 4

Zinnia elegans ... 4

Media Tanam ... 5

Perkecambahan ... 8

Pertumbuhan dan Perkembangan... 9

BAHAN DAN METODE ... 10

Waktu dan Tempat Penelitian ... 10

Bahan dan Alat ... 10

Metode Penelitian ... 10

Pelaksanaan Penelitian... 11

Pengamatan ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

Kondisi umum Penelitian... 13

Perkecambahan ... 15

Helichrysum bracteatum... 16

Zinnia elegans... 26

KESIMPULAN DAN SARAN... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

(19)

DAFTAR

TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Kandungan Nitrogen, Fosfor, Kalium, pH, EC pada Berbagai Komposisi

Media ... 13 2. Rekapitulasi Daya Berkecambah Kedua Tanaman yang Diamati ... 15 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Media Tanam terhadap H. bracteatum pada

Seluruh Peubah yang Diamati ... 17 4. Warna Bunga H. bracteatum... 24 5. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Media Tanam terhadap Z. elegans

pada Seluruh Peubah yang Diamat ... 37 6. Warna Bunga Z. elegans... 32

Lampiran

1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Media terhadap Tinggi Tanaman

Helicrhysum bracteatum ... 40 2. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Media terhadap Jumlah Daun Tanaman

Helicrhysum bracteatum ...41 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Media terhadap Panjang Daun Tanaman

Helicrhysum bracteatum. ...43 4. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Media terhadap Lebar Daun Tanaman

Helicrhysum bracteatum... 44 5. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Media terhadap Pertumbuhan Tanaman

Helicrhysum bracteatum ...45 6. Rekapitulasi Hasil Analisis DMRT Pengaruh Media terhadap Tinggi Tanaman

dan Jumlah Daun Helicrhysum bracteatum ...47 7. Rekapitulasi Hasil Analisis DMRT Pengaruh Media terhadap Jumlah Bunga

Helicrhysum bracteatum ...48 8. Rekapitulasi Hasil Analisis DMRT Pengaruh Media terhadap Diameter Batang

Helicrhysum bracteatum ...48 9. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Media terhadap Pertumbuhan Tanaman

Zinnia elegans ...48 10. Rekapitulasi Hasil Analisis DMRT Pengaruh Media terhadap Tinggi Tanaman

dan Jumlah Daun Zinnia elegans ...51 11. Rekapitulasi Hasil Analisis DMRT Pengaruh Media terhadap Panjang dan

Lebar Daun Zinnia elegans ...52 12. Rekapitulasi Hasil Analisis DMRT Pengaruh Media terhadap Diameter Batang

(20)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman Teks

1. Penampang akar Z. elegans pada Setiap Perlakuan Komposisi Media... 14

2. Pertumbuhan Rata-rata Tinggi Tanaman H. bracteatum pada Berbagai Komposisi Media Tanam ... 18

3. Pertumbuhan Rata-rata Jumlah Daun Tanaman H. bracteatum pada Berbagai Komposisi Media Tanam ... 19

4. Pertumbuhan Rata-rata Diameter Batang Tanaman H. bracteatum pada Berbagai Komposisi Media Tanam ... 20

5. Pertumbuhan Rata-rata panjang Daun Tanaman H. bracteatum pada Berbagai Komposisi Media Tanam ... 21

6. Pertumbuhan Rata-rata Lebar Daun Tanaman H. bracteatum pada Berbagai Komposisi Media Tanam ... 21

7. Persentase Waktu Bunga Pertama Muncul pada Setiap Perlakuan ... 23

8. Pertambahan Rata-rata Jumlah Bunga Tanaman H. bracteatum pada Berbagai Komposisi Media Tanam ... 25

9. Pertumbuhan Rata-rata Tinggi Tanaman Z. elegans pada Berbagai Komposisi Media Tanam ... 28

10. Pertumbuhan Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Z. elegans pada Berbagai Komposisi Media Tanam ... 29

11. Pertumbuhan Rata-rata Panjang dan Lebar Daun Tanaman Z. elegans pada Berbagai Komposisi Media Tanam ... 30

12. Pertumbuhan Rata-rata Diameter Batang Tanaman Z. elegans pada Berbagai Komposisi Media Tanam ... 30

13. Persentase Bunga Muncul pada Perlakuan Media Tanam ... 31

14. Persentase Jumlah Bunga pada Perlakuan Media Tanam... 33

Lampiran 1. Kemasan Benih Helichrysum bracteatum...52

2. Kemasan Benih Zinnia elegans ...52

3. Pertumbuhan H. bracteatum pada (A) Umur 7 MST (B) Umur 21 MST... 53

4 Warna Bunga H. bracteatum... 54

5 Pertumbuhan Z. elegans pada 7 MST...55

(21)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Tanaman hias merupakan komoditas hortikultura yang potensial untuk dikembangkan. Permintaan konsumen terhadap tanaman hias setiap tahun semakin meningkat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS, 2006) peningkatan ekspor tanaman hias dari tahun 1999-2004 adalah 1.13% per tahun dan peningkatan impor 34.07% per tahun. Volume impor yang tinggi menunjukkan konsumen Indonesia masih tertarik terhadap tanaman hias luar negeri walaupun tanaman hias lokal makin berkembang. Introduksi tanaman hias diperlukan untuk menambah jenis tanaman hias yang sudah ada karena selera konsumen tanaman hias selalu berubah. Introduksi tanaman hias umumnya melalui benih. Salah satu negara yang banyak mengembangkan tanaman hias adalah Jerman, beberapa jenis di antaranya adalah H. bracteatum dan Z. elegans. Benih-benih tersebut harus dapat beradaptasi dari lingkungan aslinya (sub tropis) ke lingkungan yang beriklim tropis agar pertumbuhan dan perkembangannya optimal.

Media tanam yang tepat untuk perkecambahan dan pertumbuhan tanaman akan mendukung proses adaptasi tersebut. Media merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, sebagai tempat tumbuh, media perakaran, dan sumber unsur hara (Soepardi, 1983). Karakteristik media tanam sebagai tempat tumbuh yang terpenting menurut Acquaah (2002) adalah mempunyai kemampuan memegang air yang baik, mempunyai aerasi dan draenase yang baik, mempunyai pH yang sesuai dengan jenis tanaman, dan mengandung unsur hara untuk mendukung pertumbuhan tanaman.

(22)

Cayanti (2006) melaporkan bahwa media dengan campuran cocopeat: tanah: pupuk kandang (2: 1: 1) menghasilkan tinggi tanaman tertinggi yaitu 18.82 cm pada 7 Minggu Setelah Pemangkasan (MSP) serta menghasilkan jumlah cabang yang paling banyak yaitu 9.22 pada 7 MSP, selain itu media dengan campuran cocopeat menghasilkan waktu berbunga pertama muncul tercepat yaitu 33.33 Hari Setelah Pemangkasan (HSP) pada cabe hias.

Hancuran kayu, serbuk gergaji, dan serutan kayu dapat digunakan sebagai komponen dalam campuran media untuk pembibitan. Poerwanto (2003) menyatakan bahwa untuk menciptakan campuran yang seragam dan tekstur yang baik, pasir dan beberapa bahan organik seperti peat moss atau serbuk gergaji biasanya ditambahkan ke tanah.

Kasirin et. al (1994) melaporkan bahwa campuran media arang sekam: tanah: pupuk kandang (3:2:1) menghasilkan diameter batang bawah terbesar pada pembibitan manggis.

Dewi (2005) melaporkan bahwa media tanam dengan campuran pasir: pupuk kandang: tanah (1:1:2) menghasilkan respon terbaik terhadap tinggi tanaman total dan panjang tunas pada pembibitan mangga varietas arumanis.

