commit to user
DI WILAYAH SOLO RAYA
TAHUN 2006 - 2008
PROPOSAL PENELITIAN
Untuk memenuhi sebagian Persyaratan mencapai Derajat Magister
Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi : Keuangan dan Perbankan
Oleh :
SITI ROIKHANAH BUDIARTI
S4209033
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS
MARET
PROGRAM PASCA SARJANA
MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
SURAKARTA
commit to user
DI WILAYAH SOLO RAYA
TAHUN 2006 - 2008
TESIS
Untuk memenuhi sebagian Persyaratan mencapai Derajat Magister
Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi : Keuangan Perbankan dan Kebanksentralan
Oleh :
SITI ROIKHANAH BUDIARTI
S4209033
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PROGRAM PASCA SARJANA
MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
SURAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas karunia dan
petunjukNya sehingga penulisan tesis sebagai salah satu syarat untuk mencapai
derajat Sarjana S-2 program studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan
Universitas Sebelas maret dapat diselesaikan. Tesis ini berjudul Analisis
Kinerja PD. Bank Perkreditan Rakyat di Wilayah Solo Raya Tahun 2006-2008.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi kinerja Bank
Perkreditan Rakyat di Wilayah Soloraya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi salah satu masukan bagi Pemerintah Daerah di Wilayah Soloraya, serta
sebagai pedoman dalam mengukur tingkat kinerja yang sudah dicapai serta
menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun rencana kerja pada masa yang
akan datang.
Dukungan, kritik dan saran banyak diberikan kepada penulis dalam
menyelesaikan tesis ini. Untuk itu, perkenankanlah penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Direktur Program Pasca Srjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Direktur Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas
3. Bapak Dr. AM Susilo, M.Sc dan Drs. Supriyono, M.Si Selaku dosen
pembimbing yang dengan sabar telah banyak memberikan arahan dan
bimbingan serta saran dalam penulisan tesis ini.
4. Bapak Direktur PD. BPR Djoko Tingkir yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi pada Program
Pascasarjana MESP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Segenap keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan doa
kepada penulis.
6. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan dan
banyak terdapat berbagai kekurangan ataupun kesalahan yang disebabkan oleh
keterbatasan data, waktu dan kemampuan penulis. Untuk itu, saran dan kritik
sangat diharapkan. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat diterima
dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
HALAMAN JUDUL………i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING………...ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI………iii
HALAMAN PERNYATAAN……….iv
HALAMAN PERSEMBAHAN………..v
KATA PENGANTAR……….vi
DAFTAR ISI………vii
ABSTRACT……….viii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah………...1
B.Rumusan Masalah ………....7
C.Tujuan Penelitian ……….7
D.Manfaat Penelitian ………...7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Kajian Teoritis ………..………...8
1. Pengertian Bank ………..………..8
2. Kinerja ………..……….9
3. Efisiensi ………..………..11
4. Data Envelopment Analysis (DEA) ………...15
B.Kajian Empiris ………....19
C.Kerangka Pemikiran ………...20
D.Hipotesis ………...21
BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ………....22
B. Unit Analisis ………...22
C. Data Penelitian ………...22
D. Metode Pengumpulan Data ………..24
A. Sejarah Berdirinya BPR di Wilayah Soloraya ………...30
B. Analisis Data ………36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ………..50
B. Saran ………..…..52
DAFTAR PUSTAKA
Tabel Hal
1.1 Kegiatan Usaha BPR Konvensional Di Propinsi Jawa Tengah Periode : Juli – Desember 2008………
4
1.2 Rincian Laba PD. BPR Di Solo Raya Periode 2006-2008………... 5
4.1 Data Input Output PD. BPR Di Solo Raya Periode 2006-2008………… 37
4.2 Tingkat Efisiensi Tahap Intermediasi PD BPR Di Solo Raya Tahun 2006-2009………..
39
4.3 Tingkat Efisien Tahap Intermediasi PD. Bank Pasar Klaten Tahun 2006-2008………..
40
4.4 Tingket Efisiensi Tahap Intermediasi PD. Bank Pasar Klaten Tahun 2006 42
4.5 Tingkat Efisien Tahap Intermediasi PD. Bank Pasar Karanganyar Tahun 2006-2008………
44
4.6 Tingkat Efisien Tahap Intermediasi PD. Bank Pasar Surakarta Tahun 2006-2008………..
45
4.7 Tingkat Efisien Tahap Intermediasi PD. Bank Pasar Sukoharjo Tahun 2006-2008………
46
4.8 Tingkat Efisien Tahap Intermediasi PD. Bank Pasar Boyolali Tahun 2006-2008………..
47
4.9 Tingkat Efisien Tahap Intermediasi PD. BPR Djoko Tingkir Tahun 2006-2008………..
48
4.10 Tingkat Efisien Tahap Intermediasi PD. BPR Giri Sukadana Tahun 2006-2008………..
Gambar Halaman
2.1 Produktivitas teknikal efisiensi dan Skala Ekonomi 18
2.2 Kerangka Pemikiran 20
DATA INPUT OUTPUT PD. BPR DI SOLORAYA TAHUN 2006 - 2009
Adapun data input PD. BPR di Solo Raya yang akan dianalisa adalah sebagai berikut :Tabel Input Output PD.BPR di Soloraya Tahun 2006 - 2008
INTERMEDIASI
Kerja Kredit Yg diberikan
Data Input Output PD.BPR di Soloraya Tahun 2006
diberikan Pendapatan Oprs Pendpt op lain
Data Input Output PD.BPR di Soloraya Tahun 2007
INPUT OUTPUT
Nama Bank Dana Pihak
Ketiga
Biaya
Operasional Biaya Opr lain
Jml Tenaga Kerja
Kredit Yg
diberikan Pendapatan Oprs Pendpt op lain
Data Input Output PD.BPR di Soloraya Tahun 2008
diberikan Pendapatan Oprs Pendpt op lain
ABSTRAK
Perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan yang memiliki peranan penting dituntut untuk memiliki kinerja yang baik, khususnya dalam hal menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya pada masyarakat. Bank dihadapkan dengan masalah efisiensi yang akan menentukan kelangsungan usaha perbankan. Bank yang tidak efisien mengakibatkan ketidakmampuan bersaing dalam menghimpun dana masyarakat, yang merupakan salah satu sumber dana perbankan. Ketidakmampuan bersaing tersebut menyebabkan rendahnya kemampuan memberikan kredit kepada masyarakat sebagai salah satu sumber utama pendapatan bank.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat efiensi teknis pada tujuh Bank Perkreditan Rakyat yang ada di wilayah Solo Raya pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008. Selain itu pada penelitian ini juga akan mengetahui efisiensi bank jika dilihat dari pendekatan mengenai fungsi bank, yaitu pendekatan intermediasi. Data yang dipergunakan adalah data input- output ke 7 bank yang menjadi obyek penelitian.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa hampir semua PD. BPR di Solo Raya yang diteliti mampu mengelola input-output- nya secara efisien. Jika dilihat dari kekonstanan efisiensinya tahun 2006, hanya ada 1 BPR yang tidak mampu mengelola input- output-nya secara baik sehingga nilai efisiensi selama tahun pengamatan belum mencapai 100%.Sedangkan 6 PD.BPR lainnya pada tahun pengamatan sudah mencapai 100 % Apabila dilihat dari prosentase efisiensi pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008, perkembangan PD. BPR di Solo Raya yang menjadi obyek penelitian mengalami peningkatan efisiensi.
Saran dalam penelitian ini adalah di dalam operasionalnya, bank disarankan untuk menggunakan dana baik itu bersumber dari masyarakat, pinjaman dari perbankan maupun non perbankan dengan suku bunga yang murah, sehingga akan berdampak positif terhadap peningkatan nilai kredit yang diberikan serta pendapatan operasional maupun pendapatan non operasional lainnya.
ABSTRACT
Banking as one of financial institution owning important role claimed to own good performance, specially in the case of mustering fund from society in the form of deposit and channeling to society. Bank confronted with problem of efficiency to determine the continuity of the effort banking. Inefficient bank result disability compete in mustering society fund, representing one of source of banking fund. Disability compete the cause to lower of ability give credit to society as one of especial source of bank earnings.
