PENGRUH PLIKSI BHN ORGNIK PD TNMN SORGUM PERTM TERHDP PRODUKSI BIOMSS
DN NIR BEBERP VRIETS SORGUM (orghum bicolor [L.] Moench) RATOON I
OLEH
IYUT PRMIT NPITUPULU
Ketersediaanunsurharadaridekomposisibahanorganikrelatiflambat,sehingga aplikasibahanorganikdapatmenunjukkanefekresidupadapertanaman
berikutnya.Sorgummanis(orghum bicolor[L.]Moench)merupakantanaman serealiayangmemilikikemampuanuntukmenghasilkanratoon.
secarafaktorialdenganpetakterbagidalamRancanganKelompokTeracak Sempurna(RKTS)dengantigakaliulangan.Petakutamaadalahdosisbahan organiksebesar0;5;10dan15ton/ha,sedangkananakpetakadalahvarietas sorgumyangterdiriatasvarieatasNumbu,Keller,danWray.Petakpercobaan yangdigunakanpadapenelitianiniberukuran4×4m.
HasilpenelitianmenunjukkanbahwavarietasNumbumemilikiresponsifitas terbaikuntukproduksibiomassadannirasaatratoonIberumur5mstdanvarietas Kellermenunjukkanresponsifitasterbaikuntukproduksibiomassadannirasaat ratoonIberumur10mst.KombinasibahanorganikdanvarietassorgumratoonI yangtepatuntukproduksibiomassadannirayangtinggiadalahpadadosis10 ton/ha×varietasNumbu(b2g1)padaratoon5mstdandosis10ton/ha×varietas Keller(b2g2)padaratoon10mst.
enulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 29 Januari 1991, sebagai
anak ketiga dari enam bersaudara, dari pasangan Bapak Frengki Napitupulu dan
Ibu Lissuryanti Manulang.
endidikan formal yang pernah diikuti antara lain:
1. ada tahun 1998 sampai tahun 2004, terdaftar sebagai murid di Sekolah Dasar
(SD) Negeri 1 Bandar Lampung.
2. ada tahun 2004 sampai tahun 2007, terdaftar sebagai murid di Sekolah
Menengah ertama (SM) Negeri 8 Bandar Lampung.
3. ada tahun 2007 sampai tahun 2010, terdaftar sebagai murid di Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri 9 Bandar Lampung.
Melalui proses Jalur SNMTN (Seleksi Nasional Masuk erguruan Tinggi
Negeri) pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Universitas
Lampung di Fakultas ertanian, Jurusan Agroteknologi dengan Minat Agronomi.
Selama menjadi mahasiswi pernah menjadi anggota Organisasi BEM Fakultas
ertanian pada tahun 2010, asisten dosen Bahasa Inggris pada tahun 2013,
embimbing diskusi agama pada tahun 2013, asisten roduksi Tanaman angan
pada tahun 2014, asisten emuliaan Tanaman pada tahun 2014, Koordinantor Sie
organisasi erkantas Bandar Lampung 2013/2014. enulis melaksanakan raktik
Umum (U) di TN VII, Berkri, Lampung Tengah pada tahun 2013 yang
berjudul “emupukan dan engairan Kelapa Sawit (laeis Guineensis Jacq)
Lahan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) di T erkebunan Nusantara VII
Unit Usaha Bekri Lampung.”
Semasa hidup, penulis pernah berprestasi dalam beberapa ajang lomba,
diantaranya adalah Juara I Speech Contest di SM N 8 Tahun 2006, Juara
Harapan I Story Telling antar SM N Bandar Lampung Tahun 2006, masuk dalam
15 besar peserta Olimpiade Sains Fisika Tahun 2005, Juara I uisi dalam lomba
Hari Kemerdekaan di SM N 8 Tahun 2005 dan Juara III solo song lagu batak
Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi
manusia tidak dapat menyelami
pekerjaan yang dilakukan
llah dari awal sampai akhir.
Yesus Kristus
Kupersembahkan karya ini
Untuk orang-orang yang telah
mengajarkanku makna cinta-kasih dan
ketulusan:
Mama, tulang, kakak dan adikku,
belahan jiwa Ryan Sitompul, serta
almamater yang telah membawaku
uji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kasih dan anugrahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul “engaruh Aplikasi Bahan Organik ada Tanaman Sorgum ertama Terhadap roduksi Biomassa dan Nira Beberapa Varietas Sorgum (orghum bicolor [L.] Moench) Ratoon I” dengan baik.
enulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan yang tidak disengaja. elaksanaan dan penulisan skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik tanpa dukungan dan bimbingan dari semua pihak. enulis telah banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini. Oleh sebab itu, sebagai wujud rasa hormat, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini.
1. Bapak rof.Dr.Ir. Muhammad Kamal, M.Sc. dan Ir. Sunyoto, M.Agr., selaku pembimbing pertama dan kedua atas waktu, saran, nasehat, bantuan,
bimbingan dan motivasi selama pelaksanaan penelitian hingga proses penulisan skripsi;
2. Bapak Dr.Ir. Agus Karyanto, M.Sc., selaku dosen penguji yang telah
memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat dalam penulisan skripsi; 3. rof.Dr.Ir. Ali Kabul Mahi, M.S., selaku dosen pembimbing akademik yang
Agroteknologi Fakultas ertanian Universitas Lampung;
5. Bapak rof.Dr.Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku Ketua Bidang Budidaya ertanian Fakultas ertanian Universitas Lampung;
6. Bapak rof. Dr.Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas ertanian Universitas Lampung;
7. Bapak Sumarko, bapak Jumari, bapak Untung, bapak Walyono dan seluruh karyawan BT Natar yang telah memberikan bantuan selama penelitian; 8. Keluarga tersayang untuk kasih sayang, doa, dukungan materil dan semangat
yang telah diberikan selama ini;
9. Teman seperjuangan dalam melaksanakan penelitian Bangun, Desi, Dian, Galih, Hixkia, Lydia, Novri, Ryzkita dan Sherly atas kerjasama, semangat dan bantuanya dalam melaksanakan penelitian;
10. Teman-teman jurusan Agroteknologi 2010, atas kebersamaan, dukungan dan persahabatan yang terjalin semoga semakin erat dan kompak.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan mereka dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Agustus 2014
3.4.2 Perbaikan petakan ... 21
3.4.3 Pemupukan ... 21
3.4.4 Penjarangan ... 21
3.4.5 Pemeliharaan ... 22
3.5 Variabel Pengamatan ... 22
3.5.1 Panjang batang ... 22
3.5.2 Diameter batang ... 22
3.5.3 Bobot brangkasan basah ... 22
3.5.4 Bobot brangkasan kering ... 23
3.5.5 Volume nira ... 23
3.5.6 Kadar gula (Brix) ... 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24
