vii
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN TEH OSMO-FILTER DI BANDAR
LAMPUNG
Oleh
Fitri Kusumawati
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses pengambilan keputusan konsumen dalam pembelian teh Osmo-filter, serta komponen (faktor-faktor) yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus tahun 2014. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah accidental sampling. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 80 responden ibu rumah tangga, yang memenuhi kriteria, yaitu sedang membeli teh Osmo-filter dan pernah mengkonsumsi teh Osmo-filter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengambilan keputusan pembelian teh Osmo-filter terdiri dari lima tahap. Pada tahap pencarian informasi, konsumen teh Osmo-filter di Bandar Lampung mendapatkan informasi produk dari media elektronik. Pada tahap evaluasi alternatif pilihan, konsumen lebih mempertimbangkan rasa teh Osmo-filter. Pada tahap konsumsi produk, konsumen lebih memilih untuk membeli teh Osmo-filter di pasar tradisional, karena harga yang ditawarkan lebih murah. Pada tahap evaluasi pasca konsumsi, hampir seluruh konsumen puas dengan produk teh Osmo-filter dan akan melakukan pembelian ulang. Analisis faktor menunjukkan bahwa terdapat empat faktor dominan yang mempengaruhi keputusan pembelian teh Osmo-filter, yaitu: (1) faktor promosi terdiri dari variabel promosi dan variabel pengaruh orang lain, (2) faktor individu terdiri dari variabel sumberadaya, variabel budaya, dan variabel rasa, (3) faktor atribut produk terdiri dari variabel informasi produk, variabel harga, dan variabel isi dan (4) faktor kepraktisan terdiri dari variabel kepraktisan dan variabel pengalaman.
i
FACTORS THAT INFLUENCE CONSUMER DECISIONS IN PURCHASING OSMO-FILTER TEA IN BANDAR LAMPUNG
By
Fitri Kusumawati
This research aimed to analyze the consumer decision-making process in purchasing Osmo-filters tea, and components that affect consumer decision in purchasing Osmo-filters tea in Bandar Lampung. The research was conducted on June to August 2014. The sampling technique used in the research is accidental sampling. The number of respondents were 80 respondents housewife, who met the criteria of being bought Osmo-filters tea and ever consume Osmo-filters tea before. The results showed that the decision-making process in purchasing Osmo-filters tea consists of five stages. At introduction of the needs stage, motivation of consumers in buying Osmo-filter tea was to quench the thirst. At information search stage, consumers Osmo -filter tea in Bandar Lampung get product information from electronic media. At alternative information stage, consumers were considering the taste of Osmo-filter tea. At product consumption, consumers prefer to buy Osmo-filter tea in traditional markets. At post-consumption evaluation stage, almost all consumers were satisfied with the product Osmo -filter tea and will purchasing again. The factors analysis showed that there were four dominant factors that influenced purchasing decisions Osmo -filter tea; the first was promotion factor consists of promotion and influence people, the second was the individual factors consist of resources, culture, and taste. The third factor was the product attributes consist of knowledge of products, price, and content, and the fourth was the practicality factor consists of practicality and experience.
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, pada tanggal
28 Maret 1993, sebagai anak ke-tiga dari empat
bersaudara buah kasih dari Bapak Kusnadi dan Ibu
Suprihatin. Pendidikan formal yang ditempuh
penulis adalah: (1) Taman Kanak-kanak (TK) di
TK Ismaria Al-qur’anniyah Bandar Lampung yang
diselesaikan pada tahun 1998, (2) Sekolah Dasar
(SD) di SD Negeri 1 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2004, (3)
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang
diselesaikan pada tahun 2007, dan (4) Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA
Negeri 13 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010.
Penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Program Studi
Agribisnis pada tahun 2010 melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada tahun 2013, penulis melakukan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Desa Geong Pakuon, Kabupaten Way Kanan selama 40 hari.
Pada tahun yang sama penulis juga melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT
Sweet Indolampung (Sugar Group Companies), Tulang Bawang dengan judul
penelitian “Analisis Tanggung Jawab Sosial (Coorperate Social Responsibility)
viii
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten dosen untuk mata
kuliah Usahatani, penulis juga pernah menjadi anggota bidang II (bidang
pengabdian pada masyarakat) HIMASEPERTA periode 2011/2012, serta menjadi
tenaga pencacah (surveyor) Bank Indonesia periode Agustus-Desember tahun
ix
SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdullilahirobbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Keputusan Konsumen dalam Pembelian Teh Osmo-filter di Bandar Lampung“.
Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada Baginda Muhammad SAW, juga
kepada keluarga, dan para sahabatnya.
Dalam penyelesaian skripsi ini, dari awal hingga akhir, terdapat banyak pihak
yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasihat, serta saran-saran yang
membangun. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S. dan Ir. Suriaty Situmorang, M.Si. selaku
pembimbing pertama dan ke dua, yang telah membimbing, memotivasi, dan
mengarahkan penulis dalam melakukan penelitian dan menyusun skripsi ini.
Terima kasih atas bimbingan, saran, serta nasehat dalam penulisan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Yaktiworo Indriani, M.Sc. selaku pembahas, yang telah memberikan
x
3. Ir. Achdiansyah Soelaiman, M.P. selaku pembimbing akademik, yang telah
banyak memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis.
4. Seluruh dosen dan karyawan Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Lampung atas semua bimbingan, pengajaran, pelayanan, dan bantuan yang
telah diberikan.
5. Kedua orangtua penulis, Ayahanda Kusnadi dan Ibunda Suprihatin,
terimakasih atas doa, dukungan, dan kasih sayang yang telah diberikan.
Saudaraku tercinta Teddy, Andri, Yuli dan Tanto, yang telah mendoakan dan
memberi semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Sahabat- sahabat kesayangan: Asih Mityas Lestari, Ova Lestari, Maulina
Tunjungsari, Marcela Yuniati, Tri Yunita Sari, Jenny Permasih dan Tania
Oktrisa.
7. Teman-teman seperjuangan: Yuni Elmita Sari, Sastra Delila, Danny Imam,
Reza Kesuma dan Raisa Diti
8. Teman-teman seperjuangan di Agribisnis 2010: Dwi, Rizki Rhamdani, Aria, Madon, Hani, Sinta, Neno, Nita, Vanessa, Eli, Novita, Meita, Huda, Hasni,
Adel, Dimash, Dani P, Danny Imam, Wida, Septa, Vega, Ervina, Ayas, Wayan,
Yoandra, Ludi, Edo, Jale, Reza, Deby, Mamat, Seta, Kahfindra, serta
teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih atas
bantuannya.
9. Atu dan kiyai Agribisnis 2007, 2008 dan 2009, adinda Agribisnis 2011, 2012
xi
11. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Penulis
menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, namun ada sedikit harapan semoga
skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat. Amin.
