• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis faktor-faktor penentu daya saing dan preferensi wisatawan berwisata ke Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis faktor-faktor penentu daya saing dan preferensi wisatawan berwisata ke Kota Bogor"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

DAN PREFERENSI WISATAWAN BERWISATA KE KOTA

BOGOR

Oleh :

KARLINA YULIYANTI H14104022

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

DAN PREFERENSI WISATAWAN BERWISATA KE KOTA

BOGOR

Oleh :

KARLINA YULIYANTI H14104022

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(3)

KARLINA YULIYANTI. Analisis Faktor-Faktor Penentu Daya Saing dan Preferensi Wisatawan Berwisata ke Kota Bogor (dibimbing oleh IDQAN FAHMI)

Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hampir semua negara mengembangkan potensi pariwisatanya, karena sektor ini menciptakan lapangan kerja (mulai dari tahap kontruksi sampai operasionalnya) dan hasilnya besar bagi devisa negara. Proses globalisasi yang dimotori oleh kemajuan di bidang “Triple T”: Tourism, Telecomunication dan Transportation telah mendorong berbagai negara mengembangkan ketahanan budaya agar dapat bertahan dari terpaan globalisasi serta mengembangkan pariwisata sebagai usaha kemajuan ekonomi bangsanya. Upaya ini dilakukan berbagai negara, tak terkecuali Indonesia terus berupaya mengembangkan kebudayaan dan pariwisata sebagai salah satu andalan pemerintah dalam memulihkan dari kondisi krisis bangsa. Kota Bogor memiliki posisi sangat strategis yaitu berdekatan dengan Ibu Kota Jakarta. Walaupun Bogor bukan kota yang kaya akan sumber daya alam, tetapi potensi yang dimiliki kota Bogor sangat besar, khususnya di sektor pariwisata. Banyaknya pilihan tempat wisata yang ada di kota Bogor terdiri dari wisata ilmiah, wisata budaya, wisata kuliner dan wisata belanja merupakan potensi yang sangat besar untuk dapat menarik banyak wisatawan yang datang ke kota Bogor baik wisatawan nusantara ataupun wisatawan mancanegara. Data menunjukkan jumlah wisatawan yang datang ke kota Bogor setiap tahunnya tidak selalu meningkat bahkan cenderung mengalami penurunan.. Sebagai salah satu kota yang mempunyai potensi yang cukup tinggi, Bogor harusnya bisa bersaing dengan kota lain yang ada di Indonesia.

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menganalisa faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi preferensi wisatawan dalam berwisata ke kota Bogor. 2) Menganalisa potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing kepariwisataan kota Bogor. 3) Merumuskan strategi apa yang dapat direkomendasikan untuk peningkatan pengembangan kepariwisataan kota Bogor. Data diperoleh dari wawancara dan kuesioner dengan wisatawan yang berwisata di kota Bogor. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan pendekatan porter’s diamond untuk melihat potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing kepariwisataan kota Bogor. Analisis dengan metode probit digunakan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi preferensi wisatawan berwisata ke kota Bogor.

(4)

Anggaran ini dialokasikan untuk melengkapi sarana dan prasarana kota Bogor .

(5)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG

BERJUDUL ” ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU DAYA SAING DAN

PREFERENSI WISATAWAN BERWISATA KE KOTA BOGOR”. ADALAH

KARYA SENDIRI DAN BELUM DIAJUKAN DALAM BENTUK APAPUN

KEPADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN. SUMBER INFORMASI YANG

BERASAL ATAU DIKUTIP DARI KARYA YANG DITERBITKAN MAUPUN

TIDAK DITERBITKAN DARI PENULIS LAIN TELAH DISEBUTKAN

DALAM TEKS DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA DI

BAGIAN AKHIR SKRIPSI INI.

Bogor, Febuari 2009

(6)

Penulis dilahirkan di Sumedang, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 24 November 1985 dari keluarga Bapak Tarmedi dan Ibu Warniti yang merupakan anak kedua dari dua bersaudara.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cimalaka Kab Sumedang dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Program Studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Sejak tingkat satu penulis aktif di organisasi pencinta alam KAREMATA (Keluarga Ekonomi dan Manajemen Pencinta Alam) sebagai angkatan 2 “Hujan Gunung” pernah menjabat sebagai ketua divisi Gunung Hutan periode 2005-2007 dan menjabat sebagai bidang kesekretariatan dan logistik periode 2007-2008. Selama di IPB penulis juga berperan aktif dalam kegiatan kemahasiswaan seperti menjadi panitia Hipotex-R, Camp on Beach ’06, Diklatsar Karemata, Latihan Gabungan Jambore Gunung Hutan, dan Latihan Gabungan Rock Climbing

(7)

Dengan segala kerendahan hati penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul ” Analisis Faktor-Faktor Penentu Daya Saing dan Preferensi Wisatawan Berwisata ke Kota Bogor”.

Penulis menyadari sepenuh hati bahwa skripsi ini tidak akan tersusun dan selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu dari lubuk hati yang teramat dalam, perkenankanlah Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ir. Idqan Fahmi, M.Ec, selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan masukan, saran dan kritik yang sangat membantu penulisan skripsi ini.

2. Dr. Sri Mulatsih dan Fifi Diana Thamrin, SP, M.si Selaku dosen penguji, atas kesediaannya untuk menguji skripsi saya.

3. Kedua orang tua yang sangat aku sayangi yang dengan sabar membesarkanku, membimbingku, memberikan kasih sayang kepadaku, mendidikku, dan selalu mendoakanku.

4. Pemerintah kota Bogor (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan BPS kota Bogor), Para pengelola obyek wisata yang ada di Kota Bogor atas informasi dan telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini.

5. Kakakku tercinta Teh Elah dan A Asep atas dukungan,doa dan pengertiannya kepada penulis.

6. Ricky Sikumbang atas motivasi, bantuan dan kasih sayang.

7. Keponakanku tersayang (Ariel dan Arya) dan adiku Lia atas keceriaan dan kenakalannya.

8. Seluruh Dosen dan staf Departemen Ilmu Ekonomi atas segala bantuannya. 9. Sahabat tercinta (Mami,Tika,Wida, Rista, Donin) atas motivasi, persahabatan

dan kebersamaan.

(8)

indah ini.

12.Teman-teman satu bimbingan (Fitsol dan Lulu) atas kerjasama dan motivasinya.

13.Kakak kelas IE 40 (Teh Devi dan Teh Halida) atas bantuan dan bimbingannya. 14.Seluruh pihak yang telah membantu yang tidak disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan. Semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak baik bagi penulis, pembaca maupun pihak lainnya.

Bogor, Februari 2009

(9)

Halaman

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Definisi Kepariwisataan ... 8

2.2 Faktor Pendorong dan Penarik ... 8

2.3 Proses Pengambilan Keputusan Berwisata ... 11

2.4 Motivasi Wisatawan ... 14

2.5 Konsep Daya Saing Porter’s Diamond ... 16

2.6 Keterkaitan antara Daya Saing dengan Preferensi Masyarakat ... 18

2.7 Penelitian Terdahulu……….18

2.8 Kerangka Pemikiran……….22

III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu Penelitian………...25

3.2 Jenis dan Sumber Data.………...25

3.3 Metode Penarikan Sampel……….……….…...25

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data………..………...27

3.5 Strategi Peningkatan Daya Saing...34

IV. GAMBARAN UMUM PARIWISATA KOTA BOGOR 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor………..……...37

4.2 Kondisi Ekonomi………..…...39

4.3 PDRB Kota Bogor………...40

4.4 Gambaran Umum Pariwisata Kota Bogor……….…...41

4.5 Obyek Wisata di Kota Bogor………..….………....42

4.6 Promosi Kepariwisataan Kota Bogor……….…....47

(10)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Preferensi Wisatawan Berwisata ke Kota Bogor………... 50

5.1.1 Tingkat Preferensi………... 50

5.1.2 Kondisi Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Preferensi Wisatawan………... 52

5.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Wisatawan Dalam Berwisata ke Kota Bogor……… 61

5.2 Potensi Dan Kondisi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing Pariwisata Kota Bogor………... 63

5.2.1 Kondisi Faktor………... 64

5.2.2 Kondisi Permintaan………... 70

5.2.3 Strategi Perusahaan, Struktur, dan Persaingan…………... 71

5.2.4 Industri Pemasok dan Terkait………...………... 75

5.3 Strategi Peningkatan Daya Saing Pariwisata Kota Bogor…... 80

V. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan……….………...84

6.2 Saran……….………...85

DAFTAR PUSTAKA………..………...86

(11)

