• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Paket Wisata Pada PT. Narasindo Tour & Travel Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Paket Wisata Pada PT. Narasindo Tour & Travel Medan"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

PT. NARASINDO TOUR & TRAVEL MEDAN

KERTAS KARYA

OLEH:

RIZA ASDINDA PUTRI SIREGAR NIM : 122204079

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINJAUAN PAKET WISATA

PADA PT. NARASINDO TOUR & TRAVEL MEDAN

OLEH

RIZA ASDINDA PUTRI SIREGAR 122204079

DosenPembimbing, DosenPembaca,

(3)

JudulKertasKarya : TINJAUAN PAKET WISATA PADA NARASINDO TOUR & TRAVEL MEDAN

PT.

Oleh :

NIM :

RIZA ASDINDA PUTRI SIREGAR 122204079

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr. SyahronLubis, M.A. NIP. 19511013 197603 1 001

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA Ketua,

(4)

ABSTRAK

Biro Perjalanan Wisata adalah salah satu komponen penting dalam industri pariwisata yang berperan mengembangkan pariwisata. Biro Perjalanan Wisata umumnya mempunyai aktivitas yang bergerak dalam produk jasa yang menghubungkan antara industri pariwisata dengan konsumen dalam penyedia fasilitas dan pelayanan yang diperlukan wisatawan, salah satu produk yang dihasilkan Biro Perjalanan Wisata adalah paket wisata. Untuk itu, suatu Biro Perjalanan Wisata harus dapat membuat perencanaan yang terpadu dan sistematis dalam penyusunan paket wisata. Tujuannya agar paket wisata tersebut dapat bersaing dengan yang lain, layak jual dan dapat berjalan dengan sukses serta menciptakan citra yang positif bagi bangsa Indonesia. Dalam penyusunan paket wisata, Biro Perjalanan Wisata harus dapat memadukan teknis perencanaan pengeahuan terhadap cara penyusunan suatu paket wisata dan manusia sebagai perencana. Setelah itu, maka dapat dilakukan penyelenggaraan terhadap paket wisata. Perencanaan paket wisata yang telah disusun sebelumnya akan dioperasikan dilapangan dan harus sesuai dengan tour program yang ada sebab suatu keberhasilan penyelenggaraan paket wisata akan menentukan pencapaian tingkat kerja yang sesungguhnya terhadap suatu Biro Perjalanan Wisata, mampu atau tidak memasarkan dan mengimplentasikan paket wisata. Dengan adanya penyusunan paket wisata yang terorganisir dan diolah secara professional, suatu Biro Perjalanan Wisata dapat menjadi salah satu sarana untuk mencapai tujuan tujuan pengembangan pariwisata di Indonesia yang lebih menitikberatkan terhadap peningkatan jumlah arus wisatawan mancanegara ke Indonesia.

Kata Kunci: Kebijakan, Implementasi, Paket Wisata, Biro Perjalanan Wisata.

i

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan kertas karya ini yang berjudul “Tinjauan Paket Wisata Pada PT. Narasindo Tour & Travel Medan”. Kertas karya

ini merupakan salah satu syarat akademis untuk mendapatkan gelar Ahli Madya pada program studi Diploma III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan kertas karya ini penulis berusaha semaksimal mungkin dengan harapan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi siapapun yang memerlukannya baik sebagai bacaan maupun sebagai bahan perbandinngan.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, banyak kesalahan dan khilaf sehingga terdapat kekurangan dalam penulisan, maka untuk itu penulis mengharap kritik dan saran untuk kesempurnaan kertas karya ini.

Dan dalam penyusunan kertas karya ini, penulis banyak mendapatkan dukungan materi dan moril, untuk itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih terutama:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Arwina Sufika, S.E., M.Si Ketua Program Studi D-III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

(6)

menyelesaikan kertas karya ini.

5. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.Sp dosen pembaca yang telah banyak membantu penulis demi menyempurnakan kertas karya ini.

6. Seluruh staff Pengajar pada Program Studi D-III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

7. Kedua orang tua yang sangat penulis cintai Sry Parlaungan Siregar dan Rita Nirwana Sihombing, yang telah banyak membantu penulis dari segi doa, moril dan materi dari awal perkuliahan sampai selesainya kertas karya ini.

8. Adik penulis Ade Asdina Putri Siregar dan Rahmat Gilang Siregar yang memberikan doa, perhatian dan semangat yang luar biasa kepada penulis.

9. Kepada Dian Gunawan atas segala doa, perhatian, pertolongannya kepada penulis selama penulisan kertas karya ini tidak akan pernah terlupakan.

10.Pimpinan, staff dan karyawan PT. Narasindo Tour & Travel Medan karena telah meluangkan waktu dan memberi informasi seputar tentang perusahaan kepada penulis untuk menyelesaikan kertas karya ini.

11.Sahabat terdekat penulis Tyas Rizky Amelia yang selalu ada di saat suka dan duka. 12.Teman seperjuangan Putri Novyenni, Fretika Putri, Saras Iaranury, Maria Putri Rosi,

Fadhila Tanjung, Silvia Novita dan seluruh teman – teman Usaha Wisata Stambuk 2012 yang tidak bisa disebut satu – persatu.

(7)

Medan, September 2015

Penulis

Riza Asdinda Putri Siregar

(8)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2 Batasan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penulisan ... 3

1.4 Metode Penelitian... 4

1.5 Sistematika Penulisan... 4

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sejarah Biro Perjalanan ... 6

2.1.1 Di Luar Negeri ... 6

2.1.2 Di Dalam Negeri ... 8

2.2 Defenisi Biro Perjalanan Wisata ... 9

2.3 Fungsi Pokok Biro Perjalanan Wisata... 11

2.4 Defenisi Kebijakan ... 12

2.4.1 Tahapan Penentuan Kebijakan ... 15

2.4.2 Proses Menentukan Kebijakan ... 19

2.5 Defenisi Implementasi... 22

2.6 Defenisi Implementasi Kebijakan ... 23

2.7 Defenisi Dan Jenis – Jenis Paket Wisata... 25

2.7.1 Paket Wisata... 25

2.7.2 jenis – jenis paket wisata... 26

BAB III GAMBARAN UMUM PT. NARASINDO TOUR & TRAVEL MEDAN 3.1 Sejarah PT. Narasindo Tour & Travel Medan ... 28

3.2 Struktur Organisasi pada PT. Narasindo Tour & Travel Medan.... 30

3.3 Ruang Lingkup ... 33

3.3.1 Ticketing Department... 34

3.3.2 Hotel Reservation ... 34

3.3.3 Transportation Department ... 35

3.3.4 Tour Department ... 35

3.3.5 Accounting Department ... 36

(9)

3.4 Fasilitas... 36 3.5 Pelaksanaan Kerja ... 38 3.6 Hubungan Kerja Tour Department... 40

3.6.1 Hubungan Kerja Tour Department Dengan Ticketing

Department... 40 3.6.2 Hubungan Kerja Tour Department Dengan Transportation

Department ... 40 3.6.3 Hubungan Kerja Tour Department Dengan Accounting

Department... 41 3.6.4 Hubungan Kerja Tour Department Dengan Hotel

Reservation ... 41

BAB IV TINJAUAN PAKET WISATA PADA PT. NARASINDO TOUR &TRAVEL MEDAN

4.1 Prosedur Kebijakan Paket Wisata pada PT. Narasindo Tour &

Travel Medan ... 42 4.1.1 Tahap – Tahap Penyusunan Paket Wisata di

PT. Narasindo Tour & Travel Medan ... 43 4.1.2 Pengemasan Paket Wisata di PT. Narasindo Tour &

Travel Medan ... 49 4.1.3 Paket Wisata Yang Ditawarkan oleh PT. Narasindo

Tour & Travel Medan... 55 4.1.4 Strategi Pemasaran Paket Wisata di PT. Narasindo

Tour & Travel Medan... 56 4.2 Implementasi Paket Wisata pada PT. Narasindo Tour &

Travel Medan ... 58 4.2.1 Pemesanan Paket Wisata Oleh Calon Wisatawan ... 58 4.2.2 Pelaksanaan Tour ... 60 4.3 Prosedur Kebijakan dan Implementasi Pada PT. Narasindo Tour &

Travel Medan ... 66

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 68 5.2 Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR BACAAN DAFTAR INFORMAN LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 ... 32

Tabel 3.2 ... 33

Tabel 3.3 ... 36

Tabel 4.1 ... 43

(11)

