• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN TANAMAN HIAS DI KECAMATAN PEKALONGAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN TANAMAN HIAS DI KECAMATAN PEKALONGAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN TANAMAN HIAS DI KECAMATAN PEKALONGAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh

ANITA NOVIANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN TANAMAN HIAS DI KECAMATAN PEKALONGAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh

Anita Noviana

Penelitian bertujuan untuk mengkaji proses pengambilan keputusan pembelian tanaman hias dan faktor-faktor dominan yang menentukan keputusan pembelian tanaman hias oleh konsumen rumah tangga. Penelitian dilakukan dengan metode survei di Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur. Lokasi dipilih secara sengaja dengan pertimbangan di kecamatan tersebut terdapat kawasan agrowisata, yaitu Balai Benih Induk Hortikultura, dan dikenal sebagai daerah pusat pembibitan dan tanaman hortikultura di Lampung. Sampel penelitian sebanyak 75 responden laki-laki dan perempuan yang memenuhi kriteria sampel, yaitu pernah membeli tanaman hias. Data penelitian terdiri dari langkah-langkah pengambilan keputusan dan faktor-faktor dominan yang menentukan keputusan pembelian tanaman hias dikumpulkan dengan cara wawancara kepada responden, menggunakan kuesioner. Analisis data secara deskriptif kualitatif dan statistik kuantitatif dengan uji validitas dan reliabilitas dan analisis faktor (analisis

(3)
(4)
(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xiii

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang dan masalah... 1

B. Tujuan Penelitian... 8

C. Kegunaan Penelitian... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 10

A. Tinjauan Pustaka... 10

1. Tanaman hias... 10

2. Konsumen... 11

3. Perilaku konsumen... 12

4. Proses pengambilan keputusan pembelian... 13

5. Tipe pengambilan keputusan konsumen... 15

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen... 16

7. Bauran pemasaran... 18

8. Uji validitas dan realibilitas... 19

9. Analisis faktor... 21

10. Penelitian terdahulu tentang perilaku konsumen... 24

B. Kerangka Pemikiran... 29

III. METODE PENELITIAN... 33

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional... 33

B. Lokasi, Waktu, dan Pengumpulan Data Penelitian... 40

C. Penentuan Sampel dan Jumlah Sampel... 40

(6)

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian... 48

B. Karakteristik Pedagang Tanaman Hias di Pekalongan... 49

C. Karakteristik Responden... 52

D. Proses Keputusan Pembelian Tanaman Hias... 54

1. Pengenalan kebutuhan... 55

2. Pencarian informasi... 58

3. Evaluasi alternatif... 60

4. Keputusan pembelian... 62

5. Evaluasi pasca pembelian... 66

E. Faktor Dominan dalam Keputusan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Pembelian Tanaman Hias di Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur... 70

1. Uji validitas dan realibilitas... 71

2. Analisis faktor... 74

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 89

A. Kesimpulan... 89

B. Saran... 90

DAFTAR PUSTAKA... 91

(7)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Usaha agribisnis tanaman hias saat ini sedang berkembang cukup pesat. Tanaman hias tidak hanya berperan dalam pembangunan sektor pertanian, akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia. Perkembangan agrowisata yang memanfaatkan usaha pertanian sebagai objek wisata membuat bisnis tanaman hias memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan. Menurut Latief (2012), pertumbuhan industri properti di tanah air diperkirakan akan mendongkrak kinerja pasar tanaman hias. Seiring

bertambahnya perumahan, apartemen, hotel dan juga perkantoran, membuat bisnis tanaman hias semakin menjanjikan.

(8)

Tanaman hias sebagai komoditas ekspor beberapa tahun ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Negara-negara yang berada di kawasan Asia yang menjadi pasar potensial tanaman hias di dunia di antaranya adalah Jepang, Korea, Taiwan, China dan Singapura. Selain di kawasan Asia, negara-negara lain yang merupakan pasar ekspor tanaman hias Indonesia terbesar adalah Amerika Serikat dan Belanda (Direktorat Budidaya Tanaman Hias, 2008). Secara nasional, data volume dan nilai ekspor komoditi tanaman hias dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Volume dan nilai ekspor komoditi tanaman hias di Indonesia, tahun 2007–2011

Tahun Volume ekspor

(ton)

Nilai ekspor (US$)

2007 4.621 6.899.222

2008 3.258 6.725.862

2009 5.111 7.718.570

2010 4.294 9.041.872

2011 4.888 13.160.381

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2012

Ekspor tanaman hias Indonesia ke beberapa negara tujuan mengalami

peningkatan yang cukup signifikan setiap tahunnya, baik dari volume maupun nilainya. Volume ekspor tertinggi dicapai pada tahun 2009, sedangkan volume ekspor terendah terjadi pada tahun 2008. Nilai ekspor tertinggi dicapai pada tahun 2011 dengan nilai 13,2 juta dollar.

(9)

negeri. Jenis tanaman hias yang diproduksi di Indonesia terdiri dari berbagai macam jenis disesuaikan dengan kondisi alam masing masing daerah di Indonesia. Data produksi tanaman hias di Indonesia disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi tanaman hias di Indonesia, tahun 2007-2011

Komoditas (tangkai)

Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Anggrek 9.484.393 15.309.964 16.205.949 14.050.445 15.490.256

Anthurium

Bunga 2.198.990 2.627.498 3.833.100 7.655.542 4.724.730

Anyelir 1.901.509 3.024.558 5.320.824 7.607.588 5.130.332

Gerbera

(Herbras) 4.931.441 4.101.631 5.185.586 9.693.487 10.543.445

Gladiol 11.271.385 8.581.395 9.775.500 10.064.082 5.448.740

Heliconia 1.427.048 5.278.477 4.124.174 2.961.385 2.791.257

Krisan 66.979.260 101.777.126 107.847.072 185.232.970 305.867.882

Mawar 59.492.699 39.265.696 60.191.362 82.351.332 74.319.773

Sedap Malam 21.687.493 25.598.314 51.047.807 59.298.954 62.535.465

Dracaena*) 2.041.962 1.863.764 2.262.505 4.625.925 2.447.314

Melati**) 15.775.751 20.388.119 28.307.326 21.600.442 22.541.485

Palem*) 1.171.768 1.149.420 1.260.408 1.098.197 1.261.445

Sumber : BPS dan Direktorat Jenderal Hortikultura, 2012 Keterangan: *) Produksi dalam pohon

**) Produksi dalam Kg

(10)

Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah yang mempunyai potensi sumber daya alam cukup besar untuk pengembangan usaha tanaman hias, karena letak geografis Provinsi Lampung sangat strategis dan dekat dengan pusat pertumbuhan ekonomi (Jakarta) serta memiliki aksesibilitas yang cukup baik dalam hal sarana dan prasarana serta penyalurannya. Perkembangan usaha tanaman hias di Provinsi Lampung hampir tersebar di seluruh

kabupaten. Salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang potensial dalam bisnis tanaman hias adalah Kabupaten Lampung Timur. Data produksi semua jenis tanaman hias di Provinsi Lampung disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Produksi semua jenis tanaman hias di Provinsi Lampung, tahun 2007-2011 (pohon)

Kabupaten/Kota Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Lampung Barat 30.724 122.535 25.761 32.491 68.337 Tanggamus 86.708 198.465 116.831 160.626 72.025 Lampung Selatan 311.323 352.983 459.107 188.967 119.506

Lampung

Timur 19.151 561.610 597.430 165.191 117.810

Lampung Tengah 246.878 472.372 406.725 430.951 383.018 Lampung Utara 5.669 11.910 44.336 34.692 29.477

(11)

Produksi tanaman hias di Lampung tidak berbeda jauh dengan jumlah produksi tanaman hias secara keseluruhan di Indonesia yang tidak stabil dan selalu mengalami fluktuasi. Produksi tanaman hias yang mencapai ratusan ribu pohon mengalami penurunan yang cukup drastis. Penurunan jumlah produksi ini terjadi hampir di semua kabupaten di Provinsi Lampung, tak terkecuali Kabupaten Lampung Timur. Penurunan produksi secara drastis terjadi pada tahun 2010, kurang lebih sebesar 72 persen dari tahun 2009, dan terus mengalami penurunan hingga tahun 2011.

