• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN DENGAN MODEL SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN MODEL MENTAL DAN PENGUASAAN KONSEP MATERI IKATAN KIMIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN DENGAN MODEL SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN MODEL MENTAL DAN PENGUASAAN KONSEP MATERI IKATAN KIMIA"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PEMBELAJARAN DENGAN MODEL SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN MODEL MENTAL DAN PENGUASAAN

KONSEP MATERI IKATAN KIMIA

Oleh

KHAIRUL ANWAR

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kepraktisan, keefektivan, dan ukuran pengaruh (effect size) model pembelajaran SiMaYang tipe II untuk mening-katkan model mental dan penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia. Metode penelitian ini adalah pre-eksperimen dengan One Group Pretest-Posttest Design dan pengambilan sampel dipilih secara acak dengan teknik cluster random sampling, sehingga didapatkan 1 kelas penelitian. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 7 Bandar Lampung pada kelas X4. Hasil penelitian menunjukkan pembel-ajaran dengan model SiMaYang tipe II memiliki kepraktisan yang tinggi dalam meningkatkan model mental dan penguasaan konsep siswa, dibuktikan dengan keterlaksanaan RPP yang berkategori “tinggi” dan respon siswa yang berkategori “sangat tinggi”. Model pembelajaran ini efektif dalam meningkatkan model mental

(2)

model mental dan penguasaan konsep siswa, dibuktikan dengan hasil uji effect size yang berkriteria “besar”. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa model

SiMaYang tipe II memiliki kepraktisan dan keefektivan yang tinggi serta memiliki efek yang besar terhadap peningkatan model mental dan penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia.

(3)

PEMBELAJARAN DENGAN MODEL SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN MODEL MENTAL DAN PENGUASAAN

KONSEP MATERI IKATAN KIMIA

Oleh

KHAIRUL ANWAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Represesntasi Ilmu kimia ... 9

B. Model Pembelajaran SiMaYang ... 10

C. Model Mental ... 15

D. Penguasaan Konsep ... 18

E. Lembar Kerja Siswa ... 19

F. Kerangka Pemikiran ... 20

G. Anggapan Dasar ... 23

(7)

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 24

A. Subyek Penelitian ... 24

B. Metode Penelitian ... 24

C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 25

D. Definisi Operasional ... 27

E. Instrumen Penelitian ... 28

F. Analisis Data ... 29

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 39

1. Validitas dan Reabilitas Instrumen Tes ... 39

2. Kepraktisan Model Pembelajaran SiMaYang tipe II ... 40

a. Keterlaksanaan model pembelajaran SiMaYang tipe II... 40

b. Respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran ... 43

3. Keefektivan Model Pembelajaran SiMaYang tipe II ... 44

a. Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung ... 45

b. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran ... 46

c. Model mental siswa... 48

d. Penguasaan konsep siswa ... 51

4. Ukuran Pengaruh (Effect Size) ... 52

B. Pembahasan ... 53

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 64

(8)

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN ... 69

1. Silabus ... 69

2. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ... 75

3. Lembar Kerja Siswa ... 88

4. Soal Pretes dan Postes ... 122

5. Rubrik Penilaian Pretes dan Postes ... 127

6. Lembar Observasi Keterlaksanaan Model SiMaYang Tipe II ... 133

7. Angket Respon Siswa terhadap Pembelajaran Model SiMaYang Tipe II . 135 8. Lembar Observasi/Penilaian Kemampuan Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran Kimia dengan Model SiMaYang Tipe II ... 137

9. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pembelajaran dengan Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II ... 140

10.Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas Tes Penguasaan Konsep ... 142

11.Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas Tes Model Mental... 145

12.Perhitungan Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 147

13.Perhitungan Lembar Angket Respon Siswa ... 151

14.Perhitungan Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran ... 154

15.Perhitungan Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Kelas ... 157

16.Analisis Pretes Dan Postes Model Mental ... 162

17.Perhitungan Pretes dan Postes Penguasaan Konsep dan Model Mental .... 165

18.Analisis Ukuran Pengaruh (Effect Size) Untuk Tes Model Mental ... 168

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Deskripsi Pembelajaran Model SiMaYang Tipe II ... 14

2. Desain Penelitian ... 25

3. Kriteria Tingkat Keterlaksanaan ... 31

4. Rentangan Skor Total dan Kriteria Model Mental Siswa ... 34

5. Klasifikasi Kategori-kategori Model Mental ... 35

6. Analisis Data Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II ... 41

7. Analisis Data Angket Respon Siswa terhadap Pelaksanaan Pembelajaran ... 44

8. Analisis Data Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Kegiatan pembelajaran ... 46

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Fase-fase Model Pembelajaran SiMaYang ... 12

2. Keterkaitan Tiga Level Representatif dengan Model Mental ... 16

3. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 26

4. Persentase Model Mental Siswa pada Pretes dan Postes ... 49

5. Perbandingan Nilai n-Gain Model Mental Siswa ... 50

(11)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar sains harus sesuai dengan karakteristiknya yaitu belajar yang dimulai dengan mempelajari fenomena yang terkait langsung dengan kehidupan sehari-hari siswa. Mempelajari fenomena yang terjadi secara nyata dengan menerapkan pengetahuan kimia dapat membantu siswa membangun pengertian dan pemaham-an ypemaham-ang lebih bermakna. Pada dasarnya ilmu kimia sebagai bagipemaham-an dari rumpun IPA, menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Tim Penyusun, 2006), sehingga pembelajaran kimia dapat berlangsung dengan kondusif.

(12)

yang mengakibatkan kimia dianggap sulit untuk dimengerti oleh sebagian besar siswa (Wang, 2007).

Johnstone (1982, 1991) dan Talanquer (2011) menyatakan bahwa fenomena kimia dapat dijelaskan dengan tiga level representasi yang berbeda, yaitu makroskopik, submikroskopik dan simbolik. Berpikir dalam tiga dimensi representasi tersebut merupakan tuntutan disiplin ilmu kimia, yang membedakan dengan disiplin ilmu lain. Proses pembelajaran kimia, hendaknya dimulai dari level makroskopik dan simbolik sebab keduanya terlihat dan dapat dikonkretkan dengan contoh. Untuk level submikroskopik merupakan level yang paling sulit untuk dipahami siswa, padahal pada level ini menjadi dasar intelektual dalam menjelaskan fenomena kimia yang dihubungkan dengan konsep kimia. Pada level ini siswa harus mem-punyai daya imajinasi dalam menggambarkan suatu partikel seperti elektron, atom, dan molekul yang biasanya termasuk sebagai level molekular. Oleh karena itu penggunaan ketiga representasi kimia sangat membantu siswa dalam memaha-mi konsep-konsep kimemaha-mia yang sebagian besar bersifat abstrak.