ABSTRAK

Biro Perjalanan Wisata adalah salah satu komponen penting dalam industri pariwisata yang berperan mengembangkan pariwisata. Biro Perjalanan Wisata umumnya mempunyai aktivitas yang bergerak dalam produk jasa yang menghubungkan antara industri pariwisata dengan konsumen dalam penyedia fasilitas dan pelayanan yang diperlukan wisatawan, salah satu produk yang dihasilkan Biro Perjalanan Wisata adalah paket wisata. Untuk itu, suatu Biro Perjalanan Wisata harus dapat membuat perencanaan yang terpadu dan sistematis dalam penyusunan paket wisata. Tujuannya agar paket wisata tersebut dapat bersaing dengan yang lain, layak jual dan dapat berjalan dengan sukses serta menciptakan citra yang positif bagi bangsa Indonesia. Dalam penyusunan paket wisata, Biro Perjalanan Wisata harus dapat memadukan teknis perencanaan pengeahuan terhadap cara penyusunan suatu paket wisata dan manusia sebagai perencana. Setelah itu, maka dapat dilakukan penyelenggaraan terhadap paket wisata. Perencanaan paket wisata yang telah disusun sebelumnya akan dioperasikan dilapangan dan harus sesuai dengan tour program yang ada sebab suatu keberhasilan penyelenggaraan paket wisata akan menentukan pencapaian tingkat kerja yang sesungguhnya terhadap suatu Biro Perjalanan Wisata, mampu atau tidak memasarkan dan mengimplentasikan paket wisata. Dengan adanya penyusunan paket wisata yang terorganisir dan diolah secara professional, suatu Biro Perjalanan Wisata dapat menjadi salah satu sarana untuk mencapai tujuan tujuan pengembangan pariwisata di Indonesia yang lebih menitikberatkan terhadap peningkatan jumlah arus wisatawan mancanegara ke Indonesia.

Kata Kunci: Kebijakan, Implementasi, Paket Wisata, Biro Perjalanan Wisata.

i

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang terbesar disekitar garis khatulistiwa yang terbentang diantara dua buah benua, yaitu benua Asia dan benua Australia.Indonesia memiliki potensi yang besar dibidang pariwisata, ini bisa dilihat dari keindahan alam, budaya, peninggalan sejarah, seni, festival budaya, upacara adat yang unik, kerajinan tangan, dan memiliki banyak tempat-tempat yang menarik yang dapat dikunjungi. Indonesia mempunyai potensi besar untuk kemajuan menjadi kawasan tujuan wisata dunia, karena Indonesia mempunyai unsure pokok yang membedakan Indonesia dengan yang lain. Hal itu merupakan daya tarik wisatawan untuk mengunjungi Indonesia, karena ada keingintahuannya. Hal tersebut yang akan mendukung pesatnya kemajuan kepariwisataan Indonesia di masa yang akan datang. Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi suatu industri yang berdiri sendiri yang turut berperan dalam memberikan pendapatan devisa negara guna meningkatkan pembangunan nasional khususnya di daerah dimana objek wisata tersebut terdapat.Pengembangan kepariwisataan membawa banyak manfaat dan keuntungan.Semenjak beberapa tahun terakhir, penyelenggaraan jasa pariwisata merupakan perangkat yang penting dalam pembangunan, untuk menciptakan

lapangan kerja, meratakan pendapatan masyarakat, memperkenalkan seni budaya dan

(13)

keindahan alam, serta memupuk rasa cinta terhadap tanah air dan kesatuan bangsa. Pembangunan pariwisata juga dimaksudkan sebagai salah satu sumber devisa Negara. Mengingat mulai berkembangnya bisnis jasa biro perjalanan wisata di indonesia khususnya di Sumatera Utara maka diharapkan adanya peran serta pihak biro perjalanan wisata dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisata ke Sumatera Utara.Dalam hal ini salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pihak biro perjalanan wisata yaitu dengan memberikan kelebihan bagi tamunya terutama dari segi pelayanan dan dengan melakukan promosi terhadap objek wisata yang ada di Sumatera Utara.

Usaha dalam biro perjalanan wisata menghasilkan berbagai produk wisata perjalanan salah satu jasa yang disediakan adalah penyelenggaraan tour yang disusun dalam suatu paket wisata. Dalam penyusunan suatu paket wisata yang layak jual dan bersaing, biro perjalanan wisata harus membuat suatu perencanaan yang baik meliputi

itinerary, transportasi, guide, restoran dan lain – lain. Tujuan dari perencanaan paket

wisata ini adalah untuk menciptakan rasa puas bagi wisatawan yang melakukan suatu perjalanan wisata dan mendapatkan kesan yang sangat berharga dari perjalanan wisata yang dilakukannya sehingga wisatawan tersebut terdorong untuk menceritakan pengalamannya kepada orang lain.

(14)

1.2 Batasan Masalah

Dalam hal ini, agar penulisan yang dilakukan tetap fokus pada pokok permasalahan serta tetap sistematis, maka penulis memfokuskan pembahasan pada:

1. Prosedur kebijakan paket wisata pada PT. Narasindo Tour and Travel Medan 2. Implementasi paket wisata pada PT. Narasindo Tour and Travel Medan

3. Prosedur kebijakan dan implementasi pada PT. Narasindo Tour and Travel Medan

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah:

1. Sebagai salah satu persyaratan utama dalam menyelesaikan studi pada Program Studi D-III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

2. Untuk mengetahui apa saja yang dilakukan biro perjalanan wisata PT. Narasindo Tour and Travel Medan dalam menyajikan paket wisata khususnya di Sumatera Utara.

3. Mengetahui kegiatan suatu biro perjalanan wisata secara umum, beserta tugas dan tanggungjawab masing-masing departemen.

(15)

1.4 Metode Penelitian

Untuk memudahakan penulisan, metode penelitian yang digunakan antara lain: 1. Penelitian kepustakaan (Library Research)

Pengumpulan data dan informasi dengan membaca buku-buku perkuliahan dan bahan yang ada berkaitan dengan kepariwisataan, serta yang berhungan dengan masalah yang dibahas.

2. Penelitian Lapangan

Pengumpulan data dengan cara melakukan observasi dan interview di lapangan.

1.5 Sitematika Penulisan

Seitematika penulisan dan penyusunan kertas karya ini adalah: BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang Alasan Pemilihan Judul, Pembatasan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II: URAIAN TEORITIS

Bab ini menguraikan sejarah biro perjalanan wisata, defenisi biro perjalanan wisata, fungsi pokok biro perjalanan, defenisi kebijakan, defenisi implementasi, defenisi implementasi kebijakan,dan defenisi serta jenis – jenis paket wisata.

BAB III: GAMBARAN UMUM PT. NARASINDO TOUR AND TRAVEL MEDAN

(16)

BABIV: TINJAUAN PAKET WISATA PADA PT. NARASINDO TOUR AND TRAVEL MEDAN

Bab ini menjelaskan bagaimana prosedur kebijakan paket wisata, bagaimana implementasi paket wisata pada PT. Narasindo Tour and Travel Medan dan bagaimana prosedur kebijakan dan implementasi pada PT. Narasindo Tour and Travel Medan

BAB V: PENUTUP

Dalam bab ini penulis menguraikan kesimpulan dan saran

(17)

6

BAB II URAIAN TEORITIS

2.1Sejarah Biro Perjalanan Wisata 2.1.1 Di Luar Negeri

Permulaan abad ke-19 ditandai dengan banyaknya kemajuan dalam bidang transportasi baik darat, laut maupun udara. Dengan kemajuan ini maka semakin banyak orang yang melakukan perjalanan dari satu kota ke kota lain, dari negara satu ke negara lain, bahkan dari benua satu ke benua lain.

Dengan lahirnya revolusi industri ini, transportasi darat dan laut semakin berkembang salah satunya adalah kereta api dan kapal laut. Pada abad ke-19 kereta api menjadi mode transportasi yang dominan untuk melakukan perjalanan dan sekaligus merupakan kekuatan penggerak pengembangan pariwisata. Dengan transportasi yang sudah modern ini banyak orang sangat terangsang untuk mengadakan suatu perjalanan. Pertumbuhan transportasi turut menumbuhkan industri-industri jasa lainnya seperti: perhotelan, restoran, tempat rekreasi, dll. Oleh karena itu, dibutuhkan pengaturan perjalanan yang profesional utnutk mempermudah kegiatan perjalanan yang dilakukan.

Keadaan yang diuraikan di atas telah memunculkan nama besar dalam sejarah lahirnya biro perjalanan wisata di dunia yaitu Thomas Cook yang lahir di Inggris pada tanggal 22 November 1818. Pada mulanya Thomas Cook memulai usahanya

dalam bisnis perjalanan dengan membujuk sejumlah perusahaan kereta api dan kapal

(18)

uap untuk membayar sejumlah komisi padanya karena dia menjual tiket perusahaan tersebut. Cook bermaksud untuk memperluas bisnisnya ke seluruh Inggris, Scotlandia, dan daratan Eropa. Maka pada tanggal 5 Juli 1841 Cook mulai mengorganisasi dan merancang sebuah paket perjalanan kelompok-kelompok dengan menggunakan kereta api yang bernama A Round Trip Excursion, dari kota Leicester ke kota Loughborough di Inggris selama satu hari dengan biaya satu shelling / pax. Karena kesuksesan perjalanan ini, Cook di angkat menjadi agen dari salah satu perusahaan kereta api di Inggris yang bernama „Midland Company Railway„.