Helichrysum bracteatum atau lebih dikenal dengan sebutan Strawflower merupakan tanaman annual asli dari Australia. H. bracteatum belum dikenal luas di Indonesia. Di luar negeri, H. bracteatum digunakan sebagai tanaman bedengan, bunga potong, dan sangat disukai untuk bunga kering. Tanaman ini membutuhkan cahaya matahari penuh dan media yang mempunyai drainase yang baik untuk persemaiannya. “Gufullte Mischung” merupakan jenis Strawflower yang berasal dari Jerman.

(23)

3

Komposisi media yang terbaik untuk tanaman hias introduksi di Indonesia saat ini belum banyak diketahui sehingga menjadi kendala untuk mengembangkannya. Oleh karena itu perlu suatu penelitian untuk mengetahui komposisi media yang tepat untuk persemaian dan pertumbuhan dua tanaman hias introduksi tersebut. Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi para produsen tanaman hias yang akan mengembangkan tanaman tersebut dalam mengurangi persentase daya berkecambah yang rendah.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh komposisi media terhadap perkecambahan dan pertumbuhan dua spesies tanaman hias yaitu: Helichrysum bracteatum dan Zinnia elegans.

Hipotesis

1. Komposisi media yang tepat dapat meningkatkan perkecambahan dan pertumbuhan tanaman Helichrysum bracteatum dan Zinnia elegans.

(24)

Deskripsi Tanaman

Helichrysum bracteatum

Helichrysum bracteatum merupakan tanaman annual yang termasuk ke dalam famili Asteraceae. Di negara asalnya Australia, H. bracteatum dikenal juga dengan nama Strawflower, Paper Daisy, Everlasting Daisy. Selain sebagai tanaman pot dan tanaman bedengan, tanaman ini dapat digunakan sebagai bunga potong dan sangat disukai sebagai bunga kering.

Perbanyakan H. bracteatum dapat dilakukan dengan biji. Di luar negeri penyemaian dilakukan pada akhir musim dingin atau awal musim semi. Suhu yang dibutuhkan untuk mengecambahkan biji di atas 20°C. Tanaman ini akan berkembang dengan baik pada kondisi media dengan drainase baik. Pengecambahan tanaman dilakukan di dalam ruangan selama 4-6 hari (Bill, 2003)..

Tinggi tanaman ini bisa mencapai 30-90 cm, tetapi umumnya varietas komersil rata-rata tingginya 30 cm dan lebar perawakannya mencapai 30-60 cm. Daun berwarna hijau, bentuk daun oblong (jorong)-lanceolate (lanset), panjang daun 5 cm dan permukaan daunnya bertekstur (Hughes, 2001). Bunga seperti kertas, warna bunga tergantung varietas, ada yang berwarna kuning sampai kuning keemasan, oranye, merah muda, putih, merah dan salem (Evans, 2003), diameter bunga bisa mencapai 7-8 cm, bunga menutup pada malam hari atau pada keadaan mendung *1).

Zinnia elegans

Zinnia atau lebih dikenal dengan nama bunga kertas (kembang kertas) merupakan tanaman asli Meksiko dan dapat ditemukan sampai ketinggian 1.400 m dpl. Tanaman ini biasa ditanam secara bergerombol di taman-taman atau di pekarangan sebagai tanaman bedengan atau bunganya digunakan sebagai bunga potong.

(25)

5

Perbanyakan tanaman dilakukan dengan biji. Media persemaian biasanya berupa campuran tanah subur, humus atau peat dengan tambahan sedikit pasir. Lokasi persemaian sebaiknya di tempat terlindung dari sinar matahari (indoor). Untuk pertumbuhannya zinnia menyukai tempat yang terkena cahaya matahari langsung dan media yang berdrainase baik *2).

Zinnia tumbuh tegak, tingginya sekitar 40-50 cm, daunnya berwarna hijau, letaknya berhadapan. Helaian daun bentuknya memanjang, ujung runcing, pangkal memeluk batang, tepi rata, tulang daun melengkung. Bentuk bunganya seperti bunga aster, dengan warna yang beraneka ragam seperti merah tua, merah muda, kuning atau putih. Diameter bunga zinnia untuk varietas ”Liliput” rata-rata 7 cm *3).

Media

Media tumbuh sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi tanaman optimal, sehingga perlu adanya suatu usaha mencari media tumbuh yang sesuai. Harjadi (1989) menyatakan bahwa media tanam terdiri dari dua tipe yaitu campuran tanah (soil-mixes) yang mengandung tanah alami dan campuran tanpa tanah (soilles-mixes) yang tidak mengandung tanah.

Bahan-bahan campuran media tanam harus memiliki peranan yang khusus di dalam campuran tersebut. Faktor yang harus diperhatikan dalam memilih media untuk dijadikan campuran adalah: kualitas dari bahan tersebut, baik kimia atau fisiknya, tersedia di pasaran, murah, mudah cara penggunaanya, dapat digunakan untuk berbagai macam tanaman, tidak membawa hama dan penyakit, mempunyai drainase dan kelembaban yang baik, mempunyai pH yang sesuai dengan jenis tanaman dan mengandung unsur hara untuk mendukung pertumbuhan tanaman. (Acquaah, 2002).

(26)

Tanah

Tanah merupakan sistem dispersi tiga fase yang selalu berada dalam keseimbangan dinamis. Ketiga fase tersebut adalah padat, cair dan gas. Untuk pertumbuhan tanaman yang optimal material tersebut harus berada dalam proporsi yang tepat (Poerwanto, 2003)

Porsi padat pada tanah ada dalam bentuk organik dan inorganik. Bagian organik tersebut berasal dari dekomposisi organisme yang hidup dan mati, sedangkan bagian inorganik adalah residu dari batuan induk setelah dekomposisi yang dihasilkan dari proses kimia dan fisika. Porsi cair pada tanah adalah larutan tanah terjadi akibat air yang melarutkan mineral, oksigen dan karbondioksida. Bagian gas tanah penting untuk pertumbuhan tanaman yang baik. Pada tanah yang berdrainase buruk atau tanah tergenang, air akan menggantikan udara sehingga pertumbuhan akar terganggu dan menghilangkan mikroorganisme aerobik yang diinginkan (Poerwanto, 2003).

Tanah mengandung unsur hara makro (C, H, O, N, P, K, Ca, Mg dan S) dan unsur hara mikro (Fe, Mn, Zn, B, Cu, Mo dan Cl). Sifat fisik tanah yang terpenting untuk menentukan daya penyediaan unsur hara dan penyediaan air serta udara adalah tekstur dan struktur tanah (Soepandi, 1983 ; Islam dan Utomo, 1995).

Pasir

Pasir adalah silika murni dengan ukuran partikel antara 0.5-2 mm, pada umumnya pasir digunakan untuk media campuran (mixes) karena mudah didapat dan murah tetapi pasir merupakan media yang paling berat dari semua media pengakaran. Pasir ditambahkan ke dalam media untuk meningkatkan porositas media, tetapi pasir yang terlalu halus dapat menghalangi lubang-lubang drainase (Harjadi, 1989 ; Poerwanto, 2003)

(27)

7

Serbuk Sabut Kelapa

Serbuk sabut kelapa (Cocopeat) merupakan media hasil penghancuran sabut kelapa. Sabut kelapa adalah bagian mesokarp dari buah kelapa, tebalnya 5 cm dan menempati 35% dari total buah kelapa yang telah masak petik. Bagian yang berserabut ini merupakan kulit dari buah kelapa dan dapat dijadikan sebagai bahan baku aneka industri (karpet, sikat, keset, bahan pengisi jok mobil dan tali) dan juga dapat dimanfaatkan sebagai media tanam karena mengandung unsur kalium dan fosfor (Palungkun, 1992). Serbuk sabut kelapa banyak diproduksi terutama di Sri Lanka, Philipina, Indonesia, Meksiko, Costa Rica dan Guyana.

