DAN PREFERENSI WISATAWAN BERWISATA KE KOTA
BOGOR
Oleh :
KARLINA YULIYANTI H14104022
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DAN PREFERENSI WISATAWAN BERWISATA KE KOTA
BOGOR
Oleh :
KARLINA YULIYANTI H14104022
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
KARLINA YULIYANTI. Analisis Faktor-Faktor Penentu Daya Saing dan Preferensi Wisatawan Berwisata ke Kota Bogor (dibimbing oleh IDQAN FAHMI)
Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hampir semua negara mengembangkan potensi pariwisatanya, karena sektor ini menciptakan lapangan kerja (mulai dari tahap kontruksi sampai operasionalnya) dan hasilnya besar bagi devisa negara. Proses globalisasi yang dimotori oleh kemajuan di bidang “Triple T”: Tourism, Telecomunication dan Transportation telah mendorong berbagai negara mengembangkan ketahanan budaya agar dapat bertahan dari terpaan globalisasi serta mengembangkan pariwisata sebagai usaha kemajuan ekonomi bangsanya. Upaya ini dilakukan berbagai negara, tak terkecuali Indonesia terus berupaya mengembangkan kebudayaan dan pariwisata sebagai salah satu andalan pemerintah dalam memulihkan dari kondisi krisis bangsa. Kota Bogor memiliki posisi sangat strategis yaitu berdekatan dengan Ibu Kota Jakarta. Walaupun Bogor bukan kota yang kaya akan sumber daya alam, tetapi potensi yang dimiliki kota Bogor sangat besar, khususnya di sektor pariwisata. Banyaknya pilihan tempat wisata yang ada di kota Bogor terdiri dari wisata ilmiah, wisata budaya, wisata kuliner dan wisata belanja merupakan potensi yang sangat besar untuk dapat menarik banyak wisatawan yang datang ke kota Bogor baik wisatawan nusantara ataupun wisatawan mancanegara. Data menunjukkan jumlah wisatawan yang datang ke kota Bogor setiap tahunnya tidak selalu meningkat bahkan cenderung mengalami penurunan.. Sebagai salah satu kota yang mempunyai potensi yang cukup tinggi, Bogor harusnya bisa bersaing dengan kota lain yang ada di Indonesia.
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menganalisa faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi preferensi wisatawan dalam berwisata ke kota Bogor. 2) Menganalisa potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing kepariwisataan kota Bogor. 3) Merumuskan strategi apa yang dapat direkomendasikan untuk peningkatan pengembangan kepariwisataan kota Bogor. Data diperoleh dari wawancara dan kuesioner dengan wisatawan yang berwisata di kota Bogor. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan pendekatan porter’s diamond untuk melihat potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing kepariwisataan kota Bogor. Analisis dengan metode probit digunakan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi preferensi wisatawan berwisata ke kota Bogor.
Anggaran ini dialokasikan untuk melengkapi sarana dan prasarana kota Bogor .
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG
BERJUDUL ” ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU DAYA SAING DAN
PREFERENSI WISATAWAN BERWISATA KE KOTA BOGOR”. ADALAH
KARYA SENDIRI DAN BELUM DIAJUKAN DALAM BENTUK APAPUN
KEPADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN. SUMBER INFORMASI YANG
BERASAL ATAU DIKUTIP DARI KARYA YANG DITERBITKAN MAUPUN
TIDAK DITERBITKAN DARI PENULIS LAIN TELAH DISEBUTKAN
DALAM TEKS DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA DI
BAGIAN AKHIR SKRIPSI INI.
Bogor, Febuari 2009
Penulis dilahirkan di Sumedang, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 24 November 1985 dari keluarga Bapak Tarmedi dan Ibu Warniti yang merupakan anak kedua dari dua bersaudara.
Tahun 2004 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cimalaka Kab Sumedang dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Program Studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Sejak tingkat satu penulis aktif di organisasi pencinta alam KAREMATA (Keluarga Ekonomi dan Manajemen Pencinta Alam) sebagai angkatan 2 “Hujan Gunung” pernah menjabat sebagai ketua divisi Gunung Hutan periode 2005-2007 dan menjabat sebagai bidang kesekretariatan dan logistik periode 2007-2008. Selama di IPB penulis juga berperan aktif dalam kegiatan kemahasiswaan seperti menjadi panitia Hipotex-R, Camp on Beach ’06, Diklatsar Karemata, Latihan Gabungan Jambore Gunung Hutan, dan Latihan Gabungan Rock Climbing
Dengan segala kerendahan hati penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul ” Analisis Faktor-Faktor Penentu Daya Saing dan Preferensi Wisatawan Berwisata ke Kota Bogor”.
Penulis menyadari sepenuh hati bahwa skripsi ini tidak akan tersusun dan selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu dari lubuk hati yang teramat dalam, perkenankanlah Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ir. Idqan Fahmi, M.Ec, selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan masukan, saran dan kritik yang sangat membantu penulisan skripsi ini.
2. Dr. Sri Mulatsih dan Fifi Diana Thamrin, SP, M.si Selaku dosen penguji, atas kesediaannya untuk menguji skripsi saya.
3. Kedua orang tua yang sangat aku sayangi yang dengan sabar membesarkanku, membimbingku, memberikan kasih sayang kepadaku, mendidikku, dan selalu mendoakanku.
4. Pemerintah kota Bogor (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan BPS kota Bogor), Para pengelola obyek wisata yang ada di Kota Bogor atas informasi dan telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini.
5. Kakakku tercinta Teh Elah dan A Asep atas dukungan,doa dan pengertiannya kepada penulis.
6. Ricky Sikumbang atas motivasi, bantuan dan kasih sayang.
7. Keponakanku tersayang (Ariel dan Arya) dan adiku Lia atas keceriaan dan kenakalannya.
8. Seluruh Dosen dan staf Departemen Ilmu Ekonomi atas segala bantuannya. 9. Sahabat tercinta (Mami,Tika,Wida, Rista, Donin) atas motivasi, persahabatan
dan kebersamaan.
indah ini.
12.Teman-teman satu bimbingan (Fitsol dan Lulu) atas kerjasama dan motivasinya.
13.Kakak kelas IE 40 (Teh Devi dan Teh Halida) atas bantuan dan bimbingannya. 14.Seluruh pihak yang telah membantu yang tidak disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan. Semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak baik bagi penulis, pembaca maupun pihak lainnya.
