• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Permintaan Dan Penawaran Cabai Merah Di Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Permintaan Dan Penawaran Cabai Merah Di Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN CABAI

MERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH:

Chairia 110304068 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN CABAI

MERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA

OLEH:

CHAIRIA 110304068 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Ketua Pembimbing Anggota Pembimbing

Dr. Ir. Salmiah, MS

NIP. 195702171986032001 NIP. 196510081992031001

Ir. Luhut Sihombing, MP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

Chairia (110304068) dengan judul “Analisis Permintaan Dan Penawaran Cabai Merah Di Provinsi Sumatera Utara” yang dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku anggota komisi pembimbing.

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis berapa besar pengaruh variabel harga cabai merah, jumlah penduduk dan pendapatan terhadap permintaan cabai merah di Provinsi Sumatera Utara, untuk menganalisis berapa besar pengaruh varaibel harga cabai merah, harga pupuk (Urea, ZA, SP-36) dan luas panen cabai merah terhadap penawaran cabai merah di Provinsi Sumatera Utara, dan untuk menganalisis bagaimana keseimbangan permintaan dan penawaran cabai merah di Provinsi Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan alat bantu SPSS. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series tahunan selama 10 tahun yaitu periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2013.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara serempak harga cabai merah tingkat konsumen, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita berpengaruh nyata terhadap permintaan cabai merah di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hasil koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa variabel bebas (harga cabai merah, jumlah penduduk dan pendapatan) mampu menjelaskan variabel terikat (permintaan cabai merah) sebesar 87,9% sementara 12,1% lagi dipengaruhi oleh variabel yang tidak dimasukkan ke dalam model; Secara serempak harga cabai merah tingkat produsen, harga pupuk (Urea, ZA, SP-36) bersubsidi, dan luas panen cabai merah berpengaruh nyata terhadap penawaran cabai merah di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hasil koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa variabel bebas (harga cabai merah, harga pupuk Urea, harga pupuk ZA, harga pupuk SP-36 dan luas panen cabai merah) mampu menjelaskan variabel terikat (penawaran cabai merah) sebesar 94,1% sementara 5,9% lagi dipengaruhi oleh variabel yang tidak dimasukkan ke dalam model; Penawaran dan permintaan cabai merah di Provinsi Sumatera Utara adalah konvergen (menuju keseimbangan).

(4)

RIWAYAT HIDUP

Chairia, lahir di Medan pada tanggal 06 Maret 1993, sebagai anak ketiga dari

empat bersaudara, putri dari Bapak Azhari Yuslizar dan Ibu Sri Rezeki, SPd. SD. Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1999 masuk SD Negeri 060915 Medan lulus tahun 2005. 2. Tahun 2005 masuk SMP Negeri 1 Medan lulus tahun 2008. 3. Tahun 2008 masuk SMA Negeri 4 Medan lulus tahun 2011.

4. Tahun 2011 masuk di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tertinggi Negeri Tertulis (SNMPTN).

5. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Securai Selatan Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara tanggal 07 Agustus-06 September 2014.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat dan karunia-Nya, serta segala kekuatan, kemampuan, dan kesempatan yang telah dianugrahkanNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Permintaan Dan Penawaran Cabai Merah Di Provinsi Sumatera Utara”. Penulis mengucapkan terima kasih setulus hati kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai ketua komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Selaku penguji skripsi yang telah banyak membantu ilmu, saran serta masukan yang bermanfaat kepada penulis agar skripsi ini menjadi lebih baik.

4. Selaku penguji skripsi yang telah banyak membantu ilmu, saran serta masukan yang bermanfaat kepada penulis agar skripsi ini menjadi lebih baik.

5. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

(6)

7. Seluruh staf akademik dan pegawai Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah membantu seluruh proses administrasi.

8. Seluruh Pegawai Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara dan Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi.

9. Ayahanda tercinta Bapak Azhari Yuslizar dan Ibunda tercinta Sri Rezeki, SPd. SD, kedua orangtua yang telah banyak memberikan pelajaran kehidupan, perhatian, pengorbanan yang teramat sangat besar, mendidik dengan penuh kasih dan saying serta menjadi motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Kakanda, abangda dan adinda tercinta, Nurul Mashita SE, Dicky Andryan SSi, Dedi Utomo SPd dan Irfan Asri yang telah memberikan dukungan berupa doa dan semangat.

11.Kekasih tercinta Nanda Eka Prabowo SH yang telah memberikan dukungan berupa doa dan semangat.

(7)

13.Seluruh teman-teman Agribisnis angkatan 2011 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis menerima masukan, kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 7

2.2 Penelitian Terdahulu ... 10

2.3 Landasan Teori ... 11

2.4 Kerangka Pemikiran ... 28

2.5 Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 30

3.2 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.3 Metode Analisis Data... 31

3.4 Defenisi dan Batasan Operasional ... 38

3.4.1 Defenisi ... 38

3.4.2 Batasan Operasional ... 39

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian... 40

4.1.1 Kondisi Geografis ... 40

4.1.2 Iklim Dan Topografi ... 41

4.1.3 Keadaan Penduduk ... 43

4.1.4 Keadaan Ekonomi ... 45

4.1.5 Sarana Dan Prasarana Jalan ... 46

(9)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Variabel-variabel Yang Mempengaruhi Permintaan

Cabai Merah Di Provinsi Sumatera Utara ... 48 5.2 Variabel-variabel Yang Mempengaruhi Penawaran

Cabai Merah Di Provinsi Sumatera Utara ... 58 5.3 Keseimbangan Permintaan Dan Penawaran Cabai Merah

Di Provinsi Sumatera Utara ... 68

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 70 6.2 Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal.

1. Kebutuhan Konsumsi Cabai Merah Dan Jumlah Penduduk

Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2014 8 2. Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas Dan Produksi

Cabai Merah Di Provinsi Sumatera Utara 9 3. Luas dan Letak Diatas Permukaan Laut Kabupaten/Kota

di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 42 4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 43 5. Jumlah Penduduk Menurut Daerah Kota dan Pedesaan

Setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2013 44

6. Produk Domestik Regional Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2013 di Provinsi Sumatera Utara 46 7. Karakteristik Data untuk Analisis Permintaan Cabai Merah

di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004-2013 47 8. Karakteristik Data untuk Analisis Penawaran Cabai Merah

di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004-2013 47 9. Jumlah Cabai Merah Yang Diminta, Harga Rata-Rata Cabai Merah

Tingkat Konsumen, Jumlah Penduduk dan Pendapatan Per

Kapita Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004-2013 49 10. Analisis Regresi Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi

Permintaan Cabai Merah Di Provinsi Sumatera Utara 55 11. Jumlah Cabai Merah Yang Ditawarkan, Harga Rata-Rata

Cabai Merah Tingkat Produsen, Harga Rata-Rata Pupuk (Urea, ZA, SP-36) Bersubsidi, dan Luas Panen

Cabai Merah Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004-2013 59 12. Analisis Regresi Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi

Penawaran Cabai Merah Di Provinsi Sumatera Utara 64

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal.

1. Kurva Permintaan 12

2. Pergeseran Kurva Permintaan 13

3. Kurva Penawaran 17

4. Pergeseran Kurva Penawaran 18

5. Teori Cobwebb Yang Menuju Fluktuasi Yang Jaraknya Tetap 22 6. Teori Cobwebb Yang Menuju Titik Keseimbangan 23 7. Teori Cobwebb Yang Menuju Eksplosi Harga 24 8. Skema Kerangka Pemikiran Permintaan Dan Penawaran

Cabai Merah 28

9. Perkembangan Permintaan Cabai Merah Di Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2004-2013 53

10. Perkembangan Penawaran Cabai Merah Di Provinsi

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. Jumlah Penduduk Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004-2013

2. Jumlah Cabai Merah Yang Diminta Per Kapita Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004-2013

3. Jumlah Cabai Merah Yang Diminta Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004-2013 4. Harga Rata-Rata Cabai Merah Tingkat Konsumen Di Provinsi Sumatera utara

Tahun 2004-2013

5. Pendapatan Per Kapita Di Provinsi Sumatera utara Tahun 2004-2013

6. Jumlah Cabai Merah Yang Ditawarkan Di Provinsi Sumatera utara Tahun 2004-2013

7. Luas Panen Dan Produktivitas Cabai Merah Di Provinsi Sumatera utara Tahun 2004-2013

8. Harga Rata-Rata Cabai Merah Tingkat Produsen Di Provinsi Sumatera utara Tahun 2004-2013

9. Harga Rata-Rata Pupuk Urea Bersubsidi Di Provinsi Sumatera utara Tahun 2004-2013

10.Harga Rata-Rata Pupuk ZA Bersubsidi Di Provinsi Sumatera utara Tahun 2004-2013

11.Harga Rata-Rata Pupuk SP-36 Di Provinsi Sumatera utara Tahun 2004-2013

12.Jumlah Cabai Merah Yang Diminta Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

13.Jumlah Cabai Merah Yang Ditawarkan Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

14.Hasil Analisis Regresi Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Permintaan Cabai Merah Di Provinsi Sumatera Utara

(13)

ABSTRAK

Chairia (110304068) dengan judul “Analisis Permintaan Dan Penawaran Cabai Merah Di Provinsi Sumatera Utara” yang dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku anggota komisi pembimbing.

