• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Remaja Puteri Terhadap Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) Di Sma Katolik Budi Murni 1 Medan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Remaja Puteri Terhadap Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) Di Sma Katolik Budi Murni 1 Medan Tahun 2014"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN REMAJA PUTERI TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI

“SADARI” DI SMA KATOLIK BUDI MURNI 1 MEDAN TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH :

121021101

MARIA SRI RATU PANE

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

SKRIPSI

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN REMAJA PUTERI TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI “SADARI”

DI SMA KATOLIK BUDI MURNI 1 MEDAN TAHUN 2014

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyrakat

OLEH :

121021101

MARIA SRI RATU PANE

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Maria Sri Ratu Pane

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 31 Desember 1991

Agama : Kristen Protestan

Anak Ke : 2 dari 7 bersaudara Status Pernikahan : Belum Menikah

Nama Ayah : Jhon Edward Pane, BA Nama Ibu : Saurida br. Simatupang

Alamat : Jln. Seser No. 88 Medan

Riwayat Pendidikan

a. Tahun 1995-1996 : TK PETRO Medan

b. Tahun 1996-2002 : SD Katolik Budi Murni 7 Medan

c. Tahun 2002-2005 : SMP Katolik Budi Murni 1 Medan d. Tahun 2005-2008 : SMA Katolik Budi Murni 1 Medan

e. Tahun 2008-2011 : Akademi Kebidanan Widya Husada Medan

(5)

ABSTRAK

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan suatu cara yang dapat dilakukan seorang wanita untuk mendeteksi lebih awal kelainan pada payudara. Umumnya dapat dilakukan oleh remaja puteri sejak usia produktif dan sudah mengalami perubahan ciri-ciri fisik primer dan sekunder. Tujuan SADARI adalah untuk mengetahui ada tidaknya kelainan seperti Kanker Payudara.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor internal, faktor eksternal, pengetahuan, sikap dan tindakan remaja puteri tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Pada penelitian ini jumlah populasi adalah seluruh siswi kelas XII SMA Katolik Budi Murni 1 Medan sebanyak 200 orang dan yang menjadi sampel yaitu sebanyak 62 orang. Tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan tehnik Simple Random Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif.

Berdasarkan analisis penelitian ditemukan pengetahuan remaja tentang SADARI berada pada kategori kurang 61,3%. Sikap siswa mengenai SADARI ada pada kategori cukup baik 54,8%. Dan tindakan siswa terhadap SADARI ada pada kategori sedang (74,2%).

Dari hasil penelitian tersebut maka diharapkan pihak sekolah, orang tua, dan petugas kesehatan sekitar dapat berperan aktif dalam memberikan informasi mengenai metode SADARI dan deteksi dini kanker payudara pada siswi tersebut.

(6)

ABSTRACT

Breast self examination (BSE) is a way to do a woman to detect early abnormalities in the breast. Generally can be done by girls from the age of productive and has experienced changes the physical characteristics of primary and secondary. BSE goal is to determine whether there is abnormality such as breast cancer.

The purpose of this study was to determine the internal factors, external factors, knowledge, attitudes and actions girls about breast self-examination (BSE). Type of research is descriptive research. In this study the number of population is all students of class XII SMA Katolik Budi Murni 1Medan as many as 200 people and sampled as many as 62 people. Sampling techniques using simple random sampling technique. Data collected by using a questionnaire. The data were analyzed using descriptive statistics.

Based on the analysis of the study found adolescent knowledge about BSE were in the category of less than 61.3%. Student attitudes regarding BSE is in good enough category of 54.8%. And student action against BSE no middle category (74.2%).

From these results it is expected that the school, parents, and caregivers around can play an active role in providing information about methods of early detection of breast self-examination and breast cancer in the students.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN REMAJA PUTERI TERHADAP PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA KATOLIK BUDI MURNI 1 MEDAN TAHUN 2014”

Skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orang tua tercinta ayahanda Jhon Edward Pane, BA dan ibunda S. Br. Simatupang dan juga kepada keluarga besar yang tiada henti memberikan dukungan dan motivasi besar serta selalu mendoakan penulis dalam menyusun skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak medapatkan bantuan dari berbagai pihak,

untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Sumatera Utara. 3. Ibu Lita Sri Andayani, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan

(8)

memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes dan Ibu Maya Fitria, M.Kes selaku dosen penguji.

5. Seluruh Dosen serta staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, khususnya Dosen dan Staf Dep. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

6. Kepala Sekolah SMA Katolik Budi Murni 1 Ibu Drs. Isti Bandharani, seluruh staf yang telah membantu proses pengumpulan data dan siswi kelas

XII yang telah bersedia menjadi responden dalam penulisan ini.

7. Kakak dan adik-adik tersayang Desentina Lidya Natalia Pane, SE, Baginda Pane, Amd, Maya Pane, Amd, Joehanda Pane, Agung Maranata Pane, Putri Elisabeth Pane, dr. Christina Siregar dan Brigadir pol Anton.P. Siregar, Serda Daud Ristua Sinaga dan keluarga besar Siburian.

8. Untuk kekasih hati Letda Inf Darwis MT Siburian yang telah memberikan dukungan dan doanya kepada penulis untuk tetap semangat menyelesaikan skripsi ini.

9. Untuk sahabat-sahabat terbaikku Nelly Tampubolon, K’Fatmawati, Irawati

(9)

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini penulis mengucapkan

banyak terima kasih atas dukungan, kerja sama dan doanya .

Akhir kata penulis berharap semoga skripsiini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Januari 2015 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1 Tujuan Umum ... 9

1.3.2 Tujuan Khusus ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Pengetahuan ... 11

2.1.1. Defenisi Pengetahuan ... 11

2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan ... 11

2.1.3. Tingkatan Pengetahuan ... 13

2.2. Sikap ... 14

2.2.1. Defenisi Sikap ... 14

2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya Sikap ... 15

2.2.3. Tingkatan Sikap ... 16

2.2.4. Struktur dan Pembentukan Sikap ... 16

2.2.5. Pembagian... 19

2.2.6. Penilaian ... 19

2.3. Tindakan ... 20

2.3.1. Defenisi Tindakan ... 20

2.3.2.Klasifikasi Tindakan ... 20

2.4. Remaja ... 20

2.4.1. Pengertian Remaja ... 21

2.4.2. Batasan Usia Remaja ... 22

2.4.3. Perkembangan Fisik pada Remaja ... 23

2.5. SADARI ... 25

2.5.1. Defenisi SADARI ... 25

2.5.2. Tujuan SADARI ... 25

2.5.3. Manfaat SADARI ... 26

2.5.4. Cara SADARI ... 27

2.5.5. Waktu dilakukan SADARI ... 29

(11)