Kabupaten Lampung Timur, terdapat kawasan Agrowisata Pekalongan, Lampung Timur--BBI Hortikultura yang dikenal sebagai daerah pusat pembibitan dan budidaya tanaman hortikultura di Lampung yang sudah dikenal tidak hanya di Provinsi Lampung, tetapi juga dari luar daerah Lampung. Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) merupakan tempat penyiapan benih unggul dan bermutu bagi tanaman hortikultura (Balai Benih Induk Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung, 2010). Meskipun BBIH yang berada di Pekalongan Lampung Timur adalah unit produksi benih tanaman buah, tetapi beberapa tahun terakhir juga terkenal sebagai pusat pembibitan dan penjualan tanaman hias mengikuti tren di masyarakat, serta memenuhi animo masyarakat yang besar tentang tanaman hias.

Pada kawasan agrowisata Pekalongan, selain Balai Benih Induk (BBI)

(12)

yang dijual di antaranya bibit buah-buahan, tanaman perkebunan, dan tanaman hias. Tanaman hias yang dibudidayakan oleh nursery di daerah Pekalongan di antaranya adalah adenium, aglonema, anggrek, anthurium, keladi, sri rejeki, euphorbia, krisan, mawar, melati dan sebagainya. Pekalongan, selain

memiliki kawasan agrowisata, daerah tersebut juga terkenal sebagai supplier pedagang eceran. Selain konsumen rumah tangga, terdapat juga konsumen antara atau pedagang pengecer yang berbelanja tanaman hias untuk tujuan komersial.

Perkembangan bisnis tanaman hias yang penuh persaingan menuntut setiap pelaku usaha yang bergerak dalam usaha penjualan tanaman hias memiliki pengetahuan mengenai perilaku konsumen dalam pembelian tanaman hias, terutama terhadap keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Produsen dan pemasar seyogyanya produsen dapat menyediakan tanaman hias sesuai keinginan konsumen dengan melihat perilaku konsumen dalam

pembelian, karena karakteristik tanaman hias yang diinginkan konsumen tidak sepenuhnya sama dengan karakteristik tanaman yang dihasilkan oleh

produsen. Hal ini juga berpengaruh pada produksi tanaman hias yang dihasilkan oleh produsen. Semakin besar animo masyarakat terhadap jenis tanaman tertentu, maka permintaan akan tanaman tersebut akan naik dan memicu produsen untuk meningkatkan produksinya, begitu pula sebaliknya.

(13)

keputusan pembelian konsumen. Proses pengambilan keputusan pembelian konsumen dimulai dari pengenalan kebutuhan akan tanaman hias, pencarian informasi terkait tanaman hias, evaluasi alternatif, keputusan pembelian tanaman hias, dan perilaku pasca pembelian. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian adalah faktor lingkungan yang meliputi budaya, kelas sosial, dan pengaruh orang lain, dan faktor internal (perbedaan individu) meliputi sumber daya konsumen, pengetahuan, dan gaya hidup. Faktor psikologis konsumen adalah pengalaman yang diperoleh konsumen melalui proses belajar. Selain itu, terdapat penerapan strategi pemasaran yang didesain untuk mempengaruhi konsumen dalam rangka mencapai tujuan (Setiadi, 2010). Hal ini dapat dicapai dengan mengembangkan dan menyajikan bauran pemasaran yang diarahkan pada pasar sasaran yang dipilih. Bauran pemasaran merupakan salah satu bagian dari strategi pemasaran yang terdiri dari kombinasi empat variabel, yaitu produk, harga, distribusi, dan promosi. Keempat variabel tersebut merupakan inti dari sistem pemasaran suatu perusahaan dan dapat dikendalikan oleh pemasar atau pelaku bisnis seefektif mungkin.

(14)

dapat dikendalikan oleh pemasar, akan tetapi tetap harus diperhitungkan, dan sangat menarik untuk diteliti.

Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah penelitian, yaitu: (1) Bagaimanakah proses pengambilan keputusan konsumen rumah tangga

dalam pembelian tanaman hias di Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur?

(2) Faktor-faktor apakah yang dominan menentukan keputusan konsumen rumah tangga dalam pembelian tanaman hias di Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur?

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis:

(1) Proses pengambilan keputusan konsumen rumah tangga dalam pembelian tanaman hias di Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur. (2) Faktor-faktor dominan yang menentukan keputusan konsumen rumah

tangga dalam pembelian tanaman hias di Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur.

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi:

(15)

keinginan dan kebutuhan konsumen dan dapat meningkatkan volume penjualan.

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Tanaman hias

Tanaman hias merupakan bagian dari hortikultur nonpangan yang digolongkan dalam florikultur. Florikultur merupakan cabang ilmu hortikultura yang mempelajari tanaman hias sebagai bunga potong, daun potong, tanaman pot atau tanaman penghias taman. Komoditi ini

dibudidayakan dalam kehidupan sehari-hari untuk dinikmati keindahannya (Lakitan, 1995).

Ashari (1995) menyatakan bahwa industri tanaman hias meliputi budidaya tanaman dalam pot, bunga potong, daun potong dan tanaman hias lainnya yang kebanyakan dilakukan di areal tertentu seperti rumah kaca.

Keindahan tanaman tersebut dapat dipancarkan dari keseluruhan tajuk tanaman juga bentuk, warna bunga dan kerangka tanaman. Tanaman hias merupakan tanaman hortikultur nonpangan, berbeda dengan sayur-sayuran atau buah-buahan, tanaman ini dibudidayakan untuk dinikmati

(17)

di halaman rumah atau taman-taman umum. Menurut Rahardi (1997), tanaman hias dapat dibedakan ke dalam dua golongan yaitu:

a. Tanaman hias dalam ruangan (indoor)

Tanaman hias yang cocok ditanam dalam ruangan adalah tanaman hias yang dapat hidup berhari-hari dalam ruangan dan mempunyai ukuran yang tidak terlalu besar. Umumnya tanaman hias dalam ruangan merupakan tanaman berdaun indah. Ragam tanaman hias dalam ruangan yang populer antara lain aglonema, anthurium, palem dan paku-pakuan.

b. Tanaman hias luar ruangan (outdoor)

Pada dasarnya semua jenis tanaman hias dapat digunakan sebagai penghias di luar ruangan, namun keberadaaan jenisnya seringkali ditentukan oleh model dan sifat tanaman yang bisa tahan atau tidak terhadap sinar matahari. Tanaman yang cocok untuk penghias luar ruangan adalah tanaman yang menyukai sinar matahari secara langsung. Tanaman hias luar ruangan umumnya berwujud pohon-pohonan,

misalnya palem, sikas dan perdu-perduan, misalnya bugenvil, hibiscus, mawar, dan soka.

2. Konsumen

(18)

orang yang mendapatkan barang atau jasa untuk digunakan dengan tujuan komersial, atau dengan kata lain, mereka membeli barang bukan untuk dipakai, melainkan untuk diperdagangkan, contohnya distributor, agen dan pengecer. Konsumen akhir adalah setiap orang yang mendapatkan dan menggunakan barang atau jasa untuk tujuan memenuhi hidupnya pribadi, atau keluarga, dan tidak untuk diperdagangkan kembali.

Sumarwan (2003) membagi dua jenis konsumen, yaitu konsumen individual dan konsumen organisasi. Konsumen individu meliputi konsumen yang membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri, digunakan oleh anggota keluarga yang lain, atau untuk diberikan kepada orang lain sebagai hadiah atau pemberian. Jenis konsumen organisasi meliputi organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintah, dan lembaga lainnya. Organisasi ini membeli produk peralatan dan jasa-jasa lainnya untuk menjalankan seluruh kegiatan organisasinya.

3. Perilaku konsumen

Perilaku konsumen menurut Engel, et al., (1994) adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan

(19)

waktu. Interaksi antara afeksi dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar berarti bahwa untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran yang tepat, kita harus memahami apa yang mereka pikirkan (kognisi) dan mereka rasakan (afeksi), apa yang mereka lakukan (perilaku), dan apa serta di mana (kejadian di sekitar) yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan

konsumen. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran, maksudnya perilaku konsumen tetap konsisten dengan definisi pemasaran yang juga menekankan pertukaran (Setiadi, 2010).

