• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Sifat Kepemimpinan Wanita Terhadap Kinerja Guru pada SMA Negeri 2 Lhokseumawe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Sifat Kepemimpinan Wanita Terhadap Kinerja Guru pada SMA Negeri 2 Lhokseumawe"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH SIFAT KEPEMIMPINAN WANITA

TERHADAP KINERJA GURU

PADA SMA NEGERI 2

LHOKSEUMAWE

OLEH : INTAN FAUZIAH

080521160 MANAJEMEN

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis Pengaruh Sifat Kepemimpinan Wanita Terhadap Kinerja Guru Pada SMA Negeri 2 Lhokseumawe. Obyek penelitian ini adalah Guru Pada SMA Negeri 2 Lhokseumawe.

Permasalahan penelitian Apakah sifat kepemimpinan ibu Hj. Ulya Maksum berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja guru pada SMA Negeri 2 Lhokseumawe.Metode sampel menggunakan purposive sampling. Penelitian ini mempergunakan 44 responden dan keseluruhan responden adalah Guru Pada SMA Negeri 2 Lhokseumawe Analisis data mempergunakanSPSS 15.0 for windows.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan Wanita berpengaruh positif terhadap Kinerja Guru pada SMA Negeri 2 Lhokseumawe yaitu Kecerdasan Kepala Sekolah berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Kedewasaan hubungan sosial Kepala Sekolah berpengaruh positifterhadapKinerja guru. Motivasi diri Kepala Sekolah berpengaruh positif terhadap kinerja guru.

(3)

ABSTRACT

This study analyzes the influence of Women Against Nature of Leadership Teacher Performance At SMA Negeri 2 Lhokseumawe. The object of this study is the Teacher In SMA Negeri 2 Lhokseumawe.

Research problem is the nature of leadership Hj mother. UlyaMaksum has a positive and significant impact on the performance of teachers at SMAN 2 Lhokseumawe. Sample using purposive sampling method. The study used 74 respondents and all respondents are Master At SMA Negeri 2 Lhokseumawe data analysis using SPSS 15.0 for Windows.

The results of this study indicate that women have a positive leadership style on teacher performance in the SMA Negeri 2 Lhokseumawe Intelligence Principal positive effect on teacher performance. Maturity Principal relationships positive effect on teacher performance. Principal self-motivated positive effect on teacher performance.

(4)

KATA PENGANTAR

Assallamuallaikum Wr.Wb.

Puji syukur alhamdullilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Sifat Kepemimpinan Wanita

Terhadap Kinerja Guru Pada SMA Negeri 2 Lhokseumawe”.

Peneliti menyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini

adalah berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan

terima kasih atas segala bantuan, bimbingan, pengarahan, perhatian dan dorongan

yang telah diberikan dalam proses penyusunan skripsi ini. Rasa terimakasih ini

peneliti sampaikan kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE.,ME., selaku Ketua Departemen S1 Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan sekaligus Dosen

Pembimbing,

3. Ibu Dra. Marhayanie MSi., selaku Sekretaris Departemen S1 Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu DR. Endang Sulistya Rini SE., MSi,. selaku Ketua Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Yulinda SE, Msi, selaku dosen Pembimbing.

6. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE., MSi., selaku Dosen Pembaca

(5)

7. Bapak dan Ibu Dosen dan Staff Pengajar di Departemen Manajemen.

8. Kedua Orang Tuaku tercinta, Mukhtar Sabi dan Musthah Spd, terimakasih atas dukungannya baik moril dan materil.

9. Ketiga abangku, Zulfikar, Jufrizal, dan Dedy Zamhuri untuk dukungannya baik moril dan materil.

10. Sahabat terbaikku, Irwansyah putra, terima kasih atas waktu, semangat dan

dukungan yang penuh selama penelitian ini dilakukan.

11. Teman terbaikku, Erika J. Pasaribu, Neni Umar, Mei nora Sihaloho, atas

dukungannya.

12. Teman-teman seperjuangan, Ina Novita NST, Amanda Rahayu Harahap,

Yossie Afrida, serta buat temen-temen manajemen stambuk 2008 Ekstensi

yang tidak dapat di sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun peneliti ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu peneliti sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya peneliti hanya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun

yang berkenan membacanya.

Wassalamuallaikum Wr.Wb

Medan, Oktober 2012

Peneliti

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……….. i

ABSTRACT……… ii

KATA PENGANTAR……… iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah... 6

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

1.3.1. Tujuan Penelitian... 6

1.3.2. Manfaat Penelitian... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perngertian Kepemimpinan... 8

2.1.1. Teori-teori Kepemimpinan...8

2.1.2. Gaya Kepemimpinan... 10

2.1.3. Indikator Kepemimpin... 11

2.1.4. Peningkatan Perempuan Sebagai Pemimpin... 12

2.2 Pengertian kinerja ... 12

2.2.1.Tujuan sasaran kinerja... 13

2.2.2. Penilaian kinerja... 14

2.2.3. Indikator kinerja... 15

2.2.4. Pengembangan Kinerja Guru... 17

2.3. Penelitian Terdahulu... 17

2.4. Kerangka Konseptual... 18

2.5. Hipotesis... 20

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian... 21

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian... 21

3.3. Batasan Operasional... 21

3.4. Definisi Operasional... 21

3.5. Skala Pengukuran Variabel... 23

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian... 23

3.7. Jenis Data... 24

3.8. Teknik Pengumpulan Data... 25

3.9. Uji Validitas dan Reliabilitas... 26

3.10. Teknik Analisis... 31

(7)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan……….. 39

4.2 Hasil Penelitian……….. 41

4.2.1 Analisis Deskriptif………... 42

4.2.2 Analisis Variabel………. 44

4.2.3 Pengujian Asumsi Klasik……… 45

4.2.4 Analisis Regresi Linear Berganda………. 54

4.3 Pembahasan ……….. 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………..,.………. 66

5.2 Saran………..………. 67

(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Absensi guru SMA Negeri 2 Lhokseumawe... 4

1.2 Kelulusan Ujian Nasional Siswa SMA Negeri 2 Lhokseumawe .... 5

3.1 Operasional Variabel... 22

3.2 Instrumen Skala Likert... 23

3.3 Daftar Sampel Penelitian………. 24

3.4 Uji Validitas Variabel Kecerdasan………. 27

3.5 Uji Validitas Variabel Hubungan Sosial……….. 27

3.6 Uji Validitas Variabel Motivasi Diri……… 28

3.7 Uji Validitas Variabel Kinerja Guru……… 28

3.8 Uji Validitas Variabel Kinerja Guru Kedua……… 29

3.9 Uji Realibilitas Variabel Kecerdasan………. 30

3.10 Uji Realibilitas Variabel Hubungan Sosial………. 30

3.11 Uji Realibilitas Variabel Motivasi Guru……….. 31

3.12 Uji Realibilitas Variabel Kinerja Guru……… 31

4.1 Jumlah Siswa/siswi Tahun 2002-2011………. 37

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……… 38

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia……… 38

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan………. 39

4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan ……… 40

4.6 Distribusi Pendapat Responden terhadap Variabel Kecerdasan…. 43 4.7 Distribusi Pendapat Responden terhadap Variabel Hubungan Sosial………... 44

4.8 Distribusi Pendapat Responden terhadap Variabel Motivasi Diri.. 45

4.9 Distribusi Pendapat Responden terhadap Variabel Kinerja Para guru………. 46

4.10 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test………. 50

4.11 Colliniearity Statistic (Tolerance & VIF)……… 51

4.12 Uji Regresi Berganda………... 53

4.13 Koefisien Determinan……….. 54

4.14 Uji Pengaruh Serempak (Uji F)……… 55

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual... 19

4.1 Uji Normalitas……… 48

4.2 Diagram Histogram……… 49

(10)

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis Pengaruh Sifat Kepemimpinan Wanita Terhadap Kinerja Guru Pada SMA Negeri 2 Lhokseumawe. Obyek penelitian ini adalah Guru Pada SMA Negeri 2 Lhokseumawe.

