• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pembimbing Agama dalam Membina Akhlak Remaja di Rumah Yatim Arrohman Cilandak Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Pembimbing Agama dalam Membina Akhlak Remaja di Rumah Yatim Arrohman Cilandak Jakarta Selatan"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM MEMBINA

AKHLAK REMAJA DI RUMAH YATIM ARROHMAN

CILANDAK JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Di susun oleh :

Muhammad Dhano Purwanto

NIM: 108052000017

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta .

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, November 2014

(5)

ii

Pada diri manusia ada potensi untuk berbuat baik atau buruk. Pembinaan akhlak dan perilaku terpuji menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Pembinaan akhlak tidak bisa di abaikan begitu saja dari kehidupan manusia, terlebih bagi remaja, hal ini penting bagi mereka sebagai fondasi kekuatan mereka. Seorang pembimbing dalam menjalankan tugasnya harus mampu melakukan peran yang berbeda-beda sesuai situasi dan kondisi yang dialami saat remaja saat ini. Pembinaan akhlak remaja yang dilakukan di Rumah Yatim Arrohman bertujuan agar mereka terbiasa untuk berbuat baik dalam kehidupan sehari-hari.

Teori yang di gunakan adalah teori peran, yaitu seperangkat harapan yang di inginkan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Harapan-harapan tersebut dapat dikatakan berhasil atau tidaknya tergantung dari hasil apa yang di keluarkan, dan penilaian dari masyarakat sekitar.

Penelitian ini dilakukan di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan. Model penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, yaitu metode yang membuat gambaran, lukisan suasana secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan dan fenomena yang terjadi selama penelitian. Subjek penelitian ini adalah para satu pembimbing dan perwakilan dua anak asuhnya, sedangkan objeknya adalah kegiatan pembinaan akhlak remaja di Rumah Yatim Arrohman.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peran pembimbing agama dalam membina akhlak remaja di Rumah Yatim Arrohman cilandak adalah berjalan dengan baik dan memuaskan.

(6)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sanjungkan atas kuasa Allah SWT, yang selalu

memberikan rahmat serta jalan yang lurus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peran Pembimbing agama Dalam Membina Akhlak

Remaja di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan“. Shalawat dan

salam tak lupa pula penulis haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW,

sebagai sumber makna dan inspirasi umat Islam untuk terus berjuang dan

mendekatkan diri pada Allah SWT. Dan adanya ayat suci Al Qur’an yang

didalamnya tertulis kebenaran bagi orang yang berpikir.

Dalam prosesnya skripsi ini dengan dipenuhi rasa syukur yang tak

terhitung , namun penulis memahami, skripsi yang penulis tulis ini, sangatlah jauh

dari kata sempurna, karena banyak kekurangan yang selalu ingin diperbaiki. Oleh

karena itu, penulis memohon kritik dan saran yang membangun dalam kekurangan

skripsi ini.

Sebagai makhluk sosial, penulis menyadari penyelesaian skripsi ini tak

lepas dari peranan banyak orang. Baik mereka yang mendukung dengan kasih

sayang, bahkan yang mencibir penulis dengan kritik pedas. Oleh karena itu,

izinkanlah penulis pada kesempatan kali ini mengucapkan ucapan terima kasih

banyak kepada orang-orang yang berada di sekeliling penulis selama ini :

1. DR. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Wakil Dekan I, DR. Suparto, M. Ed, Wakil Dekan II, Drs.

(7)

iv

telah memimpin Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi dengan

baik.

2. Dra. Rini Laili Prihatini, M. Si selaku ketua jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam atas ilmu-ilmunya yang sangat membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. Sugiharto, MA selaku sekretaris jurusan Bimbingan dan Penyuluhan

Islam yang telah dengan sabar membimbing dan memotivasi penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

4. DR. Suhaimi, M. Si selaku dosen pembimbing akademik tahun 2008 yang

turut membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

5. Drs. Azwar Chatib, M. Si selaku dosen pembimbing skripsi penulis atas

bimbingannya yang sangat berarti bagi penulis.

6. Kedua orang tua penulis H. Bambang Purwanto, M. Sc dan Meike

Meiyanti, B. Sc atas dukungan moril, materiil, maupun spiritualnya.

7. Kakak dan Adik penulis Muhammad Aldi Purwanto, SE, Ak. Dan

Muhammad Aryo purwanto terimakasih atas dukungan dan do’anya.

8. Keluarga besar penulis di Bogor Kel (Alm.) Siswoyo dan Kel (Alm.)

Kartadjomena terimakasih atas do’a dan dukungannya.

9. Momon Abdul Fatah selaku kepala asrama Rumah Yatim Arrohman,

Cilandak, Jakarta Selatan beserta staff lainnya atas izinnya sehingga

(8)

v

10.Segenap pimpinan dan karyawan perpustakaan utama dan perpustakaan

fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi atas penyediaan dan

peminjaman buku yang membantu penulis .

11.Segenap dosen dari jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam atas

ilmu-ilmunya yang bermanfaat bagi penulis.

12.Sahabat dari jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam dari angkatan

senior sampai junior yang tak dapat disebutkan satu persatu.

13.Wishnu dan Juned BPI 2008 terima kasih telah menjadi teman yang baik

bagi penulis, Adnan BPI beasiswa 2009 dan Afif BPI 2012 terima kasih

dorongan semangatnya.

14.Aman Izzudin, S. Pd.I yang telah banyak memberi motivasi semangat bagi

penulis.

15.Maya Wardani terima kasih banyak atas dorongan semangatnya.

Akhirnya, hanya kepada Allah SWT jualah penulis serahkan

semuanya. Semoga semua partisipasi dan bantuan dari semua pihak mendapat ganjaran yang setimpal di sisiNya. Amin ya Rabbal’alamin.

Jakarta, November 2014

Penulis

(9)

vi

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Pengertian Bimbingan dan Agama ... 13

2. Tujuan Bimbingan Agama ... 15

BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH YATIM ARROHMAN CILANDAK A. Latar Belakang Berdiri Rumah Yatim Arrohman ... 28

B. Sejarah Singkat ... 29

C. Visi dan Misi ... 30

D. Sasaran dan Jangka Waktu Pelayanan ... 30

E. Program Kegiatan Rumah Yatim Arrohman ... 31

F. Struktur Organisasi Rumah Yatim Arrohman ... 32

(10)

vii

B. Materi Bimbingan Agama Dalam Pembinaan Akhlak Remaja di

Rumah Yatim Arrohman Cilandak ... 39

C. Faktor Hambatan Dalam Pelaksanaan Pembinaan Akhlak Remaja

di Rumah Yatim Arrohman Cilandak ... 41 D. Analisis Data ... 42

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 50 B. Saran ... 51

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bimbingan merupakan proses layanan yang diberikan kepada individu-individu guna membantu mereka dalam memperoleh pengetahuan dan

keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan baik. Hakikat bimbingan itu pada dasarnya merupakan suatu proses usaha pemberian bantuan atau pertolongan kepada orang lain (siapa saja) dalam

segala usia, yang dilakukan secara terus menerus (berkesinambungan) yang mana orang itu mengalami kesulitan atau hambatan dalam hidupnya (secara psikis), sehingga dengan bantuan atau pertolongan itu orang yang diberikan

bantuan (terbimbing) dapat mengarahkan dirinya, mampu menerima dirinya, dapat mengembangkan potensinya untuk kebahagiaan dan kemanfaatan dirinya dan lingkungan masyarakatnya. Dengan demikian, dapat ditegaskan

bahwa hal yang prinsipal dalam bimbingan ialah pemberian bantuan atau pertolongan yang dilakukan secara terus-menerus kepada siapa saja. Karena, sesungguhnya hampir tidak ada seseorang yang secara utuh dan menyeluruh

memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya dengan optimal tanpa adanya bantuan dan pertolongan dari orang lain. Untuk itu, sejak lahir hingga akhir hayatnya setiap orang di dunia ini jelas membutuhkan bimbingan dan

bantuan, supaya potensi (fitrah) yang ada pada dirinya dapat tumbuh dan

berkembang secara wajar.1

1

(12)

Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam.

Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW.

Yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Dalam salah

satu hadisnya Beliau menegaskan:

“Hanya saja aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.

Perhatian Islam yang demikian terhadap pembinaan akhlak ini dapat pula

dilihat dari perhatian Islam terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan

daripada pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik inilah akan

mempermudah menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh

kehidupan manusia, lahir dan batin.2

Kesadaran moral atau perasaan berakhlak ini timbul dari hati.

Sebenarnya tidaklah dapat dikatakan bahwa manusia secara otomatis akan

berkembang ke arah kesadaran moral. Manusia itu bisa membelok-belokkan

hidupnya ke mana saja. Macam-macam masalah yang dapat membelokkan

dari kesadaran moralnya. Manusia itu agar menjadi manusia sebagaimana

seharusnya, harus berjuang. Kesadaran moral harus dibangun dan terus

dibangun. Dan hal ini bukanlah hanya soal pengertian, ia soal praktek. Moral

harus diajarkan dengan menjalankan. Anak-anak harus disadarkan tentang

baik dan buruk, harus dipimpin menuju ke sana. Disamping itu harus diberi

contoh kongkret tentang perbuatan baik.3

2

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), h. 158.

3

(13)

3

Cara lain yang dapat ditempuh untuk pembinaan akhlak ini adalah

pembiasaan yang dilakukan secara kontinyu. Dalam tahap-tahap tertentu,

pembinaan akhlak, khususnya akhlak lahiriah dapat pula dilakukan dengan

cara paksaan yang lama-lama tidak terasa dipaksa. Cara lain yang tak kalah

ampuhnya melalui keteladanan.4

Dalam Islam, budi pekerti merupakan refleksi iman dari seseorang

sebagai contoh yang pas dan benar ialah Rasulullah SAW. Beliau memiliki

akhlak yang sangat mulia, agung dan teguh. Akhlak dalam ajaran Islam sangat

rinci, berwawasan multi dimensional bagi kehidupan, sistematis dan beralasan

realistis. Akhlak Islam bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong,

membangun peradaban manusia dan mengobati bagi penyakit sosial dan

kebahagiaan dunia dan akhirat. Dua simbolis tujuan inilah yang diidamkan

manusia bukan semata berakhlak secara Islami hanya bertujuan untuk

kebahagiaan dunia saja.5

Membina akhlak anak merupakan kewajiban banyak pihak, bermula dari

ibu, bapak, pembimbing agama, masyarakat, pemimpin dan yang lebih

terpenting adalah diri sendiri. Oleh karena itu keberadaan bimbingan rohani

khususnya soal akhlak sangat membantu dalam membentuk akhlak pada diri

mereka.

Tidak semua anak mendapatkan keberuntungan masih memiliki orang

tua yang lengkap. Beberapa ada yang dalam kondisi yatim. Namun anak yatim

bukan berarti tidak berhak mendapatkan pembinaan akhlak.

4

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), h. 164-165.

5

(14)

Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan menampung anak

yatim dan dhuafa dalam memberikan pendidikan umum maupun keterampilan.

Di samping itu mereka yang sudah berada dalam panti dididik sebaik mungkin

oleh pembimbing agama serta pihak-pihak yang bersangkutan sehingga

mereka dapat menjadi remaja yang mandiri dan berakhlak baik.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dan memilih judul: Peran Pembimbing Agama Dalam Membina

Akhlak Remaja Di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Untuk membatasi permasalahan, maka skripsi ini hanya membatasi dalam peran pembimbing agama dalam membina akhlak remaja di Rumah Yatim Arrohman, Cilandak.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah mengenai peran pembimbing agama dalam membina akhlak remaja di Rumah Yatim Arrohman, Cilandak sebagai

berikut:

a. Bagaimana peran pembimbing agama dalam membina akhlak remaja

di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan ?

b. Bagaimana materi bimbingan agama dalam pembinaan akhlak remaja

yang digunakan di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan?

c. Apa saja faktor hambatan dalam proses pembinaan akhlak remaja di

(15)

5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui peran pembimbing agama dalam membina akhlak

remaja di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan.

2. Untuk mengetahui materi bimbingan agama dalam pembinaan akhlak

remaja yang digunakan di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan.

3. Untuk mengetahui faktor hambatan dalam proses pembinaan akhlak

remaja di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan.

Selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat

berupa:

1. Manfaat Akademis

Untuk dijadikan tambahan wawasan pengetahuan dalam bidang

Bimbingan dan Penyuluhan Islam terutama dalam hal membina akhlak

remaja.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan dapat menjadi masukkan bagi Rumah Yatim Arrohman agar

dapat membina akhlak anak asuhnya lebih baik lagi.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan tinjauan pustaka, ditemukan beberapa skripsi

sebelumnya yang memiliki kesamaan judul dengan skripsi ini, diantaranya

adalah:

1. Metode Bimbingan Agama Bagi Anak Usia 7-12 Tahun Pada Keluarga di

(16)

Muzayanah jurusan Bimbingan Dan Penyuluhan Islam. Dalam skripsi

tersebut lebih ditekankan bagaimana metode yang digunakan orang tua

dalam bimbingan agama. Sedangkan skripsi ini lebih menakankan

pembinaan akhlak pada remaja.

2. Pengaruh Bimbingan Akhlak Terhadap Akhlak Santri Di Madrasah

Diniyah Awaliyah Baitussalam Yayasan Baitussalam Kramat Jati Jakarta

Timur. Yang ditulis oleh Maulana Irmawan jurusan Bimbingan Dan

Penyuluhan Islam. Dalam skripsi tersebut lebih ditekankan untuk

mengukur seberapa pengaruhnya bimbingan tersebut terhadap akhlak

santri. Sedangkan skripsi ini lebih menekankan pembinaan akhlak pada

remaja.

3. Peranan Pembimbing Rohani Islam Dalam Membina Akhlakul Karimah

Di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta. Yang ditulis oleh Sri

Hesti Hardiyati jurusan Bimbingan Dan Penyuluhan Islam. Dalam skripsi

tersebut lebih ditekankan pada harapan masyarakat tentang pembinaan

akhlakul Karimah. Sedangkan skripsi ini lebih menekankan pada

pembinaan akhlak remaja.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis

penelitian lapangan (field research) dimana peneliti mengumpulkan data

yang tepat untuk diteliti. Dalam hal ini mengenai peran pembimbing

(17)

7

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Yang menghasilkan

data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku diamati.6

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhitung tanggal 17 November hingga 10 Desember 2014. Adapun tempat penelitian adalah Rumah Yatim Arrohman yang beralamat di Jalan Karang Tengah No. 69 Cilandak,

Jakarta Selatan.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun subjek penelitian satu orang pembimbing agama dan tiga anak

asuh di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan.

Sedangkan objek penelitian adalah peran pembimbing agama dalam membina akhlak remaja di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta

Selatan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. Observasi

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data

penelitian pengamatan yang mendalam. Penelitian ini direncanakan

6

(18)

dengan sungguh-sungguh dan memiliki kaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, data yang didapat dicatat secara

sistematik dan disajikan secara alamiah.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu.7

c. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan pengumpulan data-data tertulis yang

terdapat di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan, dengan

masalah yang diteliti dan dokumen lainnya yang mendukung.

Dokumentasi inipun disertakan sebagai pelengkap untuk memperoleh

identitas data pembimbing, anak asuh dan data Rumah Yatim

Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan.

