Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh: Faridah Indriani NIM. 104053002046
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh: Faridah Indriani NIM. 104053002046
Dibawah Bimbingan
Drs. Hasanuddin, MA NIP. 1996 06 05 1994 03 1 005
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
Skripsi berjudul STRATEGI MANAJEMEN UJE CENTER DALAM PENGELOLAAN AKTIVITAS DAKWAH USTADZ JEFRI AL BUKHORI telah diajukan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 23 Desember 2009. skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana ILmu Sosial Islam (S. Sos.I) pada program studi Manajemen Dakwah.
Jakarta, 23 Desember 2009
Sidang Munaqasah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Drs. Wahidin Saputra, MA Dr. Ali Wafa, S. Ag, MAg
NIP: 19700903 199603 1 001 NIP: 150 321 584
Penguji
Penguji I, Penguji II,
Drs. H. Tarmi, MM Drs. Cecep Castrawijaya, MA NIP: 1946 08 24 1965 1 01 001 NIP: 1967 08 181 998 031 002
Pembimbing
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi suatu syarat memperoleh gelar strata 1 di UIN syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 23 Desember
i
masalalu Ustadz Jefri Al Bukhori yang sangat bertolak belakang dengan kehidupaannya saat ini. Latar belakang kehidupannya yang kontraversial membuat penulis tertarik untuk mengetahui strategi yang dipakai oleh manajemen Uje Center untuk mempertahankan image dan mengelola aktivitas dakwah Ustadz Jefri sehingga ia dapat menjadi da’i yang kondang seperti sekarang ini.
Untuk memperjelas masalah yang akan saya teliti, dirumuskan masalah sebagai berikut, pertama, bagaimana strategi Uje Center, kedua, bagaimana aktivitas dakwah Ustadz Jefri Al Bukhori, ketiga, bagaimana pengaruh dari keduanya.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, yakni prosedur yang menggunakan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh melalui prosedur-prosedur statistik atau dengan kuantifikasi (pengukuran) dan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Karena pada intinya penelitian ini bertujuan meneliti kualitas dari strategi manajemen Uje Center.
Dalam penelitian ini digunakan beberapa analisis strategi pada manajemen Uje Center, yakni dalam melakukan perumusan manajemen Uje Center dengan mengadakan koordinasi dan selalu brifing sebelum atau setelah mengelola aktivitas dakwah Ustadz Jefri Al Bukhori. Implementasi strategi yang dilakuan oleh manajemen Uje Center bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian sumberdaya manusia yang ditampakkan melalui penetapan struktur kepemimpinan dan budaya organisasi. Evaluasi pimpinan pada manajemen Uje Center strateginya dilakukan secara periodik melalui beberapa macam permusyawaratan dan rapat kerja baik pada tingkat organisasi maupun pada tingkat fungsional.
ii
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufiq dan inayah-Nya. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurah kepada nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabat dan semoga kepada umatnya yang selalu beristiqomah dalam menegakkan kalimah Allah SWT di muka bumi ini.
Skripsi yang berjudul “Strategi Manajemen Uje Center Dalam Pengelolaan Aktivitas Dakwah Ustadz Jefri Al Bukhori” penulis susun sebagai salah satu syarat unuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosil Islam (S.Sos.I) pada jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sebagaimana yang diharapkan, meskipun waktu, tenaga, dan
pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, demi terselesainya skripsi ini. Namun, kiranya hasil penelitian yang tertuang dalam skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kalangan siapapun,
khususnya yang mencintai dunia pendidikan. Selama proses penulisan ini, penulis banyak mendapat bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Bapak Drs. Arief Subhan.,MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
iii Dakwah.
3. Drs.Hasanuddin Ibnu Hibban,MA, selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah meluangkan segala waktu, tenaga, ilmu, serta kesabaran yang diberikan dalam membimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan-masukan yang sangat berguna dalam penulisan skripsi ini.
4. Kedua orang tua tercinta, Ayahku Faruk Yuslam dan Mamahku Endang Hamdah, yang telah mendidik dan mengasuh dengan segala jerih payah
dan kasih sayangnya hingga penulis dapat menempuh jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi dengan baik.
5. Kakakku Farah Yuliani dan Fika Ambarsari terimakasih banyak ya atas
masukan-masukannya dalam pembuatan skripsi ini, dan untuk adik-adikku Fadli, Fanya, dan Firda maaf ya teteh dah bikin kalian kesel terus, makasih
ya atas kesabarannya untuk menghadapi teteh yang suka marah-marah terus. Semoga Allah mengabulkan cita-cita dan harapan kalian.
6. Kekasih ku dan calon suamiku Wisnu Wijaya yang selalu menemani dan
mendukung penulis. Do’a, cinta, pengertian, dan kesabarannya yang begitu besar adalah motivasi yang sangat berharga. Terimakasih ya telah
memberi kesempatan penulis untuk selalu menjadi yang lebih baik.
iv
banyak ya pak atas kesabaran dan motivasinya, sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikannya dengan baik.
9. Keluarga besar pak Udjang Usman, Bunda, mba Santi, ka Lia, ce Eneng, Aisyah, Bagas, Upan, Aldy, mas Sugeng, ka Ridwan. Ketegaran dan keistiqamahan mereka dalam menghadapi ujian hidup adalah pelajaran
berarti. Penulis mengucapkan banyak terimakasih karena sudah sangat sering merepotkan.
10.Sahabat-sahabatku, Mila, Tia, Cela, Uphi, Ratna, Dea, Putri, Rara, Dena, Deva, Achi, Rika, Odah, Alfi, Hanna, Kesy, Anne. Bagaimanapun kalian adalah sahabatku dan kalian selalu mensupport aku, maaf aku selalu
membuat kalian kecewa dengan apa yang sudah aku lakukan. You are my best friends semoga harapan dan cita-cita kalian dapat tercapai.
11.Teman-teman dan keluarga besar Kohati teruskan semangat kalian ya.. 12.Kapada keluarga besar manajemen Uje Center, terimakasih banyak atas
dukungan dan motivasinya dalam proses pembuatan skripsi ini.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan skripsi ini terimakasih banyak atas dukungan dan motivasinya baik dari segi moril
dan materilnya. Thank you for all....^.^
Jakarta, 23 Desember 2009
v
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
D. Metodologi Penelitian ... 5
E. Tinjauan Pustaka ... 8
F. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG STRATEGI, TIM MANAJEMEN, PENGELOLAAN, DAN AKTIVITAS DAKWAH ... 11
A. Strategi ... 11
1. Pengertian Strategi ... 11
2. PerbedaanTaktik Dengan Strategi ... 18
3. Tahap-Tahap Strategi ... 19
4. Bentuk-Bentuk Strategi ... 24
B. Tim Manajemen ... 25
1. Pengertian Tim Manajemen ... 25
vi
2. Langkah-Langkah Pengelolaan ... 35
3. Pengertian Aktivitas Dakwah ... 37
4. Ruang Lingkup Aktivitas Dakwah ... 40
BAB III PROFIL MANAJEMEN UJE CENTER DAN USTADZ JEFRI AL-BUKHORI ... 44
A. Profil Manajemen ... 44
1. Sejarah Berdirinya Uje Canter ... 44
2. Visi dan Misi dan Tujuan Uje Center ... 44
3. Struktur Organisasi Uje Center ... 45
4. Program Kegiatan Uje Center ... 45
B. Profil Ustadz Jefri Al-Bukhori ... 46
1. Profil Ustadz Jefri Al Bukhori ... 46
2. Biografi Ustadz Jefri Al-Bukhori ... 49
BAB IV ANALISIS STRATEGI MANAJEMEN UJE CENTER ... 54
A. Perumusan Strategi... 54
B. Implementasi Strategi... 61
1. Implementasi Struktur ... 62
2. Implementasi Budaya Organisasi ... 65
3. Implementasi Kepemimpinan ... 65
C. Evaluasi Strategi... 67
vii
4. Data Base ... 69
D. Analisis Strategi (Analisis SWOT) ... 71
1. Strengh (Kekuatan) ... 71
2. Weaknes (Kelemahan) ... 72
3. Opportunity (peluang) ... 73
4. Thearts (Ancaman)... 74
BAB V PENUTUP ... 77
A. Kesimpulan ... 77
B. Saran ... 78
1 A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan seseorang tentu tidak terlepas dari dukungan dan bantuan orang-orang yang berada di belakang mereka. Orang-orang yang secara moril maupun materil telah memberikan kontribusi yang memudahkan seseorang
untuk berhasil atau mencapai suatu kesuksesan. Orang-orang inilah yang pada umumnya dikenal sebagai manajer atau tim manajemen.