4. Proses pengambilan keputusan pembelian

Konsumen dalam memutuskan untuk membeli suatu produk melalui lima urutan tahap-tahap proses keputusan pembelian (Kotler, 2000). Lima tahap proses pembelin sangat relevan terhadap keputusan pembelian yang kompleks. Proses pengambilan keputusan pembelian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Proses pengambilan keputusan pembelian Sumber : Kotler, 2000

Tahap awal dalam pengambilan keputusan adalah pengenalan kebutuhan. Ini terjadi pada saat individu menyadari adanya perbedaan situasi yang ada dengan situasi yang diharapkan. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh rangsangan internal maupun eksternal dalam kasus pertama dari kebutuhan

(20)

normal seseorang, yaitu rasa lapar, dahaga, atau seks meningkat hingga suatu tingkat tertentu dan berubah menjadi dorongan.

Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari informasi lebih banyak. Sumber-sumber informasi konsumen dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu : (1) sumber pribadi yang meliputi keluarga, teman, tetangga, dan kenalan; (2) sumber

komersial, meliputi iklan, tenaga penjualan, kemasan, dan pameran; (3) sumber umum, yaitu media massa dan organisasi konsumen; (4) sumber pengalaman, dimana konsumen pernah menangani, menguji, dan

menggunakan produk. Menurut Setiadi (2010), umumnya konsumen memperoleh informasi terbanyak berasal dari sumber komersial, tetapi informasi paling efektif berasal dari sumber pribadi.

Tahap ke tiga dalam proses penciptaan keputusan pembelian adalah proses evaluasi alternatif, yaitu proses evaluasi terhadap suatu alternatif pilihan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Pada tahap ini individu akan mengambil pilihan dari berbagai alternatif yang ada. Proses ini akan melibatkan kriteria evaluasi yakni standar atau spesifikasi yang digunakan individu untuk membandingkan produk dan merek yang berbeda.

(21)

keputusan tentang jumlah, keputusan tentang waktu, dan keputusan tentang harga.

Perilaku konsumen setelah pembelian akan sangat ditentukan oleh kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap produk yang dibeli. Selain itu, pembelian kembali juga dipengaruhi oleh promosi yang

dilakukan oleh pihak penjual. Pekerjaan pemasar tidak akan berakhir pada saat suatu produk dibeli, tetapi akan terus berlangsung hingga periode sesudah pembelian.

5. Tipe pengambilan keputusan konsumen

Konsumen dalam mengambil keputusan pembelian, sebagian mungkin melakukan lima langkah keputusan pembelian, sebagian hanya melakukan beberapa langkah saja dan yang lain hanya melakukan langkah pembelian saja. Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2003) menyebutkan ada 3 (tiga) tipe pengambilan keputusan konsumen, yaitu:

a. Pemecahan Masalah Diperluas (Extensive Problem Solving)

(22)

b. Pemecahan Masalah Terbatas (Limited Problem Solving)

Sebagian besar keputusan konsumen menggunakan pemecahan masalah terbatas karena pada tipe pengambilan keputusan ini, konsumen telah memiliki sejumlah besar informasi produk dan kriteria dasar untuk mengevaluasi kategori produk yang berasal dari pengalaman. Konsumen hanya membutuhkan tambahan informasi untuk dapat membedakan merek dan memutuskan membeli produk tersebut. Pada pemecahan masalah ini, konsumen menyederhanakan proses

pengambilan keputusan sebagai akibat waktu dan sumber daya yang dimiliki konsumen terbatas.

c. Pemecahan Masalah Rutin (Routinized Problem Solving)

Pada tipe pemecahan masalah rutin, konsumen telah memiliki banyak pengalaman terhadap produk yang dibelinya. Pada pemecahan masalah ini, konsumen telah memiliki standar untuk mengevaluasi merek dan cukup mengingat kembali apa yang telah diketahui. Konsumen hanya membutuhkan sedikit informasi tambahan.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen

Keputusan pembelian konsumen merupakan bagian dari perilaku konsumen, di mana keputusan pembelian berperan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan individu dalam mendapatkan dan

(23)

faktor. Pengaruh yang mendasari perilaku konsumen menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994) adalah : (1) pengaruh lingkungan; (2) perbedaan dan pengaruh individual; dan (3) proses psikologis konsumen tersebut seperti disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen Sumber : Engel, et al. 1994

Proses keputusan konsumen dalam pembelian produk dipengaruhi oleh tiga faktor. Faktor pengaruh lingkungan ditandai oleh interaksi individu dengan individu lain di lingkungannya, yaitu budaya, keluarga, pengaruh pribadi, dan pengaruh situasi. Faktor perbedaan individu yang

mempengaruhi keputusan pembelian produk dipengaruhi oleh sumber daya yang dimiliki oleh konsumen, motivasi dan keterlibatan konsumen terhadap produk, pengetahuan, gaya hidup, kepribadian dan sikap yang dimiliki oleh konsumen. Proses psikologis ada tiga tahapan, yaitu proses

(24)

informasi, proses pembelajaran dan perubahan sikap serta perilaku konsumen. Proses psikologis menunjukkan sejauh mana rangsangan pemasaran seperti iklan diterima, ditafsirkan, disimpan dalam ingatan dan kemudian digunakan oleh konsumen tersebut untuk menilai alternatif-alternatif produk (tahapan proses informasi). Pengalaman konsumen di dalam melakukan pembelian dapat menyebabkan perubahan dalam pengetahuan dan sikap. Proses ini disebut proses pembelajaran. Kedua proses di atas akan menyebabkan perubahan sikap konsumen (Engel, et al., 1994).

7. Bauran pemasaran

Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep utama dalam dunia pemasaran modern. Bauran pemasaran dapat didefinsikan sebagai serangkaian alat pemasaran taktis yang terdiri dari produk, harga, tempat dan promosi yang dapat dikendalikan dan dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkan perusahaan dalam pasar sasaran (Kotler 2000). Bauran pemasaran berbeda dengan strategi pemasaran. Strategi pemasaran mencakup keseluruhan dalam pengambilan keputusan-keputusan tentang biaya pemasaran, bauran pemasaran, alokasi pemasaran dalam hubungan dengan keadaan

lingkungan yang diharapkan dan kondisi persaingan. Bauran pemasaran hanya bagian dari strategi pemasaran yang merupakan kombinasi dari empat variabel yang merupakan inti dari sistem pemasaran suatu

(25)

Kotler dan Keller (2009) juga menyatakan bahwa bauran pemasaran atau yang sering disebut sebagai 4P (empat P) dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu sudut pandang penjual dan sudut pandang pembeli. Dilihat dari sudut pandang penjual, 4P merupakan perangkat pemasaran yang tersedia untuk mempengaruhi pembeli, sedangkan dari sudut pandang pembeli, 4P merupakan perangkat pemasaran yang dirancang untuk memberikan manfaat bagi pelanggan. Komponen-komponen dari bauran pemasaran yang sering disebut empat P tersebut antara lain: produk (product) , harga (price), distribusi/tempat (place), dan promosi (promotion).

8. Uji validitas dan realibilitas

a. Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2002). Menurut Sugiyono (2009), hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi. Uji validitas dilakukan untuk mengukur pernyataan yang ada dalam

(26)

r

hitung

=

Keterangan :

r = koefisien korelasi (validitas) X = skor pada subyek item n Y = skor total subyek

XY = skor pada subyek item n dikalikan skor total n = banyaknya subyek

Dasar pengambilan keputusan adalah:

(1) Jika r hasil positif dan r hasil > r tabel, maka variabel tersebut valid.

