• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh tingkat keagamaan terhadap perilaku pedagang di Pasar Kebayoran Lama Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh tingkat keagamaan terhadap perilaku pedagang di Pasar Kebayoran Lama Jakarta Selatan"

Copied!
184
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Tingkat Keagamaan terhadap Perilaku

Pedagang di Pasar Kebayoran Lama

Jakarta Selatan

Oleh:

Ahmad Faiz

NIM: 104046101603

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Pengaruh Tingkat Keagamaan terhadap Perilaku

Pedagang di Pasar Kebayoran Lama

Jakarta Selatan

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)

Oleh:

Ahmad Faiz

NIM: 104046101603

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Pengaruh Tingkat Keagamaan terhadap Perilaku

Pedagang di Pasar Kebayoran Lama

Jakarta Selatan

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) Oleh:

Ahmad Faiz

104046101603 Dibawah bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Hamid Farihi, MA Fahmi M. Ahmadi, S.Ag, M.Si

NIP. 150 268 187 NIP.150 326 914

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(4)

Pengaruh Tingkat Keberagamaan

terhadap Prilaku Pedagang di Pasar Kebayoran Lama

Jakarta Selatan

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)

Oleh:

Ahmad Faiz

104046101603

Dibawah bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

MA , Hamid Farihi .

H . Drs Si

. M , Ag . S , Ahmadi M

Fahmi

NIP. 150 268 187 NIP. 150 326 914

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(5)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PENGARUH TINGKAT KEAGAMAAN TERHADAP PERILAKU PEDAGANG DI PASAR KEBAYORAN LAMA JAKARTA

SELATAN telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 10 Maret 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 10 Maret 2009 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM.

NIP. 150 210 422

PANITIA UJIAN

1. Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag. (...) NIP. 150 289 264

2. Sekretaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag.,M.H. (...) NIP. 150 318 308

3. Pembimbing I : Drs. H. Hamid Farihi, MA (...) NIP. 150 268 187

4. Pembimbing II : Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag, M.Si (...) NIP. 150 326 914

5. Penguji I : Dr. Euis Nurlaelawati, M.A (...) NIP. 150 277 992

(6)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatukkah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

H 1430 Rabiul Awal 16

, Jakarta

10 Maret 2009 M

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahir Rahmannir Rahiim

Assalamua’alaikum Wr.Wb.

Puji serta syukur dihanyurkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Tingkat Keagamaan terhadap Prilaku Pedagang di Pasar Kebayoran Lama Jakarta Selatan”. Shalawat serta salam bagi Nabi Muhammad SAW pembawa pesan suci Al-Qur’an, pemberi sugesti terhadap segala kebajikan. Rasul akhir zaman, suri tauladan para pejuang kebebasan. Dalam melakukan penelitian ini, penulis sangat terbantu oleh partisipasi dari

banyak pihak yang terlibat secar langsung maupun tidak langsung. Atas bantuan dan dengan kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Untuk Ibu yang selalu membimbingku dengan segala kasih dan sayangnya penuh

kesabaran selama ini. Mendiang Bapakku tercinta Muaz bin H. Kosim bin H Nasir semoga Allah memberikan tempat terbaik disisi-Nya.

2. Untuk Kakakku Ida Hudaifah atas saran dan motivasinya, dan Adikku Ahmad Kahfi atas segala dukungannya, semoga kita selalu diberikan kesabaran dan keberkahan hidup oleh Allah SWT.

3. Bapak Prof. Dr. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) dan Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, selaku sekertaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

(8)

koreksi, saran, ilmu pengetahuan dan pengalamannya hingga penulisan skripsi ini selesai.

6. Staff perpustakaan Utama dan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta, yang telah membantu untuk mendapatkan buku-buku yang berkaitan dengan skripsi ini serta seluruh staff dan karyawan akademik Fakultas Syariah dan Hukum.

7. Seluruh dosen Fakultas dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak memberikan kontribusi pemikiran ekonomi Isalam dalam perkuliahan.

8. Untuk Nenek dan Almarhum Kakek yang telah menanamkan spirit kepada diriku dalam segala hal

9. Untuk yang teramat spesial Susilawati yang telah memberikan pinjaman laptop, memberikan dukungan, nasehat dan doanya.

10.Semua teman-teman Muamalat Perbankan Syariah tahun 2004 khususnya kelas B yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk segala nasehat, kritik, saran dan doanya.

11.Kepada para responden yang telah menyediakan waktunya untuk mengisi angket. Terima kasih atas segala masukan dan kritiknya.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca khususnya mahasiswa Fakultas Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

H 1930 ul Awal Rabi

16 , Jakarta

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...

... ...

i DAFTAR ISI ...

... ...

...

iii DAFTAR TABEL ...

... ...

..

v DAFTAR GAMBAR ...

... ...

vii DAFTAR LAMPIRAN ...

... ...

viii ABSTRAK ...

... ...

...

ix

BAB I PENDAHULUAN

(10)

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Variabel Penelitian dan Korelasinya ... 9

E. Indikator dan Operasional Variabel ... 9

F. Instrumen Variabel ... 10

G. Hipotesa ... 10

H. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

I. Review Studi Terdahulu ... 11

J. Metode Penelitian ... 13

K. Sistematika Penelitian ... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG TINGKAT KEAGAMAAN,

ETIKA USAHA ISLAM DAN WIRAUSAHA

A. Keagamaan ... 18

1. Pengertian Keagamaan ... 18

(11)

3. Fungsi Keagamaan ... 21

4. Dimensi Keagamaan ... 22

B. Prilaku Usaha Berdasarkan Perspektif Islam ... 25

1. Pengertian Etika Usaha ... 25

C. Pelayanan terhadap Konsumen ... 36

1. Pengertian Pelayanan ... 36

2. Dasar-dasar Pelayanan ... 36

3. Ciri-ciri Pelayanan yang Baik ... 37

D. Hubungan Antara Pedagang ... 38

BAB III DESKRIPSI UMUM TENTANG PD PASAR JAYA

A. Latar Belakang Sejarah Berdirinya PD Pasar Jaya ... 42

B. Visi dan Misi ... 43

C. Data Fisik ... 45

(12)

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Pengujian Validitas ... 52

B. Statistik Deskriptif ... 70

C. Pengujian Hipotesa Penelitian ... 73

D. Pembahasan terhadap Hasil Hipotesa ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1 Data Fisik Pasar Kebayoran Lama ... 45

(13)

3. Tabel 3.3 Jenis Jualan ... 46

4. Tabel 4.1 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabel Variabel Dimensi Aqidah ... 54

5. Tabel 4.2 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabel Variabel Dimensi Aqidah dengan Mengeluarkan Variabel yang Tidak Valid ... 55

6. Tabel 4.3 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabel Variabel Dimensi Ibadah .... 56

7. Tabel 4.4 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabel Variabel Dimensi Ibadah dengan Mengeluarkan Variabel yang Tidak Valid ... 57

8. Tabel 4.5 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabel Variabel Dimensi Akhlak ... 58

9. Tabel 4.6 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabel Variabel Dimensi Akhlak dengan Mengeluarkan Variabel yang Tidak Valid ... 59

10.Tabel 4.7 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabel Variabel Dimensi Akhlak dengan Mengeluarkan Variabel yang Tidak Valid ... 60

11.Tabel 4.8 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabel Variabel Dimensi Ilmu .... 61

12.Tabel 4.9 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabel Variabel Dimensi Ilmu dengan Mengeluarkan Variabel yang Tidak Valid ... 61

(14)

14.Tabel 4.11 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabel Variabel Dimensi Ilmu dengan Mengeluarkan Variabel yang Tidak Valid ... 63

15.Tabel 4.12 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabel Variabel Dimensi

Penghayatan ... 64

16.Tabel 4.13 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabel Variabel Dimensi Penghayatan dengan Mengeluarkan Variabel yang Tidak Valid ... 65

17.Tabel 4.14 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabel Variabel Perilaku Pedagang ... 66

18.Tabel 4.15 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabel Variabel Prilaku Pedagang dengan Mengeluarkan Variabel yang Tidak Valid ... 68

19.Tabel 4.16 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabel Variabel Prilaku Pedagang dengan Mengeluarkan Variabel yang Tidak Valid ... 69

20.Tabel 4.20 Rata-rata Nilai Variabel Keagamaan dan Prilaku Pedagang ... 72

21.Tabel 4.21 Koefisiensi Korelasi Dimensi-dimensi Keagamaan ... 76

22.Tabel 4.22 Hasil Pengujian Statistik F (Anova) Dimensi-dimensi Keagamaan ...

