• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Sains/IPA Siswa Kelas VI Madrasah Ibtidaiyah YAPIA Parung-Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Sains/IPA Siswa Kelas VI Madrasah Ibtidaiyah YAPIA Parung-Bogor"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan.

1111

11111111

-11 I

SARMAN "

.<Eh ,;

NIM: 503016029892

PROGRAM STUD I PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PkNGETAHUAN ALAM

FAKULTASILMUTARBIYAHDANKEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDAYATULLAH

(2)

"HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI

BELAJAR SAINS/IP A SISW A KELAS VI MADRASAH IBTIDAIY AH

YAPIAPARUNG-BOGOR"

SKRIP SI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan.

Pembimbing

I

'/\

セMMᄋ@

Abd Rozak, M.Si

Nip : 150 277 689

Oleh:

SARMAN

Nim : 503016029892

Di bawah bimbingan :

Nip : 150 368 738

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMUTARBIYAHDAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISJ;.,AM NEGERI SY ARIF HIDAY ATULLAH

JAKARTA

(3)

Bogor'', yang disusun oleh Sarman, NIM : 503016029892, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan Lulus dalam Ujian Munaqosyah pada tanggal 22 Januari 2009 dihadapan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana SI (S.Pd) dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Biologi.

Jakarta, 22 Januari 2009 Panitia Sidang Munaqasyah

Ketua Panitia (Ketna Jurusan/Program Studi) Ir. H. Mahmud M Siregar, M. Si

Nip : 150 222 933

Sekertaris (Sekertaris Jurusan/Program Studi) Baig Hana Susanti, M. Sc

Nip : 150 299 475 Penguji I

Drs. Ahmad Sofyan, M. Pd Nip: 150231502

Penguji II

Nengsih Juanengsih, M. Pd Nip: 150 377 450

Mengetahui,

Tanggal

fa..?.

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

ada MA

Tanda Tangan

(4)

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat teriring salam semoga selalu tercurah kepada junjunan alam Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia menuju jalan yang di Rahmati Allah SWT. Amin

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya dalam penyusunan skripsi ini banyak kendala yang penulis hadapi, penulis juga sadar pembuatan skripsi ini tidaklah mudah. Namun demikian berkat bimbingan-Nya serta bimbingan dosen, serta bantuan do'a maupun materil dari semua pihak yang telah ikhlas membantu.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada :

I. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan U1N SyarifHidayatullah Jakarta.

(5)

4. Bapak dan Ibu Dosen program studi pendidikan biologi, yang telah dengan sabar dan penuh keikhlasan mendidik penulis, semoga ilmu yang diberikan kepada penulis dapat bermanfaat.

5. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Y APIA yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut.

6. Ibunda beserta Ayah tercinta (Ibu Enih dan bapak Ocing (Alm)) yang tak pernah lelah mendo'akan, membimbing, serta memberikan kasih sayang. Istriku tercinta (Mintarsih) dan anakku yang tersayang Aira Aulia Huzaifah Ratabagi Putri, terima kasih atas do'a, cinta dan kasih sayang kalian. Keponakanku Safitri, kakak-kakak ku semua danjuga teman-teman sejatiku terima kasih atas do'a, motivasi dan bantuan kalian.

7. Teman-teman seperjuangan program Scholarship Jurusan Pendidikan IPA Biologi angkatan 2003.

Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Semoga Allah SWT membalas dengan segala kebaikan yang berlipat ganda. Mudah-mudahan karya kecil ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Jakarta, 22 Januari 2009

(6)

LEMBAR PENGESAHAN ...... .i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA SID ANG MUNAQOSYAH ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR 181 ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAK .......... xi

BABI PENDAHULUAN ... I A.Latar Belakang Masalah ... I B. Identifikasi Masalah ... .5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 8

A. Tinjauan Pustaka ... 8

I. Hakikat Belajar Sains/IPA ... 8

2. Hakikat Prestasi Belajar ... ! I 3. Bentuk dan Tipe Basil Belajar ... 14

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar. ... 20

5. l-lakikat Motivasi Belajar ... 21

a.Teori-teori Motivasi ... .21

b. Pengertian Motivasi. ... .22

c. Bentuk-bentuk Motivasi.. ... 24

d. Motivasi Dalam Pembelajaran ... 26

(7)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Tujuan Penelitian ... .3 l B. Waktu dan Tempat Penelitian ... .31

C. Metode Penelitian ... .31

D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel.. ... 32

E. lnstrumen Pengumpulan Data ... 32

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 33

G. lnstrumen Penelitian ... .34

H. Hubungnan Antar Variabel.. ... 39

I. Teknik Analisis Data ... .40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Deskripsi Proses Pembelajaran ... .46

B. Teknik Analisis Data ... 53

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 53

2. Uji Hipotesis ... .55

3. Uji Regresi. ... 56

4. Koefisien Determinasi. ... 58

C. lnterpretasi Data ... 58

BAB V PENUTUP ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 61

DAPTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 64

(8)

Tabel 3.1 Variabel Penelitian ... 33

Tabel 3.2 Kisi-kisi Prestasi Belajar Sains/IPA ... 34

Tabel 3.3 Kisi-kisi lnstrurnen Motivasi ... .37

Tabel 3.4 Skor Pernyataaan positif dan Negatifpada Skala Likert ... 38

Tabel 3.5 Analisis Varians Registrasi Linier Sederhana ... 44

Tabel 4.1 Deskripsi Motivasi Belajar (X) ... .47

Tabel 4.2 Langkah Penyusunan Distribusi Frekwensi Motivasi Belajar (X) ... .48

Tabel 4.3 Distribusi Frekwensi Data Motivasi Bela jar (X) ... .48

Tabel 4.4 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Sains/IPA ... 50

Tabel 4.5 Penyusunan Distribusi Frekwensi Prestasi Belajar Sains/IPA (Y) ... 51

Tabel 4.6 Distribusi Frekwensi Data Prestasi Belajar Sains/IPA (Y) ... 51

Tabel 4.7 Hasil Uji Norrnalitas Variabel Motivasi Belajar ... 53

Tabel 4.8 Hasil Uji Norrnalitas Variabel Prestasi Belajar Sains/IPA ... 54

[image:8.595.52.433.203.533.2]

Tabel 4.9 Hasil Uji Hornogenitas Dua Varian ... 55

Tabel 4.10 Analisis Varians Registrasi Linier Sederhana ... 57

(9)
[image:9.595.89.435.193.534.2]

Gambar 4.2 Histogram Prestasi Belajar Sains/IPA (Y) ... 52 Gambar 4.3 Kurva Penerimaan Dan Penolakan Untuk TarafSignifikansi

a=

0,05 ... 59
(10)

Lampiran I. Kisi - kisi Instrument Motivasi ... 64

Lampiran 2. Petunjuk Pengisisan Kuisioner. ... 65

Lampiran 3. Penghitungan Skala Skor Motivasi Belajar ... 72

Lampiran 4. Program Semester Bidang Studi Sains /IPA ... 73

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 77

Lampiran 6. Kisi-Kisi 1-lasil Belajar Sains ... 85

Lampiran 7. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 87

Lampi ran 8. Kunci Jawaban ... 90

Lampiran 9. Perhitungan Skor Tes Prestasi Belajar ... 91

Lampiran I 0. Analisis Tingkat Kesukaran ... 92

lampiran 11. Konversi Nilai Skor Prestasi Belajar Sains /IPA ... 93

Lampiran 12. Persiapan Tabel Distribusi Frekwensi Motivasi Belajar (X) ... 94

Lampiran 13. Menghitung Rata-Rata, Median, Modus dan Simpangan Baku Variabel Motivasi Belajar (X) ... 95

Lampiran 14. Persiapan Tabel Distribusi Frekwensi Prestasi Belajar Sains I IPA (Y) ... 66

Larnpiran 15. Menghitung Rata-Rata, Median, Modus dan Simpangan Bairn Variabel Prestasi Belajar Sains /IPA (Y) ... 97

Larnpiran 16.Langkah-Langkah Perhitungan Uji Normalitas ... 98

Lampi ran 17. Uji Normalitas Variabel Motivasi Belajar (X) ... 99

Lampiran 18. Perhitungan Uj i Normalitas Motivasi Belajar. ... I 01

(11)