(2) Jika r hasil negatif dan r hasil < r tabel, maka variabel tersebut tidak valid.

b. Uji realibilitas

(27)

α = 1 ...(2)

Jika alpha atau r hitung: (a) 0,8-1,0, maka reliabilitas baik (b) 0,6-0,799, maka reliabilitas diterima (c) <0,6, maka reliabilitas kurang baik

9. Analisis faktor

Analisis faktor adalah pendekatan statistik yang dapat digunakan untuk menganalisis ”interrelationship” sejumlah (besar) variabel dan untuk

menjelaskan dimensi-dimensi (disebut faktor) yang melandasi variabel-variabel tersebut. Tujuan analisis faktor adalah untuk memadatkan sejumlah besar informasi dari sejumlah variabel asli menjadi sejumlah kecil faktor dengan kehilangan informasi minimal (Simamora, 2005). Secara umum, analisis faktor digunakan untuk mengidentifikasi sejumlah faktor atau variabel yang memiliki karakter yang sama sehingga dapat membuang variabel yang tidak memiliki korelasi dan dapat menyertakan variabel yang memiliki korelasi. Proses analisis faktor mencoba

(28)

dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. Statistik kunci yang relevan menurut Supranto (2004) adalah :

a. Bartlett’s test of sphericity yaitu suatu uji statistik yang dipergunakan untuk menguji hipotesis bahwa variabel tidak saling berkorelasi dalam populasi.

b. Communality ialah jumlah varian yang disumbangkan oleh suatu

variabel dengan seluruh variabel lainnya dalam analisis.

c. Eigenvalue merupakan jumlah varian yang dijelaskan oleh setiap faktor.

d. Factor loadings ialah korelasi sederhana antara variabel dengan faktor. e. Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) measure of sampling adequacy yaitu

suatu indeks yang dipergunakan untuk meneliti ketepatan analisis faktor. Nilai KMO measure of sampling adequacy antara 0,5 - 1,0 berarti analisis faktor tepat, apabila kurang dari 0,5 analisis faktor dikatakan tidak tepat.

f. Percentage of variance yaitu persentase varian total yang disumbangkan oleh setiap faktor.

Analisis faktor terdiri dari beberapa tahap yaitu (Supranto, 2004) : a. Merumuskan masalah

(29)

Banyaknya elemen sampel harus memadai yaitu minimal 4 (empat) atau 5 (lima) kali variabel yang diteliti.

b. Membuat matrik korelasi

Pada tahap ini, ada dua hal yang perlu dilakukan agar analisis faktor dapat dilaksanakan. Pertama, yaitu menentukan besaran nilai Barlett Test of Sphericity, yang digunakan untuk mengetahui apakah ada

korelasi yang signifikan antar variabel, dan kedua adalah Keiser-Meyers-Oklin (KMO) Measure of Sampling Adequacy, yang

digunakan untuk mengukur kecukupan sampel dengan cara membandingkan besarnya koefisien korelasi yang diamati dengan koefisein korelasi parsialnya. Analisis faktor dikatakan layak apabila besaran KMO nilainya minimal 0,5.

c. Ekstraksi faktor

Pada tahap ini, dilakukan proses inti analisis faktor, yaitu melakukan ekstraksi terhadap sekumpulan variabel yang memiliki nilai KMO>0,5 sehingga terbentuk satu atau lebih faktor. Tujuan mengekstrasi faktor yaitu agar faktor tidak berkorelasi dengan sesamanya. Metode yang digunakan untuk maksud ini adalah Principal Component Analysis (PCA). Penentuan jumlah faktor di mana masing-masing faktor

merupakan gabungan dari beberapa faktor yang saling berhubungan (berkorelasi) didasarkan atas besarnya eigen value, percentage of variance dari setiap faktor yang muncul. Semakin besar eigen value

(30)

sekelompok variabel. Faktor-faktor yang dipilih faktor yang memiliki eigen value >1.

d. Rotasi faktor

Pada tahap ini matrik faktor ditransformasikan ke dalam matrik yang lebih sederhana sehingga mudah untuk diinterpretasikan.

e. Intepretasi faktor

Pada tahap ini, akan diberikan nama-nama faktor yang telah terbentuk berdasarkan faktor loading suatu variabel terhadap faktor

terbentuknya.

10.Penelitian terdahulu tentang perilaku konsumen

Penelitian tentang perilaku konsumen yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Adapun persamaannya yaitu pada topik dan tujuan penelitian, serta metode analisis yang digunakan. Perbedaanya terletak pada komoditas yang diteliti dan lokasi penelitian. Penelitian terdahulu yang dirujuk dalam penelitian ini adalah :

Yulisa (2013) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian kopi bubuk instan siap saji dan sikap mahasiswa Unila terhadap penilaian berbagai merek kopi bubuk instan siap saji. Data yang terkumpul dalam penelitian dianalisis secara kuantitatif

(31)

Hasil analisis menggunakan analisis komponen utama dari lima belas variabel yang diduga mempengaruhi keputusan pembelian kopi bubuk instan siap saji terdapat nilai Measure of Sampling Adequacy (MSA) salah satu variabel (pengaruh orang lain) nilainya di bawah 0,5, sehingga variabel tersebut dikeluarkan, akibatnya hanya ada empat belas variabel yang diolah untuk analisis selanjutnya. Keempat belas faktor (variabel) tersebut kemudian dapat dikelompokkan menjadi empat komponen utama, yaitu KU I (Faktor Internal), KU II (Faktor Eksternal), KU III (Faktor Manfaat), dan KU IV (Faktor Keunggulan). Kopi instan siap saji yang paling banyak dikonsumsi oleh mahasiswa adalah merek Torabika. Berdasarkan empat belas faktor (variabel) yang diduga mempengaruhi keputusan pembelian kopi bubuk instan siap saji, dapat direduksi menjadi empat komponen. Komponen utama I (faktor internal) terdiri dari aroma, pilihan rasa, kekentalan, dan krimer. Komponen utama II (faktor

eksternal) terdiri dari merek, iklan, harga, dan bonus. Komponen utama III (faktor manfaat) terdiri dari variabel penghilang rasa kantuk dan variabel teman minum makanan lain. Komponen utama IV (faktor keunggulan) terdiri dari variabel tidak berampas, mudah didapatkan, dan praktis.

Hasil analisis menggunakan analisis sikap Fishbein menyatakan bahwa merek ABC mendapatkan nilai tertinggi di antara merek lainnya meskipun pengonsumsinya paling sedikit dibandingkan pengkonsumsi merek

(32)

Jika diurutkan penilaian sikap terbaik dari yang tertinggi sampai terendah adalah ABC, Nescafe, Luwak White Koffie, Torabika, dan Good Day. Sukhufi (2011) telah meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen tanaman hias anthurium gelombang cinta di Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu, Kota Batu, Malang. Penelitiannya bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik, sikap dan perilaku konsumen dalam pembelian anthurium gelombang cinta dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian tersebut. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis sikap dan perilaku, dilengkapi dengan uji validitas, reliabilitas dan analisa faktor.

Hasil analisis deskriptif menyatakan bahwa karakteristik konsumen anthurium gelombang cinta didominasi oleh laki-laki, usia 46-55 tahun, dengan pendidikan terakhir S1, jenis pekerjaan wiraswasta, dengan tingkat pendapatan Rp1.000.000 – Rp2.000.000 per bulan dan berasal dari

(33)

Hasil analisis sikap menyatakan bahwa mayoritas konsumen anthurium gelombang cinta bersikap ”biasa” terhadap atribut-atribut tanaman hias anthurium gelombang cinta (harga, keindahan, keunikan, bentuk daun, nama, tren, keuntungan, dan prestise). Pada analisa perilaku, mayoritas responden dinyatakan ”ragu-ragu”. Hal ini disebabkan oleh beberapa atribut yang kurang diyakini oleh konsumen dan belum memberikan kepuasan yang optimal seperti turunnya harga dan bergantinya tren, sehingga tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dan menimbulkan kekecewaan bagi konsumen. Berdasarkan analisis faktor, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi konsumen dalam membeli anthurium

gelombang cinta, yaitu faktor citra atau image anthurium gelombang cinta (yang terdiri dari nama, keindahan, keunikan, bentuk daun, keuntungan, dan harga) merupakan faktor utama atau dominan, faktor publisitas yang terdiri dari media massa, keluarga dan tren) merupakan faktor ke dua dan selanjutnya adalah faktor lingkungan promosi (tenaga penjual dan teman) menjadi faktor ke tiga.