Permasalahan penelitian Apakah sifat kepemimpinan ibu Hj. Ulya Maksum berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja guru pada SMA Negeri 2 Lhokseumawe.Metode sampel menggunakan purposive sampling. Penelitian ini mempergunakan 44 responden dan keseluruhan responden adalah Guru Pada SMA Negeri 2 Lhokseumawe Analisis data mempergunakanSPSS 15.0 for windows.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan Wanita berpengaruh positif terhadap Kinerja Guru pada SMA Negeri 2 Lhokseumawe yaitu Kecerdasan Kepala Sekolah berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Kedewasaan hubungan sosial Kepala Sekolah berpengaruh positifterhadapKinerja guru. Motivasi diri Kepala Sekolah berpengaruh positif terhadap kinerja guru.

(11)

ABSTRACT

This study analyzes the influence of Women Against Nature of Leadership Teacher Performance At SMA Negeri 2 Lhokseumawe. The object of this study is the Teacher In SMA Negeri 2 Lhokseumawe.

Research problem is the nature of leadership Hj mother. UlyaMaksum has a positive and significant impact on the performance of teachers at SMAN 2 Lhokseumawe. Sample using purposive sampling method. The study used 74 respondents and all respondents are Master At SMA Negeri 2 Lhokseumawe data analysis using SPSS 15.0 for Windows.

The results of this study indicate that women have a positive leadership style on teacher performance in the SMA Negeri 2 Lhokseumawe Intelligence Principal positive effect on teacher performance. Maturity Principal relationships positive effect on teacher performance. Principal self-motivated positive effect on teacher performance.

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar

yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

Penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan

berkesinambungan melalui sistem pend2idikan yang berkualitas baik dalam jalur

pendidikan formal, informal, maupun nonformal mulai dari pendidikan dasar

sampai pendidikan tinggi (Mulyasa 2004:4). Pentingnya pengembangan sistem

pendidikan yang berkualitas perlu lebih ditingkatkan, karena berbagai indikator

menunjukkan bahwa pendidikan yang ada belum mampu menghasilkan sumber

daya sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan pembangunan.

Sardiman (2005:125) mengemukakan guru adalah salah satu komponen

manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha

pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh

karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus

berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional,

sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru

tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan,

tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai

pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.

Dalam pelaksanaan tugasnya mendidik, guru memiliki sifat dan perilaku

(13)

yang dalam melakukan pekerjaan itu tanpa dilandasi rasa tanggung jawab, selain

itu ada juga guru yang suka membolos, tidak datang tepat pada waktu, dan tidak

mematuhi perintah. Kondisi seperti itu menyebabkan kinerja guru akan rendah.

Kinerja rendah akan menyebabkan sulitnya sekolah mencapai hasil yang

diharapkan.

Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan

tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi

ekonomi (wibowo 2007:2). Mangkunegara (2004:67) mendefinisikan kinerja

adalah hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang

pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya. Sulistiyani dan rosidah (2003:223) menyatakan kinerja

seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang

dapat dinilai dari hasil kerjanya.

Kinerja guru dalam mempersiapkan siswa untuk melewati jenjang

pendidikan sangat bergantung pada kepala sekolah sebagai pemimpin dalam

mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Hal tersebut dikarenakan

kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan,

administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan

pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana Mulyasa (2004: 25).

Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan

menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi, memiliki

komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepemimpinan

(14)

melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. Oleh karena itu,

kepala sekolah harus mempunyai kepribadian atau sifat-sifat dan kemampuan

serta keterampilan-keterampilan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan.

Dalam perannya sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus dapat

memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga

kinerja guru selalu terjaga.

Tercapai atau tidaknya visi dan misi sekolah juga erat kaitannya dengan

kepala sekolah sebagai pimpinan. Menurut Dubrin (2005:4) kepemimpinan adalah

upaya mempengaruhi banyak orang melalui komunikasi untuk mencapai tujuan.

Selain itu, Dubrin juga mendefinisikan kepemimpinan sebagai kekuatan dinamis

penting yang memotivasi dan mengkoordinasikan organisasi dalam rangka

mencapai tujuan. Menurut Davis dalam Thoha (2010:33) terdapat beberapa sifat

umum yang mempengaruhi keberhasilan kepemimpinan,yaitu: kecerdasan,

kedewasaan hubungan sosial, dan motivasi diri.

Pemikiran mengenai pria jauh lebih baik daripada wanita telah

berkembang sejak zaman dahulu. Terlihat dengan banyaknya pria sebagai

pemimpin. Selain itu, pemimpin wanita juga sering dikatakan lemah dalam

pengambilan keputusan, lebih sering ragu-ragu dan tidak tegas. Seiring

perkembangan zaman dan kesadaran wanita untuk berkembang, wanita telah

memiliki kemampuan yang sama untuk menjadi pemimpin seperti layaknya pria.

Salah satu organisasi yang pemimpinnya wanita adalah SMA Negeri 2

Lhokseumawe, yang dipimpin oleh ibu Hj. Ulya Maksum Hasan. Ibu Ulya

(15)

sudah menganggap para guru seperti keluarga sendiri. Keadaan seperti inilah

yang sering disalah artikan oleh para guru. Seperti kejadian selesai ujian semester,

seharusnya para guru tetap hadir ke sekolah walaupun proses belajar mengajar

tidak ada. Tetapi hanya beberapa guru saja yang hadir. Ibu Ulya maksum kurang

tegas dalam menegur guru yang malas tersebut. Ketidak tegasan Ibu Ulya

menyebabkan pengaruh yang kurang baik terhadap beberapa guru. Mereka sering

bolos tanpa alasan, sering masuk kelas tidak tepat waktu.

Kurangnya tanggung jawab guru yang terjadi di SMA Negeri 2

Lhokseumawe dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1.1

Absensi Guru SMA N 2 Lhokseumawe Tahun 2008 Sampai dengan Tahun 2011

Keterangan Jumlah

Sumber : Bagian tata usaha SMA N 2 Lhokseumawe, Data diolah

Berdasarkan pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa kinerja guru SMA Negeri

2 Lhoksumawe tahun 2008 hingga 2011 mengalami penurunan, terlihat dari

meningkatnya ketidakhadiran guru dengan alasan izin, sakit, cuti bahkan tanpa

keterangan. Kenaikan setiap tahunnya yang berlangsung secara terus menerus

dapat mengindikasikan bahwa kinerja karyawan tidak maksimal. Hal ini dapat

terjadi dikarenakan kurangnya wibawa seorang kepala sekolah dalam

(16)

melanggar peraturan. Sehingga para guru tidak takut apabila melanggar peraturan

karena tidak ada sanksi atau teguran yang diberikan kepala sekolah.

Kepala Sekolah memiliki misi diantaranya meningkatkan perolehan Nilai

Ujian Akhir Nasional rata-rata 0,5 pertahun. Hal ini tidak sesuai dengan yang

diharapkan, walau sudah banyak penyuluhan-penyuluhan dilakukan kepada

guru-guru. Akibat dari ketidakdisiplinan guru maka berdampak pada tingkat prestasi

siswa yang dapat dinilai dari hasil kelulusan Ujian Nasional Siswa pada SMA

Negeri 2 Lhokseumawe. Berikut ini dapat dilihat Tabel 1.2 Kelulusan Ujian

Nasional Siswa kelas 3 SMA Negeri 2 Lhokseumawe.

Tabel 1.2

Kelulusan Ujian Nasional Siswa/i SMA N 2 Lhokseumawe Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2011

Tahun Siswa/i

Sumber : Bagian Tata Usaha SMA N 2 Lhokseumawe, Data diolah

Berdasarkan pada Tabel 1.2 menunjukkan bahwa tingkat kelulusan ujian

nasioanal siswa/i SMA Negeri 2 Lhoksumawe tahun 2008 sampai 2011

mengalami penurunan. Pada tahun 2008, jumlah yang lulus sebesar 437 orang

atau sebesar 99,3 %, jumlah yang tidak lulus sebesar 3 orang atau 0,7 %. Pada

tahun 2009, jumlah yang lulus sebesar 438 orang atau sebesar 98,8 %, jumlah

yang tidak lulus sebesar 5 orang atau 1,2 %. Pada tahun 2010, jumlah yang lulus

sebesar 444 orang atau sebesar 99,1 %, jumlah yang tidak lulus sebesar 4 orang

(17)

sebesar 98,6 %, jumlah yang tidak lulus sebesar 6 orang atau 1,4 %. Penurunan

tingkat kelulusan siswa ini dapat terjadi dikarenakan kurangnya kinerja guru

dalam memberikan pelajaran di kelas, disamping itu penurunan tingkat kelulusan

para siswa disebabkan juga karena para guru sering tidak masuk ke dalam kelas

sehingga para siswa ketinggalan pelajaran. Ketinggalan pelajaran menyebabkan

para siswa tidak mampu menjawab soal UN dengan baik.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang pengaruh sifat kepemimpinan Ibu Hj. Ulya Maksum

terhadap kinerja guru pada SMA Negeri 2 Lhokseumawe. Hal ini juga dilakukan

karena di sekolah ini belum pernah diadakan penelitian mengenai kepemimpinan

wanita. Adapun judul penelitian ini adalah “Pengaruh Sifat Kepemimpinan

Wanita Terhadap Kinerja Guru Pada SMA Negeri 2 Lhokseumawe”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalahnya adalah

sebagai berikut: “Apakah sifat kepemimpinan ibu Hj. Ulya Maksum berpengaruh

secara positif dan signifikan terhadap kinerja guru pada SMA Negeri 2

Lhokseumawe ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis

(18)

b. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. SMA Negeri 2 Lhokseumawe

Sebagai sumber informasi dan masukan kepada pihak sekolah mengenai

sifat kepemimpinan terhadap kinerja guru.