Lampiran 21. Uji Homogenitas ... .I 07

Lampiran 22. Perhitungan Uj i Homogenitas Data ... 108

Lampiran 23 Perhitungan Uji Linieritas ... 109

Lampiran 24. Uji Linieritas Model Regresi ... 112

Lampiran 25. Uji Kelinieran dan Keberartian Regresi ... 113

Lampiran 26. Perhitungan Uji Kelinieran dan Keberartian Regresi ... 114

Lampiran 27. Pengujian Hipotesis ... 116

Lampiran 28. Kurva Penerimaan Dan Penolakan Ho ... 118

Lampiran 29. [nterpretasi Angka lndeks Korelasi Product Moment.. ... 119

Lampiran 30. Luas Dibawah Lengkung Kurva Normal Pada Titik Z ... 120

Lampiran 31. Nilai-Nilai Dalam Distribusi t ... 121

Lampiran 32. Nilai-Nilai Dalam Distribusi f ... 122

Lampiran 33. Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors ... 123

Lampiran 34. Nilai Nilai r Product Moment. ... 124

Lampiran 35. Lembar Uji Referensi ... 125

(12)

Sarman, Hubungan Antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Sains/IPA Siswa kelas VI Madrasah Ibtidaiyyah YAPIA Parung - Bogor. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. ·

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara motivasi belajar dengan hasil be la jar Sains/IP A , dan sejauh mana motivasi belajar yang dicapai oleh siswa kelas VI di Madrasah Ibtidaiyyah Y APIA Parung -Bogor. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan teknik korelasi. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 50 siswa kelas VI di Madrasah Ibtidaiyah Y APIA Parung - Bogor. Teknik pengumpulan data berupa instrumen skala likert untuk mengukur motivasi belajar dan instrumen tes untuk mengukur prestasi belajar Sains/IP A. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar Sains/IP A pada siswa kelas VI Madrasah Ibtidaiyyah Y APIA Parung -Bogor. Artiya makin tinggi motivasi belajar maka makin tinggi prestasi belajar siswa dengan indeks korelasi sebesar 0,643, pada persamaan Y = - 14,69

+

0,54

X, dengan t hitung sebesar 5,82 dan koefisien determinasi 0,413, artinya motivasi memberikan kontribusi sebesar 41,35% terhadap prestasi belajar Sains/IPA. Sedangkan 58,56% ditentukan oleh faktor lain. Kesimpulannya bahwa motivasi belajar merupakan suatu kecendrungan untuk berprestasi pada siswa dengan melakukan kegiatan secara aktif dalam belajar, sehingga memperoleh prestasi yang baik.

(13)

Saints/IPA by Class VI Student in Madrasah Ibtidaiyyah Y APIA Parung -Bogor. Majors of Education of IPA Program Study of Biological Education, Faculty of Science of Tarbiyah and Teachership of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

This research aim to study are correlation motivate to learn with achievement learn Saints/IP A, and how far motivate to learn reached by class VI student in Madrasah Ibtidaiyyah YAPIA Parung - Bogor. The method used is method with correlation technique. In this observation sample used as much 50 class VI student of Madrasah Ibtidaiyyah YAPIA Parung- Bogor. Technique of data collecting in the form of instrument scale likert to measure motivation learn and instrument test to measure achievement learn Saints/IP A. Analysis of this research showed that there are positive relation and significant between motivation learning with achievement learning Saints/IP A student at class VI Madrasah lbtidaiyyah YAPIA Parung- Bogor. Its meaning more and more high motivation learn hence more and more high achievement learn student with correlation index of equal to 0, 643, at equation Y = - 14, 69

+

0,54

X.

by t,

calculate equal to 5,82 and coefficient determination 0,413, its meaning motivate to give contribution equal to 41,35% to achievement learn Saints/IPA. While 58, 65% determinate by factor of is other dissimilar. Its conclusion that motivation learning to represent an tendency for have achievement a student conducted various activity actively in learning, so that good achievement. And the intensity motivate to learn a will very determine achievement learning.

(14)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan ha! yang penting dalam kehidupan manusia dewasa ini. Terlebih pada masa ini pendidikan merupakan sebuah kebutuhan utama bagi manusia. Dunia pendidikan dituntut untuk lebih memberikan kontribusi yang uyata dalam upaya meningkatkan kemajuan bangsa. Tidak hanya itu, dunia pendidikan pun dituntut untuk membentuk manusia yang berahlak mulia, kreatif, mandiri, dan bertanggungjawab yang sesungguhnya itu didasarkan atas ketaqwaan pada Tuhan YME.

Sistem Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada bab II pasal 3 menyatakan bahwa:

"Pendidikan Nasional berfimgsi mengembangkan kemampuan dan

( bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

}

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yaug beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kretif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab"1

Agar sistem pendidikan sebagaimana termaktub di atas dapat terwujud, diperlukan usaha-usaha yang serius dan berkesinambungan dari setiap unsur yang terlibat dalam pendidikan.

Di dalam dunia pendidikan, peserta didik sebagai sumber daya manusia yang memiliki potensi untuk maju, harus digali dan dikembangkan. Potensi itu mempunyai peluang untuk menempatkan peserta didik dalam kehidupan yang semakin kompetitif, salah satunya melalui penguasaan ilmu pengetahuan sebagai lrnnci keberhasilan untuk hidup.

1

Undang-undang R.I Nomor : 20 tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan Nasional

(15)

Penguasaan ilmu pengetahuan tidak terlepas dari proses belajar, karena perubahan yang terjadi secara kualitatif maupun kuantitatif merupakan hasil proses belajar.

Peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya merupakan upaya berkelanjutan bagi semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung. Salah satu wujud peningkatan kualitas pendidikan adalah melalui beragam pembaharuan, karena peningkatan kualitas tidak dapat dilepaskan dari dampak perubahan paradigma baru dalam dunia pendidikan yang mempersyaratkan penyelenggaraan pendidikan agar berpotensi untuk menciptakan keunggulan daya pikir, nalar, kekuatan moral, dan etika akademik bangsa.

Keberhasilan kegiatan pembelajaran selain ditentukan oleh faktor kondisi siswa, juga ditentukan oleh faktor sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan. Banyak faktor yang dijadikan tolak ukur keberhasilan pendidikan, salah satunya adalah dengan melihat keberhasilan proses belajar mengajar, dalam mencapai tujuannya, baik tujuan institusional, tujuan kurikuler, maupun tujuan intruksional. Dalam pembelajaran Sains/IPA di sekolah selain bertujuan untuk meningkatkan penajaman hapalan, juga diperlukan adanya pemahaman secara mendalam, oleh karena itu seorang guru dituntut untuk memberikan kompetensi yang ada untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.

(16)

Jika IPA mengandung produk dan proses, maka dalam mengajar IPA kepada siswa tidak hanya sekedar menyampaikan produk IPA saja, melainkan

guru harus melatih siswa tentang kegiatan-kegiatan ilmiah yang melibatkan berbagai berbagai keterampilan dasar dan sikap ilmiah yang dilakukan siswa sebagaimana para saintis melakukannya dalam upaya menemukan produk IPA.Hal ini bertujuan agar siswa dapat benar-benar memahami IP A secara utuh, karena melalui keterampilan proses dalam pembelajaran, anak akan dibuat kretif dan mampu mempelajarai IPA pada tingkat yang lebih tinggi.

Pembelajaran IPA akan lebih efektip dan menarik bagi siswa. Hal ini menjadi penting artinya mengingat tujuan pendidikan adalah membuat siswa mengerti dan bukan membuat mereka percaya. Untuk itu, peranan pendidik disini adalah mempromosikan penertian ilmiah atau mengusahakan agar siswa dapat mengerti tentang metode, konsep, teori, dan fakta ilmiah dalam IP A.

Dalam perkembangan pendidikan, siswa Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah mulai diperkenalkan pada pengertian dasar keilmuan, seperti hukum sebab akibat dan cara-cara pengamatan yang objektif dengan menggunakan alat-alat yang dapat memperluas jangkauan panca indera manusia, selain itu diperkenalkan pula rekayasa sederhana untuk menumbuhkan dan memupuk kretifitas produktif dalam mendayagunakan sumber daya alam yang tersedia, dan menjadi ciri pelajaran Sains/IPA untuk dapat meningkatkan kesadaran sisiwa terhadap kebesaran dan kekuasaan pencipta Nya.