Thomas Cook mulai mengorganisasi perjalanan singkat dengan gerbong kereta api yang terbuka dengan menyediakan hiburan dan makanan selama perjalanan. Maka pada tahun 1851 Cook memutuskan membuat sebuah package tour yang berpemandu untuk menyaksikan „World Exposition„ di London yang diikuti oleh sekitar150.000 orang. Tour ini merupakan paket wisata pertama karena di dalamnya telah dimasukkan komponen harga hotel, transport, makan, tour guide,

entrance fee, dll.Karena kesuksesan package tour yang disusun Cook tersebut, Cook

kembali membuat package tour ke luar negeri menuju Perancis untuk menyaksikan keindahan alam Eropa dan tempat-tempat bersejarah.Tour ini di beri nama„Cook‟s

Tour To Europe„. Perjalanan ini merupakan Grand Tour pertama dalam sejarah

kepariwisataan.

(19)

mulai menyusun administrasi perjalanan secara professional dan modern sehingga dia dijuluki Bapak Perintis Biro Perjalanan Modern di dunia.

2.1.2 Di Dalam Negeri

Sejarah perkembangan biro perjalanan wisata di Indonesia dimulai pada tahun 1910 dengan didirikannya Verenidge Touristen Veerker (VTV) di Batavia (Jakarta sekarang) oleh pemerintahan Belanda. Tujuan pemerintah Belanda mendirikan perusahaan ini adalah untuk mengurus kepentingan perjlanan dari para pegawai pemerintah Belanda yang tinggal di Indonesia yang ingin mengadakan tamasya di Indonesia, sehingga para pegawai ini tidak perlu pulang ke Belanda karena perjalanan ke negeri Belanda memerlukan waktu yag lama dan sangat berbahaya disebabkan jarak jauh dan daerah-daerah berbahaya yang harus dilewati.

Sejak didirikannya perusahaan swasta NV.Lisland (Lissonne Lindeman) di Batavia, kegiatan tour mulai berkembang terutama di pulau Jawa dan Sumatera.Perusahaan ini berkembang dengan baik dalam mengurus orang-orang Belanda yang ingin cuti dan berekreasi di Indonesia.Lislind mengorganisasi perjalanan suatu rombongan Weltervreden dalam acara natal ke Jawa Tengah, Bandung, Yogyakarta, dan Garut selama 6 hari. Lislind juga menghasilkan paket- paket perjalanan yang lain seperti :Fourteen Days in Jav Motor Car and Train Combination Tour.

Pada tahun 1936, NV.Lislind dilikuidasi ke dalam NV.Nitour (Nederland

(20)

pemerintah R.I pada tahun 1955 dan dijadikan PN.Nitour (Perusahaan Negara

National and International Tourist Bureau).Pada tahun 1956, perusahaan ini berada

dibawah Departemen Perhubungan.PN.Nitour bertanggung jawab mengurus perjalanan wisatawan mancanegara di Indonesia juga harus bertanggung jawab apabila ada subversi yang membaur dengan wisatawan biasa, serta membuat statistik dan laporan pada menteri perhubungan.Kemudian, pada tahun 1967 PN.Nitour berubah menjadi PT.Nitour dan dijual kepada Sri Sultan Hamengkubowono IX.

2.2 Defenisi Biro Perjalanan Wisata

Perusahaan perjalanan yang disebut juga Biro Perjalanan Wisata, Travel

Agent, Travel Bureau, Reisen Buro, Travel Service, Tours and Travel Service, Agen

Persiaran, dll merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha jasa pariwisata, dimana perusahaan tersebut mengolah, mereservasi, merencanakan, membuat dan menyelenggarakan perjalanan wisata baik untuk kepentingan bisnis, berlibur, sosial dan budaya, dan sebagainya. Sebuah biro perjalanan wisata menjual rancangan perjalanan secara langsung pada masyarakat. Lebih khusus lagi sebuah biro perjalanan menjual transportasi udara, darat, laut; akomodasi penginapan; pelayaran wisata; paket wisata; asuransi perjalanan; dan produk lainnya yang berhubungan dengan perjalanan.

Di Indonesia defenisi biro perjalanan wisata di tuangkan dalam suatu landasan hukum yang kuat yaitu Surat Keputusan Direktur Jendral Pariwisata No.Kep

(21)

undang ini memberi defenisi biro perjalanan wisata dengan batasan-batasan dan pengelompokkan perusahaan sebagai berikut:

1. Usaha Perjalanan adalah perusahaan perjalanan yang kegiatan usaha-usahanya bersifat komersial yang mengatur, menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan bagi seseorang, sekelompok orang untuk melakukan perjalanan dengan tujuan berwisata.

2. Biro Perjalanan Wisata adalah badan usaha yang menyelenggarakan kegiatan wisata dan jasa lain terkait dengan penyelenggaraan perjalanan wisata baik dari dalam ke luar negeri maupun sebaliknya.

3. Cabang Biro Perjalanan Wisata adalah salah satu unit dari usaha biro perjalanan wisata, yang berkedudukan di wilayah yang sama dengan kantor pusatnya di wilayah lain yang melakukan kegiatan kantor pusat.

4. Agen Perjalanan adalah badan usaha perantara yang bertindak menyediakan jasa pelayanan yang berkaitan dengan penyelengaraan wisata.

5. Perwakilan adalah Biro Perjalanan Wisata, Agen Perjalanan, Badan Usaha atau perseorangan yang di tunjuk oleh suatu perusahaan biro perjalanan wisata yang berkedudukan di wilayah yang sama atau wilayah lain untuk melakukan kegiatan yang diwakilkan baik secara tetap maupun tidak tetap.

Banyak pakar dan pihak terkait yang memberikan pemaparan secara umum biro perjalanan wisata. Pemaparan tersebut antara lain sebagai berikut:

(22)

Usaha jasa biro perjalanan wisata merupakan usaha penyedia jasa pelayanan dan penyelenggaraan wisata.

2. Menurut Oka A.Joeti (YOETI, 1982, hal.222)

Biro perjalanan wisata adalah suatu perusahaan yang usaha dan kegiatannya merencanakan dan menyelenggarakan perjalanan atas inisiatif dan resiko sendiri, dengan tujuan mengabil keuntungan dari penyelenggara perjalanan tersebut.

3. Menurut Nyoman S. Pendit (M.A DESKY, 1999, hal 2)

Travel Bureau atau Travel Agency adalah perusahaan yang mempunyai tujuan

menyiapkan suatu perjalanan yang dalam bahasa asing disebut tour atautrip bagi seseorang yang merencanakan untuk melakukan perjalanan.

2.3 Fungsi Pokok Biro Perjalanan Wisata

1. Intermediary (perantara) berlaku untuk APW/BPW

a. Jasa-jasa pelayanan yang berkaitan dengan perjalanan wisata pada umunya. - Berbagai destinasi atau daerah tujuan wisata

- Cara bepergian (mode of travellig)

- Jadwal transportasi: kereta api, bus, feri, kapal laut - Akomodasi

- Dokumen perjalanan yang diperlukan - Acara perjalanan wisata dan atraksi wisata - Acara hiburan/tontonan

(23)

- Harga yang berlaku

b. Jasa-jasa pelayanan yang berkaitan langsung dengan penjualan produk wisata.

2. Organizer berlaku untuk Biro Perjalanan Wisata

Selain menjual produk wisata milik orang lain, juga dapat membuat atau menciptakan paket wisata sendiri dan menjual langsung kepada pelanggan.

Berdasarakan hal tersebut, perbedaan antara biro perjalanan wisata dan agen perjalanan terlihat jelas.Biro perjalanan wisata berperan sebagai perencana, pelaksana, dan perantara dari agen perjalanan. Dengan kata lain, biro perjalanan wisata bisa menjadi agen perjalanan, agen perjalanan tidak bisa menjadi biro perjalanan wisata.

2.4 Defenisi Kebijakan

Konsep kebijakan atau dalam bahasa inggris sering kita dengar dengan istilah

policy. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan diartikan sebagai rangkaian

konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelasanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintahan, organisasi, dsb); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip dan garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran.

(24)

pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Pendapat ini juga menunjukkan bahwa ide kebijakan melibatkan perilaku yang memiliki maksud dan tujuan merupakan bagian yang penting dari defenisi kebijakan. Karena bagaimanapun kebijakan harus menunjukkan apa yang sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang disulkan dalam beberapa kegiatan pada suatu masalah.

