• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Lengos Menggunakan Cacing Tanah Lumbricus sp. dan Eisenia sp. untuk Mendeteksi Benomil pada Lingkungan Terestrial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Lengos Menggunakan Cacing Tanah Lumbricus sp. dan Eisenia sp. untuk Mendeteksi Benomil pada Lingkungan Terestrial"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

UJI LENGOS MENGGUNAKAN CACING TANAH

Lumbricus

sp. DAN

Eisenia

sp. UNTUK MENDETEKSI BENOMIL PADA LINGKUNGAN

TERESTRIAL

MELLISA PUTRI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

MELLISA PUTRI. Uji Lengos Menggunakan Cacing Tanah Lumbricus sp. dan Eisenia sp. untuk Mendeteksi Benomil pada Lingkungan Terestrial. Dibimbing oleh TRI HERU WIDARTO dan TARUNI SRI PRAWASTI.

Penelitian avoidance test (uji lengos) telah banyak dilakukan untuk mendeteksi efek polutan terhadap lingkungan namun demikian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan validitas dan menguji efektivitasnya. Pada penelitian ini dikaji penggunaan metode uji lengos dalam mendeteksi kehadiran senyawa benomil di lingkungan terrestrial dengan menggunakan cacing tanah Lumbricus sp. dan Eisenia sp. sebagai hewan uji. Uji dilakukan pada konsentrasi benomil 0, 2, 4, 6 dan 8 ppm pada lama pemaparan 0, 12, 24, 48 dan 72 jam. Cacing tanah Lumbricus sp. mulai aktif menghindar dari media perlakuan pada konsentrasi benomil 6 ppm setelah terpapar selama 48 jam, sedangkan Eisenia sp. mulai aktif menghindar pada konsentrasi benomil 6 ppm setelah terpapar selama 72 jam. Jumlah cacing yang menghindar dari media perlakuan bertambah seiring dengan meningkatnya konsentrasi benomil dan lama pemaparan. Secara statistik, konsentrasi benomil tidak berpengaruh terhadap respon menghindar cacing tanah sedangkan lama pemaparan memperlihatkan pengaruhnya. Lumbricus sp nampaknya merespon lingkungan yang diberi benomil lebih sensitif dibandingkan dengan Eisenia sp. Pada penelitian ini tidak ditemukan kematian pada kedua jenis cacing selama percobaan.

ABSTRACT

MELLISA PUTRI. Avoidance Test Using Earthworms Lumbricus sp. and Eisenia sp. for Monitoring Benomyl Precense in Terrestrial Environment. Supervised by TRI HERU WIDARTO and TARUNI SRI PRAWASTI.

(3)

UJI LENGOS MENGGUNAKAN CACING TANAH

Lumbricus

sp. DAN

Eisenia

sp. UNTUK MENDETEKSI BENOMIL PADA LINGKUNGAN

TERESTRIAL

MELLISA PUTRI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul : Uji Lengos Menggunakan Cacing Tanah Lumbricus sp. dan Eisenia sp. untuk Mendeteksi Benomil pada Lingkungan Terestrial

Nama : Mellisa Putri

NIM : G34104042

Menyetujui :

Pembimbing I,

Ir. Tri Heru Widarto, M.Sc. NIP 19620513 198703 1 002

Pembimbing II,

Dra. Taruni Sri Prawasti NIP 19551130 198303 2 003

Mengetahui :

Ketua Departemen

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si. NIP 19641002 198903 1 002

(5)

PRAKATA

Maha Suci Tuhan-Mu, Tuhan kemuliaan dari sesuatu yang mereka sifatkan. Keselamatan semoga tercurah kepada para utusan dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah memberikan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah berjudul Uji Lengos Cacing Tanah Lumbricus sp. dan Eisenia sp. untuk Mendeteksi Benomil pada Lingkungan Terestrial. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Desember 2009 di Laboratorium Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Kampus IPB Darmaga, Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Tri Heru Widarto,M.Sc sebagai pembimbing pertama dan Dra. Taruni Sri Prawasti sebagai pembimbing kedua serta Ir. Hadisunarso, M.Si sebagai penguji sidang skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan nasihat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu, ayah, dan Mas Bayu atas doa, dan dukungan moral serta materil. Ucapan terima kasih juga kepada keluarga besar Biologi 41, keluarga besar Biologi IPB, staf dosen pengajar Biologi IPB, BEM KM IPB 2007/2008, LDK DKM Al Ghifari IPB 2006/2007, Himabio, Keluarga besar Bioniq, Keluarga besar al farabi, dan semua teman-teman yang telah membantu selama penelitian.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Mei 2010