This research aim to measure technical efficiency level at seven Bank Perkreditan Rakyat that exist in Solo Raya region in the year 2006 up to year 2008. This research also will know bank efficiency if seen from approach hit bank function, that is intermediation approach. Data utilized by input - output data to 7 bank becoming object research.
Conclusion from this research indicate that most of all PD. BPR in Solo Raya checked able to manage input-output efficiently. If seen from constant of efficiency year 2006, there's only 1 BPR which unable to manage input- output well so that assess efficiency during perception year not yet reached 100%. And 6 other PD.BPR in the year the perception have reached 100 % If seen from procentage efficiency in the year 2006 up to year 2008, growth PD. BPR in Solo Raya becoming object research experience of efficiency improvement.
Suggestion in this research is in its operational, bank suggested to use that good fund stem from society, loan from banking and also non banking with cheap rate of interest, so that will affect positive to improvement assess credit given and also earnings of operational and also earnings of non other operational.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang
dimiliki dan biasanya mempunyai jangka waktu yang lama dengan harapan
mendapatkan keuntungan pada masa yang akan datang. Penanaman modal
dapat dilakukan oleh individu atu institusi yang punya kelebihan dana.
Investasi dalam arti luas terdiri dari 2 (dua) bagian utama, yaitu investasi
dalam bentuk aktiva riil (real assets) dan investasi dalam bentuk surat berharga
atau sekuritas (marketable assets atau financial assets). Aktiva riil adalah aktiva
berwujud seperti mobil, bangunan, barang-barang seni dan lainnya. Sedangkan
Aktiva financial adalah surat-surat berharga yang pada dasarnya adalah klaim
atas aktiva riil yang dikuasai oleh suatu institusi.
Kepemilikan aktiva financial dalam rangka investasi pada sebuah institusi
dapat dilakukan dengan dua cara :
1. Investasi Langsung ( direct investing )
Investasi langsung dapat diartikan sebagai suatu kepemilikan surat-surat
berharga secara langsung dalam suatu institusi yang go public dan
2. Investasi Tidak Langsung ( Indirect investing )
Investasi tidak langsung terjadi bilamana surat-surat berharga yang
dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi ( investment
company ) yang berfungsi sebagai perantara. Kepemilikan aktiva tidak
langsung dilakukan melalui lembaga-lembaga keuangan yang terdaftar
dan bertindak sebagai perantara atau intermediatry.
Dalam suatu negara, pemerintah selalu melakukan campur tangan dalam
menentukan tingkat suku bunga di pasar. Dimana suku bunga adalah
merupakan besarnya imbalan yang harus dibayarkan atas penggunaan sejumlah
uang berdasarkan perjanjian pinjam meminjam. Tingkat suku bunga dan
sekuritas adalah dua faktor yang sering diperhatikan oleh investor sebelum
melakukan investasi.
Perkembangan semakin tingginya animo masyarakat untuk melakukan
investasi, ternyata memberikan dampak yang sangat luar biasa besarnya
terhadap perkembangan lembaga keuangan yang ada di Indonesia, baik
lembaga keuangan yang memiliki skala internasional, nasional maupun
regional. Sebagai buktinya adalah banyaknya lembaga keuangan perbankan
dalam skala nasional dan international yang melakukan ekspansi
operasionalnya ke daerah tingkat dua,demikian pula dengan lembaga keuangan
daerah, dalam hal ini tidak mau ketinggalan untuk melakukan ekspansi
besar-besaran, walaupun skala dan daerah yang dijamahnya adalah masih skala mikro
Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ), menurut Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998, secara tegas disebutkan bahwa BPR adalah Bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara komersial atau berdasarkan prinsip syariah
yang dalam kegiatannya tidak membuka jasa dalam lalulintas pembayaran. Dan
kegiatan usaha BPR terutama ditujukan untuk melayani usaha-usaha kecil
masyarakat di daerah pedesaan, sedangkan bentuk hukum BPR dapat berupa
Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah atau Koperasi. Usaha-usaha yang dapat
dilakukan BPR adalah :
1. Menghimpun dana masyarakat dalam dalam bentuk simpanan berupa
Deposito Berjangka, Tabungan dan/ atau bentuk lainnya yang disamakan
dengan itu.
2. Memberikan Kredit
3. Menempatkan dananya dalam bentuk sertifikat Bank Indonesia (SBI),
Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito dan atau Tabungan pada bank
lain.
Perkembangan dan pertumbuhan BPR di Jawa Tengah sangat pesat
sekali, di mana kepemilikan BPR tidak hanya dimiliki oleh sektor swasta, akan
tetapi masing-masing Pemerintah Daerah berlomba untuk melakukan kompetisi
di dalam pendirian BPR tersebut. Selain Itu kepercayaan masyarakat terhadap
keberadaan BPR juga semakin besar, hal ini terbukti dengan semakin besarnya
masyarakat datang ke BPR untuk menyimpan uangnya dalam bentuk deposito
Tabel 1.1
Kegiatan Usaha BPR Konvensional Di Propinsi Jawa Tengah Periode : Juli – Desember 2008
2008 Indikator
Juli Agustus September Oktober November Desember
Jml BPR 312 310 301 282 282 282
Sumber
Dana(Rp.000) 6.101.117.930 6.095.138.413 6.104.139.301 6.196.693.294 6.267.111.419 6.431.470.424
Tabungan 2.139.955.158 2.120.187.672 2.053.697.114 2.149.252.996 2.209.296.574 2.304.170.007 Deposito 3.000.538.494 2.992.116.241 3.016.593.726 3.035.694.543 3.045.550.776 3.090.585.509 Antarbank Pasiva 879.984.594 904.849.106 946.444.958 922.373..987 918.082.654 925.281.721 Pinj.diterima 80.639.684 77.985.394 87.403.503 89.371.768 94.181.415 111.433.187
Penanaman
Dana ( Rp.000) 7.251.920.317 7.275.762.022 7.314.637.173 7.399.517.593 7.500.157.914 7.661.652.842
Kredit yang
diberikan 6.069.854.555 6.244.834.792 6.373.625.117 6.337.576.523 6.397.687.271 6.355.101.547 Antarbank Aktiva 1.182.065.762 1.030.927.230 941.012.056 1.061.177.212 1.102.470.643 1.306.551.295
SBI 163.858
Jumlah Nasabah
(Rek) 4.461.479 3.496.943 4.804.224 3.098.077 3.130.113 3.747.620
Tabungan 3.499.211 2.533.679 3.833.632 2.131.505 2.159.453 2.783.540
Deposito 133.991 132.783 132.295 133.977 134.939 136.080
Debitur 828.277 830.481 838.297 832.595 835.721 828.000
Total Aset 7.354.240.638 7.379.383.849 7.395.450.946 7.519.618.829 7.622.294.070 7.789.602.536
Sumber data : Statistik Bank Indonesia
Kondisi tersebut di atas menunjukkan Bank Perkreditan Rakyat di Jawa
Tengah pada periode tersebut lebih berhasil pada penyaluran kreditnya yakni
sebesar 98 % dari total asset, dibandingkan dengan penghimpunan dana yakni
82,8 % dari total asset. Hal itu menunjukkan kinerja BPR di Jawa Tengah
mampu mengelola perusahaan sehingga mendatangkan laba yang signifikan
dibandingkan asset yang dimiliki.
PD. BPR di Wilayah Solo Raya, sebagai Badan Usaha yang modalnya
100% dimiliki oleh masing-masing Pemerintah Daerah Tingkat II di Wilayah
Solo Raya diharapkan dapat mendatangkan kontribusi terbesar dalam
tersebut, harus dilakukan secara maksimal. Hal ini dapat ditunjukkan dalam
tabel berikut ini :
Tabel 1.2
Rincian Laba PD. BPR Di Solo Raya Periode 2006 - 2008
Laba Tahun Prosentase terhadap Total
No. Nama PD. BPR
Sumber Data : Data Publikasi BI dan telah diolah
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat, bahwa angka nominal laba
sebelum pajak rata-rata menunjukkan peningkatan yang variatif. Melihat
kondisi adanya perbedaan laba yang dihasilkan oleh masing-masing PD. BPR
di Solo Raya, berarti dalam hal ini menunjukkan kinerja dari masing-masing
PD. BPR berbeda pula.
