• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kemampuan laba dan arus kas dalam memprediksi kas masa depan: studi empiris pada Perusahaan Aneka Industri dan Industri Dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kemampuan laba dan arus kas dalam memprediksi kas masa depan: studi empiris pada Perusahaan Aneka Industri dan Industri Dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEMAMPUAN LABA DAN ARUS KAS DALAM MEMPREDIKSI ARUS KAS MASA DEPAN

(Studi Empiris Pada Perusahaan Aneka Industri dan Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

Oleh Rif’an Qodrie NIM : 102082026210

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

ANALISIS KEMAMPUAN LABA DAN ARUS KAS DALAM MEMPREDIKSI ARUS KAS MASA DEPAN

(Studi Empiris Pada Perusahaan Aneka Industri dan Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

Oleh: Rif’an Qodrie

ABSTRACT

The objective of this study is to investigate whether earnings or operating cash flows have more predictive ability to predict future operating cash flows between firms reporting positive profit and firms reporting negative profit. The first hypothesis is earnings predictor is better than operating cash flows predictor to predict future operating cash flows for firms reporting positive profit. Second, earnings predictor is better than operating cash flows predictor to predict future operating cash flows for firms reporting negative profit. Third, earnings and operating cash flows have significant to future operating cash flows for firms reporting positive profit. Lastly, earnings and operating cash flows have significant to future operating cash flows for firms reporting negative profit.

There were 36 financial statements of firms reporting positive profit and 48 financial statements of firms reporting negative profit for the period 2004-2007 include as a sample.The statistical methods are used in this research: multiple linear regression, T-test and F-test on the 5% level significance.

The statistical results show that earnings predictor are not significant to predict future operating cash flows while current operating cash flows still have more ability to predict future operating cash flows for firms reporting positive profit. For firms reporting negative profit, earnings and operating cash flows are not significant to predict future operating cash flows while earnings and current operating cash flows have not ability to predict future operating cash flows. The results of this research also show F-test is significant for firms reporting positive profit , which means that both predictors, earnings and cash flow can be used for predicting future operating cash flows. For firms reporting negative profit, earnings and operating cash flows can not be used for predicting future cash flows.

(3)

ANALISIS KEMAMPUAN LABA DAN ARUS KAS DALAM MEMPREDIKSI ARUS KAS MASA DEPAN

(Studi Empiris Pada Perusahaan Aneka Industri dan Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

Oleh: Rif’an Qodrie

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki apakah laba atau arus kas operasi yang mempunyai kemampuan lebih baik untuk memprediksi arus kas operasi masa depan antara perusahaan yang melaporkan laba positif dan perusahaan yang melaporkan laba negatif. Hipotesis yang pertama adalah prediktor laba lebih baik daripada prediktor arus kas operasi untuk memprediksi arus kas operasi masa depan untuk perusahaan yang melaporkan laba positif. Kedua, prediktor laba lebih baik daripada prediktor arus kas operasi untuk memprediksi arus kas operasi masa depan untuk perusahaan yang melaporkan laba negatif. Ketiga, Laba dan arus kas operasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap arus kas operasi masa depan untuk perusahaan yang melaporkan laba positif. Terakhir, laba dan arus kas operasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap arus kas operasi masa depan untuk perusahaan yang melaporkan laba negatif.

Ada 36 laporan keuangan untuk perusahaan yang melaporkan laba positif dan 48 laporan keuangan untuk perusahaan yang melaporkan laba negatif periode 2004-2007 yang dimasukkan sebagai sampel. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini: regresi linier berganda, T-test dan F-test yang diuji pada tingkat signifikasi 5%.

Hasil uji statistik menunjukkan prediktor laba tidak berpengaruh secara signifikan untuk memprediksi arus kas operasi masa depan dimana arus kas operasi tahun berjalan masih mempunyai kemampuan yang lebih baik untuk memprediksi arus kas operasi masa depan untuk perusahaan yang melaporkan laba positif. Untuk perusahaan yang melaporkan laba negatif, laba dan arus kas operasi tidak berpengaruh secara signifikan untuk memprediksi arus kas operasi masa depan dimana laba dan arus kas operasi tidak mempunyai kemampuan untuk memprediksi arus kas operasi masa depan. Hasil penelitian F-test juga menunjukkan pengaruh yang signifikan untuk perusahaan yang melaporkan laba positif, artinya kedua prediktor, laba dan arus kas operasi dapat digunakan untuk memprediksi arus kas operasi masa depan. Untuk perusahaan yang melaporkan laba negatif, laba dan arus kas operasi tidak dapat digunakan untuk memprediksi arus kas operasi masa depan.

(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Laporan Keuangan ... 9

1. Pengertian Laporan Keuangan ... 9

2. Tujuan Laporan Keuangan ... 11

3. Tujuan Pelaporan Keuangan ... 12

4. Pemakai Laporan Keuangan ... 13

5. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan ... 14

(5)

B. Laba ... 20

1. Pengertian Laba ... 20

2. Bentuk Laporan Laba Rugi ... 22

3. Kegunaan dan Keterbatasan Laporan Laba Rugi ... 25

C. Arus Kas ... 27

1. Pengertian Arus Kas ... 27

2. Tujuan Laporan Arus Kas ... 29

3. Isi dan Format Laporan Arus Kas ... 30

4. Sifat dan Keterbatasan Laporan Arus Kas ... 32

5. Manfaat Laporan Arus Kas ... 32

6. Isi dan Bentuk Laporan Arus Kas ... 34

D. Penelitian Terdahulu ... 35

E. Keterkaitan Antar Variabel ... 37

F. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 39

1. Kerangka Pemikiran ... 39

2. Hipotesis ... 39

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 41

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 41

B. Metode Penentuan Sampel ... 41

C. Metode Pengumpulan Data ... 42

1. Penelitian Pustaka ... 42

2. Penelitian Lapangan ... 42

D. Metode Analisis Data ... 42

1. Statistik Deskriptif ... 42

2. Uji Asumsi Klasik ... 43

3. Uji Hipotesis ... 45

E. Operasional Variabel ... 47

1. Laba ... 47

2. Arus Kas ... 47

(6)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Umum ... 49

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 49

2. Aneka Industri dan Industri Dasar dan Kimia... 51

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 52

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 52

2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 54

3. Hasil Uji Hipotesis ... 61

C. Pembahasan ... 66

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Implikasi ... 70

C. Keterbatasan ... 71

D. Saran ... 72

Daftar Pustaka ... 73

(7)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 36

4.1 Data Sampel Penelitian Perusahaan Berlaba Positif ... 50

4.2 Data Sampel Penelitian Perusahaan Berlaba Positif ... 50

4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif Perusahaan Berlaba Positif ... 53

4.4 Hasil Uji Statistik Deskriptif Perusahaan Berlaba Negatif ... 53

4.5 Hasil Uji Multikolinieritas Perusahaan Berlaba Positif ... 54

4.6 Hasil Uji Multikolinieritas Perusahaan Berlaba Negatif ... 55

4.7 Hasil Uji Autokorelasi Perusahaan Berlaba Positif ... 60

4.8 Hasil Uji Autokorelasi Perusahaan Berlaba Negatif ... 60

4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi Perusahaan Berlaba Positif ... 61

4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi Perusahaan Berlaba Negatif ... 62

4.11 Hasil Uji Statistik t Perusahaan Berlaba Positif ... 63

4.12 Hasil Uji Statistik t Perusahaan Berlaba Negatif ... 64

4.13 Hasil Uji Statistik F Perusahaan Berlaba Positif ... 65

(8)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 39

4.1 Grafik Hasil Uji Heterokedastisitas Perusahaan Berlaba Positif ... 56

4.2 Grafik Hasil Uji Heterokedastisitas Perusahaan Berlaba Negatif ... 57

4.3 Gambar Hasil Uji Normalitas Perusahaan Berlaba Positif ... 58

[image:8.595.113.509.177.562.2]
(9)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Keterangan Halaman

1 Sampel Data Perusahaan ... 75

2 Data Laba Dan Arus Kas Perusahaan Berlaba Positif ... 76

3 Data Laba Dan Arus Kas Perusahaan Berlaba Negatif ... 77

4 Data Yang Siap Diolah Untuk Perusahaan Berlaba Positif ... 78

5 Data Yang Siap Diolah Untuk Perusahaan Berlaba Negatif ... 79

6 Output Hasil Uji Statitik Perusahaan Berlaba Positif ... 80

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keputusan-keputusan ekonomi yang akan diambil oleh para pemakai laporan keuangan membutuhkan evaluasi terlebih dahulu atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (kas atau setara kas), serta kepastian dari hasil tersebut. Para pemakai laporan keuangan dapat mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dengan lebih baik jika mereka mendapatkan informasi yang difokuskan pada posisi keuangan, laba, perubahan posisi keuangan dan laporan arus kas perusahaan.