2. Penulis

Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai sifat kepemimpinan

dengan menghubungkan teori yang didapat dalam perkuliahan dengan

kenyataan serta dapat memperdalam pengetahuan penulis.

3. Peneliti selanjutnya

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi, sumber informasi,

serta sumbangan pemikiran yang nantinya dapat memberikan

perbandingan dalam mengadakan penelitian pada masa yang akan

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kekuatan dinamis penting yang memotivasi dan

mengkoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan. Tanpa inspirasi

pemimpin, organisasi atau sebuah departemen mungkin akan tidak fokus pada

tujuan tertentu, misalnya untuk meningkatkan keamanan kerja, Dubrin (2005:4).

2.1.1. Teori-teori Kepemimpinan

Untuk mengetahui teori-teori kepemimpinan, dapat dilihat dari beberapa

literatur yang membahas hal-hal yang sama. Dari literatur tersebut diketahui ada

teori yang menyatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat. Adapula

yang menyatakan bahwa pemimpin itu terjadi karena adanya kelompok-kelompok

orang-orang, dan ia melakukan pertukaran dengan yang dipimpin. Teori lain

mengemukakan bahwa pemimpin timbul karen situasinya memungkinkan ia ada.

Dan teori yang paling mutakhir melihat kepemimpinan lewat perilau organisasi

(Thoha, 2010:32). Berikut ini akan diuraikan beberapa teori yang tidak asing lagi,

antara lain:

1. Teori Sifat

Teori awal tentang sifat ini dapat ditelusuri kembali pada zaman Yunani

kuno dan zaman Roma. Pada waktu itu orang-orang percaya bahwa pemimpin itu

dilahirkan, bukannya dibuat. Suatu kenyataan yang dapat diterima bahwa

(20)

suatu pendidikan dan pengalaman. Davis merumuskan beberapa sifat umum yang

tampaknya mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi

yaitu: kecerdasan, kedewasaan hubungan sosial, dan motivasi diri, Thoha

(2010:33)

2. Teori Kelompok

Teori kelompok dalam kepemimpinan ini memiliki dasar perkembangan

yang berakar pada psikologi sosial. Teori kelompok ini beranggapan bahwa,

supaya kelompok bisa mencapai tujuan-tujuannya harus terdapat suatu pertukaran

yang positif diantara pemimpin dan pengikut-pengikutnya.

3. Teori Situasional Dan Model Kontijensi

Dimulai pada sekitar tahun 1940-an ahli-ahli psikologis sosial memulai

meneliti beberapa variabel situasional yang mempunyai pengaruh terhadap

peranan kepemimpinan, kecakapan, dan perilakunya, berikut pelaksanaan kerja

dan kepuasan para pengikutnya.

4. Teori jalan kecil-Tujuan

Seperti telah diketahui secara luas pengembangan teori kepemimpinan

selain berdasarkan pendekatan kontijensi, dapat pula didekati dari teori yang

menggunakan kerangka teori motivasi. Hal ini merupakan pengembangan yang

sehat karena kepemimpinan di satu pihak sangat berhubungan dengan motivasi

(21)

2.1.2. Gaya Kepemimpinan

Menurut Nawawi (2002:27) Gaya kepemimpinan terdiri dari:

a. Otoriter

Kepemimpinan ini dilaksanakan dengan kekuasaan berada di tangan satu

orang atau sekelompok kecil orang, yang diantara mereka selalu ada seseorang

yang menempatkan diri sebagai orang yang paling berkuasa. Seorang pemimpin

yang otoriter menganggap bahwa semua kewajiban untuk mengambil keputusan,

untuk menjalankan tindakan, dan untuk mengarahkan, memberi motivasi dan

mengawasi bawahannya terpusat di tangannya. Seorang pemimpin yang otoriter

mengawasi pelaksanaan pekerjaan dengan maksud untuk meminimumkan

penyimpangan dari arah yang ia berikan.

b. Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya yang menempatkan manusia

sebagai faktor terpenting dalam kepemimpinan yang dilakukan berdasarkan dan

mengutamakan orientasi pada hubungan dengan anggota organisasi. Dasar dari

gaya kepemimpinan demokratis ini adalah pengakuan dan penerimaan bahwa

manusia merupakan mahluk yang memiliki harkat dan martabat yang mulia

dengan hak asasi yang sama.

c. Paternalistis

Kepemimpinan paternalistis menitikberatkan pengaruh yang sifatnya

sebagai seorang bapak dalam hubungan-hubungan antara pemimpin dan

(22)

kesejahteraan para pengikutnya. Maksudnya adalah untuk memberi perlindungan

dan bimbingan.

d. Kharismatik

Para pemimpin kharismatik bergantung pada kepribadian, kualitas pemberi

semangat serta “aura”nya. Mereka adalah pemimpin yang visioner, memiliki

orientasi prestasi pengambil resiko yang penuh perhitungan dan juga merupakan

komunikator yang baik.

e. Bebas

Tipe kepemimpinan ini pada dasarnya berpandangan bahwa anggora

organisasinya mampu mandiri dalam membuat keputusan atau mampu mengurus

diri masing-masing. Sehingga pemimpin hanya memberi sedikit pengarahan atau

petunjuk dalam merealisasikan tugas pokok masing-masing sebagai bagian dari

tugas pokok organisasi.

2.1.3. Indikator Kepemimpinan

Menurut Davis dalam Thoha (2010:33) terdapat beberapa sifat umum yang

mempengaruhi keberhasilan kepemimpinan,yaitu: kecerdasan, kedewasaan

hubungan sosial, dan motivasi diri. Kecerdasan (X1) adalah kemampuan sesorang

yang mencakup kebijakan, pemikiran kreatif dan daya pikir. Kedewasaan

hubungan sosial (X2) merupakan kemampuan seorang dalam mengakui harga

diri,mengakui martabat orang lain, perhatian yang tinggi dan berorientasi pada

bawahan. Motivasi diri (X3) merupakan kemampuan seseorang dalam bertanggung

(23)

2.1.4. Wanita dan Kepemimpinan

kebanyakan wanita melihat dirinyasebagai seseorang yang ragu, bimbang,

bingung akan tujuan-tujuan mereka dalam hidup, dan menunggu dipilih atau

disadari keberadaannya oleh pria. Mereka tidak suka mengambil risiko dan

mereka menjadi gelisah dalam situasi di mana mereka tidak mengetahui banyak

hal. Jika demikian, bagaimana bisawanita menjadi pemimpin? Sifat-sifat seperti

itu bertentangan dengan sifat yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin

seseorang yang bertanggung jawab, menetapkan tujuan, mengambil risiko,dan

membuat keputusan. Oleh karena itu, wanita dapat menjadi pemimpin mungkin

karena merekadididik dengan cara yang berbeda atau mereka mengenali potensi

kepemimpinan yang ada dan telah

belajar untuk memimpin.

2.1.5. Peningkatan Perempuan Sebagai Pemimpin

Menurut Murniati (2004: 63), usaha yang harus dilakukan untuk

meningkatkan peran perempuan sebagai pemimpin adalah:

1. Perempuan harus menyadari bahwa dirinya adalah manusia yang bermartabat

dan haknya sama dengan manusia laki-laki.

2. Perempuan perlu menyadari dan memahami pengaruh struktur kebudayaan

patriarkhi terhadap laki-laki.

