• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pemasaran Produk Rotan Olahan di Kota Binjai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pemasaran Produk Rotan Olahan di Kota Binjai"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PEMASARAN PRODUK ROTAN OLAHAN

DI KOTA BINJAI

SKRIPSI

Oleh:

PARDAMEAN TAMPUBOLON 081203045

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Analisis Pemasaran Produk Rotan Olahan di Kota Binjai Nama : Pardamean Tampubolon

NIM : 081203045 Program Studi : Kehutanan

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Irawati Azhar, S.Hut., M.Si

Ketua Anggota

Tito Sucipto, S.Hut., M.Si

Mengetahui,

(3)

ABSTRACT

Pardamean Tampubolon. Marketing Analysis of Rattan Products Processed in Binjai. Supervised by Irawati Azhar andTito Sucipto.

Utilization of non timber forest products, especially rattan gives a positive impact on industrial development in Indonesia. This study aims to determine the type and price of raw materials of rattan and rattan products processed were traded, and analyze the marketing flow of rattan product processed in Binjai of raw materials derived from Langkat. Data retrieved through interviews with intermediaries rattan craftsmen and traders, and tabulated, then calculated using the formula of marketing margins and profit margins are then analyzed.

Rattan species that dominate in the industry, namely sega (Calamus caesius Blume) and getah (Daemonorops angustifolia Mart) and the type of rattan genera Calamus and Daemonorops be priced between Rp.3.000-Rp.20.000 per stem or per kg. Processed rattan products are tables, chairs, baskets, hood serving, place parcel rattan, wicker mirror with a selling price of between Rp.8.000-Rp.400.000 per unit. Based on the R/C ratio of the products in the rattan industry Aslinda,production of wicker basket viable and economically beneficial to the R/C ratio >1 of 100 units of the product. There are three (3) types of marketing flow in Binjai,that is 1). The craftsmenis directly to consumer, 2). The craftsmen to store/retailers who will resell it to consumers and 3). The craftsmen and also seller to the consumer.

(4)

ABSTRAK

Pardamean Tampubolon. Analisis Pemasaran Produk Rotan Olahan di Kota Binjai. Dibimbing oleh Irawati Azhar dan Tito Sucipto.

Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu terutama rotan memberikan dampak positif bagi perkembangan industri di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan harga bahan baku rotan serta produk rotan olahan yang diperdagangkan, dan menganalisis alur pemasaran produk rotan olahan di Kota Binjai yang bahan bakunya berasal dari Kabupaten Langkat. Data diambil dengan melakukan wawancara terhadap pengrajin rotan dan pedagang perantaranya, lalu ditabulasi, kemudian dihitung dengan menggunakan rumus margin pemasaran dan margin keuntungan yang kemudian dianalisis.

Jenis rotan yang mendominasi di industri rotan yaitu sega (Calamus caesius Blume) dan getah (Daemonorops angustifolia Mart) dan jenis marga rotan calamus dan daemonoropsdijual dengan harga antara Rp.3.000-Rp.20.000 per batang atau per kg. Produk rotan olahan yaitu meja, kursi, keranjang, tudung saji, tempat parcel rotan, cermin rotan dengan harga jual antara Rp.8.000-Rp.400.000 per unit. Berdasarkan R/C ratio produkdi industri kerajinan rotan Aslinda, produksi keranjang rotanlayak diusahakan dan menguntungkan secara ekonomi dengan R/C ratio >1 dari 100 unit produk. Terdapat 3 (tiga) jenis alur pemasaran di Kota Binjai yaitu 1). Pengrajin langsung ke konsumen, 2). Pengrajin ke toko/pedagang perantara yang akan menjualnya kembali ke konsumen dan 3). Pengrajin sekaligus pedagang ke konsumen.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pangururan, Sumatera Utara pada tanggal 17 Juli 1990 dari keluarga Bapak Uspol Tampubolon dan Ibu Irianis Panjaitan. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Penulis memulai pendidikan di TKWahidin Sudiro Husodo Medanlalu melanjutkan pendidikan SD dan SMP di perguruan yang sama yaitu Wahidin Sudiro Husodo Medan. Pada tahun 2008, penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 16Medan dan pada tahun 2008 penulis diterima di Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian. Adapun judul dari hasil penelitian ini adalah “Analisis Pemasaran Produk Rotan Olahan di Kota Binjai”.

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data jenis dan harga bahan baku rotan dengan cara menganalisis pemasaran rotan, sehingga bisa diketahui alur pemasaran rotan tersebut. Kemudian untuk mengevaluasi seberapa besar peranan dari pemanfaatan rotan bagi kondisi ekonomi masyarakat yang memanfaatkan rotan di Kota Binjai.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang tua yang telah banyak memberikan bantuan moril dan materil. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Irawati Azhar, S.Hut, M.Si dan Bapak Tito Sucipto S.Hut, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu penulis menyelesaikan hasil penelitian ini. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2014

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN ……… viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ……… 1

Tujuan Penelitian .……….………. 3

Manfaat Penelitian .………. 3

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Rotan .……….………. 4

Taksonomi Rotan .……….………. 5

Tekonologi Pengolahan Rotan .…….……….………. 6

Pemanfaatan Rotan .……….………… 7

Pengertian Pemasaran ……….….………… 8

Analisis Pemasaran ……….….……… 9

Efisiensi Pemasaran ……….……… 11

Pemasaran HHNK .….….……… 11

Perilaku Konsumen .….….……….….……… 13

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian .……….……… 15

Alat dan Bahan .……….……… 15

Metode Penelitian .………..……… 15

Persiapan ……….……… 15

Pengambilan Data ..……….……… 16

Analisis Ekonomi Analisis Pendapatan Usaha .……….….……….….………… 18

Analisis Revenue Cost Ratio (R/C) .…….………..………… 18

Analisis Pemasaran dan Efisisiensi Pemasaran …….………. 19

(8)

Pengolahan Rotan ..……….………… 23

Jenis Rotan yang Digunakan di Kota Binjai….………. 24

Pemanfaatan Tanaman Rotan .……… 26

Analisis Ekonomi Analisis Pendapatan Usaha .……….……….….…………. 31

Analisis Revenue Cost Ratio (R/C)……….………… 35

Analisis Pemasaran Produk Rotan……….….………… 36

Margin Pemasaran……….………. 39

Efisiensi Pemasaran ……… 41

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ……….……… 43

Saran .……….……….……… 43 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Bagan alur penelitian ……… 17 2. Meja yang diproduksi di industri kerajinan rotan Aslinda .…….………. 27 3. Bentuk kursi yang diproduksi di industri kerajinan rotan Aslinda .….……… 27 4. Bentuk keranjang yang diperdagangkan di UD. Nadijo ………. 28 5. Bentuk tudung saji yang diperdagangkan di kerajinan rotan Kadiya .………. 29 6. Bentuk parcel rotan yang diperdagangkan di kerajinan rotan Rahman Riski…29 7. Bentuk cermin rotan sebelum dan sesudah proses finishing

(10)

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Jenis dan harga rotan yang diperdagangkan di Kota Binjai ……….…. 25 2. Bentuk dan harga produk yang diperdagangkan di industri di Kota Binjai .…. 26 3. Penyusutan peralatan produksi di industri kerajinan rotan Aslinda

pada bulan Juli2013 .……… 32 4. Biaya tetap pembuatan produk rotan di industri kerajinan rotan Aslinda

pada bulan Juli2013 ……… 32 5. Biaya variabel produksi kursi rotan (pendek) di industri kerajinan rotan Aslinda pada bulan Juli 2013 ……… 33 6.Biaya variabel produksi keranjang rotan di industri kerajinan rotan Aslinda

pada bulan Juli 2013 .……….….………. 34 7. Analisis revenue cost ratio pada produk kursi .……….…. 35 8. Analisis revenue cost ratio pada produk keranjang ……….…… 35 9. Analisis margin pemasaran produk kursi rotan pada pola pemasaran I……… 39 10. Analisis margin pemasaran produk kursi rotan pada pola pemasaran II .…… 40 11. Nilai biaya, nilai produk dan efisiensi pemasaran kursi rotan kecil

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1. Lembar kuisioner penelitian……… 44

2. Perhitungan biaya produksi di industri kerajinan rotan Aslinda pada bulan Juli 2013 dengan produk kursi rotan (panjang) .……… 48

3. Analisis data .……… 49

4. Pengrajin/industri di Kota Binjai.……… 50

(12)

ABSTRACT

Pardamean Tampubolon. Marketing Analysis of Rattan Products Processed in Binjai. Supervised by Irawati Azhar andTito Sucipto.