Pada beberapa situasi, laba bersih gagal memberikan gambaran yang akurat tentang kinerja sebuah perusahaan pada beberapa periode tertentu (Skousen, 2004:316). Untuk perusahaan-perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi, laba yang positif tidak menjamin adanya arus kas yang memadai. Arus kas dari aktivitas operasi adalah indikator yang lebih baik dalam menggambarkan apakah perusahaan dapat terus memenuhi komitmennya kepada para kreditor, pelanggan, karyawan, dan investor dalam waktu dekat.

(11)

yang dilaporkan mungkin mengindikasikan masalah yang membayangi di masa depan.

Pada awalnya laporan keuangan hanya terdiri dari neraca dan laporan laba-rugi. Di Indonesia, kewajiban untuk melaporkan arus kas dimulai pada tahun 1994 dengan adanya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 yang menyatakan perusahaan harus menyusun laporan arus kas dan menyajikan laporan arus kas tersebut sebagai bagian yang tak terpisahkan (integral) dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan (Yolanda Bahler dan Rahmat Febrianto, 2006:2).

(12)

Laporan laba-rugi membantu pemakai laporan keuangan memprediksi arus kas masa depan dengan berbagai cara. Sebagai contoh, investor dan kreditor dapat menggunakan informasi yang terdapat dalam laporan laba-rugi untuk mengevaluasi kinerja masa lalu perusahaan, memberikan dasar untuk memprediksikan kinerja masa depan dan membantu menilai risiko atau ketidakpastian pencapaian arus kas masa depan. Singkatnya, informasi yang terdapat dalam laporan laba rugi (pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian) membantu para pemakai mengevaluasi kinerja masa lalu dan memberikan masukan tentang pencapaian tingkat arus kas tertentu di masa depan (Kieso, 2002:15).

(13)

tidak mungkin informasi akuntansi akan menjadi informasi yang penting bagi para pengambil keputusan (Parawiyati dan Zaki Baridwan, 1998:2).

Informasi laba yang dihitung berdasarkan basis akrual merupakan alat prediksi yang lebih baik alat prediksi terbaik atas arus kas masa depan dibanding arus kas sendiri (Bandi dan Rahmawati, 2005:28). Arus kas memberikan prediksi arus kas masa depan lebih baik dibanding laba. Penggunaan current accruals dan revenues dalam model tidak memberikan pengaruh yang signifikan. (Supriyadi, 1998 dalam Bandi dan Rahmawati, 2005:28 ).

Informasi arus kas historis berguna untuk memprediksi dividen, disamping itu jumlah arus kas dari aktivitas operasi khususnya merupakan indikator untuk menentukan apakah arus kas yang dihasilkan cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi, serta melanjutkan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Laba dan arus kas merupakan keuntungan investasi modal (benefit of equity investment), menjadi informasi penting bagi para investor untuk mengetahui perkembangannya (Parawiyati dan Zaki Baridwan, 1998:3).

(14)

membandingkannya dengan kewajiban-kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk kemungkinan pembayaran dividen masa depan.

Data arus kas mempunyai manfaat potensial dalam berbagai keputusan, seperti: prediksi kegagalan, penaksiran resiko, prediksi pemberi pinjaman, penilaian perusahaan, dan memberikan informasi tambahan pada pasar modal. Para analis keuangan juga merekomendasikan pada investor agar memperhatikan analisis arus kas dalam aktivitas pemilihan saham. Selain itu informasi arus kas dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama (Bandi dan Rahmawati, 2005:30).

Selain sebagai prediktor arus kas masa depan, informasi laba dan arus kas juga membawa muatan informasi ke pasar modal sebagai konsekwensi dari manfaatnya dalam memprediksi arus kas masa depan. Investor menggunakan informasi akuntansi tersebut untuk mengevaluasi kinerja perusahaan-perusahaan yang telah tercatat di pasar modal sebelum mengambil keputusan untuk investasi pada saham perusahaan tertentu yang dianggap akan dapat memberikan return yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan lainnya (Dillah Utami Cahyani, 1999:17).

(15)

melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Kemampuan Laba dan Arus Kas Dalam Memprediksi Arus Kas Masa Depan” (Studi Empiris Pada Perusahaan Aneka Industri dan Industri Dasar dan Kimia di Bursa Efek Indonesia).

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Yolanda Dahler dan Rahmat Febrianto (2006). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan

manufaktur yang go public yang tergolong ke dalam perusahaan Aneka Industri dan Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan sampel perusahaan non financial yang go public di Bursa Efek Jakarta.

2. Tahun yang digunakan dalam penelitian adalah tahun 2004 sampai tahun 2007, sedangkan penelitian sebelumnya tahun 1999 sampai tahun 2004.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah laba dan arus kas mampu memprediksi arus kas masa depan pada saat perusahaan melaporkan laba positif

(16)

3. Apakah laba dan arus kas berpengaruh secara signifikan terhadap arus kas masa depan pada saat perusahaan melaporkan laba positif.

4. Apakah laba dan arus kas berpengaruh secara signifikan terhadap arus kas masa depan pada saat perusahaan melaporkan laba negatif.

C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:

a. Menguji kemampuan laba dan arus kas dalam memprediksi arus kas masa depan pada saat perusahaan melaporkan laba positif.

b. Menguji kemampuan laba dan arus kas dalam memprediksi arus kas masa depan pada saat perusahaan melaporkan laba negatif.

c. Menguji pengaruh laba dan arus kas terhadap arus kas masa depan pada saat perusahaan melaporkan laba positif.

d. Menguji pengaruh laba dan arus kas terhadap arus kas masa depan pada saat perusahaan melaporkan laba negatif.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya:

a. Investor

(17)

b. Analis Keuangan

Menambah pengetahuan analis keuangan tentang kemampuan laba dan arus kas dalam memprediksi arus kas masa depan, sehingga dapat dijadikan acuan untuk menilai prospek proyek investasi atau penanaman modal.

c. Manajemen

Sebagai acuan perusahaan untuk menilai efektivitas dan efisiensi produksi, mengukur penghasilan perusahaan, menyusun rencana kegiatan perusahaan di masa yang akan datang, dan melindungi aset perusahaan.

d. Ilmu Akuntansi Keuangan

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak diluar korporasi. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter. Laporan Keuangan (financial statements) yang sering disajikan adalah neraca, laporan laba-rugi, laporan arus kas, dan laporan ekuitas pemilik atau pemegang saham. Selain itu, catatan atas laporan keuangan atau pengungkapan juga merupakan bagian integral dari setiap laporan keuangan (Kieso, 2002:3).

Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan adalah gambaran tentang neraca, laporan laba-rugi dan laporan perubahan modal dari suatu perusahaan yang terjadi pada saat tertentu.

(19)

laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga (IAI, 2007:3).