6. Sumber Data

Sumber data ialah unsur utama yang dijadikan sasaran dalam penelitian

untuk memperoleh data-data konkrit, dan yang dapat memberikan

informasi untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini.8

Untuk mendapatkan sumber data penulis mengklasifikasi berdasarkan

jenis data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan

sumber data, yaitu:

7

Ibid., h. 186.

8

(19)

9

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari

sumber asli atau sumber pertama melalui observasi atau pengamatan

langsung, yang diperoleh dalam penelitian ini melalui pengamatan dan

wawancara dengan pembimbing dan perwakilan anak asuh.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber-sumber

yang tidak langsung, seperti catatan-catatan atau dokumen yang

berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder digunakan untuk

melengkapi data primer agar mendapatkan data yang tepat dan sesuai

tujuan penelitian. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini

diantaranya data yang diperoleh dari studi kepustakaan.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengacu pada Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah tahun akademik

2012/2013.

Selanjutnya, untuk mempermudah penulisan dan memahami isi skripsi

ini, Sistematika penulisannya adalah

BAB I Pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Batasan

dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan

(20)

BAB II Landasan Teori yang terdiri dari: Pengertian Peran, Pengertian

Bimbingan Agama, Tujuan Bimbingan Agama, Fungsi Bimbingan,

Metode Bimbingan Agama, Pengertian Akhlak, Macam-Macam

Akhlak, Pembinaan Akhlak, Remaja.

BAB III Gambaran Umum Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta

Selatan yang terdiri dari: Latar Belakang Berdirinya Rumah Yatim

Arrohman, Sejarah Singkat Rumah Yatim Arrohman Cilandak,

Visi dan Misi Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Sasaran dan

Jangka waktu pelayanan Rumah Yatim Arrohman Cilandak,

Program Kegiatan Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Struktur

Organisasi Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Sarana dan

Prasarana Rumah Yatim Arrohman Cilandak.

BAB IV Temuan dan Analisis Data yang terdiri dari: Peran Pembimbing

Agama Dalam Membina Akhlak Remaja Di Rumah Yatim

Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan, Materi Bimbingan Agama

Dalam Membina Akhlak Remaja Di Rumah Yatim Arrohman

Cilandak, Jakarta Selatan, Faktor Hambatan Dalam Membina

Akhlak Remaja Di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta

Selatan.

BAB V Penutup yang terdiri dari: atas kesimpulan dan saran terhadap isi

(21)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Peran

Peran adalah kata dasar dari peranan yang berarti bagian yang dimainkan

seorang pemain (dalam film, sandiwara, dsb).1 Dalam kamus bahasa Indonesia

kontemporer yang dimaksud dengan peran adalah sesuatu yang diharapkan

dimiliki oleh orang yang memiliki kedudukan dalam masyarakat.2 Kun

Maryati dalam bukunya yang berjudul perspektif ilmu sosiologi

mendefinisikan peran sebagai perilaku yang diharapkan oleh pihak lain dalam

melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan status yang dimilikinya.3

Setiap orang mempunyai bermacam-macam peran yang berasal dari

pola-pola perjalanan hidupnya. Contoh, peran dalam membimbing siswa,

membasarkan anak-anak, mengurus KTP untuk masyarakat,dsb. Dengan

demikian, peran menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta

kesempatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya.4 Dalam kehidupan

sehari-hari peran menjadi penting karena berfungsi untuk mengatur perilaku

seseorang. Pada beberapa kasus peran menyebabkan seseorang dapat

meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain.

Soerjono Soekanto dalam bukunya yang berjudul pengantar sosiologi,

berpendapat Peranan (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan

1

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia, 2008), Cet. Ke-1, Ed. 4, h. 1051.

2

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English press, 2002), Cet. Ke-2, Ed. 3, h. 1132.

3

Kun Maryati dan Juju Suryawati, Perspektif Ilmu Sosiologi, (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2001), Cet. Ke-10, Ed. 1, h. 57.

4

(22)

(status). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan. Pembedaan antara

kedudukan dari peranan, adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan; keduanya tak dapat dipisah-pisahkan, oleh karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya juga demikian; tak ada peranan tanpa kedudukan

atau kedudukan tanpa peranan.5 David Berry dalam bukunya yang berjudul

pokok pikiran dalam sosiologi mendefinisikan peran sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenalkan pada individu yang menempati kedudukan

sosial tertentu.6 Harapan tersebut, menurut David Berry merupakan hubungan

dari norma-norma sosial. Oleh karena itu, dapat dikatakan peranan-peranan ini ditentukan oleh norma-norma dalam masyarakat, artinya seseorang diwajibkan

untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat dalam pekerjaannya dan dalam pekerjaan lain.

Sedangkan menurut Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukunya yang

berjudul Teori-teori Psikologi Sosial, peran adalah harapan-harapan lain pada

umumnya tentang perilaku-perilaku yang pantas dan semestinya dilakukan

oleh seseorang yang memiliki peran tertentu7.

Sedangkan menurut Abu Ahmadi dalam bukunya yang berjudul psikologi

sosial menerangkan bahwa peran adalah peran adalah suatu penghargaan manusia terhadap cara individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi

tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya, walaupun kedudukannya ini

5

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: CV. Rajawali , 1982), Ed. Ke-1, h. 237.

6

David Berry, Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), Cet. Ke-3, h. 99.

7

(23)

13

berbeda antara satu dengan yang lainnya tersebut, akan tetapi masing-masing

dirinya berperan sesuai dengan statusnya8.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa peran adalah

suatu pedoman aturan yang harus dijalankan oleh orang yang memegang

status/kekuasaan yang bertanggung jawab pada orang yang dibimbingnya,

agar berlaku adil dan bertindak jujur, terhadap dirinya sendiri dan orang lain.

Sangat penting bagi seseorang untuk menjalankan peran dalam kehidupan di

lingkungan kita, karena masyarakat dapat melihat apakah kita memiliki peran

yang baik/buruk.

B. Pembimbing Agama

1. Pengertian Bimbingan dan Agama

Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance”,

Kata“guidance”yang kata dasarnya “guide” memiliki beberapa arti:

menunjukkan jalan (showing the way), memimpin (leading), memberikan

petunjuk (giving instruction), mengatur (regulating), mengarahkan

(governing), dan memberi nasihat (giving advice) (Winkel, 1991).9

Miller (1961) yang dikutip dalam buku yang berjudul Bimbingan

dan Konseling Di Sekolah menyatakan bahwa bimbingan merupakan

proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan

pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara

maksimun kepada sekolah (dalam hal ini termasuk madrasah), keluarga,

(24)

dan masyarakat.10 Bimbingan merupakan suatu pertolongan yang

menuntun. Bimbingan merupakan suatu tuntunan. Hal ini mengandung

pengertian bahwa dalam memberikan bimbingan bila keadaan menuntut,

kewajiban dari pembimbing untuk memberikan bimbingan secara aktif,

yaitu memberikan arah kepada yang dibimbingnya. Di samping itu,

bimbingan juga mengandung makna memberikan bantuan atau

pertolongan dengan pengertian bahwa dalam menentukan arah diutamakan

kepada yang dibimbingnya.11

Menurut Crow & Crow yang dikutip dalam buku Bimbingan dan

Penyuluhan, bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan

oleh seseorang, baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik

dan pendidikan yang memadai kepada seorang individu dari setiap usia

untuk menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri,

mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihannya sendiri,

dan memikul bebannya sendiri12.

Attia Mahmoud Hana dalam buku Bimbingan Pendidikan dan

Pekerjaan berpendapat, secara umum bimbingan adalah suatu proses

teknis yang teratur, bertujuan untuk menolong individu dalam memilih

penyelesaian yang cocok terhadap kesukaran yang dihadapinya. Dan

membuat rencana untuk mencapai penyelesaian tersebut, serta

(25)

15

penyelesaian itu13.

