ANALYSIS OF RAW-MATERIAL PROCUREMENT MANAGEMENT,
VALUE ADDED, AND MARKETING STRATEGIES OF ‘BOLEN’ BANANA IN BANDAR LAMPUNG
By Lika Masesah
The research aims to analyze (1) the procurement management of raw material, (2) value added, and (3) marketing strategy of ‘bolen’ banana in Bandar Lampung. The study was conducted in ‘bolen’ banana home-industries, CV. Mayang Sari and Harum Sari in Bandar Lampung in October-December 2011. Raw material procurement management was analyzed using Economic Order Quantity ( EOQ ) method, value added using Hayami method, and marketing strategy using the 4 P's approach ( Product, Price, Place, and Promotion ).
The results showed that the management of the procurement of raw
material: (a) Planning was done by ordering raw material from distributors and subscribed stores. (b) Organizing was done in accordance with the organizational structure of the business. (c) Mobilization was conducted by the owner of the company so that employees work based on responsibilities. (d) Supervision was done by using the EOQ method: CV. Mayang Sari’s economical raw material purchase of around 950 bananas each order, with the frequency of 30 times per month, and Harum Sari‘s purchase of around 470 bananas each order with the frequency of 11 times per month. Average value-added of CV. Mayang Sari ‘bolen’ banana industry was Rp. 37,066.00 per 10 raw bananas and of Harum Sari was Rp. 20,381.73.
CV.Mayang Sari and Harum Sari ‘bolen’ banana industries performed product marketing strategy through mix marketing, i.e. products with multiple flavors and distributed directly and indirectly. Sale price of CV.Mayang Sari ‘bolen’ banana was Rp. 20,000, and of Harum Sari Rp. 28,000 per box. CV.Mayang Sari used promotional ads in local newspapers.
ANALISIS MANAJEMEN PENGADAAN BAHAN BAKU, NILAI TAMBAH, DAN STRATEGI PEMASARAN PISANG BOLEN
DI BANDAR LAMPUNG Oleh
Lika Masesah
Penelitian bertujuan untuk menganalisis (1) manajemen pengadaan bahan baku, (2) nilai tambah, dan (3) strategi pemasaran pada industri pisang bolen di Bandar Lampung. Penelitian dilakukan di industri rumah tangga pisang bolen CV. Mayang Sari dan Harum Sari di Kelurahan Sepang Jaya
Kecamatan Kedaton dan Kelurahan Jaga Baya II Kecamatan Sukabumi Bandar Lampung pada bulan Oktober–Desember 2011. Manajemen pengadaan bahan baku menggunakan metode Economic Order Quantity
(EOQ ), nilai tambah dengan metode Hayami, dan strategi pemasaran dianalisis melalui pendekatan 4 P (Product, Price, Place, and Promotion).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen pengadaan bahan baku adalah (a) Perencanaan bahan baku dilakukan dengan memesan kepada distributor/pemasok, dan toko yang telah menjadi langganan. (b)
Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan struktur organisasi usaha. (c) Penggerakan dilakukan oleh pemilik perusahaan agar karyawan bekerja sesuai dengan tanggung jawab. (d) Pengawasan dilakukan dengan metode EOQ dan pembelian bahan baku yang ekonomis setiap kali pesan adalah 95 sisir dengan frekuensi 30 kali per bulan untuk CV. Mayang Sari dan
pembelian 47 sisir setiap kali pesan dengan frekuensi pemesanan sebanyak 11 kali per bulan untuk Harum Sari. Nilai tambah rata-rata industri pisang bolen adalah Rp. 37.066,00 per satu sisir buah pisang (rata-rata 10 buah pisang) untuk CV. Mayang Sari dan Rp. 20.381, 73 per satu sisir buah pisang untuk Harum Sari.
Industri pisang bolen melakukan strategi pemasaran produk melalui
marketing mix, yaitu memiliki produk dengan beberapa rasa, harga jual CV. Mayang Sari Rp. 20.000 per kotak dan Harum Sari Rp. 28.000 per kotak, distribusi dilakukan secara langsung dan tidak langsung, CV. Mayang Sari melakukan promosi iklan di koran tetapi Harum Sari tidak melakukan promosi.
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam
perekonomian Indonesia. Peran penting tersebut antara lain sektor pertanian
sebagai sektor yang menyediakan bahan pangan, bahan baku untuk industri,
bahan ekspor dan sumber devisa negara, menghasilkan lapangan pekerjaan untuk
masyarakat Indonesia, serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat khususnya petani.