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 29 September 1986 sebagai putri kedua dari dua bersaudara dari Ayahanda Slamet Riyadi dan Ibunda Anjariah. Penulis lulus dari SMU Negeri 19 Jakarta Barat pada tahun 2004 dan lolos seleksi masuk IPB melalui jalur Ujian Saringan Masuk IPB (USMI) pada Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai staf Pemberdayaan Sumber Daya Mahasiswa Himpunan Mahasiswa Biologi (PSDM Himabio) pada tahun 2005-2006 dan 2006-2007, staf divisi Syiar dan Kajian Islam Wahana Muslim Himabio (SKI WMH) pada tahun 2005-2006, Koordinator divisi Olahraga dan Seni Lembaga Dakwah Kampus Dewan Kemakmuran Masjid Al Ghifari (OS LDK DKM Al Ghifari IPB) pada tahun 2006-2007, staf divisi Sosial Lingkungan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (SOSLING BEM KM IPB) pada tahun 2007-2008, dan beberapa kepanitiaan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh BEM FMIPA dan Himabio.

Penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Dasar Tingkat Persiapan Bersama pada tahun 2007-2008, mata kuliah Fisiologi Hewan pada tahun 2006-2007, dan mata kuliah Pendidikan Agama Islam pada tahun 2006-2007. Penulis melakukan Praktik Kerja Lapang di PT Goodyear, Kebon Pedes, Bogor Barat pada bulan Juli-Agustus 2007 dengan tema “Manajemen Penanganan Polusi Bunyi di PT Goodyear Indonesia Tbk”.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ……… vi

PENDAHULUAN ………... 1

Latar Belakang ……… 1

Tujuan ……….. 1

METODE ……… 1

Waktu dan Tempat ……….. 1

Organisme Percobaan ………... 2

Tanah ……….... 2

Pestisida ………... 2

Prosedur Percobaan ……….. 2

Analisis Data ………. 2

HASIL ………... 3

Pengaruh Konsentrasi dan Lama Pemarapan ……….. 3

PEMBAHASAN ……….. 4

SIMPULAN ……….. 5

SARAN ………... 5

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Skema percobaan avoidance test (uji lengos) ……….. 3

2 Respon Lumbricus sp. (a) dan Eisenia sp. (b) terhadap keberadaan benomil pada berbagai lama pemaparan ………... 3

(9)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Pestisida memiliki pengertian yang luas, khusus di bidang pertanian pestisida sering disebut produk perlindungan tanaman karena tidak semua pestisida bersifat sebagai bahan pembunuh namun ada juga yang bersifat mengusir atau menarik hama. Namun demikian pemakaian pestisida yang tidak tepat dalam bidang pertanian dapat mengganggu ekosistem tanah meskipun telah menjalani pengujian yang sangat ketat (Djojosumarto 2008).

Sebagian besar pencemaran lingkungan diakibatkan oleh kegiatan manusia. Pencemaran ini menimbulkan dampak ekologis yang merugikan baik lingkungan terestrial maupun akuatik. Djojosumarto (2008) menyebutkan penggunaan pestisida yang tidak tepat juga akan memberikan resiko baik terhadap pengguna, konsumen maupun lingkungan. Bagi lingkungan umum, pestisida dapat menyebabkan pencemaran lingkungan tanah, air dan udara. Hal ini dapat menyebabkan kematian hewan non target, bioakumulasi, dan penyederhanaan rantai makanan alami. Salah satu organisme tanah yang terganggu oleh adanya pestisida adalah cacing tanah, dari gangguan ringan hingga mengalami kematian. Padahal cacing tanah memiliki peranan penting bagi keberhasilan pertanian. Menurut Edwards & Lofty (1972), cacing tanah dapat memecah tanah menjadi partikel yang lebih kecil bahkan kotorannya dapat digunakan sebagai pupuk alami. Pergerakan cacing tanah dengan membuat terowongan menjadikan tanah memiliki aerasi yang baik.