DAN PREFERENSI WISATAWAN BERWISATA KE KOTA

BOGOR

Oleh :

KARLINA YULIYANTI H14104022

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

DAN PREFERENSI WISATAWAN BERWISATA KE KOTA

BOGOR

Oleh :

KARLINA YULIYANTI H14104022

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(13)

KARLINA YULIYANTI. Analisis Faktor-Faktor Penentu Daya Saing dan Preferensi Wisatawan Berwisata ke Kota Bogor (dibimbing oleh IDQAN FAHMI)

Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hampir semua negara mengembangkan potensi pariwisatanya, karena sektor ini menciptakan lapangan kerja (mulai dari tahap kontruksi sampai operasionalnya) dan hasilnya besar bagi devisa negara. Proses globalisasi yang dimotori oleh kemajuan di bidang “Triple T”: Tourism, Telecomunication dan Transportation telah mendorong berbagai negara mengembangkan ketahanan budaya agar dapat bertahan dari terpaan globalisasi serta mengembangkan pariwisata sebagai usaha kemajuan ekonomi bangsanya. Upaya ini dilakukan berbagai negara, tak terkecuali Indonesia terus berupaya mengembangkan kebudayaan dan pariwisata sebagai salah satu andalan pemerintah dalam memulihkan dari kondisi krisis bangsa. Kota Bogor memiliki posisi sangat strategis yaitu berdekatan dengan Ibu Kota Jakarta. Walaupun Bogor bukan kota yang kaya akan sumber daya alam, tetapi potensi yang dimiliki kota Bogor sangat besar, khususnya di sektor pariwisata. Banyaknya pilihan tempat wisata yang ada di kota Bogor terdiri dari wisata ilmiah, wisata budaya, wisata kuliner dan wisata belanja merupakan potensi yang sangat besar untuk dapat menarik banyak wisatawan yang datang ke kota Bogor baik wisatawan nusantara ataupun wisatawan mancanegara. Data menunjukkan jumlah wisatawan yang datang ke kota Bogor setiap tahunnya tidak selalu meningkat bahkan cenderung mengalami penurunan.. Sebagai salah satu kota yang mempunyai potensi yang cukup tinggi, Bogor harusnya bisa bersaing dengan kota lain yang ada di Indonesia.

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menganalisa faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi preferensi wisatawan dalam berwisata ke kota Bogor. 2) Menganalisa potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing kepariwisataan kota Bogor. 3) Merumuskan strategi apa yang dapat direkomendasikan untuk peningkatan pengembangan kepariwisataan kota Bogor. Data diperoleh dari wawancara dan kuesioner dengan wisatawan yang berwisata di kota Bogor. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan pendekatan porter’s diamond untuk melihat potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing kepariwisataan kota Bogor. Analisis dengan metode probit digunakan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi preferensi wisatawan berwisata ke kota Bogor.

(14)

Anggaran ini dialokasikan untuk melengkapi sarana dan prasarana kota Bogor .

(15)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG

BERJUDUL ” ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU DAYA SAING DAN

PREFERENSI WISATAWAN BERWISATA KE KOTA BOGOR”. ADALAH

KARYA SENDIRI DAN BELUM DIAJUKAN DALAM BENTUK APAPUN

KEPADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN. SUMBER INFORMASI YANG

BERASAL ATAU DIKUTIP DARI KARYA YANG DITERBITKAN MAUPUN

TIDAK DITERBITKAN DARI PENULIS LAIN TELAH DISEBUTKAN

DALAM TEKS DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA DI

BAGIAN AKHIR SKRIPSI INI.

Bogor, Febuari 2009

(16)

Penulis dilahirkan di Sumedang, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 24 November 1985 dari keluarga Bapak Tarmedi dan Ibu Warniti yang merupakan anak kedua dari dua bersaudara.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cimalaka Kab Sumedang dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Program Studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Sejak tingkat satu penulis aktif di organisasi pencinta alam KAREMATA (Keluarga Ekonomi dan Manajemen Pencinta Alam) sebagai angkatan 2 “Hujan Gunung” pernah menjabat sebagai ketua divisi Gunung Hutan periode 2005-2007 dan menjabat sebagai bidang kesekretariatan dan logistik periode 2007-2008. Selama di IPB penulis juga berperan aktif dalam kegiatan kemahasiswaan seperti menjadi panitia Hipotex-R, Camp on Beach ’06, Diklatsar Karemata, Latihan Gabungan Jambore Gunung Hutan, dan Latihan Gabungan Rock Climbing

(17)

Dengan segala kerendahan hati penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul ” Analisis Faktor-Faktor Penentu Daya Saing dan Preferensi Wisatawan Berwisata ke Kota Bogor”.

Penulis menyadari sepenuh hati bahwa skripsi ini tidak akan tersusun dan selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu dari lubuk hati yang teramat dalam, perkenankanlah Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ir. Idqan Fahmi, M.Ec, selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan masukan, saran dan kritik yang sangat membantu penulisan skripsi ini.

2. Dr. Sri Mulatsih dan Fifi Diana Thamrin, SP, M.si Selaku dosen penguji, atas kesediaannya untuk menguji skripsi saya.

3. Kedua orang tua yang sangat aku sayangi yang dengan sabar membesarkanku, membimbingku, memberikan kasih sayang kepadaku, mendidikku, dan selalu mendoakanku.

4. Pemerintah kota Bogor (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan BPS kota Bogor), Para pengelola obyek wisata yang ada di Kota Bogor atas informasi dan telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini.

5. Kakakku tercinta Teh Elah dan A Asep atas dukungan,doa dan pengertiannya kepada penulis.

6. Ricky Sikumbang atas motivasi, bantuan dan kasih sayang.

7. Keponakanku tersayang (Ariel dan Arya) dan adiku Lia atas keceriaan dan kenakalannya.

8. Seluruh Dosen dan staf Departemen Ilmu Ekonomi atas segala bantuannya. 9. Sahabat tercinta (Mami,Tika,Wida, Rista, Donin) atas motivasi, persahabatan

dan kebersamaan.

(18)

indah ini.

12.Teman-teman satu bimbingan (Fitsol dan Lulu) atas kerjasama dan motivasinya.

13.Kakak kelas IE 40 (Teh Devi dan Teh Halida) atas bantuan dan bimbingannya. 14.Seluruh pihak yang telah membantu yang tidak disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan. Semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak baik bagi penulis, pembaca maupun pihak lainnya.

Bogor, Februari 2009

(19)

Halaman

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Definisi Kepariwisataan ... 8

2.2 Faktor Pendorong dan Penarik ... 8

2.3 Proses Pengambilan Keputusan Berwisata ... 11

2.4 Motivasi Wisatawan ... 14

2.5 Konsep Daya Saing Porter’s Diamond ... 16

2.6 Keterkaitan antara Daya Saing dengan Preferensi Masyarakat ... 18

2.7 Penelitian Terdahulu……….18

2.8 Kerangka Pemikiran……….22

III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu Penelitian………...25

3.2 Jenis dan Sumber Data.………...25

3.3 Metode Penarikan Sampel……….……….…...25

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data………..………...27

3.5 Strategi Peningkatan Daya Saing...34

IV. GAMBARAN UMUM PARIWISATA KOTA BOGOR 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor………..……...37

4.2 Kondisi Ekonomi………..…...39

4.3 PDRB Kota Bogor………...40

4.4 Gambaran Umum Pariwisata Kota Bogor……….…...41

4.5 Obyek Wisata di Kota Bogor………..….………....42

4.6 Promosi Kepariwisataan Kota Bogor……….…....47

(20)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Preferensi Wisatawan Berwisata ke Kota Bogor………... 50

5.1.1 Tingkat Preferensi………... 50

5.1.2 Kondisi Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Preferensi Wisatawan………... 52

5.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Wisatawan Dalam Berwisata ke Kota Bogor……… 61

5.2 Potensi Dan Kondisi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing Pariwisata Kota Bogor………... 63

5.2.1 Kondisi Faktor………... 64

5.2.2 Kondisi Permintaan………... 70

5.2.3 Strategi Perusahaan, Struktur, dan Persaingan…………... 71

5.2.4 Industri Pemasok dan Terkait………...………... 75

5.3 Strategi Peningkatan Daya Saing Pariwisata Kota Bogor…... 80

V. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan……….………...84

6.2 Saran……….………...85

DAFTAR PUSTAKA………..………...86

(21)

