• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN TEH OSMO-FILTER DI BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN TEH OSMO-FILTER DI BANDAR LAMPUNG"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

vii

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN TEH OSMO-FILTER DI BANDAR

LAMPUNG

Oleh

Fitri Kusumawati

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses pengambilan keputusan konsumen dalam pembelian teh Osmo-filter, serta komponen (faktor-faktor) yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus tahun 2014. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah accidental sampling. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 80 responden ibu rumah tangga, yang memenuhi kriteria, yaitu sedang membeli teh Osmo-filter dan pernah mengkonsumsi teh Osmo-filter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengambilan keputusan pembelian teh Osmo-filter terdiri dari lima tahap. Pada tahap pencarian informasi, konsumen teh Osmo-filter di Bandar Lampung mendapatkan informasi produk dari media elektronik. Pada tahap evaluasi alternatif pilihan, konsumen lebih mempertimbangkan rasa teh Osmo-filter. Pada tahap konsumsi produk, konsumen lebih memilih untuk membeli teh Osmo-filter di pasar tradisional, karena harga yang ditawarkan lebih murah. Pada tahap evaluasi pasca konsumsi, hampir seluruh konsumen puas dengan produk teh Osmo-filter dan akan melakukan pembelian ulang. Analisis faktor menunjukkan bahwa terdapat empat faktor dominan yang mempengaruhi keputusan pembelian teh Osmo-filter, yaitu: (1) faktor promosi terdiri dari variabel promosi dan variabel pengaruh orang lain, (2) faktor individu terdiri dari variabel sumberadaya, variabel budaya, dan variabel rasa, (3) faktor atribut produk terdiri dari variabel informasi produk, variabel harga, dan variabel isi dan (4) faktor kepraktisan terdiri dari variabel kepraktisan dan variabel pengalaman.

(2)

i

FACTORS THAT INFLUENCE CONSUMER DECISIONS IN PURCHASING OSMO-FILTER TEA IN BANDAR LAMPUNG

By

Fitri Kusumawati

This research aimed to analyze the consumer decision-making process in purchasing Osmo-filters tea, and components that affect consumer decision in purchasing Osmo-filters tea in Bandar Lampung. The research was conducted on June to August 2014. The sampling technique used in the research is accidental sampling. The number of respondents were 80 respondents housewife, who met the criteria of being bought Osmo-filters tea and ever consume Osmo-filters tea before. The results showed that the decision-making process in purchasing Osmo-filters tea consists of five stages. At introduction of the needs stage, motivation of consumers in buying Osmo-filter tea was to quench the thirst. At information search stage, consumers Osmo -filter tea in Bandar Lampung get product information from electronic media. At alternative information stage, consumers were considering the taste of Osmo-filter tea. At product consumption, consumers prefer to buy Osmo-filter tea in traditional markets. At post-consumption evaluation stage, almost all consumers were satisfied with the product Osmo -filter tea and will purchasing again. The factors analysis showed that there were four dominant factors that influenced purchasing decisions Osmo -filter tea; the first was promotion factor consists of promotion and influence people, the second was the individual factors consist of resources, culture, and taste. The third factor was the product attributes consist of knowledge of products, price, and content, and the fourth was the practicality factor consists of practicality and experience.

(3)
(4)
(5)
(6)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, pada tanggal

28 Maret 1993, sebagai anak ke-tiga dari empat

bersaudara buah kasih dari Bapak Kusnadi dan Ibu

Suprihatin. Pendidikan formal yang ditempuh

penulis adalah: (1) Taman Kanak-kanak (TK) di

TK Ismaria Al-qur’anniyah Bandar Lampung yang

diselesaikan pada tahun 1998, (2) Sekolah Dasar

(SD) di SD Negeri 1 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2004, (3)

Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang

diselesaikan pada tahun 2007, dan (4) Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA

Negeri 13 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010.

Penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Program Studi

Agribisnis pada tahun 2010 melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan

Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada tahun 2013, penulis melakukan Kuliah Kerja

Nyata (KKN) di Desa Geong Pakuon, Kabupaten Way Kanan selama 40 hari.

Pada tahun yang sama penulis juga melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT

Sweet Indolampung (Sugar Group Companies), Tulang Bawang dengan judul

penelitian “Analisis Tanggung Jawab Sosial (Coorperate Social Responsibility)

(7)

viii

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten dosen untuk mata

kuliah Usahatani, penulis juga pernah menjadi anggota bidang II (bidang

pengabdian pada masyarakat) HIMASEPERTA periode 2011/2012, serta menjadi

tenaga pencacah (surveyor) Bank Indonesia periode Agustus-Desember tahun

(8)

ix

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdullilahirobbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah

SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Keputusan Konsumen dalam Pembelian Teh Osmo-filter di Bandar Lampung“.

Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada Baginda Muhammad SAW, juga

kepada keluarga, dan para sahabatnya.

Dalam penyelesaian skripsi ini, dari awal hingga akhir, terdapat banyak pihak

yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasihat, serta saran-saran yang

membangun. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S. dan Ir. Suriaty Situmorang, M.Si. selaku

pembimbing pertama dan ke dua, yang telah membimbing, memotivasi, dan

mengarahkan penulis dalam melakukan penelitian dan menyusun skripsi ini.

Terima kasih atas bimbingan, saran, serta nasehat dalam penulisan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Yaktiworo Indriani, M.Sc. selaku pembahas, yang telah memberikan

(9)

x

3. Ir. Achdiansyah Soelaiman, M.P. selaku pembimbing akademik, yang telah

banyak memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis.

4. Seluruh dosen dan karyawan Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lampung atas semua bimbingan, pengajaran, pelayanan, dan bantuan yang

telah diberikan.

5. Kedua orangtua penulis, Ayahanda Kusnadi dan Ibunda Suprihatin,

terimakasih atas doa, dukungan, dan kasih sayang yang telah diberikan.

Saudaraku tercinta Teddy, Andri, Yuli dan Tanto, yang telah mendoakan dan

memberi semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Sahabat- sahabat kesayangan: Asih Mityas Lestari, Ova Lestari, Maulina

Tunjungsari, Marcela Yuniati, Tri Yunita Sari, Jenny Permasih dan Tania

Oktrisa.

7. Teman-teman seperjuangan: Yuni Elmita Sari, Sastra Delila, Danny Imam,

Reza Kesuma dan Raisa Diti

8. Teman-teman seperjuangan di Agribisnis 2010: Dwi, Rizki Rhamdani, Aria, Madon, Hani, Sinta, Neno, Nita, Vanessa, Eli, Novita, Meita, Huda, Hasni,

Adel, Dimash, Dani P, Danny Imam, Wida, Septa, Vega, Ervina, Ayas, Wayan,

Yoandra, Ludi, Edo, Jale, Reza, Deby, Mamat, Seta, Kahfindra, serta

teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih atas

bantuannya.

9. Atu dan kiyai Agribisnis 2007, 2008 dan 2009, adinda Agribisnis 2011, 2012

(10)

xi

11. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

per satu yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Penulis

menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, namun ada sedikit harapan semoga

skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat. Amin.

Bandar Lampung,

Penulis

(11)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xvii

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang dan masalah... 1

B. Tujuan Penelitian... 9

C. Kegunaan Penelitian... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 10

A. Tinjauan Pustaka... 10

1. Tanaman Teh... 10

2. Manfaat Teh... 12

3. Perilaku konsumen... 14

4. Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian... 17

5. Tahap pengambilan Keputusan... 24

6. Uji validitas... 25

7. Uji reabilitas……... 27

8. Analisis Faktor…………... 28

9. Penelitian terdahulu... 30

B. Kerangka Pemikiran... 34

III. METODE PENELITIAN... 37

A. Ruang Lingkup Penelitian... 37

B. Konsep Dasar dan Batasan Oprasional... 38

C. Lokasi dan Waktu Penelitian………... 44

D. Jenis dan Metode Pengumpulan Data... 45

E. Penentuan Sampel dan Jumlah Sampel... 45

(12)

xiii

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN... 55

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian... 55

B. Gambaran Umum Perusahaan………... 58

C. Gambaran Umum Produk... 59

V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 61

A. Karakteristik Responden... 61

B. Tahap Pengambilan Keputusan Pembelian Teh Osmo-Filter di Bandar lampung... 63 1. Pengenalan kebutuhan... 63

2. Pencarian informasi... 65

3. Evaluasi alternatif... 67

4. Keputusan pembelian... 67

5. Evaluasi pasca pembelian... 69

C. Komponen (Faktor) yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Teh Osmo-Filter di Bandar Lampung... 72

1. Uji validitas... 72

2. Uji realibilitas... 74

3. Analisis faktor... 75

D. KESIMPULAN DAN SARAN... 95

A. Kesimpulan... 95

B. Saran... 96

DAFTAR PUSTAKA... 97

LAMPIRAN... 102

(13)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perkiraan jumlah penduduk Indonesia tahun 1971-2025 ... 2