Utilization of non timber forest products, especially rattan gives a positive impact on industrial development in Indonesia. This study aims to determine the type and price of raw materials of rattan and rattan products processed were traded, and analyze the marketing flow of rattan product processed in Binjai of raw materials derived from Langkat. Data retrieved through interviews with intermediaries rattan craftsmen and traders, and tabulated, then calculated using the formula of marketing margins and profit margins are then analyzed.

Rattan species that dominate in the industry, namely sega (Calamus caesius Blume) and getah (Daemonorops angustifolia Mart) and the type of rattan genera Calamus and Daemonorops be priced between Rp.3.000-Rp.20.000 per stem or per kg. Processed rattan products are tables, chairs, baskets, hood serving, place parcel rattan, wicker mirror with a selling price of between Rp.8.000-Rp.400.000 per unit. Based on the R/C ratio of the products in the rattan industry Aslinda,production of wicker basket viable and economically beneficial to the R/C ratio >1 of 100 units of the product. There are three (3) types of marketing flow in Binjai,that is 1). The craftsmenis directly to consumer, 2). The craftsmen to store/retailers who will resell it to consumers and 3). The craftsmen and also seller to the consumer.

(13)

ABSTRAK

Pardamean Tampubolon. Analisis Pemasaran Produk Rotan Olahan di Kota Binjai. Dibimbing oleh Irawati Azhar dan Tito Sucipto.

Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu terutama rotan memberikan dampak positif bagi perkembangan industri di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan harga bahan baku rotan serta produk rotan olahan yang diperdagangkan, dan menganalisis alur pemasaran produk rotan olahan di Kota Binjai yang bahan bakunya berasal dari Kabupaten Langkat. Data diambil dengan melakukan wawancara terhadap pengrajin rotan dan pedagang perantaranya, lalu ditabulasi, kemudian dihitung dengan menggunakan rumus margin pemasaran dan margin keuntungan yang kemudian dianalisis.

Jenis rotan yang mendominasi di industri rotan yaitu sega (Calamus caesius Blume) dan getah (Daemonorops angustifolia Mart) dan jenis marga rotan calamus dan daemonoropsdijual dengan harga antara Rp.3.000-Rp.20.000 per batang atau per kg. Produk rotan olahan yaitu meja, kursi, keranjang, tudung saji, tempat parcel rotan, cermin rotan dengan harga jual antara Rp.8.000-Rp.400.000 per unit. Berdasarkan R/C ratio produkdi industri kerajinan rotan Aslinda, produksi keranjang rotanlayak diusahakan dan menguntungkan secara ekonomi dengan R/C ratio >1 dari 100 unit produk. Terdapat 3 (tiga) jenis alur pemasaran di Kota Binjai yaitu 1). Pengrajin langsung ke konsumen, 2). Pengrajin ke toko/pedagang perantara yang akan menjualnya kembali ke konsumen dan 3). Pengrajin sekaligus pedagang ke konsumen.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi ole kayu dan hasil hutan non kayu. Hasil hutan non kayu terdiri atas produk nabati dan hewan. Hasil hutan non kayu nabati bisa dikelompokkan ke dalam kelompok rotan, kelompok bambu dan kelompok bahan ekstraktif misalnya damar, terpentin, kopal, gondorukem dan sebagainya. Menurut Sasmuko (1999) bahwa potensi hasil hutan bukan kayu Provinsi Sumatera Utara cukup tinggi antara lain berupa rotan, kulit kayu, minyak atsiri, arang, maupun getah-getahan.

Rotan merupakan salah satu komoditas hasil hutan bukan kayu yang cukup penting dan potensial. Rotan juga merupakan tanaman yang tumbuh di daerah tropis, sehingga tanaman ini banyak dijumpai di Indonesia. Rotan Indonesia mempunyai posisi yang dominan di pasar dunia, yaitu menguasai 80% bahan baku rotan dunia. Selain di Indonesia, tanaman produk rotan dapat pula dijumpai di Philipina, Thailand, Malaysia, India, Vietnam, Madagaskar, dan Maroko. Namum, potensi terbesar saat ini terdapat di Indonesia. Hal ini dapat terlihat bahwa di Indonesia, rotan tumbuh secara alami dan tersebar di daerah Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya, dengan potensi sekitar 622.000 ton/tahun (Depperindag, 2008).

(15)

merupakan modal pengusahaan hasil hutan non kayu yang sangat menguntungkan untuk masa mendatang.

Sehubungan dengan semakin tingginya pemanfaatan hasil hutan bukan kayu terutama jenis rotan perlu diketahui bagaimana sistem pengolahan, teknologi yang digunakan dan yang paling penting untuk diperhatikan adalah bagaimana alur pemasarannya karena salah satu hal yang paling menentukan dalam keberhasilan suatu produk adalah sistem pemasarannya.

Kota Binjai merupakan salah satu daerah yang masyarakatnya memanfaatkan rotan sebagai mata pencahariannya di Sumatera Utara.Kabupaten Langkat merupakan daerah penghasil bahan baku rotan dan lokasi tersebut tidak jauh pemanfaatan dan pemasarannyadari Kota Binjai. Sementara itu belum diketahui sistem pengolahan dan pemasarannya. Untuk itulah perlu dilakukan penelitian ini, untuk mendapatkan data jenis rotan yang dimanfaatkan masyarakat dan harganya serta peranan rotan tersebut, apakah memberikan dampak yang signifikan bagi pendapatan masyarakat pengambil rotan serta yang memanfaatkan rotan.

(16)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mendapatkan data jenis dan harga bahan baku rotan serta produk rotan olahan yang diperdagangkan di Kota Binjai

2. Menganalisis alur pemasaran produk hasil olahan rotan

Manfaat Penelitian

(17)

TINJAUAN PUSATAKA

Deskripsi Rotan

Rotan adalah palem memanjat berduri yang terdapat di daerah tropis dan subtropis Benua lama. Tumbuhan ini merupakan sumber rotan batang untuk industri mebel rotan, kebanyakan rotan batang yang memasuki perdagangan dunia dikumpulkan dari tanaman yang tumbuh liar dan di berbagai bagian Asia Tenggara, rotan merupakan hasil hutan yang paling penting setelah kayu (Dransfield dan Manokaran, 1996).

Menurut Januminro (2000) dalam Sinambela (2011) bahwa batang tanaman rotan merupakan bagian yang terpenting karena nilai ekonomi tanaman rotan terletak pada batangnya. Batang tanaman rotan berbentuk memanjang dan bulat seperti silinder atau segitiga, tetapi selalu bersifat aktinomorf, yakni bila dibagi dua akan menjadi bagian yang setangkup. Batang rotan memiliki ciri dan sifat berbeda-beda, tergantung pada jenis dan varietasnya. Ukuran ruas pada sebatang rotan berbeda-beda. Ukuran ruas pada pangkal batang hingga sepanjang 1,5 mm tidak sama, tetapi ukuran 1,5 m ke atas akan didapat ukuran ruas dan diameter batang yang hampir seragam. Ujung batang tanaman rotan akan selalu beratambah panjang.

a. Batang tanaman rotan terbagi menjadi ruas-ruas yang setiap ruas dibatasi oleh buku-buku. Pelepah dan tangkai daun tanaman rotan melekat pada buku-buku tersebut.

(18)

Rotan merupakan tumbuhan yang tergolong dalam kelompok palem-palemanyang hidupnya merambat. Golongan ini termasuk dalam sub-famili calamoideae yangmempunyai 13 marga dan sekitar 600 jenis dan hidup pada kawasan hutan hujan tropis di Asia Tenggara.Kelompok rotan pada umumnya tumbuh dan dijumpai pada daerah yang beriklim basah. Di Indonesia jenis ini dapat ditemui di Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan beberapa kepulauan lainya. Beberapa laporan menyebutkan bahwa di Jawa dapat dijumpai sekitar 25 jenis, Sumatera 75 jenis, Kalimantan 100 jenis, Sulawesi 25 jenis. Selain itu rotan juga dapat dijumpai di beberapa pulau lainnya di Indonesia (Erwinsyah, 1999).