No Halaman

1 Penerimaan Devisa Pariwisata Dibandingkan dengan Komoditi Ekspor

Lainnya (2004-2007)……….. 3

2 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Indonesia 2000 -2006… 4 3 Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan Tahun 1996-2007……… 6

4 Tingkat Kunjungan Objek Wisata Kota Bogor………... 45

5 Objek dan Daya Tarik Wisata di kota Bogor……….. 46

6 Promosi yang Diterbitkan/disediakan di Kota Bogor………. 47

7 Perkembangan Jumlah Akomodasi Hotel dari Tahun 2000-2007……... 48

8 Perkembangan Jumlah Restoran dan Rumah Makan dari Tahun 2004-2007... 49

9 Perkembangan Biro Perjalanan Wisata di Kota Bogor……… 49

10 Persentase Preferensi Wisatawan Dalam Berwisata……… 50

11 Hubungan Antara Preferensi Wisatawan Dengan Tempat Tinggal……. 51

12 Hubungan Antara Preferensi Wisatawan Dengan Pekerjaan…………... 51

13 Hubungan antara Preferensi Wisatawan Dengan Pendapatan Per Bulan… 52 14 Persepsi Wisatawan Terhadap Biaya yang Dikeluarkan Ketika Berwisata di Kota Bogor……….. 56

15 Persepsi Wisatawan Terhadap Kualitas Pariwisata Kota Bogor…………. 56

16 Persepsi Wisatawan Terhadap Kelengkapan Fasilitas Kota Bogor…….... 57

17 Persepsi Wisatawan Terhadap Kebersihan Kota Bogor………. 57

18 Persepsi Wisatawan Terhadap Kenyamanan Kota Bogor………... 58

19 20

Persepsi Wisatawan Terhadap Keamanan Kota Bogor………...

Persepsi Wisatawan Terhadap Letak Kota Bogor………... 58

(22)

22

Persepsi Wisatawan Terhadap Kualitas Pengelola Obyek Wisata di Kota Bogor………...

Persepsi Wisatawan Terhadap Fasilitas Yang Ada di Obyek Wisata di Kota Bogor...

Hasil Estimasi Model Binary (Probit)………

Persepsi Responden Terhadap Kualitas Tenaga Kerja di Bidang Pariwisata di Kota Bogor………..

Persepsi Responden Terhadap Alokasi Anggaran Pemerintah Daerah Terhadap Sektor Pariwisata di Kota Bogor……….

Persepsi Responden Terhadap Kemudahan Akses Informasi Tentang Kepariwisataan Kota Bogor………

Persepsi Responden terhadap Kesesuaian Harga dengan Jasa yang Ditawarkan………..

Persepsi Responden Terhadap Daya Tarik Pernyataan Obyek Wisata di Kota Bogor……….

Persepsi Responden Terhadap Efektivitas Peraturan yang Dikeluarkan Pemerintah………...

Persepsi Responden Terhadap Efektivitas Promosi Kepariwisataan Kota Bogor………...

Persepsi Responden Terhadap Persaingan antar Perusahaan-Perusahaan Pariwisata di Kota Bogor………....

Penerimaan Daerah dari Pajak Kepariwisataan………...

Persentasi Hambatan Pemerintah Dalam Pengembangan Bisnis Pariwisata...

Persepsi Responden Terhadap Tingkat Persaingan Dalam Bisnis Pariwisata di Kota Bogor………..

Persepsi Responden Terhadap Kualitas Hotel yang Ada di Kota Bogor…

Persepsi Responden terhadap Banyaknya Pilihan Hotel Yang Ditawarkan Di Kota Bogor……….

(23)

39

40

41

Persepsi Responden terhadap Banyaknya Pilihan Jasa Travel Yang Ditawarkan di Kota Bogor………...

Persepsi responden terhadap Banyaknya Penjual Souvenier Yang ditawarkan di Kota Bogor………...

Persepsi Responden terhadap KeteraturanTransportasi di Kota Bogor……...

77

78

(24)

No Halaman 1 Porter’s Diamond Model... 17

2 Kerangka Pemikiran... 24 3 Important Performance Analysis... 35 4 Usia Responden... 53

5 Pendidikan Responden... .... 53 6 Pendapatan Rata-Rata Responden... 54 7 Analisis Daya Saing Pariwisata kota Bogor dengan Pendekatan

Porter’s Diamond………... 79 8 Perumusan Strategi dari Hasil Analisis dengan Metode

(25)

No Halaman

(26)
(27)

Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Kegiatan yang

semula hanya dinikmati oleh segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

abad ke-20, kini telah menjadi bagian dari hak asasi manusia, sebagaimana

dinyatakan oleh John Naisbitt dalam bukunya Global Paradox bahwa “where once travel was considered a privilege of the moneyed elite, now it is considered a basic human right”.

Dalam hubungan ini, berbagai negara termasuk Indonesia pun turut

menikmati dampak dari peningkatan pariwisata dunia terutama pada periode 1990

– 1996. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak akhir tahun 1997,

merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi masyarakat pariwisata

Indonesia untuk melakukan re-positioning sekaligus re-vitalization kegiatan pariwisata Indonesia. Disamping itu berdasarkan Undang-undang No. 25 Tahun

2000 tentang Program Perencanaan Nasional pariwisata mendapatkan penugasan

baru untuk turut mempercepat pemulihan ekonomi nasional dan memulihkan citra

Indonesia di dunia internasional.

Tuntutan masyarakat dalam menyelesaikan krisis yang dihadapi oleh bangsa

dan negara di sekitar tahun 1997 memacu pemerintah dan penyelenggara negara

lainnya untuk menyiapkan segenap perubahan yang perlu dalam rangka koreksi

kelemahan dan kesalahan masa lalu. Bidang kebudayaan dan bidang pariwisata

(28)

akan lebih handal dan berkelanjutan. Meskipun demikian, transformasi yang telah

menghasilkan berbagai perubahan tersebut masih belum mencapai hasil yang

memuaskan. Bahkan berbagai langkah awal telah menghasilkan berbagai

implikasi rumit yang terus menuntut pemecahan masalah yang sistematis dan

konsisten.

Proses globalisasi yang dimotori oleh kemajuan di bidang “Triple T”: Tourism, Telecomunication, dan Transportation telah mendorong berbagai negara mengembangkan ketahanan budaya agar dapat bertahan dari terpaan globalisasi

serta mengembangkan pariwisata sebagai usaha kemajuan ekonomi bangsanya.

Upaya ini dilakukan berbagai negara, tak terkecuali Indonesia terus berupaya

mengembangkan kebudayaan dan pariwisata sebagai salah satu andalan

pemerintah dalam memulihkan dari kondisi krisis bangsa.

Dalam kenyataan yang sesungguhnya pengembangan kebudayaan Indonesia

menjadi terlantar disebabkan perhatian yang kurang terhadap arti penting

kebudayaan. Padahal kebudayaan itu sangat penting sebagai alat perjuangan untuk

mendapatkan pengakuan kesetaraan dalam pergaulan antarbangsa yang

sesungguhnya. Setiap negara akan berusaha tampil dengan kelengkapan

budayanya sebagai jati diri yang membedakan dengan negara lainnya. Di samping

itu, pembangunan kebudayaan nasional didorong oleh kebutuhan akan media

sosial yang dapat mempersatukan bangsa merupakan tenaga yang kuat dan

menjadi dasar kebanggaan suatu bangsa.

Pariwisata merupakan salah satu industri jasa yang berkembang pesat di

(29)

pariwisatanya, karena sektor ini menciptakan lapangan kerja (mulai dari tahap

kontruksi sampai operasionalnya) dan hasilnya besar bagi devisa negara. Tabel 1

menunjukkan kontribusi pariwisata terhadap penerimaan devisa.

Tabel 1. Penerimaan Devisa Pariwisata Dibandingkan dengan Komoditi Ekspor Lainnya (2004-2007)

No Jenis Komoditi

2004 2005 2006 2007 Sumber :Data Badan Pusat Statistik

Perkembangan jumlah pengunjung wisatawan ke Indonesia yang meningkat

akan menyebabkan pertumbuhan devisa yang tinggi,. Pada tahun 2002 dan 2003

kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia menurun yaitu dari 5.033.400

menjadi 4.467.021. Tetapi pada tahun 2004 mengalami peningkatan. Namun

peningkatan itu tidak diikuti di tahun berikutnya. Pada tahun 2005 dan 2006

jumlah kunjungan wisatawan terus menurun. Kemungkinan hal ini disebabkan

kondisi Indonesia yang tidak mendukung baik dari segi keamanan, politik dan

juga bencana alam yang sering terjadi. Tabel 2 menunjukan statistik kunjungan

wisatawan mancanegara di Indonesia pada tahun 2000-2006.