(24)

a. Mengembangkan kualifikasi manajer seperti keberanian memasuki

persaingan sehat, percaya diri, objektif dalam berpikir, agresif, ulet,

berambisi, berani bertanggung jawab dan mau menanggung resiko.

b. Meningkatkan keterampilan dalam analisis dan penyelesaian masalah

dalam kaitannya untuk meningkatkan keterampilan mengambil keputusan.

c. Membiasakan diri dalam memimpin dan melakukan proses pengelolaan

aksi-relfeksi-perencanaan dan seterusnya sehingga dapat menemukan

model pengelolaan yang makin berdasarkan pengalaman dan direfleksi

terus menerus.

2.1.6. Perbedaan Pemimpin Wanita Dan Pemimpin Pria

Menurut Robbin (2001:35), memang ada kecendrungan perbedaan dalam

gaya kepemimpinan antara wanita dan laki-laki karena sifatnya. Perbedaan antara

wanita dan laki-laki adalah bahwa wanita memiliki gaya kepemimpinan yang

lebih demokratis. Mereka mendorong partisipasi, berbagai kekuasaan dan

informasi, dan mencoba untuk meningkatkan “kemanfaatan” bagi pengikutnya.

Mereka cenderung memimpin melalui pelibatan atau pemberdayaan dan

mendasarkan pada kharisma, keahlian, kontak, dan keahlian interpersonal dalam

mempengaruhi orang lain. Sedangkan laki-laki merasa lebih nyaman dengan gaya

yang bersifat directive (menekankan pada cara-cara yang bersifat perintah). Mereka lebih mendasarkan pada jabatan otoritas formal sebagai dasar baginya

untuk melakukan pengaruhnya. Perbedaan yang dapat dilihat selanjutnya adalah

(25)

hubungan keakraban, sedangkan laki-laki berbicara dan menekankan status dan

kemandirian.

2.1.7. Persamaan antara pemimpin wanita dan laki-laki

Menurut Robbin (2001:37), kesamaan antara kepemimpinan wanita dan

laki-laki tidak begitu mengherankan. Hampir semua studi yang melihat pada isu

tersebut mnggunakan “jabatan manajerial” sebagai persamaan dari

kepemimpinan. Jelasnya para individu, perempuan maupun laki-laki yang

memilih karir manajerial cenderung memiliki kesamaan. Para individu dengan

sifat kepribadian yang berkaitan dengan kepemimpinan, seperti kecerdasan,

kepercayaan diri, dan kemampuan bersosialisasi, kemungkinan lebih diterima

sebagai para pemimpin dan mendorong untuk lebih mengejar karir di bidang

manajerial.

2.2. Pengertian Kinerja

Mangkunegara (2004:67) mendefinisikan Kinerja (prestasi kerja) adalah

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Bernandin dan Russel dalam Sulistiyani dan Rosidah (2003:224) mengemukakan

kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan

tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,

(26)

2.2.1. Tujuan Sasaran Kinerja

Tujuan sasaran kinerja disusun bersumber pada visi, misi, dan rencana

strategis suatu organisasi. Kinerja suatu organisasi, tim, individu dilakukan untuk

mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Tujuan dan sasaran kinerja tidak lain adalah

untuk menjamin agar proses kinerja dapat berlangsung seperti diharapkan dan

tercapainya prestasi kerja tinggi, Wibowo (2007:41)

1. Tujuan Kinerja

kinerja merupakan tanggung jawab setiap individu terhadap pekerjaan ,

membantu mendefinisikan harapan kinerja, mengusahakan kerangka kerja bagi

supervisor dan pekerja saling berkomunikasi. Tujuan kinerja adalah menyesuaikan

harapan kinerja individual dengan tujuan organisasi. Kesesuaian antara upaya

pencapaian tujuan individu dengan tujuan organisasi akan mampu mewujudkan

kinerja yang baik.

2. Sasaran Kinerja

Sasaran kinerja merupakan suatu pernyataan secara spesifik yang

menjelaskan hasil yang harus dicapai, kapan, dan oleh siapa sasaran yang ingin

dicapai tersebut diselesaikan. Sifatnya dapat dihitung, prestasi yang dapat diamati,

dan dapat diukur. Sasaran merupakan harapan.

2.2.2. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja adalah menilai rasio hasil kerja nyata dari standar

kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan, Hasibuan (2005:87).

(27)

yang dilakukan manajemen atau penyelia. Penilai untuk menilai kinerja tenaga

kerja dengan cara membandingkan kinerja atas kinerja dengan uraian atau

deskripsi pekerjaan dalam suatu periode tertentu biasanya setiap akhir tahun.

Menurut Ruky (2001:20) penilaian kinerja mempunyai tujuan:

a) Meningkatkan prestasi kerja karyawan baik secara individu maupun sebagai

kelompok.

b) Mendorong kinerja sumber daya manusia secara keseluruhan yang

direfleksikan dalam kenaikkan produktivitas

c) Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan meningkatkan

hasil kerja dan prestasi kerja.

d) Membantu perusahaan untuk dapat menyusun program pengembangan dan

pelatihan karyawan yang lebih tepat guna.

e) Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja pegawai

dengan gaji atau imbalannya.

f) Memberikan kesempatan pada pegawai untuk mengeluarkan perasaannya

tentang pekerjaan atau hal-hal yang ada kaitannya.

Dengan demikian penilaian kinerja dalam setiap organisasi mutlak diperlukan,

karena akan mendorong peningkatan kualitas organisasi serta unsur-unsur di

dalam organisasi yang bersangkutan.

2.2.3. Indikator Kinerja

(28)

hasil yang dapat dikuantitatifkan dan mengusahakan data setelah kejadian.

Sementara itu, indikator kinerja dipakai untuk aktivitas yang hanya dapat

ditetapkan secara lebih kualitatif atas dasar perilaku yang dapa diamati.

Menurut Wibowo (2007:101) Terdapat tujuh indikator kinerja, yaitu:

1. Tujuan

Tujuan merupakan keadaan yang berbeda yang secara aktif dicari oleh

setiap individu atau organisasi untuk dicapai.

2. Standar

Standar mempunyai arti penting karena memberitahukan kapan suatu

tujuan dapat diselesaikan. Standar merupakan suatu ukuran apakah tujuan yang

diinginkan dapat dicapai. Tanpa standar, tidak dapat diketahui kapan suatu tujuan

tercapai.

3. Umpan Balik

Antara tujuan, standar, dan umpan balik bersifat saling terkait. Umpan

balik merupakan masukan yang dipergunakan untuk mengukur kemajuan kinerja,

standar kinerja, dan pencapaian tujuan. Dengan umpan balik dilakukan evaluasi

terhadap kinerja dan sebagai hasilnya dapat dilakukan perbaikan kinerja.

4. Alat atau Sarana

Alat atau sarana merupakan sumber daya yang dapat dipergunakan untuk

membantu menyelesaikan tujuan dengan sukses. Alat atau sarana merupakan

faktor penunjang untuk pencapaian tujuan. Tanpa alat atau sarana, tugas pekerjaan

spesifik tidak dapat dilakukan dan tujuan tidak dapat diselesaikansebagaimana

(29)

5. Kompetensi

Kompetensi merupakan persyaratan utama dalam kinerja. Kompetensi

merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menjalankan

pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan baik.

6. Motif

Motif merupakan alasan atau pendorong bagi seseorang untuk melakukan

sesuatu. Manajer memfasilitasi motivasi kepada karyawan dengan insentif berupa

uang, memberikan pengakuan, menetapkan tujuan menantang, menyediakan

sumber dayya yang mengakibatkan disintensif.

7. Peluang

Pekerja perlu mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan prestasi

kerjanya. Terdapat dua faktor yang menyumbangkan pada adanya kekurangan

kesempatan untuk berprestasi, yaitu ketersediaan waktu dan kemampuan untuk

memenuhi syarat.

2.2.4. Pengembangan Kinerja Guru

Pada hakikatnya kinerja guru adalah perilaku yang dihasilkan seorang guru

dalam melaksanakan tugasnya. Kinerja seorang guru akan nampak pada situasi

dan kondisi kerja sehari-hari. Upaya pemerintah untuk terus meningkatkan

kemampuan tenaga pendidik menujukkan perhatian yang semakin meningkat,

sertifikasi tenaga pendidik yang akan berdampak pada tambahan imbalan jelas

akan cukup membantu dalam meningkatkan kinerja guru dalam upaya

(30)

2.3. Penelitian Terdahulu

Wibowo (2010) melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh

Kepemimpinan Wanita Terhadap Kinerja Karyawan PT DERAZONA AIR

SERVICE. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh kepemimpinan

wanita terhadap kinerja karyawan PT Derazona Air Service sebagai berikut: (1)

terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan wanita terhadap kinerja

karyawan, dibuktikan oleh t0 > ttabel yaitu 2,241 > 2,045; (2) pengaruh

kepemimpinan wanita terhadap kinerja karyawan sebesar 14,8% dan sisanya

85,2% dipengaruhi oleh faktor lain.