Laporan keuangan adalah laporan tertulis yang memberikan informasi kuantitatif tentang posisi keuangan dan perubahan-perubahannya, serta hasil yang dicapai selama periode tertentu. Posisi keuangan memberikan gambaran tentang bagaimana susunan kekayaan yang dimiliki perusahaan dan sumber-sumber kekayaan itu didapat. Perubahan posisi keuangan menunjukkan kemajuan perusahaan, memberikan gambaran tentang apakah perusahaan memperoleh laba dalam melaksanakan kegiatannya, dan apakah perusahaan mengalami perkembangan yang menunjukkan manajemen telah mengelola perusahaan dengan berhasil (Sadeli, 2008:18).

(20)

2. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. (IAI, 2007:3). Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.

Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin melihat apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen (IAI, 2007:1.2)

(21)

Laporan keuangan merupakan sarana utama membuat laporan informasi keuangan kepada orang-orang dalam perusahaan (manajemen dan para karyawan) dan kepada masyarakat diluar perusahaan (Gill, 1999:2).

Tujuan umum laporan keuangan menurut Sadeli (2008:19) adalah sebagai berikut:

a. Menyajikan informasi yang dapat diandalkan tentang kekayaan dan kewajiban

b. Menyajikan informasi yang dapat diandalkan tentang perubahan kekayaan bersih perusahaan sebagai hasil dari kegiatan usaha.

c. Menyajikan informasi yang dapat diandalkan tentang perubahan kekayaan bersih yang bukan berasal dari kegiatan usaha.

d. Menyajikan informasi yang dapat membantu para pemakai dalam menaksir kemampuan perusahaan memperoleh laba.

e. Menyajikan informasi lain yang sesuai atau relevan dengan keperluan para pemakainya.

3. Tujuan Pelaporan Keuangan

(22)

beberapa negara tertentu tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi bagi investor (Kieso, 2002:6).

Tujuan pelaporan keuangan yang utama dalam kerangka konseptual (Skousen, 2004:31) adalah menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan serta laporan yang dibuat tidak boleh dan seharusnya tidak terlalu sederhana agar dapat dimengerti oleh semua orang. Investor dan kreditor sangat bergantung pada informasi yang terdapat pada laporan keuangan periodik yang disediakan oleh pihak manajemen. Pelaporan keuangan harus dapat memberikan informasi yang berguna dalam mengakses jumlah, waktu, dan ketidakpastian (risiko) dari arus kas prospektif.

4. Pemakai Laporan Keuangan

(23)

Secara umum, semua pihak yang berkepentingan dengan kesehatan keuangan suatu perusahaan disebut dengan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders). Stakeholders yang menggunakan informasi akuntansi biasanya dapat dibedakan menjadi dua yaitu: pemakai internal dan pemakai eksternal. Pemakai internal yaitu pengambil keputusan yang secara langsung berpengaruh terhadap kegiatan internal perusahaan. Sedangkan pemakai eksternal yaitu pengambil keputusan yang berkaitan dengan hubungan mereka dengan perusahaan (Skousen, 2004:9).

5. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu: (a) dapat dipahami, (b) relevan, (c) keandalan, (d) dapat dibandingkan (IAI, 2007:7).

a. Dapat Dipahami

(24)

b. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Peran informasi dalam peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory) berkaitan satu sama lain. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan.

c. Keandalan

Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Informasi mungkin relevan tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan.

d. Dapat Dibandingkan

(25)

dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut.

Karakteristik kualitatif informasi akuntansi adalah atribut-atribut menyangkut kualitas yang harus tercermin atau dimiliki agar informasi akuntansi yang disajikan didalam pelaporan keuangan berguna atau bermanfaat untuk pengambilan keputusan oleh para pemakainya (Harnanto, 2002:21). Secara garis besar, komponen-komponen dari karakteristik kualitatif informasi akuntansi menurut Spiceland (2004:20) dan Harnanto (2002:21) adalah sebagai berikut: (a) dapat dipahami, (b) bermanfaat untuk pengambilan keputusan, (c) relevan, (d) reliabel atau dapat dipercaya, (e) komparabilitas, (f) konsistensi, (g) efektivitas biaya, (h) materialitas, (i) konservatisme.

a. Dapat Dipahami

Kualitas informasi akuntansi yang terpenting bagi para pemakai laporan adalah terletak pada kemudahannya untuk dapat dimengerti atau dipahami. Untuk maksud ini para pamakai laporan diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang perusahaan sebagai pelaku ekonomi dan kegiatan bisnisnya, serta kemauan untuk mempelajari informasi keuangan secara tekun.

b. Bermanfaat Untuk Pengambilan Keputusan

(26)

c. Relevan

Untuk dikatakan relevan, informasi akuntansi harus mampu mempengaruhi atau berpotensi untuk mendorong dibuatnya suatu keputusan yang berbeda, antara keputusan yang dibuat berdasar informasi dengan keputusan yang dibuat tanpa didasarkan pada informasi terkait.

d. Reliabel

Untuk dapat dikatakan reliabel, informasi akuntansi harus memiliki karakteristik atribut-atribut kualitas inheren sebagai berikut: dapat diverifikasi, netral atau obyektif, dan jujur atau mencerminkan apa yang seharusnya atau apa yang secara wajar dapat diharapkan atau diungkapkan.

e. Komparabilitas

Informasi keuangan tertentu mengenai suatu perusahaan akan lebih bermanfaat, apabila dapat diperbandingkan dengan informasi yang sama dari perusahaan lain.

f. Konsistensi

Informasi keuangan tertentu mengenai suatu perusahaan akan lebih bermanfaat apabila dapat diperbandingkan dengan informasi dari perusahaan yang sama dalam periode-periode yang lain.

g. Efektivitas Biaya

(27)

kesalahan didalam memilih alternatif atau membuat suatu keputusan akan semakin besar, apabila dilakukan tanpa mempertimbangkan keseluruhan informasi yang relevan dan reliabel.

h. Materialitas

Suatu informasi dikatakan material apabila dapat diharapkan akan mempunyai dampak pada keputusan-keputusan ekonomi yang dibuat oleh pemakai yang sudah sepantasnya harus diketahui oleh pihak penyaji.

i. Konservatisme

Penggunaan konsep konservatisme didalam praktek akuntansi dan pelaporan keuangan tercermin pada penetapan taksiran umur atau masa kegunaan, dan nilai residu aktiva tetap untuk tujuan perhitungan depresiasinya, penghapusan sekaligus aktiva tak berwujud yang diragukan manfaat potensialnya, penilaian berdasar harga pokok dan harga pasar untuk persediaan, pengakuan adanya kewajiban dan kerugian-kerugian yang jumlahnya ditaksir.

6. Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan

(28)

a. Laporan yang bersifat historis

Yaitu penyajian data-data yang telah lalu sehingga belum mencerminkan kondisi keuangan sekarang.

b. Laporan keuangan bersifat umum

Calon pemakai tidak tahu secara rinci posisi keuangan perusahaan. c. Penyusunan laporan keuangan masih mengandung bias dalam

penafsiran-penafsiran dan pertimbangannya.

d. Akuntansi hanya dapat memberi laporan kasar dan belum terperinci mengenai elemen-elemen pembanding.

e. Laporan keuangan bersifat konservatif

Yaitu tidak mengikuti dan mengantisipasi kebutuhan perusahaan f. Laporan keuangan tidak mempertimbangkan aspek-aspek lainnya

diluar aspek ekonomi dalam memperhitungkan peristiwa yang sebenarnya terjadi.

g. Adanya penggunaan istilah-istilah teknis dalam laporan keuangan yang tidak komunikatif bagi masyarakat awam atau pemakai.

h. Adanya penggunaan berbagai macam metode akuntansi, akan menyebabkan terjadinya perbedaan baik dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis maupun dalam pengukuran tingkat keberhasilan perusahaan.

