• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi pembelajaran baca tulis Al-qur'an pada kegiatan ekstrakurikuler meningkatakan kemampuan membaca dan menulis al-qur'an studi kasus SLTP Ilsam Nurul Jihad

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi pembelajaran baca tulis Al-qur'an pada kegiatan ekstrakurikuler meningkatakan kemampuan membaca dan menulis al-qur'an studi kasus SLTP Ilsam Nurul Jihad"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Al Qur’an sebagai kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW adalah merupakan kitab suci yang didalamnya berisi petunjuk bagi mereka (orang-orang) yang bertaqwa, sebagaimana yang terdapat dalam Qs. Al-Baqoroh : 2 yang berbunyi :





















Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.(Al-Baqarah : 2).1

Bahkan juga sebagai petunjuk bagi seluruh manusia, sebagaimana terdapat dalam Qs. Al-Baqoroh : 184, yang berbunyi :































































(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu)

1

(2)

: memberi makan seorang miskin barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Al-Baqarah : 184).2 Agar Al-Qur’an bisa berfungsi menjadi petunjuk maka mengerti dan memahami isi yang terkandung didalamnya menjadi sangatlah penting bagi setiap manusia terutama umat Islam. Memahami isi Al Qur’an bisa dilakukan dengan banyak cara, melalui terjemah Al-Qur’an, tafsir Al-Qur’an, ceramah/pengajian maupun melalui tulisan Al-Qur’an asli dalam bahasa arab dengan membacanya secara langsung. Walaupun untuk bisa mengerti dan memahami Al-Qur’an bisa dilakukan dengan cara diluar membaca secara langsung dari tulisan Al-Qur’an dalam bahasa arab tetapi bisa membacanya secara langsung tetap menjadi sangat penting. Penting karena dalam rangka bisa mengerti dan memahami Al-Qur’an dengan utuh sesuai dengan yang dimaksudkan oleh Al-Qur’an yang diturunkan dalam bahasa arab maka diperlukan kemampuan membaca Al-Qur’an dan mengerti bahasa Al-Qur’an. Dikarenakan banyak sekali kata-kata dan istilah dalam bahasa Arab yang tidak bisa diterjemahkan secara tepat dan tepat kedalam bahasa selain bahasa Arab termasuk bahasa Indonesia.

Di samping itu, kemampuan seseorang untuk bisa membaca Al-Qur’an juga menjadi sangat penting karena oleh Rasulullah SAW dikemukakan bahwa ibadah seorang muslim yang paling utama adalah membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar maka proses yang harus dilakukan oleh orang tersebut adalah belajar membaca Al-Qur’an. Sehingga belajar membaca Al-Qur’an menjadi sebuah proses yang penting dan mutlak dilakukan oleh seseorang agar bisa membaca Al Qur’an. Dalam rangka untuk lebih meningkatkan minat belajar membaca belajar Al-Qur’an serta meningkatkan minat memahami kandungan yang ada didalamnya maka Nabi Muhammad SAW, memberi berbagai motivasi kepada umatnya agar ia mau belajar Al-Qur’an. Diantara motivasi yang diberikannya adalah dengan memposisikan dan menggolongkan umat Islam yang mau belajar Al-Qur’an tersebut menjadi bagian dari umatnya yang

2

(3)

terbaik.3 Dengan demikian, dapat diambil pengertian bahwa kualitas keislaman seseorang banyak ditentukan oleh kemampuan dirinya dalam mamahami isi dan kandungan Al-Qur’an, kemampuannya dalam membaca kitab suci Al-Qur’an serta termasuk mengajarkannya kepada orang lainya, yang semuanya itu hanya bisa dimiliki oleh seseorang apabila ia telah melalui proses awalnya yaitu belajar membaca kitab suci Al-Qur’an. Dalam kenyataannya, terutama di Indonesia, masih sangat banyak orang yang mengaku beragama Islam tetapi belum bisa membaca Al-Qur’an apalagi membacanya dengan benar sesuai dengan ilmu tajwid. Oleh karena itu, menjadi tugas setiap muslim yang menginginkan dirinya menjadi bagian dari golongan umat terbaik dan berkualitas untuk berusaha agar dirinya masing-masing mau belajar membaca Al-Qur’an.

Dalam lingkungan masyarakat muslim di Indonesia sudah sangat banyak muncul kesadaran akan pentingnya belajar membaca Al Qur'an sehingga di berbagai tempat atau lingkungan masyarakat yang membentuk dan mendirikan tempat maupun kelompok belajar membaca Al Qur’an, yang disebut dengan Taman Pendidikan Al-Qur’an. Suatu hal yang perlu disadari oleh setiap orang atau siapapun yang bermaksud untuk belajar membaca Al Qur’an agar dalam belajarnya bisa efektif dan hasilnya bisa baik maka tentu tidak bisa hal itu dilakukan dengan asal belajar membaca Al-Qur’an. Hal ini sangat diperlukan adanya metode khusus agar bisa lebih mudah dalam mempelajarinya, lebih cepat prosesnya serta lebih baik hasilnya. Hal ini penting dikarenakan ketika mempelajari tentang sesuatu maka konsep idealnya adalah harus menentukan terlebih dahulu metode yang tepat agar cepat menguasai, cepat berhasil apalagi kalau akan menerapkannya pada anak-anak, untuk bisa mengajarkannya kepada anak-anak dengan lebih baik memerlukan pendekatan tersendiri dengan tujuan agar anak-anak tidak merasa terbebani atau merasa berat untuk belajar membaca Al Qur’an. Terlebih lagi tulisan dalam kitab suci Al-Qur’an menggunakan tulisan dalam bahasa Arab.

3

(4)

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Nurul Jihad Bekasi, dalam proses belajar Al-Qur’an, dapat dibuktikan bahwa anak-anak dalam jangka waktu yang relatif singkat sudah bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, bahkan bisa menghafal beberapa surah yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Hal ini bisa dilakukan tentu dikarenakan adanya pemilihan dan penerapan metode yang baik, sesuai dan tepat. Hal itulah yang melatarbelakangi penulis untuk mengetahui lebih banyak mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan proses belajar Baca Tulis Al Qur’an di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi. Sehubungan dengan alasan diatas, maka penulis merasa perlu mengangkat judul skripsi ini : ”Strategi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Pada Kegiatan Ekstrakulikuler Dalam Meningkatkan

Kemampuan Membaca Dan Menulis Al-Qur’an Siswa.” (Studi kasus di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi).

B. Identitifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1.Terbatasnya waktu yang tersedia dalam kegiatan ekstrakurikuler baca tulis Al-Qur’an.

2.Kemampuan baca tulis Al-Qur’an siswa yang tidak merata.

3.Kurangnya pencapaian kompetensi siswa yang berkaitan dengan baca tulis Al-Qur’an, sehingga mempengaruhi pelajaran inti.

4.Sarana yang dimiliki oleh sekolah dalam menunjang kegiatan baca tulis al-qur’an masih terbatas.

C. Pembatasan Masalah

(5)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka masalah yang hendak dirumuskan untuk diteliti adalah :

1. Bagaimana strategi pembelajaran baca tulis Al-Qur’an pada kegiatan ekstrakulikuler dalam meningkatkan kemampuan membaca dan meulis Al-Quran di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi? 2. Apa faktor pendukung dan penghambat strategi pembelajaran baca tulis

Al-Qur’an pada kegiatan ekstrakulikuler dalam meningkatkan kemampuan membaca dan meulis Al-Quran di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dibuat :

1. Untuk mengetahui strategi pembelajaran baca tulis Al-Quran pada kegiatan ekstrakulikuler dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Al-Quran di SLTPI Nurul Jihad.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat strategi pembelajaran baca tulis Al-Qur’an pada kegiatan ekstrakulikuler dalam meningkatkan kemampuan membaca dan meulis Al-Quran di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi.

F. Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan tentang berbagai strategi pembelajaran kepada guru baca tulis Al-Quran, agar dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemamapuan siswa dalam membaca dan menulis Al-Quran pada kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.

(6)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Strategi Pembelajaran Ekstrakurikuler Baca Tulis Al-Qur’an

1. Pengertian Strategi

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yang berarti rencana atau tindakan yang terdiri atas seperangkat langkah-langkah untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan.4 Sedangkan menurut Abin Syamsuddin Makmun strategi adalah suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.5 Adapun menurut pakar psikologi pendidikan Australia, Michael J. Lawson (1991) mengartikan strategi adalah produser mental yang berbentuk tatanan langkah yang menggunakan upaya ranah cipta untuk tujuan tertentu.6 Definisi lain dikemukakan dalam kamus besar Bahasa Indonesia strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran tertentu.7 Makna strategi secara umum berarti suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha pencapain sasaran yang telah direncanakan.8

4

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2002 ),h.214

5

Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001),h.220

6

Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2002 ),h.214

7

Diknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka,2002 ),h.377

8

Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta :Ciputat Press,2002),h.22

(7)

Strategi juga dapat diartikan sebagai usaha rencana tentang tata cara pendayagunaan dan penguraian potensi dan sarana yang ada untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi.”9 Jadi strategi adalah suatu tujuan yang ingin dicapai melalui metode khusus yang digunakan, teknik pelaksanaan dan tolak ukur yang sudah ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan tertentu.

2. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah aktivitas manusiawi yang berlangsung sejak awal manusia. Adapun hakikat pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Konsep pembelajaran adalah suatu proses lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajar merupakan subset khusus dari pendidikan.7

Istilah pembelajaran dalam bahasa Inggris disebut instruction yang menurut Tardif, mengartikan instruction sebagai proses kependidikan yang sebelum direncanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan.8 Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik lagi. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari lingkungan. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkodisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik.

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran tercapai secara efektif dan efesien selain itu strategi pembelajaran juga dapat diartikan suatu prosedur pembelajaran yang

9

Slameto,Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kreditur (Jakarta: Bumi Aksara,1991),h.90

7

(8)

digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan strategi maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karena itu, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Roy Killen, misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang bersifat pada guru (teacher-centred approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran dedukatif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.9

a. Pemilihan Metode Pembelajaran

Untuk supaya pencapaian tujuan tersebut dapat dicapai secara efektif dan efesien, maka dalam pemilihan dan penetapan suatu metode untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran harus mempertimbangkan berbagai faktor, yaitu :

1. Tujuan Pembelajaran, kaitan metode dengan tujuan pembelajaran yaitu didasarkan atas kondisi bahwa metode sebagai cara untuk mencapai tujuan pembelajaran, sehingga metode apa yang akan kita gunakan banyak dipengaruhi oleh kondisi tujuan pembelajaran itu sendiri. Tujuan pembelajaran disini menyangkut kemampuan yang harus dimiliki warga belajar setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran. Menurut Bloom diungkapkan bahwa kemampuan yang terdapat pada tujuan pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam

8

Irfan Abd Gafar, Muhamad Jamil. B, Re-formulasi Rancangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Nurmsani,2003),h.10

9

(9)

tiga ranah yaitu ranah kognitif,afektif dan ranah psikomotorik. Untuk setiap ranah terdapat tingkatan-tingkatan kemampuan yang berkisar dari kualitas yang rendah sampai pada kualitas kemampuan yang tinggi. Tahapan untuk ranah kognitif yaitu menyangkut pengetahuan pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Tahapan untuk ranah afektif yaitu menyangkut penerimaan, memberikan respon, penilaian, organisasi dan pemeranan. Tahapan untuk ranah

psikomotorik yaitu persepsi kesiapan, respon terpimpin, mekanisme (complexovert response).

2. Bahan/Materi Pembelajaran, pengaruh bahan belajar terhadap penetapan metode pada hakekatnya merupakan kelanjutan dari pengaruh tujuan pembelajaran. Gagne mengungkapkan bahwa bahan belajar terdiri dari konsep, prinsip, prosedur, dan fakta atau kenyataan yang ada. Dari setiap jenis bahan belajar tersebut memiliki tingkatan kesulitan yang terdiri dari bahan belajar dasar, kelanjutan dan tinggi. Berdasarkan keragaman bahan belajar tersebut maka dituntut adanya variasi metode dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan jenis bahan belajar itu sendiri. Metode-metode tertentu ada yang dapat digunakan untuk membahas seluruh bahan belajar, tetapi ada metode-metode terteeentu yang hanya tepat digunakan untuk bahan-bahan tertentu pula.

3. Sumber Belajar, faktor sumber belajar juga merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan sdalam pemilihan suatu metode. Kondisi sumber belajar menyangkut kondisi diri yang mempengaruhi baik yang bersifat internal mapun eksternal. Kondisi internal yaitu menyangjut pemahaman terhadap bahan kajian, pemahaman penggunaan metode kemampuan mengelola kegiatan pemeblajaran, sedangkan kondisi di luar diri sumber belajar tersebut yang dapat mempengaruhi terhadap pengelolaan kegiatan pembelajaran.

(10)

warga belajar memiliki karakteristik pribadi yang dimilikinya yaitu menyangkut : jenis kelamin, usia, latar belakng sosial ekonomi, pengalaman dan keadaan psikisnya. Keragaman kondisi warga belajar mengakibatkan perlu adanya pemilihan dan penentuan metode pembelajaran yang akan digunakan.

5. Sarana/Fasilitas Belajar, sarana dalam pembelajaran diartikan segala macam fasilitas yang dapat menunjang dan melengkapi terselenggaranya kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sarana tersebut dapat berfungsi sebagai : fasilitas atau alat belajar dan sumber belajar.

6. Waktu Pembelajaran, faktor waktu adalah menyangkut jumlah dalam kegiatan pembelajaran, serta menyangkut kondisi waktu kegiatan pembelajaran. Penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran perlu disesuaikan dengan waktu. Walaupun sumber belajar dapat menetapkan metode yang dianggap paling tepat berdasarkan kecenderungan program pembelajaran tertentu, namun apabila metode tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama sedangkan waktu yang tersedia sangat terbatas, maka metode tersebut kurang tepat untuk digunakan.Ketepatan metode dengan jumlah waktu yang tersedia akan menjurus kepada tercapainya tujuan pembelajaran dengan baik.10

3. Srategi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.

10

(11)

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:

1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.

2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way)

yang paling efektif untuk mencapai sasaran.

3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.

4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (kriteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan

(achievement) usaha.

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:

1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.

2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.

(12)

4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

Sementara itu, Kemp mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J.R David, menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning.. Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something”. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.

(13)

ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat).

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.11

Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4)

11

(14)

model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.

Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.12

Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori)

12

(15)

pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.13

a. Teori Belajar Menurut Islam

Kemampuan untuk belajar merupakan sebuah karunia Allah yang mampu membedakan manusia dangan makhluk yang lain. Allah menghadiahkan akal kepada manusia untuk mampu belajr dan menjadi pemimpin di dunia ini. Pendapat yang mengatakan bahwa belajar sebagai aktifitas yang tidak dapat dari kehidupan manusia, ternyata bukan berasal dari hasil renungan manusia semata. Ajaran agama sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan manusia untuk selalu malakukan kegiatan belajar. Dalam AlQur’an, kata al-ilm dan turunannya berulang sebanyak 780 kali. Seperti yang termaktub dalam wahyu yang pertama turun kepada baginda Rasulullah SAW yakni Al-‘Alaq ayat 1-5. Ayat ini menjadi bukti bahwa Al-Qur’an memandang bahwa aktivitas belajar merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kegiatan belajar dapat berupa menyampaikan, menelaah,mencari, dan mengkaji, serta meniliti. Selain Al-Qur’an, Al Hadist juga banyak menerangkan tentang pentingnya menuntut ilmu. Misalnya hadist berikut ini : “Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim; carilah ilmu walaupun di negeri cina; carilah ilmu sejak dalam buaian hingga ke liang lahat; para ulama itu pewaris Nabi; pada hari kiamat ditimbanglah tinta ulama dengan dara syuhada, maka tinta ulama dilebihkan dari ulama”

13

(16)

b. Arti Penting Belajar menurut Al-Qur’an

1. Bahwa orang yang belajar akan mendapatkan ilmu yang dapa digunakan untuk memecahkan segala masalah yang dihadapinya di kehidupan dunia.

2. Manusia dapat mengetahui dan memahami apa yang dilakukannya karena Allah sangat membenci orang yang tidak memiliki pengetahuan akan apayang dilakukannya karena setiap apa yang diperbuat akan dimintai pertanggungjawabannya.

3. Dengan ilmu yang dimilikinya, mampu mengangkat derajatnya di mata Allah SWT.

c. Cara Belajar

1. Belajar melalui imitasi

Di awal perkembangannya, seorang bayi hanya mengikuti apa yang dilakukan ibunya dan orang-orang yang berada di dekatnya. Ketika dewasa, tingkat perkembangan manusia semakin kompleks meskipun meniru masih menjadi salah satu cara untuk belajar. Tetapi, sumber belajar itu tidak lagi berasal dari orang tua ataupun orang-orang yang berada di dekatnya melainkan orang-orang-orang-orang yang sudah mereka kenal misalnya, orang terkenal, penulis, ulama dan lain-lain. Di dalam Islam, dapat ditemui juga hal yang demikian. Mari kita lihat sepasang saudara kembar, Qabil dan Habil. Banyak juga di dalam Al-Qur’an yang mencoba menerangkan tentang salah satu varian yang seperti demikian. Karena tabiat manusia yang cenderung untuk meniru, maka teladan yang baik merupakan sesuatu yang sangat penting dalam membentuk perilaku manusia.

(17)

Dalam hidup, manusia terkadang menghadapi situasi yang menuntutnya untuk cepat tanggap terhadapa permasalahan yang ada tanpa ada pembelajaran sebelumnya. Sehingga, manusia terkadang mencoba-coba segala cara untuk menyelesaikan masalah tersebut. 3. Berfikir

Berfikir merupakan salah satu pilihan manusia untuk mencoba memperoleh informasi. Dengan berfikir, manusia dapat belajar dengan melakukan trial and error secara intelektual (Ustman Najati, 2005).14 Dalam proses berfikir, manusia sering menghadirkan beberapa macam solusi atas permasalah yang didapatkannya sebelum akhirnya mereka menjatuhkan pilihan pada satu solusi. Oleh karena itu, para psikolog mengatakan bahwa berfikir merupakan proses belajar yang paling tinggi. Dalam Al-Qur’an, banyak sekali ayat yang memerintahkan manusia untuk selalu menggunakan akal dan memahami dan merenungi segala ciptaan dan kebesaran Allah di alam ini. Antara lain seperti Q.S.Al-Ghasyiah : 17-20, Q.S.Qaf : 6-10, Q.S. Al-An’am: 95, Q.S. Al-Anbiya : 66-67. Selanjutnya, salah satu metode yang dapat memperjelas dan memahami sebuah pemikiran seseorang adalah dengan menggunakan diskusi, dialog, konsultasi dan berkomunikasi dengan orang lain (Utsman Najati, 2005). Hal senada juga pernah diungkapkan oleh salah satu Vygotsky, yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif seseorang akan berkembang apabila dia berinteraksi dengan orang lain, dengan demikian, belajar manusia dapat berkembang ketika kognitif mereka berkembang.

Ustman Najati menyatakan bahwa aktivitas berfikir manusia saat belajar tidak selalu menghasilkan pemikiran yang benar. Adakalanya kesalahan mewawrnai proses penetuan solusi atas masalah yang dihadapi. Dan dalam kondisi seperti ini, manusia sering

14

(18)

mengalami hambatan dan berfikir statis dalam berpikir, dan tidak mau menerima pendapat-pendapat dan pikiran-pikiran baru.15

4. Sarana Belajar a. Sarana Fisik.

Terdapat dua panca indera manusia yang membantunya untuk melakukan kegiatan belajar yakni, mata dan telinga. Tidak bisa dipungkiri kedua panca indera ini menjadi sesuatu yang mutlak digunakan ketika belajar. Dua panca indera ini pula sering disebutkan dalam Al-Qur’an. Meskipun demikian, indra peraba, perasa, dan penciuman juga mampu memberikan kontribusi pada saat belajar.

b. Sarana Psikis.

Akal dan qalb merupakan bagian dari saran psikis. Akal dapat diartikan sebagai daya pikir atau potensi intelegensi (Bastaman,1997).16 Akal identik dengan daya pikir otak yang mengantarkannya pada pemikiran yang logis dan rasional. Sedangkan qalb mempunyai dua arti, yakni fisik dan metafisik. Qalbu dalam arti fisik adalah jantung dan dana dalam arti metafisik adalah karunia Tuhan yang halus yang bersifat rohaniah dan ketuhanan yang ada hubungannya dengan jantung.

d. Konsep Belajar menurut Tokoh-tokoh Islam.

1. Al-Ghazali.

Dalam pemahaman beliau, seorang filsuf pendidikan di kalangan Islam, pendekatan belajar dalam mencari ilmu dapat dilakukan dengan melakukan dua pendekatan, yakni ta’lim insani dan ta’lim rabbani. Ta’lim insani adalah belajar dengan bimbingan

15

Utsman Najati, Teori Belajar menurut Islam, http://hilmanswork.wordpress.com

16

(19)

manusia. Pendekatan ini merupakan hal yang lazim dilakukani oleh manusia dan biasanya menggunakan alat indrawi yang diakui oleh orang yang berakal. Menurut Al Ghazali, dalam proses belajar mengajar sebenarnya terjadi eksplorasi pengetahuan sehingga menghasilkan perubahan-perubahan perilaku. Dalam proses ini, anak didik akan mengalami proses mengetahui yaitu proses abstraksi. Al Ghazali kemudian membagi abstraksi ini menjadi empat tahap, yakni terjadi pada indra, terjadi pada al-khayal. Menurut Al-Zarnuji, belajar bernilai ibadah dan mengantarkan seseorang untuk memperoleh kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Karenanya, belajar harus diniati untuk mencari ridha Allah, kebahagiaan akhirat, mengembangkan dan melestarikan Islam, mensyukuri nikmat akal, dan menghilangkan kebodohan.17

Dimensi duniawi yang dimaksud adalah sejalan dengan konsep pemikiran para ahli pendidikan, yakni menekankan bahwa proses belajar-mengajar hendaknya mampu menghasilkan ilmu yang berupa kemampuan pada tiga ranah yang menjadi tujuan pendidikan/pembelajaran, baik ranah kognitif, afektif, maupun

psikomotorik.