(17)

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proes belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannnya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan aspek-aspek lain yang ada pada individu.2

Oleh sebab itu belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah proses mereaksi terhadap situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu.

Dari segi belajar, seorang siswa akan mau dan tekun dalam belajar atau tidak sangat tergantung pada sikap, minat dan motivasi yang ada pada dirinya. Sikap dan minat sebagai faktor psikologis berbeda peranannya dalam belajar. dalam proses belajar, sikap itu berfungsi sebagai "dynamic forces" yaitu sebagai kekuatan yang akan menggerakkan orang untuk belajar. Sedangkan peranan minat dalam belajar lebih besar /kuat dari sikap yaitu minat akan berperan sebagai

"motivating forces" yaitu sebagai kekuatan yang akan mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat (sikapnya senang) kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima kepada pelajaran, mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk bisa terus tekun karena tidak ada pendorongnya.

Dari segi dorongan inilah siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental ini berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakan dan mengarahkan perilaku belajar siswa. Untuk itu guru harus berupaya menimbulkan dan mempertahankan perhatian dan dorongan siswa melakukan kegiatan belajar. Upaya memberikan perhatian dan dorongan belajar kepada siswa dilakukan guru sebelum mengajar dimulai, yaitu saat berlangsungnya proses belajar mengajar

2 Nana Sudjana,

Dasar-Dasar Proses Be/ajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru

(18)

terutama pada saat siswa melakukan kegiatan belajar dan pada saat kondisi belajar siswa mengalami kemunduran.3

Perhatian siswa terhadap stimulus belajar dapat diwujudkan melalui beberapa upaya seperti penggunaan media pengajaran atau alat-alat peraga, memberikan pertanyaan kepada siswa, membuat variasi belajar pada siswa, melakukan pengulangan informasi yang berbeda sifatnya dengan cara sebelumya, memberikan stimulus belajar dalam bentuk Iain sehingga siswa tidak bosan.

Apabila timbul reaksi negatif yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran, mengidentifikasikan bahwa guru tidak berhasil dalam memberikan motivasi agar siswa belajar dengan baik. Perlu disadari bahwa motivasi adalah syarat mutlak dalam belajar. Realita dalam proses pembelajaran masih ada sebagian guru yang mengajarkan Sains/IPA dengan menerangkan dan menyuruh siswa membaca. Semua pengetahuan diperlakukan sama seperti mengajarkan pengetahuan sosial, padahal pengetahuan Sains/IPA harus dialami dan dibangun oleh siswa itu sendiri secara langsung, dan tidak ditransfer oleh orang lain (termasuk guru).

Sehingga motivasi sangat berperan dalam belajar, dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dalam proses belajar, dan dengan motivasi itu pula kualitas hasil belajar siswa dapat diwujudkan. Siswa yang dalam proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas akan tekun dan berhasil dalam belajamya. Tingginya motivasi dalam belajar berhubungan erat dengan tingginya prestasi belajar. Bahkan pada saat ini kaitan antara motivasi dengan perolehan dan atau prestasi tidak hanya dalam belajar.

Maka untuk mengukur prestasi belajar atau hasil belajar siswa yaitu dengan menggunakan tes sebagai umpan balik dalam bentuk nilai, guna meningkatkan belajar. Siswa akan Iebih giat dan berusaha lebih keras apabila mereka mengetahui bahwa di akhir program akan diketahui nilai dan prestasi mereka.

(19)

Prestasi belajar siswa juga di pengaruhi oleh profesionalisme guru dalam melaksanakan tugasnya. Lingkungan yang positif akan mendukung pribadi siswa yang merupakan motivasi ekstrinsik bagi dirinya.

Demikian pula apabila keadaan fisik dan psikologi siswa dalam kondisi sehat yang merupakan bagian motivasi intrinsik, maka ha! itu akan mempengaruhi prestasi belajarnya karena adanya motivasi pada dirinya.

Dengan demikian siswa nantinya akan diharapkan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan mempunyai keahlian yang sesuai dengan motivasi dan prestasi belajarnya selama di sekolah, yang nantinya akan berguna dalam masyarakat.

Berdasarkan pemaparan di atas penulis bermaksud melakukan penelitian lebih lanjut mengenai "Hubungan Antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa, Pada Mata Pelajaran Sains/IP A di Madrasah lbtidaiyah Y APIA Parnng."

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemyataan pada latar belakang masalah, maka timbul pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah motivasi intrinsik berperan dalam pencapaian prestasi belajar? 2. Apakah motivasi ekstrinsik berperan dalam pencapaian prestasi belajar? 3. Apakah setiap siswa perlu motivasi belajar untuk meningkatkan

prestasinya?

4. Apakah motivasi belajar yang rendah dapat mengakibatkan prestasi belajar siswa menjadi rendah?

5. Apakah motivasi belajar yang tinggi dapat mengakibatkan prestasi belajar siswa meajadi tinggi?

(20)

7. Apakah metode mengajar berperan dalam pencapaian prestasi belajar?

8. Apakah lingkungan dimana siswa tinggal juga berperan terhadap

motivasi dan prestasi belajarnya?

9. Apakah kreatifitas, intelegensi, dan motivasi belajar berpengaruh

terhadap prestasi belajar siswa?

I 0. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi prestasi belajar siswa?

C. Pembatasan dan Pernmnsan masalah

I. Pembatasan Masalah

Dari sekian banyak masalah yang terkait dengan prestasi belajar,

penulis membatasi penelitian ini hanya pada "Hnbnngan antara

motivasi belajar dengan prestasi belajar Sains/IP A siswa kelas VI

Madrasah Ibtidaiyah YAPIA Parnng-Bogor ."

2. Perumusan Masalah

Agar pembahasan ini terarah, maka penulis merumuskan

permasalahannya yaitu "Apakah terdapat hnbnngan antara motivasi

belajar dengan prestasi belajar Sains/IP A siswa kelas VI Madrasah

(21)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk :

1. Bagi guru sebagai bahan masukan untuk dapat meningkatkan motivasi be la jar siswa khususnya pada mata pelajaran Sains/IP A.

2. Bagi siswa dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Sains/IPA. 3. Memberikan gambaran seberapa besar pengaruh motivasi belajar

terhadap prestasi belajar Sains/IPA siswa kelas VI Madrasah lbtidaiyah Y APIA Parung-Bogor.

(22)

TINJAUAN PUST AKA, PENELITIAN YANG RELEVAN,

KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

I. Hakikat Belajar Sains /JPA

Belajar merupakan hal yang kompleks. Karena definisi atau pengertian yang dikemukakan oleh seseorang tergantung pada teori belajar yang dianutnya. Belajar merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap jenjang pendidikan. Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa baik ketika berada di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Sebagai landasan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar terlebih dahulu akan dikemukakan pendapat beberapa para ahli :

a. Menurut Skinner, sepe1ti yang dikutip oleh Barlow (1985) dalam bukunya Educational Psychology: The Teaching-Leming Procces berpendapat bahwa:

"Belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif. Timbulnya tingkah laku itu lantaran adanya hubungan antara stimulus (rangsangan) dengan respon. Pendapat ini diungkapkan dalam pernyataan singkatnya, bahwa be la jar adalah: .... a prosses of progressive behavior adaptation". Berdasarkan eksperimennya, Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diteri penguat."1

(23)

13

b. Watherington, seperti dikutip Purwanto mengemukakan bahwa: "Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian."2 c. Teori dari Gagne

Terhadap masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi, yaitu:

1) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

2) Belajar adalah penguasaan atau keterampilan yang diperoleh dari interuksi. 3

d. Morgan, seperti dikutip Purwanto mengemukakan bahwa:

"Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.',4 e. Hilgard dalam Sumadi S memberikan definisi belajar sebagai berikut:

"Belajar adalah proses yang melakukan atau mengubah sesuatu melaluijalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam

lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-pernbahan oleh faktor yang tidak termasuk latihan, misalnya pernbahan karena mabuk, pengaruh obat tidak te1masuk kedalam hasil belajar." 5

Menurut Arief Sadiman (1984), belajar adalah adanya perubahan tingkah laku yang menyangkut perubahan pengetahuan (kognitif), perubahan nilai dan sikap ( afektif), dan perubahan keterampilan (psikomotorik)6•

2

M. Ngalim Purwanto, Psiko/ogi Pendidikan (Bandung: Rosda Karya, 1999), h.84

3

Slameto, Be/ajar dan Faklor.jaktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.