Sinaga (2008) melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh

Kepemimpinan Perempuan Terhadap Kualitas Akademik Pada AKPER Darmo”

bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan perempuan terhadap

kualitas akademik pada Akper Darmo Medan. Pengujian data dilakukan dengan

kuesioner yang dianalisis dengan menggunakan analisis statistik seperti: uji

validitas dan realibilitas, uji normalitas dan analisis sederhana dengan bantuan

SPSS 13.0 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar 0,165. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,165 yang

berarti 16,5 % variasi variabel terikat (kualitas akademik) mampu dijelaskan oleh

variasi variabel bebas yaitu kepemimpinan perempuan dan 83,5 % lagi

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini.

Berdasarkan pengujian hipotesis dengan uji thitung sebesar 2,983 dan t tabel sebesar

(31)

bahwa kepemimpinan perempuan (variabel bebas) berpengaruh secara signifikan

(nyata) terhadap kualitas akademik (variabel terikat) pada Akper Darmo Medan.

Sugeng (2004) melakukan penelitian dengan judul “Hubungan

Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Sikap Guru Terhadap Pekerjaan dengan

Kompetensi Profesional Guru Matematika SMP Negeri di Kabupaten

Pandeglang” bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hubungan antara

kepemimpinan kepala sekolah dan sikap guru terhadap pekerjaan dengan

kompetensi profesional guru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat

hubungan positif yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dan sikap

guru terhadap pekerjaan dengan kompetensi profesional guru matematika SMP

Negeri di Kabupaten Pandeglang.

2.4 Kerangka Konseptual

Pemikiran mengenai pria jauh lebih baik daripada wanita telah

berkembang sejak zaman dahulu. Terbukti dari pengalaman yang ada seperti hak

untuk bersekolah akan diutamakan untuk diberikan kepada anak laki-laki

dibandingkan anak perempuan. Sejarah zaman dulu inilah yang akhirnya

menanamkan buah pemikiran bahwa wanita tidak mampu memimpin hal yang

lebih besar lagi. Selain itu, pemimpin wanita juga sering dikatakan lemah dalam

pengambilan keputusan, lebih sering ragu-ragu dan tidak tegas. Hal-hal seperti ini

yang membuat wanita jarang diangkat menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi

dan cenderung mempunyai jenjang karir yang tidak jelas.

Menurut Davis dalam Thoha (2010:33) terdapat beberapa sifat umum yang

(32)

hubungan sosial dan motivasi diri. Sifat dasar kepemimpinan menurut Thoha

(2010:64) dalam hubungannya dengan perilaku pemimpin ini, ada dua hal yang

biasanya dilakukan oleh pemimpin terhadap bawahannya, yaitu perilaku

mengarahkan dan perilaku mendukung. Perilaku mengarahkan dapat dirumuskan

sebagai sejauh mana seorang pemimpin melibatkan diri dalam komunikasi satu

arah. Perilaku mendukung adalah sejauh mana seorang pemimpin melibatkan diri

dalam komunikasi dua arah, misalnya mendengar, menyediakan dukungan dan

dorongan, memudahkan interaksi, dan melibatkan para pengikut dalam

pengambilan keputusan. Gaya kepemimpinan seperti ini merupakan norma yang

digunakan sewaktu mencoba mempengaruhi perilaku orang lain.

Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya, Prabu(2001:67). Kinerja dilihat dari tujuh indikator yaitu tujuan, standar, umpan balik, alat dan sarana, kompetensi, motif dan peluang.

(Widodo,2007:101). Berdasarkan uraian tersebut, maka dibuat kerangka

konseptual sebagai berikut:

Sifat Kepemimpinan

Sumber: Miftah Thoha (2010:33), A. Anwar Prabu (2001:67) diolah

(33)

2.5 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka hipotesis

penelitian ini adalah sebagai berikut: “Sifat kepemimpinan (kecerdasan,

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksplanasi. Pada tingkat eksplanasi penelitian

termasuk kedalam penelitian asosiatif, yakni penelitian yang menghubungkan dua

variabel atau lebih untuk melihat pengaruh antara variabel independen terhadap

dependen.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 2 Lhoseumawe, yang

beralamat di jalan Mongeudong Lhokseumawe, Aceh Utara. Sedangkan waktu

penelitian akan dilakukan dari bulan April 2012 sampai dengan Oktober 2012.

3.3Batasan Operasional

Batasan operasional penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel bebas (X) yaitu sifat kepemimpinan yang terdiri dari:

X1 = Kecerdasan

X2 = Kedewasaan hubungan sosial

X3 = Motivasi diri

(35)

3.4Definisi Operasional

a. Menurut Davis dalam Thoha (2010:33) ada beberapa sifat umum yang

mempengaruhi keberhasilan kepemimpinan, yaitu:

1. Kecerdasan (X1) adalah kemampuan sesorang yang mencakup

kebijakan, pemikiran kreatif dan daya pikir.

2. Kedewasaan hubungan sosial (X2) merupakan kemampuan seorang

dalam mengakui harga diri,mengakui martabat orang lain,

perhatian yang tinggi dan berorientasi pada bawahan.

3. Motivasi diri (X3) merupakan kemampuan seseorang dalam

bertanggung jawab dan keinginan untuk menjadi lebih baik.

b. Kinerja guru (Y) adalah suatu ukuran untuk dapat melihat hasil kerja yang

telah dicapai. Menurut Wibowo (2007:42), Kinerja merupakan kegiatan

pengelolaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Indikator Skala

Pengukuran kreatif dan daya pikir.

1. Sikap dalam

2. Menerima kritik

(36)

Motivasi diri

Variabel Definisi Indikator Skala

Pengukuran

Sumber: Wibowo (2007:42), Thoha (2010:33), diolah

3.5. Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan

Skala Likert. Menurut Sugiyono (2006:86) skala Likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang

fenomena sosial.

Peneliti memberikan lima alternatif jawaban kepada responden, dengan

menggunakan skala 1 sampai dengan 5 untuk keperluan analisis kuantitatif

penelitian ini, yang dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:

(37)

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa

orang, kejadian atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu

(Erlina,2008:74). Populasi penelitian ini adalah guru SMA Negeri 2

Lhokseumawe.

Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan

karakteristik tertentu (Erlina,2008:74). Pemilihan sampel yang akan diuji dalam

penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu metode pemilihan sampel dengan beberapa criteria tertentu. Kriteria yang digunakan yaitu guru yang

telah tetap mengajar. 3 Jumlah Sampel Penelitian 74

Berdasarkan kriteria sampel yang diteliti maka dari 91 guru terdapat 74

guru yang akan menjadi responden. 3.7Jenis Data

Jenis data penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh

penulis dari responden yang dipilih pada lokasi penelitian. Data

primer diperoleh dengan memberikan kuesioner kepada responden

(38)

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data atau informasi yang diperoleh melalui studi

pustaka dengan mempelajari berbagai tulisan, buku, jurnal, majalah

dan internet yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.8 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah:

a. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi kan sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden yang menjadi sampel dalam penelitian (Sugiyono,2006:199)

Kuesioner pada penelitian ini disebarkan kepada responden penelitian

yaitu Guru SMU 2 Lhoseumawe.

b. Wawancara (Interview)

Interview digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan

yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal

dari responden secara lebih mendalam dan jumlah respondennya kecil

(Sugiyono,2006:194). Dilakukan dengan cara wawancara langsung

dengan responden secara sistematis sesuai dengan tujuan penelitian.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

mengumpulkan dan mempelajari data dari buku-buku, jurnal penelitian,

(39)

3.9 Uji Validitas Dan Reliabilitas a. Uji Validitas

Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek

penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti, Sugiyono(2006:267).