Bank sebagai lembaga perantara (intermediatry) antara pemilik dana
(borrowers), maka bank harus berperan sebagai pengganti pemilik dana,
jatuh tempo maupun karena pemakaian dan tidak dapat mengembalikannya
lagi. Selain itu bank sebagai pengelola uang masyarakat harus dapat
menunjukkan kinerjanya untuk mendatangkan hasil yang maksimal. Bank yang
tidak efisien menunjukkan ketidakmampuan bersaing dalam menghimpun dana
masyarakat, yang merupakan salah satu sumber dana perbankan. Ketidak
mampuan bersaing tersebut menyebabkan rendahnya kemampuan memberikan
kredit kepada masyarakat sebagai salah satu sumber utama pendapatan bank.
Perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan yang memiliki peranan
penting dituntut untuk memiliki kinerja yang baik. Salah satu aspek penting
dalam pengukuran kinerja perbankan adalah efisiensi yang antara lain dapat
ditingkatkan melalui penurunan biaya (reduching cost) dalam proses produksi.
Berger, et al (1993), mengatakan jika terjadi pada struktur keuangan suatu bank
dengan cepat maka hal penting yang harus dilakukan adalah
mengidentifikasikan efisiensi biaya dan pendapatan. Bank yang efisien
diharapkan akan mendapatkan keuntungan yang optimal, dana pinjaman yang
lebih banyak, dan kualitas service yang lebih baik kepada nasabah.
Penelitian ini menganalisis kinerja perbankan dari sisi efisiensi teknik dan
mencari faktor-faktor yang menyebabkan inefisiensi yang dapat menurunkan
kinerja internal dalam perbankan. Pengukuran inefisiensi tidak akan mengalami
kendala, jika bank hanya memiliki satu input dan satu output saja dalam
produksinya. Namun hal ini jarang dijumpai karena bank biasanya memerlukan
Berdasarkan paparan di atas, dapat diberiikan petunjuk bagi penulis
untuk menganalisis lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
efisiensi kinerja Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ) milik Pemerintah Daerah
Tingkat II di wilayah Solo Raya.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Kinerja PD. BPR ( Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat )
di wilayah Solo Raya dilihat dari tingkat efisiensinya ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui tingkat efisiensi kinerja Bank Perkreditan Rakyat di Wilayah
Solo Raya dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat hasil dalam penelitian ini antara lain adalah :
1. Sebagai masukan dan dorongan kepada manajemen, dewan pengawas dan
Pemilik dalam meningkatkan kinerja BPR milik Pemda Tingkat II di Solo
Raya sehingga sesuai dengan standar kinerja yang telah ditetapkan.
2. Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain untuk melaksanakan penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis
1. Pengertian Bank
Berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang
perubahan Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, yang
dimaksud bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Lebih lanjut Stuart (dalam Simorangkir;2000;10) mengatakan
bahwa bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan
kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarn sendiri, dengan uang
yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan
alat-alat penukar baru berupa uang.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menurut UU Nomor 10 Tahun
1998 secara tegas disebutkan bahwa bahwa BPR adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha sacara komersial atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya tidak membuka jasa dalam lalulintas
Kegiatan usaha yang dapat dilakukan BPR :
a) Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpan pinjam,
deposito berjangka, tabungan / bentuk lainnya yang disamakan
b) Memberikan kredit
c) Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikan Bank Indonesia
(SBI) ,deposito berjangka, sertifikat deposito dan atau tabungan
pada bank lain.
Usaha-usaha perbankan yang tidak dapat dan tidak boleh dilakukan oleh
BPR adalah :
a) Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalulintas
pembayaran
b) Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing
c) Melalukan penyertaan modal
d) Melakukan usaha perasuransian
2. Kinerja
Pengertian Kinerja atau prestasi kerja menurut Armstrong dan
baron berasal dari pengertian performance,yaitu tentang melakukan
pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah
tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya.
dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan
kontribusi ekonomi.
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara kinerja adalah hasil kerja
kualitas dan kuantintas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.
Kinerja perusahaan menurut Mulyadi (1993:409) adalah tampilan
perusahaan selama periode tertentu. Penilaian atau pengukuran kinerja
adalah penentuan secara periodik atas tampilan perusahaan yang berupa
kegiatan operasional, struktur organisasi karyawannya berupa sasaran,
dan criteria yang telah ditetapkan sebelumya. Pengertian kinerja hampir
sama dengan prestasi kerja yang merupakan perbandingan antara hasil
kerja secara nyata dengan standar kerja yang telah ditetapkan. Dalam hal
ini kinerja lebih memfokuskan pada hasil kinerjanya.
Secara umum kinerja perbankan bersumber kepada laporan
keuangan yang terdiri dari neraca dan perhitungsn rugi laba, serta laporan
perubahan modal. Neraca pada waktu tertentu menunjukkan jumlah
aktiva, hutang dan modal.dari suatu perusahan, sedangkan perhitungan
rugi laba memperlihatkan hasil - hasil yang telah dicapai oleh perusahaan
dan biaya-biaya yang terjadi selama periode tertentu.
Sehubungan dengan kinerja perbankan, Zaenal Abidin menuliskan
masyarakat maupun para pengambil keputusan, dimana kinerja bank
dapat ditinjau dari sisi keuangan maupun dari sisi efisiensi kinerja
perbankan.
Penelitian ini akan menganalisa kinerja perbankan khususnya BPR
di Solo Raya dari sisi efisiensi teknik dan mengupas faktor-faktor yang
menyebabkan inefisiensi yang dapat menurunkan kinerja internal
perbankan. Selama ini kinerja bank diukur menggunakan rasio keuangan,
misalnya dari Return on equity (ROE), Return On Asset (ROA), BOPO
dan seterusnya. Di dalam penelitian ini tidak menggunakan rasio
keuangan, tetapi dengan Data Envelopment Analisys (DEA), diharapkan
akan memperoleh informasi mengenai sumber-sumber inefisiensi pada
manajerial perbankan dan diketahui faktor – faktor eksternal dan internal
yang mempengaruhi terjadinya inefisiensi tersebut.
3. Efisiensi
Dalam penelitian ini, kinerja perbankan akan dilihat dari sisi
efisiensi kinerja. Di mana efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan
antara keluaran (Output) dengan masukan (input), atau jumlah yang
dihasilkan dari satu input yang dipergunakan. Suatu perusahaan dapat
dikatakan efisien apabila mempergunakan jumlah unit input yang lebih
sedikit bila dibandingkan dengan jumlah unit input yang dipergunakan
menggunakan unit input yang sama dapat menghasilkan jumlah output
yang lebih besar.
Efisiensi menurut Ghofur dalam Atmawardhana,2006 juga bisa
diartikan sebagai rasio antara output dengan input. Ada tiga faktor yang
menyebabkan efisiensi, yaitu :
a) Apabila dengan input yang sama dapat menghasilkan output yang
sama
b) Input yang lebih kecil dapat menghasilkan output yang sama
c) Dengan input yang lebih besar dapat menghasilkan output yang
lebih besar lagi
Ditinjau dari teori ekonomi masih menurut Ghofur (2006), ada dua
pengertian efisiensi, yaitu efisiensi teknik dan efisiensi ekonomi. Efisiensi
ekonomi mempunyai sudut pandang makro yang jangkauannya lebih luas
dibandingkan dengan efisiensi teknik.
Pengukuran efisiensi teknik cenderung terbatas pada hubungan teknis dan
operasional dalam proses konversi input menjadi output. Akibatnya,
usaha untuk meningkatkan efisiensi hanya memerlukan kebijakan mikro
yang bersifat internal, yaitu dengan pengendalian dan alokasi sumberdaya
yang optimal.