Pada umumnya, manajer tokoh ataupun orang-orang terkenal tergabung dalam sebuah tim. Meskipun terdapat hanya seorang manajer sebagai inti, namun manajer ini dikelilingi oleh asisten-asisten yang memiliki tugas
masing-masing. Mulai dari menerima atau tidak menerima pekerjaan yang ditawarkan kepada si tokoh, membuat dan mengatur jadwal kegiatan, sampai
dengan make up serta mengingatkan perlengkapan-perlengkapan si tokoh. Bahkan ketika orang terkenal tadi mengalami masalah dan kerugian atas kesalahan berita atau rumor atau isu, maka tugas manajerlah membuat
klarifikasi kepada semua orang bahwa pemberitaan tersebut adalah salah. Mengklarifikasi kepada keluarga atau orang-orang di rumah mungkin
manajer maupun tim manajemen ini harus menjaga dan meningkatkan citra si tokoh.
Tim manajemen mungkin dikenal dekat berada dalam dunia para bintang yang tentu bukan saja dari kalangan selebritis, terutama yang akan di kaji
dalam penelitian ini adalah tim manajemen seorang Dai kondang. Dai yang menjadi terkenal, terutama yang mulai berdakwah melalui media massa, akan lebih disibukkan dengan berbagai kegiatan dakwah.
Jadwal kegiatan dakwah yang menanjak ini akan menjadi sulit diatur sendiri karena bukan sekedar menaruh jadwal kegiatan di hari-hari kosong,
tetapi juga bagaimana mengatur agar kegiatan tersebut tidak berada dalam waktu yang sama, serta memilah-milah mana kegiatan yang sebaiknya lebih dahulu dikerjakan dari yang lainnya. Sebab inilah, seorang yang super sibuk
membutuhkan manajer dan tim manajemennya.
Dalam rangka intensifikasi penyelenggaraan dakwah peran manajemen tidak diragukan lagi. Dalam abad modern ini, ilmu manajemen yang semula tumbuh dan berkembang dikalangan dunia industri itu, sangat diperlukan oleh setiap usaha dalam lapangan apapun. Tidak terkecuali lapangan dakwah sehingga akan lebih jelas apa yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan dakwah.
Tim manajemen merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
kesuksesan seseorang. Bagi seseorang yang sedang beranjak terkenal, dengan jumlah tawaran pekerjaan yang sedang meningkat, sangat susah mengendalikan dan mengatur semua waktu sendirian, bersamaan dengan
Oleh karena itu, sering sekali kita melihat para artis, da’i kondang, penyanyi dan orang-orang terkenal lainnya memiliki tim manajemen yang
komplit. Tim manajemen dengan seorang manajer ini tentu sehari-harinya menciptakan dan menyusun strategi-strategi jitu yang akan sangat membantu
dalam tetap terjaganya dan semakin meningkatnya kesuksesan si da’i.
Melihat permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang ”Strategi Manajemen Uje Center Dalam Pengelolaan
Aktivitas Dakwah Ustadz Jefri Al Bukhori”. Terutama tentang kontroversial masalalunya dengan ketenarannya sebagai da’I kondang. Maka penulis ingin
mengetahui dan menganalisis manajemen Uje Center dalam mengelola aktivitas dakwah Ustadz Jefri Al Bukhori.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Banyak masalah yang dapat dibahas tentang Ustadz Jefri Al Bukhori
seperti bagaimana strategi yang dilakukan oleh manajemen Uje Center, bagaimana aktivitas dakwah Ustadz Jefri Al Bukhori, dan bagaimana pengaruh dari keduanya?
Agar penelitian ini berjalan dengan sistematis, maka permasalahan dalam skripsi ini dibatasi dalam hal mengenai strategi Uje Center terhadap
aktivitas dakwah Ustadz Jafri Al Bukhori, dan karena itu dibuat suatu rumusan permasalahan yang akan diangkat dari objek penelitian.
”Bagaimana perumusan strategi , implementasi strategi, dan evaluasi
strategi yang dilakukan manajemen Uje Canter dalam pengelolaan aktifitas
dakwah Ustadz Jefri Al Bukhori?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mencari dan mengumpulkan informasi yang
memberikan jawaban atas permasalahan yang dirumuskan di atas, yaitu untuk mengetahui perumusan strategi, implementasi strategi, dan
evaluasi strategi yang dilakukan oleh manajemen Uje Center dalam pengelolaan aktifitas dakwah Ustadz Jefri Al Bukhori.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengolah informasi
seputar judul penelitian yang telah dikumpulkan untuk dijadikan data-data dalam penulisan laporan penelitian, sehingga laporan penelitian ini
nantinya menjadi suatu laporan yang dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah.
2. Manfaat Penelitian
Secara praktis, kegunaan dan manfaat penelitian ini adalah
Dari berbagai kelemahan yang ditampilkan, dapatlah diambil kesimpulan, bahwa kelemahan itu lebih banyak terletak pada aspek organisasi
dan manajemen. Apabila hendak dilakukan usaha-usaha peningkatan dan penyempurnaan dakwah maka sebaiknya aspek organisasi dan manajemen
inilah yang harus lebih banyak mendapatkan pengamatan dan perhatian. Secara teoritis pertama, manfaat akademis dari penelitian ini diupayakan untuk memberikan hasil penelitian berupa karya ilmiah yang penulis harapkan
mampu menambah referensi pustaka untuk mata kuliah yang menyangkut ilmu manajemen.
Kedua, penulis berharap hasil penelitian ini bisa menjadi sumber data penelitian-penelitian baru nantinya dan menjadi acuan kontribusi ilmiah bagi kegiatan-kegiatan akademis lainnya.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode
Penelitian dengan judul Strategi Manajemen Uje Center Dalam Pengelolaan Aktifitas DakwahUstadz Jefri Al Bukhori. Metode ini menggunakan metode penelitian dengan pendekatan kualitatif, yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.1 Sengaja penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, karena pada intinya penelitian ini bertujuan meneliti kualitas dari strategi
1
manajemen Uje Canter dalam pengelolaan aktifitas dakwah yang dilakukan oleh tim manajemen Ustadz Jefri Al Bukhori.
Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, diharapkan dapat memberikan hasil penelitian yang deskriptif mengenai fokus permasalahan yang dikaji berdasarkan data dan perilaku-perilaku yang
diamati.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Lokasi penelitian ini bertempat di daerah sekitar Jl. Radio Dalam Raya No. 9D, Jakarta Selatan.
b. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2009 sampai
tanggal 15 Desember 2009.
3. Objek dan Subjek
a. Objek penelitian ini adalah Manajemen Uje Center.
b. Subjek penelitian ini adalah strategi manajemen Uje Center dalam pengelolaan aktifitas dakwah Ustadz Jefri Al Bukhori yang dilakukan
oleh manajemen Uje Center.
4. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah data tertulis maupun lisan yang menyangkut inti permasalahan penelitian ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Data-data awal dikumpulkan dari sumber referensi tertulis baik berupa buku, artikel maupun tulisan-tulisan ilmiah lainnya yang memiliki
nantinya juga tentu akan didapatkan dari observasi di lapangan berdasarkan hasil-hasil pengamatan dan wawancara.
Data-data tersebut pada akhirnya akan digabungkan hingga menjadi suatu tulisan yang tersusun dan siap untuk dikaji lebih mendalam.
Sesuai dengan metodologi penelitian yang digunakan, yakni metode penelitian kualitatif, maka data akan dikumpulkan melalui:
a. Sumber referensi : data-data ilmiah tertulis.
b. Wawancara : yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan komunikasi langsung dari sumber data, pengumpulan data dengan
mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada responden dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape
recorder).2 Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah: Anggota/staff manajemen Uje Center dan manager
operasional.
c. Observasi : pengamatan dengan menggunakan indra penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.3
d. Dokumentasi: yaitu guna melengkapi data-data yang diperlukan,
juga untuk mengetahui segala sesuatu yang ada kaitannya dengan permasalahan yang sedang diteliti.