Adapun dimensi ukhrawi, Al-Zarnuji menekankan agar belajar adalah proses untuk mendapat ilmu, hendaknya diniati untuk beribadah. Artinya, belajar sebagai manifestasi perwujudan rasa syukur manusia sebagai seorang hamba kepada Allah SWT yang telah mengaruniakan akal. Lebih dari itu, hasil dari proses belajar-mengajar yang berupa ilmu (kemampuan dalam tiga ranah tersebut), hendaknya dapat diamalkan dan dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kemaslahatan diri dan manusia. Buah ilmu adalah amal. Pengamalan serta pemanfaatan ilmu hendaknya dalam koridor keridhaan Allah, yakni untuk mengembangkan dan melestarikan agama Islam dan menghilangkan kebodohan, baik pada dirinya maupun orang lain.

17

(20)

Inilah buah dari ilmu yang menurut Al-Zarnuji akan dapat menghantarkan kebahagiaan hidup di dunia maupun akhirat kelak. Dalam konteks ini, para pakar pendidikan Islam termasuk al-Zarnuji mengatakan bahwa para guru harus memiliki perangai yang terpuji. Guru disyaratkan memiliki sifat wara’ (meninggalkan hal-hal yang terlarang), memiliki kompetensi (kemampuan) dibanding muridnya, dan berumur (lebih tua usianya). Di samping itu, al-Zarnuji menekankan pada “kedewasaan” (baik ilmu maupun umur) seorang guru. Hal ini senada dengan pernyataan Abu Hanifah ketika bertemu Hammad, seraya berkata: “Aku dapati Hammad sudah tua, berwibawa, santun, dan penyabar. Maka aku menetap di sampingnya, dan akupun tumbuh dan berkembang.

e. Pendekatan-Pendekatan dalam Teori Pendidikan.

Pendidikan dapat dilihat dalam dua sisi yaitu: (1) pendidikan sebagai praktik dan (2) pendidikan sebagai teori. Pendidikan sebagai praktik yakni seperangkat kegiatan atau aktivitas yang dapat diamati dan disadari dengan tujuan untuk membantu pihak lain (baca: peserta didik) agar memperoleh perubahan perilaku. Sementara pendidikan sebagai teori yaitu seperangkat pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis yang berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan dan mengontrol berbagai gejala dan peristiwa pendidikan, baik yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikan (empiris) maupun hasil perenungan-perenungan yang mendalam untuk melihat makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas.

(21)

pendidikan. Terkait dengan upaya mempelajari pendidikan sebagai teori dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, diantaranya: (1) pendekatan sains; (2) pendekatan filosofi; dan (3) pendekatan religi. (Uyoh Sadulloh, 1994).18

1. Pendekatan Sains

Pendekatan sains yaitu suatu pengkajian pendidikan untuk menelaah dan dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan disiplin ilmu tertentu sebagai dasarnya. Cara kerja pendekatan sains dalam pendidikan yaitu dengan menggunakan prinsip-prinsip dan metode kerja ilmiah yang ketat, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif sehingga ilmu pendidikan dapat diiris-iris menjadi bagian-bagian yang lebih detail dan mendalam. Melalui pendekatan sains ini kemudian dihasilkan sains pendidikan atau ilmu pendidikan, dengan berbagai cabangnya, seperti: (1) sosiologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari sosiologi dalam pendidikan untuk mengkaji faktor-faktor sosial dalam pendidikan; (2) psikologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari psikologi untuk mengkaji perilaku dan perkembangan individu dalam belajar; (3) administrasi atau manajemen pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari ilmu manajemen untuk mengkaji tentang upaya memanfaatkan berbagai sumber daya agar tujuan-tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien; (4) teknologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari sains dan teknologi untuk mengkaji aspek metodologi dan teknik belajar yang efektif dan efisien; (5) evaluasi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari psikologi pendidikan dan statistika untuk menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa; (6) bimbingan dan konseling, suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari

18

(22)

beberapa disiplin ilmu, seperti: sosiologi, teknologi dan terutama psikologi. Tentunya masih banyak cabang-cabang ilmu pendidikan lainnya yang terus semakin berkembang yang dihasilkan melalui berbagai kajian ilmiah.

2. Pendekatan Filosofi

Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan semata, yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, kompleks dan lebih mendalam, yang tidak terbatas oleh pengalaman inderawi maupun fakta-fakta faktual, yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh sains. Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai pandangan hidup. Nilai dan tujuan hidup memang merupakan fakta, namun pembahasannya tidak bisa dengan menggunakan cara-cara yang dilakukan oleh sains, melainkan diperlukan suatu perenungan yang

lebih mendalam.

Cara kerja pendekatan filsafat dalam pendidikan dilakukan melalui metode berfikir yang radikal, sistematis dan menyeluruh tentang pendidikan, yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga model: (1) model filsafat spekulatif; (2) model filsafat preskriptif; (3) model filsafat analitik.

(23)

berusaha untuk menghasilkan suatu ukuran (standar) penilaian tentang nilai-nilai, penilaian tentang perbuatan manusia, penilaian tentang seni, menguji apa yang disebut baik dan jahat, benar dan salah, bagus dan jelek.

Nilai suatu benda pada dasarnya inherent dalam dirinya, atau hanya merupakan gambaran dari fikiran kita. Dalam konteks pendidikan, filsafat preskriptif memberi resep tentang perbuatan atau perilaku manusia yang bermanfaat. Filsafat analitik memusatkan pemikirannya pada kata-kata, istilah-istilah, dan pengertian-pengertian dalam bahasa, menguji suatu ide atau gagasan untuk menjernihkan dan menjelaskan istilah-istilah yang dipergunakan secara hati dan cenderung untuk tidak membangun suatu mazhab dalam sistem berfikir (disarikan dari Uyoh Sadulloh, 1994).19

Terdapat beberapa aliran dalam filsafat, diantaranya: idealisme, materialisme, realisme dan pragmatisme (Ismaun, 2001). Aplikasi aliran-aliran filsafat tersebut dalam pendidikan kemudian menghasilkan filsafat pendidikan, yang selaras dengan aliran-aliran filsafat tersebut. Filsafat pendidikan akan berusaha memahami pendidikan dalam keseluruhan, menafsirkannya dengan konsep-konsep umum, yang akan membimbing kita dalam merumuskan tujuan dan kebijakan pendidikan. Dari kajian tentang filsafat pendidikan selanjutnya dihasilkan berbagai teori pendidikan, diantaranya: (1) perenialisme; (2) esensialisme; (3) progresivisme;

dan (4) rekonstruktivisme. (Ella Yulaelawati, 2003).20 Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak

19

Uyoh Sadulloh, teori-belajar-menurut-islam, http://hilmanswork.wordpress.com.

2

(24)

terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.

3. Essensialisme,

Menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu. Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia? Apa pengalaman itu?

4. Progresivisme, menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.

5.Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.

6.Pendekatan Religi

(25)

menentukan tujuan, metode bahkan sampai dengan jenis-jenis pendidikan.