Pemahaman terhadap konsep kimia sangat bergantung pada representasional sis-wa dan berpengaruh pada perkembangan model mental (Sunyono, et al., 2015a). Tiga level representasi kimia saling berkaitan dan tercermin pada model mental siswa. Model mental siswa dapat dibentuk melalui pengalaman, penafsiran, dan penjelasan yang didapat ketika pembelajaran kimia berlangsung (Boder & Domin, 2000).

(13)

siswa tentang variasi model-model yang membangun prinsip dasar ilmu kimia dalam menafsirkan tiga level representasi kimia. Representasi secara makrosko-pik dapat diamati sifat fisik dan sifat kimianya. Representasi submikroskomakrosko-pik ber-kaitan dengan pembentukan molekul dari unsur-unsunya dengan memvisualisasi-kannya. Representasi secara simbolik berkaitan dengan penggambaran makrosko-pik dengan simbol (Halim, et al., 2013).

Hasil penelitian Halim, et al. (2013) menyatakan bahwa siswa kesulitan untuk mendeskripsikan suatu molekul dalam tiga level representasi, yaitu secara makro-skopik, submikromakro-skopik, maupun simbolik. Siswa tidak dapat melihat hubungan antara ketiga level representasi tersebut. Akhirnya siswa cenderung memiliki model mental yang tidak ilmiah pada materi ikatan kimia.

(14)

Upaya untuk meningkatkan kemampuan representasional dapat dilakukan dengan menerapakan strategi dan media pembelajaran yang sesuai untuk mengembangkan kemampuan representasi dan model mental. Pembelajaran dengan menampilkan gambar dan animasi secara simulasi dapat meningkatkan daya imajinasi dan model mental siswa. Untuk itu perlu diterapkan pembelajaran yang berbasis multipel representasi.

(15)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kepraktisan pembelajaran dengan model SiMaYang tipe II dalam meningkatkan model mental dan penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia.

2. Bagaimana keefektivan pembelajaran dengan model SiMaYang tipe II dalam meningkatkan model mental dan penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia.

3. Bagaimana ukuran pengaruh pembelajaran dengan model SiMaYang tipe II terhadap peningkatan model mental dan penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan:

1. Mendeskripsikan kepraktisan pembelajaran dengan model SiMaYang tipe II dalam meningkatkan model mental dan penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia.

(16)

3. Mendeskripsikan ukuran pengaruh (effect size) pembelajaran dengan model SiMaYang tipe II terhadap peningkatan model mental dan penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia.

D. Manfaat Penelitian

Kegunaan atau manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi guru dalam hal

pemilihan model pembelajaran untuk meningkatkan model mental dan penguasaan konsep siswa.

2. Membantu dan memberikan pengalaman langsung bagi siswa untuk meningkatkan model mental dan penguasaan konsep pada pembelajaran kimia.

3. Mempermudah siswa dalam mencapai kompetensi dasar pada pembelajaran kimia.

4. Sebagai sumber referensi mengenai representasi makroskopik, submikro-skopik dan simbolik dalam pembelajaran kimia.

(17)

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Kompetensi dasar pada materi yang dibahas dalam penelitian ini yaitu mem-bandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi, dan ikatan logam serta interaksi antar partikel (atom, ion, molekul) materi dan hubungannya dengan sifat fisik materi.

2. Penguasaan kompetensi dan kemampuan representasi siswa ditunjukkan oleh hasil tes penguasaan kompetensi dan kemampuan merepresentasi level makro-skopik, submikromakro-skopik, dan simbolik yang diperoleh melalui pretes dan postes.

3. Pembelajaran berbasis multipel representasi dalam penelitian ini diterapkan berdasarkan model pembelajaran SiMaYang tipe II. Pembelajarannya meng-gunakan representasi gambar molekular, animasi dan media LKS yang di-susun untuk meningkatkan model mental dan penguasaan konsep siswa. 4. Model mental adalah representasi pribadi mental seseorang terhadap suatu ide

atau konsep. Model mental dapat digambarkan sebagai model konseptual, re-presentasi mental/internal, gambaran mental, proses mental, suatu konstruksi yang tidak dapat diamati, dan representasi kognitif pribadi (Chittleborough dalam Junaina, 2013).

(18)

6. Kepraktisan: kepraktisan suatu model pembelajaran merupakan salah satu kriteria kualitas model yang ditinjau dari hasil penilaian pengamat berdasarkan pengamatannya selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung (Nieveen dalam Sunyono, 2014a). Kepraktisan model pembelajaran ditentukan dari keterlaksanaan pembelajaran yang diukur melalui penilaian terhadap keter-laksanaan RPP yang memuat unsur-unsur model pembelajaran (sintak pem-belajaran, sistem sosial, dan prinsip reaksi) dan respon siswa terhadap pelaksa-naan pembelajaran.

7. Keefektivan terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Model pembel-ajaran dikatakan efektif bila siswa dilibatkan secara aktif dalam mengorgani-sasi dan menemukan hubungan dalam informasi-informasi yang diberikan, tidak hanya pasif menerima pengetahuan dari guru (Nieveen dalam Sunyono, 2012). Keefektivan ditentukan dari aktivitas siswa selama pembelajaran ber-langsung, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, ketercapaian dalam peningkatan model mental, dan peningkatan penguasaan konsep siswa. 8. Ukuran pengaruh (effect size) terkait dengan tingkat keberhasilan suatu

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Representasi Ilmu kimia

Johnstone (1982) dan Talanquer (2011) membedakan representasi kimia ke dalam tiga tingkatan (dimensi). Dimensi pertama adalah makroskopik yang bersifat nyata dan kasat mata. Dimensi ini menunjukkan fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari maupun yang dipelajari di laboratorium menjadi bentuk makro yang dapat diamati.