Serbuk sabut kelapa banyak digunakan untuk media tumbuh karena serbuk sabut kelapa mempunyai kapasitas memegang air yang baik, dapat mempertahankan kelembaban (80%), kapasitas tukar kation dan porositas yang baik, dan mempunyai C/N ratio rendah yang mempercepat N tersedia dan reduksi karbon.

Kompos

Kompos merupakan pupuk organik dari hasil pelapukan jaringan atau bahan-bahan tanaman atau limbah organik pengolahan pabrik dan sampah organik yang sengaja dibuat manusia. Tingkat kandungan hara kompos sangat ditentukan oleh bahan dasar, cara pengomposan, dan cara penyimpanan (Musnamar, 2004).

Kompos berperan sebagai materi humus pengikat kelembaban, bila dicampur dengan tanah maka kompos akan menambah bahan organik sehingga dapat meningkatkan sifat fisik tanah, meningkatkan infiltrasi air, meningkatkan aerasi tanah, menurunkan erosi, dan menyediakan hara bagi tanaman (Poerwanto, 2003).

Serbuk Gergaji

(28)

dalam campuran media untuk meningkatkan porositas udara dan kapasitas penahan air dalam campuran.

Kekurangan dari serbuk gergaji menurut Poerwanto (2003) beberapa tipe segar dapat mengandung material toksik terhadap tanaman seperti fenol, resin, terpen dan tannin sehingga dibutuhkan pengomposan selama 10-14 minggu sebelum digunakan.

Arang Sekam

Arang sekam merupakan media kuntan yang diperoleh dari pembakaran sekam yang tidak sempurna (sebelum berubah menjadi abu). Menurut hasil analisis Japanese Society dalam Krisantini et al. (1993), komposisi arang sekam paling banyak ditempati oleh SiO2 (52%), dan C (31%), komponen lain adalah

Fe2O3, K2O, MgO, CaO. MnO dan Cu dalam jumlah sedikit serta bahan-bahan

organik.

Sebagai media tanam dalam campuran media, arang berfungsi sebagai deodorizer, yaitu menyerap bau tidak sedap dan racun dari hasil dekomposisi pada ruang perakaran, disamping itu arang mempunyai daya serap air yang tinggi (Arifin dan Andoko, 2004). Selain itu arang sekam digunakan dalam campuran media karena sangat ringan, kasar sehingga sirkulasi udara tinggi (banyak pori) warnanya coklat kehitaman sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan efektif dan dapat mengurangi pengaruh penyakit layu bakteri.

Perkecambahan

Perkecambahan adalah tahap awal dari pertumbuhan tanaman. Perkecambahan merupakan deretan kejadian dari biji dorman sampai bibit yang tumbuh, tergantung viabilitas benih, pemecahan dormansi dan kondisi lingkungan yang cocok. Viabilitas benih ditunjukkan oleh persen benih yang dapat menyelesaikan perkecambahan, laju perkecambahan, dan vigor atau ketegaran bibit hasilnya, yang paling umum untuk mengukur viabilitas adalah persentase perkecambahan dan daya berkecambah.

(29)

9

spesies. Kelembaban harus diperhatikan selama perkecambahan, agar kecambah tidak kering. Agar kelembaban terjaga sangat dianjurkan untuk pemberian naungan sampai perkecambahan selesai (Harjadi 1989).

Menurut Salisbury dan Ross (1995) Pada sebagian besar tumbuhan, perkecambahan biji dimulai dengan munculnya radikula (akar embrionik) dan bukan epikotil (tajuk).

Pertumbuhan dan Perkembangan

Harjadi (1996) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman ditunjukkan oleh pertambahan ukuran dan berat kering yang tidak dapat balik. Pertambahan ukuran dan berat kering dari suatu organisme mencerminkan bertambahnya protoplasma, yang mungkin terjadi karena ukuran sel maupun jumlahnya bertambah. Perkembangan diartikan pada diferensiasi, yaitu suatu perubahan dalam tingkat lebih tinggi yang menyangkut spesialisasi dari organ secara anatomi dan fisiologi.

(30)

Waktu dan Tempat Percobaan

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juli 2007. Penelitian dilaksanakan di rumah plastik Kebun Munjul desa Kayu Manis Jl. Baru, Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah dua spesies benih tanaman hias introduksi dari Jerman yaitu H. bracteatum, dan Z. elegans. Media tanam yang digunakan adalah tanah, pasir steril, kompos, serbuk sabut kelapa, serbuk gergaji, arang sekam, paranet 55%, Vitamin B1, pupuk NPK, Gandasil B, dan kertas label.

Alat yang digunakan adalah bak semai, sprayer, polybag diameter 15 cm dan 25 cm, jangka sorong, meteran, ember, dan alat tulis.

Metode Penelitian

Penelitian ini terdiri dari 2 percobaan yang saling terpisah, setiap percobaan dibedakan atas spesies tanaman hias, yaitu percobaan ke-1 pada Helichrysum bracteatum dan percobaan ke-2 pada Zinnia elegans.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor tunggal yaitu komposisi media tanam untuk setiap spesies tanaman hias yang terdiri dari empat taraf yaitu; M1 = Serbuk sabut kelapa: Tanah: Kompos (3:2:1), M2 = Serbuk gergaji: Tanah: Kompos (3:2:1), M3 = Arang sekam: Tanah: Kompos (1:2:1), M4 = Pasir: Tanah: Kompos (2:2:1). Komposisi media berbeda berdasarkan volume (v/v/v).

Pada perkecambahan, bibit yang ditanam untuk masing-masing tanaman berbeda. Untuk H. bracteatum, benih yang disemai sebanyak 50 benih untuk setiap bak semai. Z. elegans yang disemai sebanyak 21 benih per bak semai.

(31)

11

Model aditif linier percobaan adalah sebagai berikut: Yijk = μ + α i + εijk

Keterangan :

Yijk = nilai pengamatan pada faktor M taraf ke-i, faktor S taraf ke-j dan ulangan

ke-k

μ = nilai tengah umum

α i = pengaruh perlakuan komposisi media taraf ke-i εijk = galat percobaan

Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F. Apabila dalam perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap hasil pengamatan, maka dilakukan analisis uji lanjut dengan metode Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu persiapan alat dan bahan, penanaman bahan tanaman, penanaman, dan pemeliharaan.

Persiapan bahan dan alat meliputi persiapan bahan tanaman yaitu H. bracteatum, dan Z. elegans diintroduksi dari Jerman. Tanah yang dipakai adalah tanah Darmaga, jenis tanahnya Latosol. Semua media tanam disterilisasi di Laboratorium Hama Penyakit Tanaman (HPT). Media tanam dipersiapkan sesuai dengan perlakuan yang telah ditentukan sebelumnya dan diberi label.

Benih disemai pada bak semai yang telah diisi campuran media sesuai perlakuan. Penyemaian dilakukan dengan cara ditaburkan di atas bak semai kemudian ditutup dengan sedikit media, disungkup dan diletakan di bawah naungan. Setelah 1 minggu persemaian dipindahkan ke rumah plastik. Pemberian vitamin B1 dilakukan 1 kali seminggu pada persemaian. Pemeliharaan yang dilakukan pada saat persemaian adalah penyiraman. Penyiraman dilakukan setiap hari dengan sprayer.

(32)

Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, pemupukan, penyiangan gulma dan pemberantasan hama penyakit. Penyiraman dilakukan 2 hari sekali sebanyak ± 200 ml/tanaman, pemupukan dengan pupuk NPK dilakukan pada minggu ke-2 setelah tanam sebanyak 2 g/polybag. Untuk strawflower diberikan pupuk Gandasil B 1 g/liter setiap minggu pada saat mulai muncul kuncup bunga.