Benstar 50 WP merupakan nama dagang dari benomil. Fungisida ini dapat diperoleh dengan mudah di toko-toko pertanian. Benomil merupakan fungisida dari golongan benzimidazol. Kode 50 WP berarti produk tersebut memiliki konsentrasi 50 % benomil yang berjenis Wettable Powder. Berdasarkan cara kerjanya, fungisida ini digolongkan menjadi fungisida sistemik, diabsorbsi oleh organ-organ tanaman dan ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya lewat aliran cairan tanaman (Djojosumarto 2008).

Avoidance test (uji lengos) adalah metode yang memanfaatkan perilaku hewan dalam merespon kehadiran bahan kimia dalam suatu lingkungan dengan cara menghindar atau menjauhi lingkungan tersebut. Uji ini

hanya membutuhkan waktu yang relatif cepat yaitu 1 sampai 2 hari dan sangat berpotensi sebagai uji toksisitas tanah (Yeardley et al. 1996; Garcia et al. 2008). Menurut Stephenson et al. (1996) dan Yeardley et al. (1996),uji toksisitas subletal dengan perilaku menghindar menggunakan cacing tanah lebih sensitif dibandingkan uji toksisitas akut. Bahkan Luz et al. (2009) melaporkan bahwa avoidance test (uji lengos) dapat dilakukan dalam waktu 24 jam.

Uji ekotoksikologi menggunakan cacing telah banyak dikembangkan untuk mengevaluasi efek bahan kimia (Walker et al 2001). Jenis cacing yang banyak digunakan diantaranya Eisenia foetida (Yeardley et al. 1996; Stephenson et al. 1996; Loureiro et al. 2005; Sulastri 2005; Garcia et al 2008; Luz 2008). Cacing tanah memiliki kemoreseptor yang terletak pada prostomium atau buccal epithelium yang berhubungan langsung dengan substansi saat makan. Dengan reseptor ini cacing mampu mengenali bahan kimia dalam tanah, menyeleksi makanan, mendeteksi keasaman, dan membantu proses perkawinan dengan mendeteksi sekresi mukus dari cacing lain. Selain itu, cacing tanah melakukan lokomosi dengan cara menggali dan dibantu oleh prostomium untuk menentukan arah (Edwards & Lofty 1972) sehingga dapat digunakan sebagai biomarker terkait perilaku menghindar (lengos).

Penelitian yang berkaitan dengan avoidance test (uji lengos) telah banyak dilakukan (Aldaya et al. 2006; Luz 2008), namun perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai uji lengos menggunakan polutan lain untuk meningkatkan validitas dan efektivitasnya.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mengkaji penggunaan metode uji lengos dalam mendeteksi kehadiran senyawa benomil di lingkungan terestrial dengan menggunakan cacing tanah Lumbricus sp. dan Eisenia sp. sebagai hewan uji.

METODE

Waktu dan Tempat

(10)

Organisme percobaan

Organisme yang digunakan adalah cacing tanah, Lumbricus sp. dan Eisenia sp.. Kedua spesies cacing tanah tersebut diperoleh dari peternak cacing di wilayah Bandung, Jawa Barat. Cacing tanah dipelihara pada suhu ruang di dalam ember yang ditutup kain. Cacing tanah yang digunakan merupakan cacing dewasa yang ditandai dengan adanya klitelum dan memiliki bobot rata-rata 0.21 gram. Pemberian pakan dilakukan sekali selama sepekan secara ad libitum. Sebelum diberikan, kotoran sapi diangin-anginkan terlebih dahulu agar amoniak yang terkandung dalam kotoran sapi tersebut menguap.

Tanah

Tanah yang digunakan diambil dari pekarangan Laboratorium Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan Departemen Biologi, Kampus IPB Darmaga, Bogor. Tanah dan pakan yang akan digunakan sebagai media, terlebih dahulu dipanaskan selama 5 jam dalam tong besar yang telah dimodifikasi menyerupai steamer. Hal ini dilakukan untuk membunuh kokon-kokon dan mikrofauna lainnya. Setelah itu tanah dan pakan disaring dengan saringan yang dibuat dari kawat berukuran 0.5 cm, hal ini dilakukan agar tanah dan pakan dapat dengan mudah dicampur dengan larutan pestisida.