Menurut Suryanti, dkk. (2000), hasil pertanian, seperti buah dan palawija (umbi),
merupakan produk pertanian strategis yang ketersediaannya di Indonesia
senantiasa tersedia sepanjang tahun. Namun karena sifat dan kandungan zat
gizinya, buah dan umbi-umbian digolongkan sebagai bahan pangan yang mudah
rusak atau busuk. Namun demikian, produk tersebut sangat baik bagi kesehatan
karena merupakan salah satu suplemen dan sumber gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh manusia, seperti bermacam-macam vitamin, mineral, glukosa, serat serta
phytochemicals (komponen yang dapat mencegah terjadinya penyakit kronis
Provinsi Lampung merupakan salah satu wilayah yang memiliki produksi buah
yang beragam. Oleh karena itu, Provinsi Lampung memiliki potensi untuk
mengembangkan industri-industri pengolahan yang berbahan baku produk
pertanian terutama buah-buahan tropik atau yang dikenal dengan agroindustri
berbasis sumber daya alam (Soekartawi, 1991). Untuk mengetahui produksi
buah tropik dan umbi yang ada di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Produksi buah – buahan tropik di Provinsi Lampung, tahun 2007 – 2010 (kuintal)
No. Jenis Buah 2007 2008 2009 2010 r
(%/thn)
1 Alpukat 63.506 129.509 92.570 98.637 27,32
2 Belimbing 14.365 24.921 19.590 28.336 32,25
3 Duku/langsat 44.170 50.750 47.430 61.790 12,88
4 Jambu Biji 32.405 34.153 30.090 38.945 7,64
5 Jeruk 491.696 644.915 110.060 86.859 -24,23
6 Durian 278.633 312.092 304.630 366.823 10,01
7 Manggis 7.490 11.190 27.510 65.830 111,51
8 Mangga 171.400 428.461 155.170 124.801 22,21
9 Rambutan 239.760 331.020 283.800 229.960 1,61
10 Pepaya 282.626 704.631 533.540 509.585 40,18
11 Nanas 2.391.063 4.865.972 4.424.310 4.690.343 33,48
12 Pisang 6.355.083 6.427.030 6.818.750 6.777.809 2,21
13 Sawo 92.575 152.838 54.090 148.178 58,15
14 Salak 68.278 67.115 119.760 73.637 12,74
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2011
Pada Tabel 1 terlihat bahwa produksi buah-buahan tropik di Provinsi Lampung
terbesar adalah buah pisang. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah produksinya
yang terus meningkat dan produksi tertinggi terdapat di tahun 2009. Pusat
perdagangan pisang berada di Kota Bandar Lampung yang banyak didatangkan
dari Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung
Barat, Lampung Utara dan Lampung Tengah, perkembangan produksi buah
menunjukkan bahwa Kabupaten Lampung Selatan merupakan wilayah yang
memiliki produksi pisang tertinggi di Provinsi Lampung, terutama pada tahun
2007.
Tabel 2. Perkembangan produksi buah pisang di Provinsi Lampung, tahun 2006-2010 (kuintal)
Kabupaten/Kota 2006 2007 2008 2009 2010 r
(%/thn)
Lampung Barat 41.048 260.045 101.057 93.771 95.247 116,68
Tanggamus 133.194 130.736 193.157 193.522 187.960 11,27
Lampung Selatan 3.893.278 4.433.287 1.242.020 2.325.288 2.162.916 5,53 Lampung Timur 885.782 1.073.534 1.235.256 1.076.758 1.853.386 23,89
Lampung Tengah 124.921 145.480 130.295 93.195 174.604 16,23
Lampung Utara 90.378 81.877 77.836 42.353 542.775 280,40
Way Kanan 113.975 179.207 233.276 75.643 153.557 30,71
Tulang Bawang 66.082 40.403 56.815 28.893 15.018 -23,85
Pesawaran - - 3.135.751 2.875.845 1.630.659 -25,80
Bandar Lampung 6.915 6.125 16.954 9.246 7.398 24,99
Metro 1.743 4.389 4.613 4.234 3.679 33,90
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2010
Pengolahan hasil pertanian dilaksanakan dengan membangun suatu agroindustri.
Menurut Austin (1981) agroindustri adalah perusahaan yang memproses bahan
nabati (yang berasal dari tanaman) atau hewani (yang dihasilkan oleh hewan).
Proses yang digunakan mencakup pengubahan dan pengawetan melalui
perlakuan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan, dan distribusi.
Salah satu agroindustri yang sedang marak di Provinsi Lampung dewasa ini
adalah agroindutri rumah tangga pisang bolen. Munculnya industri rumah tangga
pisang bolen berdampak cukup baik, karena dapat mendorong agroindustri
rumah tangga lainnya, serta menghasilkan variasi produk dari berbagai jenis
pisang. Agroindustri rumah tangga bolen juga dapat meningkatkan nilai tambah
agroindustri rumah tangga di Lampung. Perkembangan produksi pisang bolen di
Provinsi Lampung pada Tabel 3.
Tabel 3. Produksi pisang bolen di Bandar Lampung, tahun 2011
No NamaPerusahaan Jenis Produk Produksi Kue per hari 1 CV. Mayang Sari Pisang Bolen 3000
2 Harum Sari Pisang Boeln 400
Sumber : CV. Mayang Sari dan Harum Sari, 2011
Pada Tabel 3 menjelaskan bahwa produksi pisang bolen yang terbesar di Bandar
Lampung untuk tahun ini adalah CV. Mayang Sari. Produksi pisang bolen di
CV. Mayang Sari sebesar 3000 per kue sama dengan 300 kotak. Sedangkan
Harum Sari memproduksi pisang bolen sebesar 400 per kue sama dengan 40
kotak.Untuk setiap satu kotak berisi 10 kue. CV. Mayang Sari merupakan
salah satu industri rumah tangga yang menghasilkan makanan jadi seperti pisang
bolen, donut, roti, muffin, cheese rooll dan chocolate roll. Untuk melihat
perkembangan produksi berbagai jenis produk CV. Mayang Sari per hari pada
Tabel 4.
