BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian desain (design research). Menurut Gravemeijer and Cobb (2006) bependapat
bahwa “design research also called developmental research, is a type of research methods which the core is formed by classroom teaching experiments that center
on the development of instructional sequences and the local instructional theories
that underpin them”.
Penelitian desain adalah suatu jenis penelitian yang berpusat pada pengembangan tahap instruksional pembelajaran dan teori pembelajaran pada siswa. Dalam hal ini, penelitian desain bertujuan untuk merumuskan, mengetahui dan mengembangkan bahan ajar.
Design research terdiri dari tiga fase, yaitu preliminary design, experiment, dan retrospective analysis (dalam Mulyana, 2012, hlm. 127-128). Penjelasan dari ketiga fase tersebut yaitu :
1. Preliminary First Design (Desain Permulaan)
Pada fase ini dibuat Hypothetical Learning Trajectory (HLT) yang berarti lintasan belajar (proses berpikir) hipotesis. HLT disusun berdasarkan Learning Obstacles atau hambatan belajar yang dialami oleh siswa. HLT memuat antisipasi
tentang hal-hal yang mungkin akan terjadi, baik proses berpikir siswa sebelum menerima pembelajaran maupun selama proses pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam membuat HLT ini dapat berupa telaah literatur yang relevan, diskusi dengan guru-guru yang sudah berpengalaman dalam pembelajaran, dan dengan peneliti yang ahli dalam bidang yang terkait.
pembelajaran yang akan terjadi di kelas, dan petunjuk melakukan wawancara baik dengan guru, siswa, ataupun pihak-pihak yang terkait.
2. Experiment (Eksperimen)
Dalam fase ini, desain yang sudah dirancang, diuji cobakan kepada siswa. Uji coba ini bertujuan untuk melihat apakah hal-hal yang sudah diantisipasi dalam fase preliminary design sesuai dengan kenyataan yang terjadi atau tidak. Pengalaman-pengalaman baik berupa data hasil pengerjaan bahan ajar atau proses yang terjadi saat pengerjaan bahan ajar akan dikumpulkan sebagai dasar acuan dalam perbaikan atau modifikasi HLT untuk proses pembelajaran selanjutnya. Fungsi HLT dalam fase ini untuk memfokuskan pada aktivitas, proses pembelajaran, dan observasi.
3. Retrospective Analysis (Analisis Tinjauan)
Pada fase ini, semua data yang diperoleh pada fase eksperimen dianalisis. Proses analisanya berupa antar HLT yang diantisipasi sebelum pembelajaran dan aktivitas yang benar-benar terjadi, dilanjutkan dengan analisis kemungkinan-kemungkinan penyebabnya, dan sintesa kemungkinan-kemungkinan-kemungkinan-kemungkinan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki HLT, yang akan digunakan pada siklus selanjutnya (preliminary design, experiment, dan retrospective analysis selanjutnya).
Gambar 3.1
Tahapan Penelitian Desain
Desain Penelitian Eksperimen Analisiis Tinjauan
Desain Permulaan Eksperimen Analisis Tinjauan Bahan Ajar 1
Desain Penelitian Eksperimen Analisis Tinjauan dst
Materi 1 Siklus 1
Siklus 2
[image:2.595.114.512.466.680.2]B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah satu kelas VII di SMP Laboratorium Percontohan UPI pada semester 2 tahun ajaran 2014/2015.
C. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data dan fakta yang diperlukan maka disusunlah instrumen yang dijabarkan sebagai berikut.
1. Bahan ajar berupa Lembar Kerja Kelompok (LKK)
Bahan ajar yang disusun ini terdiri dari tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh siswa sehingga dapat memahami dan menerapkan konsep dalam materi segitiga. Bahan ajar ini disusun dengan mempertimbangkan aspek kemampuan pemecahan masalah matematis, sehingga tugas-tugas pada bahan ajar ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
2. Tes Pemecahan Masalah Awal
Tes pemecahan masalah ini disusun berdasarkan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan memperhatikan indikator kemampuan pemecahan masalah matematis, selanjutnya diujikan kepada beberapa siswa untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa.
3. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara adalah sekumpulan pertanyaan terurut yang akan diajukan kepada responden secara langsung melalui lisan. Wawancara akan dilakukan terhadap siswa setelah pengujian bahan ajar selesai. Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesan siswa terhadap bahan ajar yang telah dibuat sehingga diketahui kesulitan-kesulitan siswa yang selanjutnya akan menjadi bahan pertimbangan untuk membuat revisi bahan ajar.
D. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Menyusun proposal penelitian. b. Malakukan bimbingan dengan dosen. c. Melakukan seminar proposal penelitian.
d. Melakukan perbaikan proposal penelitian pada bagian yang harus diperbaiki.
e. Menyusun instrumen tes uji Learning Obstacles. f. Mengujikan instrumen tes uji Learning Obstacles. g. Menganalisis kesulitan belajar yang dialami siswa.
h. Melakukan diskusi dengan guru yang bersangkutan dan dosen. i. Menyusun bahan ajar.
j. Diskusi dan revisi terhadap desain awal dengan guru dan dosen. 2. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dengan menggunakan desain awal (bahan ajar).
b. Melaksanakan observasi selama pembelajaran berlangsung. c. Mengumpulkan data hasil uji coba.
d. Menganalisis data hasil uji coba dan faktor penyebab suatu tindakan berhasil atau gagal.
e. Melakukan perbaikan desain.
f. Mengolah dan menarik kesimpulan hasil uji coba. 3. Tahap Akhir
a. Melakukan ujian sidang skripsi. b. Melakukan perbaikan (revisi) skripsi.
E. Teknik Pengumpulan Data
tugas-tugas dalam bahan ajar yang sulit diselesaikan siswa dan membutuhkan intervensi (bantuan) dari guru dalam penyelesaiannya.
Wawancara (interview) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (dalam Arikunto, 2010, hlm. 198). Wawancara terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui lebih jelas mengenai tugas-tugas yang mana yang dirasa sulit oleh siswa selain dari jawaban tugas-tugas pada bahan ajar yang dikerjakan siswa.
F. Teknik Analisis Data 1. Analisis Bahan Ajar
Setelah bahan ajar diselesaikan oleh siswa, maka dilakukan analisis terhadap jawaban-jawaban dari siswa sebagai suatu data. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data tersebut berdasarkan Model Miles and Huberman (dalam Hasanah, 2012), yang menyatakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data yaitu, data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan/verifikasi).
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan permasalahan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1. Tugas yang disajikan dalam bahan ajar melalui pemecahan masalah untuk memfasilitasi siswa dalam menemukan rumus keliling segitiga adalah tugas berupa permasalahan yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi jenis segitiga, mengidentifikasi jumlah sisi segitiga, dan membuat gambar segitiga sebagai strategi penyelesaiannya. Tugas tersebut memuat dua bentuk segitiga yang berbeda, petunjuk, dan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membimbing siswa untuk melakukan kegiatan
pemecahan masalah. Petunjuk “Coba kalian beri nama segitiga di samping!”
membimbing siswa untuk mengetahui jenis segitiga yang diberikan,
pertanyaan “Terdapat berapa sisi pada segitiga tersebut?” membimbing
siswa untuk mengidentifikasi jumlah sisi pada setiap segitiga, pertanyaan “Jika kalian ingin menghitung keliling pada segitiga tersebut apa yang harus kalian lakukan?” membimbing siswa untuk menentukan strategi penyelesaian
masalah, dan pertanyaan “Jadi, apa yang dapat kalian simpulkan untuk
menghitung keliling dari sebuah segitiga? Dapatkah kalian menuliskan
rumus dari keliling segitiga tersebut?” membimbing siswa untuk menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal dan menyimpulkan cara untuk menemukan rumus keliling segitiga.
menyelesaikan permasalahan siswa terlebih dahulu mengidentifikasi unsur alas dan tinggi serta hubungan luas daerah persegi panjang dengan luas daerah segitiga. Kemudian dengan menggunakan pendekatan luas daerah persegi panjang, siswa dapat menemukan rumus luas daerah segitiga.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian yang sudah dipaparkan sebelumnya, dapat dibuat suatu implikasi yaitu: bentuk tugas-tugas yang disajikan dalam bahan ajar melalui pemecahan masalah untuk memfasilitasi siswa dalam menemukan rumus keliling segitiga dan luas daerah segitiga adalah tugas-tugas berbentuk masalah yang memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan berbagai strategi penyelesaian masalah, diantaranya yaitu membuat gambar dan mengidentifikasi bentuk model yang diberikan. Tugas-tugas pada materi segitiga ini diawali dengan pemberian tugas yang berupa pemecahan masalah yang memberikan pemahaman pada siswa terhadap konsep keliling segitiga dan luas daerah segitiga. Setelah itu, siswa diberikan tugas-tugas berupa permasalahan yang dapat mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi tersebut dan dapat melatih kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
C. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka diajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut.
1. Bahan ajar melalui pemecahan masalah matematis dapat memfasilitasi siswa dalam materi segitiga. Oleh karena itu, disarankan menggunakan bahan ajar tersebut dalam pembelajaran segitiga.
2. Bahan ajar melalui pemecahan masalah matematis dapat memfasilitasi siswa pada jenjang SMP dalam materi segitiga. Oleh karena itu, disarankan menggunakan bahan ajar melalui pemecahan masalah matematis dalam materi dan jenjang yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Akker, J.V.D. dkk., t.t. Educational Design Research. Diakes dari http://www.fi.uu.nl/publicities/literatur/EducationalDesignResearch.pdf
Andriatna, R. (2012). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA melalui Menulis Matematika dalam Pembelajaran Berbasis Masalah. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: PT. Rineka Cipta.
Bakker, A. (2004). Design Research in Statistics Education: On symbolizing and
computertools. Diakes dari
http://www.stat.auckland.ac.nz/~iase/publications/dissertations/04.Bakker. Dissertation.pdf
Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta.