(29)

Bagaimanapun besarnya manfaat laporan keuangan, seorang pengguna laporan akuntansi keuangan harus memahami berbagai sifat dan keterbatasan yang dimiliki laporan keuangan konvensional agar dalam membaca dan memanfaatkannya tidak menimbulkan salah tafsir atau salah penggunaan (Harahap, 2001:91). Berbagai sifat yang ada didalamnya memberikan kontribusi terhadap keterbatasan atau kelemahan informasi laporan keuangan. Berbagai kelemahan akuntansi konvensional ini telah disorot oleh berbagai pihak. Beberapa isu yang sangat ditentang adalah: a. Metode penilaian historical cost yang dianggap tidak memberikan

informasi yang relevan bagi investor apalagi pada masa inflasi.

b. Sistem alokasi yang dinilai subjektif dan arbiter sehingga bisa menimbulkan penyalahgunaan akuntansi untuk melakukan penipuan untuk kepentingan pihak tertentu yang dapat merugikan pihak lain. c. Prinsip konservatisme yang dianggap menguntungkan pemegang

saham dan merugikan pihak lain.

d. Perbedaan standar dan perlakuan untuk mencatat dan memperlakukan transaksi atas pos yang berbeda.

e. Perbedaan dalam pengakuan pendapatan: accrual basis dan cash basis. f. Perbedaan dalam pengakuan pendapatan atau biaya.

B. Laba

1. Pengertian Laba

(30)

“Peningkatan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal”.

Sedangkan menurut Sadeli (2008:24) Laba adalah:

“Selisih penghasilan yang diterima perusahaan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut, merupakan pendapatan bersih perusahaan, atau lebih dikenal dengan istilah laba atau rugi perusahaan. Dikatakan laba, jika penghasilan melebihi atau lebih besar dari biaya-biaya, sedangkan dalam keadaan sebaliknya disebut rugi”.

Laba menurut Ardiyos (2009:358) adalah sebagai berikut:

“Laba adalah selisih antara pendapatan yang diterima dengan biaya pengorbanan input yang digunakan untuk menghasilkan output”.

Laba menurut Skousen (2004:226) adalah sebagai berikut:

“Laba adalah hasil dari investasi. Salah satu definisi laba yang diterima lebih luas adalah jumlah yang dapat diberikan kepada investor (sebagai hasil investasi) dan kondisi perusahaan diakhir periode masih sama baiknya atau kayanya (well-off) dengan diawal periode”.

Laba menurut Subiyantoro (2004:25) adalah sebagai berikut:

“Laba didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang dapat direalisasikan, yang dihasilkan dari transaksi dalam satu periode dengan biaya yang layak dibebankan kepadanya. Ini berarti bahwa laba merupakan selisih lebih dari pendapatan-pendapatan yang diterima oleh perusahaan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan”.

Sedangkan Simangunsong (2005:18) mendefinisikan laba sebagai berikut:

(31)

Berdasarkan definisi di atas, pengertian laba adalah selisih pendapatan atas beban yang berasal dari kegiatan usaha dan tidak berasal dari penanaman modal. Sebagai akibatnya, akan meningkatkan manfaat ekonomi selama suatu periode tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas.

2. Bentuk Laporan Laba Rugi

Dalam melaporkan pendapatan, keuntungan, beban dan kerugian, ada beberapa format yang digunakan yaitu: (a) laporan laba rugi bentuk langsung (single-step income statement), (b) laporan laba rugi bertahap (multiple-step income statement), (c) laporan laba rugi ringkas (Kieso, 2002:154).

a. Laporan Laba Rugi Bentuk Langsung

(32)

Keunggulan utama format langsung terletak pada kesederhanaan penyajian dan tidak ada implikasi bahwa satu jenis pos pendapatan atau beban lebih diprioritaskan dari yang lainnya. Dengan demikian, format langsung menghilangkan masalah klasifikasi yang bisa muncul. b. Laporan Laba Rugi Bertahap

Laporan laba rugi bertahap (multiple-step income statement) memisahkan transaksi operasi dari transaksi non-operasi, serta menandingkan biaya dan beban dengan pendapatan yang berhubungan. Format bertahap menampilkan berbagai komponen laba yang digunakan untuk menghitung rasio yang akan dipakai dalam menilai kinerja perusahaan (Kieso, 2002:156). Bentuk umum dari laporan laba rugi bertahap adalah dengan mengurangkan harga pokok penjualan dan beban operasi dari pendapatan operasi untuk mendapatkan laba operasi (Skousen, 2004:271).

Jika yang dipakai adalah laporan laba rugi bertahap, berikut sebagian atau semua bagian atau subbagian yang akan disajikan:

1) Bagian Operasi

Bagian yang melaporkan pendapatan dan beban dari operasi utama perusahaan.

(a) Bagian Penjualan atau Pendapatan

(33)

(b) Bagian Harga Pokok Penjualan

Subbagian yang memperlihatkan harga pokok barang yang dijual untuk mendapatkan penjualan.

(c) Beban Penjualan

Subbagian yang mencantumkan daftar beban-beban yang berasal dari upaya perusahaan untuk melakukan penjualan. (d) Beban Administrasi atau umum

Subbagian yang melaporkan beban-beban administrasi umum 2) Bagian Non Operasi

Laporan pendapatan dan beban yang berasal dari aktivitas sekunder atau tambahan dari perusahaan. Selain itu, keuntungan dan kerugian khusus yang jarang muncul dan tidak biasa, tetapi tidak keduanya, biasanya juga dilaporkan dalam bagian ini. Umumnya pos-pos ini dibagi menjadi dua subbagian utama:

(a) Pendapatan dan Keuntungan Lain

Daftar pendapatan yang dihasilkan atau keuntungan yang terjadi dari transaksi nonoperasi, yang umumnya berupa nilai bersih dari beban yang terkait.

(b) Beban dan Kerugian Lain

(34)

3) Pajak Penghasilan

Bagian pendek yang melaporkan pajak penghasilan yang dikenakan atas laba dari operasi berlanjut.

4) Operasi yang Dihentikan

Keuntungan atau kerugian material yang berasal dari disposisi segmen bisnis.

5) Pos-pos Luar Biasa

Keuntungan dan kerugian material yang bersifat tidak biasa dan jarang terjadi.

6) Pengaruh Kumulatif dari Perubahan Prinsip Akuntansi 7) Laba per Saham.

c. Laporan Laba Rugi Ringkas

Dengan format ini, laporan laba rugi hanya mencantumkan total kelompok beban dan menyusun skedul beban tambahan untuk mendukung total-total tersebut. Format ini menyajikan laporan ringkas yang sederhana agar para pemakai dapat langsung menemukan faktor-faktor yang penting (Kieso, 2002:158).

3. Kegunaan dan Keterbatasan Laporan Laba Rugi a. Kegunaan Laporan Laba Rugi

(35)

1) Mengevaluasi kinerja masa lalu perusahaan

Dengan mengkaji pendapatan dan beban, pemakai bisa mengetahui bagaimana kinerja perusahaan dan membandingkannya dengan para pesaing.

2) Memberikan dasar untuk memprediksikan kinerja masa depan Informasi mengenai kinerja masa lalu dapat digunakan untuk menentukan kecendrungan penting yang menyediakan informasi tentang kinerja masa depan.

3) Membantu menilai risiko atau ketidakpastian pencapaian arus kas masa depan

Informasi tentang berbagai komponen laba—pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian—memperlihatkan hubungan diantara komponen-komponen tersebut dan dapat digunakan untuk menilai risiko kegagalan perusahaan meraih tingkat arus kas tertentu di masa depan.

Informasi yang terdapat dalam laporan laba rugi –pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian—membantu para pemakai mengevaluasi kinerja masa lalu dan memberikan masukan tentang pencapaian tingkat arus kas tertentu di masa depan

b. Keterbatasan Laporan Laba Rugi

(36)

1) Pos-pos yang tidak dapat diukur secara akurat tidak dilaporkan dalam laporan laba rugi.

2) Angka-angka laba dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan.

3) Pengukuran laba yang melibatkan pertimbangan.

Sedangkan menurut Hendriksen (1993) dalam Subiyantoro (2004:107) menjabarkan beberapa keterbatasan dari laporan laba rugi diantaranya:

1) Konsep laba akuntansi belum dirumuskan secara jelas.