Tabel 4. Perkembangan produksi berbagai jenis produk CV. Mayang Sari, tahun 2011
No Jenis produk Produksi kue per hari
1 Pisang bolen 3000
2 Donut 400
3 Roti manis dan roti unyil 200
4 Muffin 150
5 Cheese roll & Chocolate roll 200
Pada Tabel 4 terlihat bahwa perkembangan jumlah produksi pisang bolen lebih
dominan dibandingkan dengan jenis produk yang lain. Hal ini terjadi karena
konsumen lebih menyukai pisang bolen. Pada saat musim liburan, biasanya
CV. Mayang Sari memproduksi lebih banyak untuk mengantisipasi
melonjaknya permintaan. Hal ini disebabkan oleh produk Mayang Sari pada
umumnya digunakan sebagai buah tangan atau oleh-oleh. Pada hari-hari bukan
libur, produksi pisang bolen sehari adalah ± 3000 kue per hari atau sama
dengan 300 kotak dimana satu kotak 10 kue, sedangkan pada saat musim libur,
produksi meningkat menjadi 3500-4000 kue per hari.
Harum Sari merupakan salah satu industri rumah tangga yang menghasilkan
makanan jadi seperti pisang bolen dan Stik Keju. Untuk melihat perkembangan
produksi berbagai jenis produk Harum Sari per hari pada Tabel 5.
Tabel 5. Perkembangan produksi berbagai jenis produk Harum Sari, tahun 2011
No Jenis produk Produksi kue per hari
1 Pisang bolen 400
2 Stick Keju 50
Sumber : Harum Sari, 2011
Pada Tabel 5 terlihat produksi pisang bolen lebih dominan yaitu sebanyak 400
kue atau sama dengan 40 kotak dimana satu kotak berisi 10 kue. Pada hari-hari
bukan libur, produksi pisang bolen sehari adalah ± 500 kue per hari atau sama
dengan 50 kotak dimana satu kotak 10 kue, sedangkan pada saat musim libur,
Pengembangan sektor industri pengolahan (termasuk di dalamnya agroindustri)
merupakan salah satu keputusan yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan.
Pengembangan subsektor agroindustri memiliki beberapa sasaran penting, yaitu
sebagai penggerak pembangunan sektor pertanian dengan menciptakan pasar
permintaan input untuk produk olahannya, menciptakan lapangan kerja,
meningkatkan penerimaan devisa, dan meningkatkan pemerataan pembagian
pendapatan.
Industri rumah tangga pisang bolen telah berkembang dan tumbuh dengan baik
di Lampung. Hal Ini memberikan dampak yang positif bagi petani pisang di
Lampung sebagai penghasil bahan baku industri rumah tangga pisang bolen,
sehingga petani tidak perlu takut untuk memasarkan hasil pertaniannya.
Keadaan ini juga menandakan bahwa industri pisang bolen berkembang dengan
baik dan mengindikasikan meningkatnya pendapatan masyarakat, khususnya
petani, serta mampu meningkatkan nilai tambah dari produk pertanian. Industri
rumah tangga pisang bolen, juga dapat menjaga kestabilan harga hasil
pertanian Lampung.
Perkembangan industri rumah tangga pisang bolen tersebut diawali dengan
tumbuhnya minat para konsumen terhadap olahan buah pisang. Saat ini
industri rumah tangga pisang bolen telah menjadi ciri khas dan oleh-oleh khas
Lampung. Industri pisang bolen terinspirasi dari pemilik yang mencoba olahan
bolen yang ada di Bandung. Lalu pemilik memiliki inisiatif untuk melakukan
bisnis makanan ini, karena melihat prospek usaha yang sangat bagus dan
Bandar Lampung. Jumlah penjualan produk industri pisang bolen CV. Mayang
Sari di Bandar Lampung tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah penjualan produk industri pisang bolen CV. Mayang Sari, tahun 2011 (kotak)
Jenis Produk
Jumlah penjualan produk CV. Mayang Sari
Outlet 1 Outlet 2 Outlet 3 Outlet 4 Outlet 5 Outlet 6
Pisang bolen 500 100 280 70 70 600
Donut 140 20 20 35 35 175
Sumber : CV. Mayang Sari, 2011
Keterangan :
Outlet 1 = Jl. Teuku Umar Outlet 2 = Jl. Antasari Outlet 3 = Hajimena Outlet 4 = Kemiling Outlet 5 = Natar Outlet 6 = Way Halim
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa omzet penjualan produk CV. Mayang Sari
(berupa pisang bolen) cukup banyak tiap minggunya di beberapa outlet, seperti
outlet 1, outlet 3, dan outlet 6. Outlet-outlet tersebut memang menjual produk
dalam jumlah yang banyak karena permintaan dari konsumen relatif tinggi
pada daerah pemasaran tersebut. Hal ini disebabkan oleh tempat penjualan
atau pemasaran yang berada di daerah yang ramai masyarakat. Di outlet 2,
outlet 4, dan outlet 5, jumlah penjualannya sangat sedikit. Hal ini disebabkan
oleh ketiga outlet tersebut baru dibuka, sehingga konsumen yang berada di
wilayah pemasaran tersebut masih dalam tahap perkenalan, walaupun