4.1 Hasil Penelitian ... 24
4.2 Pembahasan ... 41
4.2.1 Biomassa ... 44
4.2.2 Nira ... 47
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 55
5.1 Kesimpulan ... 55
5.2 Saran ... 55
PUSTAKA ACUAN ... 57
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Deskripsi varietas Numbu. ... 11
2. Deskripsi varietas Keller berdasarkan hasil penelitian
Sungkono dkk. (2009). ... 12
3. Deskripsi varietas Wray berdasarkan hasil penelitian
Sungkono dkk. (2009). ... 12
4. Komposisi nira sorgum dan nira tebu. ... 14
5. Susunan perlakuan percobaan. ... 20
6. Rekapitulasi hasil analisis ragam panjang batang, diameter batang, volume nira, kadar brix, bobot brangkasan basah dan bobot brangkasan kering tanaman tanaman sorgum
ratoon I. ... 24
7. Pengaruh dosis bahan organik dan genotipe sorgum terhadap panjang batang sorgum ratoon I umur 5 mst
dan 10 mst. ... 26
8. Pengaruh dosis bahan organik dan genotipe sorgum terhadap diameter batang atas sorgum ratoon I umur 5 mst
dan 10 mst. ... 27
9. Pengaruh dosis bahan organik dan genotipe sorgum terhadap diameter batang tengah sorgum ratoon I umur
5 mst dan 10 mst. ... 28
10. Pengaruh dosis bahan organik dan genotipe sorgum terhadap diameter batang bawah sorgum ratoon I umur
5 mst dan 10 mst. ... 30
11. Pengaruh dosis bahan organik dan genotipe sorgum terhadap volume nira batang atas sorgum ratoon I umur
12. Pengaruh dosis bahan organik dan varietas sorgum
terhadap volume nira batang tengah sorgum ratoon I umur
5 mst dan 10 mst. ... 32
13. Pengaruh dosis bahan organik dan varietas sorgum terhadap volume nira batang bawah sorgum ratoon I
umur 10 mst. ... 33
14. Pengaruh dosis bahan organik dan varietas sorgum terhadap volume nira per tanaman sorgum ratoon I umur
5 mst dan 10 mst. ... 34
15. Pengaruh dosis bahan organik dan varietas sorgum terhadap kadar brix batang atas sorgum ratoon I umur
5 mst. ... 36
16. Pengaruh dosis bahan organik dan varietas sorgum terhadap
kadar brix batang tengah sorgum ratoon I umur 5 mst. ... 37
17. Pengaruh dosis bahan organik dan varietas sorgum terhadap
kadar brix batang bawah sorgum ratoon I umur 5 mst. ... 38
18. Pengaruh dosis bahan organik dan varietas sorgum terhadap kadar brix batang per tanaman sorgum ratoon I
umur 5 mst. ... 39
19. Pengaruh dosis bahan organik dan varietas sorgum terhadap bobot brangkasan basah brangkasan sorgum
ratoon I umur 5 mst. ... 40
20. Pengaruh dosis bahan organik dan varietas sorgum terhadap bobot brangkasan kering brangkasan sorgum
ratoon I umur 5 mst. ... 41
21. Rata-rata panjang batang ratoon I sorgum umur 5 mst ... 63
22. Analisis ragam panjang batang ratoon I sorgum umur
5 mst. ... 63
23. Rata-rata panjang batang ratoon I sorgum umur 10 mst. ... 64
24. Analisis ragam untuk panjang batang ratoon I sorgum
pada umur 10 mst. . ... 64
25. Rata-rata diameter batang atas ratoon I sorgum umur
26. Analisis ragam diameter batang atas ratoon I sorgum
umur 5 mst. ... 65
27. Rata-rata diameter batang atas ratoon I sorgum umur
10 mst. ... 66
28. Analisis ragam diameter batang atas ratoon I sorgum umur
10 mst. ... 66
29. Rata-rata diameter batang tengah ratoon I sorgum umur
5 mst. ... 67
30. Analisis ragam diameter batang tengah ratoon I sorgum
umur 5 mst. ... 67
31. Rata-rata diameter batang tengah ratoon I sorgum umur
10 mst. ... 68
32. Analisis ragam diameter batang tengah ratoon I sorgum
umur 10 mst. ... 68
33. Rata-rata diameter batang bawah ratoon I sorgum umur
5 mst. ... 69
34. Analisis ragam diameter batang bawah ratoon I sorgum
umur 5 mst. ... 69
35. Rata-rata diameter batang bawah ratoon I sorgum umur
10 mst. ... 70
36. Analisis ragam diameter batang bawah ratoon I sorgum
umur 10 mst. ... 70
37. Rata-rata volume nira batang atas ratoon I sorgum umur
10 mst. ... 71
38. Analisis ragam volume nira batang atas ratoon I sorgum
umur 10 mst. ... 71
39. Rata-rata volume nira batang tengah ratoon I sorgum
umur 5 mst. ... 72
40. Analisis ragam volume nira batang tengah ratoon I
sorgum umur 5 mst. ... 72
41. Rata-rata volume nira batang tengah ratoon I sorgum
42. Analisis ragam volume nira batang tengah ratoon I
sorgum umur 10 mst. ... 73
43. Rata-rata volume nira batang bawah ratoon I sorgum
umur 5 mst. ... 74
44. Analisis ragam volume nira batang bawah ratoon I
sorgum umur 5 mst. ... 74
45. Rata-rata volume nira batang bawah ratoon I sorgum
umur 10 mst. ... 75
46. Analisis ragam volume nira batang bawah ratoon I
sorgum umur 10 mst. ... 75
47. Rata-rata jumlah per tanaman ratoon I sorgum umur
5 mst. ... 76
48. Analisis ragam volume nira per tanaman ratoon I sorgum
umur 5 mst. ... 76
49. Rata-rata volume nira per tanaman ratoon I sorgum
umur 10 mst. ... 77
50. Analisis ragam volume nira per tanaman ratoon I sorgum
umur 10 mst. ... 77
51. Rata-rata kadar brix batang atas ratoon I sorgum umur
5 mst. ... 78
52. Analisis ragam kadar brix batang atas ratoon I sorgum
umur 5 mst. ... 78
53. Rata-rata kadar brix batang atas ratoon I sorgum umur
10 mst. ... 79
54. Analisis ragam kadar brix batang atas ratoon I sorgum
umur 10 mst. ... 79
55. Rata-rata kadar brix batang tengah ratoon I sorgum umur
5 mst. ... 80
56. Analisis ragam kadar brix batang tengah ratoon I sorgum
umur 5 mst. ... 80
57. Rata-rata kadar brix batang tengah ratoon I sorgum umur
58. Analisis ragam kadar brix batang tengah ratoon I sorgum
umur 10 mst. ... 81
59. Rata-rata kadar brix batang bawah ratoon I sorgum umur
5 mst. ... 82
60. Analisis ragam kadar brix batang bawah ratoon I sorgum
umur 5 mst. ... 82
61. Rata-rata kadar brix batang bawah ratoon I sorgum umur
10 mst. ... 83
62. Analisis ragam kadar brix batang bawah ratoon I sorgum
umur 10 mst. ... 83
63. Rata-rata kadar brix per tanaman ratoon I sorgum umur
5 mst. ... 84
64. Analisis ragam kadar brix per tanaman ratoon I sorgum
umur 5 mst. ... 84
65. Rata-rata kadar brix per tanaman ratoon I sorgum umur
