ANALISIS PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY
MELALUI KETERKAITAN FAKTOR-FAKTOR
PENENTU STRUKTUR MODAL TERHADAP
FINANCIAL LEVERAGE
(
Studi Kasus Pada Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index Periode 2009 – 2013)SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Subhan Wisnu Aji
1111081000102
PROGRAM STUDI MANAJEMEN KONSENTRASI KEUANGAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
i
ANALISIS PENGUJIAN
PECKING ORDER THEORY
MELALUI KETERKAITAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU
STRUKTUR MODAL TERHADAP
FINANCIAL LEVERAGE
(Studi Kasus pada Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index Periode 2009-2013)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Subhan Wisnu Aji
NIM: 1111081000102
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Indo Yama Nasarudin, SE., MAB Adhitya Ginanjar, SE., M.Si NIP. 19741127 200112 1 002 NIP. 19740810 201101 1 001
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa 10 Maret 2015 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
Nama : Subhan Wisnu Aji
NIM : 1111081000102
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen
Judul Skripsi : ANALISIS PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY
MELALUI KETERKAITAN FAKTOR-FAKTOR
PENENTU STRUKTUR MODAL TERHADAP
FINANCIAL LEVERAGE (Studi Kasus pada Emiten
Syariah di Jakarta Islamic Index Periode 2009-2013).
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut diatas dinyatakan “LULUS” dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Maret 2015
1. Yoghi Citra Pratama, M.Si ( )
NIP. 19830717 201101 1 011 Ketua
2. Miftahul Munir, Drs., MM ( )
NIP. 105102102 Sekretaris
3. Deni Pandu Nugraha, SE., M.Sc ( )
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, Selasa, 23 Juni 2015, telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
Nama : Subhan Wisnu Aji
NIM : 1111081000102
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen
Judul Skripsi : Analisis Pengujian Pecking Order Theory Melalui Keterkaitan Faktor-Faktor Penentu Struktur Modal Terhadap Financial Leverage (Studi Kasus Pada Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index Periode 2009-2013)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan “LULUS” dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 Juni 2015
1. Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., MA ( )
NIP. 2011077201 Ketua
2. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si ( )
NIP. 19731221 200501 2 002 Sekretaris
3. Taridi Kasbhi Ridho, SE., MBA ( )
NIP. Penguji Ahli
4. Dr. Indo Yama Nasarudin, SE., MAB ( )
NIP. 19741127 200112 1 002 Pembimbing I
5. Adhitya Ginanjar, SE.,M.Si ( )
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Subhan Wisnu Aji
No. Induk Mahasiswa : 1111081000102
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen
Konsentrasi : Keuangan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini
Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya
Tangerang, 23 Juni 2015
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
Nama : Subhan Wisnu Aji
Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 18 Agustus 1993
Jenis Kelamin : Laki-laki
Email : subhan_16th@yahoo.com
II. PENDIDIKAN FORMAL
1998-1999 : TK Citra Bhakti
1999-2005 : SD Negeri Karang Tengah 07
2005-2008 : SMP Yadika 5 Jakarta Barat
2008-2011 : SMA Negeri 63 Jakarta Selatan
2011-2015 : S1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Jurusan Manajemen UIN Syarif Hidayatullah
vi
III. PELATIHAN DAN SEMINAR YANG DIIKUTI
2011-2012 : Kursus Bahasa Inggris LIA Institute
2014 : Seminar Pasar Modal Syariah (Panin Sekuritas)
2014 : Seminar “ASEAN 2015 Threat or Opportunity”
2014 : Seminar Sosialisasi Kebijakan Fiskal dalam
Menghadapi AEC 2015 (Badan Kementrian
Fiskal)
2014 : Peserta Company Visit to OJK (Otoritas Jasa
Keuangan)
2014 : Sekolah Pasar Modal Syariah Level 1 (Bursa Efek
vii ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji hipotesis pecking order yang lebih mengutamakan penggunaan dana internal melalui keterkaitan profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, dan likuiditas terhadap financial leverage pada emiten syariah yang terdaftar di Jakarta Islamic Index pada tahun 2009 sampai dengan 2013.
Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 14 emiten syariah pada berbagai sub-sektor industri, dimana metode yang digunakan adalah purposive sampling yaitu suatu metode pengambilan sampel yang mengambil obyek dengan kriteria tertentu. Analisis data menggunakan alat analisis uji regresi berganda yang didahului dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji multikolinearitas, dan uji autokorelasi. Pengujian hipotesa dilakukan dengan uji F dan uji t.
Hasil analisis data atau hasil regresi menunjukkan bahwa secara bersama-sama profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, dan likuiditas mempengaruhi struktur modal. Sedangkan secara parsial variabel yang berpengaruh terhadap struktur modal adalah profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan likuiditas sedangkan variabel struktur aktiva dan ukuran perusahaan secara parsial tidak mempengaruhi struktur modal. Besarnya uji koefisien determinasi (adjusted R square) adalah sebesar 0,281. Hal ini berarti bahwa 28,1 persen variabel dependen yaitu struktur modal dapat dijelaskan oleh lima variabel independen yaitu profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, dan likuiditas sedangkan sisanya sebesar 71,9 persen struktur modal dijelaskan oleh variabel atau sebab-sebab lain diluar model
viii ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze and test the pecking order hypothesis that more priority to the use of internal funds through linkages profitability, asset structure, firm size, sales growth, and liquidity toward financial leverage through the Islamic issuers listed on the Jakarta Islamic Index in 2009 until 2013.
The sample used sharia as many as 14 issuers in a variety of industry subsectors,where the method used was purposive sampling is a sampling method that takes an object with certain criteria. Analysis of data using multiple regression analysis tool, which is preceded by classical assumption of normality test, multicollinearity test, autocorrelation test and the heteroscedasticity test. Hypothesis testing is done by using F test and T test.
Results of data analysis or regression results indicate that simultaneously profitability, asset structure, firm size, sales growth, and liquidity affect the capital structure. While the partially variable affecting the profitability, sales growth, and liquidity is the structure of assets while the variable asset structure and size of the company partially not affect the capital structure. The amount of testing the degree of determination (adjusted R square) is approximately 0,281. It means that 28,1 percent of the dependent variable which is capital structure can be explained by four independent variables those are profitability, assets structure, firm size, sales growth, and liquidity while the remaining amount of 71,9 percent of capital structure can be explained by the other causes outside the model.
ix
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semua dan memberikan kenikmatan yang sempurna pada seluruh
alam semesta ini. Shalawat serta salam tidak henti-hentinya kita ucapkan pada
junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan kita
semua pengikutnya yang selalu istiqomah hingga akhir zaman. Aamiin
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “Analisis Pengujian Pecking Order Theory Melalui Keterkaitan Faktor-Faktor Penentu Struktur Modal Terhadap Financial Leverage (Studi Kasus pada Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index Periode 2009-2013)” ini dengan baik. Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan sebagai syarat dalam menempuh pendidikan Strata 1 (S1) atau gelar sarjana Ekonomi
Manajemen pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan Skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan baik dari bahasa yang digunakan maupun sistematika dalam
penulisan, hal tersebut dikarenakan terbatasnya kemampuan penulis. Namun
berkat bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak akhirnya penulisan
skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis dengan tulus hati
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya pada:
1. Allah SWT yang selalu melimpahkan rasa sayang dan kebaikan pada
penulis. Puji syukur kupanjatkan kehadirat-Mu Yaa Rabb. Terima kasih
atas segala kenikamatan yang engkau limpahkan pada hamba.