85

(15)

24.Tabel 4.24 Koefisiensi Korelasi Variabel Keagamaan terhadap Prilaku Pedagang ... 87

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar Hubungan Variabel Penelitian dan Korelasinya ... 9

(16)

3. Gambar Kurva Tingkat Pendidikan Responden ... 71

4. Gambar Grafik Penghasilan Responden ... 72

(17)

Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Isi Kuesioner

Lampiran 3 Validitas Dimensi-dimensi keagamaan dan Perilaku Pedagang

Lampiran 4 Koefisiensi Korelasi Dimensi-dimensi Keagamaan

Lampiran 5 Hasil Pengujian Statistik Dimensi-dimensi Keagamaan

Lampiran 6 Data Mekanikal dan Elektrikal, Sumber Daya Manussi, Perizinan

(18)

ABSTRAK

Ahmad Faiz Pengaruh Tingkat Keagamaan terhadap Perilaku Pedagang di Pasar Kebayoran Lama

Jakarta Selatan Maraknya fenomena penipuan yang sering terjadi dalam perdagangan, hal ini

tentunya disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya yang mempengaruhi manusia adalah keagamaan faktor keagamaan sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku manusia, termasuk dalam menentukan tindakan serta mengambil keputusan atas permasalahan yang dihadapainya. Skripsi ini akan meneliti sejauhmana faktor keagamaan mempengaruhi pemikiran seseorang unuk melakukan suatu pekerjaan yang bertentangan dengan nuraninya. Penelitian ini dibatasi dari sudut pandang pedagang di Pasar Kebayoran Lama

Jakarta Selatan. Sampel yang menjadi sasaran dari penelitian ini adalah 50 orang Pedagang Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Penelitian ini terbatas hanya pada perilaku pedagang. Kemudian dalam penyusunan laporan penelitian ini, digunakan metode penelitian survei dengan alat instrumen kuesioner Penelitian ini menggunakan Korelasi Rank Spearman untuk menguji

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini, masalah etos kerja telah menjadi salah satu mainstream utama

dalam masyarakat kita. Mainstream itu, tidak jarang menimbulkan kekhawatiran. Jika kita sebagai bangsa tidak dapat menumbuhkan etos kerja yang baik, maka kemungkinan besar bangsa kita akan tetap tertinggal jauh dengan bangsa-bangsa lain, termasuk bangsa-bangsa tetangga dalam lingkungan Asia Tenggara, atau lebih-lebih lagi Asia Timur. Bahkan, sudah mulai terdengar ramalan yang bernada pesimis, bahwa jika kita tidak berhasil menjadi negara maju, maka ketika seluruh bangsa Asia Timur telah menjadi negara industri, Indonesia akan menjadi tidak lebih daripada “back yard“ pada kawasan ini. Ada sinyalemen bahwa bangsa kita memang menderita kelemahan etos

kerja. Sebuah bahasan yang terdapat dalam majalah Reader’s Digest dikatakan, Indonesia tidak akan menjadi negara maju dalam waktu dekat ini, karena “Indonesia has lousy work ethic and serious corruption“ (Indonesia mempunyai etika kerja yang cacat dan korupsi yang gawat).1 “Etos” dari sudut pandang bahasa, berasal dari bahasa Yunani (etos) yang

bermakna watak atau karakter. Maka, makna lengkap “etos” adalah karakteristik,

1

(20)

sikap, kebiasaan, kepercayaan, dan seterusnya, yang sifatnya khusus tentang seorang individu atau sekelompok manusia. Dari perkataan “etos” ini, terambil pula perkataan “etika” dan “etis” yang merujuk kepada makna “akhlaq” atau bersifat “akhlaqi.” Yakni, kualitas esensial seseorang atau suatu kelompok, termasuk, termasuk suatu bangsa.2 Bagi negeri kita, kaitan antara etika kerja dengan agama Islam dan

orang-orang muslim, dan bangsa Indonesia adalah bangsa muslim. Sikap menyadari bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa muslim, tidak saja merupakan realisme kultural dan sosiologis, tetapi juga sebagai peringatan bahwa, dalam analisa terakhir, kaum muslim Indonesia dengan ajaran Islamnya, merupakan orang yang pertama bertanggung jawab atas usaha pembinaan dan pengembangan etos kerja nasional. Untuk itu, perlu juga dibangkitkan keinsyafan pada kaum muslim Indonesia bahwa maju-mundurnya bangsa Indonesia akan mengakibatkan

kredit-deskredit kepada agama Islam dan umatnya.3 Perihal etos kerja ini, barangkali dapat dimulai dengan usaha menangkap

makna secara mendalam dalam ajaran Islam. Bahwa, nilai setiap bentuk kerja itu sangat tergantung kepada niat-niat yang dimiliki pelakunya. Jika tujuannya tinggi, seperti tujuan mencapai ridha Allah, maka ia pun akan mendapatkan nilai kerja yang tinggi. Begitu pula sebaliknya, jika tujuannya rendah, seperti hanya untuk

2Webster’s New World Dictionary of the American Language

, 1980, (edisi revisi), s.v. ethos, ethical, and ethics.

3

(21)

memperoleh simpati sesama manusia belaka, maka setingkat tujuan itu pulalah nilai kerja diperoleh.4 Lebih dari itu, untuk memahami dimensi etis kerja dari sudut pandang

Islam tradisional, penting sekali mempraktikan realitas bahwa kata “kerja” dalam bahasa Arab, tidak dipisahkan dari kata yang digunakan untuk menunjukkan “tindakan” dalam pengertiannya yang paling luas. Maksud statemen ini adalah jika mencari kata “kerja” dalam kamus, kita biasanya dihadapkan pada dua kata: ‘amal dan shun’. Makna generik pada pada kata: ’amal merupakan “tindakan-praktis” seperti yang secara umum dipertentangkan dengan kata “pengetahuan.” Sedangkan shun’ bermakna “membuat” atau ”memproduksi” sesuatu dalam arti secara artistik dan keterampilan.5 Jika dikaitkan dengan dunia sekitar kita, manusia memenuhi dua fungsi: Pertama, bertindak di dalam atau terhadap dunia, dan Kedua, membuat sesuatu dengan mengolah atau mengolah ulang

bahan-bahan dan objek-objek yang diambil dari dunia sekelilingnya. Secara prinsipil, etika kerja dalam Islam ada dua macam fungsi ini: ‘amal

dan shun’. Hal ini disebabkan sifat syariah itu sendiri yang mencakup: “seluruh

4

Sebuah hadits yang amat terkenal, dan dikabarkan merupakan hadits yang paling otentik diantara semua hadits: “Sesungguhnya (nilai) segala pekerjaan itu adalah (sesuai) dengan niat-niat yang ada, dan setiap orang akan mendapatkan apa yang diniatkan. Maka barangsiapa hijrahnya (ditujukan) kepada (ridha) Allah dan Rasul-Nya, maka ia (nilai) hijrahnya itu (mengarah) kepada ridha Allah dan Rasul-Nya; dan barangsiapa hijrahnya itu kearah (kepentingan) dunia yang dikehendakinya atau wanita yang hendak dinikahinya, maka (nilai) hijrahnya itu pun mengarah kepada apa yang menjadi tujuannya.” (Lihat, Al-Syayyid Abd al-Rahim Anbar al-Tahtawi, Hidayat al-Bari ila Tartib Ahadits al-Bukhari, 2 Jilid, (Kairo: al-Maktabat al-Tijariyyat al-Kubra, 1335 H.), Jilid 1, h. 220-1; dan al-Hafizh al-Mundziri, Mukhtashar Shahih Muslim, 2 Jilid (Kuwait: Wazarat al-Awqaf wa al-Syu’un al-Islamiyah, 1388 H/1969 M), Jilid 2, h. 47 [Hadits No. 1080]).