Bandar Lampung,
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR... xvii
I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang dan masalah... 1
B. Tujuan Penelitian... 9
C. Kegunaan Penelitian... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 10
A. Tinjauan Pustaka... 10
1. Tanaman Teh... 10
2. Manfaat Teh... 12
3. Perilaku konsumen... 14
4. Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian... 17
5. Tahap pengambilan Keputusan... 24
6. Uji validitas... 25
7. Uji reabilitas……... 27
8. Analisis Faktor…………... 28
9. Penelitian terdahulu... 30
B. Kerangka Pemikiran... 34
III. METODE PENELITIAN... 37
A. Ruang Lingkup Penelitian... 37
B. Konsep Dasar dan Batasan Oprasional... 38
C. Lokasi dan Waktu Penelitian………... 44
D. Jenis dan Metode Pengumpulan Data... 45
E. Penentuan Sampel dan Jumlah Sampel... 45
xiii
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN... 55
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian... 55
B. Gambaran Umum Perusahaan………... 58
C. Gambaran Umum Produk... 59
V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 61
A. Karakteristik Responden... 61
B. Tahap Pengambilan Keputusan Pembelian Teh Osmo-Filter di Bandar lampung... 63 1. Pengenalan kebutuhan... 63
2. Pencarian informasi... 65
3. Evaluasi alternatif... 67
4. Keputusan pembelian... 67
5. Evaluasi pasca pembelian... 69
C. Komponen (Faktor) yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Teh Osmo-Filter di Bandar Lampung... 72
1. Uji validitas... 72
2. Uji realibilitas... 74
3. Analisis faktor... 75
D. KESIMPULAN DAN SARAN... 95
A. Kesimpulan... 95
B. Saran... 96
DAFTAR PUSTAKA... 97
LAMPIRAN... 102
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perkiraan jumlah penduduk Indonesia tahun 1971-2025 ... 2
2. Kandungan gizi teh dalam 240 ml ... 4
3. Jumlah penduduk Provinsi Lampung menurut jenis kelamin, tahun
2012 ... 7
4. Kandungan yang terdapat dalam daun teh ... 12
6. Penyebaran jumlah penduduk kalangan menengah atas Kota Bandar Lampung berdasarkan kriteria BKKBN, tahun 2014 dalam satuan
kepala keluarga (KK) ... 47
7. Penyebaran responden di Kecamatan Kemiling dan Kecamatan
Sukarame, tahun 2014 ... 49
8. Sebaran kepadatan penduduk untuk masing-masing kelurahan di
Kecamatan Kemiling, tahun 2013 ... 57 9. Sebaran kepadatan penduduk untuk masing-masing kelurahan di
Kecamatan Sukarame, tahun 2013 ... 58
10. Karakteristik responden teh Osmo-filter di Bandar Lampung, tahun
2014 ... 62
11. Penyebaran responden berdasarkan motivasi pembelian teh
Osmo-filter di Bandar Lampung, tahun 2014 ... 64
12. Penyebaran responden berdasarkan sumber yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai produk teh Osmo-filter di Bandar
Lampung, tahun 2014 ... 65
13. Penyebaran responden berdasarkan informasi yang menjadi perhatian dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung,
xv
14. Penyebaran responden berdasarkan kriteria produk yang dipertimbangkan dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar
Lampung, tahun 2014 ... 67
15. Penyebaran responden berdasarkan tempat pembelian, alasan pemilihan tempat, cara memutuskan pembelian dan pihak yang mempengaruhi pembelian teh Osmo-filter yang sering dikunjungi
responden di Bandar Lampung, tahun 2014 ... 69 16. Penyebaran responden berdasarkan sikap dan tanggapan setelah
mengkonsumsi teh Osmo-filter di Bandar Lampung, tahun 2014 ... 70
17. Penyebaran responden berdasarkan lamanya mengkonsumsi dan
jumlah pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung, tahun 2014 . 71
18. Hasil uji validitas variabel faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung,
tahun 2014 ... 73
19. Hasil uji reabilitas faktor dominan yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung,
tahun 2014 ... 75
20. Hasil uji Bartlett’s Test dan KMO analisis faktor yang
mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian teh
Osmo-filter di Bandar Lampung, tahun 2014 ... 76
21. Penyebaran nilai Measure of Sampling Adequacy (MSA) untuk
setiap variabel dalam analisis faktor ... 77
22. Nilai initial dan extraction dalam analisis faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar
Lampung, tahun 2014 ... 78
23. Jumlah faktor yang mungkin terbentuk dalam analisis faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian teh
Osmo-filter di Bandar Lampung, tahun 2014 ... 80
24. Nilai komponen matriks analisis faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar
Lampung, tahun 2014 ... 83
25. Hasil rotasi komponen analisis faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung,
xvi
26. Penamaan faktor baru yang terbentuk dalam analisis faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian teh
Osmo-filter di Bandar Lampung, tahun 2014 ... 86
27. Sebaran responden berdasarkan variabel keputusan pembelian teh
Osmo-filter, tahun 2014 ... 102
28. Uji validitas analisis faktor yang mempengaruhi keputusan
pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung, tahun 2014 ... 104
29. Uji validitas variabel valid dalam analisis faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung, tahun
2014 ... 106
30. Uji reabilitas analisis faktor yang mempengaruhi keputusan
pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung ... 106
31. Hasil transformasi data skala interval dengan bantuan program
Method Successive Interval ... 107
32. Uji Kelayakan data analisis faktor berdasarkan nilai KMO dan MSA 109
33. Nilai Communialities dalam analisis faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung, tahun
2014 ... 110
34. Nilai total varian explained analisis faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian teh OSmo-filter di Bandar Lampung, tahun
2014 ... 111
35. Nilai komponen matriks analisis faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar
Lampung, tahun 2014 ... 112
36. Hasil rotasi komponen analisis faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung,
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Perkembangan luas areal perkebunan teh menurut status
pengusahaan, tahun 2006 sampai dengan 2010 ... 3
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen .... 18
3. Proses keputusan pembelian ... 24
4. Kerangka pemikiran analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar
Lampung, tahun 2014 ... 36
5. Scree plot analisis faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen
dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung, tahun 2014 ... 82
6. Scree plot hasil analisis faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung,
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang menempati urutan empat
besar sebagai negara berpenduduk terbanyak di dunia (Sastrosoenarto,
2006).Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia mengalami peningkatan
secara signifikan. Banyaknya jumlah penduduk Indonesia
mengharuskannya untuk menyediakan sumber makanan dan minuman
sebagai kebutuhan dasar bagi kelangsungan hidup penduduknya.
Sebagai negara agraris, Indonesia sangat diuntungkan karena mempunyai
potensi pertanian dan perkebunan dengan luasan sekitar 13 juta hektar
(Anonim, 2006), dan diharapkan sektor pertanian Indonesia dapat
mencukupi kebutuhan pangan bagi seluruh penduduknya.Potensi alam
yang dimiliki negara Indonesia mendorong setiap industri pengolahan
besar dan kecil untuk memanfaatkan sumberdaya yang tersedia dengan
maksimal, dan berlomba-lomba untuk memenuhi kebutuhan pangan
masyarakat yang terus meningkat.Sastrosoenarto (2006) memperkirakan
jumlah penduduk Indonesia akan selalu mengalami peningkatan setiap
2
Tabel 1.Perkiraan jumlah penduduk Indonesia tahun 1971-2025 Tahun Jumlah penduduk (juta) Pertumbuhan/thn (%)
1971 116,4 6,41
1980 146,8 8,08
1990 179,0 9,86
1995 196,0 10,80
2000 209,5 11,54
2005 222,8 12,27
2010 235,1 12,95
2015 249,7 13,76
2020 254,2 14,00
Sumber :Sastrosoenarto, 2006
Industri pengolahan makanan dan minuman berperan penting dalam
mengolah hasil pertanian menjadi bahan baku makanan dan minuman atau
mengubah bahan baku tersebut menjadi bentuk lain yang siap dikonsumsi
masyarakat. Salah satu minuman hasil olahan pertanian yang paling
digemari masyarakat adalah teh.Teh adalah minuman yang sudah tersohor
di mancanegara dan diminum oleh banyak orang dihampir seluruh dunia
(Anonim, 2012).
Teh merupakan salah satu hasil perkebunan yang mempunyai peran cukup
penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, karena teh merupakan
salah satu komoditi ekspor penghasil devisa negara sesudah minyak dan
gas bumi (BPS, 2010).Perkebunan teh di Indonesia dibagi menjadi
Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN), dan
Perkebunan Besar Swasta (PBS).Pada tahun 2010, luas areal perkebunan
3
antaranya diusahakan oleh Perkebunan Rakyat (PR), sedangkan yang
diusahakan oleh Perkebunan Besar Negara (PBN) sekitar 31,70 persen
hektar, dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) hanya sebesar 22,80 persen
hektar (BPS, 2010). Perkembangan luas areal perkebunan teh menurut
status pengusahaan tahun 2006 sampai dengan 2010 disajikan pada
Gambar 1. Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa areal perkebunan teh
di Indonesia masih didominasi oleh Perkebunan Rakyat (PR).