Solichin Abdul Wahab mengemukakan bahwa Istilah kebijakan sendiri masih terjadi silang pendapat dan merupakan ajang perdebatan para ahli. Maka untuk memahami istilah kebijakan, Solichin Abdul Wahab (2008:40-50) memberikan beberapa pedoman sebagai berikut:

a. Kebijakan harus dibedakan dari keputusan

b. Kebijakan sebenarnya tidak serta merta dapat dibedakan dari administarsi c. Kebijakan mencakup perilaku dan harapan – harapan

d. Kebijakan mencakup ketiadaan tindakan ataupun adanya tindakan e. Kebijakan biasanya mempunyai hasil akhir yang akan dicapai

f. Setiap kebijakan memiliki tujuan atau sasaran tertentu baik eksplisit maupun implicit

g. Kebijakan muncul dari suatu proses yang berlangsung sepanjang waktu

h. Kebijakan meliputi hubungan – hubungan yang bersifat antar organisasi dan yang bersifat intra organisasi.

i. Kebijakan public meski tidak ekslusif menyangkut peran kunci lembaga – lembaga pemerintah

(25)

Menurut Budi Winarno (2007:15), istilah kebijakan (policy term) mungkin digunakan secara luas seperti pada “kebijakan luar negeri Indoneia“, “kebijakan

ekonomi jepang“, dan atau mungkin juga dipakai untuk menjadi sesuatu yang lebih

khusus, seperti misalnya jika kita mengatakan kebijakan pemerintah tentang debirokartisasi dan deregulasi. Namun baik Solichin Abdul Wahab maupun Budi Winarno sepakat bahwa istilah kebijakan ini penggunaannya sering dipertukarkan dengan istilah lain seperti tujuan (goals) program, keputusan, undang – undang, ketentuan – ketentuan, standar, proposal dan grand design (Suharno:2009:11).

Irfan Islamy sebagaimana dikutip Suandi (2010:12) kebijakan harus dibedakan dengan kebijaksanaan.Policy diterjemahkan dengan kebijakan yang berbeda artinya dengan wisdom yang artinya kebijaksanaan.Pengertian kebijaksanan memerlukan pertimbangan – pertimbangan lebih jauh lagi, sedangkan kebijakan mencakup aturan – aturan yang ada didalamnya. James E Anderson sebagaimana dikutip Islamy (2009:17) mengungkapkan bahwa kebijakan adalah “a purposive course of action followed by an actor or set of actors in dealing with a problem or

matter of concern“ (Serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang

diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu).

(26)

keputusan (decision) yang mengandung arti pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada.

Richard Rose sebagaimana dikutip Budi Winarno (2007:17) juga menyarankan bahwa kebijakan hendaknya dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensi – konsekuensi bagi mereka yang bersangkutan daripada sebagai keputusan yang berdiri sendiri.Pendapat kedua ahli tersebut setidaknya dapat menjelaskan bahwa mempertukarkan istilah kebijakan dengan keputusan adalah keliru, karena pada dasarnya kebijakan dipahami sebagai arah atau pola kegiatan dan bukan sekedar suatu keputusan untuk melakukan sesuatu.

Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan adalah tindakan – tidakan atau kegiatan yang sengaja dilakukan atau tidak dilakukan oleh seseorang, suatu kelompok atau pemerintah yang didalamnya terdapat unsur keputusan berupa upaya pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada guna mencapai maksud dan tujuan tertentu.

2.4.1 Tahapan Penentuan Kebijakan

Ada tujuh tahapan dalam pengambilan kebijakan, yaitu:

(27)

keputusan yang didasari adanya tekanan dari pihak luar untuk segera membuat keputusan tanpa dasar kebutuhan dan analisis situasi yang nyata. Atau keputusan atas ketidakpuasan terhadap kebijakan yang sedang terjadi dan akan segera diperbaiki dengan kebijakan yang lebih baik. Tahap awal ini merupakan analisis internal yang mencoba mengkaji urgensi kebijakan berdasarkan pertimbangan – pertimbangan internal.

2. Tahap dua “Gather relevant information“. Tahap pengumpulan informasi yang relevan.Pada umunya keputusan memerlukan mengumpulkan informasi yang relevan. Tujuan pokok dari tahap ini adalah mengetahui informasi yang diperlukan, sumber informasi yang terbaik, dan bagaimana cara mendapatkan itu. Informasi penting tersebut dapat diperoleh dari dalam diri penentu kebijakan melalui suatu proses self –

analysis, informasi harus dicari dari luar yourself – books, orang – orang, dan sumber

informasi yang cukup handal adalah hasil dari riset atau penelitian studi analisis kebutuhan lapangan (need asessment) baik melalui survey, polling, focus group

discussion, lokakarya dan lain – lain.

(28)

4. Tahap empat “Weigh evidence”. Tahap dimana informasi dan fakta yang sudah dikumpulkan dan menjadi alternatif selanjutnya dipertimbangkan (judging). Seorang penentun kebijakan haruslah melibatkan emosi dan informasi yang dimilikinya untuk membayangkan apa yang akan terjadi apabila masing – masing alternatif tersebut diterapkan. Tahap ini menganalisis kemungkinan dampak – dampak yang ditimbulkan dari keputusan yang diambil baik positif maupun negatif. Pada tahap ini dapat juga menggunakan pendekatan analisis SWOT. Dari pertimbangan – pertimbangan terhadap beberapa alternatif itulah maka akan memunculkan satu alternatif yang lebih memungkinkan untuk ditetapkan.

5. Tahap lima“Choose among alternatives“.Memilih diantara alternatif yang tersedia. Hal ini didasarkan atas pertimbangan dari semua bukti, informasi yang ada dan sudah yakin akan menggunakan satu alternatif. Dari alternatif yang ada dapat juga dikombinasikan sesuai dengan kebutuhannya.

6. Tahap enam “Take action“. Mulailah mengimplementasikan kebijakan yang telah ditetapkan dalam bentuk peraturan keputusan, perundangan, ketetapan dan lain – lain. Dalam hal ini dibuat pula strategi implementasi yang efektif dan efesien dengan pola

delivery system dan difusi yang tepat.

(29)

yang telah dibuat kemungkinan untuk dilanjutkan atau diganti dengan kebijakan yang lain. Tentu saja hal ini dilakukan dalam jangka waktu tertentu sampai dapat dilihat hasil yang nyata dari sebuah kebijakan.

Pembuat keputusan, dipengaruhi oleh kebijakan yang ada sebelumnya kebijakan yang diambil tergantung pada pengalaman masa lalu, harus membuat keputusan dan mulai bertindak dengan cepat mengubah dunia (changing world) untuk situasi yang terjadi saat ini. Dalam situasi yang perlu peningkatan kualitas ini, diperlukan suatu analisis yang kuat dan tepat tentang situasi yang ada saat ini (current

situation), apakah terdapat suatu kebutuhan yang mendesak untuk satu kebijakan,

(30)

sementara itu sebagai dasar untuk melahirkan berbagai alternatif tindakan keputusan

(decision). Sebuah regulasi kebijakan yang telah ditetapkan perlu diikuti dengan

strategi penyampaian kebijakan kepada masyarakat dengan pola komunikasi

(communication) yang tepat pada sasaran, sehingga pada gilirannya akan terjadi

perubahan – perubahan perilaku yang diharapkan (expected behavior) sebagai dampak dari kebijakan tersebut sebagai indikator keberhasilan keputusan. Dan perlu juga manganalisis perilaku – perilaku yang tidak diharapkan (unexpected behavior) sebagai dampak negatif dari sebuah kebijakan yang diambil untuk segera disusun tindakan untuk mengatasinya.