Pengamatan

Pengamatan meliputi seluruh kondisi tanaman, baik kondisi fisik tanaman maupun kondisi lingkungan sekitar tanaman. Pengamatan tersebut antara lain: 1. Pengamatan saat perkecambahan : persentase perkecambahan benih yang

tumbuh normal dengan kriteria daun pertama muncul dan hipokotil tumbuh normal dan kecepatan tumbuhnya (KCT). Pengamatan dilakukan setiap hari. 2. Pengamatan saat pertumbuhan yang dilakukan 1 kali seminggu, meliputi :

a) Persentase tanaman yang hidup, dihitung pada akhir penelitian.

b) Tinggi tanaman, pengukuran dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman dari pangkal batang tepat di atas permukaan tanah sampai ke titik tumbuh. c) Jumlah daun, daun yang dihitung adalah daun yang telah berkembang

sempurna, tidak cacat dan tidak terserang hama penyakit.

d) Diameter batang. Untuk H. bracteatum, diameter batang diukur setiap bulan dengan menggunakan jangka sorong mulai bulan ke-4, sedangkan untuk Z. elegans diameter batang diukur pada 1, 4, dan 7 MST (Minggu Setelah Tanam).

e) Lebar dan panjang daun terlebar, dihitung pada saat 3 MST.

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Penelitian

Penelitian dilakukan di rumah plastik Kebun Munjul desa Kayu Manis Jl. Baru, Bogor pada bulan Januari sampai Juli 2007. Setiap komposisi media tanam yang digunakan memiliki berat jenis yang berbeda. Komposisi media tanam M4 mempunyai berat jenis paling berat dengan rataan 433.2 g/pot, hal ini terjadi karena dalam campuran media tanam mengandung 2/5 bagian pasir. Komposisi media tanam paling ringan adalah media tanam M2 yaitu 245.7 g/pot. Media M1 memiliki berat 260.9 g/pot, dan media M3 mempunyai berat 301.8 g/pot.

Kandungan unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) dalam media tanam yang digunakan pada penelitian ini telah dianalisis di Laboratorium Tanah. Analisis dilakukan sebelum penanaman. Selain analisis unsur NPK dilakukan juga analisis terhadap pH dan EC. Berikut disajikan unsur N, P, K, pH dan EC yang terkandung dalam media tanam tersebut.

Tabel 1. Kandungan Nitrogen, Fosfor, Kalium, pH, EC pada Berbagai Komposisi Media.

Keterangan: M1= Serbuk sabut kelapa: Tanah: Kompos (3:2:1) M2 = Serbuk gergaji: Tanah: Kompos (3:2:1) M3 = Arang sekam: Tanah: Kompos (1:2:1) M4 = Pasir: Tanah: Kompos (2:2:1).

(34)

Media M1 berwarna kecoklatan, porositas media baik, mudah menyerap air dan lembab, serta dingin. Media M2 berwarna kuning kecoklatan, media M2 sangat poros dan pada saat awal penyiraman sangat lambat memegang air. Media M3 berwarna hitam kecoklatan, mempunyai porositas yang baik dan mudah menyerap air. Media M4 memupakan media terberat, M4 berwarna hitam abu-abu, media mudah mengalami kekeringan.

Selama perkecambahan biji, unsur-unsur hara disediakan dari persediaan yang dikandung dalam biji tanaman tersebut, tetapi unsur hara tersebut dapat habis dan tanaman menjadi tergantung pada unsur hara dalam media tanam. Akar tanaman baru akan tumbuh dan menyerap unsur hara dari media. Foth (1988) menyatakan bahwa perluasan akar menembus media menunjukkan bahwa akar-akar sampai pada persediaan unsur hara baru. Berikut disajikan penampang akar-akar tanaman Zinnia sebelum tanam.

Gambar 1. Penampang akar Z. elegans pada Setiap Perlakuan Komposisi Media. M1 = Serbuk sabut kelapa: Tanah: Kompos (3:2:1), M2 = Serbuk gergaji: Tanah: Kompos (3:2:1), M3 = Arang sekam: Tanah: Kompos (1:2:1), M4 = Pasir: Tanah: Kompos (2:2:1).

Pada Gambar 1, terlihat bahwa media M1 memiliki serabut akar yang banyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa media M1 mempunyai jumlah dan penyebaran pori-pori yang cukup besar sehingga ujung akar mudah untuk masuk dan memungkinkan perluasan akar.

(35)

15

Perkecambahan

Bentuk perkecambahan pada kedua jenis tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah perkecambahan epigeal. Perkecambahan kedua jenis tanaman selama penelitian cukup baik. Media M1 menghasilkan persentase perkecambahan benih terbaik, persentase perkecambahan H. bracteatum yaitu 96% dan Z. elegans yaitu 95.24%. Media M2 menghasilkan daya berkecambah terendah pada H. bracteatum (62%) maupun pada Z. elegans (90.48%). Pada 2 HSS (Hari Setelah Semai) pertumbuhan zinnia pada semua media tampak normal, tetapi pada M1 lebih kompak, besar dan tegak, sedangkan pada H. bracteatum tumbuh normal pada 3 HSS. Berikut disajikan rekapitulasi peubah yang diamati pada saat persemaian.

Tabel 2. Rekapitulasi Daya Berkecambah Kedua Tanaman yang Diamati

Perlakuan ∑ Benih

Keterangan: M1 = Serbuk sabut kelapa: Tanah: Kompos (3:2:1), M2 = Serbuk gergaji: Tanah: Kompos (3:2:1),

M3 = Arang sekam: Tanah: Kompos (1:2:1), M4 = Pasir: Tanah: Kompos (2:2:1).

(36)

Pada tanaman Z. elegans, media yang menghasilkan daya berkecambah terbanyak adalah media M1 dan media M4. Menurut Rimando (2004) media yang biasa digunakan untuk tanaman bedengan seperti zinnia adalah campuran dari cocopeat dan pasir (3:1, v/v) atau campuran lempung berpasir, cocopeat dan pasir (1:1:1). Kecepatan tumbuh tercepat diberikan oleh media M3 sebesar 0.389%/etmal. Dalam media M3 terdapat arang sekam yang berwarna hitam akibat adanya proses pembakaran, menurut Murbandono (1993) karena hal tersebut, arang sekam mempunyai daya serap terhadap panas tinggi dapat menaikkan suhu dan mempercepat perkecambahan.

Helichrysum bracteatum

Berdasarkan pengamatan morfologi, H. bracteatum memiliki tipe perakaran tunggang bercabang, batang berwarna hijau, bentuk bulat, permukaan batang licin, arah tumbuhnya tegak lurus dan tipe percabanganya simpodial. Daun berwarna hijau, letak daun tersebar, tipe tunggal, helaian daun lanset dengan pangkal dan ujung daun meruncing, tepi daun rata, pertulangan daun menyirip dan permukaan daun berambut. Letak bunga terminal dengan warna bunga pink, oranye dan merah.

Pertumbuhan tanaman secara umum terlihat baik. Pertumbuhan vegetatif terbaik diberikan oleh media M3 yang ditunjukkan dengan pertumbuhan tinggi paling tinggi, jumlah daun paling banyak, dan diameter batang terlebar. Kuncup Bunga awal muncul pada H. bracteatum pada 14 MST yaitu pada media M3.

(37)
(38)

Persentase Tanaman yang Hidup

Berdasarkan sidik ragam, perlakuan media tidak berpengaruh nyata

terhadap peubah persentase tanaman yang hidup. Persentase tanaman yang hidup

pada media M1 dan media M3 yaitu 88.89% dari 9 tanaman, karena pada kedua

media ada tanaman yang dieradikasi karena terserang virus pada 16 dan 20 MST.

