JAKARTA
FAKUlTAS PSIKOlOGI
UIN SYARIF HIDAYATUllAH
JAKARtA
PERPUSTP.iv'V\N UTAMA
I
U1N SYAHID JAKARTASkripsi
)iajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhiウケ。イ。エセウケ。イ。エ memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)
Disusun oleh: NUURROHMAN NIM: (103070029057)
Dibawah Pembimbing:
Pembimbing II
azi, M.Si
NIP:
150389379
FAKUlTAS PSIKOlOGI
UIN SYARIF HIDAYATUllAH
JAKARTA
cripsi yang berjudul "HUBUNGAN ANTARA PERANAN PERSAHABATAN OENGAN
':LF ESTEEM PAOA MAHASISWAJI FAKULTAS OIRASAT ISLAMIYAH UIN
(ARIF HIOAYATULLAH JAKARTA" telah diujikan dalam sidang munaqasyah lkultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 3
セウ・ュ「・イ
2009.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperolehセi。イ Sarjana Psikologi (S. PsL)
Ikarta,
3
Desember2009
Dekan
Ketua Merangkap Anggota
セNセ
J"i1fUmar;Ph.o NIP:
130885522
Anggota
Pembantu Dekan 1/
Sekretaris Merangkap Anggota
Ora. dhilah Surala a M.Si NIP:
1956 1223 198303 2
Penguji I Penguji II
セ
s-Prof. Hamda . NIP:
Ora. H'. Zahrotun a ah M. Si NIP:
19620724198 032001
Pembimbing II
Gazi, M.Si
Kehahagiaan merupakan hak semua manusia, ditentukan oleh
usaha
yang
setiap kim memHikj potensinya dan hagaimana kim
nenilai dan memandang hempa herharganya dan hermanfaatnya
diri
kim untuk orang hanyak.
Setiap kim pasti sama
Pemah alamikesedihan
Jangan
larut dalam dub
Terus maju pantmgmenyerah
Karena, masih ada cerim tentmg indalmya dania
1(upersem6alik,an
1(p..rya seaeriianali:Jt ini untuk,orang-orang tercintak,u:
jlyali aan 16uk,uyang tefali mencfufik,tfan mem6im6ingk,u
jldik,tfan teman-teman tfafam petjafanan IiUfupk,u
!M.utfali-mutfalian Rita semua
sefa{u di6erif«znjafan ofeli.Jlffali SM'untuk,metlfJfJapai 'l(fl6aliagiaan
(A) Fakultas Psikologi (B) Desember 2009 (C)NUUR R0HMAN
(D) HUBUNGAN ANTARA PERANAN PERSAHABATAN DENGAN
SELF-ESTEE:MPApA MAHASISWAJI FAKULTAS DIRASAT ISLAMIYAH UIN
JAKARTA (E) X + 100 halaman
Remaja adalah perkembangan transisi dari masa anak-anak ke masa dewawa. Pada masa ini, remaja sedang meneari identitas diri mereka, ditandai dengan menjain hubungan yang dekat dengan ternan-ternan mereka. Jika mereka gagal dalam menjalin persahabatan, mereka akan mengalami kehampaan, rasa kesepian dan mengakibatkan penurunan rendah diri. Jika kebutuhan akan self-esteem
terpenuhi, individu akan memiliki rasa pereaya diri, rasa berharga, rasa kuat,
mampu, dan merasa berguna. Sebaliknya, frustasi yang disebabkan rendahnya self-esteem, akan membuat mereka merasa tidak pantas, rasa lemah, merasa tidak mampu, keputusasaan, serta penilaian yang rendah atas dirinya sendiri dalam berinteraksi dengan orang lain.
Self-esteem adalah penerimaan, penghargaan dan kepereayaan diri seseorang tentang kemampuan mereka yang didasari oleh penilaian seeara subjektif yang dlekspresikan seeara kata-kata dan perilaku.
Persahabatan adalah hubungan antara ternan yang didasarl oleh kedekatan, saling pereaya, saling menerima, mau berbagl tentang perasaan dan pikiran mereka serta melakukan aktivitas secara bersama-sama.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahul hubungan antara peranan persahabatan danself-esteem. Penelltian di lapangan dimulal pada tanggal 15 November sampai dengan 30 November 2008. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitlan korelasional yang bertujuan untuk mengetahui satu variabel berkaitan dengan variabellain berdasarkan koefisien korelasi. Jumlah populasl penelitlan inl sebanyak 256 orang mahasiswa Fakultas Dlrasat Islamlyah UIN Syahld Jakarta dari semester 3, 5, 7 dan sampelnya sebanyak 50 orang.
Pengambilan sampel menggunakan teknlkpurposive sampling. Teknlk pengambilan data menggunakan skala modelLikert modifikasi,skala yang dlgunakan adalah skala persahabatan dan skala self-esteem.
persahabatan (IV), maka semakin tinggi pula self-esteem(DV) yang dirasakan remaja tersebut. Adapun saran yang penulis sampaikan adalah para remaja sebaiknya mengetahui mengenai bersahabat dan bergaul secara positif yang bisa membawa prestasi serta kebanggaan, sehingga bisa meningkatkan self-esteem
remaja yang memandcmg masa depannya dengan cerah dan optimis dan menjalin persahabatan denganbanyak mengambil manfaatnya secara positif.
(A) Faculty of Psychology (8) December
2009
:) NUUR ROHMAN
I) Correlation Between a Characterization Of Friendship And Self Esteem In
FaCyltygf pirasat Islamiyah UIN JAKARTA
) X
+100
Pagesiolescence is development period transition between children and adulthood. In this
セイゥッ、L Adolescents were searching their self identity. This is marked by close lationship with their friends, if they are failed to have a close friendship, they will eling emptiness, feeling alone, and low self esteem. If the need of self-esteem was Itisfied, adolescence will feeling a self confidence, self worth, power, ability, and eling a greatness. The reverse side, frustration caused by low self-esteem, will make em feel a unsuitable, weakness, inability, pessimist, low value for him self in
teraction with the people.
セiヲ esteem is assessment, respectful and confidence of persons about their ability, lwer and self meaning based by a standards subjective were expressed verbally and
セィ。カゥッイN
'iendship is, the relation between a friends based by a intimacy, mutual of believing, utual accepted, want to share about their feeling, mind and experience and do much
セエゥカゥエゥ・ウ together.
lis research aim to know a correlation between characterization of friendship and self-Iteem. The research had begun at 15th November until
30
th November2008.
The lproach of research is quantitative with a correlation method, to finding a variable have correlation with the other variable by a coefficient correlate. The size of populate this search are 256 persons of FDI UIN Syarif Hidayatullah the Students from a semesterI,
5
th, andt
h,the size of sample are50
people. The sample has taken by use aratified sampling technique. The Data taking technique used by Likert scale. Scales :IS used are characterization a friendship scale and self esteem scale.
ter both of scales validity tested by Pearson Product Moment and both of scales liability tested byAlpha Cronbach, self esteemscale was reached
32
items were valid ld reliability coefficient is0,880,
all valid items in this self esteem scale were used as easuring instruments in the research, and for kind of friendship scale was reached30
ms were valid and reliability coefficient is
0,914.
All valid items were used as easuring instruments of research. So, valid items were used in this research were 62 ms, and then, data were analyzed by a program of SPSS for windows version12,0
th Product MomentCorrelation technique. The research was reached r count is
0,983
lat's mean, more and more a characterization of friendship is positive, so he has a
セィ self esteem, the reverse side, if the characterization of friendship is a negative so
セ has a low self esteem.
lsalamu'alakum Wr. Wb
Jji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahll1at
Inkarunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang 「・セオ、オャ
lubungan antara Jenis Persahabatan dengan Self-EsteemPada Mahasiswa/l lkultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidaytaullah Jakarta". Shalawat serta salam lmoga tetap terlimpah atas Nabi Muhammad Saw yang telah menjadi suri tauladan rbaik bagi umat manusia, kepada keluarga, para sahabat dan para pengikutnya ngga akhir zaman.
9nulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesulitan-kesulitan yang penulis ldapi dalam menyelesaikan skripsi ini. Tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat mtribusi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat
lrkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada: 1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Jahja Umar,
Ph,D; Para Pudek Fakultas Psikologi Ibu Dra, Fadhilah Suralaga, M.Si, Bapak Bambang Suryadi, Ph.D, dan ibu Dra. Hj. Zahrotun Nihayah, M. Si selaku penguji penulis, beserta civitas akademik Psikologi yang telah membantu kelancaran administrasi untuk penelitian.
2. Bapak Prof. Hamdan Yasun, M. SL Selaku dosen pembimbing I dan Bapak Gazi, M.Si Selaku dosen pembimbing II, yang di tengah kesibukannya telah meluangkan waktu untuk memberikan banyak sekali pelajaran, pengarahan, bimbingan dan saran dalam penulisan skripsi ini.