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis berapa besar pengaruh variabel harga cabai merah, jumlah penduduk dan pendapatan terhadap permintaan cabai merah di Provinsi Sumatera Utara, untuk menganalisis berapa besar pengaruh varaibel harga cabai merah, harga pupuk (Urea, ZA, SP-36) dan luas panen cabai merah terhadap penawaran cabai merah di Provinsi Sumatera Utara, dan untuk menganalisis bagaimana keseimbangan permintaan dan penawaran cabai merah di Provinsi Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan alat bantu SPSS. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series tahunan selama 10 tahun yaitu periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2013.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara serempak harga cabai merah tingkat konsumen, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita berpengaruh nyata terhadap permintaan cabai merah di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hasil koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa variabel bebas (harga cabai merah, jumlah penduduk dan pendapatan) mampu menjelaskan variabel terikat (permintaan cabai merah) sebesar 87,9% sementara 12,1% lagi dipengaruhi oleh variabel yang tidak dimasukkan ke dalam model; Secara serempak harga cabai merah tingkat produsen, harga pupuk (Urea, ZA, SP-36) bersubsidi, dan luas panen cabai merah berpengaruh nyata terhadap penawaran cabai merah di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hasil koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa variabel bebas (harga cabai merah, harga pupuk Urea, harga pupuk ZA, harga pupuk SP-36 dan luas panen cabai merah) mampu menjelaskan variabel terikat (penawaran cabai merah) sebesar 94,1% sementara 5,9% lagi dipengaruhi oleh variabel yang tidak dimasukkan ke dalam model; Penawaran dan permintaan cabai merah di Provinsi Sumatera Utara adalah konvergen (menuju keseimbangan).

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Sektor ini berperan sebagai sumber penghasil bahan makanan, sumber bahan baku bagi industri, mata pencaharian sebagian besar penduduk, penghasil devisa negara dari ekspor komoditasnya bahkan berpengaruh besar terhadap stabilitas dan keamanan nasional (Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2010).

Salah satu komoditas pertanian yang tumbuh subur di Provinsi Sumatera Utara adalah komoditas hortikultura yang meliputi tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan obat-obatan. Komoditas tersebut banyak diusahakan yang hasilnya selain memenuhi kebutuhan lokal juga diekspor ke luar negeri.

Potensi jenis tanaman hortikultura dilihat dari produksi dan luas panen. Tanaman sayuran dan buah-buahan semusim yang merupakan komoditas unggulan di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2012 antara lain : cabai, kubis, kentang, tomat, semangka, terung, sawi, kacang panjang dan buncis. 9 (sembilan) jenis tanaman unggulan ini mempunyai kapasitas produksi terbesar dari 25 jenis tanaman sayuran dan buah-buahan semusim yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Produksi sayuran terbesar tahun 2012 adalah tanaman cabai dengan jumlah produksi sebesar 245.770 ton dengan luas panen sebesar 22.129 hektar (Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2013).

(15)

Tanaman cabai menyebar di seluruh daerah Sumatera Utara. Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang memiliki daerah sentra produksi tanaman cabe. Adapun daerah sentra produksi tanaman cabai di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2012 adalah Kabupaten Simalungun, Karo, Batubara, Tapanuli Utara, dan Dairi dengan persentase produksi masing-masing sebesar 24,44%, 22,83%, 11,98%, 9,97%, dan 9,24% terhadap total produksi tanaman cabe di Provinsi Sumatera Utara.

Naik turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya terhadap barang yang diminta. Kuantitas akan menurun ketika harganya meningkat dan kuantitas yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan negatif (negatively related) dengan harga (Djojodipuro, 1991). Namun sebaliknya, jika harga suatu barang naik maka kuantitas yang ditawarkan akan barang tersebut bertambah karena produsen berharap mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari penjualan akan barang tersebut, demikian sebaliknya (Hanafie, 2010).

(16)

cabai yang dilakukan secara massal menghasilkan produksi cabai yang melimpah saat panen. Hal ini bisa menyebabkan suplai cabai ke pasaran melebihi permintaan, sehingga harga jual cabai langsung terpuruk. Ketersediaan cabai yang melimpah dengan harga jual yang murah merugikan para petani. Namun sebaliknya, harga jual yang murah dapat meningkatkan kuantitas cabai yang diminta konsumen.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012 sebanyak 13.215.401 jiwa sedangkan tahun 2013 sebanyak 13.326.307 jiwa. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pertambahan penduduk biasanya diikuti dengan perkembangan akan permintaan suatu komoditi karena dalam kondisi tersebut akan lebih banyak orang yang membutuhkan komoditi tersebut. Jumlah penduduk di Sumatera Utara bertambah setiap tahunnya sehingga diasumsikan bahwa kebutuhan akan cabai merah pun meningkat (Sugiarto, 2000).

(17)

tahun 2012 sebesar Rp 10.174.791 dan tahun 2013 sebesar Rp 10.488.190. Sesuai dengan teori yang ada, kenaikan pendapatan yang ada setiap tahunnya diasumsikan meningkatkan permintaan akan cabai merah. Walaupun harga cabai merah naik, tidak menutup kemungkinan bagi orang yang berpenghasilan tinggi untuk mengonsumsi cabai merah dalam jumlah yang memenuhi sesuai kebutuhan.

Pemupukan bertujuan menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman agar bisa tumbuh baik dan cepat berbuah. Adapun pemupukan awal yang digunakan untuk usahatani cabai merah adalah dengan memberikan pupuk kandang. Pupuk yang diberikan selanjutnya adalah pupuk buatan atau pupuk kimia berupa pupuk Urea, ZA, dan pupuk SP-36. Dosis yang diberikan tergantung kebutuhan dan kesuburan tanah (Redaksi AgroMedia, 2011). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara diketahui bahwa harga pupuk (Urea, ZA, SP-36) bersubsidi di Provinsi Sumatera Utara relatif meningkat. Harga pupuk urea, pupuk ZA, dan pupuk SP-36 bersubsidi tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar Rp 1800/Kg, Rp 1.400/Kg, dan Rp 2.000/Kg. Sedangkan harga pupuk urea, pupuk ZA, dan pupuk SP-36 terendah terjadi di tahun 2004 dengan harga sebesar Rp 1.150/Kg, Rp 950/Kg, dan Rp 1.400/Kg. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa makin tinggi harga input maka makin kecil jumlah produksi yang ditawarkan. Itu disebakan karena makin kecil keuntungan yang diperoleh dari produksi komoditi tersebut.

(18)

memenuhi jumlah permintaan yang diminta oleh masyarakat. Maka luas panen merupakan salah satu faktor utama dalam memenuhi produksi suatu barang yang ditawarkan. Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, luas panen cabai di Sumatera Utara tahun 2007-2012 mengalami kenaikan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,81 persen per tahun.

Variabel harga cabai merah, jumlah penduduk, pendapatan per kapita, harga pupuk (Urea, ZA, SP-36) dan luas panen cabai merah diasumsikan memiliki pengaruh terhadap permintaan dan penawaran cabai merah. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk menyusun skripsi yang berjudul “Analisis

Permintaan Dan Penawaran Cabai Merah Di Provinsi Sumatera Utara”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, adapun identifikasi masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1) Berapa besar pengaruh variabel harga cabai merah, jumlah penduduk, dan pendapatan terhadap permintaan cabai merah di daerah penelitian?

2) Berapa besar pengaruh variabel harga cabai merah, harga pupuk (Urea, ZA, SP-36) dan luas panen cabai merah terhadap penawaran cabai merah di daerah penelitian?