Bogor, Februari 2009
Halaman
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 7
II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Definisi Kepariwisataan ... 8
2.2 Faktor Pendorong dan Penarik ... 8
2.3 Proses Pengambilan Keputusan Berwisata ... 11
2.4 Motivasi Wisatawan ... 14
2.5 Konsep Daya Saing Porter’s Diamond ... 16
2.6 Keterkaitan antara Daya Saing dengan Preferensi Masyarakat ... 18
2.7 Penelitian Terdahulu……….18
2.8 Kerangka Pemikiran……….22
III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu Penelitian………...25
3.2 Jenis dan Sumber Data.………...25
3.3 Metode Penarikan Sampel……….……….…...25
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data………..………...27
3.5 Strategi Peningkatan Daya Saing...34
IV. GAMBARAN UMUM PARIWISATA KOTA BOGOR 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor………..……...37
4.2 Kondisi Ekonomi………..…...39
4.3 PDRB Kota Bogor………...40
4.4 Gambaran Umum Pariwisata Kota Bogor……….…...41
4.5 Obyek Wisata di Kota Bogor………..….………....42
4.6 Promosi Kepariwisataan Kota Bogor……….…....47
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Preferensi Wisatawan Berwisata ke Kota Bogor………... 50
5.1.1 Tingkat Preferensi………... 50
5.1.2 Kondisi Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Preferensi Wisatawan………... 52
5.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Wisatawan Dalam Berwisata ke Kota Bogor……… 61
5.2 Potensi Dan Kondisi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing Pariwisata Kota Bogor………... 63
5.2.1 Kondisi Faktor………... 64
5.2.2 Kondisi Permintaan………... 70
5.2.3 Strategi Perusahaan, Struktur, dan Persaingan…………... 71
5.2.4 Industri Pemasok dan Terkait………...………... 75
5.3 Strategi Peningkatan Daya Saing Pariwisata Kota Bogor…... 80
V. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan……….………...84
6.2 Saran……….………...85
DAFTAR PUSTAKA………..………...86
DAN PREFERENSI WISATAWAN BERWISATA KE KOTA
BOGOR
Oleh :
KARLINA YULIYANTI H14104022
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DAN PREFERENSI WISATAWAN BERWISATA KE KOTA
BOGOR
Oleh :
KARLINA YULIYANTI H14104022
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
KARLINA YULIYANTI. Analisis Faktor-Faktor Penentu Daya Saing dan Preferensi Wisatawan Berwisata ke Kota Bogor (dibimbing oleh IDQAN FAHMI)
Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hampir semua negara mengembangkan potensi pariwisatanya, karena sektor ini menciptakan lapangan kerja (mulai dari tahap kontruksi sampai operasionalnya) dan hasilnya besar bagi devisa negara. Proses globalisasi yang dimotori oleh kemajuan di bidang “Triple T”: Tourism, Telecomunication dan Transportation telah mendorong berbagai negara mengembangkan ketahanan budaya agar dapat bertahan dari terpaan globalisasi serta mengembangkan pariwisata sebagai usaha kemajuan ekonomi bangsanya. Upaya ini dilakukan berbagai negara, tak terkecuali Indonesia terus berupaya mengembangkan kebudayaan dan pariwisata sebagai salah satu andalan pemerintah dalam memulihkan dari kondisi krisis bangsa. Kota Bogor memiliki posisi sangat strategis yaitu berdekatan dengan Ibu Kota Jakarta. Walaupun Bogor bukan kota yang kaya akan sumber daya alam, tetapi potensi yang dimiliki kota Bogor sangat besar, khususnya di sektor pariwisata. Banyaknya pilihan tempat wisata yang ada di kota Bogor terdiri dari wisata ilmiah, wisata budaya, wisata kuliner dan wisata belanja merupakan potensi yang sangat besar untuk dapat menarik banyak wisatawan yang datang ke kota Bogor baik wisatawan nusantara ataupun wisatawan mancanegara. Data menunjukkan jumlah wisatawan yang datang ke kota Bogor setiap tahunnya tidak selalu meningkat bahkan cenderung mengalami penurunan.. Sebagai salah satu kota yang mempunyai potensi yang cukup tinggi, Bogor harusnya bisa bersaing dengan kota lain yang ada di Indonesia.
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menganalisa faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi preferensi wisatawan dalam berwisata ke kota Bogor. 2) Menganalisa potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing kepariwisataan kota Bogor. 3) Merumuskan strategi apa yang dapat direkomendasikan untuk peningkatan pengembangan kepariwisataan kota Bogor. Data diperoleh dari wawancara dan kuesioner dengan wisatawan yang berwisata di kota Bogor. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan pendekatan porter’s diamond untuk melihat potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing kepariwisataan kota Bogor. Analisis dengan metode probit digunakan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi preferensi wisatawan berwisata ke kota Bogor.
Anggaran ini dialokasikan untuk melengkapi sarana dan prasarana kota Bogor .
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG
BERJUDUL ” ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU DAYA SAING DAN
PREFERENSI WISATAWAN BERWISATA KE KOTA BOGOR”. ADALAH
KARYA SENDIRI DAN BELUM DIAJUKAN DALAM BENTUK APAPUN
KEPADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN. SUMBER INFORMASI YANG
BERASAL ATAU DIKUTIP DARI KARYA YANG DITERBITKAN MAUPUN
TIDAK DITERBITKAN DARI PENULIS LAIN TELAH DISEBUTKAN
DALAM TEKS DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA DI
BAGIAN AKHIR SKRIPSI INI.
Bogor, Febuari 2009
Penulis dilahirkan di Sumedang, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 24 November 1985 dari keluarga Bapak Tarmedi dan Ibu Warniti yang merupakan anak kedua dari dua bersaudara.
Tahun 2004 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cimalaka Kab Sumedang dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Program Studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Sejak tingkat satu penulis aktif di organisasi pencinta alam KAREMATA (Keluarga Ekonomi dan Manajemen Pencinta Alam) sebagai angkatan 2 “Hujan Gunung” pernah menjabat sebagai ketua divisi Gunung Hutan periode 2005-2007 dan menjabat sebagai bidang kesekretariatan dan logistik periode 2007-2008. Selama di IPB penulis juga berperan aktif dalam kegiatan kemahasiswaan seperti menjadi panitia Hipotex-R, Camp on Beach ’06, Diklatsar Karemata, Latihan Gabungan Jambore Gunung Hutan, dan Latihan Gabungan Rock Climbing
Dengan segala kerendahan hati penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul ” Analisis Faktor-Faktor Penentu Daya Saing dan Preferensi Wisatawan Berwisata ke Kota Bogor”.
Penulis menyadari sepenuh hati bahwa skripsi ini tidak akan tersusun dan selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu dari lubuk hati yang teramat dalam, perkenankanlah Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ir. Idqan Fahmi, M.Ec, selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan masukan, saran dan kritik yang sangat membantu penulisan skripsi ini.
2. Dr. Sri Mulatsih dan Fifi Diana Thamrin, SP, M.si Selaku dosen penguji, atas kesediaannya untuk menguji skripsi saya.
3. Kedua orang tua yang sangat aku sayangi yang dengan sabar membesarkanku, membimbingku, memberikan kasih sayang kepadaku, mendidikku, dan selalu mendoakanku.
4. Pemerintah kota Bogor (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan BPS kota Bogor), Para pengelola obyek wisata yang ada di Kota Bogor atas informasi dan telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini.
5. Kakakku tercinta Teh Elah dan A Asep atas dukungan,doa dan pengertiannya kepada penulis.
6. Ricky Sikumbang atas motivasi, bantuan dan kasih sayang.
7. Keponakanku tersayang (Ariel dan Arya) dan adiku Lia atas keceriaan dan kenakalannya.
8. Seluruh Dosen dan staf Departemen Ilmu Ekonomi atas segala bantuannya. 9. Sahabat tercinta (Mami,Tika,Wida, Rista, Donin) atas motivasi, persahabatan
dan kebersamaan.
indah ini.
12.Teman-teman satu bimbingan (Fitsol dan Lulu) atas kerjasama dan motivasinya.
13.Kakak kelas IE 40 (Teh Devi dan Teh Halida) atas bantuan dan bimbingannya. 14.Seluruh pihak yang telah membantu yang tidak disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan. Semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak baik bagi penulis, pembaca maupun pihak lainnya.
Bogor, Februari 2009
Halaman
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 7
II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Definisi Kepariwisataan ... 8
2.2 Faktor Pendorong dan Penarik ... 8
2.3 Proses Pengambilan Keputusan Berwisata ... 11
2.4 Motivasi Wisatawan ... 14
2.5 Konsep Daya Saing Porter’s Diamond ... 16
2.6 Keterkaitan antara Daya Saing dengan Preferensi Masyarakat ... 18
2.7 Penelitian Terdahulu……….18
2.8 Kerangka Pemikiran……….22
III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu Penelitian………...25
3.2 Jenis dan Sumber Data.………...25
3.3 Metode Penarikan Sampel……….……….…...25
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data………..………...27
3.5 Strategi Peningkatan Daya Saing...34
IV. GAMBARAN UMUM PARIWISATA KOTA BOGOR 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor………..……...37
4.2 Kondisi Ekonomi………..…...39
4.3 PDRB Kota Bogor………...40
4.4 Gambaran Umum Pariwisata Kota Bogor……….…...41
4.5 Obyek Wisata di Kota Bogor………..….………....42
4.6 Promosi Kepariwisataan Kota Bogor……….…....47
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Preferensi Wisatawan Berwisata ke Kota Bogor………... 50
5.1.1 Tingkat Preferensi………... 50
5.1.2 Kondisi Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Preferensi Wisatawan………... 52
5.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Wisatawan Dalam Berwisata ke Kota Bogor……… 61
5.2 Potensi Dan Kondisi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing Pariwisata Kota Bogor………... 63
5.2.1 Kondisi Faktor………... 64
5.2.2 Kondisi Permintaan………... 70
5.2.3 Strategi Perusahaan, Struktur, dan Persaingan…………... 71
5.2.4 Industri Pemasok dan Terkait………...………... 75
5.3 Strategi Peningkatan Daya Saing Pariwisata Kota Bogor…... 80
V. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan……….………...84
6.2 Saran……….………...85
DAFTAR PUSTAKA………..………...86
No Halaman
1 Penerimaan Devisa Pariwisata Dibandingkan dengan Komoditi Ekspor
Lainnya (2004-2007)……….. 3
2 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Indonesia 2000 -2006… 4 3 Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan Tahun 1996-2007……… 6
4 Tingkat Kunjungan Objek Wisata Kota Bogor………... 45
5 Objek dan Daya Tarik Wisata di kota Bogor……….. 46
6 Promosi yang Diterbitkan/disediakan di Kota Bogor………. 47
7 Perkembangan Jumlah Akomodasi Hotel dari Tahun 2000-2007……... 48
8 Perkembangan Jumlah Restoran dan Rumah Makan dari Tahun 2004-2007... 49
9 Perkembangan Biro Perjalanan Wisata di Kota Bogor……… 49
10 Persentase Preferensi Wisatawan Dalam Berwisata……… 50
11 Hubungan Antara Preferensi Wisatawan Dengan Tempat Tinggal……. 51
12 Hubungan Antara Preferensi Wisatawan Dengan Pekerjaan…………... 51
13 Hubungan antara Preferensi Wisatawan Dengan Pendapatan Per Bulan… 52 14 Persepsi Wisatawan Terhadap Biaya yang Dikeluarkan Ketika Berwisata di Kota Bogor……….. 56
15 Persepsi Wisatawan Terhadap Kualitas Pariwisata Kota Bogor…………. 56
16 Persepsi Wisatawan Terhadap Kelengkapan Fasilitas Kota Bogor…….... 57
17 Persepsi Wisatawan Terhadap Kebersihan Kota Bogor………. 57
18 Persepsi Wisatawan Terhadap Kenyamanan Kota Bogor………... 58
19 20
Persepsi Wisatawan Terhadap Keamanan Kota Bogor………...