10 mst. ... 85
66. Analisis ragam kadar brix per tanaman ratoon I sorgum
umur 10 mst. ... 85
67. Rata-rata bobot brangkasan basah ratoon I sorgum umur
5 mst. ... 86
68. Analisis ragam bobot brangkasan basah ratoon I sorgum
umur 5 mst. ... 86
69. Rata-rata bobot brangkasan basah ratoon I sorgum umur
10 mst. ... 87
70. Analisis ragam bobot brangkasan basah ratoon I sorgum
umur 10 mst. ... 87
71. Rata-rata bobot brangkasan kering ratoon I sorgum umur
5 mst. ... 88
72. Analisis ragam bobot brangkasan kering ratoon I sorgum
umur 5 mst. ... 88
73. Rata-rata bobot brangkasan kering ratoon I sorgum umur
74. Analisis ragam bobot brangkasan kering ratoon I sorgum
umur 10 mst. ... 89
75. Korelasi antar variabel pengamatan pada sorgum ratoon I
umur 5 mst. ... 90
76. Korelasi antar variabel pengamatan pada sorgum ratoon I
umur 10 mst. ... 90
77. Produksi biomassa dan nira berdasarkan varietas sorgum
ratoon I. ... 90
78. Data analisis tanah sebelum dilakukan penelitian. ... 91
79. Data curah hujan stasiun Rejosari, Kecamatan Natar,
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tata letak percobaan ... 19
2. Tata letak lubang tanam per satuan percobaan ... 20
3. Pengaruh kombinasi bahan organik dan varietas sorgum
terhadap bobot brangkasan basah sorgum ratoon I ... 46
4. Pengaruh kombinasi bahan organik dan varietas sorgum
terhadap volume nira sorgum ratoon I ... 47
5. Volume nira sorgum ratoon I pada ruas batang atas, tengah
dan bawah ... 48
6. Pengaruh kombinasi bahan organik dan varietas sorgum
terhadap kadar brix sorgum ratoon I ... 49
7. Kadar brix sorgum ratoon I pada ruas batang atas, tengah
dan bawah ... 50
8. Korelasi bobot brangkasan basah dengan volume nira
ratoon I sorgum berumur 10 mst ... 51
9. Input Analisis Varians untuk diameter batang 5 mst dengan rancangan Splitplot dalam RKTS dengan program
SAS ... 92
10.Output progam Analisis Varians untuk diameter batang 5 mst dengan rancangan Splitplot dalam RKTS dengan
program SAS ... 93
11.Input variabel pengamatan untuk uji korelasi dengan
program SPSS ... 96
12.Output hasil uji korelasi antar variabel dengan program
13.Pengukuran variabel pengamatan ratoon I berumur 5 mst
dan 10 mst ... 97
14.Pemanenan sampel untuk biomassa dan nira sorgum
ratoon I ... 97
15.Pengukuran bobot brangkasan basah dan pengukuran
bobot brangkasan kering sampel sorgum ratoon I ... 98
16.Penggilingan dan pengukuran volume nira dan kadar brix
. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Kebutuhan energi dunia yang dinamis dan semakin terbatasnya cadangan energi
fosil menyebabkan perhatian terhadap energi terbarukan semakin meningkat,
terutama terhadap sumber-sumber energi terbarukan dari sektor pertanian.
Hampir seluruh komoditas budidaya di sektor pertanian dapat menghasilkan
biomassa, sebagai sumber bahan yang dapat diubah menjadi energi terbarukan
(bioenergi). Tetapi sering kali pengadaan bioenergi tidak sejalan dengan
pengadaan bahan pangan, sehingga pengadaan bioenergi sering disebut - sebut
sebagai salah satu faktor yang mendorong terjadinya krisis pangan (Rahmi, 2007).
Salah satu jenis bioenergi yang sudah lama dikembangkan untuk menggantikan
bahan bakar minyak (BBM) adalah bioetanol yang dibuat dari biomassa
(tanaman) melalui proses biologi (fermentasi). Bioetanol dapat dengan mudah
diproduksi dari tanaman - tanaman yang mengandung gula. Diantaranya tetes
tebu, aren, sagu, jagung dan singkong. Dari berbagai jenis tanaman yang dapat
dijadikan sebagai sumber bahan baku bioetanol, salah satu diantaranya adalah
Sorgum manis (Sorghum bicolor [L.] Moench) merupakan salah satu tanaman
serealia selain tanaman padi dan jagung yang saat ini memiliki prospek yang
cukup menjanjikan untuk dikembangkan sebagai bahan pakan, pangan, dan
bioetanol (bioenergi). Hampir seluruh bagian dari tanaman sorgum seperti biji,
tangkai biji, daun, batang dan akar dapat dimanfaatkan. Adapun batang sorgum
terutama jenis sorgum manis memiliki kandungan nira sebagaimana halnya
tanaman tebu. Nira sorgum dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula
dan bioetanol. Selain itu, nira sorgum merupakan produk yang memiliki
keunggulan bahkan apabila dibandingkan dengan nira tebu. Keunggulannya
terletak pada tingkat produktivitas dan ketahanan tanaman sorgum. Produk lain
yang dapat dikembangkan dari keseluruhan bagian tanaman sorgum adalah
biomassa. Keseluruhan bagian tanaman sorgum merupakan biomassa yang sangat
potensial untuk dijadikan bahan pakan segar bagi ternak (Sari, 2009).
Keunggulan lain tanaman sorgum adalah kemampuan tanaman sorgum untuk
tumbuh pada lahan marjinal, lebih tahan kering dan dapat tumbuh kembali setelah
tanaman dipangkas saat panen (ratoon). Namun keunggulan tanaman sorgum
yang tidak diimbangi dengan pemilihan varietas dan cara budidaya yang tepat,
berakibat pada tingkat produksi yang rendah baik secara kuantitas maupun
kualitas terutama pada ratoon tanaman sorgum. Penggunaan pupuk anorganik
tanpa disertai penambahan bahan organik ke dalam tanah adalah salah satu cara
budidaya yang kurang tepat.
Sejalan dengan keunggulan tanaman sorgum, pengembangan sorgum pada lahan
Penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah
sekaligus memperbiki sifat fisik tanah. Pelepasan unsur hara dari bahan organik
berlangsung pelan-pelan, sehingga membuat efek residu pada tanaman sorgum
berikutnya. Dengan demikian, aplikasi bahan organik terhadap tiga varietas
sorgum pertama yaitu varietas Numbu, Keller dan Wray diharapkan dapat
memberikan pengaruh dalam meningkatkan produksi biomassa dan nira pada
tanaman sorgum ratoon I.
Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
. Apakah bahan organik dapat meningkatkan produksi biomassa dan nira
tanaman sorgum ratoon I?
2. Apakah varietas berpengaruh terhadap produksi biomassa dan nira tanaman
sorgum ratoon I?