4. Teruntuk Bapak dan Ibuku H. SOliman S.Pd dan Hj. Endang Ambarwati
Fidyaningsih yang dengan tulus ikhlas memberikan kasih sayang dan dorongan baik moril maupun materil, serta doa yang tak henti-hentinya dipanjatkan guna keberhasilan dan kebahagiaan anak-anakmu, terima kasih kepada kalian yang tak terhingga serta adik penulis Haris Nur Hakim.
5, Untuk teman-teman PSM yang banyak memberikan hiburan dan pelajaran seni bermusik, serta teman-teman permainan Joehar, Chuef, dan Salam. Spesial teruntuk Diana Lutfilah yang banyak sekali memberikan kontribusi sehingga penulis sampai pada tahap ini.
6, Teruntuk teman-temanku dikelas B angkatan 2003, terima kasih atas
pertemanan dan pengalaman yang telah kalian berikan dengan begitu indah yang telah mewarnai masa-masa perkuliahan,
7. Semua responden penelitian darifakultas Dirasat Islamiyah dan respondentry out dari fakultas Tarbiyah yang telah bersedia menjadi subjek penelitian kami, terima kasih atas kesediaan waktu dan bantuannya.
8. Terakhir, terima kasih kepada seluruh pihak yang belum disebutkan, semoga Allah membalas semua kebaikan mereka. Amien.
Jakarta, Desember 2009
lEMBAR PERSETUJUAN ...••...•.••.•... i
HAlAMAN PENGESAHAN ..•...•..•••.•...ii
1Y!<:>1rlrC:> •••••••...•.••••••...•...••.•••••••... III
PERSEMBAHAN
iv
ABSTRAKSI
VKATA PENGANTAR
viii
DAFTAR lSI
a • • • • • • • • • • • • • • •xi
DAFTAR TABEl
xv
BAB 1 PENDAHUlUAN
1 - 14
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 10
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 11
1.3.1. Pembatasan Masalah 11
1.3.2. Perumusan Masalah 12
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 12
1.4.1. Tujuan Penelitian 12
1.4.2. Manfaat Penelitian 13
1.5. Sistematika Penulisan... 13
2.1.1. Definisi Self-esteem... 15
2.1.2. Perkembangan Self-esteem... 17
2.1.3. Aspek-Aspek Self-esteem... 19
2.1.4. Tingkatan Self-esteem... 25
2.2. Pertemanan sebaya... 28
2.2.1. Definisi ternan... 28
2.2.2. Persahabatan... 29
2.2.2.1. Definisi Persahabatan 29 2.2.2.2. Unsur-unsur persahabatan 32 2.2.2.3. Manfaat Persahabatan... 34 2.2.2.4. Bentuk-bentuk Persahabatan 39
2.2.3. Karateristik Ternan 40
2.2.3.1. Karakteristik ternan yang baik 40
2.3. Remaja 42
2.3.1. Pengertian Remaja 42
2.3.2. Tugas Perkembangan Remaja 43 2.4. Persahabatan dan self-esteempada remaja 44
2.5. Kerangka Berpikir 44
2.6. Pengajuan Hipotesis 47
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN •...•...•.•• 48 - 64
3.1. Jenis Penelitian 48
3.1.1. Pendekatan Penelitian 48
3.1.2. Metode Penelitian 49
3.2. Variabel Penelitian 50
3.2.3. Definisi Operasional 51 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 52 3.3.1. Populasi... 52
3.3.2. Sampel Penelitian 53
3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel... 54
3.4. Teknik Pengumpulan Data , 55
3.4.1. Instrumen Penelitian 55
3.4.2. Teknik uji instrumen penelitian 60
3.5. Teknik Analisa Data... 61
3.6. Prosedur Penelitian 63
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA... 65 - 91
4.1. Gambaran Umum Responden 65
4.1.1. Gambaran Umum Responden... 65
4.2. Uji Instrumen 67
4.2.1. Hasil Uji validitas skala Self-esteem... 68 4.2.2. Hasil Uji validitas skala Persahabatan... 69 4.2.3. Hasil Uji reliabilitas skala self-esteem... 72 4.2.3. Hasil Uji reliabilitas skala Persahabatan 72
4.2.4. Kategorisasi Responden 73
4.3 Uji Presentasai Data... 80 4.3.1. Uji Persyaratan Data... 80
4.3.2. Uji Normalitas 81
4.3.3. Uji Homogenitas... 86
4.4 Hasil Penelitian 88
aAa 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
92 - 98
5.1. Kesimpulan... 92
5.2. Diskusi... . 92
5.3. Saran '" 96
5.3.1. Saran Teoritis 97
5.3.2. Saran Praktis... 97
DAFTAR PUSTAKA
.•...
.•. 99-100
TabeI2.1. TabeI3.1. TabeI3.2. TabeI4.1. TabeI4.2. TabeI4.3. TabeI4.4. Tabe/4.5. TabeI4.6. TabeI4.7. TabeI4.8. TabeI4.9. TabeI4.10. TabeI4.11. DAFTAR TABEl
Bagan Kerangka Berpikir .
Blue Print Skala Persahabatan
[image:15.521.31.459.178.683.2]Blue Print SkalaSelf-esteem .
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia .. Gambaran Umum Responden Berdasarkan semester Hasil uji validitas skala self-esteem . Blue Print Skala Self-esteem setelah uji instrument.. . HIilSil Uji Validitlils Sklililil PerslilhIilPliltan.•. '" .•...••. ". Blue Print Sklilla Persahabatan setelah uji instrument. .
Norma Reliabilitas .
Norma Kategori Persahabatan .
Kategorisasi Persahabatan Berdasarkan Jenis Kelamin . Kategorisasi Persahabatan berdasarkan Tingkat Semester
Norma Kategoriself-esteem .
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam konteks psikologi perkembangan, pembentukan identitas merupakan tugas utama dalam perkembangan kepribadian yang diharapkan tercapai padC3 akhir remaja, meskipun tugas pembentukan identitas ini telah mempunyai akar-akarnya pada masa anak-anak, namun pada masa remaja ia menerima
dimensi-dimensi baru karena berhadapan dengan perubahan-perubahan fisik, kognitif dan relasional, Grotevant
&
Cooper (dalam Desmita, 2008).Istilah remaja atauadolescenceberasal dari bahasa latin adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Adolescence mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial, fisik (Hurlock, 1999).
Tetapi secara teoritis Havighurst (dalam Agustina, 2006) menyebutkan tugas-tugas perkembangan remaja meliputi:
.. Mencapai relasi baru dan lebih matang bergaul dengan ternan sebaya dari kedua jenis kelamin.
.. Mencapai maskulinitas dan feminimitas dari peran sosial.
.. Menerima perubahan fisik dan menggunakannya secara efektif. .. Mencapai ketidaktergantungan emosional dari orang tua dan orang
dewasa lainnya.
.. Menyiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga. .. Menyiapkan diri untuk karir ekonomi.
.. Menemukan set dari nilai-nilai dan sistematika sebagai petunjuk dalam berperilaku mengembangkan ideologi.
.. Mencapai dan diharapkan untuk memiliki tingkah laku sosial secara bertanggung jawab.
Pada point pertama pada tugas perkembangan menurut Havighurst , remaja ingin mencoba mencapai relasi baru dan lebih matang bergaul dengan ternan sebayanya, Karena jika remaja tidak bisa mencapai tugas perkembangan tersebut, remaja akan mengalami kesepian diikuti dengan rasa self-esteem
yang menurun (Santrock, 2003).
Remaja yang terisolasi secara sosial menunjukkan gejala-gejala yang tidak sehat. Gejala ini dikemukakan oleh Zimbardo dkk (dalam Hurlock, 1995) sebagai penyakit sosial yang disebut malu. Akibat jangka panjang dari rasa malu yang berlebih-Iebihan ini memunculkan penyakit sosial seperti kesepian, rendah diri, menarik diri, penilaian sosial yang kurang baik, bahkan dikatakan sebagai orang yang tidak ramah. Adanya tekanan dari Iingkungan dan teman-ternan yang disebabkan karena mereka belum bisa sepenuhnya menerima keadaan yang seperti itu dapat memperburuk self-esteemnya.
percaya diri, rasa berharga, rasa kuat, mampu dan perasaan berguna (Engkos Koswara, 1991).
Individu yang mempunyai self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut
1. Lebih percaya diri, berani menghadapi tantangan, rasa ingin tahu lebih besar, dan mandiri. Hal ini didukung oleh harapan yang tinggi untuk mencapai kesuksesan, karena mereka merasa sukses dengan hasil usaha yang telah mereka lakukan.
2. Individu dengan self-esteem yang tinggi mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi disekitarnya dan dapat menghadapi kritik dengan baik.
3. Bersikap asertif, yaitu berbicara kepada orang lain secara positif yakin dan tidak memicu reaksi keras dari orang tersebut.
4. Bersikap kreatif, yaitu kemampuan untuk membuat sesuatu yang baru, berbeda dan dapat memasukkan hal-hal yang telah ada sebelumnya. 5. Mempunyai daya imajinasi yang tinggi, sehingga dapat mencari solusi
masalah yang orisinil. (Branden, 2001).
dan penilaian diri sendiri secara umum. Danself-esteemmerupakan kunci kesuksesan pada finansial, kesehatan, dan untuk memenuhi kebutuhan pribadi manusia, danself-esteemjuga bisa mencegah orang berputus asa, melakukan kriminal dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang.(Brown, 1998).