Dimensi kedua adalah mikroskopik juga nyata tetapi tidak kasat mata. Dimensi makroskopik menjelaskan dan menerangkan fenomena yang dapat diamati se-hingga menjadi sesuatu yang dapat dipahami. Dimensi ini terdiri dari tingkat partikular yang dapat digunakan untuk menjelaskan pergerakan elektron, molekul, partikel atau atom. Dimensi makroskopik dan mikroskopik memiliki keterkaitan satu sama lain (Johnstone, 1982 dan Talanquer, 2011).

(20)

Ketiga dimensi tersebut saling berhubungan dan berkontribusi pada siswa untuk dapat paham dan mengerti materi kimia yang abstrak. Hal ini didukung oleh per-nyataan Tasker dan Dalton (2006), bahwa kimia melibatkan proses-proses peru-bahan yang dapat diamati dalam hal (misalnya peruperu-bahan warna, bau, dan adanya gelembung) pada dimensi makroskopik atau laboratorium, namun dalam hal pe-rubahan yang tidak dapat diamati dengan indera mata, seperti pepe-rubahan struktur di tingkat submikro hanya bisa dilakukan melalui pemodelan.

Perubahan-perubahan ditingkat molekuler ini kemudian digambarkan pada tingkat simbolik yang abstrak dalam dua cara, yaitu secara kualitatif menggunakan notasi khusus, bahasa, diagram, dan simbolis, dan secara kuantitatif dengan menggunakan matematika (persamaan dan grafik).

B. Model Pembelajaran SiMaYang

Model Si-5 Layang-layang (SiMaYang) merupakan model pembelajaran yang menekankan pada interkoneksi tiga level fenomena sains, yaitu level submikros-kopik yang bersifat abstrak, level simbolik, dan level makrossubmikros-kopik yang bersifat nyata dan kasat mata (Sunyono, 2012). Oleh sebab itu, multipel representasi yang digunakan dalam model pembelajaran SiMaYang ini adalah

(21)

Model pembelajaran SiMaYang terdiri dari lima tahapan, yaitu orientasi,

eksplorasi konseptual, imajinasi, internalisasi, serta evaluasi. Kelima fase dalam model pembelajaran yang dikembangkan ini memiliki ciri dengan berakhiran “si” sebanyak lima “si.” Fase-fase tersebut tidak selalu berurutan bergantung pada

konsep yang dipelajari oleh siswa, terutama pada fase dua dan tiga (eksplorasi dan imajinasi). Oleh sebab itu, fase-fase model pembelajaran yang dikembangkan ini disusun dalam bentuk layang-layang dan selanjutnya model pembelajaran berbasis multipel representasi yang dikembangkan dinamakan Si-5 layang-layang atau disingkat SiMaYang (Sunyono, 2012).

(22)

Fase I

Fase II

Fase III

Fase IV Gambar 1. Fase-fase model pembelajaran SiMaYang (Sunyono, 2012)

Pada Gambar 1, fase I adalah orientasi yaitu, peninjauan untuk menentukan sikap dan pandangan yang mendasari pikiran (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007), sehingga siswa dapat terfokus pada tujuan pembelajran dan materi yang akan dipelajari.

Fase II adalah eksplorasi dan imajinasi yang saling berkaitan. Kegiatan eksplorasi-imajinasi adalah kegiatan utama yang harus dilakukan dalam model pembelajaran SiMaYang untuk membangun model mental, meningkatkan kreativitas, dan karakter siswa. Model pembelajaran SiMaYang menjadi pembelajaran yang me-narik dan siswa didorong untuk menggunakan visualisasi (statis dan dinamis), yang disampaikan oleh guru atau siswa mengakses informasi melalui webpage/ weblog (Sunyono, et al., 2015b).

Eksplorasi adalah kegiatan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru dari situasi yang baru (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007). Pada kegiatan eksplo-rasi, guru melibatkan siswa dalam mencari dan menghimpun informasi, meng-gunakan media untuk memperkaya pengalaman dalam mengelola informasi, memfasilitasi siswa berinteraksi, medorong siswa mengamati berbagai gejala,

Orientasi

Eksplorasi Imajinasi

Internalisasi

(23)

menangkap tanda-tanda yang membedakan dengan gejala pada peristiwa lain, mengamati objek di lapangan dan labolatorium.

Berdasarkan terjemahan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), imajinasi ialah daya pikir untuk membayangkan (dalam angan-angan) atau menciptakan gambar-gambar (lukisan, karangan, dan sebagainya) kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang. Imajinasi juga merupakan kekuatan atau proses meng-hasilkan ide. Jadi imajinasi hanya terdapat dalam pikiran siswa yang memba-yangkan gambar-gambar atau kata-kata yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari. Menurut Ogawa (2009) imajinasi sangat membantu dalam ningkatkan pengetahuan konseptual dan daya kreatifitas siswa. Selanjutnya me-nurut Sunyono (2014a) kekuatan imajinasi siswa dalam pembelajaran SiMaYang ini digunakan dalam fase eksplorasi-imajinasi dan hasilnya ditunjukkan melalui fase internalisasi.

Fase III adalah internalisasi yaitu, penghayatan atau proses penafsiran secara mendalam lewat penyuluhan, penataran, dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007). Pada proses ini guru membimbing dan memfasilitasi siswa dalam mengkomunikasikan hasil pemikirannya melalui presentasi hasil kerja kelompok. Kemudian, memberikan dorongan kepada siswa lain untuk menang-gapi hasil kerja kelompok yang sedang dipresentasikan. Selanjutnya memberikan latihan atau tugas individu dengan memberikan lembar kerja siswa yang berisi pertanyaan atau perintah untuk membuat interkoneksi ketiga level fenomena sains.

(24)

Tabel 1. Deskripsi pembelajaran model SiMaYang tipe II (Sunyono, et al., 2015b)

Fase Aktivitas guru Aktivitas siswa

Fase I: Orientasi

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Memberikan motivasi dengan berbagai fenomena yang terkait denganpengalaman siswa.

1. Menyimak penyam-paian tujuan sambil memberikan tanggapan 2. Menjawab pertanyaan dan menanggapi Fase II: Eksplorasi-Imajinasi

1. Mengenalkan konsep dengan memberikan beberapa abstraksi yang berbeda mengenai

fenomena alam secara verbal atau dengan demonstrasi dan juga menggunakan visualisasi: gambar, grafik, atau simulasi atau animasi, dan atau analogi dengan melibatkan siswa untuk menyimak dan bertanya jawab. 2. Mendorong, membimbing, dan

memfasilitasi diskusi siswa untuk membangun model mental dalam membuat interkoneksi diantara level fenomena alam yang lain,yaitu dengan membuat transformasi dari level fenomena alam yang satu ke level yang lain (makro ke mikro dan simbolik atau sebaliknya) dengan

menuangkannya ke dalam lembar kegiatan siswa.