BAB III: METODE PENELITIAN ... 32

3.1. Jenis dan Desain Penelitian ... 32

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 32

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 32

3.2.2. Waktu Penelitian ... 32

3.3. Populasi dan Sampel ... 33

3.3.1. Populasi ... 33

3.3.2. Sampel ... 33

3.4. Instrumen dan Aspek Pengukuran ... 35

3.4.1. Instrumen ... 35

3.4.2. Aspek pengukuran ... 35

3.5. Pengumpulan data ... 37

3.6. Defenisi Operasional ... 37

3.7. Pengolahan dan Analisa Data ... 38

3.7.1. Pengolahan Data ... 38

3.7.2. Analisa Data ... 39

BAB IV: HASIL PENELITIAN ... 40

4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 40

4.2. Gambaran Karakteristik Siswa ... 41

4.3. Sumber Informasi ... 41

4.4. Hasil Analisa Data Tentang Pengetahuan ... 42

4.5. Kategori Tingkat Pengetahuan ... 49

4.6. Hasil Analisa Data Berdasarkan Sikap ... 49

4.7. Kategori Tingkatan Sikap ... 53

4.8. Hasil Analisa Data Berdasarkan Tindakan ... 54

4.9. Kategori Tingkatan Tindakan ... 56

BAB V: PEMBAHASAN ... 55

5.1. Faktor Internal/Karakteristik Responden ... 55

5.2. Faktor Eksternal/Sumber Informasi Responden ... 56

5.3. Pengetahuan Siswi Tentang SADARI ... 58

5.4. Sikap Siswi terhadap SADARI ... 69

5.5. Tindakan Siswi Terhadap SADARI ... 75

BAB VI: KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

5.1. Kesimpulan ... 82

(12)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Lampiran 2 Master Tabel

(13)

ABSTRAK

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan suatu cara yang dapat dilakukan seorang wanita untuk mendeteksi lebih awal kelainan pada payudara. Umumnya dapat dilakukan oleh remaja puteri sejak usia produktif dan sudah mengalami perubahan ciri-ciri fisik primer dan sekunder. Tujuan SADARI adalah untuk mengetahui ada tidaknya kelainan seperti Kanker Payudara.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor internal, faktor eksternal, pengetahuan, sikap dan tindakan remaja puteri tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Pada penelitian ini jumlah populasi adalah seluruh siswi kelas XII SMA Katolik Budi Murni 1 Medan sebanyak 200 orang dan yang menjadi sampel yaitu sebanyak 62 orang. Tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan tehnik Simple Random Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif.

Berdasarkan analisis penelitian ditemukan pengetahuan remaja tentang SADARI berada pada kategori kurang 61,3%. Sikap siswa mengenai SADARI ada pada kategori cukup baik 54,8%. Dan tindakan siswa terhadap SADARI ada pada kategori sedang (74,2%).

Dari hasil penelitian tersebut maka diharapkan pihak sekolah, orang tua, dan petugas kesehatan sekitar dapat berperan aktif dalam memberikan informasi mengenai metode SADARI dan deteksi dini kanker payudara pada siswi tersebut.

(14)

ABSTRACT

Breast self examination (BSE) is a way to do a woman to detect early abnormalities in the breast. Generally can be done by girls from the age of productive and has experienced changes the physical characteristics of primary and secondary. BSE goal is to determine whether there is abnormality such as breast cancer.

The purpose of this study was to determine the internal factors, external factors, knowledge, attitudes and actions girls about breast self-examination (BSE). Type of research is descriptive research. In this study the number of population is all students of class XII SMA Katolik Budi Murni 1Medan as many as 200 people and sampled as many as 62 people. Sampling techniques using simple random sampling technique. Data collected by using a questionnaire. The data were analyzed using descriptive statistics.

Based on the analysis of the study found adolescent knowledge about BSE were in the category of less than 61.3%. Student attitudes regarding BSE is in good enough category of 54.8%. And student action against BSE no middle category (74.2%).

From these results it is expected that the school, parents, and caregivers around can play an active role in providing information about methods of early detection of breast self-examination and breast cancer in the students.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kanker Payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan

lemak maupun jaringan ikat pada payudara yang merupakan kanker nomor dua yang terjadi pada wanita. Biasanya kanker payudara ditemukan pada umur 40-49 tahun dan

letak terbanyak di kuadran lateral atas. Didunia, kematian akibat kanker payudara diperkirakan sekitar 4,3 juta pertahun. 2,3 juta diantaranya ditemukan di negara berkembang, sedangkan jumlah penderita baru sekitar 3,9 juta pertahun (Mansjoer,

2002).

Kanker payudara menduduki peringkat kedua setelah kanker leher rahim yang

menyerang kaum wanita di seluruh dunia (Dalimartha, 2004). Berdasarkan Survei Kesehatan Nasional tahun 2001 dan sistem informasi rumah sakit tahun 2006, kanker merupakan penyebab kematian kelima di Indonesia. Kanker payudara merupakan

kasus terbanyak dari seluruh kasus kanker (Sulistiani, 2008).

Menurut Organisasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) 8-9% wanita akan

mengalami kanker payudara. Ini menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang

paling banyak ditemui pada wanita. Laporan WHO tahun 2005 jumlah perempuan

penderita kanker payudara mencapai 1.150.000 orang, 700.000 diantaranya tinggal di

(16)

Perancis juga mencatat lebih dari satu juta kasus terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya,

dan mayoritas menyerang perempuan usia lanjut. Berdasarkan data dari IARC

(International Agency for Research on Cancer), pada tahun 2002 kanker payudara

menempati urutan pertama dari seluruh kanker pada perempuan (insiden rate 38 per

100.000 perempuan) dengan kasus baru sebesar 22,7% dan jumlah kematian 14% per

tahun dari seluruh kanker pada perempuan di dunia ( Pusat Komunikasi Publik Setjen

Depkes, 2008).

Di Negara-Negara Asia, insiden kanker payudara mencapai 20 per 100.000 penduduk. Disamping itu, berdasarkan data Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) (2002), didapatkan estimasi insiden kanker payudara di

Indonesia sebesar 26 per 100.000 perempuan (Depkes RI,2008).

Menurut data dari Badan Registrasi Kanker Ikatan Dokter Ahli Patologi

Indonesia (IAPI) tahun 1998 pada perempuan kanker payudara menduduki urutan kedua terbanyak dari seluruh kasus kanker dengan proporsi 12,2%. Menurut SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit) di Indonesia pada tahun 2007, pada kanker payudara

menempati urutan pertama dari seluruh kasus kanker dengan proporsi 24,3% (Juliana, 2005).

Masyarakat pada umumnya memandang kanker sebagai penyakit yang mematikan dan tidak bisa diobati. Padahal, jika kanker ditangani dengan baik pada stadium dini, angka kesembuhannya dapat mencapai 90%. Saat ini, sangat sedikit

(17)

baru kanker di seluruh dunia dan seperlimanya akan akan meninggal akibat penyakit tersebut. Salah satu jenis kanker yang sering terjadi pada wanita adalah kanker

payudara. Sesuai dengan namanya, kanker ini berada pada jaringan payudara. Pria juga memiliki resiko menderita kanker payudara. Namun angka kejadiannya pada

wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria. Di Medan, angka kejadian kanker payudara pada wanita sekitar 10,9% dari seluruh jenis kanker (Dinkes, 2007).

Menurut Jane Wardle dari Badan Penelitian Kanker Amal Inggris, sebagian

besar remaja putri disetiap negara tidak menyadari faktor pola hidup dapat memengaruhi resiko mereka terserang kanker payudara. Hanya 5% yang menyadari

bahwa menyantap makanan, minuman alkohol serta kurang berolahraga beresiko terserang kanker payudara (Kollinko, 2007).

Resiko kanker payudara dimulai saat remaja wanita memutuskan untuk

merokok atau tidak. Penelitian yang dilakukan oleh Olson juga menunjukan bahwa para wanita yang mulai merokok sebelum mengalami kehamilan pertama akan

memiliki resiko terkena kanker payudara setelah masa menopause. Olson menyatakan bahwa target untuk menanggulangi terjadinya kanker payudara pada wanita bisa dicegah saat masih remaja (Jaknews, 2005).