5

(22)

jaringan tindakan dan perbuatan manusia.” Sementara prinsip dasar etis dari kata shun’, atau “seni”, berkaitan dengan dimensi spiritual pewahyuan Islam. Oleh karena itu, aspek etis atau apa yang yang secara lahiriah dikerjakan manusia, ditemukan dalam petunjuk-petunjuk serta ajaran-ajaran syariah. Allah berfiman:

! "# $%

& '( ) *+

, -.#

/ 0 2 3

45 678

9:$!

&;<) 7 =, -"><) ?

@=ABC

DEFG H

I" JK# =,76

CM A *

-NO$!

, -" .P I EA

RST

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu6. dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.” (Q.s. al-maidah: 1) Makna janji-janji (‘uqud) dalam ayat ini, menurut para mufassir

tradisional, mencakup hubungan manusia dengan Tuhan, dirinya sendiri, dan dunia. Janji-janji ini juga dimaknai sebagai “tafsir tentang peningkatan moral” untuk suatu penilaian atas dimensi moral seluruh hidup manusia. Oleh karena itu, landasan semua etika kerja Islam ditentukan dengan karakter moral yang tak dapat dipisahkan dari seluruh tindakan manusia berikut tanggung jawab yang harus dipikulnya. Namun, tanggung jawab manusia itu bukan sekedar dipertanggungjawabkan dihadapan majikan atau pegawai, melainkan juga dihadapan kerja itu sendiri, yang harus dilaksanakan sesempurna mungkin sejalan dengan kemampuan seseorang.

6

(23)

Meskipun demikian, tanggung jawab kerja manusia, tentu saja tetap

berada dihadapan Allah SWT, Yang Maha Menyaksikan segala tindak tanduk manusia. Karena itulah, perspektif Islam yang komprehensif, secara tegas menolak pemisahan antara ibadah dan kerja. Dalam perspektif ini, kerja secara erat, dikaitkan dengan shalat dan ibadah dalam masyarakat. Untuk memahami etika kerja Islam: pola relasi positif antara kerja, ibadah

dan leisure (bersenang-senang) jelas begitu penting. Hal ini berlaku juga terhadap apa yang sekarang ini dipandang sebagai aktivitas budaya, yang berkaitan secara harmonis dan diintegrasikan kedalam suatu kesatuan. Unsur dasar etika kerja Islami yang semestinya diperhatikan oleh manusia

adalah petunjuk syariah. Yakni, petunjuk yang menegaskan bahwa penyelesaian kerja apapun secara baik adalah penting untuk menunjang kehidupan diri sendiri dan keluarga. Hal ini dimata Tuhan, memiliki nilai sebanding dengan ditunaikannya kewajiban-kewajiban keagamaan yang diklasifikasikan hukumnya wajib. Namun demikian, dalam Islam, kerja demi kerja itu sendiri tidak

(24)

Ketentuan ini, tentu saja secara normatif, didasarkan pada penegasan Al-Quran atas kesementaraan hidup, bahaya kerakusan dan iri hati, serta pentingnya manusia untuk menjauhkan diri dari akumulasi kekayaan secara berlebihan. Bukankah Allah SWT berfirman:

U:

= N 0 V.G

UW9X. Y

Z *$%

=, -UX %

&D<G

[\ %

&

4] ^E_A) F#

X) `K 6 a0 b

cdefghi

de b ) # X) `K 6

jkSl

n de V"o

& ) pr

^

kZ $ 'X.

-NO$! s Ui TlW -$% t uBp v0 $) REwT Artinya:

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. An Nisa 4:32). Kerja, seperti apapun juga dalam kehidupan, harus dilihat dan dijalankan

dalam kerangka suatu keseimbangan yang ingin diupayakan dalam Islam. Umat Islam saat di Makkah, lebih banyak berkonsentrasi pada aktivitas ibadah mahdhah

seperti shalat dan tahajud. Namun, saat di Madinah Nabi Muhammad SAW menekankan pentingnya warga masyarakat muslim menghabiskan sepertiga hari mereka untuk bekerja, sepertiga lainnya untuk tidur dan istirahat, dan sepertiga lagi untuk shalat, bersenang-senang dan termasuk juga aktivitas-aktivitas keluarga dan masyarakat. Teladan Nabi SAW ini, telah menjadi sebuah teladan masyarakat Islam

(25)

kebutuhan keluarga, mesti dipandang sebagai tugas keagamaan. Untuk itulah, doktrin kerja secara berlebihan hanya demi kerja itu sendiri, jelas ditentang Islam, oleh karena dianggap merusakkan keseimbangan yang menjadi tujuan hidup Islam. Dalam perspektif Islam, kerja itu sendiri jika dilihat dari aspek

ekonomisnya, harus dijalankan sesuai perjanjian yang dibuat berdasarkan asas keadilan dan tanggung jawab, baik dari pihak pekerja maupun majikan. Seorang pekerja harus bertanggung jawab baik kepada majikan maupun Tuhan untuk menyelesaikan pekerjaan yang sudah ditentukan oleh kemampuannya. Hanya dengan jalan demikian, maka gaji yang diperoleh pekerja menjadi halal. Kondisi-kondisi dan butir-butir tertentu harus tercakup dalam perjanjian kerja, baik masalah jam kerja, gaji yang harus dibayar, kuantitas yang dihasilkan, kualitas yang harus dicapai. Jadi, ada unsur moral yang kuat dikalangan kaum muslim. Dalam kerangka inilah, dari sudut pandang Islam, telah diciptakan suatu

sistem pemberian zakat, donasi, dan lain-lain, untuk menyucikan gaji tadi dan menjauhkan akibat-akibat negatif. Dari sini, bisa dipahami kenapa konsep halal dan haram, juga mempengaruhi jenis pekerjaan yang dijalankan oleh kaum muslim. Untuk itu, Islam sangat mewajibkan umatnya untuk mencari pekerjaan yang halal dan baik. Aspek kualitas dari etika kerja Islami, tidak mungkin dapat dipahami

(26)

Dalam kasus ini, jika melibatkan manusia, maka tentu saja hubungan manusiawi dan interpersonal sangat erat ditekankan.7 Berusaha mau tidak mau adalah bentuk suatu bentuk transaksi antar

manusia, yang tentu saja akan melibatkan orang lain. Agar usaha berjalan lancar, tanpa ada yang saling merugikan dan dirugikan, maka perlu ada etika yang mengatur dan mengikat. Etika yang dimaksud adalah suatu perbuatan standard yang mengarahkan individu dalam membuat suatu keputusan. Bila etika dikaitkan dengan usaha, maka maksudnya adalah norma-norma standar yang mengarahkan para pelaku usaha dalam melaksanakan dan membuat keputusan-keputusan. Ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits sebagai pedoman

telah menggariskan norma-norma etika dalam berusaha. Ajaran itu adalah: 8 1. Niat yang baik

2. Tidak melalaikan kewajibannya kepada Allah. 3. Suka sama suka antara pihak yang bersangkutan. 4. Dilandasi akhlak dan mental yang baik.

5. Tidak mau melakukan kecurangan.

6. Menerapkan administrasi yang baik dan manajemen yang tepat.

7. Objek usaha haruslah yang halal.

7

Prof. Dr. Seyyed Hossein, “Perspektif Islam Perihal Etika Kerja” dalam Nilai dan Makna Kerja Dalam Islam, (Jakarta: Persada Madani), h. 84.

8

Drs. H. Rusydi AM, Lc, M Ag, “Etos Kerja Dan Etika Usaha: Perspektif Al-Qur’an” dalam

(27)

Banyak kita jumpai akhir-akhir ini apabila kita melakukan jual beli, sering

sekali para pedagang tidak jujur, adil dan amanat terhadap apa yang ia laksanakan. Sebagaimana yang terdapat dilapangan sering sekali pembeli dirugikan oleh pedagang, ada yang mengurangi takaran dalam timbangan, ada yang berlaku curang dengan menyembunyikan cacat barang dagangannya. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka disini penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Tingkat Keberagamaan terhadap Perilaku Pedagang di Pasar Kebayoran Lama Jakarta Selatan.

Karena kita ketahui bersama bahwa bangsa kita ini penduduknya adalah mayoritas beragama Islam tetapi dalam pengamalan muamalatnya sehari-hari banyak yang keluar dari syariat yang telah diajarkan oleh Islam dan sebagaimana telah di contohkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW dalam bermuamalat.