3) Bagaimana keseimbangan permintaan dan penawaran cabai merah di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

(19)

1) Untuk menganalisis berapa besar pengaruh variabel harga cabai merah, jumlah penduduk, dan pendapatan terhadap permintaan cabai merah di daerah penelitian.

2) Untuk menganalisis berapa besar pengaruh variabel harga cabai merah, harga pupuk (Urea, ZA, SP-36) dan luas panen cabai merah terhadap penawaran cabai merah di daerah penelitian.

3) Untuk menganalisis bagaimana keseimbangan permintaan dan penawaran cabai merah di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian

1) Sebagai bahan masukan dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan dalam melakukan penelitian, khususnya penelitian mengenai permintaan dan penawaran cabai merah.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Permintaan dan penawaran suatu barang dan jasa berkaitan dengan interaksi antara pembeli dan penjual di pasar yang akan menentukan tingkat harga suatu barang dan jasa yang berlaku di pasar serta jumlah barang dan jasa tersebut yang akan diperjualbelikan di pasar. Interaksi tersebut dapat diterangkan dengan memahami teori permintaan dan teori penawaran (Sugiarto, dkk., 2002).

Teori permintaan diturunkan dari Teori Konsumsi. Konsumen mau “meminta” (dalam pengertian ekonomi) suatu barang pada harga tertenu karena barang tersebut dianggap berguna baginya. Makin rendah harga suatu barang maka konsumen cenderung untuk membelinya dalam jumlah yang lebih besar. Permintaan (demand) adalah jumlah dari suatu barang yang mau dan dapat dibeli oleh konsumen pada berbagai kemungkinan harga, dalam jangka waktu tertentu dengan anggapan hal-hal lain tetap sama (ceteris paribus) (Hanafie, 2010).

Berbagai kemungkinan jumlah barang yang mau dibeli pada berbagai tingkat harga (tinggi rendahnya harga) dikumpulkan dalam daftar permintaan (demand schedule). Apabila masing-masing titik kombinasi hubungan antara harga barang

dan jumlah barang yang mau dibeli konsumen dihubungkan maka terbentuklah kurva permintaan (individual). Hukum permintaan (the law of demand) menunjukkan bahwa jika harga naik, maka jumlah barang yang diminta turun dan sebaliknya. Kurva permintaan bergerak turun dari kiri atas ke kanan bawah

(21)

(menurut kebiasaan internasional, harga diukur pada sumbu tegak Y dan jumlah diukur pada sumbu horisontal X) (Hanafie, 2010).

Masyarakat yang rasional mestinya dapat menentukan barang dan jasa apa yang paling perioritas dalam kehidupan sehari-hari. Dengan dukungan pendapatan dan ketersediaan barang di pasar, masyarakat pasti membeli barang dan jasa yang mereka butuhkan. Cabai sudah menjadi bagian dari kebutuhan hidup sehari-hari. Cabai dapat dimanfaatkan untuk banyak keperluan, baik yang berhubungan dengan kegiatan masak-memasak ataupun keperluan yang lain seperti untuk bahan ramuan obat tradisional, farmasi, dan minuman. Di pasaran, umumnya dikenal dua jenis cabai merah, yaitu cabai merah besar dan cabai merah keriting (Redaksi AgroMedia, 2011). Dalam hal ini Tabel 1. Memperlihatkan kebutuhan konsumsi cabai merah di Provinsi Sumatera Utara dan Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara tahun 2010-2014 :

Tabel 1. Kebutuhan Konsumsi Cabai Merah Dan Jumlah Penduduk Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2014

No. Tahun Kebutuhan Jumlah Penduduk (Ton) Sumatera Utara

1. 2. 3. 4. 5.

2009 2010 2011 2012 2013

54.936 13.248.386

53.480 12.982.204 78.932 13.103.596

78.932 13.215.401

83.256 13.326.307 Sumber : Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara

(22)

Dalam ilmu ekonomi, penawaran adalah jumlah barang dan atau jasa yang ingin dan dapat ditawarkan produsen di pasar pada berbagai tingkat harga. Penawaran mencerminkan hubungan langsung antara harga dan kuantitas output. Kurva penawaran menggambarkan hubungan antara jumlah barang yang ditawarkan dengan harga barang tersebut. Kurva penawaran suatu barang mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam hukum penawaran. Apabila keadaan lainnya tetap (ceteris paribus), maka jika harga suatu barang naik, jumlah barang yang ditawarkan akan bertambah karena produsen berusaha menggunakan kesempatan untuk memperbesar keuntungannya. Sebaliknya, jika harga barang itu turun, jumlah barang yang ditawarkan akan berkurang karena produsen berusaha mengurangi kerugiannya (Antriayndarti, 2012).

Kenaikan jumlah penawaran yang dilakukan produsen berhubungan dengan meningkatnya permintaan konsumen terhadap barang tersebut. Dalam hal ini mendorong para produsen/pedagang untuk meningkatkan hasil produksinya sehingga penawaran terus meningkat. Tabel 2. Berikut memperlihatkan perkembangan luas tanam, luas panen, produktivitas, dan produksi cabai merah di Sumatera Utara tahun 2009-2013 :

Tabel 2. Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Cabai Merah Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2013

No. Tahun Tanam Panen Produktivitas Produksi (Ha) (Ha) (Kw/Ha) (Ton)

(23)

Pada Tabel 2. Tampak jelas terlihat bahwa produksi cabai merah setiap tahunnya mengalami peningkatan. Tetapi pada tahun 2013 produksi cabai merah sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2012. Produksi cabai merah tahun 2012 sebesar 197.409, sedangkan produksi cabai merah tahun 2013 sebesar 161.939.

2.2 Penelitian Terdahulu

Dyah Anjarwani Rosoutami (2012) melakukan penelitian yang berjudul Permintaan Dan Penawaran Serta Fluktuasi Harga Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L.) Di Kabupaten Jember. Penelitian bertujuan untuk memberikan

(24)

Tria Rosana Dewi (2009) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Permintaan Cabai Merah (Capsicum annuum L) Di Kota Surakarta. Penelitian bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan cabai merah dan menganalisis elastisitas permintaan cabai merah Di Kota Surakarta. Hasil analisis data dengan menggunakan metode regresi linier berganda. Model ini memiliki nilai R2 sebesar 79,6 % yang berarti bahwa besarnya sumbangan variabel harga cabai merah besar, harga cabai merah keriting, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita terhadap variasi permintaan cabai merah besar di Kota Surakarta sebesar 79,6 %, sedangkan sisanya 20,4 % dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar variabel-variabel yang diteliti.

2.3 Landasan Teori

(25)

Berdasarkan teori ini ditetapkan suatu aturan yang berlaku secara teoritis mengenai permintaan yang disebut hukum permintaan. Hukum permintaan menyatakan bahwa “jika harga turun, maka jumlah barang yang diminta cenderung meningkat, sebaliknya jika harga naik, maka jumlah barang yang diminta cenderung menurun, dengan asumsi faktor-faktor lain di luar harga konstan”. Andaikata faktor-faktor lain di luar harga mengalami perubahan katakanlah pendapatan konsumen meningkat, maka hukum permintaan tersebut tidak akan berlaku (Rasul, dkk., 2013).

P

P1 P2

Q1 Q2 Q D

Gambar 1. Kurva Permintaan

Kurva permintaan menggambarkan hubungan antara jumlah yang diminta dan harga, dimana semua variabel lainnya dianggap tetap. Pada Gambar 1. diatas misalkan harga produk per unit semula sebesar P1 dengan jumlah permintaan produk sebesar Q1. Ketika harga produk per unit diturunkan menjadi P2, maka jumlah permintaan produk menjadi sebesar Q2. Perubahan harga dari P1 ke P2 sebesar ∆P, dan perubahan jumlah produk yang diminta dari Q1 Ke Q2 sebesar

(26)

diminta (∆Q) disebut koefisien arah atau gradien (slope) (Sarnowo dan Sunyoto, 2013).

Kurva permintaan akan bergeser ke kanan atau ke kiri, apabila terdapat perubahan permintaan yang ditimbulkan oleh faktor bukan harga. Sekiranya harga barang lain, pendapatan para pembeli dan berbagai faktor bukan harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan ini akan menyebabkan kurva permintaan pindah ke kanan atau ke kiri. Kurva permintaan akan bergeser apabila perubahan itu ditimbulkan oleh perubahan faktor bukan harga, misalnya perubahan pendapatan pembeli. Apabila faktor-faktor lain tidak mengalami perubahan, kenaikan pendapatan ini akan menaikkan permintaan, yaitu pada setiap tingkat harga jumlah yang diminta menjadi bertambah banyak. Keadaan seperti ini digambarkan oleh perpindahan kurva permintaan dari kurva DD menjadi D1D1.