Tabel 2. Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Indonesia 2000 -2006

Tahun Wisatawan Mancanegara

Rata-rata Pengeluaran /orang (US $) Rata-Rata Lama

(30)

2000 5.064.217 1.135,18 92,59 12,26 5.748,80 2001 5.153.620 1.053,36 100,42 10,49 5.428,62

2002 5.033.400 893,26 91,29 9,79 4.496,13

2003 4.467.021 903,74 93,27 9,69 4.037,02

2004 5.321.165 901,66 95,17 9,47 4.797,88

2005 5.002.101 904,00 99,86 9,05 4.521,89

2006 4.871.351 913,09 100,48 9,09 4.447,98

Sumber: Data Statistik Jumlah Wisatawan Mancanegara Indonesia

Pada tahun 2004 kontribusi komoditas pariwisata terhadap penerimaan

devisa negara menduduki peringkat ke-2 setelah minyak dan gas bumi dengan

kontribusi sebesar US $ 4.797,88 Juta. Tetapi pada tahun 2005 kontribusi

komoditas pariwisata mengalami penurunan yaitu menjadi peringkat ke-3 setelah

minyak dan gas bumi dan pakaian jadi dari sebelas komoditas sumber penerimaan

negara dengan kontribusi sebesar US $ 4.521,90. Pada tahun 2006 kontribusi

komoditas pariwisata menurun drastis menjadi peringkat ke-6 dengan kontribusi

sebesar US $ 4.447,97 Juta. Hal ini dikarenakan kondisi perekonomian Indonesia

yang tidak stabil, dan hal ini berdampak pada sektor-sektor lainnya termasuk

pariwisata. Pada tahun 2007 kontribusi komoditas pariwisata mengalami

peningkatan dari peringkat ke-6 pada tahun 2006 menjadi peringkat ke-3 dengan

kontribusi sebesar US $ 5.345,98 Juta.

Pariwisata sangat tergantung pada lingkungan sosial budaya setempat dan

kualitas lingkungan alamiahnya. Dalam beberapa pengembangan kegiatan

ekonomi, kualitas lingkungan dapat ditukarkan dengan keuntungan yang

diharapkan, tetapi dalam kasus pariwisata sangat penting untuk tetap memelihara

kualitas lingkungan alam. Lingkungan hidup merupakan sumberdaya yang besar

(31)

pemandangan alam atau budaya masyarakat setempat. Sebab itu pemanfaatan dan

pemeliharaan sumberdaya ini secara bijaksana akan mempertinggi nilai

lingkungan hidup dan nilai ekonominya.

Sebagai salah satu bagian dari provinsi Jawa Barat, kota Bogor merupakan

penyangga Ibu Kota Negara yang memiliki asset wisata ilmiah yang bersifat

internasional, salah satunya adalah obyek wisata alam Kebun Raya Bogor. Pusat

kota Bogor terletak 100 km di sebelah Selatan dari Pelabuhan Sunda Kelapa yang

pada jaman dahulu merupakan pelabuhan terpenting bagi negara Pakuan

Pajajaran yang pusatnya sekitar BatuTulis di Selatan Kota Bogor.

Kedudukan topografis kota Bogor di tengah-tengah wilayah kabupaten

Bogor serta lokasinya yang dekat dengan Ibu Kota Negara, merupakan potensi

yang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Adanya Kebun

Raya yang di dalamnya terdapat Istana Bogor di pusat kota, merupakan tujuan

wisata, serta kedudukan kota Bogor diantara jalur tujuan wisata Puncak-Cianjur

juga merupakan potensi yang strategis bagi pertumbuhan ekonomi.

1.2. Perumusan Masalah 

Kota Bogor memiliki posisi sangat strategis yaitu berdekatan dengan Ibu

Kota Jakarta. Walaupun Bogor bukan kota yang kaya akan sumber daya alam,

tetapi potensi yang dimiliki kota Bogor sangat besar, khususnya di sektor

pariwisata. Banyaknya pilihan tempat wisata yang ada di kota Bogor terdiri dari

wisata ilmiah, wisata budaya, wisata kuliner dan wisata belanja merupakan

potensi yang sangat besar untuk dapat menarik banyak wisatawan yang datang ke

(32)

menunjukkan jumlah wisatawan yang datang ke kota Bogor setiap tahunnya tidak

selalu meningkat bahkan cenderung mengalami penurunan. Sebagai salah satu

kota yang mempunyai potensi yang cukup tinggi, Bogor harusnya bisa bersaing

dengan kota lain yang ada di Indonesia.

Tabel 3. Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan Tahun 1996-2007

No Tahun Jumlah wisatawan Total

Wisnus Wisman Sumber : Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Bogor

Dengan berpijak pada alasan itu, penelitian ini akan menjawab

masalah-masalah kepariwisataan di daerah penelitian yakni :

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi preferensi wisatawan dalam

berwisata ke kota Bogor?

2. Bagaimana potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya

saing kepariwisataan kota Bogor ?

3. Strategi apa yang dapat direkomendasikan untuk peningkatan

pengembangan kepariwisataan di kota Bogor?

1.3. Tujuan Penelitian

(33)

1. Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat

dalam berwisata di kota Bogor.

2. Menganalisa potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya

saing kepariwisataan di kota Bogor.

3. Merumuskan strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya

saing kepariwisataan di kota Bogor.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai salah satu media latih untuk meningkatkan kemampuan dan

keterampilan mahasiswa dalam mengamati dan mempelajari serta

menganalisa permasalahan yang dijumpai sesuai diiplin ilmu yang

diperoleh.

2. Sebagai dasar bagi penyusunan kebijaksanaan investasi serta proyeksinya

pada masa yang akan datang.

3. Sebagai bahan masukan bagi semua pihak yang berkepentingan terutama

bagi aparat pemerintah dan pihak swasta yang berhubungan langsung

maupun tidak langsung dalam mempertimbangkan keputusan-keputusan

dalam pembangunan terutama pada sektor pariwisata.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Penentu Daya Saing

dan Preferensi Wisatawan Berwisata ke Kota Bogor, difokuskan pada

Kepariwisataan di Kota Bogor saja. Pembahasan hanya melingkupi daya saing

(34)

wisatawan mengapa mereka berwisata di kota Bogor. Sehingga dapat dirumuskan

strategi yang dapat dilakukan untuk peningkatan kepariwisataan di kota Bogor.

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan sekunder.

Data primer diperoleh dengan wawancara dengan pihak terkait dan penyebaran

kuesioner terhadap wisatawan yang sedang berekreasi di kota Bogor. Data

sekunder diperoleh dari BPS, Disparbud kota Bogor, internet dan beberapa

literatur yang terkait dengan pariwisata di kota Bogor.

(35)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Definisi Kepariwisataan

Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk

rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini.

Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling

tidak sejauh 80 km atau 50 mil dari rumahnya dengan tujuan rekreasi, merupakan

definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia.

Pariwisata adalah aktivitas bersantai atau aktivitas waktu luang. Perjalanan

wisata bukanlah suatu kewajiban, dan umumnya dilakukan pada saat seseorang

bebas dari pekerjaan yang wajib dilakukan, yaitu pada saat cuti atau libur. Dalam

perkembangan selanjutnya, berwisata dapat diidentikkan dengan ‘berlibur di

daerah lain’. Berlibur di daerah lain, atau memanfaatkan waktu luang dengan

melakukan perjalanan wisata, dewasa ini merupakan salah satu ciri dari

masyarakat moderen.

Banyak negara bergantung banyak dari industri pariwisata ini sebagai

sumber pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa kepada

wisatawan. Oleh karena itu pengembangan industri pariwisata ini adalah salah

satu strategi yang dipakai oleh Organisasi Non-Pemerintah untuk mempromosikan

wilayah tertentu sebagai daerah wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui

penjualan barang dan jasa kepada orang non-lokal.