2. Kandungan gizi teh dalam 240 ml ... 4

3. Jumlah penduduk Provinsi Lampung menurut jenis kelamin, tahun

2012 ... 7

4. Kandungan yang terdapat dalam daun teh ... 12

6. Penyebaran jumlah penduduk kalangan menengah atas Kota Bandar Lampung berdasarkan kriteria BKKBN, tahun 2014 dalam satuan

kepala keluarga (KK) ... 47

7. Penyebaran responden di Kecamatan Kemiling dan Kecamatan

Sukarame, tahun 2014 ... 49

8. Sebaran kepadatan penduduk untuk masing-masing kelurahan di

Kecamatan Kemiling, tahun 2013 ... 57 9. Sebaran kepadatan penduduk untuk masing-masing kelurahan di

Kecamatan Sukarame, tahun 2013 ... 58

10. Karakteristik responden teh Osmo-filter di Bandar Lampung, tahun

2014 ... 62

11. Penyebaran responden berdasarkan motivasi pembelian teh

Osmo-filter di Bandar Lampung, tahun 2014 ... 64

12. Penyebaran responden berdasarkan sumber yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai produk teh Osmo-filter di Bandar

Lampung, tahun 2014 ... 65

13. Penyebaran responden berdasarkan informasi yang menjadi perhatian dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung,

(14)

xv

14. Penyebaran responden berdasarkan kriteria produk yang dipertimbangkan dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar

Lampung, tahun 2014 ... 67

15. Penyebaran responden berdasarkan tempat pembelian, alasan pemilihan tempat, cara memutuskan pembelian dan pihak yang mempengaruhi pembelian teh Osmo-filter yang sering dikunjungi

responden di Bandar Lampung, tahun 2014 ... 69 16. Penyebaran responden berdasarkan sikap dan tanggapan setelah

mengkonsumsi teh Osmo-filter di Bandar Lampung, tahun 2014 ... 70

17. Penyebaran responden berdasarkan lamanya mengkonsumsi dan

jumlah pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung, tahun 2014 . 71

18. Hasil uji validitas variabel faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung,

tahun 2014 ... 73

19. Hasil uji reabilitas faktor dominan yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung,

tahun 2014 ... 75

20. Hasil uji Bartlett’s Test dan KMO analisis faktor yang

mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian teh

Osmo-filter di Bandar Lampung, tahun 2014 ... 76

21. Penyebaran nilai Measure of Sampling Adequacy (MSA) untuk

setiap variabel dalam analisis faktor ... 77

22. Nilai initial dan extraction dalam analisis faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar

Lampung, tahun 2014 ... 78

23. Jumlah faktor yang mungkin terbentuk dalam analisis faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian teh

Osmo-filter di Bandar Lampung, tahun 2014 ... 80

24. Nilai komponen matriks analisis faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar

Lampung, tahun 2014 ... 83

25. Hasil rotasi komponen analisis faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung,

(15)

xvi

26. Penamaan faktor baru yang terbentuk dalam analisis faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian teh

Osmo-filter di Bandar Lampung, tahun 2014 ... 86

27. Sebaran responden berdasarkan variabel keputusan pembelian teh

Osmo-filter, tahun 2014 ... 102

28. Uji validitas analisis faktor yang mempengaruhi keputusan

pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung, tahun 2014 ... 104

29. Uji validitas variabel valid dalam analisis faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung, tahun

2014 ... 106

30. Uji reabilitas analisis faktor yang mempengaruhi keputusan

pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung ... 106

31. Hasil transformasi data skala interval dengan bantuan program

Method Successive Interval ... 107

32. Uji Kelayakan data analisis faktor berdasarkan nilai KMO dan MSA 109

33. Nilai Communialities dalam analisis faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung, tahun

2014 ... 110

34. Nilai total varian explained analisis faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian teh OSmo-filter di Bandar Lampung, tahun

2014 ... 111

35. Nilai komponen matriks analisis faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar

Lampung, tahun 2014 ... 112

36. Hasil rotasi komponen analisis faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung,

(16)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Perkembangan luas areal perkebunan teh menurut status

pengusahaan, tahun 2006 sampai dengan 2010 ... 3

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen .... 18

3. Proses keputusan pembelian ... 24

4. Kerangka pemikiran analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar

Lampung, tahun 2014 ... 36

5. Scree plot analisis faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen

dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung, tahun 2014 ... 82

6. Scree plot hasil analisis faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung,

(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang menempati urutan empat

besar sebagai negara berpenduduk terbanyak di dunia (Sastrosoenarto,

2006).Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia mengalami peningkatan

secara signifikan. Banyaknya jumlah penduduk Indonesia

mengharuskannya untuk menyediakan sumber makanan dan minuman

sebagai kebutuhan dasar bagi kelangsungan hidup penduduknya.

Sebagai negara agraris, Indonesia sangat diuntungkan karena mempunyai

potensi pertanian dan perkebunan dengan luasan sekitar 13 juta hektar

(Anonim, 2006), dan diharapkan sektor pertanian Indonesia dapat

mencukupi kebutuhan pangan bagi seluruh penduduknya.Potensi alam

yang dimiliki negara Indonesia mendorong setiap industri pengolahan

besar dan kecil untuk memanfaatkan sumberdaya yang tersedia dengan

maksimal, dan berlomba-lomba untuk memenuhi kebutuhan pangan

masyarakat yang terus meningkat.Sastrosoenarto (2006) memperkirakan

jumlah penduduk Indonesia akan selalu mengalami peningkatan setiap

(18)

2

Tabel 1.Perkiraan jumlah penduduk Indonesia tahun 1971-2025 Tahun Jumlah penduduk (juta) Pertumbuhan/thn (%)

1971 116,4 6,41

1980 146,8 8,08

1990 179,0 9,86

1995 196,0 10,80

2000 209,5 11,54

2005 222,8 12,27

2010 235,1 12,95

2015 249,7 13,76

2020 254,2 14,00

Sumber :Sastrosoenarto, 2006

Industri pengolahan makanan dan minuman berperan penting dalam

mengolah hasil pertanian menjadi bahan baku makanan dan minuman atau

mengubah bahan baku tersebut menjadi bentuk lain yang siap dikonsumsi

masyarakat. Salah satu minuman hasil olahan pertanian yang paling

digemari masyarakat adalah teh.Teh adalah minuman yang sudah tersohor

di mancanegara dan diminum oleh banyak orang dihampir seluruh dunia

(Anonim, 2012).

Teh merupakan salah satu hasil perkebunan yang mempunyai peran cukup

penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, karena teh merupakan

salah satu komoditi ekspor penghasil devisa negara sesudah minyak dan

gas bumi (BPS, 2010).Perkebunan teh di Indonesia dibagi menjadi

Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN), dan

Perkebunan Besar Swasta (PBS).Pada tahun 2010, luas areal perkebunan

(19)

3

antaranya diusahakan oleh Perkebunan Rakyat (PR), sedangkan yang

diusahakan oleh Perkebunan Besar Negara (PBN) sekitar 31,70 persen

hektar, dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) hanya sebesar 22,80 persen

hektar (BPS, 2010). Perkembangan luas areal perkebunan teh menurut

status pengusahaan tahun 2006 sampai dengan 2010 disajikan pada

Gambar 1. Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa areal perkebunan teh

di Indonesia masih didominasi oleh Perkebunan Rakyat (PR).