Tobin dalam Atmawardhana (2006), menyebutkan ada empat faktor
yang menyebabkan efisiensi dalam lembaga keuangan. Faktor utama
a) Efisiensi Karena arbitrase informasi
b) Efisiensi karena ketepatan penilaian asset-assetnya
c) Efisiensi karena lembaga keuangan bank mampu mengantisipasi
resiko yang muncul
d) Efisiensi fungsional, berkaitan dengan administrasi dan mekanisme
pembayaran yang dilakukan oleh lembaga keuangan. Termasuk di
dalam efisiensi fungsional ini adalah risk pooling, general
insurance, administrasi, dan mobilisasi dana masyarakat
Salah satu aspek penting bagi keberhasilan suatu perusahaan adalah
efisiensi. Efisiensi tidak hanya sekedar menekan biaya serendah mungkin
tetapi menyangkut pengelolaan hubungan input dan output yaitu
bagaimana mengelola faktor-faktor produksi (input) sedemikian rupa
sehingga dapat menghasilkan output lebih banyak atau pada tingkat
output tertentu bisa menggunakan input lebih sedikit.Efisiensi merupakan
akar permasalahan kesehatan dan sumber pertumbuhan perbankan.
Fenomena munculnya bank-bank besar dan merger perbankan juga
ditujukan untuk mendapatkan efisiensi. Hukum Too big too fail pada
perbankan konvensional telah mendorong perbankan untuk meningkatkan
efisiensi.
Masalah efisiensi menjadi isu penting pada saat ini dan di masa
yang akan datang karena :
2. Persaingan yang semakin meningkat
3. Meningkatnya standar kepuasan konsumen
4. Meningkatnya mutu kehidupan
Oleh karena itu analisis efisiensi sangat penting untuk mengetahui dan
menentukan penyebab perubahan tingkat efisiensi dan selanjutnya
menentukan tindakan koreksi untuk peningkatan efisiensi.
Efisiensi bank merupakan salah satu indikator penting untuk
menganalisa performance suatu bank dan juga sebagai sarana untuk lebih
meningkatkan efektifitas kebijakan moneter. Efisiensi menurut berger
dan Mester , dapat dilihat dari 2 sisi, yaitu :
a) Efisiensi dari sisi biaya ( Cost Efficiency )
Cost Eficiency pada dasarnya adalah mengukur tingkat biaya suatu
bank dibandingkan dengan bank yang memiliki biaya operasi
terbaik yang menghasilkan output yang sama dengan teknologi
yang sama
b) Profit Efficiency
Adalah mengukur tingkat efisiensi dari kemampuan bank dalam
menghasilkan laba untuk setiap unit input yang digunakan
Dari apa yang dipaparkan di atas, dalam menganalisa efisiensi
kinerja Bank, menggunakan pendekatan intermediasi, di mana di dalam
operasionalnya bank adalah sebagai mediator antara masyarakat pemilik
managerialnya dan marketing di dalam tahap intermediasi untuk
mentransformasikan deposit menjadi pinjaman dan investasi.
Kerangka kerja bank dalam menghasilkan output dan input itulah
yang akan dijadikan sebagai alat pengukur efisiensi kinerja PD. BPR di
Soloraya.
4. Data Envelopment Analysis ( DEA)
Metode yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi yaitu
metode Data Envelopment Analysis (DEA), di mana dengan metode ini
dapat diperoleh hasil ukuran nilai efisiensi relatif suatu perusahaan
perbankan, serta petunjuk mengenai perusahaan perbankan mana yang
dapat dijadikan aebagai acuan perbaikan (best practice) bagi perusahaan
perbankan yang tidak efisien.
DEA diperkenalkan oleh Charnes, Cooper dan Rhoders (1978).
Metode DEA dibuat sebagai alat bantu untuk evaluasi kinerja suatu
aktivitas dalam sebuah unit entitas ( organisasi ), dan merupakan suatu
pendekatan non parametik yang pada dasarnya merupakan teknis berbasis
pemrograman linier.
DEA bekerja dengan langkah mengidentifikasikan unit-unit yang
akan dievaluasi, input serta output unit tersebut. Kemudian dihitung nilai
menggunakan input secara efisien atau tidak menghasilkan output secara
efektif.
Produktifitas yang diukur bersifat relatif, karena hanya
membandingkan antar unit pengukuran dari satu set data yang sama. Dan
DEA adalah model analisis faktor produksi untuk mengukur tingkat
efisiensi relatif dari set unit kegiatan ekonomi (UKE).
Keunggulan dan kekurangan penggunaan analisi dengan
menggunakan metode DEA (Data Envelopment Analisys) menurut
Purwanto (2004) adalah :
1. Keunggulan :
a. Dapat menangani banyak input dan output
b. Tidak Perlu asumsi hubungan fungsional antara variabel input
dan output
c. UKE (Unit Pengambil Keputusan)dibandingkan secara
langsung dengan sesamanya
d. Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang
berbeda.
2. Sedangkan kekurangan penggunaan analisa DEA adalah :
a. Bersifat simple spesifik
b. Merupakan extreme point technique, di mana kesalahan
c. DEA sangat bagus untuk estimasi efisiensi relatif UKE tetapi
sangat lambat untuk mengukur efisiensi absolute dengan kata
lain bias membandingkan sesama UKE tetapi bukan
membandingkan maksimasi teori
d. Uji hipotesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan
e. Menggunakan perumusan linier programming terpisah untuk
UKE (perhitungan secara manual sulit dilakukan apalagi
untuk masalah berskala besar)
f. Bobot dan input yang dilakukan oleh DEA tidak dapat
ditafsirkan dalam nilai ekonomi
Awalnya DEA digunakan untuk mengatasi kekurangan yang
dimiliki oleh analisis rasio dan regresi berganda. Analisa rasio hanya
mampu memberikan informasi UKE (bank) tertentu yang memiliki
kemampuan khusus berganda. Sedangkan DEA dirancang untuk
mengukur efisiensi relatif suatu bank yang menggunakan input dan output
yang lebih dari satu.
DEA digunakan untuk menyelesaikan masalah dengan memberikan
kebebasan pada setiap bank untuk menentukan pembobotnya
masing-masing.
Efisiensi bank diukur dari jumlah output tertimbang dibandingkan
dengan jumlah input tertimbang. Dimana setiap bank dalam
sama untuk mengevaluasi rasionya . Dimana angka rasio 1 ( atau kurang
dari 1) berarti bank tersebut efisien dalam menghasilkan tingkat output
maksimum dari tiap input.
Secara grafis sederhana pengukuran efisiensi teknis suatu unit
kegiatan ekonomi, dengan satu input dan satu output, dengan
menggunakan alat analisis Data Envelopment Analysis ( DEA ) adalah
sebagai berikut :
●
●
●
Gambar 2.1
Produktivitas, Teknikal Efisiensi dan Skala Ekonomi Sumber : Timothy J. Coelli dan kawan-kawan (2005)
Keterangan gambar 2.1 di atas merupakan gambaran dari efisiensi
secara teknik dan produktivitas. Di mana poin A merupakan hasil
pengoperasian antara input dengan out put suatu perusahaan, akan tetapi
y
Optimal Scale
0
C
F
B
A
hasil dari produktivitas tersebut tidak efisien, karena masih terletak di
bawah production frontier. Poin B dan Poin C sudah berada pada garis
production frontier.
Poin A akan menjadi efisien apabila memaksimalkan outputnya hingga
mencapai poin B, tetapi hal tesebut terlalu berat untuk dilakukan. Maka
disarankan untuk meminimisasi input agar berubah menjadi poin C. Poin
C dianggap sebagai skala optimal dari hasil produktivitas suatu
perusahaan.
B. Kajian Empiris
Riskiyah dan Reni (2009) dalam penelitiannya dengan judul Analisis
Efisiensi Kinerja Perbankan Indonesia berdasarkan metode DEA studi pada
Bank Umum swasta Nasional Devisa dan Umum Swasta Nasional Non Devisa
di Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
efisiensi yang signifikan antara Bank Umum Swasta Nasional Devisa dan Bank
Umum Swasta nasional Non Devisa.
Ivan Hadinata dan Adler Manurung (2008) dengan judul penelitiannya
Penerapan Data Envelopment Analysis untuk mengukur efisiensi kinerja Reksa
Dana Saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
positif signifikan antara return reksa dana dengan efisiensi kinerja reksa dana.
Ferdyana (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Efisiensi
hasil hampir sebagian besar bank yang diteliti tidak mampu mengelola
input-outputnya secara efisien. Jika dilihat dari kekonstanan efisiensinya tahun 2002,
hanya ada 3 bank yang mampu mengelola input-outputnya secara baik sehingga
nilai efisiensi selama tahun pengamatan 100 %. Apabila dilihat dari persentase
efisiensi pada tahun 2002, perkembangan 31 bank-bank yang menjadi obyek
penelitian, mengalami peningkatan efisiensi.