Persentase tanaman hidup pada media M2 dan M4 yaitu 100% dari 9 tanaman.

Persentase total tanaman yang hidup pada semua media hingga akhir penelitian

adalah 91.67% dari 36 tanaman.

Tinggi Tanaman

Berdasarkan sidik ragam, perlakuan media tanam berpengaruh sangat

nyata terhadap peubah tinggi tanaman dari 1 MST hingga 21 MST. Sejak awal

hingga akhir pengamatan media M1 memberikan pengaruh yang sama baiknya

dengan media M3 pada peubah tinggi tanaman sehingga di antara keduanya tidak

berbeda nyata.

Pada akhir pengamatan komposisi media M3 menghasilkan tinggi tanaman

rata-rata paling tinggi yaitu 128.75 cm, media M2 menghasilkan tinggi tanaman

rata-rata terendah yaitu 34.33 cm. Hal ini dimungkinkan karena kandungan

nitrogen pada media M3 lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain.

Pertumbuhan rata-rata tinggi tanaman terlihat pada Gambar 2.

Komposisi Media Tanam. M1 = Serbuk sabut kelapa: Tanah: Kompos (3:2:1), M2 = Serbuk gergaji: Tanah: Kompos (3:2:1), M3 = Arang sekam: Tanah: Kompos (1:2:1), M4 = Pasir: Tanah: Kompos (2:2:1).

Kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dari waktu. Menurut

(39)

19

logaritmik, fase linier, dan fase penuaan. Pada fase logaritmik, ukuran bertambah

secara eksponensial sejalan dengan waktu. Ini berarti laju pertumbuhan lambat

pada awalnya. Pada fase linear, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan,

laju pertumbuhan yang konstan ditunjukkan oleh kemiringan yang konsisten atas

tinggi tanaman. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat

tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai tua.

Jumlah Daun Total

Perlakuan media berpengaruh sangat nyata terhadap peubah jumlah daun

total (kecuali pada 3 MST). Pada pengamatan akhir (21 MST) perlakuan

komposisi media M3 menghasilkan jumlah daun total rata-rata terbanyak yaitu

113.9, jumlah daun total rata-rata paling sedikit diberikan oleh perlakuan

komposisi media M2 yaitu 12.9. Komposisi media M1 dan M4 menghasilkan

jumlah daun total rata-rata yaitu 55.1 dan 82.1.

Peningkatan jumlah daun total selama penelitian dapat dilihat pada

Gambar 3, tanaman pada media M3 menunjukkan peningkatan jumlah daun total

tertinggi dibandingkan tanaman pada media lainya.

0

Gambar 3. Pertumbuhan Rata-rata Jumlah Daun tanaman H. bracteatum pada

Berbagai Komposisi Media Tanam. M1 = Serbuk sabut kelapa: Tanah: Kompos (3:2:1), M2 = Serbuk gergaji: Tanah: Kompos (3:2:1), M3 = Arang sekam: Tanah: Kompos (1:2:1), M4 = Pasir: Tanah: Kompos (2:2:1).

Komposisi media M3 menghasilkan jumlah daun paling banyak dan

komposisi media M2 memperlihatkan peningkatan jumlah daun yang paling

(40)

memperlambat pematangan atau penuaan. Hal ini terlihat pada media M3 dimana

pertumbuhan vegetatif lebih dominan.

Diameter Batang

Diameter batang tanaman dicatat pada bulan ke 4 setelah tanam karena

batang tanaman terlalu kecil dan pendek pada bulan-bulan awal penanaman,

sehingga jika dilakukan pengukuran dikhawatirkan batang tanaman akan patah.

Perlakuan komposisi media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap peubah

diameter batang. Pada Gambar 4, terlihat bahwa media M3 menghasilkan rataan

diameter batang terbesar relatif konsisten setiap bulannya. Walaupun pada 6 BST

media M4 menghasilkan diameter batang rata-rata terbesar yaitu 0.89 cm tetapi

tidak berbeda nyata dengan media M3 yaitu 0.88 cm. Media M2 menghasilkan

rataan diameter batang terkecil di setiap pengamatan.

0

Gambar 4. Pertumbuhan Rata-rata Diameter Batang Tanaman H. bracteatum

pada Berbagai Komposisi Media Tanam. M1 = Serbuk sabut kelapa: Tanah: Kompos (3:2:1), M2 = Serbuk gergaji: Tanah: Kompos (3:2:1), M3 = Arang sekam: Tanah: Kompos (1:2:1), M4 = Pasir: Tanah: Kompos (2:2:1).

Panjang dan Lebar Daun Terlebar

Sidik ragam (Tabel 3) menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media

tanam berpengaruh sangat nyata terhadap peubah panjang daun pada 3 - 19 MST

dan 21 MST. Sedangkan untuk peubah lebar daun terlebar berpengaruh sangat

(41)

21

Gambar 5. Pertumbuhan Rata-rata Panjang Daun Tanaman H. bracteatum pada

Berbagai Komposisi Media Tanam. M1 = Serbuk sabut kelapa: Tanah: Kompos (3:2:1), M2 = Serbuk gergaji: Tanah: Kompos (3:2:1), M3 = Arang sekam: Tanah: Kompos (1:2:1), M4 = Pasir: Tanah: Kompos (2:2:1).

Media M1 dan M3 mengalami penurunan panjang daun pada akhir

penelitian. Hal ini dimungkinkan karena pada tanaman tersebut karbohidrat lebih

banyak digunakan untuk pembentukan bunga. Poerwanto (2003) menyatakan

bahwa daun merupakan source utama karbohidrat dan sink utama adalah biji,

buah, bunga, akar dan sebagainya. Pada akhir pengamatan, panjang daun rata-rata

pada M4 adalah 18.3 cm tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan komposisi

media M1 yaitu 16.4 cm, komposisi media yang menghasilkan panjang daun

terpendek adalah media M2 yaitu 13.1 cm.

0

Gambar 6. Pertumbuhan Rata-rata Lebar Daun Tanaman H. bracteatum pada

Berbagai Komposisi Media Tanam. M1 = Serbuk sabut kelapa: Tanah: Kompos (3:2:1), M2 = Serbuk gergaji: Tanah: Kompos (3:2:1), M3 = Arang sekam: Tanah: Kompos (1:2:1), M4 = Pasir: Tanah: Kompos (2:2:1).

Pada akhir pengamatan, lebar daun rata-rata pada media M4 adalah 3.5

(42)

oleh M2 yaitu 2.3 cm. Komposisi media M2 (serbuk gergaji, tanah dan kompos

(3:2:1)) menghasilkan panjang dan lebar daun terendah, hal ini mungkin

disebabkan sifat fisik media yang terlalu poros dan kurang kuat daya ikat airnya

sehingga pertumbuhan tanaman terhambat. Salisbury dan Ross (1992)

menyatakan bahwa kekurangan air mempunyai beberapa efek terhadap

pertumbuhan tanaman, diantaranya adalah terjadinya suatu pembatasan terhadap

ekspansi daun. Fisher dan Dunham (1992) menyatakan bahwa luas daun telah

diterima sebagai ukuran untuk menilai daya potensial fotosintesis tajuk karena

fotosintesis biasanya sebanding dengan luas daun.