D2 D D1

Harga

A2 A A1

P

D1

D D2

0 Q2 Q Q1 Kuantitas

(27)

Titik A menggambarkan bahwa pada harga P, jumlah yang diminta adalah Q sedangkan titik A1 menggambarkan bahwa pada harga P jumlah yang diminta

adalah Q1. Dapat dilihat bahwa Q1 > Q dan berarti kenaikan pendapatan

menyebabkan pada harga P permintaan bertambah sebesar Q1. Itu menunjukkan

bahwa apabila kurva permintaan bergerak ke sebelah kanan, maka perpindahan itu menunjukkan pertambahan dalam permintaan. Sebaliknya pergeseran kurva permintaan ke sebelah kiri, misalnya menjadi D2D2, berarti bahwa permintaan

telah berkurang. Sebagai akibat dari perubahan ini pada harga P, jumlah barang yang diminta adalah Q2. Keadaan ini ditunjukkan oleh titik A2 (Sukirno, 2009).

Ada beberapa variabel yang mempengaruhi permintaan yaitu : 1. Harga barang itu sendiri

Naik turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya terhadap barang yang diminta. Kuantitas akan menurun ketika harganya meningkat dan kuantitas yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan negatif (negatively related) dengan harga (Djojodipuro, 1991).

(28)

2. Jumlah Penduduk

Penduduk walaupun tidak berpendapatan pasti harus memenuhi minimal kebutuhan atas makanan, minuman dan pakaian. Bertambahnya jumlah bayi dan anak-anak dapat meningkatkan penjualan susu dan jasa hiburan di tempat pariwisata. Dengan demikian penduduk berhubungan positif dengan penjualan produk dan jasa perusahaan (Rasul, dkk., 2013).

Pertambahan penduduk biasanya diikuti dengan perkembangan akan permintaan suatu komoditi karena dalam kondisi tersebut akan lebih banyak orang yang membutuhkan komoditi tersebut (Sugiarto, dkk., 2000).

Pertambahan jumlah penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan. Tetapi biasanya pertambahan jumlah penduduk diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli dalam masyarakat. Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan (Sukirno, 2009).

3. Pendapatan

(29)

Hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah positif. Bila pendapatan seseorang/masyarakat meningkat maka akan meningkatkan permintaan terhadap suatu barang. Ini terjadi, bila barang yang dimaksud adalah barang normal. Apabila jenis barang yang dimaksud adalah barang yang berkualitas rendah maka dengan adanya kenaikan pendapatan, konsumen justru akan mengurangi permintaan terhadap barang tersebut (Pracoyo, 2006).

Penawaran adalah jumlah barang yang produsen ingin tawarkan (jual) pada suatu pasar tertentu pada berbagai tingkat harga selama satu periode tertentu. Faktor-faktor yang menentukan tingkat penawaran adalah harga jual barang yang bersangkutan, serta faktor-faktor lainnya yang dapat disederhanakan sebagai faktor non harga (Rahardja dan Manurung, 2004).

Apabila beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat penawaran di atas dianggap tetap selain harga barang itu sendiri (harga barang substitusi tetap, ongkos dan biaya produksi relatif tidak berubah, tujuan perusahaan tetap pada orientasinya, teknologi yang digunakan tidak berkembang, dan lainnya dianggap tidak berubah), maka penawaran hanya ditentukan oleh harga, artinya besar kecilnya perubahan penawaran dideterminasi/ditentukan oleh besar kecilnya perubahan harga. Dalam hal ini berlaku perbandingan lurus antara harga terhadap jumlah barang yang ditawarkan (penawaran). Sebagaimana konsep asli dari penemunya Alfred Marshall, maka perbandingan lurus antara harga terhadap penawaran itu disebut sebagai Hukum Penawaran (Putong, 2005).

(30)

makin rendah harga barang, makin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan oleh pedagang/produsen, dengan anggapan faktor-faktor lain tidak berubah (Daniel, 2002).

Adapun bentuk kurva penawaran adalah sebagai berikut :

Px S

P3

P2

P1

[image:30.595.166.437.208.419.2]

Q1 Q2 Q3 Qx

Gambar 3. Kurva Penawaran

Seperti halnya perubahan permintaan, penawaran juga dapat mengalami perubahan. Perubahan jumlah yang ditawarkan sebagai akibat perubahan harga terjadi pada sepanjang kurva penawaran. Gambar 3. memperlihatkan hal tersebut. Akibat kenaikan harga barang P2 ke P3 menyebabkan jumlah yang ditawarkan

semakin meningkat dari Q2 ke Q3. Jadi, perubahan jumlah yang ditawarkan terjadi

pada sepanjang kurva penawaran (Joesron dan Fathorrozi, 2003).

(31)

sepanjang kurva penawaran. Sedangkan perubahan faktor-faktor lain di luar harga menimbulkan pergeseran kurva tersebut.

Harga S2 S S1

P A2 A A1

P1 B

S2

S S1

[image:31.595.146.495.143.398.2]

0 Q3 Q1 Q Q2 Kuantitas

Gambar 4. Pergeseran Kurva Penawaran

Perubahan dalam jumlah yang ditawarkan dapat pula berlaku sebagai akibat dari pergeseran kurva penawaran. Pergeseran dari SS menjadi S1S1 atau S2S2

menggambarkan perubahan penawaran. Pergeseran kurva penawaran dari SS menjadi S1S1 menyebabkan jumlah yang ditawarkan bertambah dari Q menjadi Q2

walaupun harga tetap sebesar P. Keadaan ini ditunjukkan oleh titik A1. Pergeseran

SS menjadi S2S2 menggambarkan pengurangan penawaran. Sebagai akibat

daripada pergeseran tersebut, seperti ditunjukkan oleh titik A2, pada harga P

sekarang hanya sebanyak Q3 yang ditawarkan para penjual, berbanding dengan

(32)

Ada beberapa variabel yang mempengaruhi penawaran, yaitu : 1. Harga barang itu sendiri

Jika harga suatu barang naik, maka produsen cenderung akan menambah jumlah barang yang dihasilkan. Hal ini membawa kita ke hukum penawaran, yang menjelaskan sifat hubungan antara harga suatu barang dengan jumlah barang tersebut yang ditawarkan penjual. Hukum penawaran menyatakan “Semakin tinggi harga suatu barang, ceteris paribus, semakin banyak jumlah barang tersebut yang ingin ditawarkan oleh penjual, dan sebaliknya”. Dari hukum penawaran tersebut tampak bahwa perubahan harga terhadap penawaran mempunyai arah yang sama (Rahardja dan Manurung, 2004).

2. Harga Input Produksi

(33)

3. Luas Panen

Luas panen merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat penawaran atau tingkat produksi suatu barang. Apabila luas suatu areal panen tidak dapat memenuhi produksi suatu barang, maka barang yang diproduksi pun tidak dapat memenuhi jumlah permintaan yang diminta oleh masyarakat. Maka luas panen merupakan salah satu faktor utama dalam memenuhi produksi suatu barang yang ditawarkan.

Model Cobwebb Dalam Analisis Keseimbangan Permintaan Dan Penawaran

Menurut Simatupang (1995), model dinamis memakai waktu sebagai variabel independen (bebas/berpengaruh). Apabila ingin mempersoalkan waktu yang berhubungan dengan sesuatu gerakan kearah keseimbangan, maka secara eksplisit hal tersebut akan memperkenalkan waktu ke dalam sistem yang bersangkutan. Oleh sebab itu, hal tersebut bekerja dengan sebuah model dinamis (dynamic model). Dalam analisis dinamis, penawaran tidak hanya ditentukan oleh

peubah ekonomi pada waktu yang sama, melainkan juga ditentukan oleh peubah-peubah pada waktu sebelumnya (Chiang, 2005).

(34)

dikaitkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran, maka dalam model dinamis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran akan dipengaruhi oleh perubahan waktu, yaitu subskrip waktu digeser satu periode ke belakang (Simatupang, 1995).