1. Menyimak (mengamati) dan bertanya jawab dengan dosen tentang fenomena kimia yang diperkenalkan (menanya). 2. Melakukan penelusuran informasi melalui webpage/weblog dan/atau buku teks (menggali

informasi) 3. Bekerja dalam

kelompok untuk melakukan imajinasi terhadap fenomena kimia yang diberikan melalui LKS

(mengasosiasi / menalar)

4. Berdiskusi dengan te-man dalam kelompok dalam melakukan la-tihan imajinasi repre-sentasi (mengasosia-si/ menalar).

Fase III: Internalisasi

1. Membimbing dan memfasilitasi siswa dalam mengartikulasikan/ mengkomunikasikan hasil pemikiran-nya melalui

presentasi hasil kerja kelompok. 2. Memberikan latihan atau tugas

dalam mengartikulasikan imajinasinya. Latihan individu tertuang dalam lembar kegiatan siswa/LKS yang berisi

1. Perwakilan kelompok melakukanpresentasi terhadap hasil kerja kelompok (mengo-munikasikan). 2. Kelompok lain

menyimak

(25)

Tabel 1 (lanjutan)

pertanyaan dan/atau perintah untuk membuat interkoneksi ketiga level fenomena alam.

terhadap kelompok yang sedang

presentasi (menanya dan menjawab). 3. Melakukan latihan

individu melalui LKS individu (menggali informasi dan mengasosiasi). Fase IV:

Evaluasi

1. Mengevaluasi kemajuan belajar siswa dan reviu terhadap hasil kerja siswa.

2. Memberikan tugas latihan interkoneksi. Tiga level fenomena alam (makro,

mikro/submikro, dan simbolik).

1. Menyimak hasil reviu dari guru dan

menyampaikan hasil kerjanya (mengomu-nikasikan), serta bertanya tentang pembelajaran yang akan datang.

C. Model Mental

(26)

Gambar 2. Keterkaitan tiga level representatif dengan model mental (Devetak dalam Sunyono, 2011)

Model mental adalah representasi pribadi mental seseorang terhadap suatu ide atau konsep. Model mental dapat digambarkan sebagai model konseptual, repre-sentasi mental/internal, gambaran mental, proses mental, suatu konstruksi yang tidak dapat diamati, dan representasi kognitif pribadi (Chittleborough dalam Junaina, 2013).

Model mental adalah pembangun berharga yang digunakan untuk memahami sumber yang menjadi kesalahpahaman dan pola penalaran peserta didik. Meski-pun definisi dan ide-ide tentang model mental bervariasi, model mental dapat didefinisikan sebagai representasi internal kognitif dari dunia nyata atau situasi imajiner, acara, atau proses, yang struktur mencerminkan struktur dirasakan situasi, peristiwa, atau proses (Johnson-Laird dan Nersessian dalam Tümay, 2014).

(27)

Kemampuan untuk membentuk model mental merupakan karakteristik dasar sistem kognitif manusia dan kita terus-menerus membangun dan memperbaiki representasi mental untuk menafsirkan pengalaman dan memahami permasalahan yang ada.

Pembentukan model mental siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang akan menghasilkan repre-sentasi guru dan juga bahan ajar (buku) yang dibaca oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Model mental siswa dibangun dari pengalaman mereka, menginterpretasikan dan menjelaskan apa yang mereka lihat, merefleksi-kan pemahaman mereka pada level submikroskopik materi (Chittleborough dalam Junaina, 2013). Selanjutnya, Devetak, et al. (dalam Sunyono, et al., 2015a) mene-mukan bahwa siswa yang tidak dibelajarkan representasi eksternalnya, maka akan menemukan kesulitan untuk menginterpretasikan molekul dalam bentuk struktur submikroskopiknya.

(28)

D. Penguasaan Konsep

Pengertian penguasaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan, kepan-daian dan sebagainya (Kamus Pusat Bahasa, 2005). Berdasarkan pengertian ter-sebut dapat dinyatakan bahwa penguasaan adalah pemahaman. Pemahaman bukan saja berarti mengetahui yang sifatnya mengingat (hafalan) saja, tetapi mampu me-ngungkapkan kembali dalam bentuk lain atau dengan kata-kata sendiri sehingga mudah mengerti makna bahan yang dipelajari, tetapi tidak mengubah arti yang ada di dalamnya.

Konsep merupakan salah satu pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa karena konsep merupakan dasar dalam merumuskan prinsip-prinsip. Penguasaan konsep yang baik akan membantu pemakaian konsep-konsep yang lebih kompleks. Penguasaan konsep merupakan dasar dari penguasaan prinsip-prinsip teori, artinya untuk dapat menguasai prinsip dan teori harus dikuasai terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan konsep dan keberhasilan siswa, maka diperlukan tes yang akan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai tertentu. Penguasaan konsep juga merupakan suatu upaya ke arah pemahaman siswa untuk memahami hal-hal lain di luar pengetahuan sebelumnya. Jadi, siswa di tuntut untuk menguasai materi-materi pelajaran selanjutnya.

(29)

lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Adanya interaksi dengan lingkungan, akan menyebabkan fungsi intelektual semakin berkembang.

Guru sebagai pengajar harus memiliki kemampuan untuk menciptakan kondisi yang kondusif agara siswa dapat menemukan dan memahami konsep yang diajar-kan. Hal ini sesuai dengan pendapat Toulmin (dalam Suparno, 1997) yang me-nyatakan bahwa bagian terpenting dari pemahaman siswa adalah perkembangan konsep secara evolutif. Terciptanya kondisi yang kondusif tersebut, diharapkan siswa dapat menguasai konsep yang disampaikan guru. Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa menguasai materi pelajaran yang diberikan.

E. Lembar Kerja Siswa

Media pembelajaran adalah alat bantu untuk menyampaikan pesan kepada siswa yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Melalui penggunaan media pembelajaran akan memudahkan bagi guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah media berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Pada proses belajar mengajar, LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk menuntun siswa mendalami materi dari suatu materi pokok atau submateri pokok mata pelajaran yang telah atau sedang dijalankan.