2) Tidak ada dasar teoritis jangka panjang untuk perhitungan dan penyajian laba akuntansi.

3) Praktek-praktek akuntansi yang diterima memungkinkan ketidakkonsistenan dalam pengukuran laba periodik dari berbagai perusahaan yang sama.

4) Perubahan tingkat harga telah mengubah arti laba yang diukur dalam nilai uang historis.

5) Informasi lain mungkin berguna bagi investor dan pemegang saham untuk pengambilan keputusan.

C. Arus Kas

1. Pengertian Arus Kas

(37)

pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan (IAI, 2007:2.2).

Kas merupakan alat pertukaran yang diakui oleh masyarakat umum, dan oleh sebab itu merupakan dasar yang kuat untuk dipakai sebagai alat pengukur kegiatan ekonomi di dalam perusahaan. Dengan demikian kas meliputi uang tunai dan alat-alat pembayaran yang diterima oleh umum, baik yang ada di perusahaan maupun yang disimpan di Bank (Astuti, 2003:17).

Kas adalah mata uang dan surat-surat berharga yang mempunyai sifat seperti uang tunai yang dimiliki oleh perusahaan baik yang terdapat dalam perusahaan maupun di Bank (Simangunsong, 2004:226). Sedangkan Harahap (2008:205) mendefinisikan kas sebagai pos atau aset yang paling lancar dan paling diminati semua orang, paling mudah dicuri dan dimanipulasi.

Menurut Soemarso (2005:321) Kas terdiri dari saldo kas dan rekening giro. Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid dan yang dengan cepat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.

(38)

Laporan arus kas (Statement of Cash Flow) menjelaskan perubahan pada kas atau setara kas (cash equivalent) dalam periode tertentu. Setara kas adalah investasi jangka pendek yang amat likuid yang bisa segera ditukat dengan kas. Untuk dapat dikatakan setara kas, suatu unsur haruslah dapat segera ditukar dengan kas ketika diperlukan dan sangat dekat dengan masa jatuh temponya sehingga kecil risiko terjadinya perubahan nilai akibat perubahan tingkat suku bunga (Skousen, 2004:319).

2. Tujuan Laporan Arus Kas

Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan selama suatu periode. Untuk tujuan ini, laporan arus kas melaporkan (1) kas yang mempengaruhi operasi selama suatu periode, (2) transaksi pembiayaan, dan (4) kenaikan atau penurunan bersih kas selama satu periode (Kieso (2002) dalam Maryani (2004:40).

Laporan arus kas (Statement of cash flow) melaporkan arus kas masuk dan arus kas keluar yang utama dari suatu perusahaan selama satu periode. Laporan ini menyediakan informasi yang berguna mengenai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dan operasi, mempertahankan dan memperluas kapasitas operasinya, memenuhi kewajiaban keuangannya, dan membayar dividen (Warren, 2006:230).

(39)

satu periode. Laporan arus kas adalah alat yang sempurna untuk menganalisis apakah rencana operasi, investasi, serta pendanaan perusahaan konsisten dan dapat dijalankan (Skousen, 2004:366).

3. Isi dan Format Laporan Arus Kas

Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasi menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan (IAI, 2007:2.2)

a. Aktivitas Operasi

Meliputi pengaruh kas dari transaksi yang digunakan untuk menentukan laba bersih (Kieso, 2002:238). Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah (IAI, 2007:2.4)

1) Penerimaan kas dari penjualan dan jasa

2) Penerimaan kas dari royalti, fees, komisi, dan pendapatan lain 3) Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa

4) Pembayaran kas kepada karyawan

5) Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat asuransi lainnya

6) Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasi secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi.

(40)

b. Aktivitas Investasi

Meliputi penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah (IAI, 2007:2.4):

1) Pembayaran kas untuk membeli aktiva tetap, aktiva tak berwujud, dan aktiva jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aktiva tetap yang dibangun sendiri.

2) Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan, aktiva tak berwujud, dan aktiva jangka panjang lain.

3) Perolehan saham atau instrumen keuangan perusahaan lain.

4) Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta pelunasannya (kecuali yang dilakukan oleh lembaga keuangan). 5) Pembayaran kas sehubungan dengan future contracts, forward

contracts, option contracs, dan swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan pedagangan (dealing or trading), atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.

c. Aktivitas Pendanaan

Melibatkan pos-pos kewajiban dan ekuitas pemilik (Kieso, 2002:238). Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah:

(41)

2) Pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau menebus saham perusahaan.

3) Penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotik, dan pinjaman lainnya.

4) Pelunasan pinjaman

5) Pembayaran kas oleh penyewa guna usaha (lessee) untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa guna usaha pembiayaan (finance lease).

4. Sifat dan Keterbatasan Laporan Arus Kas

Informasi arus kas dapat digunakan sebagai alat ramal dividen mendatang sehingga informasi yang disajikan oleh laporan ini akan lebih relevan bagi para investor dan para kreditor dalam penilaian mereka atas prestasi perusahaan. Salah satu kesulitan dalam penyajian informasi arus kas untuk tujuan evaluasi dan peramalan adalah banyaknya penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu jangka pendek atau dalam periode satu tahun, juga tidak berlaku dengan cara yang dapat diramalkan atau dengan cara yang dapat menggambarkan arus kas sepanjang waktu (Maryani, 2004:44).

5. Manfaat Laporan Arus Kas

(42)

a. Likuiditas adalah kemampuan relatif untuk merubah aktiva kedalam kas, kadang-kadang menunjukkan sebagai aktiva yang dekat dengan kas dan juga menunjukkan hubungan antara hutang jangka pendek dan kas atau pos yang mendekati kas.

b. Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk kas untuk maksud apapun yang diperlukan oleh bisnis, khususnya untuk membayar hutang ketika jatuh tempo.

c. Fleksibilitas keuangan adalah kemampuan dari suatu perusahaan untuk memperoleh kas untuk jangka pendek agar dapat memenuhi kewajiban tak terduga untuk mengambil kesempatan yang tersedia untuk memperoleh keuntungan.

Laporan arus kas berguna bagi manajer dalam mengevaluasi operasi masa lalu dan dalam merencanakan aktivitas investasi serta pendanaan dimasa depan. Laporan ini juga berguna bagi para investor, kreditor, dan pihak-pihak lainnya dalam menilai potensi laba perusahaan. Selain itu, laporan ini juga menyediakan dasar untuk menilai kemampuan perusahaan membayar utangnya yang jatuh tempo (Warren, 2006:230).

(43)

struktur pengelolaan kasnya serta mengetahui besaran arus kas masuk dan keluar perusahaan (Harahap, 2008:204).

6. Isi dan Bentuk Laporan Arus Kas

Untuk menyajikan Laporan Arus Kas menurut Skousen & Smith (2001:284) dalam Maryani (2004:46) dapat digunakan dua metode yaitu: a. Metode Langsung (Direct Method)

Metode ini merupakan suatu pendekatan untuk menghitung dan melaporkan aliran kas dari aktivitas-aktivitas operasi secara lengkap dan baru dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan investasi dan pembiayaan.

b. Metode Tidak Langsung (Indirect Method)

Dalam metode ini penyajiannya dimulai dari laba rugi bersih dan selanjutnya disesuaikan dengan menambah atau mengurangi perubahan dalam pos-pos yang mempengaruhi kegiatan operasional seperti penyusutan, naik turun pos aktiva dan utang lancar.

Dalam metode ini laba bersih disesuaikan dengan menghilangkan: 1) Pengaruh transaksi yang masih belum direalisasi dari arus kas

masuk dan keluar dari transaksi yang lalu seperti perubahan jumlah persediaan defferal income, arus kas masuk dan keluar.

(44)

Kedua metode ini memberikan hasil perhitungan jumlah arus kas bersih yang sama yang diberikan atau digunakan oleh kebanyakan perusahaan karena relatif lebih mudah untuk diterapkan dan untuk merekonsiliasi perbedaan antara laba laba bersih dan arus kas bersih yang diberikan oleh operasi. Metode Langsung dihargai oleh banyak pemakai laporan keuangan karena melaporkan secara langsung sumber arus kas masuk dan keluar kas tanpa penyesuaian secara potensial mengacaukan terhadap laba bersih.