sebenarnya produk ini sudah dikenal cukup lama oleh masyarakat di Bandar
Untuk wilayah di luar Kota Bandar Lampung, yaitu Kotabumi dan Metro,
hanya melakukan pemesanan pisang bolen setiap harinya sebanyak 30 kotak
masing-masing daerah untuk konsumen. Dalam seminggu, CV. Mayang Sari
mengirimkan sebanyak 180 kotak pisang bolen untuk daerah Kotabumi yang
dikirim melalui jasa pengiriman di daerah Terminal Rajabasa dan 180 kotak
pisang bolen untuk daerah Metro yang dikirim melalui jasa travel, yaitu Karona
Travel di daerah Tanjung Karang. Sedangkan jumlah penjualan produk
industri pisang bolen Harum Sari di Bandar Lampung tahun 2011 dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah penjualan produk industri pisang bolen CV. Mayang Sari, tahun 2011 (kotak)
Jenis produk
Jumlah penjualan produk Harum Sari
Outlet 1 Outlet 2 Outlet 3 Outlet 4 Outlet 5 Outlet 6
Pisang bolen 100 100 150 150 100 50
Stick Keju 10 10 20 20 20 10
Sumber : Harum Sari, 2011
Keterangan :
Outlet 1 = Teluk Outlet 2 = Mall Kartini Outlet 3 = Central Plaza Outlet 4 = Glael
Outlet 5 = Candra Tanjung Karang Outlet 6 = Plaza pos
Perkembangan industri rumah tangga pisang bolen juga tidak terlepas dari
ancaman-ancaman yang dapat mengganggu jalannya keberlangsungan usaha.
Perubahan keadaan ekonomi yang dapat berdampak pada fluktuasi harga bahan
paling besar bagi keberlangsungan industri rumah tangga di Lampung.
Perubahan yang terjadi, seperti naiknya harga-harga bahan baku (buah dan
umbi, minyak kelapa, dan biaya bahan bakar), penurunan permintaan dan
produksi bahan baku akan berdampak pada bertambahnya biaya produksi serta
berkurangnya keuntungan yang akan diperoleh.
Posisi industri rumah tangga bertambah buruk dengan keadaan yang tidak
menentu seperti terjadi bencana yang tidak diduga, misalnya banjir, yang dapat
mengakibatkan gagal panen, jalan putus, yang dapat menggangu pengiriman
bahan baku sehingga dapat menggangu keberlangsungan dari industri pisang
bolen di Lampung. Pengusaha pisang bolen harus bersaing dan mengantisipasi
kemungkinan yang akan terjadi dengan mengambil langkah yang tepat untuk
mempertahankan keberlangsungan dan kelayakan usahanya. Cara yang
dilakukan oleh perusahaan bolen untuk mengatasi kelangkaan bahan baku
adalah dengan cara membeli bahan baku kepada pemasok lain diluar pemasok
utama.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat, maka permasalahan penelitian adalah :
1. Bagaimanakah proses pengadaan bahan baku industri pisang bolen oleh
CV. Mayang Sari dan Harum Sari ?
2. Berapa besar nilai tambah industri pisang bolen CV. Mayang Sari dan
Harum Sari ?
3. Bagaimanakah strategi pemasaran pisang bolen oleh CV. Mayang Sari dan
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis proses pengadaan bahan baku industri pisang bolen oleh CV.
Mayang Sari dan Harum Sari .
2. Menganalisis nilai tambah industri pisang bolen CV. Mayang Sari dan
Harum Sari.
3. Menganalisis strategi pemasaran industri pisang bolen CV
Mayang Sari dan Harum Sari.
C. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:
1. Pemerintah, sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan dalam
menentukan kebijaksanaan industri pisang bolen di Provinsi Lampung.
2. Industri pisang bolen, sebagai bahan masukan dalam menentukan strategi
pemasaran serta menetapkan langkah-langkah usahanya guna
meningkatkan nilai tambah usahanya.
3. Peneliti lain, sebagai bahan perbandingan atau pustaka untuk penelitian
III. METODE PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional
Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk
mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data
yang berhubungan dengan penelitian.
Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan
mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga
menjadi barang jadi / setengah jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi
barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir.
Industri pisang bolen ini merupakan makanan yang menggunakan pisang sebagai
bahan bakunya. Kandungan energi pisang merupakan energi instan, yang mudah
tersedia dalam waktu singkat, sehingga bermanfaat dalam menyediakan
kebutuhan kalori sesaat. Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor,
besi, dan kalsium. Pisang juga mengandung vitamin, yaitu C, B kompleks, B6,
dan serotonin yang aktif sebagai neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak.