3. Apakah terdapat pengaruh interaksi antara dosis bahan organik dan varietas
terhadap produksi biomassa dan nira tanaman sorgum ratoon I?
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
. Mengetahui dosis bahan organik yang tepat untuk produksi biomassa dan nira
sorgum ratoon I yang tinggi.
2. Mengetahui responsifitas varietas yang terbaik diantara tiga varietas sorgum
ratoon I untuk produksi biomassa dan nira yang tinggi.
3. Mengetahui respon kombinasi bahan organik dan varietas sorgum ratoon I
1.3 Kerangka Pemikiran
Sorgum manis (Sorghum bicolor [L]. Moench) adalah salah satu tanaman serealia,
yang dapat mencapai tinggi 3−5 m. Sebagai tanaman C4 maka sorgum adalah
tanaman efisien karena dapat menghasilkan produk fotosintesis yang tinggi
(Dajue dan Guangwei, 2000).
Menurut Soeranto (2002), hampir seluruh bagian dari tanaman sorgum seperti biji,
tangkai biji, daun, batang dan akar dapat dimanfaatkan. Biomassa dan nira
sorgum adalah produk turunan selain pati dan kerajinan tangan yang dapat
dihasilkan dari tanaman sorgum. Keseluruhan bagian tanaman sorgum
merupakan biomassa yang sangat potensial untuk dijadikan bahan pakan segar
bagi ternak (Sari, 2009). Adapun batang sorgum terutama jenis sorgum manis
memiliki kandungan nira yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan
gula dan bioetanol sebagaimana halnya tanaman tebu. Fanindi dkk. (2005),
menjelaskan bahwa nira sorgum mengandung kadar glukosa yang cukup besar
karena kualitas nira sorgum manis setara dengan nira tebu dan kadar gula (dalam
derajat brix) nira sorgum lebih tinggi dibandingkan dengan nira tebu.
Kelebihan lain dari sorgum adalah tanaman dapat tumbuh kembali setelah
tanaman dipangkas saat panen (ratoon). Kemampuan tanaman untuk dapat
diratoon berbeda antarvarietas. Sorgum sendiri mempunyai beberapa varietas
yang beredar di pasaran. Setiap varietas ini mempunyai kemampuan produksi
yang berbeda-beda. Hasil penelitian terhadap 0 varietas introduksi yang
Batang sorgum yang telah dipotong, akan meghasilkan tunas-tunas baru yang
disebut ratoon. Tunas-tunas yang baik adalah tunas yang tumbuh dari batang di
dalam tanah. Karena itu pemotongan batang sorgum saat panen harus dilakukan
tepat di atas permukaan tanah. Pemotongan batang sorgum dapat dilakukan
hingga 2-3 kali pemangkasan dengan kemampuan produksi ratoon lebih rendah
dibandingkan dengan tanaman sorgum pertama. Namun dengan pemeliharaan
yang baik, hasil ratoon akan menyamai atau bahkan lebih daripada hasil tanaman
sorgum varietas induknya (Ismail dan Kodir, 977).
Selain varietas, produksi biomassa dan nira sorgum ratoon I juga dipengaruhi oleh
teknik budidaya melalui pemupukan dengan bahan organik. Menurut Nasaruddin
(200), penambahan bahan organik sebanyak 5 ton/ha dapat meningkatkan hasil
biji sorgum dan hasil penelitian Sutriadi dkk. (2005), menunjukkan bahwa
aplikasi bahan organik sebesar 2 ton/ha meningkatkan produksi jagung sebesar
6% pada musim pertama dan mencapai 40% pada musim kedua.
Salah satu keistimewaan bahan organik adalah unsur hara yang tersedia lama
dalam tanah (residu), akibat adanya proses dekomposisi bahan organik oleh
mikroorganisme dalam tanah. Sifat residu bahan organik memungkinkan
produksi biomassa dan nira pada sorgum ratoon I lebih tinggi dibandingkan pada
tanaman sorgum pertama. Dengan demikian, pertumbuhan sorgum ratoon I akan
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
. Perbedaan dosis bahan organik pada tanaman sorgum pertama mampu
memberikan perbedaan produksi biomassa dan nira yang dihasilkan sorgum
ratoon I.
2. Perbedaan varietas sorgum ratoon I akan menunjukkan perbedaan produksi
biomassa dan nira.
3. Kombinasi yang tepat antara bahan organik dan varietas sorgum ratoon I akan
. TNJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum
.1.1 Asal dan penyebaran sorgum
Menurut USDA (2008), kedudukan sorgum manis (Sorghum bicolor [L.]
Moench) dalam ilmu taksonomi tumbuhan adalah :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta Sub Dvisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Sorghum
Spesies : Sorghum bicolor [L.] Moench
Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) berasal dari negara Afrika.
Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan,
dibudidayakan di daerah kering seperti di Afrika. Dari benua Afrika menyebar
luas ke daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini memiliki adaptasi yang luas,
toleran terhadap kekeringan sehingga sorgum menyebar di seluruh dunia. Negara
penghasil utama adalah Amerika, Argentina, RRC, India, Nigeria, dan beberapa
Negara Afrika Timur, Yaman dan Australia. Untuk Indonesia sendiri, tanaman
pembudidayaannya. Sebagai bahan pangan dan pakan ternak sorgum memiliki
kandungan nutrisi yang baik, bahkan kandungan proteinnya lebih tinggi daripada
beras (Hartman dkk., 198).
.1. Morfologi tanaman sorgum
Tanaman sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) merupakan tanaman graminae
yang mampu tumbuh hingga 6 meter. Bunga sorgum termasuk bunga sempurna
dimana kedua alat kelaminnya berada di dalam satu bunga. Pada daun sorgum
terdapat lapisan lilin yang ada pada lapisan epidermisnya. Adanya lapisan lilin
tersebut menyebabkan tanaman sorgum mampu bertahan pada daerah dengan
kelembaban sangat rendah (Kusuma dkk., 2008). Morfologi dari tanaman sorgum
adalah:
1. Akar : tanaman sorgum memiliki akar serabut
2. Batang : tanaman sorgum memiliki batang tunggal yang terdiri atas ruas-ruas
3. Daun : terdiri atas lamina (blade leaf) dan auricle
4. Rangkaian bunga sorgum yang nantinya akan menjadi bulir-bulir sorgum.
Tanaman sorgum tumbuh tegak lurus dan tidak bercabang, mempunyai batang
yang beruas-ruas dan berbuku-buku. Setiap ruas mempunyai alur yang letaknya
berselang-seling dan setiap buku mengeluarkan daun berhadapan dengan alur.
Pada bagian tengah batangnya terdapat sel-sel parenkim atau seludang pembuluh
yang diselubungi oleh lapisan keras (Candra, 2011).
Tanaman ini dapat beranak banyak di atas leher akar. Tetapi ada juga yang tidak
2,5 m tergantung dari varietasnya. Batangnya ada yang mengandungg air dengan
kadar gula yang banyak, tetapi ada juga yang berarir tapi tidak manis (Nadira dan
Nurfaida, 2012).