2. Kedua orang tua yang saya cintai, Bapak M. Sofyan Ramli dan Ibu
Wastilah yang senantiasa memberikan kasih dan cintanya yang teramat
besar untukku setiap harinya, papa dan mama yang tidak kenal lelah dalam
mendidik dan membesarkan penulis serta rela bekerja keras demi
pendidikan anak-anaknya. Semoga Allah SWT selalu memberikan
kesehatan dan kebahagiaan serta kemuliaan kepada papa dan mama juga
x
3. Kakakku, Meita Afriani Desanti yang selalu menyemangati, memberikan
dorongan dan doa agar penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini.
4. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Dr. Muniaty Aisyah, Ir, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si, Selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Dr. Indo Yama Nasaruddin, SE., MAB sebagai dosen Pembimbing
Skripsi I yang telah bersedia menyediakan waktunya untuk membimbing
penulis selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas segala masukan
dan arahan untuk menyelesaikan skripsi ini serta segala motivasi dengan
tegas dan bijaksana yang telah bapak berikan kepada penulis selama ini.
8. Bapak Adhitya Ginanjar, SE., M.Si sebagai dosen Pembimbing Skripsi II
yang telah bersedia menyediakan waktunya untuk membimbing penulis
selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas segala masukan untuk
menyelesaikan skripsi ini serta segala motivasi dan arahan yang telah
bapak berikan selama ini.
9. Bapak Ali Rama, SE., M.Sc sebagai dosen Pembimbing Akademik yang
telah bersedia memberikan dorongan dan arahan di setiap semester yang
dilalui oleh penulis.
10.Seluruh Bapak dan Ibu dosen Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah bersedia memberikan ilmu-ilmu yang
bermanfaat kepada penulis.
11.Seluruh staf karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah bersedia memberikan bantuan kepada penulis.
12.Sahabatku yang paling hebat, Novian Adhi Nugraha, Rizki Wibowo, dan
Agung Setiawan Cahaya Putra. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas
semua pengalaman, canda tawa, tangis, motivasi dan juga arahan yang
selalu kalian berikan. Terima Kasih telah menerimaku menjadi sahabat
xi
Waktu yang kuhabiskan serta berbagi cerita bersama kalian akan selalu ku
kenang di masa tua nanti.
13.Sahabat “PEJANTAN KOSAN”, Karim, Mulki, Eka Januar, Willian, Pak
Ustad (Rizky), Tri (Roger), Heri, dan Fahrul. Terima kasih atas
pengalaman, canda tawa, pelajaran, motivasi dan juga arahan yang kalian
berikan kepada penulis. Semoga kita akan menjadi orang sukses di masa
depan nanti. Kalian yang Terbaik.
14.Teman-teman MJC, Nisa, Nia, Ina, Tasya, Tika, Monika, Lila, Bang Zen.
Terima kasih atas kebersamaan nya selama ini.
15.Teman-teman Manajemen D 2011, terima kasih atas dukungan dan
kebersamaan nya selama ini.
16.Teman-Teman Manajemen Keuangan 2011, Terima kasih atas semua
pelajaran dan kenangan yang telah diberikan.
17.Teman-teman KKN OASE 2014 yang telah memberikan pengalaman
beharga akan sebuah kebersamaan dan kerjasama antar kelompok. Terima
kasih atas semuanya.
18.Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu,
semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan..
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan karena
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Tangerang, 23 Juni 2015
xii DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... iv
B. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen ... 30
xiv
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 92
A. Kesimpulan ... 92
B. Saran ... 93
DAFTAR PUSTAKA ... 95
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Debt to Equity Ratio Sampel Emiten Syariah di JII 2009-2013 ... 7
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 34
Tabel 3.1 Pemilihan Sampel ... 44
Tabel 3.2 Daftar Sampel Perusahaan ... 44
Tabel 3.3 Posisi Angka Durbin Watson ... 48
Tabel 4.1 Deskriptif Statistik ... 63
Tabel 4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov ... 73
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas... 74
Tabel 4.4 Hasil Uji Heteokedastisitas ... 77
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi ... 78
Tabel 4.6 Hasil Uji Durbin Watson... 78
Tabel 4.7 Hasil Uji F ... 79
Tabel 4.8 Hasil Uji-t ... 80
Tabel 4.9 Hasil Koefisien Determinasi ... 88
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran ... 39
Gambar 4.1 Grafik Normal Probability Plot ... 72
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Emiten Syariah yang Dijadikan Sampel Penelitian
Lampiran 2 : Data Mentah Financial Leverage (DER)
Lampiran 3 : Data Mentah Profitabilitas
Lampiran 4 : Data Mentah Struktur Aktiva
Lampiran 5 : Data Mentah Ukuran Perusahaan
Lampiran 6 : Data Mentah Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth)
Lampiran 7 : Data Mentah Likuiditas
Lampiran 8 : Descriptive Statistics
Lampiran 9 : Variables Entered/Removed
Lampiran 10 : Correlations
Lampiran 11 : Model Summary
Lampiran 12 : ANOVA
Lampiran 13 : Coeficients
Lampiran 14 : Residual Statistic
Lampiran 15 : Histogram
Lampiran 16 : Normal P-Plot
Lampiran 17 : Scatterplot
Lampiran 18 : One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Lampiran 19 : Coeficients Uji Glejser
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suatu perusahaan untuk menjalankan sistemnya harus
memperhatikan dua unsur keputusan, yaitu investment decision dan
financing decision. Investment decision adalah keputusan yang
diambil perusahaan dalam operasionalnya untuk mendapatkan
keuntungan yang optimal, biasanya perusahaan menanamkan
investasinya pada suatu proyek yang mempunyai prospek
menjanjikan juga dengan mengamati periode dari investasi
tersebut, sehingga tingkat likuiditas perusahaan juga pada tingkat
yang optimal. Sedangkan financing decision adalah keputusan
yang dibuat perusahaan dalam mendapatkan pendanaannya yang
berkaitan dengan komposisi utang, saham preferen dan saham
biasa, melalui pertimbangan dari biaya dana tersebut dan jangka
waktu dari dana tersebut (Suad dan Husnan, 1998).
Financing decision harus dibuat untuk mendukung adanya
investment decision perusahaan, tujuannya adalah rencana investasi
yang dibuat oleh perusahaan akan dapat membentuk suatu struktur
modal yang dapat meminimalkan biaya modal, sehingga dapat
memaksimalkan usaha dalam mencapai salah satu tujuan
perusahaan yaitu kemakmuran dan kesejahteraan pemegang
2 menyulitkan perusahaan untuk menetapkan struktur modal yang
ideal bagi perusahaan tersebut.