Cara kerja pendekatan religi berbeda dengan pendekatan sains maupun filsafat dimana cara kerjanya bertumpukan sepenuhnya kepada akal atau ratio, dalam pendekatan religi, titik tolaknya adalah keyakinan (keimanan). Pendekatan religi menuntut orang meyakini dulu terhadap segala sesuatu yang diajarkan dalam agama, baru kemudian mengerti, bukan sebaliknya. Terkait dengan teori pendidikan Islam, Ahmad Tafsir (1992) dalam bukunya “ Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam” mengemukakan dasar ilmu pendidikan Islam yaitu Al-Quran, Hadis dan Akal. Al-Quran diletakkan sebagai dasar pertama dan Hadis Rasulullah SAW sebagai dasar kedua. Sementara akal digunakan untuk membuat aturan dan teknis yang tidak boleh bertentangan dengan kedua sumber utamanya (Al-Qur’an dan Hadis), yang memang telah terjamin kebenarannya. Dengan demikian, teori pendidikan Islam tidak merujuk pada aliran-aliran filsafat buatan manusia, yang tidak terjamin tingkat kebenarannya.

Berkenaan dengan tujuan pendidikan Islam, World Conference on Muslim Education (Hasan Langgulung, 1986) merumuskan bahwa : “ Education should aim at balanced growth of the total personality of man through Man’s spirit, intelellect the rational self, feelings and bodily senses. Education should therefore cater for the growth of man in all its aspects, spirituals, intelectual, imaginative, physical, scientific, linguistic, both individually and collectively, and motivate all these aspects toward goodness and attainment of perfection. The ultimate aim of Muslim Education lies in the realization of complete submission to Allah on the level of individual, the community and humanity at large.”21

Sementara itu, Ahmad Tafsir (1992) merumuskan tentang tujuan umum pendidikan Islam yaitu muslim yang sempurna dengan ciri-ciri : (1) memiliki jasmani yang sehat, kuat dan berketerampilan; (2) memiliki kecerdasan dan kepandaian dalam arti mampu

21

(26)

menyelesaikan secara cepat dan tepat; mampu menyelesaikan secara ilmiah dan filosofis; memiliki dan mengembangkan sains; memiliki dan mengembangkan filsafat dan (3) memiliki hati yang takwa kepada Allah SWT, dengan sukarela melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya dan hati memiliki hati yang berkemampuan dengan alam gaib. 22

Dalam teori pendidikan Islam, dibicarakan pula tentang hal-hal yang berkaitan dengan substansi pendidikan lainnya, seperti tentang sosok guru yang islami, proses pembelajaran dan penilaian yang islami, dan sebagainya. (selengkapnya lihat pemikiran Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam).

Mengingat kompleksitas dan luasnya lingkup pendidikan, maka untuk menghasilkan teori pendidikan yang lengkap dan menyeluruh kiranya tidak bisa hanya dengan menggunakan satu pendekatan saja. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan holistik dengan memadukan ketiga pendekatan di atas yang terintegrasi dan memliki hubungan komplementer, saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Pendekatan semacam ini biasa disebut pendekatan multidisipliner.

Strategi pembelajaran Al-Qur’an mencakup delapan aspek, yaitu peragaan, minat, perhatian, apersepsi, korelasi konsentrasi, kooperasi, indivudualisasi dan evaluasi, diantaranya : Peragaan, salah satu kegiatan yang tidak boleh diabaikan adalah dalam keseluruhan proses pembelajaran adalah peragaan. Substansi peragaan adalah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan maksud memberikan kejelasan secara realita terhadap pesan yang disampaikan sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa. Maksud dari kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan dengan menekankan penerapan konsep belajar sambil melakukan. Tedapat dua peragaan yang dapat diterapkan guru dalam proses pembelajaran.

22

(27)

4. Pengertian Ekstrakurikuler

Menurut Moh. Uzer Usman Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan diluar yang telah ditetapkan dalam susunan program seperti kegiatan pengayaan, perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler atau kegitan lain yang bertujuan menetapkan pembentukan kepribadian seperti kegiatan palang merah Indonesia, Baca Tulis Al-Qur’an (rohani Islam), dan kesenian, olahraga.24 Sedangkan menurut Nana Syaodih Sukmadinata ekstrakurikuler adalah pendidikan di luar sekolah bagi interaksi pendidikan yang berlangsung di masyarakat dari sangat formal yang seperti dengan pendidikan di sekolah maupun dalam bentuk-bentuk kursus-kursus, sampai dengan pendidikan yang kurang formal seperti ceramah dan sarasehan.25

Abdurahman An-Nahlawi arti ekstrakurikuler adalah suatu kegiatan tambahan yang dilaksanakan dalam dunia persekolahan ditujukan untuk menggali potensi dan memotivasi siswa dalam bidang tertentu. Karena itu, aktifitas ekstrakurikuler harus disesuaikan dengan hobi sehingga dengan kegiatan yang disukainya itu, maka siswa akan mengenal indentitas dirinya sendiri. Kegiatan ini pun ditujukan untuk membangkitkan semangat dinamika dan optimisme siswa sehingga mereka mencintai sekolahnya dan menyadari posisisnya di tengah masyarakat.26 Pada dasarnya kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan belajar adari kurikulum yang telah ditentukan dan dimaksudkan untuk menggali dan memotivasi siswa dalam biadang tertentu. Aktifitas belajar artinya rangkaian usaha atau kegiatan yang dilakukan secara kontinu, terintegrasi dan diarahkan untuk mencapai proses pendidikan. 27

24

Moh.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesinal, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2001),h.148

25

Nana Syaodih Sukmadinata,Bimbingan Konseling, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2003),h.78

26

Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta Gema Insani Press,1996 ),h.187

27 Usman Efendi dan Jahaya SP,Pengantar Psikologi Pendidikan,Umum (Bandung :

(28)

Kegiatan ekstrakurikuler adalah suatu kegiatan sebagai bentuk usaha secara otomatis akan melibatkan subjek yang melakukan usaha (siswa). Bentuk usaha itu sendiri (belajar) dan hasil dari usaha. Dengan demikian dapat dikatakan ekstrkurikuler itu berhasil atau tidak tergantung kepada siswanya itu sendiri. Karena siswa dipandang sebagai titik pusat terjadinya proses belajar. Siswa sebagai subjek yang berkembang melalui pengalaman belajar.28

a. Tujuan Ekstrakurikuler

1). Mengoptimalisasikan bakat, 2). Mengoptimalisasikan minat, 3). Mengoptimalisasikan kreativitas,

4). Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan, 5). Kemampuan sosial,

6). Kemampuan kehidupan keagamaan, 7). Kemampuan belajar,

8). Kemampuan wawasan dan perencanaan karir, 9). Kemampuan pemecahan masalah,

10).Kemandirian.29

Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan siswa sekolah, atau universitas di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan ini ada di setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai unversitas. Kegiatan ekstrakurikuler bertujuan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai di luar bidang akademiknya. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswa-siswi itu sendiri untuk merintis di luar jam pelajaran sekolah.30

Kegiatan ekstrakurikuler secara terprogram akan memberikan arah pembentukan kepribadian pada kegiatan sebagai berikut :

a). Rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan secara terjadwal seperti kegiatan upacara bendera, (rohani Islam ), senam, dll

28 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta : PT. Rajawali Press,1993),h.2 29

Conny R Semiawan, 2007 April 07, http://ontoekkoe.multiply.com.