2.4.2 Proses Menentukan Kebijakan

Selain tahapan pengambilan kebijakan seperti yang diuraikan diatas, perlu juga diperhatikan proses pengambilan keputusan yang tepat . John R. Baker (Lowa State University 1983) menjelaskan bahwa proses pengambilan kebijakan haruslah memperhatikan hal – hal sebagai berikut:

a. Analisis Kondisi

Gambarkan situasi dari dengan melihat berbagai perspektif diantaranya: 1. Kondisi keuangan, sosial, atau perspektif dari undang – undang 2. Kondisi emosional, pribadi, atau perspektif keluarga

3. Religius atau perspektif masyarakat

(31)

6. Adakah implikasi terhadap moral b. Pilihan

Memutuskan sebuah kebijakan pada dasarnya adalah menentukan satu pilihan kebijakan dari beberapa pilihan yang ada.Semakin banyak alternatif pilihan semakin memberikan peluang untuk memperoleh pilihan yang terbaik. Dengan demikian proses menentukan sebuah kebijakan haruslah didasarkan atas pilihan, bukan keputusan tunggal. Disinilah seorang penentu kebijakn dituntut untuk memilki kemampuan untuk menimbang (judgement) dengan memperhatikan banyak aspek yang terkait.

c. Consequences

(32)

d. Solution

Selanjutnya mengidentifikasi dampak – dampak positif dan negatif dari kebijakan yang akan dikeluarkan. Analisis pilihan kebijakan yang mana yang memiliki dampak positif yang lebih banyak. Dari hasil identifikasi itulah maka akan tergambar suatu solusi yang akan menjadi sebuah kebijakan.

e. Important Considerations

Selanjutnya perlu diperhatikan beberapa yang penting agar keputusan yang diambil tepat. Diantaranya:

a) Timing, haruslah diingat bahwa selalu ada waktu yang tepat untuk

mengeluarkan satu keputusan. Artinya tidak setiap keputusan dapat dikeluarkan kapan saja, namun ada masa yang tepat (right time). Menunda suatu keputusan mungkin sama halnya tidak membuat suatu keputusan, namun yang terpenting tidak terburu – buru dalam pembuatan suatu keputusan.

b) Information, dasar dari sebuah keputusan adalah informasi. Dengan demikian tidak tepat sebuah keputusan dikeluarkan dengan hanya mengandalkan informasi yang terbatas. Eksplorasi informasi menjadi sangat penting untuk sebuah keputusan, terutama alasan – alasan yang mendasari sebuah keputusan. Informasi dapat berupa fakta emprik, teoritik, maupun data spekulatif yang cukup kuat, akurat dan diyakini kebenarannya.

(33)

dikombinasikan dengan pengalaman yang pernah dialami oleh pihak lain, penentu kebijakan atau kebijakan lain namun yang masih terkait dengan kebijakan yang akan dibuat.

2.5 Defenisi Implementasi

Menurut Nurdin Usman dalam bukunya yang berjudul Konteks Implementasi

Berbasis Kurikulum mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau

pelaksanaan sebagai berikut:

“Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya

mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan

yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan“( Usman,2002:70).

Pengertian implementasi yang dikemukakan diatas, dapat dikatakan bahwa implemntasi adalah bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh – sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya.

Menurut Guntur Setiawan dalam bukunya yang berjudul Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut:

“Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi

antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan

(34)

Pengertian implementasi yang dikemukakan diatas, dapat dikatakan bahwa implementasi yaitu merupakan proses untuk melaksanakan ide, proses atau seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukan penyesuaian dalam tubuh birokrasi demi terciptanya suatu tujuan yang bisa tercapai dengan jaringan pelaksana yang bisa dipercaya.

Menurut Hanifah Harsono dalam bukunya yang berjudul Implementasi

Kebijakan dan Politik mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi attau

pelaksana sebagai berikut:

“Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan

kebijakan dari politik ke dalam administarsi. Pengembangan kebijakan dalam rangka

penyempurnaan suatu program“(Harsono,2006:67).

2.6 Defenisi Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan menurut Van Meter dan Van Horn (Arif Rohman, 2009:134) dimaksudkan sebagai keseluruhan tindakan yang dilakukan oleh individu – individu / pejabat – pejabat atau kelompok – kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan kepada pencapaian tujuan kebijakan yang telah ditentukan terlebih dahulu.

(35)

penggunaan dana, ketepatan waktu, memanfaatkan organisasi pelaksana, partisipasi masyarakat, kesesuaian program dengan tujuan kebijakan dan lain – lain.

Dalam menganalisis masalah implementasi kebijakan, seorang ahli yang bernama Charles O. Jones mendasarkan diri pada konsepsi aktivitas – aktivitas fungsional.Menurutnya, implementasi adalah suatu aktivitas yang dimaksudkan untuk mengoperasikan sebuah program. Ada tiga pilar aktivitas dalam mengoperasikan program tersebut adalah: (1) Pengorganisasian, pembentukan atau penataan kembali sumber daya, unit – unit serta metode untuk menjalankan program agar bisa berjalan; (2) Interpretasi, yaitu aktivitas menafsirkan agar program menjadi rencana dan pengarahan yang tepat dan dapat diterima serta dilaksanakan; (3) Aplikasi, berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, pembayaran atau lainnya yang disesuaikan dengan tujuan atau perlengkapan program (Arif Rohman,2009:135).

Dari beberapa paparan di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan merupakan suatu proses pelaksanaan sebuah kebijakan yang telah dibuat sebelumnya yang didalamnya menyangkut perilaku – perilaku badan administratif, factor – faktor hukum, politik, ekonomi, sosial yang langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap perilaku dari berbagai pihak yang terlibat dalam program. Kesemuanya itu menunjukkan secara spesifik dari proses implementasi yang sangat berbeda dengan formulasi kebijakan pendidikan.

(36)

Pengertian paket wisata (package tour) adalah suatu program perjalanan wisata yang telah disusun atau diramu oleh penyelenggara secara tetap, dengan kondisi harga, tempat-tempat kunjungan, penginapan, transportasi, sightseeing, atraksi wisata dalam perjalanan yang tercantum dalam program. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa package tour merupakan rangkuman komponen harga tour menurut itinerary / tour programme menjadi suatu bentuk harga jual dengan persyaratan tertentu yang merupakan suatu kontrak kerja antara buyers dan sellers. Biasanya suatu package tour mempunyai masa berlaku (limited time).

RS. Damardjati mengartikan package tour sebagai sesuatu rencana atau acara perjalanan wisata yang telah tersusun secara tetap, dengan harga tertentu yang telah termasuk pula biaya-biaya untuk transfer atau pengakuan, fasilitas akomodasi / hotel, serta darmawisata / sightseeing di kota – kota, objek – objek wisata dan atraksi – atraksi wisata yang tercantum dalam acara itu.

Dari pengertian tersebut dapat kita simpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Paket wisata disusun dengan harga tertentu yang lebih murah dibandingkan dengan tour yang direncanakan secara khusus atas permintaan.

2. Harga paket wisata pada umumnya sudah termasuk semua komponen yang terlibat dalam wisata, seperti transportasi, makan, akomodasi, sightseeing, guide, dll.

3. Program paket wisata disusun secara tetap, sehingga jika wisatawan tidak dapat mengikuti seluruh program ia tidak dapat menuntut kompensasi atas program yang tidak diikuti kecuali atas perjanjian teetentu.

(37)

Berdasarkan uraian di atas, maka secara umum paket wisata merupakan suatu bentuk wisata yang diselenggarakan selama lebih dari 24 jam, disusun dengan program dan harga tertentu yang didalamnya sudah termasuk seluruh komponen yang terlihat dalam penyelenggaraan wisata tersebut.

2.7.2 Jenis – jenis Paket Wisata

1. Pleasure Tourism

Berlibur, menikmati udara segar, mengendurkan ketegangan saraf, ingin mengetahui suatu negara, daerah, atau tempat.

2. Recreation Tourism

Pemanfaatan hari libur, beristirahat, memulihkan kesegaran jasmani dan rohani.

3. Cultural Tourism

Khusus mempelajari adat istiadat dan cara hidup suatukaum, peninggalan sejarah, keagamaan, festival musik.

4. Adventure Tourism

Kegiatan tour dilakukan di alam terbuka, memerlukan keahlian khusus dan fisik yang kuat, dengan resiko yang cukup berbahaya.Tour di pandu oleh pemandu wisata yang berpengalaman.Harga paket tour ini lebih mahal.

5. Sport Tourism

(38)

mempraktikkan mendaki gunung, olahraga berkuda, berburu, memancing, dan lain- lain.

6. Bussiness Tourism

Berkaitan dengan pekerjaan dan jabatan (pemerintah atau swasta) sebagai Incentive Tour sekaligus berbisnis.

7. Convention Tourism

Tour untuk menghadiri suatu konvensi, seminar, muktamar, kongres, dan lain-lain, dalam tingkat nasional ataupun dunia.

8. Special Interest Tourism

(39)

6

BAB II URAIAN TEORITIS

2.1Sejarah Biro Perjalanan Wisata 2.1.1 Di Luar Negeri

Permulaan abad ke-19 ditandai dengan banyaknya kemajuan dalam bidang transportasi baik darat, laut maupun udara. Dengan kemajuan ini maka semakin banyak orang yang melakukan perjalanan dari satu kota ke kota lain, dari negara satu ke negara lain, bahkan dari benua satu ke benua lain.