Pada era ini, kaum wanita semakin takut akibat laju perkembangan dari angka kejadian penyakit kanker payudara yang sangat cepat. Sampai saat ini belum

(18)

memberikan masa depan yang cerah bagi penderita kanker payudara (Tjindarbumi,2005).

Di negara-negara lain, Eropa atau Amerika misalnya, jumlah penderita kanker payudara tidak begitu banyak dibandingkan dengan jumlah penderita kanker jenis

lain. Di negara-negara tersebut kesadaran untuk melakukan deteksi dini sudah berkembang baik. Kebanyakan kanker payudara ditemukan pada stadium awal, sehingga segera dapat diobati dan disembuhkan (Peiwen, 2007).

Menurut Sutjipto, saat ini telah banyak ditemukan penderita kanker payudara pada usia muda, bahkan tidak sedikit remaja putri usia 14 tahun menderita tumor di

payudaranya. Dimana tumor yang terjadi bisa menjadi kanker, bila tidak terdeteksi lebih awal. Meskipun tidak semuanya ganas, tetapi ini menunjukkan bahwa saat ini sudah ada trend gejala kanker payudara yang semakin tinggi di usia remaja (Lily,

2008).

Berdasarkan Laporan Kinerja RS Kanker Dharmais tahun 2013 jumlah

penderita yang berkunjung ke tim kerja kanker payudara menduduki peringkat pertama dari 10 besar kanker. Beberapa tahun terakhir penyakit kanker payudara mulai menyerang kalangan muda, dimana banyak penderita kanker payudara

memiliki usia relatif muda. Bahkan, tidak sedikit remaja putri berusia 14 tahun menderita tumor di payudara. Sejak lima tahun terakhir, kasus di bawah 25 tahun

(19)

konsumsi makanan tidak sehat , merokok, alkohol atau telat menikah, serta faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti usia dan riwayat keluarga merupakan faktor

risiko. Beberapa faktor risiko yang dapat diubah bisa dikurangi dengan promosi kesehatan.

Jumlah kasus baru di RS Kanker Dharmais dari tahun ke tahun mengalami peningkatkan, pada tahun 2003 berjumlah 221 orang, mengalami kenaikan tiga kali lipat pada tahun 2012. Tahun 2010 kasus baru kanker payudara yaitu sebesar 567

orang, tahun 2011 meningkat menjadi 711 orang serta tahun 2012 berjumlah 769 orang. Sebesar 85 persen pasien datang pada stadium lanjut, III atau IV, sehingga

hampir setengah dari angka kejadian kanker payudara berakhir dengan kematian.7 Mereka umumnya datang karena ada kekambuhan, dengan rentang usia semakin muda dibandingkan 5 tahun yang lalu. Pada tahun 2007 rata-rata usia 27-81 tahun,

dengan usia tersering 48 tahun, tahun 2012 rata-rata usia 17- 80 tahun dengan usia tersering 45 tahun. Terdapat kecenderungan kasus yang terdiagnosis pada usia

semakin muda. Perubahan gaya hidup diduga menjadi pemicu.

Pada saat ini, masih banyak remaja Indonesia masih belum peka terhadap perawatan untuk payudaranya sendiri (SADARI), mereka lebih peka terhadap jerawat

yang timbul di wajah daripada adanya gejala kanker payudara. Di balik ketidakpekaan itu, juga dilatarbelakangi oleh kurang informasi dan kemauan untuk

(20)

hanya itu, Teknik SADARI juga terasa masih awam, karena masih sedikitnya jumlah wanita yang rutin melakukan SADARI setiap bulan (Hidayat, 2007).

Oleh karena itu, sebagai upaya preventif sekaligus promotif yang dapat memberikan gambaran gaya hidup sehat kepada remaja saat ini adalah dengan cara

memberikan pendidikan kesehatan kepada remaja Indonesia. Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat

menyadari atau mengerti atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka, dan kesehatan orang lain. Pendididikan kesehatan dapat disisipkan dalam setiap mata

pelajaran, misal mata pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga, biologi, dan melalui bimbingan konseling (Notoatmodjo, 2003).

Deteksi dini masih sangat diharapkan untuk meningkatkan angka harapan

hidup penderita, salah satunya adalah dengan melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI). Masalah utama terjadinya kanker payudara adalah

ketidakteraturan dan jarang sekali dilakukan SADARI dengan benar. Sehingga perlu adanya intervensi berupa pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap (Retnowati, 2007). Terbukti 95% wanita yang terdiagnosis pada tahap awal kanker

payudara dapat bertahan hidup lebih dari lima tahun setelah terdiagnosis sehingga banyak dokter yang merekomendasikan agar para wanita menjalani ‘sadari’ (Lusa,

2007).

(21)

yang menyebutkan sekitar 90% kanker payudara ditemukan dengan SADARI. Demikian juga, Soelarto (1995) dalam penelitiannya menyebutkan kurang lebih 85%

tumor ditemukan oleh penderita sendiri secara tidak sengaja. Dengan demikian, menurut Reksoprojo (1995), akan sangat besar artinya bila SADARI lebih digalakkan

terhadap kaum wanita terutama yang lebih dari 15 tahun sampai dengan wanita yang lebih dari 30 tahun (Cancer Age) sehingga diharapkan akan banyak dijaring kasus kanker secara dini (Widiyanto, 1999).

Kesembuhan akan semakin tinggi jika kanker payudara (Ca Mammae) ditemukan dalam stadium dini, yang biasanya masih berukuran kecil. Minimnya

informasi dan upaya publikasi deteksi dini kanker payudara menyebabkan penemuan dan penanganan kanker belum bisa terkelola dengan baik. Salah satu upaya untuk memberikan informasi tentang SADARI kepada wanita remaja adalah melalui

pendidikan kesehatan (Melda S, 2008).

Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari

masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya hidup mereka. Berbagai hal tersebut mengakibatkan peningkatan kerentanan remaja terhadap berbagai macam penyakit (Agustiani, 2009).

Gaya Hidup dan perkembangan zaman adalah faktor penting yang sangat memengaruhi remaja dalam terkena resiko kanker payudara. Pola makan dan

(22)

jenis gorengan), yang merupakan makanan favoritnya masyarakat Indonesia. Selain itu efek negatif yang didapat dari globalisasi yaitu masuknya tren makan makanan

cepat saji seperti burger, kentang goreng, dll (fast food, junk food) yang kian merebak tidak hanya pada remaja tapi masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Gaya hidup

modern yang memicu semakin meningkatnya pola konsumsi alkohol, kebiasaan merokok yang terus meningkat khususnya di kalangan remaja. Ditambah lagi remaja saat ini kurang melakukan aktifitas fisik dan berolahraga (Kusminarto, 2005).

Selain daripada itu, masih banyak remaja Indonesia masih belum peka terhadap perawatan untuk payudaranya sendiri, mereka lebih peka terhadap jerawat

yang timbul di wajah daripada adanya gejala kanker payudara. Di balik ketidakpekaan itu, juga dilatarbelakangi oleh kurang informasi dan kemauan untuk menggali informasi mengenai pencegahan kanker payudara ini. Selain daripada

program pemerintah yang saat ini belum terfokus pada promosi tentang pelaksanaan SADARI bagi remaja, masih fokus kepada pelaksanaan mammografi saja. Bukan

hanya itu, Teknik SADARI juga terasa masih awam, karena masih sedikitnya jumlah wanita yang rutin melakukan SADARI setiap bulan (Hidayat, 2007).