Pestisida

Benomil adalah pestisida bubuk yang dapat larut dalam air. Konsentrasi akut 14 hari LC50 (Lethal Concentration 50%) cacing

Eisenia sp. terhadap benomil sebesar 22 ppm (Heimbach 1988) sehingga konsentrasi subletal benomil yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 0, 2, 4, 6, dan 8 ppm.

Prosedur percobaan

Tanah dan pakan yang telah dipanaskan masing-masing seberat 390 gram dan 10 gram kemudian dimasukkan ke dalam kotak kaca yang berukuran 20 x 20 x 10 cm. Kotak dibagi menjadi 2 bagian ruangan (two chambers), dipisahkan dengan kaca pemisah. Salah satu sisi diisi dengan media yang dicampur dengan larutan 120 ml benomil

(perlakuan) sedangkan sisi lainnya diisi dengan media yang dicampur dengan 120 ml aquades (kontrol) (Loureiro et al. 2005).

Setelah pemisah kaca diangkat, 10 cacing tanah diletakkan di ruang antar media. Selanjutnya kotak kaca ditutup dengan plastik hitam yang telah dilubangi untuk aerasi. Pengamatan dilakukan selama 0, 12, 24, 48, dan 72 jam. Pengamatan dilakukan secara visual kemudian dicatat jumlah cacing yang ada pada masing-masing media tersebut (Edwards & Lofty 1972). Cacing yang tidak ditemukan atau menghilang dihitung letal sedangkan cacing yang berada di ruang antar media saat pengamatan, dilihat arah anterior cacing tersebut (Gambar 1). Cacing yang telah diberi perlakuan tidak digunakan kembali.

Analisis data

Nilai Respon (NR) setiap ulangan dihitung untuk melihat respon menghindar atau menuju cacing tanah di dalam media yang berbeda dengan rumus:

(

)

C : jumlah cacing yang diamati di media kontrol

T : jumlah cacing yang diamati di media perlakuan

N : jumlah cacing per ulangan.

(11)

  Gambar 1 Skema percobaan avoidance test (uji lengos)

HASIL

Pengaruh konsentrasi benomil dan lama pemaparan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi benomil yang digunakan tidak berpengaruh nyata terhadap respon menghindar cacing tanah (p=0,1669). Pada konsentrasi benomil 0 ppm, baik Lumbricus sp. dan Eisenia sp., cacing tidak dapat dikategorikan menghindar atau menuju media perlakuan karena kedua media baik kontrol dan perlakuan masing-masing berkonsentrasi benomil 0 ppm. Cacing bebas memilih dan mengarah ke kedua media sehingga walaupun respon menghindarnya memberikan nilai negatif atau positif maka dianggap nol atau tidak memberikan respon (Gambar 2a, 2b, 3a, dan 3b).

Gambar 2a menunjukkan bahwa pada konsentrasi benomil 2 ppm cacing menghindar pada lama pemaparan 12, 48, dan

72 jam dan menuju media perlakuan pada lama pemaparan 0 dan 24 jam. Cacing menuju media perlakuan pada konsentrasi benomil 4 ppm pada semua lama pemaparan namun pada 72 jam pemaparan cacing menghindar. Pada konsentrasi benomil 6 dan 8 ppm, Lumbricus sp. menghindar pada semua perlakuan lama pemaparan namun pada konsentrasi 8 ppm, cacing menuju media perlakuan pada lama pemaparan 0 ppm.

Gambar 2b menunjukkan bahwa pada konsentrasi benomil 2 ppm cacing Eisenia sp. menghindar pada semua lama pemaparan kecuali pada lama pemaparan 72 jam. Cacing menghindar pada konsentrasi benomil 4 ppm pada lama pemaparan 0, 12, dan 48 jam dan menuju media perlakuan pada lama pemaparan 24 dan 72 jam. Cacing menuju media perlakuan pada semua lama pemaparan kecuali 0 dan 72 jam pada konsentrasi benomil 6 ppm dan 72 jam pada konsentrasi benomil 8 ppm.