Produk adalah nilai keluaran yang dihasilkan dari proses kegiatan industri yang
Pisang Bolen merupakan Pisang bolen adalah suatu makanan berbahan baku
pisang yang dilapisi lembar-lembar adonan yang kemudian dipanggang.
Produksi merupakan proses mengubah masukan atau faktor – faktor produksi dan
sumber daya lainnya menjadi output atau produk.
Proses produksi pisang bolen adalah usaha memproses bahan baku buah sperti
pisang menjadi pisang bolen atau jumlah pisang bolen yang dihasilkan setiap kali
periode produksi yang diukur dalam satuan buah (buah).
Bahan baku adalah bahan – bahan yang digunakan untuk proses produksi dalam
membentuk suatu barang produksi, yaitu buah pisang.
Bahan pendukung adalah bahan produksi selain dari bahan baku yang digunakan
dalam kegiatan proses produksi untuk membantu agar bahan baku (buah) dapat
diproses lebih lanjut, diukur dalam satuan rupiah (Rp). Bahan pendukung yang
digunakan dalam industri rumah tangga pisang bolen adalah keju, mesis, dan
wijen.
Tepung terigu sebagai bahan makanan menurut SNI (Standard Nasional
Indonesia) adalah tepung yang dibuat dari endosperm biji gandum Triticum
aestivum L. (Club wheat) dan/atau Triticum campactum Host atau campuran
keduanya dengan penambahan fortifikan zat besi (Fe), seng (Zn), vitamin B1,
Madu adalah suatu cairan kental berasa manis dan lezat, berwarna kuning terang
atau kuning keemasan yang dihasilkan oleh hewan jenis serangga yang disebut
lebah atau tawon.
Telur adalah zigot yang dihasilkan melalui fertilisasi sel telur dan berfungsi
memelihara dan menjaga embrio.
Keju adalah sebuah makanan yang dihasilkan dengan memisahkan zat-zat padat
dalam susu melalui proses pengentalan atau koagulasi
Mentega adalah produk tenusu dibuat daripada menggodak krim atau susu, sama
ada segar atau yang ditapai.
Loyang yang terbuat dari alumunium sebagai tempat peletakan pisang yang telas
dikupas dan juga tempat peletakan pisang bolen yang siap untuk dipanggang.
Oven yang menggunakan gas sebagai bahan bakarnya. Oven yang digunakan
adalah oven api dan mempunyai fungsi untuk memanggang pisang bolen yang
sudah siap untuk dimatangkan.
Pisau sebagai alat untuk mengupas, membelah, dan memotong pisang yang akan
diisi coklat atau keju. Selain itu, pisau juga digunakan untuk memotong adonan
tepung dan campurannya yang digunakan sebagai kulit pisang bolen sesuai
dengan ukuran.
Mixer/ mesin pengaduk adalah alat utama yang digunakan adalah mesin
kuning telur, BOS, Danish dan mentega menjadi kalis dan mnejadi bahan
setengah jadi berupa kulit adonan untuk pisang bolen
Roll adalah alat digunakan untuk meratakan/menghaluskan/mengatur ketebalan
adonan yang akan di pakai sebagai kulit dari pisang bolen. Alat ini sejenis besi
dan khusus digunakan untuk membentuk adonan kulit pisang bolen.
Kotak kemasan digunakan untuk meletakkan pisang bolen yang siap untuk dijual.
Jumlah pesanan ekonomis (EOQ) adalah jumlah pembelian bahan baku buah
pisang pada setiap kali pemesanan dengan biaya yang paling rendah, diukur
dengan per sisir buah pisang.
Jumlah bahan baku pisang bolen adalah banyaknya buah yang digunakan dalam
satu kali produksi pisang bolen diukur dalam per sisir buah pisang.
Hasil produksi pisang bolen adalah produksi total pisang bolen yang diperoleh
selama satu kali proses produksi, yang diukur dalam per sisir buah pisang.
Ketersediaan bahan baku adalah banyaknya buah yang tersedia pada agroindustri
atau industri untuk proses produksi, diukur dengan satuan per sisir buah pisang
per periode produksi.
Masukan adalah sumberdaya yang digunakan untuk menghasilkan sutu satuan
output/produk.
Umur ekonomis adalah waktu dimana suatu investasi dapat memberikan manfaat
Investasi adalah penanaman modal merujuk pada pembelian peralatan atau
fasilitas yang akan dipergunakan dalam suatu periode tertentu.
Output adalah jumlah kue pisang bolen yang dihasilkan dalam satu kali produksi
(kue pisang bolen).
Input adalah jumlah buah pisang yang diolah untuk satu kali produksi
tenaga kerja adalah banyaknya HOK yang terlibat langsung dalam satu kali proses
produksi.
Faktor konversi adalah banyaknya output yang dapat dihasilkan dalam satu satuan
input, yaitu banyaknya produk pisang bolen yang dihasilkan dari satu buah
pisang.
Koefisien tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja langsung yang diperlakukan
untuk mengolah.