4 M. Ngalim Purwanto,

op cit., h. 84

5

Surnadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h.

231-232 6

(24)

Dari penge1iian di atas, dapat diketahui bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar melalui jalan latihan atau pengalaman sehingga melahirkan perubahan dalam individu yang meliputi pengetahuan, kebiasaan, sikap dan tingkah laku ke tingkat yang lebih tinggi dari sebelumnya.

Berdasarkan kesimpulan di atas tentang hakikat belajar Sains yaitu: a. Belajar adalah proses yang kontinu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan discoveri.

b. Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan, stimulus yang di berikan menimbulkan respon yang diharapkan.

Sehingga dalam mempelajari Sains, siswa didorong agar senantiasa dapat memahami konsep-konsep IPA dan mampu mengembangkan keterampilan proses untuk memperoleh konsep-konsep IPA dan menumbuhkan nilai-nilai dan sikap ilmiah. Siswa harus menguasai tiga domain atau ranah yang meliputi: pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dalam kegiatannya IPA dituntut untuk mengembangkan keterampilan proses.

(25)

ia dapat memecahkan masalah yang baru berdasarkan konsep yang sudah ada.

2. Hakikat Prestasi Belajar Sains/IPA

Secara terminologi, prestasi berarti hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dikerjakan, dilakukan, dan sebagainya. Dilihat dari akar katanya, prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie yang memiliki pengertian apa yang telah diciptakan, hasil belajar, hasil yang menyenangkan hati dan diperoleh dengan jalan keuletan bekerja.

Menurut Sudjana (1995), prestasi hasil belajar adalah proses penentuan tingkat kecakapan penguasaan belajar seseorang dengan cara membandingkan dengan norma tertentu dalam sistem penilaian yang disepakati. Obyek prestasi hasil belajar diwujudkan dengan perubahan tingkah laku seseorang dalam ranah kognitif, afektif, danpsikomotorik.7

Pendapat diatas sama dengan pendapat Benyamin Bloom, dkk ( 1981) yang mengatakan bahwa ada tiga dimensi has ii be la jar yaitu dimensi kognitif, qfektif, dan psikomotorik. Dimensi kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan berfikir, mengetahui, dan memecahkan masalah seperti pengetahuan, aplikatif, sintesis, analisis, dan

evaluasi. Dimensi afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat, dan apresiasi. Sedangkan dimensi psikomotorik adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan motorik.8

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah kemampuan yang dicapai oleh seseorang atau individu, setelah individu tersebut melakukan proses belajar. Prestasi belajar siswa merupakan gambaran dari motivasi belajar yang mereka perbuat. Untuk melihat perubahan yang terjadi dalam diri siswa diukur oleh guru, baik belalui tes, seperti tes fonnatif dan sumatif maupun melalui pengamatan.

• 7 Nana Sudjana, Penilaian Proses f/asil Be/ajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda

(26)

Hasil pengukuran akan diberikan oleh guru dalam bentuk nilai. Nilai tersebut merupakan perolehan dari apa yang telah diusahakan oleh siswa, yakni belajar selama periode tertentu. Perolehan inilah yang kemudian dikenal dengan nama prestasi belajar.

Prestasi belajar yang ditunjukan dalam nilai merupakan gambaran dari penguasaan siswa terhadap pengetahuan dan keterampilan pada mata pelajaran. Dalam mempelajari Sains/IPA diperlukan penguasaan suatu konsep IPA. Apabila yang dipelajari itu sesuai dengan yang sudah dipelajarinya, siswa akan menerapkan pengetahuan itu pada situasi yang baru, apabila pengetahuan baru itu sama sekali berbeda dengan yang telah dimilikinya, dia harus mengubahnya. Sehingga siswa dalam mempelajari Sains/IPA tidak hanya bersifat hapalan saja tetapi juga dapat mengembangkan proses berfikir.

Guru yang senantiasa memotivasi siswa untuk berbuat dan berfikir cennat, menghargai proses belajar sebagai mana menghargai hasil belajar, akan tampil sebagai guru yang menjadikan pelajaran Sains/IPA menantang dan bermakna bagi siswa. Siswa akan merasakan manfaat belajar Sains/IPA dan menjadikannya lebih siap menghadapi kehidupan didalam masyarakat.

Dengan adanya usaha yang tekun dan didasari oleh motivasi belajar yang memadai maka seorang siswa akan dapat mencapai prestasi yang baik. lntensitas motivasi belajar seseorang akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

(27)

I. Bentuk dan Tipe Hasil Belajar

Dalam proses belajar mengajar, tipe hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa penting diketahui oleh guru, agar guru dapat merancang/mendisain pengajaran secara tepat dan penuh arti. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya dapat diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang telah dicapai siswa tersebut, disamping diukur dari segi prosesnya. Artinya, seberapa jauh tipe hasil belajar harus nampak dalam ttijuan pengajaran, sebab ttijuan itulah yang akan dicapai dalam proses belajar mengajar.

Proses belajar mengajar adalah alat untuk mencapai tujuan pengajaran. Ada beberapa pendapat yang melihat proses belajar mengajar, dan dari semua pendapat tersebut dapat di kelompokkan menjadi tiga sudut pandang, yakni : (a) memandang belajar sebagai proses, (b) memandang belajar sebagai hasil, (c) memandang belajar sebagai fungsi. Ketiga cara memandang tentang belajar itu perlu bagi seorang guru, karena tugas guru adalah membina I membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa, agar memperoleh hasil yang telah dirancang sebelumnya. Dalam uraian ini peristiwa belajar akan dipandang sebagai hasil.

Gagne, seperti dikutip oleh Sudjana mengemukakan bahwa ada lima kategori tipe hasil belajar, yakni (a) verbal iriformation (b) intelektual skill, (c) cognitife strategy, (d) Attitude, dan (e) motoric skill. Sementara itu Benyamin Bloom berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang hendak kita capai digolongkan atau dibedakan menjadi tiga bidang yakni : (a) bidang kognitif, (b) bidang Afektif, (c) bidang psikomotorik1•

Sekalipun dalam sistem pendidikan di Indonesia menganut teori yang dikemukakan oleh Benyamin Bloom, namun ada baiknya dikemukakan pendapat Gagne sebagai bahan perbandingan, sekaligus dapat memperkaya pengetahuan pembaca, sebab pendapat keduanya mempunyai banyak persamaan.

1

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Be/ajar Alenganjar, (Bandung: Sinar Baru

(28)

l. Bentuk Perbuatan Belajar

Gagne berpendapat, bahwa belajar dapat dilihat dari segi proses dan dapat pula dilihat dari segi hasil. Ada delapan tipe perbuatan belajar, yakni2:

a) Belajar signal, belajar ini paling sederhana yaitu memberikan reaksi terhadap perangsang.

b) Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan, yaitu memberikan reaksi yang berulang-ulang manakala terjadi reiriforcement atau penguatan.

c) Belajar membentuk rangkaian, yaitu belajar menghubung-hubungkan gejala I faktor yang satu dengan yang lainnya, sehingga menjadi satu kesatuan (rangkaian) yang berarti. d) Belajar asosiasi verbal, yaitu memberikan reaksi dalam bentuk

kata-kata, bahasa, terhadap perangsang yang diterima.

e) Belajar membedakan ha! yang majemuk, yaitu memberikan reaksi yang berbeda terhadap perangsang yang hampir sama sifatnya.

f) Belajar konsep, yaitu menempatkan objek menjadi satu klasifikasi tertentu.

g) Belajar kaidah atau belajar prinsip, yaitu menghubung-hubungkan beberapa konsep.

Kedelapan tipe belajar tersebut disusun dari yang paling sederhana sampai kepada yang paling kompleks. Dengan kata lain mempunyai hubungan hirarki. Belajar ditinjau dari proses, seperti dikemukakan diatas memberi petunjuk bagaimana belajar dilakukan, atau bagaimana terjadinya perbuatan belajar, bukan pada petunjuk mengenai basil belajar yang harus dicapai siswa.