Salah satu model dinamis yang sederhana adalah model Cobweb (teori sarang laba-laba). Teorema sarang laba-laba (Teori Cobwebb) adalah model dinamis harga dan penentuan output yang mengasumsikan bahwa pemasok mendasarkan keputusan output mereka pada harga yang diterima pada periode waktu sebelumnya. Model Cobweb memiliki fungsi permintaan yang tidak ketinggalan (unlagged) dan fungsi penawaran yang ketinggalan (lagged) (Chiang, 2005). Sebagai contoh, dalam Swastika (1999) permintaan secara dinamis dipengaruhi oleh harga komoditi tahun sekarang, pendapatan perkapita tahun sekarang, jumlah penduduk tahun sekarang. Penawaran dipengaruhi oleh harga komoditi tahun sebelumnya, harga input produksi tahun sebelumnya, dan luas areal tahun sebelumnya.

(35)

1. Siklus yang mengarah pada fluktuasi yang jaraknya tetap. P S

30 (1)

20 (4) (2)

10 (3)

[image:35.595.182.385.113.289.2]

D 10 20 30

Gambar 5. Teori Cobweb yang Menuju Fluktuasi yang Jaraknya Tetap

(36)

2. Siklus yang mengarah pada titik keseimbangan

P S

(1)

30

20 (3) (2) 15

[image:36.595.167.368.109.346.2]

D 17,5 25 Q 10 20

Gambar 6. Teori Cobweb yang Menuju Titik Keseimbangan

(37)

3. Siklus yang mengarah pada eksplosi harga, yaitu yang berfluktuasi dengan jarak yang makin membesar

P

1 S 30

20 3

2 5

[image:37.595.172.375.139.347.2]

D 8 10 20 34 Q

Gambar 7. Teori Cobweb yang Menuju Eksplosi Harga

Pada gambar 7, kurva penawaran elastis sekali sehingga penambahan produksi

sebagai reaksi atas kenaikan harga relatif besar dan ini menyebabkan siklus menjurus

kearah eksplosi. Pada kasus ini keseimbangan divergen atau menjauhi

keseimbangan, artinya kurva penawaran lebih landai dibandingkan dengan kurva permintaan.

Ketiga kondisi keseimbangan model cobweb diatas merupakan perilaku dan respon

petani pada umumnya. Serupa dengan kasus/kondisi di atas, perilaku dan reaksi

petani yang ada di Indonesia juga begitu. Jika harga komoditas x naik maka petani

menjadi terlalu optimis dan petani di seluruh desa serentak menanam tanaman x

dengan harapan harga akan terus naik. Namun pada saat panen yang serentak ternyata

harga x jatuh, semua menderita rugi dan tidak ada petani yang menanam tanaman x

(38)

musim berikutnya karena jumlah yang ditawarkan ke pasar sangat sedikit (Setiawan,

2010).

Keputusan output produsen harus dibuat satu periode lebih awal dari penjualan

aktual. Seperti dalam produksi pertanian, dimana penanaman harus mendahului

dalam waktu yang cukup panjang dari panen dari penjualan hasil. Dalam model

Cobweb diasumsikan bahwa keputusan produksi pada periode t+1 (akan dating)

didasarkan pada harga Pt yang berlaku sekarang. Jadi diperoleh fungsi penawaran

yang “ketinggalan” atau lagged.

Qs,t + 1 = S(Pt)………(1)

Atau secara ekuivalen, dengan menggeser kebelakang subskrip waktu dalam satu

periode.

Qst = S(Pt-1)……… .(2)

Dalam kajian ini, penawaran cabai merah tahun sekarang (tahun t) dipengaruhi oleh

harga cabai merah tahun sebelumnya, harga input produksi tahun sebelumnya, dan

luas panen cabai merah pada tahun sebelumnya. Sehingga fungsi penawaran (1) dan

(2) berubah menjadi :

Qst+1 = f(Pt,Pu,Pzt,Ps,Lt) atau Qst = f(Pt-1,Put-1,Pzt-1,Pst-1,Lt-1)……...(3)

Seperti halnya penawaran, permintaan dapat ditunjukan dalam bentuk fungsi

matematika yang merupakan fungsi dari berbagai faktor. Dalam kajian ini,

permintaan cabai merah tahun sekarang (tahun t) ditentukan oleh harga cabai merah

tahun sekarang, jumlah penduduk tahun sekarang, dan pendapatan tahun sekarang.

Sehingga fungsi permintaan sebagai berikut.

(39)

Suatu pasar akan mengalami keseimbangan jika jumlah barang yang ditawarkan sama

dengan jumlah barang yang diminta. Keseimbangan dalam analisis penawaran dan

permintaan terjadi jika Qs = Qd

2.4 Kerangka Pemikiran

Permintaan pasar (konsumen) terhadap produk cabai cenderung terus meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya rata-rata konsumsi. Potensi pasar cabai juga dapat dilihat dari segi harga, naik turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya terhadap barang yang diminta. Kuantitas akan menurun ketika harganya meningkat dan kuantitas yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan negatif (negatively related) dengan harga. Peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan per kapita juga akan meningkatkan kebutuhan cabai. Pertambahan penduduk biasanya diikuti dengan perkembangan akan permintaan suatu komoditi karena dalam kondisi tersebut akan lebih banyak orang yang membutuhkan komoditi tersebut. Begitu juga dengan pendapatan. Hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah positif. Bila pendapatan seseorang/masyarakat meningkat maka akan meningkatkan permintaan terhadap suatu barang.

Permintaan cabai merah dipengaruhi oleh harga cabai merah, jumlah penduduk, dan pendapatan. Variabel-variabel ini akan diteliti seberapa besar variabel-variabel mempengaruhi permintaan cabai merah.

(40)

produsen cenderung akan menambah jumlah barang yang dihasilkan. Kenaikan jumlah penawaran yang dilakukan produsen berhubungan dengan meningkatnya permintaan konsumen terhadap barang tersebut. Dalam hal ini mendorong para produsen/pedagang untuk meningkatkan hasil produksinya sehingga penawaran terus meningkat. Luas panen merupakan salah satu faktor utama dalam memenuhi produksi suatu barang yang ditawarkan.

(41)

Untuk mengetahui lebih jelas dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran penelitian ini:

Keterangan :

[image:41.595.108.535.150.533.2]

Menyatakan Pengaruh

Gambar. 8 Skema Kerangka Pemikiran

Permintaan dan Penawaran Cabai Merah

Ekuilibrium Variabel-variabel yang mempengaruhi

permintaan :

1) Harga Cabai Merah Tahun Sekarang 2) Jumlah Penduduk Tahun Sekarang 3) Pendapatan Per Kapita Tahun

Sekarang

Variabel-variabel yang mempengaruhi penawaran :

1) Harga Cabai Merah Tahun Sebelum 2) Harga Pupuk (Urea, ZA, dan SP-36)

Bersubsidi Tahun Sebelum 3) Luas Panen Cabai Merah Tahun

Sebelum

Penawaran Permintaan

(42)

2.4Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan landasan teori yang diuraikan maka diajukan hipotesis yang akan diuji sebagai berikut :

1) Variabel harga cabai merah, jumlah penduduk, dan pendapatan berpengaruh nyata terhadap permintaan cabai merah.

2) Variabel harga cabai merah, harga pupuk (Urea, ZA, SP-36) bersubsidi dan luas panen cabai merah berpengaruh nyata terhadap penawaran cabai merah. 3) Permintaan dan penawaran cabai merah adalah konvergen atau mengarah pada

titik keseimbangan.

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan dengan metode purposive atau sengaja, artinya penentuan daerah penelitian didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan tertentu yang sudah disesuaikan dengan tujuan penelitian (Singarimbun, 1989). Daerah penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Alasan memilih Sumatera Utara adalah dengan pertimbangan bahwa tanaman cabai merah menyebar di seluruh daerah Provinsi Sumatera Utara. Tanaman cabai merah merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan yang tumbuh subur di Sumatera Utara dengan produksi tahun 2012 sebesar 245.770 ton dengan luas panen sebesar 22.129 hektar. Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi dengan jumlah penduduk keempat terbesar di Indonesia. Sehingga diasumsikan kebutuhan akan bahan-bahan makanan pokok termasuk cabai merah juga semakin tinggi. Selain itu lokasi tersebut juga sangat representatif dari segi akses dan peluang untuk mendapatkan data yang diinginkan oleh peneliti.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data time series tahunan selama 10 tahun yaiu periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2013. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, dan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara serta instansi terkait lainnya. Pengumpulan data

(44)

variabel yang mempengaruhi permintaan seperti harga cabai merah tingkat konsumen, harga cabai merah tingkat produsen, pendapatan dan jumlah penduduk terdapat di Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. Pengumpulan data variabel-variabel yang mempengaruhi penawaran seperti variabel harga pupuk (Urea, ZA, SP-36) dan luas panen cabai merah terdapat di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara. Jenis data yang dikumpulkan antara lain kebutuhan konsumsi cabai merah, luas tanam, luas panen, produktivitas, produksi cabai merah, jumlah penduduk, harga cabai merah tingkat konsumen dan produsen, harga pupuk (Urea, ZA, SP-36) dan pendapatan perkapita.