Harga output adalah harga jual produk per kue pisang bolen (Rp)
Upah tenaga kerja adalah upah rata-rata yang diterima tenaga kerja langsung
untuk mengolah produk (Rp/HOK)
Harga bahan baku adalah harga beli bahan baku pisang per buah (Rp)
Sumbangan input adalah biaya pemakaian input lain per kue pisang bolen (Rp)
Nilai tambah merupakan selisih nilai output pisang bolen dengan nilai bahan baku
Rasio nilai tambah menunjukkan persentase nilai tambah dari nilai produk (%)
Pendapatan tenaga kerja adalah hasil kali antara koefisien tenaga kerja dan upah
tenaga kerja (Rp)
Pangsa tenaga kerja menunjukkan persentase pendapatan tenaga kerja dari nilai
tambah (%)
Keuntungan adalah nilai tambah dikurangi tenaga kerja (Rp)
Tingkat keuntungan menunjukkan persentase keuntungan terhadap nilai tambah.
Margin adalah selisih antara nilai output dengan bahan baku atau besarnya
kontibusi pemilik faktor-faktor produksi selain bahan baku yang digunakan dalam
proses produksi.
Keuntungan pemilik pengolahan adalah persentase keuntungan pemilik
pengolahan terhadap margin (%)
Pendapatan tenaga kerja adalah persentase pendapatan tenaga kerja langsung
terhadap margin (%)
Sumbangan input lain adalah persentase sumbangan input lain terhadap
marjin (%)
Pemasaran adalah proses pertukaran yang mencakup serangkaian kegiatan yang
konsumen dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan di satu pihak dan
kepuasan pihak lain.
Strategi pemasaran adalah proses analisis dan perencanaan yang dirancang untuk
memuakan kebutuhan dan keinginan konsumen. Strategi pemasaran diaplikasikan
melalui rancangan strtegi bauran pemasaran (marketing mix).
Product (produk) adalah barang yang ditawarkan oleh perusahaan kepada pasar
sasaran.
Price (harga) adalah jumlah uang yang harus dibayar pelanggan untuk
mendapakan produk.
Place (tempat) mencerminkan kegiatan-kegiatan perusahaan yang membuat
produk tersedia untuk konsumen sasaran.
Promotion (promosi) mencerminkan kegiatan-kegiatan yang mengkomunikasikan
keunggulan produk dan membujuk konsumen untuk membelinya.
Produsen pisang bolen adalah perusahaan yang bergerak dalam produksi pisang
bolen.
B. Lokasi Penelitian, Responden dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di CV Mayang Sari berada di Jl.Ki.Maja no.9 Lampu
merah Tajung Senang Way Halim, Sepang Jaya Bandar Lampung dan Harum
secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa toko tersebut merupakan
toko roti yang membuat pisang bolen di Provinsi Lampung.
Responden dalam penelitian ditentukan menggunakan purposive sampling yang
artinya disesuaikan dengan objek penelitian yaitu pemilik CV. Mayang Sari,
pedagang penyalur, pedagang pengecer, serta konsumen.
Pengumpulan data dalam penelitian akan dilaksanakan pada bulan Agustus-
Desember 2012 di CV. Mayang Sari dan Harum Sari.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah studi kasus di CV.
Mayang Sari dan Harum Sari. Terdapat dua jenis data yang digunakan dalam
penelitian, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data
yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak industri rumah tangga pisang
bolen menggunakan kuisioner dan pengamatan serta pencatatan langsung tentang
keadaan di lapangan, misalnya keadaan industri rumah tangga, sedangkan data
sekunder diperoleh dari instansi pemerintah dan literatur yang berhubungan
dengan penelitian ini, seperti perekembangan produksi buah pisang dan produksi
buah – buahan tropik di Provinsi Lampung.
D. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif kualitiatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif
strategi pemasaran, sedangkan analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk
menganalisis nilai tambah dan strategi pemasran.
1. Analisis Pengadaan Bahan Baku
Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun
perusahaan manufaktur, selalu memerlukan pengadaan bahan baku. Tanpa
adanya pengadaan bahan baku, para perusahaan akan dihadapkan pada risiko
bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan
pelanggannya. Pengadaan bahan baku diadakan apabila keuntungan yang
diharapkan dari pengadaan bahan baku tersebut terjamin kelancaraannya.
Menurut Ma’arif (2003), salah satu metode pengadaan bahan baku adalah
metode Economic Order Quantity (EOQ). Metode ini dapat digunakan baik
untuk barang yang dibeli maupun untuk barang yang diproduksi sendiri.
Model EOQ biasa digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan
yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya
kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan.
Rumusan EOQ yang biasa digunakan adalah (Ma’arif 2003)
EOQ = ………... (2)
dimana:
D : Penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu.