Gambar 1.Perkembangan luas areal perkebunan teh menurut statuspengusahaan, tahun 2006 sampai dengan 2010 Sumber: BPS, 2010

Teh pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

tehserbuk,teh celup, dan teh kemasan.Menurut Somantri (2011) teh

mengandung beberapa zat yang diyakini dapat menjaga kesehatan tubuh,

misalnya untuk: (1) membantu menurunkan berat badan, (2) mencegah

kanker, (3) menyehatkan pencernaan, (4) menurunkan gula darah dan(5)

0 20 40 60 80 100 120 140 160

2006 2007 2008 2009 2010

PR

PBN

PBS

(20)

4

membuat awet muda.Informasi gizi yang dikandung teh dalam satu

cangkir (240 ml) disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan gizi teh dalam 240 ml

Informasi Gizi Per 1 cangkir (240ml)

Energi 8,000kj

2,000kkal

Lemak 0,000g

Lemak Jenuh 0,005 g

Lemak tak Jenuh Ganda 0,009 g

Lemak tak Jenuh Tunggal 0,002 g

Kolesterol 0,000mg

Protein 0,000g

Karbohidrat 0,710 g

Serat 0,000g

Gula 0,000g

Sodium 7,000mg

Kalium 88,000mg

Sumber: Somantri, 2011

Gaya hidup menggambarkan bagaimana konsumen mengalokasikan waktu

mereka, dan bagaimana konsumen membelanjakan uangnya.Perubahan

teknologi dan informasi yang terjadi di masyarakat berdampak pada

perubahan gaya hidup masyarakat. Perubahan teknologi dan informasi

mendorong masyarakat untuk memenuhi dan menyesuaikan kehidupannya

dengan inovasi-inovasi terbaru (Suryani, 2008).

Masyarakat moderen pada saat ini umumnya lebih cenderung menyukai

makanan dan minuman yang praktis, termasuk dalam hal mengkonsumsi

teh. Aktivitas masyarakat yang cukup padat menyebabkan pola konsumsi

(21)

5

bagi produsenuntuk menciptakan dan memperkenalkan inovasi-inovasi

terbaru dalam produkteh celup.

Teh celup adalah teh yang dikemas dalam kantong kecil yang terbuat dari

kertas.Teh celup sangat populer di masyarakat karena penyajiannya cukup

cepat dan praktis.Teh celup digemari bukan hanya karena rasanya, tetapi

juga karena manfaatnya.Beberapa merek teh celup yang cukup terkenal

antara lain teh Sariwangi, teh Sosro, teh Bendera, teh Poci, teh 2 Tang dan

teh Tong Ji.

Survei top brand tahun 2012 menyatakan bahwa teh Sariwangi merupakan

tehyang paling diminati masyarakat, dengan persentase terbesar,

yaitu81,0%.Hal ini menandakan bahwa teh Sariwangi merupakan market

leaderuntuk kategori teh celup.Teh Sariwangi merupakan produk dari PT

Sariwangi yang senantiasa berusaha tetap menjaga tradisi minum teh di

Indonesia dengan format yang berbeda melalui teh celupnya yang praktis

dan ekonomis.Teh celup Sariwangi menjadi salah satu pilihan yang tepat

bagi masyarakat. Teh celup berbeda dibanding teh yang lain, karena tidak

perlu menyaring teh yang masih berupa serbuk.Hal ini memberikan kesan

yang ekslusif bagi banyak orang.Penyajian yang bervariasi baik panas

maupun dingin dengan varian rasa menambah kenikmatansaat minum teh

di waktu santai(Anonim, 2014).

Pada tahun 2007, PT Sariwangi meluncurkan inovasi baru yaitu produk

teh dengan teknologi Osmo-filter.Teh Osmo-filter merupakan produk teh

(22)

6

tidak mengandung bahan kimia atau bahan tambahan, seperti pengawet

dan pewarna. Pori-pori dari Osmo-filter akan melepaskan dan juga

menyaring teh, sehingga hanya kandungan teh terbaik yang dikeluarkan

dan teh yang dihasilkan jernih dan tanpa ampas(Anonim, 2014b).

Produk teh celup lain seperti teh Sosro, teh 2 Tang, teh Tong Ji, dan teh

Poci pada umumnya hanya sebatas merubah bentuk kemasannya saja

tanpa merubah komposisi dan kualitas teh di dalamnya. Penggunaan satu

kantong teh produk tersebut maksimum hanya dapat digunakan untuk 2

gelas dengan kualitas warna dan rasa teh yang semakin menurun,

sedangkan teh celup Osmo-filter penyajian yang dicelupkan pada wadah

teh, membuat porsi sajian lebih banyak, yaitu 5 gelas setiap kantungnya

namun kualitas warna, dan rasa tetap baik (Atmojo, 2012).

Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung yang mempunyai

jumlah penduduk tertinggi dibanding dengan daerah lainnya di Provinsi

Lampung.Sebagian besar penduduk menyukai minuman teh. Kemudahan

dalam memperoleh teh celup serta khasiat yang didapatkan setelah

mengkonsumsi teh,menjadikan teh sebagai minuman alternatif pengganti

air putih yang sangat digemari. Jumlah penduduk Bandar Lampung

(23)

7

Tabel 3. Jumlah penduduk Provinsi Lampung menurut jenis kelamin, tahun 2012

Kabupaten/ Kota

Penduduk (jiwa)

Laki-laki Perempuan Jumlah

Lampung Barat 247.628 224.815 472.443

Tanggamus 368.370 340.597 708.967

Lampung Selatan 568.346 536.417 1.104.763

Lampung Timur 576.161 540.862 1.117.023

Lampung Tengah 749.274 70.569 819.843

Lampng Utara 401.450 380.337 781.787

Waykanan 242.805 230.563 473.368

Tulang Bawang 24.280 230.563 254.843

Pesawaran 295.798 274.296 570.094

Pringsewu 243.034 228.988 472.022

Mesuji 168.388 151.945 320.333

Tulang Bawang Barat 131.867 136.778 268.645

Bandar Lampung 750.355 695.805 1.446.160

Metro 81.850 79.112 160.962

Jumlah 8971253

Sumber : BPS, 2012

Teh celup yang banyak beredar di Bandar Lampung antara lain: teh Sosro,

teh Sariwangi, teh 2 Tang, teh Tong Ji dan teh Poci.Dari beberapa teh

tersebut, teh Sariwangi merupakan merek teh yang sangat digemari oleh

konsumen di Bandar Lampung.Hal ini disebabkan olehpenyebaran produk

teh Sariwangi yang merata.Inovasi baru dari PT Sariwangi berupa produk

teh dengan teknologi Osmo-filter juga menarik perhatian masyarakat,

terutama kalangan menengah atas.Produk teh dengan teknologi

Osmo-filter ini dapat dijumpai di toko dan minimarket terdekat, bahkan

berdasarkan hasil prasurvei di beberapa toko dan minimarket,permintaan

untuk teh Osmo-filter selalu mengalami peningkatan.

Sebelum konsumen memutuskan untuk membeli suatu produk, konsumen

akan melalui beberapa tahapan, yang terdiri dari pengenalan masalah,

(24)

8

keadaan yang diharapkan. Adanya kesenjangan antara keadaan aktual dan

keadaan yang diharapkanmengharuskan konsumen untuk mencari

informasi mengenai produk, baik secara internal maupun eksternal.

Setelah mendapat informasi yang cukup mengenai suatu produk, maka

konsumen akan melakukan evaluasi alternatif pilihan. Evaluasi alternatif

pilihan akan memunculkan suatu keputusan pembelian produk.

Keputusan pembelian konsumen dipengaruhioleh berbagai faktor, baik

faktor dari dalam konsumen (internal)maupun faktor yang berasal dari luar

konsumen (eksternal).Faktor internalyang mempengaruhi konsumen

terhadap keputusan pembelian adalah faktor individu, yaitu ketersediaan

sumberdaya, dan pengetahuan mengenai produk, serta faktor psikologis,

yaitu motivasi konsumen dalam mengkonsumsi produk, sedangkan faktor

eksternal yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen adalah

faktor lingkungan, yang meliputi budaya dan pengaruh orang lain (Setiadi,

2003).

Hasil penelitian Atmojo (2012) memaparkan bahwa terdapat beberapa

variabel bauran pemasaran produk teh yang dipertimbangkan dalam

pengambilan keputusan pembelian teh. Variabel tersebut berupa:

(1) harga, (2) rasa,(3) komposisi, (4) kejelasan kadaluarsa, (5) khasiat, (6)

kemasan, (7) iklan, dan(8) kemudahan memperoleh produk.

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka masalah penelitian yang dapat

(25)

9

(1) Bagaimanakah proses pengambilan keputusan konsumen dalam

pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung?

(2) Faktor-faktor apasajakah yang mempengaruhi pengambilan keputusan

konsumen dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung?

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis:

(1) Proses pengambilan keputusan konsumen dalam pembelian teh

Osmo-filter di Bandar Lampung.

(2) faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen

dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung.

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi:

(1) Produsen, sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan perilaku

konsumen, sehingga dapat dijadikan dasar untuk melakukan perubahan

produk.

(2) Pemasar, sebagai masukan tentang perilaku konsumen dan selanjutnya

menentukan strategi pemasaran.