Dengan demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antar data

yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek

penelitian. Penelitian ini menggunakan alat kuesioner, karena itu uji validitas

dilakukan untuk menguji data yang telah didapat setelah penelitian apakah

merupakan data yang valid atau tidak dengan menggunakan alat ukur kuesioner

tersebut. Uji validitas dilakukan kepada 30 orang guru di SMA Negeri 2

Lhokseumawe, Aceh Utara. Kriteria dalam menentukan validitas kuesioner adalah

sebagai berikut:

1. Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

2. Jika r hitung < r tabel maka pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid.

Pada tahap pra survey, kuisioner yang berisi 16 pertanyaan yang

menyangkut variabel kepemimpinan dengan dimensi kecerdasan, hubungan sosial,

motivasi diri dan variabel kinerja guru yang diberikan 30 responden diluar sampel

penelitian yaitu guru di SMA Negeri 2 Lhokseumawe.

Uji validitas penelitian ini dilakukan pada tiap-tiap variabel independen

dan variabel dependen. Seperti terlihat pada tabel dibawah ini:

(40)

Tabel 3.4

Uji Validitas Variabel Kecerdasan

Scale Mean if

Sumber: Data Primer yang diolah melalui SPSS

Pada Tabel 3.4, nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel, dimana r tabel

dengan responden 30 yaitu 0,306. Dengan demikian instrumen untuk variabel

kecerdasan dinyatakan valid.

Tabel 3.5

Uji Validitas Variabel Hubungan Sosial

Scale Mean if

Sumber: Data Primer yang diolah melalui SPSS

Pada Tabel 3.5, semua nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel, dimana r

tabel dengan responden 30 yaitu 0,306. Dengan demikian instrumen untuk

(41)

Tabel 3.6

Uji Validitas Variabel Motivasi Diri

Scale Mean if

Sumber: Data Primer yang diolah melalui SPSS

Pada Tabel 3.6, nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel, dimana r tabel

dengan responden 30 yaitu 0,306. Dengan demikian instrumen untuk variabel

kecerdasan dinyatakan valid.

Sumber: Data Primer yang diolah melalui SPSS

Pada Tabel 3.7, nilai r hitung pada intrumen 10, 12, 16 lebih kecil dari

nilai r tabel dengan responden 30 yaitu 0,306. r hitung pertanyaan 10 sebesar

0,142<0,306, r hitung pertanyaan 12 sebesar -0,317<0,306 dan r hitung

(42)

dnyatakan tidak valid untuk menjadi instrument dalam penelitian.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut antara lain:

1. Apakah Anda mengetahui secara jelas deskripsi pekerjaan Anda sebagai

seorang guru

2. Apakah ada kesempatan untuk menunjukkan prestasi di sekolah Anda.

3. Apakah Anda mengajar dengan lebih baik jika mendapat motivasi dari

pimpinan.

Sehingga dilakukan uji validitas variabel kinerja yang kedua dengan

membuang 3 pertanyaan tersebut. Diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 3.8

Uji Validitas Variabel Kinerja kedua

Scale Mean if

Berdasarkan Tabel 3.8, terlihat bahwa semua nilai r hitung semua

pertanyaan lebih besar dari nilai r tabel 0,306, sehingga semua pertanyaan dapat

digunakan sebagai instrument dalam penelitian.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu

sudah baik (Arikunto, 2002:154).Reliabilitas menunjukkan tingkat kestabilan,

(43)

apa adanya. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut

digunakan untuk subjek yang sama, dalam waktu dan kondisi yang berbeda, tetap

menunjukkan hasil yang sama. Adapun kriteria dari pengujian reliabilitas adalah

sebagai berikut:

1. Jika ralpha positif atau > rtabel, maka pertanyaan reliabel.

2. Jika ralpha negatif atau < rtabel, maka pertanyaan tidak reliabel.

Uji validitas dan reliabilitas akan dilakukan pada SMA Negeri SMA

Negeri 18 Medan, di mana memiliki kriteria yang sama yaitu dipimpin oleh

kepala sekolah wanita.

Tabel 3.9

Uji Realibilitas Variabel Kecerdasan Cronbach's Alpha N of Items

.935 3

Pada Tabel 3.9, pertanyaan variabel kecerdasan dengan tingkat signifikansi

5% diketahui bahwa koefisien alpha sebesar 0,935. Nilai reliabilitas lebih besar

dari 0,808 menunjukkan bahwa pertanyaan tersebut telah reliable dan dapat

digunakan sebagai instrument penelitian ini.

Tabel 3.10

Uji Realibilitas Variabel Hubungan Sosial

Cronbach's Alpha N of Items

.900 3

Pada Tabel 3.10, pertanyaan variabel hubungan sosial dengan tingkat

(44)

lebih besar dari 0,808 menunjukkan bahwa pertanyaan tersebut telah reliable dan

dapat digunakan sebagai instrument penelitian ini.

Tabel 3.11

Uji Realibilitas Variabel Motivasi Diri

Cronbach's Alpha N of Items

.937 3

Pada Tabel 3.11, pertanyaan variabel hubungan sosial dengan tingkat

signifikansi 5% diketahui bahwa koefisien alpha sebesar 0,937. Nilai reliabilitas

lebih besar dari 0,808 menunjukkan bahwa pertanyaan tersebut telah reliable dan

dapat digunakan sebagai instrument penelitian ini.

Tabel 3.12

Uji Realibilitas Variabel Kinerja Cronbach's Alpha N of Items

.859 4

Pada Tabel 3.12, pertanyaan variabel kinerja dengan tingkat signifikansi

5% diketahui bahwa koefisien alpha sebesar 0,859. Nilai reliabilitas lebih besar

dari 0,808 menunjukkan bahwa pertanyaan tersebut telah reliable dan dapat

digunakan sebagai instrument penelitian ini.

3.10 Teknik Analisis Data

3.10.1 Metode Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah salah satu dari metode analisis data dengan cara

(45)

gambaran tentang masalah yang dihadapi dan untuk menjelaskan hasil

perhitungan.

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian

mengenai ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik yaitu:

3.10.2 Uji Asumsi Klasik

Menurut Situmorang dan Lufti (2011), uji asumsi klasik adalah

persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada regresi linear berganda. Ada

beberapa kriteria asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah (Gujarati, 1995):

1. Memiliki distribusi normal,

2. Tidak terjadi Multikolinieritas antar variabel independen,

3. Tidak terjadi Heteroskedastisitas atau varian variabel penggangu yang konstan

(Homoskedastisitas),

4. Tidak terjadi Autokorelasi antar residual setiap variabel independen.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Kalau nilai residual

tidak mengikuti distribusi normal, uji statistic menjadi tidak valid untuk jumlah

sampel kecil (Ghozali, 2005). Menurut Ghozali (2005), “cara untuk mendeteksi

apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan

(46)

Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada

sumbu diagonal dan grafik dengan melihat histogram dari residualnya”. Dasar

pengambilan keputusannya adalah:

1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal

atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdistribusi normal, maka model

regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal

atau grafik histogram tidak menunjukkan data berdistribusi normal, maka

model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah ada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka

terdapat problem multikolinieritas. Pada model regresi yang baik tidak terjadi

korelasi diantara variabel independen. Untuk mengetahui gejala multikolinieritas

dapat ditunjukkan dengan Tolerance Value > 0,1 dan Variance Inflating Factor (VIF) < 5.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah grup

varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Jika varians sama, maka

dikatakan ada homokedastisitas. Sedangkan jika varians tidak sama, maka

(47)

Menurut Situmorang dan Lufti (2011), criteria pengambilan keputusan

dengan menggunakan uji glejser, yakni jika nilai signifikan > 5% maka tidak

mengalami gangguan heteroskedastisitas.

3.10.3 Metode Analisis Statistik Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda digunakan sebagai alat analisa statistik

karena penelitian ini dirancang untuk meneliti variabel bebas terhadap variabel

terikat. Perumusan model regresi yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Dimana:

Y = Kinerja guru

a = Konstanta

b1,2,3,4 = Koefisien regresi

X1 = Kecerdasan

X2 = Kedewasaan hubungan sosial

X3 = Motivasi diri

e = Standart error

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear

berganda, model analisis ini dipilih karena :

1. Penelitian ini dirancang untuk meneliti pengaruh variabel independent

(48)

2. Dalam penelitian ini diduga seluruh variabel independent (DER, LDAR dan

EAR) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependent

(ROI)

3.11 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah

dirumuskan di muka dengan menggunakan alat bantu Statistics Package for Social Science 16.00 for Windows.

a. Uji F (Uji Serempak)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara

serentak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0 (Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari variabel bebas (X1, X2, X3) terhadap variabel

terikat (Y)).