Persepsi Wisatawan Terhadap Letak Kota Bogor………... 58
22
Persepsi Wisatawan Terhadap Kualitas Pengelola Obyek Wisata di Kota Bogor………...
Persepsi Wisatawan Terhadap Fasilitas Yang Ada di Obyek Wisata di Kota Bogor...
Hasil Estimasi Model Binary (Probit)………
Persepsi Responden Terhadap Kualitas Tenaga Kerja di Bidang Pariwisata di Kota Bogor………..
Persepsi Responden Terhadap Alokasi Anggaran Pemerintah Daerah Terhadap Sektor Pariwisata di Kota Bogor……….
Persepsi Responden Terhadap Kemudahan Akses Informasi Tentang Kepariwisataan Kota Bogor………
Persepsi Responden terhadap Kesesuaian Harga dengan Jasa yang Ditawarkan………..
Persepsi Responden Terhadap Daya Tarik Pernyataan Obyek Wisata di Kota Bogor……….
Persepsi Responden Terhadap Efektivitas Peraturan yang Dikeluarkan Pemerintah………...
Persepsi Responden Terhadap Efektivitas Promosi Kepariwisataan Kota Bogor………...
Persepsi Responden Terhadap Persaingan antar Perusahaan-Perusahaan Pariwisata di Kota Bogor………....
Penerimaan Daerah dari Pajak Kepariwisataan………...
Persentasi Hambatan Pemerintah Dalam Pengembangan Bisnis Pariwisata...
Persepsi Responden Terhadap Tingkat Persaingan Dalam Bisnis Pariwisata di Kota Bogor………..
Persepsi Responden Terhadap Kualitas Hotel yang Ada di Kota Bogor…
Persepsi Responden terhadap Banyaknya Pilihan Hotel Yang Ditawarkan Di Kota Bogor……….
39
40
41
Persepsi Responden terhadap Banyaknya Pilihan Jasa Travel Yang Ditawarkan di Kota Bogor………...
Persepsi responden terhadap Banyaknya Penjual Souvenier Yang ditawarkan di Kota Bogor………...
Persepsi Responden terhadap KeteraturanTransportasi di Kota Bogor……...
77
78
No Halaman 1 Porter’s Diamond Model... 17
2 Kerangka Pemikiran... 24 3 Important Performance Analysis... 35 4 Usia Responden... 53
5 Pendidikan Responden... .... 53 6 Pendapatan Rata-Rata Responden... 54 7 Analisis Daya Saing Pariwisata kota Bogor dengan Pendekatan
Porter’s Diamond………... 79 8 Perumusan Strategi dari Hasil Analisis dengan Metode
No Halaman
Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Kegiatan yang
semula hanya dinikmati oleh segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal
abad ke-20, kini telah menjadi bagian dari hak asasi manusia, sebagaimana
dinyatakan oleh John Naisbitt dalam bukunya Global Paradox bahwa “where once travel was considered a privilege of the moneyed elite, now it is considered a basic human right”.
Dalam hubungan ini, berbagai negara termasuk Indonesia pun turut
menikmati dampak dari peningkatan pariwisata dunia terutama pada periode 1990
– 1996. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak akhir tahun 1997,
merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi masyarakat pariwisata
Indonesia untuk melakukan re-positioning sekaligus re-vitalization kegiatan pariwisata Indonesia. Disamping itu berdasarkan Undang-undang No. 25 Tahun
2000 tentang Program Perencanaan Nasional pariwisata mendapatkan penugasan
baru untuk turut mempercepat pemulihan ekonomi nasional dan memulihkan citra
Indonesia di dunia internasional.
Tuntutan masyarakat dalam menyelesaikan krisis yang dihadapi oleh bangsa
dan negara di sekitar tahun 1997 memacu pemerintah dan penyelenggara negara
lainnya untuk menyiapkan segenap perubahan yang perlu dalam rangka koreksi
kelemahan dan kesalahan masa lalu. Bidang kebudayaan dan bidang pariwisata
akan lebih handal dan berkelanjutan. Meskipun demikian, transformasi yang telah
menghasilkan berbagai perubahan tersebut masih belum mencapai hasil yang
memuaskan. Bahkan berbagai langkah awal telah menghasilkan berbagai
implikasi rumit yang terus menuntut pemecahan masalah yang sistematis dan
konsisten.
Proses globalisasi yang dimotori oleh kemajuan di bidang “Triple T”: Tourism, Telecomunication, dan Transportation telah mendorong berbagai negara mengembangkan ketahanan budaya agar dapat bertahan dari terpaan globalisasi
serta mengembangkan pariwisata sebagai usaha kemajuan ekonomi bangsanya.
Upaya ini dilakukan berbagai negara, tak terkecuali Indonesia terus berupaya
mengembangkan kebudayaan dan pariwisata sebagai salah satu andalan
pemerintah dalam memulihkan dari kondisi krisis bangsa.
Dalam kenyataan yang sesungguhnya pengembangan kebudayaan Indonesia
menjadi terlantar disebabkan perhatian yang kurang terhadap arti penting
kebudayaan. Padahal kebudayaan itu sangat penting sebagai alat perjuangan untuk
mendapatkan pengakuan kesetaraan dalam pergaulan antarbangsa yang
sesungguhnya. Setiap negara akan berusaha tampil dengan kelengkapan
budayanya sebagai jati diri yang membedakan dengan negara lainnya. Di samping
itu, pembangunan kebudayaan nasional didorong oleh kebutuhan akan media
sosial yang dapat mempersatukan bangsa merupakan tenaga yang kuat dan
menjadi dasar kebanggaan suatu bangsa.
Pariwisata merupakan salah satu industri jasa yang berkembang pesat di
pariwisatanya, karena sektor ini menciptakan lapangan kerja (mulai dari tahap
kontruksi sampai operasionalnya) dan hasilnya besar bagi devisa negara. Tabel 1
menunjukkan kontribusi pariwisata terhadap penerimaan devisa.
Tabel 1. Penerimaan Devisa Pariwisata Dibandingkan dengan Komoditi Ekspor Lainnya (2004-2007)
No Jenis Komoditi
2004 2005 2006 2007 Sumber :Data Badan Pusat Statistik
Perkembangan jumlah pengunjung wisatawan ke Indonesia yang meningkat
akan menyebabkan pertumbuhan devisa yang tinggi,. Pada tahun 2002 dan 2003
kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia menurun yaitu dari 5.033.400
menjadi 4.467.021. Tetapi pada tahun 2004 mengalami peningkatan. Namun
peningkatan itu tidak diikuti di tahun berikutnya. Pada tahun 2005 dan 2006
jumlah kunjungan wisatawan terus menurun. Kemungkinan hal ini disebabkan
kondisi Indonesia yang tidak mendukung baik dari segi keamanan, politik dan
juga bencana alam yang sering terjadi. Tabel 2 menunjukan statistik kunjungan
wisatawan mancanegara di Indonesia pada tahun 2000-2006.