2
Irawan Soehartono, Metodologi Penenlitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian BIdang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakaraya, 2004), h. 68.
3
4. Teknik Analisis Data
Analisis SWOT terdiri dari strength (kekuatan), weaknes (kelemahan), opportunity (peluang), dan threars (ancaman). merupakan salah satu instrument analisis lingkungan internal maupun eksternal perusahaan atau organisasi yang telah dikenal luas.
Berikut ini akan dijelaskan tentang analisis SWOT: 4
1) Strengh (kekuatan), adalah kekuatan yang dapat diandalkan oleh organisasi. Dengan adanya kekuatan ini organisai akan dapat mengetahui bagaimana cara yang tepat dalam menyusun rencana global.
2) Weaknes (kelemahan), adalah keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki sebuah organisasi. Dengan mengetahui kelemahan, organisasi
diharapkan dapat mengantisipasi agar kelemahan itu tidak menjadi penghalang dalam mencapai rencana global.
3) Opportunity (peluang), adalah situasi yang menguntungkan organisasi. Dengan mengetahui peluang organisasi diharapkan dapat memanfaatkannya menjadi potensi yang dapat mengatarkan pada
tujuan-tujuan organisasi.
4) Thearts (ancaman), adalah suatu keadaan yang tidak menguntungkan organisasi. Ancaman ini perlu diketahui oleh organisasi secara baik.
4
Dengan mengetahui ancaman, organisasi diharapkan dapat mengambil langkah-langkah awal agar ancaman tersebut tidak menjadi kenyataan.
Hasil dari analisis SWOT dapat menunjukkan kualitas dan kuantifikasi posisi organisasi dengan sejumlah kemampuan inti bila
resultansi kekuatan dan kelemahan positif uang kemudian memberikan rekomendasi strategis terhadap strategi perusahaan serta rekomendasi fungsional kebutuhan atau modifikasi sumber daya organisasi.5
Data-data yang telah terkumpul, baik dari sumber tertulis, lisan maupun pengamatan terhadap perilaku, akan dikaji untuk menemukan
hipotesis yang akan menjadi teori yang substantif. Teori ini akan digunakan untuk menguji atau memverifikasi teori-teori yang terkait dengan judul penelitian ini, yang telah ada sebelumnya.
Penelitian ini juga menggunakan teknik decoding untuk menganalisis data. Teknik di mana data-data yang telah dikumpulkan dan
disusun akan dideskripsikan kembali dan ditarik kesimpulannya.
E. Tinjauan Pustaka
Adapun setelah penulis mengadakan suatu kajian kepustakaan penulis
akhirnya menemukan beberapa skripsi yang hampir sama dengan yang akan penulis teliti. Judul-judul tersebut antara lain adalah:
Pertama, karya milik Aryah Marzanah, ”Analisis Terhadap Manajemen Strategi Organisasi ’Aisiyah Pusat Periode 2000-2005”, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah 1427 H/2006 M, memaparkan
5
beberapa tahapan analisis manajemen strategi pada Yayasan ’Aisiyah Pusat.
Dengan melalui perumusan strategi organisasi, implementasi organisasi, dan
evaluasi organisasi Yayasan ’Aisiyah Pusat.
Kedua, karya milik Umi Kulsum, Strategi Penggalangan dan
Pengelolaan Dana Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Parung Bogor, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah Tahun 1428 H/2007 M, memaparkan tentang penilaian secara kritis tentang bagaimana
strategi penggalangan dan pengelolaan dana yang dilkukan Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Parung Bogor.
Ketiga, adalah karya milik Muflih Shoepul Ridwan, Strategi Fatwa Haram Perkawinan Beda Agama MUI Kota Bogor. Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah Tahun 1428 H/2007 M,
memaparkan beberapa tahapan strategi sosialisasi fatwa haram perkawinan berbeda agama yang dilakukan MUI kota Bogor. Dengan melalui perumusan
strategi, implementasi strategi, dan sosialisasi strategi terhadap sosialisasi fatwa haram perkawinan beda agama.
Berbeda dengan skripsi-skripsi di atas, judul yang penulis bahas adalah
“Strategi Manajemen Uje Center Dalam Pengelolaan Aktivitas Dakwah
Ustadz Jefri Al Bukhori”. Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun dalam lima bab yang masing-masing bab terdiri dari
sub bab. Lima bab tersebut disusun secara berurutan guna menjelaskan isi skripsi dengan lebih jelas, sistematis dan mendetail. Berikut gambaran
mengenai penyusunan bab dalam skripsi ini:
Bab I Pendahuluan, bab ini membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah yang akan diteliti, tujuan dan
manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan.
Bab II Landasan teoritis berisi tentang strategi, tim manajemen, pengeloaan dan aktivitas dakwah.
Bab III Profil manajemen Uje Center dan Ustadz Jefri Al Bukhori, pada bab
ini diberikan gambaran mengenai profil manajemen Uje Center dan profil ustadz Jefri al-Bukhori, termasuk gambaran umum beragam
aktivitas dan perkembangannya.
Bab IV Analisis strategi manajemen Uje Center, berisi tentang pembahasan prumusan strategi Uje Center, implementasi strategi Uje Center, dan
Evaluasi Uje Center.
12
PENGELOLAAN, DAN AKTIVITAS DAKWAH
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian dari strategi adalah:1
a. Ilmu dan seni menggunakan semua sumberdaya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan.
b. Ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam perang, dalam kondisi yang menguntungkan.
c. Tempat yang baik menurut siasat perang.
d. Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Secara etimologi strategi berasal dari bahasa Yunani Strategos yang berarti Jendral. Strategi pada mulanya berasal dari peristiwa peperangan, yaitu sebagai suatu siasat untuk mengalahkan musuh. Namun pada akirnya
strategi berkembang untuk semua kegiatan organisasi termasuk keperluan ekonomi, sosial, budaya, dan agama.2
Untuk memperkaya pemahaman tentang apa sebenarnya “strategi”
itu, berikut akan dipaparkan beberapa definisi strategi. Ada dua pendekatan untuk mendefinisikan strategi, yang dikenal sebagai
1
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 2002), hlm. 1092
2Rafi’udin dan Maman Abd. Djaliel,
pendekatan tradisional dan pendekatan baru yang bersumber dari (Hill dan Jones, 1998). Dalam pendekatan tradisional, dipahami sebagai suatu
rencana kedepan, bersifat antisipatif (forward looking). Sedangkan dalam pendekatan yang baru, strategi lebih dipahami sebagai suatu pola dan bersifat reflektif (backward-looking). 3
Organisasi di definisikan sebagai “ a consciously coordinated social entity, with a relatively identiviable boundary, that functions on a relatively continous basis to achieve a common goal or set of goals” (Robbins, 1990). Kehidupan manusia modern tak bisa dilepaskan dari sentuhan dan peranan organisasi.4
Hofer dan Schendel (1986) mengemukakan empat komponen dalam suatu strategi, yaitu scope (domain atau cakupan), resources deploypment (pengerahan sumber daya), competitive advantage (daya saing), dan synergy (efek kekuatan bersama).5 Sedangkan Mintzberg (1994) menginventaris lima definisi tentang strategi, yaitu:
a. Plan (perencanaan)
Hendrawan Sipratikno, Anton Wachidin Widjaja, Sugiarto, Darmadi Durianto,
Advanced Strategic Management ‘ Back To Basic Approach’, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, Anggota IKAPI, 2003), hlm. 1-4
4
Kusnadi, Pengantar Manajemen Strategi, (Malang: Universitas Brawijaya, 2001), edisi ketiga, h. 210.