 

(a) (b) Gambar 2 Respon Lumbricus sp. (a) dan Eisenia sp. (b) terhadap keberadaan benomil pada berbagai

lama pemaparan

A B A B

10 cacing tanah

A B A

(12)

Lama pemaparan berpengaruh nyata terhadap respon menghindar cacing tanah (<0,0001). Pada lama pemaparan 0 jam, Lumbricus sp. menghindar pada konsentrasi benomil 4, dan 6 ppm dan menuju media perlakuan pada konsentrasi benomil 2 dan 8 ppm. Pada lama pemaparan 12 jam, cacing menghindar pada konsentrasi benomil 2, 6, dan 8 ppm dan menuju media perlakuan pada konsentrasi benomil 4 ppm. Setelah 24 jam terpapar benomil, cacing yang diberikan perlakuan konsentrasi benomil 2 ppm menuju media perlakuan. Cacing menghindar pada lama pemaparan 48 dan 72 jam pada semua perlakuan konsentrasi benomil namun pada konsentrasi 4 ppm pada 48 jam pemaparan menuju media perlakuan (Gambar 3a).

Eisenia sp. menghindar pada lama pemaparan 0 jam pada konsentrasi benomil 2, 4, dan 6 ppm dan menuju media perlakuan pada konsentrasi benomil 8. Pada lama pemaparan 12 jam, cacing menghindar pada semua perlakuan konsentrasi benomil namun cacing menuju media perlakuan pada konsentrasi benomil 8 ppm. Cacing menghindar pada konsentrasi 2, 6, dan 8 ppm setelah terpapar 24 jam. Pada lama pemaparan 48 jam, cacing menghindar pada konsentrasi benomil 2, dan 4 ppm dan menuju media perlakuan pada dua konsentrasi benomil tertinggi yaitu 6 dan 8 ppm. Cacing menghindar pada konsentrasi benomil 6, dan 8 ppm setelah terpapar selama 72 jam (Gambar 3b).

Interaksi antara jenis cacing, konsentrasi benomil, dan lama pemaparan berpengaruh nyata terhadap respon menghindar cacing tanah (p=0,019). Pada penelitian ini tidak ditemukan kematian atau hilang individu pada semua perlakuan konsentrasi benomil dan lama pemaparan baik

jenis cacing Lumbricus sp. maupun Eisenia sp..

PEMBAHASAN

Konsentrasi benomil yang digunakan pada penelitian ini tidak berpengaruh terhadap respon menghindar cacing tanah. Lumbricus sp. aktif menghindar pada semua perlakuan lama pemaparan pada konsentrasi benomil 6 dan 8 ppm namun pada lama pemaparan 0 jam pada konsentrasi benomil 8 ppm, cacing menuju media perlakuan. Pada tingkat konsentrasi ini, cacing tidak mengalami kematian namun cacing terlihat lemah dan sedikit berlendir. Menurut Heimbach (1988) benomil merupakan salah satu jenis pestisida yang memiliki tingkat toksisitas tinggi terhadap cacing Lumbricus terrestris dan Eisenia foetida. Cacing akan mengekskresikan lender dari mucus untuk memproteksi diri dari senyawa-senyawa berbahaya (Edwards & Lofty 1972).

Cacing mampu mendeteksi senyawa kimia berbahaya karena memiliki kemoreseptor pada bagian prostomium (Edwards & Lofty 1972) sehingga jumlah cacing yang berpindah ke media kontrol semakin banyak dibandingkan media perlakuan seiring meningkatnya konsentrasi benomil yang diberikan.

Pada konsentrasi benomil 6, Eisenia sp. menghindar pada lama pemaparan 12, 24, dan 72 jam dan menuju media perlakuan pada lama pemaparan 48 jam. Pada konsentrasi benomil 8 ppm, cacing menghindar pada lama pemaparan 12, 24, dan 72 jam dan menuju media perlakuan pada lama pemaparan 0 dan 48 jam. Cacing tetap berada di media perlakuan setelah terpapar selama 48 jam pada

(a) (b)

(13)

2 konsentrasi benomil tertinggi. Pengaruh konsentrasi tertinggi pada cacing tanah terlihat dengan menurunnya kecepatan menggali secara signifikan (Adiantoro 2008) sehingga cacing tidak mampu lagi berpindah ke media kontrol. Garcia et al. (2008) melaporkan bahwa Eisenia foetida menghindar secara signifikan pada konsentrasi benomil 31,6 ppm di media Tropical Artificial Soil (TAS), 10 ppm di media Artificial soil, hasil modifikasi dari TAS (OECD), dan 1 ppm di media Landwirtschaftliche Untersuchungs-und Forschungsanstalt (LUFA).