Perkembangan self-esteemyang berhubungan dalam diri individu sejalan dengan perkembangan usia dan pengaruh sosial. Berbagai aspek dalam kehidupan dapat menjadi sumber terbentuknya self-esteemdan faktor yang mempengaruhiself esteem, seperti kemampuan kognisi, keterampilan fisik, kompetisi, rasa diterima oleh orang lain, dan sebagainya (Berk, 1989).
Pada usia remaja ini pula Harter (dalam Murtadho, 2005) menyebutkan bahwa dimensi self-esteemjuga mencakup unsur-unsur persahabatan, romantisme, persaingan, dan kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin membahas unsur persahabatan sebagai salah satu dimensi dalam self-esteem. Karena persahabatan pada remaja merupakan hal yang penting dalam memenuhi tugas perkembangannya. Dalam hal ini Sullivan mengatakan terjadi peningkatan secara psikologis dan
yang lebih rendah daripada persahabatan yang lebih akrab (dalam Santrock, 2003).
Sullivan (dalam Santrock 2003), menggambarkan bagaimana ternan remaja saling mendukung rasa harga diri masing"masing. Ketika ternan dekat saling mengungkapkan rasa ketidakamanan mereka dan ketakutan mereka atas diri mereka, mereka menemukan bahwa mereka tidaklah "abnormal" dan tidak ada yang harus membuat mereka merasa malu. Ternan juga bertindak sebagai orang kepercayaan yang penting yang menolong remaja melewati berbagai situasi yang menjengkelkan (seperti kesulitan dengan orang tua atau putus hubungan romantisnya) dengan menyediakan baik dukungan emosi maupun dukungan nasihat yang memberikan informasi.
Secara lebih terperinci Kelly dan Hansen (1987), menyebutkan enam peranan positif dari sahabat yang baik yaitu:
1. Mengontrol impuls-impuis negatif.
2. Memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih independen.
4. Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran jenis kelamin.
5. Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai.
6. Meningkatkan harga diri (self esteem). Menjadi orang yang disukai oleh sejumlah besar teman-sahabatnya membuat remaja merasa enak atau senang tentang dirinya.
Harry Stack Sullivan (dalam Santrock, 2003) cenderung untuk menekankan hal positif daripada aspek negatif dari persahabatan remaja. Sullivan berpendapat, persahabatan yang intim di dalam masa remaja bersifat penting karena
membangun harga diri. Persahabatan-persahabatan ini juga menolong mereka mengembangkan pemahaman sosial mereka. Sullivan juga mengatakan bahwa para remaja juga membandingkan persepsi mereka dengan perspektif teman-temannya. Seorang teman pada masa remaja juga bisa saling membantu satu sama lain.
Untuk responden yang penulis teliti adalah para remaja yang sedang menjalani program pendidikan sebagai mahasiswa semester 3, 5, 7 fakultas Dirasat Islamiyah UIN syarif Hidayatullah Jakarta, karena pada semester tersebut, rata-rata berusia 19-22 yang memasuki usia remaja akhir yaitu masa seseorang yang ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewas1'l.
Alasan penulis memilih responden dari fakultas Dirasat Islamiyah, karena pergaulan persahabatan mahasiswa/i fakultas tersebut menurut penulis cukup positif dilihat dari aktivitas bersama yang mereka jalani diluar perkuliahan seperti belajar bersama, membantu sahabat yang kesulitan saat kurang memahami pelajaran, mengkaji i1mu nahwu shorof, berlatih marawis dan menyukai olah raga seperti bermain futsal. Selain itu, ketika musim libur telah tiba mereka mengadakan acara jalan-jalan bersama yang menandakan hubungan pergaulan mereka cukup akrab untuk menikmati waktu bersama-sama. Salah satu faktor pendukung yang membuat mereka bergaul secara positif lebih dari 93% berasal dari pondok pesantren yang kesehariannya tinggal di asrama yang dibimbing oleh kyai, ustadz dan ustadzah yang secara perilaku, pergaulan serta persahabatan harus positif dan didasari oleh akhlakul karimah.
Berangkat dari permasalahan tersebut, peneliti ingin mengangkat masalah apa benar peran persahabatan mahasiswa/i fakultas Dirasat Islamiyah bisa
meningkatkan self-esteempada remaja yang akibatnya juga meningkatan kualitas diri untuk menggapai cita-cita yang di harapkannya. Maka dari itu, peneliti ingin mengambil judul "HUBUNGAN ANTARA PERANAN
PERSAHABATAN DENGANSELF-ESTEEM PADA MAHASISWA FAKUlTAS DIRASAT ISlAMIYAH UIN JAKARTA"
1.2. Identifikasi Masalah
Berpijak pada latar belakang masalah di atas selanjutnya peneliti ingin mengemukakan masalah-masalah yang berkaitan dengan peranan persahabatan danself-esteemyaitu:
1. Apakah peranan persahabatan mempengaruhi tingkatan self-esteempada remaja?
2. Bagaimana peranan persahabatan bisa mempengaruhi self-esteem?
3. Bagaimana self-esteem remaja khususnya pada mahasiswa/i UIN Jakarta semester 3,5,7?
4. Aspek apa saja yang bisa mempengaruhi tinggi rendahnya self-esteem
remaja?
1.3. Pembatasan dan Perumusan masalah
1.3.1. Pembatasan masalah
Mengingat luasnya masalah yang dapat diidentifikasi, maka masalah yang menjadi objek penelitian dibatasi pada "hubungan antara peranan
persahabatan dengan self-esteem remaja akhir pada mahasiswa/i FDI UIN
Jakarta"
Dalam pembatasan masalah peneliti membatasinya sebagai berikut :
1. Persahabatan, merupakan hubungan pertemanan antara individu yang ditandai dengan keakraban, saling percaya, menerima dengan yang lainnya, mau berbagi perasaan, pemikiran dan pengalaman serta kadang-kadang melakukan aktivitas bersama. sahabat merupakan kelompok sepermainan karena ada beberapa persamaan seperti usia, minat, dan keinginan. Chumsyaitu kelompok dimana remaja bersahabat karib dengan ikatan persahabatan yang sangat kuat. Anggota kelompok terdiri dari 2 sampai 3 orang dengan jenis kelamin sama, memiliki minat, kemampuan dan kemauan yang sama.
C. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara peranan
persahabatan dengan self-esteem.
1.4.2. Manfaat penelitian
A. Manfaat teoritis
Penelitian ini sekiranya dapat memperluas hasanah pada bidang
psikologi sosial, terutama yang berkaitan dengan persahabatan dan self-esteemsehingga self-esteemmenjadi salah satu bagian seseorang melakukan hubungan persahabatan.
B.
Manfaat praktisPada penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi pada banyak orang umumnya dan pada mereka yang memiliki sahabat khususnya, untuk lebih mengetahui apa saja yang bisa dimanfaatkan dalam persahabatan pada artian positif guna membentuk diri lebih baik lagi.
1.5. Sistematika Penulisan
Bab1:PENDAHULUAN
3. Remaja akhir, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syahid Jakarta semester 3, 5, 7 yang mempunyai sahabat dan berusia 19-22 tahun karena ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa.
1.3.2. Perumusan masalah
Berdasarkan pembatasan mai'lalah dan latar QEllakang yang te1ah qillraikan sebelumnya, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut "apakah ada hubungan antara peranan persahabatan denganself-esteem.
1.4. Tujuan dan Manfaat
1.4.1. Tujuan
Sesuai dengan permasalahan diatas, maka tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui tinggi rendahnya self-esteemyang disebabkan peranan persahabatan.
Bab 2 : KAJIAN TEORI
Pada bab ini berisikan tentang definisi persahabatan, jenis
persahabatan, fungsi persahabatan,bentuk-bentuk persahabatan, karakteristik teman yang baik, pengertian self-esteem, perkembangan
self-esteem, faktor-faktor yang mempengaruhi self-esteem, karakteristik individu yang memilikiself-esteemyang sehat, aspek-aspek self-esteem,
tingkat ウ・ャヲセ・ウエ・・ュL pengertian remaja,karakteristik fisik remaja, tugas perkembangan remaja, kerangka berpikir jenis persahabatan dan self-esteemremaja.
Bab 3 : METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
Pada bab ini berisikan tentang jenis penelitian, pendekatan penelitian, metode penelitian, populasi sampel, teknik pengambilan sampel, definisi konseptual, definisi operasional, metode pengumpulan data, teknik analisa data dan uji hipotesa
BAB 4 : HASIL PENELITIAN
Pada bab ini berisikan tentang gambaran umum responden,uji instrumen penelitian, hasil uji validitas skala peranan persahabatan dan skala self-esteemserta hasil uji reliabilitas skala persahabatan dan skala self-esteem, uji persyaratan yang terdiri dari uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis, serta hasil utama penelitian.