5
Hendrawan Sipratikno, Anton Wachidin Widjaja, Sugiarto, Darmadi Durianto,
b. Pattern (pola)
Consistency in behavior over time (perilaku yang konsisten antar waktu).
c. Position (posisi)
The determination of particulars products in particular markets (penentuan Posisi dalam konteks persaingan .
d. Perspektive (perspektif )
An organization’s way of doing things (bagaimana suatu organisasi
menjalankan kegiatannya).
e. Play (permainan)
A specific maneuver intended to outwitan opponent or competitor
(kumpulan maneuver untuk “menjinakkan” pihak lawan atau suatu
cara yang dilakukan untuk mengecoh pesaing.6
Meski demikian, mazhab yang dominan adalah mazhab yang melihat strategi sebagai suatu rencana. Strategi dipandang sebagai suatu yang dibuat untuk mengamankan masa depan. Pertama-tama, strategi di nilai
yang berurusan dengan masa depan. Kata-kata “strategi” berkonotasi antisipasi, prediksi, dan hal-hal yang mengesankan sifat cerdas dalam
menghadapi masa depan yang penuh dengan ketidakpastian.
6
Dalam kamus istilah manajemen, strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus dan saling
berhubungan dalam hal waktu dan ukuran.7
Berikut ini berbagai definisi dari para ahli, yaitu:
a. Menurut Sondang Siagan, strategi adalah: cara terbaik untuk mempergunakan dana, daya dan tenaga yang tersedia sesuai dengan tuntutan perubahan lingkungan.8
b. Menurut Onong Uchjana, strategi pada hakikatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan.9
c. Menurut R. Andrews, “The concept of corporate strategy” (1980), “ strategi perusahaan adalah pola keputusan dalam perusahaan yang menentukan dan mengungkapkan sasaran, maksud atau tujuan yang
menghasilkan kebijaksanaan utama dan merencanakan untuk pencapaian tujuan-tujuan ini, serta memperinci jangkauan bisnis yang
akan di kejar oleh perusahaan merupakan jenis organisasi ekonomi dan kemanusiaan yang diinginkan atau diharapkan, dan sifat dari pengukuran ekonomis dan non ekonomis yang akan diberikan kepada
pemegang saham, karyawan, pelanggan dan masyarakat”.10
7
Panitia Istilah Manajemen Lembaga PPM, Kamus Istilah Manajemen, (Jakarta: Balai Aksara, 1983) cat. Ke-2, hlm. 245.
8
Sondang siagan, Analysis serta perumusan dan kebijaksaan dan strategi organisasi,
(Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986), Cet. Ke-2, hlm.17
9
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 32
10
d. Menurut David Aeker, sebagaimana dikutip oleh Kusnadi terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam merumuskan atau
memilih suatu strategi, yaitu:
1) Strategi harus tanggap terhadap lingkungan eksternal
2) Strategi melibatkan keunggulan kompetitif
3) Strategi harus sejalan dengan stategi yang lainnya yang terdapat di dalam organisasi
4) Strategi menyadiakan keluwesan yang tepat terhadap bisnis dan organisasi
5) Strategi harus sesuai dengan misi organisasi dan tujuan jangka panjang organisasi
6) Strategi secara organisasional di pandang layak (wajar).11
Dari beberapa penertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan
tentang strategi antara lain:
a. Strategi merupakan suatu kesatuan rencana yang terpadu yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi, sehingga dapat disusun
kekuatan strategi organisasi.
b. Dalam menyusun strategi organisasi perlu dihubungkan dengan
lingkungan organisasi, sehingga dapat disusun kekuatan strategi organisasi.
11
c. Dalam pencapaian tujuan organisasi perlu alternatif yang harus dipertimbangkan dan harus dipilih.
d. Strategi yang dipilih akan diimplementasikan oleh organisasi dan akhirnya memerlukan evaluasi terhadap strategi tersebut.
Suatu strategi dipilih dan ditetapkan dari sekian banyak pilihan yang telah diteliti dan dipertimbangkan dengan matang serta dilaksanakan
dalam kurun waktu tertentu. Untuk mengetahui apakah implementasi strategi terlaksana sebagaimana mestinya atau tidak, maka manajemen
perlu melakukan tindakan penilaian yang biasa disebut dengan evaluasi. Manajemen strategi timbul dari Analisis SWOT yang artinya strange (kekuatan), weaknes (kelemahan), opportunity (tantangan), theart (ancaman). Pelaksana yang menganalisis adalah tim riset. Menganalisis perencanaan dilakukan ketika rumusan perencanaan suatu organisasi akan
melakukan suatu kegiatan.
Analisis lingkungan internal adalah suatu proses kegiatan perusahaan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan (kekuatan dan kelemahan).
Pentingnya analisis internal perusahaan sebagai instrument menciptakan profil adalah untuk menentukan strategi yang akan digunakan suatu
perusahaan sesuai dengan SWOT. Dan untuk melihat, mengkaji suatu perusahaan atau organisasi di analisis dengan POAC. sedangkan untuk menentukan strategi dalam kegiatan yang menjadi andalan digunakan
Evaluasi strategi adalah “proses di mana manajer membandingkan
antara hasil-hasil yang diperoleh dengan tingkat pencapaian tujuan”.12
Penilaian ini dilakukan sesuai dengan prosedur dan standar atau target organisasi yang dikembangkan, yakni mengacu pada tolak ukur strategi
dan operasional. Secara umum proses evaluasi dan pengendalian strategi terdiri dari dua langkah, yaitu:
a) Pengukuran kinerja (measure the performance), yaitu perbandingan antara standar dengan pelaksanaan.
b) Perbandingan dengan standar (compare the performance match the standard), yaitu langkah untuk membandingkan hasil-hasil yang telah diukur dengan target yang telah ditetapkan.13
Penilaian terhadap strategi dan kegiatan organisasi biasanya
dilakukan secara berkala dan berjenjang. Program kerja bulanan dievaluasikan bersamaan dengan selesainya program bulanan. Kemudian,
program tersebut dinilai secara keseluruhan pada akhir bulan. Forum penilaian ini dapat berupa rapat kerja bulanan, yang biasanya terjadi pada tingkat fungsional.
Berdasarkan karakteristik di atas dapat disimpulkan bahwa strategi adalah proses perencanaan yang bersifat menyeluruh dan terintegrasi,
berisikan sasaran dan program jangka panjang yang dirumuskan berdasarkan keunggulan dan kelemahan perusahaan guna menghadapi peluang dan ancaman dari luar.
12
Amirullah Budi Cantika, Manajemen Stratejik, hlm. 165.
13
Persyaratan-persyaratan bagi strategi yang efektif
Untuk mengembangkan strategi-strategi pokok, kita perlu memenuhi
sejumlah persyaratan kunci: (1) penilaian tentang lingkungan kini dan masa depan, (2) penilaian diri sendiri (perseroan), (3) struktur organisasi
yang menjamin perencanaan, (4) konsistensi antar strategi, dan (5) pengembangan strategi-strategi contingency.
2. Perbedaan Taktik Dengan Strategi
Perbedaan yang paling mudah antara keduanya adalah saat kita memutuskan apa yang seharusnya kita kerjakan, kita memutuskan sebuah
strategi. Sedangkan jika kita memutuskan sesuatu, itulah yang disebut taktik. Dengan kata lain, menurut Drucker yang dikutip oleh Agustinus Sri Wahyudi, strategi adalah mengerjakan sesuatu yang benar (doing the right
things) dan taktik adalah mengerjakan sesuatu dengan benar.14
Menurut Karl Von Clausewitz yang dikutip oleh Agustinus Sri
Wahyudi, strategi merupakan suatu seni menggunakan pertempuran untuk memenangkan suatu perang, sedangkan taktik adalah seni menggunakan tentara dalam sebuah pertempuran.15 Dalam organisasi, taktik merupakan
sekumpulan program-program kerja yang dibentuk untuk melengkapi strategi organisasi. Kesimpulannya adalah bahwa taktik merupakan
penjabaran operasional jangka pendek dari strategi agar srategi tersebut dapat diterapkan.
14
Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategi Pengantar Proses Berpikir Strategi,
(Jakarta: Binarupa Aksara, 1996), cet-1, hlm. 16.
15
Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategi Pengantar Proses Berpikir Strategi,
3. Tahapan-Tahapan strategi
Seperti yang dikatakan oleh Joel Ross dan Michael yang dikutip oleh
Fred .R. David bahwa sebuah organisasi tanpa adanya strategi umpama kapal tanpa kemudi, bergerak berputar dalam lingkaran. Organisai yang
demikian seperti pengembara tanpa tujuan tertentu.16 Proses strategi terdiri dari tiga tahapan yaitu: a. Perumusan strategi
Dalam perumusan strategi termasuk didalamnya ialah 1) pengembangan tujuan, 2) mengenai peluang dan ancaman eksternal, 3) menetapkan suatu objektifitas, 4) menghasilkan strategi alternative, 5) memilih strategi untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputsan dalam suatu proses kegiatan.