Gambar 1.Perkembangan luas areal perkebunan teh menurut statuspengusahaan, tahun 2006 sampai dengan 2010 Sumber: BPS, 2010
Teh pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
tehserbuk,teh celup, dan teh kemasan.Menurut Somantri (2011) teh
mengandung beberapa zat yang diyakini dapat menjaga kesehatan tubuh,
misalnya untuk: (1) membantu menurunkan berat badan, (2) mencegah
kanker, (3) menyehatkan pencernaan, (4) menurunkan gula darah dan(5)
0 20 40 60 80 100 120 140 160
2006 2007 2008 2009 2010
PR
PBN
PBS
4
membuat awet muda.Informasi gizi yang dikandung teh dalam satu
cangkir (240 ml) disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan gizi teh dalam 240 ml
Informasi Gizi Per 1 cangkir (240ml)
Energi 8,000kj
2,000kkal
Lemak 0,000g
Lemak Jenuh 0,005 g
Lemak tak Jenuh Ganda 0,009 g
Lemak tak Jenuh Tunggal 0,002 g
Kolesterol 0,000mg
Protein 0,000g
Karbohidrat 0,710 g
Serat 0,000g
Gula 0,000g
Sodium 7,000mg
Kalium 88,000mg
Sumber: Somantri, 2011
Gaya hidup menggambarkan bagaimana konsumen mengalokasikan waktu
mereka, dan bagaimana konsumen membelanjakan uangnya.Perubahan
teknologi dan informasi yang terjadi di masyarakat berdampak pada
perubahan gaya hidup masyarakat. Perubahan teknologi dan informasi
mendorong masyarakat untuk memenuhi dan menyesuaikan kehidupannya
dengan inovasi-inovasi terbaru (Suryani, 2008).
Masyarakat moderen pada saat ini umumnya lebih cenderung menyukai
makanan dan minuman yang praktis, termasuk dalam hal mengkonsumsi
teh. Aktivitas masyarakat yang cukup padat menyebabkan pola konsumsi
5
bagi produsenuntuk menciptakan dan memperkenalkan inovasi-inovasi
terbaru dalam produkteh celup.
Teh celup adalah teh yang dikemas dalam kantong kecil yang terbuat dari
kertas.Teh celup sangat populer di masyarakat karena penyajiannya cukup
cepat dan praktis.Teh celup digemari bukan hanya karena rasanya, tetapi
juga karena manfaatnya.Beberapa merek teh celup yang cukup terkenal
antara lain teh Sariwangi, teh Sosro, teh Bendera, teh Poci, teh 2 Tang dan
teh Tong Ji.
Survei top brand tahun 2012 menyatakan bahwa teh Sariwangi merupakan
tehyang paling diminati masyarakat, dengan persentase terbesar,
yaitu81,0%.Hal ini menandakan bahwa teh Sariwangi merupakan market
leaderuntuk kategori teh celup.Teh Sariwangi merupakan produk dari PT
Sariwangi yang senantiasa berusaha tetap menjaga tradisi minum teh di
Indonesia dengan format yang berbeda melalui teh celupnya yang praktis
dan ekonomis.Teh celup Sariwangi menjadi salah satu pilihan yang tepat
bagi masyarakat. Teh celup berbeda dibanding teh yang lain, karena tidak
perlu menyaring teh yang masih berupa serbuk.Hal ini memberikan kesan
yang ekslusif bagi banyak orang.Penyajian yang bervariasi baik panas
maupun dingin dengan varian rasa menambah kenikmatansaat minum teh
di waktu santai(Anonim, 2014).
Pada tahun 2007, PT Sariwangi meluncurkan inovasi baru yaitu produk
teh dengan teknologi Osmo-filter.Teh Osmo-filter merupakan produk teh
6
tidak mengandung bahan kimia atau bahan tambahan, seperti pengawet
dan pewarna. Pori-pori dari Osmo-filter akan melepaskan dan juga
menyaring teh, sehingga hanya kandungan teh terbaik yang dikeluarkan
dan teh yang dihasilkan jernih dan tanpa ampas(Anonim, 2014b).
Produk teh celup lain seperti teh Sosro, teh 2 Tang, teh Tong Ji, dan teh
Poci pada umumnya hanya sebatas merubah bentuk kemasannya saja
tanpa merubah komposisi dan kualitas teh di dalamnya. Penggunaan satu
kantong teh produk tersebut maksimum hanya dapat digunakan untuk 2
gelas dengan kualitas warna dan rasa teh yang semakin menurun,
sedangkan teh celup Osmo-filter penyajian yang dicelupkan pada wadah
teh, membuat porsi sajian lebih banyak, yaitu 5 gelas setiap kantungnya
namun kualitas warna, dan rasa tetap baik (Atmojo, 2012).
Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung yang mempunyai
jumlah penduduk tertinggi dibanding dengan daerah lainnya di Provinsi
Lampung.Sebagian besar penduduk menyukai minuman teh. Kemudahan
dalam memperoleh teh celup serta khasiat yang didapatkan setelah
mengkonsumsi teh,menjadikan teh sebagai minuman alternatif pengganti
air putih yang sangat digemari. Jumlah penduduk Bandar Lampung
7
Tabel 3. Jumlah penduduk Provinsi Lampung menurut jenis kelamin, tahun 2012
Kabupaten/ Kota
Penduduk (jiwa)
Laki-laki Perempuan Jumlah
Lampung Barat 247.628 224.815 472.443
Tanggamus 368.370 340.597 708.967
Lampung Selatan 568.346 536.417 1.104.763
Lampung Timur 576.161 540.862 1.117.023
Lampung Tengah 749.274 70.569 819.843
Lampng Utara 401.450 380.337 781.787
Waykanan 242.805 230.563 473.368
Tulang Bawang 24.280 230.563 254.843
Pesawaran 295.798 274.296 570.094
Pringsewu 243.034 228.988 472.022
Mesuji 168.388 151.945 320.333
Tulang Bawang Barat 131.867 136.778 268.645
Bandar Lampung 750.355 695.805 1.446.160
Metro 81.850 79.112 160.962
Jumlah 8971253
Sumber : BPS, 2012
Teh celup yang banyak beredar di Bandar Lampung antara lain: teh Sosro,
teh Sariwangi, teh 2 Tang, teh Tong Ji dan teh Poci.Dari beberapa teh
tersebut, teh Sariwangi merupakan merek teh yang sangat digemari oleh
konsumen di Bandar Lampung.Hal ini disebabkan olehpenyebaran produk
teh Sariwangi yang merata.Inovasi baru dari PT Sariwangi berupa produk
teh dengan teknologi Osmo-filter juga menarik perhatian masyarakat,
terutama kalangan menengah atas.Produk teh dengan teknologi
Osmo-filter ini dapat dijumpai di toko dan minimarket terdekat, bahkan
berdasarkan hasil prasurvei di beberapa toko dan minimarket,permintaan
untuk teh Osmo-filter selalu mengalami peningkatan.
Sebelum konsumen memutuskan untuk membeli suatu produk, konsumen
akan melalui beberapa tahapan, yang terdiri dari pengenalan masalah,
8
keadaan yang diharapkan. Adanya kesenjangan antara keadaan aktual dan
keadaan yang diharapkanmengharuskan konsumen untuk mencari
informasi mengenai produk, baik secara internal maupun eksternal.
Setelah mendapat informasi yang cukup mengenai suatu produk, maka
konsumen akan melakukan evaluasi alternatif pilihan. Evaluasi alternatif
pilihan akan memunculkan suatu keputusan pembelian produk.
Keputusan pembelian konsumen dipengaruhioleh berbagai faktor, baik
faktor dari dalam konsumen (internal)maupun faktor yang berasal dari luar
konsumen (eksternal).Faktor internalyang mempengaruhi konsumen
terhadap keputusan pembelian adalah faktor individu, yaitu ketersediaan
sumberdaya, dan pengetahuan mengenai produk, serta faktor psikologis,
yaitu motivasi konsumen dalam mengkonsumsi produk, sedangkan faktor
eksternal yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen adalah
faktor lingkungan, yang meliputi budaya dan pengaruh orang lain (Setiadi,
2003).
Hasil penelitian Atmojo (2012) memaparkan bahwa terdapat beberapa
variabel bauran pemasaran produk teh yang dipertimbangkan dalam
pengambilan keputusan pembelian teh. Variabel tersebut berupa:
(1) harga, (2) rasa,(3) komposisi, (4) kejelasan kadaluarsa, (5) khasiat, (6)
kemasan, (7) iklan, dan(8) kemudahan memperoleh produk.
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka masalah penelitian yang dapat
9
(1) Bagaimanakah proses pengambilan keputusan konsumen dalam
pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung?
(2) Faktor-faktor apasajakah yang mempengaruhi pengambilan keputusan
konsumen dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung?
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis:
(1) Proses pengambilan keputusan konsumen dalam pembelian teh
Osmo-filter di Bandar Lampung.
(2) faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen
dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar Lampung.
C. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi:
(1) Produsen, sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan perilaku
konsumen, sehingga dapat dijadikan dasar untuk melakukan perubahan
produk.