2.2. Faktor Pendorong dan Penarik

Keputusan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata dipengaruhi oleh

(36)

factor). Faktor pendorong dan penarik ini sesungguhnya merupakan faktor internal dan eksternal yang memotivasi wisatawan untuk mengambil keputusan

untuk melakukan perjalanan. Faktor pendorong umumnya bersifat

sosial-psikologis, atau merupakan person specific motivation, sedangkan faktor penarik merupakan destinationspecific attributes. Dengan adanya faktor pendorong, maka seseorang ingin melakukan perjalanan wisata, tapi belum jelas daerah mana yang

akan dituju. Berbagai faktor penarik yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata akan

menyebabkan orang tersebut memilih daerah tujuan wisata tertentu untuk

memenuhi need and wants-nya. Ryan (1993), dari kajian literaturnya menemukan berbagai faktor pendorong bagi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata

seperti di bawah ini.

1. Escape. Ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan menjemukan, atau kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari.

2. Relaxation. Keinginan untuk penyegaran yang juga berhubungan dengan motivasi untuk escape di atas.

3. Play. Ingin menikmati kegembiraan melalui berbagai permainan, yang merupakan pemunculan kembali dari sifat kekanak-kanakan, dan melepaskan

diri sejenak dari berbagai urusan yang serius.

4. Strengthening family bonds. Ingin mempererat hubungan kekerabatan, khususnya dalam konteks VFR (Visiting Friends and Relations).

5. Prestige. Untuk menunjukkan gengsi, dengan mengunjungi destinasi yang menunjukkan kelas dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk

(37)

6. Social interaction. Untuk dapat melakukan interaksi sosial dengan teman sejawat, atau dengan masyarakat lokal yang dikunjungi.

7. Romance. Keinginan untuk bertemu dengan orang-orang yang bisa memberikan suasana romantis, untuk memenuhi kebutuhan seksual,

khususnya dalam pariwisata seks.

8. Educational opportunity. Keinginan untuk melihat sesuatu yang baru, mempelajari orang lain atau daerah lain, atau kebudayaan etnis lain.Hal ini

pendorong yang dominan dalam pariwisata.

9. Self-fulfilment. Keinginan untuk menemukan diri sendiri (self – discovery), karena diri sendiri biasanya bisa ditemukan pada saat kita menemukan daerah

atau orang yang baru.

10.Wish – fulfillment. Keinginan untuk merealisasikan mimpi-mimpi, yang lama dicita-citakan, sampai mengorbankan diri dengan cara berhemat, agar bisa

melakukan perjalanan.

Jackson (1989) juga telah mengidentifikasikan berbagai faktor penarik dan

membedakannya atas sebelas faktor, yaitu: (1) location climate, (2) national promotion, (3) retail advertising, (4) wholesale marketing, (5) special event, (6) eincentive schemes, (7) visiting friends, (8) visiting relatives, (9) tourist attractions, (10) culture, (11) natural environment man made environment.

2.3. Proses Pengambilan Keputusan Berwisata

Keputusan untuk melakukan perjalanan wisata adalah keputusan

‘pembelian’, yaitu mengeluarkan uang untuk mendapatkan kepuasan. Namun

(38)

tidak dalam hal-hal di bawah ini (Mathieson dan Wall, 1982 : Shaw dan William,

1992):

1. Produk yang dibeli adalah produk intangible, berupa pengalaman (experience). Meskipun ada bagian dari produk yang tangible (seperti cendramata), tetapi preparasinya sangat kecil terhadap total nilai pembelian.

2. Nilai pembelian umumnya besar, umumnya jauh lebih besar dibandingkan

dengan pembelian barang-barang umum lainnya.

3. Pembelian tidak bersifat spontan. Perjalanan wisata umumnya direncanakan

jauh hari sebelumnya, termasuk perencanaan aspek finansial, pemilihan jenis

akomodasi, transportasi dan seterusnya.

4. Untuk menikmati produk yang dibeli, wisatawan harus mengunjungi daerah

tujuan wisata secara langsung, berbeda degan produk lain yang dapat dikirim

kepada pembeli.

5. Bagi sebagian wisatawan, mereka tidaklah distance minimized, bahkan menganggap perjalanan panjang sebagai bagian penting dari produk wisata

yang dibeli.

Menurut Mathieson dan Wall (1982), proses pengambilan keputusan

seorang wisatawan melalui lima fase yang sangat penting, yaitu :

1. Kebutuhan atau keinginan untuk melakukan perjalanan. Tujuan dari

perjalanan dirasakan oleh calon wisatawan, yang selanjutnya

ditimbang-timbang apakah perjalanan tersebut memang harus dilakukan atau tidak.

2. Pencarian dan penilaian informasi. Hal ini misalnya dilakukan dengan

(39)

leaflet, media massa), atau mendiskusikan dengan mereka yang

berpengalaman terlebih dahulu.

3. Keputusan melakukan perjalanan wisata. Keputusan ini meliputi antara lain

daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi, jenis akomodasi, cara bepergian,

dan aktivitas yang akan dilakukan di daerah tujuan wisata.

4. Persiapan perjalanan dan pengalaman wisata. Wisatawan melakukan booking,

dengan segala persiapan pribadi, dan akhirnya perjalanan wisata dilakukan.

5. Evaluasi kepuasan perjalanan wisata. Selama perjalanan, tinggal di daerah

tujuan wisata, dan setelah kenbali ke negara asal, wisatawan secara sadar

maupun tidak sadar selalu melakukan evaluasi terhadap perjalanan wisatanya,

yang akan mempengaruhi keputusan perjalanan wisatanya di masa yang akan

datang.

Ada berabagai faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan di

atas, antara lain sebagai berikut :

1. Karakteristik wisatawan, baik karakteristik sosial, ekonomi (umur,

pendidikan, pendapatan, dan pengalaman sebelumnya), maupun karakteristik

pelaku (seperti motivasi, sikap, dan nilai yang dianut).

2. Kesadaran akan manfaat perjalanan, pengetahuan terhadap destinasi yang akan

dikunjungi, citra destinasi.

3. Gambaran perjalanan, yang meliputi jarak, lama tinggal di daerah tujuan

wisata, kendala waktu dan biaya, bayangan akan resiko, ketidakpastian, dan

(40)

4. Keunggulan daerah tujuan wisata, yang meliputi jenis dan sifat atraksi yang

ditawarkan, kualitas layanan, lingkungan fisik dan sosial, situasi politik,

aksesibilitas, dan perilaku masyarakat lokal terhadap wisatawan. Yang juga

sangat penting sebagai salah satu atribut daerah tujuan wisata adalah citra

(image) yang dimiliki. 2.4. Motivasi Wisatawan

Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa

hal. Dari berbagai motivasi yang mendorong perjalanan, Mc Intosh (1977) dan

Murphy (1985, cf. Sharpley, 1994) mengatakan bahwa motivasi-motivasi tersebut

dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar sebagai berikut:

1. Phisical or physiological motivation (motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis), antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi

dalam kegiatan olahraga, bersantai, dan sebagainya.,

2. Cultural motivation (motivasi budaya), yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi, dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan

akan berbagai obyek tinggalan budaya.

3. Sosial motivation atau interpersonal motivation (motivasi yang bersifat sosial), seperti mengunjungi teman dan keluarga (VFR, Visiting friends and relatives), menemui mitra kerja, melakukan hal-hal yang dianggap mendatangkan gengsi, melakukan ziarah, pelarian dari situasi-situasi yang

(41)

4. Fantasy motivation (motivasi karena fantasi), yaitu adanya fantasi bahwa di daerah lain seseorang akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang

menjemukan, dan ego-enchanment yang memberikan kepuasan fisiologis. Motivasi perjalanan seseorang dipengaruhi oleh faktor internal wisatawan

itu sendiri (intrinsic motivation) dan faktor eksternal (extrinsic motivation). Secara intrinsik motivasi terbentuk karena adanya kebutuhan dan atau keinginan dari

manusia itu sendiri, sesuai dengan teori hierarki kebutuhan yang dimulai dari

kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan prestise, dan kebutuhan akan aktualisasi diri, telah dijadikan dasar untuk meneliti motivasi

wisatawan oleh Pearce (1988) dan Pearce dan Caltabiano (1983), yang antara lain

menemukan bahwa motivasi perjalanan seorang wisatawan bisa berubah-ubah

dari waktu ke waktu dalam suatu proses yang dinamis. Dann (1977) juga

menggunakan dasar teori maslow di dalam membahas motivasi wisatawan, dari

studi kasus Barbados. Ia melaporkan temuannya bahwa social needs dan esteem needs memegang peran penting, termasuk ke dalamnya rasa diterima oleh masyarakat dan ingin dihargai.