Taksonomi Rotan

Pengelompokan jenis-jenis rotan umumnya didasarkan atas persamaan ciri-ciri karakteristik morfologi organ tanaman, yaitu: akar, batang, daun, bunga, buah dan alat-alat tambahan (Tellu, 2005). Dalam ilmu taksonomi tumbuhan, rotan diklasifikasikan sebagai berikut yaitu :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh) Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Arecales

(19)

Teknologi Pengolahan Rotan

Menurut Rachman dan Hermawan (2005) dalam situmorang (2012) ada beberapa langkah yang dilakukan dalam proses pengolahan rotan, yaitu :

a. Persiapan

Tahapan persiapan terdiri atas kegiatan penumpukan rotan segar,pembersihan, dan sortasi. Rotan yang diterimadi tempat penumpukan adalah rotan yang berkualitas baik dan sudahcukup tua dengan ciri-ciri diameter silindris, cukup keras, tidak adatanda-tanda keriput, dan mengandung lebih banyak warna hijau tua.

b. Penggorengan

Tujuan penggorenganrotan adalah untuk menurunkan kadar air rotan dan mengeluarkanbahan-bahan larut minyak yang umumnya terdapat di bagian kulit(epidermis) rotan serta dapat menghalangi proses keluarnya air daridalam rotan.

c. Penggosokan dan pencucian

Penggosokan dilakukan pada rotan yang telah digoreng dan ditiriskandengan menggunakan kain perca, sabut kelapa atau karunggoni yang dicampurkan dengan pasir halus atau serbuk gergaji. Penggosokan dilakukan berulang-ulang agar sisa kotoranterutama getah yang masih menempel pada kulit rotan dapat dilepaskansehingga kulit rotan menjadi bersih dan dapat diperoleh rotandengan warna yang cerah dan mengkilap. d. Pengeringan

(20)

kemarau hanyasekitar 1 minggu dan di musim penghujan dapat mencapai 2-3 minggu untuk sampai pada kondisi kering udara dengan kadar airsekitar 15-18%. Penjemuran untuk rotan kecil dapat dilakukan dengan menghamparkanrotan di atas para-para setinggi pusar atau sekitar 50 cm dari tanah. Waktu pengeringanbervariasi untuk setiap jenis rotan, tapi umumnya antara 1minggu - 2 minggu pada saat cuaca cerah.

e. Pengasapan

Pengasapan bertujuan untuk memutihkan warna kulit rotan, denganproses pengelantangan (bleaching) menggunakan asap belerang (gas SO2). Pengasapan dilakukan dalam rumah asap berbentuk kubah yangterbuat dari tembok dan balok kayu dengan sumber asap berasal daribelerang yang dibakar di atas wadah anti bakar dan disalurkan ke dalamrumah asap tersebut. Rotan disusun berlapis-lapis dengan menggunakanganjal agar asap dapat bergerak bebas di antara lapisan

Pemanfaatan Rotan

(21)

digunakan beragam sebagai buah dan obat, dan ‘darah naga’ yang diperoleh dari kulit buah beberapa spesies pernah digunakan sebagai zat warna, pernis, dan dalam jamu lokal (Dransfield dan Manokaran, 1996).

Menurut komunitas Wikipedia (dalam hhtp://id.wikipedia.org/wiki/Rotan) bahwa pemanfaatan rotan (sp. Daemonorops) terutama adalah sebagai bahan baku mebel, misalnya kursi, meja, serta rak buku. Rotan memiliki beberapa keunggulan daripada kayu, seperti ringan, kuat, elastis/mudah dibentuk, serta murah. Namun kelemahannya adalah mudah terkena kutu bubuk ”Pin Hole”. Batang rotan juga dapat dibuat sebagai tongkat penyangga berjalan dan senjata. Berbagai perguruan pencak silat mengajarkan cara bertarung menggunakan batang rotan. Di beberapa tempat di Asia Tenggara, rotan dipakai sebagai alat pemukul dalam hukuman cambuk rotan bagi pelaku tindakan kriminal.

Di bidang konstruksi, batang rotan banyak dipakai untuk mengisi batang sepeda, alat sandaran kapal, penahan pasir di daerah gurun pasir, bahkan dapat digunakan untuk pengganti konstruksi tulangan beton. Batang rotan yang muda (umbut) dapat dikonsumsi sebagai sayuran. Daerah-daerah yang banyak mengkonsumsi umbut rotan adalah Aceh, Jambi, Sulawesi, Kalimantan dan Jawa Barat. Getah rotan yang didapat dari pengolahan buah jernang merupakan bahan baku industri pewarna, industri farmasi, serbuk pembuatan pasta gigi, ekstrak tanin, dan sebagainya (Januminro, 2000).

Pengertian Pemasaran

(22)

orang lain. Pemasaranmerupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusahadalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang danmendapatkan laba (Kotler, 2000).

Selain itu menurut Kotler (2001), pemasaran adalah kegiatan manusia yang bertujuan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia melalui proses pertukaran. Pengertian tersebut dapat memberikan gambaran bahwa pemasaran sebagai suatu sistem dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan, ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang/jasa kepada pembeli secara individual maupun kelompok pembeli. Kegiatan-kegiatan tersebut beroperasi dalam suatu lingkungan yang dibatasi sumber-sumber dari perusahaan itu sendiri, peraturan-peraturan, maupun konsekuensi sosial perusahaan.

Analisis Pemasaran

Analisis pemasaran adalah suatu penganalisasian atau penyelenggaraan untuk mempelajari berbagai masalah pasar. Analisis pasar akan menyangkut lokasi pasar, luas pasar, sifat pasar dan karakteristik pasar. Keberhasilan usaha perusahaan dapat ditentukan oleh ketepatan strategi pemasaran yang diterapkannya dengan dasar memperhatikan situasi dan kondisi dari analisis pasarnya ( Helmi, 2011).

(23)

terhadap barang atau jasa yang dibutuhkan para konsumen. Sedangkan mengenai ruang lingkup pasar, biasanya mencakup luasnya pasar, misalnya luas pasar menurut geografis, pendidikan para konsumen, profesi para konsumen, tingkat umur para konsumen dan lain sebagainya.

Tujuan analisis pasar yaitu mengenal lingkungan pasar, mengenal tipe-tipe pasar, mengetahui karakteristik pasar, menentukan keputusan yang tepat, menghadapi para pesaing, melaksanakan kebijakan dalam pemasaran, membuat program dalam bidang pemasaran dan mengenal ciri-ciri pasar.

Menurut Helmi, (2011) adapun permasalahan di dalam ruang lingkup analisis pasar antara lain yaitu :

1. Barang dan jasa yang dipasarkan

Barang-barang dan jasa yang diproduksi oleh perusahaan berdasarkan analisis pasar yaitu :

a. Jenis dan sifat barang

b. Kuanitas dan kualitas barang c. Warna dan ukuran barang d. Desain dan model barang e. Merk dan harga barang

f. Barang-barang industri dan konsumsi. 2. Tujuan analisis

(24)

3. Letak pasar, sifat dan karakterisitik

Seorang manajer pemasaran harus mengetahui tentang letak pasar, berikut sifat dan karakterisitik yang akan dituju. Dalam hal ini, agar manajer memudahkan melaksanakan target pasar, strategi pasar dan segmentasi pasar.

4. Organisasi pembelian

Seorang manajer pemasaran harus mengetahui siapa yang membeli barang, siapa yang menggunakan, siapa yang paling berpengaruh di dalam pembelian barang dan lain sebagainya.

Efisiensi pemasaran

Menurut Mubyarto (1982) dalam turnip (2013) pemasaran suatu komoditi dikatakan efisien apabila memenuhi beberapa syarat yaitu a). mampu mentransfer produk yang diperdagangkan dari produsen awal ke konsumen akhir dengan biaya minimal b). mampu menciptakan distribusi pendapatan yang adil dari harga yang dibayar konsumen terhadap semua lembaga tataniaga yang ikut terlibat.

Efisiensi sistem pemasaran suatu komoditi adalah sangat penting karena dapat meningkatkan pendapatan produsen (petani hutan rakyat) dan secara agregat kelak bisa memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Disamping itu, informasi tentang efisiensi pemasaran sangat membantu para pihak dan penentu kebijakan yang lebih adil sebagai dampak adanya proses distribusi barang dari produsen ke konsumen tersebut (Awang, dkk, 2002).

Pemasaran Hasil Hutan Non Kayu (rotan)

(25)

kajian Participatory Action Research (PAR) Rinjani tahun 2002 mencatat sekitar 22 pasar tradisional yang berlokasi cukup jauh dari tempat tinggal masyarakat yakni sekitar 7-10 km. Karena itu, jasa agen pedagang (penendak) yang langsung datang ke lokasi ‘cukup membantu’ kesulitan pemasaran produk terutama pengurangan beban biaya tranportasi(Taqiuddin, 2009).