Perlakuan komposisi media tanam M3 menghasilkan pertumbuhan terbaik

dibandingkan komposisi media lainnya. Hal ini mungkin terjadi karena M3

mengandung kombinasi unsur-unsur yang paling sesuai untuk pertumbuhan

tanaman H. bracteatum. Kandungan nitrogen yang tinggi pada M3 menghasilkan

pertumbuhan vegetatif lebih baik. Setyamidjaja (1986) menyatakan bahwa

nitrogen mempunyai peranan penting diantaranya adalah merangsang

pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu tinggi tanaman dan merangsang tumbuhnya

tanaman. Electrical Conductivity (EC) pada media M3 lebih tinggi dibandingkan

perlakuan lainnya. Cavins et al. (2002) menyatakan bahwa EC dari larutan media

memberikan gambaran mengenai status hara tanaman. Semakin besar kandungan

EC, maka semakin mudah ion-ion bergerak melalui larutan.

Pembungaan

Pembungaan merupakan masa transisi atau perubahan fase vegetatif ke

fase generatif pada tanaman. Bunga merupakan organ tumbuhan modifikasi suatu

tunas (batang dan daun-daun) yang dibentuk. Proses pembungaan meliputi

perubahan fisiologi, biokimia dan molekuler tanaman.

Kedua jenis tanaman hias yang ditanam termasuk ke dalam famili

Asteraceae. Satu infloresens terdiri dari beberapa atau banyak bunga tabung (disk

(43)

23

Waktu Bunga Pertama Muncul

Kuncup bunga H. bracteatum pertama muncul saat tanaman berumur 14

MST yaitu pada perlakuan media M3, kuncup bunga pertama muncul pada

perlakuan media M1 saat tanaman berumur 15 MST, dan pada media M4 kuncup

bunga muncul pada 21 MST. Pada akhir pengamatan, persentase tanaman

berbunga pada media M3 dan M1 adalah 66.7% dari 9 tanaman, sedangkan

tanaman pada media M4 berbunga sebanyak 44.4% dari 9 tanaman. Perlakuan

media M2 sampai akhir penelitian tidak berbunga. Untuk melihat lebih jelas

persentase bunga pada setiap perlakuan disajikan pada Gambar 7.

0

Gambar 7. Persentase Tanaman Muncul Bunga Pertama pada Setiap Perlakuan Media. M1 = Serbuk sabut kelapa: Tanah: Kompos (3:2:1), M2 = Serbuk gergaji: Tanah: Kompos (3:2:1), M3 = Arang sekam: Tanah: Kompos (1:2:1), M4 = Pasir: Tanah: Kompos (2:2:1).

Perlakuan media M2 tidak berbunga hingga akhir pengamatan, walaupun

dari hasil analisis media kandungan P dan K media M2 sangat tinggi, tetapi

mungkin karena fosfor biasanya berada dalam bentuk mineral yang kompleks

sehingga sangat lambat tersedia. Soepardi (1983) menyatakan bahwa kemampuan

tanah menyediakan unsur hara tidak begitu bergantung dari jumlah unsur, tetapi

dari laju unsur tersebut menjadi tersedia bagi tanaman.

Bunga pertama muncul pada media M4 ketika umur tanaman 21 MST.

Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa tanaman akan menghasilkan bunga

bila tanaman tersebut telah melewati masa vegetatif dimana telah terjadi

penambahan besar, berat dan menimbun karbohidrat lebih banyak untuk

(44)

Warna Bunga

Pengamatan scoring terhadap warna bunga mengacu pada RHCC.

Perbedaan warna bunga tidak disebabkan oleh perlakuan media. Pengamatan

warna bunga hanya untuk melihat warna bunga dari tanaman hias H. bracteatum

introduksisehingga tidak diolah lebih lanjut.

Tabel 4. Warna Petal H. bracteatum

Perlakuan Warna Bunga

Light pink RHS 54D Red pink RHS 52B

Pink RHS 68C Pink RHS 63B M1

Orange yellow RHS 23A

Pink RHS 63B M3

Orange yellow RHS 23A Red pink RHS 52B M4

Pink RHS 64D

Keterangan: M1 = Serbuk sabut kelapa: Tanah: Kompos (3:2:1) M3 = Arang sekam: Tanah: Kompos (1:2:1)

M4 = Pasir: Tanah: Kompos (2:2:1).

Helichrysum bracteatum termasuk ke dalam famili Asteraceae dimana

infloresen terdiri dari beberapa atau banyak bunga pita dan bunga tabung. Bunga pita terletak di tepi bunga dan biasanya berwarna mencolok, sedangkan bunga

tabung terletak di tengah dan kebanyakan berwarna kurang menarik. Berdasarkan

tabel di atas, warna petal (bunga pita) tanaman ini terbagi menjadi dua warna

yaitu merah muda dan oranye. Bunga tabung tanaman ini kebanyakan berwarna

kuning.

Diameter Bunga

Perlakuan media tanam berdasarkan sidik ragam tidak menghasilkan

pengaruh yang nyata terhadap peubah diameter bunga. Diameter bunga terlebar

diberikan oleh perlakuan komposisi media M1 yaitu 4.2 cm, tanaman pada media

M3 menghasilkan 3.7 cm dan diameter bunga terkecil diberikan oleh perlakuan

komposisi media M4 sebesar 3.3 cm. Di negara asalnya, diameter bunga H.

(45)

25

tidak sesuai untuk pembungaan optimal. Hughes (2001) menyatakan bahwa

tanaman ini akan tumbuh dan berbunga dengan baik pada suhu antara 10-20°C,

akan tetapi untuk menghasilkan bunga yang maksimal suhu harus dipertahankan

diatas 20°C pada siang hari

Jumlah Bunga

Berdasarkan sidik ragam, perlakuan komposisi media tanam tidak

berpengaruh nyata terhadap peubah jumlah bunga kecuali pada 20 dan 21 MST.

Pada akhir pengamatan, jumlah bunga rata-rata terbanyak diberikan oleh media

M3 yaitu 5.7 tetapi tidak berbeda nyata dengan media M1 dan M4 yaitu sebanyak

4.3 dan 2.2 bunga.

Gambar 8. Pertambahan Rata-rata Jumlah Bunga Tanaman H. bracteatum pada

Berbagai Komposisi Media Tanam. M1 = Serbuk sabut kelapa: Tanah: Kompos (3:2:1), M2 = Serbuk gergaji: Tanah: Kompos (3:2:1), M3 = Arang sekam: Tanah: Kompos (1:2:1), M4 = Pasir: Tanah: Kompos (2:2:1).

Pada 17 MST, jumlah bunga pada media M3 terjadi penurunan. Hal ini

terjadi karena ada tanaman yang patah akibat gigitan belalang. Pada akhir

pengamatan, ada bunga layu dan gugur pada media M1 sehingga jumlah bunga

pada media M1 berkurang.

Media tanam M1 menghasilkan respon terhadap pertumbuhan yang

sedang, ditunjukkan dengan tinggi tanaman tidak terlalu tinggi, jumlah daun tidak

terlalu banyak, panjang daun tidak berbeda nyata dengan jumlah daun terbanyak

pada media M4, jumlah bunga yang tidak berbeda nyata dengan jumlah bunga

(46)

Harjadi (1989) tanaman dalam keadaan tersebut mempunyai laju fotosintesis yang

tinggi, suhu dan lingkungan yang lainnya menyokong pembelahan sel dengan

kecepatan medium. Sebagai akibatnya, tidak semua karbohidrat digunakan untuk

perkembangan batang dan daun, sebagian disisakan untuk perkembangan bunga

dan buah.

Zinnia elegans

Berdasarkan pengamatan morfologi terhadap tanaman zinnia, sistem

perakarannya tunggang bercabang. Batang berwarna hijau, bentuk bulat,

permukaan batang berambut, arah tumbuh batang tegak lurus, dan cara

percabangannya simpodial. Daun berwarna hijau, letaknya berhadapan, tipe daun

tunggal, helaian daun lonjong, pangkal daun memeluk batang, ujung daun

runcing, tepi daun rata serta permukaan daunnya berambut. Letak bunga terminal

dan warna bunganya merah, pink, kuning, oranye dan putih.