Tabel 2. Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Indonesia 2000 -2006
Tahun Wisatawan Mancanegara
Rata-rata Pengeluaran /orang (US $) Rata-Rata Lama
2000 5.064.217 1.135,18 92,59 12,26 5.748,80 2001 5.153.620 1.053,36 100,42 10,49 5.428,62
2002 5.033.400 893,26 91,29 9,79 4.496,13
2003 4.467.021 903,74 93,27 9,69 4.037,02
2004 5.321.165 901,66 95,17 9,47 4.797,88
2005 5.002.101 904,00 99,86 9,05 4.521,89
2006 4.871.351 913,09 100,48 9,09 4.447,98
Sumber: Data Statistik Jumlah Wisatawan Mancanegara Indonesia
Pada tahun 2004 kontribusi komoditas pariwisata terhadap penerimaan
devisa negara menduduki peringkat ke-2 setelah minyak dan gas bumi dengan
kontribusi sebesar US $ 4.797,88 Juta. Tetapi pada tahun 2005 kontribusi
komoditas pariwisata mengalami penurunan yaitu menjadi peringkat ke-3 setelah
minyak dan gas bumi dan pakaian jadi dari sebelas komoditas sumber penerimaan
negara dengan kontribusi sebesar US $ 4.521,90. Pada tahun 2006 kontribusi
komoditas pariwisata menurun drastis menjadi peringkat ke-6 dengan kontribusi
sebesar US $ 4.447,97 Juta. Hal ini dikarenakan kondisi perekonomian Indonesia
yang tidak stabil, dan hal ini berdampak pada sektor-sektor lainnya termasuk
pariwisata. Pada tahun 2007 kontribusi komoditas pariwisata mengalami
peningkatan dari peringkat ke-6 pada tahun 2006 menjadi peringkat ke-3 dengan
kontribusi sebesar US $ 5.345,98 Juta.
Pariwisata sangat tergantung pada lingkungan sosial budaya setempat dan
kualitas lingkungan alamiahnya. Dalam beberapa pengembangan kegiatan
ekonomi, kualitas lingkungan dapat ditukarkan dengan keuntungan yang
diharapkan, tetapi dalam kasus pariwisata sangat penting untuk tetap memelihara
kualitas lingkungan alam. Lingkungan hidup merupakan sumberdaya yang besar
pemandangan alam atau budaya masyarakat setempat. Sebab itu pemanfaatan dan
pemeliharaan sumberdaya ini secara bijaksana akan mempertinggi nilai
lingkungan hidup dan nilai ekonominya.
Sebagai salah satu bagian dari provinsi Jawa Barat, kota Bogor merupakan
penyangga Ibu Kota Negara yang memiliki asset wisata ilmiah yang bersifat
internasional, salah satunya adalah obyek wisata alam Kebun Raya Bogor. Pusat
kota Bogor terletak 100 km di sebelah Selatan dari Pelabuhan Sunda Kelapa yang
pada jaman dahulu merupakan pelabuhan terpenting bagi negara Pakuan
Pajajaran yang pusatnya sekitar BatuTulis di Selatan Kota Bogor.
Kedudukan topografis kota Bogor di tengah-tengah wilayah kabupaten
Bogor serta lokasinya yang dekat dengan Ibu Kota Negara, merupakan potensi
yang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Adanya Kebun
Raya yang di dalamnya terdapat Istana Bogor di pusat kota, merupakan tujuan
wisata, serta kedudukan kota Bogor diantara jalur tujuan wisata Puncak-Cianjur
juga merupakan potensi yang strategis bagi pertumbuhan ekonomi.
1.2. Perumusan Masalah
Kota Bogor memiliki posisi sangat strategis yaitu berdekatan dengan Ibu
Kota Jakarta. Walaupun Bogor bukan kota yang kaya akan sumber daya alam,
tetapi potensi yang dimiliki kota Bogor sangat besar, khususnya di sektor
pariwisata. Banyaknya pilihan tempat wisata yang ada di kota Bogor terdiri dari
wisata ilmiah, wisata budaya, wisata kuliner dan wisata belanja merupakan
potensi yang sangat besar untuk dapat menarik banyak wisatawan yang datang ke
menunjukkan jumlah wisatawan yang datang ke kota Bogor setiap tahunnya tidak
selalu meningkat bahkan cenderung mengalami penurunan. Sebagai salah satu
kota yang mempunyai potensi yang cukup tinggi, Bogor harusnya bisa bersaing
dengan kota lain yang ada di Indonesia.
Tabel 3. Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan Tahun 1996-2007
No Tahun Jumlah wisatawan Total
Wisnus Wisman Sumber : Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Bogor
Dengan berpijak pada alasan itu, penelitian ini akan menjawab
masalah-masalah kepariwisataan di daerah penelitian yakni :
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi preferensi wisatawan dalam
berwisata ke kota Bogor?
2. Bagaimana potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya
saing kepariwisataan kota Bogor ?
3. Strategi apa yang dapat direkomendasikan untuk peningkatan
pengembangan kepariwisataan di kota Bogor?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat
dalam berwisata di kota Bogor.
2. Menganalisa potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya
saing kepariwisataan di kota Bogor.
3. Merumuskan strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya
saing kepariwisataan di kota Bogor.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu media latih untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan mahasiswa dalam mengamati dan mempelajari serta
menganalisa permasalahan yang dijumpai sesuai diiplin ilmu yang
diperoleh.
2. Sebagai dasar bagi penyusunan kebijaksanaan investasi serta proyeksinya
pada masa yang akan datang.
3. Sebagai bahan masukan bagi semua pihak yang berkepentingan terutama
bagi aparat pemerintah dan pihak swasta yang berhubungan langsung
maupun tidak langsung dalam mempertimbangkan keputusan-keputusan
dalam pembangunan terutama pada sektor pariwisata.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Penentu Daya Saing
dan Preferensi Wisatawan Berwisata ke Kota Bogor, difokuskan pada
Kepariwisataan di Kota Bogor saja. Pembahasan hanya melingkupi daya saing
wisatawan mengapa mereka berwisata di kota Bogor. Sehingga dapat dirumuskan
strategi yang dapat dilakukan untuk peningkatan kepariwisataan di kota Bogor.
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh dengan wawancara dengan pihak terkait dan penyebaran
kuesioner terhadap wisatawan yang sedang berekreasi di kota Bogor. Data
sekunder diperoleh dari BPS, Disparbud kota Bogor, internet dan beberapa
literatur yang terkait dengan pariwisata di kota Bogor.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Definisi Kepariwisataan
Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk
rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini.
Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling
tidak sejauh 80 km atau 50 mil dari rumahnya dengan tujuan rekreasi, merupakan
definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia.
Pariwisata adalah aktivitas bersantai atau aktivitas waktu luang. Perjalanan
wisata bukanlah suatu kewajiban, dan umumnya dilakukan pada saat seseorang
bebas dari pekerjaan yang wajib dilakukan, yaitu pada saat cuti atau libur. Dalam
perkembangan selanjutnya, berwisata dapat diidentikkan dengan ‘berlibur di
daerah lain’. Berlibur di daerah lain, atau memanfaatkan waktu luang dengan
melakukan perjalanan wisata, dewasa ini merupakan salah satu ciri dari
masyarakat moderen.
Banyak negara bergantung banyak dari industri pariwisata ini sebagai
sumber pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa kepada
wisatawan. Oleh karena itu pengembangan industri pariwisata ini adalah salah
satu strategi yang dipakai oleh Organisasi Non-Pemerintah untuk mempromosikan
wilayah tertentu sebagai daerah wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui
penjualan barang dan jasa kepada orang non-lokal.