B. Perumusan Masalah

a) Bagaimana tingkat keagamaan pedagang di Pasar Kebayoran Lama Jakarta Selatan?

b) Adakah hubungan (pengaruh) antara tingkat keagamaan terhadap perilaku usaha dikalangan pedagang?

C. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya aspek yang dianalisis dalam etika kerja, maka

penulis membatasi pembahasan skripsi ini yaitu tentang perilaku pedagang khususnya dikalangan pedagang di pasar kebayoran lama Jakarta selatan.

(28)

E. Indikator dan Operasional Variabel

Indikator dan operasional variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

VARIABEL SUBVARIABEL INDIKATOR

a. Dimensi Aqidah

Islam (keyakinan) 1). Keyakinan tentang Allah

2). Keyakinan terhadap para Malaikat

3). Keyakinan kepada kitab-kitab

4). Keyakinan tentang adanya surga dan neraka

5). Keyakinan terhadap qadha dan qadar

6). Keyakinan terhadap adanya siksa kubur

7). Keyakinan tentang hal-hal ghaib

8). Keyakinan tentang adanya penghitungan amal

di akhirat

1. Keagamaan9

b. Dimensi Ibadah

(Praktek Agama) 1). Melaksanakan shalat

2). Melaksanakan puasa

3). Menunaikan zakat

4). Pelaksanaan Haji

5). Membaca Al-qur’an

6). Membaca doa dan berzikir

7). Melaksanakan qurban

9

Djamludin Ancok dan Fuad Nashori’ Suroso, Psikologi Islam: Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1993), h. 80-82.

Karakteristik

(29)

c. Dimensi Akhlak

(Pengamalan) 1). Hubungan dengan manusia lain

2). Hubungan dengan lingkungan

d. Dimensi Ilmu

(Pengetahuan) 1). Pengetahuan tentang isi Al-Qur’an

2). Pengetahuan tentang rukum Islam

3). Pengetahuan tentang rukun Iman

4). Pengetahuan tentang hukum-hukum dan sejarah

Islam

e. Dimensi

Penghayatan

(Pengalaman)

1). Menyangkut tentang perasaan-perasaan dan

pengalaman keagamaan

a. Etika usaha

1). Niat

2). Tidak melalaikan kewajiban Allah

3). Suka sama suka

4). Dilandasi dengan akhlak dan mental yang baik

5). Tidak melakukan kecurangan

6). Menerapkan administrasi yang baik dan

manajemen yang tepat

7). Objek usaha harus yang halal

b. Pelayanan terhadap

konsumen 1). Cara berpakaian

2). Ramah dan sopan dalam melayani pelanggan

2. Prilaku pedagang

c. Hubungan antar

pedagang 1). Selektif dalam memilih pekerjaan dan rekan

kerja

2). Kerjasama antar pedagang

(30)

Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan survei, kuesioner

merupakan salah satu alat penting untuk mengambil data. Kuesioner disebut pula sebagai angket adalah tehnik pengumpulan data dengan cara mengirim suatu daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi.10 Kuesioner yang digunakan didesain berdasarkan skala model likert

yang berisikan sejumlah pertanyaan yang menyatakan objek yang hendak diungkap. Kuesioner lima model likert yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada lima alat jawaban, sebagaimana yang terlihat di bawah ini:11

a) Sangat tidak setuju skornya satu b) Tidak setuju skornya dua c) Ragu-ragu skornya tiga d) Setuju skornya empat e) Sangat setuju skornya lima

G. Hipotesa

Hipotesa adalah dugaan sementara. Hipotesa dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0 : = 0, Tidak terdapat pengaruh secara individual antara dimensi

keagamaan (terdiri dari dimensi aqidah, dimensi ibadah, dimensi

10

Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula, (Yogayakarta: Gajah Mada University, Juni 2004), Cet. ke-2, h.78.

11

(31)

akhlak, dimensi ilmu, dimensi penghayatan) terhadap prilaku pedagang.

H1 : = 0, Terdapat pengaruh secara individual antara dimensi keagamaan

(terdiri dari dimensi aqidah, dimensi ibadah, dimensi akhlak, dimensi ilmu, dimensi penghayatan) terhadap prilaku pedagang.

H. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a) Secara akademik, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang perilaku usaha yang terjadi di masyarakat. Selain itu hasil penelitian ini dijadikan sebagai persyaratan dalam menyelesaikan proses perkuliahan Strata 1 (S1).

b) Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan kepustakaan bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya mengenai perilaku usaha berdasarkan syariah.

I. Kerangka Teori

Kerangka teori pada penelitian ini adalah masalah keagamaan dan etika usaha yang dijalankan oleh pedagang. Untuk kejelasan maksud beberapa istilah kunci dalam penelitian ini, maka

istilah-istilah tersebut perlu untuk didefinisikan. Beberapa istilah yang dimaksud sebagai berikut:

Keagamaan : Keadaan dimana individu merasakan dan mengakui

(32)

manusia, dan hanya kepada-Nya manusia merasa bergantung dan berserah diri.

Perilaku pedagang : Pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang atau

lembaga yang membeli dan menjual barang kembali tanpa merubah bentuk dan tanggungjawab sendiri dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan

J. Metode Penelitian

1. Persiapan penelitian

Persiapan penelitian meliputi; survei, permohonan izin, penyebaran angket (kuisioner) pada pedagang di kebayoran lama.

2. Sumber data

a. Primer; kuisioner (angket) yang langsung disebarkan kepada pedagang pasar kebayoran lama Jakarta selatan.

b. Sekunder; yaitu data atau informasi yang diperoleh dari buku-buku maupun melalui internet, serta bahan-bahan dari seminar dan Koran yang berhubungan dengan topik yang dikemukakan.

3. Populasi dan sampel

Populasi dari penelitian adalah pedagang pasar kebayoran lama Jakarta

(33)

4. Pendekatan

Penelitian ini memakai pendekatan statistik inferensial non parametrik, artinya apa yang terjadi pada sampel akan digeneralisasikan kepada populasi dan memakai skala ordinal.

5. Teknik pengambilan data

Kuisioner; menyebarkan angket (kuisioner) kepada pedagang pasar kebayoran lama Jakarta selatan dengan menjawab item-item pertanyaan.

6. Teknik analisa data

Metode kuantitatif; metode berupa angka yang didapat hasil dari survei lapangan. Penyelesaian analisis tersebut akan memanfaatkan fasilitas yang ada dalam Software SPSS for Windows ver. 12.

7. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian adalah pasar kebayoran lama Jakarta selatan. Dipilihnya pasar kebayoran lama Jakarta selatan karena di Jakarta selatan banyak sekali terdapat pasar.

8. Uji hipotesa

N n =

(34)

Uji hipotesa pada penelitian ini adalah menggunakan korelasi rank spearman dengan rumus sebagai berikut:

x2 + y2 - di2

rs = 2

x2 y2

Keterangan:

rs

: Rank spermen

n

: Jumlah sampel

di2

: Jumlah dari rangking X – rangking Y

9. Uji signifikan

Uji signifikan digunakan untuk menjeneralisasi populasi, artinya apa yang terdapat pada sampel akan diberlakukan pula pada populasi.

Uji signifikan yang dipakai adalah t-test, dengan rumus:

rs n – 2

t =

1 - rs2

Dimana:

rs

: nilai rank spermen

n

: Jumlah sampel Adapun grafik sebagai berikut:

Menolak H0 Menerima H0 Menolak H0

(ada hubungan - )

(tidak ada hubungan)

(35)

-198 0 1,98

Keterangan: a. Apabila t > 1,98 berarti menolak H0, ada hubungan positif.

b. Apabila t < -1,98 berarti menolak H0, ada hubungan negatif.

c. Apabila -1,98 < t < 1,98 berarti menerima H0, tidak ada hubungan. K. Sistematika Penelitian

Untuk pembahasan yang lebih terarah dan memudahkan pemahaman

skripsi ini, maka penulis membagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang permasalahan yang akan dibahas, masalah penelitian yang terdiri dari identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN TEORITIS

Bab ini meliputi pengertian, unsur, fungsi dan dimensi keagamaan, pengertian etika usaha, pedoman norma-norma dalam berusaha Menurut perspektif Islam, pengertian wirausaha, jujur, adil dan amanat dalam berwirausaha.