Lama pemaparan berpengaruh terhadap respon menghindar cacing tanah. Cacing Lumbricus sp. mulai aktif menghindar pada lama pemaparan 48 dan 72 jam. Pada lama pemaparan 48 jam cacing menghindar pada konsentrasi benomil 2, 6, dan 8 ppm dan menuju media perlakuan pada konsentrasi benomil 4 ppp sedangkan pada lama pemaparan 72 jam, cacing menghindar pada semua perlakuan konsentrasi benomil. Eisenia sp. mulai aktif menghindar setelah terpapar selama 72 jam pada konsentrasi benomil 6 dan 8 ppm dan menuju media perlakuan pada konsentrasi 2 dan 4 ppm.

Hasil pengamatan kedua jenis cacing menunjukkan bahwa respon menghindar cacing tanah terhadap benomil mulai terlihat pada lama pemaparan 48 dan 72 jam. Cacing mendapatkan nutrisinya dari bahan-bahan organik yang tersedia di sekitarnya dengan cara oral (Edwards & Lofty 1972) sehingga senyawa yang terdapat di bahan organik tersebut ikut masuk dan terabsorpsi di dalam pencernaan cacing. Semakin lama cacing berada di lingkungan toksik maka cacing akan lebih banyak terpapar senyawa toksik tersebut.

Luz et al. (2008) melaporkan cacing menghindar terhadap benomil secara signifikan pada lama pemaparan 48 jam. Hal ini juga diamati oleh Saparini (2008), cacing menghindar setelah terpapar deltametrin selama 24-72 jam. Stephenson et al. (1996) menyatakan bahwa pada lama pemaparan 24 jam Eisenia foetida berpindah menghindar dari media perlakuan yang mengandung polietilen. Begitu pula dengan Lumbricus terrestris, cacing berpindah dari media perlakuan setelah terpapar selama 72 jam.

Interaksi antara jenis cacing, konsentrasi benomil, dan lama pemaparan berpengaruh nyata terhadap respon menghindar cacing tanah. Lumbricus sp. dan Eisenia sp. merupakan hewan uji yang telah banyak digunakan dalam avoidance tests (uji

lengos). Pada konsentrasi benomil 6 dan 8 ppm, Lumbricus sp. merespon lingkungan yang diberi konsentrasi benomil lebih sensitif dibandingkan Eisenia sp. (Gambar 2). Lumbricus terrestris lebih sensitif dibandingkan Eisenia foetida terhadap polietilen (Stephenson et al. 1996) dan berbagai macam senyawa kimia (Heimbach 1988). Hasil pengamatan Silva dan Gestel (2009) menyatakan bahwa Eisenia andrei lebih sensitif dibandingkan Perionyx excavates.

Pada penelitian ini tidak ditemukan kematian atau hilang individu pada semua perlakuan konsentrasi benomil dan lama pemaparan baik jenis cacing Lumbricus sp. maupun Eisenia sp.. Cacing hanya terlihat lemah dan tidak mengalami kematian. Hal ini dianggap baik untuk validitas data dibandingkan Loureiro et al. (2005) yang menyatakan individu cacing menghilang sehingga dianggap mati walaupun tidak mencapai 20% di semua perlakuan konsentrasi.

SIMPULAN

Uji lengos mampu mendeteksi kehadiran senyawa benomil di lingkungan terestrial dengan menggunakan cacing tanah Lumbricus sp. dan Eisenia sp. sebagai hewan uji. Konsentrasi benomil tidak berpengaruh terhadap perpindahan cacing tanah dari media yang terpapar benomil menuju media bebas polutan benomil sedangkan lama pemaparan berpengaruh. Lumbricus sp. lebih sensitif dibandingkan Eisenia sp. dalam merespon senyawa benomil.