(26)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Tanaman teh

Tanaman teh (Camelia sinensis) berasal dari Asia Tenggara. Pada tahun

2737 SM, teh sudah dikenal di Cina, bahkan sejak abad ke-4 M telah

dimanfaatkan sebagai salah satu komponen ramuan obat. Teh

diperkenalkan pertama kali oleh pedagang Eropa pada tahun 1601 M dan

menjadi minuman popular di Inggris sejak tahun 1664 M. Tanaman teh

dapat tumbuh mulai dari pantai sampai pegunungan. Teh ditanam pada

ketinggian 2000 m dpl di pegunungan Assam, namun perkebunan teh

umumnya dikembangkan di daerah pegunungan yang beriklim sejuk.

Meskipun dapat tumbuh subur di dataran rendah, tanaman teh tidak akan

memberikan hasil dengan mutu yang baik. Semakin tinggi daerah

penanaman teh, maka akan semakin tinggi mutunya (Ghani, 2002).

Menurut Somantri (2011), teh (Camelia sinesis) berdaun kecil, dan

mempunyai banyak cabang. Tanaman teh dapat tumbuh hingga mencapai

3 sampai 5 meter, tahan terhadap suhu dingin dan dapat terus menerus

melakukan produksi sampai usia 100 tahun. Daun teh berwarna hijau tua

(27)

11

mempunyai lima sampai tujuh kelopak, sedangkan buahnya kecil

menyerupai buah pala.

Tanaman teh pertama kali masuk Indonesia tahun 1684, berupa biji teh

dari Jepang yang dibawa oleh Andreas Cleyer dan ditanam sebagai

tanaman hias di Jakarta, kemudian pada tahun 1824 Sierbold

mempromosikan usaha pembudidayaan dengan bibit teh dari Jepang.

Selanjutnya, teh berhasil ditanam di Kebun Raya Bogor pada tahun 1826

(Somantri, 2011).

Usaha perkebunan teh pertama di Indonesia dipelopori oleh ahli teh

Jacobus Lodewijk pada tahun 1828. Sejak saat itu teh merupakan

komoditas yang menguntungkan sehingga pada masa pemerintahan Van

den Bosch, teh menjadi salah satu tanaman yang harus ditanam rakyat

melalui politik tanam paksa. Setelah Indonesia merdeka, usaha

perkebunan dan perdagangan teh diambil alih oleh pemerintah Republik

Indonesia (Somantri, 2011).

Ada tiga jenis teh yang dihasilkan di Indonesia, yaitu; teh hitam, teh hijau,

dan teh oolong. Teh hijau diperoleh tanpa proses fermentasi, teh hitam

diperoleh melalui proses fermentasi, dan teh oolong diperoleh secara semi

fermentasi. Menurut Setiawati (1991), beberapa zat yang terkadung dalam

(28)

12

Tabel 4. Kandungan yang terdapat dalam daun teh

Jenis kandungan Jumlah kandungan (%)

Air 9,51

Bahan nitrogen 24,50

Tehine (caffeine) 3,58

Minyak eteris 0,68

Lemak, hijau daun, lilin 6,39

Dextrin 6,44

Tannin 15,65

Pectin 16,02

Serat 11,58

Abu 5,65

Jumlah 100,00

Sumber : Setiawati, 1991

2. Manfaat teh

Terdapat banyak manfaat yang didapat setelah mengkonsumsi teh, antara

lain:

a. Membantu menurunkan berat badan

Antioksidan dalam teh hijau berupa katekin mampu mengurangi

penyerapan lemak, terutama lemak pada perut (abdominal). Katekin

juga akan membantu merangsang metabolisme tubuh untuk

mengurangi penimbunan lemak. Dengan meminum empat cangkir teh

disetiap hari, maka akan membakar 70-80 kalori.

b. Mencegah kanker

Penelitian menunjukkan bahwa teh hijau melindungi manusia dari

(29)

13

dan payudara. Antioksidan dalam teh hijau yang bernama

epigallocatechin gallate (EGCG) akan memperlambat pertumbuhan

sel kanker paru-paru manusia secara signifikan. Orang yang minum

minimal satu cangkir teh hijau setiap hari, berisiko lima kali lebih

rendah terserang kanker paru-paru. Studi lain menunjukkan bahwa teh

hijau yang dikombinasi dengan tamoxifen efektif menekan

pertumbuhan kanker payudara (Thomas, 2007).

c. Meningkatkan metabolisme

Uji klinis oleh Universitas Jenewa dan Universitas Birmingham

menunjukkan bahwa teh hijau meningkatkan tingkat metabolisme,

kecepatan oksidasi lemak, sensitivitas insulin dan toleransi glukosa.

Polifenol katekin pada teh hijau bersifat termogenesis atau

menghangatkan tubuh.

d. Kewaspadaan mental

Thomas (2007) menyatakan bahwa asam amino L-tehanine yang

terdapat pada hampir semua jenis teh, secara aktif mempengaruhi

neurotransmitter otak dan meningkatkan aktivitas gelombang alfa.

Hasilnya adalah pikiran menjadi lebih tenang, namun lebih waspada.

e. Mengatasi bau mulut

Para peneliti Universas Illinois di Chicago menyatakan bahwa

polifenol membantu menghambat pertumbuhan bakteri

(30)

14

f. Mengatasi kelebihan zat besi

Para peneliti di Jerman menemukan bahwa minum secangkir teh hitam

setiap hari dapat membantu menghentikan kelebihan zat besi pada

pasien hemakromatosis (kelebihan zat besi dalam darah) karena

gangguan penyerapan zat besi.

g. Artritis Rematik

Teh hijau mengurangi keparahan artritis rematik sebesar 78% pada

peminum berat dan sebesar 40% pada peminum sesekali.

h. Kesehatan Gigi

Plak gigi mengandung lebih dari 300 jenis bakteri yang menempel

pada permukaan gigi dan menyebabkan gigi berlubang. Plak juga

merupakan penyebab utama penyakit gusi. Polifenol pada teh hitam

dapat membunuh atau menekan pertumbuhan bakteri penyebab plak

(Thomas, 2007).

3. Perilaku konsumen

Menurut Shiffman dan Kanuk (2000) perilaku konsumen adalah proses

yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan,

mengevaluasi, dan bertindak pasca konsumsi produk barang dan jasa

maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya. Menurut

Setiadi (2003), perilaku konsumen bersifat dinamis karena perilaku

konsumen, grup konsumen, ataupun masyarakat luas, selalu berubah dan

bergerak sepanjang waktu. Hal ini memiliki implikasi terhadap studi

(31)

15

hal studi perilaku konsumen, salah satu implikasi perilaku konsumen

adalah bahwa generalisasi perilaku konsumen biasanya terbatas untuk

jangka waktu tertentu, produk, dan individu atau grup tertentu, sedangkan

dalam hal pengembangan stategi pemasaran, mempelajari perilaku

konsumen sangat penting untuk membentuk segmentasi pasar.

Menurut Prasetidjo (2005), tipe perilaku konsumen dalam melakukan

pembelian dikelompokkan menjadi empat kategori yang didasarkan oleh

tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat keterlibatan diferensiasi merek,

yaitu: budget allocation (pengalokasian dana), product purchase or not

(membeli produk atau tidak), store patronage (pemilihan tempat untuk

mendapatkan produk), dan brand and style decision (keputusan atas merek

dan gaya).

a. Budget allocation (pengalokasian dana)

Pengalokasian dana adalah pilihan konsumen terhadap suatu barang

dipengaruhi oleh cara bagaimana membelanjakan atau menyimpan

dana yang tersedia, kapan waktu yang tepat untuk membelanjakan

uang dan apakah perlu melakukan pinjaman untuk melakukan

pembelian.

b. Product purchase or not (membeli produk atau tidak)

Perilaku pembelian menggambarkan pilihan yang dibuat oleh

(32)

16

c. Store patronage (pemilihan tempat untuk mendapatkan produk)

Perilaku pembelian berdasarkan pilihan konsumen atas tempat atau

dimana konsumen akan melaksanakan pembelian produk atau jasa

tersebut.

d. Brand and style decision (keputusan atas merek dan gaya)

Keputusan atas merek adalah pilihan konsumen untuk memutuskan

secara terperinci mengenai produk apa yang sebenarnya ingin dibeli.