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran
Kerangka pikir di atas menerangkan bahwa penelitian ini khusus menilai
kinerja PD. BPR di Solo Raya dilihat dari tingkat efisiensinya. Untuk
mengukurnya digunakan dua variabel , yaitu variabel input dan variabel output,
VARIABEL OUTPUT
1. Kredit yang diberikan
2. Pendapatan operasional
3. Pendapatan operasional
lainnya
VARIABEL INPUT
1. Dana pihak ketiga ( tabungan
dan deposito )
2. Biaya operasional
3. Biaya operasional lainnya
4. Tenaga kerja
ANALISA DEA
yang kemudian diolah dengan analisis DEA, sehingga akan diketahui unit usaha
mana yang berhasil mengelola unit produksinya dengan menggunakan input
seminimal mungkin untuk menghasilkan output maksimal.
PD. BPR di Solo Raya sesuai dengan fungsinya sebagai lembaga
intermediasi dalam mengelola unit inputnya, yang meliputi : Dana pihak ketiga
( meliputi tabungan dan deposito), biaya operasional, biaya operasional lainnya,
serta jumlah tenaga kerja yang memproses pengelolaan input menjadi output,
akan menghasilkan output yang maksimal, dalam hal ini adalah kredit yang
diberikan, pendapatan operasional dan pendapatan operasional lainnya. Apabila
jumlah output yang dihasilkan belum efisien, maka PD. BPR yang menjadi
obyek penelitian ini segera meminimalkan inputnya untuk menghasilkan output
maksimal.
D. Hipotesis
Hipotesis di dalam penelitian ini adalah :
Kinerja Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat di Solo Raya belum
semuanya efisien.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang bersifat kuantitatif. Tipe
penelitian ini adalah penelitian kausalitas, karena meneliti pengaruh variabel
satu dengan variabel yang lain, yaitu antara variabel input dengan variabel
output. Variabel input dalam penelitian ini terdiri dari dana pihak ketiga
(tabungan dan deposito), biaya operasional, biaya operasional lainnya dan
jumlah tenaga kerja. Sedangkan variabel outputnya adalah kredit yang
diberikan, pendapatan operasional dan pendapatan non operasional.
B. Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah Perusahaan Daerah BPR di
wilayah Solo Raya yang meliputi wilayah Surakarta, Sukoharjo, Wonogiri,
Karanganyar, Sragen, Boyolali dan Klaten. Obyek didalam penelitian ini adalah
PD. BPR di Solo Raya yang status kepemilikannya adalah seratus persen milik
pemerintah daerah tingkat II, yang terdiri dari :
1. PD. BPR Djoko Tingkir Sragen
2. PD. Bank Daerah Karanganyar
3. PD. Bank Pasar Sukoharjo
5. PD. Bank Pasar Dati II Boyolali
6. PD. BPR Giri Sukadana Wonogiri
7. PD. BPR Dati II Klaten
C. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
berasal dari laporan keuangan hasil publikasai Bank Indonesia dan pengambilan
data langsung dari obyek penelitian. Variabel di dalam penelitian ini adalah
input dan output yang mampu dihasilkan oleh masing-masing obyek penelitian,
yaitu dengan menggunakan pendekatan Intrmediate Variabel, di mana bank
adalah sebagai penghimpun dan sekaligus menyalurkan dana dalam bentuk
kredit.
Variabel input terdiri dari :
1. Dana pihak ketiga ( terdiri dari tabungan dan deposito ),
2. Biaya operasional,
3. Biaya operasional lainnya, dan jumlah tenaga kerja.
Variabel outputnya dipilih :
1. Outstanding Kredit ( Kredit yang diberikan ),
2. Pendapatan operasional
D. Metode Pengumpulan Data
Didalam penelitian ini, pengumpulan data bersumber dari publikasi –
publikasi yang telah diterbitkan oleh Bank Indonesia, antara lain Direktori Bank
Indonesia, laporan tahunan bank Indonesia serta Statistik Ekonomi dan
Keuangan sesuai dengan kerangka pembicaraan sebelumnya, bahwa di dalam
penelitian ini akan digunakan pendekatan intermediasi untuk melengkapi
analisis efisiensi PD. BPR di Solo Raya.
Pada tahap intermediasi kenyataanya melengkapi pendekatan produksi
dan menggambarkan aktivitas perbankan sebagai transforming uang yang
dipinjam dari penabung, deposan menjadi uang yang dipinjam borrowers.
Aktivitas transformasi ini menimbulkan perbedaan karakteristik dari simpanan
dan kredit. Pendekatan ini berkaitan erat dengan pemberian fasilitas atau
kemudahan mengenai aliran dana dari mereka yang kelebihan dana kepada
mereka yang kekurangan atau membutuhkan dana. Dalam hal ini bank berperan
untuk meningkatkan efisiensi kedua belah pihak.
E. Definisi Operasional
Pemilihan variabel yang sesuai diperlukan agar pengukuran dapat
memberikan hasil yang maksimal. Variabel yang digunakan dalam DEA
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a) Dana Pihak Ketiga
Sesuai fungsi bank sebagai intermediasi, maka bank harus mampu
menghimpun dana sebanyak-banyaknya dari masyarakat.
Dana pihak ketiga terdiri dari tabungan dan deposito. Untuk
pengukurannya menggunakan ribuan rupiah
b) Biaya Operasional
Semua biaya yang dikeluarkan oleh bank terkait dengan operasional
bank, seperti biaya bunga, barang dan jasa, sewa, pajak, dan
lain-lain. Untuk pengukurannya menggunakan ribuan rupiah.
c) Biaya operasional lainnya
Biaya yang dikeluarkan oleh ban, untuk mendukung operasional
bank, misalnya : pembayaran pajak listrik, air, dan lain-lain. Untuk
pengukurannya menggunakan ribuan rupiah.
d) Tenaga kerja
Terkait dengan jumlah tenaga kerja yang mendukung operasional
bank.
2. Variabel output
a) Kredit yang diberikan
Nilai dana yang diberikan kepada pihak ketiga oleh bank sebagai
pinjaman yang pengembaliannya dilakukan dalam jangkan waktu
tertentu. Pemilihan nilai kredit, sebagai output didasarkan pada
intermediary yaitu lembaga perantara yang salah satu fungsinya
menerima dana dari pihak yang kelebihan dana dan menyalurkan
kepada pihak yang kekurangan dana. Untuk pengukurannya
menggunakan ribuan rupiah.
b) Pendapatan operasional
Pendapatan operasional adalah pendapatan yang didapat dari
penghasilan utama bank, seperti ; bunga kredit, provisi,
administrasi, dan lain-lain. Untuk pengukurannya menggunakan
ribuan rupiah.
c) Pendapatan operasional lainnya
Adalah pendapatan bank yang diperoleh dari pendapatan selain
bersumber dari pendapatan bunga, provisi dan administrasi. Untuk
pengukurannya menggunakan ribuan rupiah.
F. Teknik Analisa Data
Menurut Data Envelopment Analysis (DEA) sebuah kegiatan ekonomi
dikatakan efisien adalah apabila rasio perbandingan input/output = 1, artinya
unit kegiatan ekonomi tersebut sudah tidak lagi melakukan pemborosan dalam
penggunaan input-inputnya dan/atau sudah mampu memanfaatkan secara
optimal kemampuan potensial berpoduksi yang dipunyai, sehingga mampu
mencapai tingkat output yang efisien. Sebuah unit kegiatan ekonomi dikatakan
antara 0 < output/input < 1, artinya unit kegiatan ekonomi ini masih melakukan
tindakan pemborosan dalam penggunaan input-inputnya dan/ belum mampu
memanfaatkan secara optimal potensial kemampuan berproduksi, yang dimiliki.