BAB 5 : PENUTUP
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. SELF-ESTEEM
2.1.1. Definisi
Self-esteem
Dalam bahasa Indonesia, self-esteemditerjemahkan sebagai penghargaan diri, rasa self-esteem. Woolfolk (1993) menerangkan bahwa self esteem
adalah nilai yang kita berikan pada karakteristik, kemampuan, dan perilaku kits sendiri.
Branden Nathaniel (2001), mengatakan bahwaself-esteemadalah suatu kebutuhan mendasar bagi manusia karena bisa berfungsi sebagai contributor utama dalam proses kehidupan seseorang. Self-esteemsangat diperlukan bagi tercapainya pengembangan hidup yang sehat dan normal serta mengandung nilai-nilai kelangsungan hidup(survival value).
Sedangkan Sutton Smith (1973) secara singkat menjelaskan bahwa self esteem merupakan "A person's judgement about his own capabilities, talents and powers." (penilaian orang terhadap kemampuannya, bakatnya, dan kekuat;;mnya, terj).Terlihat bahwa secara umum, konsep self-esteem
Santrock (2003) menjelaskan bahwa self-esteemadalah dimensi penilaian (evaluatif) global dari kepribadian atau suatu penilaian atau pencitraan diri yang mengacu pada suatu bidang keterampilan-keterampilan yang berbeda dan penilaian diri sendiri secara umum. Konsep self-esteem, seperti telah dijelaskan sebelumnya oleh Rosenberg(dalam Murtadho, 2005) berkaitan dengan self-concept(konsep diri). Oleh karena itu, perlu dijelaskan lebih pengertian dari konsep diri, yaitu keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya.
Secara singkat, Woolfolk (1993) menerangkan konsep diri sebagai "our perception about ourselves," (persepsi kita tentang diri sendiri, terj)
Rosenberg(dalam Murtadho,2005) menjelaskan bahwa cara pandang yang dimaksud mencakup cara pandang secara definitif dan evaluatif. Cara pandang definitif adalah cara pandang yang disampaikan dalam bentuk deskripsi terbuka, sedangkan cara pandang evaluatif adalah penilaian yang sifatnya lebih reaktif. Dalam cara yang terakhir ini, individu diminta untuk menilai kompetensi serta taraf kemampuan mereka.
Selanjutnya Atwater (dalam Desmita, 2008), mengidentifikasi konsep diri atas 3 bentuk.
mempengaruhiself-esteem, seperti kemampuan kognisi, keterampilan fisik, kompetisi, rasa diterima oleh orang lain, dan sebagainya (Berk, 1989).
Pada usia remaja merupakan saat krisis yang dapat mempengaruhi self esteemsiswa. Hal ini terjadi karena siswa mengalami kesulitan-kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dan harapan dilingkungan baru, yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk membuat evaluasi yang realistik tentang kompetensi yang dimilikinya. Pada usia remaja ini pulaHarter
(dalam Murtadho, 2005) menyebutkan bahwa dimensiself-esteemjuga mencakup unsur-unsur persahabatan, romantisme, persaingan, dan kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu.
Sejalan dengan perkembangannya, remaja tidak hanya memahami lebih banyak tentang diri mereka sendiri, mereka juga mulai melakukan evaluasi terhadap kualitas yang mereka persepsikan mereka miliki. Aspek evaluatif dari konsep diri yang dimiliki oleh seseorang ini disebut dengan harga diri (Self-esteem). AI-Qur'an mengajarkan bahwa self-esteemdari kualitas terbaik seorang mukmin adalah taqwa terhadap Allah. Dalam Islam tingginya
"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah kamu bersedih hati,
padahal kamu adalah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman". (OS. AI-Imran ayat 139)
Dari uraian perkembangan self-esteemtersebut, dapat disimpulkan bahwa
self-esteemmencakup unsur-unsur perasaan diri sendiri, mampu melakukan sesuatu (feelingofcompetence) dan penghargaan terhadap diri sendiri
(personal worth). Lebih lanjut lagi Harter (dalam Santrock. 2003) mengatakan bahwa feelingofcompetence itu mencakup kognitif. sosial. dan keterampilan fisiko
2.1.3. Aspek-Aspek
Self-Esteem
Self-esteembukanlah sifat atau aspek tunggal saja, melainkan sebuah kombinasi dari beragam sifat dan perilaku. Minchinton (1993) menjabarkan tiga aspek dariself-esteem, yaitu perasaaan mengenai dirinya sendiri, perasaan terhadap hidup, serta hubungan dengan orang lain.
1. Perasaan Mengenai diri sendiri
b. Menghargai diri sendiri. Dengan menghargai dirinya sendiri, perasaannya tentang kompetensi dirinya sendiri tidak bergantung pada kondisi eksternal. Perasaan gembira saat dipuji orang lain menggambarkan bahwa seseorang dengan self-esteemrendah berusaha membuktikan dirinya dan ingin mengesankan orang lain. Jika melakukan kesalahan dan orang lain mencacinya, ia pun akan menghukum dirinya. Akibatnya, orang denganself-esteemrendah tidak berani mencoba, tidak berani mengambil resiko.
c. Memaafkan diri sendiri dengan segala ketidaksempurnaan dan kesalahan yang dibuatnya. Jika seseorang tidak menyukai dirinya sendiri, membiarkan orang lain merendahkannya, kerap mencela dirinya sendiri Hウ・ャヲMcイゥエゥ」。セL serta merendahkan diri, ia akan merasakan kepedihan dan penderitaan mental. Dua hal ini pada puncaknya termanifestasikan dalam self-esteemyang rendah. Stres, tekanan, dan kepedihan karena selalu mengkritik diri sendiri seringkali membuat seseorang merasa seperti kawah yang tegang dan panas, atau bahkan merasa hampa dan tidak bersemangat.
menurun. Setiap kali seseorang mengatakan sesuatu tentang dirinya , apakah dari pasangan, teman, guru, pimpinan, orangtua, atau saudara kandung, ia akan menerima komentar tersebut begitu saja dan
membiarkan pikiran orang melumpuhkan kehidupannya. Komentar itu bisa berupa sesuatu yang negatif atau berlawanan dengan
penilaiannya. Kemudian, ia pun mulai mempercayai ucapan orang tersebut meskipun jauh di lubuk hati dan jiwanya, ia tahu itu tidak benar.
2. Perasaan terhadap hidup
a. Menerima realita (kenyataan). Perasaan terhadap hidup berarti menerima tanggung jawab atas setiap bagian hidup yang dijalaninya. Maksudnya, seseorang dengan self-esteemtinggi akan dengan lapang dada dan tidak menyalahkan keadaan hidup ini (orang lain) atas
segala masalah yang dihadapinya. la sadar bahwa semuanya itu terjadi berkaitan dengan pilihan dan keputusannya sendiri, bukan karena faktor ekstemaL (Minchinton, 1993).
J ! "'.... ...t "'.... >& .. ... J. "... ,>':I. . . . セ J >
""YI'
J"
"YI:
."
y--w
,..
y'll :.
".'y','I';
セ J ,YO セ セ J
....r'""'
J ,Y- セ Zセ J; t . . . ,..
セ
.
...
セ
--<
.Y-:./...'
;...
11
セェ
9S,;tl\'j
Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (O.S. Al-Baqarah; 214)
Ayat ini menjelaskan bahwa hidup di dunia ini kita tidak hanya menemui kesenangan saja tetapi cobaan juga merupakan realita yang menguji kesabaran dan iman kita. Jika seseorang sabar dalam menerima cobaan, berarti dia menyikapi hidup dengan cara yang positif yang merupakan ciri dari tingginyaself-esteemseseorang.
b. Harapan yang realistis, Seseorang yang memiliki self-esteemyang tinggi akan membangun harapan ataupun cita-cita secara realistis, sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Perasaan seseorang terhadap hidup juga menentukan apakah ia akan menganggap sebuah masalah adalah rintangan hebat atau kesempatan bagus untuk
mengembangkan diri.
c. Memegang kendali atas diri sendiri. seseorang dengan self-esteem
tinggi juga tidak berusaha mengendalikan orang lain atau situasi yang ada. Sebaliknya, ia akan dengan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.
3. Hubungan dengan Orang lain
Bentuk kedua ini lebih kuat karena sekali didapat kita tidak melepaskannya, berbeda dengan kebutuhan kita akan penghargaan orang lain.
Bentuk negatif dari kebutuhan akan self-esteem ini adalah rendah diri dan kompleks inferioritas. Maslow membenarkan Adler ketika mengatakan bahwa masalah inilah yang menjadi dasar masalah-masalah psikologis. Di Negara-negara modern, sebagian besar orang hanya mementingkan kebutuhan fisiologis dan rasa aman. Sering orang tidak terlalu memperdulikan kebutuhan mereka akan cinta dan kerinduan.