Selanjutnya, menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian

agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan dan peribadatan

kepada Tuhan yang maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan

dengan pergaulan manusia dengan manusia serta lingkungannya.14

Menurut Harun Nasution, agama mengandung arti ikatan-ikatan

yang harus dipegang dan dipatuhi manusia, ikatan ini mempunyai

pengaruh yang besar sekali dalam kehidupan manusia sehari-hari karena

agama mempunyai kekuatan yang paling tinggi dari manusia.15

Menurut Glock dan Stark yang dikutip Djamaludin mendefinisikan

agama adalah simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku

yang terlembagakan dan semuanya itu berpusat pada persoalan yang

dihayati sebagai yang paling maknawi.16

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kata bimbingan dan

agama berarti proses pemberian bantuan atau pertolongan yang berbentuk

pengarahan, pencerahan, dan bersifat mengarahkan dari pembimbing

kepada terbimbing dengan pendekatan agama.

2. Tujuan Bimbingan Agama

Hamdan Bakry adz-Dzaki menjelaskan tujuan dari bimbingan dalam

13

Attia Mahmoud Hana, Bimbingan Pendidikan dan Pekerjaan, (Jakarta : Bulan Bintang, 1978), Cet.Ke-1, h.53.

14

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. Ke-3, h. 152.

15

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1985), Cet. Ke-5, h. 2.

16

(26)

Islam adalah:

a. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan

kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, lapang, dan

mendapat pencerahan dari Allah SWT.

b. Untuk menghasilkan suatu perubahan perbaikan dan kesopanan

tingkah laku yang memberikan manfaat bagi dirinya, lingkungan

keluarga maupun sosial.

c. Untuk menghasilkan kecerdasan emosi pada individu dan berkembang

rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong menolong dan rasa kasih

sayang.

d. Untuk mendapatkan kecerdasan spiritual pada individu, sehingga

muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada

Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya serta ketabahan

menerima ujian-Nya.

e. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah sehingga fungsi diri sebagai

khalifah di muka bumi dapat terlaksana dengan baik dan benar.17

Dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan agama adalah

membantu individu (klien) untuk memahami potensi dan kemampuan

dirinya dalam mengatasi problem yang dihadapi sehingga dia mampu

mengembangkan dan mengaktualisasi diri serta dapat mengadaptasikan

diri dengan lingkungannya secara mandiri, sadar dan sesuai dengan ajaran

Islam.

17

(27)

17

3. Fungsi Bimbingan

Seiring dengan semakin kompleksnya problem yang dihadapi

manusia, maka diperlukan seseorang yang dapat mengabdikan dirinya seperti

pembimbing agama Islam. Dalam hal ini pembimbing agama Islam berupaya

untuk menerapkan dan mengembangkan fungsi dari Al-Qur’an dan hadits dalam

kegiatan bimbingan keagamaan.

Pembimbing agama dapat disimpulkan sebagai pihak yang memiliki

peran tak jauh berbeda dengan penyuluh agama, dengan asumsi bahwa jika

penyuluh agama adalah jabatan fungsional dan profesi yang secara formal diakui

pemerintah, sementara pembimbing agama adalah pihak yang melakukan

penyuluhan secara non formal, yang kebanyakan tidak diakui pemerintah.

Menurut Samsul Munir Amin, bimbingan mempunyai beberapa fungsi

yaitu:

a. Fungsi pemahaman, berfungsi untuk memberikan pemahaman terhadap

diri terbimbing sendiri (keberadaan), lingkungan dan masyarakat.

b. Fungsi pencegahan, berfungsi dalam pencegahan dan terhindarnya

seseorang dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan faktor

psikologisnya (perkembangan).

c. Fungsi pengentasan, berfungsi dalam pengentasan masalah dapat

perorangan ataupun kelompok, teori ini mengganti istilah fungsi perbaikan

yang mempunyai konotasi sasaran bimbingan orang yang tidak baik

(rusak).

(28)

dan terkembangkannya potensi positif dan kondisi positif seseorang agar

perkembangannya menjadi mantap dan terarah.

e. Fungsi advokasi, berfungsi dalam menghasilkan pembelaan terhadap

seseorang dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi diri secara

optimal.18

4. Metode Bimbingan Agama

Menurut M. Lutfi, metode pelayanan bimbingan dan penyuluhan

(konseling) dalam pendekatan Islam termasuk dalam pelaksanaan dakwah

pada umumnya, yaitu antara lain:

a. Teknik bil hikmah; yaitu cara yang bijaksana, bersifat akademis dan

elegan. Teknik ini biasanya digunakan dalam menghadapi klien yang

terpelajar, intelek, dan memiliki tingkat rasional yang tinggi, tetapi

bersifat ragu-ragu atau bahkan kurang yakin terhadap kebenaran ajaran

agama, sehingga menjadi masalah bagi dirinya.

b. Teknik bil-mujadalah; yaitu melalui perdebatan yang digunakan dalam

menunjukkan dan membuktikan kebenaran ajaran agama, dengan

menggunakan dalil-dalil yang rasional. Teknik ini digunakan terhadap

klien yang sangat kritis atau tidak mudah menerima begitu saja

apa-apa yang disampaikan konselor agama.

c. Teknik bil-mau’idzah; yaitu menunjukkan contoh yang benar dan

tepat, agar klien mengikutinya dengan mudah, sebab kekuatan

logikanya sulit menangkap bila hanya berupa penjelasan atau

18

(29)

19

teori yang masih baku (tekstual).

d. Teknik ceramah; yaitu penjelasan yang bersifat umum, cara ini lebih

tepat diberikan dalam bimbingan kelompok (group guidance). Tetapi

pembimbing/konselor mesti berupaya untuk menyesuaikan apa-apa

yang disampaikannya dengan kondisi terbimbing yang beragam.

e. Teknik diskusi atau dialog dan tanya jawab; kelebihan teknik ini klien

dapat menyampaikan secara luas apa-apa yang dirasakannya,

selanjutnya konselor dapat memberikan jawaban yang lebih

memuaskan. Sehingga permasalahan klien dapat diselesaikan secara

langsung, tetapi membutuhkan waktu yang banyak.

f. Teknik persuasive, yaitu berupa dorongan-dorongan yang positif,

bersifat santai, dan hiburan yang mendidik, sehingga klien termotivasi

untuk melakukan nasehat konselor dengan senang hati.

g. Teknik lisan; yaitu melalui pesan-pesan langsung yang disampaikan

dengan ucapan atau kata-kata, guna membantu penyelesaian masalah

klien, atau untuk menjelaskan sesuatu dan pesan-pesan tertentu untuk

kebaikan dirinya dengan menggunakan kata-kata atau bahasa yang

mudah dimengerti.

h. Teknik tulisan; adalah cara bimbingan atau bantuan yang diberikan

konselor kepada kliennya melalui tulisan, bisa berupa pesan-pesan yang mengandung “hikmah”, bentuk cerita dan kisah-kisah kehidupan

yang dapat dipelajari dan ditiru.

(30)

atau pengaruh personal yang dimiliki konselor.

j. Teknik do’a (dengan hati); dalam Islam setiap permasalahan tidak

mungkin diatasi sendiri tanpa bantuan dari Yang Maha Kuasa (Tuhan).

Karena itu, dalam mengatasi dan memecahkan masalah klien, konselor

membimbingnya untuk bersama-sama memohon pertolongan dan

bantuan dari Tuhan19

C. Akhlak

Islam menempatkan posisi akhlak pada posisi penting yang harus

dipegang teguh setiap pemeluknya. Bahkan setiap aspek ajaran islam selalu

berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak. Berikut pembahasan

secara rinci mengenai akhlak.

Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), kata akhlak adalah jamak dari kata

Khulk. Khulk dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah

laku, atau tabiat.20

Didalam Al-Mu’jam Al-Wasit disebutkan definisi akhlak ialah sifat yang

tertanam dalam jiwa, yang denganya lahirlah macam-macam perbuatan, baik

atau buruk tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.21

Asep Usman Ismail dalam bukunya yang berjudul Tasawuf Menjawab

Tantangan Global mendefinisikan akhlak memiliki lima ciri pokok, yaitu:

1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam secara terus

19

M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (konseling) Islam, h. 135-137.

20

Asmaran As., Pengantar Ilmu Akhlak, (PT. Raja Grafindo Persada, 1994), Cet. Ke-2, h. 4.

21

(31)

21

menerus di dalam jiwa seseorang sehingga kuat dan mengakar. Jika

seseorang berakhlak dermawan, maka kedermawanan tersebut telah

mendarah daging, sehingga menjadi kepribadian yang membedakan

dirinya dengan orang lain.

2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan seseorang dengan

mudah dan gampang tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.

Hal ini tidak berarti bahwa ketika seseorang melakukan perbuatan tersebut

dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan atau gila. Perbuatan akhlak

tersebut mengalir dengan mudah tanpa mengalami hambatan sedikit pun.

3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang

mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan

akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan

keputusan yang bersangkutan.

4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya,

bukan main-main atau bersandiwara. Perbuatan akhlak adalah perbuatan

nyata dalam kehidupan sosial. Untuk membedakan apakah perbuatan

seseorang itu sungguh-sungguh atau hanya sandiwara, maka perlu

dilakukan pengamatan secara seksama dan terus menerus terhadap

perilaku orang tersebut.

5. Perbuatan akhlak, khususnya akhlak terpuji adalah perbuatan yang

dilakukan atas dasar keimanan dan pengabdian kepada Allah dengan

(32)

Nya, baik di dunia maupun di akhirat.22

Jika diperhatikan dengan seksama, tampak bahwa seluruh definisi

akhlak tersebut tidak ada yang saling bertentangan, melainkan saling

melengkapi. Akhlak yaitu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang

nampak dalam perbuatan lahiriah yang dilakukannya secara spontan dan

mudah, tanpa memerlukan pemikiran yang rumit dan sudah menjadi

kebiasaan.

Kata akhlak yang dikaitkan dengan kata Islami, maka akan

berbentuk akhlak Islami, secara sederhana akhlak Islami diartikan sebagai

akhlak yang berdasarkan ajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami.

Kata Islam yang berada di belakang kata akhlak menempati posisi sifat.

Dengan demikian akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan

mudah, disengaja, mendarah daging dan berdasarkan pada ajaran Islam.

Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka akhlak Islami juga bersifat

universal.23

Jadi, akhlak Islami bersifat mengarahkan, membimbing,

mendorong peradaban manusia agar memiliki akhlak yang baik untuk

mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

1. Macam-Macam Akhlak

Secara garis besar, akhlak dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Akhlak Mahmudah

22

Asep Usman Ismail, Tasawuf Menjawab Tantangan Global: Upaya Membangun KarakterMuslim, (Jakarta: Trans Pustaka, 2012), h. 228-229.

23

(33)

23

Akhlak mahmudah atau akhlak yang mulia sangat banyak

jumlahnya. Namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan, dan

manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian,

yaitu:

1. Akhlak Terhadap Allah

Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa

tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji yang jangankan manusia,

malaikatpun tidak akan menjangkau hakekatnya.

2. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan

menghargai, menghormati, menyayangi, dan menjaga diri sendiri itu

sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggung jawabkan

dengan sebaik-baiknya.

3. Akhlak Terhadap sesama manusia

Manusia adalah makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya

secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain. Untuk

itu, ia perlu bekerjasama dan saling tolong menolong dengan orang lain.

Islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara, karena ia

berjasa dalam pendewasaan kita , dan merupakan orang yang paling dekat

dengan kita.

Caranya dapat dilakukan dengan memuliakannya, memberikan

bantuan, pertolongan, dan menghargainya. Karena manusia adalah

(34)

dengan yang lainnya berakhlak baik.24

b. Akhlak Mazmumah

Akhlak Mazmumah (akhlak yang tercela) adalah sebagai lawan

atau kebalikan dari akhlak yang baik sebagaimana tersebut di atas. Dalam

ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar

dapat dipahami dengan benar, dan menjadi peringatan bagi kita untuk

menjauhinya.

Macam-macam akhlak yang tercela, di antaranya:

1. Berbohong. Memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak

sesuai dengan yang sebenarnya.

2. Takabur (sombong). Merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi, mulia

melebihi orang lain. Pendek kata merasa dirinya lebih hebat.

3. Dengki. Rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh

orang lain.

4. Bakhil atau kikir yang berarti sukar mengurangi, berbagi, atau

memberi sebagian dari apa yang dimilikinya untuk orang lain.25

D. Pembinaan Akhlak

Kata pembinaan adalah kata dasar dari “Bina” yang mempunyai arti

pembaruan, penyempurnaan usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan

24

Muhammad Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Karya Mulya, 2005), h. 49.

25

(35)

25

secara berdaya guna dan berhasil untuk memperoleh hasil yang lebih baik.26

Slamet Santoso dalam bukunya yang berjudul Teori-teori Psikologi

Sosial mendefinisikan pembinaan akhlak adalah suatu proses, yang

menghasilkan kecakapan atau pengembangan akhlak yang mencakup

urutan-urutan pengertian, diawali dengan mendirikan, membutuhkan, memelihara

pertumbuhan tersebut yang disertai usaha-usaha perbaikan, menyempurnakan

dan mengembangkannya.27

Zakiah Daradjat dalam bukunya yang berjudul Ilmu Jiwa Agama

mendefinisikan pembinaan adalah upaya pendidikan baik formal maupun non

formal yang dilaksanakan secara sadar berencana, terarah, teratur dan

bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan,

mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang. Pengetahuan dan

ketrampilan sesuai dengan bakat, keinginan, serta meningkatkan dan

mengembangkan ke arah tercapainya martabat, mutu, dan kemampuan

manusia yang optimal dan pribadi yang mandiri.28

Pembinaan akhlak mempunyai dua fungsi, yaitu:

1. Fungsi Kuratif, membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa

dalam proses perkembangannya atau membantu dalam mengatasi

masalahnya.

2. Fungsi Preventif, dalam fungsi ini pembina dapat memberikan beberapa

terapi sesuai dengan masalah dan keadaan siswa itu sendiri. Pembina dapat

26

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 152.

27

Slamet Santoso, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2010), h. 139.

28

(36)

menggunakan lima poin antara lain:

a. Memfasilitasi perubahan tingkah laku siswa, maksudnya adalah kita

sebagai pembina memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat

mengubah tingkah laku.

b. Menciptakan dan memelihara hubungan, bukan hanya antara pembina

dengan siswa, melainkan bagaimana siswa dapat berhubungan dengan

lingkungan sekitarnya.

c. Meningkatkan keterampilan memecahkan masalah, maksudnya

membantu siswa yang bermasalah tersebut agar dapat belajar

mengatasi situasi-situasi yang dihadapinya dengan keterampilan untuk dapat memecahkan masalah tersebut.

d. Meningkatkan kemampuan membuat keputusan, yaitu membantu

siswa memperoleh dan memahami bukan hanya kemampuan, minat, kesempatan, tetapi juga emosi dan sikap yang mempengaruhi siswa dalam membuat kepusunnya.

e. Memfasilitasi perkembangan potensi siswa, maksudnya dengan

mengembangkan potensi siswa merupakan tujuan pembina yang sering dilakukan di sekolah, yaitu dalam pembinaan terhadap siswa dengan

berupaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan siswa dengan memberikan kesempatan kepadanya untuk belajar menggunakan kemampuan dan minatnya secara optimal.