(36)

Membahas tentang gambaran umum objek penelitian yaitu PD Pasar Jaya Kebayoran Lama Jakarta Selatan, sejarah berdiri, landasan operasional, visi dan misi, struktur organisasi, serta gambaran jumlah pedagang yang ada di pasar Kebayoran lama.

BAB IV : HASIL PENELITIAN

Didalamya dibahas tentang analisa variabel-variabel, analisa korelasi antara variabel-variabel.

BAB V : PENUTUP

(37)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA TENTANG TINGKAT KEAGAMAAN,

ETIKA USAHA ISLAM DAN WIRAUSAHA

A. Keagamaan

1. Pengertian Keagamaan

Dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama, dikenal pula

kata din dari bahasa Arab dan kata religi dari bahasa Inggris. Adapun kata agama berasal dari kata Sanskrit, terdiri dari a = tidak; gam = pergi mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun-temurun.

Din dalam bahasa Arab mengandung arti menguasai, menundukkan,

patuh dan kebiasaan. Religi berasal dari bahasa latin, asalnya ialah relegare

yang mengandung arti mengumpulkan, membaca. Intisari yang terkandung dalam istilah-istilah di atas ialah ikatan.

Agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan pancaindera, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia

sehari-hari.12

12

(38)

Menurut Darajat, agama adalah proses hubungan manusia yang

dirasakan terhadap sesuatu yang diyakininya, bahwa sesuatu lebih tinggi daripada manusia.13 Sedangkan Glock dan Stark seperti dikutip oleh Djamaludin Ancok mendefinisikan agama sebagai sistem simbol, sstem keyakinan, sistem nilai dan sistem perilaku yang terlembaga, yang kesemuanya terpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning).14 Dari istilah agama muncul istilah keberagamaan atau religiusitas.

Keberagamaan adalah keadaan dimana individu merasakan dan mengakui adanya kekuatan tertinggi yang menaungi kehidupan manusia, dan hanya kepada-Nya manusia merasa bergantung dan berserah diri. Semakin manusia mengakui adanya Tuhan dan kekuasaan-Nya, maka akan semakin tinggi tingkat keberagamaannya.15 Menurut Fuad Anshori dan Rachmy D.M., pengertian religiusitas

adalah seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya. Sedangkan tingkat keberagamaan dapat diketahui melalui

13

Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), cet ke-14.

14

Djamludin Ancok dan Fuad Nashori’ Suroso, Op. Cit., h. 76.

15

(39)

pengetahuan dan pemahaman subjek terhadap agamanya dan makna usaha mereka dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban agama.16 Pandangan behaviorisme mengisyaratkan bahwa prilaku agama erat

kaitannya dengan stimulus lingkungan seseorang. Jika stimulus keagamaan dapat menimbulkan respon terhadap diri seseorang, maka akan muncul dorongan untuk berprilaku agama. Sebaliknya, jika stimulus tidak ada maka tertutup kemungkinan seseorang untuk berprilaku agama. Jadi, perilaku agama menurut pandangan behaviorisme bersifat kondisional (tergantung dari kondisi yang diciptakan lingkungan).17 Namun keberagamaan tersebut memerlukan bimbingan agar dapat tumbuh dan berkembang.18

2. Unsur Keagamaan

Secara khusus, Robert H. Thouless mengemukakan beberapa faktor yang dapat menimbulkan religiusitas, yaitu:19 a. Pengaruh pendidikan dan berbagai tekanan sosial (faktor sosial).

b. Berbagai pengalaman yang membantu sikap keberagamaan terutama pengalaman emosional keagamaan keagamaan (faktor alamiah), konflik moral (faktor moral) dan pengamalan emosional keagamaan (faktor efektif).

16

Fuad Anshori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islami, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002), h. 68.

17

Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: Rajawali Press, edisi revisi, 2005), h. 48.

18Ibid.

, h. 69.

19

(40)

c. Faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian timbul dari kebutuhan yang tidak terpenuhi terutama kebutuhan terhadap keamanan, cinta kasih, harga diri dan ancaman kematian.

3. Fungsi Keagamaan

Dister mengemukakan empat fungsi (emosional-efektif, sosio-moral,

intelektual-kognitif dan psikologis) dari keagamaan, yaitu:20 a. Untuk mengatasi frustasi

Orang yang mengalami frustasi akan berusaha mengatasinya dengan jalan membelokkan arah kebutuhannya atau keinginannya dari hal yang bersifat keduniawian kepada Tuhan. b. Untuk menjaga kesusilaan serta tata tertib masyarakat

Manusia wajib untuk hidup berdasarkan moral, bukan hanya karena kehendak Tuhan, tetapi juga demi diri dan suara hati manusia itu sendiri.

c. Untuk memuaskan intelektual yang ingin tahu

Intelektual yang ingin tahu bisa mendapatkan tiga sumber kepuasan yang dapat ditemukan dalam agama, yaitu:

1) Menyajikan pengetahuan rahasia yang menyelamatkan manusia dari kejasmanian yang dianggap menghambat dan menghantarkan manusia kepada keabadian.

2) Menyajikan suatu moral, apa yang harus dilakukan manusia dalam hidup agar tercapai tujuan kehidupan manusia.

20

(41)

3) Memuaskan keinginan manusia yang mendalam agar hidup manusia bermakna.

d. Untuk mengatasi ketakutan

Setiap orang meyakini bahwa Tuhan akan selalu dekat dengan hamba-Nya sehingga kecemasan yang tak beralasan tersebut dapat lenyap.

4. Dimensi Keagamaan

Glock dan Stark menyatakan bahwa ada lima dimensi

keberagamaan, yaitu keyakinan (ideological), peribadatan atau praktek agama (ritualistic), pengamalan (experiential), konsekuensi (consequential) dan pengetahuan agama (intellectual).21 Menurut Djamaludin Ancok, rumusan Glock dan Stark yang membagi keberagamaan menjadi lima dimensi dalam tingkat tertentu mempunyai kesesuaian dengan Islam:22 a. Dimensi aqidah Islam

Menunjuk pada seberapa tingkat keyakinan Muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya. Menyangkut keyakinan tentang Allah, para Malaikat, Nabi/Rasul, Kitab-kitab Allah, Surga dan Neraka, qadha dan

qadar, siksa kubur, hal-hal ghaib dan perhitungan amal di akhirat. b. Dimensi peribadatan (praktek agama)

Menunjuk pada sebarapa tingkat kepatuhan Muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan dianjurkan oleh

21

Rolland Robertson, Agama dalam Analisa dan Interprestasi Sosiologis, (Jakarta: Rajawali Press, 1993), h. 295.

22

(42)

agamanya. Menyangkut pelaksanaan shalat, puasa, zakat, haji, membaca Al-Qur’an, do’a, zikir, ibadah qurban, I’tikaf di masjid pada bulan puasa.

c. Dimensi akhlak (pengamalan)

Menunjuk pada seberapa tingkatan Muslim berprilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya. Menyangkut tentang hubungan manusia dengan manusia dengan manusia lain dan hubungan manusia dengan linkungan.

d. Dimensi ilmu (pengetahuan)

Menunjuk pada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman Muslim terhadap ajaran-ajaran agamanya. Menyangkut pengetahuan isi Al-Qur’an, pengetahuan rukun Islam dan rukun Iman, pengetahuan hukum-hukum Islam dan sejarah Islam. e. Dimensi penghayatan (pengamalan)

Menunjuk pada seberapa jauh tingkat Muslim dalam merasakan dan mengalami pengalaman-pengalaman religius. Menyangkut tentang perasaan-perasaan dan pengalaman-pengalaman religius. Dari dimensi tersebut, varibel utama penelitian adalah keagamaan

kemudian dikembangkan menjadi beberapa sub variable, yaitu:

(43)

b. Dimensi ibadah, indikatornya mencakup pelaksanaan shalat fardhu dan sunnah, puasa ramadhan dan sunnah, zakat, haji, membaca Al-Qur’an, do’a, zikir, ibadah qurban, Itikaf di masjid pada bulan puasa.

c. Dimensi pengamalan, indikatirnya meliputi hubungan manusia dengan manusia lain menyangkut perilaku suka menolong, bekerjasama, berderma, berlaku jujur, memaafkan, menjaga amanat, tidak mencuri, tidak korupsi, tidak menipu, tidak berjudi dan tidak meminum minuman keras. Hubungan manusia dengan lingkungan dengan ikut berpartisipasi dengan membuang sampah pada tempatnya dalam menjaga kebersihan lingkungan tempat sekitar.

d. Dimensi ilmu, indikatornya meliputi pengetahuan isi Al-Qur’an, pengetahuan rukun Islam dan rukun Iman, pengetahuan hukum-hukum Islam seperti hukum ibadah haji, dan merokok juga pengetahuan sejarah Islam seperti Isra’ Mi’raj.