Felker (dalam Murtadho, 2005) menyebutkan bahwaself-esteemterdiri dari 3 komponen, yaitu:
1. Feelingofbelonging
Komponen ini menyangkut perasaan bahwa seseorang individu merupakan bagian dari kelompok tertentu, diterima, dicintai, dan dihargai oleh kelompoknya
2. Feeling ofcompetence
Komponen ini menyangkut perasaan individu ketika dia berhasil mencapai suatu hasil yang diharapkan, perasaan ini merupakan persepsi mengenai kemampuan yang dimiliki seseorang.
3. Feelingofworth
2.1.4. Tingkatan
s・ャヲセ・ウエ・・ュMenurut Branden (2001), self-esteemmenjadi suatu kebutuhan yang mendasar bagi manusia karena berfungsi sebagai kontributor utama dalam proses kehidupan seseorang di manaself-esteemsangat diperlukan bagi tercapainya perkembangan hidup yang sehat dan normal serta mengandung nilai-nilai kelangsungan hidup (survival value).
Coopersmith (dalam Farah, 2007) membuat penggolongan tingkat self-esteemindividu menjadi tiga golongan, yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
1. Self-esteemTinggi
Berikut ciri-ciri individu yang mempunyai self-esteemtinggifpositif : a. Aktif dan dapat mengekspresikan diri dengan baik.
b. Berhasil dalam bidang akademis, terlebih dalam mengadakan hubungan sosial.
c. Percaya pada persepsi dan reaksi sendiri
d. Tidak terpaku pada dirinya sendiri atau hanya memikirkan kesulitan sendiri.
e. Keyakinan dirinya tidak didasarkan atas fantasikarena memang mempunyai kemampuan dan kecakapan.
f. Tidak terpengaruh oleh penilaian dari orang lain tentang kepribadiannya, baik itu positif maupun yang negatif.
h. Banyak menghasilkan suasana yang berhubungan dengan kesukaran sehingga tercipta tingkat kecemasan yang rendah dan mE;lmiliki daya pertahanan yang seimbang
2. Self-esteem Sedang
Karakteristik individu dengan selfesteem sedang hampir sarna denngan individu yang memilikiself-esteemtinggi, terutama dalam kualitas, perilaku, dan sikap. Pernyataan diri mereka memang positif, tetapi cenderung kurang moderat. Individu denganウ・ャヲセ・ウエ・・ュウe[ャ、。ョァ
cenderung memandang dirinya lebih baik dari kebanyakan orang.
3. Self-esteem rendah
Adapun ciri-ciri individu yang mempunyaiself-esteem rendah adalah sebagai berikut:
a. Memiliki perasan inferior
b. Takut gagal dalam membina hubungan sosial. c. Merasa diasingkan.
d. Terlihat sebagai orang yang putus asa dan depresi. e. Kurang dapat mengekspresikan diri.
f. Sangat tergantung pada Iingkungan. g. Tidak konsisiten.
Terpuaskannya kebutuhanself-esteem pada individu, akan menghasilkan sikap percaya diri, rasa berharga, rasa kuat, mampu dan perasaan berguna. Akan tetapi sebaliknya, frustasi karena sikap rendah diri, rasa tak pantas, rasa lemah, tidak mampu, mengalami kehampaan, keputusasaan, rasa bersalah serta penilaian yang rendah atas dirinya sendiri dalam berinteraksi dengan orang lain. Dengan kata lain,self-esteem merupakan hasil usaha individu yang bersangkutan dan merupakan bahaya psikologis yang nyata apabila seseorang lebih mengandalkan rasa self-esteemnya pada opini orang lain ketimbang pada kemampuan dan prestasi nyata dirinya sendiri (Koswara, 1991).
Secara ringkas, seorang remaja yang memiliki self esteem yang positif mempunyai ciri-ciri:
1. Lebih percaya diri, berani menghadapi tantangan, rasa ingin tahu lebih besar, dan mandiri. Hal ini didukung oleh harapan yang tinggi untuk mencapai kesuksesan, karena mereka merasa sukses dengan hasil usaha yang telah mereka lakukan.
2. Individu denganself-esteemyang tinggi mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi disekitarnya dan dapat menghadapi kritik dengan baik.
4. Bersikap kreatif, yaitu kemampuan untuk membuat sesuatu yang baru,
berbeda dan dapat memasukkan ィ。ャセィ。ャ yang telah ada sebelumnya.
5. Mempunyai daya imajinasi yang tinggi, sehingga dapat meneari solusi
masalah yang orisinil. (Branden, 2001).
2.2. Pertemanan sebaya
2.2.1. Definisi teman
Pengertian teman sebaya (peef) menurut Hetherington dan Parker, adalah
sebuah kelompok sosial sering didefinisikan sebagai semua orang yang
memiliki kesamaan e1ri-eiri seperti kesamaan tingkat usia. Lewis dan
Rosenblum mendefinisikan teman sebaya saat ini lebih ditekankan pada
kesamaan tingkah laku atau psikologis. Dapat disimpulkan bahwa teman
sebaya merupakan kelompok sepermainan karena ada beberapa persamaan
seperti usia, minat, dan keinginan. (Desmita, 2008).
Salah satu fungsi kelompok teman sebaya yang paling penting adalah
menyediakan informasi dan perbandingan tentang dunia diluar keluarga.
Mereka menerima umpan balik tentang kemampuan·kemampuan mereka
dari kelompok teman sebaya. Mereka mengevaluasi apakah yang mereka
lakukan lebih baik, sama atau lebih jelek dari yang dilakukan anak-anak lain.
Mereka menggunakan orang lain sebagai tolak ukur untuk membandingkan
rasa self·esteemdan gambaran anak, menurut Hetherington
&
Parker (dalam Desmita, 2008).2.2.2. Persahabatan
2.2.2.1. Definisi Persahabatan
Argyle dan Henderson (dalam Hildayani, 1997) juga memberikan definisi tentang persahabatan. Menurut mereka persahabatan meliputi orang-orang yang saling menyukai, menyenangi, kehadirannya satu sama lain, memiliki kesamaan minat dan kegiatan, saling membantu dan memahami, saling mempercayai, menimbulkan rasa nyaman dan saling menyediakan dukungan emosional. Persahabatan di sebutkan pula sebagai hubungan interpersonal yang intim dengan adanya keterlibatan masing-masing individu sebagai pribadi yang utuh secara spontan dan sukarela.
Persahabatan merupakan hubungan antara individu yang ditandai dengan keakraban saling percaya, menerima dengan yang lainnya, mau berbagi perasaan, pemikiran dan pengalaman serta kadang-kadang melakukan aktivitas bersama (Santrock, 2003). Pengetahuan yang mendalam dan pribadi tentang teman juga digunakan sebagai ukuran keakraban.
sangat kuat. Anggota kelompok terdiri dari 2 sampai 3 orang dengan jenis kelamin sarna, memiliki minat, kemampuan dan kemauan yang sarna.
Aristoteles (Infed.com) mengungkapkan gagasan mengenai konsep persahabatan dengan 3 komponen:
1. Seorang ternan harus menikmati kebersamaan dengan ternan-ternan yang lainnya.
2. Mereka harus saling memberi manfaat antara satu dengan yang lain
3. Dan mereka harus saling berbagi dan berkQmitmen untuk melakukan hal-hal yang baik.
Keakraban dapat diartikan secara luas meliputi segala Sesuatu dalam persahabatan yang membuat hubungan terlihat lebih dekat atau mendalam. Dalam hampir semua penelitian, keakraban dalam persahabatan (intimacy in friendship) secara sempit dapat diartikan sebagai pengungkapan diri atau membagi pemikiran-pemikiran pribadi (Santrock, 2003).
Ada 2 karakteristik dari persahabatan yang umum. Keakraban pada persahabatan diartikan secara sempit sebagai pengungkapan diri atau membagi hal-hal yang pribadi, kesamaan diartikan dalal11 ul11ur, jenis
kelamin, etnis dan faktor lainnya juga penting untuk persahabatan (Santrock, 2003).
persahabatan remaja erat kaitannya dengan perubahan aspek-aspek pengendalian psikologis yang berhubungan dengan kecintaan pada diri sendin.
Sullivan (dalam Santrock, 2003), merupakan ahli teori yang memberikan pengaruh terbesar dalam rnendiskusikan pentingnya perSahabatan pada remaja. Dia berpendapat bahwa terjadi peningkatan secara psikologis dan kedekatan antara sahabat pada masa remaja. Sullivan merasa bahwa jika para remaja gagal untuk membentuk persahabatan yang akrab mereka akan mengalami perasaan kesepian diikuti dengan rasaself-esteemyang
menurun, Remaja juga rnenyatakan rnereka lebih rnengandalkan ternan daripada orang tua untuk memenuhi kebutuhan untuk kebersamaan, untuk meyakinkan self-esteemdan keakraban menurut Furman &Buhrmaster (Santrock, 2003).
Sullivan melanjutkan, sebagai tambahan terhadap peran yang mereka
mainkan pada proses sosialisasi kemampuan sosial, hubungan persahabatan menjadi sumber dukungan yang penting. Sullivan menggambarkan
menolong remaja melewati situasi yang menjengkelkan (seperti kesulitan dengan orang tua dan putus hubungan romantis).