(2) Pemasar, sebagai masukan tentang perilaku konsumen dan selanjutnya
menentukan strategi pemasaran.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tanaman teh
Tanaman teh (Camelia sinensis) berasal dari Asia Tenggara. Pada tahun
2737 SM, teh sudah dikenal di Cina, bahkan sejak abad ke-4 M telah
dimanfaatkan sebagai salah satu komponen ramuan obat. Teh
diperkenalkan pertama kali oleh pedagang Eropa pada tahun 1601 M dan
menjadi minuman popular di Inggris sejak tahun 1664 M. Tanaman teh
dapat tumbuh mulai dari pantai sampai pegunungan. Teh ditanam pada
ketinggian 2000 m dpl di pegunungan Assam, namun perkebunan teh
umumnya dikembangkan di daerah pegunungan yang beriklim sejuk.
Meskipun dapat tumbuh subur di dataran rendah, tanaman teh tidak akan
memberikan hasil dengan mutu yang baik. Semakin tinggi daerah
penanaman teh, maka akan semakin tinggi mutunya (Ghani, 2002).
Menurut Somantri (2011), teh (Camelia sinesis) berdaun kecil, dan
mempunyai banyak cabang. Tanaman teh dapat tumbuh hingga mencapai
3 sampai 5 meter, tahan terhadap suhu dingin dan dapat terus menerus
melakukan produksi sampai usia 100 tahun. Daun teh berwarna hijau tua
11
mempunyai lima sampai tujuh kelopak, sedangkan buahnya kecil
menyerupai buah pala.
Tanaman teh pertama kali masuk Indonesia tahun 1684, berupa biji teh
dari Jepang yang dibawa oleh Andreas Cleyer dan ditanam sebagai
tanaman hias di Jakarta, kemudian pada tahun 1824 Sierbold
mempromosikan usaha pembudidayaan dengan bibit teh dari Jepang.
Selanjutnya, teh berhasil ditanam di Kebun Raya Bogor pada tahun 1826
(Somantri, 2011).
Usaha perkebunan teh pertama di Indonesia dipelopori oleh ahli teh
Jacobus Lodewijk pada tahun 1828. Sejak saat itu teh merupakan
komoditas yang menguntungkan sehingga pada masa pemerintahan Van
den Bosch, teh menjadi salah satu tanaman yang harus ditanam rakyat
melalui politik tanam paksa. Setelah Indonesia merdeka, usaha
perkebunan dan perdagangan teh diambil alih oleh pemerintah Republik
Indonesia (Somantri, 2011).
Ada tiga jenis teh yang dihasilkan di Indonesia, yaitu; teh hitam, teh hijau,
dan teh oolong. Teh hijau diperoleh tanpa proses fermentasi, teh hitam
diperoleh melalui proses fermentasi, dan teh oolong diperoleh secara semi
fermentasi. Menurut Setiawati (1991), beberapa zat yang terkadung dalam
12
Tabel 4. Kandungan yang terdapat dalam daun teh
Jenis kandungan Jumlah kandungan (%)
Air 9,51
Bahan nitrogen 24,50
Tehine (caffeine) 3,58
Minyak eteris 0,68
Lemak, hijau daun, lilin 6,39
Dextrin 6,44
Tannin 15,65
Pectin 16,02
Serat 11,58
Abu 5,65
Jumlah 100,00
Sumber : Setiawati, 1991
2. Manfaat teh
Terdapat banyak manfaat yang didapat setelah mengkonsumsi teh, antara
lain:
a. Membantu menurunkan berat badan
Antioksidan dalam teh hijau berupa katekin mampu mengurangi
penyerapan lemak, terutama lemak pada perut (abdominal). Katekin
juga akan membantu merangsang metabolisme tubuh untuk
mengurangi penimbunan lemak. Dengan meminum empat cangkir teh
disetiap hari, maka akan membakar 70-80 kalori.
b. Mencegah kanker
Penelitian menunjukkan bahwa teh hijau melindungi manusia dari
13
dan payudara. Antioksidan dalam teh hijau yang bernama
epigallocatechin gallate (EGCG) akan memperlambat pertumbuhan
sel kanker paru-paru manusia secara signifikan. Orang yang minum
minimal satu cangkir teh hijau setiap hari, berisiko lima kali lebih
rendah terserang kanker paru-paru. Studi lain menunjukkan bahwa teh
hijau yang dikombinasi dengan tamoxifen efektif menekan
pertumbuhan kanker payudara (Thomas, 2007).
c. Meningkatkan metabolisme
Uji klinis oleh Universitas Jenewa dan Universitas Birmingham
menunjukkan bahwa teh hijau meningkatkan tingkat metabolisme,
kecepatan oksidasi lemak, sensitivitas insulin dan toleransi glukosa.
Polifenol katekin pada teh hijau bersifat termogenesis atau
menghangatkan tubuh.
d. Kewaspadaan mental
Thomas (2007) menyatakan bahwa asam amino L-tehanine yang
terdapat pada hampir semua jenis teh, secara aktif mempengaruhi
neurotransmitter otak dan meningkatkan aktivitas gelombang alfa.
Hasilnya adalah pikiran menjadi lebih tenang, namun lebih waspada.
e. Mengatasi bau mulut
Para peneliti Universas Illinois di Chicago menyatakan bahwa
polifenol membantu menghambat pertumbuhan bakteri
14
f. Mengatasi kelebihan zat besi
Para peneliti di Jerman menemukan bahwa minum secangkir teh hitam
setiap hari dapat membantu menghentikan kelebihan zat besi pada
pasien hemakromatosis (kelebihan zat besi dalam darah) karena
gangguan penyerapan zat besi.
g. Artritis Rematik
Teh hijau mengurangi keparahan artritis rematik sebesar 78% pada
peminum berat dan sebesar 40% pada peminum sesekali.
h. Kesehatan Gigi
Plak gigi mengandung lebih dari 300 jenis bakteri yang menempel
pada permukaan gigi dan menyebabkan gigi berlubang. Plak juga
merupakan penyebab utama penyakit gusi. Polifenol pada teh hitam
dapat membunuh atau menekan pertumbuhan bakteri penyebab plak
(Thomas, 2007).
3. Perilaku konsumen
Menurut Shiffman dan Kanuk (2000) perilaku konsumen adalah proses
yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi, dan bertindak pasca konsumsi produk barang dan jasa
maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya. Menurut
Setiadi (2003), perilaku konsumen bersifat dinamis karena perilaku
konsumen, grup konsumen, ataupun masyarakat luas, selalu berubah dan
bergerak sepanjang waktu. Hal ini memiliki implikasi terhadap studi
15
hal studi perilaku konsumen, salah satu implikasi perilaku konsumen
adalah bahwa generalisasi perilaku konsumen biasanya terbatas untuk
jangka waktu tertentu, produk, dan individu atau grup tertentu, sedangkan
dalam hal pengembangan stategi pemasaran, mempelajari perilaku
konsumen sangat penting untuk membentuk segmentasi pasar.
Menurut Prasetidjo (2005), tipe perilaku konsumen dalam melakukan
pembelian dikelompokkan menjadi empat kategori yang didasarkan oleh
tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat keterlibatan diferensiasi merek,
yaitu: budget allocation (pengalokasian dana), product purchase or not
(membeli produk atau tidak), store patronage (pemilihan tempat untuk
mendapatkan produk), dan brand and style decision (keputusan atas merek
dan gaya).
a. Budget allocation (pengalokasian dana)
Pengalokasian dana adalah pilihan konsumen terhadap suatu barang
dipengaruhi oleh cara bagaimana membelanjakan atau menyimpan
dana yang tersedia, kapan waktu yang tepat untuk membelanjakan
uang dan apakah perlu melakukan pinjaman untuk melakukan
pembelian.
b. Product purchase or not (membeli produk atau tidak)
Perilaku pembelian menggambarkan pilihan yang dibuat oleh
16
c. Store patronage (pemilihan tempat untuk mendapatkan produk)
Perilaku pembelian berdasarkan pilihan konsumen atas tempat atau
dimana konsumen akan melaksanakan pembelian produk atau jasa
tersebut.
d. Brand and style decision (keputusan atas merek dan gaya)
Keputusan atas merek adalah pilihan konsumen untuk memutuskan
secara terperinci mengenai produk apa yang sebenarnya ingin dibeli.