H : Biaya penyimpanan per periode waktu (Biaya penyimpanan = 10% x
harga beli per unit bahan baku )
EOQ : Jumlah pembelian yang ekonomis
EOQ adalah merupakan volume atau jumlah pembelian yang paling
ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian. Untuk
memenuhi kebutuhan itu maka dapat diperhitungkan pemenuhan
kebutuhan pembelian yang paling ekonomis yaitu sejumlah barang yang
akan dapat diperoleh dengan pembelian dengan menggunakan biaya yang
minimal. Unsur-unsur yang mempengaruhi Economic Order Quantity
adalah :
a. Biaya penyimpanan perunit
b. Biaya pemesanan tiap kali pesan
c. Kebutuhan bahan baku untuk suatu periode tertentu
d. Harga pembelian
2. Analisis Nilai Tambah
Untuk mengetahui peningkatan nilai tambah pengolahan bahan baku
pisang segar menjadi pisang bolen digunakan metode nilai tambah
Tabel 8 . Prosedur perhitungan nilai tambah metode Hayami
No Variabel Nilai
Output, Input dan Harga 1 2 3 4 5 6 7 Output (Buah/Tahun) Bahan Baku (buah/Tahun) Tenaga Kerja (HOK/Tahun) Faktor Konversi
Koefisien Tenaga Kerja Harga Output (Rp/Buah)
Upah Rata – Rata Tenaga Kerja (Rp/HOK)
A B C D = A/B
E = C/B F G
Pendapatan dan Keuntungan (Rp/Kg) 8 9 10 11.a b 12.a b 13.a b.
Harga Bahan Baku Sumbangan input Lain Nilai Output
Nilai Tambah Rasio Nilai Tambah Imbalan Tenaga Kerja Bagian Tenaga Kerja Keuntungan
Tingkat Keuntungan
H I J = D x F K = J – I – H L = (K/J)x100%
M = E x G N% = (M/K)x100%
O = K – M P% = (O/K)x100%
Balas Jasa Pemilik Faktor – Faktor Produksi 14. a. b. c. Margin Keuntungan Keuntungan Tenaga Kerja Input Lain
Q = J – H R = O/Q x 100% S = M/Q x 100% T=I/Q x 100 %
Sumber : Hayami, 1987
Dimana :
A = Output / Total produksi pisang bolen yang dihasilkan oleh industri rumah tangga pisang bolen
B = Input / Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi pisang bolen.
C = Tenaga Kerja yang digunakan dalam memproduksi pisang bolen dihitung dalam bentuk HOK ( Hari Orang Kerja ) dalam satu periode análisis
G = Jumlah upah rata – rata yang diterima oleh pekerja dalam setiap satu periode produksi yang di hitung berdasarkan per HOK (Hari Orang Kerja)
H = Harga input bahan baku utama yaitu buah per kilogrampada saat periode analisis
I = Sumbangan / Biaya input lainnya yang terdiri dari biaya bahan baku penolong, biaya penyusutan.
3. Analisis Strategi Pemasaran
Analisis yang digunakan untuk mengetahui strategi pemasaran terdiri dari
empat variabel, yaitu product , promotion, price dan place pisang bolen yang
ada di Bandar Lampung. Untuk mengetahui strategi pemasaran yang
dilakukan oleh produsen pisang bolen pada saat ini, maka dilakukan anlisis
product, promotion, price dan place. Oleh masing-masing produsen strategi
pemasaran yang dideskripsikan terdiri dari.
a. Strategi produk
1. Daya tahan dan wujud, dapat diklarifikasikan menjdi dua
kelompok yaitu :
- Barang tidak tahan lama (nondurable goods), yaitu barang
terwujud yang biasanya dikonsumsi hanya dalam satu atau
beberapa kali pengguna.
- Barang tahan lama (durable goods), yaitu barang terwujud yang
biasanya dapat digunakan sampai berulang kali.
2. Klasifikasi barang konsumsi, terdiri dari coveniece goods,
b. Strategi harga
Suatu perusahaan harus menetapkan harga untuk pertama kalinya,
yaitu, ketika : (1) perusahaan tersebut mengembangkan atau
memperoleh suatu produk baru, (2) perusahaan tersebut baru pertama
kalinya memperkenalkan produk regulernya ke saluran distribusi atau
daerah, dan (3) perusahaan akan mengikuti lelang atas suatu kontrak
kerja baru. Harga memiliki peran yang penting dalam hal pertukaran
pemasaran (marketing exchange).
c. Strategi penyaluran (distribusi)
Strategi distribusi merupakan strategi yang berkaitan erat dengan
upaya produsen untuk mendistribusikan atau menyalurkan produknya
kepada konsumen. Untuk mengetahui distribusi (pemasaran) pisang
bolen di daerah yang paling dominan di Provinsi Lampung digunakan
analisis kuantitatif, yaitu dengan menghitung perbedaan harga pada
tingkat produsen dengan harga ditingkat eceran. Saluran distribusi
merupakan suatu jalur yang dilalui oleh arus barang dan jasa dari
produsen ke prantara dan akhirnya sampai ke konsumen akhir. Di
dalam saluran pemasaran tersebut terdapat sekelompok pedagang dan
agen perusahaan yang mengkombinsaikan antara permintaan fisik dan
hak dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu.
dan disalurkan oleh para distributor memenuhi 3 kriteria tepat, yaitu
tepat waktu,tepat jumlah dan tepat mutu.
d. Strategi Promosi
Strategi promosi adalah tindakan perencanaan, implementasi, dan
pengendalian komunikasi dari organisasi kepada pelanggan dan
audiens sasaran (target audiences) lainnya. Strategi promosi
mengkombinasikan periklanan (advertising), penjualan personal
(personal selling), promosi penjualan (sales promotion), publisitas dan
hubungan masyarakat (publicity and public relation), dan pemasaran
langsung (direct marketing) dalam suatu program terkoordinasi untuk
berkomunikasi dengan pembeli dan pihak lainnya yang
memperngaruhi keputusan pembeliaan. Aktivitas promosi memberikan
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap industri pisang bolen di
Bandar Lampung, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Persedian rata-rata bahan baku pisang raja yang digunaka selama satu bulan
untuk CV. Mayang Sari sebanyak 3000 sisir/ bulan dan 520 sisir/bulam untuk
Harum Sari.