2

Nana Suqjana, Dasar-Dasar Proses Be/ajar lV!enganjar, (Bandung: Sinar Baru

(29)

Sedangkan belajar yang berkenaan dengan hasil, ( dalam pengertian banyak hubungannya dengan tujuan pengajaran), Gagne mengemukakan ada lima jenis atau lima tipe, yakni 3:

a. Belajar kemahiran intelektual (kognitif)

Dalam tipe belajar ini mencakup diskriminasi bclajar konsep dan belajar kaidah. Belajar kaidah yakni belajar kesanggupan membedakan beberapa objek berdasarkan ciri-ciri tertentu. Untuk itu diperlukan pengamatan yang cermat dari ciri-ciri objek tersebut, seperti bentuknya, ukurannya, warnanya, dan sebagainya. Kemampuan membedakan objek dipengaruhi oleh kematangan, pertumbuhan, dan pendidikannya.

b. Belajar infarmasi verbal

Pada umumnya, belajar berlangsung melalui informasi verbal, apalagi belajar disekolah, seperti membaca, mengarang, becerita, mendengarkan uraian guru, kesanggupan menyatakan pendapat dalam bahasa lisan maupun tulisan, berkomunikasi, kesanggupan memberi arti dari setiap kalimat dan lain-lain. c. Belajar mengatur kegiatan intelektual

Tipe belajar ini menekankan aplikasi kognitif dalam memecahkan persoalan. Ada dua aspek penting dalam tipe belajar ini, yaitu prinsip pemecahan masalah dan langkah berfikir dalam memecahkan masalah (problem solving). Prinsip pemecahan masalah memerlukan kemahiran intelektual sepe1ii belajar diskriminasi, belajar konsep dan belajar kaidah. Kemahiran intelektual tersebut, pada waktunya akan membentuk satu kemampuan intelektual yang lebih tinggi, yakni langkah-langkah berpikir dalam pemecahan masalah. Dengan kata lain, kemampuan memcahkan masalah merupakan aspek kognitiftingkat tinggi.

3

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Be/ajar Menganjar, (Bandung: Sinar Baru

(30)

d. Belajar sikap

Sikap merupakan kesiapan dan kesediaan seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu apakah berarti ataukah tidak bagi dirinya. ltulah sebabnya sikap berhubungan dengan perasaan seseorang terhadap objek. Sikap juga dipandang sebagai kecendrungan seseorang untuk berprilaku (predisposisi). Hasil belajar sikap nampak dalam bentuk kemauan, minat, perhatian, perubahan perasaan, dan lain-lain. Sikap dapat dipelajari dan dapat diubah melalui proses belajar.

e. Belajar keterampilan motorik

Belajar keterampilan motorik banyak berhubungan dengan kesanggupan menggunakan gerakan badan, sehingga memiliki rangkaian gerakan yang teratur, luwes, tepat, cepat, dan lancar. Misalnya belajar melakukan eksperimen dalam pembelajaran Sains/IPA. Belajar motorik memerlukan kemahiran intelektual dan sikap, sebab dalam belajar motorik bukan semata-mata hanya gerakan anggota badan, tetapi juga memerlukan pemahaman dan penguasaan akan prosedur yang harus dilakukan.

Berikut ini dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek belajar tersebut :

1. Tipe hasil belajar kognitif

Adapun tipe belajar kognitif meliputi :

a. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge).

(31)

b. Tipe hasil belajar pemahaman (comprehension).

Tipe hasil belajar ini setingkat lebih tinggi dari tipe hasil belajar pengetahuan, hafalan, dan pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep. Untuk itu diperiukan hubungan atau pe1tautan antara konsep denagn makna yang ada dalam konsep tersebut,

c. Tipe hasil belajar penerapan (application).

Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstraksi suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yamg baru. Misalnya memecahkan masalah/ persoalan dengan menggunakan rumus tertentu, menerapkan suatu dalil atau hukum dalam suatu persoalan. Dengan perkataan lain, aplikasi bukan keterampilan motorik tapi lebih banyak keterampilan mental.

d. Tipe hasil belajar analisis

Anal is is adalah kesanggupan memecah. mengurai, suatu integritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian yang mempunyai arti, atau mempunyai tingkatan I

hirarki. Analisis merupakan tipe hasil belajar yang kompleks, yang memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya, yakni pengetahuan, pemahaman dan aplikasi. e. Tipe hasil belajar sintesis

B ial pada anal is is tekanan pada kesanggupan menguraikan suatu integritas menjadi bagian yang bermakna, pada sislntesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi suatu integritas.

f. Tipe hasil belajar evaluasi

(32)

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar.

Prestasi belajar siswa disekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Slameto faktor-faktor tersebut secara global dapat diuraikan dalam dua bagian yaitu faktor internal dan eksternal.9

a. F aktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Yang termasuk kedalam faktor ini adalah:

1) Faktor jasmani, yaitu meliputi kesehatan dan cacat tubuh 2) Faktor psikologis, yaitu meliputi intelegensi, perhatian, minat,

bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

3) Faktor kelelahan, yang meliputi kelelahanjasmani, dan kelelahan rohani.

b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, yang termasuk kedalam faktor ekternal ini adalah:

I) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.

2) Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru denagan siswa, relasi siswa dengan siswa, dan kedaan sarana dan prasarana sekolah.

3) Faktor masyarakat, meliputi keadaan siswa dalam masyarakat, mass media, dan temannya dalam bergaul.

Sedangkan menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, dirumuskan kedalam tiga kelompok, yaitu: 10

a. Faktor internal siswa yang terdiri atas: I) Aspek fisiologis

2) Aspek psikologis, yang meliputi: intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa

9

(33)

b. Faktor ekstemal siswa yang meliputi: 1) Lingkungan sosial

2) Lingkuugan non-sosial c. Faktor pendekatan belajar

4. Hakikat Motivasi Belajar. a. Teori-Teori Motivasi

Penulis akan mengutip beberapa teori tentang motivasi, salah satunya adalah:

1) Teori Motivasi-Higeina

Studi yang dipmpin oleh Frederick Herzberg dipublikasikan tahun 1966, yaitu sebuah teori motivator dan faktor kesehatan. Motivator pada umumnya mempertinggi motivasi dan perbaikan sikap terhadap tugas. Dengan kata lain, motivator dapat membangkitkan rasa puas, dan menaikan prestasi sehingga melebihi prestasi normal. Sedangkan faktor kesehatan pada tingkat rendah, akan membuat orang merasa tidak bahagia, prestasi dan sikapnya terhadap tu gas buruk. J adi motivator dan kesehatan sangat penting untuk mempengaruhi tingkah laku.11

2) Teori Naluri

Pada dasamya manusia mempunyai tiga dorongan naluri, yaitu naluri mempertahankan diri, naluri mengembangkan diri, dan naluri mempertahankan jenis. Maka kebiasaan-kebiasaan atau tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuat sehari-hari mendapat dorongan atau digerakan oleh ketiga naluri tersebut. Oleh karena itu, menurut teori ini untu1< memotivasi seseorang hams berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan.12

11 Ivor k. Davies,(Penerjemah, SudarSono Sudirjo, Lily Rompas, Koyo Kartasurya)

(34)

-3) Teori Kebutuhan

Teori kebutuhan ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik atau kebutuhan psikis. Teori ini dipelopori oleh Abraham Maslow. Maslow mengemukakan adanya lima tingkatan kebutuhan manusia, yaitu: kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan sosial, kebetuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri.13

b. Pengertian Motivasi

Motiavasi berasal dari bahasa inggris yaitu Motivation yang bera1ti dorongan, pengalasan dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong, menyebabkan dan merangsang. Menurut istilah motivasi adalah suatu pesiapan untuk mengembangkan keinginan-keinginan pada siswa untuk belajar.

Dan dalam prilaku belajar terdapat motivasi belajar, sehingga berminat tidaknya seseorang dalam mempelajari suatu pelajaran, tidak terlepas dari adanya motivasi belajar. Untuk mencapai hasil belajar yang baik dan memuaskan, maka ditentukan pula oleh motivasi belajar yang merupakan keseluruhan penggerak didalam diri siswa sehingga menumbuhkan kegiatan belajar.