SARAN

Uji lengos ini perlu dikaji lebih lanjut dengan menambah tingkat konsentrasi polutan agar validitas dan efektivitasnya meningkat sehingga metode ini dapat dibakukan.

DAFTAR PUSTAKA

(14)

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Aldaya MM. Lors C. Salmon S. Ponge JF. 2006. Avoidance bio-assays may help to test the ecological significance of soil pollution. Environ Poll 140: 173-180.

Djojosumarto P. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Jogjakarta: Kanisius.

Edwards CA, Lofty JR. 1972. Biology Of Earthworms. London: Chapman and Hall Ltd.

Garcia M. Rombke J. Brito MT de. Scheffczyk A. 2008. Effects of three pesticides on the avoidance behavior earthworms in laboratory tests performed under temperate and tropical conditions. Environ Pollut 153: 450-456.

Heimbach F. 1988. A comparison of laboratory methods for toxicity testing with earthworms. Di dalam: Edwards CA, Neuhauser EF, editor. Earthworms in Waste and Environmental Management. Den Haag: SPB Academic Publishing. hlm 329-335. Loureiro S, Soares AMVM, Nogueira AJA.

2005. Terrestrial avoidance behavior tests as screening tool to assess soil contamination. Environ Pollut 138: 121-131.

Luz TN da. Amorim MJB. Rombke J. Sousa JP. 2008. Avoidance tests with earthworms and springtails: Defining the minimum exposure time to observe a significant response. Environ Ecotoxicol Safety 71: 545-551.

Luz TN da. Tidona S. Gestel CAM van. Morais PV. Sousa JP. 2009. The use of collembolan avoidance tests to characterize sewage sludges as soil amendments. Chem 77: 1526-1533. Saparini G. 2008. Uji Lengos Cacing Tanah

untuk Memonitor Efek Deltametrin pada Ekosistem Terestrial [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Silva PMCS de, Gestel CAM van. 2009. Comparative sensitivity of Eisenia andrei and Perionyx excavatus in earthworm avoidance test using two soil types in the tropics. Chem 77: 1609-1613.

Stephenson G et al. 1996. Use of an avoidance-respon test to assess the toxicity of contaminated soils to earthworms. Di dalam: Sheppard S et al., editor. Advances in earthworm ecotoxicology. Pensacola: SETAC Pr. Hlm 67-81.

Sulastri. 2005. Uji Lengos Cacing Tanah untuk Mendeteksi Imidakloprid pada Ekosistem Terestrial [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Walker CH. Hopkin SP. Sibly RM. Peakall DB. 2001. Principles Of Ecotoxicology. 2nd Ed. New York: Taylor & Francis Inc.

(15)

Gambar

Gambar 1 Skema percobaan avoidance test (uji lengos)
Gambar 3 Respon Lumbricus sp. (a) dan Eisenia sp. (b) terhadap keberadaan benomil pada berbagai konsentrasi

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa padat tebar cacing Lumbricus rubellus pada media sludge biogas feses sapi perah dan rarapen berpengaruh nyata terhadap produ ksi

Analisis Ragam Pengaruh Taraf Pemberian Kapur, Frekuensi Pembalikan dan Lama Fermentasi Bahan Media atau Pakan terhadap Persentase Kematian Induk Cacing Tanah E.

Jl. Soedharto, SH, Tembalang Semarang Telp. rubellus ), dan untuk mengetahui sumber bahan organik dalam media budidaya yang memberikan produksi biomassa dan nilai

Pada gambar 2 diperlihatkan bahwa semakin lama pestisida tersimpan di dalam tanah dan seiring dengan meningkatnya konsentrasi pestisida proses disolusi pada tanah akan

Hasil penelitian pada penelitian tentang uji daya hambat ekstrak cacing tanah Lumbricus rubellus dengan metode difusi dengan konsentrasi 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% belum

pada media limbah padat industri kertas, untuk menentukan biomassa cacing tanah yang paling efektif yang digunakan untuk proses vermicomposting dan mendeskripsikan pengaruh

Pada gambar 2 diperlihatkan bahwa semakin lama pestisida tersimpan di dalam tanah dan seiring dengan meningkatnya konsentrasi pestisida proses disolusi pada tanah akan