Menurut Suryani (2008) perilaku konsumen dipelajari agar lebih
memahami tentang apa yang dibeli oleh konsumen, mengapa, dimana,
kapan, dan seberapa sering melakukan pembelian. Pengetahuan ini
kemudian dipakai untuk menciptakan cara untuk memuaskan atau
memenuhi kebutuhan mereka, serta menciptakan pendekatan yang baik
untuk berkomunikasi dan mempengaruhi mereka. Sebagai pemasar,
perilaku konsumen merupakan pegangan untuk menjadikan dirinya
sebagai penggerak pasar. Ada tiga pendekatan yang digunakan dalam
mempelajari perilaku konsumen, yaitu: pandangan biologi, pandangan
intra psychic, dan pandangan socio-behavioral.
a. Pandangan biologi
Pandangan biologi adalah fakta-fakta biologis yang dianggap amat
penting dalam menentukan siapa individu dan apa yang dia lakukan,
Segala sesuatu yang dipikirkan dan dirasakan, yang kemudian
17
elektrik dan kimiawi yang ada di dalam otak dan bagian lain dari tubuh
manusia.
b. Pandangan intra psychic
Menurut pandangan ini, faktor-faktor biologis tidak dapat menjelaskan
kesalahan perilaku seseorang yang dikendalikan oleh psychic.
c. Pandangan socio-behavioral
Pandangan socio-behavioral adalah tindakan atau emosi seseorang
dapat dipahami melalui pengetahuan tentang apa yang telah dipelajari
dari lingkungan sosialnya.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen
Terdapat berbagai macam faktor yang mempengaruhi konsumen dalam
mengkonsumsi suatu produk. Menurut Kotler dan Amstrong (2002)
terdapat dua faktor dasar yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu
faktor eksternal dan faktor internal.
a. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga,
kelas sosial, kebudayaan, strategi pemasaran, dan kelompok referensi.
Kelompok referensi merupakan kelompok yang memiliki pengaruh
langsung maupun tidak langsung pada sikap dan perilaku konsumen.
Kelompok referensi mempengaruhi perilaku seseorang dalam
pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam
18
b. Faktor internal
Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor internal adalah motivasi,
persepsi, sikap, gaya hidup, kepribadian dan belajar. Belajar
menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu yang
bersumber dari pengalaman, seringkali perilaku manusia diperoleh dari
mempelajari sesuatu.
Simamora (2004) menjelaskan bahwa perilaku konsumen dipengaruhi oleh
empat faktor, yaitu faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor personal, dan
[image:34.595.148.538.356.606.2]faktor psikologis, seperti disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen Sumber : Simamora, 2004
a. Faktor kebudayaan (kultur)
Simamora (2004) menjelaskan bahwa kebudayaan (kultur) mempunyai
19
Pemasar harus memahami peran yang dimainkan oleh kultur, sub-kultur
dan kelas sosial pembeli.
(1) Kultur adalah faktor penentu paling pokok dari keinginan dan perilaku
seseorang. Makhluk yang paling rendah umumnya dituntun oleh
naluri, sedangkan manusia, perilakunya biasanya dipelajari dari
lingkungan sekitarnya, sehingga nilai, persepsi, preferensi, dan
perilaku antara seorang yang tinggal pada daerah tertentu dapat
berbeda dengan perilaku orang yang berada di lingkungan lain. Oleh
karena itu, pemasar sangat berkepentingan untuk melihat pergeseran
kultur agar dapat menyediakan produk-produk baru yang diinginkan
konsumen.
(2) Sub-kutur adalah kelompok orang dengan sistem nilai yang sama
berdasarkan pengalaman dan situasi hidup yang sama.
(3) Kelas sosial adalah susunan yang relatif permanen dan teratur dalam
satu masyarakat yang anggotanya mempunyai nilai, minat, dan
perilaku yang sama. Kelas sosial tidak ditentukan oleh faktor tunggal,
seperti pendapatan, tetapi juga diukur sebagai kombinasi antara
pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan dan variabel lainya
(Simamora, 2004).
b. Faktor sosial
Perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti
kelompok acuan, keluarga, peran dan status sosial konsumen.
20
pemasar harus benar-benar memperhitungkannya untuk menyusun strategi
pemasaran (Simamora, 2004).
(1) Kelompok acuan
Menurut Setiadi (2003), kelompok acuan seseorang terdiri dari semua
kelompok yang mempunyai pengaruh langsung (tatap muka), atau
pengaruh tidak langsung terhadap sikap seseorang.
Kelompok-kelompok yang mempunyai pengaruh langsung terhadap seseorang
disebut kelompok keanggotaan (membership groups), di mana orang
tersebut ikut serta dan berinteraksi. Sebagian merupakan kelompok
primer, seperti keluarga, teman, tetangga dan rekan kerja, yang mana
orang tersebut secara terus-menerus berinteraksi dengan mereka.
Kelompok primer cenderung bersifat informal. Seseorang juga
termasuk dalam kelompok sekunder, seperti kelompok religius,
kelompok profesi, dan kelompok asosiasi perdagangan, yang
cenderung bersifat lebih formal dan mempunyai interaksi yang tidak
begitu rutin.
Ketika suatu produk pertama kali diperkenalkan, maka keputusan
untuk membeli sangat dipengaruhi oleh pihak lain. Pada tahap
pertumbuhan pasar, pengaruh kelompok acuan bersifat kuat untuk
menentukan pilihan, produk, dan merek. Pada tahap kedewasaan
produk, hanya pilihan merek saja yang sangat dipengaruhi oleh pihak
lain. Pada tahap penurunan, pengaruh kelompok bersifat lemah, baik
21
(2) Keluarga
Menurut Simamora (2004) keluarga dapat memberikan pengaruh yang
kuat terhadap pembelian. Keluarga orientasi adalah keluarga yang
terdiri dari orang tua yang memberikan arahan dalam hal tuntunan
agama, politik, dan ekonomi. Dengan memahami dinamika keputusan
dalam suatu keluarga, pemasar akan dapat dibantu dalam menetapkan
strategi pemasaran yang baik bagi anggota keluarga dengan tepat.
(3) Peran dan status
Peran dan status sosial seseorang menunjukkan kedudukan orang
disetiap kelompok sosial. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan
akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilkan
status. Seseorang seringkali akan memilih produk yang menunjukkan
statusnya dalam masyarakat (Simamora, 2004).
c. Faktor pribadi
Simamora (2004) menjelaskan bahwa keputusan seseorang melakukan
pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, seperti: umur, tahap
daur hidup pembeli, jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup dan
kepribadian yang bersangkutan.
(1) Usia dan tahap daur hidup
Orang-orang akan merubah barang dan jasa yang dibeli seiring dengan
siklus kehidupannya. Rasa makanan, baju-baju, perabot, dan rekreasi
22
(2) Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya.
Pemasar harus berupaya untuk mengenali kelompok pekerjaan.
Dengan berusaha mengenali kelompok pekerjaan, maka sebuah
perusahaan akan dapat melakukan spesialisasi dalam memasarkan
produk menurut kelompok pekerjaan tertentu.
(3) Keadaan ekonomi
Menurut Simamora (2004), pemasar yang produknya peka terhadap
pendapatan akan memperhatikan dengan seksama kecenderungan
dalam pendapatan pribadi, jumlah tabungan, dan tingkat suku bunga
yang berlaku.
(4) Gaya hidup
Seseorang yang berasal dari sub-kultur, kelas sosial dan pekerjaan
yang sama dapat mempunyai gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup
seseorang menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan,
yang tercermin dalam kegiatan, minat dan pendapatannya.
(5) Kepribadian dan konsep diri
Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologi yang unik yang
menimbulkan tanggapan relatif konstan terhadap lingkungannya
sendiri. Kepribadian sangat bermanfaat untuk menganalisis perilaku
23
d. Faktor psikologis
Pada suatu saat tertentu, seseorang mempunyai banyak kebutuhan yang
bersifat biologis dan biogenik. Kebutuhan tersebut timbul dari suatu
keadaan fisiologis tertentu, seperti: lapar, haus, dan sebagainya. Pilihan
pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologis yang utama,
seperti: motivasi, persepsi, proses belajar serta kepercayaan dan sikap
(Simamora, 2004).
(1) Motivasi merupakan dorongan atas suatu kebutuhan yang cukup
menekan seseorang untuk mengejar kepuasan.