Menurut Suryani (2008) perilaku konsumen dipelajari agar lebih

memahami tentang apa yang dibeli oleh konsumen, mengapa, dimana,

kapan, dan seberapa sering melakukan pembelian. Pengetahuan ini

kemudian dipakai untuk menciptakan cara untuk memuaskan atau

memenuhi kebutuhan mereka, serta menciptakan pendekatan yang baik

untuk berkomunikasi dan mempengaruhi mereka. Sebagai pemasar,

perilaku konsumen merupakan pegangan untuk menjadikan dirinya

sebagai penggerak pasar. Ada tiga pendekatan yang digunakan dalam

mempelajari perilaku konsumen, yaitu: pandangan biologi, pandangan

intra psychic, dan pandangan socio-behavioral.

a. Pandangan biologi

Pandangan biologi adalah fakta-fakta biologis yang dianggap amat

penting dalam menentukan siapa individu dan apa yang dia lakukan,

Segala sesuatu yang dipikirkan dan dirasakan, yang kemudian

(33)

17

elektrik dan kimiawi yang ada di dalam otak dan bagian lain dari tubuh

manusia.

b. Pandangan intra psychic

Menurut pandangan ini, faktor-faktor biologis tidak dapat menjelaskan

kesalahan perilaku seseorang yang dikendalikan oleh psychic.

c. Pandangan socio-behavioral

Pandangan socio-behavioral adalah tindakan atau emosi seseorang

dapat dipahami melalui pengetahuan tentang apa yang telah dipelajari

dari lingkungan sosialnya.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen

Terdapat berbagai macam faktor yang mempengaruhi konsumen dalam

mengkonsumsi suatu produk. Menurut Kotler dan Amstrong (2002)

terdapat dua faktor dasar yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu

faktor eksternal dan faktor internal.

a. Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga,

kelas sosial, kebudayaan, strategi pemasaran, dan kelompok referensi.

Kelompok referensi merupakan kelompok yang memiliki pengaruh

langsung maupun tidak langsung pada sikap dan perilaku konsumen.

Kelompok referensi mempengaruhi perilaku seseorang dalam

pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam

(34)

18

b. Faktor internal

Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor internal adalah motivasi,

persepsi, sikap, gaya hidup, kepribadian dan belajar. Belajar

menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu yang

bersumber dari pengalaman, seringkali perilaku manusia diperoleh dari

mempelajari sesuatu.

Simamora (2004) menjelaskan bahwa perilaku konsumen dipengaruhi oleh

empat faktor, yaitu faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor personal, dan

[image:34.595.148.538.356.606.2]

faktor psikologis, seperti disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen Sumber : Simamora, 2004

a. Faktor kebudayaan (kultur)

Simamora (2004) menjelaskan bahwa kebudayaan (kultur) mempunyai

(35)

19

Pemasar harus memahami peran yang dimainkan oleh kultur, sub-kultur

dan kelas sosial pembeli.

(1) Kultur adalah faktor penentu paling pokok dari keinginan dan perilaku

seseorang. Makhluk yang paling rendah umumnya dituntun oleh

naluri, sedangkan manusia, perilakunya biasanya dipelajari dari

lingkungan sekitarnya, sehingga nilai, persepsi, preferensi, dan

perilaku antara seorang yang tinggal pada daerah tertentu dapat

berbeda dengan perilaku orang yang berada di lingkungan lain. Oleh

karena itu, pemasar sangat berkepentingan untuk melihat pergeseran

kultur agar dapat menyediakan produk-produk baru yang diinginkan

konsumen.

(2) Sub-kutur adalah kelompok orang dengan sistem nilai yang sama

berdasarkan pengalaman dan situasi hidup yang sama.

(3) Kelas sosial adalah susunan yang relatif permanen dan teratur dalam

satu masyarakat yang anggotanya mempunyai nilai, minat, dan

perilaku yang sama. Kelas sosial tidak ditentukan oleh faktor tunggal,

seperti pendapatan, tetapi juga diukur sebagai kombinasi antara

pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan dan variabel lainya

(Simamora, 2004).

b. Faktor sosial

Perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti

kelompok acuan, keluarga, peran dan status sosial konsumen.

(36)

20

pemasar harus benar-benar memperhitungkannya untuk menyusun strategi

pemasaran (Simamora, 2004).

(1) Kelompok acuan

Menurut Setiadi (2003), kelompok acuan seseorang terdiri dari semua

kelompok yang mempunyai pengaruh langsung (tatap muka), atau

pengaruh tidak langsung terhadap sikap seseorang.

Kelompok-kelompok yang mempunyai pengaruh langsung terhadap seseorang

disebut kelompok keanggotaan (membership groups), di mana orang

tersebut ikut serta dan berinteraksi. Sebagian merupakan kelompok

primer, seperti keluarga, teman, tetangga dan rekan kerja, yang mana

orang tersebut secara terus-menerus berinteraksi dengan mereka.

Kelompok primer cenderung bersifat informal. Seseorang juga

termasuk dalam kelompok sekunder, seperti kelompok religius,

kelompok profesi, dan kelompok asosiasi perdagangan, yang

cenderung bersifat lebih formal dan mempunyai interaksi yang tidak

begitu rutin.

Ketika suatu produk pertama kali diperkenalkan, maka keputusan

untuk membeli sangat dipengaruhi oleh pihak lain. Pada tahap

pertumbuhan pasar, pengaruh kelompok acuan bersifat kuat untuk

menentukan pilihan, produk, dan merek. Pada tahap kedewasaan

produk, hanya pilihan merek saja yang sangat dipengaruhi oleh pihak

lain. Pada tahap penurunan, pengaruh kelompok bersifat lemah, baik

(37)

21

(2) Keluarga

Menurut Simamora (2004) keluarga dapat memberikan pengaruh yang

kuat terhadap pembelian. Keluarga orientasi adalah keluarga yang

terdiri dari orang tua yang memberikan arahan dalam hal tuntunan

agama, politik, dan ekonomi. Dengan memahami dinamika keputusan

dalam suatu keluarga, pemasar akan dapat dibantu dalam menetapkan

strategi pemasaran yang baik bagi anggota keluarga dengan tepat.

(3) Peran dan status

Peran dan status sosial seseorang menunjukkan kedudukan orang

disetiap kelompok sosial. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan

akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilkan

status. Seseorang seringkali akan memilih produk yang menunjukkan

statusnya dalam masyarakat (Simamora, 2004).

c. Faktor pribadi

Simamora (2004) menjelaskan bahwa keputusan seseorang melakukan

pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, seperti: umur, tahap

daur hidup pembeli, jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup dan

kepribadian yang bersangkutan.

(1) Usia dan tahap daur hidup

Orang-orang akan merubah barang dan jasa yang dibeli seiring dengan

siklus kehidupannya. Rasa makanan, baju-baju, perabot, dan rekreasi

(38)

22

(2) Pekerjaan

Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya.

Pemasar harus berupaya untuk mengenali kelompok pekerjaan.

Dengan berusaha mengenali kelompok pekerjaan, maka sebuah

perusahaan akan dapat melakukan spesialisasi dalam memasarkan

produk menurut kelompok pekerjaan tertentu.

(3) Keadaan ekonomi

Menurut Simamora (2004), pemasar yang produknya peka terhadap

pendapatan akan memperhatikan dengan seksama kecenderungan

dalam pendapatan pribadi, jumlah tabungan, dan tingkat suku bunga

yang berlaku.

(4) Gaya hidup

Seseorang yang berasal dari sub-kultur, kelas sosial dan pekerjaan

yang sama dapat mempunyai gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup

seseorang menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan,

yang tercermin dalam kegiatan, minat dan pendapatannya.

(5) Kepribadian dan konsep diri

Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologi yang unik yang

menimbulkan tanggapan relatif konstan terhadap lingkungannya

sendiri. Kepribadian sangat bermanfaat untuk menganalisis perilaku

(39)

23

d. Faktor psikologis

Pada suatu saat tertentu, seseorang mempunyai banyak kebutuhan yang

bersifat biologis dan biogenik. Kebutuhan tersebut timbul dari suatu

keadaan fisiologis tertentu, seperti: lapar, haus, dan sebagainya. Pilihan

pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologis yang utama,

seperti: motivasi, persepsi, proses belajar serta kepercayaan dan sikap

(Simamora, 2004).

(1) Motivasi merupakan dorongan atas suatu kebutuhan yang cukup

menekan seseorang untuk mengejar kepuasan.

(2) Persepsi merupakan proses dimana individu memilih,

merumuskan, dan menafsirkan masukan informasi untuk

menciptakan suatu gambaran yang berarti mengenai dunia.

(3) Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang

yang timbul dari pengalaman, dan kebanyakan perilaku manusia

adalah hasil dari proses belajar. Secara teori, pembelajaran

seseorang dihasilkan melalui dorongan, isyarat, tanggapan dan

rangsangan.