IAI menyarankan pada perusahaan-perusahaan di Indonesia menyajikan laporan arus kas dengan menggunakan metode langsung karena metode ini menghasilkan informasi yang berguna dalam mengestimasi arus kas masa mendatang yang tidak dapat dihasilkan dengan metode tidak langsung.(IAI, 2007: Par12). Pada kenyataannya perusahaan-perusahaan di Indonesia lebih banyak menggunakan metode tidak langsung.

D. Penelitian Terdahulu

(45)
[image:45.595.111.514.169.751.2]

periode. Tabel 2.1 menunjukkan hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai kemampuan laba dan arus kas dalam memprediksi arus kas masa depan.

Tabel 2.1

Tabel Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Metodologi Hasil Penelitian (Tahun) Penelitian Yang Diteliti Penelitian (Kesimpulan)

Parawiyati Kemampuan 1. Laba (X1) Sampel: Laba (X1) dan dan Laba dan 2. Arus Kas (X2) Perusahan Arus Kas (X2) Zaki Baridwan Arus Kas 3. Laba (Y1) Manufaktur berpengaruh

(1998) dalam 4. Arus Kas (Y2) Di BEJ secara signifikan

Memprediksi Periode terhadap Laba (Y1)

Laba dan 1989-1994 dan Arus Kas (Y2)

Arus Kas

Perusahaan

Go Public

Di Indonesia Metode

analisis data

menggunakan

Regresi.

Dillah Muatan 1. Laba (X1) Sampel : Laba (X1) Utami Informasi 2. Akrual (X2) Perusahaan Akrual (X2) Cahyani Tambahan 3.Arus Kas (X3) Manufaktur Arus Kas ( X3)

(1999) Arus Kas 4. Return Saham Di BEJ Tidak berpengaruh

Dari (Y) Periode Secara signifikan

Aktivitas 1991-1994 Terhadap

Operasi, Return Saham (Y)

Investasi Metode

dan Analisis data

Pendanaan Menggunakan

Regresi

Berganda-cross

sectional

Bandi Relevansi 1. Arus Kas Sampel: Arus Kas dan Kandungan Operasi Perusahaan Operasi Rahmawati Informasi (X1) Yang (X1) dan

(2005) Komponen 2. Arus Kas Terdaftar Arus Kas Arus Kas Investasi Di BEJ Investasi Dan Laba (X2) Periode (X2) serta Dalam 3. Arus Kas 1995-2001 Arus Kas Memprediksi Pendanaan Pendanaan Arus Kas (X3) Metode (X3) dan Masa Depan 4. Laba (X4) Analisis data Laba (X4)

5. Arus Kas Menggunakan Berpengaruh

Masa Persamaan Terhadap

Depan (Y) regresi Arus Kas

Masa Depan

(46)

Tabel 2.1 (lanjutan)

Peneliti Judul Variabel Metodologi Hasil Penelitian (Tahun) Penelitian Yang Diteliti Penelitian (Kesimpulan)

Yolanda Kemampuan 1. Laba (X1) Sampel: Laba (X1) Dahler Prediktif 2. Arus Kas Perusahaan Dan

dan Earnings dan (X2) Nonfinansial Arus Kas (X2) Rahmat Arus Kas 3. Arus Kas yang Berpengaruh Febrianto Dalam Masa Terdaftar Terhadap

(2006) Memprediksi Depan Di BEJ Arus Kas Arus Kas (Y) Periode Masa Depan

Masa Depan 1999-2004 (Y)

Metode

Analisis data

Menggunakan

Regresi

Linear

Berganda

E. Keterkaitan Antar Variabel

1. Laba dengan Arus Kas Masa Depan

Penelitian yang dilakukan oleh Yolanda Dahler dan Rahmat Febrianto (2006:12) menyatakan bahwa laba memiliki kemampuan dalam memprediksi arus kas masa depan baik untuk perusahaan yang berlaba positif maupun berlaba negatif. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Parawiyati dan Zaki Baridwan (1998), serta Bandi dan Rahmawati (2005).

[image:46.595.111.514.116.549.2]
(47)

penelitian yang dilakukan oleh Parawiyati dan Zaki Baridwan (1998), Bandi dan Rahmawati (2005) serta Yolanda Dahler dan Rahmat Febrianto (2006) dapat disimpulkan bahwa laba memiliki pengaruh yang signifikan sebagai prediktor untuk memprediksi arus kas masa depan.

2. Arus Kas dengan Arus Kas Masa Depan

Yolanda dahler dan Rahmat Febrianto (2006:12) menyatakan bahwa arus kas memliki kemampuan yang lebih baik dibanding laba dalam memprediksi arus kas masa depan baik untuk perusahaan yang berlaba positif maupun yang berlaba negatif. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Bandi dan Rahmawati (2005). Penelitian yang dilakukan oleh Parawiyati dan Zaki Baridwan (1998:7) menunjukkan bahwa arus kas adalah signifikan sebagai alat prediktor untuk memprediksi arus kas masa depan.

(48)

F. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1. Kerangka Pemikiran

[image:48.595.110.510.191.579.2]

Berdasarkan uraian diatas, gambaran menyeluruh tentang kemampuan laba dan arus kas dalam memprediksi arus kas masa depan yang merupakan kerangka konsptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1

Skema kerangka pemikiran

Variabel Independent Variabel Dependen

Laba (X1)

(Parawiyati dan Zaki Baridwan (1998), Dillah Utami Cahyani (1999), Bandi dan Rahmawati (2005) sertaYolanda Dahler dan

Rahmat Febrianto (2006)

2. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha1 : Laba memiliki kemampuan lebih baik untuk memprediksi arus kas masa depan dibanding arus kas untuk perusahaan yang melaporkan laba positif.

Arus kas masa depan(Y) Parawiyati dan Zaki Baridwan (1998), Bandi dan Rahmawati (2005) sertaYolanda Dahler dan

Rahmat Febrianto (2006) Arus Kas (X2)

(Parawiyati dan Zaki Baridwan (1998), Dillah Utami Cahyani (1999), Bandi dan Rahmawati (2005) sertaYolanda Dahler dan

(49)

Ha2 : Laba memiliki kemampuan lebih baik untuk memprediksi arus kas masa depan dibanding arus kas untuk perusahaan yang melaporkan laba negatif.

Ha3 : Laba dan arus kas berpengaruh secara signifikan terhadap arus kas masa depan untuk perusahaan yang melaporkan laba positif.

(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas komparatif, yaitu

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara dua

variabel atau lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel

independen, yaitu laba dan arus kas terhadap variabel dependen, yaitu arus kas

masa depan. Penelitian ini dibatasi pada penganalisaan laporan keuangan

perusahaan manufaktur yang tergolong dalam perusahaan Aneka Industri dan

Industri Dasar dan Kimia dengan metode statistik. Adapun populasi dari

penelitian ini yaitu dengan mengambil sampel dari seluruh laporan keuangan

perusahaan Aneka Industri dan Industri Dasar dan Kimia yang go public yang terdapat di Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia di Jakarta.

B. Metode Penentuan Sampel

Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan tekhnik

purposive sampling, yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang

disesuaikan dengan masalah penelitian (Nur Indriantoro dan Supomo,

2002:131). Dengan kategori sebagai berikut:

1. Perusahaan telah go publik.

2. Laporan keuangan yang berakhir pada tanggal 31 Desember.

3. Laporan tahunan adalah lengkap.

(51)

C. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu

penelitian pustaka dan penelitian lapangan.