Secara umum semua perlakuan media berpengaruh terhadap peubah yang

diamati. Walaupun pada akhir pengamatan, tinggi tanaman, jumlah daun dan

diameter bunga tidak berbeda nyata. Komposisi media M3 menghasilkan respon

terhadap tinggi tanaman tertinggi, jumlah daun terbanyak, dan panjang serta lebar

daun terlebar yang konsisten disetiap minggunya, sedangkan media M1

menghasilkan persentase waktu bunga pertama muncul lebih banyak dan jumlah

bunga terbanyak. Untuk tanaman hias pot biasanya konsumen lebih memilih

tanaman yang tidak terlalu tinggi dan jumlah daun tidak terlalu rimbun, konsumen

lebih memilih tanaman yang lebih cepat berbunga, jumlah bunganya banyak dan

ukurannya besar. Berikut disajikan rekapitulasi sidik ragam untuk semua peubah

(47)

27

Tabel 5. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Media Tanam terhadap Z. elegans

pada Seluruh Peubah yang Diamati.

MST 0 1 2 3 4 5 6 7

Persentase Tanaman Hidup tn

KK 9.897

Tinggi Tanaman ** ** ** ** ** ** tn tn

KK 24.062 17.799 17.299 16.453 16.422 17.479 20.496 22.854

Jumlah Daun ** ** ** ** * ** ** **

KK 28.112 20.402 13.010 11.672 13.297 31.737 31.370 31.124

Panjang Daun Terlebar ** ** ** ** **

Persentase Tanaman yang Hidup

Secara umum kondisi per tanaman selama penelitian cukup baik,

persentase tanaman yang hidup pada akhir pengamatan sebesar 97.2% dari 36

tanaman, hal ini disebabkan terdapat satu tanaman yang dieradikasi karena

terserang virus.

Berdasarkan sidik ragam perlakuan media tidak berpengaruh nyata

terhadap persentase tanaman yang hidup, tetapi media M1 menunjukkan

persentase tanaman hidup yang rendah yaitu 88.9% dari 9 tanaman, untuk media

M2, media M3, dan media M4 yaitu 100% dari 9 tanaman.

Tinggi Tanaman

Berdasarkan rekapitulasi sidik ragam, media tanam berpengaruh nyata

terhadap peubah tinggi tanaman pada 0-5 MST. Tinggi tanaman tertinggi

diberikan oleh perlakuan media M1 pada 0 MST hingga 3 MST. Setelah bunga

muncul yaitu pada 3 MST, tinggi tanaman tidak berbeda nyata dengan perlakuan

(48)

0

Gambar 9. Pertumbuhan Rata-rata Tinggi Tanaman Z. elegans pada Berbagai

Komposisi Media Tanam. M1 = Serbuk sabut kelapa: Tanah: Kompos (3:2:1), M2 = Serbuk gergaji: Tanah: Kompos (3:2:1), M3 = Arang sekam: Tanah: Kompos (1:2:1), M4 = Pasir: Tanah: Kompos (2:2:1).

Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa rataan tinggi tanaman yang

tertinggi dihasilkan oleh media tanam M3 yaitu 49.8 cm. Media tanam M1

memiliki rataan tinggi tanaman terendah yaitu 44.6 cm pada akhir pengamatan

namun tidak berbeda nyata dengan semua media tanam. Hal ini diduga karena

pada media M3 mengandung kombinasi unsur-unsur yang paling sesuai untuk

pertumbuhan vegetatif tanaman. Nitrogen dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah

yang banyak karena nitrogen merupakan penyusun asam amino dan asam nukleat.

Penurunan pertambahan tinggi pada media M1 menunjukkan bahwa media M1

lebih cepat memasuki fase reproduksi.

Jumlah Daun

Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam

berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan jumlah daun. Perlakuan media

campuran arang sekam, tanah dan kompos (M3) menghasilkan hasil yang sama

baiknya dengan campuran cocopeat, tanah dan kompos (M1) terhadap jumlah

daun total rata-rata sehingga tidak berbeda nyata di antara perlakuan tersebut pada

akhir pengamatan. Berikut disajikan pertambahan jumlah daun total setiap

(49)

29

Gambar 10. Pertumbuhan Rata-rata Jumlah Daun pada Berbagai Komposisi Media Tanam. M1 = Serbuk sabut kelapa: Tanah: Kompos (3:2:1), M2 = Serbuk gergaji: Tanah: Kompos (3:2:1), M3 = Arang sekam: Tanah: Kompos (1:2:1), M4 = Pasir: Tanah: Kompos (2:2:1).

Pada akhir pengamatan komposisi media M3 menghasilkan rataan jumlah

daun total terbanyak yaitu 55.9, sedangkan jumlah daun terkecil diberikan oleh

perlakuan media M2 yaitu 24 daun.

Panjang dan Lebar Daun Terlebar

Perlakuan media tanam, berpengaruh nyata pada panjang dan lebar daun

tanaman sejak awal sampai akhir pengamatan. Tanaman pada media M3

menghasilkan panjang dan lebar daun terlebar dari awal hingga akhir pengamatan,

sedangkan tanaman pada media M2 memiliki panjang dan lebar daun tersempit.

Selain mempunyai kandungan nitrogen yang tinggi yang berpengaruh

terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman, media M3 mempunyai kandungan EC

paling tinggi dibandingkan dengan media lainnya. Sebaliknya media M2

mempunyai EC paling rendah. Menurut Cavins et al (2002) jika kandungan EC

terlalu rendah, pertumbuhan tanaman akan terhambat dan kerdil atau warna daun

memudar sebagai akibat unsur hara yang kurang. Berikut disajikan pertumbuhan

(50)

0

Gambar 11. Pertumbuhan Rata-rata Panjang dan Lebar Daun Tanaman Z. elegans

pada Berbagai Komposisi Media Tanam

PD = Panjang Daun, LD = Luas Daun, M (1,2,3 dan 4) = Media

Diameter Batang

Pencatatan diameter batang pada tanaman zinnia dilakukan pada minggu

ke 2, 4 dan 7 MST. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media

berpengaruh sangat nyata terhadap peubah diameter batang. Pada 1 MST,

tanaman pada media M1 memiliki diameter batang terbesar, sedangkan pada 6

dan 7 MST diameter batang terbesar dimiliki oleh tanaman pada media M3.

0

Gambar 12. Pertumbuhan Rata-rata Diameter Batang Tanaman Z. elegans pada

Berbagai Komposisi Media Tanam M1 = Serbuk sabut kelapa: Tanah: Kompos (3:2:1), M2 = Serbuk gergaji: Tanah: Kompos (3:2:1), M3 = Arang sekam: Tanah: Kompos (1:2:1), M4 = Pasir: Tanah: Kompos (2:2:1).

Berdasarkan gambar, media M3 menghasilkan diameter batang terbesar

yaitu 0.59 cm, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan media M1 yaitu

sebesar 0.54 cm. Diameter batang terkecil diberikan oleh perlakuan media M2

(51)

31

Pembungaan

Zinnia termasuk kedalam famili Compositae. Seperti halnya famili Daisy

pada umumnya, terdapat beberapa sampai banyak bunga dalam satu infloresen

capitulum (bongkol) zinnia. Dalam satu infloresen terdapat bunga tengah/tabung dan bunga tepi atau pita. Bunga yang berwarna mencolok adalah bunga pita.

Waktu Bunga Pertama Muncul

Perlakuan media memberikan respon yang berbeda terhadap waktu

muncul bunga, bunga pertama muncul pada 3 MST. Pencatatan waktu muncul

bunga dilakukan pada saat kuncup bunga mulai terlihat. Pada 3 MST, persentase

bunga muncul pertama pada media M1 sebanyak 44.4%, media M2 sebanyak

11.1%, media M4 sebanyak 22.2% dari 9 tanaman. Media M3 berbunga pada 4

MST.