30

(29)

b).Spontan, yaitu kegiatan yang tidak terjadwal dalam kejadian khusus seperti pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, antri dll

c). Keteladanan adalah kegaitan dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti : berpakaian rapi, berbahasa baik, rajin membaca, memuji kebaikan dan keberhasilan prang laian, dan datang tepat waktu.

Berdasarkan judul skripsi penulis, yang berkaitan tentang masalah Baca Tulis Al-Qur’an, maka pengertian Baca Tulis Al-Qur’an adalah suatu kegiatan rohani yang diadakan dan diselenggarakan di luar jam sekolah untuk membentuk pribadi muslim yang intelek, cerdas, dalam hal keimanan dan ketaqwaannya. Sehingga mampu membentengi diri dari hal-hal yang negatif dan mampu mengaplikasikan dirinya berdasarkan ilmu pendidikan agama Islam yang mereka miliki.

5. Pengertian Membaca

Pengertian membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dihati).31 Membaca juga mempunyai pengertian sebagai jembatan menuju pemahaman, pengamalan, dan penerapan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.32 Dalam mengembangkan kemampuan membaca anak, guru mengembangkan sistem pembelajaran iqra yang dapat meningkatkan perkembangan kemampuan membaca Al-Qur’an lebih dini, guru memberi kesempatan anak memperoleh pengalaman yang luas dalam mendengarkan dan membaca.

Di dalam membaca Al-Qur’an, ada tata caranya jadi tidak sembarangan membaca. Adapun tata cara membaca Al Qur’an adalah kita harus membacanya dengan tumaninah dan tadabbur (memperhatikan isinya) dan membacanya secara terus menerus, yaitu pembaca tarqiq bila bacaan itu

31

Departemen Pendididkan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 2005),ed.ke-3,h. 83

32

Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur’an

(30)

termasuk bacaan yang harus dibaca tarqiq dan dibaca tebal (tafkhim) bilamana bacaan itu termasuk bacaan tafkhim. Juga dibaca pendek apabila bacaan itu harus dibaca pendek; yang dibaca panjang dipanjangkan; yang dibaca jelas (izhar) maka harus dibaca jelas, yang dibaca dengung maka harus di baca dengung; yang dibaca samara (ikhfa) harus disamarkan. Dan, huruf yang dibaca harus sesuai dengan tempat keluarnya (makharijul-huruf) dan janganlah mencampuradukkan antara yang satu dan yang lainnya (misalnya, bacaan idzhar harus dibaca izhar, jangan dibaca ikhfa, dan lainnya). Dari keterangan tersebut, memberikan pengertian bahwa dalam membaca Al Qur’an tidak bisa terlepas dari ilmu tajwid.33

6. Pengertian Menulis

Tulis adalah ada huruf (angka dan sebagainya) yang dibuat (digurat dan sebagainya) dengan pena (pensil, cat, dan sebagainya).34 Keterampilan membaca dan menulis mungkin dikembangkan secara terpisah, tetapi lebih sering keduanya berjalan seiring. Untuk membentuk berbagai kata kita membutuhkan tangan yang terampil, untuk membentuk kalimat dan menyampaikan cerita kita membutuhkan keterampilan bahasa dan pengorganisasian yang baik. Untuk mengungkapkan sesuatu dengan benar atau menyampaikan cerita yang menarik perhatian pendengar kita memerlukan kreatifitas.

Untuk belajar menulis dengan anak harus dapat menggunakan alat tulis yang terampil, latihan yang terbaik adalah dengan menggunakan pensil dengan menelusuri, meniru, menggunakan titik-titik adalah latihan tulis yang baik. Anak-anak mempelajari sesuatu denan cara melakukannya dan mereka akan berbuat sesuka hati sebelum akhirnya mengerti bahwa untuk menulis, seseorang harus membentuk huruf-huruf dan mengeja kata-kata, sepanjang tahun prasekolah, menulis untuk bersenang-senang,

33

Otong Surasman, Metode Insani: Kunci Praktis Membaca Al Qur’an Baik dan Benar

(Jakarta : Gema Insani,2002),hh.22-23

34

(31)

dan belajar mengendalikan pensil adalah hal yang lebih penting daripada membentuk huruf dan kata secara benar biarkan ketertarikan dan keterampilan anak yang menentukan setiap langkah. Berikan sebuah pensil dan sobekan kertas kepada anak, ini adlah usah pertama. Garis-garis melengkung saling berhubungandan memiliki bentuk yang mirip huruf. Berikanlah pujian karena ia telah berhasil menulis huruf yang mirip dengan yang ada dibuku. Satu hal yang perlu diketahui menulis adalah motori kasar setiap anak akan berbeda hasil tulisannya, jangan takut atau resah pada anak-anak yang memiliki tulisan yang tidak rapi atau masih besar-besar, kita coba terangkan dan berikan pengertian dan ajarkan secara pelan-pelan. Untuk dapat menulis seorang anak harus dapat menggunakan alat tulis dengan terampil. Latihan yang terbaik adalah menggunakan pensil dengan terampil, menelusuri, meniru, menggabungkan titik-titik adalah latihan menulis yang sangat baik.

7. Pengertian Al-Qur’an

Menurut Al Farra, kata Al Qur’an berakar pada kata Al Qarain, jamak dari Qarinah yang berarti kavan. Menurut Imam Asy’ari kata Al Qur’an berasal dari kata Qarana yang berarti menggabungkan dan menurut Imam Lehyani Al Qur’an berasal dari kata Qaraa yang berarti membaca. Islam mengatakan, bahwa Al Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril.35 Pengertian lain dari Alqur’asn, bahwa Al Qur’an sering disebut sebagai Hudan Lin Nas, kitab suci yang berisi petunjuk-petunjuk bagi manusia untuk dapat hidup bahagia di dunia dan di akhirat, meskipun secara garis besar saja, yang rinciannya dapat ditemukan pada sunnah Rosul bagi ilmu keduniaan, kita tinggal mengikuti petunjuk yang amat penting serta berharga itu serta menggali maknanya yang lebih dalam, baik ilmu keduniaannya maupun keakhiratannya.

35

(32)

Pengertian tentang Al Qur’an, ada juga yang mengartikan Al Qur’an sebagai sumber hukum Islam yang pertama (syariah), yang meletakkan elemen-elemen yang fundamental dari sebuah piagam hak-hak asasi manusia yang mana memiliki kekuatan mengikat, baik tanggungjawab moral maupun hukum.36 Al-Qur’an adalah firman Allah yang di-nuzul-kan kepada Nabi Muhammad yang dinukil secara mutawatir, dan dipandang beribadah membacanya. Al-Qur’an memuat hukum-hukum yang mencakup hukum keyakinan (ahkâm i’tiqâdiyyah),

hukum akhlak (ahkâm khulqiyyah), dan hukum amaliah (ahkâm ‘amaliyyah).37 Hukum yang terkandung dalam Al-Qur’an dibedakan menjadi dua: Hukum ibadah dan hukum muamalah. Hukum ibadah mencakup shalat, zakat, puasa, haji, dan nazar. Adapun hukum muamalah, menurut Abd Al-Wahab Khalaf, mencakup hal-hal berikut: a). Hukum keluarga (al-ahwal al-syaikhsiyyah), yaitu hukum yang

mengatur hubungan individu dengan individu lain dalam keluarga dan kekerabatan. Jumlahnya sekitar 70 ayat.

b). Hukum kebendaan (ahkâm al-madaniyyah), yaitu hukum yang mengatur tukar-menukar harta, seperti ijarah, rahn, kafalah, dan

syirkah. Jumlahnya sekitar 70 ayat.

c). Hukum jinayah (ahkâm jinaiyyah), yaitu hukum yang mengatur pelanggaran dan sanksi yang dilakukan oleh mukalaf. Tujuannya menjaga hidup manusia dan hartanya. Jumlahnya sekitar 30 ayat. d). Lembaga peradilan (ahkâm al-murafa’at), yaitu hukum yang

mengatur syarat-syarat hakim, sanksi dan sumpah. Jumlahnya sekitar 10 ayat.

e). Hukum perundang-undangan (al-ahkâm al-dusturiyyah), yaitu hukum yang berhubungan dengan interaksi antara pemimpin dan rakyat. Jumlahnya sekitar 10 ayat.