Motivasi wisatawan ditentukan juga oleh menarik atau tidaknya tempat

tujuan wisatanya. Semakin besar potensi suatu daerah tujuan wisata semakin besar

motivasi wisatawan untuk mengunjungi daerah tujuan wisata tersebut. Besarnya

potensi yang ada dalam suatu daerah tujuan wisata dapat dijadikan ukuran daya

saing daerah tersebut dibandingkan dengan daerah lain. Potensi ini diukur tidak

(42)

sumber daya lain yang terkait dan mendukung terhadap peningkatan daya saing

suatu daerah.

2.5. Konsep Daya Saing Porter’s Diamond

Daya saing usaha dapat didefinisikan sebagai kemampuan usaha suatu

perusahaan dalam industri untuk menghadapi berbagai lingkungan yang dihadapi

(Porter,1995). Dalam ilmu ekonomi, daya saing merupakan konsep yang bersifat

relatif (Relative Concept). Dalam pemahaman tersebut, konsep daya saing identik dengan konsep efisiensi. Dengan menggunakan kriteria atau melihat indikator

tertentu sebagai acuan, maka dapat diukur tingkat kuat lemahnya daya saing.

Porter menganalisis daya saing sebuah industri dengan pendekatan diamond model. Adapun elemen dari diamond model tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Kondisi faktor dalam analisis Porter adalah variabel-variabel yang sudah ada dan dimiliki oleh suatu industri seperti sumber daya manusia (human resource), modal (capital resource), infrastruktur fisik (physical infrastructure), infrastruktur informasi (information infrastruktur), infrastruktur administrasi (administrative infrastruktur), serta sumber daya alam. Semakin tinggi kualitas faktor input ini, maka semakin besar peluang industri untuk meningkatkan daya

saing dan produktivitas.

Kondisi permintaan menurut diamond model dikaitkan dengan sophisticated and demanding local customer. Kondisi permintaan merupakan sifat dari asal untuk barang dan jasa. Semakin maju suatu masyarakat dan semakin demanding pelanggan dalam negeri, maka industri akan selalu berupaya untuk meningkatkan

(43)

lokal yang tinggi. Namun dengan adanya globalisasi, kondisi permintaan tidak

hanya berasal dari lokal tetapi juga bersumber dari luar negeri.

Strategi Perusahaan, Struktur dan Persaingan

Kondisi Faktor

Kondisi Permintaan

Industri Pemasok dan Terkait

Gambar 1. Porter’s Diamond Model

Adanya industri pemasok dan terkait akan meningkatkan efisiensi dan

sinergi dalam suatu industri. Sinergi dan efisiensi dapat tercipta terutama

transaction cost ,sharing teknologi, informasi maupun skill tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh industri atau perusahaan lainnya. Manfaat lain industri

pemasok dan terkait adalah akan terciptanya daya saing dan produktivitas yang

meningkat.

Strategi perusahaan dan pesaing dalam diamond model juga penting karena

kondisi ini akan memotivasi perusahaan atau industri untuk meningkatkan

kualitas produk yang dihasilkan dan selalu mencari inovasi baru. Dengan adanya

persaingan yang sehat, perusahaan akan selalu mencari stategi baru yang cocok

(44)

2.6. Keterkaitan antara Daya Saing dengan Preferensi Masyarakat

Tweeten dalam Saragih (2000) lebih lanjut mendefinisikan keunggulan bersaing sebagai kemampuan suatu perusahaan dalam mempertahankan dan

meningkatkan pangsa pasar secara menguntungkan dan berkelanjutan melalui

pemanfaatan keunggulan komparatifnya. Konsep keunggulan bersaing dengan

deskripsi tersebut secara eksplisit menyatakan preferensi atau selera konsumen

sebagai syarat keharusan (necessary condition) dalam upaya peningkatan daya saing. Harga yang murah dan kompetitif sebagai implikasi dari orientasi biaya

produksi minimum (efisiensi) di pasar bukanlah suatu determinan tunggal dalam

keunggulan bersaing. Preferensi konsumen merupakan sebuah cetak biru (blue print) yang harus digarap secara serius. Terlebih pada struktur pasar yang mengarah pada mekanisme liberalisasi perdagangan tanpa distorsi.

2.7. Penelitian Terdahulu

Anggraini (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara di DKI Jakarta”

dengan menggunakan alat analisa Ordinary Least Squares (OLS) menyatakan bahwa investasi sektor perhotelan dan jumlah biro perjalanan wisata berpengaruh

positif terhadap jumlah kunjungan wisman pada taraf nyata 0,01 dan kondisi

keamanan berpengaruh pada taraf nyata 0.05 dengan arah negatif pada saat

kondisi tidak aman. Pengaruh yang terbesar adalah banyaknya biro perjalanan

wisata, kemudian kondisi keamanan, lalu investasi sektor perhotelan. Terdapat

satu variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan wisman,

(45)

rupuah terhadap mata uang negara-negara yang menjadi pasar utama pariwisata

Indonesia

Sridawati (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Masyarakat Terhadap Penggunaan Kartu

Pembayaran Elektronik” dengan menggunakan alat analisa regresi logistik

menyatakan bahwa ada ada delapan variabel yang nyata mempengaruhi preferensi

masyarakat dalam menggunakan kartu pembayaran elektronik, diantaranya : jenis

kelamin, umur, pendidikan, pendapatan rata-rata per bulan, pengeluaran, lokasi,

teknologi, dan motivasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketiga kartu

bervariasi, pada kartu kredit yang mempengaruhi penggunaannya adalah

pendidikan, pengeluaran, dan teknologi. Pada kartu debet yang mempengaruhi

penggunaannya adalah jenis kelamin, pendapatan dan motivasi. Sedangkan pada

kartu ATM yang mempengaruhi penggunaannya adalah umur, pendidikan,

pendapatan, dan lokasi.

Nurmalasari (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing dan Preferensi Masyarakat dalam

Berbelanja di Pasar Tradisional” menyatakan bahwa potensi dan kondisi

faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing pasar tradisional dengan menggunakan

pendekatan porter’s diamond. Hasil analisis tersebut diantaranya kondisi faktor: pasar tradisional merupakan wadah utama penjualan produk-produk kebutuhan

pokok dan citra pasar tradisional buruk di mata konsumen baik dari bangunan

maupun infrastrukturnya, kondisi permintaan: produk yang berkualitas terutama

(46)

sisi harga seperti kenyamanan dan pelayanan, strategi perusahaan, struktur dan

persaingan: konsep tawar menawar dan belum ada aturan yang jelas dan tegas

seperti peraturan presiden mengenai lokasi, komoditi, waktu operasi, dan jarak

antara pasar modern dan pasar traditional, industri pemasok dan terkait: rantai

distribusi barang masih panjang namun pasar tradisional mampu menyediakan

barang dengan siklus harian sehingga barang lebih segar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam berbelanja di

pasar tradisional adalah variabel pendapatan, intensitas belanja, kualitas barang,

kebersihan dan kenyamanan pasar. Semua variabel tersebut signifikan pada taraf

nyata 10 persen. Variabel yang berpengaruh positif adalah pendapatan, intensitas

belanja, kualitas barang, kebersihan barang dan kenyamanan pasar sehingga

semakin besar pengaruh dari variabel-variabel tersebut semakin besar pula

peluang masyarakat dalam hal ini IRT yang preferensi belanjanya ke pasar

tradisional. Walaupun untuk variabel pendapatan perlu didalami lebih lanjut

karena hasilnya berbeda dengan hipotesis.

Amaliah (2008) dalam Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Daya Saing dan Impor Susu Indonesia Periode 1976-2005, dengan metode penelitian

yang digunakan terdiri atas : Pertama, metode deskriptif dengan menggunakan

pendekatan Porter’s Diamond dijadikan alat untuk menganalisis kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing susu domestik di tengah serbuan impor

susu pasca penghapusan kebijakan rasio impor. Kedua, analisis faktor-faktor yang

(47)

secara kuantitatif dengan metode Engle-Granger-Cointegration dan Error Correction Model (ECM).

Berdasarkan penelitian ini dihasilkan bahwa analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi daya saing susu domestik melalui pendekatan Porter’s Diamond menghasilkan implikasi penelitian bahwa kelemahan mendasar daya saing susu

domestik terletak pada kondisi faktor. Sebaliknya, faktor yang diduga

berkontribusi besar terhadap kondisi daya saing adalah kondisi permintaan.