Dengan lahirnya revolusi industri ini, transportasi darat dan laut semakin berkembang salah satunya adalah kereta api dan kapal laut. Pada abad ke-19 kereta api menjadi mode transportasi yang dominan untuk melakukan perjalanan dan sekaligus merupakan kekuatan penggerak pengembangan pariwisata. Dengan transportasi yang sudah modern ini banyak orang sangat terangsang untuk mengadakan suatu perjalanan. Pertumbuhan transportasi turut menumbuhkan industri-industri jasa lainnya seperti: perhotelan, restoran, tempat rekreasi, dll. Oleh karena itu, dibutuhkan pengaturan perjalanan yang profesional utnutk mempermudah kegiatan perjalanan yang dilakukan.

Keadaan yang diuraikan di atas telah memunculkan nama besar dalam sejarah lahirnya biro perjalanan wisata di dunia yaitu Thomas Cook yang lahir di Inggris pada tanggal 22 November 1818. Pada mulanya Thomas Cook memulai usahanya

dalam bisnis perjalanan dengan membujuk sejumlah perusahaan kereta api dan kapal

(40)

uap untuk membayar sejumlah komisi padanya karena dia menjual tiket perusahaan tersebut. Cook bermaksud untuk memperluas bisnisnya ke seluruh Inggris, Scotlandia, dan daratan Eropa. Maka pada tanggal 5 Juli 1841 Cook mulai mengorganisasi dan merancang sebuah paket perjalanan kelompok-kelompok dengan menggunakan kereta api yang bernama A Round Trip Excursion, dari kota Leicester ke kota Loughborough di Inggris selama satu hari dengan biaya satu shelling / pax. Karena kesuksesan perjalanan ini, Cook di angkat menjadi agen dari salah satu perusahaan kereta api di Inggris yang bernama „Midland Company Railway„.

Thomas Cook mulai mengorganisasi perjalanan singkat dengan gerbong kereta api yang terbuka dengan menyediakan hiburan dan makanan selama perjalanan. Maka pada tahun 1851 Cook memutuskan membuat sebuah package tour yang berpemandu untuk menyaksikan „World Exposition„ di London yang diikuti oleh sekitar150.000 orang. Tour ini merupakan paket wisata pertama karena di dalamnya telah dimasukkan komponen harga hotel, transport, makan, tour guide,

entrance fee, dll.Karena kesuksesan package tour yang disusun Cook tersebut, Cook

kembali membuat package tour ke luar negeri menuju Perancis untuk menyaksikan keindahan alam Eropa dan tempat-tempat bersejarah.Tour ini di beri nama„Cook‟s

Tour To Europe„. Perjalanan ini merupakan Grand Tour pertama dalam sejarah

kepariwisataan.

(41)

mulai menyusun administrasi perjalanan secara professional dan modern sehingga dia dijuluki Bapak Perintis Biro Perjalanan Modern di dunia.

2.1.2 Di Dalam Negeri

Sejarah perkembangan biro perjalanan wisata di Indonesia dimulai pada tahun 1910 dengan didirikannya Verenidge Touristen Veerker (VTV) di Batavia (Jakarta sekarang) oleh pemerintahan Belanda. Tujuan pemerintah Belanda mendirikan perusahaan ini adalah untuk mengurus kepentingan perjlanan dari para pegawai pemerintah Belanda yang tinggal di Indonesia yang ingin mengadakan tamasya di Indonesia, sehingga para pegawai ini tidak perlu pulang ke Belanda karena perjalanan ke negeri Belanda memerlukan waktu yag lama dan sangat berbahaya disebabkan jarak jauh dan daerah-daerah berbahaya yang harus dilewati.

Sejak didirikannya perusahaan swasta NV.Lisland (Lissonne Lindeman) di Batavia, kegiatan tour mulai berkembang terutama di pulau Jawa dan Sumatera.Perusahaan ini berkembang dengan baik dalam mengurus orang-orang Belanda yang ingin cuti dan berekreasi di Indonesia.Lislind mengorganisasi perjalanan suatu rombongan Weltervreden dalam acara natal ke Jawa Tengah, Bandung, Yogyakarta, dan Garut selama 6 hari. Lislind juga menghasilkan paket- paket perjalanan yang lain seperti :Fourteen Days in Jav Motor Car and Train Combination Tour.

Pada tahun 1936, NV.Lislind dilikuidasi ke dalam NV.Nitour (Nederland

(42)

pemerintah R.I pada tahun 1955 dan dijadikan PN.Nitour (Perusahaan Negara

National and International Tourist Bureau).Pada tahun 1956, perusahaan ini berada

dibawah Departemen Perhubungan.PN.Nitour bertanggung jawab mengurus perjalanan wisatawan mancanegara di Indonesia juga harus bertanggung jawab apabila ada subversi yang membaur dengan wisatawan biasa, serta membuat statistik dan laporan pada menteri perhubungan.Kemudian, pada tahun 1967 PN.Nitour berubah menjadi PT.Nitour dan dijual kepada Sri Sultan Hamengkubowono IX.

2.2 Defenisi Biro Perjalanan Wisata

Perusahaan perjalanan yang disebut juga Biro Perjalanan Wisata, Travel

Agent, Travel Bureau, Reisen Buro, Travel Service, Tours and Travel Service, Agen

Persiaran, dll merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha jasa pariwisata, dimana perusahaan tersebut mengolah, mereservasi, merencanakan, membuat dan menyelenggarakan perjalanan wisata baik untuk kepentingan bisnis, berlibur, sosial dan budaya, dan sebagainya. Sebuah biro perjalanan wisata menjual rancangan perjalanan secara langsung pada masyarakat. Lebih khusus lagi sebuah biro perjalanan menjual transportasi udara, darat, laut; akomodasi penginapan; pelayaran wisata; paket wisata; asuransi perjalanan; dan produk lainnya yang berhubungan dengan perjalanan.

Di Indonesia defenisi biro perjalanan wisata di tuangkan dalam suatu landasan hukum yang kuat yaitu Surat Keputusan Direktur Jendral Pariwisata No.Kep

(43)

undang ini memberi defenisi biro perjalanan wisata dengan batasan-batasan dan pengelompokkan perusahaan sebagai berikut:

1. Usaha Perjalanan adalah perusahaan perjalanan yang kegiatan usaha-usahanya bersifat komersial yang mengatur, menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan bagi seseorang, sekelompok orang untuk melakukan perjalanan dengan tujuan berwisata.

2. Biro Perjalanan Wisata adalah badan usaha yang menyelenggarakan kegiatan wisata dan jasa lain terkait dengan penyelenggaraan perjalanan wisata baik dari dalam ke luar negeri maupun sebaliknya.

3. Cabang Biro Perjalanan Wisata adalah salah satu unit dari usaha biro perjalanan wisata, yang berkedudukan di wilayah yang sama dengan kantor pusatnya di wilayah lain yang melakukan kegiatan kantor pusat.

4. Agen Perjalanan adalah badan usaha perantara yang bertindak menyediakan jasa pelayanan yang berkaitan dengan penyelengaraan wisata.

5. Perwakilan adalah Biro Perjalanan Wisata, Agen Perjalanan, Badan Usaha atau perseorangan yang di tunjuk oleh suatu perusahaan biro perjalanan wisata yang berkedudukan di wilayah yang sama atau wilayah lain untuk melakukan kegiatan yang diwakilkan baik secara tetap maupun tidak tetap.

Banyak pakar dan pihak terkait yang memberikan pemaparan secara umum biro perjalanan wisata. Pemaparan tersebut antara lain sebagai berikut:

(44)

Usaha jasa biro perjalanan wisata merupakan usaha penyedia jasa pelayanan dan penyelenggaraan wisata.

2. Menurut Oka A.Joeti (YOETI, 1982, hal.222)

Biro perjalanan wisata adalah suatu perusahaan yang usaha dan kegiatannya merencanakan dan menyelenggarakan perjalanan atas inisiatif dan resiko sendiri, dengan tujuan mengabil keuntungan dari penyelenggara perjalanan tersebut.

3. Menurut Nyoman S. Pendit (M.A DESKY, 1999, hal 2)

Travel Bureau atau Travel Agency adalah perusahaan yang mempunyai tujuan

menyiapkan suatu perjalanan yang dalam bahasa asing disebut tour atautrip bagi seseorang yang merencanakan untuk melakukan perjalanan.

2.3 Fungsi Pokok Biro Perjalanan Wisata

1. Intermediary (perantara) berlaku untuk APW/BPW

a. Jasa-jasa pelayanan yang berkaitan dengan perjalanan wisata pada umunya. - Berbagai destinasi atau daerah tujuan wisata

- Cara bepergian (mode of travellig)

- Jadwal transportasi: kereta api, bus, feri, kapal laut - Akomodasi

- Dokumen perjalanan yang diperlukan - Acara perjalanan wisata dan atraksi wisata - Acara hiburan/tontonan

(45)

- Harga yang berlaku

b. Jasa-jasa pelayanan yang berkaitan langsung dengan penjualan produk wisata.