Salah satu keputusan penting yang dihadapi manajer
(keuangan) dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi
perusahaan adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur
modal, yaitu keputusan keuangan yang berkaitan dengan komposisi
hutang, saham preferen dan saham biasa yang harus digunakan
oleh perusahaan. manajer dalam mengambil keputusan pendanaan
harus teliti secara sifat dan biaya dari sumber yang dipilih. Hal ini
karena masing-masing sumber pendanaan mempunyai konsekuensi
financial yang berbeda-beda. Masalah keputusan pendanaan akan
berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari
dalam (internal) maupun dari luar (external) yang sangat
mempengaruhi nilai perusahaan. Keputusan pendanaan keuangan
perusahaan juga akan sangat menentukan kemampuan perusahaan
dalam melakukan aktivitas operasinya.
Keputusan pendanaan yang diambil oleh manajemen,
apakah menggunakan modal sendiri atau hutang menjadi tidak
relevan bila apapun sumber dana yang digunakan tidak
mempengaruhi nilai perusahaan. Hal inilah yang ditekankan oleh
Modigliani dan Miller pada tahun 1958. Asumsi yang melandasi
pernyataan tersebut antara lain pasar yang sempurna, tidak ada
3 selanjutnya Modigliani dan Miller memasukkan unsur pajak.
Dengan adanya pajak penggunaan hutang akan memberikan
manfaat dalam peningkatan nilai perusahaan atau menurunkan
biaya modal.
Ada beberapa teori yang menyatakan terdapat struktur
modal yang optimal untuk setiap perusahaan. Teori yang
dimaksudkan ini diwakili oleh dua teori yaitu teori static trade-off
dan teori pecking order. Teori static trade-off muncul karena
penggabungan teori Modigliani-Miller yang memasukkan biaya
kebangrutan dan biaya agensi. Semakin besar proporsi utang maka
semakin besar perlindungan pajak yang diperoleh. Di sisi lain,
semakin besar proporsi utang maka semakin besar biaya
kebangkrutan yang mungkin timbul. Teori static trade-off, secara
teoritik memprediksikan bahwa leverage akan meningkat sejalan
dengan pemanfaatan utang dan menurun sejalan dengan
bertambahnya biaya utang.
Model lain yang membahas mengenai struktur modal
adalah teori pecking order. Teori yang dikembangkan oleh Myers
dan Majluf pada tahun 1984 (dalam Arief, 2011) ini menjelaskan
urutan prioritas para manajer dalam menentukan sumber
pendanaannya. Preferensi manajer dinyatakan dalam urutan
sumber pendanaan yang dimulai dari pendanaan internal sebagai
4 terakhir berupa penerbitan saham. Salah satu faktor yang
mendorong manajer untuk menerapkan teori pecking order dalam
menentukan struktur modalnya adalah perbedaan informasi tentang
nilai dan investasi perusahaan yang sebenarnya dengan investasi
luar yang hanya bisa memperkirakan nilai-nilai tersebut.
Perusahaan dalam ekspansi usahanya ataupun membiayai
aktvitas operasionalnya tidak terlepas dari penggunaan hutang.
Dari penggunaan hutang itu, biasanya perusahaan atau pihak yang
meminjamkan uang akan mengenakan suatu tingkat persentase
tambahan dari nilai hutang yang diberikan. Sehingga perusahaan
yang berlandaskan hukum syariah Islam menjadikan hal tersebut
sebagai pertimbangan untuk keputusan pendanaan. Di Indonesia
sudah bertahun - tahun transaksi ekonomi berdasarkan sistem
ribawi (konvensional) menguasai sistem perekonomian di
Indonesia bahkan sistem perekonomian di dunia. Dengan beragam
produknya sistem konvensional mendominasi aktifitas
perekonomian umat manusia.
Syariat Islam memandang bahwa transaksi ekonomi antar
manusia harus terbebas dari riba, karena riba menurut pandangan
syariat Islam sebagai dosa yang sangat besar (hadist, Al-Qur’an
Ar-Rum Ayat 39, An-Nisa Ayat 160-161 dan Ali-Imran Ayat 130
serta Al-Baqarah Ayat 275-280). Karena itu umat Islam diwajibkan
5 meninggalkan segala sesuatu yang berbau riba. Menurut
terminologi ilmu fiqh dalam (Chair, 2012), riba merupakan
tambahan khusus yang dimiliki salah satu pihak yang terlibat tanpa
adanya imbalan tertentu. Riba sering juga diterjemahkan dalam
bahasa Inggris sebagai "Usury" dengan arti tambahan uang atas
modal yang diperoleh dengan cara yang dilarang oleh syara', baik
dengan jumlah tambahan yang sedikit atau pun dengan jumlah
tambahan banyak.
Dalam pemberian hutang terdapat dua pola dalam
pembayaran hutang pada saat jatuh temponya, yaitu sistem bunga
yang sampai sekarang diterapkan oleh perusahaan konvensional
dan sistem bagi hasil yang mulai diterapkan di Indonesia dalam
perusahaan yang berprinsip syariah. Sistem ekonomi Islam tumbuh
karena pola bagi hasil yang diterapkannya. Sistem ini lebih unggul
bila dibandingkan dengan sistem bunga konvensional. Pada sistem
yang berdasarkan atas prinsip bagi hasil (profit and loss sharing)
dan berbagi risiko (risk sharing). Sistem ini diyakini oleh para
ulama sebagai jalan keluar untuk menghindari penerimaan dan
pembayaran bunga (riba). Jadi dalam operasinya perusahaan
melakukan kemitraan dengan pengusaha dan meminjamkan dana,
tanpa memungut bunga, tetapi memperoleh bagi hasil dan bagi
risiko dengan perusahan jika tidak memperoleh keuntungan, karena
6 Seiring berjalan nya waktu Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Mengeluarkan fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/X/2011 bahwa
rasio penggunaan hutang disertai bunga terhadap ekuitas atau
modal dalam perusahaan yang telah memenuhi kualifikasi dari
kriteria syariah maksimal sebesar 45%.
Bursa Efek Indonesia mendukung peraturan maupun fatwa
dari pemerintah dan ulama, maka dikembangkanlah salah satu
indeks saham yang ada di Indonesia yang menghitung indeks harga
rata-rata saham untuk jenis saham-saham yang memenuhi kriteria
syariah, yaitu Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII.
Pembentukan JII tidak lepas dari kerja sama antara Pasar Modal
Indonesia (dalam hal ini PT Bursa Efek Jakarta) dengan PT
Danareksa Invesment Management (PT DIM). JII telah
dikembangkan sejak tanggal 3 Juli 2000. Pembentukan instrumen
syariah ini untuk mendukung pembentukan Pasar Modal Syariah
yang kemudian diluncurkan di Jakarta pada tanggal 14 Maret 2003.
Mekanisme Pasar Modal Syariah meniru pola serupa di Malaysia
yang digabungkan dengan bursa konvensional seperti Bursa Efek
Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Setiap periodenya, saham yang
masuk JII berjumlah 30 saham yang memenuhi kriteria syariah.
Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan
kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada saham
7 menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di bursa
efek. JII juga diharapkan dapat mendukung proses transparansi dan
akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia. JII menjadi
jawaban ataskeinginan investor yang ingin berinvestasi sesuai
syariah. Dengan kata lain, JII menjadi pemandu bagi investor yang
ingin menanamkan dananya secara syariah tanpa takut tercampur
dengan dana ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja
(benchmark) dalam memilih portofolio saham yang halal.
Emiten syariah dalam sistem pendanaannya berupa hutang
harus mempertimbangkan syarat-syarat yang diberikan oleh
kreditur yang meminjamkan dana berupa hutang tersebut, biasanya
kebijakan hutang tersebut disertai oleh bunga dan dalam prinsip
syariah penggunaan bunga baik pembiayaan maupun
penghimpunan dananya tidak sesuai dengan prinsip syariah.
Rasio antara sumber dana pihak ketiga dengan hutang yang
menggambarkan struktur perusahaan disebut DER (Debt to Equity
Ratio). Rasio DER menunjukan tingkat resiko suatu perusahaan
dimana semakin tinggi rasio DER maka semakin tinggi resiko
perusahaan. Hal ini memberikan indikasi bahwa jumlah ekuitas
perusahaan tidak mampu menutupi kuantitas hutang perusahaan.
Kesimpulannya semakin banyak laba operasi perusahaan yang
digunakan untuk membayar beban bunga tetap, semakin banyak
8 sehingga laba bersih setelah pajak (EAT) perusahaan akan banyak
berkurang. Menurut Brigham dan Houston (2010), para investor
lebih tertarik pada tingkat DER tertentu yang besaran rasionya
kurang dari satu, karena nilai DER perusahaan yang menunjukan
nilai lebih dari satu memberi arti bahwa koefisien hutang dalam
suatu perusahaan lebih tinggi dari jumlah modal sendiri. Berikut
adalah Tabel 1.1 yang merupakan data empiris dari DER
masing-masing emiten syariah di JII Periode 2009-2013.
Tabel 1.1
Debt to Equity Ratio Sampel Emiten Syariah yang
Terdaftar Pada JII Periode 2009-2013
No Nama Perusahaan Debt to Equity Ratio
Rata-Rata
Sumber : Data yang Diolah
Bedasarkan tabel 1.1 menunjukan bahwa perusahaan yang
memiliki struktur modal melalui perhitungan Debt to Equity Ratio
yang merupakan cerminan penggunaan hutang suatu perusahaan
9 menggunakan hutang tidak lebih dari modal sendiri perusahaan
tersebut, atau perbandinganya kurang dari sama dengan 1, maka
perusahaan tersebut memiliki struktur modal yang dianggap baik.
Dari data diatas perusahaan yang mempunyai DER lebih
dari 1 antara lain Adaro Energy Tbk, Alam Sutera Realty Tbk,
Lippo Karawaci Tbk, dan Unilever Indonesia Tbk. Komposisi
hutang dalam perusahaan-perusahaan tersebut lebih besar dari pada
total ekuitas yang dimiliki perusahaan. Jadi menurut teori struktur
modal yang baik atau optimal, perusahaan-perusahaan ini memiliki
struktur modal yang tidak optimal, yang bearti juga biaya modal
yang besar sebanding dengan risiko yang dihadapi. Sementara itu
kebanyakan investor lebih tertarik menanamkan modalnya ke
dalam bentuk investasi pada perusahaan yang mempunyai DER
yang besarnya kurang dari 1. Karena jika DER lebih besar dari 1
bearti risiko yang ditanggung oleh investor menjadi meningkat.
Sebaliknya, untuk perusahaan yang mempunyai DER
kurang dari 1 maka menurut teori struktur modal dianggap optimal.
Dalam data pada table diatas, dapat dilihat beberapa perusahaan
yang mempunyai rasio penggunaan hutangnya tidak lebih dari
penggunaan ekuitas, perusahaan tersebut antara lain, Astra Agro
Lestari Tbk, Aneka Tambang (Persero) Tbk, Astra International
Tbk, Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Kalbe Farma Tbk, PP
10 Tbk, Telekomunikasi Indonesia Tbk, Semen Indonesia (Persero)
Tbk, dan United Tractors Tbk.
Terdapat beberapa variable yang menentukan manajer
dalam keputusan pendanaanya atau keputusan para kreditur untuk
mengucurkan dananya. Setiawan (2010) menggunakan variabel
profitabilitas, sales growth dan struktur aktiva pada struktur modal
perusahaan di indeks LQ-45. Adapun Arief (2011) menggunakan
variabel profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, dan
kesempatan bertumbuh dalam menganalisis struktur modal
perusahaan di indeks JII (Jakarta Islamic Index). Namun tidak
semua variabel akan dibahas dalam penelitian ini, namun hanya
beberapa variabel yang akan dibahas seperti profitabilitas, struktur
aktiva, sales growth, likuiditas, dan ukuran perusahaan.
Profitabilitas merupakan variabel yang mempengaruhi
struktur modal. Dalam penelitian ini profitabilitas diwakili oleh
ROA, yaitu rasio dari laba bersih dengan total aktiva perusahaan.
Weston dan Bringham (2008) mengatakan bahwa perusahaan
dengan ROA yang relatif tinggi cenderung menggunakan hutang
yang minim. Hal ini dikarenakan dengan tingkat ROA yang tinggi,
perusahaan akan memenuhi kebutuhan pendanaannya dengan dana
yang dihasilkan secara internal (laba ditahan). Hubungan antara
profitabilitas dengan struktur modal diprediksi bernilai negatif
11 pendanaan internal daripada hutang. Penelitian yang dilakukan
Setiawan (2010) dan Arief (2011) menunjukan bahwa profitabilitas
berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan yang
diukur melalui Rasio DER. Ini menandakan bahwa semakin tinggi
laba yang diraih, maka kebutuhan hutang akan semakin rendah.
Struktur modal juga dapat dipengaruhi oleh struktur aktiva
dimana komposisi aktiva lancar dan aktiva tidak lancar dapat
mendorong perusahaan meminjamkan aktivanya untuk
memperoleh pinjaman dari pihak luar. Aktiva lancar yang dapat
menunjukan tingkat likuiditas perusahaan sehingga perusahaan
dapat membayarkan hutang sebelum jatuh tempo. Aktiva tidak
lancar (Fix Assets) dapat dijadikan agunan untuk melakukan
pinjaman kepada pihak luar. (Fix Assets) seperti tanah, gedung,
kendaraan dapat dijadikan agunan untuk memperoleh pendanaan
dari pihak eksternal. Konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Bramantyo Arief dengan menggunakan sampel di indeks JII
(Jakarta Islamic Index) tahun 2006-2009 diperoleh hasil adanya
hubungan struktur aktiva terhadap Leverage yang diukur melalui
DER (Debt to Equity Ratio).
Sales Growth yang pada umumnya memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap struktur modal menunjukan hasil yang tidak
signifikan didalam penelitian Suci Pujiani dan Prasetiono yaitu
12 kesempatan bertumbuh terhadap Leverage di perusahaan
manufaktur sektor aneka industry dan barang konsumsi yang
listing di BEI periode 2008-2011.