Dalam penelitian ini digunakan alat analisa efisiensi sebuah perusahaan
atau industri yaitu Data Envelopment Analysis (DEA). Dimana DEA akan
menghitung bank yang menggunakan input n untuk menghasilkan output m
yang berbeda (Noulas dan Glaveli;2002:9-10).Efisiensi diukur sebagai berikut :
m n
h8 = ∑ uis yis / ∑ vjs xjs
i=1 j=1
dimana :
h8 = efisien teknis bank s
yi = jumlah output i yang dihasilkan oleh bank s dan dihitung dari
i = 1 hingga m
xjs = jumlah input j yang digunakanoleh bank s dan dihitung dari
j = 1 hingga n
uis = bobot yangdiberikan pada output i yang dihasilkan oleh bank s
vjs = bobot yang diberikan pada Ij yang digunakan oleh bank s
Persamaan di atas menunjukkan adanya penggunaan variable input dan
output. Kriteria UKE s untuk memilih bobot dengan batasan atau kendala
100% jika UKE lain tersebut menggunakan bobot yang dipilih oleh UKE s,
sehingga formulasi selanjutnya (Noulas dan Glaveli;2002:9-10) adalah :
m n
∑uis yis / ∑vjs xjs ≤ 1 untuk r = 1, ………, n
i=1 j=1
uis dan vjs ≥ 0
dimana n menunjukkan jumlah bank dalam sampel. Persamaan kedua
menunjukkan bahwa nilai efisiensi bank yang dianalisa nanti tidak lebih dari
1, sementara pertidaksamaan dapat diketahui bahwa bobot input-output
bernilai positif. Dari kedua persamaan tersebut menunjukkan efisiensi bank
semakin rendah.
Beberapa bagian program fraksional kemudian ditransformasikan ke
dalam program linier biasa, dan metode simplek dapat digunakan untuk
menyelesaikannya. Transformasi program linier yang kita sebut dengan DEA
adalah sebagai berikut (Noulas dan Glaveli;2002:9-10) :
m
Maksiminasi h8 = ∑uis yis
i=1
m n
Kendala ∑uis yis - ∑vjs xjs ≤ 1 untuk r= 1, ………, n
i=1 j=1
n
∑vjs xjs = 1danuis danyis ≥ 0
j=1
Efisiensi pada masing-masing bank dihitung menggunakan program linier
jumlah input yang dibobot harus sama dengan satu bank s. Sedangkan kendala
untuk semua bank yaitu jumlah output yang dibobot dikurangi jumlah input
yang dibobot harus kurang atau sama dengan 0. Hal ini berarti semua bank
akan berada atau dibawah referensi kinerja frontier yang merupakan garis
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Sejarah Berdirinya BPR di Wilayah Solo Raya
Sesuai dengan GBHN bahwa salah satu tujuan Bangsa Indonesia adalah
untuk mewujudkan kesejahteraan umum. Sedangkan yang dimaksud dengan
kesejahteraan umum adalah meliputi kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia baik yang ada di pusat kota maupun yang ada di daerah-daerah atau
desa. Kesejahteraan yang diharapkan adalah kesejahteraan adalam segala
bidang. Pembangunan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam
membangun ekonomi bangsa. Dan perbankan memegang peranan penting di
dalam pembangunan, karena sesuai dengan fungsinya bank adalah sebagai
penghimpun dan penyalur dana kepada masyarakat. Salah satu bank yang
memegang peranan tersebut adalah Bank Perkreditan Rakyat.
Bank Perkreditan Rakyat menurut UU No 10 Tahun 1998 secara tegas
disebutkan bahwa BPR adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
komersial atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
membuka jasa dalam lalulintas pembayaran ( seperti menerima simpanan giro,
1. Sumber modal BPR
Sumber dana atau modal Bank Perkreditan yang kepemilikannya
milik Pemerintah Daerah Tingkat II adalah sebagai berikut :
b. Modal Dasar
Merupakan penyertaan modal pemerintah daerah tingkat II di mana
PD.BPR tersebut berdiri. Besarnya modal disetor tergantung dari
kebijaksanaan pemerintah Daerah setempat atas pesetujuan DPRD
tingkat II.
c. Pinjaman
1) Pinjaman dari Bank
Untuk melaksanakan fungsinya sebagai lembaga intermediasi,
perbankan tidak hanya menggantungkan modalnya kepada pemilik,
tetapi juga menjalin kerjasama dengan Bank besar.
2) Pinjaman Dana Pihak Ketiga
Pinjaman dana pihak ketiga merupakan pinjaman yang dimiliki oleh
BPR yang bersumber dari lembaga non bank
3) Dana Pihak Ketiga
Dana pihak ketiga terdiri dari tabungan dan deposito masyarakat,
yang mengendap dalam jangka waktu tertentu, dengan imbalan atau
2. Struktur Organisasi
Tujuan BPR adalah untuk membantu mengelola keuangan bagi orang
yang kelebihan, kemudian menyalurkannya kepada orang yang
membutuhkan dana tersebut. Dengan kata lain BPR sebagai lembaga
intermediasi mengemas produk tabungan menjadi kredit bagi orang yang
membutuhkan modal.
Sebagai lembaga intermediasi, PD BPR di Solo Raya, harus
dikelola secara profesional agar dapat menghasilkan laba secara maksimal.
Untuk mewujudkan pengelolaan BPR lebih profesional, sangat dibutuhkan
bagian – bagian yang terorganisir dan terstruktur, sehingga tugas pemilik dan
direksi yang dipercaya untuk mengelola perusahaan menjadi lebih sempurna
dan efisien. Karena keberhasilan efisiensi kinerja sumber daya yang ada di
dalamnya dapat digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan pengelolaan
management masing-masing perusahaan.
Direksi sebagai pengelola unit produksi suatu kegiatan ekonomi, harus dapat
mengelola sumber daya secara tepat guna untuk menghindari pemborosan –
pemborosan yang hampir selalu terjadi dalam setiap proses produksi.
Struktur organisasi PD.BPR di Solo Raya terlihat seperti gambar di bawah
Gambar 4.
STRUKTUR ORGANISASI
(Sumber : Badan Pembina BPR se Solo Raya, Perkembangan Operasional BPR di Solo Raya, 2007)
Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing adalah sebagai berikut :
a. Pemilik
Pemilik PD. BPR di Solo Raya adalah Kepala Daerah Tingkat II setempat
b. Dewan Pengawas
Sesuai dengan Perda dari masing-masing daerah yang mengatur tentang
keberadaan PD BPR, maka tugas pokok dari dewan Pengawas adalah ikut
serta dalam pembuatan kebijakan yang diambil oleh direktur/ pimpinan
serta mengawasi pelaksanaan kebijakan yang dibuat. Dewas sekaligus
sebagai wakil pemilik di BPR. Direksi Pemilik
Dewan Pengawas
SPI
Staf
Kabag Umum Kabag
Kredit
Kabag Dana
Kabag Kas
c. Direktur
Direktur bertugas memimpin pengelolaan BPR, dalam menjalankan
peraturan, kebijakan agar sesuai dengan peraturan dan UU perbankan yang
berlaku. Di Solo Raya, kedudukan direktur dijalankan oleh dua orang,
yakni direktur Utama dan direktur.
d. Satuan Pengawas Intern
SPI mempunyai tugas melakukan edit dalam rangka pengamanan harta
kekayaan PD.BPR dan menilai pelaksanaan system dan prosedur yang
telah ditetapkan serta menilai tingkat efektifitas dan efisiensi di
masing-masing tingkat organisasi.
e. Bagian Umum
Bagian umum bertugas menyelenggarakan hubungan kemasyarakatan
dengan unit kerja maupun investasi intern serta mengelola kearsipan dan
dokumentasi.Bagian Umum juga menyajikan laporan keuangan setiap hari,
bulanan, ataupun setiap hari.
f. Bagian Kredit
Bagian kredit adalah bagian yang merumuskan kebijakan di bidang
perkreditan dan mencari sasaran-sasarannya.
g. Bagian Dana
Bagian ini membantu direksi dalam merumuskan kebijakan penghimpunan
serta mencari sumber dana, mengatur penggunaan dana dan bertanggung
jawab atas prasarana dan sarana di lingkungan dana.