2. Dalam pembuatan satu kue pisang bolen menggunakan bahan pisang tiga
puluh persen, yang berarti satu buah pisang raja dapat dibuat menjadi tiga
buah kue pisang bolen untuk CV. Mayang Sari sedangkan satu buah pisang
raja dapat dibuat menjadi dua kue pisang bolen Harum Sari sehingga milai
tambah rata-rata industri pisang bolen CV. Mayang Sari sebesar Rp. 37.066,00
per satu sisir buah pisang dengan rasio nilai tambah 94,13% dari nilai produk
pisang bolen Harum Sari dan nilai tambah pisang bolen Harum Sari sebesar
Rp. 20.381, 73 per satu sisir buah pisang dengan rasio nilai tambah 87,59 % .
3. Strategi pemasaran pada industri pisang bolen CV. Mayang Sari dan Harum
Sari yakni menggunakan marketing mix yang terdiri dari empat komponen
Mayang Sari dan Harum Sari melakukan produksi pisang bolen dengan
beberapa rasa. Harga jual CV. Mayang Sari adalah Rp. 20.000 per kotak dan
Harum Sari adalah Rp. 30.000 per kotak, sebagai komponen strategi harga.
Komponen distribusi menunjukkan bahwa CV. Mayang Sari dan Harum Sari
menggunakan saluran distribusi langsung dan tidak langsung, serta komponen
promosi oleh CV. Mayang Sari mengunakan periklanan di surat kabar
sedangkan Harum Sari tidak menggunakan komponen promosi.
B. Saran
1. Bagi Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan, serta instansi terkait lainnya di Kota Bandar Lampung, agar
mendorong pengembangan usaha industri pisang bolen dengan memberikan
bantuan modal usaha.
2. Bagi pemilik industri pisang bolen, agar terus meningkatkan kualitas pisang
bolen yang dihasilkan agar tidak terpengaruh oleh pesaing sejenis yang
memberikan harga lebih murah, dan tetap mempertahankan industri pisang
bolen di Bandar Lampung, dengan cara mengikuti perkembangan teknologi
baru untuk keberlangsungan industri pisang bolen dan menjalin kerjasama
dengan pihak lain.
3. Bagi penelitian lain sebaiknya melakukan penelitian lanjutan mengenai
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, . 1996. Manajemen Pemasaran : Dasar, Konsep, dan Strategi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 406 hlm.
BPS Propinsi Lampung. 2010. Lampung Dalam Angka. Bandar Lampung
Darmawanti, P. 2012. Strategi Pemasaran Keripik Pisang Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan di Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. Jurnal. Vol 8, No. 2, Februari 2012.
Drs. M. Mursid. 2006. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Effendi, 2005. Proses Pengolahan Komoditi Hortikultura. www.pdfsearch.com.
Diakses tanggal 20 Maret 2012. Pada pukul 20.00 WIB.
Fransisdo, S. 2011. Analisis Pendapatan, Nilai Tambah, dan Kelayakan Finansial Keripik di Bandar Lampung. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung.
Freddy, R. 1995. Manajemen Persediaan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Hasibuan, M. 2005. Manajemen; Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta : Bumi Aksara.
Hayami, Y. Toshihiko, M. , dan M. Asdjidin. 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java : A Perspektif From a Sunda Vilage the CGPRT Center. Bogor
Kotler, P. dan Gary Armstrong. 1997. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta : Erlangga. 406 hlm
Ma’arif, M.S. 2003. Manajemen Operasi. Jakarta : PT. Gramedia Widisarana
Pappas, J.L. dan Mark Hirschey. 1995. Ekonomi Manajerial. Edisi Keenam. Jakarta : Binarupa Aksara. 443 hlm
Pratama, Y. 2007. Agroindustri Penyulingan Minyak Daun Cengkeh.
http://pmiisurabaya.awardspace.com/detailartikel.php?judul=Agroindustri %20Penyulingan%20Minyak%20Daun%20Cengkeh.
Diakses tanggal 20 Maret 2012. Pukul 19.30 WIB.
Prihatin, Z. 2006. Analisis Strategi Pemasaran Keripik Pisang Pada Perusahaan Suseno di Bandar Lampung. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
.
Rangkuti, F. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Suryanti. 2000. Pisang : Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar. Jakarta : Penebar Swadaya.
Kotler, P. 1999. Marketing. Jakarta : Erlangga.
Tunggadewi, A.T. 2009. Analisis Profitabilitas Serta Nilai Tambah Usaha Tahu dan Tempe Studi Kasus di Kecamatan Tegal Gundil Cilendek Timur Kota (Skripsi). 88 hlm.