Mekanisme pemasaran konvensional semacam ini sebenarnya tidak memberi keuntungan bagi produsen (petani HKm). Margin keuntungan besar justru lebih dinikmati oleh pedagang pengumpul. Pengelola hutan sendiri seringkali terjebak pada permainan harga dari para penendak dan jaringannya yang membeli HHNK di lokasi (pinggir hutan). Padahal HHNK diyakini memiliki keunggulan komparatif jika dikelola secara optimal. Komoditas HHNK ini diolah menjadi barang setengah jadi, harganya bisa meningkat beberapa kali lipat (bahkan puluhan kali lipat) dibandingkan harga yang ditetapkan para tengkulak (Ngakan dkk., 2006)

Menurut KPPU (2010) terdapat lima jalur distribusi rotan yang ada di Indonesia dimulai dari petani rotan, pengumpul rotan serta industri pengolahan rotan. Adapun kelimajalur distribusi tersebut adalah sebagai berikut :

(26)

2. Jalur distribusi tipe 2, yaitu jalur distribusi rotan dengan konsumen akhir rotan adalah industri pengolahan besar di Pulau Jawa. Rotan dari pengumpul tingkat provinsi menjual rotannya langsung ke industri meubel besar di Pulau Jawa. 3. Jalur distribusi tipe 3, merupakan jalur distribusi rotan yang lebih panjang dari

jalur distribusi tipe 1 dan tipe 2. Pada jalur distribusi tipe-3 ini, rotan dari pengumpul di tingkat kabupaten tidak hanya dijual kepada distributor besar, namun dijual juga kepada pedagang besar antar pulau. Selanjutnya, rotan dari distributor besar akan dikirimkan kepada pedagang besar di Jawa dan setelah itu rotan kembali dijual kepada industri mebel menengah. Sedangkan pedagang besar antar pulau kan menjual rotannya kepada pedagang di Jawa dan selanjutnya rotan diolah oleh industri mebel menengah.

4. Jalur distribusi tipe 4 memiliki jalur yang lebih panjang dari tipe-tipe sebelumnya. Tipe ini menerangkan distribusi rotan di daerah sentra industri. Rotan dari pedagang antar pulau masih melalui tahap-tahap distribusi lain sebelum sampai pada industri kecil. Tahapan distribusi tersebut antara lain pedagang besar serta pedagang menengah.

5. Jalur distribusi tipe 5 yang menerangkan distribusi rotan dari petani rotan hingga industri mikro pengolah rotan. Jalur distribusi tipe ini hampir sama dengan tipe 4, namun sebelum sampai pada industri, masih melalui satu tahapan yang lebih panjang dari tipe 4, yaitu pedagang kecil.

Perilaku konsumen

(27)

di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (Swastha dan Irawan, 1997).

Perilaku konsumen mempelajari di mana, dalam kondisi macam apa, dan bagaimana kebiasaan seseorang membeli produk tertentu dengan merk tertentu. Kesemuanya ini sangat membantu manajer pemasaran di dalam menyusun kebijaksanaan pemasaran perusahaan. Proses pengambilan keputusan pembelian suatu barang atau jasa akan melibatkan berbagai pihak, sesuai dengan peran masing-masing. Peran yang dilakukan tersebut adalah:

1. Initiator adalah individu yang mempunyai inisiatif pembelian barang tertentu

2. Influencer adalah individu yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Informasi mengenai kriteria yang diberikan akan dipertimbangkan baik secara sengaja atau tidak.

3. Decider adalah yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak, apa yang akan dibeli, bagaimana membelinya.

(28)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Binjai, Provinsi Sumatera Utara. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Juli 2013. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulisdan kamera digital. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuisioner pengrajin dan pedagang (lampiran 1) serta dokumen lainnya yang berkaitan dengan aspek penelitian yang berada diKota Binjai.

Metode Penelitian

1. Persiapan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini mencakup: a. Penentuan Lokasi

Sebelum menentukan lokasi penelitian, terlebih dahulu dilakukan survei lokasi dan selanjutnya dipilih lokasi penelitian. Dasar pemilihan Kota Binjaisebagai sampel adalah adanyamasyarakat yang memanfaatkan rotan dan daerah asal bahan baku rotan.

b. Survei Lapangan

(29)

c. Penentuan Sampel Responden

Responden dalam penelitian ini adalah adalah pengrajin dan pedagang rotan olahan yangterdapat di Kota Binjai. Key informan diambil secara purposive sampling yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Jumlah responden yang dijadikan sampel yaitu sebagai berikut:

1) Apabila jumlah responden ≤ 100, maka diambil seluruh responden 2) Apabila jumlah responden > 100, maka diambil 10-15% dari jumlah

responden (Arikunto, 2002).

Setelah dilakukan sensus, didapat 21 responden dalam penelitian ini. Hal ini sesuai dengan point yang pertama.

2.Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan survei dan wawancara yang bertujuan untuk mengetahui cara pemanfaatan rotan oleh masyarakat. Data yang dikumpulkan adalah pengolahan rotan, pendapatan dari rotanserta pemasaran rotan.

a. Pengolahan rotan

Pengolahan rotan dan jenis rotan yang dimanfaatkan diketahui dari hasil pertanyaan langsung dengan kuisioner, mengambil gambar pengolahan dan pemanfaatan rotan.

b. Pendapatan dari rotan

(30)

yang digunakan untuk membuat produk tertentu. Setelah itu dibandingkan antara rotan yang dijual langsung dengan diolah terlebih dahulu.

c. Pemasaran rotan

Untuk mengetahui sistem pemasaran rotan dilakukan dengan wawancara mengenai produk yang dihasilkan oleh masyarakat yang kemudian dikaitkan dengan harga jual tiap produknya. Sehingga diketahui besarnya nilai tambah yang diperoleh oleh masyarakat. Kemudian data hasil wawancara dihitung dengan menggunakan rumus margin pemasaran.

Proses pengambilan data dan penulisan skripsi penelitian ini dilakukan dengan prosedur seperti skema pada Gambar 1.

Gambar 1. Bagan Alur Penelitian Penelitian dilakukan

di Kota Binjai

Survei lokasi yang masyarakatnya memanfaatkan

Responden berjumlah 21 responden

Mengetahui Pendapatan dari Rotan

Menganalisis Pemasaran Rotan

Mengetahui Pengolahan dan Pemanfaatan Rotan

Analisis pemasaran dan nilai tambah rotan

(31)

Analisis Data

1. Analisis Pendapatan Usaha

Dalam analisis pendapatan usaha dilakukan perhitungan biaya produksi total (biaya tetap total dan biaya variabel total). Setelah mengetahui biaya produksi dihitung penerimaan dan keuntungan.

Menurut Aziz (2003) rumus perhitungan biaya produksi, penerimaan dan keuntungan adalah sebagai berikut:

(Keuntungan) I = Total Penerimaan (TR) –Total Biaya (TC) TR = P x Q

TC = TFC + TVC

Keterangan : P = Harga produk per unit Q = Jumlah produksi

TFC = Biaya tetap total TVC= Biaya tidak tetap total Kriteria yang digunakan :

1. Apabila penerimaan total > biaya total, maka usaha dikatakan untung.

2. Apabila penerimaan total = biaya total, maka usaha tidak untung dan tidak rugi. 3.Apabila penerimaan total < biaya total, usaha rugi.

2. Analisis Revenue Cost Ratio (R/C)

Analisis ini bertujuan untuk menguji sejauh mana hasil yang diperoleh dari usaha tertentu cukup menguntungkan. Seberapa jauh setiap nilai rupiah biaya yang dipakai dalam kegiatan usaha tertentu dapat memberikan nilai penerimaan sebagai manfaatnya (Hernanto, 1989) dalam turnip (2013).

(32)

R/C =Penerimaan Total Biaya Total

Keterangan :

R/C > 1, maka usaha untung R/C = 1, maka usaha impas R/C < 1, maka usaha rugi

3. Analisa pemasaran dan efisiensi pemasaran

Analisis yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemasaran bambu dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan beberapa pendekatan sebagai berikut:

a. Marjin pemasaran

Tujuan analisis marjin pemasaran untuk mengetahui alokasi distribusi biaya yang diterima lembaga pemasaran pada sistem tata niaga yang sedang berlangsung. Menurut Ulya dkk(2007) dalam turnip (2013), secara matematis formula umum marjin pemasaran dirumuskan sebagai berikutyaitu :

Mji = Pr – Pf Keterangan :

Mji = Marjin Pemasaran

Pr = Harga penjualan pemasaran di tingkat konsumen Pf = Harga pembelian pemasaran di tingkat produsen

b. Efisiensi pemasaran

(33)

�� = TB

TNP x 100% Keterangan:

Ep = Efisiensi pemasaran TB = Total biaya pemasaran TNP = Total nilai produk

Besarnya nilai efisiensi pemasaran akan menentukan tingkat efisiensi operasional sistem tataniaga yang berjalan. Nilai efisiensi pemasaran diukur dalam persen (%). Nilai efisiensi pemasaran yang makin rendah (kecil) menunjukkan bahwa, tingkat efisiensi tataniaga suatu komoditi makin tinggi dan jika nilai tersebut semakin besar (tinggi) maka dikatakan sistem tata niaga yang sedang berjalan memiliki tingkat efisiensi operasional yang semakin rendah. Strategi yang dapat dilakukan oleh produsen dan lembaga pemasaran untuk meningkatkan efisiensi pemasaran adalah dengan memperluas pasar dan memperkecil marjin pemasaran. Strategi memperluas pasar dapat ditempuh dengan memperbesar permintaan konsumen dan pelaksanaan pemasaran tertata.