Tono (2002) melakukan penelitian tentang analisis preferensi konsumen terhadap atribut tanaman hias dalam ruangan (indoor plants). Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diketahui bahwa motivasi responden dalam mengkonsumsi tanaman hias dalam ruangan adalah untuk keindahan dan pemeliharaan lingkungan. Penyediaan tanaman hias oleh instansi

(34)

Preferensi konsumen dapat dilihat dari nilai relatif penting dan nilai kegunaan atribut tanaman yang diamati. Nilai relatif penting pada konsumen individu untuk setiap tanaman didominasi oleh atribut

ketahanan dan harga, kecuali pada tanaman dracaena, hanya atribut harga saja. Nilai relatif penting pada konsumen instansi untuk setiap tanaman didominasi oleh atribut harga, ketahanan, dan ukuran, kecuali pada tanaman anggrek, yang mendominasi adalah harga. Kendala yang dihadapi oleh produsen dalam menghasilkan tanaman hias adalah permodalan, sumber daya manusia, pola pemilikan lahan, budidaya tanaman, pemasaran, dan keamanan.

Halim (2002) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan pembelian sayuran hidroponik di PT Hero Supermarket Cabang Pajajaran Bogor. Permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian sayuran hidroponik di PT Hero Supermarket Cabang Pajajaran. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode Principal Component Analysis (PCA) untuk mengetahui komponen utama dan

faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian sayuran hidroponik. Hasil analisis dengan menggunakan metode PCA

menghasilkan enam komponen utama yang menerangkan keragaman data sebesar 78,8 persen. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi pembelian sayuran hidroponik adalah pengaruh orang lain dalam melakukan

(35)

tingkat pendapatan konsumen, dan ketersediaan sayuran hidroponik di tempat belanja.

B. Kerangka Pemikiran

Usaha agribisnis tanaman hias saat ini sedang berkembang cukup pesat. Tanaman hias tidak hanya berperan dalam pembangunan sektor pertanian, akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia. Selain itu, tanaman hias juga merupakan bisnis yang menguntungkan untuk dikembangkan sebagai komoditas ekspor dan pemasaran di dalam negeri. Tanaman hias sebagai komoditas ekspor beberapa tahun ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan, baik dari volume maupun nilainya. Pemasaran dalam negeri untuk tanaman hias terlihat mengalami fluktuasi namun cenderung mengalami peningkatan. Hal tersebut berlaku pula bagi bisnis tanaman hias di Kecamatan Pekalongan Lampung Timur. Salah satu faktor yang menyebabkan berfluktuasinya produksi tanaman hias (yang dapat terjadi secara cepat) adalah perilaku konsumen dalam melakukan pembelian.

Perkembangan bisnis tanaman hias yang penuh persaingan menuntut setiap pelaku usaha yang bergerak dalam usaha penjualan tanaman hias memiliki pengetahuan mengenai perilaku konsumen terhadap tanaman hias yang diminati. Produsen dan pemasar dapat menyediakan tanaman hias sesuai keinginan konsumen dengan melihat perilaku konsumen dalam pembelian, karena karakteristik tanaman hias yang diinginkan konsumen tidak

(36)

dihasilkan oleh produsen. Semakin besar animo masyarakat terhadap jenis tanaman tertentu, maka permintaan akan tanaman tersebut akan naik dan memicu produsen untuk meningkatkan produksinya, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, perilaku konsumen dalam pembelian tanaman hias penting untuk diperhatikan oleh para pengusaha tanaman hias agar dapat menyusun strategi pemasaran, memenuhi keinginan konsumen, dan mempertahankan pasar yang dimiliki.

(37)

Faktor–faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan pembelian konsumen terdiri dari faktor lingkungan, perbedaan individu, proses

psikologis, dan bauran pemasaran. Faktor lingkungan meliputi budaya (X1), kelas sosial (X2), dan pengaruh orang lain (X3). Faktor perbedaan individu meliputi sumber daya konsumen (X4), pengetahuan (X5), dan gaya hidup (X6), sedangkan faktor psikologis hanya dilihat dari pengalaman konsumen dalam membeli tanaman hias (X7). Variabel bauran pemasaran meliputi tren (X8), keunikan (X9), ukuran (X10), warna (X11), nilai prestise (X12), harga tanaman hias (X13), promosi yang dilakukan penjual (X14), dan kemudahan memperoleh produk (X15).

(38)

Gambar 3. Kerangka pemikiran penelitian perilaku konsumen dalam pembelian

Pengetahuan tentang perilaku konsumen tanaman hias Kesulitan bagi produsen dalam memprediksi jumlah dan

jenis tanaman hias yang akan diproduksi

(39)

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional

Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian dan pengukuran yang dipergunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Konsep dasar dan batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

Tanaman hias adalah tumbuhan yang unik dan khas, baik yang berbunga, berdaun indah, maupun memiliki kerangka atau batang berbentuk unik yang berfungsi memperindah dan mempercantik ruangan, baik untuk di dalam maupun di luar ruangan. Pada penelitian ini, tanaman hias yang diteliti meliputi semua jenis tanaman hias yang dijual oleh para nursery di Pekalongan.

Konsumen adalah pemakai akhir yang membeli tanaman hias dan tidak untuk diperdagangkan. Konsumen dalam penelitian ini adalah setiap pembeli yang minimal pernah satu kali melakukan pembelian tanaman hias di

(40)

Nurseryadalah petani-pedagang yang menanam, memperbanyak, dan memelihara tanaman hias di tempat yang sama dengan tempatnya berdagang atau mempunyai tempat khusus untuk berdagang dan menanam.

Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam

mendapatkan, mengkonsumsi (menikmati keindahan) tanaman hias, termasuk proses pengambilan keputusan pembelian yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut di atas dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Tahap pengenalan kebutuhan adalah keadaan di mana responden

menyadari kebutuhan akan keindahan dan estetika dari tanaman hias. Tahap ini diukur menggunakan kuesioner melalui pertanyaan mengenai manfaat yang dicari responden dari pembelian tanaman hias sehingga menimbulkan motivasi untuk melakukan pembelian.

Tahap pencarian informasi adalah tindakan pencarian informasi oleh responden mengenai jenis dan kriteria tanaman hias yang sesuai dengan kebutuhan. Tahap ini diukur menggunakan kuesioner melalui pertanyaan mengenai sumber informasi utama yang digunakan responden, media

informasi yang paling berpengaruh, aspek informasi yang menarik perhatian, dan fokus perhatian responden terhadap informasi.

(41)

dan berdasarkan pernah-tidaknya responden membeli tanaman hias di tempat lain berikut alasan membeli di tempat tersebut.

Tahap pembelian adalah tindakan responden dalam mengambil keputusan mengenai produk yang dibeli, kapan membeli, di mana membeli, dan bagaimana membeli. Tahap ini diukur menggunakan kuesioner melalui pertanyaan mengenai alasan responden dalam memilih tempat pembelian, alasan pemilihan tempat, cara pembelian, dan pihak yang mempengaruhi responden dalam pembelian tanaman hias.

Tahap perilaku pasca pembelian adalah tindakan responden dalam menilai tanaman hias yang telah dibelinya. Tahap ini diukur menggunakan kuesioner melalui pertanyaan mengenai tingkat kepuasan yang diperoleh responden setelah membeli tanaman hias tersebut, serta tindakan konsumen setelah membeli tanaman hias, apakah akan membeli kembali atau tidak.

Budaya (X1) adalah kebiasaan turun-temurun dalam hal memelihara tanaman hias dan berkaitan dengan kepercayaan tertentu. Dalam penelitian ini,

variabel budaya diukur pengaruhnya terhadap kebiasaan responden dalam menghias rumah dengan tanaman hias atau pada saat perayaan pesta, hari raya maupun acara-acara lain. Pengukuran menggunakan skala likert 1-5, dengan skor 5 “sangat berpengaruh”, skor 4 “berpengaruh”, skor 3 “biasa

saja”, skor 2 “tidak berpengaruh”, dan skor 1 “sangat tidak berpengaruh”.

Kelas sosial (X2) dalam penelitian ini adalah tingkatan masyarakat

(42)

berdasarkan pengaruh peningkatan pendapatan terhadap intensitas dan jumlah tanaman hias yang akan dibeli oleh responden, pengukuran menggunakan skala likert 1-5, dengan skor 5 “sangat berpengaruh”, skor 4 “berpengaruh”, skor 3 “biasa saja”, skor 2 “tidak berpengaruh”, dan skor 1 “sangat tidak

berpengaruh”.