3.3 Metode Analisis Data

Untuk tujuan pertama yaitu menganalisis berapa besar pengaruh variabel harga cabai merah, jumlah penduduk, dan pendapatan terhadap permintaan cabai merah menggunakan model dinamis. Dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dengan alat bantu SPSS. Analisis regresi linier berganda adalah analisis hubungan antara dua atau lebih variabel bebas terhadap satu atau lebih variabel respon. Model statistika linier untuk analisis regresi linier berganda secara umum seperti persamaan (1).

yi = θ0 + θ1xi1+ θ2xi2 + ...+ θnxin+ εi ……… (1)

dengan

y

i adalah variabel respon ke-I,

θ

0,

θ

1

,

θ

2

,….,

θ

n merupakan parameter
(45)

Fungsi permintaan didefinisikan sebagai fungsi dari harga cabai merah, jumlah penduduk, dan pendapatan. Secara matematis, permintaan cabai merah dirumuskan sebagai berikut.

QdT1 = a + b1Pt + b2JT1 + b3Yt + c

Keterangan :

Qdt = Permintaan cabai merah (Ton)

a = Koefisien intersep b1, b2, b3 = Koefisien Regresi

Pt = Harga cabai merah tahun sekarang (Rp/Kg)

Jt = Jumlah penduduk tahun sekarang (Jiwa)

Yt = Pendapatan perkapita tahun sekarang (Rp)

c = Konstanta regresi

Untuk tujuan kedua yaitu menganalisis berapa besar pengaruh variabel harga cabai merah, harga pupuk (Urea, ZA, SP-36) dan luas panen cabai merah terhadap penawaran cabai merah menggunakan model dinamis. Dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dengan alat bantu SPSS. Analisis regresi linier berganda adalah analisis hubungan antara dua atau lebih variabel bebas terhadap satu atau lebih variabel respon. Model statistika linier untuk analisis regresi linier berganda secara umum seperti persamaan (1).

yi = θ0 + θ1xi1+ θ2xi2 + ... + θnxin+ εi ……… (1)

dengan

y

i adalah variabel respon ke-I,

θ

0,

θ

1

,

θ

2

,….,

θ

n merupakan parameter
(46)

Fungsi penawaran didefinisikan sebagai fungsi dari harga cabai merah, harga pupuk (Urea, ZA, SP-36) dan luas panen cabai merah. Secara matematis, penawaran cabai merah dirumuskan sebagai berikut.

Qst = a + b1Pt-1+ b2Put-1 + b3Pzt-1 + b4Pst-1 + b3Lt-1 + c

Keterangan :

Qst = Penawaran cabai merah (Ton) a = Koefisien intersep

b1, b2 = Koefisian Regresi

Pt-1 = Harga cabai merah tahun sebelum (Rp/Kg)

Pt-1 = Harga cabai merah tahun sebelum (Rp/Kg)

Put-1 = Harga pupuk urea tahun sebelum (Rp/Kg)

Pzt-1 = Harga pupuk ZA tahun sebelum (Rp/Kg)

Pst-1 = Harga pupuk SP-36 tahun sebelum (Rp/Kg)

Lt-1 = Luas panen cabai merah tahun sebelum (Ha)

c = Konstanta regresi

(47)

Uji Asumsi Klasik

1. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi diantara variabel bebas (Sarjono dan Winda, 2011). Nilai tolerance < 0,10 dan nilai variance inflation factor (VIF) > 10

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain (Umar, 2008).

3. Uji Normalitas

Uji normalitas untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi normal atau mendekati normal. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya, model regresi memenuhi asumsi normalitas (Umar, 2008).

Uji Kesesuaian

1. Analisis koefisien determinasi (R-Square)

Penilaian terhadap koefisien determinasi bertujuan untuk melihat seberapa besar kekuatan variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat (Nachrowi dan Usman, 2006).

2. Secara serempak (uji statistik F)

Uji F digunakan untuk uji ketepatan model, apakah nilai prediksi mampu menggambarkan kondisi sesungguhnya.

(48)

H0 : Pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap permintaan/penawaran cabai merah adalah tidak nyata.

H1 : Pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap permintaan/penawaran cabai merah adalah nyata.

Kriteria pengambilan keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ α, H0 diterima, H1 ditolak pada taraf kepercayaan 95%

Jika nilai signifikansi < α, H1 diterima, H0 ditolak pada taraf kepercayaan 95%

3. Secara parsial (uji statistik t)

Uji t digunakan untuk melihat pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran/permintaan secara individu.

Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

H0 : Pengaruh variabel bebas secara individu terhadap permintaan/penawaran cabai merah adalah tidak nyata.

H1 : Pengaruh variabel bebas secara individu terhadap permintaan/penawaran cabai merah adalah nyata.

Kriteria pengambilan keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ α, H0 diterima, H1 ditolak pada taraf kepercayaan 95%

Jika nilai signifikansi < α, H1 diterima, H0 ditolak pada taraf kepercayaan 95%

(49)

kemudian. Namun karena output ini tidak akan tersedia untuk penjualan sampai periode (t+1), Pt tidak akan menentukan Qst, melainkan Qs, t+1. Jadi sekarang kita

mempunyai fungsi penawaran yang ketinggalan (lagged) (Chiang, 2005).

�, �+1

= (

)

Secara ekuivalen, dengan menggeser subskrip waktu satu periode kebelakang maka diperoleh fungsi berikut.

��

= (

�−1

)

Bila fungsi penawaran di atas berinteraksi dengan fungsi permintaan berbentuk.

��

=

(

)

Akan dihasilkan suatu pola harga dinamis yang menarik. Dengan menggunakan versi linear dari fungsi penawaran lagged dan fungsi permintaan unlagged, diperoleh model persamaan berikut.

Qdt = Qst

���= �− ��� (�,> 0)

���= −� + ���1 (�,> 0)

Namun dengan mensubstitusikan dua persamaan yang terakhir ke dalam yang pertama, modelnya dapat disederhanakan menjadi satu persamaan sebagai berikut.

��

t

+

��

t-1

=

+

Agar persamaan dapat diselesaikan, terlebih dahulu menormalisasi dan menggeser subskrip waktu yang lebih awal dengan satu periode (t+1). Hasilnya.

t+1

+

δ

t

=

�+γ

t

+

δ

t-1

=

�+γ
(50)

t

+

��

t-1

=

Sehingga diperoleh

=

=

δ �

���

=

�+γ �

Dimasukkan ke rumus berikut.

��

= (

)

t

+

� 1+�

=

0

1+�

Akan diperoleh persamaan berikut.

t

= (

0

�+� �+�

)(

δ �

)

t

+

�+� �+�

�0 menggambarkan harga awal.

̅

=

�+� �+�

Dengan mensubstitusikan �̅ ke dalam persamaan di atas akan diperoleh persamaan berikut.

t

= (

0

̅

)(

δ

)

t

+

̅

Atau

t

=

��

t

+

p

(Chiang, 2005)

(51)

besar. Jadi apabila harga naik dari harga semula, maka petani memperbesar produksinya dengan melakukan penambahan produksi yang sangat besar. Hal inilah yang menyebabkan harga sangat turun, sehingga penurunan harga tersebut menyebabkan produsen juga memperkecil produksinya dan menyebabkan kenaikan harga dan demikian seterusnya.

Keseimbangan konvergen atau menuju keseimbangan jika |b| < 1, artinya kurva permintaan lebih landai dibandingkan dengan kurva penawaran. Dalam hal ini kondisi keseimbangan model Cobweb yang terjadi adalah siklus yang mengarah titik keseimbangan. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh harga terhadap penawaran tidak terlalu besar, sehingga penambahan produksi sebagai respon atas kenaikan harga tidak berlebihan. Jadi apabila harga naik dari harga semula, maka petani memperbesar produksinya dengan melakukan penambahan produksi yang terkendali (Dowling, 1980).