Pemasaran dianggap efisien bila memenuhi dua syarat yaitu :

1. Mampu menyampaikan hasil produksi dari produsen kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya.

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

a. Letak dan Luas Wilayah

Penelitian ini dilakukan di Kota Binjai, posisi kota ini cukup strategis untuk dijadikan kota yang berkembang pesat sebagai kota perdagangan, karena terletak di jalur lintas Sumatera. Jalur ini menghubungkan Kota Binjai dengan kota atau kabupaten yang terdapat di Sumatera Utara, seperti Kota Medan, Kabupaten Langkat dan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Binjai memiliki 5 (lima) kecamatan yaitu Kecamatan Binjai Selatan, Binjai Kota, Binjai Timur, Binjai Utara dan Binjai Barat. Kecamatan dengan wilayah terbesar yaitu Kecamatan Binjai Selatan (29,96 km2) sedangkan yang terkecil adalah Binjai Kota (4,12 km2)(BPS Kota Binjai, 2002).

Kota ini memiliki batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara : Kecamatan Hamparan Perak 2. Sebelah Selatan : Kecamatan Sei Bingei 3. Sebelah Barat : Kecamatan Selesai 4. Sebelah Timur : Kecamatan Sunggal Karakteristik Responden

1. Karakteristik pengrajin rotan

(35)

Pedagang produk rotan memiliki peran yang sangat penting dalam pemasaran produk olahan rotan. Pedagang berperan menyampaikan produk dari podusen (pengrajin) kepada konsumen.

Pengolahan Rotan

Rotan merupakan salah satu jenis subsitusi kayu yang dapat diolah menjadi berbagai produk maupun furniture seperti kursi, meja, tudung saji dan lainnya. Namun sebelum dibentuk menjadi suatu produk, terlebih dahulu rotan melalui proses pengolahan atau para pengrajin rotan di Kota Binjai menyebutnya merunti. Tujuannya ialah agar bahan baku lebih awet dan kuat serta mendapatkan produk yang berkualitas. Tahapannya yaitu

 Penyortiran atau pemilihan rotan  Penggorengan

 penggosokan (pembersihan)  pengeringan dan pengawetan

Jenis-Jenis Rotan Yang Digunakan Di Kota Binjai

Masyarakat Kota Binjai mendapatkan bahan baku dengan cara membeli dari daerah lain yaitu Kabupaten Langkat, hal itu disebabkan tidak adanya bahan baku dari daerah Binjai. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan metode kuisioner bahwa 100% responden yang memanfaatkan rotan mendapatkan bahan baku dengan cara membeli. Adapun jenis-jenis rotan yang digunakan di Kota Binjai sebagai berikut:

(36)

1. Sega Calamus caesius

16-18 Sedang 3.000-4000/batang 3. Manau Calamus manan

Miq.

22-24 Besar 8.000-10.000/batang 5. Batu Calamus

filiformis Becc.

12-10 Sedang 12.000/kg 6. Cacing Calamus ciliaris

Bl,

14-16 Sedang 5.000/kg Batang tanaman rotan yang terpenting karena nilai ekonominya terletak di batangnya, batang tanaman rotan berbentuk memanjang dan silindris (Januminro, 2000). Pernyataan tersebut sesuai dengan pemakaian jenis rotan yang mendominasi di industri pengolahan rotan di kota Binjai adalah rotan sega/ronte (Calamus caesius Blume), itu disebabkan karena jenis rotan memiliki bentuk yang silindris dan berdiameter sama dari pangkal sampai ujung rotan, sehingga memudahkan penganyaman pada kulitnya.

Kemudian jenis rotan yang biasa digunakan dalam pembuatan kursi dan meja ialah rotan manau (Calamus manan Miq), itu disebabkan karena jenis rotan ini memiliki keawetan (ketahanan) terbaik dari jenis rotan lain. Terdapat juga penggunaan jenis rotan seperti semambu, cacing, getah dan batu, namun tidak semua industri menggunakannya karena bergantung terhadap produk yang mereka buat.

Pemanfaatan Tanaman Rotan

(37)

burung dan untuk hampir semua tujuan lain apapun yang menuntut kekuatan dan kelenturan yang digabung dengan keringanan. Ikatan pada rumah, pagar, jembatan dan bahkan perahu dilakukan dengan rotan, sering tanpa menggunakan paku sama sekali. Hasil penelitian yang saya dapatkan di Kota Binjai adalah sebagai berikut: Tabel 2. Bentuk dan harga produk yang diperdagangkan di Industri di Kota Binjai

No Bentuk Produk Jenis Bahan Baku Rotan Harga (Rp) 1. Meja Semambu keling, manau, sega,

getah

250.000-300.000 2. Kursi panjang Semambu keling, manau, sega,

getah

Semambu keling, manau, sega, getah

Sega, getah, cacing

(38)

Gambar 2. Meja yang diproduksi di industri kerajinan rotan ”Aslinda” sedang dalam

proses penjemuran atau pengeringan

Kursi rotan yang diperdagangkan industri rotan di kota Binjai merupakan produk yang terbentuk dari bahan rotan dan dan dapat dibuat menjadi berbagai macam kursi seperti kursi biasa, kursi goyang (malas), dan model kursi lain sesuai pesanan (gambar 3). Untuk pembuatan kursi rotan ini digunakan jenis rotan seperti manau, sega, getah, dan semambu. Kursi-kursi tersebut biasanya diperdagangkan dengan harga Rp.200.000-Rp.400.000.

(39)

yang membeli dan menggunakan produk mereka, mengetahui tentang letak pasar serta sifat dan karakteristik pasar yang dituju untuk memudahkan melaksanakan target pasar, strategi pasar dan segmentasi pasar. Jenis rotan yang biasa digunakan untuk membuat produk ini ialah cacing, sega/ronte dan getah. Harga keranjang tergantung kepada bentuk dan ukurannya yaitu 150-250 ribu.

Gambar 4. Bentuk keranjang yang diperdagangkan di UD. NADIJO

Beberapa industri rotan di Kota Binjai juga menerima pesanan tudung saji rotan yang biasanya terbuat dari plastik seperti yang di jual di pasaran, namun banyak industri menjual produk ini karena tudung saji yang terbuat dari bahan rotanmemiliki beberapa keunggulanseperti ringan, lebih kuat, modis serta tahan lama, ini sesuai dengan pernyataan komunitas Wikipedia (dalam hhtp://id.wikipedia.org/wiki/Rotan). Harga sebuah tudung saji rotan yang dijual oleh sekitar Rp.100.000 lebih mahal dibandingkan yang terbuat dari plastik yang dijual dengan kisaran harga Rp. 20.000.

(40)

biasanya didstribusikan oleh agen pedagang (penendak) yang langsung datang ke lokasi (Taqiuddin, 2009) kepada pedagang besar atau toko-toko yang menjual produk rotan olahan. Ini sangat membantu para pengrajin dalam hal ’kesulitan pemasaran’ dan juga dapat mengurangi beban biaya transportasi mereka.