2.2. Faktor Pendorong dan Penarik
Keputusan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata dipengaruhi oleh
factor). Faktor pendorong dan penarik ini sesungguhnya merupakan faktor internal dan eksternal yang memotivasi wisatawan untuk mengambil keputusan
untuk melakukan perjalanan. Faktor pendorong umumnya bersifat
sosial-psikologis, atau merupakan person specific motivation, sedangkan faktor penarik merupakan destinationspecific attributes. Dengan adanya faktor pendorong, maka seseorang ingin melakukan perjalanan wisata, tapi belum jelas daerah mana yang
akan dituju. Berbagai faktor penarik yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata akan
menyebabkan orang tersebut memilih daerah tujuan wisata tertentu untuk
memenuhi need and wants-nya. Ryan (1993), dari kajian literaturnya menemukan berbagai faktor pendorong bagi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata
seperti di bawah ini.
1. Escape. Ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan menjemukan, atau kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari.
2. Relaxation. Keinginan untuk penyegaran yang juga berhubungan dengan motivasi untuk escape di atas.
3. Play. Ingin menikmati kegembiraan melalui berbagai permainan, yang merupakan pemunculan kembali dari sifat kekanak-kanakan, dan melepaskan
diri sejenak dari berbagai urusan yang serius.
4. Strengthening family bonds. Ingin mempererat hubungan kekerabatan, khususnya dalam konteks VFR (Visiting Friends and Relations).
5. Prestige. Untuk menunjukkan gengsi, dengan mengunjungi destinasi yang menunjukkan kelas dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk
6. Social interaction. Untuk dapat melakukan interaksi sosial dengan teman sejawat, atau dengan masyarakat lokal yang dikunjungi.
7. Romance. Keinginan untuk bertemu dengan orang-orang yang bisa memberikan suasana romantis, untuk memenuhi kebutuhan seksual,
khususnya dalam pariwisata seks.
8. Educational opportunity. Keinginan untuk melihat sesuatu yang baru, mempelajari orang lain atau daerah lain, atau kebudayaan etnis lain.Hal ini
pendorong yang dominan dalam pariwisata.
9. Self-fulfilment. Keinginan untuk menemukan diri sendiri (self – discovery), karena diri sendiri biasanya bisa ditemukan pada saat kita menemukan daerah
atau orang yang baru.
10.Wish – fulfillment. Keinginan untuk merealisasikan mimpi-mimpi, yang lama dicita-citakan, sampai mengorbankan diri dengan cara berhemat, agar bisa
melakukan perjalanan.
Jackson (1989) juga telah mengidentifikasikan berbagai faktor penarik dan
membedakannya atas sebelas faktor, yaitu: (1) location climate, (2) national promotion, (3) retail advertising, (4) wholesale marketing, (5) special event, (6) eincentive schemes, (7) visiting friends, (8) visiting relatives, (9) tourist attractions, (10) culture, (11) natural environment man made environment.
2.3. Proses Pengambilan Keputusan Berwisata
Keputusan untuk melakukan perjalanan wisata adalah keputusan
‘pembelian’, yaitu mengeluarkan uang untuk mendapatkan kepuasan. Namun
tidak dalam hal-hal di bawah ini (Mathieson dan Wall, 1982 : Shaw dan William,
1992):
1. Produk yang dibeli adalah produk intangible, berupa pengalaman (experience). Meskipun ada bagian dari produk yang tangible (seperti cendramata), tetapi preparasinya sangat kecil terhadap total nilai pembelian.
2. Nilai pembelian umumnya besar, umumnya jauh lebih besar dibandingkan
dengan pembelian barang-barang umum lainnya.
3. Pembelian tidak bersifat spontan. Perjalanan wisata umumnya direncanakan
jauh hari sebelumnya, termasuk perencanaan aspek finansial, pemilihan jenis
akomodasi, transportasi dan seterusnya.
4. Untuk menikmati produk yang dibeli, wisatawan harus mengunjungi daerah
tujuan wisata secara langsung, berbeda degan produk lain yang dapat dikirim
kepada pembeli.
5. Bagi sebagian wisatawan, mereka tidaklah distance minimized, bahkan menganggap perjalanan panjang sebagai bagian penting dari produk wisata
yang dibeli.
Menurut Mathieson dan Wall (1982), proses pengambilan keputusan
seorang wisatawan melalui lima fase yang sangat penting, yaitu :
1. Kebutuhan atau keinginan untuk melakukan perjalanan. Tujuan dari
perjalanan dirasakan oleh calon wisatawan, yang selanjutnya
ditimbang-timbang apakah perjalanan tersebut memang harus dilakukan atau tidak.
2. Pencarian dan penilaian informasi. Hal ini misalnya dilakukan dengan
leaflet, media massa), atau mendiskusikan dengan mereka yang
berpengalaman terlebih dahulu.
3. Keputusan melakukan perjalanan wisata. Keputusan ini meliputi antara lain
daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi, jenis akomodasi, cara bepergian,
dan aktivitas yang akan dilakukan di daerah tujuan wisata.
4. Persiapan perjalanan dan pengalaman wisata. Wisatawan melakukan booking,
dengan segala persiapan pribadi, dan akhirnya perjalanan wisata dilakukan.
5. Evaluasi kepuasan perjalanan wisata. Selama perjalanan, tinggal di daerah
tujuan wisata, dan setelah kenbali ke negara asal, wisatawan secara sadar
maupun tidak sadar selalu melakukan evaluasi terhadap perjalanan wisatanya,
yang akan mempengaruhi keputusan perjalanan wisatanya di masa yang akan
datang.
Ada berabagai faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan di
atas, antara lain sebagai berikut :
1. Karakteristik wisatawan, baik karakteristik sosial, ekonomi (umur,
pendidikan, pendapatan, dan pengalaman sebelumnya), maupun karakteristik
pelaku (seperti motivasi, sikap, dan nilai yang dianut).
2. Kesadaran akan manfaat perjalanan, pengetahuan terhadap destinasi yang akan
dikunjungi, citra destinasi.
3. Gambaran perjalanan, yang meliputi jarak, lama tinggal di daerah tujuan
wisata, kendala waktu dan biaya, bayangan akan resiko, ketidakpastian, dan
4. Keunggulan daerah tujuan wisata, yang meliputi jenis dan sifat atraksi yang
ditawarkan, kualitas layanan, lingkungan fisik dan sosial, situasi politik,
aksesibilitas, dan perilaku masyarakat lokal terhadap wisatawan. Yang juga
sangat penting sebagai salah satu atribut daerah tujuan wisata adalah citra
(image) yang dimiliki. 2.4. Motivasi Wisatawan
Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa
hal. Dari berbagai motivasi yang mendorong perjalanan, Mc Intosh (1977) dan
Murphy (1985, cf. Sharpley, 1994) mengatakan bahwa motivasi-motivasi tersebut
dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar sebagai berikut:
1. Phisical or physiological motivation (motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis), antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi
dalam kegiatan olahraga, bersantai, dan sebagainya.,
2. Cultural motivation (motivasi budaya), yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi, dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan
akan berbagai obyek tinggalan budaya.
3. Sosial motivation atau interpersonal motivation (motivasi yang bersifat sosial), seperti mengunjungi teman dan keluarga (VFR, Visiting friends and relatives), menemui mitra kerja, melakukan hal-hal yang dianggap mendatangkan gengsi, melakukan ziarah, pelarian dari situasi-situasi yang
4. Fantasy motivation (motivasi karena fantasi), yaitu adanya fantasi bahwa di daerah lain seseorang akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang
menjemukan, dan ego-enchanment yang memberikan kepuasan fisiologis. Motivasi perjalanan seseorang dipengaruhi oleh faktor internal wisatawan
itu sendiri (intrinsic motivation) dan faktor eksternal (extrinsic motivation). Secara intrinsik motivasi terbentuk karena adanya kebutuhan dan atau keinginan dari
manusia itu sendiri, sesuai dengan teori hierarki kebutuhan yang dimulai dari
kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan prestise, dan kebutuhan akan aktualisasi diri, telah dijadikan dasar untuk meneliti motivasi
wisatawan oleh Pearce (1988) dan Pearce dan Caltabiano (1983), yang antara lain
menemukan bahwa motivasi perjalanan seorang wisatawan bisa berubah-ubah
dari waktu ke waktu dalam suatu proses yang dinamis. Dann (1977) juga
menggunakan dasar teori maslow di dalam membahas motivasi wisatawan, dari
studi kasus Barbados. Ia melaporkan temuannya bahwa social needs dan esteem needs memegang peran penting, termasuk ke dalamnya rasa diterima oleh masyarakat dan ingin dihargai.