(30)

siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Menurut Prianto dan Harnoko (1997), manfaat dan tujuan LKS antara lain:

1. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar 2. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep

3. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar

4. Membantu guru dalam menyusun pelajaran

5. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran

6. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajarai melalui kegiatan belajar

7. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis

Pada proses belajar mengajar, LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk menuntun siswa mendalami materi dari suatu materi pokok atau submateri pokok mata pelajaran yang telah atau sedang dijalankan. Penggunaan LKS, dapat mem-bantu siswa dalam mengemukakan pendapat dan mengambil kesimpulan, sehing-ga pembelajaran densehing-gan bantuan LKS akan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

F. Kerangka Pemikiran

(31)

Pada model pembelajaran SiMaYang Tipe II guru mengenalkan konsep kimia dengan menyajikan fenomena kimia dan mentransformasikan ketiga level fenomena sains tersebut yaitu makroskopik, submikroskopik, dan simbolik, kemudian membimbing dan memfasilitasi siswa untuk mengemukakan dan me-ngembangkan pemikirannya. Tahap awal pada model pembelajaran SiMaYang tipe II dikenal dengan fase orientasi, guru memberikan motivasi dan mengenalkan berbagai fenomena kimia yang terkait dengan pengalaman siswa. Pada tahap ini, melalui fenomena kimia dari pengalaman siswa tersebut, siswa akan termotivasi dan tertantang untuk dapat menguasai materi atau konsep yang akan dipelajari.

Tahap kedua ialah eksplorasi-imajinasi. Pada tahap ini, guru mengenalkan konsep kimia dengan memberikan beberapa abstraksi yang berbeda mengenai fenomena kimia secara verbal maupun demonstrasi dan juga menggunakan visualisasi gambar, grafik, simulasi atau animasi, dan analogi dengan melibatkan siswa untuk menyimak dan bertanya jawab. Selain itu guru akan mendorong, membimbing, dan memfasilitasi diskusi siswa untuk membangun model mental dalam membuat interkoneksi di antara level-level fenomena kimia yang lain, yaitu dengan

membuat transformasi dari level fenomena kimia yang satu ke level yang lain (makroskopik ke submikroskopik dan simbolik atau sebaliknya) dengan menuangkannya ke dalam lembar kegiatan siswa (LKS kelompok).

(32)

tanggapan/pertanyaan terhadap kelompok yang sedang melakukan presentasi. Pada tahap ini juga siswa akan diberi lembar kerja siswa (LKS individu) untuk dapat mengembangkan kemapuan pengetahuan dan imajinasinya setelah melalui fase eksplorasi-imajinasi, sehingga model mental siswa akan meningkat.

Tahap keempat adalah guru mengevaluasi kemajuan belajar siswa dan mereviu hasil kerja siswa (LKS individu), sedangkan siswa menyimak hasil reviu dari guru dan menyampaikan hasil kerjanya serta bertanya tentang pembelajaran yang akan datang.

Pembelajaran kimia yang demikian memberikan pengalaman belajar pada siswa sebagai proses dengan menggunakan sikap ilmiah agar mampu memiliki pema-haman makroskopik, submikroskopik, dan simbol kimia, sehingga dapat menemu-kan produk kimia, yang berupa konsep, hukum, dan teori, serta mengkaitmenemu-kan dan menerapkannya pada konteks kehidupan nyata dan tidak mengarahkan siswa pada penguasaan terhadap mata pelajaran kimia yang cenderung bersifat akumulatif dan menghafal.

(33)

G. Anggapan Dasar

Beberapa hal yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Siswa kelas X SMA Negeri 7 Bandar Lampung yang menjadi subjek penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama dalam penguasaan kompetensi kimia;

2. Perbedaan model mental dan penguasaan konsep pada materi ikatan kimia semata-mata karena perlakuan dalam proses pembelajaran; dan

3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan model mental dan penguasaan konsep pada materi ikatan kimia siswa kelas X SMA Negeri 7 Bandar Lampung diabaikan.

H. Hipotesis

(34)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 7 Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 7 Bandar Lampung tahun pelajaran 2015/2016 dan tersebar dalam sepuluh kelas. Sampel diambil secara acak dengan teknik cluster random sampling, sehingga mendapatkan satu kelas penelitian sebagai sampel. Kelas yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah kelas X4 yang terdiri atas 38 siswa.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah pre-eksperimen dengan One Group Pretest-Posttest Design (Fraenkel, 2012). Pada desain penelitian ini melihat perbedaan pretes maupun postes pada kelas yang diteliti. Penelitian ini dilakukan dengan memberi suatu perlakuan pada subjek penelitian dari satu kelas kemudian diobservasi.

Tabel 2. Desain Penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Postes

(35)

Keterangan:

O1 : Kelas replika diberi pretes

X : Pembelajaran kimia dengan menggunakan model SiMaYang tipe II O2 : Kelas replika diberi postes

Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif. Menurut Sugiyono (2012), analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi pendahuluan

Prosedur observasi pendahuluan:

a. Meminta izin kepada Kepala SMA Negeri 7 Bandar Lampung untuk melaksanakan penelitian.

b. Menentukan subjek penelitian 2. Pelaksanaan penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Tahap persiapan

(36)

b. Tahap penelitian

Pada tahap pelaksanaannya, penelitian dilakukan pada satu kelas sebagai replikasi, yaitu kelas yang diterapkan model pembelajaran SiMaYang tipe II.

Urutan prosedur pelaksanaannya sebagai berikut: 1. Melakukan pretes pada kelas replika.

2. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi ikatan kimia sesuai dengan model pembelajaran yang telah ditetapkan.

3. Melakukan postes pada kelas replika. 4. Analisis data.

5. Penulisan pembahasan dan simpulan.

Prosedur pelaksanaan penelitian dapat digambarkan dalam bentuk bagan berikut:

(37)

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap definisi yang digunakan dalam penelitian ini, berikut dijabarkan istilah-istilah yang digunakan:

a. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Efektivitas pembelajar-an diukur melalui aktivitas siswa selama pembelajarpembelajar-an berlpembelajar-angsung, kemam-puan guru dalam mengelola pembelajaran, serta ketercapaian dalam memba-ngun model mental dan peningkatan penguasaan konsep kimia siswa.

b. Model mental adalah representasi pribadi (internal) dari suatu objek, ide, atau proses yang dihasilkan oleh seseorang selama proses kognitif berlangsung. Model mental ditunjukkan melalui jawaban-jawaban siswa pada setiap soal tes model mental. Tes model mental adalah tes pemecahan masalah pada materi ikatan kimia yang dibuat dalam bentuk tes uraian.