Pengaruh lingkungan (X3) adalah pengaruh rangsangan dari luar yang mempengaruhi responden dalam pengambilan keputusan pembelian tanaman hias. Dalam penelitian ini, variabel pengaruh lingkungan diukur

menggunakan skala likert 1-5, dengan skor 5 “sangat berpengaruh”, skor 4 “berpengaruh”, skor 3 “biasa saja”, skor 2 “tidak berpengaruh”, dan skor 1

“sangat tidak berpengaruh”.

Sumber daya konsumen (X4) dalam penelitian ini adalah dana di luar kebutuhan pokok yang dimiliki responden untuk membeli tanaman hias. Variabel sumber daya konsumen diukur berdasarkan ada tidaknya pengaruh ketersediaan dana khusus oleh konsumen untuk membeli tanaman hias, pengukuran menggunakan skala likert 1-5, dengan skor 5 “sangat berpengaruh”, skor 4 “berpengaruh”, skor3 “biasa saja”, skor 2 “tidak

berpengaruh”, dan skor 1 “sangat tidak berpengaruh”.

Pengetahuan (X5) adalah informasi yang dimiliki konsumen tentang

(43)

skor 3 “biasa saja”, skor 2 “tidak berpengaruh”, dan skor 1 “sangat tidak berpengaruh”.

Gaya hidup (X6) dalam penelitian iniadalah pola kehidupan yang telah melekat pada diri seseorang yang dicerminkan oleh kegemaran (hobi) responden dalam mengoleksi tanaman hias. Variabel gaya hidup diukur pengaruhnya terhadap keputusan responden dalam pembelian tanaman hias menggunakan skala likert 1-5, dengan skor 5 “sangat berpengaruh”, skor 4 “berpengaruh”, skor 3 “biasa saja”, skor 2 “tidak berpengaruh”, dan skor 1

“sangat tidak berpengaruh”.

Pengalaman (X7) adalah hasil dari proses belajar konsumen yang pernah melakukan pembelian tanaman hias sebelumnya. Dalam penelitian ini, variabel pengalaman diukur pengaruhnya terhadap keputusan responden dalam pembelian tanaman hias menggunakan skala likert 1-5, dengan skor 5 “sangat berpengaruh”, skor 4 “berpengaruh”, skor 3 “biasa saja”, skor 2

“tidak berpengaruh”, dan skor 1 “sangat tidak berpengaruh”.

Tren tanaman (X8) adalah suatu jenis tanaman hias yang sedang marak dan disenangi oleh masyarakat luas. Dalam penelitian ini, variabel tren diukur berdasarkan pengaruhnya terhadap keputusan responden dalam pemilihan jenis tanaman hias yang akan dibeli, pengukuran menggunakan skala likert 1-5, dengan skor 5 “sangat berpengaruh”, skor 4 “berpengaruh”, skor 3 “biasa

(44)

Ukuran tanaman hias (X9) adalah besar-kecil atau tinggi-rendahnya tanaman hias. Dalam penelitian ini, variabel ukuran diukur pengaruhnya terhadap keputusan responden dalam pemilihan jenis tanaman hias yang akan dibeli, pengukuran menggunakan skala likert 1-5, dengan skor 5 “sangat berpengaruh”, skor 4 “berpengaruh”, skor 3 “biasa saja”, skor 2 “tidak

berpengaruh”, dan skor 1 “sangat tidak berpengaruh”.

Keunikan (X10) adalah bentuk fisik yang tidak biasa dari tanaman hias yang dilihat berdasarkan bentuk batang, daun, atau bunga tanaman hias. Dalam penelitian ini, variabel keunikan diukur pengaruhnya terhadap keputusan responden dalam pemilihan jenis tanaman hias yang akan dibeli, pengukuran menggunakan skala likert 1-5, dengan skor 5 “sangat berpengaruh”, skor 4 “berpengaruh”, skor 3 “biasa saja”, skor 2 “tidak berpengaruh”, dan skor 1

“sangat tidak berpengaruh”.

Warna tanaman (X11) adalah variasi warna yang terdapat pada bunga, daun, atau batang tanaman hias. Variabel warna diukur pengaruhnya terhadap minat responden dalam pemilihan jenis tanaman hias yang akan dibeli, pengukuran menggunakan skala likert 1-5, dengan skor 5 “sangat berpengaruh”, skor 4 “berpengaruh”, skor 3 “biasa saja”, skor 2 “tidak

berpengaruh”, dan skor 1 “sangat tidak berpengaruh”.

(45)

berpengaruh”, skor 4 “berpengaruh”, skor 3 “biasa saja”, skor 2 “tidak

berpengaruh”, dan skor 1 “sangat tidak berpengaruh”.

Harga tanaman hias (X13) adalah nilai nominal tanaman hias. Variabel harga diukur pengaruhnya terhadap keputusan responden dalam pemilihan tempat pembelian dan jenis tanaman hias yang akan dibeli, pengukuran menggunakan skala likert 1-5, dengan skor 5 “sangat berpengaruh”, skor 4 “berpengaruh”, skor 3 “biasa saja”, skor 2 “tidak berpengaruh”, dan skor 1

“sangat tidak berpengaruh”.

Promosi (X14) adalah penawaran produk tanaman hias yang dilakukan oleh pedagang. Variabel promosi diukur pengaruhnya terhadap keputusan

responden dalam pemilihan jenis tanaman hias yang akan dibeli, pengukuran menggunakan skala likert 1-5, dengan skor 5 “sangat berpengaruh”, skor 4 “berpengaruh”, skor 3 “biasa saja”, skor 2 “tidak berpengaruh”, dan skor 1

“sangat tidak berpengaruh”.

Kemudahan memperoleh produk (X15) adalah ketersediaan produk di kios yang memudahkan konsumen dalam memperoleh jenis tanaman hias yang diinginkan. Variabel kemudahan memperoleh produk diukur berdasarkan pengaruh kelancaran distribusi dan ketersediaan tanaman hias di kios

terhadap keputusan responden dalam pemilihan jenis tanaman hias yang akan dibeli, pengukuran menggunakan skala likert 1-5, dengan skor 5 “sangat berpengaruh”, skor 4 “berpengaruh”, skor 3 “biasa saja”, skor 2 “tidak

(46)

B. Lokasi, Waktu, dan Pengumpulan Data Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan di Pekalongan terdapat kawasan Agrowisata Hortikultura Pekalongan BBI Hortikultura dan para nursery berlokasi pada satu tempat di kawasan tersebut. Selain itu, lokasi berada dekat dengan Pasar Pekalongan yang menjadikan daerah ini ramai pengunjung dan berpotensi sebagai daerah pengembangan bisnis yang kompeten dan layak dijadikan sebagai lokasi penelitian. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2013.

Penelitian dilakukan dengan metode survei. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden terpilih dan pertanyaan yang diajukan mengacu pada kuesioner yang telah disiapkan. Data sekunder diperoleh secara tidak langsung melalui buku, jurnal, skripsi, instansi terkait, maupun internet yang berhubungan dengan konsep dan permasalahan yang diteliti.

C. Penentuan Sampel dan Jumlah Sampel

(47)

accidental sampling (sampel kebetulan) untuk memilih responden, karena

populasi konsumen yang membeli tanaman hias di Pekalongan tidak diketahui dengan pasti jumlahnya sehingga diasumsikan tidak terbatas. Selain itu, karena responden yang ditemui di tempat penelitian umumnya memiliki kesibukan dan ada pula responden yang datang berasal dari luar daerah Lampung, maka pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan kesediaan responden untuk diwawancarai dengan menggunakan kuesioner menggunakan kuesioner yang valid dan reliabel. Accidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/ insidental bertemu dengan peneliti di lokasi penelitian untuk membeli tanaman hias, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui tersebut cocok sebagai narasumber (Sugiyono, 2009).

Menurut Malhotra (2005), kumpulan sampel yang diperlukan jika dianalisis dengan menggunakan analisis faktor adalah 4 atau 5 kali jumlah variabel. Variabel dalam penelitian ini berjumlah 15 (lima belas) sehingga banyaknya responden yang diambil sebagai sampel penelitian adalah sebanyak 5 x 15 = 75 (tujuh puluh lima) orang, baik laki-laki maupun perempuan. Selanjutnya 75 responden terpilih tersebut dibagi berdasarkan lima pedagang yang telah ditentukan sehingga jumlah responden yang diambil dari masing-masing pedagang berjumlah 15 responden. Responden yang dijadikan sampel adalah yang memiliki kriteria: (1) mewakili keluarga; (2) keluarga memiliki

(48)

D. Analisis Data

Data dalam penelitian di analisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menjawab tujuan pertama mengenai proses pengambilan keputusan konsumen rumah tangga dalam pembelian tanaman hias di Pekalongan Lampung Timur. Analisis kuantitatif menggunakan uji validitas dan realibilitas kuesioner serta analisis faktor. Analisis kualitatif digunakan untuk menjawab tujuan pertama mengenai proses pengambilan keputusan konsumen rumah tangga dalam pembelian tanaman hias di Pekalongan Lampung Timur. Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi, menjelaskan, dan tabulasi data kuesioner. Data tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif.