Oleh karena itu, sebagai upaya preventif sekaligus promotif yang dapat

memberikan gambaran gaya hidup sehat kepada remaja saat ini adalah dengan cara memberikan pendidikan kesehatan kepada remaja Indonesia. Pendidikan kesehatan

(23)

dan kesehatan orang lain. Pendididikan kesehatan dapat disisipkan dalam setiap mata pelajaran, misal mata pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga, biologi, dan melalui

bimbingan konseling (Notoatmodjo, 2003).

Sejauh ini penelitian yang terkait dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan

remaja puteri dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sangat terbatas, berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di SMA Katolik Budi Murni 1 Medan di dapat hanya 10 orang yang mengetahui cara melakukan SADARI,

sedangkan yang tidak mengetahui cara melakukan SADARI sebanyak 20 orang. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pengetahuan, sikap,

dan tindakan remaja puteri dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di SMA Katolik Budi Murni 1 Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan, sikap, dan tindakan remaja puteri dalam

melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di SMA Katolik Budi Murni 1 Medan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan remaja puteri

dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di SMA Katolik Budi Murni 1 Medan.

(24)

1. Mengetahui faktor internal remaja puteri dalam hal pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di SMA Katolik Budi Murni 1 Medan.

2. Mengetahui faktor eksternal remaja puteri puteri dalam hal pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di SMA Katolik Budi Murni 1 Medan.

3. Mengetahui pengetahuan remaja puteri dalam hal pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di SMA Katolik Budi Murni 1 Medan.

4. Mengetahui sikap remaja puteri dalam hal pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI) di SMA Katolik Budi Murni 1 Medan.

5. Mengetahui tindakan remaja puteri dalam melakukan pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI) di SMA Katolik Budi Murni 1 Medan. 1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi dan bahan yang berguna untuk meningkatkan kualitas

pendidikan dan sebagai informasi bagi institusi pendidikan.

2. Sebagai masukan bagi institusi pendidikan dalam mengidentifikasi serta

memberi informasi tentang pentingnya melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

3. Sebagai sumber pengetahuan yang berharga bagi peneliti, sehingga dapat

(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan

2.1.1. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan suatu objek tertentu baik melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui pendidikan, pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain, media masa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Taufik (2007) pengetahuan merupakan penginderaan manusia, hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, telinga dan lain sebagainya).

2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan menurut

Notoatmodjo (2003), yaitu: a. Faktor Internal

Faktor internal mempengaruhi terbentuknya : pertama pendidikan, secara

umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat melalui kegiatan untuk memberikan dan

(26)

pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain), dan output (meningkatnya pengetahuan sehingga melakukan apa yang diharapkan)

(Notoatmodjo, 2003).

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang

akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. Kedua pekerjaan, menurut Thomas yang dikutip

oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja pada umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh

terhadap kehidupan keluarga. Ketiga umur, menurut Elisabeth yang dikutip Nursalam (2003) usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun. Sedangkan menurut Huclock yang dikutip Nursalam (2003) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa

dipercayai dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.

b. Faktor Eksternal

(27)

kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Kedua sosial budaya, sistem sosial

budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

2.1.3 Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan yang tercakup dalam Domain Kognitif mempunyai 6 tingkatan : 1. Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut

secara benar. 3. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

(28)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan

masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan

kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan denagn kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.2. Sikap

2.2.1. Defenisi Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau objek . Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari

(29)

Sikap itu merupakan kesiapan atau kesedian untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu pengetahuan. Sikap itu merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang

terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

2.2.2. Faktor yang mempengaruhi Terbentuknya Sikap

Pembentukan sikap seseorang sangat ditentukan oleh: kepribadian, intelegensia, minat. Sikap dapat dipelajari, dibentuk, dan sikap akan mencerminkan

kepribadian seseorang. Sikap dapat dipelajari, dimana belajar itu adalah berlatih, dan belajar berlangsung seumur hidup.

Sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu: Petama kepercayaan

(keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. Kedua kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. Ketiga kecenderungan untuk bertindak. Ketiga

komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2003).

2.2.3. Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2003) tingkatan sikap terbagi menjadi 4 bagian utama,

(30)

terhadap ceramah-ceramah tentang intervensi keperawatan atau dengan kata lain orang atau subyek mau dan memperhatikan stimulus yang telah diberikan (obyek).

Kedua merespon yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang telah diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena

dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang telah diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut. Ketiga menghargai yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. Keempat bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko (Notoatmodjo,

2003).

2.2.4. Struktur Dan Pembentukan Sikap

Struktur sikap terdiri dari komponen yang saling menunjang yaitu komponen

kognitif, afektif, dan konatif (Azwar, 2005). Komponen kognitif merupakan representasi apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali

kepercayaan itu sudah terbentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu. Tentu saja kepercayaan itu terbentuk justru dikarenakan kurang atau tidak adanya informasi yang benar

mengenai obyek yang dihadapi. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional subyektif terhadap suatu obyek sikap. Secara umum,

(31)

bagi obyek termaksud. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang

dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Maksudnya, bagaimana orang berperilaku dalam situasi

tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individual. Karena itu, adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang akan dicerminkannya dalam bentuk

tendensi perilaku terhadap obyek. Pengertian kecenderungan berperilaku menunjukkan bahwa komponen afektif meliputi pula bentuk-bentuk perilaku yang

berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan oleh seseorang. Memang kemudian masalahnya adalah tidak ada jaminan bahwa kecenderungan berperilaku itu akan benar-benar ditampakkan dalam bentuk perilaku yang sesuai apabila individu berada

situasi yang termaksud.

Pembentukan sikap menurut Azwar (2005) dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu yang pertama pengalaman pribadi, haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Yang kedua pengaruh orang

lain yang dianggap penting atau orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Pada umumnya,

(32)

Yang ketiga pengaruh kebudayaan, dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Kita memiliki pola sikap dan

perilaku tertentu dikarenakan kita mendapat reinforcement (penguatan, ganjaran) dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut. Yang keempat media massa, pengaruh

media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap. Yang kelima lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentuksan

sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep dalam diri individu. Konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sikap individu terhadap

sesuatu hal. Yang keenam pengaruh faktor emosional merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

2.2.5. Pembagian Sikap

Secara garis besar, sikap dapat dibedakan menjadi 2, yaitu sikap positif dan

sikap negatif. Sikap positif merupakan sikap yang menunjukkan atau mempertahankan, menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu itu berbeda. Sikap negatif merupakan sikap

yang menunjukkan, memperlihatkan penolokan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada. Salah satu cara mengukur

(33)

pengukuran sikap oleh Likert dibuat adalah dengan penilaian jawaban sangat setuju terhadap sesuatu pernyataan dan sangat tidak setuju (Niven, 2002).

2.2.6. Penilaian Sikap

Salah satu cara untuk mengukur atau menilai sikap seseorang dapat

menggunakan skala kuesioner. Skala penilaian sikap mengandung serangkaian pernyataan tentang permasalahan tertentu. Skala pengukuran sikap oleh Likert dibuat adalah dengan penilaian jawaban sangat setuju terhadap sesuatu pernyataan dan

sangat tidak setuju (Niven, 2002).

2.3. Tindakan (Practice) 2.3.1. Defenisi Tindakan

Suatu sikap belum optimis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlakukan faktor pendukung/suatu kondisi

yang memungkinkan (Notoatmodjo, 2003).