(4) Kepercayaan dan sikap, melalui tindakan dan proses belajar,

seseorang akan mendapatkan kepercayaan dan sikap yang

kemudian mempengaruhi perilaku pembelian. Kepercayaan adalah

suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu,

sedangkan sikap adalah organisasi dari motivasi dan perasaan

(40)

24

5. Tahap pengambilan keputusan konsumen

Ada lima tahap yang dilalui konsumen dalam proses keputusan pembelian,

yaitu: pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif,

keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Model ini

menekankan bahwa proses pembelian bermula sebelum pembelian dan

berakibat jauh setelah pembelian. Setiap konsumen melewati lima tahap

tersebut untuk setiap pembelian yang mereka buat. Gambar 3

menggambarkan tahapan yang dilalui konsumen terkait proses pembelian

[image:40.595.150.558.354.404.2]

(Amstrong, 2002).

Gambar 3. Proses keputusan pembelian Sumber : Amstrong, 2002

a. Pengenalan masalah

Pada tahap pengenalan masalah, pembeli mengenali masalah atau

kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan atau kesenjangan antara

keadaan aktual dan keadaan yang diinginkan. Kebutuhan tersebut dapat

dirangsang oleh rangsangan internal bila salah satu dari kebutuhan normal

seseorang muncul sampai pada tingkat yang cukup tinggi untuk menjadi

dorongan (Amstrong, 2002).

b. Pencarian informasi

Pencarian informasi menurut Engel, at all (1995) adalah aktivasi

termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan atau

Pengenalan Masalah

Pencarian

Informasi

Evaluasi

Alternatif

Keputusan Pembelian

(41)

25

pemerolehan informasi dari lingkungan. Pencarian informasi dapat

bersifat internal ataupun eksternal. Pencarian internal melibatkan

pemerolehan kembali pengetahuan dari ingatan, sedangkan pencarian

eksternal terdiri atas pengumpulan informasi dari pasar.

c. Evaluasi alternatif

Apabila informasi sudah terkumpul, maka pembeli akan mengidentifikasi

dan mengevaluasi cara-cara untuk memenuhi kebutuhan dirinya untuk

mencari pilihan terbaik menyangkut kualitas, harga, waktu, pengiriman,

dan faktor-faktor lain yang dianggap penting (Amstrong, 2002).

d. Keputusan pembelian

Engel, at all (1995) menjelaskan bahwa tahap ini termasuk penentuan jadi

tidaknya konsumen membeli suatu produk. Pada tahap ini, periklanan

tetap memainkan peran penting untuk mencegah pembeli mengubah

pikirannya.

e. Perilaku pasca pembelian

Setelah membeli suatu produk, para konsumen secara resmi atau tidak

resmi mengevaluasi hasil pembelian untuk memastikan bahwa kerja yang

sebenarnya dari produk tersebut memenuhi tingkat yang diharapkan

(Engel, at all, 1995).

6. Uji validitas kuisioner

Uji validitas digunakan untuk mengetahui tingkat kevalidan dari instrumen

(42)

26

dilakukan untuk mengetahui apakah item-item yang tersaji dalam

kuisioner benar-benar mampu mengungkapkan dengan pasti apa yang

akan diteliti. Uji validitas diperoleh dengan cara mengkorelasikan setiap

skor indikator dengan total skor indikator variabel, kemudian hasil korelasi

dibandingkan dengan nilai kritis pada taraf siginifikan 5%. Suatu

instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan

dan tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data

yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang

dimaksud.

Sugiyono (2004) mengatakan bahwa cara yang digunakan dalam uji

validitas kuisioner adalah menganalisa item, dimana setiap nilai yang ada

pada setiap butir pertanyaan dikorelasikan dengan total nilai seluruh butir

pertanyaan. Syarat minimum untuk dianggap valid adalah nilai rhitung >

dari nilai rtabel. Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi

Pearson yang diformulasikan dalam rumus:

rhitung = � � � − � ×( �)

(� 2)−( �)2 ×(� 2)−( �)2

………..(1)

keterangan :

r = koefisien korelasi (validitas)

X = skor pada subyek item n

Y = skor total subyek

XY= skor pada subyek item n dikalikan skor total

(43)

27

Indikator penarikan kesimpulan adalah:

(1) Jika rhitung positif dan rhasil > r tabel, maka variabel tersebut valid.

(2) Jika rhitung negatif dan rhitung < rtabel, maka variabel tersebut tidak

valid.

7. Uji reabilitas kuisioner

Reliabilitas merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur

kuisioner yang menjadi indikator dari variabel atau konstruk. Suatu alat

dikatakan reliabel apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran

terhadap kelompok subjek diperoleh hasil yang relatif sama selama aspek

yang diukur belum berubah. Dalam hal ini relatif sama berarti tetap ada

toleransi perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali

pengukuran (Arikunto, 2002).

SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik

Cronbach Alpha (α). Variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai

Cronbach Alpha > 0,60, dengan rumus (Ghozali, 2005):

α =          2 2 1 1 i i k k   ………(2) keterangan :

α = koefisien reliabilitas alpha

k = jumlah item

σi = varians responden untuk item i (i = 1,2,3...n)

(44)

28

Indikator penarikan kesimpulan jika:

(1) α 0,8-1,0 = Reliabilitas baik

(2) α 0,6-0,799 = Reliabilitas diterima

(3) α < 0,6 = Reliabilitas kurang baik

8. Analisis faktor

Analisis faktor adalah sebuah model dimana tidak terdapat variabel bebas

dan tergantung. Tujuan utama analisis ini adalah untuk membuat

ringkasan informasi yang dikandung dalam sejumlah variabel kedalam

suatu kelompok (faktor) yang lebih kecil. Dalam analisis faktor, terdapat

dua pendekatan, yaitu: Principal Component Analysis (PCA) dan Common

Factor Analysis (CFA). Principal Component Analysis (PCA) merupakan

suatu pendekatan faktor yang tidak membedakan adanya variasi data, baik

data umum (common) maupun data unik (unique), sedangkan Common

Factor Analysis (CFA) merupakan suatu pendekatan analisis faktor yang

membedakan variansi data baik data umum (common) maupun data unik

(unique). Metode CFA digunakan untuk variabel yang berjumlah sedikit,

karena sejak awal menginputkan data sudah diketahui bahwa variabel yang

ada memiliki korelasi kuat antar variabel, sehingga dalam hal ini tidak

perlu dilihat korelasi antar variabel karena dianggap tidak memiliki

variabel unik (Narimawati, 2008).

Supranto (2004) menjelaskan statistik kunci yang relevan dalam analisis

(45)

29

a. Bartlett’s test of sphericity, yaitu suatu uji statistik yang dipergunakan

untuk menguji hipotesis bahwa variabel tidak saling berkorelasi dalam

populasi.

b. Communality, yaitu jumlah varian yang disumbangkan oleh suatu

variabel dengan seluruh variabel lainnya dalam analisis.

c. Eigenvalue, yaitu jumlah varian yang dijelaskan oleh setiap faktor.

d. Faktor loadings, yaitu korelasi sederhana antara variabel dengan

faktor.

e. Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) measure of sampling adequacy, yaitu

suatu indeks yang dipergunakan untuk meneliti ketepatan analisis

faktor. Nilai KMO Measure of Sampling Adequacy antara 0,5 - 1,0

berarti analisis faktor tepat, apabila kurang dari 0,5 analisis faktor

dikatakan tidak tepat.

f. Percentage of variance, yaitu persentase varian total yang

disumbangkan oleh setiap faktor (Supranto, 2004).

Kegunaaan utama analisis faktor adalah untuk melakukan pengurangan data

atau dengan kata lain melakukan peringkasan sejumlah variabel yang akan

menjadi kecil jumlahnya. Pengukuran dilakukan dengan melihat

interdependensi beberapa variabel yang dapat dijadikan satu yang disebut

dengan faktor, sehingga akan ditemukan variabel-variabel dan faktor yang

(46)

30

9. Penelitian terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Ihsanudin (2014) mengenai respon

konsumen terhadap faktor-faktor marketing mix dalam pembelian produk

Luwak WhiteKoffie di pasar swalayan Kota Surakarta. Penelitian tersebut

dianalisis dengan menggunakan analisis faktor. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat empat faktor yang menjadi pertimbangan

konsumen dalam pembelian produk Luwak White Koffie, yaitu: (1) faktor

produk (terdiri dari variabel merek, variabel jenis kemasan, variabel

volume kemasan dan variabel kecepatan alir), (2) faktor aroma dan rasa

(terdiri dari variabel aroma dan variabel rasa), (3) faktor tempat (terdiri

dari variabel penataan produk di swalayan dan variabel kenyamanan

berbelanja di swalayan) serta (4) faktor promosi (terdiri dari variabel

tampilan iklan dan variabel isi pesan).