Gambar 5. Bentuk Parcel Rotan yang diperdagangkan di kerajinan rotan Kadiya

Cermin rotan merupakan cermin yang bingkainya terbuat dari rotan. Jenis rotan yang sering dipakai dalam pembuatan bingkai rotan adalah jenis rotan sega, getah, dan semambu. Bentuk cermin rotan terdapat berbagai macam ukuran seperti 18 cm x 25 cm dengan harga Rp.8.000, ukuran 25 cm x 38 cm dengan harga Rp.12.000, ukuran 28 cm x 45 cm dengan harga Rp.14.000, ukuran 30 cm x 56 cm dengan harga Rp.18.000, dan ukuran 31,5 cm x 75 cm dengan harga Rp.24.000

(41)

Analisis Data

1. Analisis pendapatan usaha

Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan total keseluruhan biaya. Pendapatan usaha kerajinan rotandihitung dari hasil selisih penerimaan yang diperoleh dengan biaya total keseluruhan yang dikeluarkan. Penerimaan total diperoleh dari hasil perkalian jumlah produksi dengan harga per satu unit produk. Untuk menghitung analisis pendapatan usaha perlu diketahui besarnya biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya tetap merupakan biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun terjadi perubahan volume produksi yang diperoleh.Dalam menghitung biaya tetapnya maka diperlukan perhitungan penyusutan peralatan terlebih dahulu. Menurut Betrianis (2006), untuk menghitung biaya penyusutan alat digunakan rumus sebagai berikut:

Depresiasi = Harga beli Umur pakai

Biaya tetap meliputi biaya penyusutan alat (depresiasi), bangunan dan biaya administrasi.Penyusutan peralatan produksi di Industri kerajianan rotan “Aslinda”pada bulan juli 2013dapat dilihat pada tabel 3 yaitu:

Tabel 3. Penyusutan Peralatan Produksi di Industri kerajinan rotan “Aslinda” pada bulan juli

Komponen Alat Umur Pakai

(tahun)

Harga/unit (Rp) Depresiasi (bulan)

Total Penyusutan Rp 174.998

(42)

tetap pembuatan setiap produk kerajinan rotan tersebut. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh atau biaya yang akan berubah seiring dengan bertambahnya jumlah produk yang akan diproduksi. Perhitungan biaya tetap dan biaya variabel masing-masing produk dapat dihitung misalnya pada produksi keranjang rotan dan kursi rotan (pendek) pada bulan juli 2013 di industri kerajinan rotan “Aslinda”. Kedua produk rotan ini merupakan produk yang penjualannya cukup tinggi di bulan juli 2013 dibandingkan produk rotan olahan lainnya.

Tabel 4. Biaya tetap produksi keranjang rotan di Industri kerajinan rotan “Aslinda”

pada bulan juli

Keterangan Harga/Nilai (Rp)

Administrasi 2.000.000

Listrik 50.000

Depresiasi 175.000

Sewa gedung 500.000

TFC 2.725.000

Tabel 5. Biaya variabel produksi keranjang rotan di Industri kerajinan rotan “Aslinda”pada bulan juli

Keterangan Jumlah yang

dibutukan

Cat Vernis 10.000/buah 1.000.000

Upah Tenaga kerja 15.000/buah 1.500.000

THC (Total Handling Cost)

1.000/buah 100.000

Biaya Variabel Total 6.800.000

a. Biaya produksi (TC)= biaya tetap (TFC) + biaya tidak tetap (TVC) TC = TFC + TVC

= Rp. 2.725.000 + Rp. 6.800.000 = Rp. 9.525.000

(43)

TR = P.Q

Tabel 6. Biaya tetap produksi kursi rotan (pendek) di Industri kerajinan rotan “Aslinda” pada bulan juli

Keterangan Harga/Nilai (Rp)

Administrasi 2.000.000

Listrik 50.000

Depresiasi 175.000

Sewa gedung 500.000

TFC 2.725.000

Tabel 7. Biaya variabel produksi kursi rotan (pendek) di Industri kerajinan rotan “Aslinda” pada bulan juli

Keterangan Jumlah yang

dibutukan

Tali Plastik dan kaki sepatu kursi

Upah Tenaga kerja 25.000/kursi 2.500.000

Pengangkutan dan THC (Total Handling Cost)

8.000/kursi 800.000

(44)

a. Biaya produksi (TC)= biaya tetap (TFC) + biaya tidak tetap (TVC) TC = TFC + TVC

= Rp. 2.725.000 + Rp. 14.202.700

= Rp. 16.927.700

b. Penerimaan (TR) = harga jual per unit (P) + jumlah produksi (Q) TR = P.Q

= Rp. 250.000 x 100 = Rp. 25.000.000 c. Keuntungan = TR – TC

= Rp. 25.000.000 - Rp. 16.927.700 = Rp. 8.072.300

= Rp. 8.072.500

(45)

2. Analisis revenue cost ratio (R/C )

Analisis R/C ratio merupakan perbandingan penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. Biaya dalam hal ini termasuk biaya tetap dan biaya variabel. Sementara penerimaan merupakan perkalian dari harga produk dengan volume produksi.Demikian juga jika ratio menunjukan angka kurang dari 1 maka usaha yang dilakukan tidak memberikan keuntungan dari kegiatan yang ada (Rahim, 2008).

Perhitungan R/C ratio dari masing-masing produk adalah: RC = TR/TC

= Rp. 15.000.000/Rp. 9.561.664 = 1,569

Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh hasil besarnya nilai Revenue Cost Ratio keranjang rotan adalah sebesar 1,569. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ini mendatangkan keuntungan. Sesuai dengan pernyataan Rahim (2008), jika rasio menunjukan hasil nol maka dapat dikatakan bahwa usaha tidak memberikan keuntungan finansial. Demikian juga jika rasiomenunjukan angka kurang dari 1 maka usaha yang dilakukan tidak memberikan keuntungan dari kegiatan yang dilaksanakan. Jadi itu menunjukkan bahwa usaha tersebut layak secara ekonomi.

3. Analisis Pemasaran Produk Rotan

Pemasaran produk pada umumnya sama yaitu konsumen membeli produk yang diinginkan secara langsung maupun melalui media. Konsumen atau pembelinya terbagi dua yaitu :

(46)

disebut user (pengguna) yaitu induvidu yang menggunakan produk atau jasa yang dibeli (Swastha dan Irawan, 1997). Konsumen yang membeli berasal dari berbagai kalangan baik dari dalam maupun luar kota binjai.

2. Konsumen atau pembeli yang akan menjual kembali produk yang dibeli (perantara) dengan harga yang sudah disepakati dengan pengrajin. Konsumen tersebut biasanya berbentuk usaha dagang (UD) atau disebut dengan pedagang. Mereka biasanya disebut buyer (pembeli) yaitu individu yang melakukan transaksi pembelian sebenarnya, maksudnya membeli untuk memasarkan furniture maupun produk yang diproduksi di industri tersebut (Swastha dan Irawan, 1997). Namun pedagang tidak setiap minggu atau bulan datang ke pengrajin untuk mengambil produk, dikarenakan barang dagangan mereka yang belum terjual. Jika pada hari-hari besar serta musim panen saja permintaan produk rotan akan meningkatseperti keranjang parsel dan keranjang buah. Namun jika permintaan rendah, maka tidak bisa dipastikan kapan para pedagang menjemput dan dan berapa jumlah produk yang dibutuhkan. Pada umumnya setiap pedagang telah memiliki pengrajin langganan masing-masing.

(47)

Mekanisme pemasaran yang terdapat di kota Binjai dilakukan dengan tiga cara, yaitu sebagai berikut

1. Pengrajinmenjual langsung kepada pembeli yang memesan produk rotan (pengrajin menjual langsung kepada konsumen).

2. Pengrajin menjual kepada pedangang dan pedagang menjual kepada konsumen.

3. Pedagang yang memiliki pengrajin sendiri atau merangkap sebagai pengrajin lalu memasarkan produk kepada konsumen.

(48)

Margin Pemasaran

Tujuan analisis margin pemasaran untuk mengetahui alokasi distribusi biaya yang diterima lembaga pemasaran pada sistem tata niaga yang sedang berlangsung. Jadi secara umum alur pemasaran produk rotan di Kota Binjai ada 2 yaitu sebagai berikut :

1. Alur Pemasaran I (Pengrajin Konsumen)

Pada pola ini pengrajin mendapatkan bahan baku dari para pengumpul rotan atau petani, kemudian para pengrajin mengolahnya menjadi produk yang telah dipesan oleh konsumen. Biasanya mereka adalah pengrajin perorangan yang membuat produk sederhana seperti kursi kecil, meja, keranjang dan sebagainya.

Untuk mengetahui besarnya margin pemasaran produk pada pola ini dapat dilihat pada tabel 8, sebagai contoh produk yaitu kursi rotan yang penjualannya cukup tinggi di bulan juli.

Tabel 8. Analisis margin pemasaran produk kursi rotan pada pola pemasaran I

Uraian Harga per 1 unit kursi Bagian (%)

- Pengangkutan dan THC (Total Handling Cost)

2. Alur Pemasaran II (Pengrajin Pedagang Perantara Konsumen)

(49)

dari dinas terkait. Kemudian mereka yang memasarkan produk-produk buatan pengrajin kepada konsumen atau pembeli.

Tabel 9. Analisis margin pemasaran produk kursi rotan pada pola pemasaran II

Uraian Harga per

- Pengangkutan dan THC (Total Cost Handling)

Berdasarkan kedua tabel margin pemasaran tersebut didapat perbedaan seperti pada saluran pemasaran, margin keuntungan maupun margin pemasarannya. Diantara kedua alur tersebut, yang paling menguntungkan ialah alur pertama karena penjualan produk tanpa perantara. Namun kesulitannya yaitu pada proses pemasarannya, berbeda dengan alur pemasaran II yang pemasarannya dibantu oleh dengan pedagang perantara (penendak) dengan biaya transportasi yang telah disepakati oleh pengrajin sehingga tidak terjadi penumpukan produk di gudang penyimpanan.