Ha : b1≠ b2 ≠ b3 ≠ b4≠ 0(Artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara

bersama-sama dari variabel bebas (X1, X2, X3) terhadap variabel terikat

(Y)).

Pada penelitian ini nilai Fhitung akan dibandingkan dengan Ftabel pada tingkat

signifikansi (α) = 5 %.Kriteria penilaian hipotesis pada uji F ini adalah:

Terima H0 bila Fhitung ≤ Ftabel

Tolak H0 (terima H1) hila Fhitung > Ftabel

b. Uji t (Uji Parsial)

Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah antara variabel bebas (independent)

(49)

thitung dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan SPSS 15.0 for windows.

Nilai t hitung selanjutnya akan dibandingkan dengan t tabel dengan tingkat

kesalahan (alpha) 5 % dan derajat kebebasan (df) = (n – k)

H0: bi = 0 (Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial

dari variabel bebas (X1, X2, X3) terhadap variabel terikat (Y)).

Ha: bi ≠ 0 (Artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari

variabel bebas (X1, X2, X3) terhadap variabel terikat (Y)).

Dengan kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima jika t hitung < t tabelpada α = 5 %

Ha diterima jika t hitung > t tabel pada α = 5 %

c. Uji Koefisien Determinan (R2)

Identifikasi determinan (R2) digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama, dimana 0< R2 <1.

Hal ini berarti bila R2 = 0 menunjukkan tidak ada pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat dan bila R2 mendekati 1 menunjukkan semakin kuat

(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3Gambaran Umum Perusahaan

SMA Negeri 2 Lhokseumawe merupakan salah satu sekolah menengah

atas yang berada di Jalan Kompleks Stadion Mon Geudong Lhokseumawe,

Nanggroe Aceh Darussalam. Luas tanah sebesar 18.364,25 m2 dan luas

bangunan sebesar 3.704 m2 serta luas lapangan olah raga sebesar 324 m2.

4.1.1. Visi dan misi SMA Negeri 2 Lhokseumawe

I. Visi Sekolah

Menghasilkan peserta didik yang handal dalam kwalitas yang berwawasan

ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), agama dan budaya.

II. Misi Sekolah

a. Meningkatkan kedisiplinan para guru, karyawan dan siswa/i.

b. Meningkatkan mutuprofesionalisme para guru dan karyawan.

c. Mempersiapkan siswa untuk Menyukseskan pelaksanaan Ujian Nasional.

d. Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan ekstra kulikuler

e. Mengerahkan

keluarga besar sekolah untuk menciptakan lingkungan sekolah yang

aman, tertib, indah, bersih dan nyaman yang dilandasi semangat

kekeluargaan.

(51)

SMA Negeri 2 Lhokseumawe di pimpin oleh Kepala Sekolah wanita yang

bernama Ibu Hj. Ulya Maksum Hasan, S.PD. SMA Negeri 2 Lhokseumawe

memiliki para guru sebanyak 91 para guru. Diantaranya 74 orang para guru tetap

dan 18 orang para guru honor.

4.1.3 Jumlah siswa

Tabel 4.1

Jumlah siswa tahun 2002-2011

Keadaan

Sumber : Tata Usaha SMA Negeri 2 Lhokseumawe

(52)

Analisis deskriptif dalam penelitian ini akan mendeskripsikan data

karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir dan

masa kerja.

4.4.1.1Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Frequency Percent

Valid Laki-laki 15 34.1

Perempuan 29 65.9

Total 44 100.0

Pada Tabel 4.2, menunjukkan bahwa mayoritas jenis kelamin responden

adalah perempuan dengan persentase 65,9% atau sebanyak 29 orang, sedangkan

laki-laki sebesar 34,1% atau sebanyak 15 orang. Dalam hal ini, sekolah lebih

banyak menggunakan tenaga kerja perempuan dibanding laki-laki.

4.4.1.2Deskriptif Responden Berdasarkan Umur Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Frequency Percent

Valid <30 tahun 11 25.0

31-45 tahun 23 52.3

>45 tahun 10 22.7

Total 44 100.0

Pada Tabel 4.3, menunjukkan bahwa responden dominan berusia diantara

31-45 tahun sebanyak 23 atau sebesar 52,3%. Responden berusia <30 tahun

sebanyak 11 orang atau sebesar 25% dan responden berusia >45 tahun sebanyak

10 orang atau sebesar 22.7%. Dalam hal ini, sekolah lebih banyak menggunakan

(53)

akan lebih maksimal. Menurut Siagian (2009), bahwa usia yang lebih senior

banyak membagi pengalaman kepada para juniornya.

4.4.1.3Deskriptif Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Frequency Percent

Valid SMA 5 11.4

D1/D3 1 2.3

S1 31 70.4

S2 7 15.9

Total 44 100.0

Pada Tabel 4.4, menunjukkan bahwa responden dominan memiliki jenjang

pendidikan terakhir S1 sebanyak 31 orang atau sebesar 70,4%. Responden

memiliki jenjang pendidikan terakhir D1/D3 sebanyak 1 orang atau sebesar 2,3%,

responden memiliki jenjang pendidikan terakhir SMA sebanyak 5 orang atau

sebesar 11,4% dan responden memiliki jenjang pendidikan terakhir S2 sebanyak 7

orang atau sebesar 15,9%. Dalam hal ini, sekolah lebih banyak menggunakan

tenaga kerja yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, sehingga mampu

memberikan pendidikan yang baik kepada siswa dengan pengetahuan dan

pengalaman yang memadai.

4.4.1.4Deskriptif Responden Berdasarkan Masa Kerja Tabel 4.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja Frequency Percent

(54)

6-10 tahun 25 57.9

>10 tahun 10 22.7

Total 44 100.0

Pada Tabel 4.5, menunjukkan bahwa responden dominan memiliki masa

kerja 6-10 tahun sebanyak 25 orang atau sebesar 57,9%. Responden memiliki

masa kerja 1-5 tahun sebanyak 9 orang atau sebesar 20,4% dan responden

memiliki masa kerja diatas 10 tahun sebanyak 10 orang atau sebesar 22,7%.

Semakin lama seseorang bekerja bisa berbagi dengan para guru lain baik

pengalaman maupun kedewasaan dalam bekerja.

4.4.2 Analisis Variabel

Kuisioner yang disebarkan dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan skala likert dengan tanggapan responden sebagai berikut :

Sangat Setuju (SS) : dengan skor 5

Setuju (S) : dengan skor 4

Kurang Setuju (KS) : dengan skor 3 Tidak Setuju (TS) : dengan skor 2 Sangat Tidak Setuju (STS) : dengan skor 1

Setiap pertanyaan memiliki rata-rata skor dengan penjelasan sebagai berikut : a. Bobot interval 1-2 dinyatakan buruk

b. Bobot interval 2-3 dinyatakan kurang baik c. Bobot interval 3-4 dinyatakan cukup baik d. Bobot interval 4-5 dinyatakan baik e. Bobot interval 5 dinyatakan sangat baik

4.4.2.1Deskriptif Variabel Kecerdasan sebagai Variabel X1

(55)

Distribusi Pendapat Responden terhadap Variabel kecerdasan Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer

Hasil jawaban kuisioner yang diperoleh dari 44 orang responden untuk

variabel kecerdasan pada Tabel 4.6 sebagai berikut :

a. Pada pertanyaan petama (kepala sekolah memberikan ide-ide kreatif

menyangkut permasalahan yang timbul) sebanyak 26 orang atau 59,1%

sangat setuju, 18 orang atau 40,9% setuju. Hal ini disebabkan para guru

merasa kepala sekolah dapat memberikan ide kreatif dalam memecahkan

masalah. Nilai rata-rata skor sebesar 4,59 yang berarti dalam keadaan baik.

b. Pada pertanyaan kedua (kepala sekolah dapat mengidentifikasi penyebab

terjadinya masalah) sebanyak 20 orang atau 45,5% sangat setuju, 21 orang

atau 47,7% setuju dan 3 orang atau 6,8% kurang setuju. Hal ini disebabkan

para guru merasa kepala sekolah mempunyai kemampuan melihat akar dari

permasahan yang muncul, tetapi masih ada sebagian kecil para guru yang

merasa belum mampu. Nilai rata-rata skor sebesar 4,39 yang berarti dalam

keadaan baik.

c. Pada pertanyaan ketiga (kepala sekolah memberi bimbingan yang diperlukan

kepada para para guru untuk melalkukan pekerjaan yang ditugaskan)

sebanyak 30 orang atau 68,2% sangat setuju, 12 orang atau 27,3% setuju dan

(56)

kepada mereka. Nilai rata-rata skor sebesar 4,59yang berarti dalam keadaan

baik.