36

Ziauddin Ahmad, Al Qur’an Kemiskinan dan Pemerataan Pendapatan (Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa,1998),h. 1

37

(33)

f). Hukum negara (al-ahkâm al-dawliyyah), yaitu hukum yang mengatur hubungan kenegaraan; hubungan antarnegara. Jumlahnya sekitar 25 ayat.

g). Hukum ekonomi (al-ahkâm al-iqtishâdiyyah wa al-mâliyyah), yaitu hukum yang mengenai hubungan antara kaya dan miskin dan antara individu dan kelompok. Jumlahnya sekitar 10 ayat.38

Sebagai kitab suci, Al-Qur’an sangat akomodatif terhadap hukum-hukum yang hidup dan berkembang di masyarakat Arab pra-Islam. Hukum-hukum yang diakomodasi Al-Qur’an di antaranya poligami

(seorang suami memiliki banyak istri) yang terdapat dalam surat Nisa’ ayat 3, pokok-pokok hukum waris yang terdapat dalam surat An-Nisa’ ayat 7-14, dan memasukkan wanita pada anggota keluarga yang mendapat waris, dibatalkannya saling mewarisi yang disebabkan oleh adopsi (Al-Ahzâb : 4-5), sanksi potong tangan bagi pencuri (Al-Mâidah : 38), yang sebagian ulama mengartikannya dipenjara karena sama-sama mencegah pelakunya dari mencuri lagi seperti halnya jika ia dipotong tangannya.

8. Pengertian metode baca dan tulis Al-Qur’an

Prinsip pengajaran Al Qur’an pada dasarnya bisa dilakukan dengan berbagai macam metode. Diantaranya adalah :

a). Metode Musyafahah ‘adu lidah” adalah dengan cara guru membaca terlebih dahulu, kemudian disusul anak atau murid. Dengan metode ini, guru dapat menerapkan cara membaca huruf dengan benar melalui lidahnya. Sedangkan anak dapat melihat dan menyaksikan langsung praktik keluarnya huruf dari lidah guru untuk ditirukannya.

b). Metode Sorogan atau ‘ardul qira’ah ‘setoran bacaan’ adalah murid membaca di depan guru, sedangkan guru menyimaknya.

38

(34)

c). Guru mengulang-ulang bacaan, sedang anak atau murid menirukannya kata per kata dan kalimat per kalimat juga secara berulang-ulang hingga terampil dan benar. Dari ketiga metode ini, metode yang banyak diterapkan dikalangan anak-anak pada masa kini ialah metode yang kedua, karena metode ini terdapat sisi positif yaitu aktifnya murid (cara belajar siswa aktif).39 Metode semi SAS (Struktural Analitik Sintetik) adalah penggunaan kata atau kalimat, yang tidak mengikutkan bunyi mati/sukun, umpama jalasa, kataba.40 Metode Al-Huda, cara menggunakannya adalah dengan pendekatan pengenalan huruf bahasa arab, tanda baca, dibantu dengan huruf latin sebab bagi pelajar pemula belum tahu huruf arab.41

Ada juga metode yang lainnya yaitu metode Dallang, dan cara mengajarkan metode ini adalah :

a). Berdo’a sebelum mulai belajar

b). Membuka bukunya seperti buku umumnya, tapi saat belajar membaca seperti membaca Al Qur’an (misal hal 2 dan 3 mulai membaca dari hal 3 lajur kebawah kemudian hal 2)

c). Ikuti lagu penuntun agar memudahkan ingatan terutama untuk “Kata Dasar” dan “Harokah” dengan panduan lagu “Gundul-gundul Pacul” d). Ba To Ro Na Ro Dho Qo Sa Ka Ta Ja Wa

e). A Da Mu Da Mu Di La Ma Ghu Ya Ghu Yu I Di I Di La Ma La Ma Ma Lu Ma Lu

f). Amalkan bila sudah bisa dan ajarkan kepada yang belum bisa.

Ada juga metode Amma,dinamakan metode AMMA karena diilhami oleh keinginan penulis untuk memudahkan para muslim pemula dan muallaf yang dibina yayasan AMMa dalam belajar membaca Al Qur’an.42

39 Ahmad Syarifuddin, Loc.cit., h. 81 40

Muhadjir Sulthon, Al Barqy Sistem 8 Jam (Surabaya : Penasuci, 1999), h. iv

41

Abd. Qorib Syarief, Metode Cepat Membaca Al Qur’an Al Huda (Jakarta : Hecca Mitra Utama, 2005), h.1

42

(35)

Agar dapat membaca Al Qur’an secara baik dan benar dengan metode AMMA, ada kiat-kiatnya sendidi. Di buku disebutkan ada 10 kiat yaitu :

1. Berniat (tekad) yang sungguh-sungguh 2. Meluangkan waktu yang cukup

3. Pengajar yang profesional 4. Dibaca langsung (tidak dieja)

5. Mengenal dan memahami perbedaan huruf Hijaiyah yang tidak bertitik dan yang bertitik

6. Mengenal dan memahami perubahan huruf apabila dirangkai di awal, di tengah dan di akhir kata

7. Mengenal dan memahami tanda baca

8. Menguasai terapan ilmu tajwid di Kunci 6 s/d 16 9. Dibaca secar berulang-ulang

10.Dipelajari secara intensif/kontinu.43

Lain lagi cara membaca Al Qur’an dengan metode Quantum Daarut Tauhid. Adapun penggunaan metode ini yaitu dengan cara:

1.Memberikan motivasi kepada peserta bahwa belajar membaca Al Qur’an adalah sesuatu yang sangat mudah dan tidak membutuhkan waktu yang lama.

2.Sebelum memberikan materi, pemateri hendaknya memberikan aturan/tata tertib kepada peserta selama mengikuti kegiatan belajar. Hal ini sangat penting agar hasil yang akan dicapai bisa maksimal, aturannya adalah sebagai berikut :

a).Peserta harus punya niat yang ikhlas (karena Allah) dalam mengikuti kegiatan belajar membaca Al Qur’an. Tidak merasa terpaksa ataupun hal yang lainnya.

43

(36)

b). Peserta tidak boleh ada yang menulis selama kegiatan berlangsung, hal ini agar peserta bisa konsentrasi dalam mengikuti materi yang disampaikan oleh pemateri.

c). Peserta harus mau berbicara/melafazkan setiap yang dituntunkan oleh pemateri dari materi tersebut.