Menurut David Aeker , sebagaimana dikutip oleh Kusnadi terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam merumuskan atau memilih strategi, yaitu:
1) Strategi harus tanggap terhadap lingkungan ekstern, 2) Strategi melibatkan keunggulan kompetitif,
3) Strategi haru sejalan dengan strategi yang lainnya yang terdapat di dalam organisasi,
4) Strategi menyediakan keluwesan yang tepat terhadap bisnis dan organisasi,
16
5) Strategi harus sesuai dengan misi organisasi dan tujuan jangka panjang,
6) Strategi secara keorganisasian di pandang layak dan wajar. Oleh karena itu penulis menyimpulkan bahwa perumusan strategi memiliki peran besar dalam suatu lembaga/organisasi dengan memiliki tujuan, maka lembaga/organisasi dapat merefleksikan target yang akan dicapai. Startegi yang di rumuskan hendaknya harus melihat ke arah depan terhadap suatu lembaga/organisasi agar lembaga/organisasi tersebut dapat mencapai tujuannya.
b. Implementasi Strategi
Setelah strategi ditentukan, maka strategi harus dipandukan dalam kegiatan organisasi sehari-hari. Strategi yang paling canggih dan kreatif sekalipun tidak dapat menguntungkan organisasi kecuali bila dilaksanakan.
Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian SDM yang ditampakkan melalui penetapan struktur organisasi mekanisme kepemimpinan yang dijalankan berikut budaya perusahaan dan organisasi.17
1) Penetapan struktur organisasi
Alferd Chander mengutarakan suatu prinsip, yaitu:
“struktur fllows strategy” yang berarti struktur organisasi harus di bentuk untuk mendukung agar penerapan strategi yang telah di buat dapat lebih efektif. Jika strategi suatu saat dapat di ubah, maka
17
M. ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategi perspektif
perusahaan wajib untuk mengubah atau menyesuaikan struktur organisasinya.18
Struktur organisasi menunjukkan kerangka organisasi dan susunan perwujudan pola terhadap pola tetap hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian, atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Struktur ini mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pengambilan keputusan serta ukuran satuan kerja.19
2) Mekanisme kepemimpinan
Dalam konteks manajemen strategi, kepemimpinan strategi adalah kemampuan dalam mengantisipasi setiap permasalahan yang terjadi, memiliki visi, mampu mempertahankan fleksibilitas organisasi dan dapat memberikan atau mendelegasikan kuasa kepada orang lain untuk menceritakan perubahan strategis yang perlu.20
3) Budaya organisasi
Setiap organisasi memiliki budaya yang terbentuk, keberadaan sebuah budaya dalam organisasi sangat memberikan peran yang penting bagi kelangsungan hidup organisasi dan dalam pelaksanaan strategi organisasi. Budaya dapat menjadi pengikat
18
Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategi Pengantar Proses Berfikir Strategik,
(Jakarta: Binapura Aksara, 1996), Cet. Ke-1, hlm 113
19
Imail Yusanto dan M.Karebet Widjajakusuma, Manajemen StrategiPerspektif Syariah.,hlm 108
20
sekaligus motivator rasa kebersamaan para anggota organisasi melalui pemahaman yang sama tentang tata cara dan batasan perilaku dalam organisasi.21
Dari uraian di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa implementasi dibutuhkan untuk mempraktekkan strategi. Langkah implementasi strategi sebagian tergantung pada tujuan dari strategi lembaga/organisasi. Selain itu implementasi juga tergantung pada struktur organisasi. Keberhasilan implementasi dapat di hambat oleh kendala-kendala intern lembaga seperti struktur lembaga/organisasi yang kaku ataupun budaya organisasi yang tidak sesuai. Hal ini dikarenakan budaya organisasi mempengaruhi interaksi internal. c. Evaluasi Strategi
Tahap akhir dalam strategi ialah evaluasi strategi. Tiga macam akivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi adalah:22
1. Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi.
2. Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan).
3. Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi
sesuai dengan rencana.
Secara umum evaluasi strategi terdiri dari tiga langkah, yaitu:
21
Amirillah dan Sri Budi Cantika, Manajemen Strategik, hlm 172
22
Pengukuran kinerja ( measure the performance), yaitu perbandingan antara standar dengan pelaksanaan.
Perbandingan prestasi dengan standar (compare the performance match the standard), yaitu langkah untuk membandingkan hasil-hasil yang telah di ukur dengan target
atau standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
Mengambil tindakan korekif (the corective action), yaitu manajerial yang di ambil para manajer ketika prestasi rendah di bawah standar atau target yang telah ditetapkan.
Dari uraian di atas maka dapat di tarik kesimpulan bahwa evaluasi
strategi dibutuhkan untuk mengukur hasil kerja terhadap strategi yang telah dirumuskan. Dengan mengukur hasil kerja yang telah di
4. Bentuk-Bentuk Srategi
Bagan Kombinasi Unsur kesenjangan dan Unsur spontanitas dalam Srtategi23
Strategi yang sesungguhnya dilakukan oleh organisasi merupakan gabungan dari dua jenis strategi, yaitu strategi yang dibuat secara
terencana (delibrate) dan strategi yang muncul secara spontan. Strategi yang dibuat secara terencana mengandalkan aspek “pengendalian” (control), sedangkan strategi yang muncul secara spontan menyandarkan
diri pada aspek “belajar” (learning). Aspek “kontrol” penting dalam strategi yang terencana dengan baik, karena suatu rencana yang matang
selalu mengandalkan banyak hal. Perubahan dari hal yang telah diperhitungkan dikuatirkan akan membuat rencana menjadi meleset. Oleh
23
Hendrawan Sipratikno, Anton Wachidin Widjaja, Sugiarto, Darmadi Durianto,
Advanced Strategic Management ‘ Back To Basic Approach’, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, Anggota IKAPI, 2003), hlm. 7
sebab itu diperlukan kontrol terhadap hal-hal yang dapat berubah presisi (ketepatan) menjadi kata kunci.
Aspek “belajar” penting bagi strategi yang bersifat spontan. Dalam
strategi ini, intuisi dan insting dipandang penting. Perubahan lingkungan
yang cepat, yang membuat perhitungan terus menerus berubah, hanya bisa dihadapi dengan keluwesan (kelenturan) rencana. Hal-hal yang sifatnya spontan harus dimungkinkan untuk muncul.
Dengan pertimbangan-prtimbangan tertentu, organisasi sering secara sengaja tidak membuat strategi yang ekspisit, atau lebih mengandalkan
pada strategi yang bersifat spontan. Strategi yang terlalu eksplisit dianggap mengurangi fleksibilitas dan juga mahal, karena proses perumusan strategi merupakan resource consuming ceremony.
B. Tim Manajemen
1. Pengertian Tim Manajemen
Sejarah kerjasama tim dalam kehidupan manusia hampir setua umur manusia itu sendiri. Kerjasama tim menjadi vital ketika dunia kemiliteran
dan bisnis berkembang dengan cepat. Sejalan dengan perkembangan pasar dan teknologi, industri tidak lagi bisa berjalan secara mekanistis. Ia harus
bisa bertindak secara fleksibel, dan kebutuhan terhadap kelompok kerja makin terasa. Para peneliti menemukan bahwa pengaruh kelompok kerja terhadap produktifitas sama besarnya dengan pengaruh seorang manajer.
untuk saling berbagi pengetahuan tentang material, proses, dan metode kerja untuk meningkatkan daya saing organisasi. Ini terjadi karena saluran
pertukaran ide dan keahlian di antara karyawan mampet.