.1.3 Syarat tumbuh
Tanaman sorgum dapat berproduksi walaupun dibudidayakan dilahan yang
kurang subur, air yang terbatas dan masukkan (input) yang rendah, bahkan
dilahan yang berpasirpun sorgum dapat dibudidayakan. Namun apabila ditanam
pada daerah yang berketinggian diatas 500 m dpl tanaman sorgum akan terhambat
pertumbuhannya dan memiliki umur yang panjang. Menurut hasil penelitian,
lahan yang cocok untuk pertumbuhan yang optimum untuk pertanaman sorgum
adalah :
1. Suhu optimum 23°̄- 30° C
2. Kelembaban relatif 20% - 40%
3. Suhu tanah ± 25° C
4. Ketinggian ≤ 800 m dpl
5. Curah hujan 35 - 425 mm/th
6. pH 5,0 - ,5
Selain persyaratan diatas sebaiknya sorgum jangan ditanam di tanah Podzolik
Merah Kuning yang masam, namun untuk memperoleh pertumbuhan dan
produksi yang optimal perlu dipilih tanah ringan atau mengandung pasir dan
.1.4 Ratoon sorgum
Ratoon merupakan pengeprasan batang sorgum bagian bawah yang dekat dengan
permukaan tanah. Hasil keprasan inilah yang selanjutnya disebut tunggul.
Pengeprasan ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan tunas baru. Dengan
teknik budidaya dan pemeliharaan yang baik tunas-tunas ini akan tumbuh menjadi
tanaman baru. Pemangkasan sebaiknya dilakukan tepat pada pangkal batang yang
dekat dengan permukaan tanah. Tunas yang tumbuh dari ruas batang yang jauh
dari permukaan tanah bersifat lemah dan mudah rebah bila terkena angin yang
cukup kencang (Sirappa, 2003).
Pengeprasan sorgum penting dilakukan karena dapat menghemat penggunaan
benih dan biaya pengolahan tanah. Pada tanah seluas 1 ha pengeprasan dapat
menghemat penggunaan benih 10-15 kg. Selain itu, umur panen tanaman yang
berasal dari tunggul lebih cepat 20-30 hari dibandingkan dengan tanaman yang
berasal dari biji (Karanja, 2008).
Menurut Alfandi (2006), ratoon merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
hasil tanaman persatuan luas lahan dan persatuan waktu, meskipun pertumbuhan
tanaman yang berasal dari tunggul cenderung lebih rendah dibandingkan dengan
tanaman sorgum yang berasal dari biji.
.1.5 Varietas sorgum
Pentingnya tanaman sorgum tersebut menyebabkan perkembangan pemuliaan
diarahkan pada tinggi tanaman, hasil, ketahanan terhadap hama penyakit, kualitas
dan mutu biji. Berdasarkan bentuk malai dan tipe spikelet, sorgum
diklasifikasikan ke dalam 5 ras yaitu ras Bicolor, Guenia, Caudatum, Kafir, dan
Durra. Program pemuliaan sorgum telah berhasil memperoleh varietas dengan
kandungan gula yang tinggi (sweet sorghum) sehingga dapat menggantikan
tanaman tebu sebagai penghasil bahan pemanis. Sorgum manis tersebut telah
berhasil dibudidayakan di China sebagai bahan pembuat biofuel (Kusuma dkk.,
2008). Beberapa varietas sorgum manis (sweet sorghum) yang digunakan dalam
penelitian ini adalah varietas Numbu, Keller dan Wray. Adapun karakteristik
masing-massing varietas adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Deskripsi varietas Numbu.
Variabel Keterangan
Jumlah daun 14 helai Tinggi tanaman 18 cm
Panen 100-105 hari
Panjang malai 22-23 cm
Bentuk/sifat biji Bulat lonjong, mudah rontok Ukuran biji 4,2; 4,8; 4,4 mm
Warna biji Krem
Bobot 1000 biji 36-3 g Rata-rata hasil 3,11 ton/ha
Ketahanan Tahan hama aphis, penyakit karat dan bercak daun
Tabel 2. Deskripsi varietas Keller berdasarkan hasil penelitian Sungkono dkk. Bobot 100 biji 1,81 g Waktu berbunga 3 hst Bobot kering malai 4,3 g Bobot biji per malai 21,53 g Jumlah biji per malai 92,33 butir
Tabel 3. Deskripsi varietas Wray berdasarkan hasil penelitian Sungkono dkk. (2009). Bobot 100 biji 1,86 g Waktu berbunga 4 hst Bobot kering malai 3,98 g Bobot biji per malai 21,04 g Jumlah biji per malai 1008,33 butir
2.2 Bahan Organik dan Peranannya Bagi Tanah
Peranan bahan organik dalam memperbaiki kesuburan tanah, yaitu (1)
melalui penambahan unsur-unsur hara N, P, dan K yang secara lambat tersedia,
(2) meningkatkan kapasitas tukar kation tanah sehingga kation-kation hara yang
penting tidak mudah mengalami pencucian dan tersedia bagi tanaman, (3)
memperbaiki agregat tanah sehingga terbentuk struktur tanah yang lebih baik
air sehingga ketersediaan air bagi tanaman lebih terjamin, dan (5) meningkatkan
aktivitas mikroba tanah (Hardjowigeno, 2003).
Kualitas pupuk organik tergantung pada bahan baku dan proses pembuatannya.
Pupuk kandang sapi merupakan pupuk organik yang sangat berperan dalam
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk kandang sapi dapat
meningkatkan pH, C-organik, ketersediaan nitrogen, fosfor, kalium dan unsur
mikro bagi tanaman. Pupuk kandang sapi umumnya digunakan petani karena
mudah diperoleh dan sebagian petani juga memelihara ternak (Setyorini dkk.,
2006).
Pupuk kandang sapi sebagai sumber bahan organik memiliki kelebihan
jika dibandingkan dengan pupuk anorganik seperti (1) pupuk kandang sapi dapat
meningkatkan kadar bahan organik tanah, (2) meningkatkan nilai tukar kation, (3)
memperbaiki strutur tanah, (4) meningkatkan aerasi dan kemampuan tanah dalam
memegang air dan (5) menyediakan lebih banyak macam unsur hara seperti
nitrogen, fosfor, kalium dan unsur mikro lainnya (Tisdale dan Nelson, 1991 ) serta
(6) penggunaannya tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
(Donahue dkk., 199). Selain kelebihan tersebut pupuk kandang sapi juga
memiliki kekurangan antara lain : (1) kandungan unsur haranya yang rendah, (2)
tersedia bagi tanaman secara perlahan-lahan sehingga membutuhkan waktu yang
2.3 Nira Sorgum
Nira adalah cairan yang keluar dari pohon ataupun batang seperti aren, tebu,
lontar, sorgum dan tanaman penghasil nira lainnya. Komposisi nira dari suatu
jenis tanaman dipengaruhi beberapa faktor yaitu antara lain varietas tanaman,
umur tanaman, kesehatan tanaman, keadaan tanah, iklim, pemupukan, dan
pengairan. Demikian pula setiap jenis tanaman mempunyai komposisi nira yang
berlainan dan umumnya terdiri dari air, sukrosa, gula reduksi, bahan organik lain,
dan bahan anorganik. Air dalam nira merupakan bagian yang terbesar yaitu
antara 5 – 90 %. Sukrosa merupakan bagian zat padat yang terbesar berkisar
antara 12,30 – 1,40 %. Gula reduksi antara 0,50 – 1,00 % dan sisanya
merupakan senyawa organik serta anorganik (Akuba, 2004). Gula reduksi dapat
terdiri dari heksosa, glukosa, dan fruktosa, serta mannosa dalam jumlah yang
rendah sekali. Nira sorgum mengandung kadar glukosa yang cukup besar karena
kualitas nira sorgum manis setara dengan nira tebu dan belum dimanfaatkan (Sari,
2009).