Fitriani, R. (2014). Pengembangan Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. SPM FPMIPA UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.
Gravemeijer and Cobb. (2006). Educational Design Research: Design Reseacrh From The Learning Design Perpective. Diakes dari http://www.slo/nl/downloads/2013/educational-design=-research-part-a.pdf Gunawan, B. (2012). Penerapan Teori Belajar Vygotsky dalam Interaksi Belajar
Mengajar. Diakes dari
http://m.kompasiana.com/post/edukasi/2012/01/31/penerapan-teori-belajar-vygotsky-dalam-interaksi-belajar-mengajar/
Hasanah, R.S. (2012). Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berbasis Aktivitas Kritis Siswa SMP pada Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Hernawan, A. H dkk. (tanpa tahun). Pengembangan Bahan Ajar. Diakes dari file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDIDIKAN/1 94601291981012-PERMASIH/PENGEMBANGAN_BAHAN_AJAR.pdf Huda, N. (2011). Pemecahan Masalah dengan Teknik Polya. Diakes dari
Irwan, M. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Melalui Contextual Teahing and Learning (CTL) untuk Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Kurikulum 2013. Diakes dari http://www.pendidikan-diy.go.id/file/mendiknas/kurikulum-2013-kompetensi-dasar-smp-ver-3-3-2013.pdf
Mahmudi,A. (2008). Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif. Diakes dari http//staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali2520Mahmudi,%2520S.Pd, %2520M.pd,%2520Dr./Makalah%252001%2520KNM%2520UNSRI%252020 08%2520_Pemecahan%2520Masalah%2520%26%2520Berpikir%2520Kreatif. pdf
Mulyana, T. (2012). Pengembangan Bahan Ajar Melalui Penelitian Desain. Diakes dari http//download.portalgaruda.org/article.php?article=133713&val=5628 Nobonnizar. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Komunikasi Matematika dalam
Materi Dimensi Tiga di SMA. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Nu’man, M. (2008). Pembelajaran Geometri Berdasarkan Tahap Berpikir Van Hiele.
Diakes dari http://mulin-unisma.blogspot.com/2008/2007/pembelajaran-geometri-berdasarkan -tahap.html
Nur’aeni, E. (2008). Teori Van hiele Dan Komunikasi Matematik (Apa, Mengapa Dan Bagaimana). Diakses dari core.ac.uk/download/pdf/11064523.pdf
Plomp, et al. (2007). An Introduction to Educational design Research. Diakes dari http://www.slo.nl/downloads/2009/Introduction_20to_20education_20design_2 0research.pdf/
Prabawanto, Sufyani. (2009). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi
Matematika Siswa. Diakes dari
file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/196008301986 031SUFYANI_PRABAWANTO/PEMBELAJARAN_MATEMATIKA_DEN GAN_PENDEKATAN_REALISTIK_UNTUK_MENINGKATKAN_KEMA MPUAN_PEMECAHAN_MASA.pdf
Rosdiana. (2010). Penggunaan Teknik Problem-Prompting Pada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA Bandung:Tidak diterbitkan.
Simon, A.M. (1995). Reconstructing Mathematics Pedagogy from a Contructive Perspective, Vol 26(2), 31 halaman. Diakses dari http://jwilson.coe.uga.edu/EMAT7050/Students/Gainey/Article%20.pdf
Suherman, E. (2008). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Hand-out Perkuliahan. Bandung: tidak diterbitkan.
Suratno, Tatang. (2010). Memahami Kompleksitas Pengajaran-Pembelajaran dan Kondisi Pendidikan dan Pekerjaan Guru. Diakes dari http://the2the.com/eunice/document/TSuratno_complex_syndrome.pdf
Suryadi, D. (2008). Metapedadidaktik dalam Pembelajaran Matematika: Suatu Strategi Pengembangan Diri Menuju Guru Matematika Profesional. Bandung: tidak diterbitkan.
---. (2011). Menciptakan Proses Belajar Aktif: Kajian dari Sudut Pandang Teori Belajar dan Teori Didaktik. Diakes dari http://didi- suryadi.staf.upi.edu/files/2011/06/MENCIPTAKAN-PROSES-BELAJAR-AKTIF.pdf
Taqwani, R. A. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP pada materi Segiempat melalui Penelitian Desain. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Wadifah. (2010). Hambatan Epistimologis dalam Memahami Konsep Luas Daerah Segitiga. Karya Tulis. Bandung: Tidak diterbitkan.
Wahyuni, T. T. (2013). Penerapan Model Learning Cycle 7E untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.
Wijaya, A. (2009). Hypothetical Learning Trajectory dan Peningkatan Pemahaman
Konsep Pengukuran Panjang. Diakes dari
http//staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ariyadi%20Wijaya,%@0M.Sc /A%20Wijaya_SemNas%20Mat%20UNY%202009_HLT%20dan%20Peningkt an%20Pemahaman%20Konsep%20Pengukuran.pdf