3.4 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman atas pengertian dan penafsiran penelitian ini, maka penulis membuat beberapa definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.4.1 Definisi Operasional

1) Harga cabai merah tahun sekarang adalah harga cabai merah di Provinsi Sumatera Utara pada tingkat konsumen dinyatakan dalam satuan Rp/Kg. 2) Harga cabai merah tahun sebelum adalah harga cabai merah di Provinsi

Sumatera Utara pada tingkat produsen dinyatakan dalam satuan Rp/Kg.

(52)

4) Pendapatan per kapita adalah besarnya pendapatan rata-rata keluarga per tahun dinyatakan dalam satuan Rupiah.

5) Harga pupuk Urea, pupuk ZA, dan pupuk SP-36 adalah harga pupuk bersubsidi di Provinsi Sumatera Utara dinyatakan dalam satuan Rp/Kg.

6) Luas panen adalah luas areal cabai merah yang dipanen dalam satuan Ha. 7) Permintaan cabai merah adalah jumlah cabai merah yang diminta per kapita

dikali jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Utara dalam satuan Ton.

8) Penawaran cabai merah adalah seluruh produksi yang dihasilkan dari sentra-sentra produksi di Provinsi Sumatera Utara dalam satuan Ton.

9) Ekuilibrium atau titik keseimbangan adalah kondisi dimana jumlah cabai merah yang ditawarkan sama dengan jumlah cabai merah yang diminta pada tingkat harga tertentu.

3.4.2 Batasan Operasional

1) Data yang dikumpulkan adalah data sekunder berupa data time series tahunan selama 10 tahun yaitu periode tahun 2004-2013.

2) Penelitian dilaksanakan pada tahun 2015.

(53)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

DATA

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Kondisi Geografis

Provinsi Sumatera Utara mempunyai letak yang sangat strategis ditinjau dari segi letak geografisnya, karena terletak dalam jalur perdagangan Internasional. Berdasarkan letak geografis, Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, dengan letak astronomis berada pada garis 10 – 40 Lintang Utara dan

980 – 1000 Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografis, Provinsi Sumatera Utara berbatasan dengan Provinsi Aceh di sebelah Utara, Negara Malaysia di Selat Malaka di sebelah Timur, Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Barat di sebelah Selatan, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 km2, sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-pulau Batu, serta beberapa Pulau-pulau kecil, baik di bagian barat maupun bagian timur pantai Pulau Sumatera. Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/ kota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah Kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.620,70 km2 atau sekitar 9,23 persen dari total luas Sumatera Utara. Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kota Sibolga dengan luas 10,77 km2 atau sekitar 0,02 persen dari total luas wilayah Sumatera Utara. Dari perwilayahan pengembangan, Sumatera Utara dibagi atas tiga wilayah pengembangan yaitu : Wilayah Pengembangan pantai Timur dengan luas sekitar 24.948 km2 yaitu

(54)

34,80% dari luas seluruh Sumatera Utara, Wilayah pengembangan Pantai Barat dengan luas kira-kira 26.413 km2, yaitu sekitar 36,85% dari luas Sumatera Utara dan Wilayah Pengembangan Daratan Tinggi dengan luas wilayah sekitar 20.317 km2 atau sekitar 28,35% dari luas seluruh wilayah Sumatera Utara. Jumlah pulau yang termasuk dalam wilayah Sumatera Utara ada sebanyak 162 pulau, 156 pulau berada di wilayah pantai Barat dan 6 pulau berada di Pantai Timur.

4.1.2 Iklim dan Topografi

Karena terletak dekat garis khatulistiwa, Provinsi Sumatera Utara tergolong ke dalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan Provinsi Sumatera Utara tergolong ke dalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan Provinsi Sumatera Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter diatas permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 30,1°C, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim

sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai 21,4°C.

Provinsi Sumatera Utara juga mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan November sampai dengan Maret dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan April sampai dengan bulan September, diantaranya kedua musim itu diselingi oleh musim pancaroba.

(55)
[image:55.595.120.511.112.677.2]

Tabel 3. Luas dan Letak Diatas Permukaan Laut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

No Kabupaten/ Kota Luas (Km²)

Letak/Ketinggian (m dpl) Kabupaten

1 Nias 980,32 0-800

2 Mandailing Natal 6.620,70 0-1000

3 Tapanuli Selatan 4.352,86 0-1.915

4 Tapunuli Tengah 2.158,00 0-1.266

5 Tapanuli Utara 3.764,00 150-1.700

6 Toba Samosir 2.352,35 900-2.200

7 Labuhan Batu 2.561,38 0-700

8 Asahan 3.675,79 0-1000

9 Simalungun 4.386,60 0-369

10 Dairi 1.927,80 400-1600

11 Karo 2.127,25 120-1.420

12 Deli Serdang 2.486,14 0-500

13 Langkat 6.263,29 0-1200

14 Nias Selatan 1.625,91 0-800

15 Humbang Hasundutan 2.297,20 330-2.075

16 Pakpak Barat 1.218,30 700-1.500

17 Samosir 2.433,50 904-2.157

18 Serdang Bedagai 1.913,33 0-500

19 Batu Bara 904,96 0-50

20 Padang Lawas Utara 3.918,05 0-1.915

21 Padang Lawas 3.892,74 0-

22 Labuhan Batu Selatan 3.116,00 0-500

23 Labuhan Batu Utara 3.545,80 0-700

24 Nias Utara 1.501,62 0-478

25 Nias Barat 544,09 0-500

Kota

26 Sibolga 10,77 0-50

27 Tanjung Balai 61,52 0-3

28 Pematangsiantar 79,97 400-500

29 Tebing Tinggi 38,44 26-34

30 Medan 265,1 2,5-37,5

31 Binjai 90,24 0-28

32 Padangsidimpuan 114,65 260-1.100

33 Gunung Sitoli 469,36 0-600

Sumatera Utara 71.680,68

(56)

4.1.3 Keadaan Penduduk

[image:56.595.108.470.305.555.2]

Jumlah penduduk Sumatera Utara pada tahun 2013 adalah sebesar 13.326.307 jiwa. Ini merupakan jumlah penduduk keempat yang terbesar di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 6.648.190 jiwa dan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan sebesar 6.678.117 jiwa. untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Golongan Umur (Tahun)

Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah (Jiwa)

0 – 4 5 – 9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64

65+ Jumlah 784 163 732 958 686 486 654 692 585 653 538 653 498 687 459 745 413 849 363 600 310 427 243 416 158 567 217 556 6 648 190

754 961 695 685 657 060 634 244 577 941 537 626 506 413 465 065 425 470 380 171 325 342 251 349 169 447 297 343 6 678 117

1 539 124 1 428 643 1 343 546 1 288 936 1 163 332 1 076 279 1 005 100 924 810 839 319 743 771 635 769 494 765 328 014 514 899 13 326 307

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2014, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

(57)

sebesar 328.014 jiwa, dimana jumlah laki-laki sebesar 158.567 jiwa dan perempuan sebesar 169.447 jiwa.

[image:57.595.121.525.297.744.2]

Pada tahun 2013 penduduk Sumatera Utara lebih banyak yang tinggal di daerah perdesaan daripada daerah perkotaan. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang tinggal di pedesaan adalah 6,67 juta jiwa (51,83%) dan yang tinggal di daerah perkotaan sebesar 6,55 juta jiwa (49,17%). Dapat kita lihat dari tabel berikut :

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Daerah Kota dan Pedesaan Setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

No Kabupaten/Kota Daerah Jumlah

Perkotaan Pedesaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Kabupaten Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Barat Samosir Serdang Bedagai Batu Bara

Padang Lawas Utara Padang Lawas

(58)

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2014, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

Dari Tabel 5. dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat di Medan yaitu sebesar 2.123.210 jiwa, dimana semua penduduk tersebut tinggal di kota. Dan jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat di Kabupaten Pakpak Barat yaitu sebesar 42.144 jiwa, dengan jumlah penduduk yang tinggal di kota sebanyak 1.836 jiwa dan di desa sebanyak 40.308 jiwa.

4.1.4 Keadaan Ekonomi

Secara keseluruhan perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2013 tumbuh sebesar 6,01 persen, meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya. PDRB Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada tahun 2013 adalah sebesar Rp 403,93 triliun. Sektor industri masih sebagai kontributor utama dengan peranan mencapai 21,58 persen. Selanjutnya diikuti oleh sektor pertanian sebesar 21,32 persen dam sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 19,29 persen. Sementara itu, sektor-sektor lainnya memberikan total kontribusi sebesar 37,81 persen terhadap perekonomian di Sumatera Utara.