1. Penelitian Pustaka (Library Research)

Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data

sekunder (Nur Indriantoro dan Supomo, 2002:150). Peneliti memperoleh

data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku,

jurnal, skripsi, internet dan perangkat lain yang berkaitan.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan,

peneliti memperoleh data langsung dari Pusat Referensi Pasar Modal di

Bursa Efek Indonesia. Pada penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian

adalah perusahaan manufaktur yang tergolong dalam Aneka Industri dan

Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data

peneliti peroleh melalui penelusuran dengan komputer (Nur Indriantoro

dan Supomo, 2002:151) karena data yang tersaji merupakan data dalam

format elektronik.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji asumsi

klasik dan uji hipotesis.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang

(52)

minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi)

(Ghozali, 2005 dalam Lianti, 2010:38).

2. Uji Asumsi Klasik

Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka peneliti

melakukan uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas dan

uji autokorelasi.

a. Uji Multikolinearitas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi

korelasi, maka terdapat problem multikolinearitas atau multikol.

Model regresi yang bagus, variabel-variabel independen seharusnya

tidak berkolerasi satu dengan yang lain (Santoso, 2010:343). Suatu

model regresi dikatakan bebas multikolinieritas jika mempunyai nilai

Variance Inflantion Factor (VIF) disekitar angka 1 dan mempunyai angka tolerance mendekati 1 (Santoso, 2010: 346).

b. Uji Heterokedastisitas.

Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi terjadi ketidaksamaan varian residual dari satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika varians residual dari satu pengamatan ke

pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas (Santoso,

2010:342). Jika varians berbeda atau semakin meningkat atau menurun

dengan pola tertentu disebut heterokedastisitas (Santoso, 2010:342).

(53)

Kriteria Pengujian:

Ho diterima jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar

diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu y.

c. Uji Normalitas

Uji normalitas ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah

model regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai

distribusi data normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah

distribusi data normal atau mendekati normal. Suatu variabel dikatakan

normal jika gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar di

sekitar garis diagonal, dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti

garis diagonal (Santoso, 2004 dalam Lianti, 2010:49).

Kriteria Pengujian:

Ho diterima jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti

arah garis diagonal.

d. Uji Autokorelasi

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) (Santoso, 2010:343).

Jika terjadi autokorelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi

dan model regresi yang baik adalah bebas dari autokorelasi.

Autokorelasi adalah korelasi antara sesama urutan pengamatan dari

waktu ke waktu (Umar, 2003:188).

Kriteria Pengujian:

(54)

3. Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model

regresi linear berganda. Model ini digunakan untuk tujuan peramalan atau

memprediksi (Santoso, 2010:335), dimana pada model tersebut ada dua

variabel independen dan satu variabel dependen, yaitu untuk memprediksi

apakah arus kas satu tahun ke depan dapat diprediksi oleh dua variabel

independen yaitu prediktor laba dan prediktor arus kas

Untuk pengujian hipotesis yang pertama dan kedua pada model

regresi linear berganda, yaitu :gabungan earnings model dan CFO model

yang digunakan oleh Kim dan Kross (2002), yakni sebagai berikut:

CFOit+ 1 = α0 + α1 Eit + α2 CFOit + et

Dimana :

CFOit + 1 = arus kas operasi perusahaan i pada tahun t + 1

α0 = koefisien konstanta

α1, α2 = Koefisien variabel independen

Eit = laba sebelum pos-pos luar biasa perusahaan i pada tahun t CFOit = arus kas operasi perusahaan i pada tahun t.

et = variabel gangguan

a. Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1(satu). Nilai R2

yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang

(55)

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen (Ghozali, 2005 dalam Lianti, 2010:41).

b. Uji statistik t

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

pengaruh masing-masing variabel independen secara individual

terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikasi 0,05

(Ghozali, 2005 dalam Lianti, 2010:52). Dasar pengambilan keputusan

adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima atau

Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau

bebas tidak mempunyai pengaruh secara individual terhadap

variabel dependen atau terikat

2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak atau Ha

diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau

bebas mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel

dependen atau terikat.

c. Uji statistik F

Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau

bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji statistik F

(56)

yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap

variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05 (Ghozali,

2005 dalam Lianti, 2010:53). Uji F lebih tepat digunakan untuk

interpretasi pada analisis Multiple Regression (Nisfiannoor, 2009:168). Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima atau

Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel

independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.

2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak atau

Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel

indepeden atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel dependen atau terikat.

E. Operasional Variabel Penelitian

1. Laba/Earnings (X1)

Laba (Earnings) yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba bersih sebelum item luar biasa (Extra ordinary items) dan operasi yang dihentikan (Discontinued operation), dengan tujuan untuk menghilangkan elemen yang mungkin akan menyebabkan pertumbuhan laba meningkat

dalam suatu periode yang tidak akan timbul pada periode lainnya.

2. Arus Kas/Cash flow (X2)

Arus kas (Cash Flow) yang digunakan dalam penelitian adalah arus

(57)

dari kegiatan utama dan rutin perusahaan. Digunakannya arus kas dari

aktivitas operasi dalam penelitian dengan tujuan untuk menghilangkan

elemen yang mungkin akan menyebabkan kenaikan atau penurunan arus

kas yang diperoleh pada suatu periode yang tidak akan timbul pada

periode lainnya.

3. Arus Kas Masa Depan (Y)

Arus kas dari aktivitas operasi perusahaan periode setelah tahun

amatan. Arus kas dari aktivitas operasi ini merupakan ikhtisar penerimaan

dan pembayaran kas yang menyangkut operasi perusahaan. Jumlah arus

kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang

menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus

kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi

perusahaan, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa

mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar (Yolanda Dahler dan

(58)

BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada penganalisaan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang tergolong ke dalam sektor Aneka Industri dan Industri Dasar dan Kimia yang sudah go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan kategori ketersediaan data yang lengkap dari sampel tersebut dan akan dikelompokkan menjadi perusahaan yang melaporkan laba positif dan laba negatif. Tahun yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahun 2004 sampai tahun 2007. Data yang digunakan adalah data sekunder yakni data laba sebelum pos-pos luar biasa dan arus kas operasi perusahaan yang diperoleh dari laporan keuangan yaitu laporan laba rugi dan laporan arus kas.

(59)
[image:59.595.111.514.151.522.2]

Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian Perusahaan berlaba positif

No Kode Nama Sektor

Emiten Emiten

1 BRAM PT. BRANTA MULIA, Tbk Aneka Industri 2 IKBI PT. SUMI INDO KABEL, Tbk Aneka Industri 3 HDTX PT. PANASIA INDOSYNTEC, Tbk Aneka Industri 4 AKPI PT. ARGHA KARYA PRIMA IND. Tbk Industri Dasar dan Kimia 5 BTON PT. BETON JAYA MANUNGGAL, Tbk Industri Dasar dan Kimia 6 BUDI PT. BUDI ACID JAYA, Tbk Industri Dasar dan Kimia 7 CLPI PT. COLORPARK INDONESIA, Tbk Industri Dasar dan Kimia 8 FISH PT. FISHINDO KUSUMA S., Tbk Industri Dasar dan Kimia 9 IGAR PT. IGARJAYA, Tbk Industri Dasar dan Kimia

Sumber: Pusat Referensi Pasar Modal, Bursa Efek Indonesia

Berdasarkan tabel 4.1 diatas perusahaan berlaba positif berjumlah 9 perusahaan terdiri dari 3 perusahaan sektor aneka industri dan 6 perusahaan sektor industri dasar dan kimia. Hanya 9 perusahaan saja yang peneliti jadikan sampel dari 26 perusahaan yang peneliti peroleh. Sisanya 17 perusahaan peneliti keluarkan dari nominasi sampel karena menyebabkan terjadinya multikol sehingga tidak layak untuk dijadikan bahan penelitian. Ini disebabkan karena 17 perusahaan tersebut memiliki laba bersih sebelum pos luar biasa relatif konstan setiap periode pelaporan keuangannya.