Ukuran perusahaan yang besar akan dengan mudah
mendapatkan akses pendanaan eksternal, dikarenakan perusahaan
tersebut mampu menyediakan informasi yang menurut kreditur
lebih banyak dan relevan dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Disamping itu perusahaan berukuran besar dilihat dari struktur
aktivanya dipercaya akan lebih likuid dalam pengembalian hutang,
sehingga akan mendapatkan kepercayaan dari para kreditur untuk
menerbitkan hutang yang lebih besar. Dalam penelitian yang
dilakukan pujiani dan prasetiono tahun 2012 lalu menyatakan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap leverage
yang diukur dengan DER. Namun penelitian ini menguji salah satu
teori dalam struktur modal yaitu Pecking Order Theory.
Likuiditas merupakan variabel yang dapat mempengaruhi
struktur modal. Dalam hipotesis pecking order, likuiditas
berpengaruh negative terhadap struktur modal. Karena perusahaan
yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi maka perusahaan
tersebut akan menghindari hutang dan mendanai perusahaan nya
dengan modal sendiri. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Farida Arini mengenai pengaruh likuiditas, Ukuran
13 Penjualan terhadap Struktur Modal di Perusahaan Pertambangan
yang listing di BEI periode 2007-2012.
Dari beberapa penelitian terdahulu, masih terdapat
perbedaan penelitian (research gap), feneomena di lapangan yang
berkenaan dengan topic struktur modal. Bedasarkan Uraian diatas,
maka penelitian ini mengambil judul “Analisis Pengujian Pecking
Order Theory Melalui Keterkaitan Faktor-Faktor Penentu
Struktur Modal Terhadap Financial Leverage pda Emiten
Syariah di Jakarta Islamic Index periode 2009-2013”.
B. Perumusan Masalah
Adapun Perumusan masalah dalam Penelitian Ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
a. Apakah Profitabilitas, Struktur Aktiva, Sales Growth, Ukuran
Perusahaan dan Liquiditas berpengaruh terhadap Financial
Leverage (DER) pada emiten syariah di indeks JII periode
2009-2013 baik secara parsial maupun simultan.
b. Apakah Emiten Syariah di Indeks JII periode 2009-2013
menggunakan pecking order theory dalam menentukan
14 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Dalam penulisan ini, tujuan penelitian adalah sebagai
berikut :
a. Untuk menganalisis hubungan Profitabilitas, Struktur Aktiva,
Sales Growth, Ukuran Perusahaan dan Liquiditas terhadap
Financial Leverage (DER) baik secara parsial dan simultan.
b. Untuk menganalisis perilaku kebijakan struktur modal pada
emiten syariah di Indeks JII periode 2009-2013 bedasarkan
pada teori struktur modal dalam manajemen keuangan yaitu
Pecking Order Theory.
Adapun kegunaan dari penelitian adalah :
1. Perusahaan
Pengujian teori pecking order melalui profitabilitas,
struktur aktiva, ukuran perusahaan, sales growth, dan
Likuiditas dapat dijadikan sebagai referensi terutama para
praktisi berkaitan dengan pertimbangan perusahaan dalam
mengambil keputusan investasi juga keputusan pendanaan
yang memprioritaskan lebih kepada pendanaan internal
(pertama), pendanaan eksternal berupa hutang (kedua) dan
pendanaan eksternal berupa equity (ketiga) sehingga dapat
memaksimalkan pencapaian salah satu tujuan perusahaan
15 2. Investor
Memberikan gambaran kepada para investor sebagai
bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan
keputusan investasi kepada perusahaan yang akan
ditanamkan dana dengan melihat struktur modal dari
perusahaan yang bersangkutan.
3. Peneliti
Menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal terutama
mengenai Pecking Order Theory yang dikaitkan pada
struktur modal emiten syariah di Indeks JII.
4. Akademik
Sebagai referensi dan pengetahuan dalam pengelolaan
keuangan yang baik dan terarah khususnya pemahaman
tentang struktur modal pada Indeks Syariah (JII). Dan juga
menjadi tambahan bahan dalam pelaksanaan penelitian
16 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Struktur Modal
Menurut Weston dan Brigham (2008), struktur modal merupakan
kombinasi atau bauran segenap pos yang masuk ke dalam sisi kanan neraca
sumber modal perusahaan. Pengertian struktur modal dibedakan dengan
struktur keuangan, dimana struktur modal merupakan pembelanjaan permanen
yang mencerminkan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri,
sedangkan struktur keuangan mencerminkan perimbangan antara seluruh
hutang (baik jangka pendek maupun jangka panjang) dengan modal sendiri.
Menurut Van Horne dan Wachowicz (2012) mengatakan struktur modal
merupakan bauran (proporsi) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan
yang ditunjukkan oleh hutang, ekuitas saham preferen dan saham biasa dan
struktur modal yang optimal yaitu struktur modal yang meminimalkan biaya
modal perusahaan sehingga memaksimalkan nilai perusahaan.
Menurut Weston dan Copeland (2005), struktur modal adalah pembiayaan
permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen dan modal
pemegang saham. Dengan tujuan manajemen struktur modal adalah menciptakan
bauran sumber dana permanen sedemikian rupa agar mampu memaksimalkan
harga saham dan agar tujuan manajemen keuangan untuk memaksimalkan nilai
perusahaan tercapai.
17 menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang
diperoleh menggunakan kombinasi atau paduan sumber yang berasal dari
dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama, yakni yang berasal
dari dalam dan luar perusahaan.
Menurut Riyanto (2008), struktur modal adalah pembelanjaan permanen
didalam mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dan modal
sendiri.
Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan struktur modal adalah proporsi dalam pemenuhan kebutuhan
belanja perusahaan, dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau
panduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua
sumber utama, yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan.
Setiap perusahaan dapat memperoleh dana dari 2 sumber, yaitu dari
perusahaan itu sendiri dan dari luar perusahaan. Proporsinya tergantung dari
kebijakan perusahaan itu sendiri. Dana ini nantinya akan digunakan untuk
membiayai kegiatan usahanya.
Target dari struktur modal adalah menciptakan suatu komposisi hutang
dan modal yang paling tepat dan yang paling menguntungkan dari segi
keuangan bagi perusahaan. Jika perusahaan memiliki hutang yang besar maka
modal perusahaan otomatis juga besar. Modal yang besar menyebabkan
perusahaan mampu menghasilkan laba yang besar dimana disertai dengan
18 2. Komponen Struktur Modal
Menurut Riyanto (2008), Struktur modal suatu perusahaan memiliki
beberapa komponen yang terdiri dari :
1) Hutang jangka panjang
Hutang jangka panjang yaitu hutang dengan jangka waktu relative
panjang, umurnya lebih dari sepuluh tahun, yang umumnya digunakan
untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi
perusahaan. Jumlah hutang, baik hutang jangka pendek maupun jangka
panjang di dalam neraca akan menunjukkan besarnya modal pinjaman
yang digunakan dalam operasi perusahaan. Pada umumnya pinjaman
jangka panjang jauh lebih besar dibandingkan dengan hutang jangka
pendek.