(2) Persepsi merupakan proses dimana individu memilih,
merumuskan, dan menafsirkan masukan informasi untuk
menciptakan suatu gambaran yang berarti mengenai dunia.
(3) Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang
yang timbul dari pengalaman, dan kebanyakan perilaku manusia
adalah hasil dari proses belajar. Secara teori, pembelajaran
seseorang dihasilkan melalui dorongan, isyarat, tanggapan dan
rangsangan.
(4) Kepercayaan dan sikap, melalui tindakan dan proses belajar,
seseorang akan mendapatkan kepercayaan dan sikap yang
kemudian mempengaruhi perilaku pembelian. Kepercayaan adalah
suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu,
sedangkan sikap adalah organisasi dari motivasi dan perasaan
24
5. Tahap pengambilan keputusan konsumen
Ada lima tahap yang dilalui konsumen dalam proses keputusan pembelian,
yaitu: pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Model ini
menekankan bahwa proses pembelian bermula sebelum pembelian dan
berakibat jauh setelah pembelian. Setiap konsumen melewati lima tahap
tersebut untuk setiap pembelian yang mereka buat. Gambar 3
menggambarkan tahapan yang dilalui konsumen terkait proses pembelian
[image:40.595.150.558.354.404.2](Amstrong, 2002).
Gambar 3. Proses keputusan pembelian Sumber : Amstrong, 2002
a. Pengenalan masalah
Pada tahap pengenalan masalah, pembeli mengenali masalah atau
kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan atau kesenjangan antara
keadaan aktual dan keadaan yang diinginkan. Kebutuhan tersebut dapat
dirangsang oleh rangsangan internal bila salah satu dari kebutuhan normal
seseorang muncul sampai pada tingkat yang cukup tinggi untuk menjadi
dorongan (Amstrong, 2002).
b. Pencarian informasi
Pencarian informasi menurut Engel, at all (1995) adalah aktivasi
termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan atau
Pengenalan Masalah
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan Pembelian
25
pemerolehan informasi dari lingkungan. Pencarian informasi dapat
bersifat internal ataupun eksternal. Pencarian internal melibatkan
pemerolehan kembali pengetahuan dari ingatan, sedangkan pencarian
eksternal terdiri atas pengumpulan informasi dari pasar.
c. Evaluasi alternatif
Apabila informasi sudah terkumpul, maka pembeli akan mengidentifikasi
dan mengevaluasi cara-cara untuk memenuhi kebutuhan dirinya untuk
mencari pilihan terbaik menyangkut kualitas, harga, waktu, pengiriman,
dan faktor-faktor lain yang dianggap penting (Amstrong, 2002).
d. Keputusan pembelian
Engel, at all (1995) menjelaskan bahwa tahap ini termasuk penentuan jadi
tidaknya konsumen membeli suatu produk. Pada tahap ini, periklanan
tetap memainkan peran penting untuk mencegah pembeli mengubah
pikirannya.
e. Perilaku pasca pembelian
Setelah membeli suatu produk, para konsumen secara resmi atau tidak
resmi mengevaluasi hasil pembelian untuk memastikan bahwa kerja yang
sebenarnya dari produk tersebut memenuhi tingkat yang diharapkan
(Engel, at all, 1995).
6. Uji validitas kuisioner
Uji validitas digunakan untuk mengetahui tingkat kevalidan dari instrumen
26
dilakukan untuk mengetahui apakah item-item yang tersaji dalam
kuisioner benar-benar mampu mengungkapkan dengan pasti apa yang
akan diteliti. Uji validitas diperoleh dengan cara mengkorelasikan setiap
skor indikator dengan total skor indikator variabel, kemudian hasil korelasi
dibandingkan dengan nilai kritis pada taraf siginifikan 5%. Suatu
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan
dan tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data
yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang
dimaksud.
Sugiyono (2004) mengatakan bahwa cara yang digunakan dalam uji
validitas kuisioner adalah menganalisa item, dimana setiap nilai yang ada
pada setiap butir pertanyaan dikorelasikan dengan total nilai seluruh butir
pertanyaan. Syarat minimum untuk dianggap valid adalah nilai rhitung >
dari nilai rtabel. Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi
Pearson yang diformulasikan dalam rumus:
rhitung = � � � − � ×( �)
(� �2)−( �)2 ×(� �2)−( �)2
………..(1)
keterangan :
r = koefisien korelasi (validitas)
X = skor pada subyek item n
Y = skor total subyek
XY= skor pada subyek item n dikalikan skor total
27
Indikator penarikan kesimpulan adalah:
(1) Jika rhitung positif dan rhasil > r tabel, maka variabel tersebut valid.
(2) Jika rhitung negatif dan rhitung < rtabel, maka variabel tersebut tidak
valid.
7. Uji reabilitas kuisioner
Reliabilitas merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur
kuisioner yang menjadi indikator dari variabel atau konstruk. Suatu alat
dikatakan reliabel apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran
terhadap kelompok subjek diperoleh hasil yang relatif sama selama aspek
yang diukur belum berubah. Dalam hal ini relatif sama berarti tetap ada
toleransi perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali
pengukuran (Arikunto, 2002).
SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik
Cronbach Alpha (α). Variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Cronbach Alpha > 0,60, dengan rumus (Ghozali, 2005):
α = 2 2 1 1 i i k k ………(2) keterangan :
α = koefisien reliabilitas alpha
k = jumlah item
σi = varians responden untuk item i (i = 1,2,3...n)
28
Indikator penarikan kesimpulan jika:
(1) α 0,8-1,0 = Reliabilitas baik
(2) α 0,6-0,799 = Reliabilitas diterima
(3) α < 0,6 = Reliabilitas kurang baik
8. Analisis faktor
Analisis faktor adalah sebuah model dimana tidak terdapat variabel bebas
dan tergantung. Tujuan utama analisis ini adalah untuk membuat
ringkasan informasi yang dikandung dalam sejumlah variabel kedalam
suatu kelompok (faktor) yang lebih kecil. Dalam analisis faktor, terdapat
dua pendekatan, yaitu: Principal Component Analysis (PCA) dan Common
Factor Analysis (CFA). Principal Component Analysis (PCA) merupakan
suatu pendekatan faktor yang tidak membedakan adanya variasi data, baik
data umum (common) maupun data unik (unique), sedangkan Common
Factor Analysis (CFA) merupakan suatu pendekatan analisis faktor yang
membedakan variansi data baik data umum (common) maupun data unik
(unique). Metode CFA digunakan untuk variabel yang berjumlah sedikit,
karena sejak awal menginputkan data sudah diketahui bahwa variabel yang
ada memiliki korelasi kuat antar variabel, sehingga dalam hal ini tidak
perlu dilihat korelasi antar variabel karena dianggap tidak memiliki
variabel unik (Narimawati, 2008).
Supranto (2004) menjelaskan statistik kunci yang relevan dalam analisis
29
a. Bartlett’s test of sphericity, yaitu suatu uji statistik yang dipergunakan
untuk menguji hipotesis bahwa variabel tidak saling berkorelasi dalam
populasi.
b. Communality, yaitu jumlah varian yang disumbangkan oleh suatu
variabel dengan seluruh variabel lainnya dalam analisis.
c. Eigenvalue, yaitu jumlah varian yang dijelaskan oleh setiap faktor.
d. Faktor loadings, yaitu korelasi sederhana antara variabel dengan
faktor.
e. Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) measure of sampling adequacy, yaitu
suatu indeks yang dipergunakan untuk meneliti ketepatan analisis
faktor. Nilai KMO Measure of Sampling Adequacy antara 0,5 - 1,0
berarti analisis faktor tepat, apabila kurang dari 0,5 analisis faktor
dikatakan tidak tepat.
f. Percentage of variance, yaitu persentase varian total yang
disumbangkan oleh setiap faktor (Supranto, 2004).