Jayakusumah (2011) melakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor

yang mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian teh celup

Sariwangi (studi kasus masyarakat) di Kota Bekasi. Analisis yang

digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis faktor. Hasil penelitian

yang dilakukan pada 115 responden menunjukkan bahwa terdapat delapan

komponen baru yang terbentuk dari hasil analisis faktor secara berurutan,

yaitu: (1) faktor psikologis (terdiri dari variabel gaya hidup, variabel

keyakinan, variabel dorongan, variabel persepsi dan variabel pengalaman),

(2) faktor produk (terdiri dari variabel rasa, variabel aroma, variabel

(47)

31

pengaruh rekan kerja, variabel pengaruh keluarga dan variabel pengaruh

rekan sekomunitas), (4) faktor distribusi (terdiri dari variabel kemudahan

dan variabel lokasi pembelian), (5) faktor harga (terdiri dari variabel harga

dan variabel iklan), (6) faktor promosi (terdiri dari variabel usia dan

variabel promosi), (7) faktor individu (terdiri dari variabel warna, variabel

profesi dan variabel pendidikan), serta (8) faktor pelayanan (terdiri dari

variabel pelayanan yang diberikan penjual).

Menurut penelitian Herlambang (2011) yang berjudul kajian perilaku

konsumen terhadap strategi pemasaran teh herbal di Kota Bogor, dapat

diketahui bahwa analisis faktor yang dilakukan pada115 responden

menghasilkan lima faktor utama yang dipertimbangkan konsumen dalam

memutuskan untuk membeli teh herbal, yaitu (1) faktor pertama (terdiri

dari variabel promosi dan variabel pengaruh lingkungan), (2) faktor utama

ke-dua (terdiri dari variabel kemudahan memperoleh dan variabel

manfaat), (3) faktor utama ke-tiga (terdiri dari variabel merek, variabel

rasa dan variabel pendapatan), (4) faktor utama ke-empat (terdiri dari

variabel harga, variabel kemasan, variabel izin depkes dan variabel tradisi,

serta (5) faktor utama ke-lima (terdiri dari variabel kelengkapan

kandungan).

Silalahi (2001) melakukan penelitian mengenai analisis perilaku

konsumen teh celup dan implikasinya terhadap strategi pemasaran di

daerah Kotamadya Bogor. Variabel yang digunakan adalah variabel usia,

(48)

32

keluarga, variabel motivasi, variabel manfaat utama, variabel sumber

informasi, variabel iklan, variabel pengaruh orang lain, variabel tempat

pembelian, variabel fanatisme merek, variabel pengaruh image, variabel

loyalitas, variabel kualitas seduhan, variabel kepopuleran produk, variabel

isi, dan variabel harga. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif,

analisis komponen utama, dan analisis fishbein. Hasil penelitian yang

dilakukan pada 100 responden menunjukkan pengaruh setiap faktor

terhadap keputusan pembelian produk teh celup dengan menggunakan

analisis komponen utama dapat dilihat berdasarkan nilai atau derajat

pengaruh faktor tersebut. Secara berurutan lima faktor yang paling

berpengaruh, yaitu: (1) faktor manfaat utama teh celup (terdiri dari

variabel manfaat, variabel kemudahan memperoleh produk, variabel alasan

mengkonsumsi, variabel kualitas seduhan dan variabel fanatisme merek),

(2) faktor pengaruh situasi pembelian (terdiri dari variabel pengeluaran

rumah tangga, variabel pengaruh harga dan variabel loyalitas), (3) faktor

pengaruh kemudahan memperoleh (terdiri dari variabel usia, variabel

promosi dan variabel pengaruh image merek), (4) faktor tingkat

pengeluaran keluarga per bulan (terdiri dari variabel pendidikan, variabel

pengeluaran rumah tangga dan variabel tempat pembelian), serta (5) faktor

alasan membeli teh celup (terdiri dari variabel jumlah anggota keluarga

dan variabel pengaruh orang lain).

Penelitian yang dilakukan oleh Prasetyawati (2011) mengenai analisis

faktor marketing mix terhadap keputusan pembelian susu formula balita

(49)

33

dengan menggunakan analisis faktor pada 100 responden. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa terdapat lima komponen utama yang

mempengaruhi keputusan pembelian susu formula, yaitu (1) faktor

promosi (terdiri dari variabel gambar kemasan, variabel warna kemasan,

variabel iklan di media cetak, variabel iklan di media televisi dan variabel

jenis kemasan), (2) faktor pelayanan (terdiri dari variabel ketersediaan

produk, variabel kenyamanan dan variabel rasa), (3) faktor promosi (terdiri

dari variabel promosi pemberian hadiah) , (4) faktor produk (terdiri dari

variabel kandungan gizi), (5) dan faktor harga susu formula (terdiri dari

variabel harga susu formula).

Atmojo (2012) melakukan penelitian tentang analisis sikap dan kepuasan

kosumen terhadap teh celup merek Sarimurni (studi kasus di Giant

Hypermarket, Bogor). Variabel yang digunakan adalah variabel harga,

variabel rasa, variabel komposisi, variabel kejelasan kadaluarsa, variabel

khasiat dan variabel kemudahan memperoleh produk. Analisis yang

digunakan adalah multi atribut Fishbein dan metode CSI. Hasil penelitian

yang dilakukan pada 100 responden menunjukkan bahwa sikap responden

terhadap kedua merek yaitu merek Sosro dan Sarimurni adalah baik,

namun responden cenderung lebih menyukai merek Sarimurni, dengan

keunggulan pada kinerja atribut warna, aroma, kejelasan informasi

komposisi, kejelasan tanggal kadaluarsa, desain kemasan, khasiat, iklan,

dan tidak unggul pada atribut pilihan rasa, harga, merek, dan kemudahan

(50)

34

10.Kerangka Pemikiran

Peningkatan jumlah penduduk Indonesia di setiap tahun membuka peluang

bagi industri pengolahan makanan dan minuman untuk mengolah hasil

sektor pertanian dan bersaing untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Salah satu minuman hasil olahan pertanian yang digemari masyarakat

adalah teh. Teh adalah minuman yang sudah tersohor dan diminum oleh

banyak orang dihampir seluruh dunia.

Perubahan teknologi dan informasi yang terjadi di masyarakat berdampak

pada perubahan gaya hidup masyarakat. Perubahan ini mendorong

masyarakat untuk memenuhi dan menyesuaikan kehidupannya dengan

inovasi-inovasi terbaru. Masyarakat pada saat ini umumnya lebih

cenderung menyukai makanan dan minuman yang praktis, termasuk dalam

hal mengkonsumsi teh. Perubahan gaya hidup ini menyebabkan pola

konsumsi teh serbuk digantikan oleh teh celup. Kebanyakan mereka yang

mengkonsumsi teh celup adalah mereka yang berpenghasilan menengah ke

atas. Hal ini dikarenakan harga teh celup yang jauh lebih mahal

dibandingkan dengan teh serbuk.

Banyaknya industri-industri yang bersaing di pasar, mengharuskan suatu

industri untuk menciptakan inovasi baru yang berkualitas dan mempunyai

fungsi ganda. Menghadapi persaingan pasar yang ketat, maka pada tahun

2007 PT Sariwangi meluncurkan produk teh dengan aroma dan rasa yang

nikmat, yaitu teh dengan teknologi Osmo-filter. Teh Osmo-filter

(51)

35

mempunyai dua keunggulan, yaitu menyimpan kesegaran rasa serta

menyaring dan melepaskan kandungan teh terbaik, sehingga warna teh

yang dihasilkan akan terlihat lebih cerah.