Keakraban dalam konteks persahabatan sudah digambarkan dengan berbagai cara. Sebagai contoh, Kebanyakan studi penelitian telah
menggambarkan dengan luas termasuk segalanya pada suatu hubungan yang terlihat dekat atau kuat, meskipun keakraban pada persahabatan sedikit digambarkan seperti pengungkapan diri sendiri atau membagi atau pemikiran pribadi. Pribadi atau pengetahuan pribadi tentang seorang teman juga sudah digunakan sebagai suatu tanda dari keakraban (Sullivan di Santrock 2005).
2.2.2.2.
uョウlャiGセuョウlャiGPersahabatan
Monsour (dalam o'connor, et all. 1992) menemukan 7 hal yang merupakan pengekspresian dari keintiman dalam persahabatan, yaitu:
1. Keterbukaan diri
Dtandai oleh adanya keinginan untuk menyatakan sesuatu yang berkaitan dengan diri, yang mungkin tidak disadari oleh sahabatnya. Keterbukaan diri meliputi kegiatan berbagi pikiran dan perasaan. 2. Pengekspresian .emosi
konteks adanya keintiman antar sahabat, pengekspresian emosi di gambarkan oeh adanya ekspresi verbal dan non verbal dari emosi yang berkaitan dengan diri sendiri, sahabat dan persahabatan. 3. Dukungan yang tak bersyarat
Dukungan yang tak bersyarat ditandai oleh adanya pemberian dan penerimaan dukungan yang konsisten, baik disaat-saat senang maupun susah.
4. Kontak fisik
Mengacu pada tingkah laku menyentuh yang tidak bersifat seksual. 5. Kepercayaan.
Sebagai komponen dari keintiman, pengertian kepercayaan sering bertumpang tindih dengan pengertian keterbukaan diri dan
pengekspresian emosi. Oleh karena itu, sebagian peneliti tidak memasukannya sebagai salah satu komponen dari keintiman. 6. Melakukan kegiatan bersama
Kategori kegiatan mengacu pada melakukan sesuatu bersama-sama, namun tidak meliputi kegiatan percakapan atau aktivitas seksual. 7. Kontak seksual
Kategori kontak seksual di gunakan bila sejumlah aktivitas seksual terlibat didalamnya.
penghargaan (penerimaan terhadap orang lain apa adanya),
pertolongan yang bersifat kongkrit,empati, kebebasan untuk menjadi diri sepenuhnya, sifat sukarela, dan kemampuan untuk bertahan dalam waktu lama.
2.2.2.3. Manfaat persahabatan
Persahabatan pada remaja menurut Gottman & Parker (dalam Santrock, 2003) mempunyai 6 fungsi, yaitu:
1. Kebersamaan: persahabatan memberikan para remaja teman akrab, seseorang yang bersedia menghabiskan waktu dengan mereka dan bersama-sama dalam aktifitas.
2. Stimulasi; persahabatan memberikan pada remaja informasi-informasi yang menarik, kegembiraan dan hiburan.
3. Dukungan fisik; persahabatan memberikan waktu, kemampuan-kemampuan dan pertolongan.
4. Dukungan ego; persahabatan menyediakan harapan atas dukungan, dorongan dan umpan balik yang dapat membantu remaja untuk mempertahankan kesan atas dirinya sebagai individu yang mampu, menarik dan berharga.
6. Keakraban atau perhatian; persahabatan memberikan hubungan yang hangat, dekat dan saling percaya dengan individu yang lain.
Hubungan yang berkaitan dengan pengungkapan diri sendiri
Salah satu fungsi teman sebaya yang lainnya adalah untuk menyediakan berbagai informasi mengenai dunia di luar keluarga. Oari kelompok ternan sebaya remaja menerima umpan balik mengenai kemampuan mereka. Remaja belajar tentang apakah ada yang mereka lakukan lebih baik , sama baiknya, bahkan lebih buruk dari apa yang dilakukan remaja lain (Santrock, 2003).
Kelly dan Hunsen juga dalam Oesmita (2008), menyebutkan enarn fungsi positif dari teman sebaya yaitu:
1. Mengontrol impuls-impuls negatif.
2. Memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih independen,
3. Meningkatkan keterampilan-keterampilan sosial, mengembangkan kemampuan penalaran, dan belajar untuk mengekspresikan
perasaan"perasaan dengan 」。イ。セ。イ。 yang lebih matang. 4. Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku
peran jenis kelamin.
Pada point 1 mengontrol impuls-impuls negatif sebagai fungsi persahabatan sebagaiman Finnan Allah
swr
pada surat AI-Imran ayat 110 yang berbunyi:". &..-:"" } } .. j . ' . 4 " . ... "," .J..,. ..." ... J"!'" .:;., ... .,.. t...s:t ... GZセA\G
jJj
セセ qセェZ[ェNjH.•
11i f NNLセJェGMALLセセQk
lJ \NエGセセェMi }alp.;-r
, ,
Q
Q"a
LG「ゥゥセ[
bfj
Pbセゥ[G
g:;
Bセ
セ
QtS:J
':r
':!'§-=lii
Jj.f
NNLセ
;1;
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'rur, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik". Q.S. AI-Imran: 110.
Persahabatan mendatangkan sejumlah manfaat bagi orang-orang yang menjalaninya. Allan (1989: 32) menguraikan manfaat persahabatan sebagai berikut:
a. Kesenangan bergaul dan kebersamaan
George Simmel (dalam Bell, 1981: 33) menggunakan konsep kesenangan bergaul untuk menggambarkan bentuk termurni dari interaksi antara orang-orang yang sederajat. Adanya gelak tawa, kegembiraan, dan pelepasan emosional tampaknya diberikan pula oleh persahabatan. Kebersamaan dengan teman, kegiatan
menghabiskan waktu luang bersama, mendiskusikan hobi atau
teman diasosiasikan dengan perasaan positif yang kuat (O'connor, 1992: 32).
b. Dukungan pribadi
Sahabat merupakan sumber yang secara terus menerus
bermanfaat untuk membantu seseorang mengatasi persoalan yang dihadapinya. Dukungan ini dapat mengambil sejumlah bentuk yang berbeda. Untuk tujuan analisa, dukungan dapat dipisahkan menjadi dukungan emosional dan moral, bantuan praktis, dan bantuan materi.
1. Dukungan emosional dan moral
Rentang dari dukungan .emosional atau moral yang diberikan oleh sahabat bervariasi. Membicarakan persoalan-persoalan yang bertaraf ataupun berat, dan mendiskusikan tindakan yang akan diambil, merupakan bentuk dari dukungan moral yang diberikan oleh sahabat. Lobel et all (1994: 33) mengatakan, dukungan emosional meliputi tingkah laku yang memberi sumbangan terhadap kesejahteraan satu sama lain, seperti tindakan mengayomi, berempati dan meningkatkan
kebahagiaan sahabat. 2. Dukungan praktis
disukainya. Dengan perkataan lain, sahabat dapat menjadi sumber yangdapat menolong mereka untuk mengatasi tuntutan-tuntutan yang kurang lebih ringan. Lobel dkk (1994: 34) menyebut dukungan ini sebagai dukungan instrumental. Menurutnya, dukungan instrumental melibatkan bantuan secara langsung terhadap orang-orang yang membutuhkannya.
Bantuan diberikan tidak hanya pada saat-saat kritis, tetapi juga untuk hal"hal yang rutiin sifatnya.
3. Pertolongan materi, hanya pada saat-saat yang relatif jarang sahabat menyediakan dukungan finansial satu sama lain. Mereka juga saling meminjam sedikit uang, tetapi tidak terlibat dalam pinjaman dalam jumlah yang besar. Umumnya, sahabat memberikan bentuk-bentuk lain dari bantuan materi dan
manfaat finansial. c. Identitas dan status
b. Ternan rnelakukan kegiatan bersarna, Hubungan pada persahabatan ini didasarkan pada kesarnaan rninat dan kegiatan. Misalnya saja orang yang rnenjadi anggota kelornpok yang sarna atau orang-orang yang rnernpunyai kesarnaan hobi.
c. Ternan seperjalan hidup. Mereka adalah ternan-ternan yang ada didekat kita, yang enak untuk dijadikan ternan dan diajak bicara. Narnun dernikian, kita jarang dapat rnenernuinya seorang diri. d. Ternan sebagai mentor. Mereka adalah ternan-ternan lama dengan
siapa kita dapat berbicara tentang rnasa-rnasa yang telah lalu. e. Ternan baik. Ternan baik adalah orang-orang dengan siapa kita
rnerasa dekat, sering berjurnpa, dan dapat diandalkan disaat kita rnernbutuhkannya. Dengan rnereka kita dapat rnenceritakan kehidupan pribadi, rnernbagi kegernbiraan, dan rnernperoleh dukungan disaat-saat surarn.
Oleh karena itu penting bagi rernaja untuk rnengetahui dengan siapa dan seperti apa karakteristik ternan-ternan ternpat dia bergaul yang nantinya akan cukup berpengaruh pada dirinya sendiri.