Tabel 4.2 Data Sampel Penelitian Perusahaan berlaba negatif

No Kode Nama Sektor

Emiten Emiten

[image:59.595.151.512.607.747.2]
(60)

Tabel. 4.2 (lanjutan)

No Kode Emiten

Nama

Emiten Sektor

7 ARGO PT. ARGO PANTES, Tbk Aneka Industri 8 BIMA PT. PRIMARINDO ASIA INF., Tbk Aneka Industri 9 DSUC PT. DAYA SAKTI UNGGUL CO., Tbk Industri Dasar dan Kimia 10 FPNI PT. FATRAPOLINDO NUSA IND. Tbk. Industri Dasar dan Kimia 11 KKGI PT. KURNIA KAPUAS UTAMA, Tbk Industri Dasar dan Kimia 12 MLIA PT. MULIA INDUSTRINDO, Tbk Industri Dasar dan Kimia

Sumber: Pusat Referensi Pasar Modal, Bursa Efek Indonesia

Tabel 4.2 menunjukkan perusahaan berlaba negatif berjumlah 12 perusahaan terdiri dari 8 perusahaan sektor aneka industri dan 4 perusahaan sektor industri dasar dan kimia.

2. Gambaran Umum Aneka Industri dan Industri Dasar dan Kimia

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.

Aneka Industri dan Industri Kimia dan Dasar merupakan industri yang digolongkan berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya berdasarkan SK Menteri Perindustrian No. 19/M/I/1986. Selain itu terdapat Industri Kecil dan Industri Mesin dan Logam Dasar pada penggolongan yang sama.

Aneka Industri terdiri atas: a. Industri mesin dan alat berat.

[image:60.595.112.512.115.546.2]
(61)

e. Industri sepatu dan alas kaki lain.

f. Industri kabel misalnya kabel listrik dan telepon. g. Industri barang elektronika.

Industri Dasar dan Kimia terdiri atas: a. Industri semen.

b. Industri keramik, misalnya ubin keramik, alat-alat saniter dari keramik, dan lain sebagainya.

c. Industri porselen, misalnya ubin porselen. d. Industri kaca.

e. Industri logam, misalnya alumunium, pembuatan uliran pipa baja, besi beton, baja, kawat baja, perlengkapan dari logam, batangan tembaga, kemasan kaleng, dan lain sebagainya.

f. Industri kimia, misalnya sorbitol, polypropylene, alkilbenzene, dan lain-lain.

g. Industri plastik dan kemasan, misalnya kemasan plastik, kemasan fleksibel dan lain sebagainya.

h. Industri pakan ternak, misalnya pellet, chips dan lain sebagainya. i. Industri pulp dan kertas.

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

a. Hasil Uji Statistik Deskriptif untuk Perusahaan Berlaba Positif

(62)
[image:62.595.110.514.114.541.2]

Tabel 4.3

Hasil Uji Statistik Deskriptif Perusahaan Berlaba Positif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Laba 36 281 119495 21120.94 26032.964

Arus_Kas 36 -18344 170052 47210.17 58838.210

Arus_Kas_Masa_Depan 36 -61470 199208 49543.11 61349.797

Valid N (listwise) 36

Sumber: Data sekunder yang diolah

Tabel 4.3 menjelaskan bahwa pada variabel laba minimum sebesar 281 dan maksimum sebesar 119495, dengan rata-rata 21120,94 dan standar deviasi sebesar 26032,964. Variabel arus kas minimum sebesar -18344 dan maksimum sebesar 170052, dengan rata-rata 47210,17 dan standar deviasi sebesar 58838,21. Variabel arus kas masa depan minimum sebesar -61470 dan maksimum sebesar 199208, dengan rata-rata 49543,11 dan standar deviasi sebesar 61349,797. b. Hasil Uji Statistik Deskriptif untuk perusahaan Berlaba Negatif

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi laba dan arus kas serta arus kas masa depan akan diuji secara statistik deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel 4.4

Tabel 4.4

Hasil Uji Statistik Deskriptif Perusahaan Berlaba Negatif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Laba 48 -2047891 -447 -201687.38 378832.481

Arus_kas 48 -881326 450419 1683.94 161778.933

Arus_kas_masa_depan 48 -881326 267919 -8486.83 152169.048

Valid N (listwise) 48

(63)

Tabel 4.4 menjelaskan bahwa pada laba minimum sebesar-2047891 dan maksimum sebesar -447, dengan rata-rata -201687,38 dan standar deviasi sebesar 378832,481. Variabel arus kas minimum sebesar -881326 dan maksimum sebesar 450419, dengan rata-rata 1683,94 dan standar deviasi sebesar 161778,933. Variabel arus kas masa depan minimum sebesar -881326 dan maksimum sebesar 267919, dengan rata-rata -8486,83 dan standar deviasi sebesar 152169,048.

2. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Hasil Uji Multikolinearitas

Untuk mendeteksi adanya problem multiko, maka dapat dilakukan dengan melihat Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen.

[image:63.595.110.515.178.718.2]

1) Untuk Perusahaan Berlaba Positif Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolinieritas Perusahaan Berlaba Positif

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardiz ed Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 12311.9

33

10591.147 1.162 .253

Laba .278 .324 .118 .859 .397 .832 1.201

Arus_Kas .664 .143 .637 4.635 .000 .832 1.201

(64)

Berdasarkan tabel 4.5 diatas terlihat bahwa nilai tolerance mendekati angka 1 dan nilai variance inflation factor disekitar angka 1 untuk setiap variabel, yang ditunjukkan dengan nilai tolerance 0,832 dan 0,832 serta VIF sebesar 1,201 dan 1,201 untuk variabel laba dan arus kas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi tidak terdapat problem multiko dan dapat digunakan dalam penelitian ini.

[image:64.595.111.516.186.544.2]

2) Untuk Perusahaan Berlaba Negatif Tabel 4.6

Hasil Uji Multikolonieritas Perusahaan Berlaba Negatif

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standar dized Coeffici ents

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Toler ance VIF

1 (Constant) 6872.636 24753.402 .278 .783

Laba .078 .059 .193 1.321 .193 .976 1.025

Arus_kas .176 .138 .187 1.276 .208 .976 1.025

a. Dependent Variable: Arus_kas_masa_depan

Sumber: Data sekunder yang diolah

(65)

b. Hasil Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED.

1) Untuk Perusahaan Berlaba Positif

Sumber: Data Sekunder yang diolah Gambar 4.1 Grafik Scatterplot

(66)

Y dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model persamaan regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi arus kas masa depan berdasarkan variabel yang mempengaruh

Gambar

Grafik Hasil Uji Heterokedastisitas Perusahaan Berlaba Positif ...........  56
Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 (lanjutan)
Gambar 2.1 Skema kerangka pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum pada Pasal 73 ayat (4) huruf c yang menyatakan bahwa “Bawaslu Berwenang menyelesaikan

Label halal pada kosmetik membuat persepsi baru bagi masyarakat yaitu kosmetik berlabel halal tidak mengandung alkohol sesuai dengan uji pearson correlation dengan

signifikan dari senam nifas terhadap kecepatan involusi uterus pada ibu nifas di BPS Sri Jumiati pada dasarnya selaras dengan landasan teori, seperti yang

Seluruh kabupaten/kota APBN, APBD, Investasi Swasta dan/atau kerja sama pendanaan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Bappeda, Biro Perekonomi an,. Pengembangan Rumah Susun

Pada perbandingan antara hasil simulasi dengan data eksperimen terlihat substrat metana lebih cenderung mengalami kenaikan konsentrasi yang lebih besar dibandingkan

2 informan primer dan 3 informan sekunder di panti rebahilitasi YPI Nurul Ichsan Al-Islami Purbalingga yang telah bersedia membantu selama proses penelitian, serta

Lampiran 5 Perhitungan Perk iraan Pengembalian Modal A wal Jika Eirys Melakukan Pengembangan Bisnis Dengan Pemanfaatan Media Sosial Dan Inovasi Penawaran Home Service

objektivis tradisionalis, yaitu pandangan bahwa al-Qur’an harus dipahami, ditafsirkan dan diaplikasikan pada masa kini, sebagaimana pada situasi, di mana al-Qur’an