2.3.2. Klasifikasi Tindakan

Tindakan terdiri dari empat tingkatan, yaitu : 1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. 2. Respon Terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

(34)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secar otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai

praktek tingkat tiga. 4. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.4. REMAJA

2.4.1. Pengertian Remaja

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa

ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Remaja sering kali didefinisikan sebagai periode transisi antara masa

kanak-kanak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau seseorang yang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang

perasaannya dan sebagainya. Kartini Kartono (1995: 148) “masa remaja disebut pula sebagai penghubung antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa”. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai kematangan

fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi-fungsi seksual. Disisi lain Sri Rumini dan Siti Sundari (2004: 53) “menjelaskan masa remaja adalah masa peralihan dari masa

(35)

World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja dalam (Sarlito Wirawan Sarwono, 2006: 7) adalah suatu masa ketika:

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

b. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan

yang relatif lebih mandiri.

Berdasarkan beberapa pengertian remaja yang telah dikemukakan para ahli,

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang sedang berada

pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan

perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial.

2.4.2. Batasan Usia Remaja

Terdapat batasan usia pada masa remaja yang difokuskan pada upaya

meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku dewasa. Menurut Kartini Kartono (1995: 36) dibagi tiga yaitu:

a. Remaja Awal (12-15 Tahun)

Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan

(36)

belum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa ini remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.

b. Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)

Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada masa

remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri. Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis. Maka dari perasaan yang penuh

keraguan pada masa remaja awal ini rentan akan timbul kemantapan pada diri sendiri. Rasa percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk

melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirnya.

c. Remaja Akhir (18-21 Tahun)

Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan

keberanian. Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya.

2.3.3. Perkembangan Fisik pada Remaja

Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju

(37)

orang dewasa. Pada periode ini pula remaja berubah dengan menunjukkan gejala primer dan sekunder dalam pertumbuhan remaja. Diantara perubahan-perubahan fisik

tersebut dibedakan menjadi dua yaitu: a. Ciri-ciri seks primer

Modul kesehatan reproduksi remaja Depkes 2002 (dalam Ririn Darmasih 2009: 9) disebutkan bahwa “ciri-ciri seks primer pada remaja adalah remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila telah mengalami mimpi basah”. Mimpi

basah biasanya terjadi pada remaja laki-laki usia antara 10-15 tahun, pada remaja perempuan bila sudah mengalami menarche (menstruasi), menstruasi adalah

peristiwa keluarnya cairan darah dari alat kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung darah.

b. Ciri-ciri seks sekunder

Tanda-tanda fisik sekunder merupakan tanda-tanda badaniah yang membedakan pria dan wanita. Pada wanita bisa ditandai antara lain pertumbuhan

tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota badan menjadi panjang), pertumbuhan payudara, tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi keriting,

haid, dan tumbuh bulu- bulu ketiak. Pada laki-laki bisa ditandai dengan pertumbuhan tulang-tulang, tumbuh bulu kemaluan yanghalus, lurus, dan berwarna gelap, awal

(38)

2.5. SADARI

2.5.1. Defenisi SADARI

Pemeriksaan payudara sendiri atau sering disebut dengan SADARI adalah suatu cara yang efektif untuk mendeteksi sedini mungkin timbulnya benjolan pada

payudara, sebenarnya dapat diketahui secara cepat dengan pemeriksaan sendiri. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan secara berkala yaitu satu bulan sekali. Ini dimaksudkan agar yang bersangkutan dapat mengantisipasi secara cepat jika

ditemukan benjolan pada payudara . Jika SADARI dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan benjolan pada stadium dini. Sebaiknya SADARI

dilakukan pada waktu yang sama setiap bulan. Bagi wanita yang mengalami menstruasi, waktu yang tepat untuk melakukan SADARI adalah hari ke 7 setelah sesudah hari 1 menstruasi (Mardiana, 2004).

Menurut Yuni (2009) SADARI adalah pemeriksaan yang mudah dilakukan oleh setiap wanita untuk mencari benjolan atau kelainan lainnya. Pemeriksaan

payudara sendiri sangat penting untuk mengetahui benjolan yang memungkinkan adanya kanker payudara karena penemuan secara dini adalah kunci untuk menyelamatkan hidup.

2.5.2. Tujuan SADARI

Adapun tujuan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan adalah

(39)

perubahan yang diakibatkan gangguan pada payudara dapat mempengaruhi gambaran diri penderita (Hidrah, 2008).

Pentingnya pemeriksaan payudara sendiri tiap bulan terbukti dari kenyataan bahwa kanker payudara ditemukan sendiri secara kebetulan atau waktu memeriksa

diri sendiri. Wanita-wanita yang sudah berpengalaman dalam memeriksa diri sendiri dapat meraba benjolan-benjolan kecil dengan garis tengah yang kurang dari satu sentimeter. Dengan demikian bila benjolan ini ternyata ganas dapat diobati dalam

stadium dini. Dan kemungkinan sembuh juga lebih besar (Gani, 1995).

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah suatu prosedur untuk

mengetahui kelainan-kelainan pada payudara dengan melakukan inspeksi secara berkala, misalnya sebelum melakukan pemeriksaan payudara terlebih dahulu harus mencuci tangan agar tidak terjadi infeksi pada payudara, serta penggantian bra

merupakan salah satu dari penanggulangan untuk pencegahan infeksi pada payudara. Tujuan dilakukannya SADARI adalah untuk mendeteksi adanya kelainan-kelainan

pada payudara baik struktur,bentuk ataupun tekstur (Long, 1996). 2.5.3. Manfaat SADARI

Manfaat periksa payudara sendiri (SADARI) adalah untuk mendeteksi sedini

mungkin adanya kelainan pada payudara karena kanker payudara pada hakikatnya dapat diketahui secara dini oleh para wanita usia subur. Setiap wanita mempunyai

(40)

wanita yang normal. Bila ada perubahan tentu wanita dapat mengetahuinya dengan mudah (Manuaba, 2000)

2.5.4. Cara Pemeriksaan Payudara Sendiri

Pemeriksaan payudara sendiri hendaknya dilakukan sejak dini. Dapat

dilakukan sebelum dan sesudah menstruasi. Untuk wanita itu sudah berumur diatas 40 tahun dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan setiap bulannya. Bila ada hal-hal yang luar biasa dan mencurigakan hendaknya memeriksakan ke dokter.

Menurut Sukardja (2000) pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :

1. Melihat payudara

a. Pemeriksaan ini dilakukan di depan cermin

b. Bukalah seluruh pakaian dari pinggang ke atas dan berdirilah di depan cermin

yang besar

c. Lakukan kedua tangan disamping tubuh

d. Perhatikan payudara :

− Apakah bentuk dan ukuran payudara kanan dan kiri simetris?

− Apakah payudara membesar atau mengeras?

− Apakah arah putting tidak lurus ke depan atau berubah arah?

− Apakah putting tertarik ke dalam?

− Apakah putting atau kulit ada yang lecet?

(41)

− Apakah kulit menebal dengan pori-pori melebar (seperti kulit jeruk)

− Apakah permukaan kulit tidak mulus, ada kerutan atau cekungan?.

e. Ulangi semua pengamatan diatas dengan posisi kedua tangan lurus keatas.

f. Setelah itu, ulangi lagi pengamatan tersebut dengan posisi kedua tangan di pinggang, dada di busungkan, dan siku tertaarik ke belakang.