2.2.2.4. Karateristik Ternan
2.2.2.4.1. Karakteristik ternan yang baik
2. Bersikap menyenangkan; baik dan penuh perhatian.
3. Tingkah laku prososial jujur dan dapat dipercaya: mau memberi tahu hal yang sebenarnya, menjaga janji, murah hati, mau membagi dan mau bekerja sama.
4. Menghargai diri sendiri dan orang lain: menghargai orang lain, memiliki sikap yang baik, beretiket baik, sopan, mau mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang lain. Memiliki sikap dan kepribadian yang positif: terbuka pada orang lain, ramah, lucu, menjadi diri sendiri, menjaga reputasi diri sendiri; bersih, rapih, melakukan tingkah laku yang terbaik. 5. Menyediakan dukungan sosial: menyediakan dukungan; pertolongan,
memberikan nasihat, menunjukkan keperdulian, melakukan kegiatan bersama; belajar atau bermain, duduk berdekatan, berada dalam kelompok yang sama. Menguatakan satu sama lain; memberi mereka pujian, (Santrock, 2003).
Sesuai dengan firman Allah SWT pada surat AI-Ashr ayat 3, untuk memberikan nasihat dan mengarahkan teman untuk melakukan kebaikan
"Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
2.3. Remaja
2.3.1. Pengertian Remaja
Istilah remaja atau adolescenceberasal dari bahasa latin adolescenceyang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.Adolescencemempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial, fisik (Hurlock, 1999).
Sedangkan masa remaja akhir menurut Agustiani (2006) yang merupakan subjek penelitian kami berumur dari 19 - 22 tahun yang ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tujuan vokasional dan
mengembangkan identitas diri. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dala kelompok teman sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri tahap ini.
Menurut Sabri (1993), masa remaja ini berlangsung dari umur 15/16 - 21 tahun atau berlangsung saat individu matang secara seksual sampai mencapai usia matang secara hukum. Masa remaja ini dibagi 2 bagian,
pertama, masa remaja awal yang berlangsung hingga umur 17 tahun dan
kedua, masa remaja akhir yang berlangsung hingga mencapai usia kematangan resmi secara hukum yaitu umur 21 tahun.
Sabri menambahkan (1993), Masa remaja merupakan periode perubahan yang sangat pesat baik dalam perubahan fisiknya maupun perubahan sikap dan perilakunya. Ada empat perubahan yang bersifat universal selama masa remaja, yaitu:
b. Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk diperankan, menimbulkan masalah baru, sehingga selama masa ini remaja merasa ditimbuni masalah.
c. Dengan berubahnya minat dan perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Apa yang dianggap penting dan bernilai pada masa kanak-kanak sekarang tidak lagi. Kalau pada masa kanak-kanak kuantitas yang dipentingkan sekarang segi kualitas yang diutamakan.
d. Sebagian besar remaja bersifat ambivalensi terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut.
2.3.2. Tugas Perkembangan Remaja
Menurut Havighurst (dalam Agustina, 2006), tugas-tugas perkembangan remaja meliputi:
co Mencapai relasi baru dan lebih matang bergaul dengan teman
sebaya dari kedua jenis kelamin.
co Mencapai maskulinitas dan feminimitas dari peran sosial.
co Menerima perubahan fisik dan menggunakannya secara efektif. co Mencapai ketidaktergantungan emosional dari orang tua dan orang
dewasa lainnya.
co Menyiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga. co Meniapkan diri untuk karir ekonomi.
.. Menemukan set dari nilai-nilai dan sistematika sebagai petunjuk dalam berperilaku mengembangkan ideologi.
2.4. Persahabatan dan
self-esteem
pada remaja
Menurut Havighurst (dalam Agustina, 2006), salah satu tugas perkembangan remaja adalah mencapai relasi baru dan lebih matang bergaul dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin.
Pada masa remaja (antara 11 - 21 tahun) dan dewasa awal (antara 22 - 40 tahun, stabilitas self-esteemini menunjukkan peningkatan yang berarti. Harter kemudian menyebutkan dimensiself-worth atauself-esteemyang dimiliki anak usia remaja dan dewasa awal ini meliputi unsur-unsurclose friendship (persahabatan), romantic(suasana penuh keromantisan), appeal
(ketertarikan), danjob competence(kompetisi yang dimliki untuk dapat melakukan pekerjaan tertentu). Dengan demikian ia menyimpulkan bahwa
self-esteemseseorang meliputi unsur perasaan atau penilaian bahwa diri sendiri mampu melakukan sesuatu (feeling of competence) baik yang mencakup kemampuan kognitif, sosial maupun keterampilan fisik serta penghargaan terhadap diri sendiri atau personal worth(Murtadho, 2005).
2.5. Kerangka Berpikir
Sullivan mengatakan terjadi peningkatan secara psikologis dan kedekatan antara sahabat pada masa remaja. Sullivan merasa bahwa jika para remaja gagal untuk membentuk persahabatan yang akrab mereka akan mengalami perasaan kesepian diikuti dengan rasa self-esteemyang menurun, menurut Furman
&
Buhrmaster (Santrock, 2003), remaja juga menyatakan mereka lebih mengandalkan teman daripada orang tua untuk memenuhi kebutuhan untuk kebersamaan, untuk meyakinkanself-esteemdan keakraban.Fungsi dari jenis persahabatan yang positif, adalah: 1. Mengontrol impuls-impuls negatif.
2. Memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih independen.
3. Meningkatkan keterampilan-keterampilan sosial, mengembangkan kemampuan penalaran, dan belajar untuk mengekspresikan perasaan-perasaan dengan cara-cara yang lebih matang.
4. Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran jenis kelamin.
5. Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai. 6. Meningkatkan self-esteem(harga diri).
dengan orang-orang yang dianggap berarti (significant others) bagi individu tersebut. Persepsi terhadap keberhargaan diri ini selalu dibentuk dan
cenderung kurang stabil dan tidak mudah kembali.
Self-esteembukanlah sifat atau aspek tunggal saja, melainkan sebuah kombinasi dari beragam sifat dan perilaku. Minchinton (1993) menjabarkan tiga aspek dari self-esteem, yaitu perasaaan mengenai dirinya sendiri, perasaan terhadap hidup, serta hubungan dengan orang lain.
Bagan Hubungan Peranan Persahabatan (Desmita, 2005) danSelf-esteem(Minchinton, 1993)
Mengonlrol impuls-impuls
1 - =
negatf
Memperoleh dorongan p
emosional dan sosial serta
-menjadi lebih independen e
r Meningkalkan S kelerampilan-kelerampilan -a sosial h .... a Mengembangkan sikap
lerhadap seksualilas dan
-
blingkah laku peran jenis a
kelamin
t
Memperkual penyesuaian a
moral dan nilai-nilai. - n
Meningkalkanself-esteem
'
-セ
S
Perasaan terhadap hidupe
-I f-
Perasaan mengenai dirie sendin
S
t
e Hubungan dengan orang lain e
-m
-Berdasarkan teori diatas maka hipotesa dalam penelitian "hubungan antara peranan persahabatan dengan self-esteem pada mahasiswa FOI UIN Jakarta" adalah :
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara peranan persahabatan dengan self-esteempada mahasiswa/i FOI UrN Jakarta.
SASIII
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini peneliti akan menguraikan mengenai metode dan prosedur peneliti dengan hal-hal YCing CikCin dikemukCin sebagai b("lrikut:
3.1 Jenis Penelitian
3.1.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang informasinya atau data-datanya dikelola dengan statistik. Asumsi dari penelitian kuantitatif CldCllah bClhwa fakta-fakta dari obyek penelitian memilki realitas dan variabel-variabel dapat
diidentifikasikan, serta hubungannya dapat diukur. Sedangkan menurut Azwar (2003) pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka yang diolah dengan metode statistika.
diri. Jadi jenis penelitian yang cocok untuk digunakan dalam penelitian ini ialah jenis penelitan korelasi.
3.1.2. Metode penelitian
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti Kountur (2004). Alasan peneliti menggunakan metode ini ialah karena dalam penelitian ini, data yang diperoleh akan dideskriptifkan secara detail sehingga lebih ml/dah dipahami. Selain itu juga, metode desktiptif ini memiliki ciri-ciri : berhubungan dengan keadaan yang terjadi saat itu,
menguraikan satu variabel saja atau beberapa variabel namun diuraikan satu pen:;(3tl/ qanカHSイゥHSiZ^セQ Y(3ng 、ゥエセャゥエゥ tid(3k dimctnipl/IGisi at(3u tidGik Gicla ーセイャgゥォオォ。ョ
(treatment), yang sangat sesuai dengan topik dalam penelitian ini.