Motivasi adalah kata yag berasal dari kata dasar "motif" yang berarti keinginan atau dorongan untuk melakukan sesuatu. Menurut Woodwort, motivasi adalah kondisi psikologis yang berada dalam diri seseorang vang mendorong untuk melakukan kegiatan dengan baik, sehingga mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan. Kemudian McDonald menyatakan bahwa motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling'' dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.14

13 Ibid, hh. 77-80

(35)

Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia yang di pengaruhi gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi. Semua itu didorong karena adanya tujuan, kebutuhan dan keiginan.

Selanjutnya ciri-ciri motivasi yang ada pada diri seseorang adalah: tekun dalam menghadapi tugas dan dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu yang lama; ulet menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa alas prestasi yang diperolehnya; menunjukan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar; lebih suka bekerja sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain; tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin; dapat mempertahankan pendapatnya; tidak mudah melepaskan apa yang diyakininya, senang mencari dan memecahkan masalah.

Sehingga dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar, yaitu motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi mencapai satu tujuan. Dikatakan keseluruhan, karena bersama-sama menggerakan siswa untuk belajar.

Perwujudan motivasi yang tinggi dalam bentuk tingkah laku yang berorientasi kepada pekerjan yang non-rutin menurut kemampuan individual dan taraf upaya mental yang tinggi serta peranan dalam membuat keputusan dan memecahkan masalah. Selanjutnya McCallend menyelidiki berabagai ha! yang dapat mempertinggi motivasi, misalnya dengan merumuskan tujuan dengan jelas, mengetahui kemajuan yang dicapai, merasa turut bertanggung jawab, dan lingkungan sosial yang menyokong.

(36)

yang sangat sedikit tertinggal belajarnya dan sangat sedikit pula kesalahan dalam belajarnya.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan. Orang yang termotivasi, membuat reaksi-reaksi yang mengarahkan dirinya untuk mencapai tujuan, untuk mengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh perubahan tenaga dalam dirinya. Maksudnya, motivasi memimpin kearah reaksi-reaksi mencapai tujuan misalnya, untuk dapat dihargai dan diakui o.leh orang lain.

Motivasi sangat erat hubungannya dengan tujuan. Tujuan yang jelas akan menghasilkan motivasi yang kuat, karena berhubungan dengan harapan dan cita-citanya. Dan motivasi yang kuat akan membuat hasil yang baik.

Siswa dapat didik dengan kebiasaan-kebiasaan yang akhirnya mempunyai motif-motif yang akan mendorong untuk berbuat. Seperti siswa dibiasakan untuk berlaku adil, karena hal itu merupakan kewajiban yang objektif, dan termasuk tanggungjawabnya.

Oleh karena itu penting sekali dalam pendidikan untuk membangkitkan motivasi pada siswa yang akan menjadi penggerak untuk berbuat dan bertindak. Guru hendaknya selalu memupuk motif-motif yang bias menggiatkan siswa untuk belajar.

c. Bentuk-bentuk Motivasi

Motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

I) Motivasi Intrinsik

(37)

keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain. Kemudian menurut Dimyati siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah kearah pencapaian tujuan belajar. Peningkatan/pengembangan terhadap minat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik. Sebagai contoh tekun dalam menghadapi tugas, mandiri, bertanggungjawab dalam menyelesaikan tugasnya, dan kooperatif.

Motivasi intrinsik dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan berdasarkan snatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan akativitas belajarnya. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdididk, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu.

2) Motivasi Ekstrinsik

Menurut Muhibbin Syah, motivasi ekstrinsik adalah ha! dan keadaan yang akan datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian hadiah, peraturan/tatatertib sekolah, suri tauladan orang tua, guru dan seterusnya merupakan contoh-contoh kongkret motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk belajar.16

Selanjutnya Sardiman A.S mengatakan bahwa motivasi ekstrinsik banyak dilakukan di masyarakat dan sekolah meliputi minat dan bakat, hadiah, hukuman, pujian, dan kompetisi. Hadiah dan hukuman sering digunakan untuk menigkatkan kegiatan belajar. Kompetisi sebagai alat untuk mendorong belajar siswa jika belajar dengan hasil yang sangat memuaskan, maka ia akan memperoleh hadiah dari guru atau orang tua. Sebaliknya, jika hasil

(38)

belajar tidak baik, memperoleh nilai kurang, maka ia akan memperoleh "peringatan dan hukuman" dari guru atau orang tua.17

"Peringatan' tersebut tidak menyenangkan siswa. Motivasi belajar meningkat, sebab siswa tidak senang memperoleh "peringatan" dari guru atau orang tua. Dalam ha! ini, hukuman dan juga hadiah dapat merupakan motivasi ekstrinsik bagi siswa untuk belajar dengan bersemangat.

Motivasi ekstrinsik dapat berubah menjadi motivasi intrinik, yaitu pada saat siswa menyadari betapa pentingnya belajar, dan ia belajar dengan sungguh-sungguh tanpa disuruh oleh orang lain.

Sehingga motivasi intrinsik dan ekstrinsik dapat dijadikan titik pangkal siswa dalam belajar, karena motivasi yang dimiliki oleh siswa itu untuk mencapai prestasi belajar yang optimal.

d. Motivasi dalam Pembelajaran

Dalam ha! ini motivasi sebagai daya penggerak yang menimbulkan keinginan untuk belajar, sehingga bisa tercapai tujuan yang diharapkan. Ada beberapa fungsi motivasi dalam belajar.

Pertama,

motivasi sebagai penggerak (motor) setiap kegiatan. Dengan adanya motivasi pembelajaran akan tercapai tujan yang diharapkan. Dalam konteks ini motivasi sangat berpengaruh terhadap kesanggupan siswa dalam belajar. Siswa akan mempunyai semangat yang tinggi dalam belajar, jka motivasi-motivasi yang diberikan berhubungan dengan kepentingan itu sendiri.
(39)

Ketiga, motivasi dapat menentukan perbuatan yang mengarahkan pada pencapaian tujuan. Tujuan dalam pembelajaran merupakan sesuatu yang mutlak dan hatus dapat dicapai. Untuk memenuhi suatu target tercapainya suatu tujuan dalam belajar, siswa harus dapat mengidentifikasi perbuatan-perbuatannya, yang menunjang tercapainya tujuan belajar. Dalam ha! ini motivasi dapat dijadikan cermin bagi tingkah siswa yang mengarah kepada tercapainya tujuan. Dengan mengetahui tujuan memungkinkan seseorang siswa hanya akan mengerjakan hal-hal yang menunjang kepada tercapainya tujuan sekaligus meninggalkan hal-hal yang bisa menghambat tercapainya tujuan tersebut.

Pada proses belajar mengajar, hakikat mengajar bukan hanya melakukan sesuatu bagi siswa, melainkan harus lebih bersifat menggerakan siswa melakukan hal-hal yang mengarah terhadap tercapainya tujuan pendidikan. Tugas seorang guru bukan sekedar menerangkan apa yang tertera pada buku, namun seorang guru harus dapat mendorong, memberikan inspirasi, serta memotivasi siswa kearah tercapainya tujuan.

Untuk menimbulkan gairah belajar bagi siswa, guru harus mengetahui tingkah laku siswa serta motif-motif yang mendorong adanya tingkah laku tersebut. Dalam memberikan motivasi kepada siswa, seorang guru hendaknya memperhatikan lebih seksama bentuk-bentuk motivasi yang sesuai dengan perkembangan kejiwaaan siswa.

(40)

B. Penelitian Yang Relevan

perpustNTQLkaaエセ@

UT/\l·/IA

UIN SYAH!D JAKARTA

!is Mardia Urfah (2004) tentang hubungan antara motivasi belajar dengan hasil belajar biologi. Hasil penelitiannya diperoleh analisis regresi dan korelasi sederhana. Model regresi adalah

Y=2,

74+0,39x dan setelah diuji pada a=0,05 ternyata model regresi tersebut signifikan dan bentuk hubungannya linier. Koofesien korelasi antara motivasi belajar dengan hasil belajar biologi sebesar 0,4 7 ternyata juga sangat signifikan. Dan dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan konstributor terhadap hasil belajar biologi.18

C. Kerangka Berpikir

Dalam proses belajar ada kalanya seorang siswa dipengaruhi oleh faktor intelegensi, kretifitas, dan motivasi belajar siswa itu sendiri. Hasil belajar siswa akan tercapai apabila dalam dirinya timbul suatu keinginan untuk berhasil. Ia akan mempelajari atau mendalami suatu pelajaran bukan karena ingin dipuji atau bukan karena takut sangsi, malu dan sebagainya. Sikap ini menampakan adanya keinginan pengembangan diri, penggalian potensi diri dan juga pengharagaan karena ia mampu dan berprestasi. Hasil belajar akan lebih optimal apabila dalam siswa belajar dilandasi dengan motivasi yang kuat.. Motivasi memungkinkan seseorang dengan sukarela mau belajar, karena dapat mendorong dan mengarahkan kegiatan belajar siswa. Makin kuat motivasi seseorang dalam mempelajari suatu mata pelajaran, makin tinggi pula hasil yang dicapai oleh siswa tersebut.