2. Memijat payudara

a. Dengan kedua tangan, pijat payudara dengan lembut dari tepi hingga ke putting

b. Perhatikan apakah ada cairan atau darah yang keluar dari putting susu

(42)

3. Meraba payudara

a. Pemeriksaan dilakukan dalam posisi berbaring

b. Lakukan perabaan payudara satu persatu

c. Untuk memeriksakan payudara kanan, letakkan bantal atau handuk yang

dilipat dibawah bahu kanan. Lengan kanan direntangkan disamping kepala atau diletakkan dibawah kepala.

d. Raba payudara dengan menggunakan tiga atau empat jari tangan kiri yang

saling dirapatkan

e. Rabaan dilakukan dengan gerakkan memutar dari tepi payudara hingga

keputing susu

f. Geser posisi jari, kemudian lakukan lagi gerakkan memutar dari tepi payudara hingga keputing susu

g. Lakukan seterusnya hingga seluruh bagian payudar diperiksa h. Lakukan hal yang sama pada payudara yang satunya lagi

i. Sebaiknya perabaan dilakukan dalam tiga macam tekanan: tekanana ringan

(43)

memeriksa adanya benjolan ditengah jaringan payudara, dan tekanan kuat untuk meraba benjolan di dasar payudara yang melekat pada tulang iga

j. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan lotion atau minyak sebagai pelicin agar pemeriksaan lebih sensitif

k. Setelah itu, dilakukan semua langkah perabaan dalam posisi berdiri. Sebaiknya dilakukan saat sedang mandi (dengan menggunakan sabun)

2.5.5. Waktu Dilakukan SADARI

Pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya dilakukan sebulan sekali. Para

(44)

Jika menemukan adanya benjolan atau perubahan pada payudara yang membuat diri Anda resah, segera konsultasikan ke dokter. Jika dokter

menginformasikan bahwa hasil pemeriksaannya menunjukkan tidak adanya kelainan tapi Anda masih tetap resah, Anda bisa meminta kunjungan lanjutan. Anda juga bisa

meminta pendapat kedua dari seorang dokter spesialis. Para wanita yang telah berusia 20 dianjurkan untuk mulai melakukan SADARI bulanan dan CBE tahunan, dan harus melakukan pemeriksaan mamografi setahun sekali bila mereka telah memasuki usia

40 (Peiwen, 2010).

Selain SADARI, deteksi dini untuk kanker payudara yang perlu dilakukan

adalah pemeriksaan klinis payudara minimal 3 tahun sekali untuk perempuan berusia 20-39 tahun dan setiap tahun untuk yang berusia diatas 39 tahun. Lakukan mamogram secara rutin ketika usia sudah mencapai 40 tahun (Hawari, 2004).

2.6. Kerangka Konseptual

Berdasarkan tinjauan teori yang dilakukan dan rumusan masalah serta tujuan penelitian maka kerangka konsep penelitian ini menjelaskan bahwa perilaku

merupakan bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada

(45)

Internal (tingkat kecerdasan, emosional, jenis kelamin, dan sebagainya) dan Faktor Eksternal (lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya).

Dikutip dari Notoatmodjo (2007), Teori Bloom menyatakan perilaku manusia dibagi kedalam 3 domain yaitu : kognitif, afektif, dan psikomotor. Lalu dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yaitu : pengetahuan (knowledge),

sikap (attitude), dan tindakan (practice).

Gambar 2.6 : Kerangka Konsep Faktor Internal

• Karakteristik Responden : - Umur

- Uang saku

Faktor Eksternal

• Sumber Informasi tentang SADARI :

- Media massa (cetak, elektronik)

- Teman sebaya - Guru/Sekolah

Pengetahuan Sikap Tindakan melakukan

(46)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan menggunakan

pendekatan Cross Sectional (pengamatan sesaat) untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan remaja puteri dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di SMA Katolik Budi Murni 1 Medan.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di SMA Katolik Budi Murni 1 Medan yang terletak di Jl. Timor No.34 Medan dikarenakan :

1. Jumlah sampel yang cukup dan sesuai dengan yang diinginkan.

2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

3. Bahwa masih sedikit remaja putri yang mengetahui dan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan 17 Oktober 2014 – 17 November 2014.

(47)

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas XII di

SMA Katolik Budi Murni 1 Medan Tahun 2014 yang berjumlah 200 orang.

3.3.2. Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Lemeshow dalam Arikunto (2006) yaitu:

n = X² . N.P (1-P)

d2 . (N – 1) + X² P ( 1 – P) n = (0,95)² . 200.0,5(1-0,5)

(0,05)² . (200-1) + (0,95)² . 0,5 (1 – 0.5) n = 62,4 = 62 responden

Keterangan : N= Besar populasi

n= Besar sampel

d= galat pendugaan (0,05)

X= Tingkat kepercayaan (95%=0,95) P= Proporsi populasi (Ditentukan : 0,5)

Berdasarkan perhitungan yang di lakukan dengan menggunakan rumus

diatas,maka di ketahui jumlah dari populasi 200 siswa di dapat sampel penelitian sebanyak 62 siswa responden.

(48)

stratified random sampling yaitu pengambilan sampel pada setiap strata (kelas) XII secara proporsional agar setiap orang memiliki peluang yang sama untuk menjadi

sampel serta mewakili setiap strata (kelas).

Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Menetapkan persentase berdasarkan perbandingan besar sampel dengan jumlah populasi yaitu :

Proporsi = 62

200

= 31%

2. Menjumlahkan dengan proporsi yang ada pada tiap-tiap kelas sebagai berikut:

Tabel 3.3.2. Jumlah sampel pada tiap-tiap kelas berdasarkan proporsi No. Kelas Jumlah Populasi

(Remaja Puteri)

Proporsi (%)

Jumlah sampel

1. XII-IPA 1 40 31% 12

2. XII-IPA 2 32 31% 10

3. XII-IPA 3 35 31% 11

4. XII-IPS 1 30 31% 9

5. XII-IPS 2 28 31% 9

6. XII-IPS 3 35 31% 11

(49)

3.4. Instrumen dan Aspek Pengukuran 3.4.1. Instrumen

Alat pengumpul data yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

3.4.2. Aspek pengukuran

Menurut Arikunto (1998), aspek pengukuran dengan kategori (baik, sedang,

kurang) terlebih dahulu menetukan kriteria (tolak ukur) yang akan dijadikan penentuan.

a. Pengukuran Pengetahuan

Berdasarkan Arikunto (2003), aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

a. Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 20 yaitu > 15.

b. Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 20 yaitu 9-15.

c. Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 20 yaitu < 9.

b. Pengukuran Sikap

Skala pengukuran sikap berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari

(50)

pertanyaan dengan pilihan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak tahu (TT), dan tidak setuju (TS). Kuesioner terdiri dari pertanyaan positif dan negatif. Bila

pertanyaan positif, jawaban SS diberi nilai 4, S diberi nilai 3, TS diberi nilai 2, STS diberi nilai 1. Sebaliknya bila pertanyaan negatif, jawaban SS diberi nilai 1, S diberi

nilai 2, TS diberi nilai 3, dan STS diberi nilai 4.