(37)

27

Dengan demikian akan mencegah terjadinya “Juvenile Delinquency”, sebab

pembinaan akhlak berarti bahwa anak remaja dituntun agar belajar memiliki

rasa tanggung jawab29.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dicermati bahwa betapa pentingnya peran seorang pembimbing Agama dalam membina akhlak remaja.

Karena pembinaan akhlak yang baik sangat bermanfaat bagi remaja untuk menjalani kehidupan kedepannya.

E. Remaja

Remaja adalah masa dimana sudah masuk bukan usia anak-anak lagi.30

Dari laman Wikipedia yang diakses peneliti, remaja adalah waktu manusia

berumur belasan tahun. Remaja juga suatu periode transisi dari masa awal

dewasa.31 Dimana usia tersebut merupakan perkembangan untuk menjadi

dewasa. Oleh sebab itu orang tua dan pendidik sebagai bagian masyarakat

yang lebih berpengalaman memiliki peranan penting dalam membantu

perkembangan remaja menuju kedewasaan.

29

Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), h. 148.

30

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2008), Cet. Ke-1, Ed. 4, h. 1162.

31 Wikipedia, “Pengertian Remaja”, artikel diakses pada 11 Desember 2014 dari

(38)

28 CILANDAK

A. Latar Belakang Berdirinya Rumah Yatim Arrohman

Rumah yatim adalah sebuah organisasi sosial tingkat nasional yang

bergerak dalam pengasuhan dan pengelolaan anak-anak yatim dan dhuafa.

Mengawal mereka menuju masa depan yang lebih gemilang di tengah

kesulitan dan ketidakberdayaan karena kehilangan orangtua dan himpitan

kemiskinan, adalah misi dan amanah rumah yatim. Selama lima tahun

berkiprah, saat ini kami telah memiliki 12.000 anak asuh. Insya Allah ke

depannya target kami menjadi 20.000 anak asuh yang tersebar di seluruh

wilayah nusantara. Sebagai organisasi sosial yang amanah, transparan dan

profesional, selama lima tahun kami senantiasa mengadakan audit keuangan

independent dengan hasil wajar tanpa pengecualian (WTP).

Alhamdulillah, kini keberadaan Rumah Yatim semakin dirasakan oleh

masyarakat, terbukti pada tahun 2010 Rumah Yatim mendapatkan peringkat

ke tujuh versi majalah ‘SWA’ sebagai lembaga amil zakat terbaik tingkat

nasional. Pada tahun 2011 Rumah Yatim menjadi organisasi sosial terbaik

sekota Bandung dan mendapatkan peringkat ke lima sebagai brand awareness

(39)

29

Selain itu, dua tahun berturut-turut mendapatkan rekor Muri pada Hari

Anak Nasional tahun 2010.1

B. Sejarah Singkat Rumah Yatim Arrohman Cilandak

Rumah Yatim Arrohman Cilandak berdiri diatas tanah kepemilikan

donatur . Donatur tersebut bernama ibu Hj. Ali Fikri, beliau berdomisili di

Pondok Labu Jakarta selatan. Proses pengalihan serah terima tanah pun

disaksikan oleh perwakilan pihak Rumah Yatim Arrohman bapak Edi

Nugroho dibantu kepala humas Rumah Yatim Arrohman pusat bapak Oong

Ruhiyat dan donatur yang bersangkutan, dengan terlebih dahulu meminta izin

mendirikan usaha ke pemerintah daerah Jakarta Selatan.

Setelah mendapat izin berdiri, dan mendapat sertifikat izin usaha, tanggal

sembilan agustus 2009 Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta selatan ini

pun dibuka. Mulanya dari awal berdiri, selama tiga tahun Rumah Yatim

Arrohman Cilandak masih menggunakan sistem kontrak dengan ibu Ali Fikri.

Namun sejak tahun 2013 karena kedermawanan beliau, maka tanah itu pun

diizinkan untuk digunakan sebaik mungkin oleh pihak Rumah Yatim

Arrohman Cilandak Jakarta Selatan. Hingga saat ini pun silaturahim dengan

Ibu Hj. Ali Fikri pun masih berjalan dengan baik. Yayasan ini berdiri di atas

lahan seluas 120 meter persegi.2

1

Pamflet Yang dikeluarkan Rumah Yatim Arrohman Cilandak, tahun 2012.

2

(40)

C. Visi dan Misi Rumah Yatim Arrohman Cilandak

1. Visi Rumah Yatim Arrohman

Menjadi lembaga sosial terbaik tingkat nasional dalam pengasuhan dan

pengelolaan anak yatim dan dhuafa.

2. Misi Rumah Yatim Arrohman

a. Memberikan pelayanan terbaik bagi anak-anak yatim dan dhuafa .

b. Menjadi fasilitator antara kaum mampu dan tak mampu.

c. Menjadikan Rumah Yatim sebagai organisasi yang profesional dan

dinamis.3

D. Sasaran dan Jangka Waktu Pelayanan Rumah Yatim Arrohman

Cilandak

1. Sasaran

Sasaran pelayanan Rumah Yatim Arrohman adalah usia anak-anak yatim

atau dhuafa dengan ketersulitan ekonomi melalui pencarian oleh tim

Rumah Yatim Arrohman.

2. Jangka Waktu Pelayanan

Adapun jangka waktu pelayanan di Rumah Yatim Arrohman di targetkan

hingga anak asuh lulus dari bangku SMA.4

3

Pamflet Yang Dikeluarkan Rumah Yatim Arrohman Cilandak, tahun 2012.

4

(41)

31

E. Program Kegiatan Rumah Yatim Arrohman Cilandak

Adapun program-program yang ada di Rumah Yatim Arrohman Cilandak

adalah sebagai berikut5:

(42)

F. Struktur Organisasi Rumah Yatim Arrohman Cilandak

G. Sarana dan Prasarana Rumah Yatim Arrohman Cilandak

Sarana dan Prasarana Rumah Yatim Arrohman Cilandak, adalah sebagai

berikut :

1. Peralatan dan perlengkapan sekolah termasuk laptop yang dibutuhkan bagi

siswa SMA.

2. Satu Front Office (ruang lobby) tempat menerima para donatur dan membuat

laporan keuangan.

3. Tiga kamar tidur dengan masing-masing dengan tiga ranjang dua tingkat.

Kepala Asrama

Momon Abdul Fatah

Logistik

Neneng

Asisten Logistik

Fathonah

Front Office

Julita Astalina

Front Office

Asnawi Front Office

Fatimah

Staf Umum

(43)

33

4. Satu ruang serbaguna.

5. Satu dapur untuk memasak.

6. Satu ruang tamu.

7. Satu ruang makan.

8. Satu ruang menonton televisi .

9. Satu pendopo.

10.Satu mobil operasional, untuk kegiatan operasional Rumah Yatim Arrohman

(44)

34

A. Peran Pembimbing Agama Dalam Membina Akhlak Remaja Di Rumah

Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan

Peran pembimbing agama dalam membina akhlak remaja bukan hal yang

mudah. Setiap apa yang dilakukan oleh pembimbing akan dicontoh oleh anak

asuhnya. Pembimbing agama harus memiliki pengetahuan yang mendalam

soal agama. Karenanya tidak sembarang orang bisa menjadi pembimbing

agama. Mengingat beratnya tugas yang diemban seorang pembimbing agama.