3. Produk PD.BPR di Solo Raya
a. Tabungan
Merupakan dana simpanan masyarakat, yang tidak terikat oleh jangka
waktu tertentu, sehingga pemilik dana setiap saat dapat mengambil
uangnya. Pemberian jasa atau bunga tabungan diberikan setiap akhir
bulan. Prosentase suku bunga didasarkan kepada kebijakan
management bank bersangkutan.
b. Deposito
Jangka waktu deposito terbagi dalam beberapa bagian, di mana jangka
waktu penyimpanan deposito juga akan berpengaruh terhadap
besarnya suku bunga yang diberikan. Pemberian besarnya suku bunga
tabungan dan deposito sangat bergantung kepada kebijaksanaan intern
BPR yang bersangkutan, dengan tetap berpijak kepada penetapan suku
bunga maksimal simpanan di BPR oleh Lembaga Penjaminan
Simpanan (LPS). Dan suku bunga yang berlaku antara PD. BPR yang
satu dengan yang lain terutama di wilayah Solo Raya sangat bervariasi.
Misalnya : 1). Deposito jangka waktu 1 bulan, bunga 7 % / thn
2). Deposito jangka waktu 3 bulan, bunga 9 % / thn
3). Deposito jangka waktu 6 bulan, bunga 10 % / thn
c. Kredit
Sebagaimana yang telah dipaparkan di dalam bab II, bahwa bank
sebagai lembaga intermediasi memiliki fungsi mengolah dana yang
telah terkumpul dalam bentuk tabungan dan deposito, kemudian
menyalurkan dana tersebut dalam kredit bagi orang yang
membutuhkan dana.
4. Sumber Pendapatan
Sumber pendapatan PD. BPR paling utama berasal dari bunga kredit yang
diberikan. Sedangkan pendapatan digolongkan dalam dua bagian :
a. Pendapatan operasional
Yang dikategorikan pendapatan operasional adalah : bunga kredit,
provisi dan administrasi kredit, biaya penutupan rekening tabungan,
Bunga tabungan dari bank lain ( penempatan Antar Bank ).
b. Pendapatan non operasional
Pendapatan yang bersumber dari luar operasional perbankan,
misalnya : cash back asuransi, cash back notaris, dll.
2. Analisis Data
Penelitian ini menghasilkan angka aktual dan angka target, di mana angka
aktual adalah angka input-output yang dimiliki oleh PD.BPR di Solo Raya dari
tahun 2006 – 2008, sedangkan angka target adalah angka yang disarankan oleh
Data input-output yang diolah dengan DEA (Data Envelopment Analysis)
ini adalah dalam jumlah jutaan rupiah. Pengolahan data ini adalah dengan
system Constant returns to scale . Dalam DEA yang dimaksud dengan constant
returns to scale adalah apabila unit kegiatan ekonomi menjadi frontier ( sudah
efisien ), yang diasumsikan bernilai efisiensi = 100 %, sedangkan yang tidak
efisien bernilai antara 0 % hingga kurang dari 100 %. Di dalam penelitian ini
penulis menggunakan pendekatan minimisasi input yang nanti dapat dilihat dari
hasil olah data yang menunjukkan pada bagian masing-masing unit input masih
memerlukan analisis lebih lanjut, sedangkan untuk masing-masing unit output
semua sudah mencapai 100 %, hal ini untuk memudahkan analisis.
Hasil olah data terhadap PD.BPR di Solo Raya mulai tahun 2006 sampai
dengan tahun 2008 adalah sebagai berikut :
1. Data Input Output
Tabel 4.1 Data Input Output
PD.BPR di Solo Raya Periode 2006 – 2008
INTERMEDIASI
Kr.Anyar 68726757.7 17399837.7 1295775.7 85 124198945 22834058.3 130675.3
Bapas Klaten 51439106.7 9269484 741445 126 61851243.7 12227447.3 107880 Bapas
Surakarta 11165416 2905466 87513.7 68 12812900.3 3235596 153355 Bapas
Sukoharjo 18331827.7 7398795 774077 67.3 43539226.7 8610989 353633 Bapas
Boyolali 45915111 13070000 503018 73 66198487.7 15404950 222979.3 BPR Djoko
Tingkir 40916674.7 76552820.7 382079.3 35 51523431 9851956.7 227044.3 BPR Giri
Suka dana 5413187.7 1191074.7 26750 41.3 5186945.7 1625806.3 12227
Tabel 4.1 merupakan data input output yang diambil secara rata-rata dari
tahun 2006 sampai dengan 2008. Tabel di atas menunjukkan variabel-variabel
input-output yang akan dianalisis di dalam penelitian ini.Dimana untuk
masing-masing variabel baik input maupun output untuk masing-masing masing-masing bank yang
akan diteliti menunjukkan angka yang sangat variatif.
Akan tetapi data dalam tabel 4.1 di atas merupakan angka aktual yang
belum dapat menunjukkan tingkat efisiensi unit produksi yang akan diteliti.
Karena angka aktual adalah angka input-output yang dimiliki bank-bank pada
tahun pengamatan (Tahun 2006–2008). Tabel di atas menjadi dasar pengamatan
lebih lanjut
1. Hasil Olah Data Keseluruhan
Hasil olah data keseluruhan disini merupakan hasil kinerja PD. BPR di
Solo Raya dilihat dari tingkat efisiensi kinerjanya, yang diambil
secara rata-rata pada tahun pengamatan, yakni tahun 2006 –
2008, yang akan disajikan dalam tabel 4.2. Dimana ketujuh PD. BPR di
wilayah Soloraya sudah menunjukkan kinerja yang efisien, untuk pemilihan
variabel Unit Kegiatan Analisis dalam obyek penelitian ini. Masing-masing
BPR sudah menunjukkan angka 1 atau mencapai tingkat efisiensi sebesar 100
%. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2
Tingkat Efisiensi Tahap Intermediasi PD BPR Di Solo Raya Tahun 2006 – 2009
No Nama Bank Efisiensi
1 Bapas Kr.Anyar 100%
2 Bapas Klaten 100%
3 Bapas Surakarta 100%
4 Bapas Sukoharjo 100%
5 Bapas Boyolali 100%
6 BPR Djoko Tingkir 100%
7 BPR Giri Suka dana 100%
Sumber : Bank Indonesia,2006-2008, diolah
Tabel 4.2, menunjukkan bahwa pada tahap intermediasi semua PD. BPR
di Solo Raya pada tahun 2006 – 2008 nilai efisiensinya sudah mencapai 100 % .
Nilai efisiensi yang terlihat pada tabel 4.2 didasarkan pada nilai aktual
masing-masing variabel unit produksi yang diteliti, yang diambil angka rata-rata
selama tiga tahun berturut-turut, yakni dari tahun 2006 sampai dengan 2008.
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa semua PD. BPR di Solo Raya pada tahun
2006 – 2008 telah sanggup mencapai tingkat efisieni yang optimal yaitu sebesar
100 % pada tahap intermediasi. Jadi sudah tidak ada lagi pemborosan dalam
penggunaan input-inputnya atau dapat dikatakan juga bahwa pemanfaatan
semua inputnya sudah efisien dan juga sudah mampu memanfaatkan secara
optimal (100 %) kemampuan berproduksi yang dimiliki untuk mencapai
tingkat output yang efisien ( efisiensi = 100 % ). Dapat dikatakan bahwa pada
tahap intermediasi pada tahun 2006 – 2008, pihak pengambil kebijakan atau
dimilikinya. Karena PD. BPR di Solo Raya secara keseluruhan telah mampu
mengelola output inputnya secara efisien, disarankan untuk mempertahankan
tingkat efisiensinya yang sudah mencapai 100 %. Adapun cara yang ditempuh
adalah dengan cara, dalam penggunaan input-inputnya harus sesuai dengan
angka target atau lebih baik lagi kalau input-input yang dipergunakan lebih
kecil dari angka target. Kemampuan potensial berproduksi dapat ditingkatkan
lagi atau dengan kata lain output yang diproduksi ditingkatkan sehingga lebih
besar dari angka target.
2. Hasil Olah Data Per BPR
a. PD. BPR Klaten
Untuk mengetahui tingkat efisiensi tahap intermediasi PD. Bapas
Klaten adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3
Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa PD. Bank Pasar Klaten telah
menujukkan rata-rata kinerjanya pada tahap intermediasi, sudah efisen
untuk tahun 2007 dan 2008, sedangkan pada tahun 2006 managemen PD.