2. Organizer berlaku untuk Biro Perjalanan Wisata

Selain menjual produk wisata milik orang lain, juga dapat membuat atau menciptakan paket wisata sendiri dan menjual langsung kepada pelanggan.

Berdasarakan hal tersebut, perbedaan antara biro perjalanan wisata dan agen perjalanan terlihat jelas.Biro perjalanan wisata berperan sebagai perencana, pelaksana, dan perantara dari agen perjalanan. Dengan kata lain, biro perjalanan wisata bisa menjadi agen perjalanan, agen perjalanan tidak bisa menjadi biro perjalanan wisata.

2.4 Defenisi Kebijakan

Konsep kebijakan atau dalam bahasa inggris sering kita dengar dengan istilah

policy. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan diartikan sebagai rangkaian

konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelasanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintahan, organisasi, dsb); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip dan garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran.

(46)

pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Pendapat ini juga menunjukkan bahwa ide kebijakan melibatkan perilaku yang memiliki maksud dan tujuan merupakan bagian yang penting dari defenisi kebijakan. Karena bagaimanapun kebijakan harus menunjukkan apa yang sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang disulkan dalam beberapa kegiatan pada suatu masalah.

Solichin Abdul Wahab mengemukakan bahwa Istilah kebijakan sendiri masih terjadi silang pendapat dan merupakan ajang perdebatan para ahli. Maka untuk memahami istilah kebijakan, Solichin Abdul Wahab (2008:40-50) memberikan beberapa pedoman sebagai berikut:

a. Kebijakan harus dibedakan dari keputusan

b. Kebijakan sebenarnya tidak serta merta dapat dibedakan dari administarsi c. Kebijakan mencakup perilaku dan harapan – harapan

d. Kebijakan mencakup ketiadaan tindakan ataupun adanya tindakan e. Kebijakan biasanya mempunyai hasil akhir yang akan dicapai

f. Setiap kebijakan memiliki tujuan atau sasaran tertentu baik eksplisit maupun implicit

g. Kebijakan muncul dari suatu proses yang berlangsung sepanjang waktu

h. Kebijakan meliputi hubungan – hubungan yang bersifat antar organisasi dan yang bersifat intra organisasi.

i. Kebijakan public meski tidak ekslusif menyangkut peran kunci lembaga – lembaga pemerintah

(47)

Menurut Budi Winarno (2007:15), istilah kebijakan (policy term) mungkin digunakan secara luas seperti pada “kebijakan luar negeri Indoneia“, “kebijakan

ekonomi jepang“, dan atau mungkin juga dipakai untuk menjadi sesuatu yang lebih

khusus, seperti misalnya jika kita mengatakan kebijakan pemerintah tentang debirokartisasi dan deregulasi. Namun baik Solichin Abdul Wahab maupun Budi Winarno sepakat bahwa istilah kebijakan ini penggunaannya sering dipertukarkan dengan istilah lain seperti tujuan (goals) program, keputusan, undang – undang, ketentuan – ketentuan, standar, proposal dan grand design (Suharno:2009:11).

Irfan Islamy sebagaimana dikutip Suandi (2010:12) kebijakan harus dibedakan dengan kebijaksanaan.Policy diterjemahkan dengan kebijakan yang berbeda artinya dengan wisdom yang artinya kebijaksanaan.Pengertian kebijaksanan memerlukan pertimbangan – pertimbangan lebih jauh lagi, sedangkan kebijakan mencakup aturan – aturan yang ada didalamnya. James E Anderson sebagaimana dikutip Islamy (2009:17) mengungkapkan bahwa kebijakan adalah “a purposive course of action followed by an actor or set of actors in dealing with a problem or

matter of concern“ (Serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang

diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu).

(48)

keputusan (decision) yang mengandung arti pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada.

Richard Rose sebagaimana dikutip Budi Winarno (2007:17) juga menyarankan bahwa kebijakan hendaknya dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensi – konsekuensi bagi mereka yang bersangkutan daripada sebagai keputusan yang berdiri sendiri.Pendapat kedua ahli tersebut setidaknya dapat menjelaskan bahwa mempertukarkan istilah kebijakan dengan keputusan adalah keliru, karena pada dasarnya kebijakan dipahami sebagai arah atau pola kegiatan dan bukan sekedar suatu keputusan untuk melakukan sesuatu.

Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan adalah tindakan – tidakan atau kegiatan yang sengaja dilakukan atau tidak dilakukan oleh seseorang, suatu kelompok atau pemerintah yang didalamnya terdapat unsur keputusan berupa upaya pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada guna mencapai maksud dan tujuan tertentu.

2.4.1 Tahapan Penentuan Kebijakan

Ada tujuh tahapan dalam pengambilan kebijakan, yaitu:

(49)

keputusan yang didasari adanya tekanan dari pihak luar untuk segera membuat keputusan tanpa dasar kebutuhan dan analisis situasi yang nyata. Atau keputusan atas ketidakpuasan terhadap kebijakan yang sedang terjadi dan akan segera diperbaiki dengan kebijakan yang lebih baik. Tahap awal ini merupakan analisis internal yang mencoba mengkaji urgensi kebijakan berdasarkan pertimbangan – pertimbangan internal.

2. Tahap dua “Gather relevant information“. Tahap pengumpulan informasi yang relevan.Pada umunya keputusan memerlukan mengumpulkan informasi yang relevan. Tujuan pokok dari tahap ini adalah mengetahui informasi yang diperlukan, sumber informasi yang terbaik, dan bagaimana cara mendapatkan itu. Informasi penting tersebut dapat diperoleh dari dalam diri penentu kebijakan melalui suatu proses self –

analysis, informasi harus dicari dari luar yourself – books, orang – orang, dan sumber

informasi yang cukup handal adalah hasil dari riset atau penelitian studi analisis kebutuhan lapangan (need asessment) baik melalui survey, polling, focus group

discussion, lokakarya dan lain – lain.

(50)

4. Tahap empat “Weigh evidence”. Tahap dimana informasi dan fakta yang sudah dikumpulkan dan menjadi alternatif selanjutnya dipertimbangkan (judging). Seorang penentun kebijakan haruslah melibatkan emosi dan informasi yang dimilikinya untuk membayangkan apa yang akan terjadi apabila masing – masing alternatif tersebut diterapkan. Tahap ini menganalisis kemungkinan dampak – dampak yang ditimbulkan dari keputusan yang diambil baik positif maupun negatif. Pada tahap ini dapat juga menggunakan pendekatan analisis SWOT. Dari pertimbangan – pertimbangan terhadap beberapa alternatif itulah maka akan memunculkan satu alternatif yang lebih memungkinkan untuk ditetapkan.

5. Tahap lima“Choose among alternatives“.Memilih diantara alternatif yang tersedia. Hal ini didasarkan atas pertimbangan dari semua bukti, informasi yang ada dan sudah yakin akan menggunakan satu alternatif. Dari alternatif yang ada dapat juga dikombinasikan sesuai dengan kebutuhannya.

6. Tahap enam “Take action“. Mulailah mengimplementasikan kebijakan yang telah ditetapkan dalam bentuk peraturan keputusan, perundangan, ketetapan dan lain – lain. Dalam hal ini dibuat pula strategi implementasi yang efektif dan efesien dengan pola

delivery system dan difusi yang tepat.

(51)

yang telah dibuat kemungkinan untuk dilanjutkan atau diganti dengan kebijakan yang lain. Tentu saja hal ini dilakukan dalam jangka waktu tertentu sampai dapat dilihat hasil yang nyata dari sebuah kebijakan.

Pembuat keputusan, dipengaruhi oleh kebijakan yang ada sebelumnya kebijakan yang diambil tergantung pada pengalaman masa lalu, harus membuat keputusan dan mulai bertindak dengan cepat mengubah dunia (changing world) untuk situasi yang terjadi saat ini. Dalam situasi yang perlu peningkatan kualitas ini, diperlukan suatu analisis yang kuat dan tepat tentang situasi yang ada saat ini (current

situation), apakah terdapat suatu kebutuhan yang mendesak untuk satu kebijakan,

(52)

sementara itu sebagai dasar untuk melahirkan berbagai alternatif tindakan keputusan

(decision). Sebuah regulasi kebijakan yang telah ditetapkan perlu diikuti dengan

strategi penyampaian kebijakan kepada masyarakat dengan pola komunikasi

(communication) yang tepat pada sasaran, sehingga pada gilirannya akan terjadi

perubahan – perubahan perilaku yang diharapkan (expected behavior) sebagai dampak dari kebijakan tersebut sebagai indikator keberhasilan keputusan. Dan perlu juga manganalisis perilaku – perilaku yang tidak diharapkan (unexpected behavior) sebagai dampak negatif dari sebuah kebijakan yang diambil untuk segera disusun tindakan untuk mengatasinya.