Tabel 4. Komposisi nira sorgum dan nira tebu.
Komposisi Nira Sorgum Nira Tebu
Brix (%) 13,6 – 18,40 12-19
Sukrosa 10,0 -14,40 9-1
Gula reduksi (%) 0,5 – 1,35 0,48-1,52
Abu (%) 1,28 – 1,5 0,40-0,0
Amilum (ppm) 209 – 164 1,50-95
Asam akonitat 0,56 0,25
Dari Tabel diatas, terlihat bahwa kadar gula (dalam derajat brix) nira sorgum lebih
tinggi dibandingkan dengan nira tebu. Nira sorgum memiliki kelemahan dalam
kadar abu, amilum dan asam akonitat yang lebih tinggi dibandingkan dengan nira
tebu (Fanindi dkk., 2005).
Batang sorgum apabila diperas akan menghasilkan nira yang rasanya manis.
Kadar air dalam batang sorgum kurang lebih 0 persen, sehingga kandungan nira
dalam batang sorgum juga sebesar 0%. Batang sorgum manis yang
menghasilkan nira biasanya dapat digunakan sebagai bioetanol dan pakan ternak
(Nurdyastuti, 2008).
2.4 Kadar Gula (Brix)
Brix ialah zat padat kering terlarut dalam suatu larutan yang dihitung sebagai
sukrosa. Zat yang terlarut seperti gula (Sukrosa, glukosa, fruktosa, dan lain-lain),
atau garam-garam klorida atau sulfat dari kalium, natrium, kalsium, dan lain-lain
merespon dirinya sebagai brix dan dihitung setara dengan sukrosa. Satuan brix
merupakan satuan yang digunakan untuk menunjukkan kadar gula yang terlarut
dalam suatu larutan. Semakin tinggi derajat brixnya maka semakin manis larutan
tersebut. Sebagai contoh kasus dalam pengolahan nira bahwa nilai brix adalah
gambaran seberapa banyak zat padat terlarut dalam nira. Di dalam padatan
terlarut tersebut terkandung gula dan komponen bukan gula. Sebagai gambaran,
bila diperoleh nilai brix 1% maka dalam setiap 100 bagian nira terdiri dari 1
Pada nira, padatan terlarut terdiri atas gula dan bukan gula. Dalam industri gula
dikenal istilah-istilah pol, brix dan HK (hasil bagi kemurnian). Istilah-istilah ini
terdapat analisa gula, baik dari nira sampai menjadi gula Kristal. Zat padat
terlatut atau biasa disebut dengan brix 15 mengandung gula, pati, garam-garam
dan zat organik. Baik buruknya kualitas nira tergantung dari banyaknya jumlah
gula yang terdapat dalam nira. Untuk mengetahui banyaknya gula yang
terkandung dalam gula lazim dilakukan analisa brix dan pol. Nama alat ukur brix
adalah refraktometer yang biasa digunakan untuk mengukur padatan yang terlarut
dalam suatu larutan. Ada 2 jenis refraktometer, yaitu:
1. Digital : cukup taruh cairan pada hole sample (2-5 ml) kemudian tekan start,
dan hasilnya keluar di display.
2. Manual : cukup taruh 2-3 tetes dipermukaan lensa kemudian ditutup, dari
ujung lubang diintip maka akan kelihatan batas terang gelap pada skala
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan dan Laboratorium Ilmu Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung pada bulan September sampai Desember 2013. Lahan percobaan
terletak pada ketinggian 135 m dpl, dengan jenis tanah Latosol dan sebagian
Podsolik Merah Kuning (PMK). Iklim di sekitar kebun percobaan termasuk
kedalam tipe B (Schmith Ferguson, 1951) dengan curah hujan rata-rata 1786
mm/tahun (BPTP Lampung, 2013).
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan organik
(campuran pupuk kandang sapi dan sekam) (Yuwono, 2009), pupuk anorganik
(Urea, SP-36 dan KCL), ratoon I varietas sorgum (Numbu, Keller dan Wray)
yang berasal dari BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) Sulusuban,
Lampung Tengah. Ratoon ini merupakan benih introduksi yang diteliti oleh
Prof.Dr. Soeranto Hoeman dan dibawa ke Lampung oleh Dr. Sungkono
panen ± 100-105 hari, potensi hasil 4,0-5,0 ton/ha. Varietas Keller memiliki
diameter batang 1,17 cm, tinggi tanaman 269,10 cm, umur sorgum 4-4,5 bulan.
Sedangkan varietas Wray memiliki diameter batang 1,73 cm, tinggi tanaman
231,16 cm, umur sorgum 4-4,5 bulan. Sorgum manis yang digunakan memiliki
volume nira 67-76 ml dan kadar gula (brix) sebesar 5,8-13,7obrix.
Sedangkan alat yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu mesin pompa air,
selang, refraktometer manual, kertas koran, sabit, tali plastik, label sampel, cutter,
jangka sorong, gelas ukur, streples, meteran, timbangan, plastik mesin penggiling,
koran, alat tulis, karung, kamera dan oven.
3.3 Metode Penelitian
Perlakuan disusun secara faktorial dengan Petak Terbagi (Split plot design) dalam
Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS) dengan tiga ulangan. Petak
utama adalah dosis bahan organik (b), yaitu 0 (b0); 5 (b1); 10 (b2); dan 15
ton/ha(b3). Sedangkan anak petak adalah varietas tanaman sorgum (g) yang
terdiri dari varietas Numbu (g1); Keller (g2) dan Wray (g3). Petak percobaan
yang digunakan pada penelitian ini berukuran 4 m × 4 m, dengan jarak tanam 20
cm × 80 cm, sehingga terdapat 62.500 tanaman/ha.
Homogenitas data diuji dengan menggunakan uji Bartlet dan aditivitas data diuji
dengan uji Tukey. Bila kedua asumsi terpenuhi, maka dilakukan pemisahan nilai
Tabel 5. Susunan perlakuan percobaan.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Pemotongan batang
Pemotongan batang dilakukan setelah panen tanaman sorgum pertama.