(44)

B. Prilaku Usaha Berdasarkan Perspektif Islam

1. Pengertian Etika Usaha

A. Etika

Dalam konteks keilmuan, kita menjumpai banyak sekali arti

dan hakikat etika, sehingga dalam tulisan ini hanya diambil beberapa pengertian saja yang dipandang relevan. Secara etimologis, istilah etika berasal dari bahasa yunani ethos yang dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti, yakni tempat tinggal yang biasa, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan sikap dan cara berfikir. Dalam bentuk jamak (ta etha) artinya adalah adat kebiasaan dan arti terakhir inilah yang menjadi latar belakang bagi terbentuknya isyilah etika yang oleh Aristoteles (384-322 SM) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Dengan demikian bertitik tolak dari asal-usul kata ini, maka etika berarti ilmu tentang apa yang biasadilakukan atau ilmu tentang kebiasaan. Sedangkan dalam dictionary of philosophy (dalam

Moekijat,1995) diuraikan bahwa:

(45)

kelayakan atau kebijaksanaan tindakan, aturan, tujuan, objek, atau keadaan). Secara terminologis arti kata etika sangat dekat pengertiannya

dengan istilah Al-Qur’an al-khuluq. Untuk mendeskripsikan konsep kebajikan, Al-Qur’an menggunakan sejumlah terminologi sebagai bentuk: khair, bir, qist, ‘adl, haqq, ma’ruf dan taqwa.23 Menurut K. Bertens (2000), konsep etika mempunyai tiga arti.

Pertama, kata etika bisa dipakai dalam arti, yakni nilai-nilai atau norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur prilakunya. Kedua, etika berfungsi juga sebagai kumpulan asas atau nilai moral yang dimaksud di sini adalah kode etik. Ketiga, etika berarti ilmu tentang yang baik atau buruk, etika baru menjadi ilmu, bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematik dan metodik. Etika disini sama artinya dengan filsafat moral. Dengan demikian etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan

23

(46)

dengan moralitas, atau dengan moralitas, atas dengan cara lain etika merupakan ilmu yang menyelidiki perilaku moral.24 B. Bisnis

Bisnis berasal dari kata inggris, business (biznes), artinya:

perusahaan atau usaha, seperti dalam ungkapan: “the grocery business” = perusahaan sayur-sayuran, dan ungkapan: “this store is going out of business” = toko ini akan menghentikan usahanya.25 Dalam bahasa Indonesia, bisnis diartikan dengan: “Usaha komersil

dalam dunia perdagangan; bidang usaha; usaha dagang.”26 Dengan demikian etika bisnis adalah ilmu yang membahas

tentang usaha komersil dari sudut pandang baik buruk dan salah benar menurut ukuran moral. Dan yang dimaksud dengan etika bisnis Islam atau etika bisnis dalam Islam, ialah: ilmu yang membahas perihal usaha ekonomi khususnya perdagangan dari sudut pandang baik dan buruk serta salah dan benar menurut standar akhlak Islam.27 Oleh karena itu, hal yang membedakan antara sistem Islam

dengan sistem maupun agama lain, adalah bahwa antara ekonomi dan akhlak tidak tidak pernah terpisah sama sekali seperti halnya tidak

24

Prof. Dr. dr. H. A. Prayitno dan Drs. Trubus, MS, Etika kemajemukan solusi strategis merenda kebersamaan dalam bingkai masyarakat majemuk, (Jakarta: Universitas Trisakti), cek 2 2004 h.36-38.

25

Jhon M. Echols and Hasan Shadily, Kamus Inggris – Indonesia, 1984 (Jakarta: PT Gramedia), hlm. 90.

26Ibid

., hlm. 157.

27

(47)

pernah terpisah antara ilmu dan akhlak, antara politik dan akhlak, dan antara perang dan akhlak. Akhlak adalah daging dan urat nadi kehidupan Islami.28 C. Etika Bisnis

Setelah memahami tentang pengertian etika dan bisnis maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa etika bisnis adalah seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas. Dengan kata lain etika bisnis berarti seperangkat prinsip dan norma dimana pelaku bisnis harus komit padanya dalam bertransaksi, berprilaku, dan berrelasi guna mencapai tujuan-tujuan bisnisnya dengan selamat. Etika bisnis juga dapat berarti pemikiran atau refleksi perbuatan baik, buruk, terpuji, tercela, benar, salah, wajar, tidak wajar, pantas, tidak pantas dari perilaku seseorang dalam berbisnis atau bekerja.29

D. Pedoman Norma-Norma Etika dalam Berusaha Menurut Perspektif Islam

Secara empiris-sosiologis, mempunyai kecenderungan untuk bermasyarakat. Pada titik ini, manusia tidak boleh melupakan nilai-nilai kemasyarakatan sebagai landasan sosiologisnya. Karena manusia

28

Yusuf Qaradhawi, Peran Nilai Moral dalam Perekonomian Islam, 2001 (Jakarta: Robbani Press), hlm. 56.

29

(48)

menurut H.G. Sarwar adalah masyarakat yang terdiri atas individu-individu yang hidup sendiri-sendiri. Disamping itu, manusia adalah ciptaan Allah yang mempunyai

berbagai kebutuhan hidup, mulai dari yang primer, sekunder, sampai kebutuhan lux. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia perlu bekerja. Al-Qur’an sebagai pedoman hidup muslim telah memberikan dorongan yang kuat untuk bekerja dalam rangka mencari karunia Allah. Sehingga, Al-Qur’an mengajarkan, apabila manusia sudah menunaikan kewajiban kepada Allah, manusia diperintahkan bertebaran di muka bumi dengan banyak-banyak mengingat Allah. Karena, semuanya ini akan membawa keberuntungan (Q.s.,

al-jumu’ah/62:10) Dilihat secara historis, bekerja sebenarnya telah menjadi

budaya dasar umat manusia. Semanjak dahulu manusia sudah bekerja. Dalam pentas sejarah nabi-nabi, mereka adalah insan-insan yang aktif bekerja. Disamping memberikan etos kerja, pada dasarnya Islam tidak

(49)

!"

#

$ %&

' () %*+ ( ,-.

/ / 0 *

1

2

3 4 5

6

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda: Adalah Nabi Dawud as. Tiada makan kecuali dari hasil usaha tangannya sendiri.” (HR. Bukhari).30 Oleh sebab itu, dalam kaca mata Islam, semua pekerjaan sama

nilainya di hadapan Allah. Manusia harus menyadari interdependensinya dengan wujud kerja sama, yang dalam bahasa Al-Qur’an disebut “Ta’awun ala al-birri wa al-taqwa” (kerjasama atas dasar kebajikan dan takwa). Berdasarkan landasan ini, Allah akan mencurahkan rahmat-Nya sebagaimana disampaikan Rasulullah:

7

89ﻥ"

#

;

0"

#

&< %= > 5 ?" >

@ .

A

>

B. 0" C<" '

1

2

DEF'

6

Dari Anas ra., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: "siapa yang menyukai mendapatkan kelapangan rezeki dan panjang umurnya, hendaklah ia menyambung hubungan dengan familinya." (HR. Bukhari dan Muslim).31 Islam juga memberikan penghargaan terhadap kerja,

penghargaan tersebut tercermin pada sistem kepemilikan. Dengan demikian, terbuka kesempatan bagi manusia yang mau bekerja mengolahnya. Sumber kekayaan alam yang ada di dunia ini diperuntukkan untuk kepentingan manusia. Karena itu manusia harus mampu mengolahnya secara baik.

30

Imam Nawawi, Terjemah Riyadhus Shalihin, jilid I, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), cet. IV, h.425.

31Op.cit.

(50)

Lain dari itu, jaminan atas hak milik perseorangan yang

mempunyai fungsi sosial, seperti zakat, wakaf, infak dan shadaqah, merupakan dorongan yang kuat untuk bekerja. Dalam kaitan ini, Rasulullah bersabda:

&G

&

!