Waktu jatuh tempo hutang jangka panjang pada umumnya lebih
dari satu tahun, biasanya 5 sampai 20 tahun. Pinjaman hutang jangka
panjang dapat berupa pinjaman berjangka (pinjaman yang digunakan
untuk membiayai kebutuhan modal kerja permanen, untuk melunasi
hutang lain, atau membeli mesin dan peralatan) dan penerbitan obligasi.
Mengukur besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur (debt
ratio) dilakukan dengan cara membagi total hutang jangka panjang dengan
total aset. Semakin tinggi debt ratio, semakin besar jumlah modal
pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi
19 2) Modal Sendiri
Berkaitan dengan besarnya risiko yang ditanggung perusahaan
apabila menggunakan hutang sebagai sumber pendanannya, maka
perusahaan seringkali menitikberatkan susunan modalnya dengan
penggunaan modal sendiri.
Keuntungan dari memiliki saham perusahaan bagi pemilik adalah
control terhadap perusahaan. Namun, return yang dihasilkan dari saham
tidak pasti dan pemegang saham adalah pihak pertama yang menanggung
risiko perusahaan. Dua hal tersebut merupakan opportunity cost atas
modal sendiri. Modal sendiri atau ekuitas merupakan modal jangka
panjang yang diperoleh dari pemilik perusahaan atau pemegang saham.
Modal sendiri diharapkan tetap berada dalam perusahaan untuk jangka
waktu yang tidak terbatas sedangkan modal pinjaman memiliki jatuh
tempo. Ada 2 (dua) sumber utama dari modal saham yaitu:
a) Modal saham preferen
Saham preferen memberikan para pemegang sahamnya beberapa
hak istimewa yang menjadikannya lebih diprioritaskan daripada pemegang
saham biasa. Oleh karena itu, perusahaan tidak memberikan saham
preferen dalam jumlah yang banyak.
b) Modal saham biasa
Pemilik perusahaan adalah pemegang saham biasa yang
menginvestasikan uangnya dengan harapan mendapat pengembalian
20 pemilik residual, sebab mereka hanya menerima sisa setelah seluruh
tuntutan atas pendapatan dan aset telah dipenuhi.
3. PeckingOrder Theory
Pecking order theory ini merupakan pengembangan dari signaling theory.
Teori tersebut adalah teori struktur pendanaan yang menawarkan alternatif
lain dalam pengambilan keputusan pendanaan. Pemilihan pendanaan
bedasarkan risiko merupakan konsep pecking order theory yang
diperkenalkan oleh Myers (1984) dan Myers dan Majluf (1984). Perilaku
manajemen yang tidak mengikuti urutan pendanaan menurut pecking order
theory merupakan suatu sinyal yang buruk mengenai prospek perusahaan
dimasa yang akan dating. Pecking order theory mengacu pada teori
perusahaan yang bertujuan memaksimumkan kemakmuran pemilik
perusahaan. Konsep ini berbeda dengan agency theory walaupun memiliki
asumsi yang sama dalam hal asimetri informasi. Pecking order theory
memprediksi bahwa pendanaan utang eksternal didasarkan pada defisit
pendanaan internal.
a) Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam
atau pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal
tersebut diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan
operasional perusahaan.
b) Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih
21 paling rendah risikonya, turun ke hutang yang lebih berisiko, sekuritas
hybrid seperti obligasi konversi, saham preferen, dan yang terakhir saham
biasa.
c) Terdapat kebijakan dividen yang konstan, yaitu perusahaan akan
menetapkan jumlah pembayaran dividen yang konstan, tidak terpengaruh
seberapa besarnya perusahaan tersebut untung atau rugi.
d) Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan
dividen yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta
kesempatan bertumbuh, maka perusahaan akan mengambil portofolio
investasi yang lancar tersedia.
Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal.
Pecking order theory menjelaskan urut-urutan pendanaan. Manajer keuangan
tidak memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana
ditentukan oleh kebutuhan investasi. Pecking order theory ini dapat
menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang
tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang kecil.
4. Financial Leverage
Leverage menunjuk pada hutang yang dimiliki perusahaan dalam rangka
membiayai aktivitas operasionalnya. Dalam arti harfiah, leverage bearti
pengungkit atau tuas. Menurut Weston & Copeland (2005), financialleverage
adalah rasio antara nilai buku seluruh hutang terhadap total modal sendiri atau
22 saham biasa, perusahaan tidak terikat dengan kewajiban untuk membayar
tunai secara berkala dalam pembiayaannya. Tetapi, bunga atas hutang yang
diambil dalam rangka pembiayaan perusahaan, biasanya merupakan biaya
tetap keuangan yang harus dibayar tanpa mempedulikan tingkat laba
perusahaan. Makin besar hutang yang diambil maka makin besar biaya tetap
keuangan yang harus ditambahkan pada biaya tetap operasi.
Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban
tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang
lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkat keuntungan
yang tersedia bagi pemegang saham (R. Agus Sartono : 2008).
Dalam hal ini, financial leverage diartikan sebagai penggunaan hutang,
sedangkan beban tetap yang dimaksud adalah berupa bunga. Pada analisis
rasio keuangan, financial leverage dihitung melalui perbandingan total hutang
dan total aset perusahaan, dimana dalam laporan keuangan perusahaan disebut
leverage ratio. Rasio-rasio leverage menunjukkan besarnya modal yang
berasal dari pinjaman (modal asing) yang dipergunakan untuk membiayai
investasi dan operasional perusahaan. Sumber yang berasal dari modal asing
akan meningkatkan rasio perusahaan. Biasanya leverage diukur dengan
menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) yang menunjukkan perbandingan
antara total hutang (jangka pendek dan jangka panjang) dengan modal sendiri
(modal saham biasa dan saham preferen) atau diukur menggunakan Debt to
Total Asset menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana
23 untuk menjamin hutang. Semakin tinggi rasio DER menunjukkan komposisi
hutang semakin besar dibanding dengan total modal sendiri dan menunjukkan
semakin besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.
5. Faktor-Faktor Penentu Kebijakan Struktur Modal
Keputusan Struktur Modal tercermin dari perubahan keputusan
pendanaan, maka penelitian ini menggunakan perubahan Leverage untuk
mengukur keputusan pendanaan perusahaan. Penelitian ini menggunakan
variabel untuk menentukan struktur modal pada emiten syariah di JII (Jakarta
Islamic Index) bedasarkan hipotesis Pecking Order Theory. Berikut adalah
penjelasan masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini,
antara lain :
a. Profitabilitas
Profitabilitas menurut Riyanto (2008) adalah kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Keuntungan yang
diraih dari investasi yang akan ditanamkan merupakan pertimbangan
utama bagi sebuah perusahaan dalam rangka pengembangan bisnisnya.
Profitabilitas menurut Sartono (2008) adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam penjualanya.
Rasio profitabilitas yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba. (Rodoni dan Herni Ali, 2010). Dengan pengukuran
profitabilitas, maka dapat diketahui kinerja perusahaan dalam
24 perusahaan. Perolehan laba yang besar diduga akan mengurangi jumlah
modal yang berasal dari hutang, begitupun sebaliknya.