Industri pendukung dan terkait melibatkan peranan koperasi primer peternak

dihadapkan pada permasalahan mismanajemen dan pemborosan akibat

diversifikasi usaha yang tidak relevan dan menjadi biaya yang besar bagi

koperasi. Kondisi strategi, struktur, dan persaingan antar susu domestik dan impor

belum kondusif untuk meningkatkan daya saing susu domestik.

Intervensi pemerintah melalui penghapusan kebijakan rasio impor

memberikan pengaruh yang beragam bagi setiap determinan. Impor susu dari sisi

permintaan pada jangka panjang dipengaruhi secara signifikan oleh harga riil susu

impor, harga riil susu domestik, nilai tukar Rupiah, dan pendapatan per kapita dan

pengaruh yang dapat diidentifikasi dalam persamaan tersebut konsisten dengan

hipotesis penelitian yang diajukan. Produksi susu domestik tidak mempengaruhi

impor susu pada jangka panjang. Hal ini diduga karena terdapat variabel antara

yang tidak mampu dijelaskan oleh model persamaan yang dibangun.

Pada penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi wisatawan

dalam berwisata ke kota Bogor yang akan membentuk preferensi wisatawan dan

(48)

yang dapat dijadikan acuan/rekomendasi untuk meningkatkan daya saing

kepariwisataan kota Bogor. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan metode analisis probit. Sedangkan untuk menganalisa potensi dan

kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi wisatawan untuk berwisata

ke kota Bogor dengan menggunakan analisis Porter’s Diamond. 2.8. Kerangka Pemikiran

Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi untuk memperoleh

kepuasan. Kebutuhan yang sifatnya primer memang lebih diutamakan daripada

keburtuhan yang sifatnya sekunder ataupun tersier. Tetapi tidak dapat dipungkiri

bahwa setiap orang juga pasti mempunyai kebutuhan tersier. Salah satunya yaitu

kebutuhan fisiologis yang lebih cenderung bersifat abstrak karena hanya dapat ia

rasakan dan tidak dapat dilihat orang lain. Salah satu kebutuhan fisiologis tersebut

yaitu kebutuhan akan rekreasi.

Kota Bogor yang mempunyai daya tarik wisata yang cukup potensial

merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang menjadi perhatian para wisatawan

baik wisatawan nusantara ataupun mancanegara. Selain tempat-tempat wisata

yang cukup menarik juga didukung oleh letak kota yang secara geografis cukup

dekat dengan ibukota negara dan juga merupakan jalur utama transportasi.

Dapat dikatakan bahwa Bogor merupakan kota yang cukup representatif baik

itu di tingkat nasional ataupun internasional. Oleh karena itu perlu dikaji secara

lebih mendalam terhadap potensi dan kondisi faktor-faktor yang dapat dijadikan

kekuatan daya saing kepariwisataan kota Bogor dibandingkan dengan kota

(49)

dapat dilihat dari sisi wisatawan dengan menganalisa faktor-faktor yang

mempengaruhi preferensi wisatawan dalam berwisata ke kota Bogor.

Faktor-faktor ini akan membentuk preferensi wisatawan terhadap kepariwisataan kota

Bogor. Informasi dari persepsi wisatawan terhadap kepariwisataan kota Bogor

diharapkan dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat baik dan optimal.

Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan analisis

statistik Regresi Binary dengan menggunakan model probit, dimana variabel

dependennya berskala biner. Potensi dan kondisi faktor-faktor yang

mempengaruhi daya saing kepariwisataan kota Bogor dianalisa dengan

menggunakan analisis daya saing Porter’s Diamond. Hasil analisis deskriptif dan probit tersebut dapat dirumuskan untuk menyusun strategi dalam peningkatan

daya saing kepariwisataan kota Bogor. Alur kerangka pemikiran konseptual

(50)

Pariwisata Kota Bogor

Persepsi Pemerintah Daerah

Persepsi Wisatawan terhadap kepariwisataan kota Bogor Faktor-faktor yang

mempengaruhi preferensi wisatawan berekreasi di kota

Bogor Preferensi

Wisatawan

Potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing kepariwisataan di kota Bogor

Persepsi Pemerintah Daerah

Persepsi Wisatawan terhadap kepariwisataan kota Bogor

Strategi peningkatan daya saing Kepariwisataan di kota Bogor

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

 

(51)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara

purposive (contoh berdasarkan pertimbangan tentang beberapa karakteristik yang cocok berkaitan dengan anggota contoh yang diperlukan untuk menjawab tujuan

penelitiannya) karena Bogor merupakan salah satu kota yang sangat dekat dengan

Ibukota negara, merupakan potensi yang strategis bagi perkembangan dan

pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri,

perdagangan, transportasi, ekonomi dan pariwisata. Waktu penelitian dimulai dari

bulan Juni 2008 sampai bulan Juli 2008.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh

melalui metode survei dengan menggunakan instrumen kuesioner dan wawancara.

Kuesioner yang disebarkan berupa daftar pertanyaan yang telah disusun dengan

rapi. Data kepariwisataan beserta instansi terkait lainnya, seperti: Disparbud kota

Bogor, BPS kota Bogor, Dispenda kota Bogor dan Deperindagkop kota Bogor.

3.3. Metode Penarikan Sampel

Penelitian ini menggunakan metode penarikan contoh yang disesuaikan

dengan tujuan yang ingin dicapai. Metode penarikan contoh untuk menganalisa

faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi wisatawan dalam berekreasi ke kota

(52)

dijadikan sampel sedang berada di lokasi penelitian dan mau diwawancarai. Ada

screening di awal kuesioner dimana pengunjung yang dijadikan responden adalah pelaku utama yang mempunyai minat ingin berekreasi ke kota Bogor dan

pengunjung pernah berkunjung sebelumnya ke kota Bogor minimal satu kali.

Penyebaran kuesioner dilakukan di tempat-tempat rekreasi seperti Kebun Raya

Bogor, The Jungle, dan tempat-tempat rekreasi serta hiburan lainnya. Responden

yang diambil sebagai sampel adalah wisatawan yang berada di tempat wisata

selama penelitian dilaksanakan.

Ukuran sampel yang diambil, mengacu pada pendapat Slovin (Umar, 2005)

sesuai dengan rumus seperti sebagai berikut :

dimana : n = ukuran sampel

N= ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang masih dapat ditolerir

Ukuran populasi mengacu pada data jumlah kunjungan yang diperoleh dari

Dinas Pariwisata dan Budaya kota Bogor, yakni data kunjungan tahun 2007 yaitu

sebanyak 1.212.285 orang dan persen kelonggaran yang ditentukan adalah 10

persen. Berdasarkan data kunjungan yang dimasukkan ke dalam rumus Slovin,

(53)

Untuk memudahkan perhitungan maka jumlah sampel yang diambil

dibulatkan menjadi 100 orang. Tetapi yang dimasukkan ke dalam perhitungan dan

pengolahan data yaitu sebanyak 105 responden. Hal ini dikarenakan untuk

mendapatkan hasil yang baik dalam pengolahan data.

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis deskriptif dan analisis statistik Regresi Binary dengan menggunakan

model Probit. Dalam penelitian ini pengolahan data dengan menggunakan

Microsoft Excel dan Eviews 4.1.

Penelitian ini mengikuti beberapa tahap yang disesuaikan dengan tujuan

penelitian, yaitu:

1. Deskripsi Data

Tahapan ini dilakukan untuk melihat karakteristik seluruh data yang

diperoleh. Data diperoleh dari wisatawan yang menjadi responden dalam

pengisian kuesioner. Terdapat dua jenis kuesioner dengan responden yang

berbeda. Kuesioner pertama ditujukan untuk wisatawan yang sedang berwisata di

kota Bogor. Kuesioner yang pertama ini digunakan untuk mengetahui

faktor-faktor apa saja yang mempengeruhi preferensi wisatawan dalam berwisata di kota

Bogor. Kuesioner yang kedua ditujukan untuk pemerintah daerah, para pengelola

(54)

mempengaruhi daya saing kepariwisataan kota Bogor. Sebelum dilakukan

pengolahan data dilakukan pengkodean data kualitatif dan mengklasifikasikan

kategori jawaban untuk disesuaikan dengan tujuan penelitian.

2. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan porter’s diamond. Analisis dengan pendekatan porter’s diamond digunakan untuk menganalisa kondisi dan potensi daya saing kepariwisataan di kota Bogor. Dalam menganalisis

kondisi dan potensi daya saing kepariwisataan kota Bogor dilakukan dengan

survey melihat langsung ke lapangan dan selain itu juga dilakukan wawancara

kepada pihak-pihak terkait seperti kepala dinas pariwisata, pengelola tempat

wisata, pengembang pariwisata, pengusaha-pengusaha industri yang berhubungan

dengan pariwisata. Adapun untuk melihat kondisi permintaan selain dilakukan

wawancara terhadap wisatawan juga dilakukan dengan pengisian kuesioner yang

pertanyaan-pertanyaannya sudah disusun teratur dan sistematis sebelumnya.

Analisis dengan menggunakan metode frekuensi digunakan untuk menjelaskan

berbagai variabel yang berkaitan dengan jumlah dan persentase karakteristik

responden.

3. Model Probit

Model Probit digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi preferensi wisatawan dalam berekreasi ke kota Bogor. Menurut

Arief (1993), model Probit didasarkan atas asumsi bahwa variabel dependen yang

(55)

didasarkan atas normal cumulative distribution function, maka model ini disebut juga model normit (normit model).

Menurut Gujarati (1997), penggunaan model Probit yaitu untuk menjelaskan

perilaku suatu variabel tak bebas (dependen) yang dummy atau dichotomous. Variabel dependennya bernilai 0 atau 1. Modelnya secara sederhana sebagai

berikut:

Yi = α + βXi + Ui………..………..(2.1)

Yi bersifat dikotomi sebagai fungsi linier dari variable yang menjelaskan Xi€

(Yi/Xi) merupakan harapan bersyarat dari Yi untuk Xi tertentu.

Sedangkan menurut Koop (2003), model probit digunakan ketika variabel

dependennya berupa data kualitatif sebagai dummy yang bernilai 0 dan 1. Ketika

individu membuat sebuah pilihan diantara dua pilihan, secara ekonomi akan

dirumuskan dengan fungsi utilitas. Jika utilitas dari individu i dan Uji (Untuk J=

0,1). Individu akan memilih 1 jika Uji > U01 dan sebaliknya jika pilihannya 0.

Dengan demikian pilihan tergantung dari perbedaan utiltas. Model Probit

mengasumsikan perbedaan utilitas ini mengikuti regresi linier normal yang

dinyatakan sebagai berikut:

Yi* = Xi’β +εi………(2.2)

Ahli ekonomi tidak meninjau Yi* secara langsung, tetapi hanya pilihan yang

(56)

Menurut Maddala (1994) dalam prakteknya Yi* tidak dapat diobservasi.

Sedangkan yang dapat kita observasi adalah variable dummy yang didefinisikan

sebagai berikut :

Y= 1 jika Yi* > 0

Y= 0 jika sebaliknya

Prob (Yi = 1) = Prob (Ui > β’Xi)

= 1- F (-β’Xi)t………...……….(2.3)

Nilai pengamatan dari Y dalam model Probit ini hanya dapat direalisasikan

sebagai sebuah proses binomial dengan probabilitas seperti di atas. Oleh karena

itu kemungkinan fungsinya adalah

L = yi = 0 F(-β’Xi) yi=1 {1- F(-β’Xi)}……….(2.4)

Variabel dependen yang digunakan untuk model Probit dalam penelitian ini

adalah preferensi wisatawan yang berekreasi di kota Bogor. Model persamaan

regresinya dapat ditulis sebagai berikut:

Y = β1 + β2X1 + β3X2 + β4D1 + β5X3 + β6X 4+ β7X5 + β8X6 + β9X7 + β10 X8+ β11

X9+ β12 X10+ β13X11 + β14 X12+ β15 X13+ β16 X14+ui...(3.1)

Keterangan :

Y = 1 jika preferensi wisatawan berwisata di kota Bogor

0 jika preferensi wisatawan berwisata selain kota Bogor

Variabel dependen (Y) diambil dari poin E pertanyaan nomor 2 pada kuesioner

(57)

X1 = Umur(tahun)

Variabel independen (X1) diambil dari poin A pertanyaan nomor 1 pada kuesioner

pertama dengan responden wisatawan.

X2 = Pendidikan (tahun)

Variabel independen (X2) diambil dari poin A pertanyaan nomor 2 pada kuesioner

pertama dengan responden wisatawan.

X3 = Pendapatan rata-rata wisatawan per bulan (Rupiah)

Variabel independen (X3) diambil dari poin A pertanyaan nomor 5 pada kuesioner

pertama dengan responden wisatawan.

X4 = Intensitas berwisata (kali/tahun)

Variabel independen (X4) diambil dari poin C pertanyaan nomor 1 pada kuesioner

pertama dengan respoden wisatawan.

X5 = Biaya yang dikeluarkan

Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal yang bernilai 1

hingga 4. Nilai 1 adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat tidak

setuju dan nilai 4 adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat setuju

terhadap pernyataan “ biaya yang dikeluarkan ketika berekreasi di kota

Bogor tidak terlalu besar”. Bila penilaian responden adalah 1 artinya

biaya yang dikeluarkan ketika berekreasi di kota Bogor adalah terlalu

besar. Bila penilaian responden adalah 2 maka berarti biaya yang

dikeluarkan adalah besar. Bila penilaian responden 3 artinya biaya yang

(58)

penilaian responden 4 artinya biaya yang dikeluarkan ketika berekreasi

di kota Bogor adalah murah.

Variabel independen (X5) sampai (X14) diambil dari poin F pada kuesioner

pertama dengan responden wisatawan.

X6 = Kualitas Wisata Kota Bogor

Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal 1 hingga 4. Nilai 1

adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat tidak setuju dan nilai 4

adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat setuju terhadap

pernyataan “Kualitas Kepariwisataan Kota Bogor baik”.

X7 = Kelengkapan fasilitas Kota Bogor

Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal 1 hingga 4. Nilai 1

adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat tidak setuju dan nilai 4

adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat setuju terhadap

pernyataan “Fasilitas di kota Bogor lengkap”.

X8 = Kebersihan Kota Bogor

Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal 1 hingga 4. Nilai 1

adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat tidak setuju dan nilai 4

adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat setuju terhadap

pernyataan “Kondisi Kota Bogor Bersih ”.

X9 = Kenyamanan Kota Bogor

Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal 1 hingga 4. Nilai 1

(59)

adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat setuju terhadap

pernyataan “Berwisata di kota Bogor terasa nyaman”.

X10 = Keamanan Kota Bogor

Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal 1 hingga 4. Nilai 1

adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat tidak setuju dan nilai 4

adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat setuju terhadap

pernyataan “Berwisata di kota Bogor terasa aman”.

X11 = Letak kota Bogor

Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal 1 hingga 4. Nilai 1

adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat tidak setuju dan nilai 4

adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat setuju terhadap

pernyataan “Letak kota Bogor cukup strategis”.

X12 = Atraksi yang ditawarkan di obyek wisata

Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal 1 hingga 4. Nilai 1

adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat tidak setuju dan nilai 4

adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat setuju terhadap

pernyataan “Atraksi yang ditawarkan di obyek wisata yang ada di kota

Bogor cukup menarik”.

X13 = Pengelola obyek wisata

Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal 1 hingga 4. Nilai 1

adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat tidak setuju dan nilai 4

(60)

pernyataan “Pengelola yang ada di obyek wisata yang ada di kota

Bogor bekerja cukup baik”.

X14 = Sarana dan Prasarana yang ada di obyek wisata

Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal 1 hingga 4. Nilai 1

adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat tidak setuju dan nilai 4

adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat setuju terhadap

pernyataan “Sarana dan Prasarana yang ada di obyek wisata yang ada di

kota Bogor lengkap”.

D1 = Dummy pekerjaan, 1 jika wisatawan bekerja dan 0 jika wisatawan

tidak bekerja.

Variabel independen (D1) diambil dari poin A pertanyaan nomor 2 pada kuesioner

pertama dengan respoden wisatawan.

D2 = Dummy tempat tinggal, 1 jika wisatawan tinggal di kota Bogor dan 0

jika wisatawan tinggal di luar kota Bogor.

Variabel independen (D2) diambil dari data responden pada kuesioner pertama

dengan responden wisatawan.

i = Responden ke i

ui = error β1 = intersep

β2…….. β13 = Koefisien-koefisien estimasi

3.5. Strategi Peningkatan Daya Saing

Strategi peningkatan daya saing kepariwisataan dalam penelitian ini

Gambar

Tabel 3.  Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan  Tahun 1996-2007
Gambar 1.  Porter’s Diamond Model
Gambar 2.   Kerangka Pemikiran
Gambar 3. Importance Performance Analysis
+7

Referensi

Dokumen terkait