Kegunaaan utama analisis faktor adalah untuk melakukan pengurangan data
atau dengan kata lain melakukan peringkasan sejumlah variabel yang akan
menjadi kecil jumlahnya. Pengukuran dilakukan dengan melihat
interdependensi beberapa variabel yang dapat dijadikan satu yang disebut
dengan faktor, sehingga akan ditemukan variabel-variabel dan faktor yang
30
9. Penelitian terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Ihsanudin (2014) mengenai respon
konsumen terhadap faktor-faktor marketing mix dalam pembelian produk
Luwak WhiteKoffie di pasar swalayan Kota Surakarta. Penelitian tersebut
dianalisis dengan menggunakan analisis faktor. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat empat faktor yang menjadi pertimbangan
konsumen dalam pembelian produk Luwak White Koffie, yaitu: (1) faktor
produk (terdiri dari variabel merek, variabel jenis kemasan, variabel
volume kemasan dan variabel kecepatan alir), (2) faktor aroma dan rasa
(terdiri dari variabel aroma dan variabel rasa), (3) faktor tempat (terdiri
dari variabel penataan produk di swalayan dan variabel kenyamanan
berbelanja di swalayan) serta (4) faktor promosi (terdiri dari variabel
tampilan iklan dan variabel isi pesan).
Jayakusumah (2011) melakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian teh celup
Sariwangi (studi kasus masyarakat) di Kota Bekasi. Analisis yang
digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis faktor. Hasil penelitian
yang dilakukan pada 115 responden menunjukkan bahwa terdapat delapan
komponen baru yang terbentuk dari hasil analisis faktor secara berurutan,
yaitu: (1) faktor psikologis (terdiri dari variabel gaya hidup, variabel
keyakinan, variabel dorongan, variabel persepsi dan variabel pengalaman),
(2) faktor produk (terdiri dari variabel rasa, variabel aroma, variabel
31
pengaruh rekan kerja, variabel pengaruh keluarga dan variabel pengaruh
rekan sekomunitas), (4) faktor distribusi (terdiri dari variabel kemudahan
dan variabel lokasi pembelian), (5) faktor harga (terdiri dari variabel harga
dan variabel iklan), (6) faktor promosi (terdiri dari variabel usia dan
variabel promosi), (7) faktor individu (terdiri dari variabel warna, variabel
profesi dan variabel pendidikan), serta (8) faktor pelayanan (terdiri dari
variabel pelayanan yang diberikan penjual).
Menurut penelitian Herlambang (2011) yang berjudul kajian perilaku
konsumen terhadap strategi pemasaran teh herbal di Kota Bogor, dapat
diketahui bahwa analisis faktor yang dilakukan pada115 responden
menghasilkan lima faktor utama yang dipertimbangkan konsumen dalam
memutuskan untuk membeli teh herbal, yaitu (1) faktor pertama (terdiri
dari variabel promosi dan variabel pengaruh lingkungan), (2) faktor utama
ke-dua (terdiri dari variabel kemudahan memperoleh dan variabel
manfaat), (3) faktor utama ke-tiga (terdiri dari variabel merek, variabel
rasa dan variabel pendapatan), (4) faktor utama ke-empat (terdiri dari
variabel harga, variabel kemasan, variabel izin depkes dan variabel tradisi,
serta (5) faktor utama ke-lima (terdiri dari variabel kelengkapan
kandungan).
Silalahi (2001) melakukan penelitian mengenai analisis perilaku
konsumen teh celup dan implikasinya terhadap strategi pemasaran di
daerah Kotamadya Bogor. Variabel yang digunakan adalah variabel usia,
32
keluarga, variabel motivasi, variabel manfaat utama, variabel sumber
informasi, variabel iklan, variabel pengaruh orang lain, variabel tempat
pembelian, variabel fanatisme merek, variabel pengaruh image, variabel
loyalitas, variabel kualitas seduhan, variabel kepopuleran produk, variabel
isi, dan variabel harga. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif,
analisis komponen utama, dan analisis fishbein. Hasil penelitian yang
dilakukan pada 100 responden menunjukkan pengaruh setiap faktor
terhadap keputusan pembelian produk teh celup dengan menggunakan
analisis komponen utama dapat dilihat berdasarkan nilai atau derajat
pengaruh faktor tersebut. Secara berurutan lima faktor yang paling
berpengaruh, yaitu: (1) faktor manfaat utama teh celup (terdiri dari
variabel manfaat, variabel kemudahan memperoleh produk, variabel alasan
mengkonsumsi, variabel kualitas seduhan dan variabel fanatisme merek),
(2) faktor pengaruh situasi pembelian (terdiri dari variabel pengeluaran
rumah tangga, variabel pengaruh harga dan variabel loyalitas), (3) faktor
pengaruh kemudahan memperoleh (terdiri dari variabel usia, variabel
promosi dan variabel pengaruh image merek), (4) faktor tingkat
pengeluaran keluarga per bulan (terdiri dari variabel pendidikan, variabel
pengeluaran rumah tangga dan variabel tempat pembelian), serta (5) faktor
alasan membeli teh celup (terdiri dari variabel jumlah anggota keluarga
dan variabel pengaruh orang lain).
Penelitian yang dilakukan oleh Prasetyawati (2011) mengenai analisis
faktor marketing mix terhadap keputusan pembelian susu formula balita
33
dengan menggunakan analisis faktor pada 100 responden. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa terdapat lima komponen utama yang
mempengaruhi keputusan pembelian susu formula, yaitu (1) faktor
promosi (terdiri dari variabel gambar kemasan, variabel warna kemasan,
variabel iklan di media cetak, variabel iklan di media televisi dan variabel
jenis kemasan), (2) faktor pelayanan (terdiri dari variabel ketersediaan
produk, variabel kenyamanan dan variabel rasa), (3) faktor promosi (terdiri
dari variabel promosi pemberian hadiah) , (4) faktor produk (terdiri dari
variabel kandungan gizi), (5) dan faktor harga susu formula (terdiri dari
variabel harga susu formula).
Atmojo (2012) melakukan penelitian tentang analisis sikap dan kepuasan
kosumen terhadap teh celup merek Sarimurni (studi kasus di Giant
Hypermarket, Bogor). Variabel yang digunakan adalah variabel harga,
variabel rasa, variabel komposisi, variabel kejelasan kadaluarsa, variabel
khasiat dan variabel kemudahan memperoleh produk. Analisis yang
digunakan adalah multi atribut Fishbein dan metode CSI. Hasil penelitian
yang dilakukan pada 100 responden menunjukkan bahwa sikap responden
terhadap kedua merek yaitu merek Sosro dan Sarimurni adalah baik,
namun responden cenderung lebih menyukai merek Sarimurni, dengan
keunggulan pada kinerja atribut warna, aroma, kejelasan informasi
komposisi, kejelasan tanggal kadaluarsa, desain kemasan, khasiat, iklan,
dan tidak unggul pada atribut pilihan rasa, harga, merek, dan kemudahan
34
10.Kerangka Pemikiran
Peningkatan jumlah penduduk Indonesia di setiap tahun membuka peluang
bagi industri pengolahan makanan dan minuman untuk mengolah hasil
sektor pertanian dan bersaing untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Salah satu minuman hasil olahan pertanian yang digemari masyarakat
adalah teh. Teh adalah minuman yang sudah tersohor dan diminum oleh
banyak orang dihampir seluruh dunia.
Perubahan teknologi dan informasi yang terjadi di masyarakat berdampak
pada perubahan gaya hidup masyarakat. Perubahan ini mendorong
masyarakat untuk memenuhi dan menyesuaikan kehidupannya dengan
inovasi-inovasi terbaru. Masyarakat pada saat ini umumnya lebih
cenderung menyukai makanan dan minuman yang praktis, termasuk dalam
hal mengkonsumsi teh. Perubahan gaya hidup ini menyebabkan pola
konsumsi teh serbuk digantikan oleh teh celup. Kebanyakan mereka yang
mengkonsumsi teh celup adalah mereka yang berpenghasilan menengah ke
atas. Hal ini dikarenakan harga teh celup yang jauh lebih mahal
dibandingkan dengan teh serbuk.
Banyaknya industri-industri yang bersaing di pasar, mengharuskan suatu
industri untuk menciptakan inovasi baru yang berkualitas dan mempunyai
fungsi ganda. Menghadapi persaingan pasar yang ketat, maka pada tahun
2007 PT Sariwangi meluncurkan produk teh dengan aroma dan rasa yang
nikmat, yaitu teh dengan teknologi Osmo-filter. Teh Osmo-filter
35
mempunyai dua keunggulan, yaitu menyimpan kesegaran rasa serta
menyaring dan melepaskan kandungan teh terbaik, sehingga warna teh
yang dihasilkan akan terlihat lebih cerah.