Sujoko (2007) dalam Fadli (2010) mendefinisikan profitabilitas
adalah kemampuan perusahan untuk menghasilkan profit atau laba
selama satu tahun yang dinyatakan dalam rasio laba operasi dengan
penjualan dari data laporan laba rugi akhir tahun. Untuk mengetahui
profitabilitas yaitu dengan membandingkan antara laba yang diperoleh
dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah pada perusahaan
tersebut.
Profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas, yaitu
rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan
dan keputusan bagi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Salah
satu rasio yang sering digunakan adalah Return on Investment (ROI),
yang merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan
dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan investasi
yang tersedia di dalam perusahaan. Bila investasi yang digunakan adalah
keseluruhan jumlah aktiva yang ada, maka Return on Investment sering
juga disebut Return on Assets (ROA). (Riyanto, 2008)
Konsep ROA merupakan kriteria penilaian yang sangat luas dan dapat
dianggap paling valid untuk dipakai sebagai alat ukur tetang hasil
pelaksanaan untuk mengukur sampai sejauh mana efektifitas penggunaan
25 b. Struktur Aktiva
Struktur aktiva adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing –
masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva
tetap (Riyanto, 2008). Aktiva lancar adalah aktiva yang habis dalam satu
kali berputar dalam proses produksi, dan proses perputarannya adalah
dalam jangka waktu yang pendek (umumnya kurang dari satu tahun).
Sedangkan aktiva tetap adalah aktiva yang tahan lama yang secara
berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi (Riyanto,
2008).
Struktur aktiva dapat dipandang dari aspek operasional yang pada
dasarnya menggolongkan aktiva dalam perbandingan tertentu untuk
keperluan operasi utama perusahaan. Kebanyakan perusahaan industri
dimana sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed
asset). Dari keseluruhan jumlah aktiva tetap ada, maka ada beberapa yang
merupakan “keharusan” dalam perusahaan– perusahaan industri, karena
tanpa aktiva tersebut proses produksi tidak akan mungkin berjalan. Ada
perusahaan–perusahaan yang menggunakan aktiva tetap dalam jumlah
yang relatif jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja
yang diperlukan dalam proses produksi. Perusahaan yang menggunakan
aktiva tetap yang relatif jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah
tenaga kerja disebut sebagai perusahaan yang “capital intensive”,
sedangkan perusahaan–perusahaan yang memperkerjakan jauh lebih
26 perusahaan yang “labour intensive”. Penelitian yang dilakukan oleh
Pujiani dan Prasetiono (2012) menyatakan bahwa Struktur Aktiva
mempunyai hubungan Negatif terhadap Financial Leverage. Sehingga
sesuai dengan Hipotesis Pecking Order yang Artinya Ketika perusahaan
memiliki proporsi aktiva berwujud yang lebih besar, penilaian asetnya
jadi lebih mudah. Sehingga, permasalahan asimetri informasi menjadi
lebih rendah. Dengan demikian, perusahaan akan mengurangi
penggunaan hutangnya ketika proporsi aktiva berwujud meningkat dan
lebih memilih untuk menerbitkan saham.
c. Sales Growth
Menurut Rodoni dan Ali (2010), mengtakan bahwa petumbuhan
secara tidak langsung berpengaruh pada pendanaan ekuitas yang
signifikan, walaupun pada keadaan dimana biaya kebangkrutan rendah.
Jadi perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi akan memiliki debt
ratio yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang
pertumbuhanya rendah. Pertumbuhan pada intinya adalah fitur dari dunia
nyata, sebagai hasilnya pendanaan hutang tidak optimal.
Perusahaan dengan penjualan relatif stabil dapat lebih aman
memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang
lebih tinggi dibandingan dengan perusahaan dengan tingkat penjualan
yang tidak stabil (Brigham dan Houston, 2010)
Menurut Pujiani dan Prasetiono (2012) Rasio Sales Growth adalah
27 mengukur perbedaan nilai penjualan pada suatu periode. Perusahaan yang
memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi akan membutuhkan
lebih banyak investasi pada berbagai elemen aset, baik aset tetap maupun
aset lancar. Pihak manajemen perlu mempertimbangkan sumber
pendanaan yang tepat bagi pembelanjaan aset tersebut. Perusahaan yang
memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi akan mampu memenuhi
kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut membelanjai
asetnya dengan utang, begitu pula sebaliknya.
d. Ukuran Perusahaan
Menurut Brigham dan Houston (2010), ukuran perusahaan adalah
rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai
beberapa tahun kemudian. Pada perusahan yang besar di mana saham
akan tersebar luas, setiap perluasan modal saham akan mempunyai
pengaruh yang kecil terhadap terhadap hilangnya atau tergesernya
pengendalian dari pihak yang dominan terhadap pihak yang bersangkutan
(Riyanto, 2008).
Sebaliknya perusahaan yang kecil dimana saham tersebut berada
dilingkungan perusahan yang kecil, penambahan jumlah saham akan
mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan kontrol pihak
dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan dengan
ukuran yang lebih besar memiliki akses untuk mendapatkan sumber
pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk mendapat pinjaman dari
28 memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan dalam
industri, sebaliknya perusahaan dengan skala kecil akan lebih
menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih cepat bereaksi
terhadap perubahan yang mendadak. Oleh karena itu, memungkinkan
perusahaan besar tingkat leverage akan lebih besar dari pada perusahaan
yang berukuran kecil.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya ukuran
perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal dengan didasarkan
pada kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahaan akan mempunyai
tingkat pertumbuhan yang tinggi.
Dalam penelitian ini, total penjualan digunakan sebagai alat ukur
ukuran perusahaan, dengan mempertimbangkan bahwa nilai penjualan
relatif lebih stabil. Jika nilai dari total aktiva, penjualan, atau modal itu
besar, maka digunakan natural logaritma dari nilai tersebut (Miswanto
dan Husnan, 1999) dalam Arief (2011).
Ukuran Perusahaan mempunyai Hubungan Positif dengan Leverage,
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pujiani dan Prasetiono
(2012). Serta sesuai dalam Hipotesis Pecking Order yang memilih untuk
menggunakan dana Internalnya karena perusahaan yang kecil memiliki
kecendrungan untuk terlikuidasi ketika mereka berada pada financial
distress. Lebih lanjut lagi, perusahaan besar cenderung terdiversifikasi
sehingga menurunkan risiko kebangkrutan dan pada gilirannya akan
29 diproksikan dengan total asset yang dimiliki semakin besar maka
perusahaan dapat dengan mudah untuk mendapatkan pinjaman, dengan
asumsi bahwa pemberi pinjaman (lenders) percaya bahwa perusahaan
mempunyai tingkat likuiditas yang cukup.
e. Likuiditas
Penggunaan rasio lancar untuk likuiditas akan diketahui seberapa
besar kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban lancarnya.