Gambar 13. Persentase Bunga Muncul pada Perlakuan Media Tanam. M1 = Serbuk sabut kelapa: Tanah: Kompos (3:2:1), M2 = Serbuk gergaji: Tanah: Kompos (3:2:1), M3 = Arang sekam: Tanah: Kompos (1:2:1), M4 = Pasir: Tanah: Kompos (2:2:1).

Media M1 menghasilkan respon terhadap persentase bunga pertama

muncul tercepat yaitu 44.4% pada 3 MST. Rimando (2004) menyatakan bahwa

serbuk sabut kelapa mempunyai kemampuan memegang air yang tinggi,

berdrainase baik, memiliki rasio perbandingan lignin dan selulosa yang tinggi

sehingga resisten terhadap proses pelapukan, dan penyusutan pada cocopeat yang

lambat dapat menjaga keseimbangan udara dan air pada zona peakaran untuk

(52)

Hasil penelitian Cayanti (2006) melaporkan bahwa media tanam yang

mengandung cocopeat pada cabai hias berpengaruh terhadap waktu bunga

pertama muncul tercepat yaitu 25.99 HSP (Hari Setelah Pemangkasan).

Warna Bunga

Perbedaan warna bunga pada tanaman zinnia bukan karena pengaruh

perlakuan media tanam. Pencatatan warna bunga hanya dilakukan untuk

mengetahui berbagai warna bunga zinnia yang ditanam pada percobaan, dari data

tersebut diperoleh warna bunga zinnia yang jarang ditemukan di Indonesia seperti

warna bunga zinnia kuning dan oranye. Warna bunga zinnia yang umumnya ada

di Indonesia antara lain : merah, pink dan putih. Berikut disajikan tabel warna

petal bunga pada semua perlakuan.

Tabel 6. Warna Bunga Z. elegans

Perlakuan Warna (RHCC)

Purple Red RHS 58B Dark Pink RHS N57C

Red RHS 44A Orange RHS 32A Purple Pink RHS N74B M1

Orange RHS 23A Purple Red RHS N57A Purple Pink RHS N74A

Orange RHS 28A M2

White RHS 157B Yellow RHS 12A Purple Pink RHS 68A

Pink RHS 68C Red RHS 44A Purple Pink RHS N74B M3 Keterangan: M1 = Serbuk sabut kelapa: Tanah: Kompos (3:2:1)

M2 = Serbuk gergaji: Tanah: Kompos (3:2:1) M3 = Arang sekam: Tanah: Kompos (1:2:1) M4 = Pasir: Tanah: Kompos (2:2:1).

(53)

33

Diameter Bunga

Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan media tanam tidak

memberikan pengaruh yang nyata terhadap peubah diameter bunga, tetapi media

M3 memiliki diameter bunga rata-rata terbesar dibandingkan perlakuan media

lainnya yaitu 3.39 cm, disusul dengan media M1 sebesar 3.23 cm, media M4 3.17

cm, sedangkan media M2 memiliki diameter bunga rataan terkecil yaitu sebesar

2.40 cm. Diluar negeri, diameter bunga zinnia bisa mencapai 7 cm.

Jumlah Bunga

Respon tanaman terhadap perlakuan media tanam memberikan jumlah

bunga yang berbeda untuk setiap perlakuan. Pada 4 MST hingga 6 MST jumlah

bunga tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan komposisi media tanam. Tetapi

pada akhir pengamatan, perlakuan media memberikan pengaruh yang nyata

terhadap peubah jumlah bunga.

0

Gambar 14. Persentase Jumlah Bunga pada Perlakuan Media Tanam. M1 = Serbuk sabut kelapa: Tanah: Kompos (3:2:1), M2 = Serbuk gergaji: Tanah: Kompos (3:2:1), M3 = Arang sekam: Tanah: Kompos (1:2:1), M4 = Pasir: Tanah: Kompos (2:2:1).

Media M1 menghasilkan jumlah bunga rata-rata paling banyak

dibandingkan perlakuan media lainnya sebanyak 4.7 bunga, media M2

menghasilkan jumlah bunga rata-rata paling sedikit yaitu 2 bunga. Pertumbuhan

vegetatif tanaman pada media M2 terhambat, sehingga sebagian besar karbohidrat

digunakan untuk perkembangan batang dan daun, karbohidrat yang disisakan

(54)

Kesimpulan

Media tanam dengan komposisi serbuk sabut kelapa: tanah: kompos (3:2:1) dan komposisi arang sekam: tanah: kompos (1:2:1) menghasilkan hasil yang sama baiknya terhadap perkecambahan kedua jenis tanaman hias.

Komposisi media arang sekam: tanah: kompos (1:2:1) menghasilkan pengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman Helichrysum bracteatum terbaik dibandingkan dengan media lainnya. Diameter bunga rata-rata terbesar diberikan oleh perlakuan komposisi media serbuk sabut kelapa: tanah: kompos (3:2:1)

Komposisi media serbuk sabut kelapa: tanah: kompos (3:2:1) menghasilkan pengaruh terbaik pada tanaman Zinnia elegans, ditunjukkan dengan jumlah bunga terbanyak, waktu pertama bunga muncul tercepat dan diameter bunga yang tidak berbeda nyata dengan diameter bunga terbesar yang diberikan oleh media arang sekam: tanah: kompos (1:2:1).

Komposisi media serbuk gergaji: tanah: kompos (3:2:1) tidak disarankan sebagai media perkecambahan dan pertumbuhan tanaman H. bracteatum dan Z. elegans.

Saran

Gambar

Tabel 1.  Kandungan Nitrogen, Fosfor, Kalium, pH, EC pada Berbagai Komposisi Media.
Gambar 1. Penampang akar  Z. elegans pada Setiap Perlakuan Komposisi Media. M1 = Serbuk sabut kelapa: Tanah: Kompos (3:2:1), M2 = Serbuk gergaji: Tanah: Kompos (3:2:1), M3 = Arang sekam: Tanah: Kompos (1:2:1), M4 = Pasir: Tanah: Kompos (2:2:1)
Tabel 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Media Tanam terhadap H. bracteatum pada Seluruh Peubah yang Diamati
Gambar 5. Pertumbuhan Rata-rata Panjang Daun Tanaman H. bracteatum pada Berbagai Komposisi    Media Tanam
+7

Referensi

Dokumen terkait

demikian, berdasarkan beberapa hasil pengujian yang telah dilakukan pada tanah dengan berbagai variasi campuran dapat diketahui bahwa variasi campuran 4%(PC) + 8%(FA) adalah

Judul KTI : Pengaruh Olahraga Terhadap Keteraturan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Tahun 2016. Dengan ini menyatakan

Pada persilangan heterogami Pada persilangan heterogami  Drosophila  Drosophila melanogaster melanogaster strain m♂ x w♀ strain m♂ x w♀ ,, hasil anakan F1, F2, dan

Pada halaman siswa akan muncul foto profil siswa, dan pada bagian atas terdapat beberapa buah kotak warna-warni yang berguna untuk memberikan informasi tentang jumlah

Tujuan Pendidikan InklusifSecara umum adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Untuk memberikan motivasi dan menyalurkan bakat serta minat siswa terhadap Seni dan Budaya di sekolah sesuai amanat tersebut di atas, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas

Belajar Menjadi Orang Tua Katolik Belajar dari Maria & Yusuf Melalui Berbagai Praktik Doa dan

39 Pada Perancangan rangkaian keypad sebagaimana Gambar 3.10 menggunakan metode scanning baris yang dilakukan oleh perangkat lunak, dimana pada proses tersebut