(38)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Silabus

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

3. Lembar kerja siswa yang digunakan berjumlah empat LKS kelompok, yaitu LKS-01 mengenai kestabilan unsur dan ikatan ion, LKS-03 mengenai ikatan kovalen, LKS-05 mengenai ikatan kovalen koordinasi, senyawa kovalen polar dan non polar, dan LKS-07 mengenai ikatan logam, ikatan hidrogen, dan sifat fisik senyawa yang berikatan. LKS Selain itu terdapat empat LKS individu. 4. Tes tertulis yang digunakan yaitu soal pretes dan postes yang masing-masing

terdiri atas soal penguasaan konsep yang berupa pilihan jamak dan tes model mental dalam bentuk uraian. Soal pretes dan postes pada penelitian ini adalah materi ikatan kimia yang terdiri dari 15 butir soal pilihan jamak, dan soal model mental yang terdiri dari 5 butir soal uraian.

5. Lembar penilaian yang digunakan antara lain:

a. Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran SiMaYang tipe II, diadopsi dari Sunyono (2014b).

b. Angket respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran, diadopsi dari Sunyono (2014b).

c. Lembar pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, diadopsi dari Sunyono (2014b).

(39)

F. Analisis Data

1. Analisis validitas dan reliabilitas instrumen tes

Teknik pengolahan data digunakan untuk mengetahui kualitas instrumen yang digunakan dalam penelitian. Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui dan mengukur apakah instrumen yang digunakan telah memenuhi syarat dan layak digunakan sebagai pengumpul data. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel (Arikunto, 2006). Berdasarkan hasil uji coba tersebut maka akan diketahui validitas dan reliabilitas instrument tes.

a. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen tes (Arikunto, 2006). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus product moment dengan angka kasar yang di-kemukakan oleh Pearson, dalam hal ini analisis dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Office Excel 2013.

b. Reliabilitas

(40)

reliabilitas alat evaluasi menurut Guilford (Suherman, 2003), dalam hal ini analisis dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Office Excel 2013.

Kriteria derajat reliabilitas (r11) alat evaluasi menurut Guilford: 0,80 < r11 ≤ 1,00; derajat reliabilitas sangat tinggi

0,60 < r11 ≤ 0,80; derajat reliabilitas tinggi 0,40 < r11 ≤ 0,60; derajat reliabilitas sedang 0,20 < r11 ≤ 0,40; derajat reliabilitas rendah 0,00 < r11 ≤ 0,20; tidak reliabel

2. Analisis data kepraktisan model pembelajaran SiMaYang tipe II

Analisis data kepraktisan model pembelajaran SiMaYang tipe II ditentukan dari keterlaksanaan model pembelajaran SiMaYang tipe II dan respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran.

a. Analisis data keterlaksanaan model pembelajaran SiMaYang tipe II

Keterlaksanaan model pembelajaran SiMaYang tipe II diukur melalui penilaian terhadap keterlaksanaan RPP yang memuat unsur-unsur model pembelajaran yang meliputi sintak pembelajaran, sistem sosial, dan prinsip reaksi. Analisis terhadap keterlaksanaan RPP model pembelajaran SiMaYang tipe II, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

(41)

Keterangan : %Ji = Persentase ketercapaian dari skor ideal untuk setiap aspek pengamatan pada pertemuan ke-i

∑Ji = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh pengamat pada pertemuan ke-i

N = Skor maksimal (skor ideal)

3. Menghitung rata-rata persentase ketercapaian untuk setiap aspek pengamatan dari dua orang pengamat.

4. Menafsirkan data dengan tafsiran harga persentase ketercapaian pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagaimana pada tabel berikut.

Tabel 3. Kriteria tingkat keterlaksanaan (Ratumanan dalam Sunyono, 2012) Persentase Kriteria

80,1% - 100,0% 60,1% - 80,0% 40,1% - 60,0% 20,1% - 40,0% 0,0% - 20,0%

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

b. Analisis data respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran

Analisis data respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan model SiMaYang tipe II, dilakukan langkah-langkah berikut:

1. Menghitung jumlah siswa yang memberikan respon positif dan negatif terhadap pelaksanaan pembelajaran.

2. Menghitung persentase jumlah siswa yang memberikan respon positif dan negatif.

(42)

3. Analisis data keefektivan model pembelajaran SiMaYang tipe II

Ukuran keefektivan model pembelajaran dalam penelitian ini ditentukan dari aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran, serta ketercapaian dalam membangun model mental dan peningkatan penguasaan konsep siswa.

a. Analisis data aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung

Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung diukur dengan menggunakan lembar observasi oleh dua orang observer. Analisis deskriptif terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menghitung persentase aktivitas siswa untuk setiap pertemuan dengan rumus:

% Pa = Fa

Fb x 100%

Keterangan: Pa = Persentase aktivitas siswa dalam belajar di kelas. Fa = Frekuensi rata-rata aktivitas siswa yang muncul. Fb = Frekuensi rata-rata aktivitas siswa yang diamati.

2. Menghitung jumlah persentase aktivitas siswa yang relevan dan yang tidak relevan dengan pembelajaran untuk setiap pertemuan dan menghitung rata-ratanya, kemudian menafsirkan data dengan menggunakan tafsiran harga persentase sebagaimana Tabel 3.