3.Pemateri tidak mengajarkan dahulu tentang makharijul huruf kepada peserta mengenai huruf-huruf hijaiyah dan sebelum materi disampaikan, pemateri hendaknya msatu sampai tiga orang peserta yang dijadikan standar apakah peserta sudah menguasai materi apa belum, peserta yang dijadikan standar adalah peserta yang punya kemampuan terendah dari peserta yang hadir dalam kemampuan membaca Al Qur’an.

4.Pemateri untuk memberikan hafalan huruf-huruf hijaiyah kepada peserta yaitu dengan menghafalkan kata-kata lembaganya metode Daarut Tauhid, yaitu :

SO TO DO DO : SA SA SA JA RO KO PA KA LA : BA HA YA NA AMA HA WA : A A A GO

DA DA DO DO : TA TO JA HA HO

5.Setelah mereka hafal kata-kata lembaga yang terdiri dari huruf-huruf hijaiyah, selanjutnya pemateri memberikan cantolan-cantolan untuk memudahkan peserta mengingat huruf dan agar peserta tidak lupa lagi dengan apa yang dihafalnya.

6.Selanjutnya pemateri barulah mengajarkan harakat fathah, kasrah, dhammah dan tangwin setelah benar-benar peserta dapat menghapal huruf hijaiyah.

7.Selanjutnya pemateri mengajarkan tentang huruf-huruf hijaiyah yang punya bentuk banyak seperti huruf HA, MIM, KAF dan ‘AIN.

(37)

peserta bagaimana cara membaca huruf hijaiyah ketika disambung/dirangkai.

9.Selanjutnya pemateri mengajarkan kepada peserta cara membaca panjang pendek dengan memakai harakat(baris).

10. Selanjutnya pemateri mengajarkan cara membaca sukun (mati) dan tasydid dengan menggunakan istilah RAJA untuk tasydid, TENTARA untuk sukun dan RAKYAT untuk huruf hijaiyah yang tidak berharakat atau istilah MATAHARI untuk tasydid, BULAN untuk sukun dan BINTANG untuk huruf hijaiyah yang tidak berharakat.

11.Selanjutnya pemateri mengajarkan panjang pendek dengan memakai huruf mad yaitu ALIF, YA dan WAU.

12.Terakhir pemateri mengajarkan peserta membaca langsung dengan ayat-ayat Al Qur’an, yaitu dengan cara ayat-ayat tersebut huruf perhuruf dengan mencoba dirubah-rubah dari huruf yang satu kepada huruf yang lainnya, demikian pula dengan merubah-rubah harakatnya.

Demikianlah secara ringkas gambaran cara menggunakan sistem 150 menit metode Daarut Tauhid.44 Metode lainnya yang mengungkapkan tentang baca dan tulis Al Qur’an adalah metode Tunjuk silang. Dikatakan metode tunjuk silang karena didalam ,metode ini penerapannya digunakan paduan abjad Latin-Arab. Huruf-huruf Al Qur’an yang tertulis dalam huruf dan bahasa Arab dibaca dari kanan ke kiri. Sebaliknya bila huruf Al Qur’an tersebut ditulis dalam huruf-huruf latin akan tampak adanya persilangan letak huruf yang saling tunjuk. Bila dihubungkan akan membentuk garis tanda silang (X).karena :

1. Huruf awal pada huruf Al Qur’an yang terletak di kanan diterakan oleh huruf awal latinnya tapi letaknya di kiri.

2. Huruf akhir pada huruf Al Qur’an diterakan oleh huruf akhir pada huruf latin, tetapi letaknya berbeda tempat. Huruf Al Qur’an di kiri dan latin di kanan.

44

(38)

Pola pendidikan Islami adalah pola pendidikan Qur’ani yang diaplikasikan Rasulullah SAW. dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya melalui metode-metode pendidikan yang dicontohkan oleh beliau. Menurut Drs. Syahidin, M.Pd. (199:39-40) metode pendidikan Qur’ani adalah suatu cara atau tindakan-tindakan dalam lingkup peristiwa pendidikan yang terkandung dalam Al-Qur’an dan As-Sunah. Dalam konsep ini segala bentuk upaya pendidikan didasarkan kepada nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunah. Ciri khusus dalam metode Qur’ani adalah penyajiannya dapat menyentuh berbagai aspek keperibadian murid, dimana pesan nilai disajikan melalui berbagai bentuk penyajiannya yang dapat menyentuh berbagai ranah (domain) peserta didik.

Dalam pola pendidikan Qur’ani dapat dikembangkan pula berbagai metode lain yang sesuai dengan prinsip dan tujuan pendidikan serta sifat dari materi pendidikannya. Karena itu konsep pendidikan Qur’ani bersifat terbuka dan adaptif terhadap konsep yang selaras dengan prinsip-prinsip dasar Qur’an tentang pendidikan. Metode pendidikan Qur’ani memiliki prinsip :

1) Prinsip kasih sayang 2) Prinsip keterbukaan 3) Prinsip keseimbangan, dan 4) Prinsip integritas/keterpaduan.45

Adapun aplikasi metode pendidikan Qur’ani beserta contoh-contoh dan dalilnya adalah sebagai berikut :

a)Metode Kisah Qur’ani

Secara terminologis, kisah Qur’ani adalah pemberitaan Al-Qur’an tentang hal ihwal umat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu, dan peristiwa yang telah terjadi. Al-Qur’an banyak

45

(39)

berisi keterangan tentang kejadian masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri, dan peninggalan atau jejak setiap umat. Al-Qur’an menceritakan semua keadaan itu dengan cara yang menarik dan mempesaona, dengan bahasa yang mudah dipahami. Kisah dalam Al-Qur’an merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada orang-orang terdahulu, dan merupakan peristiwa sejarah yang dapat dibuktikan kebenarannya secara filosofis dan ilmiah melalui saksi-saksi berupa peninggalan orang-orang terdahulu, seperti Ka’bah di Mekkah, Masjidil Aqsa di Palestina, Piramida dan Sphink di Mesir, dan sebagainya. Firman Allah :











Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada-Nya, karena dengan Rahmat dan hidayah-Nya serta dengan upaya yang maksimal, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Artikel ini ditulis untuk mendeskripsikan penerapan metode tilawati dan strategi Mnemonic dalam belajar baca tulis al-Qur’an dengan media aplikasi WhatsApp pada proses

Hasil yang dicapai dalam pelaksanaan pelatihan menulis Arab ini, dapat dijelaskan bahwa: 1) peserta pelatihan menulis Arab ini sudah sangat.. mengenal bahasa Arab

5) Untuk sarana seperti alat-alat pembelajaran menggunakan peralatan dari SD. 6) Ketika ada kegiatan-kegiatan TPA seperti perlombaan- perlombaan, out bond, Mabit atau kegiatan

Contoh nyata adalah saat pelaksanaan Program Program Riset PKM dengan tema “Peran TPQ dalam meningkatkan kualitas baca tulis Al-Qur'an anak usia dini di TPQ Sabilil

Pada laporan ini, dirancang sebuah aplikasi pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’ yang ditujukan untuk anak usia 3-10 tahun sebagai suatu alat yang

Adapun salah satu kelebihan belajar Al-Qur’an melalui jari dibandingkan dengan beberapa metode belajar membaca dan menulis Al-Qur’an yaitu terletak pada tata cara pengelompokan huruf

Dengan cara memodifikasi ualang bentuk peraga membaca dan menulis yang semula tartīb huruf hijaiyyah-nya masih menggunakan urutan alfabet, dirubah menjadi yang