Motivasi wisatawan ditentukan juga oleh menarik atau tidaknya tempat
tujuan wisatanya. Semakin besar potensi suatu daerah tujuan wisata semakin besar
motivasi wisatawan untuk mengunjungi daerah tujuan wisata tersebut. Besarnya
potensi yang ada dalam suatu daerah tujuan wisata dapat dijadikan ukuran daya
saing daerah tersebut dibandingkan dengan daerah lain. Potensi ini diukur tidak
sumber daya lain yang terkait dan mendukung terhadap peningkatan daya saing
suatu daerah.
2.5. Konsep Daya Saing Porter’s Diamond
Daya saing usaha dapat didefinisikan sebagai kemampuan usaha suatu
perusahaan dalam industri untuk menghadapi berbagai lingkungan yang dihadapi
(Porter,1995). Dalam ilmu ekonomi, daya saing merupakan konsep yang bersifat
relatif (Relative Concept). Dalam pemahaman tersebut, konsep daya saing identik dengan konsep efisiensi. Dengan menggunakan kriteria atau melihat indikator
tertentu sebagai acuan, maka dapat diukur tingkat kuat lemahnya daya saing.
Porter menganalisis daya saing sebuah industri dengan pendekatan diamond model. Adapun elemen dari diamond model tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Kondisi faktor dalam analisis Porter adalah variabel-variabel yang sudah ada dan dimiliki oleh suatu industri seperti sumber daya manusia (human resource), modal (capital resource), infrastruktur fisik (physical infrastructure), infrastruktur informasi (information infrastruktur), infrastruktur administrasi (administrative infrastruktur), serta sumber daya alam. Semakin tinggi kualitas faktor input ini, maka semakin besar peluang industri untuk meningkatkan daya
saing dan produktivitas.
Kondisi permintaan menurut diamond model dikaitkan dengan sophisticated and demanding local customer. Kondisi permintaan merupakan sifat dari asal untuk barang dan jasa. Semakin maju suatu masyarakat dan semakin demanding pelanggan dalam negeri, maka industri akan selalu berupaya untuk meningkatkan
lokal yang tinggi. Namun dengan adanya globalisasi, kondisi permintaan tidak
hanya berasal dari lokal tetapi juga bersumber dari luar negeri.
Strategi Perusahaan, Struktur dan Persaingan
Kondisi Faktor
Kondisi Permintaan
Industri Pemasok dan Terkait
Gambar 1. Porter’s Diamond Model
Adanya industri pemasok dan terkait akan meningkatkan efisiensi dan
sinergi dalam suatu industri. Sinergi dan efisiensi dapat tercipta terutama
transaction cost ,sharing teknologi, informasi maupun skill tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh industri atau perusahaan lainnya. Manfaat lain industri
pemasok dan terkait adalah akan terciptanya daya saing dan produktivitas yang
meningkat.
Strategi perusahaan dan pesaing dalam diamond model juga penting karena
kondisi ini akan memotivasi perusahaan atau industri untuk meningkatkan
kualitas produk yang dihasilkan dan selalu mencari inovasi baru. Dengan adanya
persaingan yang sehat, perusahaan akan selalu mencari stategi baru yang cocok
2.6. Keterkaitan antara Daya Saing dengan Preferensi Masyarakat
Tweeten dalam Saragih (2000) lebih lanjut mendefinisikan keunggulan bersaing sebagai kemampuan suatu perusahaan dalam mempertahankan dan
meningkatkan pangsa pasar secara menguntungkan dan berkelanjutan melalui
pemanfaatan keunggulan komparatifnya. Konsep keunggulan bersaing dengan
deskripsi tersebut secara eksplisit menyatakan preferensi atau selera konsumen
sebagai syarat keharusan (necessary condition) dalam upaya peningkatan daya saing. Harga yang murah dan kompetitif sebagai implikasi dari orientasi biaya
produksi minimum (efisiensi) di pasar bukanlah suatu determinan tunggal dalam
keunggulan bersaing. Preferensi konsumen merupakan sebuah cetak biru (blue print) yang harus digarap secara serius. Terlebih pada struktur pasar yang mengarah pada mekanisme liberalisasi perdagangan tanpa distorsi.
2.7. Penelitian Terdahulu
Anggraini (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara di DKI Jakarta”
dengan menggunakan alat analisa Ordinary Least Squares (OLS) menyatakan bahwa investasi sektor perhotelan dan jumlah biro perjalanan wisata berpengaruh
positif terhadap jumlah kunjungan wisman pada taraf nyata 0,01 dan kondisi
keamanan berpengaruh pada taraf nyata 0.05 dengan arah negatif pada saat
kondisi tidak aman. Pengaruh yang terbesar adalah banyaknya biro perjalanan
wisata, kemudian kondisi keamanan, lalu investasi sektor perhotelan. Terdapat
satu variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan wisman,
rupuah terhadap mata uang negara-negara yang menjadi pasar utama pariwisata
Indonesia
Sridawati (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Masyarakat Terhadap Penggunaan Kartu
Pembayaran Elektronik” dengan menggunakan alat analisa regresi logistik
menyatakan bahwa ada ada delapan variabel yang nyata mempengaruhi preferensi
masyarakat dalam menggunakan kartu pembayaran elektronik, diantaranya : jenis
kelamin, umur, pendidikan, pendapatan rata-rata per bulan, pengeluaran, lokasi,
teknologi, dan motivasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketiga kartu
bervariasi, pada kartu kredit yang mempengaruhi penggunaannya adalah
pendidikan, pengeluaran, dan teknologi. Pada kartu debet yang mempengaruhi
penggunaannya adalah jenis kelamin, pendapatan dan motivasi. Sedangkan pada
kartu ATM yang mempengaruhi penggunaannya adalah umur, pendidikan,
pendapatan, dan lokasi.
Nurmalasari (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing dan Preferensi Masyarakat dalam
Berbelanja di Pasar Tradisional” menyatakan bahwa potensi dan kondisi
faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing pasar tradisional dengan menggunakan
pendekatan porter’s diamond. Hasil analisis tersebut diantaranya kondisi faktor: pasar tradisional merupakan wadah utama penjualan produk-produk kebutuhan
pokok dan citra pasar tradisional buruk di mata konsumen baik dari bangunan
maupun infrastrukturnya, kondisi permintaan: produk yang berkualitas terutama
sisi harga seperti kenyamanan dan pelayanan, strategi perusahaan, struktur dan
persaingan: konsep tawar menawar dan belum ada aturan yang jelas dan tegas
seperti peraturan presiden mengenai lokasi, komoditi, waktu operasi, dan jarak
antara pasar modern dan pasar traditional, industri pemasok dan terkait: rantai
distribusi barang masih panjang namun pasar tradisional mampu menyediakan
barang dengan siklus harian sehingga barang lebih segar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam berbelanja di
pasar tradisional adalah variabel pendapatan, intensitas belanja, kualitas barang,
kebersihan dan kenyamanan pasar. Semua variabel tersebut signifikan pada taraf
nyata 10 persen. Variabel yang berpengaruh positif adalah pendapatan, intensitas
belanja, kualitas barang, kebersihan barang dan kenyamanan pasar sehingga
semakin besar pengaruh dari variabel-variabel tersebut semakin besar pula
peluang masyarakat dalam hal ini IRT yang preferensi belanjanya ke pasar
tradisional. Walaupun untuk variabel pendapatan perlu didalami lebih lanjut
karena hasilnya berbeda dengan hipotesis.
Amaliah (2008) dalam Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Daya Saing dan Impor Susu Indonesia Periode 1976-2005, dengan metode penelitian
yang digunakan terdiri atas : Pertama, metode deskriptif dengan menggunakan
pendekatan Porter’s Diamond dijadikan alat untuk menganalisis kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing susu domestik di tengah serbuan impor
susu pasca penghapusan kebijakan rasio impor. Kedua, analisis faktor-faktor yang
secara kuantitatif dengan metode Engle-Granger-Cointegration dan Error Correction Model (ECM).
Berdasarkan penelitian ini dihasilkan bahwa analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi daya saing susu domestik melalui pendekatan Porter’s Diamond menghasilkan implikasi penelitian bahwa kelemahan mendasar daya saing susu
domestik terletak pada kondisi faktor. Sebaliknya, faktor yang diduga
berkontribusi besar terhadap kondisi daya saing adalah kondisi permintaan.