Metode deskriptif ini memiliki kelebihan tersendiri karena merupakan satu-satl/nY(3 metode yang dianjurkan dalam ke(3daan nyata. Selain itu metode.. ini- - , - .-.- - '•...•.,....-... . ..
sangat cocek untuk penyelidikan yang menyediakan standar ukuran normatif berdasarkan hal-hal yang umum. Namun penelitian ini juga memiliki
3.2. Variabel Penelitian
3.2.1. Definisi Variabel
Variable adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nilai atau sifat yang berdiri sendiri-sendiri. Kerlinger (Sevilla, 1993) juga mempunyai definisi, variabel sebagai konstruk atau sifat(properties) yang diteliti. Jika kita melakukan pengamatan hanya satu karakteristik pada subjek yang diteliti, maka karakteristik tersebut bukan variabel tetapi sesuatu yang konstan.
Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) variabel yaitu variabel bebas
(independentvariabel) dan variabel terikat(dependent variabel). Sevilla (1993) mendefinisikan variabel bebas adalah penyebab atau variabel yang mempengaruhi atau mengakibatkan hasil, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau hasil dari penelitian. Dalam penelitian ini variabel-variabelnya adalah :
Dependent Variabel :Self-esteem
Independent Variabel : Persahabatan
3.2.2. Definisi Konseptual
kadang-kadang melakukan aktivitas bersama.
Chums
merupakan kelompok social remaja yang berkisar antara 2-3 orang.b. Self-esteemyang dimaksud adalah persepsi remaja tentang keberhargaan dirinya dan sejauh mana ia memberi penilaian serta menyukai dirinya sendiri yang mencakup beberapa aspek yaitu perasaan mengenai diri sendiri, perasaan terhadap hidup, dan hul:>lmgan dengan oH:mg lain.
c. Remaja akhir, Adolescence mempunyai arti yang cukup luas
mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1999). Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tujuan vokasional dan mengembangkan sense ofpersonal identity. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dala kelompok teman sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri tahap ini.
3.2.2. Definisi Operasional
Definisi operasional peranan persahabatan mengacu pada teori Kelly dan Hunsen juga dalam Desmita (2005), menyebutkan enam fungsi positif dari persahabatan yaitu:
1. Mengontrol impuls-impuls negatif.
2. Memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih independen.
generalisasikan secara umum. Populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswCi/i FPI clCiri f:\emef:\tElf 3;:
11.6
OfCing, 5;: 57 orang, dCin 7;: 133 orCing, secara total semua「・セオュャ。ィ 256 orang.Peneliti memilih jenjang kelas tersebut karena dilihat dari usia memasuki rElml'ljl'l akhir f:\Elrtl'l PElngCiICiITIl'ln clCiI.Cim I:>Elrf:\ElhElbElt Yl'lng C:lJkup lama, sehingga memungkinkan peneliti memperoleh informasi tentang hubungan persahabatan dan harga diri secara lebih akurat dan detail.
3.3.2 Sam pel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2003). Untuk jumlah sampel, peneliti menggunakan ukuran minimum yang
ditawarkan oleh Gay, bahwa untuk penelitian korelasi diambil 30 subjek atau IElbih ($evilla, dkk, 1Q93 ).
Jika jumlah sUbjeknya besar dapat diambil antara 20-25 % atau lebih (Arikunto, 2003)
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i berusia
anggota dari masing-masing semester diambil sebanding dengan jumlah tiap semester ($udjana, 1996). Peneliti memgambil sampel sebanY(lk 50
mahasiswali dengan rincian sebagai berikut ;
1. Semester 3 ; 116 (anggota) ; 256 uumlah populasi) x 50 uumlah sampt:'ll yang diinginkan)::;:
:!.:!
(sampel semestt:'lr 3)2. Semester 5; 57 (anggota) : 256 uumlah populasi) x 50 uumlah sampel yang diinginkan) '" 12 (sampel semester 5)
3. Semt:'l§tt:'lr 7 ;
!3?
«lnggot(l) :4!5El
UYml(lh pQpul(l§i) x 50 uyml(lh s(lmpt:'ll yang diinginkan) =16 (sampel semester 7)Karena, untuk menganalisa data penetapan sampel yang besar lebih mengyrangi lJiCiS YCing timpyl c1ibanclingkCin c1engCin mt:'lnggun(lkCin s(lmpel dalam jumlah yang sedikit. Selain itu distribusi frekuensi dari data dengan jumlah sampel besar dan tidak kurang dari 30 orang akan mendekati pt:'lnyebCiran sampt:'ll.
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel dalam penelitian diambil dengan menggunakan teknikpurposive samplingyaitu teknik yang didasarkan atas tujuan tertentu (Arikunto, 2002).. Alasan penggunaan teknikpurposive samplingkarena peneliti memilih sampel berdasarkan karakteristik yang telah ditentukan sebelumnya
Adapun karakteristiknya adalah:
1. Remaja akhir berusia 19-22 tahun. 2. Sedang menjalani persahabatan.
3.
Mahasiswa/i Fakultas Dirasat Islamiyah.3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan angket .Angket yang disajikan dalam bentuk tabel berisi pernyataan-pernyataan yang sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini dan イ・ウーッョ、セョ
diminta untuk memberikan tandacheck list(--I) pada kolom atau tempat yang sesuai (Arikunto, 2003).
Setiap jawaban yang diberikan oleh responden tidak ada yang salah, semua jawaban YElng diberikEln oleh responden dianggElP bemar karellEl responden merupakan orang yang paling mengerti tentang dirinya, sehingga dalam mengisi pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam angket ini berdasarkan pada PElngEltElhlJEln PElngah3mEln gCin kElYCikinEln pril:>Cigi rEll?pgnclem mElsing-mElsing.
3.4.1. Instruman Penelitian
Dalam skalaLikerlyang digunakan peneliti membagi dua kategori item pernyataan, favorabel dan unfavorabel dan menentukan bobot niiaL Skala yang digunakan oleh peneliti adalah: teori Kelly dan Hunsen dalam Desmita (2008), Sedangkan skala self-esteem mengacu pada teori Minchinton (1993).
1. Skala Persahabatan
Peneliti akan membuat pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan Persahabatan, skala ini berdasarkan teori Kelly dan Hunsen (dalam Desmita, 2008)
TabeI3.1.
Blue print Skala Persahabatan
Persahabatan
Favo Unfavo
No. Aspek-aspek Indikator rable rable Total
1.
Mengontrol impuls-impuls Belajar menyelesaikan1,13,
31,24,
agresif. pertentangan dengan
25
12
cara yang tidak agresif 6
2
Memperoleh dorongan Memberikan dUkungan2
32
emosional dan sosial untuk melakukan peranan mereka
Mendorong untuk
14
23
bertanggung jawab 6
Mendorong untuk
26
11
menj<ldi lebih independen
3. Meningkatkan Mengembangkan 3 33
keterampilan-keterampilan kemampuan penalaran
sosial. 6
Belajatl.lhtllk
15
22
perasaan-perasaan dengan cara-cara yang lebih matang.
Meriegembarigkan 27 10
kemampuan
memecahkan masalah
4,16 34,21 4 Mengembangkan sikap
Mengarahkan teman 28
terhadap seksualitas dan
berperilaku dan berperan 5
tingkah laku peran jenis
sesuai jenis kelamin. kelamin.
Memperkuat penyesuaian 9, 35
5 Mengambil keputusan
moral dan nilai-nilai.
sendiri
Mengevaluasi nilai-nilai 5,17 ,20
yang dimilikinya dan nilai
6
yang dimiliki teman sebayanya
29
Memutuskan mana yang benar dan mana yang salah.
Meningkatkan harga diri Memuji teman 8,6 36,19
6
(self esteem) sebayanya.
Memanggil teman 18,
sebayanya dengan nama
7
yang baik
30 7
Mendukung hal posistif yang dilakukan teman sebayanya.
2. Skala Self-esteem
Skala self-esteemmengacu pada teori Minchinton (1993).
TabeI3.2.
Blue print skala self-esteem
No. Self-esteem
Favo- Unfavo· To-Aspek-aspek
Indikator Rabie rable tal
1.
Perasaan mengenai diri Menerima diri 1,23 26,2sendiri sendiri
Memaafkan diri 4,27 35,43 Sendiri
16
Menghargai diri 34,12,24 15,44 sendiri
Memegang kendali 38,18 9 atas emosi diri
2 Perasaan terhadap hidup menerima 5,21,39, 37,17,41 kenyatcta n
harapan yang 14,30 16,45,31
realistis
15
memegang kendali 33,3 42,10 atas diri sendiri
3.
Hubungan dengan orang Menghargai orang 13,7()·77 37,§lain· .. lain
6ijaksana dalam 4(),7,79 3E?,19
melakukan
14
hubungan
Asertif 11,25 28,6
3.4.2 Teknik Uji Instrumen
Uji instrument dilakukan di Fakultas Tarbiyah jurusan sastra arab semester 3,5,7 UIN Jakartadengan responden sebanyak 60 orang diambil sebanYl;lk 20 orang dari masing-masing semester. Pemilihan tempattry outdi jurusan tersElbut dikcirEmakan kondis;i d,m kritElria rElspondEln mirip dElngan samPElI yang akan dipakai pada saat penelitian yaitu sama-sama mempelajari IImu Keislaman.
Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui apakah skala psikologi mampu menghasilkan data yang akurat dan sesuai dengan tujuan ukurannya ($YaiflJddin