Pemotongan dilakukan secara manual pada ketinggian batang 1 cm di atas
permukaan tanah.
3.4.2 Perbaikan petakan
Perbaikan petak pertanaman dilakukan setelah pemotongan batang, untuk
memperjelas batas antarpetak. Perbaikan petakan meliputi perataan tanah,
pembumbunan dan perbaikan saluran drainase.
3.4.3 Pemupukan
Pemupukan dengan pupuk NPK diberikan dalam bentuk Urea, SP-36 dan KCl
sebanyak dua kali, yaitu pemupukan pertama dengan perbandingan dosis ½: 1: 1
pada saat ratoon berumur 2 MST dan pemupukan kedua diberikan pada 6 MST
dengan perbandingan ½: 0: 0 dengan sistem larikan dan ditutup dengan tanah.
Pemupukan ini bertujuan untuk menyediakan unsur hara makro dalam tanah.
3.4.4 Penjarangan
Penjarangan dilakukan dua minggu setelah pemotongan batang tanaman sorgum
pertama, yaitu dengan cara membuang tunas-tunas yang tumbuh dalam
pertanaman sorgum dan menyisakan satu tunas yang terbaik pada setiap batang
3.4.5 Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman sorgum ratoon I meliputi penyiangan, pembumbunan,
penyiraman dan pengendalian hama-penyakit.
3.5 Variabel Pengamatan
Komponen yang diamati dalam penelitian ini adalah:
3.5.1 Panjang batang
Pengukuran panjang batang dilakukan pada saat tanaman memasuki fase vegetatif
(5 mst) dan generatif (10 mst) dengan membagi batang tanaman menjadi tiga
bagian (batang atas, batang tengah dan batang bawah) yang sama panjang.
Pengukuran dilakukan dalam satuan sentimeter (cm).
3.5.2 Diameter batang
Diameter batang diukur secara terpisah antara bagian batang bawah, batang
tengah dan batang atas dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran
diameter batang dilakukan pada saat tanaman memasuki fase vegetatif (5 mst) dan
generatif (10 mst) dengan satuan millimeter (mm).
3.5.3 Bobot brangkasan basah
Bobot brangkasan basah diukur secara bersamaan antara akar, batang dan daun
dengan menggunakan timbangan. Pengukuran bobot brangkasan basah dilakukan
pada saat tanaman memasuki fase vegetatif (5 mst) dan generatif (10 mst) dengan
3.5.4 Bobot brangkasan kering
Bobot brangkasan kering diperoleh dengan cara mengeringkan secara bersamaan
antara bagian akar, batang dan daun dengan oven kemudian ditimbang.
Pengukuran bobot brangkasan kering dilakukan pada saat tanaman memasuki fase
vegetatif (5 mst) dan generatif (10 mst) dengan satuan gram (g).
3.5.5 Volume nira
Pengukuran nira batang sorgum ratoon I dilakukan dengan cara menggiling
batang tanaman sorgum, memerasnya dan menampung nira yang keluar.
Kemudian nira diukur volumenya dengan menggunakan gelas ukur. Pengukuran
nira dilakukan pada saat tanaman memasuki fase vegetatif (5 mst) dan generatif
(10 mst) dengan satuan milliliter (ml).
3.5.6 Kadar gula/brix
Kadar gula pada nira diukur dengan menggunakan refraktometer manual.
Pengukuran kadar brix dilakukan pada saat tanaman memasuki fase vegetatif (5
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan:
1. Produksi biomassa dan nira yang optimum dicapai pada aplikasi bahan organik
dengan dosis 10 ton/ha pada sorgum ratoon I.
2. Varietas Numbu memiliki responsifitas terbaik untuk produksi biomassa dan
nira saat ratoon berumur 5 mst dan varietas Keller menunjukkan responsifitas
terbaik untuk produksi biomassa dan nira saat ratoon berumur 10 mst.
3. Respon kombinasi bahan organik dan varietas sorgum ratoon I yang tepat
untuk produksi biomassa dan nira yang tinggi adalah pada dosis 10 ton/ha x
varietas Numbu (b2g1) pada ratoon 5 mst dan dosis 10 ton/ha x varietas Keller
(b2g2) pada ratoon 10 mst.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan agar:
1. Saat penelitian perlu memperhatikan kondisi lahan dan metode dalam
pengaplikasian bahan organik untuk mengurangi kehilangan bahan organik
2. Pemberian bahan organik perlu dilakukan kembali pada ratoon atau
pertanaman selanjutnya untuk menjaga ketersediaan bahan organik dalam
kuba, R.H. 2004. Profil aren. Pengembangan tanaman aren. alam Prosiding Seminar Nasional ren. Tondano. Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain. 9 Juni. 1-9 hlm.
lfandi. 2006. Pengaruh tinggi pemangkasan (ratoon) dan pupuk nitrogen terhadap produksi padi (Oryza sativa L.) kultivar ciherang. Jurnal Agrijati
Vol.2. 1-7 hlm.
lmodares, ., M.R. Hadi, M. Ranjbar, dan R. Taheri. 2007. The effects of nitrogen treatments, cultivar and harvest stages on stalk yield and sugar content in sweet sorghum. Asian J. Plant Sci. 6(2):423-426.
tmodjo, M.C.T. 2011. Tanaman sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench)
pada berbagai umur tanaman untuk pakan ternak. Seminar Sains dan
Teknologi-IV. Bandar Lampung 29-30Novemver 2011. http://lemlit.unila.ac.id/file/rsip-2012/Prosiding% 20Seminar%20Nasional%20STEK%20IV/
Buku%202/STK%202031.pdf. Diakses tanggal22 Mei 2014.
Balai Penelitian Serealia. 2013. Peningkatan Peran Penelitian Serealia Menuju
Pertanian Bioindustri. Sulawesi Selatan. 65 hlm.
Balai Penelitian Tanah. 2004. Petunjuk Teknis Uji Mutu dan Efektivitas Pupuk
Alternatif Anorganik. Bogor. 50 hlm.
BPTP. 2013. Sekilas Kebun Percobaan Natar BPTP Lampung.
http://lampung.litbang.deptan.go.id. Diakses tanggal25 Mei 2014.
Candra, M. J. 2011. Pengaruh pemberian mikoriza vesikular arbuskular (MV) dan berbagai dosis pupuk kompos terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench). Universitas Pembangunan
Nasional Veteran. Yogyakarta.
Dahlan, M., Haryono, dan Soepangat. 1986. Produktivitas pertanaman ratoon
Silage, 1 Sept−15 Dec 1999 in FO, 2000. Vol. 161. 123−124 hlm.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 1996. Sorgum manis komoditi harapan di propinsi kawasan timur Indonesia. alam Prosiding Prospek Tanaman Sorgum untuk Pengembangan groindustri, 17−18 Januari 1995. Edisi Khusus Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian No.4-1996: 6− 12.
Donahue, R. L., R.W. Miller dan J.C. Shikluna. 1977. Soils, An Introduction to
Soils and Plant Growth. 4 Ed. New Jersey : Prentice-Hall, Inc,. 662 hlm.