Inovasi model bisnis berkembang selama masarekonstruksi pasca
Perang Dunia II. Jepang memimpin dengan menerapkan etika tim sebagai prinsip-prinsip produksi massal. Karyawan mereka sangat termotivasi, komit terhadap teknologi, dan sangat produktif. Kemudian,
perusahaan-perusahaan Amerika dan Eropa mengkopi cara Jepang mengelola pekerjaan itu, sembari menghapus hambatan birokrasi yang sering
menghambat inovasi dalam kultur orang-orang Jepang. Upaya mencontoh itu ternyata bukanlah resep yang mudah. Hingga saat ini pun upaya mengadopsi pendekatan tim itu masih menjadi tantangan terbesar pada
banyak perusahaan. Direktur HR dari 100 perusahaan paling top di Amerika (Fortune 100) melaporkan bahwa perhatian utamanya tertuju
pada upaya membangun struktur berbasis tim agar perusahaan mereka bisa bergerak fleksibel, produktif, tangguh, dan efektif.
Menurut Profesor Michael West, pengarang buku The Secrets of
Successful Team Management, upaya membangun tim bukan hanya soal laba dan inovasi, tetapi ia juga penting bagi kesehatan. Saat bekerja dalam
sebuah tim, kita memiliki hubungan pertemanan yang bagus, dan kita merasa dimengerti dan dihargai. " maka harus mempunyai rasa memiliki yang kini semakin hilang di perusahaan-perusahaan besar”, ujar professor
retorika sang CEO (yang selalu mengatakan, "...SDM adalah asset utama terpenting") dengan kenyataan yang dihadapi sebagai karyawan. Sebagai
akibatnya, karyawan sering merasa tidak dihargai oleh perusahaan dan merasakan minimnya kontrol terhadap kerjanya. 24
Alienasi semacam itu tercampur saat perusahaan harus merampingkan diri untuk merespons tekanan ekonomi, karena adanya beban pekerjaan berlebihan dan seringnya terjadi pengulangan pekerjaan
yang dirasakan karyawan.
Manfaat dari kerjasama tim, menurut penulis, sangat banyak.
Biasanya organisasi berbasis tim memiliki struktur yang ramping. Berkerjasama dalam sebuah tim berarti memberi tanggung jawab dan otoritas kepada tim untuk membuat keputusan tentang bagaimana bekerja
paling efisien, dan ini menyebabkan jumlah manajer dan level manajer lebih sedikit. Oleh sebab itu, organisasi akan bisa merespons dengan cepat
dan efektif lingkungan yang cepat berubah.
Tim bisa melakukan pengembangan dan peluncuran produk dengan cepat. Tim memungkinkan organisasi untuk terus belajar (dan mengambil
manfaat dari proses itu) secara lebih efektif. Tim yang melibatkan banyak fungsi akan membantu meningkatkan manajemen mutu. Ia juga
mendorong berkembangnya kreatifitas dan inovasi. Kerjasama tim juga menghasilkan manfaat finansial, termasuk karena kenaikan produktifitas.
24
Begitu pula, perubahan dalam sebuah organisasi lebih efektif bila melibatkan kerjasama tim. Masih banyak manfaat lain dari kerjasama tim.
Selain memberikan analisis teoritis dan praktis tentang manajemen tim, yang menarik dalam buku ini, penulis memberikan kiat atau tips yang
amat berguna untuk menghasilkan kerjasama tim terbaik. Penulis menyebut kiat atau tips itu dengan istilah Work Solution, yang berjumlah 23 buah. Penerapan Work Solution ini secara baik diyakini akan
melahirkan kerjasama tim yang kuat di perusahaan Anda. Work Solution 1 mengulas kenapa Anda harus membentuk kerjasama tim, karena tidak
semua hal mengharuskan Anda melakukannya. Work Solution 2 berisi cara untuk menelaah kompetensi dari tim. Work Solution 3 menyarankan pembuatan jurnal manajemen waktu. Work Solution 4 mengupas tema
"...meditasi pikiran" untuk meresapi tugas tim.
Work Solution 5 berisi cara merespons umpan balik formal. Work
Solution 6 tentang cara mengatasi anggota tim yang sulit. Work Solution 7, jurus mempersiapkan presentasi dari seorang juru bicara bagi tim. Work Solution 8, tentang seni dari persuasi. Work Solution 9 berbicara tentang
penyusunan aturan main. Work Solution 10 berisi klarifikasi peran. Work Solution 11 tentang bagaimana memproses informasi yang berguna. Work
Solution 12 mengupas kiat membangun hubungan dua arah. Work Solution 13 tentang cara menyusun objektif.
Work Solution 14 tentang penyusunan agenda. Work Solution 15,
tentang stakeholder. Work Solution 17 mengupas cara bertukar pikiran dua tahap. Work Solution 18, mengelola risiko. Work Solution 19 tentang
memaksimalkan upaya. Work Solution 20 tentang cara menghadapi hal-hal rutin. Work Solution 21 mengupas tema bagaimana mengevaluasi
kerjasama tim. Work Solution 22 tentang pembentukan sebuah tim perubahan. Terakhir Work Solution 24 mengupas hal menghilangkan hambatan keterbukaan.
Sebuah buku yang menarik dan bermanfaat bagi siapa saja pelaku organisasi: eksekutif, manajer, karyawan, dan siapa saja yang
mengandalkan kerjasama tim dalam pencapaian hasil.
Di zaman sekarang ini, siapa yang tidak pernah mendengar kata tim,
atau bergabung di dalam sebuah kelompok yang dinamakan „tim’? Tetapi
apakah „tim’ itu, dan apa yang menjadikan sebuah tim efektif? Jawaban
atas pertanyaan tersebut benar-benar didambakan setiap organisasi karena
semakin banyaknya organisasi yang kinerjanya tergantung pada kinerja tim-tim di dalamnya. Tim-tim dianggap mampu menyelesaikan banyak masalah organisasi yang membutuhkan kerja sama lintas fungsional.
Topik mengenai tim, karena itu, sangat sering dibahas dalam literatur-literatur manajemen dan bisnis. Salah satu karya klasik yang
tahun 1993 tersebut sudah dicetak ulang beberapa kali dan dianggap sebagai salah satu karya terbaik mengenai tim.25
Salah satu kesimpulan yang membuka mata dari kedua penulis ini adalah: tidak selamanya sekelompok orang yang bekerja bersama bisa
disebut sebagai tim. Bila kita mengumpulkan 5 orang dan meminta mereka menyelesaikan sebuah proyek, mereka belum tentu menjadi sebuah tim. Tim, menurut mereka, harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu.
Persyaratan-persyaratan tersebut bisa dilihat pada definisi tim menurut Katzenbach dan Smith yang dikutip oleh Prof. Michael West:26
“A team is a small number of people with complementary skills who are committed to a common purpose, performance goals, and approach for which they hold themselves mutually accountable. (Sebuah tim adalah sekelompok orang-orang dalam jumlah kecil dengan ketrampilan yang berbeda yang berkomitmen terhadap tujuan, ukuran kinerja, dan
pendekatan yang sama; yang tanggung jawabnya diambil bersama)”.
Definisi tersebut bukan sekedar definisi, tetapi juga merupakan persyaratan yang harus dipenuhi agar sebuah tim menjadi efektif.
Dari definisi di atas, bisa dilihat bagaimana sekelompok orang menjadi sebuah tim. Pertama, jumlah kelompok tersebut harus kecil.
Mengapa? Sebuah tim membutuhkan komunikasi yang intensif, dan harus
25
Prof. Michael West, The Secrets of Successful Team Management - How to lead a team to innovation, creativity and success, (Duncan Baird Publishers)
26
Prof. Michael West, The Secrets of Successful Team Management - How to lead a
mampu menentukan tujuan dan mengambil tanggung jawab bersama. Hal itu lebih mudah terealisasi dalam kelompok yang kecil. Secara teoritis,
kelompok yang terdiri dari 50-100 orang tetapi bisa dianggap sebagai sebuah tim, namun dalam prakteknya, kelompok besar tersebut umumnya
harus dipecah menjadi tim-tim yang lebih kecil agar bisa menjadi tim efektif. Jumlah efektif berkisar dari 5-9 orang, tetapi boleh lebih dari itu asalkan masih bisa tetap memenuhi persyaratan lainnya.