(43)

b. Analisis data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

Untuk analisis data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran SiMaYang tipe II, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap aspek pengamatan, kemudian dihitung persentase kemampuan guru dengan rumus: % Ji = (∑Ji / N) x 100%

Keterangan : %Ji = Persentase dari skor ideal untuk setiap aspek pengamatan pada pertemuan ke-i

∑Ji = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh pengamat pada pertemuan ke-i

N = Skor maksimal (skor ideal)

2. Menghitung rata-rata persentase kemampuan guru untuk setiap aspek pengamatan dari dua orang pengamat.

3. Menafsirkan data dengan tafsiran harga persentase kemampuan guru sebagaimana Tabel 3.

c. Analisis data model mental siswa

(44)

tepat. Selanjutnya banyaknya siswa pada setiap tipe dinyatakan dalam bentuk persentase, seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 4. Rentangan skor total dan kriteria model mental siswa

No Rentangan

skor total Kriteria

Tes sebelum pembelajaran

Tes setelah pembelajaran Jumlah

siswa %

Jumlah siswa % 1 6-10 Buruk sekali

2 11-15 Buruk

3 16-20 Sedang

4 21-25 Baik

5 26-30 Baik sekali

Wang (Sunyono, 2012) menyatakan bahwa untuk mengetahui fitur model mental individu siswa, Wang menggunakan pengkodean terhadap penjelasan verbal dan nonverbal siswa, dan pengkodean tersebut menggunakan tipe-tipe jawaban siswa sebagai penjelasan dari representasi nonverbal siswa.

(45)

Tabel 5. Klasifikasi kategori-kategori model mental (Sunyono, 2014a)

No Kategori Model mental

(Park, 2009) Penjelasan

1. Buruk sekali Model yang belum jelas

Model mental yang sudah dibawa oleh seseorang sejak lahir atau model mental yang terbentuk karena informasi dari lingkungan yang salah, atau konsep dan gambar struktur yang dibuat sama sekali tidak dapat diterima secara keilmu-an, atau pembelajar sama sekali tidak memiliki konsep.

2. Buruk Intermediet 1 Model mental yang sudah mulai terbentuk atau konsep dan penjelas-an ypenjelas-ang diberikpenjelas-an mendekati kebenaran keilmuan dan gambar struktur yang dibuat tidak dapat diterima atau sebaliknya.

3. Sedang Intermediet 2 Model mental pembelajar yang di-tandai dengan konsep yang dimiliki pembelajar dan gambar struktur yang dibuat mendekati kebenaran keilmuan.

4. Baik Intermediet 3 Model mental yang ditandai dengan penjelasan/konsep yang dimiliki pembelajar dapat diterima secara keilmuan dan gambar struktur yang dibuat mendekati kebenaran, atau sebaliknya penjelasan/konsep yang dimiliki belum dapat diterima dengan baik secara keilmuan, tetapi gambar struktur yang dibuat tepat. 5. Baik sekali Target Model mental yang ditandai dengan

konsep/penjelasan dan gambar struktur yang dibuat pembelajar tepat secara keilmuan.

(46)

S100 = (S / T) x 100

Keterangan : S100 = skor model mental pada skala 100 S = skor yang diperoleh siswa

T = skor total

Perhitungan nilai n-Gain dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: n-Gain= skor postes- skor pretes

skor maksimum -skor pretes

Kriterianya adalah (1) pembelajaran dengan nilai n-Gain “tinggi”, jika n-Gain > 0,7 ; (2) pembelajaran dengan nilai n-Gain “sedang”, jika n-Gain terletak antara 0,3 < n-Gain ≤ 0,7 ; dan (3) pembelajaran dengan nilai n-Gain “rendah”, jika n-Gain ≤ 0,3 (Hake dalam Sunyono, 2014b).

d. Analisis data penguasaan konsep siswa

Penguasaan konsep kimia merupakan kemampuan siswa dalam menggunakan konsep, prinsip, teori, dan hukum-hukum kimia ke dalam situasi yang konkret pada pemecahan masalah dan ditunjukkan oleh nilai yang diperoleh siswa dalam tes penguasaan konsep (pretes dan postes). Peningkatan penguasaan konsep ditunjukkan melalui nilai n-Gain, yaitu selisih antara nilai postes dan nilai pretes, dan dihitung berdasarkan rumus berikut:

n-Gain= skor maksimumskor postes-skor pretes-skor pretes

(47)

0,3 < n-Gain ≤ 0,7 ; dan (3) pembelajaran dengan nilai n-Gain “rendah”, jika n-Gain ≤ 0,3 (Hake dalam Sunyono, 2014b).

4. Analisis Ukuran Pengaruh (Effect Size)

Analisis terhadap ukuran pengaruh pembelajaran dengan model SiMaYang tipe II terhadap peningkatan model mental dan penguasaan konsep dilakukan dengan menggunakan uji t dan uji effect size. Uji t dilakukan terhadap perbedaan rerata n-Gain antara postes dan pretes, baik n-Gain model mental maupun n-Gain penguasaan konsep. Tarap kepercayaan yang digunakan adalah α = 0,05. Rumus yang digunakan dalam uji t adalah:

� = �̅ − �̅

√ � � + � �� + � − +

Keterangan: t = nilai uji t

�̅ = nilai rerata hasil pretes �̅ = nilai rerata hasil postes � = varians pretes

� = varians postes

� = jumlah sampel pretes � = jumlah sampel postes

(Sudjana, 2005)

(48)

Jika – ttabel ≤ thitung ≤ + ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak,

dengan: Ho = nilai pretes sama dengan nilai postes (tidak ada perubahan) Ha = nilai pretes tidak sama dengan nilai postes (ada perubahan)

Berdasarkan uji t terhadap, selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menentukan ukuran pengaruh dengan rumus:

� = �

� +��

Keterangan: µ = effect size t = thitung dari uji t df = derajat kebebasan

(Jahjouh, 2014)

Kriteria:

µ ≤ 0,15; efek diabaikan (sangat kecil) 0,15 < µ ≤ 0,40; efek kecil

0,40 < µ ≤ 0,75; efek sedang

0,75 < µ ≤ 1,10; efek besar µ > 1,10; efek sangat besar

(49)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan menggunakan model SiMaYang tipe II memiliki kepraktisan yang tinggi untuk meningkatkan model mental dan penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia.

2. Model pembelajaran SiMaYang tipe II efektif untuk meningkatkan model mental dan penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia.

3. Model pembelajaran SiMaYang tipe II mempunyai efek yang besar terhadap peningkatan model mental dan penguasaan konsep siswa pada materi ikatan kimia.

B. Saran

Berdasrkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

(50)

guru-guru IPA untuk mengimplementasikan dan mengembangkan model pembelajaran tersebut di kelas.