H

0"

I +.&

JKELF

I $=

*M ;

&

;

#

L $

EK. $

' N ﺥ

H

IPE & 7 L $

H

I Q . 7 EK.

1

2

DEF'

6

Abdullah bin Umar r.a. berkata: Ketika Rasulullah saw berkhutbah di atas mimbar dan menyebut tentang sedekah, ia berkata: ‘Tangan di atas lebih mulia dari tangan di bawah’. Tangan di atas adalah yang memberi dan tangan yang di bawah adalah yang meminta.” (HR. Bukhari, Muslim)32 Nilai amal shaleh itu tetap dihargai oleh Allah, meskipun orang yang beramal telah meninggal dunia. Disamping itu, manusia harus menghargai hasil kerja orang lain Nabi SAW bersabda:

JR 0" % 5 S" ST ;U "

2

S ' ! 5

6

Berikanlah upah kepada pekerjamu sebelum kering keringatnya.” (HR. Ibnu Majjah)33 Inilah yang semakin membangkitkan etos kerja insan muslim. Ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits

sebagai pedoman telah menggariskan norma-norma etika dalam berusaha. Adalah sebagai berikut:

32Ibid.

, h. 419-420.

33

(51)

1. Niat yang baik. Niat adalah kunci dalam berusaha, karena niat sangat menentukan terhadap nilai suatu usaha, sebagaimana Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya seluruh amal (pekerjaan) itu tergantung pada niatnya.” (H.r., Bukhari-Muslim).

2. Tidak melalaikan kewajibannya kepada Allah. Sebagai makhluk Tuhan yang diberi kesempurnaan ciptaan, manusia mempunyai seperangkat kewajiban kepada Allah dalam bentuk ibadah. Ibadah yang dimaksud adalah ibadah mahdhah atau ibadah dalam pengertian khusus. Sehingga, setiap pekerjaan yang dilakukan manusia tidak sampai kepada Allah. Hal ini pararel dengan firman Allah: /2 I n x .y$! z 6

f& <)JK) # ^

{=

/ 0 |"#

= r .

&D<[$! EA"o y p };.y ~"> •"# &

=, - #.y

@=A ‚

=, - # O$!

5V o

O 0<) .G

RXT ƒ

Artinya: “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.34 yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui.” (Q.s., al-Jumu’ah / 62:9)

3. “suka sama suka” antara pihak yang bersangkutan. Etika ini berdasarkan firman Allah:

34

(52)

U: ) i .G

, -.# "

( cf „ %

TW … c"# $%

†:$! O

s -.G

‡f A / ^

[ˆ A.G

=, -x b &

U: )7"!.G =, -de k6

&

NO$! O Bo

=, -$%

v0 * ;

RwXT

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu;35 Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Q.s., al-Nisa / 4:29)

4. Dilandasi akhlak dan mental yang baik. Aktivitas yang Islami harus dilandasi akhlak yang mulia, Rasulullah bersabda:

@ $GKV

P $=

W'

'T X $=

S F

2

5

YM' F

6

Pedagang yang jujur, benar lagi muslim kelak di hari Kiamat

akan bersama-sama para syuhada.” (HR. Tirmidzi).36

5. Tidak mau melakukan kecurangan. Sejalan dengan perintah dan dorongan untuk bersikap jujur dan benar, Islam sangat mencela perbuatan curang dalam praktek usaha. Karena, membawa kerugian dan bahya pada orang lain. Dalam sebuah Hadits, Rasulullah melarang perbuatan dharar. Dalam riwayat Ahmad dan Ibnu Majah disebutkan: “ Tidak ada bahaya dan membahayakan orang lain.”

35

Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, Karena umat merupakan suatu kesatuan.

36

(53)

6. Menerapkan administrasi yang baik dan manajemen yang tepat. Administrasi yang baik dan manajemen yang tepat sangat menentukan keberhasilan usaha, baik perorangan maupun kelompok, apalagi dalam dunia modern. Hal ini ditunjukkan dalam firman Allah:

x .y$!

‰ Šx I.G

]n" I$%

D<[$!

#W u

;:gde

< •7hi .

& RwwTƒ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah37 tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu

menuliskannya.” (Q.s. Al-Baqarah / 2:282 )

7. Objek usaha haruslah yang halal. Obyek usaha haruslah yang halal dari sudut pandang agama. Hal ini berarti tidak boleh melaukan pekerjaan yang dilarang oleh agama. Sebagaimana Allah berfirman:

'( E_A *

, -"><) ?

/ V" 0"#

," *•

A EŽ "•

NW •+ $@=A  #

p Z *$%

/.! x • x0"#

f.y = 0"#

/ F @ ‘0"#

/ .> …Nx#

UWBo

~•ee# 9:$!

‰ Š" o.y

B$% y

D<G 4)’K;x#

O 0`e"! 7e.G

45 .#"“78 $%

& =, - #.y

C”e -M= >"# •–— n ABkBo ^ 37

(54)

=, - x UB.

=, •= ˜"

TO= ˜ ‚

&

M= >"#

( ) 0"o

=, -.# =, -f

('0fk"H =, -"><) ?

™4‰ 0 6

( `S ; , -.# ‚, <)r(• & R^ 0. –A …'S D$n

t/dK g" BH @=ABC

• 6 | V

35"5šO• ›

NO$œ.

•; kBC X5> *–;

RET

Artinya: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah,38 daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya,39 dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah,40 (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini41 orang-orang kafir Telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa42 Karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.s. al-Maidah / 5:3)

C. Pelayanan terhadap Konsumen

1. Pengertian Pelayanan

38

Ialah: darah yang keluar dari tubuh, sebagaimana tersebut dalam surat Al An-aam ayat 145.

39

maksudnya ialah: binatang yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan yang diterkam binatang buas adalah halal kalau sempat disembelih sebelum mati.

40

Al Azlaam artinya: anak panah yang belum pakai bulu. orang Arab Jahiliyah menggunakan anak panah yang belum pakai bulu untuk menentukan apakah mereka akan melakukan suatu perbuatan atau tidak. Caranya ialah: mereka ambil tiga buah anak panah yang belum pakai bulu. setelah ditulis masing-masing yaitu dengan: lakukanlah, Jangan lakukan, sedang yang ketiga tidak ditulis apa-apa, diletakkan dalam sebuah tempat dan disimpan dalam Ka'bah. bila mereka hendak melakukan sesuatu Maka mereka meminta supaya juru kunci ka'bah mengambil sebuah anak panah itu. Terserahlah nanti apakah mereka akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sesuai dengan tulisan anak panah yang diambil itu. kalau yang terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, Maka undian diulang sekali lagi.

41

Yang dimaksud dengan hari ialah: masa, yaitu: masa haji wada', haji terakhir yang dilakukan oleh nabi Muhammad s.a.w.

42

(55)

Pelayanan diberikan sebagai tindakan atau perbuatan seseorang

atau organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan atau nasabah. Tindakan tersebut dapat dilakukan melalui cara langsung melayani pelanggan atau nasabah. Artinya karyawan langsung berhadapan dengan pelanggan atau menempatkan sesuatu di mana pelanggan atau nasabah sudah tahu tempatnya atau pelayanan melalui telepon.43 2. Dasar-dasar Pelayanan

Pada dasarnya pelayanan terhadap konsumen tergantung dari latar

belakang karyawan tersebut, baik suku bangsa, pendidikan, pengalaman, budaya atau adat istiadat. Namun, agar pelayanan menjadi berkualitas dan memiliki keseragaman, setiap karyawan perlu dibekali dengan pengetahun yang mendalam tentang dasar-dasar pelayanan. Berikut ini dasar-dasar pelayanan yang harus dipahami dan

dimengerti seorang customer service, pramuniaga, public relation, satpam atau kasir. 1. Berpakaian rapi dan berpenampilan menarik.