Untuk melihat produktivitas ekonomi (dengan mengabaikan inflasi), maka digunakan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Berdasarkan harga konstan tahun 2000, PDRB Sumatera Utara pada tahun 2013 sebesar 142,54 triliun. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan mengalami

29 30 31 32 33 Tebing Tinggi Medan Binjai Padangsidimpuan Gunung Sitoli 149 065 2 123 210 241 292 145 583 36 879 - - 10 971 59 032 92 524 149 065 2 123 210 252 263 204 615 129 403

(59)
[image:59.595.116.523.330.511.2]

pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 8,31 persen, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 7,78 persen dan sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 7,60 persen. PDRB perkapita Sumatera Utara pada tahun 2013 sebesar Rp 29,72 juta meningkat dari Rp 26,18 juta pada tahun 2012. Sementara itu, berdasarkan harga konstan 2000, PDRB perkapita tahun 2013 juga mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2012, yaitu sebesar Rp 10,03 juta pada tahun 2012 menjadi Rp 10,49 juta pada tahun 2013.

Tabel 6. Produk Domestik Regional Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2013 di Sumatera Utara

No Lapangan Usaha 2013

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertanian

Pertambangan dan Penggalian Industri

Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan

Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Asuransi, Usaha per-sewaan dan tanah, Jasa Perusahaan

Jasa Kemasyarakatan, Sosial & Perorangan

86 118,60 5 252,87 87 170,66 3 430,43 27 934,64 77 918,68 38 574,73 31 030,23 46 502,22

PDRB/GRDP 401 383,44

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

4.1.5 Sarana dan Prasarana Jalan

(60)

38.681,80 km, yang terbagi atas jalan negara 2.249,64 km, jalan provinsi 3.048,50 km dan jalan kabupaten/kota 33.383,66 km (BPS, 2014).

4.2 Karakteristik Data

[image:60.595.114.511.388.468.2]

Sampel yang digunakan adalah sampel data mengenai hal yang mempengaruhi permintaan dan penawaran cabai merah selama tahun 2004-2013. Untuk analisis permintaan, data yang digunakan adalah permintaan cabai merah (2004-2013), harga konsumen cabai merah (2004-2013), jumlah penduduk (2004-2013) dan pendapatan per kapita (2004-2013). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. Karakteristik Data untuk Analisis Permintaan Cabai Merah di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004-2013

No Uraian Satuan 2004 2013

1. 2. 3. 4.

Permintaan Cabai Merah Harga Konsumen Cabai Merah Jumlah Penduduk

Pendapatan Per Kapita

Ton Rp/Kg Jiwa Rupiah 44.040 13.064 12.123.360 6.873.420 83.257 30.679,44 13.326.307 10.488.190

Untuk analisis penawaran, data yang digunakan adalah penawaran cabai merah (2004-2013), harga produsen cabai merah (2004-2013), harga pupuk (Urea, ZA, SP-36) dan luas panen cabai merah (2004-2013), Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8. Karakteristik Data untuk Analisis Penawaran Cabai Merah di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003-2012

No Uraian Satuan 2004 2013

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Penawaran Cabai Merah Harga Produsen Cabai Merah Harga Pupuk Urea

Harga Pupuk ZA Harga Pupuk SP-36 Luas Panen Cabai Merah

[image:60.595.117.510.643.751.2]
(61)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Variabel-variabel Yang Mempengaruhi Permintaan Cabai Merah di Provinsi Sumatera Utara

Permintaan suatu komoditi pertanian adalah banyaknya komoditi pertanian yang dibutuhkan dan dibeli oleh konsumen pada berbagai kemungkinan harga dalam periode tertentu. Secara periode permintaan dari seorang individu atau masyarakat terhadap suatu barang ditentukan oleh antara lain harga barang yang dimaksud, tingkat pendapatan, jumlah penduduk, harga barang lain atau substitusi, dan lain-lain (Sarnowo dan Sunyoto, 2013).

Komoditas cabai merah merupakan salah satu komoditas yang dapat dijual dalam bentuk segar maupun olahan serta mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Cabai merah merupakan salah satu bahan baku yang dibutuhkan secara berkesinambungan baik oleh masyarakat maupun industri pangan. Cabai merah merupakan bahan bumbu yang dikonsumsi setiap saat dan tidak dapat disubstitusi, maka cabai merah akan terus dibutuhkan dengan volume yang semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan perekonomian.

Untuk penelitian ini variabel terikat dalam menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan cabai merah di Provinsi Sumatera Utara adalah permintaan cabai merah di Provinsi Sumatera Utara, dan variabel bebasnya adalah harga cabai merah tahun sekarang, jumlah penduduk tahun sekarang, dan pendapatan tahun sekarang. Dengan periode dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2013. Perkembangan jumlah cabai merah yang diminta, harga rata-rata cabai

(62)
[image:62.595.111.516.190.384.2]

merah tingkat konsumen, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita di Provinsi Sumatera Utara tahun 2004-2013 diuraikan pada Tabel 9. sebagai berikut.

Tabel 9. Jumlah Cabai Merah Yang Diminta, Harga Rata-Rata Cabai Merah Tingkat Konsumen, Jumlah Penduduk dan Pendapatan Per Kapita Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004-2013

Sumber : Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara dan Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan data dari Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara dapat diketahui bahwa selama periode tahun 2004 hingga tahun 2013, permintaan cabai merah setiap tahunnya cenderung mengalami kenaikan. Permintaan tertinggi komoditi cabai merah terjadi pada tahun 2013 dengan total permintaan sebesar 83.256 ton. Sedangkan permintaan cabai terendah terjadi di tahun 2004 dengan total permintaan hanya 44.040 ton. Kenaikan permintaan cabai merah drastis terjadi pada tahun 2011 yaitu 78.932 ton bila dibandingkan permintaan cabai merah tahun 2010 sebesar 53.480 ton. Kenaikan ini disebabkan oleh beberapa variabel yang mempengaruhi permintaan cabai merah yaitu harga cabai merah, jumlah penduduk, dan pendapatan yang diuraikan pada Tabel 9.

Harga merupakan salah satu faktor utama yang sangat diperhatikan konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian suatu barang. Harga cabai merah dalam

Tahun Jumlah Cabai Merah Yang Diminta (Ton) Harga Cabai Merah Tingkat Konsumen (Rp/Kg) Jumlah Penduduk (Jiwa) Pendapatan Per Kapita (Rp)

(63)

penelitian ini adalah harga cabai merah di Provinsi Sumatera Utara pada tingkat konsumen yang dinyatakan dalam satuan Rp/kg. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara yang diuraikan pada Tabel 9. menunjukkan bahwa harga cabai merah tingkat konsumen di Provinsi Sumatera Utara dari tahun ke tahun relatif berfluktuatif. Harga cabai merah tertinggi terjadi pada tahun 2013 dengan total harga sebesar Rp 30.679,44/Kg. Sedangkan harga cabai terendah terjadi di tahun 2006 dengan total harga hanya Rp 12.772/Kg. Kenaikan harga cabai merah drastis terjadi pada tahun 2013 sebesar Rp 30.679,44/Kg bila dibandingk

Gambar

Tabel 1. Kebutuhan Konsumsi Cabai Merah Dan Jumlah Penduduk Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2014
Tabel 2. Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Cabai Merah Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2013
Gambar 1. Kurva Permintaan
Gambar 2. Pergeseran Kurva Permintaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel 10 diperoleh nilai R-Square (R 2 ) sebesar 0,735 artinya bahwa variabel bebas (harga kedelai, harga pakan ternak, harga daging ayam, dan jumlah. penduduk) mampu

Hasil analisis diperoleh nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,703 yang berarti 70,3% penawaran cabai merah di Kabupaten Karangnyar dapat dijelaskan oleh

Dari nilai koefisien determinasi pada hasil estimasi maka model permintaan dan penawaran uang di Indonesia mampu dijelaskan oleh variabel-variabel tingkat pendapatan

yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat.. pendapatan tertentu dan dalam

Hal ini menunjukkan bahwa 97,9% permintaan cabai merah keriting di Kota Semarang dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang digunakan dalam model yaitu harga cabai

Analisis Permintaan dan Penawaran Cabai Merah di Provinsi..

VANIA INDRIYANI (130304117), Dengan Judul Skripsi Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Cabai Merah di Provinsi Sumatera Utara. Telah Dipertahankan di Depan

Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas yang diamati yaitu harga cabai merah besar ditingkat konsumen, harga cabai merah keriting ditingkat konsumen,