Cara menentukan kategori tingkat sikap responden mengacau pada persentase berikut (Arikunto, 2007):

1. Sikap baik, apabila skor jawaban >75% nilai keseluruhan >45

2. Sikap cukup baik, apabila skor jawaban 45%-75% nilai keseluruhan (27-45)

3. Sikap kurang baik, apabila skor jawaban <45% nilai keseluruhan < 27 c. Pengukuran Tindakan

Tindakan diukur melalui 15 pertanyaan dengan menggunakan skala Thurstone

(Singarimbun, 1995). Skala pengukuran tindakan berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden terhadap semua pertanyaan yang diberikan. Masing-masing

dengan alternatif jawaban “ya melakukan” dan “tidak melakukan” dengan ketentuan jika responden menjawab “ya melakukan” dikatakan benar diberi nilai 2 (dua), dan jika responden menjawab “tidak melakukan” dikatakan salah diberi nilai 1 (satu).

Berdasarkan Arikunto (2003), aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

(51)

b. Tindakan sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 30 yaitu 14-23.

c. Tindakan kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai tertinggi seluruh

pertanyaan dengan total nilai 30 yaitu < 14. 3.5. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data berupa data primer yang diperoleh langsung dari

responden dengan cara menggunakan kuesioner dalam bentuk pertanyaan dan pernyataan tentang pengetahuan, sikap, dan tindakan remaja tentang pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI). 3.6. Definisi Operasional

Definisi operasional bermanfaat untuk membatasi ruang lingkup atau

pengertian variabel-variabel tersebut diberi batasan yang bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang

bersangkutan serta pengembangan instrumen atau alat ukur (Notoatmodjo, 2007). 1. Karakteristik siswa

- Umur yaitu lamanya hidup seseorang responden dihitung sejak ia lahir

sampai saat penelitian berdasarkan tahun

- Uang saku yaitu besarnya rata-rata nominal uang saku yang diberikan orang tua kepada responden untuk uang saku satu bulan terakhir.

(52)

- Media yaitu sarana informasi bagi responden yang menjadi sumber keterangan perihal SADARI seperti televisi, internet, majalah.

- Teman sebaya yaitu teman seumuran yang ada dilingkungan responden. - Guru adalah orang yang mengajarkan pelajaran di sekolah tersebut.

3. Pengetahuan Remaja adalah Informasi yang diperoleh dan pengertian remaja dalam hal pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

4. Sikap remaja adalah Suatu bentuk reaksi atau respon remaja yang masih tertutup

terhadap pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

5. Tindakan remaja adalah Suatu bentuk reaksi atau respon remaja terhadap

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).. 3.7. Pengolahan dan Analisa Data

3.7.1. Pengolahan Data

Proses pengolahan data dilakukan melalui tahap sebagai berikut : 1. Pengeditan Data (editing)

Kegiatan ini dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang telah diisi, berkaitan dengan kelengkapan pengisian, kejelasan, relevansi, dan konsistensi jawaban dan koreksi terhadap kesalahan pengisian.

2. Pengkodean Data (Coding)

Pemberian kode yang dimaksudkan untuk mempermudah pada saat analisis

data dan juga mempercepat pada saat entry data, yaitu dengan memberikan kode pada pertanyaan penelitian dalam kuesioner.

(53)

Tahapan ini dilakukan dengan cara memasukkan data ke dalam komputer untuk disolah dan dianalisis.

4. Pengecekan Data (Cleaning)

Adalah pengecekan data yang sudah di entry, apakah ada kesalahan atau tidak.

3.7.2. Analisa Data

Dalam analisa data, menggunakan statistik deskriptif yaitu untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMA Katolik Budi Murni 1 Medan terletak di Jln. Timor No. 34 Medan. SMA Katolik Budi Murni 1 memiliki beberapa fasilitas yang berguna untuk

mendukung kegiatan belajar mengajar yaitu : ruangan laboratorium (fisika, kimia, dan biologi), perpustakaan, ruangan lab. Bahasa, ruang komputer, ruang band, ruang

tari, lapangan basket, lapangan futsal, lapangan sepak bola, lapangan volly, Unit Kesehatan Sekolah (UKS), ekstra kurikuler (karate, bahasa jepang, bahasa mandarin, bahasa perancis, paduan suara, PASKIBRA, dll), kantin sehat, ruangan

bimbingan/konseling, dan ruangan kelas yang dipakai untuk proses belajar mengajar. Adapun ruangan untuk siswa terdiri dari :

- Kelas I : Ada 7 kelas

- Kelas II : Ada 6 kelas, yang terdiri dari 3 kelas jurusan IPA dan 3 kelas IPS - Kelas III : Ada 6 kelas, yang terdiri dari 3 kelas jurusan IPA dan 3 kelas IPS Batasan-batasan strategis lokasi SMA Katolik Budi Murni 1 Medan terdiri dari :

- Sebelah Timur : berbatasan dengan Univ. HKBP Nommensen - Sebelah Selatan : berbatasan dengan Jln. Gaharu

- Sebelah Barat : berbatasan dengan SMKN 5, SMPN 37, dan SMAN 7 Medan

(55)

4.2. Gambaran Karakteristik Siswa

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Usia Siswa di SMA Katolik Budi Murni 1 Medan Tahun 2014

No. Usia Jumlah (n) %

1. 15 tahun 4 6,5

2. 16 tahun 54 87

3. 17 tahun 4 6,5

Total 62 100,0

Berdasarkan tabel 4.1. diatas diketahui bahwa usia responden yang paling

banyak adalah 16 tahun yaitu sebanyak 54 orang (87%), sedangkan usia responden yang paling sedikit adalah 15 tahun dan 17 tahun yaitu sebanyak 4 orang (6,5%).

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Uang Saku Siswa di SMA Katolik Budi Murni 1 Medan Tahun 2014

No. Uang Saku Jumlah (n) %

1. <500.000 19 30,65

2. >500.000 43 69,35

Total 62 100,0

Berdasarkan tabel 4.2. diatas diketahui bahwa uang saku responden yang paling banyak adalah >500.000 yaitu sebanyak 43 orang (69,35%) dan paling sedikit

adalah <500.000 sebanyak 19 orang (30,65%).

4.3. Sumber Informasi

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Informasi

No. Sumber Informasi Jumlah (n) %

1. Media massa (cetak, elektronik) 41 66,13

2. Teman sebaya 11 17,74

3. Guru/sekolah 10 16,13

(56)

Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa responden mendapatkan informasi tentang SADARI yang paling banyak melalui media massa (cetak,

elektronik) sebanyak 41 orang (66,13%) dan paling sedikit melalui guru/sekolah

sebanyak 10 orang (16,13%).

4.4. Hasil Analisa Data Tentang Pengetahuan

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Tentang Defenisi SADARI

No. SADARI Jumlah (n) %

1. Memeriksa payudara sendiri setiap bulan untuk mendeteksi timbulnya benjolan pada payudara

39 62,9

2. Cara untuk melihat adanya kelainan payudara 13 20,97 3. Cara untuk merasakan adanya nyeri pada

payudara

10 16,13

Jumlah 62 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa sebagian besar responden mengetahui tentang SADARI yaitu Memeriksa payudara sendiri setiap bulan untuk mendeteksi timbulnya benjolan pada payudara sebanyak 39 orang (62,9%) dan sebanyak 13

orang (20,97%) mengatakan SADARI adalah suatu cara untuk mengetahui kelainan payudara.