Menurut Shiffman dan Kanuk (2000) perilaku konsumen adalah proses
yang dilalui seseorang dalam mengenali masalah, mencari informasi,
mengevaluasi alternatif pilihan, mengkonsumsi, dan bertindak
pasca-konsumsi. Terdapat beberapa karakteristik pembeli yang mempengaruhi
perilaku pembelian, seperti: usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan,
jumlah anggota keluarga dan pendapatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian terdiri dari faktor
lingkungan, faktor individu, faktor psikologis dan faktor bauran
pemasaran. Faktor lingkungan meliputi budaya (X1) dan pengaruh orang
lain (X2). Faktor individu meliputi sumberdaya (X3) dan faktor
psikologis meliputi pengalaman (X4). Variabel bauran pemasaran
meliputi informasi produk (X5), harga (X6), promosi (X7), aroma (X8),
kepekatan (X9), rasa (X10), kepraktisan (X11), kemasan (X12), kapasitas
isi (X13), dan ketersediaan produk (X14). Berdasarkan dasar teori yang
telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dibuat suatu skema kerangka
36
Gambar 4. Kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian the Osmo-filter di Bandar Lampung, tahun 2014
Pengetahuan mengenai perilaku
konsumen teh Osmo-filter
Faktor Lingkungan
Budaya (X1) Pengaruh Luar (X2)
Faktor Individu
Sumberdaya (X3)
Faktor Psikologis
Pengalaman (X4)
Bauran pemasaran
Informasi Produk (X5) Harga (X6) Promosi (X7) Aroma (X8) Kepekatan (X9) Rasa (X10) Kepraktisan (X11) Kemasan (X12) Kapasitas isi (X13) Ketersediaan produk (X14)
Proses pengambilan keputusan konsumen Pengenalan kebutuhan Pencarian informasi Evaluasi alternatif Pembelian Evaluasi pasca pembelian Analisis deskriptif
Analisis komponen utama Peningkatan jumlah
penduduk
Permintaan hasil olahan teh meningkat
Muncul industri baru di bidang pengolahan teh
Persaingan ketat antar industri pengolahan teh
Muncul inovasi baru
Teh celup Osmo-filter
Faktor yang mempengaruhi
keputusan pembelian
- Jenis pekerjaan - Pendidikan - Usia
- Jumlah anggota rumah tangga - pendapatan
Karakteristik konsumen
37
III. METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan konsumen dalam pembelian teh Osmo-filter di Bandar
Lampung. Responden penelitian adalah ibu rumah tangga kalangan
menengah atas yang sedang membeli dan mengonsumsi teh Osmo-filter
serta ibu rumah tangga yang pernah membeli dan mengonsumsi teh
Osmo-filter paling tidak satu kali dalam dua bulan terakhir. Kecamatan
Sukarame dan Kecamatan Kemiling dipilih secara sengaja untuk menjadi
lokasi penelitian, dengan pertimbangan banyaknya jumlah rumah tangga
kalangan menengah atas yang terdapat di daerah tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik konsumen produk
teh Osmo-filter, menganalisis proses keputusan pembelian teh Osmo-filter,
dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen
dalam pembelian teh Osmo-filter. Tujuan tersebut akan dijawab dengan
menggunakan analisis tabulasi deskriptif, dan analisis faktor.
Terdapat 14 variabel yang diduga berpengaruh terhadap pengambilan
38
budaya, variabel pengaruh orang lain, variabel sumberdaya, variabel
pengalaman, variabel informasi produk, variabel harga, variabel promosi,
variabel aroma, variabel kepekatan, variabel rasa, variabel kepraktisan,
variabel desain kemasan, variabel kapasitas isi, dan variabel ketersediaan
produk.
B. Konsep Dasar dan Batasan Operasional
Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang
digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan
dengan tujuan penelitian.
Konsumen teh Osmo-filter adalah setiap orang yang membeli dan mengonsumsi produk teh Osmo-filter. Konsumen dalam penelitian ini
adalah ibu rumah tangga yang sedang membeli dan mengonsumsi serta ibu
rumah tangga yang pernah membeli dan mengonsumsi teh Osmo-filter
paling tidak satu kali dalam dua bulan terakhir.
Rumah tangga adalah sekelompok orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dengan atau tanpa adanya hubungan darah.
Perilaku konsumen teh Osmo-filter adalah kegiatan individu yang secara langsung terlibat untuk mendapatkan dan menggunakan produk teh
Osmo-filter, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan
pembelian teh Osmo-filter.
39
Dalam penelitian ini, merek teh Osmo-filter yang diteliti adalah Sarimurni
Osmo-filter.
Proses pengambilan keputusan konsumen teh Osmo-filter adalah serangkaian tahapan yang dilakukan oleh responden sebelum melakukan
pembelian teh Osmo-filter,yang terdiri dari pengenalan masalah, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, konsumsi, dan tindakan pasca konsumsi.
Pengenalan masalah adalah tahap di mana responden menyadari kebutuhan akan produk teh Osmo-filter. Tahap pengenalan masalah
diukur dari manfaat yang dicari responden, motivasi pembelian teh
Osmo-filter, dan halangan dalam memperoleh teh Osmo-filter. Pada tahap ini,
responden diperbolehkan untuk memilih lebih dari satu jawaban yang
sudah disediakan.
Tahap pencarian informasi adalah usaha responden untuk menggali setiap informasi dari produk teh Osmo-filter yang dilakukan baik secara
internal maupun eksternal. Tahap pencarian informasi diukur dari sumber
informasi, dan aspek informasi yang dipertimbangkan responden. Pada
tahap ini, responden diperbolehkan untuk memilih lebih dari satu jawaban
yang sudah disediakan.
Tahap evaluasi alternatif adalah intensitas responden dalam menilai dan membandingkan informasi mengenai berbagai macam alternatif pilihan.
40
dipertimbangkan responden. Pada tahap ini, responden diperbolehkan
untuk memilih lebih dari satu jawaban yang sudah disediakan.
Tahap pembelian adalah tahap di mana responden memilih merek atau produk alternatif, dan juga menentukan kapan membeli, di mana membeli
dan bagaimana melakukan pembelian teh Osmo-filter. Pada tahap ini,
responden diperbolehkan untuk memilih lebih dari satu jawaban yang
sudah disediakan.
Tahap perilaku pasca pembelian adalah tindakan atau sikap yang diambil setelah responden melakukan pembelian dan mengonsumsi teh
Osmo-filter. Tahap perilaku pasca pembelian diukur dari tanggapan
responden setelah mengonsumsi teh Osmo-filter, sikap responden setelah
mengonsumsi teh Osmo-filter, dan jumlah pembelian teh Osmo-filter per
bulan. Pada tahap ini, responden diperbolehkan untuk memilih lebih dari
satu jawaban yang sudah disediakan.
Budaya (X1) adalah interaksi tatanan sosial di masa lalu kepada generasi setelahnya untuk kemudian berulang seperti sebuah siklus. Dalam
penelitian ini, variabel budaya diukur berdasarkan persepsi responden
terhadap pernyataan mengenai kebiasaan mengonsumsi teh untuk acara-acara tertentu, dengan kriteria penilaian skor 5 “sangat setuju”, skor 4
“setuju”, skor 3 “biasa saja”, skor 2 “tidak setuju”, dan skor 1 “sangat
41
Pengaruh lingkungan (X2) adalah orang-orang di sekitar responden yang memberikan pengaruh dalam pembelian teh Osmo-filter. Dalam
penelitian ini, variabel pengaruh lingkungan diukur berdasarkan persepsi
responden terhadap pernyataan mengenai pengaruh orang lain terhadap
konsumsi teh Osmo-filter, dengan kriteria penilaian skor 5 “sangat setuju”, skor 4 “setuju”, skor 3 “biasa saja”, skor 2 “tidak setuju”, dan skor 1
“sangat tidak setuju”.
Sumberdaya (X3) adalah seluruh sumberdaya yang dimiliki responden, terdiri dari waktu, dan pendapatan. Dalam penelitian ini, variabel
sumberdaya diukur berdasarkan persepsi responden terhadap pernyataan
mengenai sumberdaya konsumen, dengan kriteria penilaian skor 5 “sangat setuju”, skor 4 “setuju”, skor 3 “biasa saja”, skor 2 “tidak setuju”, dan skor
1 “sangat tidak setuju”.
Pengalaman (X4) adalah penilaian produk teh di masa lalu baik penilaian pribadi maupun penilaian orang lain yang mempengaruhi keputusan
pembelian teh Osmo-filter. Dalam pen