2.4.2 Proses Menentukan Kebijakan

Selain tahapan pengambilan kebijakan seperti yang diuraikan diatas, perlu juga diperhatikan proses pengambilan keputusan yang tepat . John R. Baker (Lowa State University 1983) menjelaskan bahwa proses pengambilan kebijakan haruslah memperhatikan hal – hal sebagai berikut:

a. Analisis Kondisi

Gambarkan situasi dari dengan melihat berbagai perspektif diantaranya: 1. Kondisi keuangan, sosial, atau perspektif dari undang – undang 2. Kondisi emosional, pribadi, atau perspektif keluarga

3. Religius atau perspektif masyarakat

(53)

6. Adakah implikasi terhadap moral b. Pilihan

Memutuskan sebuah kebijakan pada dasarnya adalah menentukan satu pilihan kebijakan dari beberapa pilihan yang ada.Semakin banyak alternatif pilihan semakin memberikan peluang untuk memperoleh pilihan yang terbaik. Dengan demikian proses menentukan sebuah kebijakan haruslah didasarkan atas pilihan, bukan keputusan tunggal. Disinilah seorang penentu kebijakn dituntut untuk memilki kemampuan untuk menimbang (judgement) dengan memperhatikan banyak aspek yang terkait.

c. Consequences

(54)

d. Solution

Selanjutnya mengidentifikasi dampak – dampak positif dan negatif dari kebijakan yang akan dikeluarkan. Analisis pilihan kebijakan yang mana yang memiliki dampak positif yang lebih banyak. Dari hasil identifikasi itulah maka akan tergambar suatu solusi yang akan menjadi sebuah kebijakan.

e. Important Considerations

Selanjutnya perlu diperhatikan beberapa yang penting agar keputusan yang diambil tepat. Diantaranya:

a) Timing, haruslah diingat bahwa selalu ada waktu yang tepat untuk

mengeluarkan satu keputusan. Artinya tidak setiap keputusan dapat dikeluarkan kapan saja, namun ada masa yang tepat (right time). Menunda suatu keputusan mungkin sama halnya tidak membuat suatu keputusan, namun yang terpenting tidak terburu – buru dalam pembuatan suatu keputusan.

b) Information, dasar dari sebuah keputusan adalah informasi. Dengan demikian tidak tepat sebuah keputusan dikeluarkan dengan hanya mengandalkan informasi yang terbatas. Eksplorasi informasi menjadi sangat penting untuk sebuah keputusan, terutama alasan – alasan yang mendasari sebuah keputusan. Informasi dapat berupa fakta emprik, teoritik, maupun data spekulatif yang cukup kuat, akurat dan diyakini kebenarannya.

(55)

dikombinasikan dengan pengalaman yang pernah dialami oleh pihak lain, penentu kebijakan atau kebijakan lain namun yang masih terkait dengan kebijakan yang akan dibuat.

2.5 Defenisi Implementasi

Menurut Nurdin Usman dalam bukunya yang berjudul Konteks Implementasi

Berbasis Kurikulum mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau

pelaksanaan sebagai berikut:

“Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya

mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan

yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan“( Usman,2002:70).

Pengertian implementasi yang dikemukakan diatas, dapat dikatakan bahwa implemntasi adalah bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh – sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya.

Menurut Guntur Setiawan dalam bukunya yang berjudul Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut:

“Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi

antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan

(56)

Pengertian implementasi yang dikemukakan diatas, dapat dikatakan bahwa implementasi yaitu merupakan proses untuk melaksanakan ide, proses atau seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukan penyesuaian dalam tubuh birokrasi demi terciptanya suatu tujuan yang bisa tercapai dengan jaringan pelaksana yang bisa dipercaya.

Menurut Hanifah Harsono dalam bukunya yang berjudul Implementasi

Kebijakan dan Politik mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi attau

pelaksana sebagai berikut:

“Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan

kebijakan dari politik ke dalam administarsi. Pengembangan kebijakan dalam rangka

penyempurnaan suatu program“(Harsono,2006:67).

2.6 Defenisi Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan menurut Van Meter dan Van Horn (Arif Rohman, 2009:134) dimaksudkan sebagai keseluruhan tindakan yang dilakukan oleh individu – individu / pejabat – pejabat atau kelompok – kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan kepada pencapaian tujuan kebijakan yang telah ditentukan terlebih dahulu.

(57)

penggunaan dana, ketepatan waktu, memanfaatkan organisasi pelaksana, partisipasi masyarakat, kesesuaian program dengan tujuan kebijakan dan lain – lain.

Dalam menganalisis masalah implementasi kebijakan, seorang ahli yang bernama Charles O. Jones mendasarkan diri pada konsepsi aktivitas – aktivitas fungsional.Menurutnya, implementasi adalah suatu aktivitas yang dimaksudkan untuk mengoperasikan sebuah program. Ada tiga pilar aktivitas dalam mengoperasikan program tersebut adalah: (1) Pengorganisasian, pembentukan atau penataan kembali sumber daya, unit – unit serta metode untuk menjalankan program agar bisa berjalan; (2) Interpretasi, yaitu aktivitas menafsirkan agar program menjadi rencana dan pengarahan yang tepat dan dapat diterima serta dilaksanakan; (3) Aplikasi, berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, pembayaran atau lainnya yang disesuaikan dengan tujuan atau perlengkapan program (Arif Rohman,2009:135).

Dari beberapa paparan di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan merupakan suatu proses pelaksanaan sebuah kebijakan yang telah dibuat sebelumnya yang didalamnya menyangkut perilaku – perilaku badan administratif, factor – faktor hukum, politik, ekonomi, sosial yang langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap perilaku dari berbagai pihak yang terlibat dalam program. Kesemuanya itu menunjukkan secara spesifik dari proses implementasi yang sangat berbeda dengan formulasi kebijakan pendidikan.

(58)

Pengertian paket wisata (package tour) adalah suatu program perjalanan wisata yang telah disusun atau diramu oleh penyelenggara secara tetap, dengan kondisi harga, tempat-tempat kunjungan, penginapan, transportasi, sightseeing, atraksi wisata dalam perjalanan yang tercantum dalam program. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa package tour merupakan rangkuman komponen harga tour menurut itinerary / tour programme menjadi suatu bentuk harga jual dengan persyaratan tertentu yang merupakan suatu kontrak kerja antara buyers dan sellers. Biasanya suatu package tour mempunyai masa berlaku (limited time).

RS. Damardjati mengartikan package tour sebagai sesuatu rencana atau acara perjalanan wisata yang telah tersusun secara tetap, dengan harga tertentu yang telah termasuk pula biaya-biaya untuk transfer atau pengakuan, fasilitas akomodasi / hotel, serta darmawisata / sightseeing di kota – kota, objek – objek wisata dan atraksi – atraksi wisata yang tercantum dalam acara itu.

Dari pengertian tersebut dapat kita simpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Paket wisata disusun dengan harga tertentu yang lebih murah dibandingkan dengan tour yang direncanakan secara khusus atas permintaan.

2. Harga paket wisata pada umumnya sudah termasuk semua komponen yang terlibat dalam wisata, seperti transportasi, makan, akomodasi, sightseeing, guide, dll.

3. Program paket wisata disusun secara tetap, sehingga jika wisatawan tidak dapat mengikuti seluruh

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 4.1

Referensi

Dokumen terkait

informasi pemesanan tiket tour dan travel pada Dago wisata untuk membantu atau.. mempermudahkan para pegawai dalam melakukan pelayanan tour

PT. Trimitra Tour and Travel berdiri sejak tahun 2012, didirikan di Medan, dan disahkan oleh Keputusan Direktorat Jendreral Pariwisata atas nama Menteri Pariwisata, Pos,

Untuk mengembangkan sistem informasi pemesanan paket wisata di Taman Nusantara Tour & Travel agar dapat menjaga konsistensi data,.. dapat memberikan alternatif

Biro Perjalanan Wisata umumnya mempunyai aktivitas yang bergerak dalam produk jasa yang menghubungkan antara industri pariwisata dengan konsumen dalam penyedia fasilitas

Biro perjalanan wisata adalah suatu perusahaan yang usaha dan kegiatannya.. merencanakan dan menyelenggarakan perjalanan atas inisiatif dan resiko

bol>os mmunuv walct u Tronsfr< kt Alrpott • P\llanc k emboll to templt ual det Jn sejumlah k enanpn lndah dari Banda Aceh.. Tour

Untuk menangani masalah tersebut maka dibuatlah sistem rekomendasi dan reservasi paket wisata pada agen tour & travel menggunakan metode item-based

Dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi calon pembeli paket wisata “X” Tour and Travel, dapat disimpulkan bahwa “X” Tour and Travel membutuhkan sebuah sistem