Industri pendukung dan terkait melibatkan peranan koperasi primer peternak
dihadapkan pada permasalahan mismanajemen dan pemborosan akibat
diversifikasi usaha yang tidak relevan dan menjadi biaya yang besar bagi
koperasi. Kondisi strategi, struktur, dan persaingan antar susu domestik dan impor
belum kondusif untuk meningkatkan daya saing susu domestik.
Intervensi pemerintah melalui penghapusan kebijakan rasio impor
memberikan pengaruh yang beragam bagi setiap determinan. Impor susu dari sisi
permintaan pada jangka panjang dipengaruhi secara signifikan oleh harga riil susu
impor, harga riil susu domestik, nilai tukar Rupiah, dan pendapatan per kapita dan
pengaruh yang dapat diidentifikasi dalam persamaan tersebut konsisten dengan
hipotesis penelitian yang diajukan. Produksi susu domestik tidak mempengaruhi
impor susu pada jangka panjang. Hal ini diduga karena terdapat variabel antara
yang tidak mampu dijelaskan oleh model persamaan yang dibangun.
Pada penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi wisatawan
dalam berwisata ke kota Bogor yang akan membentuk preferensi wisatawan dan
yang dapat dijadikan acuan/rekomendasi untuk meningkatkan daya saing
kepariwisataan kota Bogor. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode analisis probit. Sedangkan untuk menganalisa potensi dan
kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi wisatawan untuk berwisata
ke kota Bogor dengan menggunakan analisis Porter’s Diamond. 2.8. Kerangka Pemikiran
Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi untuk memperoleh
kepuasan. Kebutuhan yang sifatnya primer memang lebih diutamakan daripada
keburtuhan yang sifatnya sekunder ataupun tersier. Tetapi tidak dapat dipungkiri
bahwa setiap orang juga pasti mempunyai kebutuhan tersier. Salah satunya yaitu
kebutuhan fisiologis yang lebih cenderung bersifat abstrak karena hanya dapat ia
rasakan dan tidak dapat dilihat orang lain. Salah satu kebutuhan fisiologis tersebut
yaitu kebutuhan akan rekreasi.
Kota Bogor yang mempunyai daya tarik wisata yang cukup potensial
merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang menjadi perhatian para wisatawan
baik wisatawan nusantara ataupun mancanegara. Selain tempat-tempat wisata
yang cukup menarik juga didukung oleh letak kota yang secara geografis cukup
dekat dengan ibukota negara dan juga merupakan jalur utama transportasi.
Dapat dikatakan bahwa Bogor merupakan kota yang cukup representatif baik
itu di tingkat nasional ataupun internasional. Oleh karena itu perlu dikaji secara
lebih mendalam terhadap potensi dan kondisi faktor-faktor yang dapat dijadikan
kekuatan daya saing kepariwisataan kota Bogor dibandingkan dengan kota
dapat dilihat dari sisi wisatawan dengan menganalisa faktor-faktor yang
mempengaruhi preferensi wisatawan dalam berwisata ke kota Bogor.
Faktor-faktor ini akan membentuk preferensi wisatawan terhadap kepariwisataan kota
Bogor. Informasi dari persepsi wisatawan terhadap kepariwisataan kota Bogor
diharapkan dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat baik dan optimal.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan analisis
statistik Regresi Binary dengan menggunakan model probit, dimana variabel
dependennya berskala biner. Potensi dan kondisi faktor-faktor yang
mempengaruhi daya saing kepariwisataan kota Bogor dianalisa dengan
menggunakan analisis daya saing Porter’s Diamond. Hasil analisis deskriptif dan probit tersebut dapat dirumuskan untuk menyusun strategi dalam peningkatan
daya saing kepariwisataan kota Bogor. Alur kerangka pemikiran konseptual
Pariwisata Kota Bogor
Persepsi Pemerintah Daerah
Persepsi Wisatawan terhadap kepariwisataan kota Bogor Faktor-faktor yang
mempengaruhi preferensi wisatawan berekreasi di kota
Bogor Preferensi
Wisatawan
Potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing kepariwisataan di kota Bogor
Persepsi Pemerintah Daerah
Persepsi Wisatawan terhadap kepariwisataan kota Bogor
Strategi peningkatan daya saing Kepariwisataan di kota Bogor
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kota Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara
purposive (contoh berdasarkan pertimbangan tentang beberapa karakteristik yang cocok berkaitan dengan anggota contoh yang diperlukan untuk menjawab tujuan
penelitiannya) karena Bogor merupakan salah satu kota yang sangat dekat dengan
Ibukota negara, merupakan potensi yang strategis bagi perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri,
perdagangan, transportasi, ekonomi dan pariwisata. Waktu penelitian dimulai dari
bulan Juni 2008 sampai bulan Juli 2008.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh
melalui metode survei dengan menggunakan instrumen kuesioner dan wawancara.
Kuesioner yang disebarkan berupa daftar pertanyaan yang telah disusun dengan
rapi. Data kepariwisataan beserta instansi terkait lainnya, seperti: Disparbud kota
Bogor, BPS kota Bogor, Dispenda kota Bogor dan Deperindagkop kota Bogor.
3.3. Metode Penarikan Sampel
Penelitian ini menggunakan metode penarikan contoh yang disesuaikan
dengan tujuan yang ingin dicapai. Metode penarikan contoh untuk menganalisa
faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi wisatawan dalam berekreasi ke kota
dijadikan sampel sedang berada di lokasi penelitian dan mau diwawancarai. Ada
screening di awal kuesioner dimana pengunjung yang dijadikan responden adalah pelaku utama yang mempunyai minat ingin berekreasi ke kota Bogor dan
pengunjung pernah berkunjung sebelumnya ke kota Bogor minimal satu kali.
Penyebaran kuesioner dilakukan di tempat-tempat rekreasi seperti Kebun Raya
Bogor, The Jungle, dan tempat-tempat rekreasi serta hiburan lainnya. Responden
yang diambil sebagai sampel adalah wisatawan yang berada di tempat wisata
selama penelitian dilaksanakan.
Ukuran sampel yang diambil, mengacu pada pendapat Slovin (Umar, 2005)
sesuai dengan rumus seperti sebagai berikut :
dimana : n = ukuran sampel
N= ukuran populasi
e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat ditolerir
Ukuran populasi mengacu pada data jumlah kunjungan yang diperoleh dari
Dinas Pariwisata dan Budaya kota Bogor, yakni data kunjungan tahun 2007 yaitu
sebanyak 1.212.285 orang dan persen kelonggaran yang ditentukan adalah 10
persen. Berdasarkan data kunjungan yang dimasukkan ke dalam rumus Slovin,
Untuk memudahkan perhitungan maka jumlah sampel yang diambil
dibulatkan menjadi 100 orang. Tetapi yang dimasukkan ke dalam perhitungan dan
pengolahan data yaitu sebanyak 105 responden. Hal ini dikarenakan untuk
mendapatkan hasil yang baik dalam pengolahan data.
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif dan analisis statistik Regresi Binary dengan menggunakan
model Probit. Dalam penelitian ini pengolahan data dengan menggunakan
Microsoft Excel dan Eviews 4.1.
Penelitian ini mengikuti beberapa tahap yang disesuaikan dengan tujuan
penelitian, yaitu:
1. Deskripsi Data
Tahapan ini dilakukan untuk melihat karakteristik seluruh data yang
diperoleh. Data diperoleh dari wisatawan yang menjadi responden dalam
pengisian kuesioner. Terdapat dua jenis kuesioner dengan responden yang
berbeda. Kuesioner pertama ditujukan untuk wisatawan yang sedang berwisata di
kota Bogor. Kuesioner yang pertama ini digunakan untuk mengetahui
faktor-faktor apa saja yang mempengeruhi preferensi wisatawan dalam berwisata di kota
Bogor. Kuesioner yang kedua ditujukan untuk pemerintah daerah, para pengelola
mempengaruhi daya saing kepariwisataan kota Bogor. Sebelum dilakukan
pengolahan data dilakukan pengkodean data kualitatif dan mengklasifikasikan
kategori jawaban untuk disesuaikan dengan tujuan penelitian.
2. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan porter’s diamond. Analisis dengan pendekatan porter’s diamond digunakan untuk menganalisa kondisi dan potensi daya saing kepariwisataan di kota Bogor. Dalam menganalisis
kondisi dan potensi daya saing kepariwisataan kota Bogor dilakukan dengan
survey melihat langsung ke lapangan dan selain itu juga dilakukan wawancara
kepada pihak-pihak terkait seperti kepala dinas pariwisata, pengelola tempat
wisata, pengembang pariwisata, pengusaha-pengusaha industri yang berhubungan
dengan pariwisata. Adapun untuk melihat kondisi permintaan selain dilakukan
wawancara terhadap wisatawan juga dilakukan dengan pengisian kuesioner yang
pertanyaan-pertanyaannya sudah disusun teratur dan sistematis sebelumnya.
Analisis dengan menggunakan metode frekuensi digunakan untuk menjelaskan
berbagai variabel yang berkaitan dengan jumlah dan persentase karakteristik
responden.
3. Model Probit
Model Probit digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi preferensi wisatawan dalam berekreasi ke kota Bogor. Menurut
Arief (1993), model Probit didasarkan atas asumsi bahwa variabel dependen yang
didasarkan atas normal cumulative distribution function, maka model ini disebut juga model normit (normit model).
Menurut Gujarati (1997), penggunaan model Probit yaitu untuk menjelaskan
perilaku suatu variabel tak bebas (dependen) yang dummy atau dichotomous. Variabel dependennya bernilai 0 atau 1. Modelnya secara sederhana sebagai
berikut:
Yi = α + βXi + Ui………..………..(2.1)
Yi bersifat dikotomi sebagai fungsi linier dari variable yang menjelaskan Xi€
(Yi/Xi) merupakan harapan bersyarat dari Yi untuk Xi tertentu.
Sedangkan menurut Koop (2003), model probit digunakan ketika variabel
dependennya berupa data kualitatif sebagai dummy yang bernilai 0 dan 1. Ketika
individu membuat sebuah pilihan diantara dua pilihan, secara ekonomi akan
dirumuskan dengan fungsi utilitas. Jika utilitas dari individu i dan Uji (Untuk J=
0,1). Individu akan memilih 1 jika Uji > U01 dan sebaliknya jika pilihannya 0.
Dengan demikian pilihan tergantung dari perbedaan utiltas. Model Probit
mengasumsikan perbedaan utilitas ini mengikuti regresi linier normal yang
dinyatakan sebagai berikut:
Yi* = Xi’β +εi………(2.2)
Ahli ekonomi tidak meninjau Yi* secara langsung, tetapi hanya pilihan yang
Menurut Maddala (1994) dalam prakteknya Yi* tidak dapat diobservasi.
Sedangkan yang dapat kita observasi adalah variable dummy yang didefinisikan
sebagai berikut :
Y= 1 jika Yi* > 0
Y= 0 jika sebaliknya
Prob (Yi = 1) = Prob (Ui > β’Xi)
= 1- F (-β’Xi)t………...……….(2.3)
Nilai pengamatan dari Y dalam model Probit ini hanya dapat direalisasikan
sebagai sebuah proses binomial dengan probabilitas seperti di atas. Oleh karena
itu kemungkinan fungsinya adalah
L = yi = 0 F(-β’Xi) yi=1 {1- F(-β’Xi)}……….(2.4)
Variabel dependen yang digunakan untuk model Probit dalam penelitian ini
adalah preferensi wisatawan yang berekreasi di kota Bogor. Model persamaan
regresinya dapat ditulis sebagai berikut:
Y = β1 + β2X1 + β3X2 + β4D1 + β5X3 + β6X 4+ β7X5 + β8X6 + β9X7 + β10 X8+ β11
X9+ β12 X10+ β13X11 + β14 X12+ β15 X13+ β16 X14+ui...(3.1)
Keterangan :
Y = 1 jika preferensi wisatawan berwisata di kota Bogor
0 jika preferensi wisatawan berwisata selain kota Bogor
Variabel dependen (Y) diambil dari poin E pertanyaan nomor 2 pada kuesioner
X1 = Umur(tahun)
Variabel independen (X1) diambil dari poin A pertanyaan nomor 1 pada kuesioner
pertama dengan responden wisatawan.
X2 = Pendidikan (tahun)
Variabel independen (X2) diambil dari poin A pertanyaan nomor 2 pada kuesioner
pertama dengan responden wisatawan.
X3 = Pendapatan rata-rata wisatawan per bulan (Rupiah)
Variabel independen (X3) diambil dari poin A pertanyaan nomor 5 pada kuesioner
pertama dengan responden wisatawan.
X4 = Intensitas berwisata (kali/tahun)
Variabel independen (X4) diambil dari poin C pertanyaan nomor 1 pada kuesioner
pertama dengan respoden wisatawan.
X5 = Biaya yang dikeluarkan
Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal yang bernilai 1
hingga 4. Nilai 1 adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat tidak
setuju dan nilai 4 adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat setuju
terhadap pernyataan “ biaya yang dikeluarkan ketika berekreasi di kota
Bogor tidak terlalu besar”. Bila penilaian responden adalah 1 artinya
biaya yang dikeluarkan ketika berekreasi di kota Bogor adalah terlalu
besar. Bila penilaian responden adalah 2 maka berarti biaya yang
dikeluarkan adalah besar. Bila penilaian responden 3 artinya biaya yang
penilaian responden 4 artinya biaya yang dikeluarkan ketika berekreasi
di kota Bogor adalah murah.
Variabel independen (X5) sampai (X14) diambil dari poin F pada kuesioner
pertama dengan responden wisatawan.
X6 = Kualitas Wisata Kota Bogor
Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal 1 hingga 4. Nilai 1
adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat tidak setuju dan nilai 4
adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat setuju terhadap
pernyataan “Kualitas Kepariwisataan Kota Bogor baik”.
X7 = Kelengkapan fasilitas Kota Bogor
Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal 1 hingga 4. Nilai 1
adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat tidak setuju dan nilai 4
adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat setuju terhadap
pernyataan “Fasilitas di kota Bogor lengkap”.
X8 = Kebersihan Kota Bogor
Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal 1 hingga 4. Nilai 1
adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat tidak setuju dan nilai 4
adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat setuju terhadap
pernyataan “Kondisi Kota Bogor Bersih ”.
X9 = Kenyamanan Kota Bogor
Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal 1 hingga 4. Nilai 1
adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat setuju terhadap
pernyataan “Berwisata di kota Bogor terasa nyaman”.
X10 = Keamanan Kota Bogor
Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal 1 hingga 4. Nilai 1
adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat tidak setuju dan nilai 4
adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat setuju terhadap
pernyataan “Berwisata di kota Bogor terasa aman”.
X11 = Letak kota Bogor
Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal 1 hingga 4. Nilai 1
adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat tidak setuju dan nilai 4
adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat setuju terhadap
pernyataan “Letak kota Bogor cukup strategis”.
X12 = Atraksi yang ditawarkan di obyek wisata
Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal 1 hingga 4. Nilai 1
adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat tidak setuju dan nilai 4
adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat setuju terhadap
pernyataan “Atraksi yang ditawarkan di obyek wisata yang ada di kota
Bogor cukup menarik”.
X13 = Pengelola obyek wisata
Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal 1 hingga 4. Nilai 1
adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat tidak setuju dan nilai 4
pernyataan “Pengelola yang ada di obyek wisata yang ada di kota
Bogor bekerja cukup baik”.
X14 = Sarana dan Prasarana yang ada di obyek wisata
Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal 1 hingga 4. Nilai 1
adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat tidak setuju dan nilai 4
adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat setuju terhadap
pernyataan “Sarana dan Prasarana yang ada di obyek wisata yang ada di
kota Bogor lengkap”.
D1 = Dummy pekerjaan, 1 jika wisatawan bekerja dan 0 jika wisatawan
tidak bekerja.
Variabel independen (D1) diambil dari poin A pertanyaan nomor 2 pada kuesioner
pertama dengan respoden wisatawan.
D2 = Dummy tempat tinggal, 1 jika wisatawan tinggal di kota Bogor dan 0
jika wisatawan tinggal di luar kota Bogor.
Variabel independen (D2) diambil dari data responden pada kuesioner pertama
dengan responden wisatawan.
i = Responden ke i
ui = error β1 = intersep
β2…….. β13 = Koefisien-koefisien estimasi
3.5. Strategi Peningkatan Daya Saing
Strategi peningkatan daya saing kepariwisataan dalam penelitian ini