Terlebih yang dihadapi adalah remaja, dimana tidak hanya pengetahuan

agama saja yang harus dikuasai oleh pembimbing agama, tetapi juga

pengetahuan umum tentang perkembangan psikologis remaja pun harus

dikuasai. Karena hal ini berkaitan dengan proses pembinaan akhlak yang

dilakukan pembimbing agama.

Pembinaan akhlak di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan

dilaksanakan setiap hari Senin, Selasa, Rabu, dan Sabtu setelah Shalat Isya

berjamaah di ruang serbaguna Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta

Selatan dengan pengawasan kepala asrama dan beberapa staff selaku

pembimbing agama. Dan diberikan pengajaran tentang ilmu agama khususnya

tentang pembinaan akhlak yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits, dan

juga beberapa buku-buku Islam khususnya yang mengenai akhlak.

Pengajaran tentang ilmu agama ini sangat penting agar anak asuh

(45)

35

bermasyarakat sehari-hari.

Setelah melakukan penelitian tentang apa saja peran seorang

pembimbing agama dalam membina akhlak remaja di Rumah Yatim

Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan, peneliti mendapatkan hasil tentang peran

pembimbing agama dalam membina akhlak remaja, diantaranya adalah

sebagai berikut:

Dari penelitian yang dilakukan, metode bimbingan yang dipakai oleh

pembimbing adalah metode ceramah, metode diskusi kelompok, dan metode

tanya jawab. Serta pembimbing mencontohkan lewat teladan yang baik, agar

anak asuh dapat melihat contoh yang terpuji.

Peran pembimbing agama dalam membina akhlak remaja di Rumah

Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan sangat penting dilakukan bagi

anak asuh. Karena mereka adalah salah satu sumber daya manusia yang

memiliki potensi dan penerus cita-cita bangsa. Agar setiap anak asuh mampu

memikul tanggung jawab tersebut, maka penting bagi mereka untuk mendapat

kesempatan yang luas untuk tumbuh dan berkembang secara optimal baik

fisik, mental, rohani, maupun sosial. Hal ini sejalan dengan wawancara

peneliti dengan Momon Abdul Fatah selaku kepala asrama Rumah Yatim

Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan.

“Sangat penting bagi mereka untuk tetap mendapatkan hak mereka

berkembang secara optimal selayaknya remaja lainnya.mereka juga kan aset

umat, aset bangsa. Kalo mereka rusak bagaimana nasib umat, nasib bangsa.

(46)

jawab kita bersama. Memang, secara kasat mata mendidik mereka adalah

tanggung jawab kami, tapi masyarakat juga turut andil dalam menyajikan

contoh perilaku, karena mereka cenderung dengan mudahnya menyerap

sesuatu hal apa yang anak-anak anggap keren walaupun itu negatif. Maka itu,

saya katakan masalah pembinaan mereka khususnya soal akhlak menjadi

tanggung jawab kita bersama.”1

Begitu juga pentingnya dengan pemberian contoh yang baik.

Pembimbing agama di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan

senantiasa berusaha memberikan contoh teladan yang baik.

“Ketika berbicara mengenai pembinaan akhlak penting bagi kami untuk

memberikan contoh perilaku yang baik, karena anak-anak dapat dengan mudah mencontoh dari apa yang kami lakukan”.2

Hal ini diperkuat dan bersumber dari ajaran Al-Qur’an. Sebagaimana bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)

hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (Q.S Al-Ahzab: 21)

Seorang pembimbing agama harus memiliki akhlak yang baik, segala

sesuatu yang berguna, yang sesuai dengan nilai dan norma agama dan

memberi manfaat bagi diri sendiri serta orang lain, terlebih karena ia akan

1

Wawancara Pribadi Dengan Momon Abdul Fatah Pada Sabtu, 22-11-2014.

2

(47)

37

membimbing yang dimana dibutuhkan pengetahuan yang cukup tentangnya.

“Saya sih pengennya pembimbing sebagai pengganti orang tua kita .”

begitulah pemaparan Abdul Sobur salah satu anak asuh di Rumah Yatim

Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan.3 Maksudnya adalah agar pembimbing

agama melaksanakan tugasnya sebaik mungkin layaknya orang tua bagi

mereka. Oleh karenanya pembimbing agama juga bertugas mengingatkan

anak asuhnya untuk selalu mengerjakan perintah agama, berbuat baik kepada

sesama, dan menghormati orang lain baik yang lebih muda maupun kepada

Pembimbing agama tidak hanya memberikan pendidikan agama tetapi

juga berperan untuk membimbing bagaimana kehidupan anak asuh secara

sosial.

“Pembimbing yang enak enggak Cuma mengajarkan tentang agama.

Bimbingan agama memang penting banget untuk kita, tapi juga lebih enak lagi kehidupan sosial kita diperhatiin”. Begitu ujar Muhammad Ibrahim salah satu

anak asuh di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan4

“Kita selaku pembimbing berupaya semaksimal mungkin untuk

memerhatikan segala aspek kebutuhan anak-anak ”. Begitu kata Momon

3

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Pathurohman Pada Senin, 24-11-2014.

4

(48)

Abdul Fatah mengenai tugas yang diembannya di Rumah Yatim Arrohman

Cilandak, Jakarta Selatan.5

Selanjutnya pembimbing agama tidak hanya menjadi tempat bertanya

dan mengajarkan bimbingan agama dan lainnya tapi juga harus menjadi

pemberi nasihat dan masukkan yang baik bagi anak asuh. Seorang

pembimbing agama baiknya selalu menyediakan waktu dan ruang agar selalu

ada setiap anak asuh membutuhkan bantuannya. Remaja di Rumah Yatim

Arrohman Cilandak adalah remaja yang membutuhkan nasihat dan masukkan

dari para pembimbing agama sebagai pengganti orang tua mereka. Oleh sebab

itu pembimbing memiliki tugas ganda selain memberi masukkan dan nasihat,

pembimbing juga harus hadir untuk berperan sebagai pengganti orang tua

mereka. Di sinilah seorang pembimbing agama yang baik diharapkan

menguasai juga perkembangan psikologi remaja agar

permasalahan-permasalahan yang dialami remaja ini mampu dipahami dengan baik dan bisa

membantu penyelesaiannya.

Secara garis besar peneliti dapat menyimpulkan bahwa pengertian

pembinaan akhlak terhadap remaja adalah suatu usaha yang dilakukan seorang

pembimbing untuk mengembangkan potensi serta mengarahkan pertumbuhan

dan perkembangan secara optimal melalui ajaran agama Islam. Maka dari itu

diharapkan Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan menjadi tempat

pembinaan akhlak yang baik, agar para remaja di sana dapat menghayati dan

mengamalkan ajaran yang baik tersebut dan dijadikan sebagai pandangan

5

(49)

39

hidup sehingga dapat terbentuk kepribadian muslim.

Dari hasil wawancara yang telah dijelaskan di atas dapat disimpilkan

secara garis besar peran pembimbing agama di Rumah Yatim Arrohman

Cilandak, Jakarta Selatan sebagai berikut:

1. Memberikan contoh teladan yang baik

2. Sebagai orang tua asuh

3. Sebagai pemerhati segala aspek kebutuhan anak asuh

4. Sebagai pemberi masukkan dan nasehat

5. Sebagai tempat pembinaan akhlak yang baik

B. Materi Bimbingan Agama Dalam Pembinaan Akhlak Remaja Yang

Digunakan Di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan

Dalam menjalankan pembinaan akhlak remaja di Rumah Yatim

Arrohman ada beberapa bentuk materi yang disisipkan dalam bentuk

bimbingan agama di antaranya adalah:

1. Materi Akidah Tauhid

Materi ini penting diberikan untuk mengenal Allah SWT secara utuh

dan benar. Diharapkan dengan tauhid yang kuat akan menghasilkan iman

yang baik dan benar.6 Hal ini dirasa masuk akal sebab terjadinya akhlak

yang buruk dikarenakan kurangnya pemahaman dan penghayatan

nilai-nilai keimanan yang lemah. Dan dikarenakan lemahnya dan tidak baiknya

iman, seseorang menjadi tidak segan untuk menjalankan akhlak yang

buruk.