Analisis kuantitatif digunakan untuk menjawab tujuan ke dua. Analisis kuantitatif dilakukan dengan analisis faktor yang didahului oleh uji validitas dan realibilitas kuesioner. Data diolah menggunakan Microsoft Office Excel 2007 dan Statistical Package for Sosial Science (SPSS) 17.0 for Windows. 1. Uji validitas dan relibilitas kuesioner

Sebelum dilakukan analisis pada faktor dominan yang menentukan keputusan konsumen dalam pembelian tanaman hias, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan realibilitas. Uji validitas dilakukan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam penelitian,

sedangkan uji reliabilitas mengukur realibilitas variabel penelitian. Pada penelitian ini untuk mencari validitas menggunakan item total,

(49)

(α), karena instrumen dalam penelitian ini berbentuk kuesioner atau daftar pertanyaan yang skornya merupakan rentang antara 1-5. Pertanyaan pada kuesioner mengacu pada variabel-variabel yang berhubungan dengan faktor yang menentukan keputusan pembelian konsumen tanaman hias. Variabel-variabel tersebut disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Variabel-variabel faktor yang menentukan keputusan pembelian konsumen tanaman hias

No Nama Variabel Simbol Variabel

1 Budaya X1

15 Kemudahan memperoleh produk X15

(50)

r

hitung

=

Keterangan :

r = koefisien korelasi (validitas) X = skor pada subyek item n Y = skor total subyek

XY = skor pada subyek item n dikalikan skor total n = banyaknya subyek

di mana:

(a) Jika r hasil positif dan r hasil > r tabel, maka variabel tersebut valid. (b) Jika r hasil negatif dan r hasil < r tabel, maka variabel tersebut tidak

valid.

Realibilitas diukur menggunakan rumus Alpha (Arikunto, 2002) :

α = 1 ...(4)

1 2

2

i i k

k

Keterangan :

α = koefisien reliabilitas alpha

k = jumlah item

σi = varians responden untuk item i = jumlah varians skor total.

(51)

2. Analisis Faktor

Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, maka perhitungan dilanjutkan menggunakan analisis faktor dengan metode ekstraksi Principal Component Analysis (PCA) dan rotasi varimax untuk

merotasi faktor-faktornya karena akan lebih mudah untuk

diinterpretasikan dan memberikan hasil yang lebih baik. Interpretasi hasil dilakukan dengan melihat faktor loading, yaitu angka yang menunjukkan besarnya korelasi antara suatu variabel dengan faktor satu, faktor dua, faktor tiga, faktor empat atau faktor lima yang terbentuk. Penggunaan analisis faktor dalam penelitian ini untuk menjawab tujuan kedua dan ketiga, yaitu faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan konsumen rumah tangga dalam pembelian tanaman hias di Pekalongan Lampung Timur dan faktor yang paling dominan. Data yang akan dianalisis terdiri dari 15 (lima belas) variabel, yang telah ditentukan sebelumnya, karena variabel-variabel tersebut diduga dapat mempengaruhi proses keputusan pembelian tanaman hias yang akan dilakukan oleh konsumen.

Analisis faktor terdiri dari beberapa tahap yaitu (Supranto, 2004) : a. Merumuskan masalah

(52)

b. Membuat matrik korelasi

Pada tahap ini, ada dua hal yang perlu dilakukan agar analisis faktor dapat dilaksanakan. Pertama, yaitu menentukan besaran nilai Barlett Test of Sphericity, yang digunakan untuk mengetahui apakah ada

korelasi yang signifikan antar variabel, dan kedua adalah Keiser-Meyers-Oklin (KMO) Measure of Sampling Adequacy, yang

digunakan untuk mengukur kecukupan sampel dengan cara membandingkan besarnya koefisien korelasi yang diamati dengan koefisein korelasi parsialnya. Analisis faktor dikatakan layak apabila besaran KMO nilainya minimal 0,5.

c. Ekstraksi faktor

Pada tahap ini, dilakukan proses inti analisis faktor, yaitu melakukan ekstraksi terhadap sekumpulan variabel yang ada KMO>0,5 sehingga terbentuk satu atau lebih faktor. Metode yang digunakan untuk maksud ini adalah Principal Component Analysis (PCA). Penentuan jumlah faktor di mana masing-masing faktor merupakan gabungan dari beberapa faktor yang saling berhubungan (berkorelasi) didasarkan atas besarnya eigen value, percentage of variance dari setiap faktor yang muncul. Semakin besar eigen value setiap faktor semakin representative faktor tersebut untuk mewakili sekelompok variabel.

Faktor-faktor yang dipilih faktor yang memiliki eigen value >1. d. Rotasi faktor

(53)

e. Interpretasi faktor

Pada tahap ini, akan diberikan nama-nama faktor yang telah terbentuk berdasarkan factor loading suatu variabel terhadap faktor

(54)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Proses pengambilan keputusan konsumen dalam pembelian tanaman hias terdiri dari lima tahap, yaitu :

(a) tahap pengenalan kebutuhan, di mana manfaat utama yang dicari yaitu sebagai hiasan untuk dinikmati keindahannya (69,23%) dan alasan pembelian karena hobi memelihara tanaman hias (61,33%). (b) tahap pencarian informasi, sumber informasi utama konsumen

berasal dari teman (30,09%) dan agen penjual (24,27%). Hal yang menarik perhatian dan menjadi fokus perhatian utama konsumen adalah keunikan (32,07%) dan warna (22,01%) yang dimiliki tanaman hias.

(c) tahap evaluasi alternatif, kriteria yang menjadi pertimbangan utama konsumen saat akan membeli tanaman hias yaitu keunikan (28,81%), dan harga tanaman hias (20,34%). Sebagian besar konsumen juga membeli tanaman hias di tempat lain dengan pertimbangan variasi produk yang dimiliki tempat lain (42,59%).

(55)

alasan lebih murah (39,02%) dan memiliki pelayanan yang baik (27,64%). Pembelian dilakukan konsumen tergantung situasi konsumen (46,67%).

(e) tahap pasca pembelian, sebagian besar konsumen menyatakan puas (89,33%) setelah membeli dan menikmati keindahan tanaman hias dan bersedia melakukan pembelian kembali (81,33%).

2. Faktor-faktor dominan yang menentukan keputusan pembelian tanaman hias di Pekalongan Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasarkan tiga komponen utama (faktor) berdasarkan nilai factor loading. Komponen pertama (tren) terdiri dari tren dan gengsi. Komponen ke dua (eksotisme) terdiri dari warna dan keunikan. Komponen ke tiga (kesesuaian harga) terdiri dari variabel harga dan ukuran tanaman hias.

B. Saran

1. Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan bagi pelaku bisnis tanaman hias di Pekalongan, sebaiknya menghasilkan dan menyediakan tanaman hias yang sesuai pertimbangan utama pilihan konsumen, yaitu tanaman hias yang memiliki nilai prestise (gengsi) yang tinggi dan sesuai tren di masyarakat, harus unik, memiliki variasi warna, harga terjangkau, serta produsen senantiasa menambah variasi jenis tanaman agar konsumen tidak mencari di tempat lain.

2. Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian dengan fokus pada salah

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S. 2002. Metodologi Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

Ashari S. 1995. Hortikultura, Aspek Budidaya. Universitas Indonesia. Jakarta.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2007. Produksi Tanaman Biofarmaka (Obat-Obatan) dan Hias Provinsi Lampung Tahun 2007. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

---. 2008. Produksi Tanaman Biofarmaka (Obat-Obatan) dan Hias Provinsi Lampung Tahun 2008. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

---. 2009. Produksi Tanaman Biofarmaka (Obat-Obatan) dan Hias Provinsi Lampung Tahun 2009. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

---. 2010. Produksi Tanaman Biofarmaka (Obat-Obatan) dan Hias Provinsi Lampung Tahun 2010. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

---. 2011. Produksi Tanaman Biofarmaka (Obat-Obatan) dan Hias Provinsi Lampung Tahun 2011. Diakses tanggal 30 Desember 2012. http://www.lampung.bps.go.id.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur. 2012. Lampung Timur dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

Balai Benih Induk Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung. 2010. Pedoman Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Benih Induk Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung. Diakses tanggal 30 Desember 2012.

(57)

Direktorat Budidaya Tanaman Hias. 2008. Pedoman Budidaya Tanaman Hias yang Baik dan Benar. Diakses tanggal 17 Oktober 2012.

http://www.deptan.go.id.

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2012a. Perkembangan Nilai Ekspor

Hortikultura. Publikasi tanggal 22 Juni 2012. Diakses tanggal 17 Oktober 2012. http://hortikultura.deptan.go.id.

---. 2012b. Perkembangan Volume Ekspor

Hortikultura. Publikasi tanggal 22 Juni 2012. Diakses tanggal 17 Oktober 2012. http://hortikultura.deptan.go.id.

---. 2012c. Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2007 - 2011. Diakses tanggal 13 November 2012.

http://hortikultura.deptan.go.id.

Engel JF, Blackwell RD, dan Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen. Jilid 1 dan 2. Terjemahan F.X. Budiyanto. Binarupa Aksara. Jakarta.

Kotler P. 2000. Manajemen Pemasaran. Jilid 1 dan 2. Bumi Aksara. Jakarta.

Kotler P dan Keller KL. 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi 13. Prentice Hall. New Jersey.

Lakitan B. 1995. Hortilkultura : Teori, Budaya, dan Pasca Panen. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Latief. 2012. Bisnis Tanaman Hias Bakal Menyegarkan. Diakses tanggal 8 Januari 2013. http://properti.kompas.com.

Malhotra KN. 2005. Riset Pemasaran, Pendekatan Terapan. Edisi Keempat. Jilid 2. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta.

Rahardi F. 1997. Agribisnis Tanaman Hias. Penebar Swadaya. Jakarta.

Halim P. 2002. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian sayuran hidroponik di PT Hero supermarket cabang Pajajaran Bogor. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

(58)

Setiadi NJ. 2010. Edisi Revisi. Perilaku Konsumen : Perspektif Kontemporer Pada Motif, Tujuan, dan Keinginan Konsumen. Kencana. Jakarta. 422 halaman.

Simamora H. 2005. Manajemen Pemasaran Internasional. Pustaka Utama. Surabaya.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Sukhufi D. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Tanaman Hias Anthurium Gelombang Cinta ( Kasus di Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu, Kota Batu). Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya.

Sumarwan U. 2003. Perilaku Konsumen (Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran). Ghalia Indonesia. Bandung.

Supranto J. 2004. Analisis Multivariat : Arti dan Interpretasi. Rineka Cipta. Jakarta.

Swastha B. 1997. Azas-Azas Marketing. Liberty. Jakarta.

Tono. 2002. Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Atribut Tanaman Hias dalam Ruangan (Indoor Plants). Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Istitut Pertanian Bogor.

(59)

Tabel 21. Sebaran responden berdasarkan variabel keputusan pembelian

Responden Variabel

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15

1 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 5

2 2 5 4 4 4 3 4 2 4 4 3 3 4 4 4

3 4 2 4 4 4 4 3 4 2 5 3 3 4 4 4

4 4 4 4 5 5 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4

5 2 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 2 4 4 4

6 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4

7 5 5 5 4 5 5 4 2 5 5 5 4 5 3 5

8 4 5 4 4 5 5 4 3 5 5 5 4 5 4 5

9 4 3 4 4 4 5 3 5 5 5 5 5 4 4 5

10 3 3 5 3 4 5 5 5 3 5 3 4 4 3 4

11 3 5 4 4 5 2 4 4 4 4 4 3 4 3 4

12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4

13 5 3 4 4 2 2 4 2 2 5 4 4 4 3 4

14 5 4 2 5 5 4 2 2 2 4 5 2 2 4 2

15 4 2 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3

16 5 4 4 4 4 4 2 5 3 4 4 5 4 4 4

17 3 5 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4

18 3 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 5

(60)

Responden Variabel

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15

19 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 5

20 5 3 4 4 5 3 4 4 2 4 4 2 3 4 4

21 4 4 5 3 4 4 4 5 5 5 5 4 3 3 3

22 3 3 4 3 4 3 4 3 4 5 2 3 3 3 4

23 3 3 3 4 5 5 5 2 4 4 4 4 2 2 4

24 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

25 5 4 4 4 3 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4

26 4 4 4 3 4 4 5 4 4 5 5 2 5 4 4

27 5 4 3 4 4 4 2 4 2 4 3 2 2 3 5

28 3 4 5 4 3 3 3 3 3 4 4 2 5 5 4

29 3 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 3 3 5 4

30 5 4 4 5 5 4 4 5 4 5 5 4 4 3 5

31 5 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 3 4 5

32 4 4 4 2 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4

33 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4

34 3 3 4 4 4 5 3 4 2 4 4 4 2 3 4

35 5 4 4 4 3 4 5 3 3 4 4 2 5 5 4

36 3 3 3 4 4 4 2 2 2 4 4 3 2 2 4

37 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4

38 4 4 4 4 4 5 2 4 3 4 4 4 2 3 3

39 5 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 5

(61)

Responden Variabel

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15

40 4 4 5 4 4 4 3 4 2 4 4 3 5 4 4

41 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 2 4 4

42 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4

43 4 4 4 5 3 3 4 3 4 4 4 2 4 4 5

44 4 4 4 4 5 5 3 4 4 5 5 3 3 3 4

45 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4

46 3 5 4 5 4 4 2 3 3 4 4 2 5 4 4

47 5 3 4 4 4 4 2 3 3 4 4 2 4 4 4

48 2 2 3 4 5 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4

49 4 4 4 3 4 4 3 2 4 4 4 4 3 4 5

50 5 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4

51 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 3 2 4 4

52 4 4 2 4 4 5 4 4 4 4 4 3 2 2 4

53 5 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4

54 2 3 3 4 4 4 4 2 3 5 3 3 4 4 4

55 4 4 2 5 5 4 4 4 2 5 3 3 4 5 4

56 4 3 5 5 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 5

57 4 3 5 4 4 3 4 4 4 5 4 3 5 4 4

58 4 5 5 5 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 5

59 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3

60 4 4 4 4 4 4 4 5 3 5 4 3 3 4 5

61 5 5 4 5 4 4 4 5 3 4 4 4 4 3 3

(62)

Responden Variabel

X15= Kemudahan memperoleh produk

(63)

Gambar

Tabel 21 - 30.....................................................................................
Tabel 1.  Volume dan nilai ekspor komoditi tanaman hias di Indonesia, tahun 2007–2011
Tabel 2.  Produksi tanaman hias di Indonesia, tahun 2007-2011
Tabel 3.  Produksi semua jenis tanaman hias di Provinsi Lampung, tahun 2007-2011 (pohon)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Koefisian determinasi R 2 = 0.679 yang berarti variabel X (Perilaku konsumen) mempengaruhi variabel Y (Keputusan kunjungan wisata di Taman Wisata Lembah Hijau) sebesar

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam keputusan pembelian terhadap akses internet Telkomsel flash dianalisis menggunakan analisis faktor dengan metode Principal

Untuk mengetahui variabel apa saja yang mempengaruhi minat beli konsumen, peneliti mengambil judul ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keputusan petani melakukan peralihan usahatani padi ke usahatani ikan terdiri dari variabel pendapatan, modal, luas lahan,

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apa faktor keputusan pembelian terdiri dari budanya, sosial, pribadi dan pisikologis mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian keripik singkong rasa asin di Kabupaten Bondowoso yaitu faktor atribut

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi sikap konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli sayuran antara lain adalah pendidikan, pendapatan, jumlah anggota keluarga,

Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai Efisiensi Ekonomi Dalam Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Budidaya Tanaman Hias Studi Kasus Pada Petani Tanaman Hias