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Tentang Tujuan SADARI

No. Tujuan SADARI Jumlah (n) %

1. Mencegah terjadinya kanker payudara 21 33,87 2. Mengetahui adanya benjolan pada payudara sejak

dini/awal

22 35,48

3. Menghilangkan benjolan payudara 19 30,65

(57)

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa sebagian besar responden mengetahui tujuan SADARI yaitu dengan mengetahui adanya benjolan pada payudara sejak

dini/awal sebanyak 22 orang (35,48%) dan memilih untuk mencegah terjadinya kanker payudara sebanyak 21 orang (33,87%).

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Tentang Manfaat SADARI

No. Manfaat SADARI Jumlah (n) %

1. Mengetahui adanya benjolan pada payudara 25 40,32 2. Mengurangi rasa nyeri pada payudara 18 29,03

3. Mencegah kanker payudara 10 16,13

4. Tidak tahu 9 14,52

Jumlah 62 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden

menyatakan manfaat SADARI untuk mengetahui adanya benjolan pada payudara sebanyak 25 orang (40,32%) dan menyatakan untuk mengurangi rasa nyeri pada

payudara sebanyak 18 orang (29,03%).

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Tentang Waktu Pelaksanaan SADARI

No. Waktu Pelaksanaan SADARI Jumlah (n) % 1. Lakukan SADARI dengan rutin

1kali/bulan

17 27,42

2. Diperiksa ke Dokter 42 67,74

3. Dibiarin saja 3 4,84

Jumlah 62 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa sebagian besar responden

(58)

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Tentang Waktu Pelaksanaan SADARI

No. Waktu Pelaksanaan SADARI Jumlah (n) %

1. Sebelum menstruasi 11 17,74

2. Sedang menstruasi 34 54,84

3. Setelah menstruasi 17 27,42

Jumlah 62 100,0

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa sebagian besar responden melakukan SADARI pada saat menstruasi sebanyak 34 orang (54,84%) dan sebanyak 17 orang (27,42%) menyatakan melakukan setelah menstruasi.

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Tentang Waktu Pelaksanaan SADARI

No. Waktu Pelaksanaan SADARI Jumlah (n) %

1. Hari ke-2 sampai ke-4 25 40,32

2. Hari ke-5 sampai ke-7 23 37,10

3. Hari ke-8 sampai ke-10 14 22,58

Jumlah 62 100,0

Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan hari ke-2 sampai ke-4 sebanyak 25 orang (24,20%) dan sebanyak 23 orang (51,61%)

menjawab dengan benar.

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Tentang Waktu Pelaksanaan SADARI

No. Waktu Pelaksanaan SADARI n %

1. Setiap hari 15 24,20

2. Setiap minggu 18 29,03

3. Setiap bulan 29 46,77

(59)

Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa sebagian besar responden memilih setiap bulan merupakan waktu tepat pelaksanaan SADARI sebanyak 29 orang

(46,77%) dan sebanyak 18 orang (29,03%) menyatakan setiap minggu.

Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Tentang Cara/Tehnik Pertama SADARI

No. Cara/Tehnik Pertama SADARI Jumlah (n) % 1. Melihat besar & bentuk payudara di depan cermin 25 40,32 2. Memijat payudara dengan kedua tangan dari tepi

hingga ke puting susu

20 32,26

3. Meraba payudara dalam posisi berbaring 17 27,42

Jumlah 62 100,0

Berdasarkan tabel 4.11. diketahui bahwa sebagian besar responden melihat

besar dan bentuk payudara di depan cermin sebanyak 25 orang (40,32%) dan memijat payudara dengan kedua tangan dari tepi hingga ke puting susu sebanyak 20 orang

(32,26%)

Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Tentang Cara/Tehnik Kedua SADARI

No. Cara/Tehnik Kedua SADARI Jumlah (n) %

1. Melihat besar & bentuk payudara di depan cermin 36 58,06 2. Memijat payudara dengan kedua tangan dari tepi

hingga ke puting susu

20 32,26

3. Meraba payudara dalam posisi berbaring 6 9,68

Jumlah 62 100,0

Berdasarkan tabel 4.12. diketahui bahwa sebagian besar responden melihat

besar dan bentuk payudara di depan cermin sebanyak 36 orang (58,06%) dan memijat payudara dengan kedua tangan dari tepi hingga ke puting susu sebanyak 20 orang

(60)

Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Tentang Cara/Tehnik Ketiga SADARI

No. Cara/Tehnik Ketiga SADARI Jumlah (n) % 1. Melihat besar & bentuk payudara di depan

cermin

15 14,52

2. Memijat payudara dengan kedua tangan dari tepi hingga ke puting susu

25 30,64

3. Meraba payudara dalam posisi berbaring 22 35,48

Jumlah 62 100,0

Berdasarkan tabel 4.13. diketahui bahwa sebagian besar responden memijat payudara dengan kedua tangan dari tepi hingga ke puting susu sebanyak 25 orang

(30,64%) dan melakukan perabaan payudara dalam posisi berbaring sebanyak 22 orang (35,48%).

Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Tentang Gejala/Tanda Kanker Payudara

No. Gejala/Tanda Ca. Mammae Jumlah (n) %

1. Bentuk payudara 17 27,42

2. Puting susu yang lecet 16 25,81

3. Keluarnya cairan atau darah dari puting susu (kecuali ibu yang sedang menyusui)

29 46,77

Jumlah 62 100,0

Berdasarkan tabel 4.14. diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan keluarnya cairan atau darah dari puting susu (kecuali ibu yang sedang

(61)

Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Tentang Gejala/Tanda Kanker Payudara

No. Gejala/Tanda Ca. Mammae Jumlah (n) %

1. Memeriksa adanya benjolan di tengah jaringan payudara

21 33,87

2. meraba benjolan di dasar payudara yang melekat pada tulang iga

22 35,48

3. Meraba adanya benjolan di permukaan kulit 19 30,65

Jumlah 62 100,0

Berdasarkan tabel 4.15. diketahui bahwa sebagian besar responden meraba benjolan di dasar payudara yang melekat pada tulang iga sebanyak 22 orang (35,48%)

dan memeriksa adanya benjolan di tengah jaringan payudara sebanyak 21 orang (33,87%).

Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Tentang Gejala/Tanda Kanker Payudara

Berdasarkan tabel 4.16. diketahui bahwa sebagian besar responden

menyatakan Darah sebanyak 24 orang (38,71%) dan menyatakan Nanah/pus sebanyak 21 orang (33,87%).

Gambar

Gambar 2.6 : Kerangka Konsep
Tabel 3.3.2. Jumlah sampel pada tiap-tiap kelas berdasarkan proporsi
Tabel 4.1.
Tabel 4.4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tentang pengetahuan dan sikap ibu dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di Lingkungan Linggarjati Pematangsiantar kepada 80 orang ibu sebagai

Hasil uji statistik memberikan kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku pemeriksaan payudara sendiri (Sadari) pada Mahasiswi PGSD STKIP

Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan edukasi tentang deteksi dini kanker payudara melalui SADARI, keterampilan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

Hasil penelitian sebagian besar remaja memiliki pengetahuan yang kurang yaitu sebanyak 19 orang (54.3%), sebagian besar remaja tidak melakukan pemeriksaan payudara sendiri

Hasil analisis perbandingan metode ceramah dan media audio visual terhadap sikap remaja putri tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di SMAN 11 Kota Jambi tahun 2015,

Dari hasil penelitian pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan dan sikap Ibu PKK RW IX Kelurahan Tangkeran Timur tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

Sejauh ini penelitian yang terkait dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan remaja puteri dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sangat terbatas, berdasarkan

Hasil penelitian yang telah di lakukan di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan remaja putri tentang pemeriksaan payudara sendiri