Efisiensi Pemasaran

(50)

Besarnya nilai efisiensi pemasaran produk olahan rotan dengan contoh produk kursi kecil dapat dilihat pada Tabel 10 sebagai berikut :

Tabel 10. Nilai Biaya, nilai produk, dan efisiensi pemasaran Kursi rotan kecil di Kota Binjai

Alur Pemasaran

Total Biaya Pemasaran

Total Nilai

Produk Efisiensi

1 68.700 326.000 21,07

2 83.700 476.000 17,58

Berdasarkan hasil di atas (tabel 10), alur pemasaran I dan II dikatakan efisien dengan besar nilai efisien di bawah 50%. Namun saluran pemasaran yang paling efisien adalah alur pemasaran II,disebut efisien karena biaya yang ditanggung konsumen adalah 17,58 %. Berarti dari setiap Rp 100 yang dikeluarkan untukbiaya pemasaran, konsumen hanya mengeluarkan Rp 17,58 sebagai biaya pemasaran untuk pembelian kursi rotan yang berasal dari Kota Binjai begitu juga untuk produk rotan lainnya.

(51)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jenis rotan yang diperdagangkan di Kota Binjai ada 2 jenis marga yaitu calamus dan daemonoropsdengan kisaran harga antara Rp. 3.000 – Rp. 15.000 per batang maupun kilo. Produk rotan olahan yang diperdagangkan di industri maupun usaha kecil menengah di Kota Binjai yaitu meja, kursi pendek/panjang, keranjang, tudung saji, tempat parcel, cermin rotan.

2. Terdapat dua alur pemasaran produk rotan di kota Binjai. Kedua alur pemasaran tersebut dikatakan efisien karena mampu menyalurkan produk hingga ke konsumen akhir dengan biaya kecil atau di bawah 50 % dari biaya pemasaran. Namun alur pemasaran II merupakan yang terbaik dan sangat efisien karena biaya yang dikeluarkan hanya sebesar Rp. 17,58 dibandingakan alur pemasaran I yakni sebesar Rp. 25,48

Saran

1. Perlu adanya tambahan pemasaran produk rotan agar tidak terjadi penumpukan produk di gudang para pengrajin.

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Perdagangan. 2008. Pengembangan Industri Pengolahan Rotan Indonesia. Biro Umum dan Humas. Jakarta.

Dransfield, J dan N. Manokaran. 1996. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Erwinsyah. 1999. Kebijakan Pemerintah dan Pengaruhnya terhadap Pengusahaan Rotan di Indonesia. Natural Resources Management Program, No. 17. Jakarta.

Hatta, V. 2009. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Perlu Kearifan. Dikutip dari http://www.opensubscriber.com/message/zamanku@yahoogroups. com/6255586.html [18juni 2013]

Helmi, S. 2011. Analisis Pemasaran. Dikutip dari

Hernanto, F. 1989. Ilmu Usaha Tani. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Januminro. 2000. Rotan Indonesia. Kanisius. Yogyakarta.

Kotler, P. 2000, Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. P.T. Prenhallindo. Jakarta.

Kotler, P. 2001. Manajemen Pemasaran. Jilid 2. Bumi Aksara. Jakarta.

[KPPU] 2010. Positioning Paper KPPU terhadap Kebijakan Ekspor Rotan. Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia.

Jakart

Ngakan, P.O., H. Komaruddin, A. Achmad, Wahyudi dan A. Tako., 2006. Ketergantungan, Persepsi dan Partisipasi Masyarakat terhadap Sumberdaya Hayati Hutan. CIFOR. Bogor.

Sasmuko, S. A. 1999. Kemenyan (Styrax spp.) Jenis Andalan Daerah Sumatera Utara. Konifera No. 1/Thn XV/April/1999. Balai Penelitian Kehutanan. Pematang Siantar.

Simamora, I. 2011. Analisis Pemasaran Produk Hutan Rakyat Bambu. Skripsi Program Studi Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

(53)

Situmorang, R. 2012. Pemanfaatan dan Pemasaran Rotan oleh Masyarakat Kabupaten Samosir. Skripsi Program Studi Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-hasil Pertanian Teori dan Aplikasinya: Edisi Revisi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Swastha, Bdan Irawan, 1997. Manajemen Pemasaran Abadi. Liberty. Yogyakarta. Taqiuddin, M., R. Sabani, T. abidin, E. Krismant

Tellu, A.T. 2005. Kunci Identifikasi Rotan (Calamus spp.) Asal Sulawesi Tengah Berdasarkan Struktur Anatomi Batang. Jurnal Biodiversitas Vol 6. No 2 Hal 113-117. Palu.

Turnip, F. 2013. Analisis Finansial Dan Pemasaran Keranjang Bambu Di Desa Sigodang, Kecamatan Pane, Kabupaten Simalungun.Skripsi Program Studi Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

(54)

Lampiran 1 . Lembar Kuisioner

ANALISIS PEMASARAN PRODUK OLAHAN ROTAN DI KOTA BINJAI

Nama Pemilik : ………. Umur : …………. Bentuk Badan Usaha : ………..

Alamat : ……….

……….

Kecamatan : ……….

No. Telp/Hp : ………

Peneliti :

Nama : Pardamean Tampubolon Nim : 081203045

Prodi : Kehutanan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013 Data hanya untuk keperluan penelitian

(55)

Kuisioner Pengrajin Rotan 2. Penghasilan/bulan : Sumber Penghasilan

1. Pekerjaan Utama : 2. Pekerjaan Tambahan : 3. Total Penghasilan/bulan :

a. Penghasilan dari rotan b. Penghasilan lain/tambahan

4. Sudah berapa lama memanfaatkan rotan : 5. Rotan yang dijual dalam bentuk

a. rotan mentah (tanpa ada pengolahan) b. rotan yang sudah melalui pengolahan 6. Asal bahan baku

a. Beli (lokasi pembelian) b. Milik sendiri

7. Harga bahan baku :

8. Jenis rotan yang digunakan dalam produksi : Biaya (Pemasukan dan pengeluaran)

1. Biaya produksi :

2. Biaya akomodasi (pengangkutan rotan) : 3. Biaya tenaga kerja :

4. Jumlah Tenaga Kerja : …………Orang a. 1 – 4

Data hanya untuk keperluan penelitian

(56)

5. Biaya perawatan mesin : 6. Sewa bangunan :

7. Jenis-jenis mesin dan peralatan yang digunakan (sebutkan) dan biaya perawatannya ………

Produk dan Pemasaran

1. Jenis produk yang dihasilkan :

2. Jumlah produk yang dihasilkan/hari :

3. Jumlah bahan baku yang digunakan dalam menghasilkan sebuah produk ? 4. Harga produk :

a. tingkat konsumen b. tingkat pedagang

4. Design dan model produk dari : a. model dari industri sendiri (pibadi) b. pesanan dari konsumen

.

Data hanya untuk keperluan penelitian

(57)

Kuisioner Pedagang Rotan 2. Penghasilan/bulan : Sumber Penghasilan

1. Pekerjaan Utama : 2. Pekerjaan Tambahan : 3. Total Penghasilan/bulan :

a. Penghasilan dari rotan b. Penghasilan lain/tambahan Produk dan Pemasaran

1. Jenis Produk yang dijual :

2. Harga produk yang dibeli dari pengrajin : Harga produk yang dijual :

3. Konsumen dari kalangan apa ……… 4. Lokasi pemasaran produk :

a. dalam kota (sebutkan lokasi) : ……… b. luar kota (sebutkan lokasi) : ……… 5. Teknik pemasaran produk :

a. langsung ke konsumen/dijual sendiri

b. tidak langsung/melalui perantara maupun agen c. menggunakan sosial media

10. Prospek usaha menjual produk rotan, Menjanjikan : a. Ya b. Tidak

c. 20-99

12. Masalah dalam usaha tersebut : Data hanya untuk keperluan penelitian

Pardamean Tampubolon

(58)

Lampiran 2. Perhitungan Biaya Produksi di Industri kerajinan rotan “Aslinda” pada bulan Juli 2013

Biaya tetap produksi kursi rotan (panjang) di Industri kerajinan rotan “Aslinda”

Keterangan Harga/Nilai (Rp)

Administrasi 2.000.000

Listrik 50.000

Depresiasi 175.000

Sewa gedung 500.000

TFC 2.725.000

Biaya variabel produksi kursi rotan (panjang) di Industri kerajinan rotan “Aslinda”