4.4.2.2Deskriptif Variabel Hubungan Sosial sebagai Variabel X2

Tabel 4.7

Distribusi Pendapat Responden terhadap Variabel Hubungan Sosial Jawaban Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer

Hasil jawaban kuisioner yang diperoleh dari 44 orang responden untuk

variabel hubungan sosial pada Tabel 4.7 sebagai berikut :

a. Pada pertanyaan petama (kepala sekolah dekat dengan para para guru dalam

hubungan kerja) sebanyak 31 orang atau 70,5% sangat setuju, 13 orang atau

29,5% setuju. Hal ini disebabkan para guru merasa memiliki hubungan yang

dekat dengan kepala sekolah. Nilai rata-rata skor sebesar 4,70 yang berarti

dalam keadaan baik.

b. Pada pertanyaan kedua (kepala sekolah senang menerima kritik dari para para

guru) sebanyak 18 orang atau 40,9% sangat setuju, 23 orang atau 52,3%

setuju dan 3 orang atau 6,8%. Hal ini disebabkan para guru merasa kepala

sekolah memiliki sikap yang baik dalam menerima kritikan. Nilai rata-rata

skor sebesar 4,27 yang berarti dalam keadaan baik.

c. Pada pertanyaan ketiga (kepala sekolah melibatkan para para guru dalam

pengambilan keputusan) sebanyak 18 orang atau 40,9% sangat setuju, 21

(57)

4,5% tidak setuju. Hal ini disebabkan para guru merasa selalu dilibatkan

dalam pengambilan keputusan. Nilai rata-rata skor sebesar 4,25 yang berarti

dalam keadaan baik.

4.4.2.3Deskriptif Variabel Motivasi Diri sebagai Variabel X3

Tabel 4.8

Distribusi Pendapat Responden terhadap Variabel Motivasi Diri Jawaban

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer

Hasil jawaban kuisioner yang diperoleh dari 44 orang responden untuk

variabel motivasi diri pada Tabel 4.8 sebagai berikut :

a. Pada pertanyaan petama (Kepala sekolah memberikan penghargaan

terhadap guru teladan) sebanyak 19 orang atau 43,2% sangat setuju dan 25

orang atau 56,8%. Hal ini disebabkan para guru merasa kepala sekolah

telah berusaha memberikan apresiasi atas kinerja para guru. Nilai rata-rata

skor sebesar 4,43 yang berarti dalam keadaan baik.

b. Pada pertanyaan kedua (kepala sekolah memberikan motivasi pada para

guru) sebanyak 23 orang atau 52,3% sangat setuju, dan 21 orang atau

47,7% setuju. Hal ini disebabkan para guru merasa sering mendapatkan

motivasi dari kepala sekolah. Nilai rata-rata skor sebesar 4,52 yang berarti

dalam keadaan baik.

c. Pada pertanyaan ketiga (kepala sekolah bersifat adil terhadap bawahannya)

(58)

dan 1 orang atau 2,3% kurang setuju. Hal ini disebabkan para guru merasa

kepala sekolah tidak bertindak diskriminan terhadap para guru. Nilai

rata-rata skor sebesar 4,63 yang berarti dalam keadaan baik.

4.4.2.4Deskriptif Variabel Kinerja Para guru sebagai Variabel Y Tabel 4.9

Distribusi Pendapat Responden terhadap Variabel Kinerja Para guru Jawaban Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer

Hasil jawaban kuisioner yang diperoleh dari 44 orang responden untuk

variabel kinerja pada Tabel 4.9 sebagai berikut :

a. Pada pertanyaan petama (pedoman pengajaran yang Anda miliki

mendukung pelaksanaan mengajar yang baik) sebanyak 22 orang atau

50,0% sangat setuju, 20 orang atau 45,5% dan 2 orang atau 4,5% kurang

setuju. Hal ini menunjukkan bahwa pedoman pengajaran yang diterapkan

dapat mendukung proses pelaksanakan mengajar yang baik. Nilai rata-rata

skor sebesar 4,45 yang berarti dalam keadaan baik.

b. Pada pertanyaan kedua (Anda mengetahui secara jelas deskripsi pekerjaan

sebagai para guru) sebanyak 27 orang atau 61,4% sangat setuju, dan 17

orang atau 38,6% setuju. Hal ini menunjukkan bahwa para guru telah

memahami dengan jelas pekerjaan mereka masing-masing. Nilai rata-rata

(59)

c. Pada pertanyaan ketiga (evaluasi terhadap pelaksanaan mengajar

memberikan peningkatan terhadap kualitas Anda mengajar) sebanyak 23

orang atau 52,3% sangat setuju, 19 orang atau 42,2% setuju, dan 2 orang

atau 4,5% kurang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa evaluasi sangat

diperlukan dalam peningkatan kualitas para guru dalam mengajar. Nilai

rata-rata skor sebesar 4,48 yang berarti dalam keadaan baik.

d. Pada pertanyaan keempat (Sarana dan prasarana belajar yang dimiliki

sekolah Anda telah memadai untuk tercapainya proses belajar mengajar

yang baik) sebanyak 9 orang atau 20,3% sangat setuju, 29 orang atau

65,9% setuju, dan 6 orang atau 13,6% kurang setuju. Hal ini menunjukkan

bahwa sarana dan prasarana disekolah telah memadai dalam meningkatkan

kualitas pendidikan disekolah tersebut. Nilai rata-rata skor sebesar 4,07

yang berarti dalam keadaan baik.

4.4.3 Pengujian Asumsi Klasik

Untuk menghasilkan suatu analisis data yang akurat, suatu persamaan

regresi sebaiknya terbebas dari asumsi-asumsi klasik yang harus dipenuhi antara

lain terbebas dari normalitas, multikoliniaritas, heterokedastisitas dan

autokorelasi.

4.4.3.1Uji Normalitas

Pada penelitian ini uji normalitas akan dideteksi melalui pendekatan grafik

dan uji one-Sample Kolmogorov-Smirnov (K-S) test.

(60)

Dari pola grafik pada Gambar 4.1 dapat disimpulkan bahwa model yang

digunakan menunjukkan indikasi mendekati normal. Dasar pengambilan

keputusan ini didasari oleh pendapat santoso (2000), yaitu :

a. Jika data menyebar di sekiar garis diagonal dan mengikuti garis arah diagonal,

maka Model Regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti garis

diagonal, maka model tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas.

Gambar

Tabel 1.1 Absensi Guru SMA N 2 Lhokseumawe Tahun 2008
Tabel 1.2 Kelulusan Ujian Nasional Siswa/i SMA N 2 Lhokseumawe
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Operasionalisasi VariabelTabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tradition and entrepreneurship education are key fact ors to boost local economy and social.

Dilihat dari dari tingkat huni kamar yang tinggi di akhir pekan maka tamu yang menginap di Topas Galeria Hotel Bandung merupakan tamu yang hendak menginap di waktu weekend, dan

pembelajaran mengacu pada prinsip belajar Blended learning berbasis proyek dengan harapan membantu mahasiswa mewujudkan karya kreatif mereka dalam bentuk rancangan

Hasil penelitian menunjukkan variabel Indeks ISR Karyawan tidak berpengaruh signifikan terhadap NPM.. Indeks ISR Karyawan berpanguruh signifikan

Dari hasil penelitian dan pengukuran kekasaran permukaan terhadap benda kerja yang dibuat dengan proses pemesinan menggunakan mesin Milling CNC didapat bahwa nilai

memperhatikan lagi keadaan koleksi agar perpustakaan SD Negeri 23 Painan utara dapat dimanfaatkan sebagai pusat sumber belajar. Hal ini sama seperti penelitian

Butil Akrilat merupakan salah satu bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan polimer, dan butil akrilat telah banyak digunakan secara luas pada industri sebagai

Dilihat dari jenis pendidikannya, praktik pendidikan agama Islam yang dilakukan oleh buruh migran Indonesia di majelis Jama’ah Roudhotul Qolbiyah (JRQ) Yuen Long Hong