2. Penerapan model pembelajaran SiMaYang tipe II harus disetai keterampilan pengelolaan pembelajaran yang baik, seperti pengelolaan kelas, pengelolaan waktu pembelajaran, pengaturan diskusi kelompok, pengaturan kegiatan individu, maupun pengaturan presentasi dan diskusi kelas.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Bloom, B. S. ed. et al. 1956. Taxonomy of Educational Objectives: Handbook 1,

Cognitive Domain. David McKay. New York.

Dincer, S. 2015. Effect of Computer Assisted Learning on Students’

Achievement in Turkey: a Meta-Analysis. Journal of Turkish Science Education, 12 (1): 99-118.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Farida, I. 2009. The Importance of Development of Representational

Competence in Chemical Problem Solving Using Interactive Multimedia. Served in a paper Proceeding of The Third International Seminar on Science Education - “Challenging Science Educationin The Digital Era”, Indonesia University of Education, 17 October, 259-277.

Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., & Hyun, H. H. 2012. How to Design and Evaluate Research in Education (Eigth Edition). McGrow-Hill. New York.

Halim, N. D. A., Ali, M. B., Yahaya, N., & Said, M, N, H, N. 2013. Mental Model in Learning Chemical Bonding: a Preliminary Study. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 97 (6): 224-228.

Ismail. 2003. Model-Model Pembelajaran. Direktorat Sekolah Tingkat Lanjutan Pertama. Jakarta.

Jahjouh, Y. M. A. 2014. The Effectiveness of Blended E-Learning Forum in Planning for Science Instruction. Journal of Turkish Science Education, 11 (4): 3-16.

Johnstone, A. H. 1982. Macro- and Micro-Chemistry. School Science Review, 227(64): 377-379.

(52)

http://www.researchgate.net/publication/227948144_Why_is_science_difficu lt_to_learn_Things_are_seldom_what_they_seem. [19 April 2015]

Junaina. 2013. Pengaruh Pembelajaran Kerangka IFSO terhadap Peningkatkan Model Mental dan Penguasaan Konsep Ikatan Kimia Siswa SMA Negeri 1 Way Lima. Tesis. Program S2 Teknologi Pendidikan. Program Pascasarjana Universitas Lampung: tidak dipublikasikan.

Ogawa, H., Fujii, H., & Sumida, M. 2009. Development of a Lesson Model in

Chemistry through “Special Emphasis on Imagination Leading to Creation” (SEIC). [Online]. Chemical Education Journal (CEJ), 13 (1): 1-6. Available: http://chem.sci.utsunomiya-u.ac.jp/cejrnIE.html. [9 November 2015]

Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Balai Pustaka. Jakarta.

Sudjana, N. 2005. Metode Statistika. Transito. Bandung

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung.

Suherman, E. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. JICA Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Sunyono. 2012. Buku Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi (Model SiMaYang). Aura Printing & Publishing. Bandar Lampung.

. 2014a. Model Pembelajaran Kimia Berbasis Multiple Representasi dalam Membangun Model Mental Mahasiswa pada Mata Kuliah Kimia Dasar. Disertasi. Program S3 Pendidikan Sains. Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya: tidak dipublikasikan.

. 2014b. Pengembangan Model Pembelajaran Kimia SMA Berbasis Multipel Representasi dalam Menumbuhkan Model Mental dan Meningkatkan

Penguasaan Konsep Kimia Siswa Kelas X (Tahun I). Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun I – Dikti. Jakarta.

Sunyono, Wirya, I. W., Suyadi, G., & Suyanto, E. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Kimia Berorientasi Keterampilan Generik Sains pada

Pebelajar SMA di Provinsi Lampung. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun I – Dikti. Jakarta.

(53)

Seminar Nasional V, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 6 Juli, 445-458.

. 2015a. Mental Models of Students on Stoichiometry Concept in Learning by Method Based on Multiple Representation. The Online Journal of New Horizons in Education, 5 (2): 30-45.

. 2015b. Supporting Students in Learning with Multiple Representation to Improve Student Mental Models on Atomic Structure Concepts. Science Education International, 26 (2): 104-125.

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta.

Talanquer, V. 2011. Macro, Submicro, and Symbolic: The Many Faces of the Chemistry "Triplet". International Journal of Science Education, 33 (2): 179-195.

Tasker, R & Dalton, R. 2006. Research into practice: Visualisation of The Molecular World Using Animations. [Online]. Chemistry Education Research and Practice, 7 (2): 141-159. Available:

http://pubs.rsc.org/en/content/pdf/article/2006/rp/b5rp90020d. [19 April 2015]

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian III: Pendidikan Disiplin Ilmu. Penerbit Imtima. Bandung.

Tim Penyusun. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Wang, C. 2007. The Role of Mental-Modeling Ability, Content Knowledge, and Mental Models in General Chemistry Students' Understanding about

Gambar

Tabel 1. Deskripsi pembelajaran model SiMaYang tipe II (Sunyono, et al., 2015b)
Gambar 2. Keterkaitan tiga level representatif dengan model mental (Devetak  dalam Sunyono, 2011)
Gambar 3.  Prosedur pelaksanaan penelitian
Tabel 4.  Rentangan skor total dan kriteria model mental siswa
+2

Referensi

Dokumen terkait

operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden dan melakukan investasi baru

Pembentukan karakter muncul ketika guru mengkaitkan materi pembelajaran dengan lingkungan kehidupan sehari-hari siswa, dengan demikian keterlibatan aktif dalam mereka belajar akan

Dampak dari hasil penelitian ini agar konselor atau guru pembimbing selalu mempertahankan, mengembangkan sifat atau perilaku kepribadiannya sehingga mampu memberikan

Penjualan Ekspor mewakili 89% dari total penjualan ban radial Perusahaan pada tahun 2006 dan naik sebesar 8% menjadi Rp. 1.603 milyar dibandingkan dengan Rp. Ban radial

terhadap penyusutan dalam pemasakan adonan bila jumlah penambahannya lebih dari 15% (Sison dan Almira, 19775), karena waktu pemasakan menjadi lebih lama dan suhu

Adonan kemudian dipotong-potong dengan ukuran kurang lebih 4x2x2 cm dengan ketebalan satu cm, selanjutnya adonan dilumuri dengan perekat tepung (batter) yang terbuat dari campuran

[r]

Alhamndulillah atas kehadirat Allah SWT serta rahmat dan karunianya sehingga penelitian yang berjudul “Gambaran Resiliensi Pada Wanita Dewasa Madya yang Mengalami