Keterangan Jumlah yang

dibutukan

Cat Vernis 40.000/kursi 1.200.000

Upah Tenaga kerja 30.000/kursi 900.000

THC (Total Handling Cost)

5.000/kursi 150.000

Biaya Variabel Total 7.780.050

a. Biaya produksi (TC)= biaya tetap (TFC) + biaya tidak tetap (TVC) TC = TFC + TVC

= Rp. 2.725.000 + Rp. 7.780.050 = Rp. 10.505.050

(59)

Lampiran 3. Analisis data

Perhitungan Margin Pemasaran pada Alur Pemasaran I

Margin Keuntungan = Harga Jual – ( Biaya + Bahan baku ) = 250.000 – ( 68.700 + 76.000)

= Rp. 105.300

Margin Pemasaran = Harga Jual – Bahan baku = 250.000 – 76.000 = Rp. 174.000

Perhitungan Efisiensi Pemasaran pada Alur Pemasaran I

Total Biaya Pemasaran = Margin Pemasaran – Margin Keuntungan = 174.000 – 105.300

= Rp. 68.700

Total Nilai Produk = Harga Jual + Bahan baku = 250.000 + 76.000

(60)

Lampiran 4. Pengrajin / industri rotan di Kota Binjai menurut data Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Binjai (2012)

No. Nama industri rotan Alamat Pemilik Tenaga kerja Jenis produk Lokasi

1. Kerajinan rotan Aslinda Jl. Tanjung Jati Pasar VIII Aslinda 9 orang Kursi/sofa, meja, tudung saji, keranjang Kec. Binjai Barat

2. Kerajinan rotan Rahman Riski Jl. Manggis Lk. I Ramaidi 3 orang Kursi/sofa, keranjang, parcel Kec. Binjai Barat

3. Kerajinan rotan Kadiya Jl. T. Amir Hamzah no. 495 Kadiya 2 orang Kursi/sofa, cermin, tudung saji Kec. Binjai Barat

4. Kerajinan rotan Nadijo Jl. T. Amir Hamzah no. 636 Taufiq 4 orang Kursi/sofa, meja, keranjang Kec. Binjai Utara

Sumber : Data Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Binjai (2012)

Lampiran 5. Pengrajin / industri rotan di Kota Binjai menurut hasil sensus (2013)

No. Nama industri rotan Alamat Pemilik Tenaga kerja Jenis produk Lokasi

1. Kerajinan rotan Darwis Jl. P. Diponegoro Darwis 2 orang Kursi/sofa, meja Kec. Binjai Barat

2. Kerajinan rotan M. Idris Jl. T. Periuk M.idris 4 orang Keranjang dan parcel Kec. Binjai Barat

3. Kerajinan rotan Aslinda Jl. Tanjung Jati Pasar VIII Aslinda 9 orang Kursi/sofa, meja, tudung saji, keranjang Kec. Binjai Barat

4. Kerajinan rotan Rahman Riski Jl. Manggis Lk. I Ramaidi 3 orang Kursi/sofa, keranjang, parcel Kec. Binjai Barat

5. Kerajinan rotan Kadiya Jl. T. Amir Hamzah no. 495 Kadiya 2 orang Kursi/sofa, cermin, tudung saji Kec. Binjai Barat

6. Kerajinan rotan Nadijo Jl. T. Amir Hamzah no. 636 Taufiq 4 orang Kursi/sofa, meja, keranjang Kec. Binjai Utara

(61)

Lampiran 6. Pedagang / UKM (rotan) di Kota Binjaimenurut data Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Binjai (2012)

No. Nama UKM (rotan) Alamat Pemilik Tenaga kerja Produk utama Aset (Rp) Omzet (Rp)/thn

1. UD. Fadliynsyah Jl. P. Diponegoro Fadliynsyah 5 orang Kursi 15.000.000 8.500.000

2. UD. M. Hasim Jl. P. Diponegoro M. Hasim 5 orang Kursi 30.000.000 9.500.000

3. UD. Moraludin Jl. SM. Raja Moraluddin karo 4 orang Kerajinan rotan 3.000.000 9.000.000

4. UD. Yusriarti Jl. Dr. Wahidin Lk III Yusnardi 2 orang Kerajinan rotan 3.000.000 14.000.000

5. UD. Kadiya Jl. T. Amir Hamzah Kadiya 4 orang Kerajinan rotan 25.000.000 12.000.000

6. UD. Soluddin Jl. Kl. Yos Sudarso Soluddin 1 orang Cermin 5.000.000 20.000.000

7. UD. Yayan Jl. G. Rinjani Yayan 1 orang Cermin, tudung saji 3.000.000 3.000.000

8. UD. Paini Jl. G. Rinjani Paini 1 orang Keranjang 10.000.000 5.000.000

9. UD. Turiah Jl. T. Periuk Turiah 1 orang Keranjang 2.000.000 2.000.000

10. UD. Misnan Jl. G. Bendahara Misnan 1 orang Kerajinan rotan 1.000.000 2.000.000

11. UD. Sakidah Jl. G. Bendahara Sakidah 1 orang Kerajinan rotan 1.000.000 2.500.000

12. UD. Suriono Jl. G. Bendahara Suriono 1 orang Kerajinan rotan 1.000.000 2.500.000

13. UD. Temon Jl. Jambi Temon 2 orang Kerajinan rotan 500.000 4.000.000

14 UD. Linda Jl. Tanjung Jati Aslinda 3 orang Kerajinan rotan 15.000.000 9.000.000

(62)

Lampiran 7. Pedagang / UKM (rotan) di Kota Binjaimenurut hasil sensus (2013)

No. Nama UKM (rotan) Alamat Pemilik Tenaga kerja Produk utama Aset (Rp) Omzet (Rp)/thn

1. UD. Natsir Lubis Jl. T. Amir Hamzah Natsir 2 orang Kerajinan rotan 3.000.000 5.000.000

2. UD. Tugimin Jl. Sukadamai Lk. IV Tugimin 1 orang Keranjang 1.000.000 3.000.000

3. UD. Fadliynsyah Jl. P. Diponegoro Fadliynsyah 5 orang Kursi 15.000.000 8.500.000

4. UD. M. Hasim Jl. P. Diponegoro M. Hasim 5 orang Kursi 30.000.000 9.500.000

5. UD. Moraludin Jl. SM. Raja Moraluddin karo 4 orang Kerajinan rotan 3.000.000 9.000.000

6. UD. Yusriarti Jl. Dr. Wahidin Lk III Yusnardi 2 orang Kerajinan rotan 3.000.000 14.000.000

7. UD. Kadiya Jl. T. Amir Hamzah Kadiya 4 orang Kerajinan rotan 25.000.000 12.000.000

8. UD. Soluddin Jl. Kl. Yos Sudarso Soluddin 1 orang Cermin 5.000.000 20.000.000

9. UD. Turiah Jl. T. Periuk Turiah 1 orang Keranjang 2.000.000 2.000.000

10 UD. Linda Jl. Tanjung Jati Aslinda 3 orang Kerajinan rotan 15.000.000 9.000.000

Gambar

Gambar 1. Bagan Alur Penelitian
Tabel 1. Jenis dan Harga Rotan yang di Perdagangkan di Kota Binjai
Tabel 2. Bentuk dan harga produk yang diperdagangkan di Industri di Kota Binjai
Gambar 2. Meja yang diproduksi di industri kerajinan rotan ”Aslinda” sedang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil produk olahan bambu dari masyarakat pengelola hutan bambu, teknologi yang digunakan, dan menganalisis alur dari pemasaran produk

Berdasarkan dari nilai bobot X rating faktor lingkungan eksternal untuk memperoleh letak kuadran dalam strategi pengembangan produk olahan rotan industri meubel kaili

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil produk olahan bambu dari masyarakat pengelola hutan bambu, teknologi yang digunakan, dan menganalisis alur dari pemasaran produk

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan keberadaan dan perkembangan industri rotan di Kota Medan, jenis dan harga bahan baku rotan serta produk rotan olahan

Berdasarkan dari nilai bobot X rating faktor lingkungan internal untuk memperoleh letak kuadran dalam strategi pengembangan produk olahan rotan industri meubel Kaili Jaya,

Bagaimana strategi pemasaran produk olahan jamur tiram putih di

Jalur distribusi tipe 1 yang diawali dengan petani rotan, kemudian rotan dijual. kepada pengumpul rotan di pedesaan, yang selanjutnya

Industri barang-barang kerajinan dari rotan, yaitu industri yang menghasilkan.. produk barang kerajinan rotan berdasarkan atas desain