6

(50)

Tauhid adalah ajaran yang berarti mengesakan Allah SWT,

mengagungkan Allah SWT. Karena Allah adalah Tuhan yang maha esa

dan maha agung. Karena itu penting bagi kita untuk memiliki keyakinan

tauhid yang mengakar kuat dalam sanubari diri kita masing-masing.

Keyakinan dalam akidah tauhid tidak boleh tercampur dengan keraguan

ataupun kebimbangan.

Maka dari itu apabila anak asuh tauhidnya telah rusak atau ternoda,

maka akan hancurlah akhlak perbuatan dan ibadahnya. Dengan demikian

jelaslah sudah tauhid berperan penting dalam menentukan akhlak

seseorang.

Materi yang disampaikan oleh pembimbing agama bersumber dari

Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW, serta buku-buku agama

Islam khususnya tentang bahasan akhlak. Materi-materi ini disampaikan

oleh Momon Abdul Fatah yang merangkap sebagai kepala asrama di

Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan

2. Materi Akhlak

Materi akhlak ini disampaikan kepada anak asuh agar anak asuh

mengetahui bagaimana cara menentukkan sikap yang baik terhadap

manusia maupun Tuhannya.7 Materi ini sangat penting diterapkan pada

anak asuh agar bisa mengetahui tingkah lakunya untuk menentukan tujuan

hidupnya sendiri.

3. Materi Fiqh

7

(51)

41

Fiqh pada dasarnya adalah memahami atau mengerti sesuatu .

Dengan demikian pemahaman dan pengaplikasian ilmu fiqh dapat

membuka hal-hal samar dari perkataan dan perbuatan.

Materi fiqh ini sangat bagus dan penting diterapkan pada anak asuh

di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan, karena dengan

adanya ilmu fiqh anak asuh mengerti bagaimana cara mempergunakan

perkataan dan perbuatan yang baik.

“Fiqh ini bisa membangun diri anak asuh agar selalu berhati-hati

dalam pergaulan dengan lingkungannya, sehingga mereka tidak terjerumus

melakukan hal-hal tercela yang mengakibatkan dosa yang akan

mengkhianati Allah SWT.8

C. Faktor Hambatan Dalam Proses Pembinaan Akhlak Remaja di

Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan

Proses pembinaan akhlak yang berjalan di Rumah Yatim Arrohman

Cilandak, Jakarta Selatan juga tidak selalu berjalan mulus dalam artian

memiliki beberapa hambatan. Ada dua hambatan dalam proses pembinaan

akhlak ini, yaitu aspek internal dan aspek eksternal.

“Aspek internalnya adalah rasa malas dalam diri anak tersebut aspek

eksternalnya adalah pengaruh dari faktor lingkungan”.9

Berdasarkan pengamatan observasi dan wawancara peneliti, berbagai

8

Wawancara Pribadi Dengan Momon Abdul Fatah Pada Kamis, 27-11-2014.

9

(52)

pembinaan dan pelaksanaan sudah berjalan dengan baik. Namun hal yang baik

ini memang akan sia-sia jika anak asuhnya menerima pengaruh yang buruk

dari lingkungan luar.

Hal yang perlu diperhatikan juga adalah faktor teknologi. Dimana

belakangan ini dapat disaksikan dengan mudahnya teknologi memberikan

pengaruh buruk terhadap kehidupan remaja. Mulai dari permasalahan jejaring

sosial yang bisa mengakibatkan pornografi, penculikan, penipuan dan

sebagainya. Ini salah satu faktor yang mudah mempengaruhi pembentukan

akhlak.

D. Analisis Data

Peran pembimbing agama dalam membina akhlak remaja yang dilakukan

di Rumah Yatim Arrohman Cilandak, Jakarta Selatan sangat penting bagi anak

asuh yang berada di asrama. Semua ini terlihat dari contoh perilaku anak asuh

yang peneliti saksikan sendiri. Anak asuh sudah terbiasa bersikap baik

terhadap semua orang dan tidak pernah melakukan hal-hal yang dilarang oleh

agama khususnya mengenai akhlak.

Pemahaman yang diberikan pembimbing agama memberikan penyadaran

kepada anak asuh agar tidak lagi memiliki kebiasaan dan akhlak yang buruk

serta memberikan arahan agar anak asuh senantiasa berada dalam ajaran

agama yang lurus.

Pembimbing agama berperan dalam menjalani visi dan misi dari Rumah

(53)

43

martabat, kepercayaan diri, dan memberi nasihat pada anak asuh untuk bisa

menjauhkan diri dari perilaku yang menyimpang dari norma-norma agama.

Dan memberikan motivasi sehingga anak asuh tidak merasa rendah diri dan

dikucilkan masyarakat, sehingga anak asuh bisa hidup layak dan percaya diri

di masyarakat.

Anak asuh yang telah mendapatkan pembinaan akhlak di asrama

memiliki perubahan yang cukup signifikan yaitu terbiasa bertutur kata yang

sopan dan takut untuk meninggalkan sholat lima waktu, perubahan itu terlihat

setelah mendapatkan pembinaan dari pembimbing agama. Sedangkan sebelum

anak asuh mendapatkan pembinaan yang diberikan oleh pembimbing agama,

masih banyak anak asuh yang belum menjalankan kewajiban shalat lima

waktu.

Anak asuh yang menjalankan pembinaan akhlak dari pembimbing agama

merasa bahwa hidupnya lebih baik dari kehidupan mereka dahulu, sebab

sebelum mendapatkan pembinaan akhlak mereka selalu merasa bahwa hidupnya selalu merasa “bebas” dalam artian bisa melakukan perbuatan apa

yang mereka mau walaupun itu negatif, tanpa ada rasa bersalah.10

Pembinaan akhlak ini bisa menyadarkan anak asuh bahwa perbuatan

yang selama ini mereka kerjakan adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah

SWT, dan melanggar norma-norma agama. Pembinaan akhlak ini juga

menyadarkan anak asuh untuk tidak mengulangi lagi perbuatan yang salah

tersebut.

10

Gambar

GAMBARAN UMUM RUMAH YATIM ARROHMAN

Referensi

Dokumen terkait

Keterlambatan pelaksanaan proyek umumnya selalu menimbulkan akibat yang merugikan baik bagi pemilik maupun kontraktor, karena dampak keterlambatan adalah konflik dan

Sementara itu 2 (dua) Kota di Provinsi Jawa Tengah, Kota Surakarta memiliki kepadatan penduduk per kilo meter persegi lebih tinggi daripada Kota Semarang yaitu 12.140,36 jiwa/km 2

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehinga penulis dapat menyelesaikan Karya

• ~ , •  'tf; , NULAKSUMUR Kerta masa carike sami wong tanine gilik salunglung sabayantaka mendak toya ngendagin mamungkah ngalampit malasah nandur maduluran yadnya

Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap peningkatan prestasi belajar mata pelajaran IPA tema 3 anak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kinerja keuangan Perusahaan Otomotif dan Komponennya yang tercatat di BEI sehat dan dapat memberikan nilai tambah

Pernapasan dada terjadi karena gerakan tulang-tulang rusuk oleh otot-otot antar rusuk (interkostal). Inspirasi terjadi jika otot-otot antarrusuk berkontraksi sehingga

Upaya China untuk membenahi sektor domestik dan kebijakan luar negeri nya kemudian menjadi penyebab meningkatnya hubungan dagang antar China dengan negara-negara