Efendi, R., M. qil dan M. Pabendon. 2012. Evaluasi genotipe sorgum manis
(Sorghum bicolor [L.] Moench) produksi biomas dan daya ratun tinggi.
JurnalIlmiah Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Vol. 32 No. 2. 120
hlm.
Fanindi, ., S. Yuhaeni. dan H. Waahyu. 2005. Pertumbuhan dan produktivitas tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L) Moench) dan sorghum sudanense (Piper) Stafp) yang mendapatkan kombinasi pemupukan N, P, K dan Ca.
alam Prosiding Seminar NasionalTeknologi Peternakan dan Veteriner
2005. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Foyer, C., . Kingston-Smith dan C. Pollock. 1997. Sucrose and invertase, an uneasy alliance. Iger Innovation: 17-21.
Halis, . 2009. Produksi tiga varietas kentang dengan berbagai dosis pemupukan yang ditanam pada tiga ketinggian tempat. Tesis tidak diterbitkan.
Makassar : Program Pascasarjana Unhas.
Hardjowigeno. 2003. Ilmu Tanah. kademika Pressindo. Jakarta.
Hartman, H. T., W. J. Flocker dan . M. Kofranek. 1987. Plant Science. Prentice-Hall, New Jersey.
Human, S. 2007. Peluang dan potensi pengembangan sorgum manis. Makalah
pada workshop: Peluangdan tantangan sorgum manis sebagai bahan baku bioetanol. Jakarta: Dirjen Perkebunan Departemen Pertanian.
Ismail, I. G. dan M. . Kadir. 1977. Cara bercocok tanam sorgum. Buletin
Tehnik LP3 No.2. Bogor.
Junita, F., S. Muhartini dan D. Kastono. 2002. Pengaruh frekuensi penyiraman dan takaran pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil pakchoi.
Kismianti. 2010. Rancangan Percobaan engan SAS.
http://www.staff.uny.ac.id/sites/default/files/RNCOB%20SS.pdf. Diakses tanggal 12 Juni 2014.
Kusuma, J., F.N. zis, . Hanif, Erifah I., M. Iqbal, . Reza dan Sarno. 2008. Tugas Terstruktur Mata Kuliah Pemulihan Tanaman Terapan; Sorgum. Departemen Pendidikan Nasional, Universitas Jenderal Soedirman, Fakultas Pertanian, Purwokerto.
Kuswurj, R. 2007. Penentuan Kadar Brix alam Contoh Nira Tebu.
http://www.risvank.com/tag/brix/. Diakses tanggal 7 Oktober 2013.
Lingga, P. 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nadira, R.S dan Nurfaida. 2012. Budidaya Sorghum. Penerbitan Masagena Press. Makassar.
Nasaruddin. 2010. asar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit Yayasan Forest Indonesia dan Fakultas Pertanian Unhas. Makassar.
Nurdyastuti, I. 2008. Teknologi Proses Produksi Bio-Ethanol, Prospek Pengembangan Biofuel Sebagai Substitusi Bahan Bakar Minyak. Balai Besar Teknologi Pati – BPPT. Jakarta.
Nurmala, T.S.W. 2003. Serealia Sumber Karbohidrat Utama. Rineka Cipta. Jakarta.
Paturau, J. M. 1996. By Products of The Cane Sugar Industry. Elsivier Publishing Co,. msterdam.
Purnomohadi, M. 2006. Potensi penggunaan beberapa varietas sorgum manis
(Sorghum bicolor [L.] Moench) sebagai tanaman pakan. JurnalBerk.
Penel. Hayati: Vol. 12 No.41-4. Surabaya. 41–44 hlm.
Putrianti, R. D. 2013. Pengaruh lama penyimpanan batang sorgum manis
(Sorghum bicolor (L) Moench)terhadap rendemen dan brix nira yang
dihasilkan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Rahmi, S. dan Zubachtirodin. 2007. Teknologi Budidaya Gandum. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.
Rauf, .W., T. Syamsudin dan S.R. Sihombing. 2010. Peranan Pupuk NPK
Pada Tanaman Padi. http: //www.pustaka.litbang.deptan.go.id. Diakses
Sarief. S. 1986. Kesuburan Tanah dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung : Pustaka Buana.
Setyorini, D., R. Saraswati dan E.. nwar. 2006. Kompos Pupuk Organik Dan Pupuk Hayati Organik Fertilizer Dan Biofertilizer. Balai Besar Litbang Sumber daya lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 313 hlm.
Sirappa, M. P. 2003. Prospek pengembangan sorgum di Indonesia sebagai komoditas alternatif untuk pangan, pakan, dan industri. Jurnal Litbang
Pertanian 22 (4): 133-140.
Soeranto, H. 2002. Prospek dan Potensi Sorgum Sebagai Bahan Baku Bioetanol.
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BTN). Jakarta Selatan.
Subeni. 2000. Pengaruh pengolahan tanah terhadap pertumbuhan dan hasil enam varietas sorgum manis. Jurnal Ebryo.
Sucipto. 2010. Efektifitas cara pemupukan terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas sorgum manis (Sorghum bicolor (L.)Moench). Jurnal
Embryo Vol. VII No.2. Universitas Trunojoyo. 67-74 hlm.
Sungkono, Trikoesoemaningtyas, D. Wirnas, D. Sopandie, S. Human dan M. . Yudiarto. 2009. Pendugaan parameter genetik dan seleksi galur mutan sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) di tanah masam. Jurnal Agron.
Indonesia. 37 (3):220-225.
Sutriadi, M.T., R. Hidayat, S. Rochayati, dan D. Setyorini. 2005. meliorasi lahan dengan fosfat alami untuk perbaikan kesuburan tanah kering masam Typic Hpludox di Kalimantan Selatan. alam prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Sumber Daya Tanah dan Iklim. Buku II. Bogor, 14-15 September. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan groklimat, Bogor. 143-155 hlm.
Supriyadi, J. Syamsiyah, dan Y. Indryastutik. 2004. Pengaruh pengkayaan kompos sampah kota dengan bakteri penambat N-bebas, bakteri pelarut pospat dan EM-4 terhadap laju dekomposisi dan kualitas pupuk. Jurnal
Ilmu Tanah. 3(1): 11-16.
Tisdale, S.L. dan W. L. Nelson. 1991. Soil Fertility and Fertilizer. New York : The Mc Millan Company.
USD. 2008. Classification for Kingdom Plantae own to Species Sorghum
Yasin, M. 2001. Pengaruh cara pemupukan terhadap pertumbuhan dan hasil ratun beberapa varietas sorgum manis. Jurnal Ebryo.
Yuwono, N.W. 2009. Membangun kesuburan tanah di lahan marginal. Jurnal
Ilmu Tanah dan Lingkungan 9 : 137-141.
Zhu, Y.J., E. Komor dan P.H. Moore . 1997. Sucrose accumulation in the sugarcane stem is regulated by the difference between the activities of soluble acid invertase and sucrose phosphate synthase. JurnalPlant