2. Percaya diri, bersikap akrab dan penuh dengan senyum.

3. Menyapa dengan lembut dan berusaha menyebutkan nama jika sudah kenal.

4. Tenang, sopan, hormat, serta tekun mendengarkan setiap pembicaraan.

43

(56)

5. Berbicara dengan bahasa yang baik dan benar.

6. Bergairah dalam melayani nasabah dan tunjukkan kemampuan. 7. Tidak menyela atau memotong pembicaraan.

8. Mampu meyakinkan nasabah serta memberikan kepuasan

9. Jika tidak sanggup menangani permasalahan yang ada, maka mintalah bantuan.

10.Bila belum dapat melayani,beritahukan kapan akan dilayani. Semua dasar-dasar pelayanan ini harus dikuasi dan dilakukan oleh

semua karyawan, terutama sekali bagi mereka yang berhubungan langsung dengan pelanggan.44 3. Ciri-ciri pelayanan yang baik

Dalam praktiknya, pelayanan yang baik memiliki ciri-ciri

tersendiri dan hampir semua perusahaan menggunakan kriteria yang sama untuk membentuk ciri-ciri pelayanan yang baik. Terdapat beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi langsung terhadap mutu pelayanan yang diberikan. Yang mempengaruhi pelayanan yang baik pertama adalah faktor manusia yang memberikan pelayanan tersebut, kedua pelayanan yang baik juga harus diikuti oleh tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung kecepatan, ketepatan, dan keakuratan pekerjaan.

44Ibid.

(57)

Berikut ini beberapa ciri-ciri pelayanan yang baik yang harus

diikuti oleh karyawan yang bertugas melayani pelanggan/nasabah adalah:45 1. Tersedianya karyawan yang baik.

2. Tersedianya sarana dan prasarana yang baik.

3. Bertanggung jawab kepada setiap nasabah sejak awal hingga selesai. 4. Mampu melayani secara cepat dan tepat.

5. Mampu berkomunikasi.

6. Memberikan jaminan kerahasiaan setiap transaksi. 7. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik. 8. Berusaha memahami kebutuhan nasabah.

9. Mampu memberikan kepercayaan kepada nasabah.

D. Hubungan Antara Pedagang

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.

Dalam menjalankan kehidupan, manusia menjalin hubungan baik dengan pencipta-Nya maupun dengan sesamanya. Hubungan manusia dalam berbisnis tidak hanya terhadap konsumen tetapi juga terhadap sesama pengusaha dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:46 1. Tepat dalam memilih rekan kerja

45Ibid.

, h. 33-38.

46

(58)

Nilai-nilai akhlak mulia dan berprestasi, haruslah menjadi kriteria dalam memilih rekan kerja sehingga para pelaku bisnis diharapkan untuk lebih selektif dalam memilih rekan bisnis agar tidak terjadi perselisihan dan kerugian yang akan terjadi bila rekan bisnis tidak kompeten serta amanah. Firman Allah:

nž … >Œ˜#

NW o Nx %

[4 – BC

REŸT

Artinya: "Dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya ahli

bangunan dan penyelam" (Shaad: 37) 2. Tepat dalam memilih pekerjaan

Tidak jauh berbeda dengan pemilihan rekan kerja, memilih pekerjaan juga harus mengutamakan kualitas akhlak dan kompetensi serta keahlian mereka. Sebagaimana Allah berfirman:

] .

•$) 0"#

D$ V"¡

kZ *$% *K$) • Vr

™`Œ"k x #

a0<).

¢* 0 )Bo

] . •N6$! M= >"# x . Cnž`-nž R$T ] .

™u ) 'u

&D<G

Tn4C Ž ‚

Rˆ=;78

D$f $!

C£ k *

X5 $) ? R$$T

Artinya: "Dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaku, agar Aku memilih dia sebagai orang yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja Telah bercakap-cakap dengan Dia, dia berkata: "Sesungguhnya kamu (mulai) hari Ini menjadi seorang yang berkedudukan Tinggi lagi dipercayai pada sisi kami (54) Berkata Yusuf: "Jadikanlah Aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya Aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan (55)".

(59)

Kerjasama dengan para pelaku bisnis lain sangat dibutuhkan dalam rangka bertukar informasi dan pengalaman. Islam menganjurka adanya kerjasama dalam hal kebajikan. Sebagaimana Allah berfirman:

/2 I n x U: ¡) + @T¤ B p U: A=2Œ¥#

M A/ "•

U: Ž'If¦ § U: I¨ <).!"# ‘: nž b d(" •"#

M A/ "•

O  V=c

©B'X. ^ b =,2_3–; x6 'S; & .y$!

‰ Š )<) *

 .…'ª .

& U:

=, -Nx EA" .P

O pf B

{= . O

=, i ;Idª R^

I4|e 0"#

{ A/ "•

O

I V .G

J 6 .G D<G $_@4#"# -Ž "!«V# U: 6 .G D<G 45"5(•

TO 'I "#

&

!NG NO$!

I IB

4t .! "#

RwT

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah47, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram48, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya49, dan binatang-binatang qalaa-id50, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya51 dan apabila kamu Telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum Karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah

47

Syi'ar Allah ialah: segala amalan yang dilakukan dalam rangka ibadat haji dan tempat-tempat mengerjakannya.

48Maksudnya antara lain ialah: bulan Haram (bulan Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram dan

Rajab), tanah Haram (Mekah) dan Ihram., maksudnya ialah: dilarang melakukan peperangan di bulan-bulan itu.

49 ialah: binatang (unta, lembu, kambing, biri-biri) yang dibawa ke ka'bah untuk

mendekatkan diri kepada Allah, disembelih ditanah Haram dan dagingnya dihadiahkan kepada fakir miskin dalam rangka ibadat haji.

50 ialah: binatang had-ya yang diberi kalung, supaya diketahui orang bahwa binatang itu

Telah diperuntukkan untuk dibawa ke Ka'bah.

51 dimaksud dengan karunia ialah: keuntungan yang diberikan Allah dalam perniagaan.

(60)

kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu

kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya."

4. Konsultasi dalam ruang lingkup manajemen dan penentuan keputusan Dalam Islam dikenal istilah syura (musyawarah) seperti yang difirmankan

Allah:

n

% | Vr

=,2_3 A # .

<f& <)JK#

=, • A"

-Ž ;

=,?_ x „ % a0

=, x" “ ;

O ! kx RET

(61)

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG PD PASAR JAYA

A. Latar Belakang Sejarah Berdirinya PD. Pasar Jaya

Perusahaan Daerah Pasar Jaya yang biasa disingkat dengan PD Pasar

Jaya adalah perusahaan milik pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang bergerak dalam bidang pelayanan umum perpasaran, pengurusan serta pengelolaan pasar-pasar di Jakarta. PD. Pasar Jaya didirikan berdasarkan Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor Ib.3/2/15/66 pada tanggal 24 Desember 1966. Kemudian pengesahan oleh Menteri Dalam Negeri lewat keputusan Nomor Ekbang 8/8/13-305 tanggal 23 Desember 1967. M

Gambar

 Tabel 3.2 Data Tempat Usaha dan Luas
 Tabel 4.1 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabel Variabel Dimensi Aqidah
 Tabel 4.2 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabel Variabel Dimensi Aqidah
 Tabel 4.3 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabel Variabel Dimensi Ibadah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment, variabel tingkat ekonomi orang tua diketahui memilki 3 item pernyataan yang tidak

Hasil pengujian menunjukan bahwa seluruh variabel dalam penelitian ini adalah valid dan reliabel dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan lingkungan

PKL memandang bahwa para satpol PP memberikan persepsi yang tidak baik akibat dari proses penertiban yang dilakukannya, bahkan sampai saat ini masih merasakan

Hasil uji validitas angket pada variabel keterampilan metakognitif (X 1 ) menunjukkan bahwa dari 22 item pernyataan yang diberikan terdapat 16 item valid dan

Variabel gaya kepemimpinan terhadap turnover intention yang paling tinggi positif 0.415 yaitu pada variabel gaya kepemimpinan pada dimensi kepemimpinan

memantapkan dan meyakinkan penerimaan informasi.. Item yang tidak valid tersebut dihapus / dikeluarkan dan tidak di ikut sertakan dalam pengujian selanjutnya. Pada satu indikator

Uji Realibilitas Variabel Cronbach’s Alpha N of Item Keterangan Desain Produk X1 0,730 6 Reliabel Brand Image X2 0,684 6 Reliabel Perilaku Konsumen X3 0,725 8 Reliabel

Hasil Uji Validitas Variabel Tingkat Pendidikan Dan Pembangunan Kesehatan Pengujian validitas ini dimaksudkan agar dapat mengetahui atau menentukan apakah instrumen kuesioner