Motivasi senantiasa menentukan intensitas belajar siswa. Siswa yang belajar dengan motivasi yang kuat akan menggerakan seluruh tenaga dan segala kemampuannya untuk menghadapi materi pelajaran yang diterimanya. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukan hasil yang baik pula. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun terutama didasari oleh motivasi maka seseorang yang belajar itu akan melahirkan prestasi yang baik pula. Intensitas motivasi seseorang sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

18 Iis Mardia Urfah, Hubungan Motivasi Belqjar Dengan Hasil Be/ajar Bio/ogi Siswa

(41)

-Dalam proses belajar mengajar yang diberikan oleh guru merupakan kegiatan yang menjembatani aktivitas siswa belajar dikelas. Selain itu motivasi belajar siswa dalam kegiatan belajar juga akan membantu meningkatkan konsentrasi terhadap sesuatu yang dipelajari. Konsentrasi merupakan salah satu unsur pokok yang diperlukan agar dapat belajar dengan baik, sehingga keberhasilan belajar akan tercapai, disamping itu siswa akan belajar Iebih efektif dan berusaha meningkatkan usahanya apabila mempunyai motivasi belajar yang memadai.

Pembelajaran Sains/IPA dimaksudkan sebagai proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana Iingkungan kelas atau sekoalah yang memungkinkan siswa untuk belajar Sains/IPA.

Dari pengertian tersebut jelaslah kiranya bahwa unsur pokok dalam pembelajaran Sains/IPA adalah guru sebagai salah satu perancang dan proses, siswa sebagai pelaksana kegiatan belajar dan Sains/IPA sebagai objek yang dipelajari. Karena pada dasamya pembelajaran Sains/IPA dewasa ini masih kering, bersifat hapalan, dan kurang mengembangkan proses berfikir.

Belajar Sains/IPA membutuhkan pemahaman, penalaran, reaksi analisis, kritis, kreatif, praktikum dan sebagainya. Sebagai salah satu faktor yang turut menunjang prestasi belajar sisawa, dalam mempelajari Sains/IPA adalah kegiatan Iatihan soal,soal dalam menerapkan konsep belajar Sains/IP A, sehingga siswa dapat Iebih memahami materinya. Belajar Sains/IPA akan lebih berhasil apabila siswa merasa tertarik dengan pelajaran Sains/IP A, sehingga guru akan lebih mudah memotivasi siswa. Disamping itu siswa akan Iebih termotivasi belajar Sains/IPA bila materinya dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

(42)

Dengan demikian diduga terdapat korelasi I hubungan yang fositif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar Sains/IPA siswa kelas VI di Madrasah Ibtidaiyah Y APIA Desa Waru J aya Kec.Parung-Bogor.

D. Pengajnan Hipotesis

Berdasarkan kerangka berfikir diatas dapatlah ditarik suatu kesimpulan dan sekaligus diputuskan untuk dijadikan hipotesis penelitian yang

> dirumuskan sebagai berikut: Terdapat hubungan positif antara motivasi belajar dengan prestasi be la jar Sains/IP A. Artinya bahwa semakin tinggi motivasi belajar maka akan semakin tinggi pula prestasi belajarnya.

Jika ditulis dalam bentuk hipotesis statistik adalah Ho: Pry=O

Keterangan:

Ho: Tidak terdapat hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar Sains/IPA

Ha: Terdapat hubungan positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar Sains/IPA

(43)

A. Tujuan penelitian

I. Untuk mengetahui korelasi antara motivasi belajar dengan prestasi belajar Sains/IP A kelas VI di Madrasah Ibtidaiyah Y APIA Desa Waru Jaya Kee. Parung - Bogor.

2. Untuk mengetahui kontribusi motivasi belajar siswa kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Y APIA dalam meningkatkan prestasi belajar Sains/IP A.

B. Waktu dau Tern pat Peuelitian

Waktu yang penulis gunakan dalam penelitian ini mulai dari tanggal 20 November sampai dengan 16 Desember 2007. Sedangkan sekolah yang menjadi tempat penelitian adalah Madrasah Ibtidaiyah Y APIA Desa Waru Jaya Kee. Parung - Bogor.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik korelasional. Dengan survai dapat dikumpulkan data mengenai motivasi yang merupakan pendukung terhadap kualitas belajar mengajar, kemudian menganalisis faktor-faktor tersebut untuk dieari peranannya dalam prestasi belajar Sains/IPA. Tujuan korelasi adalah mendeteksi hubungan antar variabel yang relevan untuk menjawab masalah. Dalam penelitian ini penulis mempunyai dua variabel yaitu :

(44)

D. Populasi dan Telmik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini populasinya adalah siswa Madrasah lbtidaiyah Y APIA Parung - Bogor. Sedangkan sampelnya adalah siswa kelas VI. Alasan pengambilan sampel kelas VI adalah masih lemah I kurangnya motivasi siswa-siswi dalam meningkatkan prestasi belajarnya, ini akan sangat berpengaruh pada hasil belajarnya, dan Sains I IPA adalah salah satu mata pelajaran yang akan diujikan pada Ujian Nasional (UASBN). Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah strata sampling, yaitu salah satu teknik pemilihan sampel dimana semua individu anggota populasi mempunyai kemungkinan dan kesempatan yang sama serta independen untuk dipilih sebagai anggota sampel1• Sampel yang digunakan oleh penulis

sebanyak 50 siswa dari 2 kelas yang ada.

E. Instrnmen Pengumpnlan Data

Di dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan dua macam instrumen yaitu :

1. lnstrumen untuk mengukur motivasi belajar, berbentuk skala likert.

Skala liker! merupakan salah satu skala sikap yang digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Skala likert ini dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden. Apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentang nilai tertentu. Pernyataan yang diajukan dibagi kedalam dua katagori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Dengan demikian instrumen ini akan menghasilkan total skor bagi setiap responden.

2. lnstrumen untuk mengukur prestasi melajar Sains/IPA berbentuk tes. Metode ini bermaksud untuk memperoleh data dari post tes sebagai hasil prestasi belajar siswa dalam mempelajari Sains/IPA.

1

Ibnu 1-Iadjar, Dasar-Dasar Metodologi Pene/itian Klvantitatif Da/a111 Pendidikan

(45)
[image:45.595.57.430.81.708.2]

Tabel 3.1 Variabel Penelitian No 2 Variabel Variabel Y prestasi belajar. Variabel

x

motivasi belajar. Definisi konseptual

Prestasi belajar

adalah hasil dari

suatu usaha,

kemampuan dan

sikap seseorang

dalam

menyelesaikan

suatu ha! di

bi dang pendidikan. Tingkat keberhasilan

siswa dalam

mempelajari materi di sekolah dinyatakan dalam bentukskor Motivasi belajar adalah kondisi-kondisi atau kedaan yang memberikan dorongau kepada seseorang untuk bertingkah laku a tau mengaktifkan suatu perubahan dalam rangka mencapai suatu tujuan. Definisi Kisi-ldsi instrumen operasional

Prestasi belajar Kisi-kisi instrumen

diperoleh dari hasil prestasi belajar lihat

post tes. Dengan tabel 2. Disusun

konversi nilai 100 sebanyak 30 butir dan nilai terendah soal yang mengacu adalah 0. Subyek pada indikator (lihat

dikatakan lampiran). Konsep

memiliki prestasi kisi-kisi ini

belajar Sains/IP A dikonsultasikan

tergolong tinggi kepada dosen

memperoleh di pembimbing.

atas atau sama Jawaban yang benar

dengan 70 dan diberi niali I dan

tergolong rendah jawaban yang salah bila nilai dibawa diberi nilai 0.