Menurut Rodoni dan Herni Ali (2010) rasio likuiditas yaitu mengukur
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya
pada saat jatuh tempo. Dari pengertian tersebut, likuiditas
mempengaruhi struktur modal dimana melihat kemampuan perusahaan
dalam memenuhi hutangnya, semakin kecil kemampuan memenuhi
hutang kemungkinan menggunakan modal dengan hutang juga
berkurang atau sedikit. Disisi lain, rasio lancar akan menunjukkan
kepada investor bahwa perusahaan telah mampu memenuhi kewajiban
lancar yang dimilikinya. Maka akan menambah kepercayaan kepada
investor bahwa investasi di perusahaan akan menjamin resiko
perusahaan tidak gulung tikar karena mampu memenuhi kewajibannya
atau likuiditasnya tinggi. Likuiditas merupakan pertimbangan yang
diperlukan investor dalam menilai perusahaan dalam melaksanakan
kegiatan usahanya tidak tertanggu dengan lilitan hutang yang
ditanggungnya. Investor tidak khawatir dengan adanya hutang yang
30 perusahaan mampu membayar hutang tersebut. Menurut pecking order
theory, perusahaan yang mempunyai likuiditas yang tinggi akan
cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini
disebabkan perusahaan dengan likuiditas yang tinggi mempunyai dana
internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih
menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai
investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui
hutang. Ini Artinya likuiditas mempunyai Hubungan negatif terhadap
Leverage.
B. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen 1) Pengaruh Profitabilitas Terhadap Financial Leverage
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba dari penggunaan modal atau total aktivanya. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Arief (2011) profitabilitas ditemukan berhubungan negatif
dengan hutang sehingga sesuai dengan hipotesis pecking order yang
menyatakan Profitabilitas yang biasa diukur dengan Return on Asset
(ROA) berhubungan negatif terhadap financial leverage, yang artinya
semakin besar Profitabilitas perusahaan maka semakin kecil keputusan
pendanaan melalui hutang yang diukur dengan Debt to Equity Ratio
(DER). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan
(2010), Pujiani dan Prasetiono (2012), Nurul, Roslina, dan Suhana (2012)
31 tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil, dan
memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan
dengan dana yang dihasilkan secara internal karena lebih mudah dan biaya
akan lebih efektif dengan menggunakan pendanaan internal, yaitu dengan
laba ditahan. Oleh karena itu, profitabilitas mempunyai hubungan positif
dengan financial leverage.
2) Pengaruh Struktur Aktiva Terhadap Financial Leverage
Struktur aktiva adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing –
masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva
tetap (Riyanto, 2008). Struktur aktiva terdiri dari aktiva lancar dan aktiva
tetap. Struktur aktiva diukur dengan perbandingan aktiva tetap dengan
total aktiva. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahman (2013),
struktur aktiva berpengaruh negative terhadap hutang yang diukur melalui
Debt to Equity Ratio. Ketika perusahaan memiliki proporsi aktiva
berwujud yang lebih besar, penilaian asetnya menjadi lebih mudah
sehingga permasalahan asimetri informasi menjadi lebih rendah. Dengan
demikian, perusahaan akan mengurangi penggunaan hutangnya ketika
proporsi aktiva berwujud meningkat. Ini artinya semakin tinggi struktur
aktiva (semakin besar jumlah aktiva tetap) maka penggunaan modal
sendiri akan semakin tinggi yang akan sehingga penggunaan modal asing
akan semakin sedikit atau struktur modalnya semakin rendah. Hal ini
32 dan Prasetiono (2012) yang mengatakan bahwa struktur aktiva
berpengaruh negative terhadap leverage atau hutang.
3) Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Financial Leverage
Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat diklasifikasikan
besar kecilnya perusahaan dengan berbagai cara, salah satunya adalah total
aktiva atau asset. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pujiani dan
Prasetiono (2012). Ukuran Perusahaan mempunyai Hubungan Positif
dengan Leverage yang diukur melalui Debt to Equity Ratio (DER) Serta
sesuai dalam Hipotesis Pecking Order yang memilih untuk menggunakan
dana Internalnya karena perusahaan yang kecil memiliki kecendrungan
untuk terlikuidasi ketika mereka berada pada financial distress. Lebih
lanjut lagi, perusahaan besar cenderung terdiversifikasi sehingga
menurunkan risiko kebangkrutan dan pada gilirannya akan meningkatkan
kapasitas hutang ketika ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total
asset yang dimiliki semakin besar maka perusahaan dapat dengan mudah
untuk mendapatkan pinjaman, dengan asumsi bahwa pemberi pinjaman
(lenders) percaya bahwa perusahaan mempunyai tingkat likuiditas yang
cukup. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
33 4) Pengaruh Sales Growth Terhadap Financial Leverage
Pertumbuhan Penjualan yang stabil akan mengakibatkan perusahaan
cenderung menggunakan modal sendiri sebagai pembiayaan aktivitas
operasionalnya (Rodoni dan Ali, 2010). Pendapat ini sesuai dengan
hipotesis pecking order yang menyatakan bahwa Sales Growth
berpengaruh negative terhadap Leverage (DER). Tingkat pertumbuhan
penjualan yang stabil menandakan bahwa perusahaan akan lebih mampu
dalam menciptakan laba dengan tingkat pertumbuhan yang stabil pula,
sehingga perusahaan memiliki stabilitas alokasi sumber pendanaan dari
laba ditahan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Widodo (2013).
5) Pengaruh Likuiditas Terhadap Financial Leverage
Likuiditas merupakan salah satu indikator mengenai kemampuan
perusahaan dalam membayar semua kewajiban keuangan jangka pendek
pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia.
Dalam hipotesis pecking order, likuiditas berpengaruh negative terhadap
Debt to Equity Ratio (DER). Karena ketika perusahaan memiliki tingkat
likuiditas yang tinggi justru tingkat hutangnya akan rendah dikarenakan
sumber dana yang melimpah sehingga perusahaan akan menggunakan
dana internal terlebih dahulu untuk membiayai investasinya. Hal ini
34 C. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu terkait dengan variabel dan tema yang menyerupai
penelitian ini akan dijelaskan dibawah, berikut beberapa penelitian terdahulu
mengenai struktur modal perusahaan.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama dan Judul
Penelitian Sampel Alat statistik Hasil 1. Setiawan (2010), “Analisis
35 3. Arief (2011), “Analisis
Pengujian Pecking Order Theory melalui keterkaitan
profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, dan kesempatan bertumbuh pada emiten syariah di JII
periode 2006-2009”.
4. Pujiani dan Prasetiono (2012), “Pengaruh Return 5. Nurul, Roslina dan Suhana
36 2005-2010 debt ratio. Sedangkan
pada perusahaan
6. Arini (2013), “Pengaruh Likuiditas, Ukuran yang terdaftar di Bursa Efek
37
8. Widodo (2013), “Analisis Faktor-Faktor yang
38
Penelitian ini akn menguji apakah variabel faktor-faktor penentu struktur
modal seperti profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, sales growth,
dan likuiditas berpengaruh terhadap financial leverage pada emiten syariah di
JII dan apakah teori pecking order mampu menjelaskan lebih baik perilaku
leverage pada emiten syariah di JII.
Bedasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang disesuaikan
dengan teori, konsep jalur dan hasil penelitian terdahulu maka skematis dapat
39 Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
(-) (-) (+) (-) (-) Laporan Keuangan Emiten Syariah di Jakarta
Islamic Index di Berbagai Sektor