Persyaratan berikutnya adalah setiap anggota tim hendaknya memiliki ketrampilan yang berbeda yang bisa menjadi pelengkap buat
anggota-anggota tim lainnya. Ketrampilan tersebut bisa dalam wujud ketrampilan teknis, fungsional, pembuatan keputusan, atau hubungan interpersonal. Syarat ini sangat diperlukan karena tim umumnya dibentuk
untuk menyelesaikan masalah yang cukup kompleks. Tanpa adanya ketrampilan yang berbeda-beda tersebut, sebuah tim sulit menjalankan
fungsinya. Namun ketrampilan di sini juga bisa dalam bentuk potensi. Sebuah tim tidak perlu mendapatkan semua ahli di bidangnya. Asalkan ada beberapa anggota tim yang berpotensi dan berminat mempelajari
ketrampilan-ketrampilan yang dibutuhkan, hal itu sudah mencukupi. Kemudian, sebuah tim harus membangun komitmen terhadap tujuan
dan ukuran kinerja bersama. Tanpa adanya tujuan bersama tersebut, para anggota tim akan menjadi bingung, apatis, dan kembali memprioritaskan tujuan individu mereka. Tujuan tersebut bisa diturunkan dari atas, tetapi
proses diskusi yang sehat (’sehat’ di sini bukan berarti damai. Perdebatan
keras bisa terjadi, namun semua suara wajib dikeluarkan dan didengarkan,
dan semua orang sepakat untuk menghormati hasil akhir).
Selain komitmen terhadap tujuan bersama, tim juga harus
berkomitmen terhadap pendekatan yang disepakati bersama. Semua anggota tim harus setuju bagaimana cara mereka membagi tugas dan waktu, bagaimana jadwalnya, bagaimana dengan kepemimpinan tim
(ditunjuk, digilir, atau lainnya) dan hal-hal lain yang bersifat administratif dan ekonomis.
Lalu yang terakhir, semua anggota tim memiliki tanggung jawab bersama atas pencapaian kinerja tim. Persyaratan inilah yang sering tidak bisa dipenuhi oleh sebuah kelompok kerja. Kelompok kerja tidak memiliki
tanggung jawab bersama. Wujud tanggung jawab terbesar bisa terjadi bila semua anggota tim secara tulus berjanji pada diri sendiri dan
anggota-anggota lainnya untuk menjadikan pencapaian kinerja tim sebagai tujuan individunya. Tim yang berhasil mendapatkan komitmen demikian kemungkinan besar akan menjadi tim yang efektif.
Kemudian ada sebuah catatan tambahan dari mereka. Tidak semua kelompok harus menjadi tim. Bila para anggota kelompok tidak mampu
Tetapi bila terbentuk, pencapaian tim tersebut akan jauh melebihi pencapaian total masing-masing individunya.27
2. Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia
a. Tugas dan Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia
Tugas manajemen sumber daya manusia berkisar pada upaya mengelola unsur manusia dengan segala potensi yang dimilikinya seefektif mungkin sehingga dapat diperoleh sumber daya manusia yang puas dan memuaskan bagi organisasi.
Ruang lingkup dari manajemen sumber daya manusia adalah aktifitas-aktifitas dari manajemen sumber daya manusia dan mencakup pada:
- Rancangan Organisasi:
- Sistem Reward:
3) Penilaian difokuskan pada klien - Pengembangan Pekerja dan Organisasi:
1) Pengembangan pengawasan/management 2) Perencanaan / pengembangan karier 3) Program pembinaan pekerja
4) Pelatihan ketrampilan non management 5) Program persiapan persiun
6) Penilaian terhadap sikap
- Komunikasi dan Hubungan Masyarakat: 1) Sistem informasi sumber daya manusia 2) Komunikasi pekerja
3) Penelitian sumber daya manusia.28
28
C. Pengelolaan Aktivitas Dakwah 1. Pengertian Pengelolaan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengelolaan berasal dari kata kelola yaitu mengendalikan, menyelenggarakan dan mengurus.
Pengelolaan mempunyai arti:29 a. Proses, cara, perbuatan, pengelola.
b. Proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga
orang lain.
c. Proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan
organisasi.
d. Proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.
2. Langkah-Langkah Pengelolaan
Manutur saya ada beberapa aspek penting yang harus diperhatikan
agar proses regenerasi suatu organisasi dapat berjalan dengan baik, pertama, rekrutmen. semua organisasi melakukan hal ini, baik organisasi profit maupun non profit/social, pemerintah maupun swasta. Semuanya
mrlakukan proses ini. Dalam proses rekrutmen kita perlu menentukan klasifikasi orang-orang yang akan kita rekrut sesuai dengan kebutuhan tim
atau organisasi yang kita kelola. Untuk itu, sebuah organisasi perlu menyiapkan berbagai sarana dan prasarana yang memungkinkan untuk dilakukannya proses tersebut. Kedua, pembinaan. Dalam sector apapun
29
factor sumber daya manusia (SDM) merupakan factor yang sangat menentukan. Oleh karena itu perlu memberikan perhatian yang serius pada
aspek ini. Proses pembinaan dapat dilakukan melalui pendidikanraining dan bimbingan secara intensif. Melalui proses pembinaan ini nantinya
diharapkanakan lahir sumber daya manusia yang bermutu, punya dedikasi, komitmen dan produktif. Untuk itu kita perlu menyiapkan adanya tools (seperti kurikulum)yang akan diberikan selama proses pembinaan ini
dilakukan. Ketiga, bardayakan. Setelah bekalan yang diberikan dirasa cukup maka seseorang dapat diberdayakan atau ditempatkan pada sebuah
posisi untuk melaksanakan tugasnya. Dalam hal ini kita harus
menempatkan seseorang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, “The right man in the right place”.
Dari ketiga aspek tersebut proses pembinaan adalah aspek yang harus terus dilakukan dalam proses regenerasi. Pembinaan diberikan
kepada semua anggota organisasi di semua level. Dengan melihat tingkat kebutuhannya, dengan demikian kualitas mereka akan senantiasa terus meningkat, lebih produktif, dan senantiasa siap untuk menghadapi
berbagai macam perubahan unutuk menghadapi berbagai macam perubahan yang menjadi tantangan bagi organisasi yang dikelola.
3. Pengertian aktivitas Dakwah
Kegiatan dakwah itu bukan hanya sisi ajakan (materi dakwah), tetapi
juga sisi pelakunya (da’i) juga pesertanya (mad’u), ia juga mempunyai
Rasulullah SAW, yakni bil hikmah, al mauidzoh hasanah, bil mujadalah bilati hiya ahsan. Intraksi aktif berdasarkan pemahaman yang komprehansif terhadap unsur-unsur dakwah di atas, niscaya akan berbeda baik pada pilihan aktivitas, maupun kepada kemungkinan hasil yang bisa
di raih.
Kehidupan dakwah Rasulullah SAW. dan para sahabatnya, dalam seluruh dinamikanya, termasuk keberhasilan mereka memunculkan
masyarakat madani di Madinah, yang merupakan koreksi terhadap masyarakat Yasrib dan Jahili, adalah contoh konkret keberhasilan
berdakwah dalam pengertian yang komprehensif. itu semua tidak berlaku begitu saja, melainkan membutuhkan sebuah serangkaian perjuangan yang panjang tidak lepas dari apa yang sekarang biasa disebut dengan ‘amaliyyah al’idariyyah (aktivitas manajerial) sebagai usaha mewujudkan
tujuan-tujuan dakwah dengan mempergunakan tenaga dan memanfaatkan
sumber-sumber yang ada.
Saat ini salah satu fenomena yang sehari-hari dinikmati oleh publik islam di Indonesia, adalah merebaknya akivitas dakwah Islam. Dakwah
tidak lagi hanya berada di tempat-tempat konvensional dakwah seperti
masjid, pesantren, dan majelis ta’lim. Dakwah kini bahkan sudah berada di
hotel-hotel, rumah sakit, radio, televisi bahkan melalui media internet dan menjamur di kantor-kantor pemerintah maupun swasta sekalipun.
Fenomena tersebut merupakan perkembangan yang menggembirakan
selalu meningkatkan intensitas, kejelasan visi dan pemahaman, dan bertindak lebih professional.
Sedangkan ungkapan dari professional itu sendiri tidak dapat dilepaskan dari hal yang terkait dengan apa yang dinamakan manajemen.