55, dan tergolong

sedang bila

memperoleh nilai diantara 56-69 Motivasi belajar siswa diukur dengan menggunakan skala likert

Kisi-kisi instrumen

lihat ditabel 3. Kisi-kisi motivasi belajar yang disajikan pada bagian ini terdiri dari

sebanyak 40 butir instruman yang

untuk

variabel

petanyaan. digunakan

mengukur

motivasi. Dan untuk mengukur skala likert

dalam instrumen

disadiakan altematif

jawaban dari setiap

butir pertanyaan.

Responden dapat

memilih satu jawaban yang sesuai, setiap item jawaban bemilai

1-5 sesuai dengan

(46)

.{·-G. Instrumen penelitian

[image:46.595.62.438.188.560.2]

I. Variabel prestasi belajar

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Prestasi Belajar Sains/IP A

No PB/PSB Jenjang kemampuan

Cl C2 C3

I. Perkembang biakan mahluk hidup

a) Perkembangbiakan manusia 1,2,3 4,5,7 6 b) Perkembangbiakan hewan 16,17,19 9,10,13, 8,ll,12

,20,23 14,18,21, 15,22 c) Perkembangbiakan

tumbuhan 25,30 24,26,29 27,28

Jumlah butir soal 10 12 8

Persentase 33,33% 40% 26,66%

Keterangan:

(47)

a. Uji validitas

Untuk mengetahui bahwa tes tersebut sesuai dengan materi atau isi pelajaran yang telah diberikan. Pengujian validitas instrumen ini menggunakan uj i validitas butir, dengan menggunakan rum us

point biserial core/ation. 2

_Mp-Mt

/p

rpbis -

St

Vq

Keterangan :

rpbis : Koefisien point biserial

Mp Mean skor dari subyek-subyek yang menjawab betul item yang dicari korelasinya dengan tes.

Mt Mean skor total (skor rata-rata dari seluruh tes) St Standar deviasi skor total

p Proporsi subyek yang menjawab betul item tersebut.

Q 1-p

b. Uji Reliabilitas

Suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data jika diuji reliabilitasnya. Reliabilitas yang diuji pada instrumen ini adalah reliabilitas internal dengan cara menganalisa data dari satu kali pengetesan. Untuk menentukan reliabilitas instrumen menggunakan rumus KR - 20 yaitu:

2

(48)

Keterangan

n

s

2

-L.pq

r,

-II -

(-1)

(s2)

r11 : Reliabilitas tes secara keselurnhan

p : Proporsi subyek yang meajawab item dengan benar

q : Proporsi subyek yang menjawab item dengan salah

:S

P'I : jumlah hasil perkalian antara p dan q n : Banyaknya item

S : Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varian)

c. Analisis Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran butir soal ialah proporsi peserta tes yang menjawab benar terhadap butir soal tersebut. Makin besar proporsi yang menjawab benar, berarti makin rendah kesukaran butir soal itu. Yang selanjutnya berarti bahwa butir soal tersebut makin mudah. Tingkat kesukaran butir soal sangat dipengaruhi oleh tingkat kemampuan anggota kelompok peserta tes.

Dalam ha! ini untuk mengukur taraf kesukaran digunakan rumus berikut:

Keterangan

I=!!___

N

I = Indeks kesukaran untuk tiap butir soal B = Banyaknya siswa yang menjawab benar

(49)

Menurut ketentuan yang telah sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagaiberikut:

• Soal dengan I 0, 1 sampai 0,30 adalah sukar • Soal dengan I 0,30 sampai 0, 70 adalah sedang • Soal dengan I 0, 70 sampai 100 adalah mudah

2. Varibel Motivasi Belajar

Tabet 3.3

Kisi-kisi Instrumen Motivasi

Variabel Dimensi Indikator Item Jumlah

+

-Motivasi -Motivasi a. Keinginan untuk belajar. 1,2,4, 3,5, 9

Belajar Intrinsik 6,30 19,31

b. Senang mengikuti 7,8,9 10,11 5 pelajaran

c. Menyeles.aikan tugas 12 13,14, 5 15,16

17

d. Mengembangkan bakat 20,21 18,22 4 e. Meningkatkan

pengetahuan 23,24, 25,27 5 ,26

Motivasi a. Lingkungan sekitar 28,32, 29,34 5

Ekstrinsik 33

b. Sarana belajar 35 36 2

c. Guru 38,40 37,39 4

(50)
[image:50.595.72.432.135.551.2]

Tabel 3.4

Skor Pernyataan Positif dan Negatif Pada Skala Likert

Kategori Pertanyaan

Selalu Sering Kadang- Jarang Tidak

kadang . pernah

Positif 5 4 3 2 I

Negatif I 2 3 4 5

a. Uji Validitas Instrumen Penelitian

Untuk mengetahui kualitas suatu pengukuran instrumen

penelitian sebaiknya diketahui kevalidan instrumen itu. Uji validitas

yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan validitas

konsep dan validitas butir. Validitas k0nsep didapat dengan melalui

analisa rasional terhadap kisi-kisi yang telah dibuat, sedangkan uji

validitas butir diperoleh dengan mengkorelasikan skor-skor yang ada

pada setiap butir dengan skor total. Penelitian uji validitas instrumen

ini menggunakan rumus product moment dari pearson.

rxy

=

NITY

-(ITXIY)

セHnlZxR@

-(IT)2)(M:Y2 -(IY)2J

b. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah ukuran untuk menunjukan kestabilan dan

konsistensi dalam pengukurannya. Apabila ada data yang sudah benar

sesuai dengan kenyataan dan dilalrnkan pengujian berulang-ulang

(51)

Uji keandalan (reliabilitas) instrurnen dilakukan dengan rnenggunakan rum us alpha, yaitu: 1

=

(-k-)(l-

L.Si

2 )

r11

k-1

St2

Keterangan

r 11 : Reliabilitas instrurnen SF : Jumlah varians butir k 'Banyaknya butir pertanyaan St2

: Varians total

sR]MMMセョᆳ

' n S'= I MMMセョL⦅⦅@ n

Keterangan

S2

=

Varians butir

s'

=

Varians butir

' I

X'= Jumlah kuadrat skor butir Y2 = Jumlah kuadrat skor butir

(IT')

:Kuadratjumlah skor butir

(2:f

2) =Kuadratjumlah skor butir

n = Jumlah sampel n = Jumlah sarnpel

A. Hubungan Antar Variabel

[image:51.595.74.445.108.546.2]

Hubungan antara variabel digunakan untuk memberikan arah gambaran dari penelitian yang sesuai dengan hipotesis yang diajukan, terdapat kaitan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Yaitu variabel bebasnya (X) adalah rnotivasi 「セi。ェ。イ@ dan variabel (Y) adalah prestasi belajar Sains/IPA. Maka konsep hubungan dapat digarnbarkan sebagai berikut:

x - - - . . y

1 Suharsimi Arikunto,

(52)

B. Teknik Analisis Data

I. Penguj ian Persyaratan Analisis Data

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel

yang diteliti berdistribusi

Gambar

Tabel 4.10 Analisis Varians Registrasi Linier Sederhana ............................. 57
Gambar 4.3 Kurva Penerimaan Dan Penolakan Untuk TarafSignifikansi
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Prestasi Belajar Sains/IP A
+7

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak — Alat Uji Buckling Portable (AUBP) berbasis arduino uno adalah alat yang dirancang secara murah, modern, praktis, berbasis mikrokontroler Arduino uno R3,

Interface authentikasi akses internet Setelah user memasukkan isian user dan password, selanjutnya mikrotik akan meminta server radius mencocokkan user dan password

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

Solusi yang ditawarkan pada Model Divided Transit Material Processing (Fehr, 2006) pada pengelolaan limbah padat domestik adalah dengan melakukan pengurangan sampah

[r]

(1) Dalam hal terjadinya lonjakan jumlah barang impor yang menyebabkan produsen dalam negeri dari barang sejenis atau barang yang secara langsung bersaing dengan yang

Dari pengaruh kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar mata pelajaran fiqih kelas VIII MTs Negeri Kota Magelang sebesar 49,9 %, itu dapat diakui signifikan

Dengan menggunakan sistem ini proses kerusakan bahan dapat diminimalisasi karena bahan baku tidak sempat tersimpan lama dalam gudang ditambah dengan asumsi barang