Bank Pasar Klaten belum efisiensi kinerjanya. Di mana nilai efisiensinya
hanya mencapai 97,06 %. Akan tetapi pada tahun berikutnya nilai
efisiensinya pada tahap intermediasi sudah mencapai 100 %.
Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada tahun 2006. PD Bank
Pasar Klaten belum mampu mengelola input outputnya pada tahap
intermediasi secara efisien, nilai efisiensinya adalah 97,06 %. Hal ini
berarti, bahwa PD. Bank Perkreditan milik Pemerintah Daerah Klaten,
masih melakukan pemborosan pada setiap variabel input maupun
outputnya.
Pada tahap intermediasi ini PD. Bapas Klaten pada tahun 2006
masih melakukan pemborosan pada setiap inputnya, di mana dari tabel
4.3 untuk dana pihak ketiga masih melakukan pemborosan sebesar 2,90
%, biaya operasional pemborosan sebesar 2,90 %, biaya non operasional
pemborosan sebesar 6,10 %, serta tenaga kerja sebesar 64,40 %. Dengan
hasil pengolahan data tahun 2006 dengan analisis DEA, pada tahap
intermediasi ternyata dengan jumlah tenaga kerja yang mencapai angka
aktual sebesar 122, sedangkan angka targetnya hanya sebesar 43,4 %,
tenaga kerjanya belum mampu mengelola inputnya seminimal mungkin
Pada tahun 2006 PD. Bapas Klaten harus melakukan minimisasi
input, misalnya dengan menghemat biaya – biaya baik itu untuk biaya
operasional aataupun non operasional, serta memaksimalkan peran tenaga
kerjanya agar dapat mengelola faktor-faktor produksinya agar dapat
mencapai output yang maksimal. Seperti digambarkan pada tabel berikut
ini :
Tabel 4.4
Tingkat Efisiensi Tahap Intermediasi PD. Bank Pasar Klaten Tahun 2006
No VARIABEL BANK RUJUKAN
24,301,811,000
2 Input Biaya operasional
93.9%
623,197,000
(37,728,700)
3 Input Biaya Operasional Lainnya
93.9%
5 Output Kredit Yang diberikan
83.8%
9,120,269,000
9,120,269,000
6 Output Pendapatan Operasional
100.0%
104,815,000
(57,133,000)
7 Output Pendapatan Operasional
Di mana pada tabel 4.4 di atas jelas terlihat hasil analisis data, yang
menunjukkan tingkat efisiensi kinerja pada tahapan intermediasi PD.
Bapas Klaten pada tahun 2006, yang cara membacanya misalnya pada
variabel inputnya PD Bapas. Klaten seperti Dana Pihak Ketiga, pihak
bank belum dapat mengelola secara efisien, dimana pada dana pihak
ketiga pihak bank masih melakukan pemborosan sekitar 714.365.800.
Sama halnya dengan variabel input lainnya seperti biaya
operasional, biaya operasional lainnya, serta jumlah tenaga kerja, pada
tahap intermediasi Bapas Klaten masih harus melakukan efisiensi agar
nilai efisiensinya 100 % atau sama dengan 1, dengan jalan merujuk pada
PD. Bapas Karanganyar serta PD. Surakarta yang nilai efisiensinya sudah
mencapai 100 %.
Sedangkan untuk variabel outputnya seperti kredit yang diberikan,
dan pendapatan non operasionalnya, pihak bank belum mengelola secara
maksimal dimana angka efisiensinya masih kurang dari 1 atau 100 %.
Pihak Bank masih harus menyesuaikan angka aktualnya sesuai dengan
angka target dalam dalam tahun pengamatan ini. Dan untuk pendapatan
operasional tingkat efisiensi nya telah mencapai 100 %.
Pada tahun 2007 – 2008 PD. Bapas Klaten sudah menunjukkan
kinerja yang bagus, di mana bank telah mampu mengelola secara efisien,
Walaupun dalam perkembangannya Bank telah mampu mengelola
input outnya secara efisien, untuk selanjutnya diharapkan dengan input
yang ada mampu menghasilkan output yang lebih maksimal.
b. PD.Bank Pasar Karanganyar
Tabel 4.5
Tingkat Efiiensi Tahap Intermediasi PD. Bank Pasar Karanganyar Tahun 2006 - 2008
Efisiensi
No Variabel
2006 2007 2008
1 Dana Pihak Ketiga 100% 100% 100%
2 Biaya Operasional 100% 100% 100%
3 Biaya Operasional Lainnya 100% 100% 100%
4 Jumlah Tenaga Kerja 100% 100% 100%
5 Kredit yang diberikan 100% 100% 100%
6 Pendapatan Operasional 100% 100% 100%
7 Pendapatan Non Operasional Lainnya 100% 100% 100%
Sumber : Bank Indonesia,2006-2008, diolah
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada tahun 2006 sampai dengan
tahun 2008 PD. Bank Pasar Karanganyar telah berhasil di dalam
mengelola input outputnya secara efisien, dimana tingkat efisiensi untuk
variable input dan output sudah mencapai 100 %. Pada tahun pengamatan
tersebut, bank sudah tidak melakukan pemborosan pada unit inputnya,
dan telah berhasil dalam menghasilkan output dengan hasil yang telah
sesuai dengan angka target.
Walaupun kenyataannya, kinerja bank dilihat dari efisiensinya telah
berhasil, akan tetapi dalam perkembangannya dari tahun ketahun bank
melakukan pemborosan lebih besar lagi pada unit inputnya agar output
yang dicapai menjadi lebih maksimal. Selain itu PD. Bank Pasar
Karanganyar harus juga memperhatikan faktor –faktor di luar input
output.
c. PD. Bank Pasar Surakarta
Tabel 4.6
Tingkat Efiiensi Tahap Intermediasi PD. Bank Pasar Surakarta Tahun 2006 - 2008
Efisiensi
No Variabel
2006 2007 2008
1 Dana Pihak Ketiga 100% 100% 100%
2 Biaya Operasional 100% 100% 100%
3 Biaya Operasional Lainnya 100% 100% 100%
4 Jml Tenaga Kerja 100% 100% 100%
5 Kredit yang diberikan 100% 100% 100%
6 Pendapatan Operasional 100% 100% 100%
7
Pendapatan Non
Operasional Lainnya 100% 100% 100%
Sumber : Bank Indonesia,2006-2008, diolah
Kinerja PD. Bank Pasar Surakarta dilihat dari tingkat efisiensinya
ditunjukkan dalam table 4.6 di atas. PD. Bank Pasar Surakarta menurut
tabel di atas telah berhasil dalam mengelola input outputnya pada tahun
2006 – 2008, di mana tingkat efisiensinya telah mencapai nilai 100 %
untuk setiap unit input maupun outputnya.
Pada tahun pengamatan dalam penelitian ini, PD. Bapas Surakarta
sudah tidak melakukan pemborosan dalam mengelola inputnya, sehingga
Untuk mempertahankan agar tingkat efisiensinya pada tahap
intermediasi nilainya tetap 100 %, maka pihak pengelola bank selain
lebih menekan angka pemborosan dalam mengelola inputnya, pengaruh
dari luar juga harus menjadi titik perhatian, agar output yang dihasilkan
menjadi lebih maksimal.
d. PD. Bank Pasar Sukoharjo
Tabel 4.7
Tingkat Efiiensi Tahap Intermediasi PD. Bank Pasar Sukoharjo Tahun 2006 - 2008
Efisiensi
No Variabel
2006 2007 2008
1 Dana Pihak Ketiga 100% 100% 100%
2 Biaya Operasional 100% 100% 100%
3 Biaya Operasional Lainnya 100% 100% 100%
4 Jml Tenaga Kerja 100% 100% 100%
5 Kredit yang diberikan 100% 100% 100%
6 Pendapatan Operasional 100% 100% 100%
7
Pendapatan Non
Operasional Lainnya 100% 100% 100%
Sumber : Bank Indonesia,2006-2008, diolah
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa PD. Bank Pasar Sukoharjo sudah
berhasil dalam mengelola input outputnya dengan baik, dimana nilai
efisiensinya telah mencapai 100 %, artinya bank dalam mengelola input
outputnya, angka actual pada tahun pengamatan penelitian ini, telah
sesuai dengan angka yang ditargetkan.
Untuk mendapatkan nilai output yang lebih maksimal bank harus