Sementara itu Chester J. Barnard mengemukakan; Tidak ada suatu hal untuk akal modern seperti sekarang ini yang lebih penting dari administrasi dan manajemen.30
Dengan demikian, jika aktivitas dakwah dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen, maka image professional dalam dakwah akan terwujud pada kehidupan masyarakat. Dengan begitu dakwah tidak di pandang dalam objek ubudiyah saja akan tetapi diintrepetasikan dalam berbagai profesi. Inilah yang dijadikan inti dari pengaturan secara
manajerial dalam dakwah. Sedangkan efektivitas dan efesiensi dalam penyelenggaraan dakwah adalah merupakan suatu hal mana yang harus
mendapatkan prioritas.
Aktivitas dakwah dapat dikatakan berjalan secara efektif bila mana apa yang menjadi tujuan benar-benar dapat dicapai. Dan dalam
pencapaiannya dikeluarkan pengorbanan-pengorbanan yang wajar. Atau lebih tepatnya jika kegiatan lembaga dakwah yang dilaksanakan menurut
prinsip-prinsip manajemen akan menjamin tercapainya tujuan yang telah ditetapkan oleh lembaga yang bersangkutan dan akan menumbuhkan
30
sebuah citra (image) profesionalisme di kalangan masyarakat, khususnya
dari pengguna jasa dari profesi da’i.
Strategi yang didukung dengan matode yang bagus dan pelaksanaan program yang akurat, akan menjadikan aktivitas dakwah menjadi matang
dan berorientasi jelas di mana cita-cita dan tujuan telah direncanakan. Karena tujuan dan cita-cita yang jelas dan realistis pasti akan mendorong dakwah mengikuti arah yang telah direncanakan.
Pandangan Islam dalam memandang manajemen berdasarkan teologi yang ada adalah dasar dari manusia yang memiliki potensi yang positif
yaitu dilukiskan dengan istilah hanif.31 Potensi semacam ini didasari atas cara pandang seseorang dalam melakukan pengelolaan serta penilaian terhadap manusia. Keterkaitan manajemen dan watak hanif adalah watak hanif akan menyebabkan manusia cenderung untuk memiih yang baik dan benar dalam seluruh kehidupannya, sedangkan penilaian terhadap baik dan
buruk akan sangat tergantung terhadap latarbelakang kehidupannya. Hal inilah yang kemudian langsung dengan kualitas, kuantitas serta produtivitas dari objek manajemen.
4. Ruang Lingkup Aktivitas Dakwah
Substansi dakwah adalah berporos pada ajakan untuk memikirkan
Sesuatu yang terpenting tentang hidup dan mati, kebahagiaan atau siksaan abadi, kebahagiaan di dunia atau kesengsaraan, cahaya kebenaran atau
31
Muhammad Imanuddin, Islamisasi Ilmu Pengetahuan, edisi enuju Manajemen Islam,
gelapnya kapalsuan, kebajikan dan kesejahteraan, maka dakwah harus dilakukan dengan integritas penuh baik bagi para pendakwah atau pun
objek dakwah.32
Dalam kaitan ini kegiatan manajemen dakwah berlangsung pada
tataran kegiatan dakwah itu sendiri. Dimana setiap aktivitas dakwah khususnya dalam skala organisasi atau lembaga untuk mencapai suatu tujuan dibutuhkan sebuah pengaturan atau manajerial yang baik, ruang
lingkup kegiatan dakwah merupakan sarana atau alat pembantu pada aktivitas dakwah itu sendiri.
Ruang lingkup dakwah akan berputar pada kegiatan dakwah, dimana aktivitas tersebut diperlukan seperangkat pendukung dalam mencapai
kesuksesan. Bila komponen dakwah yaitu da’i, mad’u, materi , media,
tersebut diolah dengan penggunaan ilmu manajemen maka aktivitas dakwah akan berlangsung secara lancar sesuai dengan tujuan yang
diinginkan. Sebab bagaimanapun juga sebuah aktivitas apa pun itu sangat diperlukan sebuah pengelolaan yang tepat bila ingin dapat berjalan secara sempurna.
Unsur-unsur manajerial atau ‘amaliyyah al’idariyyah tersebut merupakan sebuah kesatuan yang utuh yang terdiri dari; takhthith (perencanaan strategi), Thanzhim (pengorganisasian), tawjih (pergerakan), riqabah (pengawasan dan evaluasi).33
32 Isma’il Al
-Faruqi, Lois Lamya Al-Faruqi, Atlas Budaya Menjelajah Khazanah Peradaban Gemilang Islam (edisi Indonesia), (Bandung: Mizan, 1998), hlm. 220.
33
Takhthith (perencanaan strategi) secara alamiah merupakan bagian dari sunatullah, yaitu dengan melihat bagaimana Allah SWT. Menciptaka
alam semesta dengan hak dan perencanaan yang matang disertai dengan tujuan yang jelas (QS. Shad; 27).34Takhthith dakwah merupakan starting point dari aktivitas manajerial dalam sebuah kegiatan berupa hal-hal yang terkait dalam memperoleh hasil yang optimal.
Thanzhim (pengorganisasian, penyusunan) dijelaskan bagaimana pengelolaan itu, yakni dilakukannya pembagian yang aplikatif dakwah dengan lebih terperinci (spesifik). Dengan demikian adalah suatu hal yang
logis pula apabila pengorganisasian dalam sebuah kegiatan akan menghasilkan sebuah organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan yang kuat.35 Pengorganisasian dalam pandangan Islam bukan
semata-mata merupakan wadah akan tetapi lebih menekankan bagaimana pekerjaan dapat dilakukan secara rapi teratur dan sistematis (Ash-Shaff;
ayat; 4).
Tawjih atau penggerakan dakwah merupakan inti dari manajemen dakwah itu sendiri. Dalam proses pergerakan ini semua aktivitas dakwah
terlaksana. Dari sinilah aksi semua rencana dakwah akan terealisasi, di mana fungsi manajemen akan bersentuhan secara langsung dengan para
pelaku dakwah. Dan dari sinilah proses perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian atau penilaian akan berfungsi secara efektif.
34
Didin Hafidhuddin , Hendri Tanjung, Manajemen Syari’ah dalam Prektik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), hlm. 78.
35
Taqabah (pengawasan, evaluasi); Evaluasi dakwah dirancang untuk memberikan kepada orang yang dinilai dan orang yang menilai informasi
mengenai hasil karya. Tujuan diberlakukan program evaluasi ini adalah untuk mencapai konklusi dakwah yang evaluatif atau memberi
pertimbangan mengenai hasil karya serta mengembangkan karya dalam sebuah program. Sedangkan evaluasi dakwah penting karena dapat menjamin keselamatan pelaksaan dan peranan dakwah, mengetahui
berbagai persoalan dan problematika yang dihadapi serta cara antisipasi dan penuntasan seketika sehingga akan melahirkan kemantapan bagi
aktivitas dakwah dengan cara yang benar atau sesuai dengan tujuan. Disamping itu, evaluasi juga penting untuk mengetahui positif dan negatifnya pelaksanaan sekaligus dapat menghasilkan pengalaman praktis
dan empirik yang dapat dipandang sebagai aset dakwah dan harakah yang harus diwariskan kepada generasi untuk dijadikan sebuah pelajaran.
110
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah kepada yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Ali Imran: 110)
Di atas semua itu adalah masalah manajemen yang belum mendapat perhatian serius dalam kegiatan dakwah, yakni budgeting (mizaniyyah). Masalah ini tidak mendapat tempat yang selayaknya dalam dakwah. Ada pandangan bahwa kegiatan dakwah harus berjalan dalam jalur sebagai
upaya pengabdian dengan nuansa ibadah yang harus dilakukan oleh da’i dengan penuh keikhlasan. Da’i adalah penerus tugas suci yang di timbang
terimakan dari Rasulullah SAW. Oleh sebab itu tidak layak bila mendapatkan imbalan dari kegiatan tersebut.
Hal inilah yang membuat kegiatan dakwah menjadi pekerjaan sambilan, bukan menjadi pekerjaan utama. Berdakwah menjadi profesi yang dilakukan dengan waktu penuh dan dengan perencaan serta kontrol yang optimal. Dalam kaitan inilah diperlukan manajemen yang akurat dan harus dilakukan oleh institusi dakwah dengan fungsi memberikan jaminan
hidup bagi para da’i dalam menjamin keberhasilan dakwah serta