Menurut Shiffman dan Kanuk (2000) perilaku konsumen adalah proses

yang dilalui seseorang dalam mengenali masalah, mencari informasi,

mengevaluasi alternatif pilihan, mengkonsumsi, dan bertindak

pasca-konsumsi. Terdapat beberapa karakteristik pembeli yang mempengaruhi

perilaku pembelian, seperti: usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan,

jumlah anggota keluarga dan pendapatan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian terdiri dari faktor

lingkungan, faktor individu, faktor psikologis dan faktor bauran

pemasaran. Faktor lingkungan meliputi budaya (X1) dan pengaruh orang

lain (X2). Faktor individu meliputi sumberdaya (X3) dan faktor

psikologis meliputi pengalaman (X4). Variabel bauran pemasaran

meliputi informasi produk (X5), harga (X6), promosi (X7), aroma (X8),

kepekatan (X9), rasa (X10), kepraktisan (X11), kemasan (X12), kapasitas

isi (X13), dan ketersediaan produk (X14). Berdasarkan dasar teori yang

telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dibuat suatu skema kerangka

(52)
[image:52.595.63.543.71.698.2]

36

Gambar 4. Kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian the Osmo-filter di Bandar Lampung, tahun 2014

Pengetahuan mengenai perilaku

konsumen teh Osmo-filter

Faktor Lingkungan

Budaya (X1) Pengaruh Luar (X2)

Faktor Individu

Sumberdaya (X3)

Faktor Psikologis

Pengalaman (X4)

Bauran pemasaran

Informasi Produk (X5) Harga (X6) Promosi (X7) Aroma (X8) Kepekatan (X9) Rasa (X10) Kepraktisan (X11) Kemasan (X12) Kapasitas isi (X13) Ketersediaan produk (X14)

Proses pengambilan keputusan konsumen Pengenalan kebutuhan Pencarian informasi Evaluasi alternatif Pembelian Evaluasi pasca pembelian Analisis deskriptif

Analisis komponen utama Peningkatan jumlah

penduduk

Permintaan hasil olahan teh meningkat

Muncul industri baru di bidang pengolahan teh

Persaingan ketat antar industri pengolahan teh

Muncul inovasi baru

Teh celup Osmo-filter

Faktor yang mempengaruhi

keputusan pembelian

- Jenis pekerjaan - Pendidikan - Usia

- Jumlah anggota rumah tangga - pendapatan

Karakteristik konsumen

(53)

37

III. METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan konsumen dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar

Lampung. Responden penelitian adalah ibu rumah tangga kalangan

menengah atas yang sedang membeli dan mengonsumsi teh Osmo-filter

serta ibu rumah tangga yang pernah membeli dan mengonsumsi teh

Osmo-filter paling tidak satu kali dalam dua bulan terakhir. Kecamatan

Sukarame dan Kecamatan Kemiling dipilih secara sengaja untuk menjadi

lokasi penelitian, dengan pertimbangan banyaknya jumlah rumah tangga

kalangan menengah atas yang terdapat di daerah tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik konsumen produk

teh Osmo-filter, menganalisis proses keputusan pembelian teh Osmo-filter,

dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen

dalam pembelian teh Osmo-filter. Tujuan tersebut akan dijawab dengan

menggunakan analisis tabulasi deskriptif, dan analisis faktor.

Terdapat 14 variabel yang diduga berpengaruh terhadap pengambilan

(54)

38

budaya, variabel pengaruh orang lain, variabel sumberdaya, variabel

pengalaman, variabel informasi produk, variabel harga, variabel promosi,

variabel aroma, variabel kepekatan, variabel rasa, variabel kepraktisan,

variabel desain kemasan, variabel kapasitas isi, dan variabel ketersediaan

produk.

B. Konsep Dasar dan Batasan Operasional

Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan

dengan tujuan penelitian.

Konsumen teh Osmo-filter adalah setiap orang yang membeli dan mengonsumsi produk teh Osmo-filter. Konsumen dalam penelitian ini

adalah ibu rumah tangga yang sedang membeli dan mengonsumsi serta ibu

rumah tangga yang pernah membeli dan mengonsumsi teh Osmo-filter

paling tidak satu kali dalam dua bulan terakhir.

Rumah tangga adalah sekelompok orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dengan atau tanpa adanya hubungan darah.

Perilaku konsumen teh Osmo-filter adalah kegiatan individu yang secara langsung terlibat untuk mendapatkan dan menggunakan produk teh

Osmo-filter, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan

pembelian teh Osmo-filter.

(55)

39

Dalam penelitian ini, merek teh Osmo-filter yang diteliti adalah Sarimurni

Osmo-filter.

Proses pengambilan keputusan konsumen teh Osmo-filter adalah serangkaian tahapan yang dilakukan oleh responden sebelum melakukan

pembelian teh Osmo-filter,yang terdiri dari pengenalan masalah, pencarian

informasi, evaluasi alternatif, konsumsi, dan tindakan pasca konsumsi.

Pengenalan masalah adalah tahap di mana responden menyadari kebutuhan akan produk teh Osmo-filter. Tahap pengenalan masalah

diukur dari manfaat yang dicari responden, motivasi pembelian teh

Osmo-filter, dan halangan dalam memperoleh teh Osmo-filter. Pada tahap ini,

responden diperbolehkan untuk memilih lebih dari satu jawaban yang

sudah disediakan.

Tahap pencarian informasi adalah usaha responden untuk menggali setiap informasi dari produk teh Osmo-filter yang dilakukan baik secara

internal maupun eksternal. Tahap pencarian informasi diukur dari sumber

informasi, dan aspek informasi yang dipertimbangkan responden. Pada

tahap ini, responden diperbolehkan untuk memilih lebih dari satu jawaban

yang sudah disediakan.

Tahap evaluasi alternatif adalah intensitas responden dalam menilai dan membandingkan informasi mengenai berbagai macam alternatif pilihan.

(56)

40

dipertimbangkan responden. Pada tahap ini, responden diperbolehkan

untuk memilih lebih dari satu jawaban yang sudah disediakan.

Tahap pembelian adalah tahap di mana responden memilih merek atau produk alternatif, dan juga menentukan kapan membeli, di mana membeli

dan bagaimana melakukan pembelian teh Osmo-filter. Pada tahap ini,

responden diperbolehkan untuk memilih lebih dari satu jawaban yang

sudah disediakan.

Tahap perilaku pasca pembelian adalah tindakan atau sikap yang diambil setelah responden melakukan pembelian dan mengonsumsi teh

Osmo-filter. Tahap perilaku pasca pembelian diukur dari tanggapan

responden setelah mengonsumsi teh Osmo-filter, sikap responden setelah

mengonsumsi teh Osmo-filter, dan jumlah pembelian teh Osmo-filter per

bulan. Pada tahap ini, responden diperbolehkan untuk memilih lebih dari

satu jawaban yang sudah disediakan.

Budaya (X1) adalah interaksi tatanan sosial di masa lalu kepada generasi setelahnya untuk kemudian berulang seperti sebuah siklus. Dalam

penelitian ini, variabel budaya diukur berdasarkan persepsi responden

terhadap pernyataan mengenai kebiasaan mengonsumsi teh untuk acara-acara tertentu, dengan kriteria penilaian skor 5 “sangat setuju”, skor 4

“setuju”, skor 3 “biasa saja”, skor 2 “tidak setuju”, dan skor 1 “sangat

(57)

41

Pengaruh lingkungan (X2) adalah orang-orang di sekitar responden yang memberikan pengaruh dalam pembelian teh Osmo-filter. Dalam

penelitian ini, variabel pengaruh lingkungan diukur berdasarkan persepsi

responden terhadap pernyataan mengenai pengaruh orang lain terhadap

konsumsi teh Osmo-filter, dengan kriteria penilaian skor 5 “sangat setuju”, skor 4 “setuju”, skor 3 “biasa saja”, skor 2 “tidak setuju”, dan skor 1

“sangat tidak setuju”.

Sumberdaya (X3) adalah seluruh sumberdaya yang dimiliki responden, terdiri dari waktu, dan pendapatan. Dalam penelitian ini, variabel

sumberdaya diukur berdasarkan persepsi responden terhadap pernyataan

mengenai sumberdaya konsumen, dengan kriteria penilaian skor 5 “sangat setuju”, skor 4 “setuju”, skor 3 “biasa saja”, skor 2 “tidak setuju”, dan skor

1 “sangat tidak setuju”.

Pengalaman (X4) adalah penilaian produk teh di masa lalu baik penilaian pribadi maupun penilaian orang lain yang mempengaruhi keputusan

pembelian teh Osmo-filter. Dalam pen

Gambar

Gambar 6 ..........................................................................................
Tabel 1.Perkiraan jumlah penduduk Indonesia tahun 1971-2025
Gambar 1.Perkembangan luas areal perkebunan teh menurut statuspengusahaan, tahun 2006 sampai dengan 2010 Sumber: BPS, 2010
Tabel 2. Kandungan gizi teh dalam 240 ml
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kedudukan surat elektronik dalam bentuk informasi elektronik dan atau dokumen elektronik sebagai salah satu jenis alat bukti dalam pembuktian perkara pidana

The aim of this study are to analyze the text of female sexuality articles that realized in the women magazines (i.e. vocabulary, grammar, cohesion and text

[r]

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

 Dari perhitungan hasil angket respon siswa terhadap media pembelajaran berbasis edmodo pada mata pelajaran sistem operasi memiliki rata rata 99,5% yang termasuk

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Sedangkan pada pengujian dengan kontrol logika fuzzy berbeban dinamis pada kecepatan 100rpm memiliki recovery time 3,477 detik sedangkan tanpa kontrol 4,902 detik...

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan